0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

22
21 SUMATERA UTARA PROVINSI I. KONDISI UMUM A. Kondisi fisik daerah 1. Keadaan Geografis Letak Wilayah Provinsi Sumatera Utara secara geografis berada pada posisi 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Nangroe Aceh Darusalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudra Hindia di sebelah Barat dan Selat Malaka di sebelah Timur. 2. Iklim Iklim di Provinsi Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan Angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah hujan 800 – 4000 mm/tahun dan penyinaran matahari 43%. 3. Topografi Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara sampai ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51%, kemiringan 12 – 40% seluas 8,64% dan diatas 40% seluas 24,28%. Sedangkan luas Danau Toba seluas 119.920 Ha atau 1,57% 4. Luas wilayah Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 72.981,23 km 2 . 5. Pulau dan sungai Provinsi Sumatera Utara memiliki sebanyak 419 pulau-pulau besar dan pulau- pulau kecil yang terdiri dari sebanyak 237 pulau yang telah memiliki nama dan sebanyak 182 pulau yang belumn memiliki nama. Adapun jumlah sungai yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 229 sungai dengan panjang 549,56 km

Transcript of 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

Page 1: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

21 2121

SUMATERA UTARAPROVINSI

I. KONDISI UMUM

A. Kondisi fisik daerah 1. Keadaan Geografis

Letak Wilayah Provinsi Sumatera Utara secara geografis berada pada posisi 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Provinsi Sumatera Utara berbatasan dengan Nangroe Aceh Darusalam di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudra Hindia di sebelah Barat dan Selat Malaka di sebelah Timur.

2. Iklim Iklim di Provinsi Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin Passat dan Angin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91%, Curah hujan 800 – 4000 mm/tahun dan penyinaran matahari 43%.

3. Topografi Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur ditengah-tengah dari Utara sampai ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0 – 12 % seluas 65,51%, kemiringan 12 – 40% seluas 8,64% dan diatas 40% seluas 24,28%. Sedangkan luas Danau Toba seluas 119.920 Ha atau 1,57%

4. Luas wilayah Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 72.981,23 km2.

5. Pulau dan sungai

Provinsi Sumatera Utara memiliki sebanyak 419 pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari sebanyak 237 pulau yang telah memiliki nama dan sebanyak 182 pulau yang belumn memiliki nama. Adapun jumlah sungai yang terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 229 sungai dengan panjang 549,56 km

Page 2: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

22

B. Keadaan sosial ekonomi

1. Pemerintahan Administrasi Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juni 2010 terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota. Selanjutnya Kabupaten/Kota tersebut terdiri atas 417 kecamatan. Pada administrasi yang paling bawah, kecamatan terdiri atas kelurahan untuk daerah perkotaan (rural) dan desa untuk daerah pedesaan (rural). Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.744 desa/kelurahan. Jumlah PNS daerah (otonomi di Sumatera Utara pada keadaan Januari 2010 ada sebanyak 219.537 orang

2. Pendidikan Jumlah partisipasi sekolah di Provinsi Sumatera Utara mulai dai Tingkat TK sampai dengan Perguruan tinggi pada tahun ajaran 2010/2011 adalah sebanyak 4.586.795 atau 35,33 % dari jumlah penduduk.

3. Tenaga Kerja Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara pada Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang, terdiri dari 6,14 juta orang bekerja, dan 0,41 juta orang penganggur sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 sebesar 74,55 persen dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2012 sebesar 6,31 persen. Angkatan Kerja di Provinsi Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD kebawah. Persentase Angkatan Kerja golongan ini mencapai 3,31%, angkatan kerja yang berpendidikan tingkat SLTP dan SLTA masing-masing sekitar 24,13% dan 32,26%, sedangkan sissanya 7,32 % berpendidikan diatas SLTA. Jika dilihat dari status pekerjaannya, hampir sepertiga (28,43%) penduduk yang bekerja adalah buruh dan karyawan. Penduduk yang berusaha sendiri sekitar 20,24%, sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 20,63%. Hanya 3,05 % penduduk Sumatera Utara yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan anggota keluarganya.

4. Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 13.103.596 jiwa dengan kepadatan penduduk 183 jiwa per kilometer persegi yang terdiri dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6.544.092 jiwa dan perempuan sebanyak 6.559.504 jiwa.

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB Provinsi Sumatera Utara atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada Tahun 2010 sebesar Rp. 275,70 triliun. Sektor industri masih sebagai kontributor utama dengan peranan mencapai 22,96%. Selanjutnya diikuti oleh sektor pertanian (22,92%) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,00%). Sementara Itu sektor-sektor lainnya memberikan kontribusi sebesar 35,15% terhadap perekonomian Sumatera Utara. Secara keseluruhan perekonomian Sumatera

Page 3: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

23

Utara pada tahun 2010 tumbuh sekitar 6,35%, meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya.

6. Budaya dan Nilai Provinsi Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Sumetera Utara terdiri atas berbagai suku antara lain penduduk asli (Suku Melayu, Suku Batak Karo, Suku Batak Toba, Suku Batak Mandailing, Suku Batak Angkola, Suku Batak Simalungun, Suku Batak Pakpak, Suku Nias) dan pendatang (Suku Minangkabau, Suku Aceh, Suku Jawa, dan Suku Tionghoa) yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadatnya masing-masing.

Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari. Suku Batak yang umumnya berada di daerah pegunungan (Toba, Karo, Simalungun, Angkola, Mandailing dan Pakpak) menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia.

Tari Tor-tor

Page 4: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

24

II. ASPEK KAWASAN

A. Hutan Negara

1. Luas Kawasan Hutan Luas Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara sesuai SK Menhut Nomor : 44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Utara adalah seluas 3.742.120 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas 477.070 ha 2. Hutan Lindung seluas 1.297.330 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 879.270 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 1.035.690 ha 5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha

47707012,75%

129733034,67%

87927023,50%

103569027,68%

527601,41%

Hutan Konservasi

Hutan Lindung

Hutan ProduksiTerbatasHutan Produksi Tetap

Hutan Produksi ygdpt dikonversi

Luas Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 35% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Sumatera Utara merupakan hutan lindung, 23% hutan produksi terbatas, 28% hutan produksi tetap, 1% hutan yang dapat dikonversi, dan 13% merupakan hutan konservasi.

2. Luas Penutupan Lahan

Kondisi penutupan lahan di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

Page 5: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

25

Tabel 14. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara

Penutupan Lahan

KAWASAN HUTAN

APL TOTAL

HUTAN TETAP HPK Jumlah KSA-

KPA HL HPT HP Jumlah %

A. Hutan 420,1 574,4 722,0 324,6 1,9 2.042,9 211,0 2.253,9 31,6 -Htn Primer 307,9 198,5 275,1 28,7 - 810,3 10,0 820,3 11,5 -Htn Sekunder 111,8 335,8 437,3 213,6 1,5 1.100,0 173,5 1.273,6 17,8 -Htn Tanaman 0,4 40,1 9,6 82,2 0 132,6 27,5 160,1 2,2 B. Non Hutan 57,0 722,8 157,2 711,1 50,9 1.699,0 3.186,1 4.885,1 68,4 C. Tidak ada data - 0,2 - 0,0 0,0 0,2 0,1 0,3 0,0

Total 477.1 1.297,3 879,3 1.035,7 52,8 3.742,1 3.397,2 7.139,2 100,0

Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011

3. Posisi kawasan hutan dalam DAS

Daerah Aliran Sungai adalah suatu daratan yang merupakan suatu kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak sungai yang melalui daerah tersebut yang fungsinya untuk menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainnya, penyimpanan serta pengalirannya bermuara ke laut secara alamiah untuk kelestarian daerah tersebut. Luas dan penyebaran daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel dibawah. Berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui bahwa luas total daerah aliran sungai (DAS) pada wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah 7.526.998,47 hektar yang terdiri dari DAS di dalam kawasan hutan seluas 3.854.888,39 hektar dan DAS di luar kawasan hutan (APL) seluas 3.672.110,08 hektar. Luasan tersebut sudah termasuk luasan DAS atau Sub DAS Singkil yang penyebarannya lintas provinsi yaitu pada beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Tabel 15. Luas dan penyebaran daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Sumatera Utara

No. FUNGSI KAWASAN DAS

JUMLAH WAMPU/SEI ULAR

Asahan Barumun

1. HP 425.837,06 528.313,77 954.150,83 2. HL 634.159,03 992.869,97 1.627.029,00 3. HPT 104.798,46 603.017,01 707.815,47 4. HK - 51.624,16 51.624,16 5. HSA 329.585,60 184.683,33 514.268,93 6. APL 1.669.876,86 2.002.233,22 3.672.110,08 Jumlah 3.164.257,01 4.362.741,46 7.526.998,47

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

4. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan

Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan adalah perubahan fungsi suatu kawasan hutan untuk keperluan non kehutanan (atau untuk keperluan pertanian/perkebunan dan transmigrasi) berdasarkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Kehutanan. Perkembangan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk keperluan pertanian/perkebunan dan transmigrasi di Provinsi Sumatera

Page 6: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

26

Utara dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir adalah adanya perubahan kawasan hutan pada tahun 2009 seluas 10.989,70 hektar di Kabupaten Asahan. Perubahan kawasan hutan tersebut adalah berdasarkan SK Pelepasan Kawasan Hutan yang diterbitkan oleh Menteri Kehutanan dengan peruntukan perkebunan kelapa sawit pada Kelompok Hutan Nantalu sebanyak 2 (dua) unit yaitu oleh PT. Inti Palm Sumatera seluas 6.215,80 hektar dan oleh PT. Citra Sawit Indah Lestari seluas 4.773,90 hektar.

Sedangkan pada tahun 2011 tidak ada perubahan peruntukan kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara baik untuk keperluan pertanian/perkebunan maupun untuk keperluan transmigrasi. Ijin tukar-menukar kawasan hutan pada tahun 2011 adalah sebanyak 3 (tiga) unit dimana 1 (satu) unit di antaranya adalah tanah keluar seluas 50 hektar untuk perkantoran pemerintah Kabupaten Batubara namun tidak disertai pertukaran dengan tanah masuk. Sedangkan 2 (dua) unit lainnya terdiri dari: a. Hutan produksi seluas 277,30 hektar ditukar dengan hutan lindung dengan

luasan yang sama untuk Perkantoran pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. b. Hutan produksi terbatas seluas 900 hektar ditukar dengan hutan suaka alam

dengan luasan yang sama untuk perkebunan di Kabupaten Asahan.

B. Hutan Rakyat

Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh atau dibangun oleh rakyat di atas tanah milik dengan jenis-jenis tanaman hutan. Luas hutan rakyat di Provinsi Sumatera Utara yang terdata hingga tahun 2011 adalah 356.561,03 hektar. Data ini belum seluruhnya mencakup luas hutan rakyat di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara karena kegiatan inventarisasi terhadap luas dan potensi hutan rakyat di Provinsi Sumatera Utara belum dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh.

Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, kegiatan hutan rakyat yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari pengembangan/pembangunan hutan rakyat dan Pembangunan areal model hutan rakyat. Realisasi pembuatan/pengembangan pembangunan pengelolaan hutan rakyat selama kurun waktu 5 tahun terakhir seluas 9.598,53 ha dari target seluas 9.308,50 ha.

Pembangunan areal model hutan rakyat yang telah direalisasikan selama kurun waktu 5 tahun terakhir terdiri dari 14 unit dengan luas 515 ha, dimana pada tahun 2011 kegiatan ini tidak ada.

Hasil hutan yang diproduksi dari hutan rakyat adalah jenis hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu. Kayu bulat merupakan hasil hutan utama yang diproduksi dari hutan rakyat yang terdiri dari jenis meranti, pinus, mahoni dan rimba campuran. Sedangkan hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari hutan rakyat

Page 7: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

27

adalah jenis getah pinus dan rotan. Jumlah produksi hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu pada hutan rakyat tahun 2011 disajikan pada Tabel dibawah ini :

Tabel 16. Produksi Hasil Hutan Kayu Dan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Rakyat di Provinsi Sumatera Utara

No. Jenis Produksi Volume A. Hasil Hutan Kayu (m3) 1. Meranti 15.279,75 2. Mahoni - 3. Pinus 78.586,89 4. Rimba Campuran 207.996,02 5. Lain-lain 37.290,13 B. Hasil Hutan Bukan Kayu (kg) 1. Getah Pinus 518.790,21 2. Rotan 65.700

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan data produksi hutan rakyat seperti pada Tabel diatas diketahui bahwa kayu rimba campuran merupakan hasil hutan kayu dalam bentuk kayu bulat dengan volume produksi terbesar yang dihasilkan dari hutan rakyat pada tahun 2011. Produksi kayu bulat jenis rimba campuran tersebut berasal dari hutan rakyat pada Kabupaten Langkat, Karo, Tapanuli Selatan, tapanuli Tengah, Mandailing Natal dan Padang Lawas dengan volume produksi 207.996,02 m3. Produksi kayu bulat lainnya yang berasal dari hutan rakyat adalah jenis pinus sebanyak 78.586,89 m3 yang berasal dari Kabupaten Dairi, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Toba Samosir dan Samosir. Sedangkan jenis meranti hanya diproduksi dari hutan rakyat pada Kabupaten Padang Lawas dan kabupaten Labuhan batu Utara sebanyak 15.279,75 m3.

Hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari hutan rakyat pada tahun 2011 adalah getah pinus sebanyak 518.790,21 kg yang berasal dari Kabupaten Karo, Simalungun, Asahan dan Tapanuli Utara. Sedangkan hasil hutan bukan kayu lainnya adalah jenis rotan dengan jumlah produksi sebanyak 65.700 kg yang berasal dari Kabupaten Dairi dan Toba Samosir.

Page 8: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

28

III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN

A. Potensi kayu atau non kayu 1. Potensi kayu

Potensi hasil hutan kayu di Provinsi Sumatera Utara pada Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Karo, Humbang Hasundutan, Samosir, Padang Lawas, dan Nias Selatan dengan total potensi kayu untuk semu�� ������ ������ ������ cm) adalah sebesar 191.985,60 m³ per hektar.

2. Potensi Non Kayu Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan selain kayu, termasuk komoditas hasil perkebunan yang dipungut dari hutan negara. Potensi hasil hutan bukan kayu di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011 juga belum diinventarisasi pada seluruh kabupaten/kota dimana data potensi hasil hutan bukan kayu tersebut hanya terdapat pada Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir dengan jenis rotan sebesar 60.210 kg per hektar dan pada Kabupaten Labuhan Batu Selatan dengan jenis getah karet pada Hutan tanaman Industri (HTI) sebesar 3.750 kg per hektar. Berdasarkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan rakyat diketahui bahwa potensi hutan rakyat pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 141.058,70 m³ yang terdiri dari jenis pinus, mahoni, durian, dll. Sedangkan potensi hasil hutan bukan kayu adalah sebesar 60.210 kg.

B. Produksi kayu atau non kayu Produksi hasil hutan yang utama dihasilkan dari hutan adalah kayu bulat. Produksi kayu bulat ini dihasilkan dari hutan alam melalui kegiatan perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH/IUPHHK), kegiatan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dalam rangka pembukaan wilayah hutan, pembangunan hutan tanaman (HTI) serta kegiatan hutan rakyat.

1. Produksi Kayu Bulat

Pada Tahun 2011, total produksi kayu bulat di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.347.612,25 m³, yang bersumber dari produksi : IUPHHK-HA sebanyak 74.956,36 m³ (5,56%), IUPHHK-HT sebanyak 625.135,46 m³ (46,39%), Land Clearing Penyiapan Lahan Penanaman sebanyak 90.393,74 m³ (6,71%), Ijin Pemanfaatan Kayu sebanyak 217.973,90 m³ (16,17%) dan Hutan Rakyat sebanyak 339.152,79 m³ (25,17%). Berdasarkan jenisnya, produksi kayu bulat pada tahun 2011 terdiri dari jenis meranti, pinus, rimba campuran, dan lain-lain (seperti Eucalyptus, Acacia). Kayu bulat jenis Eucalyptus sp. dan Acacia sp. (dikelompokkan sebagai jenis dan lain-lain) merupakan kayu bulat dengan jumlah produksi terbesar dimana jenis kayu bulat ini diproduksi dari hasil pemanenan dan land clearing untuk penyiapan lahan pada IUPHHK hutan tanaman. Ditinjau dari 19 (sembilan

Page 9: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

29

belas) kabupaten/kota penghasil, maka produksi kayu bulat terbesar dihasilkan dari Kabupaten Padang Lawas, Samosir, Tapanuli Utara, dan Labuhan Batu Selatan.

2. Produksi Kayu Olahan

Jenis kayu olahan yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 terdiri dari jenis plywood, sawn wood (kayu gergajian), moulding, pulp, meubel, veneer dan produk lainnya (yang merupakan turunan kayu lapis atau jenis produk lidi) dengan total volume produksi sebesar 555.213,3800 m³.

Kayu Gergajian (sawnwood) adalah kayu hasil konversi kayu bulat dengan menggunakan mesin gergaji, mempunyai bentuk yang teratur dengan sisi-sisi sejajar dan sudut-sudutnya siku dengan ketebalan tidak lebih dari 6 cm dan kadar air tidak lebih dari 18 %. Kayu gergajian yang diolah langsung dari kayu bulat wajib didukung dengan dokumen yang sah. Tahun 2011 produksi kayu gergajian yang tercatat adalah sebesar 233.781,3457 m³. Kayu Lapis (plywood) adalah panel kayu yang tersusun dari lapisan veneer dibagian luarnya, sedangkan di bagian intinya (core) bisa berupa veneer atau material lain, diikat dengan lem kemudian dipress (ditekan) sedemikian rupa sehingga menjadi panel yang kuat. Termasuk dalam artian ini adalah kayu lapis yang dilapisi dengan material lain. Produksi kayu lapis tahun 2011 adalah sebesar 60.427,3400 m³. Kayu olahan lainnya yang diproduksi adalah jenis moulding, pulp, meuble (furniture), veneer, dan lain-lain.

3. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan selain kayu, termasuk komoditas hasil perkebunan yang dipungut dari hutan negara. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan selain kayu yang dipungut dari dalam hutan lindung dan atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-getahan, tanaman obat-obatan dan lain sebagainya. Hasil hutan bukan kayu yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2011 terdiri dari getah pinus, getah karet, rotan dan Sawit. Diketahui bahwa total produksi hasil hutan bukan kayu pada tahun 2011 adalah 47.374.250,21 kg dan 185.015 batang dengan total nilai sebesar Rp. 402.626.804.927,- Produksi hasil hutan tersebut terdiri dari getah pinus sebanyak 518.790,21 kg senilai Rp. 1.063.519.927,-; produksi getah karet sebanyak 21.209.870 kg dengan nilai sebesar Rp. 360.567.790.000,-; produksi sawit sebanyak 25.579.890 kg dengan nilai sebesar Rp. 40.927.824.000,- serta produksi rotan sebanyak 65.700 kg dengan nilai sebesar Rp. 67.671.000,-.

Berdasarkan sumber produksinya, getah pinus dihasilkan dari Kabupaten Karo, Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara dimana Kabupaten Simalungun merupakan daerah penghasil getah pinus terbesar pada tahun 2011. Getah karet merupakan hasil hutan bukan kayu yang diproduksi dari IUPHHK Hutan Tanaman yang terletak pada Kabupaten Tapanuli Selatan,

Page 10: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

30

Padang Lawas Utara dan Labuhanbatu Selatan dengan volume produksi terbesar berasal dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Produksi rotan pada tahun 2011 hanya terdapat pada Kabupaten Dairi dan Toba Samosir. Hasil hutan bukan kayu lainnya yang diproduksi di Provinsi Sumatera Utara adalah tandan buah segar (TBS) sawit sebanyak 25.579.890 kg yang merupakan komoditas hasil perkebunan yang dipungut dari hutan negara. Komoditas TBS sawit tersebut berasal dari Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 25.396.160 kg dan dari Kabupaten Padang lawas Utara sebanyak 183.730 kg

C. Flora dan fauna

1. Flora

Adapun jenis-jenis flora yang terdapat baik dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan yang telah teridentifikasi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : Angsana (Pterocarpus indicus), Nyamplung (Calophyllum inophillum), Meranti (Shorea sp), Meranti Bunga (Shorea parvifolia), Kenari

(Canarium), Malu Tua (Tristia sp), Rotan (Calamus Manau) Anggrek (Bulbophylum), Kantong Semar, (Nephenthes sp), Pandan (Pandanus sp), Sampinur bunga (Podocarpus imbricatus), Sampinur tali (Dacrydium junghuhnii), Kemenyan (Styrax sp), Hoting (Quercus sp), Suren (Toona sureni), Haundolok (Eugenia sp), Tusam (Pinus merkusii), Pulai (Alsnia scolaris), Aren (Arenga sp), Bambu

(Bambussa sp), Pakis-pakisan, Rafflesia sp, Sono kembang (Dalbergia latifolia), Angsana (Pterococarpus indicus) dan kelenjar (Samanea saman), Bunga Bangkai (Amorphophallus titanum), Altingea exelsa, Schima wallichii, Manglitia glauca, Dacrydium junghuhnii, jenis Keliung (Quercus sp), dan jenis Ficus, jenis Anggrek, Kapur (Dryobalanops aromatica), Jabon (Antocephalus cadamba), Sungkai (Peronema canescens), Perdu (Eupathorium sp), Medang (Litsea sp), Laban (Vitex sp), serta rumput-rumputan. Untuk ekosistem hutan pantai/mangrove maka vegetasinya didominasi jenis Bakau Putih/Hitam (Rizophora apiculata), Langgadai (Bruquiera parviflora), Buta-buta (Excocaria sp) dan Nyirih (Xylocarpus granatum) serta Nipah (Nipa fructican).

Page 11: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

31

2. Fauna Sedangkan jenis- jenis satwa baik yang terdapat dalam kawasan hutan maupun diluar kawasan hutan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut : kera, lutung, babi hutan, kancil, trenggiling, kus-kus, burung rangkong, rusa (Cervus unicolor), siamang (Hylobates sindactylus), kambing hutan (Capricornus

sumatrensis), trenggiling (Manis Javanica), enggang (Bucerotidae), pergam (Ducula sp), tekukur, kutilang, musang, harimau (Panthera tigris), beruang (Helarctos malayanus), burung murai, perkutut, beruk, bajing, kelelawar, walet, orang utan (Pongo pygmaeus), pelanduk (Tragulus

napu), kijang, kucing batu (Felis marmorata), ungko (Hylobates agilis) dll. Poksai jambul putih (Garrulax leucophus), julang (Rhyticeros undulatus), celepuk (Otus sp), matahari ekor panjang (Heterophasia picaides), burung kutilang, beo, kacer, srigunting serta jenis raja udang (Alcedo athis), elang Laut, ular, ikan ular sawah (Phyton reticulatus), ular gendang (Phyton curtus), kiah-kiah dan kancil.

D. Jasa lingkungan Pada tahun 2011 terdapat 2 (dua) unit perusahaan pemanfaatan jasa lingkungan di Provinsi Sumatera Utara yaitu 1 (satu) unit perusahaan pemanfaatan jasa aliran air oleh PLTA Asahan III di Kabupaten Asahan serta 1 (satu) unit perusahaan dengan pemanfaatan jasa perlindungan keanekaragaman hayati berupa taman hewan di Kota Pematang Siantar.

E. Lahan kritis Adapun total luas lahan yang telah direhabilitasi pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Utara adalah 82.989,63 hektar yang terdiri dari rehabilitasi di dalam kawasan hutan seluas 60.512 hektar dan rehabilitasi lahan di luar kawasan hutan seluas 6.045,45 hektar, reboisasi sebanyak 7.421 ha dan penanaman hutan rakyat sebanyak 4.743,53 ha serta kebun bibit seluas 4.267,55 ha. Selain itu juga dilaksanakan pembuatan dam pengendali sebanyak 20 unit, pembuatan gully plug sebanyak 36 unit dan pembutan sumur resapan sebanyak 30 unit. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan telah mampu menurunkan luas lahan kritis di Sumatera Utara yaitu pada tahun 2007 seluas 1.967.726 ha (kritis 1.526.959 ha dan sangat kritis 434.767 ha), menjadi 1.135.341 ha pada tahun 2011 dengan kategori kritis 854.610 ha dan sangat kritis 280.731 ha.

Selain kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan juga di Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan reboisasi yang merupakan upaya penanaman jenis pohon hutan pada kawasan hutan rusak yang berupa lahan kosong, alang-alang atau semak belukar untuk mengembalikan fungsi hutan. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir ini di Provinsi Sumatera Utara telah melakukan kegiatan reboisasi

Page 12: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

32

dalam kawasan hutan seluas 31.994,55 hektar yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Selain itu juga turut berperan sertanya pihak swasta untuk turut serta mengelola hutan secara lestari dan berkisambungan berupa pengembangan Hutan Tanaman Industri pada areal-areal yang kurang produktif (bekas perambahan, alang-alang, semak belukar, lahan kosong) yang berada dalam kawasan hutan sehingga menjadi produktif. Berbagai Program pemerintah pusat dalam hal ini kementrian kehutanan dalam meningkatkan fungsi kawasan hutan agar menjadi lebih produktif dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh Provinsi Sumatera Utara, antara lain melalui Pekan Penghijauan, Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon, Aksi/Gerakan Penanaman Serentak Indonesia dan Pekan Pemeliharaan Pohon, Hari Menanam Pohon Indonesia (tanggal 28 Nopember) dan Bulan Menanam Pohon Nasional (bulan Desember), penanaman dalam rangka Gerakan Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree), penanaman 1 milyar pohon (One Billion Indonesia Trees for The World-OBIT), Pembuatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) serta dalam rangka mengisi Tahun Kehutanan Internasional 2011. Dalam rangka Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon (OBIT) Tahun 2012, hingga akhir november masyarakat Provinsi Sumatera Utara telah menanam dan memelihara pohon sebanyak 35 juta batang pohon, dari target Provinsi Sumatera Utara sebanyak 50.000.000 batang bibit. Untuk mendukung Gerakan Penanaman Satu Milyar Pohon Tahun 2012, dengan target penanaman dan pemeliharaan 50.000.000 bibit pohon, dilaksanakan Kampanye Indonesia Menanam, dengan menggelorakan semangat menanam dan memelihara pohon secara terus menerus sepanjang tahun. Kegiatan penanaman pohon juga dilaksankan oleh Kodam I Bukit Barisan terutama pada lahan kritis di sekitar DTA Danau Toba yang pelaksanaannya dilakukan berupa Program Toba Go Green yang langsung dipimpin oleh Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) I Bukit Barisan. Sampai dengan saat ini jumlah bibit yang ditanam disekitar DTA Danau Toba sebanyak 650 ribu batang pohon yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kodim yang ada di Kabupaten sekitar DTA Danau Toba.

Page 13: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

33

IV. ASPEK KELEMBAGAAN

A. Model pengelolaan

Pemanfaatan Hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, secara optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

Pemanfaatan hutan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara adalah pemanfaatan hutan pada kawasan hutan produksi. Pemanfaatan Hutan Produksi dilaksanakan melalui pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Kawasan, Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu, Ijin Pemungutan Hasil Hutan Kayu, dan Ijin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu. Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari : Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK).

1. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam Jumlah IUPHHK-HA sampai dengan Tahun 2011 sebanyak 5 (lima) unit dengan luas areal 281.803 hektar, dimana 2 (dua) di antaranya tidak aktif yaitu PT. Inanta Timber dan PT. Multi sibolga Timber. Dengan demikian IUPHHK-HA yang aktif adalah sebanyak 3 (tiga) unit yaitu PT. Teluk Nauli, PT. Panei Lika Sejahtera dan PT. Gunung Raya Utama Timber Industries (GRUTI) dengan luas areal pemanfaatan seluas 212.523 hektar

2. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Pada Hutan Tanaman Sampai dengan tahun 2011, terdapat 8 (delapan) unit Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman yang aktif di Provinsi Sumatera Utara dengan total luas areal pemanfaatan adalah 405.860,00 hektar. Data selengkapnya pada Tabel dibawah ini :

Tabel 17. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman No. Nama Perusahaan Luas Lokasi 1. PT. Hutan Barumun Perkasa 11.845 Padang Lawas Utara 2. PT. Putra Lika Perkasa 13.000 Tapsel dan Labuhan Batu 3. PT. Sinar Belantara Indah 6.200 Labusel 4. PT. Sumatera Riang Lestari 65.000 Labusel, Palas dan Paluta 5. PT. Sumatera Sylva Lestari 42.530 Palas 6. PT. Toba Pulp Lestari 188.055 Tobasa, Taput, Humbanghas,

Dairi, Samosir dan Tapsel 7. PT. PIR Hutan Lestari 30.000 Taput dan Tobasa 8. PT. Anugerah Rimba MAkmur 49.230 Madina

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Page 14: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

34

3. IPK pada Hutan Alam Jumlah Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011 adalah sebanyak 11 (sebelas) unit dengan total luas areal pemanfaatan adalah 19.423,24 hektar. Areal IPK tersebut berada pada Kabupaten Tapanuli Selatan seluas 4.174,00 hektar, pada Kabupaten Mandailing Natal seluas 12.283,24 hektar, pada Kabupaten Tapanuli Tengah seluas 1.850,00 hektar, Kabupaten Labuhan Batu Utara seluas 514,00 hektar dan pada Kabupaten Padang Lawas seluas 602 hektar.

4. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK)

Pada tahun 2011 terdapat 18 (delapan belas) Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) di Provinsi Sumatera Utara dengan total luas areal 34.108 hektar yang tersebar pada beberapa Kabupaten/Kota, baik pada Hutan Alam maupun pada Hutan Tanaman. Jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan antara lain getah pinus, rotan dan getah karet.

5. Industri Pengolahan Kayu

Jenis industri primer hasil hutan kayu tersebut dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu: a. Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Kapasitas > 6.000 m3 per tahun

Berdasarkan data industri primer hasil hutan kayu yang menyampaikan RPBBI tahun 2011 diketahui bahwa jumlah IPHHK dengan kapasitas di atas 6.000 m3 per tahun di Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 23 unit industri, terdiri dari 9 unit IPHHK yang melakukan perluasan, sebanyak 12 unit IPHHK yang melakukan pembaharuan dan terdapat 2 unit ijin baru IPHHK.

b. Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) Kapasitas ��6.000 m3 per tahun

Pada tahun 2011 terdapat 216 unit Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) ������ ���������� �� ������ �3 per tahun yang tersebar pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Terdapat 7 (tujuh) kabupaten di Provinsi Sumatera ��� �����������������������������������������3 per tahun) dengan jumlah unit ���������������

B. Sumber Daya Manusia (SDM)

Tabel 18. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Sumatera Utara

No Instansi Jumlah SDM Menurut Golongan

Jumlah IV III II I

L P L P L P L P L P Tot

1 BPPHP. Wilayah II Medan 21 4 8 3 29 7 36

2 BPDAS Wampu – Sei Ular 1 24 13 9 2 1 34 16 50 3 BPDAS Asahan Barumun 1 24 5 4 3 29 8 37 4 BPH Mangrove Wil. II Medan 1 11 8 4 16 8 24 5 Balai Besar KSDA Sumatera Utara 4 1 90 29 82 13 5 181 43 224 6 Balai Besar TN. Gn. Leuser 3 1 84 15 76 11 2 165 27 192 7 Balai TN. Batang Gadis 1 15 3 25 2 41 5 46

Page 15: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

35

8 BPKH Wil. I Medan 1 46 20 12 5 1 60 25 85

9 Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli

2 37 11 23 5 6 68 16 84

10 Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar

9 2 23 13 15 3 2 49 18 67

11 Dishutprov Sumut Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)

C. Sarana dan prasarana Pengelompokkan sarana dan prasarana pengamanan hutan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari sarana pengaman, sarana angkutan/transportasi, sarana komunikasi, sarana navigasi, dan lain-lain

Tabel 19. Sarana dan prasarana pengamanan hutan di Provinsi Sumatera Utara

No. Jenis Sarana/Prasarana Satuan Jumlah Keterangan

1 Sarana Pengamanan

a. Senjata api

- Laras Pendek/Genggam Jenis pucuk/unit 28 Baik

- Laras Panjang Jenis PM 1 A1 pucuk/unit 140 Baik

b. Amunisi butir -

- Laras Pendek/Genggam jenis Cz-83 butir 500 Baik

- Laras Panjang Jenis PM 1 A1 butir 2.500 Baik

2 Sarana Angkutan/Transportasi

a. Kendaraan Roda 4 buah 4 Baik

b. Kendaraan Roda 2 buah 4 Baik

3 Sarana Komunikasi

a. Reg. buah -

b. HT (Handy Talky) buah 10 Baik

4 Sarana Navigasi

a. GPS buah 2

b. Kompas buah 1

5 Sarana Lain-Lain

a. Pos Pemeriksaan Hasil Hutan buah 4

b. Gudang Barang Sitaan buah 4

c. Lemari Senjata Api buah 2

d. Sleeping Bag buah 10

e. Matras buah 10

f. Tenda buah 2

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Page 16: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

36

D. Prospek Pengelolaan Hutan 1. Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)

Perkembangan pembentukan KPH di Provinsi Sumatera Utara hingga tahun 2011 sesuai surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor S.643/VII-WP3H/2009 tanggal 30 Juli 2009 perihal Arahan pencadangan KPH, maka telah diarahkan sebanyak 35 unit KPH untuk dicadangkan di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.831.363 ha dan 14 unit KPHL seluas 1.371.627 ha dengan total luas 3.202.990 ha.

Selanjutnya, berdasarkan surat Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor No. 522/718 tanggal 29 Januari 2010 perihal Usulan penetapan KPH, maka telah diusulkan sebanyak 33 unit KPH untuk ditetapkan di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.836.135 ha dan 14 unit KPHL seluas 1.368.645 ha dengan total luas 3.204.780 ha. Hingga pada tahun 2010, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.102/Menhut-II/2010 tanggal 5 Maret 2010 telah ditetapkan sebanyak 33 unit KPH di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 19 unit KPHP seluas 1.831.884 ha dan 14 unit KPHL seluas 1.364.497 ha dengan total luas 3.196.381 ha. Dari 33 unit KPH yang telah ditetapkan tersebut, 22 unit berada pada kabupaten/kota dan 11 unit lainnya berada pada lintas kabupaten/kota.

2. Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Kepala Badan Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan telah menyampaikan peta arahan indikatif lokasi Hutan Tanaman Rakyat kepada para Bupati di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Sosialisasi HTR di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan saat ini, telah dilaksanakan di tingkat provinsi dan kabupaten oleh BP2HP Wilayah II Medan. Sosialisasi tingkat kabupaten telah dilaksanakan di 8 (delapan) Kabupaten, yaitu: Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Labuhan Batu. Sampai dengan akhir tahun ini sedikitnya direncanakan sosialisasi HTR pada (empat) Kabupaten, yaitu: Kabupaten Simalungun, Kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara dan Kabupaten Toba Samosir.

Sampai dengan Desember Tahun 2011, hanya terdapat 1 (satu) Unit IUPHHK-HTR di Provinsi Sumatera Utara yaitu atas nama Koperasi Mitra Madina Lestari setelah pada Tanggal 22 Oktober 2008 Bupati Mandailing Natal menerbitkan SK IUPHHK-HTR kepada Koperasi Mitra Madina Lestari dengan Luas ± 8.794 Hektar dengan realisasi penanaman seluas 24 hektar.

3. Pembangunan Hutan Desa

Sampai dengan tahun 2011 terdapat 72 unit hutan desa yang tersebar pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan total luas kawasan adalah

Page 17: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

37

148.940 hektar. Namun hingga saat ini belum ada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Desa baik dalam bentuk IUPHHK HA, IUPHHK HT, IUPHHBK maupun IUPJL pada hutan desa.

4. Pengembangan Hutan Rakyat Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, kegiatan hutan rakyat yang dilaksanakan di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari pengembangan/pembangunan hutan rakyat dan Pembangunan areal model hutan rakyat. Realisasi pembuatan/pengembangan pembangunan pengelolaan hutan rakyat selama kurun waktu 5 tahun terakhir seluas 9.598,53 ha dari target seluas 9.308,50 ha

5. Hutan Kemasyarakatan Sampai dengan tahun 2011, luas penanaman pada hutan kemasyarakatan adalah 44.998,05 ha yang terdiri dari 24.837,37 ha di Kabupaten Asahan, seluas 19.472,18 ha di Kabupaten Mandailing Natal, seluas 638,50 ha di Kabupaten Toba Samosir, dan seluas 50 ha di Kabupaten Serdang Bedagai. Pembangunan hutan kemasyarakatan di Provinsi Sumatera Utara belum didukung dengan pelaksanaan pelatihan petugas lapangan maupun pelatihan terhadap petani atau LSM.

E. Daftar UPT, LSM Dan Lembaga Terkait Di Provinsi

Tabel 20. Daftar Dinas provinsi dan kabupaten

No. INSTANSI/KANTOR

DINAS/BALAI ALAMAT

1. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Jl. Sisingamangaraja Km. 5,5 No. 14 Medan 061-7862065 061-7862065

2. Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan Jl. Medan-Berastagi Km. 60, Tongkoh 0628-91821

3. Dinas Kehutanan Jl. Karya No. 1, Lubuk Pakam 061-7952779 061-7951557

4. Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Jl. Jamin Ginting, Kompleks P&K, Kabanjahe, Kab. Karo 0628-21174 0628-21174

5. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Pelita 18, Sidikalang, Dairi 0627-21032 0627-21032

6. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Negara No. 300, Sei Rampah 7. Dinas Kehutanan Jl. Besar Simpang Dolok Lubuk Besar Km. 8 8. Dinas Kehutanan Jl. Gose Gautama No. 88, Rantau Prapat

0624-21866 0624-21866

9. Dinas Kehutanan Jl. Sisingamangaraja, Pematang Siantar 0622-22286

Page 18: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

38

9. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Turi No. 1, Kisaran 0623-41946

10. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Bukit Barisan No. 21 E, Balige 0632-21338 0632-21338

11. Dinas Kehutanan Jl. Raja Johanes Km. 2,5-Tarutung 0633-21722

12. Dinas Pertambangan dan Kehutanan Jl. Siliwangi 13, Dolok Sanggul 0633-31779 0633-31779

13. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan Lingkungan Hidup

Panorama Indah Sindeka, Salak, Pakpak Bharat 0627-433006

14. Dinas Kehutanan dan Perkebunan 0631-371293

15. Dinas Kehutanan Jl. Perintis Kemerdekaan No. 54, Kota Padang Sidempuan 0634-24296 0634-24296

16. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Komplek Perkantoran Payaloting, Panyabungan 0636-326168 0636-326168

17. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. Sisingamangaraja No. 179, Gunung Tua 0635-510796

18. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal)

Jl. Gatot Subroto No. 30, Binjai 061-8824365 061-8824365

19. Dinas Pertanian Kota Pematang Siantar Jl. Melanthon Siregar No. 203, Pematang Siantar 0622-7436383 0622-27600

20. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jln. Imam Bonjol No.57 061-8912043

21. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jl. DR. Hadrianus Sinaga Pangururan 0626-20315

22. Dinas Pertanian dan Kehutanan Jl. Sitolu Banua Kec. Lahomi

23. Dinas Pertanian dan Kehutanan Jl. Kartini No.17 Kelurahan Pasa Teluk Dalam 0630-2121212

24. Dinas Kehutanan Jl. Imam Bonjol No.11 Sibuhuan 0636-7005867

������������� �������������������������������� �����No Nama UPT Alamat

1.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara

Jl. S.M. Raja No.14 Km.5,5 Marindal, Medan Tlp/fax : (061) 7860606 / 7853749

2.

Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Medan

Jl. Selamat No.137 Kel. Siti Rejo III Medan Amplas, Medan 20219 Tlp/fax : (061) 7872919 / 7864510

Page 19: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

39

3.

Balai Taman Nasional Batang Gadis, Penyabungan

Jl. Willem Iskandar Kel. Pidoli Dolok, Panyabungan Tlp/fax : (0636) 321375 / 321670

4. Balai Pengelolaan DAS Wampu Sei Ular, Medan

Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Simpang Marendal, Medan 20147 Tlp/fax : (061) 7862613

5. Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun, Pematangsiantar

Jl. Viyata Yuda No.108 Pematangsiantar Tlp/fax : (0622) 431261 / 430040

6. Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I

Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14, Medan Tlp/fax : (061) 7853610

7. Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah II Medan

Jl. Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Simpang Marendal, Medan 20147 Tlp/fax : (061) 7870760 / 7866782

8. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah I Medan

Jl. Pembangunan No.6 Helvetia, Medan Tlp/fax : (061) 8460485, 8460486 / 8469051

9. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli, Sumatera Utara

Komp. BPK Aek Nauli Jl. Raya Parapat Ds. Sibaganding, Parapat Tlp/fax : (0625) 41659 / 891963

10. Balai Diklat Kehutanan Pematangsiantar

Jl. Bali No.12 Kotak Pos 116 Pematangsiantar Tlp : (0622) 23908 fax : (0622) 23771

Page 20: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

40

V. POTENSI UNGGULAN PROVINSI

1. Hasil Hutan Bukan Kayu Hasil Huan Bukan Kayu merupakan hasil hutan yang menjadi harapan setelah era hasil hutan kayu mengalami penurunan akibat luas hutan dan potensi yang semakin berkurang. Di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang menjadi tanaman unggulan yang sangat menghasilkan untuk Tanaman Hasil Hutan Bukan Kayu sangat banyak antara lain : Madu, Kemiri, Kemenyan, Gambir, Gondorukem, Getah Karet, Rotan, Bambu, dan aren. Produksi Hasil

Hutan Bukan Kayu saat sekarang ini masih di kelola secara tradisional dan sangat sedikit yang di kelola secara industri. Sampai saat ini masyarakat hanya memanfaatkan kayu nya saja dan sangat sedikit upaya untuk memanfaatkan hasil dari bukan kayunya.

2. Jasa Lingkungan : a. Cagar Alam Dolok Tinggi Raja

Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja memiliki fenomena alam yang khas antara lain sumber air panas yang mengandung belerang membentuk teras-teras tanah kapur ke bawah dengan warna beraneka ragam.

b. Taman Wisata Sibolangit Obyek wisata yang menjadikan daya tarik di Kawasan ini adalah pemandangan alam yang indah dan tenang disamping aneka koleksi (kebun) botaninya. Fasilitas wisata pendukung yang telah tersedia seperti : jalan setapak mengelilingi kawasan, pondok tedung (shelter), guest house dan pusat informasi (Kantor Resort

KSDA Sibolangit atau Sub Seksi KSDA Deli Serdang).

Page 21: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

41

c. Taman Wisata Lau Debuk-Debuk Daya tarik utama kawasan ini yaitu adanya kolam yang sekaligus tempat permandian alam dengan sumber air panas yang mengandung belerang. Dekat dengan kolam tersebut terdapat juga sumur serta kotak-kotak kecil sebagai tempat pemujaan/sesajen.

Lokasi Lau Debuk-debuk merupakan salah satu tempat suci dan keramat terbesar bagi penganut aliran kepercayaan orang Karo. Penganutnya disebut "Kalak Pemena" (Perbegu = animisme). Pada hari-hari tertentu, menurut hari-hari Karo, para penganut aliran kepercayaan "Pemena" ini melakukan acara "Erpangir" (mandi bersihkan diri dengan air bunga) di Lau Debuk-debuk. Air bunga disebut "Lau Pangiren" yang terdiri dari jeruk purut, rimo malem (jeruk biasa) dan bunga rampai. Sebelum erpangir mereka terlebih dahulu menyerahkan sesajen.

d. Taman Wisata Deleng Lancuk

Deleng Lancuk dan Danau Lau Kawar memiliki potensi kepariwisataan yang sangat tinggi berupa kombinasi antara alam berbukit dengan danau yang berair jernih. Kondisi ini menciptakan panorama alam yang sangat indah dan menarik. Disamping itu keadaan cuaca sejuk yang diperngaruhi oleh hembusan angin pegunungan segar membuat perasaan semakin nyaman. Dengan potensi danaunya dapat dilakukan

kegiatan-kegiatan wisata seperti menikmati pemandangan alam, hiking, memancing di Danau Lau Kawar atau berkemah. Prasaranana dan sarana pendukung yang tersedia di Kawasan Hutan Wisata Alam Deleng Lancuk antara lain jalan masuk, pintu gerbang (loket karcis), areal camping ground dan MCK. Sarana penginapan (seperti hotel, losmen dan motel) sampai saat ini belum ada.

e. Taman Wisata Sicikeh-Cikeh

Hutan Wisata Sicikeh-cikeh, dengan potensi flora dan fauna yang dapat dijadikan sebagai laboratorium penelitian hutan. Kawasan ini mempunyai 3 buah danau saling berdekatan dan keadaan airnya yang tetap stabil.

Page 22: 0610cf3073d4cec8f4d7630b99ee27b8

42

f. Taman Wisata Holiday Resort Di Taman Wisata Holiday Resort terdapat lokasi Pusat Latihan Gajah, lokasi penangkapan satwa, arboretum dan lokasi wisata.Pusat Latihan Gajah ini dimaksudkan untuk mendidik/melatih gajah-gajah yang menggangu menjadi gajah jinak/terlatih agar dapat dimanfaatkan.

g. Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yangpenting diSumatera Utara. Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat. Sarana

prasarana seperti jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak dibeberapa kawasan. Sarana akomodasi danpenginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai dengan Brantagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf international. Sebagai jantung utama Tahura Bukit Barisan berada di Tongkoh.