06_02_2011_009-green-concern-gaya-hidup-dan-lingkungan-hidup-pola-komsumtif-hijau.pdf

2
G REEN  CONCERN 9 Agar mendapat pakaian se- suai kebutuhan, anggota me- masukkan data pakaian yang dibutuhkan, termasuk jenis kelamin, usia, dan ukuran tu-  buh anak. Setelah itu ThredUP mengirimkan data 10 ‘boks’ pakaian yang bisa dipilih. Boks pakaian yang dipilih dikirim langsung oleh pemilik pakaian yang terpilih. Dengan begitu, sistem per- tukaran ini memang berbasis kepercayaan yang kuat. Tidak ada petugas penyortir pakai- pakaian. Setiap minggunya, 1.000 orang tua lain mendaftar  jadi anggota. “Efektivitas pengeluaran- nya luar biasa dan rasanya me nyenangkan bisa punya kesempatan berbagi dengan sesama di seluruh negeri,” kata Kelly Trella, ibu dari anak  berusia dua ta hun, kepa da USA Today. Trella yang tinggal di Con- necticut hanya membayar US$13 atau sekitar Rp117 ribu untuk 13 pakaian. Biaya Homer mendapat saran untuk mengembangkan ke lini pakai- an anak. ThredUP menghitung untuk  baju anak s ampai usia 1 7 tah un, para orang tua di AS sedikitnya mengeluarkan US$20.000 atau sekitar Rp180 juta. Pengelu- aran tersebut terutama untuk  baju harian yang dipaka i ke sekolah. Pertukaran baju anak ini dibuka pada April 2010 dan da- lam waktu empat bulan sekitar 15.000 orang tua saling bertukar P ERBAIKAN lingkung- an tidak mesti tergan- tung teknologi atau sumber energi. Mengubah gaya hidup, teru- tama yang boros, bisa mengu- rangi beban lingkungan. Ini  bukan hanya berarti memati- kan lampu atau menutup keran air, tapi juga konsumsi lainnya, termasuk pakaian. Mengurangi pemborosan  belanja pakaian dengan bar- ter adalah cara yang diusung  James Reinhart, Oliver Lubin, dan Chris Homer. Ini patut direnungkan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi dampak lingkungan akibat konsumsi pakaian di AS yang  berlebihan. Belanja pakaian sering kali  bukan karena kebutuhan, na- mun hanya didorong gaya hidup konsumtif. Tiga seka- wan itu pun mendirikan situs ThredUP  , ber asa l dar i kat a  benang dalam bahasa I nggris (thread) namun terjadi kesalah- an dalam proses pendaftaran situs. Situs ini memfasilitasi orang untuk saling bertukar pakaian. “Tujuannya agar keluarga  bis a men ghe mat uan g da n melakukan hal baik untuk ling- kungan,” kata Reinhart kepada Wall Street Journal. Didirikan pada Januari 2009, hanya dalam beberapa bulan ribuan orang mendaftar se-  bagai angg ota. Dari merek a pula, Reinhart, Lubin, dan MINGGU, 6 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Bukan hanya menghemat pengeluaran, tapi  juga membantu mengurangi tekanan lingkungan dari industri tekstil dan pakaian. BINTANG K RISANTI REUTERS/FRED PROUSER  Aksi Hi jau lewat Bertukar Ba ju KURANGI PEMBOROSAN:  Seorang wanita memilih baju di sebuah toko di Hollywood, California, Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu. Demi mengurangi pemborosan belanja pakaian serta dampak lingkungannya, tiga pria asal AS mendirikan situs yang memfasilitasi orang berbarter pakaian. tersebut juga bukanlah harga pakaian, melainkan ongkos pengiriman. ThredUP juga me- mastikan US$1 dari tiap tran- saksi penukaran disumbang- kan ke badan amal. Untuk bisa mendapatkan pakaian ini, Trella terlebih dulu harus mendaftarkan pakaian anaknya yang ingin ditukar.  Juml ahny a dipa stika n sama karena jumlah tersebut meru- pakan ukuran standar penu- karan. ThredUP menyebutnya sebagai 1 boks pakaian. Energi Terbarukan Penuhi Dunia pada 2050 LAPORAN yang baru-baru ini dikeluarkan organisasi lingkungan WWF bersama Ecofys menye-  butkan bahwa pada 2050 energi terbarukan sudah bisa memenuhi hingga 95% kebutuhan energi dunia. Energi terbarukan itu terutama dihasilkan dari energi surya dan panas bumi. Sekarang ini 80% energi dunia masih dipenuhi dari energi fosil. Sisanya antara lain di- pasok nuklir, biomassa, dan energi terbarukan lainnya. Bukan hanya energi fosil, kedua organisasi itu yakin pada 2050, nuklir dan biomassa juga sudah hampir tidak digunakan lagi di dunia. Namun, berbagai penghematan energi harus dilakukan lebih keras untuk mencapai kondisi ini. WWF dan Ecofys menyebutkan pemakaian energi di gedung-gedung bertingkat harus dikurangi 60% dengan cara pemakaian energi surya. Penggunaan alat transportasi tenaga listrik juga harus lebih luas dan tentunya juga kebiasaan untuk bersepeda dan berjalan kaki. Pemerintah  berbagai negara juga didorong untuk memberi insentif pada penggunaan energi terbarukan. (Reu/Big/M-1)  AP INFO HIJAU Gelombang Pasang Jadi Sumber Energi KETIMB ANG membiarkan war- ganya menjadi kor-  ban banjir rob, ada  baikny a pemeri n- tah melirik yang dilakukan India. Di Negara Bagian Gu-  jar at, gel omba ng pasang dimanfaat- kan menjadi sum-  ber energ i listr ik. Stasiun pembang- kit yang dibangun di Teluk Kutch tersebut diperkirakan mampu meng- hasilkan 50 megawatt (Mw) listrik dari 50 turbin yang akan dipasang. Itu  belum kapasitas maksimal. Kemampuan stasiun yang dibangun lewat kerja sama dengan perusa- haan Atlantis Resources itu bisa ditingkatkan hingga 200 Mw lebih. India kini sedang berlomba dengan Korea Selatan, yang sedang berencana membangun stasiun pembangkit listrik serupa di Danau Sihwa, untuk menjadi yang pertama di Asia dalam hal teknologi ini yang akan dimulai pada 2012. Di Eropa, stasiun pembangkit listrik energi gelombang pasang sudah ada di La Rance, Prancis. Energi yang dihasilkan mencapai 240 Mw. Energi listrik dari gelombang pasang sebenarnya telah diteliti sejak lama. Namun, potensinya baru dilirik serius beberapa tahun terakhir ini. (news.bbc.co.uk/Big/M-1) Belajar Hijau lewat Boneka Binatang BANY AK orang bilang kepedulian lingkungan harus dibiasakan sejak kecil, tapi bagaimana cara seder- hananya tidak banyak yang tahu. Cara sederhana membuat anak mencintai lingkungan ternyata bisa dilakukan lewat boneka binatang. Hal itulah yang dilakukan aktivis lingkungan asal Selandia Baru, Matt Prescott. Pria yang juga penggagas gerak- an lingkungan eDay tersebut mendekatkan soal lingkungan pada anak usia sekolah di negara itu lewat boneka  puppet (boneka yang digerak-gerakkan dengan tangan) berbentuk binatang. Da- lam eDay yang baru lalu, anak- anak diajak membuat boneka itu sendiri. Proses pembuatan itu sekaligus mengajarkan cara daur ulang karena yang digunakan adalah barang-  barang bekas seperti kaus kaki. Anak-anak bukan hanya menghargai karya mereka sendiri, melainkan  juga didorong untuk tahu l ebih b anyak tentang binatang- binatang tersebut. Dari sinilah proses belajar tentang alam dan berikut makhluk hidupnya  bisa di kembangkan. Cara se perti ini telah menyebar cukup lua s di sekolah- sekolah di Selandia Baru. (news.bbc.co.uk/M-1)  ANTARA DOK BBC.UK an yang datang langsung dari ThredUP. Penerima pakaian  juga harus berupa ya sendi ri untuk memastikan kesehatan pakaian. ThredUP menyedia- kan layanan pengaduan, dan mereka yang mengirimkan pakaian tidak layak atau kotor akan diblokir. Kurangi beban lingkungan Daya tarik ThredUP memang lebih pada penghematan be- lanja pakaian. Namun, jika memperhitungkan dampak industri tekstil dan pakaian pada lingkungan, bertukar pakaian bisa mengurangi beban lingkungan. Kebanyakan tekstil, baik yang serat alam maupun sin- tetis, memberi dampak negatif pada lingkungan. Serat sintesis seperti nilon dan polister meru- pakan tekstil yang dibuat dari turunan minyak bumi. Seperti dimuat dalam lapor- an Laksmi Challa dari Departe- men Teknologi dan Manajemen Pakaian Universitas Banga- lore, proses produksi nilon menghasilkan nitro oksida (N2O) yang 310 kali lebih kuat menghasilkan efek rumah kaca daripada karbon dioksida. Adapun produksi polister menghabiskan banyak air untuk proses pendinginannya. Bukan hanya ikut menipiskan cadang- an minyak bumi, produksi tekstil juga ikut membabat paru- paru dunia. Ini terutama terjadi untuk menghasilkan kain rayon. Banyak hutan alam ditebang untuk lahan plantasi eucalyptus yang merupakan pohon utama untuk rayon. Pohon eucalyptus  sendiri terkenal rakus air dan dampak lingkungan makin besar karena untuk menghasilkan rayon, pulp pohon ini harus diproses dengan asam sulfur. Katun yang merupakan se- rat alam nyatanya juga tidak  benar-benar hijau. LSM Pesti- cide Action Network menyebut perkebunan katun merupakan perkebunan yang paling ba- nyak menggunakan pestisida. Memang sekarang ini su- dah banyak perkebunan yang menghasilkan katun organik atau tanpa pestisida, tapi harga  jualnya jauh lebih tinggi ketim-  bang katun biasa. Dengan be- gitu, hanya sedikit orang yang  bisa membeli pakaian berbahan katun organik.  Jejak karbon yang t imbul dari perdagangan katun organik ini  juga cukup besar kar ena perke-  bunannya baru ada d i sedikit negara. Beban lingkungan juga makin besar jika kita menghi- tung penggunaan pewarna sintetis. Padahal hampir semua pakaian massal menggunakan pewarna jenis ini. Ketika sifat alamiah manusia yang pembosan sulit diting- galkan, barter adalah salah satu  jalan agar pakaian bisa diman- faatkan maksimal. Tentu saja, memberikannya secara cuma- cuma kepada yang membutuh- kan akan jauh lebih baik. (M-1) miweekend@ mediaindonesia.com  T  i  p  s MARI NEBENG DAN SELAMATKAN LINGKUNGAN! A NDA suka menebeng ? Jangan malu, justru dalam kondisi krisis energi sekarang ini Anda harus lebih giat menebeng. Ya, menebeng atau menumpang kendaraan orang lain bukan hanya menghemat ongkos, melainkan juga energi dan emisi. Menurut Institut for Essential Service Reform (IESR) Indonesia, tiap mencapai berjam-jam. Di AS, setiap harinya total waktu yang dihabiskan seluruh warga saat macet di jalan mencapai 16 juta jam. Oleh karena itu, kegiatan menebeng sekarang ini bermunculan di kota-kota besar dunia. Kegiatan yang semula hanya menjadi alternatif orang per orang menjadi kegiatan yang dikoordinasi dengan sistem melalui situs daring. Melalui www. nebeng.com, mereka yang mencari mobil untuk menebeng akan bertemu dengan pengendara yang bersedia ditumpangi. Sebanyak 33.000 orang kini sudah bergabung untuk berbagi kendaraan. Kebanyakan anggota Nebeng.com, berasal dari Jakarta, diikuti Bekasi,  Tangerang, Bo gor, dan Depok. Tujuannya agar keluarga bisa menghemat uang dan melakukan hal baik untuk lingkungan.” James Reinhart Pendiri ThredUP.com DOK THREDUP.COM

Transcript of 06_02_2011_009-green-concern-gaya-hidup-dan-lingkungan-hidup-pola-komsumtif-hijau.pdf

7/17/2019 06_02_2011_009-green-concern-gaya-hidup-dan-lingkungan-hidup-pola-komsumtif-hijau.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/06022011009-green-concern-gaya-hidup-dan-lingkungan-hidup-pola-komsumtif-hijaupdf 1/1

GREEN CONCERN 9

Agar mendapat pakaian se-suai kebutuhan, anggota me-masukkan data pakaian yangdibutuhkan, termasuk jeniskelamin, usia, dan ukuran tu- buh anak. Setelah itu ThredUPmengirimkan data 10 ‘boks’pakaian yang bisa dipilih. Bokspakaian yang dipilih dikirimlangsung oleh pemilik pakaianyang terpilih.

Dengan begitu, sistem per-tukaran ini memang berbasiskepercayaan yang kuat. Tidakada petugas penyortir pakai-

pakaian. Setiap minggunya,1.000 orang tua lain mendaftar jadi anggota.

“Efektivitas pengeluaran-nya luar biasa dan rasanyamenyenangkan bisa punyakesempatan berbagi dengansesama di seluruh negeri,”kata Kelly Trella, ibu dari anak berusia dua tahun, kepada USAToday.

Trella yang tinggal di Con-necticut hanya membayarUS$13 atau sekitar Rp117ribu untuk 13 pakaian. Biaya

Homer mendapat saran untukmengembangkan ke lini pakai-an anak.

ThredUP menghitung untuk baju anak sampai usia 17 tahun,para orang tua di AS sedikitnyamengeluarkan US$20.000 atausekitar Rp180 juta. Pengelu-aran tersebut terutama untuk baju harian yang dipaka i kesekolah.

Pertukaran baju anak inidibuka pada April 2010 dan da-lam waktu empat bulan sekitar15.000 orang tua saling bertukar

PERBAIKAN lingkung-an tidak mesti tergan-tung teknologi atausumber energi.

Mengubah gaya hidup, teru-tama yang boros, bisa mengu-rangi beban lingkungan. Ini bukan hanya berarti memati-kan lampu atau menutup keranair, tapi juga konsumsi lainnya,termasuk pakaian.

Mengurangi pemborosan belanja pakaian dengan bar-ter adalah cara yang diusung James Reinhart, Oliver Lubin,dan Chris Homer. Ini patutdirenungkan sebagai salah satualternatif untuk mengurangidampak lingkungan akibatkonsumsi pakaian di AS yang berlebihan.

Belanja pakaian sering kali

 bukan karena kebutuhan, na-mun hanya didorong gayahidup konsumtif. Tiga seka-wan itu pun mendirikan situsThredUP , ber asa l dar i kat a benang dalam bahasa I nggris(thread) namun terjadi kesalah-an dalam proses pendaftaransitus. Situs ini memfasilitasiorang untuk saling bertukarpakaian.

“Tujuannya agar keluarga bis a men ghe mat uan g da nmelakukan hal baik untuk ling-kungan,” kata Reinhart kepadaWall Street Journal.

Didirikan pada Januari 2009,hanya dalam beberapa bulanribuan orang mendaftar se- bagai angg ota. Dari merek apula, Reinhart, Lubin, dan

MINGGU, 6 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

Bukan hanyamenghematpengeluaran, tapi juga membantumengurangitekanan lingkungandari industri tekstil danpakaian.

BINTANG K RISANTI

REUTERS/FRED PROUSER

 Aksi Hijau lewat Bertukar Baju

KURANGI PEMBOROSAN: Seorang wanita memilih baju di sebuah toko di Hollywood, California, Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu. Demimengurangi pemborosan belanja pakaian serta dampak lingkungannya, tiga pria asal AS mendirikan situs yang memfasilitasi orang berbarter pakaian.

tersebut juga bukanlah hargapakaian, melainkan ongkospengiriman. ThredUP juga me-mastikan US$1 dari tiap tran-saksi penukaran disumbang-kan ke badan amal.

Untuk bisa mendapatkanpakaian ini, Trella terlebih duluharus mendaftarkan pakaiananaknya yang ingin ditukar. Juml ahny a dipa stika n samakarena jumlah tersebut meru-pakan ukuran standar penu-karan. ThredUP menyebutnyasebagai 1 boks pakaian.

Energi Terbarukan Penuhi Dunia pada 2050

LAPORAN yang baru-baru inidikeluarkan organisasi lingkunganWWF bersama Ecofys menye- butkan bahwa pada 2050 energiterbarukan sudah bisa memenuhi

hingga 95% kebutuhan energidunia.

Energi terbarukan itu terutamadihasilkan dari energi surya danpanas bumi. Sekarang ini 80%energi dunia masih dipenuhi darienergi fosil. Sisanya antara lain di-pasok nuklir, biomassa, dan energiterbarukan lainnya.

Bukan hanya energi fosil, keduaorganisasi itu yakin pada 2050,nuklir dan biomassa juga sudahhampir tidak digunakan lagi didunia. Namun, berbagai penghematan energi harus dilakukan lebih kerasuntuk mencapai kondisi ini. WWF dan Ecofys menyebutkan pemakaianenergi di gedung-gedung bertingkat harus dikurangi 60% dengan carapemakaian energi surya.

Penggunaan alat transportasi tenaga listrik juga harus lebih luas dantentunya juga kebiasaan untuk bersepeda dan berjalan kaki. Pemerintah berbagai negara juga didorong untuk memberi insentif pada penggunaanenergi terbarukan. (Reu/Big/M-1)

 AP

INFO HIJAU

Gelombang Pasang Jadi Sumber Energi

K E T I M B A N Gmembiarkan war-ganya menjadi kor- ban banjir rob, ada baikny a pemeri n-

tah melirik yangdilakukan India. DiNegara Bagian Gu- jar at, gel omba ngpasang dimanfaat-kan menjadi sum- ber energ i listr ik.Stasiun pembang-kit yang dibangun di Teluk Kutch tersebut diperkirakan mampu meng-hasilkan 50 megawatt (Mw) listrik dari 50 turbin yang akan dipasang. Itu belum kapasitas maksimal.

Kemampuan stasiun yang dibangun lewat kerja sama dengan perusa-haan Atlantis Resources itu bisa ditingkatkan hingga 200 Mw lebih. Indiakini sedang berlomba dengan Korea Selatan, yang sedang berencanamembangun stasiun pembangkit listrik serupa di Danau Sihwa, untukmenjadi yang pertama di Asia dalam hal teknologi ini yang akan dimulaipada 2012. Di Eropa, stasiun pembangkit listrik energi gelombang pasangsudah ada di La Rance, Prancis.

Energi yang dihasilkan mencapai 240 Mw. Energi listrik dari gelombangpasang sebenarnya telah diteliti sejak lama. Namun, potensinya baru dilirikserius beberapa tahun terakhir ini. (news.bbc.co.uk/Big/M-1)

Belajar Hijau lewat Boneka Binatang

BANYAK orang bilang kepedulianlingkungan harus dibiasakan sejakkecil, tapi bagaimana cara seder-hananya tidak banyak yang tahu.Cara sederhana membuat anak

mencintai lingkungan ternyata bisadilakukan lewat boneka binatang.Hal itulah yang dilakukan aktivislingkungan asal Selandia Baru,Matt Prescott.

Pria yang juga penggagas gerak-an lingkungan eDay tersebutmendekatkan soal lingkunganpada anak usia sekolah di negaraitu lewat boneka  puppet  (bonekayang digerak-gerakkan dengantangan) berbentuk binatang. Da-lam eDay yang baru lalu, anak-anak diajak membuat boneka itu sendiri. Proses pembuatan itu sekaligusmengajarkan cara daur ulang karena yang digunakan adalah barang- barang bekas seperti kaus kaki.

Anak-anak bukan hanya menghargai karya mereka sendiri, melainkan juga didorong untuk tahu lebih banyak tentang binatang-binatang tersebut.Dari sinilah proses belajar tentang alam dan berikut makhluk hidupnya bisa dikembangkan. Cara seperti ini telah menyebar cukup luas di sekolah-sekolah di Selandia Baru. (news.bbc.co.uk/M-1)

 ANTARA 

DOK BBC.UK 

an yang datang langsung dariThredUP . Penerima pakaian juga harus berupa ya sendi riuntuk memastikan kesehatanpakaian. ThredUP menyedia-kan layanan pengaduan, danmereka yang mengirimkanpakaian tidak layak atau kotorakan diblokir.

Kurangi beban lingkungan

Daya tarik ThredUP memang

lebih pada penghematan be-lanja pakaian. Namun, jikamemperhitungkan dampakindustri tekstil dan pakaianpada lingkungan, bertukarpakaian bisa mengurangi bebanlingkungan.

Kebanyakan tekstil, baikyang serat alam maupun sin-tetis, memberi dampak negatifpada lingkungan. Serat sintesisseperti nilon dan polister meru-pakan tekstil yang dibuat dariturunan minyak bumi.

Seperti dimuat dalam lapor-an Laksmi Challa dari Departe-men Teknologi dan ManajemenPakaian Universitas Banga-lore, proses produksi nilonmenghasilkan nitro oksida(N2O) yang 310 kali lebih kuat

menghasilkan efek rumah kacadaripada karbon dioksida.

Adapun produksi polistermenghabiskan banyak air untukproses pendinginannya. Bukanhanya ikut menipiskan cadang-an minyak bumi, produksitekstil juga ikut membabat paru-paru dunia. Ini terutama terjadiuntuk menghasilkan kain rayon.Banyak hutan alam ditebanguntuk lahan plantasi eucalyptus yang merupakan pohon utama

untuk rayon.Pohon eucalyptus   sendiriterkenal rakus air dan dampaklingkungan makin besar karenauntuk menghasilkan rayon,pulp pohon ini harus diprosesdengan asam sulfur.

Katun yang merupakan se-rat alam nyatanya juga tidak benar-benar hijau. LSM Pesti-cide Action Network menyebutperkebunan katun merupakanperkebunan yang paling ba-nyak menggunakan pestisida.

Memang sekarang ini su-dah banyak perkebunan yangmenghasilkan katun organikatau tanpa pestisida, tapi harga jualnya jauh lebih tinggi ketim- bang katun biasa. Dengan be-gitu, hanya sedikit orang yang bisa membeli pakaian berbahankatun organik.

 Jejak karbon yang timbul dariperdagangan katun organik ini juga cukup besar karena perke- bunannya baru ada d i sedikitnegara. Beban lingkungan jugamakin besar jika kita menghi-tung penggunaan pewarnasintetis. Padahal hampir semuapakaian massal menggunakanpewarna jenis ini.

Ketika sifat alamiah manusiayang pembosan sulit diting-galkan, barter adalah salah satu jalan agar pakaian bisa diman-faatkan maksimal. Tentu saja,memberikannya secara cuma-cuma kepada yang membutuh-kan akan jauh lebih baik. (M-1)

miweekend@

mediaindonesia.com

 T i p s G r e e n !

Jika Anda memiliki rute

 tetap set iap hari , jang anragu memberi tebengan ataumencari tebengan. Hematongkos dan ramah lingkungan!

MARI NEBENG DAN SELAMATKAN LINGKUNGAN!

ANDA suka menebeng?

Jangan malu, justru dalam

kondisi krisis energi

sekarang ini Anda harus

lebih giat menebeng. Ya, menebeng

atau menumpang kendaraan orang

lain bukan hanya menghemat ongkos,

melainkan juga energi dan emisi.

Menurut Institut for Essential

Service Reform (IESR) Indonesia, tiap

km berkendara sudah menghasilkan

emisi karbon dioksida sebesar 14,8

g. Bayangkan berapa banyak emisi

yang dihasilkan tiap harinya jika

semua orang memilih berkendara

sendiri. Belum lagi kerugian waktu

akibat kemacetan yang bisa

mencapai berjam-jam.

Di AS, setiap harinya total waktu

yang dihabiskan seluruh warga saat

macet di jalan mencapai 16 juta jam.

Oleh karena itu, kegiatan

menebeng sekarang ini bermunculan

di kota-kota besar dunia. Kegiatan

yang semula hanya menjadi alternatif

orang per orang menjadi kegiatan

yang dikoordinasi dengan sistem

khusus.

Di Jakarta program menebeng

bersama ini pun telah muncul.

Penggagasnya adalah Rudyanto yang

tergerak setelah penaikan harga BBM

pada 2005. Kegiatan menebeng di

wilayah Jakarta ini sudah dikelola

melalui situs daring. Melalui www.

nebeng.com, mereka yang mencari

mobil untuk menebeng akan

bertemu dengan pengendara yang

bersedia ditumpangi.

Sebanyak 33.000 orang kini sudah

bergabung untuk berbagi kendaraan.

Kebanyakan anggota Nebeng.com,

berasal dari Jakarta, diikuti Bekasi,

 Tangerang, Bogor, dan Depok.

Mereka bercita-cita gerakan nebeng

ini dapat mengurangi konsumsi BBM

nasional dan sekaligus mengurangi

polusi. Anda ingin ikut menebeng?

Kalau begitu, jangan lewatkan

diskusi bersama Rudyanto di Green

FM. (Big/M-1)

Tujuannya agarkeluarga bisamenghemat uang danmelakukan hal baik untuklingkungan.”

James ReinhartPendiri ThredUP.com

DOK THREDUP.COM