05 Konservasi Air 2008
Embed Size (px)
Transcript of 05 Konservasi Air 2008

PT-PLA C 2.1-2008

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 i
KATA PENGANTAR
Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar
dan menyebabkan resiko pertanian semakin meningkat dan sulit
diprediksi. Sementara itu, tekanan kebutuhan penduduk yang luar
biasa menyebabkan kerusakan hutan dan daur hidrologi tidak
terelakkan lagi. Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim
kemarau, sementara di musim penghujan debit air meningkat tajam.
Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di DAS ini
menyebabkan pasokan air untuk pertanian semakin tidak menentu.
Kondisi ini diperburuk dengan terjadinya kekeringan agronomis akibat
pemilihan komoditas yang tidak sesuai dengan kemampuan pasokan
airnya. Gadu nekad adalah teladannya. .
Untuk mengatasi kekeringan diperlukan teknologi konservasi
air yang sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau
kemampuan petani. Teknologi tersebut diantaranya adalah Embung
dan Dam Parit. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water
harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem.
Sedangkan Dam Parit prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran
permukaan (run off) dan curah hujan yang masuk ke parit/sungai kecil
Pedoman Umum Konservasi Air 2008 ii
dengan cara membendung untuk selanjutnya digunakan sebagai
sumber air/suplesi irigasi pada musim kemarau
Upaya water harvesting yang dibarengi dengan memperbesar
daya simpan air di sungai, waduk dan danau akan dapat menjaga
pasokan sumber-sumber air untuk keperluan pertanian, domestik dan
industri.
Buku Pedoman Umum Konservasi Air ini merupakan penyempurnaan dari Pedoman Umum Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung TA. 2007 dan Pedoman Umum Konservasi Air Melalui Pembangunan Dam Parit TA. 2007. Buku ini disusun untuk memberikan informasi praktis bagi para petugas terkait dalam melakukan upaya melestarikan keberadaaan air. Pedoman ini supaya ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi dan juknis di kabupaten agar petugas dapat memahami dan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat terwujud sesuai harapan yang ingin dicapai.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membuka wawasan
lebih luas bagi petugas dalam menerapkan kaidah-kaidah konservasi
air.
Jakarta, Januari 2008
Direktur,
Dr. Ir. S. Gatot Irianto NIP. 080 085 357

Pedoman Umum Konservasi Air 2008 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 3 C. Sasaran 4 D. Istilah 4
II. PELAKSANAAN 6 A. Persyaratan Lokasi 6 B. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani 7 C. Survey CP/CL 8 D. Pencatatan Koordinat 8 E. Desain Sederhana 9 F. Pengadaan Bahan dan Peralatan 10 G. Konstruksi 11
1. Embung 11 2. Dam Parit 17
H. Pengawasan 20 I. Pembiayaan 20
III. INDIKATOR KINERJA 21 A. Keluaran (Output) 21 B. Hasil (Outcome) 21 C. Manfaat (Benefit) 21
Pedoman Umum Konservasi Air 2008 iv
D. E. F. G. H. Dampak (Impact) 21
IV. MONITORING DAN EVALUASI 22 A. Monitoring dan Evaluasi 22 B. Operasional dan Pemeliharaan 22 C. Pelaporan 24
1. Laporan Perkembangan 24 2. Laporan Akhir 26
V. PENUTUP 27 DAFTAR PUSTAKA v LAMPIRAN

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan fundamental dalam pengembangan usaha tani
adalah ketersediaan air menurut ruang dan waktu. Air bagi tanaman
maupun ternak merupakan faktor utama yang menentukan tingkat
keberhasilan usaha tani, terlebih pada kawasan pertanian lahan kering
dimana air merupakan kendala utamanya. Oleh karena itu kemampuan
pengelolaan air hujan dan pemanfaatannya sepanjang tahun untuk
pengembangan komoditas bernilai ekonomi tinggi merupakan kunci
sukses keberhasilan pengembangan lahan kering dan lahan tadah
hujan.
Peran air dalam usahatani sangat strategis. Namun pengelolaannya
masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya
merupakan sahabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi
petani. Indikatornya, di musim kemarau ladang dan sawah sering kali
kekeringan dan sebaliknya, di musim penghujan ladang dan sawah
banyak yang terendam air.
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan
kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
2
kebutuhan dan pasokan menurut waktu (temporal) dan tempat
(spatial). Persoalan menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit
diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran curah hujan
sepanjang tahun, yang pada kenyataannya sebaran curah hujan tidak
merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi konservasi air tepat guna, murah dan aplicable untuk
mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air (water
demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah
(natural manner).
Teknologi konservasi air yang sederhana, biayanya relatif murah dan
dapat dijangkau kemampuan petani antara lain embung dan dam
parit. Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di
lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk
menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung
tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer
untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high
added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin
jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water
harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di
lahan rawa namanya pond yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan
sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau. Sementara pada

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
3
ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan
distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk
menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim
kemarau. Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk
mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air
untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan
penghujan.
Sedangkan dam parit prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran
permukaan (run off) dan curah hujan yang masuk ke parit dengan
cara membendung untuk selanjutnya digunakan sebagai sumber
air/suplesi irigasi pada musim kemarau. Pembangunan dam parit
secara bertingkat (case cade) juga ditujukan untuk dapat
mengurangi banjir melalui penurunan debit puncak (peak discharge)
dan memperpanjang waktu menuju debit puncak (time to peak
discharge) DAS (Irianto., et al., 2000).
B. Tujuan
Pembuatan bangunan konservasi air bertujuan antara lain untuk :
1. Menampung air hujan dan aliran permukaan (run off) pada
wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
4
memungkinkan seperti mata air, parit, sungai-sungai kecil dan
sebagainya.
2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim
kemarau untuk tanaman padi, palawija, hortikultura semusim,
tanaman perkebunan semusim dan peternakan.
C. Sasaran
Sasaran pembangunan bangunan konservasi air untuk pertanian
antara lain :
1. Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan (run off) pada
wilayah sekitarnya serta sumber air lainnya yang
memungkinkan.
2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim kemarau untuk
tanaman palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan
semusim dan peternakan.
D. Istilah
Dalam Pedoman Teknis ini dijumpai istilah-istilah yang memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Embung Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
5
untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta
sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian
(pangan/hortikultura), perkebunan dan peternakan.
2. Dam Parit Dam parit adalah suatu bangunan konservasi air berupa
bendungan kecil pada parit-parit alamiah atau sungai-sungai
kecil yang dapat menahan air atau meningkatkan tinggi
muka air untuk disalurkan sebagai air irigasi.
3. Teknik Pemanenan Air Hujan (Water Harvesting) Water Harvesting adalah teknik menampung kelebihan air
pada saat musim hujan untuk dipergunakan pada saat musim
kemarau.
4. Dinas Pertanian Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok
dan fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian
tanaman pangan dan hortikultura/perkebunan/peternakan.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
6
II. PELAKSANAAN
Pengembangan lokasi bangunan konservasi air harus memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan petani dan kelompok tani.
A. Persyaratan Lokasi 1. Persyaratan Lokasi Pembuatan Embung adalah sebagai
berikut :
a. Daerah pertanian lahan kering/perkebunan/ peternakan
yang memerlukan pasokan air dari embung sebagai
suplesi air irigasi.
b. Air tanahnya sangat dalam.
c. Bukan lahan berpasir.
d. Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa
air hujan, aliran permukaan dan mata air atau parit atau
sungai kecil.
e. Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan
air atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk
dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil
atau parit dan lain sebagainya.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
7
2.. Persyaratan Lokasi Pembuatan Dam Parit adalah sebagai
berikut :
a. Dibangun pada daerah pertanian lahan kering atau tadah hujan.
b. Terdapat parit-parit alamiah atau sungai-sungai kecil pada daerah yang mempunyai kemiringan sedang s/d tinggi.
c. Letak dam parit harus memperhatikan aspek optimalisasi penampungan air (kapasitas tampung air maksimal), optimasi konstruksi dan kemudahan distribusi air untuk suplemen irigasi.
B. Persyaratan Petani/Kelompok Tani Persyaratan Petani/Kelompok Tani untuk Pembangunan
Embung dan Dam Parit adalah :
1. Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan
dalam surat pernyataan.
2. Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah
ada sebelumnya, bukan kelompok tani yang baru dibentuk
karena ada kegiatan ini.
3. Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan secara
berkelompok serta bersedia menanggung biaya operasional
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
8
dan pemeliharaan yang dinyatakan dalam surat pernyataan.
C. Survey CP/CL Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/Kota)
harus melakukan survey dalam menentukan Calon Lokasi dan Calon
Kelompok Tani sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
pada butir A dan B. Sangat disarankan survey CP/CL dilakukan
setahun sebelumnya yang menjadi dasar dari proposal yang diajukan
ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.
D. Pencatatan Koordinat Lokasi yang akan dibuat bangunan Embung atau dan Dam Parit
supaya dicatat koordinat geografisnya yang meliputi :
- Lintang dan bujur
- Ketinggian lokasi (dpl)
Dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau
dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat ini
selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data
pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan
kegiatan yang telah berjalan.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
9
E. Desain Sederhana Desain sederhana untuk Pembangunan Embung dan Dam Parit,
dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan
petani/kelompok tani dan petugas penyuluh lapangan (PPL). Desain
diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh pelaksana
(petani/kelompok tani) di lapangan.
Dalam penyusunan Desain Embung perlu diperhatian hal-hal sbb:
1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi
embung yang paling sesuai dengan kondisi lokasi setempat.
Misalnya pada kondisi tanah yang porus, dinding embung harus
lebih kuat dan kedap air. Embung dapat dibangun dengan
memanfaatkan alur alami, saluran drainase, menampung mata
air atau menggali tanah, atau langsung menampung air hujan.
2. Menentukan letak geografis embung
Dalam menentukan letak embung harus diperhatikan posisi
lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian dan
kemiringan lahan. Sebaiknya letak embung lebih tinggi
dibandingkan lahan usahatani agar distribusi dan pengaliran air
ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan sistem
gravitasi.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
10
3. Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan daerah
tangkapan air hujan, yang aliran permukaannya dapat
diarahkan masuk ke embung.
Dalam penyusunan Desain Dam Parit perlu diperhatian hal-hal sbb:
1. Melakukan observasi lapangan untuk menentukan posisi dan
kontruksi bangunan yang paling sesuai dengan kondisi lokasi
setempat.
2. Dalam menentukan lokasi bangunan harus diperhatikan :
Dam parit dibuat pada bagian parit-parit alamiah/sungai kecil
yang lurus dan penampang bentangannya paling sempit.
F. Pengadaan Bahan dan Peralatan Pengadaan bahan dan peralatan untuk pembangunan Embung dan
Dam Parit dilaksanakan oleh petani/kelompok tani. Pelaksanaannya
agar mengikuti pedoman pengelolaan anggaran yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.
G. Konstruksi

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
11
Konstruksi pembangunan bangunan konservasi air (Embung dan Dam
Parit) dilakukan oleh pelaksana yang telah ditunjuk (kelompok tani)
dan dilaksanakan secara padat karya agar petani mampu
mengembangkan bangunan konservasi air tersebut dan merasa ikut
memiliki sejak dini. Di dalam pelaksanaan fisik bangunan perlu
diawasi oleh ahli bangunan yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian
Kabupaten.
1. Embung Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap
antara lain :
a. Lokasi dan Bentuk permukaan embung
Lokasi embung supaya dekat dengan alur alami/saluran
drainase/mata air untuk dapat dijadikan sebagai sumber
pengisian air ke dalam embung.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
12
Gambar 1. Lokasi Embung Dekat Dengan Sumber Mata Air
Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di
lapangan
Gambar 2. Bentuk Permukaan Embung (Tidak Beraturan) Sesuai Kondisi
Di Lapangan

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
13
b. Menggali Tanah
Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung.
Besaran volume yang dibuat minimal 260 m3 (10m x 13m x 2m).
Besaran volume embung ini akan tergantung pada biaya yang
tersedia, konstruksi embung yang akan digunakan atau pada
adanya partisipasi dari masyarakat. Embung dengan kontruksi
sederhana (tanpa memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih
luas dari volume minimal tersebut. Tetapi yang perlu diingat
porositas tanahnya, apakah pada saat musim kemarau air masih
dapat ditampung.
c. Dinding pinggir embung dibuat miring atau tegak dengan
kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul
dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air
limpasan.
d. Memperkokoh dinding embung
1) Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retak dan
air yang telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah
yang ada kuat dan memungkinkan air di embung tidak bocor,
maka kegiatan ini tidak diperlukan.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
14
Gambar 3. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)
Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada
bagian-bagian tertentu yang rawan bocor, seperti terlihat pada
Gambar 3.
2) Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan
yang bisa digunakan tergantung dari bahan/material yang
mudah diperoleh di lokasi dan biaya yang tersedia. Adapun
bahan/material yang dapat dipakai untuk dinding embung
antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali, pasangan
beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun
kolam, kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi
dengan adukan pasir dan semen.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
15
Gambar 4. Tanggul/Dinding Embung Berbentuk Busur Dengan
Pasangan Batu Kali.
3) Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu
kali yang dilapisi semen agar tidak bocor.
4) Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat
tangga atau undakan di sekeliling dinding selain dapat juga
berfungsi untuk mempermudah pengambilan air.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
16
Gambar 5. Tangga Atau Undakan Di Sekeliling Dinding Embung
e. Pembuatan saluran pemasukan (inlet)
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air
ke embung sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk
mengarahkan aliran air yang masuk ke dalam embung, sehingga
tidak merusak dinding/tanggul. Saluran pemasukan ini dapat
dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup berupa sekat balok
yang mudah dibuka dan ditutup.
f. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan (outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada
alur alami atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi
bendung sekaligus mengalirkan air berlebih. Demikian pula
pembuatan saluran pembuangan bagi embung. Secara skematis

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
17
embung dapat direpresentasikan pada gambar-gambar berikut
Gambar Embung Tampak Atas
Arah topografi ke bawah
Embung
Inlet
Lahan Pertanian
Gambar Embung Tampak Samping
Outlet
Pintu Pengatur
Gambar 6. Desain Sederhana Embung
2. Dam Parit Dam Parit dapat dibangun secara bertingkat pada satu parit/sungai
yang sama, tetapi syaratnya masing-masing dam parit mendapatkan
air dari daerah tangkapan air di atasnya.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
18
Gambar 7. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat (Sumber Balitklimat., 2004)
Komponen Bangunan Dam Parit Bangunan dam parit sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Talud/Jagaan (free board), berfungsi untuk menjaga pinggir parit
tidak tergerus oleh air dan akan menjadi pegangan bangunan
bendung.
b. Bangunan bendung/tanggul, berfungsi untuk membendung
aliran/meninggikan muka air di parit.
c. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengendalikan muka air di
dalam parit untuk dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran
irigasi. Pengendali/pintu air ini dapat dibangun di pinggir atau di
tengah tanggul.
d. Saluran irigasi/drainase, berfungsi menyalurkan air dari bendung

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
19
ke lahan usaha tani.
Gambar berikut menyajikan contoh dam parit yang telah berhasil
dibangun.
Gambar 8. Dam Parit Tampak Belakang
Gambar 9. Dam Parit Tampak Depan
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
20
H. Pengawasan Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan harus
melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak
perencanaan hingga konstruksi selesai.
I. Pembiayaan Biaya Pembangunan Embung dan Dam Parit disediakan melalui
dana Tugas Pembantuan, yang terdiri dari Belanja Uang Honor
Tidak Tetap yang digunakan untuk upah tenaga (Padat Karya)
sebesar 50% (Rp. 25 juta/unit), dan Belanja Lembaga Sosial lainnya,
digunakan untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50% (Rp. 25
juta/unit). Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya semua akan
ditransfer ke rekening kelompok tani setelah mereka membuat
proposal rencana kebutuhan biaya. Proposal harus disetujui oleh
Kepala Desa dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Rangkaian kegiatan agar dibuat jadwal palang untuk alat kontrol
pengawasan dan pembinaan. Contoh jadwal palang yang dimaksud
adalah seperti Lampiran 1.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
21
III. INDIKATOR KINERJA
A. Keluaran (Output) Terbangun, berfungsi dan termanfaatkannya bangunan konservasi air
(Embung atau Dam Parit) di kawasan pertanian untuk tanaman padi,
palawija, hortikultura, tanaman perkebunan semusim dan usaha
peternakan.
B. Hasil (Outcome) Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan (sebagai
suplesi irigasi).
C. Manfaat (Benefit) - Mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat kekeringan.
- Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim
kemarau.
D. Dampak (Impact) Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau indeks
pertanaman bagi usahatani.
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
22
IV. MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan
pembangunan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian, yaitu :
1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain
pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan,
dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan,
penyusunan rencana kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi
pelaksana, pengadaan dan penggunaan bahan/alat,
pelaksanaan kegiatan fisik, produktivitas pekerjaan dan lain-
lain.
3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan
pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-
lain.
B. Operasional dan Pemeliharaan Operasional dan pemeliharaan bangunan yang telah selesai dilakukan
oleh petani/kelompok tani.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
23
Pemanfaatan air dilakukan dengan membuat Jaringan/ Saluran Air ke
lahan usahatani. Ada beberapa cara untuk mengairi lahan usahatani,
antara lain :
1. Apabila lahan bertopografi miring (lereng), maka air dapat
dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani secara gravitasi.
2. Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi
pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau disalurkan
langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian
air irigasi suplementer.
Untuk menjaga keberlanjutan bangunan, maka beberapa komponen
pemeliharaan yang perlu mendapatkan perhatian antara lain :
1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan.
2. Memelihara/melindungi bangunan.
a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak
terhadap tanggul embung.
b. Pengangkatan endapan lumpur.
c. Sesegera mungkin melakukan perbaikan tanggul/talud
jika ada yang bocor/rusak.
d. Tidak membuang sampah padat/cair ke dalam embung.
C. Pelaporan
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
24
Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun
macam laporan adalah :
1. Laporan Bulanan
Laporan ini berisi antara lain data dan informasi tentang
perkembangan pelaksanaan fisik dan keuangan. Perkembangan
realisasi pelaksanaan fisik kegiatan agar dilakukan pembobotan.
Penilaian pembobotan pekerjaan hanya dilakukan terhadap
kegiatan yang didanai dari dana Tugas Pembantuan.
Tabel Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
25
No Realisasi Pekerjaan Persentase Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pembuatan TOR
Penentuan CP/CL
Sosialisasi pada :
- aparat
- penerima manfaat
Penyusunan rencana/proposal :
a. Penetapan CP/CL oleh Dinas Pert Kab/kota
b. Penyusunan Desain Sederhana
c. Penyusunan Rencana Kegiatan dan RAB
d. Persetujuan Rencana Kegiatan dan RAB oleh
Dinas Pertanian Kab/Kota
Persiapan Administrasi
a. Penyiapan Rekening Kelompok Tani
b. Transfer dana ke rekening kelompok
Proses Pengadaan Bahan dan Alat
Pengiriman Bahan dan Alat
Pelaksanaan Konstruksi
a. Pembuatan Daftar Pekerja
b. Pelaksanaan Padat Karya
c. Laporan Pelaksanaan (Fisik)
Pengendalian
a. Pengawasan
b. Monitoring dan Evaluasi
c. Laporan Monev
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Sudah/belum
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
26
Laporan pelaksanaan ini agar dibuat sebagai laporan bulanan
(format laporan lihat Lampiran 2). Laporan tersebut ditujukan ke
Dinas Pertanian/Perkebunan/Peternakan Propinsi dengan
tembusan Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air Cq. Dit. Pengelolaan
Air dengan alamat Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.
2. Laporan akhir
Setelah pelaksanaan pengembangan embung selesai,
penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten wajib
menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan
program pengembangan embung baik dari segi fisik maupun
keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila
dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi minimal kondisi sebelum
dan setelah kegiatan. Outline laporan akhir adalah seperti
Lampiran 2

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
27
V. PENUTUP
1. Mengingat pembangunan Embung dan atau Dam Parit ini
merupakan kegiatan pendukung usaha pertanian, khususnya
dalam antisipasi penyediaan air untuk pertanian pada saat musim
kemarau maka seluruh jajaran yang terkait baik secara langsung
maupun tidak langsung diharapkan dapat bekerja dengan penuh
tanggungjawab yang berorientasi kepada kepentingan
masyarakat pertanian. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan
untuk tercapainya pembangunan yang lebih baik.
2. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif, setiap
penanggungjawab kegiatan diharapkan menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan secara terinci.
3. Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal
yang belum jelas, dan belum tertuang dalam Pedoman Umum ini
agar segera berkonsultasi kepada koordinator tingkat Propinsi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan/Perkebunan/Peternakan
Propinsi) atau Penanggungjawab Program/Teknis di tingkat
Pusat
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian
Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan,
Jakarta.
Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang
Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Jakarta.
Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi
Pertanian Indonesia, Harian Suara Pembaharuan, 16
September 2004, Jakarta

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Lampiran 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Pembuatan TOR
2. Penentuan CP/CL
3. Sosialisasi : - Aparat
- Penerima manfaat
4. Penyusunan Rencana/Proposal :
- Penetapan CP/CL
- Penyusunan Desain Sederhana
- Penyusunan Rencana Kegiatan & RAB
- Persetujuan Renc. Kegiatan & RAB
Oleh Dinas Pert.Kab/Kota
5. Persiapan Administrasi
- Penyiapan Rekening kelompok Tani
- Transfer Dana ke rekening Kelompok tani
6. Proses Pengadaan Bahan/Alat
7. Pengiriman Bahan/Alat
8. Pelaksanaan Konstruksi
- Pembuatan daftar Pekerja
- Pelaksanaan padat karya
- Laporan Pelaksanaan
9. Pengawasan
10. Monitoring dan Evaluasi
11. Pelaporan
JADWAL PALANGPELAKSANAAN KEGIATAN EMBUNG
JENIS PEKERJAANBULAN KE
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Lampiran 2
Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan Latar belakang
Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan A. Lokasi B. Tahap Pelaksanaan C. Permasalahan D. Pemecahan Masalah
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan IV. Kesimpulan dan Saran Lampiran
Dokumentasi setiap tahapan kegiatan
Tabel perkembangan kegiatan
Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah
dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Lampiran 3
Dinas : ……………………..Kabupaten/Kota : ……………………..Provinsi : ……………………..Subsektor : ……………………..Program : ……………………..Bulan : ……………………..
Selesai Konstruksi
Dalam Proses Konstruksi
(Ha/Unit) (Ha/Unit)1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
A. Pengelolaan Air 1. Rehab JITUT2. Rehab JIDES3. TAM4. Embung5. Sumur Resapan6. Dam Parit7. Irigasi Tnh Dangkal8. Irigasi Tnh Dalam9. Air Permukaan
10. Irigasi Sprinkler 11. Irigasi Tetes12. SID Pompa Hidram13. Pompa Hydram14. PIP15. Balai Subak16. dst………..
Cara Pengisian Form Lampiran :1. Kolom 4 - 6 Kegiatan yang lebih dari satu lokasi, agar dirinci berdasarkan satuan wilayah administrasi sampai dengan tingkat desa beserta dengan volume (Ha/Unit)2. Kolom 9. Selesai konstruksi adalah kegiatan yang secara fisik telah selrsai 100% dengan satuan (Ha/Unit)3. Kolom 10. Kegiatan yang masih dalam tahap pelaksanaan/penyelesaian dengan satuan Ha/Unit4. Kolom 13. Tambahan penjelasan dari kolom 1 - 12 ………………, ……………2008
Penanggung Jawab Kegiatan
Realisasi
Fisik (Ha/Unit) Keuangan (Rp) (Rp) (%)
Aspek Kegiatan
3
FORM LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR T.A. 2008
TargetLokasi Kegiatan
No. Kecamatan / Desa
Nama Kelompok Koordinat
Fisik KeuanganKeterangan

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Lampiran 4 DAFTAR LOKASI EMBUNG TAHUN ANGGARAN 2008
Mendukung No. Prop./Kabupaten
TP H BUN NAK Jumlah
1 Prop. Jawa Barat Kab. Sumedang 1 1 Kab. Tasikmalaya 1 1 2 Kota Depok 1 1 3 1 4
2 Prop. Jawa Tengah Kab. Grobogan 20 20 Kab. Jepara 10 10 Kab. Banyumas 14 14 Kab. Kebumen 1 1 Kab. Boyolali 1 1 44 2 46
3 Prop. DIY Kab. Kulonprogo 1 1 1 1
4 Prop. Jawa Timur Kab. Bojonegoro 2 2 2 2
5 Prop. Sumatera Barat
Kab. Sawah Lunto Sijunjung 2 2
Kab. Pasaman Barat 4 4 4 2 6
6 Prop. Riau Kab. Kuantan Singingi 1 1 1 1 7 Prop. Jambi Kab. Tanjab Timur 1 1 1 1
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Mendukung No. Prop./Kabupaten TP H BUN NAK
Jumlah
8 Prop. Sumatera Selatan Kab. Musi Banyuasin 8 8 Kab. Muara Enim 1 1 Kab. Banyuasin 2 2 Kab. Ogan Ilir 2 1 3 10 2 2 14 9 Prop. Lampung Kab. Lampung Selatan 1 1 Kab. Way Kanan 1 1 Kab. Lampung Timur 1 1 Kab. Tanggamus 1 4 5 Kab. Lampung Barat 3 3 Kab. Lampung Tengah 1 1 7 5 12
10 Prop. Kalimantan Barat Kab. Ketapang 2 1 3 Kab. Kapuas Hulu 2 2 4 1 5
11 Prop. Kalimantan Timur Kab. Pasir 1 1 Kab. Bulungan 2 2 Kab. Berau 2 2 Kab. Nunukan 5 5 10 10
12 Prop. Sulawesi Utara Kab. Sangihe 2 2 Kab. Minahasa Tenggara 1 1 3 3
13 Prop. Sulawesi Selatan Kab. Barru 1 1 Kab. Bone 1 1 2 Kab. Bulukumba 1 1 2 Kab. Jeneponto 1 1 2 Kab. Luwu 1 1 Kab. Luwu Utara 2 2

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Mendukung No. Prop./Kabupaten TP H BUN NAK
Jumlah
Kab. Maros 2 2 Kab. Pangkajene Kep. 1 2 3 Kab. Pinrang 1 1 Kab. Selayar 1 1 Kab. Sidenreng Rappang 1 1 Kab. Sinjai 1 1 Kab. Takalar 1 1 2 Kab. Tana Toraja 1 1 Kab. Wajo 1 1 2 Kab. Luwu Timur 1 1 12 12 1 25
14 Prop. Sulawesi Tenggara
Kab. Buton 1 1 Kab. Konawe 1 1 Kab. Bombana 1 1 Kota Kendari 2 2 4 4 2 1 7
15 Prop. Bali Kab. Bangli 1 1 Kab. Buleleng 2 2 Kab. Jembrana 2 2 Kab. Karangasem 3 1 3 7 Kab. Klungkung 1 1 Kab. Tabanan 3 3 6 3 2 5 16
16 Prop. NTB Kab. Lombok Barat 1 1 Kab. Lombok Tengah 3 3 Kab. Lombok Timur 2 2 4 Kab. Bima 1 1 2 Kab. Sumbawa 1 1 Kab. Dompu 3 3 Kab. Sumbawa Barat 4 4 3 3 6 6 18
Pedoman Umum Konservasi Air 2008
Mendukung No. Prop./Kabupaten
TP H BUN NAK Jumlah
17 Prop. NTT Kab. Kupang 3 3 Kab. Belu 1 1 2 Kab. Timor Tengah Utara 6 9 15
Kab. Timor Tengah Selatan 1 1 1 3
Kab. Alor 2 1 3 Kab. Flores Timur 2 2 Kab. Ende 3 3 Kab. Nagekeo 8 6 14 Kab. Manggarai 1 1 Kab. Sumba Timur 1 1 Kab. Sumba Barat 1 1 2 Kab. Lembata 1 1 Kab. Rote Ndao 2 1 3 5 27 16 5 53
18 Prop. Papua Kab. Jayapura 2 2 Kab. Biak Numfor 1 1 2 Kab. Yapen 2 2 Kab. Nabire 2 2 Kab. Mimika 2 2 Kab. Tolikara 2 2 Kota Jayapura 2 2 Kab. Supiori 2 2 3 13 16
19 Prop. Gorontalo Kab. Boalemo 1 1 1 1 Jumlah Total 107 57 34 43 241

Pedoman Umum Konservasi Air 2008
DAFTAR LOKASI DAM PARIT TAHUN ANGGARAN 2008
Mendukung No. Prop./Kabupaten
TP H BUN NAK Jumlah
1 Prop. Jawa Tengah Kab. Grobogan 16 16 16 16
2 Prop. DIY Kab. Bantul 3 3 3 3
3 Prop. Jawa Timur Kab. Bangkalan 10 10 10 10
4 Prop. Sumatera Selatan
Kab. Banyuasin 1 1 1 1 Jumlah Total 29 1 30