05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi...

25
Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008 II-1 RAPBN-P 2008 BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008 2.1. Pendahuluan Dengan mengevaluasi pelaksanaan APBN-P 2007 serta memantau pelaksanaan APBN pada awal tahun 2008, pendapatan negara dan hibah dalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan akan mengalami perubahan, terutama pada penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tahun 2007 sebesar Rp708.494,4 miliar, yang berarti 2,1 persen di atas targetnya dalam APBN-P 2007. Pencapaian tersebut terutama diakibatkan oleh tingginya realisasi penerimaan negara bukan pajak sebesar 8,4 persen di atas APBN-P 2007, sedangkan realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp491.834,7 miliar (13,0 persen PDB) menunjukkan 0,04 persen di bawah rencananya di APBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar menunjukkan penurunan 55,4 persen dari rencananya dalam APBN-P 2007. Namun demikian, bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2006, maka realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2007 menunjukkan kenaikan 11,1 persen, yang terdiri dari penerimaan perpajakan naik 20,2 persen, PNBP turun 5,3 persen, dan hibah turun 7,1 persen. Kemudian, dari hasil pemantauan pelaksanaan APBN 2008 memasuki dua bulan berjalan, terjadi perubahan perkiraan pendapatan negara terutama disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi sebagai dampak perlambatan ekonomi global. Kedua, perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sejalan dengan meningkatnya harga minyak mentah di pasar dunia. Ketiga, asumsi tingkat inflasi yang lebih tinggi sebagai akibat kenaikan harga komoditas pangan di pasar dunia. Keempat, asumsi lifting minyak yang lebih rendah dari yang diperkirakan dalam APBN 2008. Kelima, perubahan asumsi nilai tukar rupiah sebagai dampak faktor eksternal dan internal. Keenam, perubahan kebijakan di bidang pendapatan negara yang sebelumnya tidak direncanakan pada saat penyusunan APBN 2008, khususnya dalam rangka 9 (sembilan) langkah pengamanan pelaksanaan APBN 2008. Di antara 9 (sembilan) langkah pengamanan pelaksanaan APBN 2008 yang bertujuan mengurangi beban masyarakat dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan, terdapat beberapa langkah yang terkait dengan bidang pendapatan negara dan akan ikut mempengaruhi perubahan besaran pendapatan negara. Langkah pengamanan APBN 2008 yang terkait dengan bidang pendapatan negara adalah (i) optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN, serta (ii) pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis. Langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN antara lain melalui upaya: (i) penundaan penyesuaian Tarif PPh Badan dan PPh orang pribadi karena amandemen UU PPh belum berlaku di tahun 2008, (ii) upaya tambahan peningkatan perpajakan beberapa sektor yang mendapat windfall dari kenaikan harga minyak mentah, serta (iii) penarikan dividen interim BUMN.

Transcript of 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi...

Page 1: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-1RAPBN-P 2008

BAB II

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAHRAPBN-P 2008

2.1. Pendahuluan

Dengan mengevaluasi pelaksanaan APBN-P 2007 serta memantau pelaksanaan APBN padaawal tahun 2008, pendapatan negara dan hibah dalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakanakan mengalami perubahan, terutama pada penerimaan perpajakan dan penerimaan negarabukan pajak (PNBP). Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah tahun 2007 sebesarRp708.494,4 miliar, yang berarti 2,1 persen di atas targetnya dalam APBN-P 2007. Pencapaiantersebut terutama diakibatkan oleh tingginya realisasi penerimaan negara bukan pajaksebesar 8,4 persen di atas APBN-P 2007, sedangkan realisasi penerimaan perpajakan sebesarRp491.834,7 miliar (13,0 persen PDB) menunjukkan 0,04 persen di bawah rencananya diAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliarmenunjukkan penurunan 55,4 persen dari rencananya dalam APBN-P 2007. Namundemikian, bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2006,maka realisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2007 menunjukkan kenaikan 11,1 persen,yang terdiri dari penerimaan perpajakan naik 20,2 persen, PNBP turun 5,3 persen, dan hibahturun 7,1 persen.

Kemudian, dari hasil pemantauan pelaksanaan APBN 2008 memasuki dua bulan berjalan,terjadi perubahan perkiraan pendapatan negara terutama disebabkan oleh beberapa faktor.Pertama, perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi sebagai dampak perlambatan ekonomiglobal. Kedua, perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sejalan denganmeningkatnya harga minyak mentah di pasar dunia. Ketiga, asumsi tingkat inflasi yanglebih tinggi sebagai akibat kenaikan harga komoditas pangan di pasar dunia. Keempat, asumsilifting minyak yang lebih rendah dari yang diperkirakan dalam APBN 2008. Kelima,perubahan asumsi nilai tukar rupiah sebagai dampak faktor eksternal dan internal. Keenam,perubahan kebijakan di bidang pendapatan negara yang sebelumnya tidak direncanakanpada saat penyusunan APBN 2008, khususnya dalam rangka 9 (sembilan) langkahpengamanan pelaksanaan APBN 2008.

Di antara 9 (sembilan) langkah pengamanan pelaksanaan APBN 2008 yang bertujuanmengurangi beban masyarakat dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan, terdapatbeberapa langkah yang terkait dengan bidang pendapatan negara dan akan ikutmempengaruhi perubahan besaran pendapatan negara. Langkah pengamanan APBN 2008yang terkait dengan bidang pendapatan negara adalah (i) optimalisasi perpajakan, PNBP,dan dividen BUMN, serta (ii) pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis.

Langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN antara lain melalui upaya:(i) penundaan penyesuaian Tarif PPh Badan dan PPh orang pribadi karena amandemenUU PPh belum berlaku di tahun 2008, (ii) upaya tambahan peningkatan perpajakan beberapasektor yang mendapat windfall dari kenaikan harga minyak mentah, serta (iii) penarikandividen interim BUMN.

Page 2: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-2 RAPBN-P 2008

Langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis (beras, tepung terigu dangandum, kedelai, dan minyak goreng) diantaranya melalui kebijakan: (i) penurunan beamasuk impor beras; (ii) melanjutkan PPN minyak goreng ditanggung Pemerintah;(iii) penerapan bea keluar CPO dan produk turunannya, serta biofuel; (iv) penurunan beamasuk terigu dan PPN gandum dan terigu ditanggung Pemerintah; serta (v) penurunanbea masuk impor kedelai dan penurunan PPh impor kedelai. Pengurangan beban pajakmelalui pajak ditanggung Pemerintah (DTP) dan fasilitas perpajakan tersebut di atasdiharapkan dapat menurunkan harga beberapa komoditas pangan strategis di tahun 2008,sehingga harganya di pasar dapat terjangkau oleh masyarakat serta pendapatan riilmasyarakat tidak menurun.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka anggaran pendapatan negara danhibah dalam RAPBN-P tahun 2008 direncanakan sebesar Rp839.401,5 miliar (19,6 persenPDB), yang berarti naik sebesar Rp58.047,4 miliar atau 7,4 persen dari rencananya dalamAPBN 2008 sebesar Rp781.354,1 miliar (18,1 persen PDB). Perkiraan pendapatan negaradan hibah dalam RAPBN-P tahun 2008 tersebut, apabila dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2007 sebesar Rp708.494,4 miliar (18,7 persen PDB), berarti mengalamipeningkatan sebesar Rp130.907,1 miliar atau 18,5 persen.

Perubahan yang lebih tinggi pada rencana pendapatan negara dan hibah dalam RAPBN-Ptahun 2008 tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya, baik perkiraan penerimaanperpajakan, terutama yang bersumber dari penerimaan PPh Migas, PPN dan PPnBM, sertabea keluar, maupun PNBP, khususnya yang bersumber dari penerimaan SDA Migas.

2.2 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2007

Didasarkan pada kondisi perekonomian dalam tahun 2007 dan berbagai langkah kebijakanyang diimplementasikan, serta komitmen bantuan yang diperoleh, maka realisasi pendapatannegara dan hibah dalam tahun 2007 mencapai Rp708.494,4 miliar, yang berarti 2,1 persendiatas targetnya dalam APBN-P 2007. Realisasi pendapatan negara dan hibah tersebut jugamenunjukkan kenaikan 11,1 persen dari realisasinya dalam tahun 2006. Sebagian besarrealisasi pendapatan negara dan hibah tahun 2007 berasal dari penerimaan perpajakansebesar 69,4 persen dan PNBP sebesar 30,3 persen, sedangkan sisanya (0,3 persen) dariHibah, seperti yang terlihat pada Tabel II.1. Selain itu, dalam Grafik II.1 dapat dilihatjuga perkembangan pendapatan negara dan hibah sampai dengan tahun 2007.

2.2.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2007

Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan dalam negeri sangat dipengaruhi oleh faktoreksternal, terutama harga minyak mentah di pasar internasional dan kenaikan hargakomoditi pangan dunia, serta faktor internal, yaitu perkembangan kinerja perekonomiannasional dan langkah-langkah yang ditempuh untuk meningkatkan penerimaan perpajakan.Relatif tingginya pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2007 yang diperkirakan dapatmencapai 6,3 persen telah membantu pencapaian target penerimaan perpajakan dalam tahun2007. Selanjutnya, tingginya realisasi harga minyak mentah Indonesia di pasar internasionaljuga menyebabkan pencapaian realisasi PNBP Migas dan PPh Migas dapat melampauitargetnya yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2007. Secara keseluruhan, realisasi

Page 3: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-3RAPBN-P 2008

penerimaan dalam negeri tahun 2007 mencapai Rp706.790,6 miliar, yang berarti 2,4 persendi atas targetnya di APBN-P 2007. Bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan dalamnegeri tahun 2006, pencapaian di tahun 2007 menunjukkan peningkatan 11,1 persen. Sekitar69,6 persen realisasi penerimaan dalam negeri pada tahun 2007 bersumber dari perpajakan,dan 30,4 persen dari PNBP.

2.2.1.1. Penerimaan Perpajakan Tahun 2007

Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp491.834,7 miliar (13,0 persenPDB) hanya sedikit di bawah targetnya dalam APBN-P tahun 2007 sebesar Rp492.010,9miliar. Namun apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006 sebesarRp409.203,0 miliar (12,3 persen PDB), realisasi penerimaan perpajakan tahun 2007

Grafik II.1. Perkembangan Pendapatan Negara dan Hibah 2004 - 2007 (Rp triliun)

403,1493,9

636,2

0,3 1,3 1,8 1,7

708,5638,0

495,2

403,4

706,8

0100200300400500600700800

2004 2005 2006 2007

Pendapatan Negara Penerimaan Dalam Negeri Hibah

Sumber: Departemen Keuangan

Realisasi **) % thd PDB

Pendapatan Negara dan Hibah 637.987,1 19,1 694.087,9 18,5 708.494,4 18,7

A. Penerimaan Dalam Negeri 636.153,1 19,1 690.264,6 18,4 706.790,6 18,7

1. Penerimaan Perpajakan 409.203,0 12,3 492.010,9 13,1 491.834,7 13,0

a. Pajak Dalam Negeri 395.971,5 11,9 474.551,0 12,6 470.906,0 12,5

b. Pajak Perdagangan Internasional 13.231,5 0,4 17.459,9 0,5 20.928,8 0,6

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 226.950,1 6,8 198.253,7 5,3 214.955,9 5,7

B. Hibah 1.834,1 0,1 3.823,3 0,1 1.703,8 0,0

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

**) Angka Sementara

Sumber: Departemen Keuangan

Realisasi% thd PDB

2006

Pendapatan Negara dan Hibah, 2006 - 2007 *)

2007

% thd PDB

APBN-P

(miliar rupiah)

Tabel II.1

Page 4: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-4 RAPBN-P 2008

menunjukkan peningkatan sebesar 20,2 persen. Realisasi penerimaan perpajakan tahun 2007yang meningkat cukup besar dari realisasinya dalam tahun 2006 didukung oleh tingginyatingkat pertumbuhan ekonomi serta langkah ekstensifikasi dan intensifikasi di bidangperpajakan. Selanjutnya, dalam Grafik II.2 dan Grafik II.3 dapat dilihat perkembanganpenerimaan perpajakan.

Bila dilihat dari komposisinya, sekitar 95,7 persen dari realisasi penerimaan perpajakan tahun2007 bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri (PPh, PPN & PPn-BM, PBB & BPHTB,cukai, dan pajak lainnya), sedangkan 4,3 persen bersumber dari penerimaan pajakperdagangan internasional (bea masuk dan bea keluar).

Dalam komponen penerimaan perpajakan, terdapat beberapa jenis penerimaan yangmencatat kenaikan realisasi yang cukup signifikan dalam tahun 2007, seperti penerimaanbea keluar, PPN dan PPn-BM, bea masuk, dan BPHTB. Peningkatan realisasi yang sangatmencolok terjadi pada penerimaan bea keluar yang terutama berasal dari CPO dan produkturunannya, yang realisasinya meningkat 288,4 persen dibandingkan dengan realisasinyadalam tahun 2006. Kenaikan realisasi bea keluar tersebut disebabkan oleh kebijakan kenaikantarif bea keluar atas CPO dan turunannya untuk mengantisipasi kelangkaan bahan bakuproduksi minyak goreng dalam negeri dalam tahun 2007 sebagai akibat tingginya hargaCPO di pasar internasional. Realisasi penerimaan perpajakan dalam 2 tahun terakhir dapatdilihat pada Tabel II.2, yang selanjutnya akan diuraikan dalam penjelasan berikut ini.

Sebagai salah satu sumber penerimaan perpajakan yang terbesar, penerimaan PPh dalamtahun 2007 sebesar Rp238.740,0 miliar menunjukkan kenaikan sekitar 14,3 persen darirealisasi PPh tahun 2006. Sumber penerimaan PPh, sebagian besar (81,6 persen) berasaldari PPh Non-migas, sedangkan sisanya 18,4 persen dari PPh Migas yang sangat berfluktuatifmengikuti perkembangan harga minyak mentah.

Realisasi penerimaan PPh Migas tahun 2007 mencapai Rp44.004,4 miliar, yang berartimeningkat 1,9 persen dibandingkan dengan realisasi PPh Migas tahun 2006. Kenaikan

16,0

23,7

17,920,2

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

2004 2005 2006 2007

Grafik II.3. Pertumbuhan Penerimaan Perpajakan (%)

Sumber: Departemen Keuangan

280,6

347,0409,2

491,8

0

100

200

300

400

500

2004 2005 2006 2007

Grafik II.2. Penerimaan Perpajakan (Rp Triliun)

Sumber: Departemen Keuangan

Page 5: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-5RAPBN-P 2008

penerimaan PPh tersebut disebabkan karena peningkatan harga minyak dalam tahun 2007,walaupun diimbangi oleh penurunan lifting dalam periode yang sama.

Sementara itu, realisasi penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun 2007 mencapaiRp194.735,6 miliar, yang berarti mengalami peningkatan 17,6 persen jika dibandingkandengan penerimaan PPh Non-Migas dalam tahun 2006. Namun demikian, realisasipenerimaan PPh Non-Migas tersebut masih di bawah targetnya dalam APBN-P 2007. Lebihrendahnya pencapaian penerimaan PPh Non-Migas tersebut disebabkan antara lain olehtidak terealisirnya beberapa penerimaan PPh Badan serta lebih tingginya pemberian restitusiPPh.

Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007 mencapai Rp155.187,2 miliar, yang berartimengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu 26,1 persen dari realisasinya dalam tahun2006. Kenaikan PPN dan PPnBM tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhanekonomi, yang berarti semakin banyak kegiatan ekonomi yang terkena PPN dan PPnBM.Di sisi lain kenaikan realisasi PPN dan PPnBM dalam tahun 2007 tersebut juga telahmemperhitungkan pemberian restitusi PPN yang lebih tinggi dalam tahun 2007 dibandingkandengan restitusi PPN dalam tahun 2006. Selain itu, apabila dibandingkan dengan targetyang ditetapkan dalam APBN-P 2007, maka realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun2007 tersebut masih lebih tinggi Rp3.130,0 miliar.

Realisasi penerimaan PPN dan PPnBM tahun 2007 relatif masih cukup tinggi, meskipundalam tahun tersebut terdapat kebijakan untuk mempercepat restitusi PPN dalam rangka

Penerimaan Perpajakan 409.203,0 12,3 492.010,9 13,1 491.834,7 13,0

a. Pajak Dalam Negeri 395.971,5 11,9 474.551,0 12,6 470.906,0 12,5

i. Pajak penghasilan 208.833,1 6,3 251.748,3 6,7 238.740,0 6,3

1. Migas 43.187,9 1,3 37.267,6 1,0 44.004,4 1,2 2. Non-Migas 165.645,2 5,0 214.480,7 5,7 194.735,6 5,1

ii. PPN dan PPnBM 123.035,9 3,7 152.057,2 4,0 155.187,2 4,1

iii. PBB 20.858,5 0,6 22.025,8 0,6 23.619,1 0,6

iv. BPHTB 3.184,5 0,1 3.965,5 0,1 5.935,7 0,2

v. Cukai 37.772,1 1,1 42.034,7 1,1 44.680,7 1,2

vi. Pajak lainnya 2.287,4 0,1 2.719,5 0,1 2.743,3 0,1

b. Pajak Perdagangan Internasional 13.231,5 0,4 17.459,9 0,5 20.928,8 0,6

i. Bea masuk 12.140,4 0,4 14.417,6 0,4 16.690,7 0,4

ii. Bea Keluar 1.091,1 0,0 3.042,3 0,1 4.238,1 0,1

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

**) Angka Sementara

Sumber : Departemen Keuangan

% thd PDB

Realisasi% thd PDB

2006

Realisasi **)

Tabel II.2

(miliar rupiah)

Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2006-2007 *)

APBN-P% thd PDB

2007

Page 6: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-6 RAPBN-P 2008

memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak. Hal tersebut disebabkan antara lain olehadanya keberhasilan reformasi di bidang perpajakan, khususnya pemusatan administrasipelaporan PPN dan implementasi program optimalisasi pemanfaatan program dataperpajakan, termasuk penggalian sektor usaha tertentu.

Selanjutnya, realisasi penerimaan PBB tahun 2007 sebesar Rp23.619,1 miliar mengalamikenaikan 13,2 persen dari realisasinya dalam tahun 2006. Apabila dibandingkan dengantarget pada APBN-P 2007, realisasi penerimaan PBB tahun 2007 tersebut mencapai 7,2persen di atas target yang ditetapkan. Hal ini didukung oleh keberhasilan dalam penerapankebijakan ekstensifikasi dan intensifikasi PBB.

Sedangkan, realisasi penerimaan BPHTB tahun 2007 sebesar Rp5.935,7 miliar menunjukkankenaikan 86,4 persen dibandingkan dengan realisasi penerimaan BPHTB tahun 2006. Selainitu, realisasi penerimaan BPHTB tahun 2007 juga menunjukkan 49,7 persen lebih besardari targetnya dalam APBN-P 2007. Pencapaian penerimaan BPHTB yang sangat signifikanini menunjukkan adanya peningkatan volume dan nilai transaksi penjualan tanah dan/atau bangunan.

Selanjutnya, realisasi penerimaan cukai selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahundengan rata-rata peningkatan dalam empat tahun terakhir sekitar 14,2 persen per tahun.Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan cukai meningkat sebesar 18,3 persen dari realisasitahun 2006. Apabila dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada APBN-P tahun 2007,maka realisasi penerimaan cukai dalam tahun 2007 sebesar Rp44.680,7 miliar mengalamipeningkatan 6,3 persen. Dari realisasi penerimaan cukai tersebut, sekitar 98,0 persenbersumber dari cukai hasil tembakau yang mengalami peningkatan produksi rokok sekitar13,2 miliar batang, yaitu dari 218,7 miliar batang pada tahun 2006 menjadi 231,9 miliarbatang pada tahun 2007. Di samping itu, lebih tingginya realisasi penerimaan cukai dalamtahun 2007 tersebut, menunjukkan keberhasilan kebijakan cukai nasional, khususnya dalampenerapan tarif cukai yang mengarah pada tarif spesifik.

Realisasi penerimaan pajak lainnya dalam tahun 2007 sebesar Rp2.743,3 miliar tidak jauhberbeda dengan target yang ditetapkan dalam APBN-P 2007. Apabila dibandingkan denganrealisasinya dalam tahun 2006 maka realisasi penerimaan pajak lainnya tersebut mengalamikenaikan sebesar 19,9 persen. Kenaikan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnyatransaksi yang menggunakan Bea Materai, seperti transaksi pembiayaan kendaraan bermotordan transaksi perbankan.

Dari penerimaan perpajakan perdagangan internasional, realisasi penerimaan bea masukdalam tahun 2007 sebesar Rp16.690,7 miliar mengalami kenaikan 15,8 persen dari targetyang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2007. Realisasi penerimaan bea masuk tersebut jugamengalami kenaikan sebesar 37,5 persen dibandingkan dengan realisasi penerimaannyadalam tahun 2006. Hal tersebut disebabkan adanya peningkatan investasi karena penurunantarif bea masuk yang ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif, berupapeningkatan efisiensi industri dalam negeri (incentive/industry assistance), pengendaliankonsumsi, optimalisasi penerimaan negara, dan mendukung kebijakan perdaganganinternasional.

Sementara itu, meningkatnya harga komoditi pertanian, khususnya CPO dan produkturunannya, berimbas pada penerimaan bea keluar tahun 2007. Realisasi penerimaan beakeluar tahun 2007 sebesar Rp4.238,1 miliar lebih tinggi 39,3 persen dari target yang

Page 7: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-7RAPBN-P 2008

ditetapkan dalam APBN-P 2007. Selain itu, realisasi penerimaan bea keluar ini juga lebihtinggi Rp3.147,0 miliar dari realisasinya pada tahun 2006. Pencapaian ini disebabkan kenaikantarif bea keluar atas CPO dan turunannya untuk mengantisipasi kelangkaan bahan bakuproduksi minyak goreng dalam negeri pada tahun 2007 sebagai akibat tingginya hargaCPO di pasar internasional.

2.2.1.2.Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2007

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997, PNBP meliputi: (i) penerimaan yangbersumber dari pengelolaan dana pemerintah; (ii) penerimaan dari pemanfaatan sumberdaya alam; (iii) penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan;(iv) penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah; (v) penerimaanberdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi;(vi) penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah; dan (vii) penerimaan lainnyayang diatur dalam undang-undang tersendiri. Sementara dalam struktur APBN, PNBPdikategorikan dalam: (i) penerimaan sumber daya alam; (ii) penerimaan bagian pemerintahatas laba BUMN; (iii) PNBP lainnya; dan (iv) surplus Bank Indonesia.

Dalam tahun 2007, proporsi besaran PNBP dalam struktur APBN masih sangat tergantungoleh penerimaan sumber daya alam (SDA), terutama migas, sedangkan PNBP lainnya yangbersumber dari berbagai kementerian dan lembaga memiliki penerimaan yang relatif lebihkecil. Besaran PNBP migas sangat dipengaruhi lifting minyak, harga minyak mentahIndonesia, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Besaran PNBP SDA nonmigas terutama pertambangan umum mengalami perubahan yang cukup signifikan seiringdengan perubahan harga sumber mineral di pasar internasional.

Realisasi PNBP pada tahun 2007 mencapai Rp214.955,9 miliar (5,7 persen PDB) atau sebesar30,4 persen dari total penerimaan dalam negeri tahun 2007. Bila dibandingkan dengantarget yang ditetapkan dalam APBN-P tahun 2007, maka realisasi PNBP tahun 2007mengalami kenaikan 8,4 persen. Lebih tingginya realisasi PNBP tersebut terutama berasaldari kenaikan realisasi PNBP SDA Migas sebagai akibat tingginya harga minyak ICP.

Berdasarkan komposisinya, dari keseluruhanrealisasi PNBP dalam tahun 2007, sekitar 61,9persen bersumber dari PNBP SDA, 10,8 persendari bagian pemerintah atas laba BUMN, 6,4persen dari surplus Bank Indonesia, dan 20,9persen dari PNBP lainnya. Dalam Grafik II.4dapat dilihat perkembangan PNBP. Detail darirealisasi PNBP dalam dua tahun terakhir dapatdilihat pada Tabel II.3, dan diuraikan di bawahini.

Penerimaan Sumber Daya Alam

Dalam tahun 2007, realisasi penerimaan SumberDaya Alam (SDA) mencapai Rp133.027,0 miliaryang menunjukkan 15,6 persen lebih tinggi dari

146,9

110,5

12,823,6

0

226,9

167,5

21,5

36,5

1,5

215,0

133,0

23,2

45,0

13,7

0

50

100

150

200

250

2005 2006 2007

Grafik II.4. Penerimaan PNBP 2005-2007(Rp triliun)

PNBP Penerimaan SDA Bagian Laba BUMN PNBP Lainnya Surplus BI

Sumber: Departemen Keuangan

Page 8: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-8 RAPBN-P 2008

rencananya dalam APBN-P 2007. Pencapaian tersebut sangat dipengaruhi oleh lebihtingginya realisasi harga minyak ICP dari yang diasumsikan dalam APBN-P 2007. Namunbila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006, maka realisasi penerimaan SDAtahun 2007 masih mengalami penurunan sekitar 20,6 persen terutama sebagai dampaklebih rendahnya lifting minyak mentah dalam tahun 2007. Sebagian besar sumberpenerimaan SDA berasal dari Migas, dan dalam porsi yang lebih kecil berasal dari SDA Non-Migas.

Realisasi penerimaan SDA migas dalam tahun 2007 mencapai Rp124.783,7 miliar, yangberarti 15,8 persen lebih tinggi dibandingkan dengan targetnya dalam APBN-P tahun 2007.Jumlah tersebut, bersumber dari penerimaan SDA minyak bumi sebesar 75,0 persen danpenerimaan SDA gas alam sebesar 25,0 persen.

Lebih tingginya realisasi penerimaan SDA minyak bumi dan gas alam dalam tahun 2007tersebut, antara lain dipengaruhi oleh perubahan asumsi ekonomi makro, terutama karenalebih tingginya perkiraan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional (ICP) dariUS$60,0 per barel dalam APBN-P tahun 2007 menjadi US$69,7 per barel dalam realisasitahun 2007.

Penerimaan SDA pertambangan umum dalam tahun 2007 mencapai Rp5.845,1 miliar yangmenunjukkan kenaikan 20,7 persen dari rencana dalam APBN-P 2007. Kenaikan realisasiSDA tersebut berasal dari adanya kenaikan iuran eksploitasi (royalty) sebagai akibat dari:(i) kenaikan harga sumber daya mineral di pasar internasional, dan (ii) royalty kuasapertambangan (KP) yang diterbitkan Pemerintah Daerah. Penerimaan SDA pertambanganumum berdasarkan realisasi tahun 2007, meliputi realisasi penerimaan iuran tetap (landrent)sebesar Rp542,4 miliar, dan realisasi iuran eksploitasi (royalty) sebesar Rp5.302,7 miliar.

P

Penerimaan Negara Bukan Pajak 226.950,1 6,8 198.253,7 5,3 214.955,9 5,7

A. Penerimaan SDA 167.473,8 5,0 115.053,3 3,1 133.027,0 3,5

1. SDA Migas 158.086,1 4,7 107.718,9 2,9 124.783,7 3,3 i. Minyak Bumi 125.145,4 3,7 78.234,6 2,1 93.604,5 2,5

ii. Gas Alam 32.940,7 1,0 29.484,4 0,8 31.179,2 0,8

2. SDA Non Migas 9.387,7 0,3 7.334,4 0,2 8.243,3 0,2 i. Pertambangan Umum 6.781,4 0,2 4.843,3 0,1 5.845,1 0,2 ii. Kehutanan 2.409,5 0,1 2.291,1 0,1 2.282,4 0,1

iii. Perikanan 196,9 0,0 200,0 0,0 115,8 0,0

B. Bagian Laba BUMN 21.450,6 0,6 21.800,0 0,6 23.221,9 0,6

C. PNBP lainnya 36.503,2 1,1 47.731,1 1,3 45.037,7 1,2

D. Surplus BI 1.522,5 0,0 13.669,3 0,4 13.669,3 0,4

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

**) Angka Sementara

Sumber: Departemen Keuangan

URAIAN% thd PDB

2006

APBN-P% thd PDB

Realisasi% thd PDBRealisasi **)

Tabel II.3

Perkembangan PNBP, 2006-2007 *)

(miliar rupiah)

2007

Page 9: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-9RAPBN-P 2008

Di sisi lain, realisasi penerimaan SDA kehutanan dalam tahun 2007 mencapai Rp2.282,4miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaan SDA kehutanan dalam APBN-Ptahun 2007 maka terdapat penurunan sebesar Rp8,7 miliar. Menurunnya realisasipenerimaan SDA kehutanan dalam tahun 2007 terutama disebabkan oleh penurunanpenerimaan dari PSDH. Demikian juga, bila dibandingkan dengan pencapaiannya dalamtahun 2006, maka realisasi penerimaan SDA kehutanan tahun 2007 menunjukkanpenurunan.

Dalam periode yang sama, realisasi penerimaan SDA perikanan tahun 2007 mencapaiRp115,8 miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaan SDA perikanan dalamAPBN-P 2007 sebesar Rp200,0 miliar, maka realisasi penerimaan SDA dalam tahun 2007tersebut mengalami penurunan sebesar 42,1 persen. Lebih rendahnya realisasi penerimaanSDA perikanan dalam tahun 2007 tersebut, antara lain disebabkan oleh: (i) penurunanproduksi perikanan; (ii) ketidakpatuhan untuk membayar pungutan; (iii) berakhirnyabilateral arrangement RI - RRC pada tanggal 16 Juli 2007; (iv) maraknya Illegal Fishing(pemalsuan dokumen penangkapan yang tidak sesuai dengan perizinannya, tidak melaporkanhasil tangkapan); dan (v) banyaknya pungutan ganda di daerah juga menjadi tantangandalam mencapai target penerimaan SDA perikanan.

Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

Penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN dipengaruhi antara lain oleh: (i) perbaikankinerja BUMN, terutama Pertamina, BUMN perbankan, pertambangan dan telekomunikasi;(ii) kondisi makro ekonomi secara umum; dan (iii) perbaikan governance dan pengawasankinerja BUMN secara umum diarahkan untuk go public dengan metode Initial PublicOffering (IPO).

Sementara itu, realisasi penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN (dividen) dalamtahun 2007 mencapai Rp23.221,9 miliar. Apabila dibandingkan dengan target penerimaanbagian pemerintah atas laba BUMN pada APBN-P tahun 2007 maka pencapaian dalamtahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 6,5 persen. Peningkatan realisasi dividen tahun 2007tersebut, terutama disebabkan oleh meningkatnya laba BUMN non-Pertamina yang berasaldari sektor pertambangan dan perkebunan yang mengalami peningkatan kinerja yang cukupbaik.

Surplus Bank Indonesia

Pada tahun 2007 Pemerintah menerima setoran yang berasal dari surplus Bank Indonesiasebesar Rp13.669,3 miliar. Jumlah tersebut merupakan surplus dari hasil kegiatan BankIndonesia setelah dikurangi 30 persen untuk cadangan tujuan dan cadangan umum sebagaipenambah modal sehingga rasio jumlah modal mencapai 10,0 persen terhadap totalkewajiban moneter Bank Indonesia. Sesuai pasal 62 Undang-Undang Nomor 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun2004, setoran surplus Bank Indonesia tersebut digunakan untuk melunasi sebagian pokokkewajiban Pemerintah kepada Bank Indonesia (SRBI-01). Jumlah penerimaan sisa surplusBank Indonesia pada tahun 2007 tersebut meningkat sangat signifikan bila dibandingkan

Page 10: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-10 RAPBN-P 2008

dengan penerimaan surplus Bank Indonesia pada tahun sebelumnya sebesar Rp1.522,5miliar.

PNBP Lainnya

PNBP lainnya dalam tahun 2007 sebesar Rp45.037,7 miliar, yang berarti mengalamipenurunan sebesar 5,6 persen bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalamAPBN-P tahun 2007. Namun demikian, realisasi PNBP lainnya tahun 2007 tersebut masihlebih tinggi 23,4 persen apabila dibandingkan dengan realisasinya dalam tahun 2006.Kenaikan tersebut terutama disebabkan meningkatnya realisasi PNBP dari penerimaanfungsional atas pemberian pelayanan oleh kementerian/lembaga kepada masyarakat,diantaranya meningkatnya penerimaan dari: (i) Departemen Komunikasi dan Informatika;(ii) Departemen Pendidikan Nasional; (iii) Badan Pertanahan Nasional; (iv) DepartemenHukum dan HAM; dan (v) Kepolisian Republik Indonesia.

2.2.2. Hibah Tahun 2007

Penerimaan hibah yang dicatat di dalam APBN merupakan sumbangan atau donasi (grant)dari negara-negara asing, lembaga/badan internasional, lembaga/badan nasional, sertaperorangan yang tidak diikuti kewajiban untuk membayar kembali. Perkembanganpenerimaan negara yang berasal dari hibah ini dalam setiap tahun anggaran tergantungpada komitmen dan kesediaan negara atau lembaga donor dalam memberikan donasi(bantuan) kepada Pemerintah Indonesia. Selain itu, pada umumnya penggunaan dana hibahharus sesuai dengan keperluan tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama yang tertuangdalam nota kesepahaman (memorandum of understanding) antara pemerintah Indonesiadengan pihak donor.

Perkembangan hibah yang diterima oleh pemerintah Indonesia dalam tiga tahun terakhirterkait erat dengan terjadinya bencana alam yang melanda berbagai daerah, seperti bencanaalam gempa bumi dan gelombang tsunami yang menerpa sebagian besar wilayah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias pada penghujung tahun 2004, yangkemudian disusul dengan gempa bumi yang melanda pulau Simeulue pada bulan Maret2005, serta gempa bumi yang melanda Provinsi D.I. Yogyakarta dan sebagian ProvinsiJawa Tengah.

Berkaitan dengan bencana tersebut, pemerintah Indonesia menerima komitmen bantuanbaik berupa pinjaman lunak maupun hibah yang tertuang dalam Pledge. Selain hibah dalamkerangka kerjasama multilateral tersebut, pemerintah Indonesia juga banyak menerimadonasi dari negara-negara asing dalam kerangka kerjasama bilateral (government togovernment/G to G). Realisasi penerimaan hibah dalam tahun 2007 mencapai Rp1.703,8miliar, yang menunjukkan sedikit penurunan dari realisasi hibah dalam tahun 2006.

2.3. Perubahan Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2008

Dalam memasuki dua bulan berjalan pelaksanaan APBN 2008, perubahan rencanapendapatan negara dan hibah dalam APBN 2008 tidak dapat dihindarkan menghadapi kondisi

Page 11: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-11RAPBN-P 2008

perekonomian di dalam negeri yang mendapat tekanan akibat perubahan perekonomianglobal yang cukup signifikan.

Perubahan perekonomian global tersebut dimulai dari situasi perekonomian global yangbergejolak dengan cepat, yang antara lain berasal dari kenaikan harga minyak mentah duniayang sangat tinggi dan kemudian diikuti oleh kenaikan harga komoditas pangan di pasardunia yang masih dominan diimpor Indonesia. Selain itu krisis subprime mortgage telahberimbas kepada perlambatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang sangatmempengaruhi perekonomian dunia. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi perekonomianIndonesia, sehingga Pemerintah harus melakukan penyesuaian beberapa asumsi indikatorekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, harga minyak mentah Indonesia, dan nilaitukar rupiah. Indikator ekonomi makro lainnya yang juga harus disesuaikan adalah liftingminyak mentah berdasarkan evaluasi pencapaiannya dalam tahun 2007.

Akibat perubahan beberapa indikator ekonomi makro tersebut berpotensi akan menimbulkanrisiko tekanan pada pelaksanaan APBN 2008 ke arah yang tidak sustainable. Untukmengantisipasi risiko tersebut, Pemerintah telah menyiapkan 9 (sembilan) langkahpengamanan APBN 2008 agar dapat dikendalikan pada tingkat yang aman dan tidakmengganggu perekonomian Indonesia pada tahap berikutnya.

Dari 9 (sembilan) langkah pengamanan APBN 2008, termasuk langkah-langkah yang akanditempuh pemerintah terkait dengan pendapatan negara tahun 2008, yaitu (i) optimalisasiperpajakan, PNBP, dan dividen BUMN, dan (ii) pengurangan beban pajak komoditas panganstrategis.

Langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN antara lain melalui upaya:(i) penundaan penyesuaian Tarif PPh Badan dan PPh orang pribadi karena amandemenUU PPh belum berlaku di tahun 2008; (ii) upaya tambahan peningkatan perpajakanbeberapa sektor yang mendapat windfall dari kenaikan harga minyak mentah;(iii) intensifikasi penerimaan cukai, serta (iv) penarikan dividen interim BUMN.

Kemudian, langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis (beras, tepungterigu dan gandum, kedelai, dan minyak goreng) ditempuh melalui beberapa kebijakan:(i) Penurunan bea masuk impor beras; (ii) melanjutkan PPN minyak goreng ditanggungPemerintah; (iii) penerapan bea keluar CPO dan produk turunannya, serta Biofuel;(iv) penurunan bea masuk terigu dan PPN gandum dan terigu ditanggung Pemerintah:serta (v) penurunan bea masuk impor kedelai dan penurunan PPh impor kedelai.

Sebagai dampak kondisi di atas, pendapatan negara dan hibah dalam APBN 2008 sebesarRp781.354,1 miliar (18,1 persen PDB) direncanakan akan mengalami perubahan dalamRAPBN-P 2008 menjadi sebesar Rp839.401,5 miliar (19,6 persen PDB), yang berartimengalami peningkatan sebesar Rp58.047,4 miliar atau 7,4 persen. Besaran perubahanpendapatan negara dan hibah dalam RAPBN-P 2008 dapat dilihat dalam Tabel II.4.

2.3.1. Penerimaan Dalam Negeri Tahun 2008

Perubahan perkiraan pendapatan negara dan hibah dalam RAPBN-P 2008 terutamabersumber dari perubahan perkiraan penerimaan dalam negeri. Sebagai dampak perubahanasumsi ekonomi makro serta langkah pengamanan APBN 2008 di bidang pendapatan negara,

Page 12: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-12 RAPBN-P 2008

maka penerimaan dalam negeri direncanakan akan mengalami perubahan, dari Rp779.214,5miliar dalam APBN 2008 menjadi Rp836.695,5 miliar dalam RAPBN-P 2008. Perubahantersebut menunjukkan penerimaan dalam negeri mengalami kenaikan Rp57.481,0 miliaratau 7,4 persen dari yang telah direncanakan di APBN 2008. Perubahan perkiraanpenerimaan dalam negeri tersebut berasal dari perubahan penerimaan perpajakan dan PNBP.

2.3.1.1. Penerimaan Perpajakan Tahun 2008

Perubahan Penerimaan Perpajakan dalam RAPBN-P 2008 selain dipengaruhi olehperubahan asumsi beberapa indikator ekonomi makro, seperti pertumbuhan ekonomi, hargaminyak mentah Indonesia, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak mentah, juga dipengaruhioleh langkah pengamanan APBN 2008 dari sisi (i) optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividenBUMN; dan (ii) pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis.

Penerimaan perpajakan merupakan salah satu alat kebijakan fiskal yang sangat efektif dalammempengaruhi permintaan dan penawaran dalam negeri. Di sisi permintaan, penguranganbeban pajak baik melalui DTP maupun fasilitas perpajakan dapat menurunkan harga dipasar, sehingga permintaan atau daya beli masyarakat tetap terjaga. Sedangkan, di sisipenawaran, pengenaan bea keluar atas komoditi strategis dapat mengurangi ekspor, sehinggapenawaran dalam negeri tetap terjaga.

Berdasarkan pendekatan tersebut, detail langkah optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividenBUMN melalui peningkatan perpajakan dan PNBP pada beberapa sektor yang mendapatwindfall dari kenaikan harga minyak mentah; intensifikasi penerimaan cukai; serta penarikandividen interim BUMN.

Adapun langkah pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis ditindaklanjuti antaralain dengan pemberian fasilitas perpajakan dan pajak ditanggung Pemerintah (PPh, PPN

RAPBN-P % thd PDB

Pendapatan Negara dan Hibah 781.354,1 18,1 839.401,5 19,6 I. Penerimaan Dalam Negeri 779.214,5 18,1 836.695,5 19,5

1. Penerimaan Perpajakan 591.978,4 13,7 601.476,4 14,0 a. Pajak Dalam Negeri 569.971,7 13,2 572.784,8 13,4 b. Pajak Perdagangan Internasional 22.006,7 0,5 28.691,6 0,7

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 187.236,1 4,3 235.219,2 5,5 II. Hibah 2.139,7 0,0 2.705,9 0,1

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

Sumber: Departemen Keuangan

(miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.4

Pendapatan Negara dan Hibah, 2008 *)

APBN

Page 13: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-13RAPBN-P 2008

dan PPnBM, dan bea masuk), kebijakan tarif pajak ekspor CPO, serta langkah-langkahadministrasi perpajakan yang telah dan akan dilakukan dalam tahun 2008.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, maka target penerimaan perpajakandalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp601.476,4 miliar, atau 14,0 persenPDB. Jumlah ini berarti lebih tinggi Rp9.498,0 miliar atau 1,6 persen dari rencana penerimaanperpajakan yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesar Rp591.978,4 miliar (13,7 persenPDB). Demikian pula, apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan perpajakan tahun2007 sebesar Rp491.834,7 miliar (13,0 persen PDB), maka rencana penerimaan perpajakandalam RAPBN-P tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar Rp109.641,7 miliar (22,3persen). Rencana penerimaan perpajakan dalam RAPBN-P tahun 2008 tersebut terdiri daripajak dalam negeri sebesar Rp572.784,8 miliar (13,4 persen PDB) dan pajak perdaganganinternasional sebesar Rp28.691,6 miliar (0,7 persen PDB) sebagaimana terlihat dalam TabelII.5.

Pokok-pokok Perubahan Kebijakan Penerimaan Perpajakan

Dalam perubahan APBN 2008, beberapa kebijakan perpajakan yang sangat mempengaruhiperubahan penerimaan dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu: (i) kebijakanyang telah diperhitungkan dalam menyusun target APBN 2008, namun ditundapelaksanaannya; (ii) kebijakan yang akan dilaksanakan untuk mendukung Paket Kebijakan

RAPBN-P % thd PDB

Penerimaan Perpajakan 591.978,4 13,7 601.476,4 14,0 a. Pajak Dalam Negeri 569.971,7 13,2 572.784,8 13,4

i. Pajak penghasilan 305.961,4 7,1 297.096,6 6,9 1. PPh Migas 41.649,8 1,0 46.736,6 1,1 2. PPh Non-Migas 264.311,6 6,1 250.360,0 5,8

ii. Pajak pertambahan nilai 187.626,7 4,4 195.412,9 4,6 iii. Pajak bumi dan bangunan 24.159,7 0,6 25.803,9 0,6 iv. BPHTB 4.852,7 0,1 5.412,2 0,1 v. Cukai 44.426,5 1,0 45.717,5 1,1

vi. Pajak lainnya 2.944,6 0,1 3.341,7 0,1 b. Pajak Perdagangan Internasional 22.006,7 0,5 28.691,6 0,7

i. Bea masuk 17.940,8 0,4 17.880,3 0,4 ii. Bea Keluar 4.065,9 0,1 10.811,3 0,3

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

Sumber: Departemen Keuangan

(miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.5

Penerimaan Perpajakan, 2008 *)

APBN

Page 14: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-14 RAPBN-P 2008

Stabilisasi Harga Pangan melalui pajak ditanggung Pemerintah dan fasilitas perpajakan;(iii) kebijakan dalam rangka menarik investasi; dan (iv) langkah-langkah administrasi.

Kebijakan yang ditunda pelaksanaannya

Dalam penyusunan APBN 2008, target penerimaan perpajakan, terutama penerimaan PPhtelah menggunakan tarif PPh baru sesuai dengan rencana pembahasan Amandemen RUUPPh. Namun, sampai saat ini Amandemen RUU PPh tersebut masih dalam pembahasanantara Pemerintah dengan DPR RI. Dengan demikian, perhitungan target penerimaan PPhdalam RAPBN-P tahun 2008 kembali menggunakan basis tarif PPh standar lama, yaitutarif tertinggi tetap 30 persen untuk Wajib Pajak Badan, dan 35 persen untuk Wajib PajakOrang Pribadi. Nilai yang dihasilkan dari penerapan tarif lama tersebut menghasilkan potensitambahan penerimaan PPh sekitar Rp9,0 triliun.

Kebijakan untuk mendukung Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan

Guna mendukung paket kebijakan stabilisasi harga komoditas pangan pokok, yaitu beras,tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyak goreng, Pemerintah mengambil kebijakan untukmeringankan beban pajak melalui pajak ditanggung Pemerintah dan fasilitas perpajakan.

Dalam rangka stabilisasi harga kedelai dalam negeri, Pemerintah mengambil kebijakanmenurunkan tarif PPh Pasal 22 impor atas impor kedelai dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen,sehingga menimbulkan potential loss sebesar Rp0,13 triliun, sebagaimana tertuang dalamPeraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.03/2008 tentang Perubahan Keempat atasKeputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.03/2001 tentang Penunjukan PemungutPajak Penghasilan Pasal 22, Sifat dan Besarnya Pungutan, Serta Tata Cara Penyetoran danPelaporannya.

Selain itu, dengan adanya tekanan kenaikan harga pangan dunia yang menyebabkan hargadomestik juga bergerak naik, di bidang kebijakan PPN dan PPnBM, Pemerintah mengambilinisiatif untuk memberikan subsidi berupa PPN ditanggung Pemerintah atas penyerahanminyak goreng (curah maupun dalam kemasan), gandum dan tepung terigu di dalam negeridan atas impor sebesar Rp4,9 triliun sebagaimana tertuang dalam:

1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Ditanggung Pemerintah Atas Impor dan/atau Penyerahan Gandum dan TepungGandum/Terigu.

2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Dibayar Oleh Pemerintah Atas Penyerahan Minyak Goreng Curah Di Dalam Negeri.

3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15/PMK.011/2008 tentang Pajak PertambahanNilai Dibayar Oleh Pemerintah Atas Penyerahan Minyak Goreng Dalam Kemasan DiDalam Negeri.

Di bidang bea keluar dan bea masuk, dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga-hargapangan pokok telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.011/2008tentang Perubahan Kedelapan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005

Page 15: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-15RAPBN-P 2008

tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor.Peraturan Menteri Keuangan ini berisi penetapan Bea Keluar untuk produk Kelapa Sawit,CPO dan turunannya untuk mengamankan Harga Minyak Goreng Dalam Negeri.

Sedangkan, beberapa kebijakan terkait bea masuk dalam mendukung Paket KebijakanStabilisasi Harga Pangan antara lain dalam bentuk:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Beras. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor beras diturunkandari Rp550,0 menjadi Rp450,0 per kg.

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Kacang Kedelai. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor kacangkedelai diturunkan dari 5 persen menjadi nol persen.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.011/2008 tentang Penetapan Tarif BeaMasuk atas Impor Tepung Gandum. Dengan PMK ini tarif bea masuk atas impor tepunggandum diturunkan dari 5 persen menjadi nol persen.

Berbagai kebijakan fiskal yang diambil tersebut dimaksudkan untuk menjaga stabilitas hargapangan pokok di dalam negeri, seperti beras, tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyakgoreng. Dengan mengurangi beban pajak, baik PPh, PPN, maupun bea masuk, danmembebankan pengenaan bea keluar atas komoditas pangan strategis tersebut, diharapkandapat menstabilkan harga barang di dalam negeri guna mengurangi tekanan inflasi. Selainitu, untuk lebih mendukung stabilitas harga kebutuhan strategis tersebut, juga dilakukanpenerapan jalur hijau bagi impor barang pokok strategis dengan memperhatikan profilimportir, dalam rangka memperlancar pasokan dalam negeri.

Kebijakan dalam rangka menarik investasi

Untuk menarik penanaman modal baru berupa pembangunan dan pengembangan industriserta memacu pertumbuhan industri di sektor migas dan panas bumi, telah diambil berbagaikebijakan perpajakan, melalui PPh, PPN, dan bea masuk. Kebijakan PPh yang diterapkan disektor panas bumi dimaksudkan untuk mempercepat pengusahaan panas bumi sebagaisumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Dengan demikian, PPh atas labaperusahaan panas bumi menjadi ditanggung Pemerintah (DTP). Namun kebijakan tersebuttidak mengurangi porsi bagian pemerintah dari panas bumi.

Di samping itu, telah diterbitkan pula Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.011/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Barang Untuk Kegiatan Eksplorasi DiSektor Migas dan Panas Bumi, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Platform Pengeboran atau ProduksiTerapung atau Di Bawah Air sebesar nol persen.

Selain itu, untuk mendorong investasi di sektor-sektor tertentu akan dilakukan penguranganbeban pajak melalui pajak ditanggung pemerintah untuk PPN dan bea masuk sebesarmasing-masing Rp7,8 triliun dan Rp2,0 triliun. Kemudian, untuk meningkatan daya saingobligasi pemerintah dalam memasuki pasar internasional, Pemerintah menanggung Pajak

Page 16: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-16 RAPBN-P 2008

Penghasilan atas pembayaran bunga obligasi internasional sesuai dengan asas timbal balikdengan negara lain.

Langkah-langkah administrasi

Selain langkah-langkah kebijakan di atas, dilakukan pula berbagai langkah-langkahadministrasi dalam rangka optimalisasi penerimaan perpajakan. Langkah-langkahadministrasi tersebut dilakukan antara lain melalui intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaanperpajakan, mengoptimalkan penerimaan pajak dari perusahaan swasta dan BUMN,terutama dari penjualan komoditas yang mengalami kenaikan harga, dan dampak positifdari telah selesainya percepatan restitusi yang dilakukan pada tahun 2007. Berdasarkanlangkah-langkah tersebut penerimaan PPh diperkirakan akan bertambah sebesar Rp6,5triliun dan penerimaan PPN dan PPnBM bertambah sebesar Rp7,0 triliun. Secara garis besardampak langkah-langkah kebijakan dan administrasi perpajakan dapat dilihat pada TabelII.6.

1. Kebijakan 9.300

a. Pajak Penghasilan (PPh) 9.000

1. Tarif PPh tetap (PPh badan 30%, PPh orang pribadi 35%) 9.000

b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1.500

1. Pengenaan PPN listrik golongan tertentu 1.500

c. Bea Masuk (2.200)

1. Fasilitas bea masuk terigu (1.000) 2. Fasilitas bea masuk kedelai (1.000) 3 Penurunan Tarif Bea masuk Beras (200)

d. Bea Keluar 1.000

1. Menaikan tarif pajak ekspor CPO menjadi 15% apabila 1.000 harga CPO mencapai US$1.100 per ton

2. Administrasi 14.500 a. Pajak Penghasilan (PPh) 6.500

1. Intensifikasi dan optimalisasi penerimaan PPh perusahaan 6.500 terutama dari penjualan komoditas yang mengalami kenaikan harga

b. Pajak Pertambahan Nilai 7.000

1. Intensifikasi dan telah selesainya percepatan restitusi pada tahun 2007 7.000

c. Cukai 1.000

1. Intensifikasi Cukai 1.000

Total dampak kebijakan dan administrasi 23.800

Tabel II.6Kebijakan dan Administrasi Perpajakan RAPBN-P 2008

(miliar rupiah)

Page 17: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-17RAPBN-P 2008

Dari pokok-pokok perubahan kebijakan perpajakan tersebut di atas, serta perubahan asumsiekonomi makro, maka target penerimaan PPh migas dalam RAPBN-P 2008 direncanakanmenjadi Rp46.736,6 miliar, atau lebih tinggi Rp5.086,8 miliar (12,2 persen) dari target yangditetapkan dalam APBN 2008. Perubahan rencana penerimaan PPh migas tersebutdisebabkan karena meningkatnya harga minyak (ICP) dari US$60,0/barel dalam APBN2008 menjadi US$83,0/barel dalam RAPBN-P 2008, meskipun lifting minyak menurundari 1,034 MBCD menjadi 0,910 MBCD dalam periode yang sama.

Sementara itu, target penerimaan PPh Non-Migas dalam RAPBN-P tahun 2008direncanakan menjadi Rp250.360,0 miliar, yang berarti lebih rendah Rp13.951,6 miliar (5,3persen) dari target yang ditetapkan dalam APBN 2008. Penurunan rencana penerimaanPPh Non-Migas tersebut disebabkan antara lain adanya penyesuaian dasar perhitunganPPh Non-Migas tahun 2008 berdasarkan realisasi penerimaan PPh tahun 2007, danpengaruh penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga minyak dan pangan dunia,serta menurunnya asumsi pertumbuhan ekonomi dari 6,8 persen menjadi hanya 6,4 persen.Gejala penurunan pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, namunjuga dialami oleh negara lain, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa.

Target penerimaan PPN dan PPnBM dalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan menjadisebesar Rp195.412,9 miliar, atau meningkat 4,1 persen dibandingkan target yang ditetapkandalam APBN 2008. Perubahan tersebut disebabkan karena program percepatan restitusiPPN telah selesai dilakukan pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 restitusi PPN akanberjalan normal kembali. Hal lain yang juga berpengaruh terhadap penerimaan PPN danPPnBM adalah adanya perubahan asumsi inflasi dari 6,0 persen pada APBN 2008 menjadi6,5 persen pada RAPBN-P 2008.

Kemudian, target penerimaan PBB pada RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan meningkatsebesar Rp1.644,2 miliar atau 6,8 persen dibandingkan dengan target yang telah ditetapkandalam APBN 2008, yaitu dari Rp24.159,7 miliar menjadi sebesar Rp25.803,9 miliar.Peningkatan rencana penerimaan PBB ini dipengaruhi oleh realisasi harga minyak (ICP)tahun 2007 yang tinggi, yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan PBB sektorpertambangan. Peningkatan penerimaan PBB pertambangan tersebut merupakanpenyumbang terbesar kenaikan penerimaan PBB tahun 2008. Selain itu, lebih tingginyapenerimaan PBB dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan harga tanah dan bangunan,serta didukung oleh upaya ekstensifikasi dan intensifikasi PBB.

Dalam RAPBN-P tahun 2008, penerimaan BPHTB ditargetkan mengalami peningkatansebesar Rp559,5 miliar (11,5 persen) dari target yang ditetapkan dalam APBN 2008 sebesarRp4.852,7 miliar menjadi Rp5.412,2 miliar. Kenaikan rencana penerimaan BPHTB tersebutmengimbangi kenaikan PBB sebagai akibat kecenderungan peningkatan harga dan volumetransaksi atas tanah dan bangunan.

Selanjutnya, dalam RAPBN-P tahun 2008, penerimaan cukai ditargetkan sebesar Rp45.717,5miliar. Jumlah ini, berarti mengalami peningkatan sebesar Rp1.291,0 miliar biladibandingkan dengan target penerimaan cukai dalam APBN tahun 2008. Penerimaan cukaipada RAPBN-P 2008 tersebut dapat dicapai dengan didukung kebijakan pemerintah dibidang cukai hasil tembakau yang mendorong perbaikan daya saing industri hasil tembakau,serta mengandalkan pertumbuhan produksi alamiah yang ditunjang oleh peningkatan dayabeli masyarakat.

Page 18: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-18 RAPBN-P 2008

Prediksi penerimaan cukai tahun 2008 dibuat dengan mempertimbangkan pertumbuhanekonomi, elastisitas permintaan terhadap kenaikan harga dan kebijakan yang ditetapkanatas Harga Jual Eceran (HJE) dan Tarif. Sasaran penerimaan cukai tahun 2008 dilandasidata empiris pertumbuhan nominal produksi barang kena cukai (BKC), khususnya produksihasil tembakau sebesar 4,5 persen, dan diasumsikan tidak ada beban tambahan dalam bentukperubahan tarif atau harga jual eceran.

Demikian juga dengan rencana penerimaan pajak lainnya dalam RAPBN-P tahun 2008ditargetkan akan mencapai Rp3.341,7 miliar, atau meningkat sebesar Rp397,1 miliar (13,5persen) bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN 2008. Peningkatanrencana penerimaan pajak lainnya ini selain disebabkan pertimbangan kesadaranmasyarakat semakin meningkat dalam memenuhi kewajiban perpajakan, khususnya BeaMeterai, juga perkiraan akan semakin membaiknya administrasi perpajakan.

Dari pajak perdagangan internasional, sasaran penerimaan bea masuk dalam RAPBN-P2008 diperkirakan akan mencapai Rp17.880,3 miliar. Jumlah ini berarti menurun sebesarRp60,5 miliar (0,3 persen) bila dibandingkan dengan sasaran penerimaan Bea Masuk yangdianggarkan dalam APBN tahun 2008. Penurunan bea masuk tersebut disebabkan karenaadanya fasilitas pembebasan bea masuk yang diberikan untuk mendukung investasi dankebutuhan stabilisasi harga pangan.

Sementara itu, penerimaan bea keluar dalam RAPBN-P tahun 2008 direncanakan sebesarRp10.811,3 miliar. Jumlah ini berarti mengalami kenaikan sebesar Rp6.745,4 miliar atau165,9 persen bila dibandingkan dengan target penerimaan bea keluar dalam APBN tahun2008. Kenaikan bea keluar tersebut terutama dipengaruhi oleh penyesuaian tarif bea keluarkelapa sawit, CPO dan produk turunannya sebagai langkah yang diambil oleh Pemerintahuntuk menjamin kebutuhan bahan baku industri minyak goreng, serta menjaga stabilitasharga minyak goreng dalam negeri. Di samping itu, Pemerintah juga berencana untukmelakukan ekstensifikasi bea keluar bagi komoditi pertambangan tertentu.

Penerimaan bea keluar dalam implementasinya memiliki fungsi budgeter dan fungsi regulasi.Sebagai fungsi budgeter, penerimaan bea keluar diharapkan setiap tahunnya dapat terusmeningkat. Namun dalam pelaksanaannya fungsi bea keluar lebih ditekankan sebagairegulasi. Oleh karena itu efektivitas kebijakan bea keluar tidak hanya dilihat dari tercapainyatarget penerimaan bea keluar dalam APBN, tetapi juga dilihat dari tercapainya tujuan darikebijakan pengenaan bea keluar.

Dengan diberlakukannya UU Nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan atas UU Nomor 10tahun 1995 tentang Kepabeanan, maka mulai tahun 2008 Direktorat Jenderal Bea dan Cukaibertanggung jawab atas pemungutan bea keluar. Adapun tujuan dari kebijakan pengenaanbea keluar sesuai PP Nomor 35 Tahun 2005 adalah: (i) menjamin terpenuhinya kebutuhandalam negeri; (ii) melindungi kelestarian sumber daya alam; (iii) mengantisipasi pengaruhkenaikan harga yang cukup drastis dari barang ekspor tertentu di pasar internasional; dan(iv) menjaga stabilitas harga barang tertentu di dalam negeri.

Page 19: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-19RAPBN-P 2008

Boks II.1

Insentif Perpajakan Dalam Rangka Mendukung

Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok

Kecenderungan melambatnya ekonomi global dan meningkatnya harga komoditas panganakan mempengaruhi perekonomian Indonesia melalui meningkatnya ekspektasi inflasimasyarakat. Saat ini, harga beberapa komoditas pangan strategis di dalam negeri meningkatdrastis, seperti beras, tepung terigu, gandum, kedelai, dan minyak goreng. Dampak akhirdari peningkatan harga-harga tersebut adalah menurunnya pendapatan riil masyarakat,terutama golongan menengah ke bawah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemerintah untuk mencegah penurunan pendapatanriil masyarakat tersebut adalah melalui intervensi kebijakan fiskal, yaitu melalui penurunanharga dan/atau peningkatan pendapatan masyarakat. Penurunan harga dapat dilakukanmelalui pengurangan beban pajak atau pemberian subsidi harga. Sedangkan, peningkatanpendapatan masyarakat dapat dilakukan melalui pemberian bantuan langsung kepadamasyarakat, seperti cash transfer. Kedua instrumen tersebut diharapkan pada akhirnyameningkatkan pendapatan riil masyarakat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Paket Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan Pokok(PKSHPP) yang akan dicanangkan Pemerintah dilakukan melalui pengurangan beban pajakatas beberapa komoditas pangan strategis (beras, minyak goreng, tepung terigu dan gandum,serta kedelai) dan penambahan subsidi pangan. Pengurangan beban pajak dan pemberiansubsidi pangan (antara lain beras dan minyak goreng) diharapkan dapat mengurangi biayaperusahaan, sehingga harga dapat dikendalikan pada tingkat yang wajar.

Pengurangan beban pajak dilakukan melalui: (i) pemberian fasilitas perpajakan, sepertipenurunan tarif dan pembebasan tarif; dan (ii) pemberian pajak ditanggung Pemerintah(DTP). Pajak ditanggung Pemerintah (DTP) adalah pajak terutang suatu perusahaan, baikswasta maupun BUMN yang ditanggung oleh Pemerintah melalui penyediaan pagu anggarandalam subsidi pajak. Dengan demikian, dalam perhitungan anggaran Pemerintah akan bersifatnetral, karena penerimaan perpajakan akan bertambah sebesar nilai DTP dan pada saatyang sama subsidi pajak juga bertambah sebesar nilai DTP yang dicatat pada penerimaan.Sedangkan fasilitas perpajakan mengandung pengertian pemberian keringanan perpajakan,berupa bebas pajak atau pengurangan pajak untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian,akan menimbulkan potential loss pada penerimaan perpajakan.

Insentif perpajakan diberikan pada perusahaan swasta dan BUMN, baik untuk PPh impor,PPN impor dan PPN dalam negeri, bea masuk, serta bea keluar. Untuk beras dilakukanpenurunan tarif bea masuk impor dari Rp550/kg menjadi Rp450/kg sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.011/2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masukatas Impor Beras.

Komoditas minyak goreng mendapat fasilitas PPN ditanggung Pemerintah atas penyerahanminyak goreng (curah maupun dalam kemasan) di dalam negeri. Selain itu, dilakukankenaikan tarif bea keluar atas produk CPO dan turunannya pada tingkat harga tertentu untukmengamankan harga minyak goreng dalam negeri sesuai dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 09/PMK.011/2008 tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu dan Besaran

Page 20: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-20 RAPBN-P 2008

Tarif Pungutan Ekspor. Untuk komoditas tepung terigu dan gandum diberikan fasilitas PPNditanggung Pemerintah atas impor dan/atau penyerahan dalam negeri gandum dan tepungterigu dan fasilitas penurunan tarif bea masuk atas impor tepung gandum diturunkan dari5,0 persen menjadi nol persen. Komoditas kedelai dilakukan penurunan tarif PPh Pasal 22impor atas impor kedelai dari 2,5 persen menjadi 0,5 persen,serta penurunan tarif bea masukimpor atas impor kacang kedelai dari 5,0 persen menjadi nol persen.

Selain insentif perpajakan tersebut, untuk lebih mendukung program stabilisasi hargakomoditas pangan strategis, juga dilakukan langkah-langkah administrasi dalam rangkamemperlancar pasokan dalam negeri, berupa penerapan jalur hijau bagi impor barang pokokstrategis dengan memperhatikan profil importir.

Dampak Insentif Pajak Dalam Rangka Mendukung Program Stabilisasi Harga

2.3.1.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2008

Dalam RAPBN-P 2008, perubahan PNBP sangat dipengaruhi oleh perubahan berbagaiindikator ekonomi makro terutama harga minyak mentah di pasar internasional, tingkatlifting minyak, serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal tersebutdisebabkan karena struktur PNBP dalam RAPBN-P 2008 masih didominasi oleh penerimaanSDA yang berasal dari minyak bumi dan gas alam yang memberikan kontribusi sebesar64,7 persen dari keseluruhan sasaran penerimaan PNBP atau sebesar 94,3 persen dari sasaranpenerimaan SDA.

Berdasarkan asumsi ekonomi makro yang dipakai sebagai basis perhitungan RAPBN-P tahun2008, dan sekaligus mempertimbangkan berbagai langkah kebijakan yang akan diambiloleh Pemerintah, maka target PNBP direncanakan berubah menjadi Rp235.219,2 miliar.Jumlah ini berarti menunjukkan adanya kenaikan sebesar Rp47.983,1 miliar atau 25,6 persen

Potential Loss

DTP

1. Beras - Penurunan tarif bea masuk impor 0,2

2. Minyak Goreng - PPN ditanggung Pemerintah 3,0

- Kenaikan tarif bea keluar atas produk CPO dan turunannya 1,0

3. Gandum dan Terigu - PPN Terigu ditanggung Pemerintah 0,5

- PPN Gandum ditanggung Pemerintah 1,4

- Penurunan tarif bea masuk impor 1,0

4. Kedelai - Penurunan tarif PPh Pasal 22 impor 0,1

- Penurunan bea masuk impor 1,0

3,3 4,9

Komoditas Insentif Pajak

Dampak (triliun Rp)

Total

Page 21: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-21RAPBN-P 2008

apabila dibandingkan dengan sasaran PNBP dalam APBN tahun 2008. Kenaikan targetPNBP dalam RAPBN-P tahun 2008 tersebut terutama terjadi akibat kenaikan harga minyakmentah di pasar internasional, sehingga diperkirakan akan meningkatkan penerimaan darisektor migas dan bagian pemerintah atas laba BUMN. Selanjutnya pada Tabel II.7 dapatdilihat perubahan PNBP dalam RAPBN-P 2008.

Pokok-pokok Perubahan Kebijakan PNBP

Meskipun target lifting minyak mentah diperkirakan mengalami penurunan dibandingkanyang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu dari 1,034 juta barel per hari menjadi 0,910 jutabarel per hari. Realisasi PNBP SDA migas dalam RAPBN-P 2008 diperkirakan lebih tinggidibandingkan dengan sasaran PNBP yang telah ditetapkan dalam APBN 2008. Jumlahperkiraan PNBP SDA migas tersebut bersumber dari perkiraan penerimaan SDA minyakbumi dan penerimaan SDA gas alam.

Peningkatan perkiraan PNBP SDA minyak bumi tersebut lebih dikarenakan adanya faktor-faktor eksternal, diantaranya: (i) lebih tingginya perkiraan harga ICP dibandingkan denganasumsi yang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu dari US$60 per barel menjadi US$83 perbarel; dan (ii) depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibandingkan

RAPBN-P % thd PDB

Penerimaan Negara Bukan Pajak 187.236,1 4,3 235.219,2 5,5 a. Penerimaan SDA 126.203,2 2,9 161.387,1 3,8

i. Migas 117.922,0 2,7 152.240,9 3,6 - Minyak bumi 84.317,0 2,0 122.330,7 2,9 - Gas alam 33.605,0 0,8 29.910,3 0,7

ii. Non Migas 8.281,2 0,2 9.146,1 0,2 - Pertambangan umum 5.306,4 0,1 6.171,4 0,1

- Iuran tetap 66,6 0,0 74,1 0,0 - Pendapatan Royalti Batubara 5.239,8 0,1 6.097,3 0,1

- Kehutanan 2.774,8 0,1 2.774,8 0,1 - Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) 4,8 0,0 4,8 0,0 - Provisi sumber daya hutan (PSDH) 1.498,7 0,0 1.498,7 0,0 - Dana reboisasi 1.271,3 0,0 1.271,3 0,0

- Perikanan 200,0 0,0 200,0 0,0 b. Bagian Laba BUMN 23.404,3 0,5 31.404,3 0,7 c. PNBP Lainnya 37.628,6 0,9 42.427,8 1,0

*) Perbedaan angka di belakang koma terhadap angka penjumlahan adalah karena pembulatan

Sumber: Departemen Keuangan

( miliar rupiah)

% thd PDB

Tabel II.7

Penerimaan Negara Bukan Pajak, 2008 *)

APBN

Page 22: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-22 RAPBN-P 2008

dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2008, yaitu dari Rp9.100 menjadi Rp9.150per US$.

Penerimaan PNBP yang berasal dari sumber daya alam (SDA) non migas bersumber darisektor Pertambangan Umum yang terdiri dari iuran tetap dan royalty serta penerimaanyang berasal dari penjualan hasil tambang. Dalam RAPBN-P tahun 2008 pendapatan dariiuran tetap dan royalty komoditi pertambangan diperkirakan meningkat sebesar Rp865,0miliar. Salah satu kebijakan pemerintah dalam meningkatkan PNBP adalah denganmelakukan inventarisasi kegiatan usaha dari perusahaan Kuasa Pertambangan, verifikasiyang lebih intensif dan melakukan penagihan terhadap perusahaan yang mempunyaitunggakan kewajiban kepada negara.

Untuk mencapai target penerimaan bagian Pemerintah atas laba BUMN untuk tahun 2008,penghitungan penerimaan tersebut dihitung berdasarkan pay out ratio antara 10-50 persendari laba bersih yang dibukukan BUMN pada tahun sebelumnya dengan tetapmemperhatikan kepentingan perusahaan, negara, serta manajemen dan karyawanperusahaan.

Seiring dengan peningkatan kinerja BUMN dan meningkatnya harga minyak mentah duniayang berdampak pula pada peningkatan harga komoditi lain yang merupakan komoditisubstitusi dari minyak mentah seperti harga gas alam, batu bara, dan harga CPO, penerimaanbagian pemerintah atas laba BUMN pertambangan juga diperkirakan mengalami windfallkarena meningkatnya harga minyak mentah dan kenaikan dari dividen interim BUMNnon-Pertamina.

Perubahan perkiraan asumsi makro, terutama karena lebih tingginya perkiraan hargaminyak mentah Indonesia di pasar internasional (ICP) dari US$60,0 per barel dalam APBNtahun 2008 menjadi US$83,0 per barel dalam RAPBN-P tahun 2008 mengakibatkanmeningkatnya PNBP Lainnya dari pendapatan minyak mentah Domestic Market Obligation(DMO). Sementara itu dalam rangka meningkatkan PNBP Lainnya pada Kementerian/Lembaga akan dilakukan upaya-upaya antara lain: (i) pengidentifikasian danpenginventarisasian potensi PNBP Lainnya dan pencarian sumber-sumber PNBP Lainnyayang belum tergali secara optimal; (ii) ekstensifikasi dengan ditetapkannya jenis dan tarifPNBP baru; dan (iii) intensifikasi penagihan pada sumber-sumber PNBP Lainnya.

Berdasarkan pokok-pokok perubahan kebijakan PNBP di atas, termasuk perubahan indikatorekonomi makro, dalam RAPBN-P tahun 2008, target penerimaan SDA direncanakan menjadiRp161.387,1 miliar. Penerimaan SDA merupakan sumber penerimaan terbesar bagi PNBPsehingga dalam RAPBN-P tahun 2008, kontribusi penerimaan SDA terhadap keseluruhanPNBP mencapai 68,6 persen, atau sekitar 19,3 persen dari total Penerimaan Dalam Negeri.Sebagian besar dari rencana penerimaan SDA dalam tahun 2008 tersebut berasal daripenerimaan SDA Migas (94,3 persen), sedangkan sisanya berasal dari SDA Non-Migas yangterdiri dari SDA Pertambangan Umum, SDA Kehutanan, dan SDA Perikanan. Targetpenerimaan SDA Migas dalam RAPBN-P tahun 2008 direncanakan menjadi Rp152.240,9miliar, berarti mengalami kenaikan sebesar Rp34.318,9 miliar atau 29,1 persen biladibandingkan dengan target penerimaan SDA dalam APBN tahun 2008.

Lebih tingginya perkiraan realisasi penerimaan migas dalam tahun 2008 tersebut dipengaruhiantara lain oleh faktor-faktor eksternal, di antaranya: (i) lebih tingginya perkiraan hargaminyak mentah Indonesia (ICP) dibandingkan dengan asumsi yang ditetapkan dalam APBN

Page 23: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-23RAPBN-P 2008

2008; dan (ii) depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dari targetpenerimaan SDA migas tahun 2008 tersebut, Rp122.330,7 miliar bersumber dari penerimaanSDA minyak bumi dan sisanya Rp29.910,3 miliar bersumber dari penerimaan SDA gas alam.

Target Penerimaan SDA Non-Migas dalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan sebesarRp9.146,1 miliar, atau meningkat Rp845,0 miliar atau 10,4 persen dari target yangditetapkan dalam APBN tahun 2008. Penerimaan SDA Non-Migas ini masih didominasioleh penerimaan dari pertambangan umum (67,5 persen dari total penerimaan SDA Non-Migas), kemudian disusul oleh penerimaan kehutanan dan penerimaan perikanan.

Target penerimaan SDA Pertambangan Umum dalam RAPBN-P tahun 2008 direncanakanmenjadi Rp6.171,4 miliar. Rencana penerimaan SDA Pertambangan Umum tahun 2008tersebut meliputi iuran tetap (landrent) Rp74,1 miliar dan iuran eksplorasi dan eksploitasi(royalty) Rp6.097,3 miliar. Perubahan penerimaan SDA Pertambangan Umum tersebutmenunjukkan adanya peningkatan sebesar Rp865,0 miliar atau 16,3 persen bila dibandingkandengan target penerimaan SDA Pertambangan Umum yang ditetapkan dalam APBN tahun2008.

Penerimaan SDA Kehutanan dalam RAPBN-P tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp2.774,8miliar. Penerimaan SDA Kehutanan didasarkan pada rencana karya tahunan, yaitu luasproduksi kayu untuk provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) yangmeliputi hutan tanaman (Perhutani), produksi hutan tanaman industri dan produksi hasilhutan bukan kayu.

Rencana penerimaan SDA Kehutanan RAPBN-P tahun 2008 tersebut terdiri dari:(i) penerimaan dana reboisasi (DR) sebesar Rp1.271,3 miliar; (ii) penerimaan provisi sumberdaya hutan (PSDH) sebesar Rp1.498,7 miliar; serta (iii) iuran hak pengusahaan hutan (IHPH)sebesar Rp4,8 miliar, sama dengan target penerimaan SDA Kehutanan yang ditetapkandalam APBN tahun 2008.

Kemudian, target penerimaan SDA Perikanan dalam RAPBN-P 2008 diperkirakan samadengan yang ditetapkan dalam APBN tahun 2008 sebesar Rp200 miliar. Jumlah ini meliputi:(i) penerimaan SDA yang berasal dari pungutan pengusahaan perikanan (PPP); dan(ii) penerimaan dari pungutan hasil perikanan (PHP).

Penerimaan Bagian Pemerintah atas Laba BUMN

Dalam RAPBN-P tahun 2008, target penerimaan yang berasal dari bagian pemerintah ataslaba BUMN (dividen) direncanakan menjadi Rp31.404,3 miliar. Jumlah ini berartimenunjukkan adanya peningkatan sebesar Rp8.000,0 miliar atau 34,2 persen biladibandingkan dengan target penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN yangdianggarkan dalam APBN tahun 2008. Peningkatan sebesar Rp8.000,0 miliar tersebutdiperkirakan akan dipenuhi dari dividen interim PT Pertamina dan beberapa BUMN lainnya.

PNBP Lainnya

PNBP Lainnya di antaranya berasal dari: (i) kegiatan-kegiatan pelayanan dan pengaturanyang dilaksanakan oleh masing-masing kementerian/lembaga kepada masyarakat sesuai

Page 24: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab II Pendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-24 RAPBN-P 2008

dengan tugas pokok dan fungsinya; (ii) rekening dana investasi (RDI); (iii) domestic marketobligation (DMO); dan (iv) penjualan hasil tambang.

Dalam RAPBN-P tahun 2008, target penerimaan PNBP Lainnya direncanakan mencapaiRp42.427,8 miliar, atau naik sebesar Rp4.799,2 miliar atau 12,8 persen dibandingkan targetyang ditetapkan dalam APBN tahun 2008. Peningkatan target PNBP Lainnya berasal darikenaikan: (i) pendapatan dari minyak mentah Domestic Market Obligation (DMO);(ii) penerimaan yang berasal dari Departemen Komunikasi dan Informasi terutama daripendapatan hak dan perijinan (BHP frekuensi); (iii) penerimaan yang berasal dari penjualanhasil tambang; serta (iv) percepatan pembayaran RDI. Selanjutnya dalam Tabel II.8. dapatdilihat rincian perubahan PNBP lainnya dalam RAPBN-P 2008.

2.3.2. Hibah Tahun 2008

Dalam RAPBN-P 2008, penerimaan hibah diperkirakan akan mencapai Rp2.705,9 miliar,atau mengalami peningkatan sebesar Rp566,2 miliar (26,5 persen) bila dibandingkan dengansasaran penerimaan hibah yang dianggarkan dalam APBN 2008. Perubahan perkiraan

1 Departemen Pendidikan Nasional 4.201,3 4.201,3 2 Departemen Kesehatan 2.879,2 2.879,2 3 Departemen Komunikasi dan Informasi 5.555,2 6.505,2 4 Kepolisian Republik Indonesia 1.525,3 1.525,3 5 Badan Pertanahan Nasional 1.300,0 1.300,0 6 Departemen Hukum dan HAM 1.216,7 1.216,7 7 Departemen Luar Negeri 380,0 380,0 8 Departemen Perhubungan 510,3 510,3 9 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 484,1 484,1 10 Penerimaan lain:

Rekening Dana Investasi (RDI) 4.829,0 6.829,0 Domestic Market Obligation (DMO) Migas 6.456,5 7.905,3 Penerimaan lainnya 8.291,0 8.691,4

Total PNBP Lainnya 37.628,6 42.427,8

Sumber: Departemen Keuangan

No Penerimaan APBN RAPBN-P

Tabel II.8PNBP Lainnya Tahun 2008

(miliar rupiah)

Page 25: 05 Bab II RAPBN-P 2008 - anggaran.kemenkeu.go.id 04 Bab II.pdfAPBN-P 2007. Di sisi lain, realisasi penerimaan Hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8 miliar Di sisi lain, realisasi penerimaan

Bab IIPendapatan Negara dan Hibah RAPBN-P 2008

II-25RAPBN-P 2008

penerimaan hibah tahun 2008 tersebut disebabkan oleh karena adanya perubahan asumsinilai tukar rupiah terhadap US dolar dari semula Rp9.100/US dolar menjadi Rp9.150/USdolar. Apabila dibandingkan dengan realisasi penerimaan hibah tahun 2007 sebesar Rp1.703,8miliar, maka perkiraan penerimaan hibah dalam tahun 2008 tersebut meningkat sekitarRp1.002,1 miliar.

Sebagian besar dari hibah tersebut akan dipergunakan untuk membiayai berbagai programyang terkait dengan proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Nias, yang akan dikelolalangsung oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh – Nias, sebagai lembagayang telah ditunjuk guna menangani proses rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah Aceh danNias pasca bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami. Selain itu dana hibah akandipergunakan untuk membiayai berbagai program ataupun proyek yang telah disepakatibersama antara Pemerintah Indonesia dengan pihak pemberi hibah berdasarkan notakesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU).