04pn31
-
Upload
bengkel-las-dekorasi -
Category
Documents
-
view
45 -
download
0
Transcript of 04pn31
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 1/16
PUTUSAN
Nomor 31/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst.
DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara
Kepailitan pada tingkat Pertama, telah menjatuhkan putusannya sebagai berikut dalam perkara Kepailitan
antara :
PT. LOBUNTA KENCANA RAYA, beralamat di Jl. Pintu Air No. 318 Jakarta Pusat, dalam hal ini
memilih kedudukan Hukum pada Law Office Wiratno & Partners, Jl. Tiang Bendera III No. 52-1,
Roa Malaka, Jakarta Barat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 22 Juni 2004, selanjutnya
disebut sebagai : PEMOHON ;
M e l a w a n
PT. BUKIT SENTUL, Tbk, beralamat di Jl. Bukit Sentul - Bogor (16810), dalam hal ini memilih
kedudukan Hukum pada Kantor Advokat & Pengacara Burni, SH & Rekan, berkantor di Gedung MenaraSudirman Lantai 25, Jl. Jend. Sudirman Kav. 60 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 13
Agustus 2004, selanjutnya disebut sebagai : TERMOHON ;
Pengadilan Niaga tersebut ;
Telah membaca berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini ;
Telah mendengar kedua belah pihak yang berperkara melalui Kuasa Hukumnya ;
TENTANG DUDUK PERKARA :
Menimbang, bahwa Pemohon dalam Surat Permohonan ter-tanggal 2 Agustus 2004, yang terdaftar di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 2 Agustus 2004 dengan
Register Perkara Nomor: 31/ PAILIT/2004/ PN.NIAGA.JKT.PST yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa antara PT. LOBUNTA KENCANA RAYA (Pemohon Pailit) dengan PT. BUKIT SENTUL,
Tbk (Termohon Pailit) telah terikat 5 (lima) Surat Perjanjian Kerja (SPK), yang intinya adalah
Termohon Pailit memberikan pekerjaan kepada Pemohon Pailit (selaku Kontraktor) untuk mengerjakan
pembangunan proyek di kawasan perumahan Bukit Sentul-Bogor;
2. Bahwa ke-5 (lima) Surat Perjanjian Kerja yang ditandatangani antara Pemohon Pailit dengan Termohon
Pailit adalah:
2.1. SPK No. Kontrak 350.3.1/1.21D/BS/XI/2001, tertanggal 8 Nopember 2001 untuk melaksanakan
pekerjaan Grading, Retaining Wall dan Saluran Taman Andalusia-Bukit Sentul, perjanjian ini
memiliki waktu jatuh tempo pembayaran 30 hari setelah tanggal penagihan (Bukti P-1) ;2.2. SPK No. Kontrak 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002, tertanggal 1 Agustus 2002 untuk melaksanakan
pekerjaan Grading dan Retaining Wall Empire Park Blok B, R21 Cluster 3 - Bukit Sentul,
perjanjian ini memiliki waktu jatuh tempo pembayaran maximal 60 hari setelah tanggal
penagihan (Bukti P-2);
2.3. SPK No. Kontrak 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003, tertanggal 27 Juni 2003 untuk melaksanakan
pekerjaan Grading dan Retaining Wall di Taman Equator - Bukit Sentul, perjanjian ini memilikiwaktu jatuh tempo pembayaran maximal 45 hari setelah tanggal penagihan (Bukti P-3);
2.4. SPK No. Kontrak 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003, tertanggal 15 Agustus 2003 untuk melaksanakan
pekerjaan Saluran Pipa diameter 1650 mm, Manhole, SEP & Head Wall di Taman Equator - Bukit
Sentul, perjanjian ini memiliki waktu jatuh tempo pembayaran maximal 60 hari setelah tanggal penagihan (Bukti P-4);
1
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 2/16
2.5. SPK No. Kontrak 037.3.1/1.00/BS/IX/2003, tertanggal 5 September 2003 untuk melaksanakan
pekerjaan Perlindungan Lereng Sungai Cikeas di Taman Equator -Bukit Sentul, perjanjian inimemiliki waktu jatuh tempo pembayaran maximal 60 hari setelah tanggal penagihan (Bukti P-5);
3. Bahwa pekerjaan yang telah diberikan oleh Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit berdasarkan surat-
surat perjanjian kerja (Vide; Bukti P-1 sampai Bukti P-5) tersebut telah dilaksanakan sepenuhnya oleh
Pemohon Pailit dan sampai permohonan pailit ini didaftarkan (sampai saat ini) tidak ada sengketa atas
surat-surat perjanjian kerja tersebut ;
4. Bahwa dasar dari diajukannya permohonan pailit ini adalah tidak adanya kemampuan Termohon Pailit untuk membayar utang secara tunai dan sekaligus, atas utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
5. Bahwa Termohon Pailit telah mengakui memiliki utang (pokok setelah ditambah Pajak Pertambahan
Nilai (PPn) dan penalty keterlambatan pembayaran terhadap utang yang telah jatuh tempo per tanggal
31 Mei 2004) adalah sebesar Rp. 6.927.292.111,- (terbilang: Enam Milyard Sembilan Ratus Dua Puluh
Tujuh Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Dua Ribu Seratus Sebelas Rupiah) (Bukti P-6);
6. Bahwa rincian utang pokok ditambah PPn dari Termohon Pailit yang telah jatuh tempo, ditagih dan
tidak terbayar, per tanggal 31 Mei 2004, sebagai berikut:
6.1. Kontrak No. 350.3.1/1.21D/BS/XI/2001 (Vide: Bukti P-1) utang yang belum dibayar sebesar Rp.496.795.932,-;
6.2. Kontrak No. 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002 (Vide: Bukti P-2) utang yang belum dibayar sebesar Rp.
4.154.699.746,-;
6.3. Kontrak No. 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003 (Vide: Bukti P-3) utang yang belum dibayar sebesar Rp.
623.377.128,-;
6.4. Kontrak No. 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003 (Vide: Bukti P-4) utang yang belum dibayar sebesar Rp.
350.577.540,-;
6.5. Kontrak No. 037.3.1/1.00/BS/IX/2003 (Vide: Bukti P-5) utang yang belum dibayar sebesar Rp.
386.114.152,-;
6.6. Sehingga jumlah total utang Termohon Pailit setelah PPn per tanggal 31 Mei 2004 adalah Rp.
6.011.564.498,- (terbilang: Enam Milyard Sebelas Juta Lima Ratus Enam Puluh Empat Ribu
Empat Ratus Sembilan Puluh Delapan Rupiah);
6.7. Bahwa selain utang per 31 Mei 2004 tersebut telah disetujui perhitungkan penalty keterlambatan
pembayaran per 31 Desember 2003 sebesar Rp. 1.003.634.826,- dan atas penalty tersebut
Termohon Pailit telah membayar Rp. 87.907.213,- sehingga Termohon Pailit masih berhutang
pembayaran atas penalty sebesar Rp. 915.727.613,- (Terbilang: Sembilan Ratus Lima Belas Juta
Tujuh Ratus Dua Puluh Tujuh Ribu Enam Ratus Tiga Belas Rupiah);
6.8. Bahwa oleh karenanya dapat dibuktikan secara sederhana bahwa Termohon Pailit memiliki utang
kepada Pemohon Pailit sebesar utang pokok per 31 Mei 2004+Penalty per 31 Desember 2003 =
Rp. 6.011.564.498,- + Rp. 915.727.613, Rp. 6.927.292.111,- (terbilang: Sembilan Puluh Dua RibuSeratus Sebelas Rupiah)
∗
. Jumlah hutang ini sesuai dengan pengakuan Termohon Pailit (Vide:
Bukti P-6);
7. Bahwa rincian utang pokok Termohon Pailit berdasarkan masing-masing kontrak (SPK) dan termynasi
penagihan yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar ( Note: uraian dari butir 6.1 sampai butir 6.5)
adalah sebagai berikut:
7.1. Bahwa Kontrak No. 350.3.1/1.21D/BS/XI /2001 dengan masa jatuh tempo 30 hari setelah
penagihan (Vide: Bukti P-1) berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan
Pekerjaan (Bukti P-7) nilai prestasi yang dapat dibayarkan sebesar Rp. 3.641.825.989,73,- (note: perhitungan nilai prestasi tersebut sudah termasuk PPh namun belum termasuk PPn);
7.1.1. Bahwa dari utang tersebut Termohon Pailit membayar hingga 9 (sembilan) termyn danmasih ada utang termyn-termyn yang belum dibayar dengan total tagihan setelah dikeluarkan
PPh dan ditambah PPn sebesar Rp. 496.795.932,- dengan rincian sebagai berikut:
sesuai naskah asli
2
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 3/16
7.1.1.1. Untuk tagihan Termyn ke IX sebesar Rp. 392.334.686,- ditagih tanggal 12
November 2002 memiliki jatuh tempo pada tanggal 12 Desember 2002 telah dibayar
sebesar Rp. 371.749.022,- sehingga dari Termyn ke IX tersebut Termohon Pailit masih
berhutang sebesar Rp. 20.585.664,- (Bukti P-8)
7.1.1.2. Untuk tagihan Termyn ke X sebesar Rp. 275.870.466,- ditagih tanggal 4 Maret 2003
memiliki jatuh tempo pada tanggal 4 April 2003 belum dibayar sama sekali oleh
Termohon Pailit (Bukti P-9);
7.1.1.3. Untuk tagihan Termyn ke XI sebesar Rp. 3.681.198,- ditagih tanggal 3 Juli 2003memiliki jatuh tempo pada tanggal 3 Agustus 2003 belum dibayar sama sekali oleh
Termohon Pailit (Bukti P-10);
7.1.1.4. Untuk tagihan Termyn ke XII sebesar Rp. 196.658.604,- ditagih tanggal 19 Maret
2004 memiliki jatuh tempo pada tanggal 19 April 2004 belum dibayar sama sekali oleh
Termohon Pailit (Bukti P-11);
7.2. Bahwa Kontrak No. 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002 dengan masa jatuh tempo maximal 60 hari
setelah tanggal penagihan (Vide: Bukti P-2) berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan
Pelaksanaan Pekerjaan (Bukti P-12) nilai prestasi yang dapat dibayarkan sebesar Rp.
4.465.789.782,13,- (note: perhitungan nilai prestasi ter-sebut sudah termasuk PPh namun belumtermasuk PPn);
7.2.1. Bahwa dari tagihan tersebut Termohon Pailit telah membayar hingga termyn ke III dan
selebihnya dari termyn ke IV hingga termyn ke XIV tagihan setelah dikeluarkan PPh danditambah PPn sebesar Rp. 4.154.699.746,- tidak dibayar sama sekali dengan rincian sebagai
berikut:
7.2.1.1. Untuk tagihan Termyn ke IV sebesar Rp. 920.398.715,- ditagih tanggal 8 Nopember
2002 memiliki jatuh tempo tanggal 8 Januari 2003 (Bukti P13) ;
7.2.1.2. Untuk tagihan Termyn ke V sebesar Rp. 720.249.204,- ditagih tanggal 28
Nopember 2002 memiliki jatuh tempo tanggal 28 Januari 2003 (Bukti P-14);
7.2.1.3. Untuk tagihan Termyn ke VI sebesar Rp. 311.468.484,- ditagih tanggal 10 Januari2003 memiliki jatuh tempo tanggal 12 Maret 2003 (Bukti P15) ;
7.2.1.4. Untuk tagihan Termyn ke VII sebesar Rp. 418.485.421,- ditagih tanggal 17 Pebruari
2003 memiliki jatuh tempo tanggal 19 April 2003 (Bukti P16) ;
7.2.1.5. Untuk tagihan Termyn ke VIII sebesar Rp. 233.713.534,- ditagih tanggal 5 Maret
2003 memiliki jatuh tempo tanggal 5 Mei 2003 (Bukti P-17);
7.2.1.6. Untuk tagihan Termyn ke IX sebesar Rp. 95.081.947,- ditagih tanggal 9 April 2003
memiliki jatuh tempo tanggal 9 Juni 2003 (Bukti P-18);
7.2.1.7. Untuk tagihan Termyn ke X sebesar Rp. 265.788.573,- ditagih tanggal 7 Mei 2003
memiliki jatuh tempo tanggal 7 Juli 2003 (Bukti P-19);
7.2.1.8. Untuk tagihan Termyn ke XI sebesar Rp. 92.460.073,- ditagih tanggal 4 Juni 2003
memiliki jatuh tempo tanggal 4 Agustus 2003 (Bukti P-20);
7.2.1.9. Untuk tagihan Termyn ke XII sebesar Rp. 679.518.473,- ditagih tanggal 1 Agustus
2003 memiliki jatuh tempo tanggal 1 Oktober 2003 (Bukti P-21) ;
7.2.1.10. Untuk tagihan Termyn ke XIII sebesar Rp. 106.399.925,- ditagih tanggal 3 Pebruari
2004 memiliki jatuh tempo tanggal 5 April 2004 (Bukti P-22);
7.2.1.11. Untuk tagihan Termyn ke XIV (Retensi) sebesar Rp. 241.135.397,- ditagih tanggal
16 April 2004 memiliki jatuh tempo tanggal 16 Juni 2004 (Bukti P-23);
7.3. Bahwa Kontrak No. 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003 dengan masa jatuh tempo 45 hari setelah tanggal
penagihan (Vide: Bukti P-3) berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan PelaksanaanPekerjaan (Bukti P-24) nilai total prestasi pekerjaan yang dapat dibayarkan sebesar Rp.
637.614.328.18,- (note: perhitungan nilai prestasi tersebut sudah termasuk PPh namun belumtermasuk PPn)
3
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 4/16
7.3.1. Bahwa dari utang tersebut Termohon Pailit sama sekali tidak pernah melakukan
pembayaran utangnya;
7.3.2. Bahwa rincian utang Termohon Pailit yang telah jatuh tempo dan belum dibayar per
tanggal 31 Mei 2004 setelah perhitungan tagihan dikeluarkan PPh dan ditambah PPn adalah :
7.3.2.1. Untuk tagihan Termyn ke I sebesar Rp. 558.717.876,- ditagih tanggal 8 Oktober
2003 memiliki jatuh tempo pada tanggal 24 Nopember 2003 (Bukti P-25) ;
7.3.2.2. Untuk tagihan Termyn ke II sebesar Rp. 64.659.252,- ditagih tanggal 23 Desember
2003 memiliki jatuh tempo pada tanggal 10 Pebruari 2004 (Bukti P-26);
7.3.2.3. Sehingga jumlah utang Termohon Pailit untuk kontrak kerja tersebut per tanggal 31
Mei 2004 setelah perhitungan tagihan dikeluarkan PPh dan ditambah PPn adalah Rp.
623.377.128,-
7.3.2.4. Bahwa selain utang tersebut, Termohon Pailit belum membayar utang Termyn ke III
sebesar Rp. 30.815.173, (Bukti P-27) dan utang termyn ke IV (Retensi) sebesar Rp.
34.431.174,- (Bukti P-28) yang masing-masing ditagih pada tanggal 14 Mei 2004
memiliki jatuh tempo pada tanggal 28 Juni 2004;
7.4. Bahwa untuk Kontrak No. 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003 dengan masa tenggang jatuh tempo 60 hari
setelah tanggal penagihan (Vide: Bukti P-4) berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan
Pelaksanaan Pekerjaan (Bukti P-29) nilai prestasi pekerjaan yang dapat dibayarkan sebesar Rp.
389.594.272.73,- (note: perhitungan nilai prestasi tersebut sudah termasuk PPh namun belumtermasuk PPn);
7.4.1. Bahwa Termohon Pailit sama sekali tidak pernah melakukan pembayaran utang tersebut;
7.4.2. Bahwa rincian utang Termohon Pailit setelah perhitungan tagihan dikeluarkan PPh dan
ditambah PPn sesuai termyn per tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:
7.4.2.1. Untuk tagihan Termyn ke I sebesar Rp. 346.024.829,- ditagih tanggal 27 Desember
2003 (Bukti P-30);
7.4.2.2. Untuk tagihan Termyn ke II sebesar Rp. 4.552.711,- ditagih tanggal 22 Desember 2003 memiliki jatuh tempo pada tanggal 22 Pebruari 2004 (Bukti P-31);
7.4.2.3. Sehingga jumlah utang setelah PPn Termohon Pailit per 31 Mei 2004 sebesar Rp.
350.577.540,
7.4.2.4. Bahwa selain utang per tanggal 31 Mei 2004 tersebut, Termyn ke III sebesar Rp.
49.146.183, setelah pajak (Bukti P-32) dan utang Termyn ke IV (Retensi) sebesar Rp.
21.038.091,- (Bukti P-33) yang masing-masing ditagih pada tanggal 14 Mei 2004
memiliki tanggal jatuh tempo 14 Juli 2004 juga tidak dibayar oleh Termohon Pailit;
7.5. Bahwa Kontrak No. 037.3.1/1.00/BS/IX/2003 dengan masa tenggang jatuh tempo 60 hari setelah
tanggal penagihan (Vide: Bukti P-5) berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan
Pelaksanaan Pekerjaan (Bukti P-34) prestasi pekerjaan yang dapat dibayarkan sebesar Rp.
572.147.808.40,- (note: perhitungan nilai prestasi tersebut sudah termasuk PPh namun belumtermasuk PPn);
7.5.1. Bahwa dari utang tersebut Termohon Pailit sama sekali tidak pernah membayar
utangnya;
7.5.2. Bahwa rincian utang Termohon Pailit yang jatuh tempo per tanggal 31 Mei 2004
dihitung setelah perhitungan tagihan dikeluarkan PPh dan ditambah PPn adalah sebagai
berikut:
7.5.2.1. Untuk tagihan Termyn ke I sebesar Rp. 396.389.642,- ditagih tanggal 23 Oktober
2003 sehingga jatuh tempo pada tanggal 23 Desember 2003 karena ada persetujuan
pengalihan sebagian utang ke Sub Kontraktor (Bukti P-35) sebesar Rp. 200.909.500,
maka sisa tagihan Termyn ke I tinggal sebesar Rp. 195.480.142,(Bukti P-36);
7.5.2.2. Untuk tagihan Termyn ke II sebesar Rp. 190.634.010,- ditagih tanggal 23 Desember
2003 memiliki jatuh tempo pada tanggal 23 Pebruari 2004 (Bukti P-37);
4
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 5/16
7.5.2.3. Sehingga jumlah utang setelah PPn Termohon Pailit per tanggal 31 Mei 2004
sebesar Rp. 385.114.152,
7.5.2.4. Bahwa selain utang per 31 Mei 2004 tersebut, tagihan Termyn ke III (Retensi)
sebesar Rp. 30.895.981,- ditagih tanggal 14 Mei 2004 sehingga tanggal jatuh tempo pada
tanggal 14 Juli 2004 (Bukti P-38) juga tidak dibayar oleh Termohon Pailit;
8. Bahwa rincian-rincian utang pokok Termohon Pailit per tanggal 31 Mei 2004 tersebut sesuai dengan
lampiran Bukti P-6, oleh karenanya dapat dibuktikan bahwa perhitungan tagihan per kwitansi
penagihan tidak ada sengketa atau permasalahan terhadap jumlah nilai tagihan;
9. Bahwa jumlah utang Termohon Pailit per 31 Mei 2004 sebesar Rp. 6.927.292.111,- tersebut tentunya
akan bertambah karena adanya utang yang jatuh tempo pada tanggal 28 Juni 2007 dan 14 Juli 2004
serta adanya penambahan jumlah penalty keterlambatan pembayaran, yang besarnya akan disampaikan
pada saat verifikasi jumlah tagihan akhir;
10. Bahwa terhadap utang Termohon Pailit tersebut tidak diberikan jaminan kebendaan apapun, oleh
karenanya Pemohon Pailit berhak dan memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan pailit atas diri
Termohon Pailit;
11. Bahwa sebelum permohonan pailit ini didaftarkan, telah diberikan somasi kepada Termohon Pailit
tanggal 23 Juni 2004 dan Somasi II tanggal 6 Juli 2004 agar dalam tenggang 7 hari Termohon Pailitmelunasi sekaligus dan seketika atas utang yang telah jatuh tempo dan telah direkap per tanggal 31 Mei
2004 (Bukti P-39);
12. Bahwa namun demikian atas kedua surat somasi tersebut tidak mendapat tanggapan dari Termohon
Pailit, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya etikad dari Termohon Pailit untuk membayar utangnya;
13. Bahwa selain berhutang kepada Pemohon Pailit, Termohon Pailit juga berhutang kepada kontraktor lain
diantaranya kepada:
PT. DEVRINDO WIDYA, beralamat di Gedung Sentra Mulia lantai 10, ruang 1001, Jl. H.R.
Rasuna Said Kav. X-6 No. 8, Jakarta Selatan, telp. (021.) 252.0656 dan fax: (021) 2525738;
PT. KELOLATAMA ALBES, Jl. Pegangsaan II No. 72, Jakarta Utara, telp. (021) 4605915;
14. Bahwa selain berhutang kepada kontraktor-kontraktor yang mengerjakan proyek Bukit Sentul,
Termohon Pailit dapat dibuktikan memiliki kreditur lainnya berdasarkan Buku Laporan Tahunan 2003
(Bukti P-40), diantaranya terhadap:
PT. BANK ARTHA GRAHA sebesar Rp. 41.870.000.000,-
PT. BANK MAYAPADA INTERNATIONAL, Tbk per tanggal 29 Mei 2002 sebesar Rp.
29.000.000.000,
15. Bahwa dengan demikian Pemohon Pailit dapat membuktikan terpenuhinya unsur-unsur PAILIT dari
Pasal 1 Undang-Undang Kepailitan, karena Pemohon Pailit dapat membuktikan bahwa Termohon Pailit
memiliki utang terhadap beberapa kreditur, salah satu utang tersebut sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih namun tidak terbayar serta pembuktiannya sederhana;
16. Bahwa oleh karenanya cukup alasan untuk Majelis Hakim Pengadilan Niaga menerima dan
mengabulkan permohonan Pemohon Pailit dan menyatakan bahwa Termohon PT. BUKIT SENTUL,
Tbk, PAILIT;
17. Bahwa sambil menunggu putusan atas permohonan ini, sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) a
Undang-Undang kepailitan dimohonkan peletakan sita jaminan atas seluruh kekayaan Termohon Pailit;
18. Bahwa untuk mengawasi pengelolaan usaha dan mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan
atau pengagunan kekayaan Termohon Pailit, sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (1) b Undang-undang
Kepailitan, maka mohon ditunjuk curator sementara Sdr. EDINO GIRSANG, SH, dengan pendaftaran
No. C.12.UM.01-10 tahun 1998, tanggal 30 September 1998, pada Kantor Advokad dan Konsultan
Hukum YAN APUL & Rekan, berkantor di Menara Thamrin Lantai 21, Suite 2102, Jl. MH. Thamrin
Kav. 3 Jakarta 10250, dan menjadi curator tetap setelah permohonan kepailitan ini diputus (Pasal 12ayat (2) Undang-Undang Kepailitan);
5
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 6/16
19. Bahwa memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan mohon penetapan dan
penunjukan Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;
20. Bahwa memenuhi ketentuan Pasal 67 D Undang-Undang Kepailitan mohon ditetapkan pula imbalan
jasa dari curator;
21. Bahwa karena permohonan pailit diterima dan dikabulkan, maka segala biaya yang timbul dari
permohonan ini haruslah ditanggung oleh Termohon Pailit.
PERMOHONAN:
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, mohon Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat memutuskan hal-hal sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon;
2. Menyatakan bahwa Termohon PT. BUKIT SENTUL, Tbk, PAILIT;
3. Menetapkan dan menunjuk Hakim pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
4. Menetapkan imbalan jasa bagi curator;
5. Membebankan biaya permohonan ini kepada Termohon Pailit ;
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk Pemohon hadir kuasa hukumnya
yang bernama : Johanes Wiratno, SH, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22 Juni 2004, untuk
Termohon hadir kuasa hukumnya yang bernama: Burni, SH, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13
Agustus 2004, dan untuk Kreditur Lain hadir kuasanya yang bernama : Djoko Handoko Koentjoro,
berdasarkan Surat Kuasa tanggal 9 Agustus 2004 ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis telah mengusahakan kepada Pemohon dan Termohon agar
menempuh upaya perdamaian, tetapi tidak berhasil, maka perkara dilanjutkan dengan pembacaan Surat
Permohonan yang mana isi dan maksudnya tetap dipertahankan oleh Pemohon;
Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah mengajukan Surat Jawaban
tertanggal 18 Agustus 2004 yang pada pokoknya mengenai hal-hal sebagai berikut :
Bahwa Termohon Pailit menyatakan segala hal-hal yang tidak secara tegas diakuinya dianggap sebagaiditolak/disangkal oleh Termohon, dan dengan ini Termohon menyatakan menolak seluruh dalil-dalil yang
disampaikan oleh Pemohon PT. LOBUNTA KENCANA RAYA, tanggal 2 Agustus 2004, adalah sebagai
berikut:
I. HUBUNGAN HUKUM ANTARA PEMOHON DENGAN TERMOHON BUKANLAH UTANG
PIUTANG DAN TIDAK ADA KETENTUAN TENTANG HUTANG ATAU WAKTU JATUH
TEMPO YANG DAPAT DITAGIH OLEH PEMOHON.
1.1. Bahwa Termohon Pailit menolak seluruh dalil-dalil Pemohon yang didasarkan adanya 5
(Lima) Surat Perjanjian Kerja (SPK) yang dalam surat permohonan Pemohon kedudukan
Pemohon Pailit adalah sebagai Kontraktor yang ditunjuk oleh Termohon Pailit untuk
melaksanakan dan mengerjakan pembangunan di Kawasan Perumahan PT. Bukit Sentul, Tbk, jadi
jelas konstruksi hukum antara Pemohon dengan Termohon adalah dalam ruang lingkup hubungan
hukum kerja;
Bahwa ke-5 (lima) Surat Perjanjian Kerja antara Pemohon dengan Termohon tidak ada
satu pasal atau satu ketentuan pun yang secara tegas dan jelas mengatur masalah/tenggang
waktu jatuh tempo atau tentang tenggang waktu adanya utang yang dapat ditagih dan
sudah jatuh tempo sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan.
Bahwa yang ada di dalam ketentuan surat perjanjian kerja tersebut, adalah tentang masalah
tenggang waktu pembayaran dan bukanlah masalah tenggang waktu utang yang telah jatuh
tempo sebagaimana terurai didalam Permohonan Pailit Pemohon.
1.2. Bahwa Pemohon pailit telah salah/keliru dan secara sepihak atau sekehendak dan atau sebebas
Pemohon Pailit sendiri telah menafsirkan/mengartikan suatu ketentuan dalam suatuperjanjian mengenai tenggang waktu pembayaran menjadi suatu utang yang jatuh tempo
dimana penafsiran/pendapat Pemohon Pailit itu sangat ditolak secara tegas-tegas oleh
Termohon karena hal tersebut sangat merugikan pihak Termohon.
6
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 7/16
Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tersebut secara jelas
menyatakan adanya unsur utang yang telah jatuh tempo dan bukanlah masalah waktu pembayaran
sebagaimana yang dimaksud oleh Pemohon.
Dengan demikian telah terbukti, bahwa Permohonan pailit yang diajukan oleh pemohon dengan
register Nomor: 31/Pailit/2004/PN.Niaga.JKT.PST kehadapan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
tersebut juga tidak dapat memenuhi ;
Ketentuan Pasal 6 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1988 yang menyatakan,
"Permohonan pernyata-an pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana
dimaksud di dalam Pasal 1 Ayat (1) telah terpenuhi."
1.3. Bahwa Termohon Pailit menolak secara tegas dalil Pemohon halaman 2 point 4 yang menyatakan:
Bahwa dasar dari ajukannya permohonan pailit ini adalah tidak adanya kemampuan Termohon
Pailit untuk membayar utang secara tunai dan sekaligus, atas utang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih.
Bahwa dalil Pemohon tersebut tidak benar dan tidak cukup alasan oleh karena kemampuan untuk
membayar telah dilakukan oleh Termohon Pailit yaitu dengan membayar uang penalty
keterlambatan pembayaran sebesar Rp. 87.907.213 (Delapan puluh tujuh juta sembilan ratus tujuh
ribu dua ratus tiga belas rupiah) kepada Pemohon.
Bahwa fakta tersebut di atas juga telah dibenarkan dan diakui oleh Pemohon Pailit sendiri di dalamSurat Per-mohonannya pada halaman 2 poin 6.7 yang selengkapnya berbunyi:
"Bahwa selain utang per 31 Mei 2004 tersebut telah disetujui perhitungan penalty keterlambatan
pembayaran per 31 Desember 2003 sebesar Rp. 1.003.634.826 dan penalty tersebut Termohon
Pailit telah membayar Rp. 87.907.213", dan seterusnya;
Bahwa dengan adanya pembayaran penalty oleh Termohon Pailit kepada Pemohon sebesar
Rp. 87.907.213 yang diakui dan dibenarkan oleh Pemohon Pailit sendiri maka secara hukum
segala keterlambatan-keterlambatan pembayaran Termohon atas pekerjaan pembangunan
proyek di Kawasan Perumahan PT. Bukit Sentul, Tbk, yang telah dikerjakan oleh Pemohon
selaku kontraktor tidaklah dapat dikategorikan, dikwalifikasi sebagai suatu utang yang
jatuh tempo dan dapat ditagih.
1.4. Bahwa Termohon menolak secara tegas dalil Pemohon pada hal. 2 point 5, karena Pemohon telah
memutarbalik-kan fakta yang sebenarnya dimana
2. BAHWA PEMOHON TIDAK DAPAT MEMBUKTIKAN ADANYA AKTA AUTENTIK ATAS
HUTANG YANG TELAH JATUH TEMPO
2.1. Bahwa permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon tidak terlihat adanya suatu hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta dapat dibuktikan secara sederhana sesuai ketentuan
penjelasan pasal 6 ayat 3 UU No. 4 Tahun 1998, bahwa pembuktian dalam perkara kepailitan
tersebut adalah yang lazim disebut pembuktian secara sumir.
Bahwa tidak adanya suatu fakta hukum secara sumir serta bukti autentik yang dapat dibuktikan
secara sederhana dan tidak dapat dibantah oleh Pemohon maupun Termohon. Akan tetapi yang ada
sekarang ini adalah perkara yang timbul akibat adanya Surat Perjanjian Kerja yang nota boneyuridisnya adalah perjanjian dimana salah satu pihak baru dapat membayar sebagian atau berupa
penalty sebesar Rp. 87.907.213 dari seluruh kewajibannya dan Termohon sebagai salah satu pihak
belum tidak dapat memenuhi kewajibannya maka hal tersebut adalah bersifat wanprestasi
sebagaimana yang dimaksud di dalam ketentuan Pasal 1248 Kitab Undang-Undang hukum
Perdata, yang selengkapnya berbunyi:
"Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak penuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatan-nya, tetap
melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah
dilampaukannya."
2.2. Bahwa oleh karena di dalam Surat Permohonan Pemohon didasarkan adanya Surat Perjanjian
Kerja antara Kontraktor dengan pengembang, dan permohonan Pemohon tersebut tidak
terdapat/adanya suatu akte autentik atau adanya suatu akta yang dibuat oleh Pejabat yang
berwenang, serta dapat dibuktikan secara sumir dan sederhana.
7
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 8/16
Bahwa pembuktian secara sumir tersebut adalah suatu pembuktian dimana salah satu yang
bersengketa atau salah satu pihak tidak dapat menyangkal atau membantah akta tersebut. Oleh
karena dalam perkara kepailitan ini tidak dapat dibuktikan adanya akta autentik maka sudah
sepatutnya apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga menolak atau mengesampingkan seluruh
dalil-dalil Permohonan Pemohon Pailit tersebut.
3. PERMOHONAN PEMOHON PAILIT MASIH PREMATUR
3.1. Bahwa di dalam salah satu isi Surat Perjanjian Pelaksanaan Kerja yang telah disepakati antara
Pemohon dengan Termohon tersebut di atas secara tegas dan jelas menyatakan pada Pasal 21
tentang Penyelesaian Perjanjian berbunyi sebagai berikut:
(2) Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah maka akan diselesaikan oleh
suatu "PANITIA PENDAMAI" yang berfungsi sebagai juri atau wasit, dibentuk diangkat
kedua belah pihak yang terdiri dari:
a. Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota
b. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota, dan
c. Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai ketua yang disetujui oleh kedua belah
pihak.
(3) Keputusan "Panitia Pendamai" ini mengikat kedua belah pihak dan biaya penyelesaian
perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama.
Bahwa berdasarkan Pasal 21 ayat 2 dan 3 maka antara Pemohon Pailit dengan Termohon sepakat akan
menunjuk "PANITIA PENDAMAI atau MEDIATOR" untuk dapat membantu penyelesaian antara
Pemohon dengan Termohon sebelum perkara ini diajukan ke Pengadilan.
Bahwa oleh karena Pemohon Pailit sebelum mengajukan gugatan kepailitan ini tidak memenuhi
ketentuan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kerja sesuai Pasal 21 Ayat (2), (3), maka sudah sepatutnya
apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga menyatakan Permohonan Pailit yang diajukan oleh
Pemohon PT. LOBUNTA KENCANA RAYA masih prematur.
4. PERMOHONAN PEMOHON PAILIT TIDAK MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPAILITKAN TERMOHON
4.1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 Ayat (3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 jo Perpu No. 1
Tahun 1998 selanjutnya disebut "Peraturan Kepailitan”. Permohonan Pailit dapat dikabulkan
apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Ayat (1). Peraturan Kepailitan telah
terpenuhi.
4.2. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 4/1998 "Debitur yang mempunyai dua
atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan yang berwenang."
Bahwa dalam penjelasan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 4/1998 disebut Utang yang tidak dibayar oleh
Debitur sebagai-mana dimaksud dalam ketentuan ini adalah utang pokok atau bunganya.
Berdasarkan fakta di atas, jelas hubungan yang terjadi antara Pemohon dengan Termohon adalah
bukanlah hubungan hukum yang dapat dikategorikan dalam Pasal 1 Ayat (1) UU No. 4
Tahun 1998.
Bahwa subtansi dari Pasal 1 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 sebagaimana penjelasannya
yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban pembayaran yang terbit dari adanya
perikatan utang piutang dimana pihak debitur mempunyai kewajiban membayar kembali
jumlah uang yang telah diterima dari kreditur berupa utang pokok berikut bunga.
Dengan demikian Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon bukanlah permohonan
yang masuk dalam ruang lingkup Pengadilan Niaga, akan tetapi merupakan sengketa
perdata yang masuk dalam lingkup Pengadilan Perdata.
Bahwa berdasarkan Putusan-putusan Mahkamah Agung RI yaitu:
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 03 K/N/1998, tanggal 2 Desember 1998;
8
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 9/16
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 03 K/N/1999, tanggal 5 Mei 1998;
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 05 PK/N/1999, tanggal 14 Mei 1998;
Bahwa dari ke-3 (tiga) Putusan Mahkamah Agung dalam perkara kepailitan tersebut diatas,
ternyata bahwa yang dimaksud dengan utang yang tidak dibayar oleh debitur adalah utang pokok
dan bunganya yang terjadi karena hubungan hukum utang piutang yang didasarkan pada
konstruksi hukum pinjam meminjam uang.
Bahwa antara Pemohon dengan Termohon tidak pernah terjadi suatu perikatan atau perjanjian
utang piutang yang telah tempo dan dapat ditagih, oleh karena tidak adanya suatu yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih serta dapat dibuktikan secara sumir serta dapat dibuktikan secara autentik
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 Ayat (1) dan Pasal 6 Ayat (3)UU No. 4 Tahun 1998.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka sudah sepatutnya apabila permohonan Pailit
yang diajukan oleh Pemohon tidak dapat diterima dan menyatakan bahwa Pengadilan
Niaga Jakarta tidak berwenang mengadili perkara ini.
5. BAHWA PEMOHON TIDAK DAPAT MENGAJUKAN PERMOHONAN PAILIT
5.1. Bahwa Termohon menolak secara tegas seluruh dalil-dalil Pemohon sebagaimana yang terurai
Surat Permohonan Pailit Pemohon, karena Surat Perjanjian Kerja yang menjadi dasar dan alasan
Pemohon tersebut secara hukum sudah berakhir hubungan hukum antara Pemohon denganTermohon dan tidak mengikat.
Bahwa seluruh kewajiban-kewajiban Termohon Kepada Pemohon Pailit tersebut berakhir
berdasarkan adanya SURAT KESEPAKATAN BERSAMA tertanggal 5 Agustus 2004., yang
pada pokok kesepakatan tersebut berbunyi sebagai berikut, bahwa:
1. Kontraktor bersedia ikut mengerjakan proyek di lokasi Tegal Luhur, Bukit Sentul, Tbk
dengan opsi harga terbaik.
2. Piutang kontraktor yang ada pada PT. BUKIT SENTUL, yang belum bisa dibayar oleh PT.
Bukit Sentul akan dibayar oleh PT. Gazelle dengan ketentuan: Setiap kontrak pekerjaan yang
didapat kontraktor akan dibayarkan oleh PT. Gazelle sebesar 10% dari nilai proyek, secara
bertahap sampai piutang lunas;3. Sebelumnya Perjanjian final di depan Notaris akan dibayarkan uang muka utang sebesar 15%
dari piutang kontraktor sekitar 7,3 Milyar (akan diverifikasi nilai rupiahnya dalam Akte
Notaris) selambat-lambatnya tanggal 10 Agustus 2004.
Bahwa PT. Gazelle memberikan jaminan kepada Kontraktor (PT. Lobunta Kencana Raya) bahwa
PT. Gazelle akan memenuhi semua kesepakatan di atas, dan bahwa PT. Gazelle telah
mengkonfirmasikan kepada PT. Bukit Sentul dan telah menyetujui lokasi tanah yang disediakan
oleh PT. Bukit Sentul, Tbk sebagai konpensasi di atas. Dimana kesepakatan tersebut di atas juga
telah dibuat dan ditandatangani dan disetujui oleh Pihak Gazelle Indonesia; PT. Bukit Sentul, Tbk
dan Pihak PT. Lobunta Kencana Raya (Bukti T-1).
5.2. Bahwa Surat Kesepakatan tanggal 5 Agustus 2004, yang dibuat dan ditandatangani serta
oleh pihak PT. GAZELLE INDONESIA, PIHAK PT. BUKIT SENTUL, Tbk dan PIHAK
PT. LOBUNTA KENCANA RAYA adalah telah sah dan mempunyai kekuatan hukum dengan
alasan sebagai berikut:
5.2.1. Bahwa oleh karena pada saat dibuatnya kesepakatan tersebut telah memenuhi ketentuan
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi: Untuk sahnya persetujuan
diperlukan;
1. Sepakat mereka yang mengikatnya dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
5.2.2. Bahwa Surat Kesepakatan Bersama tertanggal 5 Agustus 2004 tersebut telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi:
9
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 10/16
- Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka
yang membuatnya.
- Persetujuan-persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata sepakat
kedua belah pihak, atau karena alasan yang undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu
- Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
5.2.3. Bahwa Surat Kesepakatan Bersama tertanggal 5 Agustus 2004 yang dibuat
ditandatangani disetujui oleh Pihak Gazelle Indonesia; Pihak PT. Bukit Sentul, tbk dan Pihak
PT. Lobunta Kencana Raya tersebut juga telah sah dan telah menjadi Undang-undang atau
hukum bagi yang membuatnya hal mana sesuai dengan ketentuan Pasal 1340 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, yang berbunyi:
Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.
5.3. Bahwa sebagai tindak lanjut dari Surat Kesepakatan Bersama tertanggal 5 Agustus 2004 pihak PT.
Gazelle Indonesia telah memenuhi kewajibannya untuk membayar uang muka 15% dari total
piutang kontraktor sebesar/ sekitar 7,3 Milyar Rupiah adalah sebesar Rp. 1.095.000.000 (Satu
milyar sembilan puluh lima juta rupiah) kepada Pemohon Pailit (PT. Lobunta Kencana Raya) hal
mana sesuai Surat Pemberitahuan PT. Gazelle Indonesia kepada Termohon tertanggal 9 Agustus2004. (Bukti T-2)
- Bukti Transfer uang PT. Gazelle Indonesia. (Bukti T-3)
Bahwa berdasarkan Surat Pemberitahuan PT. Gazelle Indonesia kepada Termohon Pailit (PT.
Bukit Sentul, Tbk) tertanggal 9 Agustus 2004 yang menerangkan bahwa PT. Lobunta
Kencana Raya yaitu sebesar Rp. 1.095.000.000 (Satu Milyard sembilan puluh lima juta
rupiah). Maka sesuai Surat Termohon Pailit No. Ref. 293/Dir/BS/VIII/2004 tertanggal 10
Agustus 2004 kepada Pemohon yang menyatakan bahwa PT. Bukit Sentul, Tbk
(Termohon) sudah tidak ada permasalahan lagi dengan PT. Lobunta Kencana Raya
(Pemohon Pailit). (Bukti T-4).
6. TERMOHON TIDAK DAPAT DIPAILITKAN KARENA HAK DAN KEWAJIBANNYASUDAH BERALIH MENJADI TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA PIHAK PT. GAZELLE
INDONESIA
6.1. Bahwa berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama ter-tanggal 5 Agustus 2004 tersebut, secara jelas
dinyatakan sesuai point 2 menerangkan bahwa:
"Piutang kontraktor yang ada pada PT. Bukit Sentul, Tbk yang belum bisa dibayar oleh PT.
Bukit Sentul, akan dibayar oleh Gazelle dengan ketentuan: Setiap kontrak perjanjian yang
di dapat kontraktor akan dibayarkan oleh PT. Gazelle sebesar 10% dari nilai proyek, secara
bertahap sampai piutang lunas."
Bahwa berdasarkan kesepakatan tersebut, maka secara hukum seluruh kewajiban-kewajiban PT.
Bukit Sentul, Tbk terhadap Pemohon Pailit (PT. Lobunta Kencana Raya) sebagaimana yang
diuraikan di dalam permohonan pailit pemohon tersebut sudah beralih dan menjadi tanggung
jawab sepenuhnya Pihak PT. Gazelle Indonesia.
6.2. Bahwa sesuai Surat Kesepakatan Bersama tanggal 5 Agustus 2004 tersebut, pihak Termohon
(Pailit) dengan pihak PT. Gazelle Indonesia telah membuat Perjanjian Pengalihan Kewajiban
sesuai dengan Akta No. 1 tertanggal 6 Agustus 2004 yang dibuat dihadapan DOHARMAN
LIMBONG, SH Notaris di Bogor – Jawa Barat, dimana Termohon telah menyerahkan 2 (dua)
bidang tanah kepada Pihak PT. Gazelle Indonesia sebagai berikut:
a. Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Nomor. 1382/Bojongkoneng
seluas 11.411 M² (sebelas ribu empat ratus sebelas meter persegi) sesuai dengan gambar
situasi No. 83/Bojongkoneng/ 2003 tertanggal 11-12-2003 yang terletak di Propinsi Jawa
Barat, Kabupaten Bogor, Kecamatan Babakan Madang, Desa Bojongkoneng: tercatat atasnama PT. Bukit Sentul, Tbk.
b. Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) Nomor. 1395/Bojongkoneng
seluas 8.676 M² (delapan ribu enam ratus tujuh puluh enam meter persegi) yang terletak di
10
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 11/16
Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kecamatan Babakan Madang, Desa Bojongkoneng
sesuai dengan gambar situasi Nomor: 96/Bojongkoneng/2003 tertanggal 11-12-2003: tercatat
atas nama PT. Bukit Sentul, Tbk.
Bahwa di dalam Perjanjian Pengalihan Kewajiban pada Pasal 1 Akta No. 1 tanggal 6
Agustus 2004 menyatakan bahwa: terhitung sejak ditandatangani perjanjian ini maka
kewajiban pembayaran sebesar Rp. 7.300.000.000,- (tujuh milyard tiga ratus juta rupiah)
yang semula menjadi beban/kewajiban pihak pertama kepada kontraktor, beralih menjadibeban/kewajiban pihak kedua kepada kontraktor.
Bahwa berdasarkan akta pengalihan kewajiban tersebut di atas, maka secara hukum seluruh
kewajiban-kewajiban Termohon kepada pemohon telah beralih dan menjadi tanggung jawab Pihak
PT. Gazelle Indonesia, sehingga antara Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada lagi hubungan
lagi secara hukum.
6.3. Bahwa berdasarkan Akta Pengalihan kewajiban No. 1/6-8/ 2004 tersebut, maka secara hukum
antara Termohon dan Pemohon sudah tidak ada kontruksi hukum yang dapat dikatagorikan sebagai
utang piutang sehingga permohonan Pemohon Pailit (PT. Lobunta Kencana Raya) tidak memenuhi
ketentuan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan yaitu:
1. Adanya Utang;2. Satu dari utang tersebut telah jatuh tempo;
3. Adanya 2 atau lebih kreditur.
Maka jelaslah bahwa Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon (PT. Lobunta Kencana
Raya) tersebut tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan oleh Undang-Undang Kepailitan.
7. BAHWA PEMOHON TIDAK BERWENANG MEMPAILITKAN TERMOHON
Bahwa Termohon (PT. Bukit Sentul, Tbk) sejak Tahun 1997 telah menjadi suatu Perseroan atau Badan
Hukum yang sudah go publik, dan berdasarkan ijin lokasi Termohon sekarang ini telah memiliki luas
area tanah kurang lebih 3100 Ha (Tiga ribu seratus hektar) dimana sahamnya diperdagangkan dan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta, maka sesuai Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998
yang berbunyi: Dalam hal menyangkut debitur yang merupakan perusahaan efek, permohonanpernyataan pailit, hanya dapat diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
Bahwa oleh karena PT. Bukit Sentul, Tbk selaku Termohon adalah merupakan badan hukum yang
sudah go publik dan perdagangan saham-sahamnya telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan
atau segala kegiatan-kegiatan/perkembangan atas saham-saham atau aktivitas dalam perseroan harus
dilaporkan ke Badan Pengawas Pasar modal sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. (Termohon akan buktikan pada saat pembuktian).
Maka secara hukum yang dapat mengajukan pailit berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (4)
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 atau Termohon adalah BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar
Modal). Oleh karena secara hukum Pemohon Pailit tidak mempunyai kewenangan untuk
mempailitkan Termohon maka sudah sepatutnya apabila Pengadilan Niaga Jakarta menyatakan
Permohonan Pemohon tersebut ditolak.
Berdasarkan uraian diatas, maka Termohon mohon agar Majelis Hakim berkenan untuk memutuskan hal
sebagai berikut :
1. Menolak seluruhnya Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon;
2. Menolak seluruh Permohonan Kepailitan terhadap Termohon yang diajukan oleh Pemohon;
3. Menolak Permohonan atas Pengangkatan Hakim Pengawas yang diajukan oleh Pemohon;
4. Menolak segala Permohonan atas Penunjukan Kurator yang diajukan oleh Pemohon;
5. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara ;
Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil-dalil permohonan-nya, Pemohon telah mengajukan bukti berupa fotokopi dan asli surat-surat yang telah dilegalisir dan diberi meterai secukupnya, dan diberi tanda
P.1 s/d P. 40 sebagai berikut :
11
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 12/16
1. Bukti P-1 berupa SPK No. 350.3.1/1.21D/BS/XI/2001 tanggal 8 Nopember 2001, sesuai dengan
aslinya.
2. Bukti P-2 berupa SPK No. 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002 tanggal 1 Agustus 2002, sesuai dengan aslinya.
3. Bukti P-3 berupa SPK No. 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003 tanggal 27 Juni 2003, sesuai dengan aslinya.
4. Bukti P-4 berupa SPK No. 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003 tanggal 15 Agustus 2003, sesuai dengan aslinya.
5. Bukti P-5 berupa SPK No. 037.3.1/1.00/BS/IX/2003 tanggal 5 September 2003, sesuai dengan aslinya.
6. Bukti P-6 berupa Surat No. 96/Dir-Fin/BS/V/04 tanggal 31 Mei 2004, sesuai dengan aslinya.
7. Bukti P-7 berupa Fotokopi Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan dan lampiran
Berita Acara Opname atas Kontrak No. 359.3.1/1.021D/BS/XI/2001.
8. Bukti P-8 berupa Tanda Terima No. 1.11.02.018 tanggal 12 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya.
9. Bukti P-9 berupa Tanda Terima No. 1.03.03-001 tanggal 4 Maret 2003, sesuai dengan aslinya.
10. Bukti P-10 berupa Tanda Terima No. 1.07.03-003 tanggal 3 Juli 2003, sesuai dengan aslinya.
11. Bukti P-11 berupa Tanda Terima No. 1.03.04-003 tanggal 19 Maret 2004, sesuai dengan aslinya.
12. Bukti P-12 berupa Fotokopi Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan dan lampiranBerita Acara Opname atas Kontrak No. 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002.
13. Bukti P-13 berupa Tanda Terima No. 1.11.02.15 tanggal 8 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya.
14. Bukti P-14 berupa Tanda Terima No. 1.11.02.042 tanggal 28 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya.
15. Bukti P-15 berupa Tanda Terima No. 1.01.03-016 tanggal 10 Januari 2003, sesuai dengan aslinya.
16. Bukti P-16 berupa Tanda Terima No. 1.02.03-013 tanggal 17 Pebruari 2003, sesuai dengan aslinya.
17. Bukti P-17 berupa Tanda Terima No. 1.03.03-004 tanggal 5 Maret 2003, sesuai dengan aslinya.
18. Bukti P-18 berupa Tanda Terima No. 1.04.03-007 tanggal 9 April 2003, sesuai dengan aslinya.
19. Bukti P-19 berupa Tanda Terima No. 1.05.03-003 tanggal 7 Mei 2003, sesuai dengan aslinya.
20. Bukti P-20 berupa Tanda Terima No. 1.06.03-003 tanggal 4 Juni 2003, sesuai dengan aslinya.
21. Bukti P-21 berupa Tanda Terima No. 1.08.03-001 tanggal 1 Agustus 2003, sesuai dengan aslinya.
22. Bukti P-22 berupa Tanda Terima No. 1.02.04-004 tanggal 3 Pebruari 2004, sesuai dengan aslinya.
23. Bukti P-23 berupa Tanda Terima No. 1.04.04-006 tanggal 16 April 2004, sesuai dengan aslinya.
24. Bukti P-24 berupa Fotokopi Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan dan lampiran
Berita Acara Opname atas Kontrak No. 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003.
25. Bukti P-25 berupa Tanda Terima No. 1.10.03-006 tanggal 8 Oktober 2003, sesuai dengan aslinya.
26. Bukti P-26 berupa Tanda Terima No. 1.12.03-006 tanggal 23 Desember 2003, sesuai dengan aslinya.
27. Bukti P-27 berupa Tanda Terima No. 10504004 tanggal 14 Mei 2004, sesuai dengan aslinya.
28. Bukti P-28 berupa Tanda Terima No. 10504003 tanggal 14 Mei 2004, sesuai dengan aslinya.
29. Bukti P-29 berupa Fotokopi Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan dan lampiran
Berita Acara Opname atas Kontrak No. 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003.
30. Bukti P-30 berupa Tanda Terima No. 1.10.03-001 tanggal 27 Oktober 2003, sesuai dengan aslinya.
31. Bukti P-31 berupa Tanda Terima No. 1.12.03-004 tanggal 22 Desember 2003, sesuai dengan aslinya.
32. Bukti P-32 berupa Tanda Terima No. 10504006 tanggal 14 Mei 2004, sesuai dengan aslinya.
33. Bukti P-33 berupa Tanda Terima No. 10504005 tanggal 14 Mei 2004, sesuai dengan aslinya.
34. Bukti P-34 berupa Fotokopi Berita Acara Pemeriksaan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan dan lampiranBerita Acara Opname atas Kontrak No. 037.3.1/1.00/BS/IX/2003.
35. Bukti P-35 berupa Surat Perintah Pengalihan Sebagian Tagihan, sesuai dengan aslinya.
12
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 13/16
36. Bukti P-36 berupa Tanda Terima No. 1.10.03-014 tanggal 23 Oktober 2003, sesuai dengan aslinya.
37. Bukti P-37 berupa Tanda Terima No. 1.12.03-005 tanggal 22 Desember 2003, sesuai dengan aslinya.
38. Bukti P-38 berupa Tanda Terima No. 10504007 tanggal 14 Mei 2004 sesuai dengan aslinya.
39. Bukti P-39 berupa Surat Somasi II dan terlampir Surat Somasi I, sesuai dengan aslinya.
40. Bukti P-40 berupa Laporan Tahunan Termohon Pailit Tahun Buku 2003, sesuai dengan aslinya ;
Menimbang, bahwa Kreditur Lain yaitu : PT. Kelolatama Albes telah mengajukan bukti-bukti berupa
fotokopi surat-surat yang bermeterai yang cukup untuk bukti dalam persidangan dan sesuai dengan aslinya
diberi tanda KL-1 s/d KL-19 sebagai berikut :
1. Bukti KL-1 berupa Tanda Terima No. 1.012.02.009 tanggal 20 Desember 2002, sesuai dengan aslinya.
2. Bukti KL-2 berupa Tanda Terima No. 1.08.03-005 tanggal 15 Agustus 2003, sesuai dengan aslinya.
3. Bukti KL-3 berupa Tanda Terima No. 1.10.03-007 tanggal 8 Desember 2003, sesuai dengan aslinya.
4. Bukti KL-4 berupa Tanda Terima No. 1.02.03-005 tanggal 6 Pebruari 2003, sesuai dengan aslinya.
5. Bukti KL-5 berupa Tanda Terima No. 1.09.02-017 tanggal 16 September 2002, sesuai dengan aslinya.
6. Bukti KL-6 berupa Tanda Terima No. 1.10.02-051 tanggal 28 Oktober 2002, sesuai dengan aslinya.
7. Bukti KL-7 berupa Tanda Terima No. 1.11.02.35 tanggal 22 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya.
8. Bukti KL-8 berupa Tanda Terima No. 1.03.03-015 tanggal 18 Maret 2003, sesuai dengan aslinya.
9. Bukti KL-9 berupa Tanda Terima No. 1.12.02-001 tanggal 11 Desember 2002, sesuai dengan aslinya.
10. Bukti KL-10 berupa Tanda Terima No. 1.10.02-033 tanggal 16 Oktober 2002, sesuai dengan aslinya.
11. Bukti KL-11 berupa Tanda Terima No. 1.11.02-013 tanggal 7 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya.
12. Bukti KL-12 berupa Tanda Terima No. 1.04.04-011 tanggal 30 April 2004, sesuai dengan aslinya.
13. Bukti KL-13 berupa Tanda Terima No. 1.02.03-004 tanggal 6 Pebruari 2003, sesuai dengan aslinya.
14. Bukti KL-14 berupa Tanda Terima No. 1.08.02-013 tanggal 9 Agustus 2002, sesuai dengan aslinya.
15. Bukti KL-15 berupa Tanda Terima No. 1.09.02-008 tanggal 4 September 2002, sesuai dengan aslinya.
16. Bukti KL-16 berupa Tanda Terima No. 1.08.02-038 tanggal 27 Agustus 2002, sesuai dengan aslinya.
17. Bukti KL-17 berupa Tanda Terima No. 1.10.02-015 tanggal 9 Oktober 2002, sesuai dengan aslinya.
18. Bukti KL-18 berupa Tanda Terima No. 1.05.03-002 tanggal 6 Mei 2003, sesuai dengan aslinya.
19. Bukti KL-19 berupa Tanda Terima No. 1.11.02-002 tanggal 5 Nopember 2002, sesuai dengan aslinya ;
Menimbang, bahwa sebaliknya Termohon untuk menguatkan dalil-dalil tanggapannya mengajukan
bukti-bukti berupa fotokopi surat-surat yang bermeterai yang cukup untuk bukti dalam persidangan dan
sesuai dengan aslinya diberi tanda T-1 s/d T-8 sebagai berikut :
1. Bukti T-1 berupa Surat Kesepakatan Bersama tanggal 5 Agustus 2004, sesuai dengan aslinya.
2. Bukti T-2 berupa Akta No. 1 tanggal 6 Agustus 2004 tentang Perjanjian Pengalihan Kewajiban yang
dibuat oleh Dorharman Limbong, SH, Notaris di Bogor, sesuai dengan aslinya.
3. Bukti T-3 berupa Surat Pemberitahuan dari PT. Gazelle Indonesia kepada Termohon tanggal 9 Agustus
2004, sesuai dengan aslinya.
4. Bukti T-4 berupa Transfer uang PT. Gazelle Indonesia ke PT. Lobunta Kencana Raya (Pemohon)
sebesar Rp. 1.095.000.000,- sesuai dengan aslinya.
5. Bukti T-5 berupa Surat Termohon kepada Pemohon No.Ref. 293/Dir/BS/ VIII/2004 tanggal 10 Agustus
2004, sesuai dengan aslinya.
6. Bukti T-6 berupa Surat Pemberitahuan Efektifnya pernyataan pendaftaran dari BAPEPAM No. S-1379/PM/1999 tanggal 28 Juli 1999 kepada Termohon, sesuai dengan aslinya.
13
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 14/16
7. Bukti T-7 berupa Invoice tentang biaya pencatatan Efek Tahunan periode Juli 2003 s/d 2005 dari PT.
Bursa Efek Jakarta, sesuai dengan aslinya.
8. Bukti T-8 berupa Asli Laporan Tahunan Termohon Pailit Tahun Buku 2003 ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon mengajukan Kesimpulan masing-masing
tertanggal 30 Agustus 2004 ;
Menimbang, bahwa selanjutnya Pemohon dan Termohon mohon putusan ;Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka segala sesuatu yang terjadi di
persidangan dan termuat dalam Berita Acara perkara Aquo dianggap tercantum pula dalam putusan ini ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah sebagaimana diuraikan diatas ;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Niaga menelaah secara seksama permohonan
Pemohon, ternyatalah agar Termohon PT. BUKIT SENTUL, Tbk, dinyatakan pailit dengan segala akibat
hukumnya ;
Menimbang, bahwa atas permohonan pernyataan pailit tersebut, Termohon menolaknya dengan alasan
pada pokoknya sebagai berikut :
1. Hubungan hukum antara Pemohon dengan Termohon bukanlah utang piutang, dan tidak ada ketentuan
tentang hutang atau waktu jatuh tempo yang dapat ditagih oleh Pemohon ;
2. Bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan adanya akta autentik atas hutang yang telah jatuh tempo ;
3. Bahwa permohonan pernyataan pailit masih prematur, berkaitan dengan ketentuan Pasal 21 ayat (2) (3)
tentang Penyelesaian Perjanjian yang berbunyi :
Antara Pemohon dengan Termohon Pailit sepakat untuk menunjuk "Panitia Pendamai atau Mediator"
untuk penyelesaian antara Pemohon dengan Termohon sebelum perkara ini diajukan ke Pengadilan
Bahwa Panitia Pendamaian atau Mediator tersebut hingga saat ini belum dibentuk;
4. Bahwa permohonan pernyataan pailit Pemohon tidak memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998;
5. Bahwa Pemohon tidak dapat mengajukan permohonan pailit, karena sejalan dengan Surat Pernyataan
Bersama tertanggal 5 Agustus 2004, kewajiban-kewajiban Termohon kepada Pemohon telah berakhir ;
6. Bahwa Termohon tidak dapat dinyatakan pailit, karena hak dan kewajibannya telah beralih menjadi
tanggung jawab sepenuhnya pihak PT. GAZELLE INDONESIA ;
7. Bahwa Pemohon tidak berwenang mempailitkan Termohon, karena Termohon sejak tahun 1997 telah
menjadi suatu Perseroan atau Badan Hukum yang sudah go publik, yang sahamnya diperdagangkan dan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta ;
bahwa sesuai dengan ditentukan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, dalam hal
menyangkut Debitur yang merupakan perusahaan efek, permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal ;
Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim membahas mengenai pokok persoalan permohonan ini,
terlebih dahulu dipertimbangkan mengenai kapasitas hukum masing-masing pihak ;
Menimbang, bahwa mencermati bukti-bukti tentang Anggaran Dasar berikut Risalah-Risalah Rapat
lainnya PT. LOBUNTA RAYA KENCANA , maka Pemohon berkapasitas hukum sebagai pihak dalam
permohonan ini ;
Menimbang, bahwa demikian pula halnya dengan Termohon, berdasarkan Surat Keterangan
Notaris/PPAT Irmayanti, SH, yang menerangkan berdasarkan Putusan Rapat tanggal 25 Juni 2004 Nomor
14 tentang Perubahan Susunan Pengurus, maka Termohon memiliki kapasitas hukum sebagai pihak dalam
permohonan ini ;
Menimbang, bahwa terlepas dari tanggapan Termohon atas permohonan pernyataan pailit Pemohon, berikut ini Majelis Hakim mengetengahkan pendapatnya sendiri sebagai berikut ;
14
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 15/16
Menimbang, bahwa berbicara tentang permohonan pernyataan pailit, maka yang menjadi dasar acuan
untuk membahasnya adalah ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, yang mengatur
bahwa Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan Putusan Pengadilan yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang
atau lebih Krediturnya ;
Menimbang, bahwa dalam hubungan ini, permohonan pernyataan pailit diajukan oleh Kreditur, makaoleh karenanya Kreditur wajib membuktikan persyaratan yang ditentukan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
No. 4 Tahun 1998 tersebut ;
Menimbang, bahwa berikut ini Majelis Hakim mempertimbang-kan mengenai persyaratan pailit
sebagaimana ditentukan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, benarkah Debitur mempunyai
utang terhadap Kreditur (Pemohon) dan sekiranya ada, utang tersebut telah jatuh waktu dan dapat ditagih ? ;
Menimbang, bahwa dalam upaya membuktikan hal tersebut, Pemohon mengajukan alat bukti tertulis
produk P-1 sampai dengan bukti P-40 ;
Menimbang, bahwa mencermati dengan seksama bukti-bukti P-1 sampai bukti P-5 masing-masing
berupa :
1. SPK Nomor : 350.3.1/1.21D/BS/XI/2001 tanggal 18 Nopember 2001.
2. SPK Nomor : 167.3.1/1.21E/BS/VIII/2002 tanggal 1 Agustus 2002.
3. SPK Nomor : 024.3.1/1.21M/BS/VI/2003 tanggal 27 Juni 2003.
4. SPK Nomor : 032.3.1/1.00/BS/VIII/2003 tanggal 15 Agustus 2003.
5. SPK Nomor : 037.3.1/1.00/BS/IX/2003 tanggal 5 September 2003 ;
bahwa dari bukti-bukti tersebut telah ternyata, Termohon memberikan pekerjaan kepada Pemohon
selaku kontraktor untuk melakukan pekerjaan berbagai proyek pembangunan ;
bahwa lebih dari itu, berdasarkan bukti P-6 yang berupa Surat No. 96/Dir-Fin/BS/V/04 tanggal 31 Mei
2004, yang ditandatangani oleh Sdr. RUDY NANGGULANGI sebagai Wakil Presiden Direktur dan Sdr.
HARTONO TJAHJANA.G selaku Direktur, mengakui adanya utang pokok termasuk Penalty yang belumdiselesaikan kepada Pemohon per 31 Mei 2004 sebesar Rp. 6.927.292.111,- ;
bahwa dari bukti-bukti tersebut telah ternyata, Termohon mempunyai utang kepada Pemohon ;
Menimbang, bahwa persoalan berikutnya adalah apakah sejumlah utang tersebut telah jatuh waktu dan
dapat ditagih ? ;
Menimbang, bahwa sementara itu Termohon dalam tanggapan-nya berpendirian, bahwa Pemohon tidak
dapat mengajukan permohonan pailit, karena sejalan dengan Surat Pernyataan Bersama tertanggal 5 Agustus
2004, kewajiban-kewajiban Termohon kepada Pemohon telah berakhir, terkait dengan segala kewajiban
Termohon kepada Pemohon telah beralih dan menjadi tanggung jawab PT. GAZELLE INDONESIA ;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil sangkalannya tersebut, Termohon mengajukan alat bukti
tertulis produk T-1 sampai dengan T-5;
bahwa dari bukti-bukti T-1, T-2, T-3, T-4 dan T-5 tersebut, telah ternyata PT. GAZELLE INDONESIA
mengambil alih seluruh kewajiban Termohon kepada Pemohon ;
bahwa sebagai langkah awal pengambilalihan kewajiban utang tersebut, PT. GAZELLE INDONESIA
telah melakukan pembayaran kepada PT. LOBUNTA KENCANA RAYA sesuai dengan Kesepakat-an
tersebut sebesar Rp. 1.095.000.000,- (bukti T-3 dan T-4) ;
Menimbang, bahwa akan tetapi dalam Kesimpulannya Pemohon membantah adanya pengalihan utang
sebagaimana tersebut T-1 sampai dengan T-5;
Menimbang, bahwa dengan demikian persoalan tentang benarkah Termohon mempunyai utang kepada
Pemohon yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, menjadi persoalan yang tidak sederhana pembuktiannyasebagaimana diamanatkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, yang
menentukan :
15
5/11/2018 04pn31 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/04pn31 16/16
“Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang
terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi " ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendirian persoalan tentang adanya utang Termohon kepada
Pemohon telah jatuh waktu dan dapat ditagih, tidak sederhana pembuktiannya, karena Termohon
mendalilkan segala kewajibannya tersebut telah diambil alih pihak ketiga (PT. GAZELLE INDONESIA)
sebagaimana tersebut bukti T-2, sementara itu Pemohon membantahnya ;
bahwa dengan demikian masih perlu dibahas dan dipertimbangkan tentang sah atau tidaknya Perjanjian
Pengalihan Kewajiban (T-2) tersebut ;
bahwa hal tersebut bukan kapasitas Pengadilan Niaga dalam permohonan Kepailitan ini untuk
memutuskannya, melainkan kewenangan Peradilan Umum (Perdata) ;
Menimbang, bahwa berdasarkan rangkaian pertimbangan tersebut, maka Majelis Hakim berpendapat
permohonan pernyataan pailit Pemohon tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan Pasal 6 ayat (3)
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, oleh sebab itu ditolak;
Menimbang, bahwa dengan demikian tanggapan beserta segenap pembuktian yang dikemukakan oleh
Kreditur Lain, tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut ;
Menimbang, bahwa dengan ditolaknya permohonan ini, maka Pemohon dihukum untuk membayar
biaya perkara ini, yang jumlahnya ditentukan dalam amar putusan ;
Mengingat ketentuan Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 beserta
ketentuan lainnya yang bersangkutan dengan permohonan ini.
M E N G A D I L I
1. Menolak permohonan Pemohon PT. LOBUNTA KENCANA RAYA;
2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ;
Demikianlah diputuskan pada hari: Senin, tanggal: 30 Agustus 2004 dalam rapat musyawarah Majelis
Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang terdiri dari : AGUS SUBROTO, SH,
M.Hum, sebagai Hakim Ketua, dengan MULYANI, SH, dan SUDRAJAD DIMYATI, SH, masing-masingsebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum pada
hari: RABU, tanggal : 1 September 2004, oleh Hakim Ketua tersebut dengan didampingi oleh Hakim-
hakim Anggota tersebut, dibantu CHRISTANTO PUDJIONO, SH, selaku Panitera Pengganti Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum Pemohon dan Kuasa
Hukum Termohon.
Hakim-Hakim Anggota,
ttd.
MULYANI, SH.
ttd.
SUDRAJAD DIMYATI, SH.
K e t u a,
ttd.
AGUS SUBROTO, SH. M.Hum.
Panitera Pengganti,
ttd.
CHRISTANTO PUDJIONO, SH.
16