04 Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Pendidikan

112
KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN By Dr. Drs. H.M.Idrus, S.Psi., M.Pd

Transcript of 04 Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Pendidikan

  • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP PENDIDIKAN

    ByDr. Drs. H.M.Idrus, S.Psi., M.Pd

  • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKANKontribusi Bagi Proses PendidikanKontribusi Bagi Peserta DidikKontribusi Bagi Pendidik

  • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN1. Kontribusi Bagi Proses PendidikanPenggunaan audio visual aidsMembantu dalam pengelolaan sekolahMembantu dalam penyusunan jadwal pelajaranMembantu terhadap produksi buku pelajaranMemberi dasar bagi penyusunan kurikulum

  • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN2. Kontribusi Bagi Peserta DidikMengerti hakekat belajarPendidikan yang lebih kooperatif dan demokratif bagi siswaMembantu perkembangan kepribadian siswa melalui kegiatan ekstra/intra kurikuler

  • KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI TEORI & PRAKTEK PENDIDIKAN3. Kontribusi Bagi PendidikPendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individuMengetahui metode mengajar yang efektifMemahami permasalahan anak didikMembantu dalam evaluasi belajarMeningkatkan kemampuan menelitiMengarahkan pendidik dalam menangani anak-anak khusus

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN IntrospeksiObservasiMetode KlinisMetode DiferensialMetode IlmiahMetode Eksperimen

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN1. InstrospeksiMelakukan pengamatan ke dalam diri sendiri/self observation yaitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN2. ObservasiKegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh merupakan data overt behavior (perilaku yang tampak).

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN3. Metode KlinisDigunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang. Studi Kasus Klinis Studi Kasus Perkembangan

    Longitudinal Cross-Sectional

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN4. Metode DiferensialDigunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik.Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket,dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN5. Metode Ilmiah Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya.Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

  • METODE-METODE DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN6. Metode EksperimenMelakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil penelitian.

  • BAB II BAKAT & INTELEGENSIPENDAHULUANINTELEGENSIBAKATLINGKUNGAN & HEREDITASKELAS SOSIAL & IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKANDIKOTOMI DESA-KOTAJENIS KELAMIN

  • A. PENDAHULUAN Bakat & intelegensi merupakan kemampuan mental individu

  • B. INTELEGENSISejarah Intelegensi Pengertian Intelegensi Teori-teori IntelegensiPengukuran IntelegensiKurve Normal Dalam Intelegensi

  • B. INTELEGENSI 1. Sejarah IntelegensiWundt(Jerman), Galton(Inggris), Cattel(AS) tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan kecepatan individu dalam mengerjkan tes.Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur satu kemampuan1880 Ebbinghause menemukan berbagai tes memoriAlfred Binet & Theopile Simon membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir Tes Binet-SimonTes Binet direvisi 1916 menjadi Tes Stanford Binet

  • B. INTELEGENSI2. Pengertian Intelegensi TERMAN Suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak. BINET Intelegensi mencakup 4 hal yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan. STREN Kapasitas umum dari individu yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan kondisi hidup baru. THORNDIKE Daya kekuatan respon yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi: ketinggian, keluasan dan kecepatan.

  • B. INTELEGENSI3. Teori-teori IntelegensiCHARLES SPEARMAN Dua faktor intelegensi, yaitu: Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan dimiliki oleh semua orang. Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang relevan dengan tugas tertentu.

  • B. Intelegensi3. Teori-teori IntelegensiTHURSTONE Intelegensi beroperasi pada empat tingkat trial & error yaitu : Perilaku nyata (trial & error) Perseptual (trial & error) Ideational Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi

  • B. INTELEGENSI3. Teori-teori IntelegensiKEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE: Verbal Comprehention (V) Number (N) Spatial Relation (S) Word Fluency (W) Memory (M) Reasoning (R)

  • B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi KUALITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda. KUANTITATIF Perbedaan intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas individu.

  • B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiALFRED BINET TES STANFORD BINET

    IQ = MACAX 100IQ = Intelligence QuotientMA = Mental AgeCA = Chronological Age

  • B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiKlasifikasi IQ Menurut Stanford-Binet

    KLASIFIKASI

    IQ

    Genius

    140 ke atas

    Sangat cerdas

    130 139

    Cerdas (superior)

    120 129

    Di atas rata-rata

    110 119

    Rata-rata

    90 109

    Di bawah rata-rata

    80 89

    Garis Batas (bodoh)

    70 79

    Moron (lemah pikir)

    50 69

    Imbisil,idiot

    49 ke bawah

  • B. INTELEGENSI4. Pengukuran IntelegensiDAVID WECHSLER Wechsler-Bellevue Intellegence Scale (1939) Wechsler Intellegence Scale for Children (1949) Wechsler Adult Intellegence Scale (1955)

  • B. INTELEGENSI4. Pengukuran Intelegensi Klasifikasi IQ Menurut Wechsler

    KLASIFIKASI

    IQ

    Very Superior

    130 ke atas

    Superior

    120 129

    Bright Normal

    110 119

    Average

    90 109

    Dull Normal

    80 89

    Borderline

    70 79

    Mental Deffective

    69 ke bawah

  • B. INTELEGENSI5. Kurve Normal Dalam Intelegensi

  • C. BAKATSejarah BakatPengertian BakatBakat & IntelegensiPengukuran Bakat

  • C. Bakat 1. Sejarah BakatPendidikan = Bakat Ideal

    Aplikasi Bakat pendidikan & lapangan kerja

    Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak Mekanis Sosial

    Spearman Teori faktor G & faktor S dalam intelegensi

  • C. Bakat 2. Pengertian BakatCrow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam

    William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau tergantung dari latihan

    Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu(segi performance/kinerja) setelah individu mendapat latihan.

  • C. Bakat 2. Pengertian Bakat

    Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.

    Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu:1. Achievement Kemampuan aktual2. Capacity Kemampuan potensial3. Aptitude Kualitas

  • C. Bakat 2. Pengertian BakatGuilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual

    Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisismengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :aspek tindakan (performance/act)aspek sebab atau akibatnya (a person causes a result)aspek ekspresif

    Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkandengan bakat

  • C. Bakat 3. Bakat dan IntelegensiBinet dan Weschler menekankan pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.Hasil tes intelegensi bisa mengukur bakat.Pengukuran intelegensi bersifat meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental.Pengukuran bakat bertujuan menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.

  • C. Bakat 4. Pengukuran Bakat

    Prosedur pengukuran bakat (Suryabrata, 1995) :a. Analisis jabatan/lapanganb. Deskripsi jabatan/lapangan studic. Menemukan persyaratan yang diperlukand. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes

  • D. LINGKUNGAN & HEREDITAS

    Studi terhadap keluargaStudi terhadap anak kembar

  • D. Lingkungan & Hereditas 1. Studi terhadap KeluargaGalton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan Asumsi sekarang: IQ kemungkinan dipengaruhi faktor lingkungan

  • D. Lingkungan & Hereditas 2. Studi terhadap Anak KembarPenelitian Hardy dan Heyes, 1988:Kembar monozigotik dibesarkan bersama: IQ hampir sama faktor nature berperan besar IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besarKembar monozigotik dibesarkan, terpisah IQ hampir sama faktor nature berperan kecil IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil

  • E. KELAS SOSIALHavighurst kelas sosial & intelegensi, laki-laki & perempuanMakin tinggi kelas sosial, makin tinggi tingkat intelegensi Tidak ada perbedaan laki-laki & perempuan

  • F. DIKOTOMI DESA-KOTACrow & Crow (1989) intelegensi anak kota anak desaColleman, dkk prestasi anak metropolitan anak non metropolitan

  • G. JENIS KELAMINIntelegensi laki-laki = perempuan (Cage & Berliner, 1979;Crow & Crow, 1989)

  • G. JENIS KELAMINPerbedaan laki-laki & perempuan (Cage & Berliner, 1979):Kemampuan verbal (p l)Kemampuan matematika (l p)Kemampuan spasial (l p)Problem solving (l p)Orientasi prestasi

  • BAB IIIKEMAMPUAN KHUSUS INDIVIDU & ANTISIPASI PENDIDIKANPENDAHULUANPENDIDIKAN ANAK BERBAKATPENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNERPENDIDIKAN ANAK KHUSUS

  • A. PENDAHULUANAplikasi konsep-konsep bakat & intelegensi pada lapangan pendidikanPendidikan harus sesuai dengan kondisi peserta didik

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKATKondisi di manca negara(AS, Jepang, Inggris, Korea, Taiwan) dan di IndonesiaAnak berbakatIdentifikasi anak berbakatModel identifikasiLayanan pendidikan anak berbakat

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia 1958; Amerika mencoba memikirkan pendidikan untuk menjaring anak berbakat. Aplikasi teori psikologi (teori belajar dan konsep kognitif) dan pengkajian teknologi merupakan hal yang berpengaruh terhadap masalah bakat dan aktualisasi diri di AS. Jepang menggunakan Sistem Nasional Pendidikan Universal untuk mengidentifikasi anak berbakat. Inggris tidak mengenal pengelompokkan Gifted & Talented. Hal itu akan membuat anak di luar kelompok itu merasa inferior secara intelektual. Identifikasi anak berbakat merupakan tugas guru

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia Korea. Pengembangan pendidikan anak berbakat melalui dua tingkat:a. Tingkat Nasionalb. Tingkat SwastaUntuk penjaringan anak berbakat dengan:a. Akselerasib. Undang-undang (1996) yang mengatur beragam ukuran untuk menjamin adanya suatu bentuk belajar mengajar yang berbeda-beda yang diarahkan pada diversifikasi, kebutuhan individual pengajar dan untuk memaksimalkan pengembangan potensi individu.

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia Taiwan. Faktor dalam pengembangan pendidikan di taiwan: kebutuhan nasional akan pendidikan bagi Gifted & Talented, kebutuhan akan pengembangan individual dan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Taiwan SEL (Special Education Laws) 1984, mengartikan Gifted & Talented meliputi individu yang memiliki satu atau lebih kualitas di bawah ini:a. Gifted dalam kemampuan umumb. Gifted dalam bakat akademikc. Gifted dalam talent khusus

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 1. Di Mancanegara dan Indonesia Indonesia. 1974, beasiswa bagi anak unggulan yang tidak mampu 1980, pilot project untuk identifikasi dan seleksi anak berbakat. Prosesnya: 1. Penjaringan umum 20-25 % anak berbakat dari populasi sekolah. Berdasarkan penilaian guru, nilai rapor dan tes IQ. 2. Proses seleksi dengan baterai tes IQ, tes kreativitas, skala perilaku siswa dan tes hasil belajar. 1989, UU No.2/1989 (Sisdiknas) ps 8:Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 2. Anak Berbakat Keberbakatan: beberapa anak berbakat (child giftted) yang memilik kinerja dengan tingkat potensi aktivitas manusia yang bernilai dan secara konsisten luar biasa. (Paul Witty) Gifted (berbakat): 1.memiliki suatu derajat kemampuan intelektual yang tinggi, IQ > 140 atau lebih; 2.memiliki satu bakat non-intelektual, misalnya musik atau olahraga sampai pada tingkat tinggi sekali. Talent: suatu bentuk kemampuan khusus, seperti kemungkinan musikal yang diwarisi orang tua dan memungkinkan seseorang memperoleh keuntungan dari hasil latihannya sampai tingkat yang tinggi (bakat) (sumber:Chaplin, 1995).

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat

    Penjaringan Anak Berbakat. A. Didasarkan pada anggapan bahwa dalam skala makro terdapat 1 % dari seluruh populasi adalah anak berbakat unggul (Ward dalam Semiawan, 1994). B. Pada populasi anak berbakat terdapat 10 % dengan IQ = 120-137 (moderately gifted)C. Sampel identifikasi awal = 15 - 25 % (Penelitian Balitbang dalam Semiawan, 1994)

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 3. Identifikasi Anak Berbakat

    Penyaringan Anak BerbakatTujuan: memberikan dasar terhadap penilaian pada kemampuan, sifat, sikap atau perilaku seseorang. Penyaringan berguna bagi peramalan tentang kinerja tertentu pada masa yang akan datang.

    Identifikasi anak berbakat harus meliputi semua aspek secara komprehensif yaitu IQ, kreativitas, motivasi dan kepemimpinan. Berbagai kemampuan tersebut merupakan manifestasi dari berbagai bakat sebagai kapasitas mental (Semiawan, 1994)

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT4. Model Identifikasi RenzulliIQ > Rata-rataTask comitmentKreativitasTHREE-RINGS INTERACTION

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 4. Model Identifikasi TriandisSekolahTeman SebayaKeluargaIntelegensiKreativitasKeuletanAnak cerdas tinggi

  • B. PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT 5. Layanan Pend.Anak Berbakat Menurut Ward, Kitano & Kirby (dalam Semiawan, 1994): Pendidikan anak berbakat seyogyanya berbeda dengan menekankan pada aspek intelektual. Diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas sesuai kemampuan anak berbakat di atas rata-rata. Penekanan pada perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. Penekanan pada orientasi penemuan dan pendekatan induktif. Memerlukan pertimbangan khsusus dalam pendidikan. Kurikulum berdiferensiasi (Semiawan, 1994)

  • C. MENTAL RETARDATIONKarakteristik MRKategori MRFaktor-faktor penyebab MR

  • C. MENTAL RETARDATION 1. Karakteristik MR

    Menurut PPDGJ III:a. IQ = 75 ke bawahb. Kesulitan dalam memenuhi tuntutan sosialc. Adaptive behavior burukMR merupakan fenomena sosiokultural yang kompleks karena melibatkan hal-hal yang kompleks: hubungan antar keluarga menjadi beban semua orang hambatan bagi pembangunan

  • C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR1). Ditinjau dari skala IQ a. Mild MR - Stanford Binet: 52 - 67 - Wechsler: 55 - 69 b. Moderate MR - Stanford Binet: 36 - 51 - Wechsler: 40 - 54

  • C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR

    c. Severe MR - Stanford Binet: 20 - 35 - Wechsler: 25 - 39d. Profound MR - Stanford Binet:

  • C. MENTAL RETARDATION 2. Kategori MR

    2). Ditinjau dari istilah dalam psikologi dan kesehatan: a. Debil: IQ 50 - 75 b. Imbicil: IQ 25 - 49 c. Idiot: IQ < 253). Ditinjau dari istilah dalam pendidikan: a. Dull: IQ 75 - 85 b. Educable: IQ 50 - 74 c. Trainable: IQ 25 - 49 d. Hanya mampu rawat : IQ < 25

  • C. MENTAL RETARDATION 3. Faktor Penyebab MR

    Sebab Biologis A). Pranatal: infeksi, detoksifikasi, virus rubella, oabt, AIDS, herphes simplex, siphilis, hypoxia, radiasi, kelainan metabolisme. B). Masa pranatal dengan penyebab tidak jelas: microcephallus, hydrocephallus, meningocelle, kelainan kromosom, BB < minimum, bayi dari ibu psikosis Sebab Psikologi dan sosial Disebabkan karena dibesarkan dalam lingkungan primitif (masa pekanya terlewati tanpa adanya stimulasi)

  • D. EXCEPTIONAL PEOPLEPengertianKategori individu khusus

  • D. EXCEPTIONAL PEOPLE 1. Pengertian

    Individu yang secara jelas/signifikan dan sifatnya menetap berbeda dari yang normal dan mengalami hambatan untuk mencapai suskes dalam aktivitas sosial, personal dan pendidikan yang sangat dasar (Harring, 1982).Beberapa istilah terkait:DisabledImpairedDisorderedHandicapedExceptional

  • D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori Exceptional People

    Kategori Harring (1982): Sensory Handicapped Mental DeviationCommunication Disorder Learning Disabilities Behavioral Disorders Physical Handicaps

  • D. EXCEPTIONAL PEOPLE 2. Kategori Exceptional PeopleKategori Indonesia:a. Tuna Netra (SLB A)b. Tuna Wicara & Tuna Rungu (SLB B)c. Tuna Grahita (SLB C)d. Tuna Daksa (SLB D)e. Tuna Laras (SLB E) f. Berbakat/gifted (SLB F)

  • BAB IVPERENCANAAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJARPENDAHULUANTUJUAN INSTRUKSIONALMODEL INSTRUKSIONALKURIKULUMMODEL PEMILIHAN TUJUAN

  • A. PENDAHULUANApa yang akan saya lakukan?Perubahan apa yang saya inginkan dari siswa-siswa saya?

  • B. TUJUAN INSTRUKSIONALGuru yang efektifModel tujuan instruksional yang bertujuanKeuntungan model tujuan instruksional yang bertujuan

  • C. MODEL INSTRUKSIONALPenentuan tujuan-tujuan spesifik

    Penilaian PendahuluanPengajaranEvaluasiModel Instruksional yang Beracuan Tujuan

  • C. MODEL INSTRUKSIONALPenentuan tujuan-tujuan spesifikPenilaian PendahuluanPengajaranEvaluasiJika tujuan tidak tercapai, perbaikiJika tujuan tercapai, kembangkanLangkah-langkah yang ditentukan oleh evaluasi hasil

  • D. KURIKULUMDefinisi kurikulumModel pemilihan tujuan (Tyler)

  • D. KURIKULUM 1. Definisi KurikulumKurikulum ialah keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah.

  • D. KURIKULUM 2. Model Pemilihan Tujuan (Ralph Tyler)

    Komponen-komponen dalam kurikulum (Model Tyler): Siswa Masyarakat Bidang studi

    Ketiga kategori ini saling berhubungan dan saling melengkapi.

  • BAB VPROSES BELAJARKOMUNIKASIPEMBELAJARAN AKTIF

  • A. KOMUNIKASIPengertian komunikasiUnsur-unsur dalam komunikasiModel proses persuasiKomunikasi dalam proses belajar-mengajar

  • A. KOMUNIKASI 1. Pengertian KomunikasiBerasal dari bahasa Latin communicere = memberitahukan, berpartisipasi, menjadi milik bersamaSusanto (1973): komunikasi berarti memberitahukan (dan menyebarkan) untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama (commoness).

    Hovland, Janis, Kelly: komunikasi merupakan suatu proses dimana individu (komuniaktor)mentransmisikan stimulus (yang biasanya verbal) untuk mengubah perilaku individu lainnya.

  • A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi primer - sekunder Komunikasi langsung - tidak langsung Komunikasi dua arah

  • A. KOMUNIKASI 2. Unsur-unsur dalam Komunikasi Komunikator (pemberi informasi, berita atau pesan) dan Komunikan / receiver (penerima informasi, berita atau pesan). Informasi, berita dan pesan. Media, alat, saluran, metode/cara penyampaian informasi bertia/pesan

  • A. KOMUNIKASI 3. Model Proses PersuasiPesan-pesanPersuasiAlternatif prosespsikologis latenPembahasan yang terjadi dalam wujud tindakanModel Psikodinamika

  • A. KOMUNIKASI 3. Model Proses PersuasiPesan yang persuasifBatasan(Batasan kembali proses sosbud kelompok)Membentuk batasan(definisi untuk perilaku sos.bagi anggota kelompokMenghasilkan perubahan perilakuModel Sosial Budaya

  • A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-Mengajar Tiga fungsi sosial pendidik dalam pendidikan: Fungsi sebagai komunikator Fungsi sebagai inovator Fungsi sebagai emansipator

  • A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-MengajarTiga tipe kemampuan seseorang memperoleh atau menerima tanggapan :

    Tipe VisualTipe AuditifTipe Motoris

  • A. KOMUNIKASI 4. Komunikasi Dalam Proses Belajar-MengajarMetode untuk memperoleh umpan balik dalam komunikasi proses belajar dan mengajar :

    Metode tanya jawabMetode diskusi dan seminarMetode tugasSimulasi atau permainan

  • B. PEMBELAJARAN AKTIFLatar belakang& pengertianUntuk apaMengapaBagaimanaPenilaian pembelajaran aktif yang bermakna

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF1. Latar Belakang & Pengertian

    Upaya untuk meningkatkan layanan pendidikan :

    Secara Kuantitatif

    Secara KualitatifPendidikan yang semakin merata. Peningkatan mutu proses belajar mengajar

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF 1. Latar Belakang & Pengertian CBSA (Raka Joni, 1993): Melihat kegiatan belajar mengajar sebagai pemberian makna secara konstruktivistik terhadap pengalaman bagi peserta didik. Pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakarsa dan tanggungjawab peserta didik ke arah belajar sepanjang hayat.

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF

    2. Untuk Apa Tuntutan masa depankreatifekspresifmemiliki prakasatanggung jawab

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF 3. Mengapa Memberikan umpan bagaiman peserta didik belajar membentuk sikap yang diperlukan, mengelola perolehannya untuk menjadi bekal dan dasar bagi pengalaman belajar berikutnya, atas prakarsa sendiri.

    Memberikan sumbangan terhadap perkembangan mental peserta didik.

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. BagaimanaYang perludiperhatikan: Persiapan pembelajaran aktif yang bermakna dan kondusif Mengandung unsur pengamatan terhadap objek yang dipelajari dengan memperhatikan keseimbangan otak kanan dan kiri. Interpretasi. Mencatat ciri khas dari suatu objek tahap perkembangan atau kejadian untuk menghubungi pengamatan yang satu dengan yang lain.

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Bagaimana Ramalan.Perkiraan secara anlogi atau dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru maupun menggunakan pengalaman baru. Eksperimen dan atau penerapan konsep/teori

  • B. PEMBELAJARAN AKTIF 4. Penilaian Pembelajaran Aktif yang Bermakna Yang perlu diperhatikan: Peserta didik harus menyadari kriteria apa yang akan di capai dan penting untuknya. Tujuan apa yang akan dicapai dan sejauh mana ia telah mencapai tujuan dalam sasaran yang berkesinambungan.

  • BAB VIEVALUASI BELAJARPENDAHULUANFUNGSI EVALUASI PENDIDIKANANALISIS TAKSONOMISTEKNIK PENILAIAN

  • A. PENDAHULUANUsaha melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswaPenilaian dan prediksi terhadap penguasaan materi pada siswa

  • A. PENDAHULUAN1. Usaha Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil Belajar Siswa

    Cara-cara yang dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa :

    Ujian/ testingMelakukan tugas tertentuMembuat karanganmereproduksi materi yang telah diajarkanwawancara, dan sebagainya

  • A. PENDAHULUAN2. Penilaian Dan Prediksi Terhadap Penguasaan Materi Pada Siswa Penilai berusaha menentukan atau memperkirakan sejauh mana peserta didik mengalami kemajuan ke arah tujuan (pendidikan) yang harus dicapai dan/atau untuk menentukan apakah peserta didik telah memenuhi syarat dalam suatu kategori tertentu.

    Penilaian hasil-hasil pendidikan biasanya disebut rapor

    Bentuk-bentuk rapor : Mempergunakan lambang A, B, C, D, E Skala 11 tingkat misl: mulai 0-10 atau 0 sampai 100

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKANDasar psikologisDasar didaktisDasar administratif

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis Evaluasi pendidikan berguna sebagai bahan orientasiuntuk menghadapi usaha-usaha yang lebih jauha. Di pandang dari segi anak didikb. Di pandang dari segi pendidik

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis a. Di pandang dari segi anak didikAnak-anak belum dapat mandiri pribadi

    Butuh pendapat orang dewasa dalam menentukan sikap ,tingkah lakunya dan orientasi dalam suatu sikap tertentu

    Anak membutuhkan status diantara teman-temannya

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 1. Dasar Psikologis b. Di pandang dari segi pendidikOrang membutuhkan untuk mengetahui sejaumana usahanyatelah mencapai tujuan sebagai pedoman dan dasar untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjutGuru butuh untuk mengetahui hasil usahanya sebagaipedoman dalam menjalankan usaha-usaha lebih lanjut.

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Didaktis a. Ditinjau dari segi anak didikPengetahuan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapaiumumnya berpengaruh baik terhadap pekerjaan-pekerjaan selanjutnya

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar Didaktis b. Ditinjau dari segi pendidikGuru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan Membantu menilai readiness (kesiapan) anak dalam belajarMengetahui status anak dalam kelasnyaMembantu menempatkan murid dalam suatu kelompok yang tepatiMembantu memperbaiki metode belajar dan mengajarmembantu dalam memberikan pelajaran tambahan

  • B. FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN 2. Dasar AdministratifMemberikan data untuk menentukan status anak didik dalam kelasnya

    Memberikan ihtisar hasil usaha yang telah dilakukan oleh suatulembaga

    Merupakan inti laporan tentang kemajuan murid-murid kepadaorangtua, atau pejabat pemerintah , guru-guru dan murid.

  • C. ANALISIS TAKSONOMISSegi kognitif ( Tokoh : Bloom)Segi afektif (Tokoh : Krathwohl)Segi psikomotoris (Tokoh : E.J. Simpson)

  • C. ANALISIS TAKSONOMIS1. SEGI KOGNITIF (Bloom)MemperhatikanMeresponMenghayati NilaiMengorganisasikanMempribadikan nilai atau seperangkat nilai

  • C. ANALISIS TAKSONOMIS2.. SEGI AFEKTIF (Krathwohl)MemperhatikanMeresponMenghayati nilaiMengorganisasikanMemperhatikan nilai atau seperangkat nilai

  • C. ANALISIS TAKSONOMIS3. SEGI PSIKOMOTORIS (E.J. Simpson)

    PersepsiSetRespon TerbimbingRespon MekanistisRespon Kompleks

  • D. TEKNIK PENILAIANTes subjektifTes objektif

  • D. TEKNIK PENILAIAN1. Tes SubjektifKelemahan Tes subjektif :

    Sukar dinilai secara tepat

    Sukar untuk komprehensif

    Kecenderungan pendidik memberikan nilai seperti biasa

    reliabilitas, validitas, dan objektivitas rendah

  • D. TEKNIK PENILAIAN1. Tes SubjektifTes subjektif dapat digunakann dalam situasi :

    Mengkaji pendapat siswa tentang suatu persoalan

    Mengetahui hasil yang diperoleh anak didik setelah mengadakan suatu kegiatan

    Mengetahui kemampuan mengarang

    menyelidiki kecakapan pemecahan masalah

  • D. TEKNIK PENILAIAN2. Tes ObjektifTes benar-salah atau tes Ya-Tidak(True-False Test, Yes-No Test)

    KEKUATAN KELEMAHANMudah disusun Mendorong untuk menerka,Komprehensif dapat mengerjakan tanpa belajarDapat dinilai cepat Reliabilitas rendahpraktis Menimbulkan kekeburan, dan objktif sukar dicari item yang benar-benar salah

  • D. TEKNIK PENILAIAN2. Tes ObjektifTes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

    Kekuatan

    Kelemahan

    Digunakan untuk meneliti kemampuan membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat & menarik kesimpulan

    Mudah, cepat dan objektif

    Mengurangi faktor terkaan

    Digunakan hanya untuk menilai ingatan saja

    Sukar

    Sering terjadi lebih dari satu jawaban yang tepat

    Memakan banyak waktu dan usaha

  • D. TEKNIK PENILAIAN2. Tes Objektif Matching Test

    KEKUATAN

    Dapat digunakan untuk menilai :

    Problem dengan penyelesaiannya

    Teori dengan penyusunannya sebab dan akibatnya singkatan dan kata-kata lengkapnya

    Istilah definisinya

    Mudah disusun

    Menghilangkan faktor menerka-nerka

    Dapat dinilai dengan mudah dan cepat

  • D. TEKNIK PENILAIAN2. Tes ObjektifTes Isian

    KEKUATAN

    KELEMAHAN

    Masalah yang diujikan disjikan dalam keseluruhannya

    Baik untuk menyelidiki pengetahuan pelajar secara utuh mengenai suatu bidang

    Mudah disusun

    Banyak memakan tempat dan waktu

    Kurang komprehensif

    Seringkali hanya untuk menilai kecakapan mengingat

  • TERIMA KASIH M. Fakhrurrozi & Praesti Sedjo