03___72_

11
APLIKASI FLUIDA SUPERKRITIS PADA EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI N. Harimurti, D. Sumangat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian ABSTRAK Ekstraksi minyak atsiri dengan menggunakan fluida superkritis sebagai pelarut merupakan teknologi yang telah berkembang selama tiga dekade terakhir. Proses ekstraksi dengan fluida superkritis ini didasarkan pada kenyataan bahwa mendekati titik kritisnya, properti pelarut akan berubah secara cepat, hanya dengan sedikit variasi dari tekanan. Fluida superkritis sendiri dikarakterisasikan sebagai suatu fluida dengan densitas tinggi, viskositas rendah dan difusivitas menengah antara gas dan cairan. Properti fisik yang tidak biasa ini, justru menjadikan fluida superkritis sebagai pelarut yang ideal dan potensial. Keuntungan yang dapat diambil dari pemanfaatan teknologi ini, antara lain (1) proses ekstraksi berlangsung dengan cepat, (2) rekoveri pelarut yang cepat dan sempurna dengan kadar residu minimal dalam produk, (3) lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut organik lainnya,(4) tidak beracun, (5) tidak mudah terbakar dan (6) dapat digunakan pada temperatur medium. CO 2 pada kondisi superkritis adalah salah satu pelarut yang digunakan secara luas pada proses ekstraksi. Dengan temperatur kritis yang rendah (304,1 K) dan tekanan kritis menengah (7,28 MPa) menjadikan CO 2 sebagai pelarut ideal, karena mampu menahan komponen-komponen terekstraksi dari degradasi thermal. Minyak atsiri umumnya tersusun atas komponen hidrokarbon terpena dan turunannya, komponen teroksigenasi, pigmen, wax, resin dan flavonoid. Hidrokarbon terpena adalah senyawa tidak jenuh yang sangat mudah mengalami dekomposisi karena adanya pengaruh panas, cahaya dan oksigen. Proses ekstraksi dengan menggunakan fluida superkritis ini mampu meningkatkan fraksinasi minyak atsiri dan mengurangi kandungan senyawa terpena yang berpengaruh terhadap degradasi minyak atsiri. Kata kunci : Aplikasi, fluida superkritis, minyak atsiri ABSTRACT Essential oil extraction using supercritical fluid as solvent, has been developed for the past three decades. This process based on fact that near it’s critical point, solvent properties change rapidly with only slight variation of pressure. A supercritical fluids is characterized by high densities, low viscosities, and has intermediate diffusivities between gas and liquid. These unusual properties make supercritical fluids as an ideal and potential solvent. The main advantages of using supercritical fluids for extractions as follow : (1) extraction process is faster, (2) solvent recovery is fast and complete with minimum residuescontent in product, (3) more environmentally friendly than other organic solvent, (4) non-toxic, (5) non-flammable, and (6) can be used at medium temperature. Supercritical CO 2 is one of solvents widely used for essential oil extractions. It’s low critical temperature (304,1 K) and medium critical pressure (7,28 MPa), make CO 2 as an ideal solvent, which can retain extracted compounds from thermal degradation. Essential oils generally consist of terpene hydrocarbons and derivatives, oxigenated compounds, pigmen, wax, resin and flavonoids. Terpene hydrocarbons are unsaturated compounds that are easilly decomposed by heat, light and oxygen. This supercritical fluid extractions is able to increase essential oil fractination and eliminate terpene hydrocarbons content that influence essential oils degradation. Key words : application, supercritical fluid, essential oil

description

jh

Transcript of 03___72_

  • APLIKASI FLUIDA SUPERKRITIS

    PADA EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

    N. Harimurti, D. Sumangat

    Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

    ABSTRAK

    Ekstraksi minyak atsiri dengan menggunakan fluida superkritis sebagai pelarut merupakan teknologi yang

    telah berkembang selama tiga dekade terakhir. Proses ekstraksi dengan fluida superkritis ini didasarkan

    pada kenyataan bahwa mendekati titik kritisnya, properti pelarut akan berubah secara cepat, hanya dengan

    sedikit variasi dari tekanan. Fluida superkritis sendiri dikarakterisasikan sebagai suatu fluida dengan

    densitas tinggi, viskositas rendah dan difusivitas menengah antara gas dan cairan. Properti fisik yang tidak

    biasa ini, justru menjadikan fluida superkritis sebagai pelarut yang ideal dan potensial. Keuntungan yang

    dapat diambil dari pemanfaatan teknologi ini, antara lain (1) proses ekstraksi berlangsung dengan cepat,

    (2) rekoveri pelarut yang cepat dan sempurna dengan kadar residu minimal dalam produk, (3) lebih ramah

    lingkungan jika dibandingkan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut organik lainnya,(4) tidak

    beracun, (5) tidak mudah terbakar dan (6) dapat digunakan pada temperatur medium. CO2 pada kondisi

    superkritis adalah salah satu pelarut yang digunakan secara luas pada proses ekstraksi. Dengan temperatur

    kritis yang rendah (304,1 K) dan tekanan kritis menengah (7,28 MPa) menjadikan CO2 sebagai pelarut

    ideal, karena mampu menahan komponen-komponen terekstraksi dari degradasi thermal. Minyak atsiri

    umumnya tersusun atas komponen hidrokarbon terpena dan turunannya, komponen teroksigenasi, pigmen,

    wax, resin dan flavonoid. Hidrokarbon terpena adalah senyawa tidak jenuh yang sangat mudah mengalami

    dekomposisi karena adanya pengaruh panas, cahaya dan oksigen. Proses ekstraksi dengan menggunakan

    fluida superkritis ini mampu meningkatkan fraksinasi minyak atsiri dan mengurangi kandungan senyawa

    terpena yang berpengaruh terhadap degradasi minyak atsiri.

    Kata kunci : Aplikasi, fluida superkritis, minyak atsiri

    ABSTRACT

    Essential oil extraction using supercritical fluid as solvent, has been developed for the past three decades.

    This process based on fact that near its critical point, solvent properties change rapidly with only slight

    variation of pressure. A supercritical fluids is characterized by high densities, low viscosities, and has

    intermediate diffusivities between gas and liquid. These unusual properties make supercritical fluids as an

    ideal and potential solvent. The main advantages of using supercritical fluids for extractions as follow : (1)

    extraction process is faster, (2) solvent recovery is fast and complete with minimum residuescontent in

    product, (3) more environmentally friendly than other organic solvent, (4) non-toxic, (5) non-flammable,

    and (6) can be used at medium temperature. Supercritical CO2 is one of solvents widely used for essential

    oil extractions. Its low critical temperature (304,1 K) and medium critical pressure (7,28 MPa), make CO2

    as an ideal solvent, which can retain extracted compounds from thermal degradation. Essential oils

    generally consist of terpene hydrocarbons and derivatives, oxigenated compounds, pigmen, wax, resin and

    flavonoids. Terpene hydrocarbons are unsaturated compounds that are easilly decomposed by heat, light

    and oxygen. This supercritical fluid extractions is able to increase essential oil fractination and eliminate

    terpene hydrocarbons content that influence essential oils degradation.

    Key words : application, supercritical fluid, essential oil

  • PENDAHULUAN

    Ekstraksi fluida superkritis adalah suatu proses ekstraksi menggunakan fluida superkritis

    sebagai pelarut. Teknologi ekstraksi ini, mengeksploitasi kekuatan pelarut dan properti fisik

    tambahan dari komponen murni atau campuran pada temperatur dan tekanan kritisnya dalam

    kesetimbangan fasa (Palmer, 1995).

    Properti psiko kimia dari fluida pada keadaan superkritis berada diantara tipe gas dan

    cair, seperti ditunjukkan pada gambar 1. Titik kritis terletak pada akhir kurva penguapan, dimana

    fasa cair dan gas bergabung untuk membentuk fasa fluida homogen tunggal. Daerah superkritis

    terletak pada bagian luar titik ini.

    Gambar 1. Diagram Fasa untuk Komponen Murni

    (Sumber : Poliakoff, et al., 2001)

    Fluida superkritis dikarakterisasikan dengan densitas tinggi, viskositas rendah, dan

    diffusivitas menengah antara gas dan cairan (Rizvi et al.,1986). Properti yang tidak biasa ini,

    justru menjadikan fluida superkritis sebagai pelarut yang ideal dan potensial. Kelarutan

    komponen dalam fluida superkritis tergantung pada densitas dari pelarut, juga affinitas psiko-

    kimia dari zat terlarut terhadap pelarut.

    CO2 merupakan fluida yang digunakan secara luas dalam ekstraksi fluida superkritis,

    dengan pertimbangan sebagai berikut : Tidak berwarna, tidak berbau tidak beracun, tidak mudah

    terbakar, mudah diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi , memiliki parameter kritis yang

    sesuai (Tc = 304,1 K ; Pc = 72,8 Mpa ), relatif murah, lebih ramah lingkungan dibandingkan

    dengan pelarut organik lainnya karena tidak meninggalkan residu, dapat mengekstrak dalam

    waktu singkat dan siklusnya dapat diulang (recycle).

    Tabel 1. Properti fisik dari gas, cairan dan fluida superkritis

    Poperti Gas Fluida superkritis Cairan

    Densitas (g/ml) 0,001 0,1 - 1 1

    Viskositas (cP) 0,01 0,1 - 0,01 1

    Difusifitas (D cm2/s) 0,1 0,001 0,0001

  • Dari tabel 1, terlihat bahwa gas memiliki difusivitas paling besar, sehingga laju transfer

    massanya juga terbesar. Dengan densitas terkecil, kekuatan gas sebagai pelarut kurang. Fluida

    superkritis memiliki densitas dan kekuatan pelarut yang hampir sebanding dengan cairan.

    Viskositas yang lebih rendah dari cairan, menyebabkan fluida superkritis memiliki kemampuan

    untuk penetrasi matriks inert dan solut ekstrak yang lebih baik. Keunggulan utama fluida

    superkritis dibandingkan dengan cairan adalah diffusivitas yang lebih besar. Meskipun tidak

    sebesar gas, difusivitas fluida superkritis yang 1000 kali lebih besar dari difusivitas cairan,

    menghasilkan laju transfer massa yang lebih besar.

    Pengaturan tekanan dan temperatur selama proses ekstraksi berlangsung, selain

    mengubah densitas CO2, juga berpengaruh terhadap kelarutan dan selektivitas dari solut ekstrak.

    Semakin tinggi tekanan dan kelarutan, total hasil ekstraksi akan semakin tinggi. Fraksinasi dan

    hasil ekstraksi fluida superkritis dapat diatur dengan mengelola tekanan dan temperatur ekstraksi,

    juga tekanan evaporasi produk bawah (down stream) selama proses separasi.

    Ekstraksi fluida superkritis memberikan keuntungan lebih jika dibandingkan dengan

    proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik tradisional, sebagai misal, sisa pelarut

    tidak dapat dihindari dalam setiap proses ekstraksi dan selalu terukur secara kuantitatif, akan

    tetapi dalam produk akhir dari ekstraksi ini tidak akan ditemui sisa pelarut, karena adanya

    pengurangan pada tahap proses lanjutan. CO2 secara umum telah diakui aman dan dicantumkan

    dalam US Food and Drug Administration sebagai bahan tambahan pangan manusia.

    Selain itu, proses ekstraksi dengan teknologi fluida superkritis, menghasilkan ekstrak

    dengan aroma dan rasa alami, karena pelarut CO2 memerlukan temperatur rendah, sehingga

    mampu menahan komponen yang memiliki kontribusi terbesar terhadap rasa dan aroma yang

    sensitif terhadap panas. Dalam proses tidak dihasilkan oksigen, sehingga proses oksidasi dari

    ekstrak dapat dikurangi secara signifikan.

    Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada proses ekstraksi minyak atsiri dengan distilasi

    air maupun dengan pelarut organik lainnya, antara lain : jumlah ekstrak yang dihasilkan sedikit,

    kehilangan komponen yang mudah menguap, waktu ekstraksi yang panjang, sisa pelarut yang

    berifat toksik, degradasi komponen tidak jenuh dan wangi yang tidak sesuai dengan yang

    diharapkan karena adanya pengaruh panas, tidak terjadi pada ekstraksi dengan fluida superkritis

    (Ebrahimzadeh et al., 2003, Szokonya and Then, 2000).

    Aplikasi produk minyak atsiri

    Ekstraksi minyak atsiri maupun komponen yang terkandung didalamnya dengan

    memanfaatkan fluida superkritis telah dilakukan pada beberapa komoditas penghasil minyak

    atsiri (Rozzi et al., 2001). Reverchon (1997) mengulas 84 artikel yang memanfaatkan fluida

    superkritis pada ekstraksi sampel tanaman, meliputi : lavender, paprika, peppermint, biji

    coriander dan sage. Ekstraksi fluida superkritis juga telah digunakan pada isolasi minyak atsiri

    dan komponen dari rempah eucalyptus (Della Porta et al., 1990 , Fadel et al., 1999), bergamont

    (Poiana et al., 1999) dan sereh (Sargenti dan Lancas, 1997). Fadel et al., (1999)

    membandingkan hasil ektraksi eucalyptus antara proses distilasi air dengan ekstraks fluida

    superkritis. Disimpulkan bahwa ekstrak dari proses ekstraksi fluida superkritis menghasilkan

    aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak dari distilasi air.

    Selektivitas dari ekstraksi fluida superkritis diteliti oleh Poiana et al., (1999) pada ekstrak

    flavedo bergamont dari kulit buah bergamont (Citrus bergamia Risso). Poiana menampilkan

    ektraksi pada kombinasi temperatur dan tekanan yang berbeda: 8000 kPa dan 40oC, 9000 kPa

    dan 50oC, 10000 kPa dan 60

    oC. Hasil menunjukkan bahwa kualitas ekstrak tertinggi diperoleh

    dari kombinasi temperatur 50oC dan tekanan 9000 kPa, kelarutan salah satu komponen,

    bargaptena, dipengaruhi oleh temperatur ekstraksi.

  • Beberapa penelitian tentang ekstraksi bunga chamomile (Matricaria chamomilla) dengan

    fluida superkritis telah dilaporkan (Sith et al., 1994, Reverchon et al., 1994). Dengan

    menggunakan fluida superkritis, proses ekstraksi berlangsung cepat, degradasi komponen

    termolabil dari ekstrak, matricine, dapat ditekan dan meningkatkan komponen ekstrak yang

    mudah menguap (Scalia et al., 1999). Reverchon et al., (1995) menampilkan perbedaan utama

    dari proses ekstraksi bunga lavender dengan fluida superkritis dan dengan distilasi air.

    Kandungan linalyl asetat dari ekstrak lavender dari proses distilasi air 12,1 %, sedangkan dengan

    fluida superkritis diperoleh linalyl asetat 34,7%.

    Ekstraksi fluida superkritis juga telah difokuskan pada fraksinasi minyak jeruk pada

    temperatur proses rendah. Minyak jeruk tersusun atas senyawa terpena (>95%) , komponen

    teroksigenasi (

  • Komponen dasar dari ekstrakor fluida superkritis ini adalah :

    1. Persediaan CO2

    2. Kompressor gas atau pompa

    3. Zona pemanasan atau oven

    4. Tangki ekstraksi

    5. Restriktor pengeluaran atau valve

    6. Akumulator ekstrak atau kolektor.

    Prinsip Kerja :

    Ekstraktor semi batch ini menggunakan karbon dioksida sebagai pelarut (gambar 2). Karbon

    dioksida cair dari tangki penyimpanan, melewati bak pendingin (sekitar 263 K), lalu dipompa

    oleh dua pompa plug. Tahap berikutnya, karbon dioksida dipanaskan dengan heat exchanger

    tubular hingga mencapai temperatur proses ekstraksi. Tekanan diatur dengan regulator tekanan.

    Ekstraktor yang berisi bahan baku, secara thermostatik dikontrol dengan tape pemanas elektrik,

    temperatur di dalam ekstraktor dikontrol dengan kontroler digital. Tekanan keluar ektraktor

    diukur dengan tekanan gauge. Setelah meninggalkan ekstraktor, aliran CO2 yang mengandung

    ekstrak. Mengalir melalui percabangan katup (valve) jarum. Tekanan aliran dalam perjalanannya,

    berkurang dalam 3 tingkatan menjadi tekanan atmosfir dan ektrak minyak terkumpul dalam

    kolektor. Air dan komponen yang mudah menguap tersimpan dalam kolektor ke-2.

    Keterangan: B: pompa, D1-2 valve pengecekan, E1: kondensor, E2: penukar panas, F: filter, J1-

    4: valve on/off, JB1-3: valve jarum (selalu tertutup), JY1-4: valve jarum, L: pengukur uji basah

    , R: Regulator, P: tekanan gauge, T: pengukur temperatur, T1: ekstraktor, T2-3: separator, V1:

    silinder CO2, V2-3: kolektor sampel

    Gambar 2. Diagram skema dari peralatan eksperimen (sumber : Jian-Zhong Yin, et al.,2004)

    Prosedur analisa

    Fraksi terekstraksi dianalisa dengan alat GC-MS yang dilengkapi dengan detektor penangkap ion.

    Prosentase komposisi dari minyak volatil dan wax, terukur dari area puncak GC tanpa

    menggunakan faktor koreksi apapun. Identifikasi komponen didasarkan pada perbandingan

    waktu retensi dan spektra massa antara komponen dengan komponen murni.

  • Parameter- parameter pada proses ekstraksi dengan fluida superkritis

    Parameter-parameter yang berpengaruh dalam optimasi proses ekstraksi dengan fluida superkritis

    ini adalah : temperatur, tekanan, ukuran partikel sampel, laju alir pelarutwaktu ekstraksi. Semua

    parameter ini memberikan kontribusi terhadap hasil (ekstrak).

    1. Pengaruh temperatur

    Gambar 3. Grafik pengaruh temperatur terhadap effisiensi ektraksi pada P = 15 Mpa ( );

    P= 20 MPa ( ) ; P = 25 MPa ( ); P = 30 Mpa ( ). Ukuran partikel = 28

    mesh; laju alir fluida: 0,2 m3/jam, fraksi pengisian 75% berat

    Dari penelitian J.-Z. Yin et al., 2004, pada awalnya, hasil ekstrak pada tekanan operasi 15, 20, 25

    dan 30 MPa meningkat seiring dengan kenaikan temperatur (Gambar 3). Bertahan di nilai

    maksimum pada temperatur 40oC, kemudian menurun pada kenaikan temperatur selanjutnya.

    Perubahan hasil minyak ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Kenaikan temperatur diiringi

    dengan penurunan densitas fluida dan penurunan kelarutan minyak dalam fluida superkritis. Di

    lain pihak, tekanan jenuh zat terlarut (solut) dalam fluida superkritis meningkat seiring dengan

    kenaikan temperatur yang akan memperbaiki kelarutan.

    2. Pengaruh tekanan

    Hasil penelitian J.-Z.Yin et al., 2004 tentang minyak dari biji, kenaikan tekanan diiringi kenaikan

    densitas fluida superkritis dan juga kelarutan solut (Gambar 4). Hasil ekstrak pada temperatur

    operasi 30, 35, 40 dan 50oC meningkat seiring dengan kenaikan tekanan sampai pada tekanan 30

    MPa.

    Gambar 4. Grafik pengaruh tekanan terhadap effisiensi ektraksi pada T= 30oC ( ); T = 35

    oC

    ( ) ; T = 40oC ( ); T= 50

    oC ( ). Ukuran partikel = 28 mesh; laju alir fluida:

    0,2 m3/jam, fraksi pengisian 75% berat

  • 3. Pengaruh ukuran partikel

    Dari penelitian B. Mira, et al.,1999 ekstraksi minyak kulit jeruk, ditunjukkan pada gambar 5.

    Gambar ini merupakan plot rasio massa ektrak (kg ektrak/ kg umpan tanpa solut) dengan rasio

    pelarut (kg CO2 / kg umpan tanpa solut). Laju ektraksi akan menurun seiring dengan kenaikan

    ukuran partikel. Pada ukuran partkel terbesar yang digunakan (5-10 mm), laju ekstraksi minyak

    kulit jeruk menurun seiring dengan kenaikan laju alir fluida pengekstrak. Hal ini karena

    resistansi difusi intrapartikel lebih kecil daripada ukuran partikel sehingga terjadi lintasan difusi

    yang lebih pendek.

    Gambar 5. Grafik pengaruh ukuran partikel terhadap laju ekstraksi

    Gambar 6. Grafik pengaruh ukuran partikel terhadap rasio komponen teroksigenasi dengan

    terpena dalam minyak atsiri yang diperoleh dengan Fluida Superkritis CO2 pada 15

    Mpa, 313 K dan laju alir 2,5 kg/ jam

    Dari Gambar 6 menunjukkan bahwa rasio komponen teroksigenasi dengan terpena akan

    meningkat seiring dengan kenaikkan ukuran partikel kulit jeruk. Kemungkinan karena adanya

    perbedaan gaya partikel kulit jeruk mengadsorbsi dua komponen yang berbeda. Berbeda dengan

  • yang ditunjukkan pada Gambar 7. Kenaikan ukuran partikel justru akan menurunkan presentase

    limonena pada minyak kulit jeruk.

    Gambar 7. Grafik pengaruh ukuran partikel terhadap presentase limonena pada minyak atsiri

    yang diperoleh dengan fluida superkritis CO2 pada 15 Mpa, 313 K dan laju alir 2,5 kg/j

    4. Pengaruh laju alir pelarut CO2

    Laju alir pelarut yang meningkat, akan mendorong kenaikan hasil ekstraksi. Hal ini karena laju

    alir massa CO2 yang tinggi akan meningkatkan efisiensi proses.

    5. Pengaruh waktu ekstraksi

    Waktu ektraksi terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu : ekstraksi cepat bebas solut, tahap transisi difusi

    internal dan permukaan, tahap ekstraksi lambat. Waktu yang digunakan pada tahap pertama,

    tergantung pada kelarutan solut dalam fluida superkritis CO2 dan ukuran partikel.

    Ekstraksi fluida superkritis belum menjadi teknologi yang matang. Pengetahuan tentang

    properti kimia mutlak diperlukan. Selain itu, ekstraktor dengan fluida superkritis memerlukan

    penanganan yang sangat serius. Perlu tenaga yang sangat terlatih untuk mengoperasikannya.

    Restriktor harus diganti secara periodik, karena seringkali bengkok atau patah. Penggunaan

    fluida modifikasi (co-solvent) yang sedianya untuk meningkatkan kekuatan pelarut, justru akan

    merusak restriktor.

    KESIMPULAN

    Dari uraian-uraian sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

    1. Ekstraksi dengan fluida superkritis (CO2) memiliki keunggulan dibanding distilasi air , antara

    lain : proses ekstraksi berlangsung lebih cepat, selektivitas yang lebih tinggi, tidak ada sisa

    pelarut yang tertinggal pada ekstrak yang bersifat toksik, kemungkinan hilangnya komponen

    yang mudah menguap dan terjadinya degradasi thermal komponen tidak jenuh dari ekstrak

    dapat dicegah.

    2. Komponen non volatil pada ekstrak yang kemungkinan mengalami dekomposisi sebelum

    mencapai titik didihnya, dapat dipisahkan dengan ekstraksi fluida superkritis.

  • 3. Perbandingan komposisi pada ekstrak dapat diatur dengan mengubah parameter-parameter

    ekstraksi, seperti : temperatur, tekanan, ukuran partikel sampel yang akan diekstrak, volume

    dan laju alir pelarut serta lamanya ekstraksi.

    4. Proses ekstraksi dengan teknologi fluida superkritis, menghasilkan ekstrak dengan aroma dan

    rasa alami, karena pelarut CO2 memerlukan temperatur rendah, sehingga mampu menahan

    komponen yang memiliki kontribusi terbesar terhadap rasa dan aroma yang sensitif terhadap

    panas

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, September 2004. Peluang Pasar Minyak Atsiri di Pasar India dan Spanyol,

    Disperindag Jabar.

    Chouchi, D and Barth, D., 1996. Bigarade Peel Oil by supercritical Carbon dioxide Desorption,

    J. Agric. Food. Chem (44) 1100 1104.

    Espinosa, S ; Diaz, s ; Brignole. EA, 2000. Optimal design of supercritical fluid processes,

    Computer and Chemical Engineering (24) 1301 1307.

    http://www.thartech.com/index.php?page=abaout&subpage=presentation_sfe

    Martinez,JL,April 2004. Supercritical Fluid Technology : A Powerfull tool For The Nutritional

    Industry, The Natural Product Industry Insider Magazine.

    http://www.nothingham.ac.uk/supercritical

    Poliakoff, M and King, P, Juli 2001. Phenomenal Fluids, Nature, Vol 412, hal. 125.

    Imison, B and Unthank, D, April 2004. Adding Value To Essential Oils and Other Natural

    Ingredients, hal. 2 5, Rural Industries Research & Development Corporation

    Publication.

    Ibanez, E; Oca , A ; Murga, G ; Sebastian, SL, Tabera, J and Reglero, G, 1999. Supercritical

    Fluid Extraction and Fractionation of Different Preprocessed Rosemary Plants, J.

    Agric. Food Chem (47) 400 1404.

    Khajeh, M ; Yamini, Y ; Sefidkon, F ; Bahramifar, N. Comparison of essential oil composition

    of Carum copticum obtained by supercritical carbon dioxide extraction and

    hydrodistillation methods, article in Press, Food Chemistry xxx (2003) xxx xxx..

    Ksibi, H, 2004. The Solvent, solute Interaction in Supercritical Solution at Equilibrium

    Modeling and Related Industrial Application, Int. J. Thermodynamics Vol.7 (3) pp.

    131 140.

    Mira, B ; Blasco, M ; Berna, A ; Subirats, S, 1999. Supercritical CO2 of essential oil from

    orange peel. Effect of operation conditions on the extract composition, Journal of

    Supercritical Fluids (14) 95 104.

    Mohamed, RS and Mansoori, GA, Juni 2002. The Use of Supercritical Fluid Extraction

    Technology in Food Processing, Food Technology Magazine, The World Markets

    Research Centre, London, UK.

  • Palmer, MV and Ting, SS 1995. Appication for Supercritical fluid Technology in food

    processing, Food Chemistry (52) 345 352.

    Reverchon, E and Porta, D. Supercritical CO2 and Fractionation of Lavender Essential Oil and

    Waxes, J.Agric.Food Chem. 1995, 43, 1654-1658.

    Rozzi, NL ; Phippen, W ; Simon, JE ; Singh, RK, 2002. Supercritical Fluid Extraction of

    Essential Oil Components from Lemon Scented Botanicals, Lebensm Wiss. U.-

    Technol(35) 319 324.

    Scalia, S ; Giuffreda, L ; Pallado, P, 1999. Analytical and preparative supercritical fluid

    extraction of Chamomile flowers and its comparison with conventional methods,

    Journal of Pharmaceutical and biomedical Analysis ( 21) 549 558.

    Schlieper, L. Measurement and Modelling of Mass Transfer Rates of Extraction of Useful

    Componen from selected herbs and Algae Using Supercritical Carbon dioxide as

    Solvent, Thesis

    Taylor, Larry T, 1996. Supercritical Fluid Extraction p. 42 50, 156 160, John Wiley & Sons

    Corp, New York.

    Wichterle, I, 1993. Phase Equilibria with Supercritical Components, Pure & Appl. Chem. Vpl.

    65, No. 5, pp.1003 1008 .

    Zhong Yin, Jian ; Qin Wang, Ai, Wei, Wei ; Liu, Yi ; Hua Shi, Wen. Analysis of The operation

    conditions for supercritical fluid extraction of seed oil, Separation and Purification

    Technology xxx (2004) xxx xxx.