03- RESENSI- Ideologi Persis

2
Judul Buku : Labirin Ideologi Muslim; Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957) Penulis : Howard M. Federspiel (Doktor Studi Islam di McGill University Kanada) Penerbit : Serambi, Jakarta. Cet. I, September 2004 M Halaman : 490 hlm IDEOLOGI PERSIS Bagi anda yang merasa pemerhati Persatuan Islam (Persis) tentunya tidak akan asing lagi mendengar nama Howard M. Federspiel. Ia adalah “orang luar” pertama yang melakukan penelitian dan kajian terhadap Persis. Jika selama ini anda merasa kesulitan untuk mendapatkan bukunya –karena memang diterbitkan pada era 1970-an-, maka kini kesulitan anda itu terpecahkan. Karena buku ini merupakan edisi terjemah dari bukunya “Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia”. Akan tetapi, dalam buku ini terdapat sedikit tambahan dari buku yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1970. Jika buku yang dulu itu hanya membahas sepak terjang Persis dari sejak awal berdirinya (1923) sampai era 1960-an, tepatnya era akhir pemerintahan kolonial dan era Soekarno dengan Demokrasi Liberalnya, maka dalam buku ini Howard M. Federspiel menambahkannya dengan sorotannya terhadap Persis menyongsong millennium baru. Catatan-catatan tambahan itu dituliskannya berdasarkan pemantauannya selama 1998-1999 M. Selain itu, disertakan pula beberapa perbandingan dengan aliran-aliran pembaruan dari sejak awal sampai penghujung abad XX M plus komentarnya tentang kelebihan dan kekurangan Persis. Sebagai “orang luar”, sorotannya terhadap Persis bisa dikatakan cukup objektif. Ia misalnya mengatakan, “Arti penting Persatuan Islam lebih terletak pada upayanya dalam mendefinisikan penegakan Islam, prinsip- prinsip yang mendasarinya, dan perilaku muslim yang semestinya bagi masyarakat Indonesia. Dalam menggambarkan Islam, para aktivis Persatuan Islam menghindari pelbagai konsep dan generalisasi yang samar… Para anggotanya mengemukakan pandangan-pandangan yang sangat jelas tentang budaya tradisional Indonesia, tentang institusi-institusi yang diilhami dari budaya “Barat”, dan tentang pemikiran dan praktik keagamaan muslim tradisional.” (hlm. 10) Tetapi, ia pun tidak segan-segan untuk memberikan kritikan, di antaranya:

description

PERSATUAN ISLAM

Transcript of 03- RESENSI- Ideologi Persis

Page 1: 03- RESENSI- Ideologi Persis

Judul Buku : Labirin Ideologi Muslim; Pencarian dan Pergulatan PERSIS di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923-1957)

Penulis : Howard M. Federspiel (Doktor Studi Islam di McGill University

Kanada)Penerbit : Serambi, Jakarta. Cet. I, September 2004 MHalaman : 490 hlm

IDEOLOGI PERSIS

Bagi anda yang merasa pemerhati Persatuan Islam (Persis) tentunya tidak akan asing lagi mendengar nama Howard M. Federspiel. Ia adalah “orang luar” pertama yang melakukan penelitian dan kajian terhadap Persis. Jika selama ini anda merasa kesulitan untuk mendapatkan bukunya –karena memang diterbitkan pada era 1970-an-, maka kini kesulitan anda itu terpecahkan. Karena buku ini merupakan edisi terjemah dari bukunya “Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia”.

Akan tetapi, dalam buku ini terdapat sedikit tambahan dari buku yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1970. Jika buku yang dulu itu hanya membahas sepak terjang Persis dari sejak awal berdirinya (1923) sampai era 1960-an, tepatnya era akhir pemerintahan kolonial dan era Soekarno dengan Demokrasi Liberalnya, maka dalam buku ini Howard M. Federspiel menambahkannya dengan sorotannya terhadap Persis menyongsong millennium baru. Catatan-catatan tambahan itu dituliskannya berdasarkan pemantauannya selama 1998-1999 M. Selain itu, disertakan pula beberapa perbandingan dengan aliran-aliran pembaruan dari sejak awal sampai penghujung abad XX M plus komentarnya tentang kelebihan dan kekurangan Persis.

Sebagai “orang luar”, sorotannya terhadap Persis bisa dikatakan cukup objektif. Ia misalnya mengatakan,

“Arti penting Persatuan Islam lebih terletak pada upayanya dalam mendefinisikan penegakan Islam, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan perilaku muslim yang semestinya bagi masyarakat Indonesia. Dalam menggambarkan Islam, para aktivis Persatuan Islam menghindari pelbagai konsep dan generalisasi yang samar… Para anggotanya mengemukakan pandangan-pandangan yang sangat jelas tentang budaya tradisional Indonesia, tentang institusi-institusi yang diilhami dari budaya “Barat”, dan tentang pemikiran dan praktik keagamaan muslim tradisional.” (hlm. 10)Tetapi, ia pun tidak segan-segan untuk memberikan kritikan, di

antaranya:“Mentalitas “mukmin sejati” dari para aktivis Persis sering kali

menghasilkan pemikiran yang sempit dan intoleran. Mereka merasa bahwa mereka memiliki kunci untuk membuka kebenaran, dan bahwa setelah mereka menetapkan benar-salahnya sebuah persoalan baik melalui penalaran biasa maupun melalui pernyataan dalam bentuk fatwa-fatwa, maka persoalan itu pun ditutup,… Mereka jarang sekali meninjau ulang logika atau penalaran mereka berdasarkan pandangan-pandangan orang lain atau persoalan-persoalan yang dihadapi orang lain.” (hlm. 243)Kekurangannya, paling terletak pada sorotannya yang mengabaikan

eksistensi, peran dan andil generasi mudanya yang kini banyak “nyantri” di berbagai Perguruan Tinggi dalam dan luar negeri. Ataupun mereka-

Page 2: 03- RESENSI- Ideologi Persis

mereka yang “nyantri” di pesantren-pesantren yang berada di lingkungan Persis. Itu saja mungkin. NS