03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

download 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

of 61

Transcript of 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    1/154

    DAFTAR ISI 

    Halaman

    KATA PENGANTAR........................................................................................... i

    DAFTAR ISI.…………………………………………………………………………. ii

    BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

    A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1

    B. Maksud dan Tujuan……………………………………………… 8

    C. Tujuan Instruksional Umum……………………………………… 8

    D. Tujuan Instruksional Khusus..…………………………………… 8

    E. Ruang Lingkup……………………………………………………. 9

    F. Sistematika………………………………………………………… 10

    BAB II DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN................................. 13

    A. Pengertian………………………………...…………………… 13

    B. Jenis DIPA…………..…………………………………………. 13

    C. Prinsip Pembayaran Kegiatan Atas Beban DIPA…………. 16

    BAB III PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA……………………….… 17

    A. Pengguna Anggaran……………..…………………………... 17

    B. Kuasa Pengguna Anggaran……………….………………… 19

    C. Pejabat Pembuat Komitmen……….……………………….. 24

    D. PPSPM………………………………………………………… 33

    E. Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)………………… 36

    F. Bendahara Pengeluaran…………………………………….. 38

    G. Bendahara pengeluaran Pembantu………………………….. 40

    BAB IV PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA NEGARA………………… 43

    A. Belanja Negara…………….………………………………….. 43

    B. Penyelesaian Tagihan Negara…..…………………………… 44

    BAB V PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGAR,

    PEGAWAI NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP……………….

    80

    A. Pendahuluan…….………………………………………………. 80

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    2/154

    B. Prinsip-Prinsip Perjalanan Dinas……………………………… 82

    C. Penerbitan ST dan Surat Keputusan Pindah………………… 84

    D Penerbitan SPD………………………………………………… 85

    E. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dan Perjalanan Dinas

    pindah…………………………………………………………….

    85

    F. Pembatalan Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan………. 92

    G. Pelakasanaan dan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan

    Dinas………………………………………………………………

    93

    H. Pengendalian Internal…………………………………………… 95

    I. Contoh Kasus…………………………………………………….. 96

    BAB VI PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA

    KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA………………………………..

    98

    A. Pengalokasian Anggaran Belanja Bantuan Sosial…………… 98

    B. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan Belanja

    bantuan Sosial…………………………………………………….

    99

    C. Pedoman Umum Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial………. 101

    D. Petunjuk Teknis Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial……….. 102

    E. Penetapan dan Pengesahan Penerima Belanja Bantuan

    Sosial……………………………………………………………….

    103

    F. Pelaksanaan Kegiatan Penyaluran Bantuan Sosial………….. 105

    G. Pencairan Belanja Bantuan Sosial di KPPN…………………… 110

    H. Penyetoran Belanja Bantuan Sosial……………………………. 110

    I. Pembayaran Kembali Atas Setoran Dana Belanja Bantuan

    Sosial……………………………………………………………….

    111

    J. Pertanggungjawaban Penyaluran Dana Belanja Bantuan

    Sosial………………………………………………………………

    111

    BAB VII LAMPIRAN MODUL DAN CONTOH KASUS 113

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    3/154

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dengan berlakunya ketentuan peraturan Undang-Undang di bidang keuangan

    negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

    Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

    Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Tanggungjawab Keuangan Negara, maka pengelolaan keuangan di Indonesia

    mengacu pada ketiga undang-undang tersebut di atas.

    Hal yang sangat mendasar dalam pelaksanaan anggaran dengan diberlakukannya

    Undang-Undang Bidang Keuangan Negara di atas adalah adanya pemisahankewenangan administratif (ordonatur ) yang berada pada Menteri/Pimpinan lembaga

    dan kewenangan perbendaharaan (comptable) yang berada pada Menteri

    Keuangan.

    Kewenangan administratif meliputi melakukan perikatan atau tindakan-tindakan

    lainnya yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara,

    melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada kementerian

    negara/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut, serta

    memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai akibat

    pelaksanaan anggaran.

    Di lain pihak, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dan

    pejabat lainnya yang ditunjuk sebagai BUN bukanlah sekedar kasir yang hanya

    berwenang melaksanakan penerimaan dan pengeluaran negara tanpa berhak

    menilai kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Menteri Keuangan selaku

    BUN adalah pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, yaitu berfungsi sekaligus

    sebagai kasir, pengawas keuangan dan manajer keuangan. Fungsi pengawasan

    disini terbatas pada aspek rechmategheid   dan wetmatigheid   dan hanya dilakukan

    pada saat terjadinya penerimaaan dan pengeluaran, sehingga berbeda dengan

    fungsi pre-audit yang dilakukan oleh kementerian teknis atau post-audit yang

    dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional.

    Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada

    hakikatnya adalah Chief Financial Officer   (CFO) Pemerintah Republik Indonesia,

    sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakikatnya adalah Chief

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    4/154

     

    Operasional Officer   untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Sesuai dengan

    prinsip tersebut Kementerian Keuangan berwenang dan bertanggung jawab atas

    pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional, sementara kementerian

    negara/lembaga berwenang dan bertanggungjawab atas penyelenggaraan

    pemerintah sesuai dengan bidang tugas dan fungsi masing-masing. Konsekuensipembagian tugas antara Menteri Keuangan dan para menteri lainnya tercermin

    dalam pelaksanaan anggaran tersebut di atas.

    Kemudian pembagian kewenangan antara menteri/pimpinan lembaga dinyatakan

    dalam pasal 4 Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,

    Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

    kementerian/lembaga yang dipimpinnya berwenang :

    1. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;

    2. Menunjuk kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

    3. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;

    4. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang;

    5. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja;

    6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah

    pembayaran;

    7. Menggunakan barang milik negara;

    8. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara;

    9. Mengawasi pelaksanaan anggaran;

    10. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.

    Sedangkan sesuai pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 2004, Menteri Keuangan

    selaku BUN berwenang :

    1. Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;

    2. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

    3. Melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran;

    4. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;

    5. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan

    penerimaan dan pengeluaran anggaran negara;

    6. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

    anggaran negara;

    7. Menyimpan uang negara;

    8. Menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi;

    9. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaaan pejabat pengguna anggaran

    atas beban rekening kas umum negara;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    5/154

     

    10. Melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;

    11. Memberikan pinjaman atas nama pemerintah;

    12. Melakukan pengelolaan utang dan piutang negara;

    13. Mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi

    pemerintah;14. Melakukan penagihan piutang negara;

    15. Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;

    16. Menyajikan informasi keuangan negara;

    17. Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang

    milik negara;

    18. Menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka

    pembayaran pajak;

    19. Menunjuk pejabat kuasa bendahara umum negara.

    Bagan 1. Pendelegasian Kewenangan

    Bagan 2. Pemisahan Kewenangan

    Menteri Teknis Menteri Keuangan

    Selaku Pengguna Anggaran  Selaku Bendahara Umum Negara 

    PPK KPPN

    Pengurusan KomtabelComptabel beheer

    PPK

    Pengurusan AdministrasiAdministrasi beheer

    PPSPM

    Menteri Keuangan (CFO) Bendahara Umum Negara

    Menteri (COO) Pengguna Anggaran

    Presiden 

    SatkerKuasa Pengguna

    Anggaran

    SatkerKuasa Pengguna

    Anggaran

    KPPNKuasa Bendahara

    Umum Negara 

    KPPNKuasa Bendahara

    Umum Negara

    Pengujian &

    Pembebanan

    Perintah

    Pembayaran

    Pengujian &

    Pembebanan

    Pembuatan

    Komitmen PerintahPencairan

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    6/154

     

    Pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari siklus anggaran yang terdiri dari

    perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban. Siklus

    anggaran dimulai dari tahap penyusunan dan penetapan APBN. Pemerintah pusat

    menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun

    anggaran berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei.Kemudian pemerintah pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan

    pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh pemerintah pusat dalam

    pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.

    Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,

    pemerintah pusat bersama DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas

    anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam

    penyusunan usulan anggaran.

    Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku

    pengguna anggaran/pengguna barang menyusun Rencana Kerja dan Anggaran

    Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. RKA-KL disusun

    berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai, disertai dengan perkiraan belanja

    untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. RKA-KL

    tersebut disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan

    rancangan APBN. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Menteri

    Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN

    tahun berikutnya.

    Pemerintah pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang APBN, disertai

    dengan nota keuangan dan dokumen–dokumen pendukungnya kepada DPR pada

    bulan Agustus tahun sebelumnya. Pembahasan rancangan undang-undang tentang

    APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan

    kedudukan DPR. Dalam Pembahasan ini DPR dapat mengajukan usul yang

    mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam rancangan

    undang-undang tentang APBN. Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai

    rancangan undang-undang tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya dua bulan

    sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui

    oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, sub fungsi, program,

    kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan undang-

    undang tentang APBN yang diajukan pemerintah pusat, maka pemerintah pusat

    dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun

    anggaran sebelumnya.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    7/154

     

    Setelah APBN ditetapkan dengan undang-undang, rincian pelaksanaannya

    dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden tentang rincian APBN. Kemudian

    Menteri Keuangan memberitahukan kepada menteri/pimpinan lembaga agar

    menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian

    negara/lembaga. Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaananggaran untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berdasarkan

    alokasi anggaran yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang rincian APBN.

    Dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan sasaran yang hendak dicapai,

    fungsi, program, dan rincian kegiatan anggaran yang disediakan untuk mencapai

    sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta

    pendapatan yang diperkirakan. Pada dokumen pelaksanaan anggaran juga

    dilampirkan rencana kerja dan anggaran badan layanan umum dalam lingkungan

    kementerian negara/lembaga. Terhadap dokumen anggaran yang telah disahkan

    oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, BPK,

    Gubernur, Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala

    Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara

    (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.

    Pengajuan dana dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar oleh masing-

    masing penanggungjawab kegiatan kepada Bendahara Umum Negara atau Kuasa

    Bendahara Umum Negara, yang kemudian melaksanakan fungsi pembebanan

    kepada masing-masing bagian anggaran serta fungsi pembayaran kepada yang

    berhak melalui jalur penyaluran dana yang ditetapkan dengan mekanisme giralisasi.

    Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan APBN adalah Surat Keputusan

    Otorisasi/Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Surat Permintaan Pembayaran

    (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana

    (SP2D).

    Dalam Pelaksanaan APBN tahun anggaran berjalan, pemerintah pusat menyusun

    laporan realisasi semester pertama APBN dan prognosis untuk enam bulan

    berikutnya, kemudian disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli

    tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan

    Pemerintah pusat. Mengenai penyesuaian APBN dengan perkembangan dan atau

    perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan pemerintah pusat dalam rangka

    penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang bersangkutan,

    apabila terjadi :

      Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang

    digunakan dalam APBN;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    8/154

     

      Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;

      Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit

    organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

      Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus

    digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.Berdasarkan perubahan-perubahan tersebut, pemerintah pusat mengajukan

    rancangan undang-undang tentang perubahan APBN tahun anggaran yang

    bersangkutan, untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun anggaran yang

    bersangkutan berakhir. Demikian juga, dalam keadaan darurat pemerintah pusat

    dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya

    diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan atau disampaikan dalam laporan

    realisasi anggaran.

    Tahap pengawasan pelaksanaan APBN ini memang tidak diungkap secara nyata

    dalam UU 17/2003, namun dalam Keputusan Presiden nomor 42/2002 jo Keppres

    72/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN terdapat di Bab IX yang mengatur

    pengawasan pelaksanaan APBN. Pada tahap ini pengawasan terhadap

    pelaksanaan APBN dilakukan oleh atasan kepala kantor/satuan kerja kementerian

    negara/lembaga menyelenggarakan pengawasan terhadap pelaksanaan APBN

    yang dilakukan kepala kantor/satuan kerja dalam lingkungannya. Atasan langsung

    bendahara melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya tiga bulan

    sekali.

    Inspektur jenderal departemen/pimpinan unit pengawasan pada lembaga

    melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN yang dilakukan kantor/satuan

    kerja dalam lingkungan departemen/lembaga bersangkutan sesuai ketentuan yang

    berlaku. Mengenai hasil pemeriksaan inspektur jenderal departemen/pimpinan unit

    pengawasan pada lembaga tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan

    lembaga yang bersangkutan. Inspektur jenderal kementerian/pimpinan unit

    pengawasan lembaga wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai

    pelaksanaan APBN.

    Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula pengawasan

    yang dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Pengawasan secara langsung dilakukan melalui mekanisme monitoring

    berupa penyampaian laporan semester I kepada DPR selambat-lambatnya satu

    bulan setelah berakhirnya semester I tahun anggaran yang bersangkutan atau

    sekitar bulan Juli. Laporan tersebut harus pula mencantumkan prognosa untuk

    semester kedua dengan maksud agar DPR dapat mengantisipasi kemungkinan ada

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    9/154

     

    tidaknya APBN perubahan untuk tahun anggaran bersangkutan. Laporan semester I

    dan prognosa semester II tersebut dibahas dalam rapat kerja antara panitia

    anggaran dan Menteri Keuangan sebagai wakil pemerintah. Pengawasan tidak

    langsung dilakukan melalui penyampaian hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan

    APBN kepada DPR. Pemeriksaan yang dilakukan BPK menyangkut tanggung jawabpemerintah dalam melaksanakan APBN.

    Pada tahap pertanggungjawaban, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna

    anggaran/pengguna barang menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di

    lingkungan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, berupa laporan

    keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas

    laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan badan layanan umum pada

    kementerian negara/lembaga masing-masing.

    Laporan keuangan kementerian negara/lembaga oleh menteri/pimpinan lembagadisampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah

    tahun anggaran berakhir. Kemudian Menteri Keuangan menyusun rekapitulasi

    laporan keuangan seluruh instansi kementerian negara. Selain itu, Menteri

    Keuangan selaku bendahara umum negara menyusun laporan arus kas, dan

    Menteri Keuangan sebagai wakil pemerintah pusat dalam kepemilikan kekayaan

    negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.

    Semua laporan keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan selaku

    pengelola fiskal sebagai wujud laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan

    kepada Presiden dalam memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

    Presiden menyampaikan laporan keuangan pemerintah pusat kepada BPK paling

    lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit atas laporan keuangan

    pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan

    keuangan tersebut diterima oleh BPK dari pemerintah.

    Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggung-jawaban

    pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa

    oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun

    anggaran berakhir. Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan

    Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,

    yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.

    Mengenai bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun

    dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    10/154

     

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud penyusunan Modul Pelaksanaan Anggaran adalah:

    1. Memberikan pedoman dan kesatuan penafsiran dalam rangka pelaksanaan

    anggaran pada satuan kerja; dan

    2. Menguraikan prosedur dan tata cara pengelolaan keuangan pada satuan kerja.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan dari penyusunan Modul

    Pelaksanaan Anggaran adalah:

    1. Sebagai pedoman bagi satuan kerja dan pihak terkait lainnya di bidang

    pelaksanaan anggaran pada satuan kerja;

    2. Agar sistem dan prosedur pelaksanaan anggaran pada satuan kerja dapat

    berjalan sebagaimana mestinya.

    C. Tujuan Instruksional Umum

    Setelah menyelesaikan mata pelajaran Pelaksanaan Anggaran ini, peserta diklat

    diharapkan mampu atau dapat memahami secaa garis besar pelaksanaan anggaran

    secara menyeluruh, mulai dari penunjukan pejabat perbendaharaan, pembuatan

    komitmen, penerbitan SPP/SPM/SP2D, pelaporan realisasi anggaran, sampai

    monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

    Dengan pemahaman atas konspesi dasar dan beberapa pemikiran tersebut,

    diharapkan peran serta dari peserta diklat untuk turut memberikan masukan yang

    dapat menjadi pendorong dalam pengembangan dan penyempurnaan pelaksanaananggaran satker.

    D. Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah mengikuti pelajaran Pelaksanaan Anggaran Satker ini, peserta diklat

    diharapkan dapat:

    1. Memahami dan menjelaskan kembali pejabat perbendaharaan yang terdiri dari:

    a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;

    b. Pejabat Pembuat Komitmen;

    c. Pejabat Penandatangan SPM;d. Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN); dan

    e. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.

    2. Memahami dan menjelaskan kembali pelaksanaan anggaran belanja negara

    yang meliputi: 

    a. Pengelompokan jenis-jenis belanja negara;

    b. Penyelesaian tagihan kepada negara;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    11/154

     

    c. Pelaporan realisasi anggaran;

    d. Pengawasan dan pengendalian internal; dan

    e. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

    3. Memahami dan menjelaskan kembali perjalanan dinas dalam negeri bagi pejabat

    negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap yang meliputi:a. Prinsip-prinsip perjalanan dinas;

    b. Penerbitan surat tugas, surat keputusan pindah, dan surat perjlanan dinas;

    c. Biaya perjalanan dinas;

    d. Pembatalah pelaksanaan perjalanan dinas;

    e. Pelaksanaan dan prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas; dan

    f. Pengendalian internal

    4. Memahami dan menjelaskan kembali pengelolaan belanja bantuan sosial pada

    Kementerian Negara/Lembaga yang meliputi:

    a. Pengalokasian belanja bantuan sosial;

    b. Pedoman pengelolaan belanja bantuan sosial;

    c. Pelaksanaan penyaluran bantuan sosial;

    d. Pencairan penyaluran bantuan sosial;

    e. Pertanggungjawaban penyaluran dana belanja bantuan sosial.

    E. Ruang Lingkup

    Dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan pengelolaan keuangan

    negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah menyusun modul Penyuluh

    Perbendaharaan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar bagi Penyuluh

    Perbendaharaan.

    Sebagai salah satu dari paket Modul Penyuluh Perbendaharaan, modul

    pelaksanaan anggaran satker ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

    Penyuluh Perbendaharaan terkait pelaksanaan anggaran negara. Dengan demikian

    modul ini tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

    Hal-hal yang akan dijelaskan dalam modul ini meliputi:

    1. Pengertian DIPA;

    2. Pejabat Perbendaharaan Negara;

    3. Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara, termasuk perjalanan dinas dalam negeri

    bagi pejabat negara, pegawai negeri, dan pegawai tidak tetap dan pengelolaan

    belanja bantuan sosial pada Kementerian Negara/Lembaga.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    12/154

     

    F. Sistematika

    Guna memberikan kemudahan dalam memahami maksud dari penyusunan modul

    ini, maka Modul Pelaksanaan Anggaran pada Satuan Kerja diuraikan sebagai

    berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Memberikan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan, tujuan instruksional

    umum, tujuan instruksional khusus, ruang lingkup, dan sistematika.

    BAB II DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

    Memberikan gambaran tentang pengertian DIPA, Jenis-jenis DIPA, dan prinsip-

    prinsip pembayaran kegiatan atas beban DIPA.

    BAB III PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

    Memberikan gambaran tentang pengguna anggaran, kuasa pengguna anggaran,

    pejabat pembuat komitmen, pejabata penandatangan SPM, kuasa Bendahara

    Umum Negara (KPPN), bendahara pengeluaran, dan bendahara pengeluaran

    pembantu.

    BAB IV PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA NEGARA

    Memberikan gambaran mengenai belanja negara dan penyelesaian tagihan negara

    yang meliputi: pembuatan komitmen dan pencatatan komitmen oleh PPK dan

    KPPN, mekanisme penerbitan SPP/SPM/SP2D, pelaksanaan pembayaran pada

    akhir tahun, pelaporan realisasi anggaran, pengawasan dan pengendalian internal,

    serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

    BAB V PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA,

    PEGAWAI NEGERI, DAN PEGAWAI TIDAK TETAP

    Memberikan gambaran tentang prinsip-prinsip perjalanan dinas, penerbitan surat

    tugas, surat keputusan pindah, dan surat perjalanan dinas, Biaya perjalanan dinas,

    pembatalan pelaksanaan perjalanan dinas, pelaksanaan dan prosedur pembayaran

    biaya perjalanan dinas, pengendalian internal perjalanan dinas.

    BAB VI PENGELOLAAN BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA KEMENTERIAN

    NEGARA/LEMBAGA

    Memberikan gambaran tentang pengalokasian belanja bantuan sosial, pedoman

    pengelolaan belanja bantuan sosial, pelaksanaan penyaluran bantuan sosial,

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    13/154

     

    pencairan penyaluran bantuan sosial, dan pertanggungjawaban penyaluran dana

    belanja bantuan sosial.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    14/154

    BAB II 

    DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)

    A. PENGERTIAN DIPA

    Pada Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara di

    pasal 4 ayat 2 huruf a disebutkan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga selaku

    Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang

    dipimpinnya berwenang menyusun dokumen pelaksanaan anggaran. Oleh karena

    itu, dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

    maka Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung jawab atas penyusunan dokumen

    pelaksanaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.

    Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga tersebut dilimpahkan kepada kepala

    satuan kerja (satker) pusat/unit pelaksana teknis/satker khusus/satker non vertikal

    tertentu/satker sementara.

    Wujud dokumen pelaksanaan anggaran yang berlaku mulai tahun anggaran 2005

    berupa daftar isian yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi,

    program dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana tiap-tiap bulan dalam satu

    tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh kementerian negara/lembaga,

    sehingga dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disebut Daftar Isian

    Pelaksanaan Anggaran atau disingkat DIPA. DIPA tersebut disusun atas dasar

    peraturan presiden tentang rincian APBN.

    DIPA berisi sebagai berikut :

    1. DIPA halaman I (Umum), terdiri dari halaman IA dan halaman IB. Halaman IA

    memuat informasi yang bersifat umum dari setiap satuan kerja. Halaman IB

    memuat informasi umum tentang rincian fungsi, program dan sasarannya serta

    indikator keluaran untuk masing-masing kegiatan.

    2. DIPA halaman II, berisi informasi setiap satuan kerja, uraian kegiatan / sub

    kegiatan beserta volume keluaran yang hendak dicapai serta alokasi dana pada

    masing-masing belanja yang dicerminkan dalam mata anggaran keluaran.

    Rincian halaman II untuk masing-masing DIPA adalah sebagai berikut :

    a. DIPA kementerian negara/lembaga, meliputi belanja pegawai, belanja barang,

    belanja modal, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    15/154

    b. DIPA perimbangan keuangan negara, meliputi belanja daerah dana alokasi

    umum, belanja daerah dana alokasi khusus, belanja daerah dana bagi hasil,

    belanja daerah dana penyesuaian, dan belanja daerah dana otonomi khusus.

    c. DIPA pembayaran bunga utang dan hibah, meliputi belanja bunga utang

    dalam negeri, belanja bunga utang luar negeri, Penerusan pinjaman danbelanja hibah.

    d. DIPA subsidi dan transfer berisi belanja subsidi.

    e. DIPA pembiayaan, meliputi pembiayaan dalam negeri, pembiayaan luar

    negeri, penerusan pinjaman dan penyertaan modal pemerintah.

    3. DIPA halaman III, berisi informasi tentang rencana penarikan dana dan

    penerimaan negara bukan pajak yang menjadi tanggungjawab setiap satuan

    kerja. Dalam hal pencantuman angka rencana penarikan pengeluaran pada

    halaman III DIPA berdasarkan rencana kerja, satuan kerja perlu memperhatikan

    hal - hal sebagai berikut :

    a. Untuk belanja pegawai, rencana penarikan pengeluaran per bulan adalah

    seperdua belas dari pagu gaji satu tahun;

    b. Untuk belanja barang dan modal, agar memperhatikan kebutuhan

    berdasarkan rencana penarikan/pembayaran dalam rangka pelaksanaan

    kegiatan yang meliputi rencana penarikan uang persediaan dan rencana

    penarikan langsung untuk setiap bulan.

    4. DIPA halaman IV, berisi catatan-catatan yaitu hal-hal yang perlu menjadi

    perhatian oleh pelaksana kegiatan.

    B. JENIS-JENIS DIPA

    DIPA disusun untuk masing-masing Satuan Kerja dan pada prinsipnya satu

    DIPA untuk satu satker. Khusus untuk Departemen Agama, Kejaksaan Agung,

    Departemen Hukum dan Hak Asasi manusia, Departemen Keuangan, Departemen

    Pertahanan dan Keamanan, Kepolisian Indonesia, Badan Pertanahan Nasional,

    dan Badan Pusat Statistik, satu DIPA dapat meliputi beberapa satker pada masing-

    masing provinsi/Kantor Wilayah.

    Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, jenis DIPA dapat

    dikelompokkan atas DIPA Kemeterian Negara/Lembaga dan DIPA Pembiayaan

    dan Perhitungan (DIPA APP).

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    16/154

    1. DIPA Kementerian Negara/Lembaga

    DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

    anggaran dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang

    dikategorikan menjadi :

    a. DIPA Satker Pusat/Kantor PusatDIPA Satker Pusat/kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian

    penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga, yang pelaksanaannya

    dilakukan oleh satuan kerja yang merupakan satuan kerja pusat atau satuan

    kerja Kantor Pusat suatu kementrian negara/lembaga, termasuk di dalamnya

    untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal

    Tertentu (SNVT).

    Satuan Kerja Pusat dapat terdiri dari satuan kerja–satuan kerja yang dibentuk

    oleh kementerian nagara/ lembaga secara fungsional dan bukan merupakan

    instansi vertikal. Sedangkan Satuan Kerja Kantor Pusat adalah satuan kerja

    dalam lingkup Kantor Pusat suatu kementerian negara /lembaga. Konsep

    DIPA Satker Pusat/kantor Pusat disusun dan ditetapkan oleh Satuan Kerja

    masing-masing kementerian negara/lembaga.

    b. DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah

    DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian

    penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga, yang pelaksanaannya

    dilakukan oleh Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di

    daerah.

    Konsep DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah disusun dan ditetapkan oleh

    Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja Vertikal yang

    ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri/ Ketua Lembaga.

    c. DIPA Dana Dekonsentrasi

    DIPA Dana dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

    anggaran kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan dana

    dekonsentrasi, serta pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.

    Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan oleh Kepala SKPD

    yang ditunjuk oleh Gubernur berdasarkan pendelegasian wewenang dari

    Menteri/Ketua Lembaga.

    d. DIPA Tugas Pembantuan

    DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

    anggaran kementerian negara/lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    17/154

     

    Pembantuan, serta pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Gubernur/

    Bupati/Walikota. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan ditetapkan

    oleh Kepala Satker Pusat yang ditunjuk oleh Menteri/Ketua Lembaga.

    2. DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP)DIPA APP adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran dari

    Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP). BAPP merupakan

    Bagian Anggaran yang dikelola oleh menteri Keuangan dan penggunaan

    anggaran tersebut bersifat khusus serta tidak termasuk dalam anggaran

    kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah. Dalam Pelaksanaannya

    Menteri Keuangan menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran untuk menyusun dan

    menetapkan konsep DIPA. BAPP meliputi :

    a. Cicilan Bunga Utang (BA 061)

    b. Subsidi dan Transfer (BA 062)

    c. Belanja Lain-Lain (BA 069)

    d. Dana Perimbangan (BA 070)

    e. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071)

    f. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)

    g. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)

    h. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)

    i. Penyertaan Modal Negara (BA 099)

     j. Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101)

    k. Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

    DIPA APP dapat terdiri dari :

    1) DIPA Belanja Pemerintah Pusat.

    DIPA Belanja Pemerintah Pusat adalah DIPA yang memuat rincian

    penggunaan anggaran Bagian Anggaran Cicilan Bunga Utang (BA 061),

    Bagian Anggaran Subsidi dan Transfer (BA 062), Bagian Anggaran Belanja

    Lain-Lain (BA 069), dan Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman sebagai

    Hibah (BA 101). Pelaksanaan anggaran dilakukan oleh satuan kerja

    kementerian negara/lembaga atau satuan kerja yang ditunjuk oleh Menteri

    Keuangan.

    2) DIPA Belanja Daerah

    DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan

    anggaran Bagian Anggaran Bagian Anggaran Dana Perimbangan (BA 070)

    dan Bagian Anggaran Bagian Anggaran Dana Otonomi Khusus dan

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    18/154

     

    Penyesuaian (BA 071), pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah daerah

    Provinsi/Kabupaten/Kota.

    Konsep DIPA Dana Perimbangan disusun dan ditetapkan oleh Kuasa

    Pengguna Anggaran yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

    3) DIPA PembiayaanDIPA Pembiayaan adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan anggaran

    BAPP sebagai berikut :

    i. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096)

    ii. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097)

    iii. Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098)

    iv. Penyertaan Modal Negara (BA 099)

    v. Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

    4) DIPA Khusus

    DIPA Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

    yang berasal dari BAPP dimana karena sifat dan keperluannya sehingga

    Konsep DIPA dan Surat Pengesahan DIPA disatukan dalam satu lembar

    DIPA yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal

    Perbendaharaan.

    Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Khusus ditetapkan oleh Direktur

    Jenderal Perbendaharaan dengan kriteria penanganan kejadian luar biasa

    yang mempunyai tingkat urgensi sangat tinggi dan bersifat mendesak,

    seperti :

    a) penanganan yang bersifat darurat,

    b) kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas

    Pemerintah

    C. PRINSIP PEMBAYARAN KEGIATAN ATAS BEBAN DIPA

    Prinsip-prinsip pembayaran kegiatan yang menjadi beban DIPA adalah: 

    1. DIPA berlaku sebagai dasar pelaksanaan pengeluaran negara setelah

    mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan selaku BUN.

    2. Alokasi dana yang tertuang dalam DIPA merupakan batas tertinggi

    pengeluaran negara, dengan demikian suatu kegiatan tidak dapat dibiayai dari

    APBN jika alokasi dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam

    DIPA.

    3. Khusus pelaksanaan pengeluaran negara untuk pembayaran gaji dan

    tunjangan yang melekat pada gaji seharusnya tidak dapat melampaui alokasi

    dana gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji dalam DIPA, namun dalam

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    19/154

     

    pelaksanaan apabila alokasinya tidak mencukupi, pembayaran gaji dapat

    dilaksanakan sebelum dilakukan perubahan/revisi DIPA. 

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    20/154

    BAB III

    PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

    A. PENGGUNA ANGGARAN (PA)

    Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat yang menurut undang-undang

    merupakan pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian

    Negara/Lembaga. Dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

    tentang Perbendaharaan Negara, disebutkan Menteri/Pimpinan Lembaga adalah

    Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi Kementerian Negara/Lembaga yang

    dipimpinnya. Dalam pelaksanaannya, anggaran Kementerian Negara/Lembaga

    dilaksanakan oleh satuan kerja-satuan kerja pada kementerian Negara/Lembaga

    yang bersangkutan. Untuk mengelola anggaran belanja pada satuan kerja,

    Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran (PA) menetapkan Kuasa

    Pengguna Anggaran (KPA) yang berasal dari satuan kerja yang bersangkutan

    dengan surat keputusan.

    Agar pengelolaan anggaran belanja negara pada satuan kerja dapat dilaksanakan

    secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,

    transparan, dan bertanggung jawab, maka yang diangkat sebagai KPA pada

    satuan kerja adalah kepala satuan kerja yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.

    Satuan kerja yang menurut sifat, tugas, dan fungsinya bersifat khusus, PA dapat

    menunjuk pejabat lain yang berstatus PNS selain kepala satuan kerja sebagai

    KPA. Satuan kerja tersebut yaitu:

    1. Satker dipimpin oleh pejabat yang bersifat komisioner;

    2. Satker dipimpin oleh pejabat Eselon I atau setingkat Eselon I;

    3. Satker sementara;

    4. Satker yang pimpinannya mempunyai tugas fungsional; atau

    5. Satker Lembaga Negara.

    Pengangkatan KPA diutamakan Pegawai Negeri dengan mempertimbangkan

    efektivitas dalam pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran, pelaksanaan

    kegiatan, dan pencapaian output /kinerja yang ditetapkan dalam DIPA, PA dapat

    menunjuk KPA yang bukan PNS, setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan

    c.q Direktur Jenderal Perbendaharaan.

    Kepala Satuan Kerja (Satker) secara ex-officio  yang ditunjuk sebagai KPA tidak

    terikat periode tahun anggaran, dan setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker,

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    21/154

     

    setelah serah terima jabatan pejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat

    sebagai KPA. Dalam hal terdapat kekosongan jabatan kepala Satker atau pejabat

    lain yang ditunjuk sebagai KPA, PA segera menunjuk seorang pejabat baru

    sebagai pelaksana tugas KPA.

    Selain menetapkan KPA, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA juga menetapkan

    pejabat perbendaharaan lainnya guna membantu tugas dan fungsi dari KPA.

    Dalam penetapan pejabat perbendaharaan lainnya tersebut, PA dapat

    mendelegasikan kewenangannya kepada KPA.

    Penunjukan KPA atas pelaksanaan dana Dekonsentrasi, Urusan Bersama, dan

    Tugas Pembantuan diatur sebagai berikut:

    1. Dana Dekonsentrasi dilakukan oleh Gubernur selaku pihak yang diberikan

    pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    Kementerian Negara/Lembaga;

    2. Dana Urusan Bersama, dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usul

    Gubernur/Bupati/Walikota.

    3. Dana Tugas Pembantuan dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atas usul

    Gubernur/Bupati/Walikota.

    4. Dalam rangka percepatan pelaksanaan anggaran, Menteri/Pimpinan Lembaga

    dapat mendelegasikan penunjukan KPA atas pelaksanaan Urusan Bersama dan

    Tugas Pembantuan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.

    Menteri Keuangan, selain sebagai PA atas Bagian Anggaran untuk kementerianyang dipimpinnya, juga bertindak selaku PA atas Bagian Anggaran yang menurut

    sifatnya tidak bisa dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian

    Negara/Lembaga tertentu, yang meliputi:

    1. Pengelolaan Utang;

    2. Pengelolaan Hibah;

    3. Pengelolaan Investasi Pemerintah;

    4. Pengelolaan Penerusan Pinjaman;

    5. Pengelolaan Transfer ke Daerah;

    6. Pengelolaan Subsidi;

    7. Pengelolaan Transaksi Khusus; dan

    8. Pengelolaan Anggaran lainnya.

    Dalam mengelola Bagian Anggaran tertentu tersebut, Menteri Keuangan menunjuk

    pejabat setingkat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan untuk menjalankan

    fungsi PA. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab PA, dan tata

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    22/154

     

    cara pembayaran atas Bagian Anggaran yang menurut sifatnya tidak bisa

    dikelompokkan dalam Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga tertentu

    tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

    B. KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

    Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA

    untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan

    anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. KPA

    melaksanakan penggunaan anggaran berdasarkan DIPA Satker.

    Untuk meningkatkan akuntabilitas dan menjamin terselenggaranya saling uji (check

    and balance) dalam proses pelaksanaan anggaran belanja negara, perlu dilakukan

    pemisahan secara tegas antara pejabat yang melakukan tindakan yang

    mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja (PPK) dengan pejabat yang

    melakukan pengujian atas tagihan kepada negara dan perintah pembayaran

    (PPSPM). Oleh karena itu, dalam pelaksanaan anggaran belanja negara KPA

    menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya. Pejabat Perbendaharaan

    Negara dimaksud yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penguji

    dan Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM).

    Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawai yang memenuhi syarat

    untuk ditetapkan sebagai Pejabat Perbendaharaan Negara, dimungkinkan

    perangkapan fungsi Pejabat Perbendaharaan Negara dengan memperhatikan

    pelaksanaan prinsip saling uji (check and balance). Perangkapan jabatan dapatdilaksanakan melalui perangkapan jabatan KPA sebagai PPK atau PPSPM. Artinya

    KPA hanya dapat merangkap salah satu dari PPK dan PPSPM.

    Dalam pengelolaan anggaran belanja negara pada satuan kerja, fungsi KPA lebih

    berperan dalam segi manajerial untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan

    dalam DIPA. Fungsi manajerial tersebut meliputi antara lain fungsi perencanaan,

    pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Dalam prakteknya fungsi-fungsi

    tersebut dilaksanakan oleh KPA dalam bentuk tugas dan wewenang, sebagai

    berikut:

    1. Menyusun DIPA;

    KPA menyusun DIPA berdasarkan Keppres tentang rincian APBN. Setelah DIPA

    disahkan oleh Menteri Keuangan, KPA memiliki keharusan untuk melakukan

    penelitian kembali terhadap DIPA tersebut, dan segera melakukan perbaikan

    atau revisi seperlunya jika terdapat kesalahan-kesalahan sehingga diharapkan

    dapat lebih mempercepat penyerapan anggaran sejak awal tahun.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    23/154

     

    2. Menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan

    pengeluaran anggaran belanja negara dan menjalankan program dan

    kegiatan.

    PPK adalah pejabat yang melaksanakan kewenangan KPA untuk mengambil

    keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atasbeban APBN. Kewenangan ini dikenal sebagai kewenangan otorisator. Sesuai

    yang dimanatkan dalam Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan

    kedua Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang

    dan Jasa Pemerintah, PPK yang ditetapkan oleh KPA harus memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

    a. Memiliki integritas;

    b. Memiliki disiplin tinggi;

    c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk

    melaksanakan tugas;

    d. Mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan

    dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat kkn;

    e. Menandatangani pakta integritas;

    f. Tidak menjabat sebagai pejabat penandatangan surat perintah membayar

    (ppspm) atau bendahara; dan

    g. Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa

    KPA dapat menetapkan PPK lebih dari 1 (satu) orang pada satuan kerja dengan

    mempertimbangkan antara lain kompleksitas/volume pekerjaan, rentang kendali

    dalam struktur organisasi, lokasi kegiatan, dan efektivitas pencapaian output.

    Namun dalam menetapkan PPK lebih dari 1 (satu) orang tersebut harus

    memperhatikan efisiensi penggunaan anggaran dan ketersediaan anggaran

    (honor), misalnya untuk DIPA yang memiliki lebih dari 1 (satu) kegiatan dapat

    ditetapkan lebih dari 1 (satu) PPK.

    3. Menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan

    SPM atas beban anggaran belanja negara;

    PPSPM mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengujian

    tagihan kepada negara dan menandatangani SPM. Dalam hal ini PPSPM

    bertindak sebagai ordonator berwenang untuk melakukan pengujian atas

    tindakan yang dilakukan oleh otorisator (PPK) dan selanjutnya memerintahkan

    pembayaran melalui penerbitan SPM. Oleh karena itu dalam rangka

    melaksanakan prinsip check and balance, PPSPM tidak boleh merangkap

    sebagai PPK dan sebaliknya. Seorang PPSPM (ordonator) harus memastikan

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    24/154

     

    bahwa suatu tagihan yang diajukan kepadanya sudah memenuhi ketentuan

    peraturan perundang-undangan sebelum diterbitkan perintah pembayaran.

    4. Menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan

    pengelola anggaran/keuangan

    Proses pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan oleh pejabat/unitlayanan pengadaan barang/jasa. Unit Layanan Pengadaan barang/jasa

    ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Sedangkan yang ditetapkan oleh

    KPA adalah:

    a. Pejabat pengadaan ditunjuk oleh KPA untuk melaksanakan pengadaan

    langsung;

    b. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang merupakan panitia/pejabat

    yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan; dan

    c. Staf pengelola keuangan satuan kerja.

    Dalam menetapkan panitia/pejabat dan staf pengelola keuangan, KPA harus

    memperhatikan ketentuan yang mengatur mengenai standar biaya. Dalam PMK

    dimaksud sudah diatur mengenai besarnya honorarium, jumlah staf pengelola

    keuangan. Sebagai contoh untuk tahun 2013, KPA dapat dibantu oleh 1 atau

    beberapa PPK, jumlah staf pengelola keuangan paling banyak 3 (tiga) orang

    termasuk Petugas Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), dan

     jumlah staf untuk setiap PPK paling banyak 2 (dua) orang. Sedangkan, KPA

    yang merangkap sebagai PPK dapat dibantu oleh staf pengelola keuangan

    paling banyak 6 (enam) orang, termasuk PPABP. Kewenangan pembagian staf

    pengelola keuangan tentunya adalah otoritas dari seorang KPA. Staf pengelola

    keuangan yang ditunjuk dapat distribusikan sesuai rentang kendali tugas

    masing-masing pejabat perbendaharaan. Hal ini dimungkinkan PPSPM memiliki

    staf pengelola keuangan yang melaksanakan tugas membantu proses pengujian

    terhadap tagihan yang diajukan oleh seorang otorisator (KPA/PPK). Seorang

    PPK dapat juga dibantu oleh staf pengelola keuangan, demikian juga dengan

    bendahara, yang tentunya besaran honorarium yang diberikan mengacu kepada

    besaran yang diatur dalam standar biaya dalam PMK tersebut di atas.

    5. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana

    Untuk mendorong percepatan penyerapan anggaran dan meningkatkan

    efektivitas belanja pemerintah, KPA perlu menetapkan rencana pelaksanaan

    kegiatan dan rencana penarikan dana. Rencana pelaksanaan kegiatan dan

    rencana penarikan dana tersebut disusun oleh PPK. Atas usulan rencana

    pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana dari PPK tersebut, KPA

    berkewajiban menelaah dan menganalisa rencana pelaksanaan kegiatan dan

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    25/154

     

    rencana penarikan dana yang disampaikan oleh PPK. Jika KPA setuju dengan

    rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana yang diajukan PPK

    tersebut, maka selanjutnya KPA menetapkan rencana tersebut.

    6. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan

    penarikan dana;Menurut kamus besar bahasa Indonesia supervisi  adalah kegiatan pengawasan

    utama, pengontrolan tertinggi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi

    orang-orang yang disupervisi. KPA diwajibkan memberikan supervisi dan

    konsultasi dalam proses pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana,

    sehingga kegiatan yang telah dituangkan dalam DIPA dapat dilaksanakan

    sesuai rencana dan target yang telah ditetapkan. Pelaksanaan supervisi dan

    konsultasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan dan arahan terkait

    proses pelaksanaan kegiatan, baik untuk kegiatan yang bersifat swakelola

    maupun terkait pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh pihak ketiga

    atau penyediaan barang/jasa.

    7. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan

    pelaksanaan kegiatan dan anggaran;

    Dokumen dan transaksi yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan dan

    anggaran yang disimpan oleh PPK dan semua bukti-bukti pendukung telah diuji

    dan dinyatakan memenuhi persyaratan untuk dilakukan pembayaran yang

    disimpan dan ditatausahakan oleh PPSPM. KPA mengawasi penatausahaan

    dokumen tersebut apakah telah disimpan dan ditatausahakan dengan baik dan

    benar, sehingga memudahkan dalam hal dibutuhkan sewaktu-waktu oleh aparat

    pemeriksa internal pemerintah maupun aparat pengawas eksternal pemerintah. 

    8. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    UU 17/2003 tentang Keuangan Negara mensyaratkan penyampaian laporan

    pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang disusun dengan mengikuti

    standar akuntansi pemerintahan. Penyampaian laporan keuangan tersebut

    dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

    keuangan negara. Laporan keuangan tersebut setidak-tidaknya meliputi Laporan

    Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

    Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan

    badan lainnya. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 (PP 24/2005)

    tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, selain empat jenis laporan keuangan

    tersebut (yang disebut dengan laporan keuangan pokok), entitas pelaporan

    dapat menyajikan Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan Ekuitas.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    26/154

     

    Laporan keuangan tersebut tentunya dimulai dari keuangan satuan kerja yang

    selanjutnya secara berjenjang dilaporkan menjadi laporan keuangan

    Kementerian Negara/Lembaga.

    Sebagaimana diuraikan di atas bahwa KPA memperoleh pendelegasian

    kewenangan dalam pengelolaan anggaran dari PA. KPA bertanggungjawab

    terhadap pencapaian kinerja dan realisasi anggaran satuan kerja sebagaimana

    yang tercantum dalam RKAKL/DIPA. Untuk mencapai pencapaian kinerja dalam

    DIPA tersebut pelaksanaan dilakukan oleh PPK, sehingga PPK bertanggungjawab

    secara fisik atas pencapaian target kinerja dan realisasi anggaran dalam

    kewenangannya. Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pendelegasian

    kewenangan tersebut, KPA melakukan tindakan-tindakan pelaksanaan kegiatan

    dan anggaran yang berada dalam kewenangannya, yang dilakukan dalam bentuk:

    1. Mengesahkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana;2. Merumuskan standar operasional agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa

    sesuai dengan ketentuan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah;

    3. Menyusun sistem pengawasan dan pengendalian agar proses penyelesaian

    tagihan atas beban apbn dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan;

    4. Melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa

    sesuai dengan keluaran (output ) yang ditetapkan dalam dipa;

    5. Melakukan monitoring dan evaluasi agar pembuatan perjanjian/kontrak

    pengadaan barang/jasa dan pembayaran atas beban apbn sesuai dengan

    keluaran (output ) yang ditetapkan dalam dipa serta rencana yang telah

    ditetapkan;

    6. Merumuskan kebijakan agar pembayaran atas beban apbn sesuai dengan

    keluaran (output ) yang ditetapkan dalam dipa; dan

    7. Melakukan pengawasan, monitoring, dan evaluasi atas pertanggungjawaban

    pelaksanaan anggaran dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

    KPA menetapkan PPK dan PPSPM dengan surat keputusan. Penetapan tersebut

    tidak terikat periode tahun anggaran. Sehingga jika tidak terdapat perubahan

    pejabat yang ditetapkan sebagai PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian

    periode tahun anggaran, penetapan tahun yang lalu masih tetap berlaku.

    Dalam hal PPK atau PPSPM dipindahtugaskan/pensiun/diberhentikan dari

     jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK atau PPSPM pengganti

    dengan surat keputusan. Penetapan PPK atau PPSPM tersebut berlaku sejak

    serah terima jabatan.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    27/154

     

    Selanjutnya penunjukan KPA berakhir apabila tidak teralokasi anggaran untuk

    program yang sama pada tahun anggaran berikutnya. Implikasi dari hal tersebut

    adalah penetapan PPK dan PPSPM secara otomatis berakhir. KPA, PPK, dan

    PPSPM yang penunjukannya berakhir, bertanggungjawab untuk menyelesaikan

    seluruh administrasi dan pelaporan keuangan yang menjadi tanggung jawabnyapada saat menjabat.

    KPA menyampaikan surat keputusan penetapan PPK dan PPSPM kepada:

    a. Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta spesimen tanda tangan PPSPM dan

    cap/stempel Satker;

    b. PPSPM disertai dengan spesimen tanda tangan PPK; dan

    c. PPK.

    Pada awal tahun anggaran dalam hal tidak terdapat penggantian PPK dan/atau

    PPSPM, KPA tetap menyampaikan surat pemberitahuan kepada pejabatsebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan c di atas.

    Bagan 3. tugas, wewenang dan tanggungjawab KPA

    C. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

    Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang melaksanakan

    kewenangan PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat

    •  menyusun DIPA

    •  memberikan supervisi dan

    konsultasi dalam pelaksanaan

    kegiatan dan penarikan dana;

    •  mengawasi penatausahaan

    dokumen dan transaksi yang

    berkaitan dengan pelaksanaan

    kegiatan dan anggaran; dan

    •  menyusun laporan keuangan

    dan kinerja atas pelaksanaan

    anggaran sesuai dengan

    peraturan perundang-

    undangan. 

    Menetapkan PPK, PPSPM danpanitia/pejabat yang terlibat dalampelaksanaan kegiatan dan

    pengelolaan anggaran/keuangan.

    TU

    G

    A

    S

    A

    N

    A

    J

    E

    I

    A

    L

    Penetapan

    Pengelolaan

    DIPA

    Pelaksanaan

    Kegiatan

    Tanggungjawab ataspelaksanaan tugasdan wewenang,dituangkan dalambentuk :

    1.  Mengesahkan RPD2.  Merumuskan SOP3.  Menyusun sistem

    pengendalian danpengawasan

    4.  Melakukanpengawasan ataspelaksanaankegiatan

    5. Melakukan monev 6.  Merumuskan

    kebijakan7.  Melakukan

    pengawasan,monev ataspertanggungjawaban pelaksanaan

    anggaran

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    28/154

     

    mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN kewenangan ini dikenal sebagai

    kewenangan otorisator.  Dalam melaksanakan kewenangan tersebut, PPK

    mempedomani rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana,

    standar operasional, sistem pengawasan dan pengendalian, dan monitoring dan

    evaluasi yang telah ditetapkan oleh KPA. Dalam rangka check and balance  PPKtidak dapat merangkap sebagai PPSPM, dan jabatan PPSPM sebaiknya minimal

    setingkat dengan PPK.

    Dalam melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran

    belanja Negara sebagaimana diuraikan di atas, PPK memiliki tugas dan

    wewenang:

    1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana

    berdasarkan DIPA;

    2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

    3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan

    Penyedia Barang/Jasa;

    4. Melaksanakan kegiatan swakelola;

    5. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/ kontrak yang

    dilakukannya;

    6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;

    7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara;

    8. Membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

    9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;

    10. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan

    Berita Acara Penyerahan;

    11. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan;

    dan

    12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan

    yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara, yang meliputi:

    a. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

    b. Memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh

    pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;

    c. Mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi

    kegiatan; dan

    d. Memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara.

    Untuk melaksanakan kewenangan di bidang belanja pegawai, KPA mengangkat

    Petugas Pengelola Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) untuk membantu PPK

    dalam mengelola administrasi belanja pegawai. Dalam pengelolaan administrasi

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    29/154

     

    belanja pegawai tersebut, PPABP bertanggung jawab kepada KPA. Adapun tugas

    PPABP meliputi:

    1. Melakukan pencatatan data kepegawaian secara elektronik dan/atau manual

    yang berhubungan dengan belanja pegawai secara tertib, teratur, dan

    berkesinambungan;2. Melakukan penatausahaan dokumen terkait keputusan kepegawaian dan

    dokumen pendukung lainnya dalam dosir setiap pegawai pada satker yang

    bersangkutan secara tertib dan teratur;

    3. Memproses pembuatan daftar gaji induk, gaji susulan, kekurangan gaji, uang

    duka wafat/tewas, terusan penghasilan/gaji, uang muka gaji, uang lembur, uang

    makan, honorarium, vakasi, dan pembuatan daftar permintaan perhitungan

    belanja pegawai lainnya;

    4. Memproses pembuatan surat keterangan penghentian pembayaran (skpp);

    5. Memproses perubahan data yang tercantum pada surat keterangan untuk

    mendapatkan tunjangan keluarga setiap awal tahun anggaran atau setiap terjadi

    perubahan susunan keluarga;

    6. Menyampaikan daftar permintaan belanja pegawai, adk perubahan data

    pegawai, adk belanja pegawai, daftar perubahan data pegawai, dan dokumen

    pendukungnya kepada ppk;

    7. Mencetak kartu pengawasan belanja pegawai perorangan setiap awal tahun

    dan/atau apabila diperlukan; dan

    8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan penggunaan

    anggaran belanja pegawai.

    1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan dan Rencana Penarikan Dana

    Berdasarkan DIPA

    Dalam menyusun rencana pelaksanaan kegiatan, PPK membuat time-scedule 

    pelaksanaan kegiatan perbulan yang dilengkapi rencana penarikan dananya.

    Artinya dalam melaksanakan suatu kegiatan harus ditentukan kapan kegiatan

    tersebut dilaksanakan dan kapan penarikan dana atas kegiatan tersebut

    dilakukan. Tentunya hal ini juga mempedomani norma waktu penyelesaian

    tagihan pada satuan kerja yang ada.

    Disamping itu, PPK juga harus menyusun kebutuhan Uang

    Persediaan/Tambahan Uang Persedian yang diperlukan untuk kegiatan-

    kegiatan yang bersifat swakelola yang dilaksanakan langsung oleh PPK. Dalam

    hal diperlukan penyesuaian-penyesuaian kegiatan yang mengikuti

    perkembangan kondisi di lapangan, PPK dapat mengusulkan dilakukan

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    30/154

     

    revisi/perubahan terhadap Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) ataupun DIPA

    kepada KPA.

    2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

    Dalam menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) harus

    mengacu pada kententuan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.Sesuai ketentuan tersebut SPPBJ diterbitkan paling lambat 6 (enam) hari kerja

    setelah pengumuman penetapan pemenang lelang/seleksi apabila tidak ada

    sanggahan, atau setelah sanggahan dijawab dalam hal tidak ada sanggahan

    banding.

    Jika terjadi sanggahan banding, SPPBJ diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari

    kerja setelah adanya jawaban sanggahan banding dari Menteri/Pimpinan

    Lembaga dimana sanggahan banding tersebut tidak diterima. Dalam hal proses

    pengadaan barang/jasa dilaksanakan sebelum/mendahului tahun anggaran,

    SPPBJ hanya diterbitkan setelah DIPA disahkan dan berlaku efektif.

    3. Membuat, Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian/Kontrak Dengan

    Penyedia Barang/Jasa

    Dalam proses pengadaan barang/jasa, terlebih dahulu PPK menyusun

    rancangan perjanjian/kontrak. Rancangan perjanjian/kontrak pengadaan

    barang/jasa tersebut disusun dengan berpedoman pada standar kontrak

    pengadaan barang/jasa. Standar perjanjian/kontrak pengadaan barang atau

     jasa ini diatur lebih lanjut dalam ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa

    pemerintah. Pelaksanaan penandatangan perjanjian/kontrak dilaksanakan

    paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah diterbitkannya SPPBJ.

    Setelah perjanjian/kontrak ditandatangani, PPK mengawasi pelaksanaan

    perjanjian/kontrak. Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada

    saat pelaksanaan, dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan

    dalam dokumen perjanjian/kontrak, PPK bersama Penyedia Barang/Jasa dapat

    melakukan perubahan perjanjian/kontrak yang meliputi:

    a. menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam

    Kontrak;

    b. menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan;

    c. mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;

    atau

    d. mengubah jadwal pelaksanaan.

    4. Melaksanakan Kegiatan Swakelola

    Kegiatan swakelola adalah pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya

    direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh satuan kerja sebagai

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    31/154

     

    penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok

    masyarakat.

    Pekerjaan yang dapat dilaksanakan secara swakelola adalah:

    a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau

    memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuaidengan tugas pokok kementerian negara/lembaga/satuan kerja yang

    bersangkutan;

    b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi

    langsung masyarakat setempat;

    c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya

    tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;

    d. pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih

    dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan

    menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar;

    e. penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau

    penyuluhan;

    f. pekerjaan untuk proyek percontohan ( pilot project ) dan survei yang bersifat

    khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat

    dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;

    g. pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,

    pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu;

    h. pekerjaan yang bersifat rahasia bagi kementerian negara/lembaga/satuan

    kerja yang bersangkutan;

    i. pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri;

     j. penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau

    k. pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista, dan

    industri almatsus dalam negeri.

    Ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai kegiatan yang dilaksanakan

    secara swakelola diatur dalam ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa

    pemerintah.

    5. Memberitahukan Kepada Kuasa BUN Atas Perjanjian/ Kontrak Yang

    Dilakukannya

    Terdapat 2 (dua) mekanisme pembayaran kepada penyedia barang/jasa yang

    dapat dilakukan oleh PPK, yaitu dengan mekanisme pembayaran langsung

    dengan menerbitkan SPP-LS dan melalui Uang Persediaan (UP). Pembayaran

    dengan UP hanya dapat dilakukan untuk pengadaan barang/jasa dengan nilai

    tidak lebih dari Rp.50.000.000,-. Terhadap perjanjian/kontrak yang

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    32/154

     

    pembayarannya akan dilakukan secara langsung kepada penyedia barang/jasa,

    PPK mencatatkan perjanjian/kontrak tersebut ke dalam suatu sistem yang

    disediakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang terdapat pada

    satuan kerja yang bersangkutan. Data-data tersebut meliputi:

    a. nama dan kode Satker serta uraian fungsi/subfungsi, program, kegiatan,output , dan akun yang digunakan;

    b. nomor Surat Pengesahan dan tanggal DIPA;

    c. nomor, tanggal, dan nilai perjanjian/kontrak yang telah dibuat oleh Satker;

    d. uraian pekerjaan yang diperjanjikan;

    e. data penyedia barang/jasa yang tercantum dalam perjanjian/kontrak antara

    lain nama rekanan, alamat rekanan, NPWP, nama bank, nama, dan nomor

    rekening penerima pembayaran;

    f. jangka waktu dan tanggal penyelesaian pekerjaan serta masa

    pemeliharaan apabila dipersyaratkan;

    g. ketentuan sanksi apabila terjadi wanprestasi;

    h. addendum perjanjian/kontrak apabila terdapat perubahan data pada

    perjanjian/kontrak tersebut; dan

    i. cara pembayaran dan rencana pelaksanaan pembayaran:

    1) sekaligus (nilai ............ rencana bulan ......); atau

    2) secara bertahap (nilai ............ rencana bulan ......).

    Setelah dicatat pada sistem tersebut, selanjutnya data perjanjian/kontrak

    beserta ADK-nya disampaikan ke KPPN secara langsung atau melalui e-mail

    paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah ditandatanganinya perjanjian/kontrak.

    KPPN akan mencatatkan data tersebut ke dalam Kartu Pengawasan Kontrak

    KPPN. Aplikasi pada KPPN akan memblokir dana tersebut dan hanya dapat

    dicairkan untuk pembayaran atas perjanjian/kontrak tersebut.

    Untuk keperluan belanja pegawai pada Satker, dalam hal terdapat perubahan

    data pegawai berupa penetapan keputusan yang mengakibatkan pengeluaran

    negara untuk pelaksanaan belanja pegawai, PPABP mencatat perubahan data

    pegawai tersebut ke dalam suatu sistem yang disediakan oleh Direktorat

    Jenderal Perbendaharaan. Perubahan data pegawai dimaksud terkait dengan:

    a. Pengangkatan/pemberhentian sebagai calon pegawai negeri;

    b. Pengangkatan/pemberhentian sebagai pegawai negeri;

    c. Kenaikan/penurunan pangkat;

    d. Kenaikan/penurunan gaji berkala;

    e. Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    33/154

     

    f. Mutasi Pindah ke Satker lain;

    g. Pegawai baru karena mutasi pindah;

    h. Perubahan data keluarga;

    i. Data utang kepada negara; dan/atau

     j. Pengenaan sanksi kepegawaian.Setelah dilakukan pencatatan perubahan data pegawai, Satker menyampaikan

    Daftar Perubahan Data Pegawai yang telah disahkan PPSPM beserta ADK-nya

    kepada KPPN paling lambat bersamaan dengan pengajuan SPM Belanja

    Pegawai. Daftar perubahan data pegawai dimaksud digunakan dalam rangka

    pemutakhiran (updating ) data antara KPPN dengan Satker untuk pembayaran

    belanja pegawai dan untuk menguji kesesuaian dengan tagihan.

    6. Menguji Dan Menandatangani Surat Bukti Mengenai Hak Tagih Kepada

    Negara

    Setelah kegiatan atas dasar komitmen selesai dilaksanakan, penerima hak

    (pihak ketiga atau Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya) mengajukan tagihan

    kepada negara berdasarkan bukti-bukti yang sah untuk memperoleh

    pembayaran. Bukti-bukti yang sah tersebut berupa:

    a. Bukti perjanjian/kontrak;

    b. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;

    c. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;

    d. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;

    e. Berita Acara Pembayaran;

    f. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia barang/jasa;

    g. Faktur pajak beserta Surat Setoran Pajak (SSP);

    h. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya

    sebagaimana dipersyaratkan dalam peraturan perundangan tentang

    pengadaan barang/jasa pemerintah; dan/atau

    i. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk perjanjian/kontrak

    yang dananya sebagian atau seluruhnya bersumber dari pinjaman atau

    hibah dalam/luar negeri sebagaimana dipersyaratkan dalam naskah

    perjanjian pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.

    Sedangkan bukti-bukti yang sah lainnya untuk keperluan belanja pegawai non

    gaji induk, pembayaran honorarium, dan perjalanan dinas berupa:

    a. Surat Keputusan;

    b. Surat Tugas/Surat Perjalanan Dinas;

    c. Daftar penerima pembayaran; dan/atau

    d. Dokumen pendukung lainnya sesuai ketentuan.

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    34/154

     

    Selanjutnya PPK melakukan pengujian atas bukti-bukti tersebut. Pengujian

    tersebut yaitu:

    a. Menguji kebenaran materiil dan keabsahan surat-surat bukti mengenai hak

    tagih kepada negara; dan/atau

    b. Menguji kebenaran dan keabsahan dokumen/surat keputusan yangmenjadi persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai.

    Sedangkan untuk pengujian surat jaminan uang muka, dilakukan dengan:

    a. Menguji syarat-syarat kebenaran dan keabsahan jaminan uang muka; dan

    b. Menguji tagihan uang muka berupa besaran uang muka yang dapat

    dibayarkan sesuai ketentuan mengenai pengadaan barang/jasa

    pemerintah.

    Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa untuk:

    a. Mobilisasi alat dan tenaga kerja;

    b. Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material; dan/atau

    c. Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan

    barang/jasa.

    7. Membuat dan Menandatangani SPP

    Untuk melaksanakan tugas dan wewenang dalam membuat dan

    menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terlebih dahulu PPK

    melakukan pengujian atas tagihan yang disampaikan penyedia barang dan

     jasa. Pengujian tersebut meliputi:

    a. kelengkapan dokumen tagihan;

    b. kebenaran perhitungan tagihan;

    c. kebenaran data pihak yang berhak menerima pembayaran atas beban

    APBN;

    d. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang

    tercantum dalam perjanjian/kontrak dengan barang/jasa yang diserahkan

    oleh penyedia barang/jasa;

    e. kesesuaian spesifikasi teknis dan volume barang/jasa sebagaimana yang

    tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen

    perjanjian/kontrak;

    f. kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat

    bukti mengenai hak tagih kepada negara; dan

    g. ketepatan jangka waktu penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang

    tercantum pada dokumen serah terima barang/jasa dengan dokumen

    perjanjian/kontrak

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    35/154

     

    Setelah pengujian tersebut dilakukan dan telah sesuai/benar, maka selanjutnya

    PPK membuat dan menandatangani SPP. SPP ini nantinya disampaikan

    kepada Pejabat Pengunji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar

    (PPSPM).

    8. Melaporkan Pelaksanaan/Penyelesaian Kegiatan kepada KPAPPK harus menyampaikan laporan berkala terkait pelaksanaan tugas dan

    wewenang kepada KPA, penyampaian laporan berkala tersebut berdasarkan

    kebijakan dan pertimbangan kebutuhan KPA pada masing-masing satker.

    Laporan yang akan disampaikan kepada KPA tersebut berupa laporan atas

    pelaksanaan kegiatan, laporan atas penyelesaian kegiatan, dan laporan atas

    penyelesaian tagihan kepada Negara. Dalam laporan tersebut paling kurang

    memuat:

    a. perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa yang telah ditandatangani;

    b. tagihan yang belum dan telah disampaikan penyedia barang/jasa;

    c. tagihan yang belum dan telah diterbitkan SPPnya; dan

    d. jangka waktu penyelesaian tagihan.

    9. Menyerahkan Hasil Pekerjaan Pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan

    Berita Acara Penyerahan

    Setelah proses pengadaan barang/jasa selesai dilaksanakan, dan barang/jasa

    tersebut siap digunakan sesuai peruntukannya, maka PPK menyerahkan hasil

    pengadaan barang/jasa tersebut kepada KPA. Penyerahan pengadaan

    barang/jasa tersebut dilakukan melalui Berita Acara Penyerahan antara PPK

    dan KPA.

    10. Menyimpan dan Menjaga Keutuhan Seluruh Dokumen Pelaksanaan

    Kegiatan

    Setelah proses pengadaan barang/jasa selesai dilaksanakan dan barang/jasa

    telah diserahterimakan kepada KPA, maka PPK berkewajiban menjaga seluruh

    dokumen pengadaan barang/jasa tersebut. Dokumen pengadaan barang/jasa

    menjadi dokumen satuan kerja yang nantinya juga menjadi dasar bagi aparat

    pemeriksa internal pemerintah dalam melakukan pengawasan dan

    pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa yang telah dilaksanakan.

    11. Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya yang Berkaitan Dengan

    Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja Negara.

    Dalam proses pelaksanaan kegiatan dan pengadaan barang/jasa pemerintah,

    PPK juga mempunyai tugas-tugas lainnya yaitu:

    1) menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    36/154

     

    2) memastikan telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara

    oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara;

    3) mengajukan permintaan pembayaran atas tagihan berdasarkan prestasi

    kegiatan; dan

    4) memastikan ketepatan jangka waktu penyelesaian tagihan kepada negara.Bagan 4. Tugas dan Wewenang PPK

    D. PEJABAT PENANDATANGAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (PPSPM)

    Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) adalah pejabat yang

    diberi kewenangan oleh PA/KPA untuk melakukan pengujian atas permintaan

    pembayaran dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM).

    Dalam melakukan pengujian tagihan dan menerbitkan SPM, PPSPM memiliki tugas

    dan wewenang sebagai berikut:

    1. Menguji Kebenaran SPP Beserta Dokumen Pendukung;

    2. Menolak Dan Mengembalikan SPP, Apabila SPP Tidak Memenuhi Persyaratan

    Untuk Dibayarkan; 

    •  menerbitkan Surat Penunjukan

    Penyedia Barang/Jasa.

    •  melaksanakan kegiatan swakelola.

    •  membuat, menandatangani,

    melaksanakan, mengendalikan

    perjanjian/kontrak.

    •  menguji dan menandatangani surat

    bukti mengenai hak tagih.

    •  menyusun rencana pelaksanaan kegiatandan RPD.

    •  memberitahukan kepada Kuasa BUN atasperjanjian/ kontrak yang dilakukannya.

    •  membuat dan menandatangani SPP.

    •  melaporkan dan menyerahkan hasilpelaksanaan kegiatan kepada KPA .

    Pelaksanaan

    Kegiatan

    PengadaanBarang/Ja

    sa

    Laporanpelaksanaan/penyelesaiankegiatan kepadaKPA berupa laporanatas:  pelaksanaan

    kegiatan;  penyelesaian

    kegiatan; dan  penyelesaian  

    tagihan kepada 

    Pengujian PPKMeliputi:   kelengkapan

    dokumen tagihan  kebenaran

    perhitungan tagihandan data pihak yangberhak menerimapembayaran

      kesesuaianspesifikasi teknis,volume barang/jasadan jangka waktu

    sebagaimana yangtercantum padadokumen serahterima barang/jasadengan dokumenperjanjian/kontrak

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    37/154

     

    3. Membebankan Tagihan Pada Mata Anggaran Yang Telah Disediakan; 

    4. Menerbitkan SPM; 

    5. Menyimpan Dan Menjaga Keutuhan Seluruh Dokumen Hak Tagih; 

    6. Melaporkan Pelaksanaan Pengujian Dan Perintah Pembayaran Kepada KPA;

    Dan 7. Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya Yang Berkaitan Dengan

    Pelaksanaan Pengujian Dan Perintah Pembayaran. 

    1. Menguji Kebenaran SPP beserta Dokumen Pendukungnya

    Pengujian terhadap SPP beserta dokumen pendukung yang dilakukan oleh

    PPSPM meliputi:

    a. Kelengkapan dokumen pendukung SPP berupa lampiran yang

    dipersyaratkan sesuai ketentuan (PMK 190/PMK.05/2012);

    b. Kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;

    c. Kebenaran pengisian format SPP;

    d. Kesesuaian kode BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja

    Anggaran Satker termasuk menguji kesesuaian antara pembebanan kode

    mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit) dengan uraiannya;

    e. Ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana Kerja

    Anggaran Satker;

    f. Kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi

    persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;

    g. Kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi

    persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan barang/jasa;

    h. Kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP

    sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;

    i. Kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan dari

    pihak yang mempunyai hak tagih.

     j. Kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara oleh

    pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan

    k. Kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam

    perjanjian/kontrak.

    2. Menolak dan Mengembalikan SPP, apabila SPP Tidak Memenuhi

    Persyaratan Untuk Dibayarkan 

    PPSPM harus menolak SPP yang diajukan PPK apabila belum memenuhi

    persyaratan sesuai pengujian yang telah dilakukan. Dalam hal PPSPM

    menolak/mengembalikan SPP, maka PPSPM harus menyatakan secara tertulis

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    38/154

     

    alasan penolakan/pengembalian tersebut paling lambat 2 (dua) hari kerja

    setelah diterimanya SPP.

    3. Membebankan Tagihan Pada Mata Anggaran Yang Telah Disediakan

    Kebenaran penggunaan kode mata anggaran yang dituangkan dalam tagihan

    menjadi tanggung jawab PPSPM. Sehingga PPSPM harus memperhatikankesesuaian kode-kode mata anggaran pada tagihan dengan mata anggaran

    yang telah ditetapkan dalam DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker.

    4. Menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM)

    Dalam menerbitkan SPM, PPSPM juga memiliki tugas untuk melakukan hal-hal

    sebagai berikut:

    a. Mencatat pagu, realisasi belanja, sisa pagu, dana UP/TUP, dan sisa dana

    UP/TUP pada kartu pengawasan DIPA;

    b. Menandatangani SPM; dan

    c. Memasukkan Personal Identification Number   (PIN) PPSPM sebagai tanda

    tangan elektronik pada ADK SPM. Tata cara pelaksanaan tanda tangan

    elektronik dalam bentuk PIN PPSPM pada ADK SPM diatur dengan

    Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaaan.

    Setelah SPM diterbitkan dan ditandatangani PPSPM, PPSPM bertanggung

     jawab atas:

    a. Kebenaran, kelengkapan, dan keabsahan administrasi terhadap dokumen

    hak tagih pembayaran yang menjadi dasar penerbitan SPM dan akibat yang

    timbul dari pengujian yang dilakukannya; dan

    b. ketepatan jangka waktu penerbitan dan penyampaian SPM kepada KPPN.

    5. Menyimpan dan Menjaga Keutuhan Seluruh Dokumen Hak Tagih

    SPM yang menjadi pertinggal pada PPSPM berserta dokumen yang berkaitan

    dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang merupakan bukti-bukti

    pendukung SPP yang disampaikan PPK disimpan dan ditatausahakan oleh

    PPSPM. PPSPM harus menatausahakan dan menjaga keutuhan seluruh

    dokumen tersebut sehingga memudahkan dalam hal dibutuhkan sewaktu-waktu

    oleh aparat pemeriksa internal pemerintah maupun aparat pengawas eksternal

    pemerintah.

    6. Melaporkan Pelaksanaan Pengujian Dan Perintah Pembayaran Kepada

    KPA

    PPSPM harus menyampaikan laporan bulanan kepada KPA terkait

    pelaksanaan tugasnya terkait pengujian terhadap SPP dan penerbitan SPM.

    Laporan bulanan dimaksud paling sedikit memuat hal-hal sebagai berikut:

    a. Jumlah SPP yang diterima;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    39/154

     

    b. Jumlah SPM yang diterbitkan; dan

    c. Jumlah SPP yang tidak dapat diterbitkan SPM.

    7. Melaksanakan Tugas Dan Wewenang Lainnya Yang Berkaitan Dengan

    Pelaksanaan Pengujian Dan Perintah Pembayaran.

    Tugas dan kewenangan lainnya dari PPSPM terkait pelaksanaan pengujian danperintah pembayaran sesuai dengan yang ditetapkan oleh KPA. Sepanjang

    tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    E. KUASA BENDAHARA UMUM NEGARA (KPPN)

    Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mengangkat Kepala

    KPPN menjadi Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam

    rangka pelaksanaan anggaran belanja negara dalam wilayah kerja yang telah

    ditetapkan. Tugas kebendaharaan dari Kuasa BUN tersebut meliputi kegiatan

    menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan, danmempertanggung jawabkan uang dan surat berharga yang berada dalam

    pengelolaannya.

    KPPN dalam melaksanakan tugas kebendaharaan paling sedikit:

    1. Melaksanakan Penerimaan Dan Pengeluaran Kas Negara Dalam Rangka

    Pengendalian Pelaksanaan Anggaran Negara; Dan 

    2. Melakukan Pembayaran Tagihan Kepada Penerima Hak Sebagai Pengeluaran

    Anggaran. 

    Pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran kas negara tersebut antara lain

    melaksanakan pencairan dana atas SPM yang diterbitkan oleh PPSPM. SPM

    merupakan perintah pembayaran yang memuat uang yang akan keluar dari kas

    negara kepada pihak ketiga dan setoran/potongan pajak yang akan masuk ke kas

    negara.

    Dalam pelaksanaan pencairan dana, KPPN memiliki tugas dan wewenang untuk

    menguji dan meneliti kelengkapan SPM yang diterbitkan oleh PPSPM.

    SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D. Dalam

    pencairan anggaran belanja negara, KPPN melakukan penelitian dan pengujian

    atas SPM yang disampaikan oleh PPSPM.

    KPPN melakukan penelitian SPM meliputi:

    1. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPM yang dipersyaratkan.

    2. Meneliti kebenaran SPM.

    Dalam meneliti kebenaran SPM yang dilakukan meliputi:

    a. Meneliti kesesuaian tanda tangan PPSPM pada SPM dengan spesimen tanda

    tangan PPSPM pada KPPN;

  • 8/19/2019 03. Modul Pelaksanaan Anggaran Satker

    40/154

     

    b. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah angka dan huruf pada SPM; dan

    c. Memeriksa kebenaran penulisan dalam SPM, termasuk tidak boleh terdapat

    cacat dalam penulisan.

    KPPN melakukan pengujian SPM yang meliputi:

    1. Menguji kebenaran perhitungan angka atas beban APBN yang tercantum dalamSPM berupa pengujian kebenaran jumlah belanja/pengeluaran dikurangi dengan

     jumlah potongan/penerimaan dengan jumlah bersih dalam SPM.

    2. Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/output/jenis belanja dalam DIPA

    dengan yang dicantumkan pada SPM;

    3. Menguji kesesuaian tagihan dengan data perjanjian/kontrak atau perubahan

    data pegawai yang telah disampaikan kepada KPPN.

    4. Menguji persyaratan pencairan dana yang meliputi:

    a. Menguji SPM UP berupa besaran UP yang dapat diberikan.

    Dalam pengujian SPM UP, jika terdapat UP tahun anggaran sebelumnya

    belum dipertanggungjawabkan, juga dilakukan pengujian yang meliputi:

    (1) Kesesuaian jumlah uang dan keabsahan bukti setor pengembalian sisa

    UP tahun anggaran yang sebelumnya; atau

    (2) Kesesuaian jumlah potongan UP pada SPM UP dengan sisa UP tahun

    anggaran yang sebelumnya;

    b. Menguji SPM TUP meliputi kesesuaian jumlah uang yang diajukan pada

    SPM TUP dengan jumlah uang yang disetujui Kepala KPPN;

    Dalam pengujian SPM-PTUP, jika jumlah uang yang harus

    dipertanggungjawabkan dari jumlah TUP yang diberikan, harus disertai

    dengan bukti setor pengembalian TUP yang telah dilakukan konfirmasi

    KPPN. Ketentuan ini tidak diperlukan dalam hal penyampaian SPM-PTUP

    yang dilakukan secara bertahap sebelum batas akhir pertanggungjawa