02_firdaus
-
Upload
muliawanfirdaus -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of 02_firdaus
-
8/6/2019 02_firdaus
1/9
1
Disajikan pada Seminar Nasional Pembelajaran Matematika
Berbasis ICT yang Menyenangkan dan Berkarakter
pada Tangal 16 Mei 2011 di UNIMED
10
AKTIVITAS BELAJAR GEOMETRI BERBASIS MODEL VAN HIELE
BERBANTUAN SOFTWARE DINAMIS GEOGEBRA1
Muliawan Firdaus
Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri MedanEmail: [email protected]
Abstrak
Dalam makalah ini diusulkan suatu bentuk aktivitas yang didasari oleh
tingkatan van Hiele dalam pengajaran geometri di kelas dengan
menggunakan software dinamis GeoGebra sebagai alat bantu pembelajaran.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru dalam mengajarkan geometri
adalah mengembangkan perangkat-perangkat pembelajaran untuk membantu
siswa memahami sifat-sifat dan konsep-konsep geometri. Satu contoh bentuk
aktivitas disusun dengan memanfaatkan software GeoGebra dan dirancang
untuk mengilustrasikan implementasi model van Hiele dalam praktek
pembelajaran geometri di kelas.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, Model van Hiele, GeoGebra
PENDAHULUAN
Materi geometri yang disajikan
dalam buku-buku pelajaran matematika
sekolah biasanya diarahkan pada
pengembangan kemampuan siswa dalam
penalaran deduktif. Dalam praktek,kebanyakan pengajaran geometri di
sekolah memberikan penekanan lebih pada
penyelesaian contoh soal, yang tanpa
disadari akan membawa siswa pada cara
belajar yang cenderung bersifat
mekanistik. Sering sekali siswa hanya
dituntut untuk menghafal rumus dan
bagaimana menggunakannya, yang
nyatanya tidak dapat menumbuhkan
pemahaman dan apresisasi pada penaralan
deduktif dalam dirinya.
Pada dasarnya geometrimempunyai peluang yang lebih besar
untuk dipahami siswa dibandingkan
dengan cabang matematika yang lain. Hal
ini karena ide-ide geometri sudah dikenal
oleh siswa sejak sebelum mereka masuk
sekolah, misalnya garis, bidang dan ruang.
Meskipun demikian, bukti-bukti empiris di
lapangan menunjukkan bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa prestasigeometri siswa SD masih rendah
(Sudarman, 2000), dan ditemukan bahwa
banyak siswa SMP yang masih belum
memahami konsep-konsep geometri
(Sunardi, 2001). Madja (1992) menyatakan
bahwa siswa SMU masih mengalami
kesulitan dalam melihat gambar bangun
ruang. Sedangkan di perguruan tinggi,
berdasarkan pengalaman, pengamatan dan
penelitian ditemukan bahwa kemampuan
mahasiswa dalam melihat ruang dimensi
tiga masih rendah (Madja, 1992) danbelum mampu menggunakan perolehan
geometri di SMU untuk menyelesaikan
permasalahan geometri ruang (Budiarto,
2000). Untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam belajar geometri tersebut,
-
8/6/2019 02_firdaus
2/9
11
satu cara yang dapat ditempuh adalah
penerapan teori van Hiele.
Terdapat hubungan hirarkis yang
kuat yang tersirat dalam tingkatan
pemikiran geometris van Hiele. Satu hal
penting dari tingkatan tersebut adalahbahwa siswa yang berada pada tingkat
pemikiran yang lebih rendah tidak bisa
diharapkan untuk dapat memahami
pelajaran yang diberikan kepada mereka
pada tingkat yang lebih tinggi. Untuk itu
dibutuhkan kemampuan guru dalam
memberikan dan mengembangkan
berbagai macam pengalaman belajar
kepada siswa agar siswa dapat dengan
mudah melalui masa transisinya menuju
penalaran geometri deduktif dalam cara
yang alami dan bermakna. Dengandemikian, pengetahuan guru tentang
tingkatan yang dimiliki siswanya dalam
pemahaman geometri adalah satu hal yang
penting agar dapat mengembangkan
aktivitas belajar berdasarkan model van
Hiele.
Banyak penelitian yang telah
dilakukan seputar penggunaan software
(perangkat lunak) komputer sebagai
sebuah alat dalam mengeksplorasi konsep-
konsep dan sifat-sifat matematika (Chazan
1989; Choi-Koh 1999; Jiang 1993).
Penelitian yang dilakukan oleh
Yerushalmy & Houde (1986)
mengindikasikan bahwa software
komputer dapat digunakan untuk
memfasilitasi penggunaan penalaran
induktif dengan cara mengeksplorasi dan
menduga sifat-sifat dan relasi-relasi
geometris. Kemampuan dalam penalaran
induktif sangatlah penting dalam
kehidupan sehari-hari, begitu juga dalam
matematika dan sains, karena melaluipenalaran ini seseorang biasanya
mendapatkan ide untuk mencoba dan
melakukan verifikasi (Choi-Koh & Sang
Sook, 2000).
Tersedianya software dalam
matematika memberikan kesempatan yang
luas untuk mengeksplorasi dan menduga
ide-ide geometris sehingga siswa akan
merasa lebih tertarik dalam materi yang
disajikan dan akan lebih terampil dalam
penalaran induktif dan deduktif. Meskipun
demikian, karena mahalnya harga
komputer dan software pendukungpembelajaran matematika, pembelajaran
dengan bantuan komputer awalnya hanya
berlangsung di perguruan tinggi dan
komputer lebih banyak digunakan untuk
pembelajaran membaca dan mengetik.
Ketika harga komputer mulai murah, saat
ini pembelajaran dengan komputer di
sekolah dasar sampai perguruan tinggi
mulai dikembangkan dan begitu juga
software yang mendukung pembelajaran
matematika dapat dimiliki secara gratis
(open source).Salah satu software pembelajaran
matematika khususnya geometri yang
tersedia secara gratis adalah GeoGebra
(dapat diunduh di www.geogebra.org).
Software ini dapat digunakan untuk
mengembangkan aktivitas belajar yang
didasarkan pada model van Hiele dan
penggunaan komputer. Oleh karena itu,
makalah ini ditulis untuk mengembangkan
aktivitas pembelajaran geometri berbasis
model van Hiele dengan menggunakan
software komputer dinamis GeoGebra
sebagai sebuah alat dan bertujuan untuk
memberikan pengalaman lebih kepada
siswa yang berada pada tingkat
pemahaman geometris yang lebih rendah.
Model van Hiele
Van Hiele mengakui bahwa secara
khusus beliau tertarik pada tiga tingkat
pertama ketimbang kelima tingkatan
pemikiran geometris (Alan Hofer, 1985),dan selanjutnya van Hiele (1986)
menggambarkan bahwa hanya tiga
tingkatan yang ada dalam praktek
pembelajaran matematika di sekolah,
yaitu: visual, deskriptif, dan teoritis.
Terdapat lima fase proses pembelajaran
dalam model van Hiele, yang dirinci dalam
-
8/6/2019 02_firdaus
3/9
12
artikel yang ditulis oleh van Hiele-Geldof
yaitu; informasi (inkuiri), orientasi terarah,
uraian (eksplikasi), orientasi bebas, dan
integrasi. Tingkatan pemikiran visual,
deskriptif, dan teoritis, juga periode-
periode pembelajaran digambarkan dalamGambar 1.
Periode Pembelajaran 1
Informasi
Orientasi terarah
Eksplikasi
Orientasi bebas
Integrasi
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3
Periode Pembelajaran 2
Informasi
Orientasi terarah
Eksplikasi
Orientasi bebas
Integrasi
Gambar 1. Model Pengajaran van Hiele
Pada fase 1, informasi (inkuiri),
siswa dan guru terlibat dalam percakapan
dan aktivitas seputar objek yang dipelajari.
Observasi dilakukan, pertanyaan-
pertanyaan dimunculkan dan kosakata
diperkenalkan. Pada fase 2, yakni orientasi
terarah, topik pelajaran dieksplorasi
melalui materi dan aktivitas yang
dirangkaikan secara cermat oleh guru.
Guru mengarahkan siswa untuk meneliti
objek-objek yang dipelajari. Kegiatanmengarahkan merupakan rangkaian tugas
singkat untuk memperoleh respon-respon
khusus siswa. Pada fase 3, uraian
(eksplikasi), siswa mengekspresikan hasil
pekerjaan mereka dalam kata-kata. Peran
guru terletak dalam memperkenalkan
istilah-istilah teknis yang perlu (van
Hiele-Geldof, 1984). Pada fase ini,
diperkuat bahasa yang tepat dan akurat.
Dalam fase 4, orientasi bebas, siswa
dihadapkan dengan tugas-tugas yang lebih
kompleks. Siswa ditantang dengan situasimasalah kompleks. Siswa diarahkan untuk
belajar memecahkan masalah dengan cara
siswa sendiri, sehingga siswa akan
semakin jelas melihat hubungan-hubungan
antar sifat-sifat suatu bangun. Jadi siswa
ditantang untuk mengelaborasi sintesis dari
penggunaan konsep-konsep dan relasi-
relasi yang telah dipahami sebelumnya.
Dalam fase 5, integrasi, guru merancang
pembelajaran agar siswa membuat
ringkasan tentang kegiatan yang sudah
dipelajari (pengamatan-pengamatan,
membuat sintesis dari konsep-konsep danhubungan-hubungan baru) yang ujuannya
adalah agar siswa dapat menginterpretasi
pengetahuannya dari apa yang telah
diamati dan didiskusikan.
PEMBAHASAN
Berikut ini dijelaskan aktivitas-
aktivitas yang dapat digunakan untuk tiga
tingkat pemikiran pertama yaitu tingkat 1
(visual), tingkat 2 (deskriptif), dan tingkat
3 (teoritis).
Tingkat Pemikiran 1 (Visual)
Siswa mengenali bentuk-bentuk
secara umum dengan cara memperhatikan
bangun-bangun geometri berdasarkan
penampilan fisik sebagai suatu
keseluruhan. Biarkan siswa hanya
memperhatikan bentuk segitiga samakaki,
tetapi tidaklah perlu memberi pertanyaan
kepada mereka kenapa segitiga itu
samakaki. Pada tingkat ini siswa hanya
memperhatikan saja.
Periode Belajar 1
Siswa beranjak dari tingkat
pemikiran 1 ke tingkat 2. Tujuan
pembelajaran selama periode ini
berlangsung adalah mengenali sifat-sifat
dari masing-masing gambar. Sebagai
contoh, siswa mulai mengenali bahwa
sebuah segitiga samasisi terdiri dari tiga
sisi yang kongruen dan memiliki tiga garisbagi yang saling tegak lurus yang mana
garis-garis tersebut simetris terhadap setiap
sisi.
Fase pertama: Informasi
Materi pelajaran pada tingkat 1
disajikan kepada siswa sebagai
-
8/6/2019 02_firdaus
4/9
13
pengetahuan prasyarat untuk Periode 1.
Siswa pada tingkat ini dapat mempelajari
kosakata geometris, dapat mengidentifikasi
bentuk-bentuk khusus, dan bila diberikan
sebuah gambar, mereka dapat membuatnya
sendiri. Sebagai contoh, diberikan gambar-gambar pada Gambar 2, siswa akan
mampu mengenali bahwa gambar-gambar
pada bentuk (A) adalah segitiga-segitiga
sama kaki, pada bentuk (B) adalah sama
sisi, dan pada bentuk (C) adalah segitiga
siku-siku.
Gambar 2. Memberikan nama pada setiap bentuk
Fase kedua: Orientasi Terarah
Siswa mulai mengeksplorasi ranah
inkuiri melalui gambar-gambar yangdikonstruksi secara cermat oleh guru.
Gambar 3. Gambar-gambar simetris
Guru meminta siswa untuk mencari
garis simetri dalam setiap gambar pada
Gambar 3. Siswa dapat mencoba
mengasosiasikan sebuah garis simeteri
dengan berbagai macam bentuk segitiga.
Mereka mendemonstrasikan refleksi
sebuah bangun terhadap garis m dengan
menggunakan GeoGebra danmemperlihatkan bagaiamana refleksi ini
mempengaruhi sebuah objek dengan
refleksinya. Mereka mendiskusikan sifat-
sifat bangun yang diperlihatkan oleh
refleksi.
Ketiga macam segitiga dapat
dikonstruksi secara cermat, sebagai satu
contoh dapat dilihat dalam Gambar 4. Cari
sifat-sifat segitiga itu. Sifat apa yang harus
dimiliki segitiga itu sehingga dapat
memperlihatkan garis simetri? Hal yang
sama dilakukan pada kedua macamsegitiga lainnya.
Gambar 4. Sifat-sifat segitiga sama sisi
Fase ketiga: Eksplikasi
Siswa dan guru terlibat dalam
diskusi seputar sifat-sifat ketiga segitiga.
Pada fase ini diperkenalkan nama ketiga
segitiga, yaitu: sama kaki, sama sisi, dan
siku-siku.
Fase Keempat: Orientasi Bebas
Guru memberikan dua verteks dari
sebuah segitiga kepada sebagai aktivitas
yang lebih open-endedyang dapat didekati
dengan beberapa jenis penyelesaian yang
berbeda. Guru meminta siswa untuk
mencari verteks ketiga agar mendapatkan:
-
8/6/2019 02_firdaus
5/9
14
sebuah segitiga sama kaki; sebuah segitiga
sama sisi; dan sebuah segitiga siku-siku.
Gambar 5. Diberikan dua verteks, tentukan verteks
ketiga agar membentuk sebuah segitiga
Fase Kelima: Integrasi
Guru membantu siswa
mendapatkan suatu pandangan tentang apa
yang sedang dipelajari dan membantu
siswa untuk mengintegrasikan pelajaran
yang telah diselidikinya. Siswa
merangkum semua sifat yang telah mereka
kerjakan dan mampu mengenali atau
membedakan segitiga melalui sifat-sifat
yang dimilikinya.
Tingkat Pemikiran 2 (Deskriptif)
Pada tingkat ini siswa membedakan
bentuk-bentuk pada sifat-sifat dasarnya:
Periode Belajar 2
Selama periode ini berlangsung
siswa beranjak dari tingkat pemikiran 2 ke
tingkat 3. Tujuan pelajaran adalah jaringan
dari relasi-relasi dan pengurutan sifat-sifat
gambar geometris. Dengan menggunakan
penalaran deduktif formal, siswa mampu
membuktikan relasi-relasi.
Fase Pertama: Informasi
Siswa menggunakan garis simetri
sebuah segitiga sama kaki (atau sama sisi)
untuk mengkonstruksi gambar yang
dimaksud bilamana alas sebuah segitiga
diberikan (lihat Gambar 6).
Gambar 6. Melengkapi sebuah segitiga
Fase Kedua: Orietasi Terarah
Dengan memberikan bentuk-bentuk
segitiga (Gambar 7), guru meminta siswa
untuk mengklasifikasi segitiga-segitiga itu.Kemudian guru memberikan pertanyaan:
apakah segitiga sama kaki bisa disebut
segitiga sama sisi? Atau apakah segitiga
sama sisi bisa disebut segitiga sama kaki?
Bagaimana dengan segitiga siku-siku jika
dikaitkan dengan segitiga lain? Setelah itu
guru meminta siswa untuk
mengekspresikan definisi semua segitiga
termasuk segitiga lancip, tumpul, dan
sembarang.
Gambar 7. Bentuk-bentuk segitiga
Selanjutnya guru memandu siswa
untuk memahami bahwa luas sebuah
segitiga adalah setengah dari sebuah
segiempat (lihat Gambar 8).
-
8/6/2019 02_firdaus
6/9
15
Gambar 8. Luas daerah segitiga
Fase Ketiga: Eksplikasi
Siswa dan guru terlibat dalam
diskusi seputar hubungan diantara ketiga
segitiga. Semua segitiga sama sisi dapatberupa segitiga sama kaki, tetapi segitiga
sama kaki tidak harus berupa segitiga sama
sisi. Sebuah segitiga siku-siku dapat
berupa segitiga sama kaki dalam kasus dua
sisinya sama panjang. Siswa juga
menerangkan bahwa luas segitiga selalu
panjang lebar.
Fase Keempat: Orientasi Bebas
Siswa diberikan aktivitas yang
lebih open-ended yang dapat didekati
melalui berbagai jenis penyelesaian yangberagam. Hal ini dimungkinkan karena
tersedianya penyajian yang beragam
melalui GeoGebra.
Gambar 8. Luas daerah segitiga yang tetap
Setiap kali siswa memindahkan
satu verteks, mereka mendapati bentuk
segitiga ABC berubah, tetapi luasnya tetap.
Siswa menemukan deduksi informal yang
dibutuhkan untuk menentukan bahwa luas
sebuah segitiga adalah tetap meskipunbentuk segitiga tersebut berubah-ubah
bilamana verteks atas A dipindahkan
disepanjag segmen DE yang sejajar dengan
alas segitiga ABC.
Fase Kelima: Integrasi
Sebagai instruksi penutup untuk
periode 2, guru membantu siswa
mendapatkan suatu pandangan tentang apa
yang sedang dipelajari dan membantu
mengintegrasikan pokok permasalahan
yang sedang diselidiki. Siswa merangkumsemua relasi-relasi yang telah mereka
kerjakan sebelumnya. Mereka mampu
untuk membedakan segitiga-segitiga
melalui definisi, implikasi, dan klasifikasi,
untuk merumuskan luas sebuah segitiga,
dan untuk memberikan alasan mengenai
luas yang tetap, dan luas yang sama untuk
segitiga-segitiga yang memiliki tinggi yang
sama dan alas yang sama.
Tingkat Pemahaman 3 (Teoritis)
Siswa mampu memikirkan
pembuktian geometris formal dan mampu
memahami proses yang sedang dikerjakan
(van Hiele, 1986). Pada tingkat ini, untuk
mengembangkan penalaran deduktif
formal aktivitas berikut ini dapat
diperkenalkan selama pengajaran
berlangsung dan untuk menerapkan apa
yang mereka pahami tentang sentroid pada
masalah-masalah yang lebih open-ended.
Guru mengkonstruksi gambar
segitiga yang terbagi kedalam enam
segitiga dengan menarik garis bagi dari
ketiga titik sudut. Selanjutnya guru
meminta siswa untuk membuat dugaan dan
menggeneralisasi jawaban atas pertanyaan
mengapa keenam segitiga tersebut
memiliki luas yang sama.
-
8/6/2019 02_firdaus
7/9
16
Gambar 10. Pembagian sebuah segitiga kedalam
enam bagian oleh garis bagi dan
sentroid
Terlihat dalam gambar bahwa
panjang segmen garis dari setiap titik sudutke titik sentroid adalah 2/3 panjang garis
bagi sudut dari setiap titik sudut, dan
kembali guru meminta siswa untuk
melakukan pendugaan dan generalisasi
mengapa demikian?
Gambar 11. Jejak sentroid
Guru meminta siswa untuk
menjelaskan mengapa titik sentroid
membuat jejak berbentuk lingkaran apabila
titik A pada segitiga ABC digerakkandisepanjang lingkaran yang melingkupi
segitiga tersebut.
PENUTUP
Kedua periode pembelajaran dalam
makalah ini hanya berupa contoh aktivitas
dan materi yang menawarkan langkah-
langkah pembelajaran. Guru tidak dapat
mengabaikan bahwa sebenarnya
kemampuan untuk berfikir pada tingkat
yang lebih tinggi tidaklah diperoleh dari
materi-materi yang tertulis saja. Fase-fasepembelajaran dalam aktivitas ini
menciptakan sebuah interaksi diantara
siswa dan guru yang mirip dengan
interaksi seorang dokter dengan
paseiennya dimana dokter tersebut
memberikan resep obat yang cukup untuk
kesembuhan pasiennya.
Teknologi dalam kelas matematika
haruslah merupakan alat yang efektif untuk
meningkatkan interaksi diantara siswa dan
guru melalui pemberian kesempatan
kepada mereka untuk meyelidiki sendiridugaan-dugaan mereka. Guru dapat
memotivasi dan meningkatkan
pembelajaran siswa secara fleksible
dengan menerapkan kelima fase
pembelajaran dalam tugas-tugas rutin dan
soal-soal yang open-ended. Untuk
mencapai tujuan pengajaran, jelaslah
bahwa guru seharusnya banyak
mengetahui tentang tingkat pemikiran
siswa dan juga isi pelajaran yang mereka
ajarkan sehingga mereka dapat secara
efektif memanfaatkan fleksibilitas tersebut.
Sebagai sebuah metode
pembelajaran, fase-fase pembelajaran van
Hiele menawarkan rencana pembelajaran
yang lengkap bilamana software dinamis
digunakan dalam proses pembelajaran.
Sebagai contoh, pendugaan dengan
representasi visual yang berurutan
memungkinkan siswa untuk menemukan
sifat-sifat dari sebuah gambar, siswa secara
dinamis menguji dugaan mereka dan
didukung untuk mengekspresikan temuan-temuan mereka, sementara guru
memperkenalkan terminologi-terminologi
baru dari materi yang sedang dibahas.
Karena fokus dari makalah ini
adalah bagaimana menciptakan
kesempatan-kesempatan yang cukup dalam
dua periode diantara ketiga tingkatan
-
8/6/2019 02_firdaus
8/9
17
pertama, aktivitas yang diusulkan dalam
makalah ini menjadi perangkat pengajaran
yang berguna dalam mata pelajaran
matematika khususnya geometri.
Sebagaimana kita ketahui, buku-buku teks
geometri memberikan porsi yang lebihbanyak pada deduksi formal dan tidak
memberikan siswa kesempatan untuk
menggunakan software yang dinamis
sebagai alat bantu belajar. Sebelum siswa
berkerja dalam penalaran deduktif formal,
sebaiknya kepada mereka diberikan
penjelasan tentang aktivitas ini lebih sering
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir. 2010. Pembelajaran GeometriSesuai Teori van Hiele. El-Hikmah:
Jurnal Kependidikan dan
Keagamaan, Vol VII Nomor 2.
Fakultas Tarbiyah UIN Maliki
Malang.
Budiarto, M.T.. 2000. Pembelajaran
Geometri dan Berpikir Geometri.
Dalam Prosiding Seminar Nasional
Matematika: Peran Matematika
Memasuki Milenium III. Jurusan
Matematika FMIPA ITS Surabaya.Surabaya, 2 Nopember.
Chazan, D. (1989): Similarity: Exploring
the Understanding of a Geometric
Concept. Technical Report 8815.
Cambridge, MA: Educational
Technology Center.
Choi-Koh, S. (1999):A Students Learning
of Geometry Using the Computer.
Journal of Educational Research
92(5), 301311. MATHDI 2000d.02685.
Choi-Koh, Sang Sook. 2000. The Activities
Based on van Hiele Model Using
Computer as a Tool. Journal of the
Korea Society of Mathematical
Education Series D: Research in
Mathematical Education Vol. 4, No.
2, November 2000, 6377.
Firdaus, M. 2009. Meningkatkan
Kecerdasan Visual-Spasial Anak
Melalui Media PembelajaranTangram. Makalah disajikan pada
Konferensi Nasional Pendidikan
Matematika III. Medan, tanggal 23-
25 Juli 2009.
Haciomeroglu, E. S., et al. 2009.Learning
to Develop Mathematics Lessons
with GeoGebra. MSOR Connections
Vol 9 No 2 May July 2009.
Hoffer, A. (1981): Geometry in More Than
Proof. Math. Teach. 74, 1118.MATHDI 1981x. 01699 [Also
appears in: Matimyas Mat. 6(4)
(1982), 1828. MATHDI 1983d.
01029].
Jiang, Z. (1993): Students Learning of
Introductory Probability in a
Mathematical Micro-World.
Doctoral Dissertation. Athens, GA:
University of Georgia. Dissertation
Abstracts International, 54-09A:
3360.
Madja, M.S.. 1992. Perancangan dan
Implementasi Perangkat Ajar
Geometri SMTA. Tesis tidak
diterbitkan. Jakarta: PPS UI.
Sudarman. 2000. Pengembangan Paket
Pembelajaran Berbantuan Komputer
Materi Luas dan Keliling Segitiga
untuk Kelas V Sekolah Dasar. Tesis
tidak diterbitkan. Malang: PPS UM.
Suharjana, A. 2008. Pengenalan Bangun-
bangun Datar dan Sifat-sifatnya di
SD. Paket Fasilitasi KKG/MGMP
Matematika. Yogyakarta: P4TK
Matematika. Dirjen PMPTK.
Depertemen Pendidikan Nasional.
-
8/6/2019 02_firdaus
9/9
18
Van Hiele, P. M. (1986): Structure and
Insight. A theory of mathematics
education. Orlando, FL: Academic
Press. MATHDI 1988b. 03491.
Van Hiele-Geldof, D. (1984): Last articlewritten by Dina van Hiele-Geldof
entitled: Didactics of Geometry as
Learning Process for Adults. In: D.
Fuys, D. Geddes & R. Tischler
(Eds.), English Translation of
Selected Writing of Dina van Hiele-
Geldof and P. M. van Hiele (pp.
215233). Brooklyn, NY: Brooklyn
College.
Wijaya, A. 2004. Pemanfaatan Komputer
sebagai Alat Bantu PembelajaranMatematika SMP. Makalah disajikan
pada Pelatihan Instruktur/
Pengembang Matematika SMP
Jenjang Dasar. PPPG Matematika
Yogyakarta, 10 s.d. 23 Oktober
2004.
Yerushalmy, M. & Houde, R. (1986): The
Geometric Supposer: Promoting
Thinking and Learning. Math.
Teach. 79, 418422. MATHDI
1987x. 00147.