02110280.ps

217
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO SKRIPSI Oleh: MUFARRIKHAH 02110280 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

Transcript of 02110280.ps

Page 1: 02110280.ps

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh: MUFARRIKHAH

02110280

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

Page 2: 02110280.ps

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN

KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Islam

Oleh: MUFARRIKHAH

02110280

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JULI 2007

Page 3: 02110280.ps

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh: MUFARRIKHAH

02110280

Telah Disetujui Oleh, Dosen Pembimbing:

Imron Rossidy, M.Th, M.Ed NIP. 150 303 046

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. M. Padil M.Pd.I NIP. 150 267 235

Page 4: 02110280.ps

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN PAI DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR, KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK CANDI SIDOARJO

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Mufarrikhah (02110280)

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Juli 2007 dengan nilai A

dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I) Pada tanggal 20 Juli 2007

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang, Drs. H. M. Djumransjah, M,Ed. Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 024 016 NIP. 150 303 046 Penguji Utama, Pembimbing, Drs. H. Satral, M.Ag Imron Rossidy, M.Th, M,Ed NIP. 150 023 946 NIP. 150 303 046

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

Page 5: 02110280.ps

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karya sederhana

ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati:

Bapak dan Ibuku tercinta, yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya,

mendidik, menyayangi aku dan tak henti-hentinya mendo'akan aku dengan

setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu. Hormat dan baktiku tiadalah arti,

jika dibandingkan dengan kasih sayang

yang telah kau berikan.

Cacakku seng ca’em dhe whe (Arif) makasih to’ semangat, kerja keras serta

pengirbananmu selama ini, sehingga adek bisa menyelesaikan skripsi ini. Tetep

semangat key…. ‘n Adekku Fendi (alm) semoga kau bahagia di sana…

Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi Sa’idah M

Yang telah membimbingku selama di PP. Sabilur Rosyad

Seluruh Santri PP. Sabilur Rasyad

special to: Yu riend, ijah, na2 dll yang telah memberi motivasi dan membantu

dalam penelitian ini, takkan terlupakan kebersamaan q-ta

☺Konco-konco jalanku ☺

(may, indah, anik, johan, cupez, nofa, tatik, arek2 Ta’mir Merjosari, arek2

Tumpang) yang telah menemani dan selalu memberi motivasi untuk tetap

tegar mengerjakan skripsi.

Ojekku tersayang (Pak Broto) thanks to all... may u’re the best 4 me

MOTTO

Page 6: 02110280.ps

عأن سنىض راهللا عنهع نب النيل صلى اهللا عهيو لسال قم :

يسروا وال تعسروا وبشروا وال تفنراو

Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW

pernah bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah

agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan

berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka

melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyetakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh oang lain, kecuali yang secara tertulis diakui dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Page 7: 02110280.ps

Malang,

Mufarrikhah

KATA PENGANTAR

Page 8: 02110280.ps

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya hambatan yang berarti.

Sholawat serta salam penulis haturkan kehadirat sang pendidik sejati

Rasululah SAW, serta para sahabat, tabi’in dan para umat yang senantiasa

berjalan dengan risalah-Nya.

Dengan terselesainya skripsi ini penulis tak lupa mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

sumbangan baik moril maupun spiritual.

Selanjutnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dan Ibu serta Kakak-kakakku serta adikku (alm) yang tercinta, yang

telah ikhlas memberikan do’a restu, kasih sayang serta bimbingan yang

senantiasa menyertai ananda dalam meraih sukses.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Malang.

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang.

4. Bapak Drs. Moh. Padil M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

5. Bapak Imron Rosiddy MTh, MEd. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar dan selalu

memotivasi sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Page 9: 02110280.ps

6. Bapak Tohiyat selaku kepala SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah

memberikan izin penelitian di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

7. Bapak Utsman, selaku pengajar PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo yang telah

memberikan bimbingan dan arahan pada saat penelitian di lapangan.

8. Teman-teman Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2002, beserta semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

9. Ustadz Marzuki Mustamar dan Umi’ Sa’idah, terima kasih atas dorongan

moril yang telah diberikan kepada penulis.

10. Seluruh sahabat PP. Sabilur Rosyad yang selalu menemani dan memberi

support penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat di Mushollah ” Wardatul Islah” Merjosari, terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

serta masukan yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca.

Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya, amin ya robbal

‘alamin.

Malang, 15 Juli 2007

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Pelaksanaan Pakem

Tabel 2: Keadaan Siswa

Page 10: 02110280.ps

Tabel 3: Lembar Observasi Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

Table 4: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo

Tabel 5: Jumlah Murid Menurut Tingkat Jenis Kelamin dan Usia

Tabel 6: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2: Model Penelitian Tindakan Kelas

Page 11: 02110280.ps

Gambar 3: Siklus Penelitian

Gambar 4: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

Gambar 5: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar

Gambar 6: Diagram Peningkatan Keaktifan

Gambar 7: Diagram Peningkatan Kreativitas

Gambar 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Pre

Test – Siklus III

Gambar 9: Kondisi Pembelajaran Konvensional

Gambar 10: Kondisi PAKEM

Gambar 11: Siklus Penelitian

Gambar 12: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo

Gambar 13: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo

Gambar 14: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Modul

Lampiran 2: Kunci Jawaban Modul

Page 12: 02110280.ps

Lampiran 3: Rencana Pembelajaran

Lampiran 4: Instrumen Observasi

Lampiran 5: Instrumen Dokumentasi

Lampiran 6: Lembar Observasi

Lampiran 7: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

Lampiran 8: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar

Lampiran 9: Diagram Peningkatan Keaktifan

Lampiran 10: Diagram Peningkatan Kreativitas

Lampiran 11: Diagram Peningkatan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas

Pre Test – Siklus III

Lampiran 12: Kondisi Pembelajaran Konvensional

Lampiran 13: Kondisi PAKEM

Lampiran 14: Siklus Penelitian

Lampiran 15: Denah SDN Klurak Candi Sidoarjo

Lampiran 16: Struktur Organisasi SDN Klurak Candi Sidoarjo

Lampiran 17: Data Personalia SDN Klurak Candi Sidoarjo

Lampiran 18: Jumlah Murid Menurut Jenis Kelamin dan Usia

Lampiran 19: Daftar Nama Siswa Kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo

Lampiran 20: Beberapa Sarana Belajar SDN Klurak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................i

Page 13: 02110280.ps

HALAMAN PESETUJUAN ......................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. …iii

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ...............................................................................vii

KATA PENGANTAR............................................................................. viii

DAFTAR ISI................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................xv

DAFTAR TABEL ...................................................................................xvi

ABSTRAK ...............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................13

C. Tujuan Penelitian................................................................................13

D. Manfaat Penelitian..............................................................................14

E. Ruang Lingkup Pembahasan..............................................................14

F. Definisi Operasional...........................................................................15

G. Sistematika Pembahasan ....................................................................16

BAB II KAJIAN TEORI

A. PAKEM...........................................................................................19

1. Pengertian PAKEM ..................................................................19

Page 14: 02110280.ps

2. Latar Belakang PAKEM ...........................................................28

3. Tujuan PAKEM ........................................................................39

4. PAKEM dalam Perpsektif PAI .................................................40

5. Implementasi PAKEM Pada PAI..............................................42

6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi ....................................47

7. Keterkaitan PAKEM dengan Keaktifan....................................50

8. Keterkaitan PAKEM dengan Kreativitas ..................................52

B. Motivasi Belajar ..............................................................................54

1. Pengertian Motivasi Belajar......................................................54

2. Fungsi Motivasi Belajar ............................................................58

3. Tujuan Motivasi ........................................................................59

4. Ciri-ciri Motivasi.......................................................................60

5. Prinsip-prinsip Motivasi............................................................62

6. Macam-macam/jenis Motivasi ..................................................64

7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah..........................................66

8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi ............................69

C. Keaktifan ........................................................................................72

1. Pengertian Keaktifan.................................................................72

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan ..........................78

3. Prinsip-prinsip Aktivitas ...........................................................82

4. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar...........................................84

D. Kreativitas .......................................................................................86

1. Pengertian Kreativitas ...............................................................86

Page 15: 02110280.ps

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif.....................................................90

3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas ................92

4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam ........................96

E. Pendidikan Agama Islam ................................................................98

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................98

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................................100

3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ...............104

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian...........................................................109

B. Instrumen Penelitian .....................................................................112

C. Lokasi Penelitian...........................................................................112

D. Sumber Data dan Jenis Data .........................................................112

E. Teknik Pengumpulan Data............................................................114

F. Analisis Data .................................................................................116

G. Pengecekan Keabsahan Data.........................................................117

H. Tahap-tahap Penelitian..................................................................118

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian..................................................125

1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo.......................................125

2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo................126

3. Keadaan Guru..........................................................................127

4. Keadaan Siswa.........................................................................127

5. Sarana dan Prasarana...............................................................128

Page 16: 02110280.ps

B. Siklus Penelitian............................................................................128

1. Identifikasi Masalah................................................................128

2. Siklus I ....................................................................................135

3. Siklus II ...................................................................................149

4. Siklus III..................................................................................163

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN..................................174

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................191

B. Saran-Saran ...................................................................................192

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ABSTRAK Mufarrikhah. 2007. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) Pada Mata Pelajaran PAI dalam Meningkatkan Motivasi Belajar, Keaktifan dan Kreativitas Siswa Kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan

Page 17: 02110280.ps

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Imron Rossidy M.Th., M.Ed.

Kata Kunci: PAKEM, PAI, Motivasi Belajar, Keaktifan, Kreativitas Siswa

Pembelajaran konvensional yang banyak digunakan guru agama Islam

selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis sehingga siswa kehilangan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitasnya. Hal ini disebabkan guru berperan lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran konvensional dirasa kurang efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa. Atas dasar itu, perlu dicarikan alternatif-alternatif baru dalam pembelajaran PAI. Salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa adalah Pembelajaran, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang dirasa lebih tepat untuk mengatasi problema yang ada selama ini.

Berangkat dari uraian di atas, penulis mencoba untuk meneliti PAKEM sebagai salah satu alternatif pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah PAKEM dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya? 2. Bagaimana implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo?

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom action research) jenis kolaboratif partisipatoris, dengan model yang dikembangkan oleh Elliot. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, interview dan dokumentasi. Data yang bersifat kualitatif dianalisa dengan deskriptif kualitatif sedangkan data yang bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kuantitatif dengan rumus:

P = BaseRate

BaseRatePostRate−X 100 %

Keterangan: P = Presentasi peningkatan Post Rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan Base Rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000:1).

Hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa implementasi PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Indikator peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan dari pre test ke siklus I sebesar 66%, dari pre test ke siklus II sebesar 93%, dari pre test ke siklus III sebesar 140%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke

Page 18: 02110280.ps

siklus I sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke siklus III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus I ke siklus III sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar 41%, dari pre test ke siklus II sebesar 116%, dari pre test ke siklus III sebesar142%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus I ke siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7%. Bentuk implementasi PAKEM yang optimal dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi: team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), reinforcement serta modul.

Saran yang dapat disampaikan peneliti adalah (1) Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan PAKEM karena dari hasil penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa (2) Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan PAKEM pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi seperti team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), reinforcement dan penggunaan modul sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa dalam pembelajaran (3) Perlu adanya penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan variabel dan metode penelitian yang berbeda agar diperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan data yang lebih absah.

BAB I

PENDAHULUAN

Page 19: 02110280.ps

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu

keadaan yang sangat sulit. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM)

bangsa Indonesia masih rendah sehingga belum siap dalam menghadapi

persaingan global. Menurut catatan Human Development Report Tahun 2003 versi

UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas Sumber Daya

manusia berada pada urutan 112. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (85),

Thailand (74), Malaysia (58), Brunei Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan

Singapura (28). Organisasi Internasional yang lain juga menguatkan hal itu.

International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan

membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei.

Sementara itu, Third Matemathics and Science Study (TIMSS), lembaga yang

mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika

siswa SMP kita berada di urutan ke-34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan

IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Nurhadi, 2003:1).

Dikarenakan kondisi bangsa Indonesia SDM-nya masih sangat rendah,

sehingga mereka hanya lebih disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mereka

sendiri tanpa memperhatikan dan memikirkan bagaimana memajukan bangsa

Indonesia supaya bisa bersaing dengan negara-negara lain.

Dari permasalahan-permasalahan di atas Muhaimin (2005:17-18)

memaparkan bahwa hasil survey negeri kita masih bertengger dalam jajaran

Negara yang paling korup di dunia, KKN melanda di berbagai institusi, disiplin

makin longgar, semakin meningkatnya tindak kriminal, tindak kekerasan,

Page 20: 02110280.ps

anarchisme, premanisme, konsumsi minuman keras dan narkoba sudah melanda

di kalangan pelajar dan mahasiswa. Masyarakat kita juga cenderung mengarah

pada masyarakat kepentingan/patembayan (gesellschaft), nilai-nilai masyarakat

paguyuban (gemeinschaft) sudah ditinggalkan, yang tampak di permukaan adalah

timbulnya konflik kepentingan-kepentingan, baik kepentingan individu,

kelompok, agama, etnis, politik maupun kepentingan lainnya.

Dilihat dari permasalahan-permasalahan di atas, bangsa Indonesia

memang sedang menghadapi krisis multidimensional. Mulai dari krisis kualitas

SDM rendah sehingga menyebabkan krisis moral. Muhaimin (2005:18) lebih

lanjut mengungkapkan bahwa krisis ini, secara langsung atau tidak, berhubungan

dengan persoalan pendidikan. Ironisnya, krisis tersebut menurut sementara pihak-

katanya-disebabkan karena kegagalan pendidikan agama, termasuk di dalamnya

pendidikan agama Islam.

Meskipun penjelasan di atas belum tentu sepenuhnya benar, bahwa karena

kegagalan pendidikan agama yang menyebabkan timbulnya krisis moral, tetapi

bisa jadi dikarenakan oleh faktor-faktor yang lainnya, misalkan apabila peserta

didik kurang peduli pada lingkungan hidup di sekitarnya, juga merupakan

kegagalan dari guru IPA, apabila siswa yang kurang sopan dalam berbicara

dengan orang yang lebih tua, itu juga merupakan kegagalan dari guru bahasa dan

lain-lain. Jadi bukan berarti bahwa semuanya merupakan kesalahan daripada

pembelajaran pendidikan agama di sekolah.

Tetapi dalam kenyataan di lapangan memang selama ini pembelajaran

pendidikan agama Islam yang berlangsung masih mengalami banyak kelemahan,

Page 21: 02110280.ps

penyampaian materi pelajaran kurang begitu dipahami oleh peserta didik sehingga

menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak mengerti akan agama Islam itu sendiri

apalagi mengamalkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Menurut Muchtar Bukhori dalam Muhaimin (2005:23) menilai pendidikan

agama masih gagal. Kegagalan ini disebabkan karena praktek pendidikannya

hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-

nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif,

yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya

terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis

dalam kehidupan nilai agama. Disebutkan juga oleh Harun Nasution dalam

Muhaimin (2005:23) Dalam praktik pendidikan agama berubah menjadi

pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral,

padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

Dalam konteks sistem pembelajaran, pendidikan agama titik lemahnya

agaknya lebih terletak pada komponen metodologinya. Kelemahan tersebut dapat

diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang

kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan terhadap

nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik; (2)

kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program

pendidikan non-agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan

sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya,

dan/atau bersifat statis kontekstual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta didik

Page 22: 02110280.ps

kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian

(Muhaimin, 2005:27).

Menurut Sutrisno (2005:37) bahwa:

“Proses pembelajaran yang digunakan para guru agama Islam selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah. Guru memberi penjelasan dengan berceramah mengenai materi pelajaran dan siswa sebagai pendengar. Metode pembelajaran semacam ini kurang memberikan arahan pada proses pencarian, pemahaman, penemuan dan penerapan. Akibatnya, pendidikan agama Islam kurang dapat memberikan pengaruh yang berarti pada kehidupan sehari-hari siswa-siswanya. Akibatnya, terjadi krisis moral pada kalangan siswa-siswa SD, SLTP dan SMU, yang pada akhirnya krisis moral pun meluas pada anak-anak bangsa ini.”

Begitu juga dengan pendapat Menteri Agama RI, Muhammad Maftuh

Basyuni (Tempo, 24 November 2004), bahwa pendidikan agama yang

berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognisi (pemikiran)

daripada afeksi (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku). Menurut istilah

Komaruddin Hidayat dalam Fuaduddin Hasan Bisri pendidikan agama lebih

berorientasi pada belajar tentang agama, sehingga hasilnya banyak orang yang

mengetahui nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya tidak relevan dengan nilai-

nilai ajaran agama yang diketahuinya (Muhaimin, 2005:23).

Sedangkan menurut Towaf dalam Muhaimin (2005:25) telah mengamati

adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah, antara lain: (1)

pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan

norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya, sehingga

peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam

keseharian; (2) kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah

sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi,

Page 23: 02110280.ps

tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk

memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang

tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas, maka guru

PAI kurang supaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk

pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4)

keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya.

Dari berbagai pendapat yang telah disuguhkan di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa kebanyakan dari pendapat-pendapat tersebut mengemukakan

bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah masih tradisional.

Dalam pembelajaran tradisional yang berlangsung secara monoton, yang

hanya disuguhi dengan metode ceramah, maka siswa merasa tersiksa di dalam

kelas, bahkan kelas seakan seperti penjara. Sehingga pembelajaran tersebut tidak

bisa menyerap apa yang telah diterangkan oleh guru pada siswa karena sudah

tidak konsentrasi lagi pada pelajaran. Kondisi seperti ini, menyebabkan motivasi

belajar siswa hilang, dengan tidak adanya motivasi dalam diri siswa maka mereka

akan malas mendengarkan apalagi mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan

pada mereka, dengan demikian maka kreativitas siswa tidak akan berkembang.

Kegiatan belajar mengajar di kelas hanya didominasi oleh guru, seakan-

akan guru adalah sumber utama dalam belajar, sedangkan para siswa hanya

sebagai pendengar setia, para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang

dipompakan oleh guru dan mereka menelan saja hal-hal yang direncanakan dan

disampaikan oleh guru, siswa dianggap sebagai objek. Seperti yang dikemukakan

Usman dalam Hj. Zahera Sy, (2000:26), yaitu guru harus pandai menyuapi sekian

Page 24: 02110280.ps

banyak siswa pada waktu yang sama dengan makanan pengetahuan yang telah

diolah dan dimasak oleh guru sendiri, siswa tinggal menelannya tanpa proses

bahwa makanannya itu pahit, manis atau basi sekalipun.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang seperti ini kegiatan mandiri

dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan

menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih

mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan; guru

cukup mempelajari materi dari buku, lalu disampaikan kepada siswa. Disisi lain,

siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif

atau tidak aktif (Hamalik, 2001:170), jadi kegiatan belajar mengajar tidak

dititikberatkan pada kegiatan siswa yang menyebabkan siswa tidak aktif dalam

kegiatan belajar mengajar.

Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan

berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non-

otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru

menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani

mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan untuk bekerja

sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif

dapat tumbuh dengan subur (Munandar, 1999:12).

Ungkapan Guilford pada tahun 1950 dalam Munandar (1999:7) dalam

pidato pelantikannya sebagai presiden American Psychologikal Association,

bahwa:

Page 25: 02110280.ps

Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan

tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang

diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka

tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara

baru.

Dapat ditarik kesimpulan dari pidato Guilford di atas bahwa ia memberi

penekanan dalam penelitian bidang pengembangan kreativitas pada pendidikan

formal sangat kurang dan diterlantarkan.

Seperti halnya hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh Mahaguru

UGM Prof. Dr. M.S.A. Sastroamidjojo dalam keprihatinannya akan menurunnya

kreativitas manusia, (Sinar Harapan, 4 Mei 1984, hal. 1). Harianto GP juga

menegaskan bahwa sistem menghafal masih mendominasi di sekolah hingga

perguruan tinggi, dengan perkataan lain kreativitas siswa/mahasiswa kurang/tidak

ada, (Pelita, 20 Maret 1985, hal. 3). Dari hasil pengamatan dan penelitian, para

ahli menyimpulkan bahwa anak kecil pada dasarnya sangat kreatif. Hal ini nyata

dari perilaku anak kecil: ia senang mengajukan pertanyaan, senang menjajaki

lingkungannya, tertarik untuk mencoba-coba segala sesuatu, dan mempunyai daya

khayal yang kuat. Namun merupakan kenyataan pula bahwa dengan

meningkatnya usia anak, kreativitasnya bukannya meningkat tetapi justru

menurun, makin lama duduk di bangku sekolah makin tidak ‘kreatif’. Hal ini

menimbulkan pertanyaan pada para pendidik: sejauh mana pendidikan formal

menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas seorang anak? (Semiawan

et al, 1987:12).

Page 26: 02110280.ps

Dalam pendidikan formal, kemampuan-kemampuan mental yang dilatih

umumnya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, ingatan, dan penalaran

logis. Di sekolah siswa biasanya dituntut untuk menerima apa yang dianggap

penting oleh guru, dan menghafalnya. Keberhasilan dalam pendidikan sering

hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu memproduksi bahan pengetahuan

yang diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus ia pecahkan dengan

menemukan satu-satunya jawaban yang benar, sering kali ia dituntut pula untuk

memecahkan soal-soal tersebut hanya dengan satu cara. Cara-cara lain, walaupun

menuju pada jawaban yang sama, sering tidak diperbolehkan oleh guru. Dapatlah

dipahami bahwa pendekatan seperti ini justru menimbulkan kekakuan dalam

berpikir dan kesempitan dalam meninjau suatu masalah. Dengan demikian daya

pikir kreatif sebagai kemampuan untuk dapat melihat suatu masalah dari berbagai

sudut tinjau, justru terhambat. Jika anak di sekolah tidak pernah atau jarang

dituntut untuk menjajaki berbagai alernatif jawaban terhadap suatu persoalan,

bagaimana dapat diharapkan bahwa kreativitasnya akan berkembang? (Semiawan,

1987:12). Dengan nada yang agak berbeda, F. Dennis menyatakan bahwa siswa-

siswa SD sampai PT, sekolah hanya mengejar status, mereka lebih mementingkan

nilai, bukannya prestasi. Siswa-siswa mengejar nilai dengan cara nyontek,

nyogok, atau belajar model foto copy; dengan kata lain kreatif mereka memang

rendah (Pelita, 26 Maret 1984, hal.V dalam Slameto, 1991:138-139).

Menurut Semiawan dalam Suharto, (Pengembangan Kreativitas

Menghadapi Globalisasi, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, Juli 2000.

Hal:160) bahwa "Dengan keterpaduan antara aspek kognitif, afektif dan

Page 27: 02110280.ps

psikomotorik, maka akan menimbulkan kreativitas". Tanpa kreativitas suatu

masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat pembangunannya (Muhadjir

dalam Soeparman, Hubungan kemandirian dengan Kreativitas Siswa SMU, Jurnal

Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, Januari 2000. Hal:93).

Disamping pendidik memasukkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik

pada siswa, pendidik juga harus bisa membangkitkan semangat (motivasi) belajar

siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Hj. Zahera Sy, yang mana salah satunya adalah

penggunaan metode yang bervariasi dalam proses pembelajaran merupakan salah

satu cara untuk memotivasi siswa. Ternyata hasilnya termasuk kriteria baik

(66,67%) (Hj. Zahera Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap

Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I,

Jilid 7. 2000. Hal:29). Dengan timbulnya motivasi, maka siswa akan terdorong

aktif dalam proses pembelajaran dan membuat siswa tersebut kreatif.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satunya

yang sangat berperan yaitu terletak pada pembelajaran. Oleh karena itu guru harus

berusaha semaksimal mungkin bagaimana menciptakan pembelajaran yang dapat

meningkatkan motivasi siswa agar siswa semangat dalam belajar, bagaimana agar

siswa benar-benar terlibat aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional

dalam pembelajaran dan bagaimana menciptakan siswa-siswa yang kreatif.

Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, karena

siswalah yang seharusnya banyak aktif.

Page 28: 02110280.ps

Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan

pengalaman belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki

pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan

kualitas dirinya sehingga mampu menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (life

long education). Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan

UNESCO yaitu “learning to know, learning to do, learning to be and learning to

live together” merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan

belajar mengajar di sekolah (Supriono S, 2001:21).

Diungkapkan lagi oleh Supriono S (2001:21) bahwa:

“Atas dasar prinsip-prinsip tersebut, maka pembelajaran di sekolah

hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga

mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif terhadap

kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

salah satu strategi untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan

menyenangkan siswa, sehingga siswa termotivasi untuk aktif dan kreatif dalam

proses belajar mengajar.

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran

dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk

lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka

sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM

(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).

Page 29: 02110280.ps

Dalam PAKEM ini, terdiri dari pembelajaran aktif, aktif dimaksudkan

bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mampu

merangsang siswa sehingga siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan/ide.

Dari keaktifan siswa ini maka dapat mengembangkan kreativitas, menyenangkan

adalah suasana belajar gembira yang mana dengan suasana belajar yang

menyenangkan maka perhatian siswa akan tertumpu pada belajar. Aktif dan

menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, jika

pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka

pembelajaran itu tidak ubahnya seperti bermain. Pembelajaran yang efektif antara

lain ditandai dengan: (1) Siswa sebagai subjek didik; (2) Metode mengajar yang

beragam; (3) Menghindari verbalistik; dan (4) Variasi pembelajaran (Nursito,

2002:48).

PAKEM lebih menekankan pada pengembangan kemampuan anak melalui

"learning by doing" (belajar melalui berbuat) atau melakukan aktivitas sendiri.

Dengan keaktifan siswa dalam belajar, maka siswa akan memperoleh

pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta

mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Dalam suasana pembelajaran yang aktif saja sebenarnya pembelajaran

yang menyenangkan sudah mulai tercipta. Apalagi jika guru secara kreatif dapat

menjalankan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Senyum guru, misalnya,

mempunyai makna yang sangat dalam bagi keberhasilan pembelajaran. Sebab,

senyum itu dapat mencairkan suasana yang beku, monoton, dan tidak menarik.

Achmad Sapari, Pembelajaran yang Menyenangkan Didaktika

Page 30: 02110280.ps

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/dikbud/pemb09.htm, diakses 17 Mei

2006).

Pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM),

bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan

dengan menyiapkan siswa memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap,

guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di dalam PAKEM juga guru-

guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda, termasuk

pembelajaran yang interaktif. Pembelajaran PAKEM

(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).

Di SDN Klurak Candi Sidoarjo pada saat proses belajar mengajar

berlangsung guru masih sering menggunakan metode tradisonal tepatnya metode

ceramah. Kegiatan belajar mengajar dalam kelas tersebut kurang begitu

komunikatif dikarenakan guru masih mendominasi kelas, sehingga motivasi dan

keaktifan peserta didik kurang, yang mengakibatkan peserta didik banyak yang

bermain-main dan tidur-tiduran disela-sela pembelajaran dan kurangnya

keberanian peserta didik dalam menanyakan hal-hal yang masih belum mereka

pahami dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, dari fenomena tersebut

dapat disimpulkan bahwa kreativitas siswa masih belum terlihat.

Berpijak pada pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

sebuah judul “IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF,

EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA

PELAJARAN PAI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR,

Page 31: 02110280.ps

KEAKTIFAN DAN KREATIVITAS SISWA KELAS V SDN KLURAK

CANDI SIDOARJO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi fokus

permasalahan di sini adalah:

1. Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas

V SDN Klurak Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat

meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN

Klurak Candi Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan proposal ini

adalah:

1. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dapat meningkatkan

motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak

Candi Sidoarjo dan bagaimana peningkatannya.

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI yang dapat

Page 32: 02110280.ps

meningkatkan motivasi, keaktifan dan kreatifitas siswa kelas V SDN

Klurak Candi Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Hasil penelitian ini tentunya sangat berguna bagi penulis sebagai media

pengembangan dan memperluas ilmu pengetahuan baik secara teori

maupun praktek pendidikan agama Islam sesuai dengan disiplin ilmu yang

telah penulis tekuni.

2. Sebagai masukan bagi para guru PAI sehingga bisa menciptakan

pembelajaran PAI yang baik.

3. Sebagai acuan bagi penelitian yang lain yang akan mengadakan penelitian

lebih lanjut berkenaan dengan implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam

meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa.

E. Ruang Lingkup Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, mudah dipahami dan terhindar

dari persepsi yang salah dengan penulisan skripsi ini, maka perlu adanya Hal ini

ditempuh untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan

penelitian.

Adapun ruang lingkup pembelajaran ini berfokus pada pembahasan

tentang implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

Page 33: 02110280.ps

(PAKEM) pada mata pelajaran PAI dalam meningkatkan motivasi belajar,

keaktifan dan kreativitas siswa kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo. Penelitian ini

tidak mengkaji tentang peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas terhadap

materi-materi yang lain selain PAI.

F. Definisi Operasional

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah

satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isinya mata pelajaran

dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa/i untuk

lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka

sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan karyawan-karyawan. PAKEM

(http://pakem.org/, diakses 13 Mei 2006).

Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah/perguruan

tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI sebagai aktivitas dan PAI

sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti upaya yang secara sadar

dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan

memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup dan keterampilan hidup,

baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial yang

bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai

fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau

penciptaan suasana yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup

yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan

Page 34: 02110280.ps

dalam sikap hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak

(Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).

Motivasi belajar adalah rangsangan, dorongan belajar yang sangat besar

karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari besarnya tanggung jawab,

besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (Titiek

Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang Lingkungan

Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu

Pendidikan, Nomor Khusus, Tahun 26, Desember 1999. Hal:125).

Keaktifan menurut Sardirman dalam Hj. Zahera Sy, Cara Guru

Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa dalam Proses

Pembelajaran, Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I, Jilid 7, Februari 2000.hal:27)

adalah keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik maupun mental

secara optimal.

Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, model baru yang berguna

bagi dirinya dan bagi masyarakat (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:104).

G. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam skripsi nanti terdapat kesinambungan dan

sitematis, maka dalam penulisannya ini mencakup enam bab berdasarkan

pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Page 35: 02110280.ps

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORI

Berisi tentang: pengertian PAKEM, latar belakang PAKEM, tujuan

PAKEM, PAKEM dalam perspektif PAI, implementasi PAKEM pada PAI,

keterkaitan PAKEM dengan motivasi, keterkaitan PAKEM dengan keaktifan,

keterkaitan PAKEM dengan kreativitas, pengertian motivasi belajar, fungsi

motivasi belajar, tujuan motivasi, ciri-ciri motivasi, prinsip-prinsip motivasi,

macam-macam/jenis motivasi, bentuk-bentuk motivasi di sekolah, cara

menimbulkan dan memupuk motivasi, pengertian keaktifan, faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan, prinsip-prinsip aktivitas, jenis-jenis aktivitas dalam

belajar, pengertian kreativitas, ciri-ciri kepribadian kreatif, pendekatan 4 P dalam

mengembangkan kreativitas, kreativitas dalam perspektif pendidikan Islam,

pengertian PAI, tujuan PAI, dasar-dasar pelaksanaan PAI.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, instrumen

penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan jenis data, teknik pengumpulan data,

analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Berisi tentang deskripsi data yang memuat gambaran obyek penelitian

mulai dari sejarah berdirinya madrasah, sarana dan prasarana, visi dan misi sesuai

dengan rumusan masalah dan hasil dari analisis data

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Page 36: 02110280.ps

Berisi tentang jawaban dari masalah penelitian yaitu bagaimana

implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

pada mata pelajaran PAI yang dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan

kreativitas siswa dan apakah mata pelajaran PAI dengan mengimplementasikan

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dapat

meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa

BAB VI PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB II

Page 37: 02110280.ps

KAJIAN TEORI

A. PAKEM

1. Pengertian PAKEM

Pakem yaitu singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan ini adalah salah satu pembelajaran yang baru diterapkan

pada sekolah-sekolah. Pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan

proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah.

PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di

dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek,

penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang

hanya dibatas dari imaginasi guru. Phillip Rekdale. PAKEM

(http://pakem.org. Diakses 13 Mei 2006).

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

dapat diartikan sebagai berikut:

a. Active learning (Belajar Aktif)

Bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan

suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang

merupakan proses aktif dan si pembelajar dalam membangun

pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran

ceramah guru tentang pengetahuan (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Page 38: 02110280.ps

b. Creative Learning (Belajar dengan kreatif)

Dalam membaca pemahaman siswa dikondisikan belajar dengan

kreatif. Hal demikian dapat dilakukan guru dengan cara memberi

tugas-tugas membaca pemahaman yang menuntut siswa kreatif untuk

memecahkan masalah-masalah yang muncul. Misalnya siswa diberi

tugas membaca di perpustakaan. Buku-buku yang akan dipelajari

siswa sudah disiapkan. Siswa disuruh merangkum. Satu bab dari buku

yang dibaca dengan bahasanya sendiri. Dengan demikian siswa dapat

kreatif, karena bahasanya tidak harus sama dengan yang ada di buku

(Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa

Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan

Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

Malang, 2005, hlm. 26).

Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru

menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi

berbagai tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan

pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa

membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu

untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

c. Efective Learning (belajar dengan Efektif)

Page 39: 02110280.ps

Dengan membaca pemahaman guru diharapkan mampu

menciptakan efektif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) salah

satu caranya adalah guru sebelum mengajar sudah merancang berbagai

hal yang akan dilakukan dalam KBM. Diantaranya siswa diharapkan

merangkum isi bacaan dengan dibatasi waktu. Siswa dapat menjawab

pertanyaan bacaan dengan tepat. Dengan melatih kecepatan dalam

menjawab dan merangkum sangat melatih siswa dalam hal bekerja dan

berfikir cepat serta tepat. Hal demikian bila dilatihkan secara kontinyu

akan memupuk kebiasaan pada siswa yaitu sikap praktis dan efektif

dalam kegiatan sehari-hari (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamatan

Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi,

Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 26-27).

d. Menyenangkan

Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang

menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh

pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya ("time on task") tinggi

(Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti

meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah

cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan

apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran

berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan

Page 40: 02110280.ps

pembelajaran yang dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan

menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak

ubahnya seperti bermain biasa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Dan dalam buku paket pelatihan awal disebutkan bahwa secara

garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Siswa terlibat berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman

dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui

berbuat.

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam

membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai

sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,

menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar

yang lebih menarik dan menyediakan 'pojok baca'.

d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif,

termasuk cara belajar kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam

pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan

melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya

(Depdiknas, 2004:3, 3-8).

PAKEM juga dapat diartikan sebagai berikut:

Page 41: 02110280.ps

a. Pembelajaran yaitu;

Usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya

b. Aktif yaitu;

Mengemukakan pendapat, menemukan, mengembangkan penalaran,

mengkomunikasikan ide / gagasan untuk memecahkan masalah

c. Kreatif yaitu;

1) Memahami masalah

2) Merencanakan pemecahan masalah

3) Merencanakan kegiatan

4) Mengkaji ulang pelaksanaan pemecahan masalah

5) dll

d. Efektif yaitu;

Dalam waktu singkat dapat mencapai tujuan yang diharapkan

e. Menyenangkan yaitu;

Siswa terpesona dengan keindahan, kenyamanan, kemanfaatannya

sehingga terlibat aktif dan asyik

Definisi PAKEM juga diungkapkan oleh Anik Zuroidah sebagai

berikut, adapun pengertian huruf PA dalam sistem ini adalah pembelajaran

aktif. Artinya siswa harus ikut aktif dalam mencermati materi yang

diberikan oleh guru. Jadi bukan hanya guru yang aktif memberikan materi,

tapi juga harus melibatkan siswa. Pengertian K (kreatif) yaitu guru

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka

mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai

Page 42: 02110280.ps

dengan materi yang diajarkan guru. E (Efektif) berarti sedikit bicara

banyak kerja artinya para siswa langsung mempraktekkan materi. Jadi

mereka akan merasakan dan sekaligus memahami materi tanpa harus

diberi ceramah. Poin ini tentu saja akan menghemat waktu dan tenaga

dalam pembelajaran. M (Menyenangkan) berarti sesuai pembelajaran

yang tidak membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek

belajar, mereka selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).

Sedang menurut E. Mulyasa (2006:191-194) pembelajaran aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah:

a. Pembelajaran Aktif

Merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak

melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai

informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses

pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai

pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan

kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan

peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi,

seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian

terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajaran Kreatif

Page 43: 02110280.ps

Merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dalam

memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama

pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode

dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,

dan pemecahan masalah.

c. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan

pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik, serta

mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta

didik harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam

pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif,

dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara

aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan

pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk

menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi

tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini

memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam

rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.

d. Pembelajaran Menyenangkan

Page 44: 02110280.ps

Pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu

proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang

kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa

atau tertekan (not under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran

menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru

dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri

sebagai mitra belajar peserta didik, bahkan dalam hal tertentu tidak

menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini

dimungkinkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi

tidak memungkinkan lagi guru untuk mendapatkan informasi lebih

cepat dari peserta didiknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pakem adalah

pembelajaran yang menitikberatkan pada anak didik. Dalam proses belajar

mengajar anak didik disuruh belajar sendiri, sedangkan guru hanya

menjadi fasilitator saja. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya

sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan

gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan

sekolahnya (Zulaicha, "Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman

Siswa Kelas IV SDN Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan

Model Pakem dan Non Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM

Malang, 2005, hlm. 28).

Page 45: 02110280.ps

Dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan) ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan

kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,

2004:3, 3-1).

Dalam pembelajaran PAKEM model pembelajarannya pertama

dilakukan dengan kegiatan memahami konsep pengetahuan dan

ketrampilan tertentu selalu dilakukan dengan menekankan prinsip belajar

sambil bekerja dan belajar sambil bermain. Kedua, kegiatan memahami

konsep pengetahuan dan ketrampilan tertentu selalu menggunakan alat

bantu belajar dan memanfaatkan lingkungan sekitar, agar dapat tercipta

pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan lebih efektif. Ketiga,

kegiatan pembelajaran selalu menekankan prinsip kerjasama dan

kemandirian. Keempat, tempat belajar ditata dan dikelola secara fleksibel,

misalnya penataan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan kelas, dalam kelas

perlu ada hiasan edukatif yang menarik, tempat pemajangan hasil karya

siswa, serta adanya perpustakaan kelas atau sudut baca. (Zulaicha,

"Perbedaan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN

Pogar II Kecamaatan Bangil dengan Menggunakan Model Pakem dan Non

Pakem" Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang, 2005, hlm. 28).

PAKEM ini akan mudah dilaksanakan jika 1). Guru memiliki

persiapan matang, misalnya ada sumber belajar, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas 2). Guru bersikap wibawa. Artinya para siswa akan

merasa senang mengerjakan sesuatu atas tuntutan guru bukan merasa

Page 46: 02110280.ps

terbebani 3). Guru kreatif artinya guru bisa mengetahui kondisi kelas dan

bisa menemukaan solusi pembelajaran kelas yang berbeda. 4). Guru

memiliki profesionalisme kerja artinya guru tak hanya sekedar memberi

materi kepada siswa. Namun lebih mengutamakan perubahan sikap dan

prilaku para siswa ke arah yang lebih baik. 5). Guru bersikap ing ngarso

sung tuladha ing madya mbangun karsa. Tut wuri handayani artinya

dalam memberi bimbingan, guru harus memberi contoh, turut berperan

dan memberi dukungan (Zuroidah, 2005:36).

2. Latar Belakang PAKEM

Pakem adalah wujud dari salah satu hasil kerjasama antara

UNESCO dan UNICEF dengan dukungan pemerintah Indonesia,

khsususnya Departemen Pendidikan Nasional. Yang melaksanakan satu

kegiatan rintisan yang disebut "Menuju Masyarakat Peduli Pendidikan

Anak Dengan Meningkatkan Mutu Pendidikan Dasar Melalui Manajemen

Berbasis Sekolah dan Peran Serta Masyarakat".

Kegiatan ini berlandaskan pada asumsi bahwa sekolah akan

meningkatkan mutunya jika kepala sekolah, guru, dan masyarakat, (BP3,

wali murid, tokoh masyarakat) diberikan kewenangan yang cukup besar

untuk mengelola pendidikan di tingkat sekolah. Pengelolaan itu

menyangkut proses belajar mengajar, manajemen sekolah, dan peran serta

masyarakat dalam pendidikan (Supriono dan Sapari, 2001:2).

Page 47: 02110280.ps

Tujuan program ini adalah:

a. Kegiatan rintisan ini dilakukan untuk mengembangkan model

pemantapan Sekolah Dasar yang telah diuji-cobakan dan dapat

terlaksana melalui pelaksanaan manajemen berbasis sekolah,

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta

peningkatan peran serta masyarakat.

b. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite

sekolah, dan tokoh masyarakat dalam aspek manajemen berbasis

sekolah untuk peningkatan mutu sekolah;

c. Mengembangkan kemampuan para kepala sekolah, anggota Komite

Sekolah, dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran

yang bersifat aktif dan menyenangkan, terutama di lingkungan sekolah

serta di masyarakat;

d. Mengembangkan peran serta masyarakat dengan lebih aktif dalam

masalah umum persekolahan dari para anggota Komite Sekolah, orang

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan /

pembelajaran kontekstual

Manajemen Berbasis Sekolah

PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN

Peran Serta Masyarakat

Page 48: 02110280.ps

tua murid, serta tokoh masyarakat dalam membantu (Depdiknas,

2004:ii).

Sedangkan hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini ada dua yaitu:

a. Dalam jangka pendek, hasil-hasil yang diharapkan meliputi:

1) Tersedianya seri-seri modul yang telah diuji coba dalam bidang (a)

Manajemen Berbasis Sekolah, (b) Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan, serta (c) Peningkatan Peran Serta

Masyarakat;

2) Tersedianya beberapa model yang telah diuji coba di lapangan

dalam upaya peningkatan mutu sekolah dasar melalui manajemen

berbasis sekolah, pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan, serta masyarakat;

3) Adanya peningkatan pemahaman semua pejabat dan individu yang

terlibat dalam pendidikan tentang aspek manajemen berbasis

sekolah, pembelajaran aktif dan menyenangkan, serta peran serta

masyarakat;

4) Adanya peningkatan kinerja sekolah dalam arti adanya manajemen

berbasis sekolah yang baik dan terbuka, pembelajaran aktif dan

menyenangkan yang efektif, serta peningkatan peran serta

masyarakat dalam masalah umum persekolahan.

b. Dalam jangka panjang meliputi:

1) Adanya peningkatan secara umum mutu pendidikan dasar pada

sekolah-sekolah binaan yang mengakibatkan adanya peningkatan

Page 49: 02110280.ps

kinerja para siswa dengan naiknya nilai prestasi belajar,

lingkungan belajar yang lebih menyenangkan untuk belajar, serta

tenaga pendidik yang lebih profesional;

2) Model-model peningkatan sekolah dasar yang telah diujicobakan

ini ditiru dan disebarluaskan ke sekolah dan daerah-daerah lain,

baik oleh Pemerintah maupun oleh LSM (Depdiknas, 2004:ii).

Adapun strategi kegiatan rintisan ini agar model yang

dikembangkan dapat disebarluaskan meliputi hal-hal berikut:

1) Menggunakan mekanisme dan sistem yang dipakai oleh Pemerintah

serta bekerja sama dengan LSM terkait-kegiatan ini memakai sistem

Gugus Sekolah dan jajaran kependidikan yang berlaku;

2) Membentuk Satuan Tugas (satgas) pada tingkat propinsi, kabupaten

dan kecamatan untuk membantu koordinasi dan pelaksanaan kegiatan

dan juga agar masuk ke dalam jalur dan siklus kegiatan Pemerintah

dalam bidang pemerintah dalam bidang pendidikan;

3) Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar seperti

pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, anggota Komite Sekolah dan

Tokoh Masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah,

pembelajaran aktif, menyenangkan dan efektif, serta peran serta

masyarakat;

4) Mengadakan pelatihan rutin bagi para kepala sekolah, guru dan

anggota Komite Sekolah serta pendampingan pada pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar di tingkat gugus dan sekolah;

Page 50: 02110280.ps

5) Adanya supervisi dan monitoring rutin pada pelaksanaan kegiatan di

sekolah untuk mengetahui kendala dan masalah yang dihadapi serta

menemukan pemecahan yang diperlukan;

6) Adanya pemberian bantuan keuangan melalui dana "block grant" bagi

setiap sekolah untuk peningkatan mutu KBM serta untuk melatih para

kepala sekolah dan guru dalam perencanaan kegiatan dan pengelolaan

keuangan sekolah (Depdiknas, 2004:ii-iii).

Perjalanan sejarah perubahan penggunaan model pembelajaran di

Indonesia, mulai dari D4, melalui CBSA, dan kini telah gencar

disosialisasikan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan). Perubahan itu sejatinya menggambarkan

perubahan sosok kehidupan sosial-ekonomi-budaya-politik dalam

masyarakat. Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan

Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4,

Melalui CBSA, Sampai dengan Pakem

(http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33, diakses 22 Juni 2006).

Sebagaimana yang telah diuraikan oleh Mantan Kepala Sekolah

Kuala Lumpur ini tentang awal mula PAKEM yaitu sebagai berikut:

D4, Antara Wajah Masyarakat dan Wajah Sekolah

Istilah D4 pada awalnya memang muncul disekitar kehadiran banyak

anggota legistatif dalam melaksanakan fungsinya (legislasi, budget dan

pengawasan). Pada saat itu konon banyak anggota legislatif hanya datang,

duduk, diam, dan dengar saja dalam sidang-sidang yang diikutinya. Hanya

Page 51: 02110280.ps

kur tepuk tangan yang riuh yang sering mewarnai saat-saat pengambilan

keputusan, baik dalam sidang komisi maupun sidang plenonya. Mereka

datang ke ruang sidang, kemudian mereka mendengarkan pidato-pidato

dalam sidang itu, dan mereka duduk dengan tenang, bahkan nyaris

mengantuk, dan pada akhirnya pengambilan keputusan, mereka bersorak

'setuju', dan akhirnya diikuti oleh kur tepuk tangan, sebagai tanda sidang

telah usai dengan suara bulat, bukan lonjong.

Kondisi sidang legislatif dan rapat dalam masyarakat tersebut nyaris sama

dengan kondisi ruang kelas kita. Anak-anak datang ke sekolah, duduk

dengan manis di kelasnya masing-masing, tangan dilipat, mulut ditutup

(diam) untuk mendengarkan celoteh sang guru. Dalam hal ini, wajah

sekolah memang benar-benar menjadi miniatur wajah masyarakat kita.

Apa saja yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tampak nyata akan

tergambar dalam kehidupan sekolah.

Bahkan, apa yang tergambar di ruang sidang legislatif dengan anggotanya

yang saling dorong dan nyaris baku hantam antara sesama anggota dewan,

atau wajah masyarakat yang saling melakukan tawuran antara dua

kelompok masyarakat yang hanya dipisahkan dengan jalan kampung,

ternyata juga tergambar dengan adanya tawuran antarsiswa atau

mahasiswa antarsekolah atau antarfakultas di suatu perguruan tinggi.

Bukankah hal itu merupakan gambaran yang nyaris sama antara keduanya.

Sekali lagi, D4 merupakan satu gambaran masyarakat dan sekolah kita

pada satu kurun waktu tertentu.

Page 52: 02110280.ps

CBSA, Satu Terobosan Yang Belum Selesai

Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lagi dipandang

sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Peserta didik adalah

subyek didik, dan bukan obyek. Dalam memperoleh pengalaman belajar

dalam ruang kelas, mereka bukan bebek-bebek yang hanya akan digiring

oleh gurunya. Bukan pula burung-burung beo yang cukup hanya disuruh

menirukan bunyi sang pelatihnya. Sebaliknya, peserta didik adalah anak

manusia yang telah lahir dengan seperangkat potensi yang harus

dikembangkan secara optimal melalui proses pembelajaran. Peserta didik

harus banyak diberikan kesempatan untuk beraktivitas untuk memperoleh

pengalaman belajar secara aktif, bukan hanya datang, duduk, diam, dan

dengar. Dari sinilah lahir apa yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA) yang telah diadopsi dari konsep Student Active Learning

(SAL) dari negeri asalnya, yakni Amerika Serikat.

Dengan CBSA, metode mengajar guru bukan hanya ceramah, tetapi

multimetoder, sekali ceramah, kemudian diskusi, atau tanya jawab, kerja

kelompok, dan sebagainya. Media dan sumber belajar bukan hanya dari

buku, tetapi dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sumber

langsung dari alam sekitar. Aktivitas siswa bukan hanya mendengarkan

dan mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis, melainkan

mengeluarkan pendapat di depan kawan-kawan dalam satu kelompok,

ataupun dalam satu kelas. Anak-anak mencari sendiri sumber belajar,

mendiskusikan dengan kawan-kawannya, membuat rangkuman dan

Page 53: 02110280.ps

menulisnya dalam lembar kertas yang akan dilaporkan di hadapan teman-

temannya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka ruang kelas tidak

lagi disusun dengan pola lama, berderet-deret, tetapi berkelompok-

kelompok. Bahkan, pola tempat duduk berkelompok-kelompok ini nyaris

menjadi ciri yang menonjol dalam pendekatan CBSA. Bahkan terdengar

khabar nyaring bahwa bangku-bangku lama akan diganti dengan bentuk

bangku-bangku yang mudah untuk diatur untuk membentuk kelompok.

Kemudian, khabar tentang perubahan bentuk bangku ini pun nyaris

menjadi ciri pendekatan CBSA.

Walhasil, pelaksanaan CBSA yang telah sampai kepada tahap

pengembangan replikasi di berbagai sekolah, akhirnya mengalami masa

surut. Bahkan akhirnya mengalami degradasi sampai pada tingkat nadir.

CBSA dilecehkan dengan akronim yang tidak menyesakkan hati, seperti

Catat Buku Sampai Abis, atau Cicilan Baju Seragam Abu-abu, dan banyak

lagi yang lain. proses uji coba dan replikasi CBSA menjadi terhenti tanpa

melalui evaluasi, dan sebagai satu terobosan untuk proses pembaharuan

dalam dunia pendidikan. CBSA belum sepenuhnya berubah. Konsep

CBSA masih setengah hati, dan kini belum bangkit kembali.

Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

Dalam kondisi yang seperti ini, mutu pendidikan tidak bertambah baik,

malah sebaliknya. Beberapa lembaga internasional telah mengadakan

penelitian. Hasilnya mengejutkan. Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

Indonesia turun dan berada satu tingkat di bawah negara Vietnam. Sistem

Page 54: 02110280.ps

pendidikan pun berada pada urutan ke-12 dari 12 negara yang diteliti.

Sementara itu, terdengar nyanyian sayup-sayup sampai ke telinga para

pegiat pendidikan di Indonesia, misalnya tentang empat pilar pendidikan

dari UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3)

learning to be, dan (4) learning how to live toghether. Dengan adanya

seperti ini bahwa dalam proses belajar mengajar bukan hanya diperlukan

agar peserta didik semata-mata mendapat pengetahuan sebanyak-

banyaknya. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan agar pada

akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri, dapat menjadi

dirinya sendiri sesuai dengan potensi bakat dan minat yang mereka miliki,

dan bahkan pada akhirnya peserta didik harus mampu untuk dapat hidup

bersama dalam masyarakat yang semakin majemuk.

PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

Dengan menggunakan dana bantuan dari USAID, dalam berbagai kegiatan

diklatnya, program MBE (Managing Basic Education) selalu mengaitkan

antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM

(Peran serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam

satu kesatuan (three in one) sebagai program MBE. Untuk mendukung

upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, ketiga unsur ini akan

saling mempengaruhi dan saling mendukung. Ibaratnya, tidak akan ada

PAKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang

berbasis sekolah (MBS), dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh

peran serta secara aktif orangtua dan masyarakat (PSM).

Page 55: 02110280.ps

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM. Pertama,

adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi

mengandalkan buku sebagai satu-saatunya sumber belajar. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar

peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku

pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Kedua, sumber

belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario

pembelajarnnya dengan berbagai kegiatan. Ketiga, hasil dari kegiatan

belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan

bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut

merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa. Pajangan hasil karya

siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses

pembelajaran. Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif,

yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit,

kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai

lima, orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama,

dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan

mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian

dipajang. Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa,

baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba

mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Keenam, dalam

melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah

Page 56: 02110280.ps

antusiasme dan rasa senang siswa. Ketujuh, pada akhir proses

pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut

sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan

dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikuti.

Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang

Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta. Dari D4, Melalui CBSA,

Sampai dengan PAKEM (http://www.suparlan.com/artikel.php?aid=33,

diakses 22 Juni 2006).

Memang PAKEM adalah model pembelajaran yang masih baru

terdengar ditelinga kita, karena penerapan PAKEM ini baru dimulai sejak

tahun 2003 di sekolah-sekolah binaan MBE. Sekolah dan guru berusaha

merancang pembelajaran, mengelola kelas, dan membimbing siswa

dengan mengedepankan eksplorasi terhadap kemampuan siswa.

Pembelajaran ini lebih mengutamakan proses dalam pencapaian

kompetensi yang diharapkan. Muhtarudin, Contoh Pembelajaran PAKEM.

(http://mbeproject.net/mbe815.htm, diakses 13 Mei 2006).

Kedepan, dari kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan mutu

pendidikan secara umum di SD-SD Rintisan, yang akan menyebabkan

perbaikan dalam berbagai aspek pendidikan, seperti: sikap siswa, nilai tes

(NEM), angka putus sekolah, kualitas murid yang mengulang kelas,

absensi murid, angka kelulusan, angka melanjutkan ke SLTP, dsb, melalui

upaya: peningkatan mutu pembelajaran SD, Child friendly (suasana belajar

yang sayang anak) serta peningkatan kinerja guru. Syamsu Budiyanti,

Page 57: 02110280.ps

Mempersiapkan Generasi Mendatang Melalui PAKEM,

(htpp://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=503&catid=1&, diakses 20 Mei

2006).

3. Tujuan PAKEM

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),

bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih

menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.

Di dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran

yang berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,

Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses

20 Mei 2006).

Jadi PAKEM adalah salah satu model pembelajaran yang

mengemas proses belajar mengajar yang berlangsung dengan suasana yang

menggembirakan dan disamping itu belajar makin efektif.

Guru dalam PAKEM berfungsi sebagai fasilitator yang berperan

merancang, mengelola, membimbing dan mengarahkan siswa sesuai

dengan kompetensi yang akan dituju. Guru juga harus memperhatikan

semua siswa tanpa membedakan latar belakang, maupun tingkat

kemampuan masing-masing siswa. Suara MBE 9, Pembelajaran PAKEM

(http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei 2006).

Page 58: 02110280.ps

4. PAKEM Dalam Perspektif PAI

Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada

empat prinsip, yaitu aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Sulhan,

2006:49).

Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi

proses dalam model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi

belajar. Kemandirian dan tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan

dan bekerja sama untuk mengasa emosional. Persaingan yang sehat

ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta

menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak

belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar

menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak

kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan dan berpartisipasi

dalam proses perubahan (Sulhan, 2006:49).

Sejalan penuturan PAKEM di atas, pendidikan agama Islam dalam

proses pembelajarannya juga selalu memperhatikan perbedaan individu

(furq al-fardiyyah) peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan

kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya,

sehingga bagi peserta didik belajar merupakan hal yang menyenangkan

dan sekaligus mendorong kepribadian berkembang secara optimal

(Ramayulis, 2005:95).

Page 59: 02110280.ps

Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan dari Anas r.a:

:عن أنس رضىاهللا عنه عن النبي صلى اهللا عليه وسلم قال يسروا وال تعسروا وبشروا وال تنفروا

Artinya: Diriwayatkan Anas bin Malik r.a: Nabi Muhammad SAW pernah

bersabda, ringankanlah orang-orang (dalam masalah-masalah agama), dan janganlah membuatnya menjadi sukar bagi mereka dan berilah mereka kabar gembira dan janganlah membuat mereka melarikan diri (dari Islam) (1:69-Mukhtar Al-Bukhori).

Firman Allah SWT Q.S. An-Nahl:125

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Dari ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran pendidikan agama Islam pada dasarnya menekankan

pembelajaran yang menyenangkan dan menitiberatkan pada siswa

sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

siswa dalam pembelajaran.

Page 60: 02110280.ps

5. Implementasi PAKEM Pada PAI

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam dewasa ini masih tetap cenderung

bersifat memaksakan target bahan ajar, bukan pada pencapaian dan

penguasaan kompetensi. Selain itu pembelajaran pendidikan agama Islam

juga masih bersifat monoton yang mana guru menjadi sumber utama

dalam belajar, anak didik hanya disuguhi dengan ceramah sang guru tanpa

memikirkan apakah anak didik tersebut paham atau tidak dikarenakan

mengejar target bahan ajar selesai. Sehingga pendidikan agama Islam tidak

membekas pada anak dan tidak diterapkan pada kehidupan sehari-hari

mereka.

Nurcholis Madjid mengatakan bahwa pendidikan agama masih

dianggap gagal dikarenakan oleh pembelajaran pendidikan agama Islam

lebih menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat formal dan hafalan,

bukan pada pemaknaannya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004:165).

Begitu juga dengan Malik Fajar menyatakan bahwa "Proses belajar

mengajar sampai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target

pencapaian kurikulum yang telah ditentukan" (Abdul Majid dan Dian

Andayani, 2004:165).

Dan masih banyak kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan

agama Islam yang lainnya. Dari melihat kelemahan-kelemahan tersebut,

maka dengan adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

Page 61: 02110280.ps

menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM dapat diterapkan dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam. Sehingga dapat menghasilkan anak

didik yang mengerti akan agama Islam, selain itu anak didik juga bisa

menerapkan pelajaran yang sudah diberikan tersebut dalam kehidupan

mereka masing-masing.

KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan

beberapa kemampuan siswa. Kalau guru banyak berceramah, kemampuan

yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan,

mengingat, dan menjawab pertanyaan ingatan. Semua dengan daya retensi

yang sangat rendah. Sebaliknya dengan PAKEM siswa akan terlatih

mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi,

berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian,

percobaan, membuat laporan dan sebagainya. Kemampuan seperti itu

kalau sudah terlatih, akan tertanam sepanjang hidup dan berguna bagi

hidup. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-7.html, diakses 13 Mei

2006).

Pada PAKEM, pengelolaan siswa tidak seperti dulu yang mana

sebagian besar ruang kelas teratur secara klasikal. Anak duduk berbaris

dan lebih banyak mendengarkan guru. Dalam PAKEM pengelolaan

kegiatan murid lebih bervariasi, termasuk kerja kelompok, kerja

berpasangan, kerja perorangan, dan klasikal (Depdiknas, 2004:7, 7-5).

Disamping itu dalam PAKEM sumber belajar tidak hanya terbatas pada

Page 62: 02110280.ps

guru dan buku paket, tetapi sumber belajar bisa di dalam kelas maupun di

luar kelas, misalnya: benda nyata, poster, serta lingkungan alam dan sosial.

Salah satu kelebihan PAKEM adalah melatih kemandirian siswa

dalam belajar termasuk keterampilan mencari informasi dan

memanfaatkan informasi. Suara MBE 4 (http://mbeproject.net/mbe4-

7.html, diakses 13 Mei 2006).

Dalam buku pelatihan awal dijabarkan tentang bagaimana

implementasi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(PAKEM) dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama kegiatan belajar

mengajar (KBM) yaitu sebagai berikut:

TABEL 1

PELAKSANAAN PAKEM

Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar

1. Guru merancang dan

mengelola KBM yang

mendorong siswa untuk

berperan dalam

pembelajaran

Guru melaksanakan KBM dalam

kegiatan yang beragam, misalnya:

1. Percobaan

2. Diskusi kelompok

3. Memecahkan masalah

4. Mencari informasi

5. Menulis laporaan/cerita/puisi

6. Berkunjung keluar kelas

2. Guru menggunakan alat

bantu dan sumber belajar

Sesuai mata pelajaran, guru

menggunakan, misal:

Page 63: 02110280.ps

yang beragam 1. Alat yang tersedia atau dibuat

sendiri

2. Gambar

3. Studi kasus

4. Nara sumber

5. Lingkungan

3. Guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk

mengembangkan

keterampilan.

Siswa:

1. Melakukan percobaan,

pengamatan, atau wawancara

2. Mengumpulkan data/jawaban dan

mengolahnya sendiri

3. Menarik kesimpulan

4. Memecahkan masalah, mencari

rumus sendiri menulis

laporan/hasil karya lain dengan

kata-kata sendiri

4. Guru memberi kesempatan

kepada siswa untuk

mengungkapkan

gagasannya sendiri secara

lisan atau tulisan.

Melalui:

1. Diskusi

2. Lebih banyak pertanyaan terbuka

3. Hasil karya yang merupakan

pemikiran anak sendiri

5. Guru menyesuaikan bahan

dan kegiatan belajar

1. Siswa dikelompokkan sesuai

dengan kemampuan (untuk

Page 64: 02110280.ps

dengan kemampuan

siswa.

kegiatan tertentu)

2. Bahan pelajaran disesuaikan

dengan kemampuan kelompok

tersebut.

3. Tugas perbaikan atau pengayaan

diberikan

6. Guru mengaitkan KBM

dengan pengalaman siswa

sehari-hari.

1. Siswa menceritakan atau

memanfaatkan pengalamannya

sendiri.

2. Siswa menerapkan hal yang

dipelajari dalam kegiatan sehari-

hari

7. Menilai KBM dan kemajuan

belajar siswa secara terus

menerus.

1. Guru memantau kerja siswa

2. Guru memberikan umpan balik

Yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah

sebagai berikut:

a. Memahami sifat yang dimiliki anak

b. Mengenal anak secara perorangan

c. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan

memecahkan masalah

Page 65: 02110280.ps

e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan

belajar

h. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental (Depdiknas, 2004:3, 3-

5).

6. Keterkaitan PAKEM dengan Motivasi

Berbagai alternatif pembelajaran diujucobakan di sekolah.

Berbagai pelatihan diadakan demi kesuksesan pembelajaran. Ketika satu

metode gagal, metode lain dimunculkan sebagai bentuk alternatif

penyelesaian. Demikian pula dengan masalah kurikulum. Dengan

bergantinya kurikulum dari tahun ke tahun, menuntut pula renovasi

metode yang harus dipraktekkan dalam lingkungan akademis (Zuroidah,

2005:36).

Berbicara masalah pembelajaran, memang tidak dapat lepas dari

guru sebagai pendidik dan siswa sebagai si terdidik. Keberhasilan

pembelajaran dalam lingkup kecil terlihat sekali ditentukan oleh guru dan

para siswa. Namun tak jarang banyak diantara para guru mengalami

kegagalan itu sebenarnya berasal dari guru itu sendiri. Mengapa

demikian? (Zuroidah, 2005:36).

Zuroidah (2005:36) mengungkapkan bahwa Seorang guru harusnya

mengetahui sedikit aspek psikologi anak maupun remaja. Bila awal

Page 66: 02110280.ps

pertemuan sudah bisa menanamkan rasa senang pada guru selanjutnya

siswa akan menyenangi pula yang diajarkan oleh guru tersebut. Ini

bukanlah sekedar teori. Seorang anak atau siswa akan menyenangi

pelajaran apa saja, jika gurunya menyenangkan. Nah, bagaimana upaya

guru untuk menyenangkan para siswanya?

Salah satu alternatif pembelajaran yang bisa membuat siswa

senang dan termotivasi adalah PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan). Sebagaimana kepanjangan dari PAKEM

sendiri, M adalah menyenangkan, artinya pembelajaran yang tidak

membosankan. Jika siswa terlibat langsung sebagai subjek belajar, mereka

selalu senang dalam belajar (Zuroidah, 2005:36).

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM),

bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih

menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya.

Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses

20 Mei 2006).

Sedangkan definisi menyenangkan dalam pembelajaran aktif,

kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang termuat dalam buku

paket pelatihan awal (Depdiknas, 2004:3, 3-8) yaitu suatu belajar-

mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya

secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on

task”) tinggi.

Page 67: 02110280.ps

Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

penciptaan pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa

semangat (termotivasi) untuk mengikuti proses belajar mengajar sehingga

siswa aktif dalam KBM.

Sebagaimana definisi motivasi menurut MC. Donald yaitu

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Yang

mana dari pengertian yang dikemukakan oleh MC. Donald ini

mengandung tiga elemen penting yaitu:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri

setiap individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan (Sardiman, 2006:73-

74).

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,

misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu

diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,

mungkin ia tidak senang, mungkin ia sakit, lapar, ada problem pribadi dan

lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi,

tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak

memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu

dilakukan daya upaya yang data menemukan sebab musababnya kemudian

mendorong siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya

Page 68: 02110280.ps

dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberi rangsangan

agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberi motivasi

(Sardiman, 2006:74). Oleh karena itu sangat penting menciptakan KBM

dengan menyenangkan dan menarik siswa, sehingga dapat menimbulkan

semangat belajar.

7. Keterkaitan PAKEM Dengan Keaktifan

Salah satu unsur pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAKEM) adalah adanya keaktifan siswa. Siswa dituntut

aktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran aktif dalam PAKEM merupakan pendekatan

pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam

mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji

dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan

pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif

memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir

tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan

penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar, dan menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari (Mulyasa, 2006:191).

Dalam model pembelajaran aktif, guru lebih memposisikan dirinya

sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to

facilitate of learning) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara

aktif dan banyak berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru

Page 69: 02110280.ps

lebih banyak memberikan arahan, dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi

dan jalannya proses pembelajaran (Mulyasa, 2006:192).

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

fokus pada kegiatan siswa di dalam bentuk group, individu, dan kelas,

partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan

beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.

PAKEM (http://pakem.org, diakses 13 Mei 2006).

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)

dalam penerapannya di kelas yaitu siswa harus ikut aktif dalam

mencermati materi yang diberikan oleh guru. Jadi bukan hanya guru yang

aktif memberikan materi, tapi juga harus melibatkan siswa. Misalnya

dalam kegiatan mendefinisikan istilah, menyusun pantun, atau

menerjemahkan bahasa asing. Kegiatan ini bisa dilakukan secara

kelompok, sehingga semua siswa bisa aktif berkreasi (Zuroidah, 2005:36).

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

salah satu dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau

yang disingkat dengan PAKEM adalah menekankan pengembangan

kemampuan anak melalui “learning by doing” (belajar melalui berbuat)

sehingga siswa dituntut aktif dalam pembelajaran sedangkan guru hanya

sebagai fasilitator, oleh karena itu keaktifan siswa dalam PBM sangat

penting.

Dalam buku paket pelatihan awal juga disebutkan bahwa salah satu

garis besar PAKEM yaitu siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang

Page 70: 02110280.ps

mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan

pada belajar melalui berbuat (Depdiknas, 2004:3-8).

8. Keterkaitan PAKEM Dengan Kreativitas

Berpikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran,

agar peserta didik terbiasa untuk mengembangkan kreativitasnya

(Mulyasa, 2006:192). Pada umumnya berpikir kreatif memiliki empat

tahapan sebagai berikut:

Tahap Pertama; Persiapan, yaitu proses pengumpulan berbagai

informasi untuk diuji.

Tahap Kedua; Inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk

merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan

bahwa hipotesis tersebut rasional.

Tahap Ketiga; Iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk menemukan

keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.

Tahap Keempat; Verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis

untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori (Mulyasa,

2006:192-193).

Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang

menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir

kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah karya baru

(Mulyasa, 2006:193).

Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang

kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir

Page 71: 02110280.ps

maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai

dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang

sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu (Mulyasa, 2006:192).

Untuk menciptakan pembelajaran yang merangsang anak untuk

kreatif, yaitu pembelajaran yang dekat dengan keseharian siswa secara

nyata, artinya seorang guru harus mampu menyinergikan pelajaran,

dengan kenyataan yang biasa ditemukan dalam kesehariannya, maka

alternatif pembelajaran yang bisa dipakai yaitu pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAKEM), yang mana pembelajaran ini juga

menjadikan anak kreatif dalam belajar.

Pembelajaran kreatif pada PAKEM yaitu guru memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa agar mereka

mengembangkan daya pikir, sehingga bisa menghasilkan sesuatu sesuai

dengan materi yang diajarkan guru (Zuroidah, 2005:36).

Sedangkan menurut Depdiknas, kreatif dimaksudkan agar guru

menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai

tingkat kemampuan siswa (Depdiknas, 2004:3, 3-8).

Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan

ke seluruh pelosok tanah air adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena

pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan

kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan (Depdiknas,

2004:3, 3-1).

Page 72: 02110280.ps

Dengan demikian PAKEM disamping menjadikan anak aktif

dalam proses belajar mengajar, memotivasi siswa dengan menciptakan

suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, PAKEM juga

menjadikan anak menjadi kreatif.

Pembelajaran yang kreatif juga sangat berhubungan dengan

pembelajaran yang aktif, peran siswa aktif dalam pembelajaran bisa

membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu

untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan dua kata yang mempunyai makna

yang berbeda, namun kedua kata tersebut saling berhubungan dan dapat

membentuk satu arti kata. Maka untuk lebih jelasnya disini akan

dijelaskan mengenai pengertian dua kata tersebut.

Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris yaitu motivation yang

artinya alasan, daya batin atau dorongan. Sedangkan secara etimologi

moivasi berasal dari kata motif.

Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat

diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata

Page 73: 02110280.ps

motivasi, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang

telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama

bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin

melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk

meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu

dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di

dalam diri seseorang (Sardiman, 2006:75).

Dalam psikologi, motivasi diartikan sebagai segala sesuatu yang

menjadi pendorong tinbulnya suatu tingkah laku (Sabri, 1996:85).

Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan, adapun motif itu masih bersifat potensial dan

aktualisasinya dinamakan motivasi. Untuk lebih jelasnya maka disini akan

dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian motivasi, yaitu:

Handoko (1992:9) mengartikan motivasi sebagai suatu tenaga, atau

faktor yang terdapat di dalam diri manusia, yang menimbulkan,

mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.

Menurut Clifford T. Morgan dalam Wasty Soemanto (1998:206)

memberikan pengertian bahwa motivasi itu adalah sesuatu yang

berhubungan dengan tiga hal yang mana ketiga hal tersebut itu merupakan

aspek dari motivasi itu sendiri, dan ketiga hal tersebut adalah: keadaan

yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang

Page 74: 02110280.ps

didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavor) serta tujuan dari

tingkah laku (goals orend of such behavior).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

merupakan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan, menggerakkan kegiatan serta memberi arah pada kegiatan demi

mencapai suatu tujuan.

Dari ketiga elemen di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

itu merupakan sesuatu yang komplek, sebab motivasi dapat menyebabkan

terjadinya suatu perubahan, energi yang ada pada manusia sehingga akan

terkait dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk atau

melakukan suatu perbuatan atau pekerjaan yang semuanya itu didorong

karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.

Di pandang dari sudut pandang Witting dan Mc. Donald, maka

pengertian motivasi belajar itu adalah suatu perubahan energi di dalam

individu pelajar untuk memperbanyak kapasitas materi penguasan

(empowering cognitiv capasity) yang mana timbulnya ditandai dengan

munculnya afektif dan reaksi dari pusat perubahan (central behavioral

repertoire change) yang menyangkut seluruh aspek psiko fisik organisme,

untuk mencapai tujuan.

Sedangkan menurut Clifford T. Morgan dalam Soemanto

(1998:205) mengatakan bahwa pada dasarnya motivasi belajar itu terdiri

dari suatu siklus antara motif belajar, tingkah laku instrumental belajar dan

tujuan belajar itu sendiri.

Page 75: 02110280.ps

Motivasi belajar juga dapat diartikan sebagai dorongan belajar

yang sangat besar karena keinginan anak untuk berhasil dapat dilihat dari

besarnya tanggung jawab, besarnya kebutuhan anak akan penghargaan dan

kebutuhan aktualisasi diri (Titiek Syamsiah, Hubungan Motivasi Belajar

dan Persepsi Murid tentang Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar

Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan, Tahun 26,

Nomor Khusus, Desember 1999. Hal:125).

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, Karena pada umumnya ada

beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar

(Sardiman, 2006:75).

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman, 2006:75).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar itu adalah suatu kekuatan mental yang mendorong

terjadinya poses belajar, yang mana kekuatan mental itu berupa keinginan,

perhatian kemauan dan cita-cita, baik yang tergolong rendah maupun yang

tinggi, yang menggerakkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar

dengan mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan tingkah laku

individu dalam belajar untuk mencapai cita-cita dan harapannya.

Page 76: 02110280.ps

Dengan motivasi belajar itu terkandung keinginan yang

mengaktifkan, mengerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap atau

perilaku individu dalam belajar. Motivasi belajar itu merupakan kekuatan

mental yang mampu mendorong terjadinya suatu proses belajar. Yang

mana hal itu biasanya dimulai dengan adanya perubahan energi personal

pelajar yang ditandai oleh reaksi-reaksi yang berupa semangat dan

perilaku secara progresif untuk mencapai tujuan belajar.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Belajar adalah suatu proses menghafal, memahami, memikirkan

dan kemudian mencerna sesuatu yang menjadi orbit belajar atau yang

dibelajari. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan proses tersebut, dalam

belajar sangat diperlukan faktor pendorong yang mampu memberikan daya

semangat. Salah satu faktor pendorong yang dapat diberikan dalam proses

belajar adalah motivasi, motivasi merupakan faktor yang sangat esensi

untuk menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan belajar yang dilakukan

(motivation is an essential condition of learning). Karenanya pemberian

motivasi diyakini mampu memacu semangat dalam proses pembelajaran

dan mempelajari sesuatu. Makin tepat motivasi yang diberikan akan

semakin maksimal pula hasil yang diperoleh dalam belajar.

Page 77: 02110280.ps

Menurut Ngalim Purwanto (2006:70-71) ada tiga fungsi motivasi

dalam belajar, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat/bertindak. Motif itu berfungsi

sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi

(kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan

atau cita-cita.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana

yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan

mengesampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.

3. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

atau mencapai tujuan tertentu (Purwanto, 2006:73).

Bagi seorang guru, tujuan motivasi ini sangat penting sekali karena

dengan motivasi siswa akan semangat untuk belajar serta bisa

mempengaruhi hasil belajar siswa yang tadinya hasilnya rendah dan

dengan motivasi maka hasil belajar siswa akan meningkat, sebagai mana

tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya

agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi

Page 78: 02110280.ps

belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang

diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.

Sebagai contoh, seorang guru memberi pujian pada siswa yang bisa

mempraktekkan cara-cara orang berwudlu dengan benar. Dengan pujian

tersebut maka di dalam diri akan timbul keberanian dan rasa percaya

bahwa dirinya bisa, sehingga bisa memacu siswa untuk lebih giat lagi.

Contoh di atas memperjelas bahwa setiap tindakan motivasi

mempunyai tujuan. Tujuan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika

tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan

kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan

memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar

belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan

dimotivasi (Purwanto, 2006:73-74).

4. Ciri-ciri Motivasi

Motivasi pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

Page 79: 02110280.ps

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi,

keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak

kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal (Sardiman,

2006:83-84).

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan

sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Dalam kegiatan belajar-

mengajar akan berhasil lebih baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas,

ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang

rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya,

kalau ia sudah yakin dan dipangdangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut

siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan

bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua harus dipahami

benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat

memberikan motivasi yang tepat dan optimal (Sardiman, 2006:84).

Page 80: 02110280.ps

5. Prinsip-prinsip Motivasi

Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama

dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang

mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self

motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H.

Hover, mengemukakan prnsip-prinsip motivasi sebagai berikut:

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman

b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang

bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada

motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan)

perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-

tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-

kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang

sebenarnya.

Page 81: 02110280.ps

i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif

untuk memelihara minat murid.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat

ekonomis.

k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-murid

yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para

siswa yang tergolong pandai.

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat

juga lebih baik.

n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi

secara cepat menuju ke demoralisasi.

o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang

berlainan.

p. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam

motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa.

q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid

(Hamalik, 2001:163-166).

Beberapa prinsip di atas dapat digunakan untuk membangkitkan dan

memelihara motivasi siswa dalam KBM.

Page 82: 02110280.ps

6. Macam-macam/jenis Motivasi

Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,

yaitu:

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu:

1) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa

sejak lahir, jadi motivasi ini ada tanpa dipelajari.

Yang termasuk motif bawaan ini adalah dorongan untuk makan,

dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan untuk

istirahat dan lain-lain.

2) Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.

Motif ini timbul dikarenakan adanya keinginan terlebih dahulu

untuk melakukan dan mencapai sesuatu, misalnya: dorongan untuk

belajar, dorongan untuk mengajar, dorongan untuk berdiskusi,

dorongan untuk melakukan penelitian dan sebagainya.

b. Frandsen menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

1) Cognitive Motives

Motif ini menunjukkan pada gejala intrinsic, yakni menyangkut

kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam

diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.

Jenis motivasi sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

Page 83: 02110280.ps

2) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang

penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan

bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu

kejadian. Untuk ini diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi

dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

3) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang. Dengan ini maka dalam

proses belajar, antar siswa akan tercipta suasana kompetensi yang

sehat untuk mencapai suatu prestasi belajar.

c. Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis, yaitu:

1) Motivasi kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk minum,

makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat.

2) Motif-motif darurat. Misalnya dorongan untuk menyelamatkan

diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.

3) Motif-motif objektif. Motivasi lebih khusus lagi yaitu menyangkut

kebutuhan untuk melakukan eksploitasi, melakukan manipulasi,

untuk menaruh bakat.

Page 84: 02110280.ps

d. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah

Yang termasuk jenis motivasi jasmaniah adalah refleks, insting

otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk dengan motivasi rohaniah

adalah kemauan.

e. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

1) Motivasi intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 2006:86-91).

7. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah

Ada beberapa cara dan bentuk motivasi yang dapat diberikan

dalam proses belajar mengajar di sekolah, cara-cara dan bentuk-bentuk

tersebut antara lain yaitu:

a. Memberi angka atau nilai

Angka atau nilai merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar suatu

mata pelajaran. Pemberian angka atau nilai akan mampu memacu

semangat siswa guna memperoleh nilai yang lebih baik dari

sebelumnya.

Page 85: 02110280.ps

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan

untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi

seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.

c. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual

maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

d. Ego-Involvement

Yakni menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, hal ini sebagai salah

satu bentuk motivasi yang sangat penting, karena diyakini bahwa

apapun akan dipertaruhkan untuk mempertahankan kebaikan demi

harga diri.

e. Memberi ulangan

Ulangan juga merupakan sarana motivasi, tetapi juga jangan terlalu

sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat

ritinitas.

Page 86: 02110280.ps

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan,

akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri

siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

g. Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif yang diberikan

oleh seorang guru kepada siswa berdasarkan apa yang sudah dilakukan

siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun melakukan inovasi-

inovasi yang lain yang bermanfaat.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan

secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru

harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu

kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri

anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah

barang tentu hasilnya akan lebih baik.

Page 87: 02110280.ps

j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga

tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Mengenai

minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai

berikut:

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau;

3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik;

4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui oleh siswa akan menjadikan siswa

mengerti dengan tujuan atau arah pembelajaran itu dilakukan, sehingga

dengan demikian siswa akan menjadi tertarik dan bersemangat untuk

mengikuti proses pembelajaran suatu pelajaran (Sudirman, 2006:92-

95).

8. Cara Menimbulkan dan Memupuk Motivasi

Menimbulkan motif pada diri seseorang berarti mengusahakan

adanya motif tertentu yang menguasai seseorang, sehingga motif tersebut

diharapkan dapat menggerakkan tingkah lakunya. Kalau para pendidik

menginginkan agar anak didiknya bertingkah laku menurut norma-norma

yang dinilai tinggi oleh mesyarakat, maka para pendidik harus

Page 88: 02110280.ps

menanamkan terlebih dahulu motif yang sekiranya dapat menggerakkan

tingkah laku tersebut (Handoko, 1992:63-64).

Di dalam dunia pendidikan setiap kali para pendidik harus dapat

menimbulkan motif tertentu pada diri anak didik. Cara menumbuhkan

motif dapat bermacam-macam namun cara-cara yang paling efektif adalah

sebagai berikut:

a. Menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan sejelas-jelasnya. Makin

jelas tujuan yang akan dicapai, tentu makin kuat pula usaha untuk

mencapainya. Sebaliknya, makin tidak jelas tujuan yang akan dicapai,

makin lemah juga usaha untuk mencapainya.

b. Menjelaskan pentingnya mencapai tujuan. Di sini perlu ditunjukkan

alasan-alasan, mengapa tujuan itu perlu dicapai. Bila ternyata tujuan

yang akan dicapai tersebut benar-benar dirasa kepentingannya,

mungkin karena sangat diperlukan sebagai prasyarat untuk mencapai

tujuan yang lebih tinggi, atau mungkin karena mengandung nilai hidup

yang tinggi; maka akan menjadi lebih besarlah dorongan untuk

mencapainya.

c. Menjelaskan insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan itu.

Perjalanan soal insentif ini harus benar-benar real berdasarkan bukti-

bukti yang nyata. Insentif tidak harus berupa materi, melainkan dapat

juga berupa kepuasan batin, nilai hidup, tanda penghargaan, dan lain-

lain (Handoko, 1992:64-65).

Page 89: 02110280.ps

Adapun cara-cara yang dapat ditempuh oleh para pendidik untuk

memperkembangkan dan memperkuat motivasi antara lain sebagai

berikut:

a. Memperjelas tujuan yang dicapai.

b. Memadukan motif-motif yang sudah dimiliki.

c. Merumuskan tujuan-tujuan sementara yang lebih dekat sifatnya. Bila

orang bekerja terlalu lama dan tidak segera melihat hasilnya, seringkali

hal ini melemahkan usahanya. Untuk mengatasi kemunduran usaha

karena tidak segera melihat hasil tersebut perlulah dirumuskan tujuan-

tujuan sementara yang lebih dekat, yang lebih cepat dapat dilihat

hasilnya.

d. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Pekerjaan yang segera

diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang amat besar bagi

orang yang mengerjakannya. Hal ini sejalan dengan prinsip yang telah

disebutkan di atas. Oleh karena itu untuk memperkuat motivasi

seseorang perlulah kita segera memberitahukan hasil kerja yang telah

mereka capai. Pekerjaan yang tidak segera diketahui hasilnya dirasa

sebagai sesuatu pekerjaan yang sia-sia dan akibatnya akan

melemahkan usaha selanjutnya.

e. Mengadakan persaingan. Situasi persaingan akan memperkuat usaha.

Namun persaingan itu harus persaingan yang sehat dan terbuka.

f. Merangsang pencapaian tujuan. Makin merasa dekat dengan tujuan

yang akan dicapai, makin besarlah usaha seseorang.

Page 90: 02110280.ps

g. Pemberian contoh yang positif. Tanpa contoh yang positif murid akan

kurang usaha untuk melaksanakannya. Contoh yang positif kerapkali

lebih berkesan dari pada nasihat-nasihat yang serba bagus (Handoko,

1992:66-69).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi manusia

tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat ditimbulkan,

diperkembangkan dan diperkuat. Makin kuat motivasi seseorang, makin

kuat pula usahanya untuk mencapai tujuan. Demikian pula makin orang

mengetahui tujuan yang akan dia capai dengan jelas, apalagi kalau tujuan

itu ia anggap penting, makin kuat pula usaha untuk mencapainya, makin

kuat juga motivasi untuk mencapainya. Pengertian ini berarti pula bahwa

motivasi dapat berubah.

C. Keaktifan

1. Pengertian Keaktifan

Keaktifan seperti yang disebutkan oleh Sardiman adalah

"………keterlibatan belajar yang mengutamakan keterlibatan fisik

maupun mental secara optimal". Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya

yaitu "keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, asimilasi (menyerap) dan akomodasi (menyesuaikan) kognitif

dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung

dalam pembentukan ketrampilan dan penghayatan serta internalisasi, nilai-

nilai dalam pembentukan sikap dan nilai". Jadi, keaktifan siswa di sini

Page 91: 02110280.ps

adalah keterlibatan intelektual, emosional, fisik dan mental, baik melalui

kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat maupun pembentukan sikap

secara terpadu sehingga nantinya tercapai keseimbangan dalam

pembentukan sikap yang terpuji maupun tampil dalam perbuatan (Zahera

Sy, Cara Guru Memotivasi dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Siswa

dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan. Nomor I, Jilid 7,

Februari 2000. Hal:27).

Jadi, pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar

kalau tidak ada aktivitas, oleh sebab itu aktivitas merupakan prinsip atau

asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Dan hal ini

juga mendapat pengakuan dari berbagai ahli pendidikan.

Seperti yang diungkapkan oleh Rousseau, dia menjelaskan bahwa

segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.

Ilustrasi ini diambil dalam kasus dalam lingkup pelajaran Ilmu Bumi. Ini

menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada

aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2006:96-97).

Untuk melihat terwujudnya cara belajar siswa aktif dalam proses

belajar mengajar, terdapat beberapa indikator cara belajar siswa aktif.

Melalui indikator cara belajar siswa aktif dapat dilihat tingkah laku mana

yang muncul dalam suatu proses belajar-mengajar berdasarkan apa yang

dirancang oleh guru.

Page 92: 02110280.ps

Indikator tersebut dilihat dari lima segi, yakni:

a. Dari sudut siswa, dapat dilihat dari:

1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan, dan

permasalahannya.

2) Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.

3) Penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam

menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar-mengajar sampai

mencapai keberhasilannya.

4) Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa

tekanan guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar).

b. Dilihat dari sudut guru, tampak:

1) Adanya usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi

siswa secara aktif.

2) Bahwa peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses balajar

siswa.

3) Bahwa guru memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar

menurut cara dan keadaan masing-masing.

4) Bahwa guru menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta

pendekatan multimedia.

c. Dilihat dari segi program, hendaknya:

1) Tujuan instruksional serta konsep maupun isi pelajaran itu sesuai

dengan kebutuhan, minat serta kemampuan subjek didik.

Page 93: 02110280.ps

2) Program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa

untuk melakukan kegiatan belajar.

3) Bahan pelajaran mengandung fakta atau informasi, konsep, prinsip,

dan keterampilan.

d. Dilihat dari situasi belajar, tampak adanya:

1) Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di

sekolah.

2) Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki

motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar

masing-masing.

e. Dilihat dari sarana belajar, tampak adanya:

1) Sumber-sumber belajar bagi siswa.

2) Fleksibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar.

3) Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran.

4) Kegiatan belajar siswa yang tidak terbatas di dalam kelas, tetapi

juga di luar kelas (Nana Sudjana, 1989:21-22).

Begitu juga prinsip-prinsip cara belajar siswa aktif kepada 4 dimensi

yang dikemukakan oleh Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman

yaitu:

a. Yang Terlihat Atau Tampak Pada Peserta Didik

1) Keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan serta dorongan

yang terdapat pada anak dalam suatu proses belajar mengajar.

Page 94: 02110280.ps

Artinya anak tanpa ragu-ragu ataupun merasa takut dapat

merefleksikan minat, keinginan maupun pendapatnya dalam forum

proses belajar mengajar.

2) Keinginan dan keberanian untuk mencari kesempatan guna

berpartisipasi dalam persiapan proses dan tindak lanjut suatu

kegiatan belajar mengajar.

3) Berbagai usaha serta kreativitas pada diri peserta didik dalam

menyelesaikan kegiatan belajarnya hingga mencapai tingkat

keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar. Dorongan ingin

tahu (curiousity) yang besar dari peserta didik untuk mengetahui

serta mengerjakan sesuatu yang baru dalam proses belajar

mengajar.

4) Rasa bebas dan lapang melakukan sesuatu tanpa tekanan dari siapa

pun, termasuk guru di dalam proses belajar mengajar.

b. Yang Terlihat Pada Dimensi Guru

1) Usaha membina serta mendorong peserta didik dalam

meningkatkan kegairahan peserta didik/siswa berpartisipasi aktif

dalam proses belajar mengajar.

2) Kemampuan menjalankan fungsi dan peranan guru sebagai

innovator dan motivator yang senantiasa atau menemukan hal-hal

yang baru dalam PBM.

3) Sikap yang tidak mendominasi kegiatan belajar-mengajar peserta

didik dalam keseluruhan proses belajar-mengajar.

Page 95: 02110280.ps

4) Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut

cara, irama serta tingkat kemampuan masing-masing dalam proses

belajar-mengajar

5) Kemampuan untuk menggunakan bermacam strategi belajar-

mengajar serta pendekatan multi-media dalam proses belajar-

mengajar.

c. Yang Terlihat Pada Dimensi Program

1) Tujuan pengajaran, konsep maupun isi pengajaran yang data

memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan peserta didik dalam

proses belajar-mengajar.

2) Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep

maupun aktivitas peserta didik dalam proses belajar-mengajar.

3) Program yang tidak kaku dalam penentuan media dan metode.

Dimana semua peserta didik memahaminya dalam proses belajar-

mengajar.

d. Yang Terlihat Pada Situasi Belajar Mengajar

1) Situasi belajar mengajar yang di dalamnya terjelma komunikasi

guru-murid dan murid-murid yang intim, hangat dan produktif.

2) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar di kalangan peserta

didik selama PBM.

Page 96: 02110280.ps

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan

Menurut Tadjah (1994:52) faktor-faktor yang mempengaruhi

keaktifan siswa dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

faktor intern dan faktor ekstern

1) Faktor Intern

Yaitu faktor yang ada pada diri siswa, faktor ini terdiri dari dua,

yaitu faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor fisiologis

Yaitu keadaan jasmani anak yang berpengaruh terhadap aktivitas

belajar, baik keadaan kebugaran jasmani maupun keadaan atau

berfungsinya dengan baik organ dan alat-alat indera. Jadi keadaan

jasmani pada diri siswa harus benar-benar dijaga dengan baik.

Karena jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dengan keadaan

jasmani yang kurang sehat terhadap aktivitas belajar. Panca indera

merupakan pintu gerbang masuknya berbagai informasi dan

pengalaman. Dalam Al-Qur'an dijelaskan pada surat Yunus ayat

101:

Artinya: “Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan

Page 97: 02110280.ps

rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman". (Q.S. Yunus:101).

Dan surat Al-Isra' ayat 36 yang berbunyi:

⌧ ⌧

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Isra’:36).

Berdasarkan ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa

kesempurnaan dan kesehatan panca indera merupakan syarat utama

agar belajar itu dapat berlangsung secara optimal/maksimal. Dalam

aktifitas belajar yang paling memegang peranan adalah mata dan

telinga, karena mata dan telinga merupakan hak yang memegang

peranan utama dalam kegiatan/aktifitas belajar, kemudian diolah

kemampuan berfikir dan ingatannya sehingga terbentuknya

pengetahuan.

b) Faktor psikologis

Yaitu faktor yang mencakup jiwa atau rohani yang pada

umumnya dapat dikatakan sebagai hal yang mendorong aktifitas

belajar atau hal yang merupakan alasan dilakukannya belajar.

Page 98: 02110280.ps

Menurut Ardan N. Frandsen, bahwa hal yang mendorong

aktivitas belajar adalah sebagai berikut:

(1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dengan luas.

(2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada diri manusia dan

keinginan untuk selalu maju.

(3) Adanya keinginan mendapat rasa simpati dari orang tua, guru

dan teman.

(4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru.

(5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman, bila

menguasai pelajaran.

(6) Adanya gambaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar

(Suryabrata, 1998:253).

Keinginan tersebut tidak dapat lepas satu sama lain, merupakan

satu kesatuan dari keseluruhan perihal yang mendorong anak aktif

untuk belajar. Namun perlu diingat kompleknya keinginan atau

kebutuhan belajar ini sifatnya individual, artinya berbeda antara

anak didik satu dengan yang lain. Dalam hal ini, orang tua harus

mampu merangsang anak didik agar mempunyai rasa ingin dan

butuh untuk belajar. Yang selanjutnya motivasi mereka, karena

motivasi ini sangat besar pengaruhnya terhadap tercapainya cita-cita

kelak.

2) Faktor Ekstern

Page 99: 02110280.ps

Yaitu faktor yang datang dari luar anak didik, yang dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor non sosial dan

sosial (Suryabrata, 1998:249).

a) Faktor non sosial

Merupakan faktor yang tidak ada kaitannya antara individu

dengan yang lain, akan tetapi individu dengan keadaan

lingkungan sekitar. Misalnya keadaan udara, cuaca, waktu yang

tidak tepat, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan sebagainya.

Semua faktor di atas harus diatur sedemikian rupa, sehingga

dapat membantu aktivitas anak didik dalam belajar secara

maksimal. Letak sekolah misalnya atau tempat belajar, harus

memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu

dekat kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan itu

harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam

ilmu kesehatan sekolah. Demikian pula alat-alat pelajaran harus

seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat

menurut pertimbangan didaktis, psikologis dan paedagogis.

b) Faktor sosial

Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor

manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir)

maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak

langsung hadir. Faktor sosialisasi ini meliputi metode

pembelajaran, situasi dan motivasi belajar.

Page 100: 02110280.ps

3. Prinsip-prinsip Aktivitas

Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dalam hal ini akan dilihat

dari sudut pandang perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Dengan

melihat unsur kejiwaan seseorang subjek belajar/subjek didik, dapatlah

diketahui begaimana prinsip aktivitas yang terjadi dalam belajar itu.

Karena itu dilihat dari unsur pandang ilmu jiwa, maka sudah barang tentu

yang menjadi fokus perhatian adalah komponen manusiawi yang

melakukan aktivitas dalam belajar-mengajar, yakni siswa dan guru

(Sardiman, 2006:97).

Dalam hal ini, prinsip-prinsip aktivitas akan dilihat dari sudut

pandang ilmu jiwa lama dan sudut pandang ilmu jiwa modern, yaitu:

a. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Lama

John Locke dengan konsepnya Tabularasa, mengibaratkan jiwa

(psyche) seseorang bagaikan kertas putih yang tidak bertulis. Kertas

putih itu kemudian mendapat coretan atau tulisan dari luar. Terserah

kepada unsur dari luar yang akan menulis, mau ditulis merah atau

hijau, kertas itu akan bersifat reseptif. Konsep semacam ini kemudian

ditransfer ke dalam dunia pendidikan.

Selanjutnya Herbert memberikan rumusan bahwa jiwa adalah

keseluruhan tanggapan yang secara mekanis dikuasai oleh hukum-

Page 101: 02110280.ps

hukum asosiasi. Atau dengan kata lain dipengaruhi oleh unsur-unsur

dari luar. Relevansinya dengan konsep John Locke, bahwa guru

pulalah yang aktif, yakni menyampaikan tanggapan-tanggapan itu.

Siswa dalam hal ini pasif, secara mekanis hanya menurut alur dari

hukum-hukum asosiasi tadi. Jadi siswa kurang memiliki aktivitas dan

kreativitas.

b. Menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern

Menurut pandangan ilmu jiwa modern bahwa manusia sebagai

sesuatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh

karena itu, secara alami anak didik itu juga bisa menjadi aktif, karena

adanya motivasi dan didorong oleh bermacam-macam kebutuhan.

Anak didik dipandang sebagai organisme yang mempunyai potensi

untuk berkembang. Oleh sebab itu, tugas pendidik adalah membimbing

dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat

dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan

harus aktif sendiri.

Perlu ditambahkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar itu

adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan

belajar ke dua aktivitas itu harus selalu berkait. Sebagai contoh

seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan

bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin

pikiran dan sikap mentalnya tidak tertuju buku yang dibaca. Ini

menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan

Page 102: 02110280.ps

aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar itu tidak akan

optimal. Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya

juga kurang bermanfaat. Misalnya ada seseorang berfikir tentang

sesuatu, tentang ini, tentang itu atau renungan ide-ide yang perlu

diketahui oleh masyarakat, tetapi kalau tidak disertai dengan

perbuatan/aktivitas fisik misalnya dituangkan pada tulisan atau

disampaikan kepada orang lain, juga ide atau pemikiran tadi tidak ada

gunanya.

Dan sebagaimana yang diungkapkan oleh Piaget bahwa seseorang

anak itu berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu

tidak berfikir. Oleh karena itu, agar anak berfikir sendiri maka harus

diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berfikir pada taraf verbal

baru akan timbul setelah anak itu berfikir pada taraf perbuatan.

4. Jenis-jenis Aktivitas dalam Belajar

Sekolah merupakan pusat siswa untuk melakukan aktivitas belajar

dan merupakan tempat untuk mengembangkan aktivitas. Karena aktivitas

belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan

klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya

ialah:

Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

Page 103: 02110280.ps

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang

lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activitiesa, yang termasuk di dalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,

mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,

mengambil keputusan.

8) Emotional ectivities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

(Nasution. 1982:93).

Jadi jika kita melihat klasifikasi aktivitas di atas, maka menunjukkan

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas-

Page 104: 02110280.ps

aktivitas di atas dapat disimpulkan bahwa siswa harus bekerja sendiri yaitu

berfikir dan berbuat sendiri, karena anak-anak itu memiliki tenaga-tenaga

untuk berkembang sendiri dan membentuk sendiri dan tugas pendidik

adalah sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan

anak-anak itu sendiri, sedang pendidikan membimbing dan merencanakan

segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.

D. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kata kreativitas berasal dari kata Inggris Creativity, yang berarti

daya cipta (Echols, 1987:154). Sedangkan definisi kreativitas sendiri

terdapat berbagai macam, tergantung pada bagaimana dan dari segi mana

orang melihatnya – "creativity is a matter of definition". Tidak ada satu

definisi pun yang dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang

kreativitas. Hal ini disebabkan: pertama, sebagai suatu "konstruk

hipotetis", kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan

multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam.

Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-

beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi

(Sutrisno, 2005:124).

Dalam bukunya Malik Fajar disebutkan bahwa karena beragamnya

pengertian kreativitas, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada

bagaimana orang mendefinisikannya-creatifvity is a matter of definition.

Page 105: 02110280.ps

Disini dapat dikemukakan beberapa definisi. Menurut Roger B. Yepsen. Jr

(1996), kreativitas merupakan kapasitas untuk membuat hal baru

(creativity is the capacity for making something new). Atau menurut

Mihaly Csikszentmihalyi (1996), orang yang kreatif adalah orang yang

berfikir dan bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah

baru (a create person is someone whose thoughts or actions change a

domain, or estalish a new domain). Dari pengertian di atas dapat

dimengerti bahwa kreativitas adalah kemampuan memunculkan dan

mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagaimana pengembangan dan

ide yang telah lahir sebelumnya serta memecahkan masalah yang dihadapi

(Fajar, 2005:313).

Ada beberapa kriteria yang dapat dikemukakan mengenai

kreativitas meskipun terkesan sepihak. Pertama, dalam respon-respon

kreatif tercermin watak novelty (kebauran atau newness) dan original.

Kedua, dalam respon-respon kreatif terbukti secara efektif

menggambarkan koherensi, kecocokan (adaptiveness) dengan situasi-

situasi riil yang dihadapi, yang terkadang dengan cepat mengalami

perubahan. Ketiga, dalam respon-respon kreatif tergambar suatu bentuk

"realisasi" yang bermanfaat dalam memecahkan segenap persoalan

(problem solving) dasar kehidupan manusia. Keempat, watak menonjol

dari respon-respon kreatif ialah bahwa respon-respon itu dilandasi

kesanggupan berpikir maupun mencandra secara divergent (dari berbagai

sudut pandang), bukan berpikir convergent (dari suatu sudut pandang).

Page 106: 02110280.ps

Respon-respon kreatif semacam ini perlu mendapat pemupukan dan

penumbuhan yang lebih subur dalam sistem dan praktik pendidikan yang

harus diciptakan (Fajar, 2005:313-314).

Menurut Guilford dalam Sutrisno (2005:124) mengemukakan

bahwa terdapat lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif,

yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality),

penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition).

Kelancaran adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam

pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Originalitas adalah

kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak

klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan dan meninjau

suatu persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan apa yang sudah

diketahui oleh orang banyak.

Menurut Munandar pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat

aspek, yaitu (a) pribadi: kreativitas mencerminkan keunikan individu

dalam interaksi dengan lingkungannya, (b) pendorong: kondisi internal

dan eksternal yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif, (c) proses:

bersibuk diri secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, kelenturan

(fleksibilitas), dan orisinal dan bermakna bagi individu dan lingkungannya

(Kreativitas Anak dan Cara Pengembangannya. Anima Indonesian

Psychologikal Journal, vol. 15, No. 4, 2000. Hal: 391).

Sedangkan Semiawan mengungkapkan bahwa kreativitas sebagai

salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia timbul dengan

Page 107: 02110280.ps

didasari oleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik secara

terpadu. Campbell juga mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kegiatan

yang mendatangkan hasil, yang bersifat baru, inotatif, segar, manarik dan

berguna bagi kelancaran serta kemudahan pemecahan masalah dengan

hasil yang lebih baik (Suharto. Pengembangan Kreativitas Menghadapi

Globalisasi. Jurnal Ilmu Pendidikan. Tahun 27, Nomor 2, Juli 2000.

Hal:160).

Menurut Soeparman, di dalam Jurnal Filsafat, (Teori dan Praktik

Kependidikan, 2000. Hal:93) kreativitas dapat membantu usaha

pembangunan menjadi lebih progresif. Muhajir (1982) menyatakan bahwa

tanpa kreativitas suatu masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat

pembangunannya. Kreativitas mencerminkan pemikiran yang divergen

yaitu kemampuan yang dapat memberikan bermacam-macam alternatif

jawaban. Sedangkan menurut Dewing (1970) kreativitas dapat digunakan

untuk memprediksi keberhasilan belajar. Munandar lebih jauh

mengemukakan bahwa kreativitas memiliki daya prediksi yang lebih baik,

terpadu dengan bidang lain termasuk kemandirian. Selanjutnya Guildford

(1976), Munandar (1977), dan Young (1994) menyatakan bahwa

kreativitas meliputi unsur kelancaran, keluwesan, keaslian, perluasan dan

penilaian. Setiap individu harus memiliki kreativitas dan mampu serta

berani menentukan sikap yang tepat sesuai dengan dirinya dan situasinya.

Tetapi sebenarnya setiap orang adalah kreatif. Sedangkan untuk

mendapatkan orang yang demikian perlu adanya latihan dan bimbingan

Page 108: 02110280.ps

dari orang tua ataupun dari guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis

dan Bull (1978) bahwa kreativitas dapat dilatih melalui kelompok dan

individual. Geske (1992) menyatakan bahwa melalui latihan verbal,

berfikir abstrak, rasional, dan analitis kreativitas dapat ditingkatkan.

2. Ciri-ciri Kepribadian Kreatif

Menurut Csikszentmihalyi dalam Munandar (2002:51-53)

mengemukakan sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-

akan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu:

a. Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan

mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka

juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya.

b. Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama

mereka juga naif.

c. Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap

bermain dan disiplin.

d. Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi,

namun tetap bertumpu pada realitas.

e. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun

ekstroversi.

f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada

saat yang sama.

Page 109: 02110280.ps

g. Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu

mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (masukan-feminin).

h. Orang kreatif cendrung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dilain

pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.

i. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila

menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian

karyanya.

j. Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya

menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih

payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan

yang luar biasa.

Treffinger dalam Munandar (2002:54) menyatakan bahwa pribadi

yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan, dan rencana

inovatif serta produk orisinalnya telah dipikirkan matang-matang terlebih

dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan

implikasinya.

Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa

sering tampak pada orang kreatif. Juga, keinginan yang besar untuk

mencoba aktivitas yang baru dan mengasyikkan-misalnya untuk dihipnotis,

terjun payung atau menjajaki kota atau tempat baru (Munandar, 2002:54).

Pribadi kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat

melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan

untuk bermain dengan ide, konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang

Page 110: 02110280.ps

dikhayalkan, yang kemudian terwujud menjadi karya seni, sastra atau

penemuan-penemuan baru (Munandar, 2002:54).

Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang

memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap mesyarakat

digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit

(ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri

terus-menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima

pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan menunjukkan, bahwa guru

dan orang tua lebih menginginkan perilaku sopan, rajin dan patuh dari

anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas (Munandar, 1999:36).

3. Pendekatan 4 P dalam Mengembangkan Kreativitas

Pengembangan kreativitas pada anak didik yang dimulai dari kecil

memang sangat diperlukan sekali pada zaman sekarang ini, dikarenakan

kondisi zaman yang sarat dengan persaingan, jika kita tidak bisa unggul

daripada negara-negara lain maka kita akan ketinggalan dan akan tertindas

oleh negara yang lebih kuat dari negara kita.

Oleh karena itu diperlukan pengembangan kreativitas salah satunya

yaitu di pendidikan formal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hans

Jellen dari Universits Utah, AS dan Klaus Urban dari Universitas

Hannover, Jerman, bulan Agustus 1987 terhadap anak-anak Indonesia

adalah yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya.

Berturut-turut dari skor tertinggi sampai terendah adalah Filipina, AS,

Page 111: 02110280.ps

Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu, dan Indonesia (Fajar,

2005:315).

Dari hasil penelitian di atas, disebutkan bahwa kreativitas anak-

anak di Indonesia masih di bawah rata-rata. Oleh karena itu perlu

ditingkatkan lagi dengan cara-cara yang sudah ada.

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan

untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing

dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda.

Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, maka perlu

ditinjau aspek dari kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, press, proses atau,

dan produk (4 P dari kreativitas).

a. Pribadi

Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam

interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif ialah yang

mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan

pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan

produk-produk yang inovatif.

b. Pendorong (press)

Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan

dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya

sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.

Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung.

Di dalam keluarga, sekolah, dalam lingkungan pekerjaan maupun di

Page 112: 02110280.ps

dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap

sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

c. Proses

Untuk mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan

untuk bersibuk diri secara kreatif, dalam hal ini penting untuk

memberikan pada anak kebebasan untuk mengekspresikan dirinya

secara kreatif.

d. Produk

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif

yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu

sejauh mana keduanya mendorong ("press") seseorang untuk

melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif

(Munandar, 1999:45-46).

Dari uraian di atas, akan dijelaskan lagi dalam buku Munandar

(2002) tentang teori pembentukan pribadi kreatif yaitu:

Adapun penjelasan tentang aspek pribadi kreatif terdiri dari dua

teori psikoanalisis dan teori humanistik yaitu:

1) Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil

mengatasi suatu masalah, yang biasanya mulai dimasa anak.

Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah

mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan

memungkinkan gagasan-gagasan yang disadari bercampur menjadi

Page 113: 02110280.ps

pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi

keadaan psikis yang tidak sehat menjadi sehat (Munandar,

2002:44-45).

Adapun teori-teori yang diungkapkan oleh beberapa pakar

tentang teori psikoanalisis yaitu:

a) Teori Freud

Sigmund Freud (1956-1939), ia menjelaskan proses kreatif dari

mekanisme pertahanan yang merupakan upaya tak sadar untuk

menghindari kesadaran mengabai ide-ide yang tidak

menyenangkan atau yang tidak dapat diterima.

b) Teori Kris

Ernst Kris (1900-1957) menekankan bahwa mekanisme

pertahanan regresi yaitu kecenderungan untuk beralih ke

perilaku pada tingkat perkembangan sebelumnya yang

memberi kepuasan jika perilaku sekarang tidak berhasil atau

tidak memberi kepuasan-juga sering muncul dalam tindakan

kreatif.

c) Teori Jung

Carl Jung (1875-1961) juga percaya bahwa ketidaksadaran

memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan

kreativitas tingkat tinggi (Munandar, 2002:45-47).

2) Teori Humanistik

Page 114: 02110280.ps

Teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari

kesehatan psikologis tingkat tinggi. Tokoh-tokoh aliran humanistik

percaya bahwa kreativitas dapat berkembang selama hidup.

a) Teori Maslow

Menurut Abraham Maslow (1908-1970) bahwa manusia

mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagai

kebutuhan.

b) Teori Rogers

Menurut Carl Rogers (1902-1987) tiga kondisi internal dari

pribadi yang kreatif adalah:

(1) Keterbukaan terhadap pengalaman.

(2) Kemampuan untuk menilai situasi dengan patokan pribadi

seseorang (internal locus of evaluation).

(3) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain”

dengan konsep-konsep (Munandar, 2002:47).

4. Kreativitas dalam Perspektif Pendidikan Islam

Kreativitas berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta. Di

dalam Al-Qur’an disebutkan empat sifat Allah sebagai Maha Pencipta

yaitu Al-Khaliq, Al-Khalaq, Al-Badi’ dan Al-Musawwir. Seperti berturut-

turut yang digambarkan dalam ayat-ayat berikut:

Page 115: 02110280.ps

Artinya: “(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (Q.S. Al-An’am 102).

Artinya: “Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin:81).

⌧ ⌧

Artinya: “Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-An’am:101).

Page 116: 02110280.ps

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:3).

Artinya: “Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imron:3).

E. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pemahaman tentang pendidikan agama Islam (PAI) di

sekolah/perguruan tinggi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu PAI

sebagai aktivitas dan PAI sebagai fenomena. PAI sebagai aktivitas, berarti

upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau

sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup (bagaimana

orang akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap

hidup dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis)

maupun mental dan sosial yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran dan

nilai-nilai Islam. Sedangkan PAI sebagai fenomena adalah peristiwa

Page 117: 02110280.ps

perjumpaan antara dua orang atau lebih dan/atau penciptaan suasana yang

dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapaskan

atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam, yang diwujudkan dalam sikap

hidup serta keterampilan hidup pada salah satu atau beberaa pihak

(Muhaimin dalam Muhaimin, 2005:15).

Tafsir dalam Muhaimin (2005:6) membedakan antara pendidikan

agama Islam (PAI) dan pendidikan Islam. PAI dibakukan sebagai nama

kegiatan mendidikkan agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya

dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam

bukan pendidikan agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam

mendidikkan agama Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata

“pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Dalam hal

ini PAI sejajar atau sekategori dengan pendidikan Matematika (nama mata

pelajarannya adalah Matematika), pendidikan Olahraga (nama mata

pelajarannya adalah Olahraga), pendidikan Biologi (nama mata pelajarannya

adalah Biologi) dan seterusnya. Sedangkan pendidikan Islam adalah nama

sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang mendukung terwujudnya

sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan Islam ialah pendidikan yang

teori-teorinya disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

Adapun ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya

mencakup tujuh unsur pokok, yaitu AL-Qur’an-Hadits, keimanan, syariah,

ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan

pada perkembangan politik. Pada kurikulum 1999 dipadatkan menjadi lima

Page 118: 02110280.ps

unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqh dan bimbingan

ibadah serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan

ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Muhaimin, 2002:79).

Dalam Muhaimin (2002:79) menyatakan bahwa dilihat dari

sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu memiliki kaitan yang

erat, sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut ini:

SISTEMATIKA AJARAN ISLAM

ISLAM

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam GBPPPAI 1994 disebutkan tentang tujuan pendidikan agama

Islam secara umum yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

(AL-QUR’AN 7 SUNNAH/HADITS)

Sistem Kehidupan 1. Politik Syariah Ibadah 2. Ekonomi Akidah Muamalah 3. Sosial 4. Pendidikan Akhlak 5. Kekeluargaan 6. Kebudayaan/Seni 7. Iptek 8. Orkes 9. Lingkungan Hidup (flora, fauna,dll) 10. Hankam, dll.

Tarikh/Sejarah

Page 119: 02110280.ps

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara (Muhaimin, 2002:78).

Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum

1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: "agar siswa

memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah Swt dan

berakhlak mulia." Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa

proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di

sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman

siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam,

untuk selanjutnya menuju ketahapan afeksi, yakni terjadinya proses

internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti

menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan

kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika

dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai

agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh

motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati

ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam

dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman,

bertakwa dan berakhlak mulia (Muhaimin, 2002:78-79).

Adapun tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa ahli/tokoh

pendidik Islam sebagai berikut:

Page 120: 02110280.ps

a. Imam Al Ghozali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang

hendak dicapai adalah; pertama, kesempurnaan manusia, yang

puncaknya adalah dekat dengan Allah. Kedua, kesempatan manusia,

yang puncaknya kebahagiaan di dunia dan akhirat karena itu

pendidikan tersebut berusaha mangajar manusia agar mampu mencapai

tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.

b. Muhammad Athiyah Al Abrasi berpendapat bahwa tujuan pendidikan

Islam secara umum sebagai berikut: (a) membantu pembentukan

akhlak yang mulia, (b) persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,

(c) persiapan mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan,

(d) menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan

memuaskan keinginan dalam arti untuk mengetahui dan

memungkinkan ia mengkaji ilmu, dan (e) menyiapkan pelajar dari segi

profesional, teknis, supaya dapat menguasai profesi, dan keterampilan

tertentu agar ia dapat mencapai rezeki dalam hidup disamping

memelihara segi kerohanian.

c. Menurut Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan

Islam, dinyatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya

kepribadian muslim (Zuhairini dan Ghofir, 2004:8).

Dari beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat ditarik suatu

pengertian bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu mencapai keseimbangan

pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh melalui

Page 121: 02110280.ps

latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera

sehingga memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini dan Ghofir, 2004:8).

Tujuan khusus pendidikan agama adalah tujuan pendidikan agama

pada setiap tahap/tingkat yang dilalui, seperti misalnya tujuan SD berbeda

dengan tujuan agama sekolah menengah, dan berbeda pula dengan

perguruan tinggi. Adapun tujuan pendidikan agama untuk masing-masing

tingkat sekolah tersebut sebagai berikut:

a. Tingkat Sekolah Dasar (SD)

(1) Murid bergairah beribadat. (2) Murid mampu membaca Al-Qur'an.

(3) Penanaman rasa agama kepada murid. (4) Menanamkan rasa cinta

kepada Allah dan Rasul-Nya. (5) Memperkenalkan ajaran Islam yang

bersifat global, seperti rukun Islam, rukun iman, dan lain-lain. (6)

Membiasakan anak-anak berakhlak mulia, dan melatih anak-anak

untuk mempraktikkan ibadat yang bersifat praktis-praktis, seperti salat,

puasa, dan lain-lain. (7) Membiasakan contoh teladan yang baik.

b. Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

(1) Memberikan ilmu pengetahuan agama Islam. (2) Memberikan

pengertian tentang agama Islam yang sesuai dengan tingkat

kecerdasannya. (3) Memupuk jiwa agama. (4) Membimbing anak agar

mereka beramal saleh dan berakhlak mulia.

c. Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

(1) Siswa memahami dan menghayati ajaran Islam sehingga beriman

dengan mengetahui dalil naqlinya tekun salat dengan menghayati

Page 122: 02110280.ps

hikmahnya, tekun membaca Al-Qur'an dengan memahami ayat-ayat

tertentu, terbiasa berdoa mensyukuri nikmat, dan beramal saleh serta

membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. (2) Siswa bertakwa

dan bersyukur kepada Allah. (3) Siswa hidup rukun dalam

bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

d. Tingkat Universitas

(1) Terbentuknya sarjana muslim yang takwa kepada Allah. (2)

Tertanamnya akidah Islamiyah pada setiap mahasiswa. (3)

Terwujudnya mahasiswa yang taat beribadah daan berakhlak

(Zuhairini dan Ghofir, 2004:25-26).

3. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini et al dapat ditinjau dari

berbagai segi, yaitu:

a. Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-

undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar

yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu:

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama,

Ketuhanan Yang Maha Esa.

Page 123: 02110280.ps

2) Dasar strukural/konstitusional, yaitu UUD '45 dalam Bab XI pasal

29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas

Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/

MPR/1973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR No.

IV/MPR 1978 jo. Ketetepan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat

oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993

tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung

dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari

sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

b. Segi Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber

dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah

perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.

Dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut,

antara lain:

Page 124: 02110280.ps

1) Q.S Al-Nahl ayat 125 yang berbunyi:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

2) Q.S. Al-Imron ayat 104 yang berbunyi:

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:

Page 125: 02110280.ps

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

4) Al-Hadis:

)رواه البخارى(بلغوا عنى ولو اية Artinya: "Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya

sedikit".

كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهودانـه او ينـصرانه )رواه البيهقي(اوميجسانه

Artinya: "Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi".

c. Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat

Page 126: 02110280.ps

dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Zuhairini et al bahwa semua manusia di dunia

ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama.

Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung

dan tempat mereka memohon pertolongan-Nya. Hal semacam ini

terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang

sudah modern. Mereka merasa tenang dan tentram hatinya kalau

mereka dapat mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa

(Abdul Majid dan Dian Andayani, 2004: 132:133).

Page 127: 02110280.ps

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas Classroom

action research.

Penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu bisa dimaknai dengan suatu proses

dimana melalui proses ini dosen dan mahasiswa menginginkan terjadinya

perbaikan, peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal (Soedarsono, 2001:2).

Mc. Niff dalam Sukidin (2002:14) memandang PTK sebagai bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, pengembangan keahlian

mengajar, dan sebagainya.

Rapoport dalam Wiriaatmadja (2006:11) mengartikan penelitian tindakan

kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang

dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial

dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.

Page 128: 02110280.ps

Ebbutt memaknai penelitin tindakan kelas sebagai kajian sistematik dari

upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan

melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka

mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut (Wiriaatmadja, 2006:12).

Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya

muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga

sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan

kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti (Arikunto et al,

2007:104).

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas (Classroom action research)

terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh

guru.

Jenis penelitian tindakan kelas (PTK) ini yaitu penelitian tindakan

partisipan, yang mana orang yang akan melaksanakan tindakan haruslah terlibat

dalam proses penelitian dari awal (Zuriah, 2003:86).

Dalam penelitian tindakan ini, peneliti melakukan sesuatu tindakan,

eksperimen, yang secara khusus diamati terus-menerus, dilihat plus-minusnya,

kemudian diadakan pengubahan terkontrol pada upaya maksimal dalam bentuk

tindakan yang paling tepat (Arikunto, 2002:2).

Dalam PTK, guru dapat meneliti sendiri praktik pembelajaran yang ia

lakukan di kelas. Dengan penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan

penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses

pembelajaran. Dalam PTK, guru dan peneliti secara kolaboratif juga dapat

Page 129: 02110280.ps

melakukan penelitian terhadap proses dan/atau produk pembelajaran secara

reflektif di kelas. Pendek kata, dengan melakukan PTK, guru dapat memperbaiki

praktik-praktik pembelajaran menjadi lebih efektif (Sukidin, et al, 2002:14).

Jadi tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki

atau meningkatkan kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam

pembelajaran.

Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan

tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan

mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan

melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) (Arikunto et al,

2007:104) sebagaimana gambar berikut:

Perencanaan

Refleksi

Tindakan/ Perbaikan Observasi Rencana

Refleksi

Tindakan/ Perbaikan Observasi Rencana Refleksi Tindakan/ Dan seterusnya Observasi

Page 130: 02110280.ps

Gambar 1. Spiral penelitian tindakan kelas (Hopkins dalam Arikunto, 2007:105).

B. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti di lapangan menjadi syarat utama

peneliti mengumpulkan data dalam latar alamiah, di mana peneliti bertindak

sebagai instrumen kunci. Selain itu peneliti juga berperan sebagai perencana dan

pelaksana tindakan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan

kelas, pengumpulan dan penganalisis data pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil

penelitian. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak

bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data (Margono, 2000:38).

Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah pedoman observasi,

dokumentasi.

Pedoman observasi dibuat dari berbagai referensi yang disimpulkan dari

teori-teori yang terkait dengan variabel penelitian dan dikembangkan menjadi

indikator sehingga dijadikan pedoman observasi ketika penelitian di kelas yang

sedang berlangsung.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Yang

menjadi obyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Klurak Candi

Sidoarjo.

Page 131: 02110280.ps

D. Sumber Data dan Jenis Data

Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan skunder.

Sumber data primer dalam PTK adalah siswa, guru, guru BP, orang tua, dan

kepala sekolah. Sumber data skunder adalah sumber data yang berasal dari pihak

yang masih ada kaitannya dengan siswa, akan tetapi tidak secara langsung

mengetahui keberadaan siswa atau berhubungan langsung dengan siswa. Sumber

data skunder dalam PTK, antara lain pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan,

dan pengurus BP3 (Sukidin, 2002:105).

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer yang meliputi siswa kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo. Data skunder,

yang meliputi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan PAKEM, foto-foto,

laporan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan

dengan siswa dalam PBM.

Sedangkan jenis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu data kualitatif dan

data kuantitatif. Data kualitatif berbentuk kalimat yang memberi gambaran

tentang ekspresi siswa tentang motivasi belajar, keaktifan serta kreativitas siswa

kelas V A SDN Klurak Candi Sidoarjo ketika mengikuti pelajaran, foto-foto

ketika pembelajaran konvensional dan pembelajaran PAKEM serta foto-foto lain,

sumber tertulis yang berasal dari jurnal, arsip sekolah, dan lain-lain. Data

kuantitatif diperoleh dari lembar observasi dan data-data yang lain yang berbentuk

angka.

Page 132: 02110280.ps

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan:

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003:122).

Menurut Arikunto, observasi atau mengamati adalah menatap kejadian,

gerak atau proses (Arikunto, 2002:205).

Penulis menggunakan metode ini guna untuk memperoleh data tentang

keadaan SDN Klurak Candi Sidoarjo, juga untuk mengetahui perilaku

siswa hubungannnya dengan motivasi, keaktifan dnan kreativitas siswa

terhadap materi PAI.

Catatan lapangan juga digunakan untuk memperoleh data secara obyektif,

yang tidak terekam dalam lembar observasi mengenai hal-hal yang terjadi

selama pemberian tindakan. Catatan ini meliputi seluruh aktifitas siswa

ketika tindakan berlangsung, misalnya perilaku spesifik yang dapat

menjadi petunjuk baik bagi dugaan adanya suatu permasalahan yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah

berikutnya.

b. Interview

Page 133: 02110280.ps

Metode interview adalah pengumpulan data di mana peneliti mengadakan

pengamatan dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi langsung

dengan subyek penelitian.

Menurut Nurul Zuriah (2003:129) interview atau wawancara merupakan

metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara

peneliti dengan subjek atau responden. Dalam interview biasanya terjadi

tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada

tujuan penelitian.

Penulis menggunakan metode ini guna untuk memperoleh data tentang

rencana pembelajaran yang akan dilakukan kaitannya dengan kehidupan

siswa sehari-hari.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumentasi atau

catatan-catatan penting, surat kabar, internet dan sebagainya. Penggunaan

metode ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramalkan, baik

dokumen itu merupakan dokumen pribadi maupun resmi.

Suharsimi Arikunto (2002:206) berpendapat bahwa metode dokumentasi

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, rapat, agenda dan

sebagainya.

Page 134: 02110280.ps

Adapun dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk

mencari data tentang sejarah berdirinya SDN Klurak Candi Sidoarjo,

struktur organisasi, data guru dan siswa, dan lain-lain.

Untuk mengetahui terjadinya peningkatan motivasi, keaktifan dan

kreativitas siswa, maka peneliti menggunakan skala Likert yang

digunakan untuk mengukur tingkat pertanyaan terhadap himpunan

pernyataan berkaitan dengan suatu konsep tertantu (Agung, 1992:75).

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dalam beberapa tahap:

a. Menela’ah semua data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi dan catatan lapangan.

b. Mereduksi data yang diperlukan dengan menyeleksi data tindakan

aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan PAKEM.

c. Menyajikan data atau memaparkan data dengan perhitungan frekuensi dan

presentasi data.

d. Menyimpulkan data

e. Menurut Miles dan Huberman dalam FX. Soedarsono (2001:26) analisis

data itu terdapat tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, penyajian data,

penarikan kesimpulan/verifikasi.

f. Reduksi data merupakan pemilihan data yang relevan, penting bermakna

dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang menjadi

sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan

Page 135: 02110280.ps

dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi

data yang bermakna untuk dianalisis. Data yang telah direduksi

selanjutnya disajikan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk paparan

data dengan memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Akhir dari kegiatan

analisis adalah penarikan kesimpulan, kesimpulan merupakan intisari dari

analisis adalah memberikan pernyataan tentang dampak dari penelitian

tindakan kelas (Soedarsono, 2001:15).

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat

kuantitatif yang didapatkan dari hasil observasi, dianalisis menggunakan

rumus data kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas (Gugus,

1999/2000:1) yaitu:

P = BaseRate

BaseRatePostRate−X 100 %

Keterangan:

P = Presentasi peningkatan

Post Rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan

Base Rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk kepentingan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002:178).

Page 136: 02110280.ps

Triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu (getting a ‘fix’) dari

berbagai sudut pandang. Istilah ini berkembang dengan fungsi utama untuk

meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam

pengumpulan data (Arikunto et al, 2007:128).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber

dan triangulasi metode. Triangulasi sumber (Source triangulation) berarti

mengambil data dari berbagai nara sumber (Arikunto, 2007:129). Adapun data

diambil dari kepala sekolah, guru PAI, siswa maupun nara sumber lain yang

terkait dengan penelitian ini. Sedangkan triangulasi metode (Methode

triangulation) yaitu menggunakan berbagai metode pengumpulan data (Arikunto,

2007:129) data diambil dari observasi, dokumentasi dan interview.

H. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan revisi

model Lewin menurut Elliott (Wiriaatmadja, 2006:64).

Page 137: 02110280.ps

Gambar 2. Model PTK

Dalam penelitian ini direncanakan tiga siklus, yaitu:

Identifikasi Masalah

Memeriksa Di Lapangan

(Reconnaissance)

Perencanaan

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3

Pelaksanaan Langkah/ Tindakan 1

Observasi/Pengaruh

Reconnaissance Diskusi Kegagalan dan Pengaruhna/Refleksi

Revisi Perencanaan

Observasi/Pengaruh

Reconnaissance Diskusi Kegagalan dan Pengaruhna/Refleksi

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3 Pelaksanaan Langkah/Tindakan

Selanjutnya

Revisi Perencanaan

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3

Pelaksanaan Langkah/Tindakan

Selanjutnya Observasi/Pengaruh

Reconnaissance Diskusi Kegagalan dan Pengaruhna/Refleksi

Sikl

us I

Sikl

us II

Si

klus

III

Page 138: 02110280.ps

Siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan

Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan

Siklus III dilaksanakan dua kali pertemuan

Adapun dalam pelaksanaan penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Identifikasi masalah

Peneliti berdiskusi dengan guru PAI mengenai permasalahan yang muncul

ketika kegiatan belajar mengajar di kelas V A SDN Klurak Candi

Sidoarjo, strategi apa yang selama ini dipergunakan oleh guru PAI dan

bagaimana motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa ketika

pembelajaran berlangsung.

a. Memeriksa di lapangan

Observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan pada saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung bertujuan untuk mengetahui permasalahan

yang telah diidentifikasi sebelumnya dan mencatat kejadian-kejadian yang

ada di lapangan. Selanjutnya, peneliti melakukan pre test menggunakan

pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pre

test dilakukan dengan tujuan mengetahui situasi pembelajaran.

b. Perencanaan tindakan

Peneliti merencanakan tindakan dan berdiskusi dengan guru PAI setelah

mengetahui betul pokok permasalahannya. Dengan harapan problema

Page 139: 02110280.ps

yang ada dapat terselesaikan. Oleh karena itu peneliti mempersiapkan

perencanaan sebagai berikut:

1) Membuat rencana pembelajaran dengan PAKEM yang terdiri dari:

pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

2) Membuat modul pembelajaran

3) Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang

digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

siswa.

c. Pelaksanaan tindakan

Penelitian dilakukan di kelas V SDN Klurak Candi Sidoarjo sesuai dengan

rencana pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer

dengan mencatat setiap perkembangan yang terjadi di dalam kelas pada

lembar observasi.

d. Observasi

Peneliti melakukan observasi saat pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi serta mencatat hal-hal penting yang terjadi

pada saat pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui perkembangan motivasi belajar, keaktifan dan

kreativitas siswa.

e. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengetahui hasil sementara dari Implementasi

PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

siswa pada mata pelajaran PAI.

Page 140: 02110280.ps

f. Revisi perencanaan

Revisi perencanaan dilakukan peneliti bersama guru PAI untuk melihat

kembali rencana pembelajaran sebelumnya, serta membuat rencana

pembelajaran kembali untuk memperbaiki pembelajaran yang akan

dilakukan selanjutnya.

2. Siklus II

a. Rencana baru

Peneliti membuat rencana baru dan mendiskusikannya dengan guru PAI

untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus I.

b. Pelaksanaan tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan di atas serta

mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi kembali dari pelaksanaan tindakan yang

telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap

peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada saat

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Peneliti mengulas hasil observasi mengenai perubahan yang terjadi dari

implementasi PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan

serta kreativitas siswa.

e. Revisi perencanaan

Page 141: 02110280.ps

Revisi perencanaan dilakukan peneliti bersama guru PAI dengan melihat

rencana pembelajaran sebelumnya dan membuat rencana pembelajaran

kembali untuk memperbaiki pembelajaran yang akan dilakukan

selanjutnya.

3. Siklus III

a. Rencana baru

Peneliti membuat rencana baru dan mendiskusikannya dengan guru PAI

untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus II

agar memperoleh hasil maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

b. Pelaksanaan tindakan

Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan perencanaan di atas serta

mencatat hal-hal penting yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung.

c. Observasi

Peneliti melakukan observasi kembali dari pelaksanaan tindakan yang

telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi terhadap

peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada saat

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Peneliti mengulas hasil observasi mengenai perubahan yang terjadi dari

implementasi PAKEM dalam meningkatkan motivasi belajar, keaktifan

serta kreativitas siswa dari siklus I sampai siklus III sehingga dapat

Page 142: 02110280.ps

diketahui bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar, keaktifan serta

kreativitas siswa.

Identifikasi masalah Observasi lapangan dengan mengidentifikasi masalah yang terkait dengan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa

Memeriksa lapangan Mengadakan pre test dengan menggunakan strategi konvensional. Tidak menggunakan modul dan media pembelajaran. Hasil pre test dapat diketahui bahwa motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa masih rendah

Perencanaan tindakan Membuat dan mempersiapkan instrumen motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas. Menyusun rencana pembelajaran Menyiapkan modul dan media pembelajaran.

Pelaksanaan tindakan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran. Menerapkan PAKEM dengan menggunakan metode team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question (belajar dimulai dengan pertanyaan).

Observasi Mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas. Observasi dilakukan pada motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada saat pembelajaran.

Refleksi Mengulas hasil observasi dengan mengidentifikasikan kendala-kendala yang dilakukan serta memberikan solusi-solusi

Jika berhasil maka penelitian dihentikan, jika kurang berhasil maka penelitian lanjutkan

Revisi perencanaan R i i dil k k d b ik

Page 143: 02110280.ps

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Sejarah SDN Klurak Candi Sidoarjo

SDN Klurak Candi Sidoarjo pertama kali diusulkan dan didirikan oleh

Pak Sudiro pada tahun 1962. Ketika itu sekolah tersebut masih belum menjadi

SD yang resmi dan ditempatkan di rumah kepala desa Klurak (bapak Kabul)

yang terdiri dari beberapa anak. SDN Klurak Candi Sidoarjo didirikan

dikarenakan di kecamatan Candi hanya terdapat dua SD, yaitu SD

Kalipecabean dan SD Candi.

Dari usulan tersebut, akhirnya desa memberi dana untuk pembangunan

SD Klurak dan diletakkan di tanah bekas lapangan olah raga yang terdiri dari

dua kelas dari bambu dan berlantai tanah, bangkunya dimintakan kepada

kepala desa Balongdowo. Sekolah SD Klurak pada waktu itu masih berada di

bawah filial SD Kalipecabean dengan kepala sekolah Bapak Suryo.

Sekitar tahun 1966-1967 SD Klurak diresmikan menjadi SDN Klurak

yang berdiri sendiri dan masih terdiri dari dua kelas. Setelah sekolah mendapat

impres, akhirnya SDN Klurak membangun enam kelas.

Page 144: 02110280.ps

Sekolah SDN Klurak Candi Sidoarjo ini direhab tahun 2006 dan

sekolah ini dikenal dengan sekolah favorit sekecamatan Candi. Pada awal

tahun 2007 dengan kepala sekolah yang baru yaitu bapak Rochim mempunyai

rencana untuk membentuk SDN Klurak menjadi SD Plus, yang akan

dilengkapi dengan fasilitas AC pada kelas, UHP, TV plus CD, pengeras suara

dan lain-lain. Untuk merealisasikan rencana tersebut akan diambilkan dari

partisipasi Wali Murid dan dana BOS juga akan dibelikan 5 komputer lagi.

Tahap I pelaksanaannya akan dimulai dari kelas I, tahap II kelas VI.

2. Visi, Misi dan Tujuan SDN Klurak Candi Sidoarjo

Visi:

Berprestasi di segala bidang yang berwawasan IPTEK dan

berwawasan iman dan taqwa (IMTAQ).

Misi:

a. Meningkatkan prestasi sekolah dan mutu pendidikan seoptimal mungkin

sesuai dengan perkembangan Iptek dan berdasarkan Imtaq.

b. Meningkatkan prestasi di bidang akademis dan non akademis sesuai

dengan prestasi yang dimiliki oleh siswa dan sekolah.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan institusi terkait dengan menjalin

pola secara berkesinambungan dan sekaligus sebagai pengawas kendali

pelaksanaan program sekolah.

Tujuan

Page 145: 02110280.ps

Berdasarkan visi dan misi sekolah dapat dirumuskan tujuan sebagai

berikut:

a. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada masyarakat, warga Negara

dan umat manusia serta mempersiapkan siswa dalam jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

b. Memberikan kemampuan dasar “Baca – Tulis- Berhitung” pengetahuan

dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat

dan perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti

pendidikan di SLTP.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengupayakan pemenuhan

sarana dan prasarana belajar yang mendukung kegiatan proses belajar

mengajar.

3. Keadaan Guru

SDN Klurak Candi Sidoarjo memiliki tenaga pengajar sebanyak 14

orang dan 1 pegawai, yang terdiri dari 12 orang pegawai negeri, dan 3 orang

sukuwan.

Tenaga pengajar terdiri dari 11 guru kelas, 1 guru orkes dan 2 guru

agama.

4. Keadaan Siswa

TABEL 2

KEWARGANEGARAAN BANYAKNYA PESERTA DIDIK JUMLAH

Page 146: 02110280.ps

5. Sarana dan Prasarana

SDN Klurak Candi Sidoarjo memiliki 17 ruang yang terdiri dari ruang

kepala sekolah, kantor guru dan UKS, lab. komputer, perum guru,

perpustakaan, kamar mandi, musollah, kelas I A dan II A, kelas I B dan II B,

kelas III A, kelas III B, kelas IV A, kelas IV B, kelas V A, kelas V B, kelas VI

A, kelas VI B.

B. Siklus Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model

penelitian tindakan menurut Elliot. Atas dasar itu, penelitian ini disusun

mengacu pada model tersebut.

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI

L P Jml. L P Jml. L P Jml. L P Jml. L P Jml. L P Jml.

W.N.I Asli

W.N.I Ket.Tiongkok

W.N.I Ket. Arab

W.N.I. Ket Lain-lain

50 39 89 45 37 82 33 43 76 41 38 79 45 33 78 45 31 76 480

89 82 76 79 78 76 480 JUMLAH

AGAMA Islam

Katolik

Protestan

Hindu

Budha

48

2

-

-

-

38

-

1

-

-

86

2

1

-

-

44

1

-

-

-

36

-

1

-

-

80

1

1

-

-

30

1

1

1

-

42

-

1

-

-

72

1

2

1

-

35

3

3

1

-

37

-

1

-

-

72

3

4

-

-

45

-

-

-

-

31

1

-

1

-

76

1

-

1

-

44

1

-

-

-

29

1

1

-

-

73

2

1

-

-

459

10

9

2

-

89 82 76 79 78 76

JUMLAH

480

Page 147: 02110280.ps

1. Identifikasi Masalah

Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu peneliti melakukan

identifikasi masalah terkait dengan proses pembelajaran di SDN Klurak

Candi Sidoarjo. Pada saat pembelajaran konvensional, guru menggunakan

metode ceramah dan tidak menggunakan modul, oleh karena itu guru

dalam menyampaikan materi tidak terkonsep.

Dengan menggunakan pembelajaran konvensional, motivasi siswa

yang meliputi keinginan dan semangat siswa untuk belajar kurang ketika

proses belajar mengajar, hal tersebut terjadi dikarenakan penyajiannya

yang monoton, terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran

dengan bermalas-malasan; bergurau sendiri dengan teman sebangkunya;

ada juga yang meletakkan kepalanya di bangku (tidur-tiduran).

Keaktifan siswa juga kurang tampak dalam kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Hal tersebut terlihat dari siswa kurang

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, yang mana kemampuan siswa

dalam partisipasi belajar dengan siswa yang lain, keantusiasan dalam

melaksanakan pembelajaran berlangsung, semangat dalam melaksanakan

tugas serta kemampuan untuk menghidupkan kelas dengan konsep yang

dimiliki siswa masih kurang.

Begitu juga dengan kreativitas, keterbukaan siswa terhadap

perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul, kemampuan menyesuaikan

diri dengan kelompok, semangat pada setiap KBM dan kekritisan siswa

terhadap permasalahan masih kurang.

Page 148: 02110280.ps

Hal ini dikarenakan guru dalam mengemas pelajaran masih statis,

pasif, tepatnya guru masih sering menerangkan pelajaran dengan ceramah,

sehingga siswa kurang begitu termotivasi dalam menerima pelajaran,

siswa kurang aktif dan kreatif.

Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan PAKEM

(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) untuk

meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dalam

pembelajaran.

2. Observasi

2) Observasi awal

Pada saat observasi awal, yaitu ketika peneliti melaksanakan

pre test dengan menggunakan pembelajaran konvensional yaitu:

metode ceramah dan tanya jawab, serta tidak menggunakan rencana

pembelajaran dan modul ataupun alat bantu pembelajaran yang lainnya

selain buku paket dan papan tulis yang dipergunakan untuk mencatat

hal-hal yang penting saja.

Peneliti mengamati bahwa kebanyakan siswa dalam mengikuti

pembelajaran PAI pada mata pelajaran Fiqih tidak bersemangat dan

nampak jenuh. Ini terbukti dengan adanya siswa yang bergurau sendiri

dengan temannya, ada juga yang meletakkan kepalanya di bangku

(tidur-tiduran), mereka kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran

dikarenakan suasana pembelajarannya yang monoton dan statis.

Page 149: 02110280.ps

Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga kurang begitu

tampak, ini terlihat dari kurangnya antusias siswa dalam pembelajaran

menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas

maupun dalam mendengarkan pelajaran sehingga suasana kelas terlihat

tidak hidup.

Sedangkan pengamatan peneliti mengenai kreativitas siswa

dalam pembelajaran tidak jauh beda dengan motivasi ataupun

keaktifan siswa, yang mana siswa terlihat tidak begitu bersemangat

dalam pembelajaran sehingga keingintahuan siswa terhadap pelajaran

kurang yang menyebabkan kekritisan siswa tidak muncul.

3) Pre test

Pre test ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui situasi

pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

Indikator pencapaian pada pre test kali ini adalah menyebutkan

pengertian puasa ramadhan beserta dalilnya. Pada pembelajaran ini,

guru tidak menggunakan modul, rencana pembelajaran dan juga alat

bantu pembelajaran selain buku paket dan papan tulis.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran kali ini, guru menerangkan

materi pelajaran disertai dengan mendekte siswa mengenai hal-hal

penting yang perlu dicatat oleh siswa. Sesekali diselingi dengan

pertanyaan yang berhubungan dengan apa yang telah diterangkan oleh

guru. Siswa hanya mendengarkan keterangan dari guru sambil

Page 150: 02110280.ps

menunggu instruksi guru untuk mencatat hal-hal penting yang perlu

dicatat oleh siswa.

Dengan kondisi pembelajaran yang monoton seperti itu, siswa

terlihat jenuh dan tidak bersemangat, sehingga siswa merasa bosan dan

malas karena pelajaran hanya didominasi oleh guru.

Siswa hanya sebagai pendengar yang baik atas keterangan-

keterangan yang disampaikan oleh guru. Kebanyakan dari mereka

melampiaskan kejenuhan mereka dengan bermain-main antara lain

mengisi teka-teki, membuat kapal-kapalan, bersenda gurau dengan

yang lain, bahkan tidur-tiduran karena malas mendengarkan pelajaran.

Dari fakta yang terlihat tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang

termotivasi dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Setelah guru menerangkan pelajaran, guru bertanya kepada

siswa mengenai apa yang telah disampaikan untuk mengetahui

pemahaman siswa terhadap pelajaran, tetapi hanya sebagian kecil

siswa saja yang menjawab. Siswa kurang begitu responsif atau antusias

terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Dari fenomena ini

dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa masih kurang.

Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang apa

yang belum mereka mengerti. Hanya ada sedikit siswa yang bertanya,

tetapi itupun dengan pertanyaan yang sangat mudah. Dari sini dapat

dilihat bahwa keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada pelajaran

Page 151: 02110280.ps

masih kurang; semangat siswa pada kegiatan belajar mengajar juga

masih rendah.

Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa dalam

pembelajaran yang dikemas dengan konvensional terbukti kurang bisa

meningkatkan motivasi belajar, keaktifan maupun kreativitas siswa.

4) Hasil pre test

Dari hasil pre test yang telah dilaksanakan, menunjukkan

bahwa motivasi siswa dalam pembelajaran PAI lebih tepatnya pada

mata pelajaran Fiqih masih rendah. Hal ini terlihat adanya siswa yang

tidak senang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar; tidak adanya

keinginan yang kuat dalam belajar agama; tidak bersemangat dan

jenuh atau bermain sendiri. Terbukti pada lembar observasi motivasi

yang menunjukkan nilai rata-rata 1,5 hal ini mengindikasikan

rendahnya motivasi siswa pada pembelajaran PAI yaitu mata pelajaran

Fiqih.

Sedangkan hasil pre test keaktifan siswa juga masih rendah.

Siswa kurang begitu respon atau antusias dalam melaksanakan

pembelajaran yang berlangsung, siswa kurang tanggap pada apa yang

ditanyakan oleh guru; kurang berani mengungkapkan pendapat. Pada

lembar observasi keaktifan menunjukkan nilai rata-rata 1,33 dari

fenomena ini dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa masih rendah.

Kreativitas siswa juga masih rendah, Indikator rendahnya

kreativitas siswa adalah keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada

Page 152: 02110280.ps

pelajaran masih kurang; hanya ada sedikit siswa yang bertanya, itupun

dengan pertanyaan yang mudah, contohnya “apa yang disebut hari

tasyrik itu?”. Terbukti dari lembar observasi kreativitas siswa yang

menunjukkan nilai rata-rata 1,33 yang mengindikasikan rendahnya

kreativitas siswa.

5) Refleksi pre test

Dari hasil pre test yang telah dilaksanakan di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa pembelajaran atau strategi konvensional

tidak cocok untuk diterapkan pada pembelajaran PAI. Karena dalam

pembelajaran kali ini tidak menggunakan media pembelajaran dan

terkesan monoton sehingga tidak menimbulkan motivasi kepada siswa

ketika pembelajaran berlangsung. Pembelajaran konvensional juga

kurang menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak aktif dan

tidak kritis terhadap pelajaran serta tidak kreatif.

Pada pembelajaran konvensional pembahasan materinya hanya

berkutat pada apa yang ada dalam buku paket saja tanpa mengaitkan

dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga

pengetahuan siswa menjadi sempit.

Berdasarkan data empiris dan menyikapi hasil pre test yang

telah dilaksanakan, maka perlu adanya improvisasi sebagai berikut:

1) Mengaktifkan siswa, memotivasi dan menjadikan siswa menjadi

kreatif maka peneliti menggunakan pembelajaran aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan (PAKEM) dengan team quiz (kuis

Page 153: 02110280.ps

kelompok), card sort (sortir kartu), learning starts with a question

(pelajaran dimulai dengan pertanyaan)

2) Membuat modul pembelajaran siswa untuk mempermudah siswa

dalam belajar

3) Menggunakan media pembelajaran sebagai alat Bantu dalam

pembelajaran PAKEM

3. Siklus I

a. Perencanaan tindakan siklus I

Pada perencanaan siklus I ini, peneliti menggunakan

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

dengan menggunakan team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir

kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan

pertanyaan).

Dengan metode-metode tersebut diharapkan para siswa dapat

termotivasi pada materi PAI dalam kegiatan belajar mengajar yang

berlangsung. Selain itu diharapkan siswa juga aktif dan kreatif dengan

suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Page 154: 02110280.ps

Sebelum pelaksanaan tindakan dilaksanakan, peneliti

melakukan beberapa tahap penelitian, dan melakukan persiapan

sebagai berikut:

a. Membuat rencana pembelajaran yang terdiri dari: pendahuluan,

kegiatan inti dan penutup.

b. Membuat modul pembelajaran

c. Menyiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang

digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan

kreativitas siswa.

d. Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai

selesai.

b. Pelaksanaan tindakan siklus I

Pertemuan I ini dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2007.

Peneliti menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM).

Pertemuan pertama pada siklus I kali ini, peneliti

menggunakan metode team quiz (kuis kelompok). Dengan menerapkan

metode ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar, selain

itu dengan metode ini diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab

belajar siswa.

Page 155: 02110280.ps

Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa

dapat menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa ramadhan yang

meliputi pengertian puasa ramadhan dan puasa sunnah.

Pertemuan pertama ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu

pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Mengabsen siswa satu

persatu kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa. Guru

memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan

indikator pembelajaran yang akan dicapai, appersepsi serta

mengungkapkan metode pembelajaran.

Kegiatan inti, pada kegiatan inti kali ini yaitu:

a. Guru membagikan modul kepada siswa untuk membantu

mempermudah belajar siswa.

b. Guru membagi kelompok menjadi 3 kelompok.

c. Guru menyampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran

kemudian memulai penyampaian materi, peneliti membatasi

penyampaian materi maksimal 10 menit.

d. Setelah penyampaian, guru meminta kelompok 1 untuk

menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang

Page 156: 02110280.ps

baru saja disampaikan. Kelompok 2 dan 3 menggunakan waktu itu

untuk melihat lagi catatan mereka.

e. Guru meminta kelompok 1 untuk memberi pertanyaan kepada

kelompok 2. Jika kelompok 2 tidak bisa menjawab pertanyaan,

guru melempar pertayaan tersebut kepada kelompok 3.

f. Kelompok 1 memberi pertanyaan kepada kelompok 3, jika

kelompok 3 tidak bisa menjawab, guru melempar kepada

kelompok 2.

g. Jika tanya jawab ini selesai, dilanjutkan materi yang kedua, dan

guru menunjuk kelompok 2 untuk menjadi penanya. Dilakukan

seperti proses untuk kelompok 1 di atas.

h. Setelah kelompok 2 selesai dengan pertanyaannya, dilanjutkan

penyampaian materi pelajaran ketiga, dan guru menunjuk

kelompok 3 sebagai kelompok penanya.

Dalam pembelajaran kali ini, peneliti hanya sebagai mitra

belajar siswa, yang bertugas mengarahkan pembelajaran yang

sedang berlangsung.

Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, siswa diberi

kebebasan untuk memberi nama kelompoknya masing-masing.

Setiap kelompok harus memahami materi supaya bisa menjawab

pertanyaan dari kelompok lainnya dan membuat pertanyaan untuk

dilontarkan kekelompok yang lainnya.

Page 157: 02110280.ps

Guru meminta kelompok 1 untuk memberi pertanyaan

kepada kelompok 2. Jika kelompok 2 tidak bisa menjawab

pertanyaan, guru melempar pertayaan tersebut kepada kelompok 3.

Setiap siswa mempunyai hak yang sama untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, tiap siswa dituntut untuk aktif

dan menjaga kekompakan dalam kelompok.

Selain itu untuk menumbuhkan kreativitas siswa, guru

mengajak siswa untuk mengasah kekritisan dengan menjawab

maupun membuat pertanyaan untuk kelompok lain, selain itu

membuat siswa berani mengemukakan pendapatnya.

Sebagai penutup, setelah materi yang dibahas selesai, maka

guru melakukan evaluasi dengan cara menunjuk perwakilan dari

siswa untuk mengungkapkan pemahamannya mengenai

pembelajaran tersebut. Kemudian tiap kelompok mengumpulkan

pertanyaan dan hasilnya untuk dinilai dan dipajang pada tempat

yang telah disediakan. Guru memberikan penjelasan mengenai

pertanyaan yang masih belum bisa dijawab oleh siswa; Guru

memberikan siswa kesempatan untuk menjawab pertanyaan

sebelum guru memberikan keterangannya dan meluruskan

jawaban-jawaban siswa yang kurang tepat. Guru bersama siswa

menyimpulkan materi pelajaran dengan mengaitkannya dengan

kehidupan sehari-hari siswa dan membuka pertanyaan kepada

siswa tentang apa yang masih belum mereka pahami.

Page 158: 02110280.ps

Untuk menciptakan suasana yang membangkitkan motivasi

siswa, maka guru memberikan permainan kuis berupa tebak kata

diakhir pelajaran.

Sebelum pembelajaran diakhiri, guru meminta siswa untuk

mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan.

Pembelajaran diakhiri dengan membaca doa bersama kemudian

salam.

Penilaian dilakukan dengan menilai partisipasi siswa dalam

kelompok, antusias dalam KBM, kekompakan dalam kelompok,

keaktifan dan kontribusi siswa dalam menjawab pertanyaan,

kemampuan siswa dalam mempresentasikan jawaban, hasil

tanggapan dari siswa lain, kekritisan siswa dalam bertanya.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Januari

2007. Dalam pertemuan kali ini peneliti menggunakan card sort

(sortir kartu). Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa

lebih berpastisipasi dalam belajar, mengaktifkan setiap siswa,

disamping itu juga pembelajaran menjadi menyenangkan.

Adapun indikator pembelajaran yang harus dicapai pada

pertemuan kedua ini yaitu siswa dapat menyebutkan ketentuan-

ketentuan puasa ramadhan dan puasa sunnah yang meliputi syarat

wajib puasa dan rukun-rukun puasa.

Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca

doa bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca

Page 159: 02110280.ps

Q.S. pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Guru membaca

absen kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa,

memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta

indikator pembelajaran yang akan dicapai. Guru melakukan

appersepsi mengingat tentang pelajaran yang lalu yaitu pengertian

puasa ramadhan dan puasa sunnah dan menghubungkan dengan

pelajaran berikutnya. Guru memberitahukan metode yang akan

dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa

bingung dengan apa yang akan dilakukannya.

Pada kegiatan inti, pembelajaran dimulai dengan, guru

membagikan modul kepada siswa untuk mempermudah

pemahaman siswa pada pelajaran. Pembelajaran dilanjutkan

dengan guru membagikan potongan-potongan kertas berisi tentang

syarat wajib puasa dan rukun-rukun puasa.

Untuk membiasakan tiap siswa berpartisipasi dan aktif,

maka guru meminta siswa untuk bergerak dan berkelilling kelas

untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama. Dengan

gerakan fisik siswa yang bergerak dan berkeliling kelas dapat

membantu mendinamisir kelas agar siswa tidak merasa jenuh dan

bosan sehingga terciptalah suasana kelas yang menyenangkan.

Selanjutnya untuk menimbulkan keberanian siswa, maka

siswa yang menemukan kartu dengan kategori yang sama diminta

untuk mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.

Page 160: 02110280.ps

Tugas guru hanya sebagai fasilitator serta memberikan poin

pada kelompok yang tepat mencari pasangan dari kartu tersebut

dan benar dalam melakukan presentasi. Kemudian setiap kelompok

diminta untuk membuat resume dari pelajaran yang telah mereka

dapat untuk dipajang. Guru memberi kebebasan kepada siswa

untuk berkreasi sesuai dengan keinginannya sehingga dapat

menimbulkan kreativitas siswa.

Pada tahap penutup, guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertanya tentang apa yang masih belum mereka

pahami. Guru hanya memberikan keterangan dari hal-hal yang

masih belum dipahami oleh siswa serta meluruskan dari presentasi

siswa di depan bila masih ada yang salah. Pelajaran diakhiri

dengan membaca hamdalah bersama kemudian ditutup dengan

salam.

Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa,

kekompakan siswa dalam kelompok, antusias siswa, keberanian

siswa.

Pertemuan ketiga, dilakukan pada tanggal 7 Februari

2007. Dalam pertemuan kali ini peneliti menggunakan learning

starts with a question (pelajaran dimulai dengan pertanyaan).

Dengan menggunakan metode ini belajar menjadi efektif karena

siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran yang dimulai dengan

bertanya yang kemudian diupayakan untuk mengaktifkan siswa,

Page 161: 02110280.ps

siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, antusias, dan

memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa dalam membuat

pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan

ide-idenya.

Adapun indikator pembelajaran yang harus dicapai pada

pertemuan kedua ini yaitu siswa dapat menyebutkan ketentuan-

ketentuan puasa ramadhan dan puasa sunnah yang meliputi

sunnah-sunnah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa orang yang

diperbolehkan tidak berpuasa dan hikmah berpuasa pada bulan

ramadhan.

Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu

persatu kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa,

memberitahukan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan serta

indikator pembelajaran yang akan dicapai, appersepsi yaitu

mengingat tentang pelajaran yang lalu menghubungkan dengan

pelajaran berikutnya. Selanjutnya guru memberitahukan metode

yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak

merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.

Kegiatan inti, guru membagikan modul kepada siswa yang

kemudian dipelajari dan difahami terlebih dahulu. Untuk membuat

siswa aktif bertanya maka guru meminta siswa untuk memahami

Page 162: 02110280.ps

bacaan dan memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak

dipahami.

Supaya siswa bisa belajar kreatif yang bisa menumbuhkan

rasa ingin tahu dan kekritisan siswa, maka guru meminta siswa

untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi yang telah

mereka baca pada secarik kertas yang kemudian siswa diminta

untuk bergabung dengan teman sebangku untuk membahas poin-

poin yang belum diketahui yang telah diberi tanda. Setelah itu

siswa diminta untuk mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang

telah ditulis ke depan.

Pembelajaran berjalan dengan guru menjelaskan pertanyaan-

pertanyaan siswa yang telah terkumpul tersebut. Sebelum guru

menjawab dan menerangkan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut

maka guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan

memberi kesempatan kepada siswa yang mampu untuk menjawab

dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah pertanyaan tersebut

terjawab, siswa yang mempunyai jawaban yang berbeda maka

diberi kesempatan untuk mencoba menjawab pertanyaan yang

telah dijawab oleh temannya tersebut.

Selanjutnya, guru menerangkan dari pertanyaan-pertanyaan

yang masih belum bisa terjawab oleh siswa dan pertanyaan-

pertanyaan yang sekiranya perlu diluruskan serta menyimpulkan

materi serta mengaitkan materi dengan kehidupan siswa. Siswa

Page 163: 02110280.ps

yang masih belum mengerti diberi kesempatan untuk bertanya dari

pelajaran yang telah dibahas bersama. Siswa diberi tugas untuk

mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan. Siswa diberi

tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas minggu depan.

Pembelajaran diakhiri dengan bacaan hamdalah dan memberi

salam kepada siswa.

Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan, antusias, rasa

ingin tahu, kekritisan serta keberanian mengungkapkan ide.

c. Observasi

Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) pada siklus I ini menimbulkan peningkatan

yang pesat pada motivasi siswa. Dikarenakan Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini membawa suasana

baru yang menyenangkan kepada siswa, yang mana pembelajaran

sebelumnya yaitu pre test terlihat monoton dan siswa terlihat pasif

dalam menerima pelajaran PAI.

Hal ini terlihat pada pertemuan pertama, pada saat

berkelompok, siswa terlihat mampu bersosialisasi dengan kelompok

mereka walaupun masih terlihat agak canggung dengan model

pembelajaran berkelompok.

Pada pertemuan kedua, siswa cukup senang dalam proses

belajar mengajar yang sedang berlangsung yaitu ketika siswa bergerak

dan berkeliling kelas untuk menemukan pasangan kartu dengan

Page 164: 02110280.ps

kategori yang sama yang mereka pegang kepada teman mereka. Tetapi

masih banyak siswa yang bermain sendiri seperti memukul-mukul

bangku dengan kayu sehingga suasana kelas menjadi semakin ramai

disamping siswa yang ramai karena mencari pasangan kartu yang

dipegangnya pada siswa yang lain.

Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa terlihat mempunyai

keinginan yang kuat atau semangat dalam belajar PAI yang terbukti

siswa terdorong melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru

walaupun terlihat masih banyak siswa yang cenderung pasif.

Mereka juga terlihat bersemangat dan lebih terangsang ketika

pekerjaan atau jawaban mereka diberi pujian atau hadiah.

Peningkatan keaktifan siswa pada siklus I ini terlihat dengan

keantusiasan siswa dalam mengikuti pelajaran PAI. Hal ini

ditunjukkan siswa aktif dalam kerja kelompok dan mereka cukup

mampu menjalin partisipasi belajar dengan siswa yang lain, mereka

terlihat tidak tertekan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Mereka juga mampu memanfaatkan sumber-sumber belajar

yang lainnya seperti membawa referensi atau buku-buku yang lain

yang berhubungan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung

Disamping di atas, mereka juga mampu melaksanakan tugas

yang diberikan oleh guru dan cukup berani untuk mengungkapkan ide

atau pendapat mereka, dapat dilihat bahwa siswa dapat memecahkan

masalah pada saat pembelajaran berlangsung seperti membuat

Page 165: 02110280.ps

pertanyaan untuk kelompok lainnya walaupun pertanyaan mereka

masih sangat mudah dan cukup mampu menjawab pertanyaan dari

kelompok lain, meskipun masih sedikit siswa yang mampu menjawab

pertanyaan atau mengungkapkan pendapat mereka dan kebanyakan

masih didominasi oleh siswa yang aktif saja.

Peningkatan kreativitas pada siklus I ini, ditunjukkan dengan

semangat siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar, hal ini terbukti

dengan siswa menyukai hal-hal baru dalam pembelajaran seperti ketika

menggunakan metode baru, siswa terlihat menikmati dan senang

dikarenakan metode yang dipakai menarik meskipun masih terlihat

agak bingung dengan penerapan metode yang baru dipakai.

Begitu juga ketika siswa belajar dengan kelompok mereka,

dapat dilihat bahwa siswa cukup mampu menyesuaikan diri dengan

kelompoknya.

Dalam siklus I kali ini, keingintahuan siswa terhadap

permasalahan mulai terlihat ketika terdapat pertanyaan yang

dilontarkan oleh kelompok lain, mereka semangat untuk menjawabnya

meskipun hanya beberapa siswa yang menjawabnya.

Selain itu, kekritisan siswa agak mulai terlihat, siswa mulai

berani mengemukakan pendapat mereka yaitu ketika siswa kritis

menjawab pertanyaan dari kelompok lain maupun ketika siswa

mempresentasikan kartu yang mereka dapat dari temannya dengan

Page 166: 02110280.ps

kategori yang sama di depan kelas, meskipun siswa yang kritis dan

berani masih bisa dihitung dengan jari.

Pada penelitian tindakan kelas pada siklus I yang dilaksanakan

selama tiga kali pertemuan. Dengan menggunakan lembar observasi

motivasi dapat diamati yang menunjuk pada angka 2,5 hal ini

mengindikasikan adanya peningkatan motivasi sebesar 66%. Pada

lembar observasi keaktifan menunjuk pada angka 2,44 hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan sebesar 83%. Sedangkan

pada lembar observasi kreativitas menunjuk pada angka 1,88 yang

mengindikasikan peningkatan kreativitas siswa sebesar 41% dari

penelitian sebelumnya yaitu pre test.

d. Refleksi

Dari hasil observasi pada siklus I dapat diketahui peningkatan

motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa bila dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya terdapat peningkatan yang cukup besar. Dalam

hal ini dapat dilihat dengan peningkatan motivasi 56% sedangkan

peningkatan keaktifan siswa 77% dan peningkatan kreativitas siswa

41%. Dari hasil pembelajaran tersebut masih diperlukan adanya revisi

sehingga siswa lebih temotivasi, aktif dan kreatif dalam pembelajaran

berikutnya.

Kendala-kendala dalam pembelajaran PAKEM pada siklus I

adalah sebagai berikut:

Page 167: 02110280.ps

1. Siswa masih belum terbiasa dengan penerapan PAKEM dengan

menggunakan metode team quiz (kuis kelompok), card sort (sortir

kartu), dan learning starts with a question (pelajaran dimulai

dengan pertanyaan).

2. Peneliti masih sulit untuk memancing motivasi siswa sehingga

harus diberi banyak rangsangan dalam belajar.

3. Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti masih menemui

siswa yang bermain sendiri.

4. Kreativitas siswa masih belum begitu terlihat dalam pembelajaran.

e. Revisi perencanaan

Peneliti mengadakan revisi siklus I sehingga pembelajaran yang

akan sesuai dengan keinginan.

Adapun bentuk-bentuk dari revisi tersebut sebagai berikut:

1. Menjelaskan dan membiasakan kepada siswa tentang strategi

PAKEM yang diterapkan

2. Untuk meningkatkan motivasi, maka peneliti menggunakan

metode card sort (sortir kartu), dan pujian-pujian

3. Untuk meningkatkan keaktifan siswa maka peneliti menggunakan

learning start with a question (pelajaran dimulai dengan

pertanyaan) dan kooperatif struktural

4. Untuk meningkatkan kreativitas siswa maka digunakan metode

problem solving (pemecahan masalah).

Page 168: 02110280.ps

4. Siklus II

Siklus ke II dilaksanakan tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal

14, 21 dan 28 Februari 2007.

a. Rencana tindakan siklus II

Pada perencanaan siklus II ini, peneliti akan menggunakan

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah),

card sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai

dengan pertanyaan) dan kooperatif struktural.

Dengan menggunakan beberapa metode di atas, diharapkan siswa

lebih termotivasi dalam belajar sehingga siswa lebih aktif dalam

mengungkapkan ide/gagasan dengan berpasangan maupun dalam

kelompok, siswa lebih kritis dalam memecahkan suatu permasalahan

sehingga siswa menjadi kreatif.

Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan

beberapa tahap perencanaan, dan melakukan persiapan sebagai berikut:

1) Membuat rencana pembelajaran yang meliputi: pendahuluan,

kegiatan inti dan penutup.

2) Membuat modul pembelajaran

3) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang

digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

siswa.

4) Mempersiapkan media pembelajaran.

Page 169: 02110280.ps

5) Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai

selesai.

b. Pelaksanaan tindakan siklus II

Siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan. Yang mana pertemuan

pertama dilaksanakan tanggal 14 Februari 2007, pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 21 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada

tanggal 28 Februari 2007.

Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal

14 Februari 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan

metode card sort (sortir kartu), kooperatif struktural dan disertai dengan

pujian. Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa lebih

berpastisipasi dalam balajar, dapat mengaktifkan setiap siswa dan

berkelompok, disamping itu siswa lebih termotivasi dengan dengan

diberikannya pujian.

Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat

membaca Q.S. Quraisy dengan makhraj yang benar dan mengulang-

ulang membaca Q.S. Quraisy dengan harakat dan makhraj yang benar.

Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu

kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang

akan dicapai, appersepsi yaitu mengingat sedikit tentang pelajaran yang

Page 170: 02110280.ps

lalu, selanjutnya peneliti memberitahukan metode yang akan

dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa bingung

dengan apa yang akan dilakukannya.

Sebelum pelajaran dimulai, guru mengajak siswa bernyanyi

bersama dengan tema pentingnya mengaji, hal ini bertujuan untuk

membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

Pada kegiatan inti, guru membagikan modul kepada siswa untuk

mempermudah pemahaman siswa pada materi. Guru menempelkan

kertas yang berisi surat Quraisy dan kertas yang satu lagi berisi tentang

mufrodat-mufrodat beserta artinya.

Kemudian guru membaca surat Quraisy perayat dengan ditirukan

oleh semua siswa, begitu seterusnya sampai selesai dan diulang-ulang.

Guru membacakan mufrodat-mufrodat surat Quraisy beserta artinya

dengan diikuti oleh semua siswa, diulang-ulang sampai siswa bisa dan

hafal.

Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca surat

Quraisy sekaligus untuk melatih keberanian siswa, maka guru menunjuk

tiga siswa sebagai perwakilan untuk membaca surat Quraisy di depan

kelas.

Siswa membaca surat Quraisy perayat beserta mufrodat serta

artinya kemudian diikuti oleh teman-temannya yang lain supaya siswa-

siswa yang lain makin hafal dan bisa membacanya.

Page 171: 02110280.ps

Setelah itu, guru menerapkan pembelajaran dengan kooperatif

struktural, yang mana Guru membagi siswa menjadi berkelompok-

kelompok dan siswa diminta untuk memberi nama kelompknya sendiri-

sendiri dengan nama tokoh yang mereka sukai, 1 kelompok terdiri dari 2

atau 3 orang. Kooperatif struktural ini untuk meningkatkan kerjasama

dengan teman yang lain.

Guru mempunyai dua macam kartu, kartu tersebut dibagikan

secara acak pada siswa. 1 kartu untuk 1 kelompok. Untuk membuat

pembelajaran terkesan lebih menarik dan menyenangkan, guru memakai

kartu-kartu tersebut dengan berwarna-warni, kartu yang berwarna merah

berisi tentang mufrodat, sedangkan kartu yang berwarna hijau berisi

tentang arti dari mufrodat tersebut.

Untuk melatih kekompakan dan ketelitian siswa, guru meminta

tiap kelompok yang memegang mufrodat untuk mencari arti dari

mufrodat tersebut kepada kelompok yang lain dan begitu pula

sebaliknya.

Setelah perkelompok berhasil mencari pasangan kartu, guru

meminta perkelompok untuk mengangkat pasangan dari kartu yang

siswa dapat dan membacanya dengan keras di bangku berkumpul. Guru

meminta pada beberapa kelompok yang telah berkumpul untuk mencari

pasangan dari kartu mereka yang telah mereka dapat pada kelompok

lainnya untuk diurutkan menjadi satu ayat beserta artinya.

Page 172: 02110280.ps

Setelah kelompok-kelompok tersebut sudah menemukan urutan

kartu-kartu mereka menjadi satu ayat, maka perwakilan dari kelompok

tersebut maju ke dapan untuk membacakannya kemudian diikuti oleh

siswa-siswa yang lain.

Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah

dibahas tersebut dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang apa yang belum mereka pahami. Guru mengajak siswa untuk

merenungkan pentingnya bisa membaca Al-Qur'an dengan benar. Siswa

diberi tugas rumah untuk mempelajari lagi materi yang baru saja

disampaikan dan materi yang akan dibahas minggu depan.

Penilaian pembelajaran ini dilakukan dengan menilai antusias

siswa, keaktifan tiap siswa dan keaktifan siswa dalam kelompok,

kekompakan siswa, pastisipasi siswa dalam belajar, keberanian siswa,

kekritisan siswa terhadap permasalahan.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2007,

dalam pertemuan kedua ini, peneliti menggunakan problem solving

(pemecahan masalah) dan kooperatif struktural disertai dengan pujian.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi

dalam belajar, kritis terhadap permasalahan yang ada, dan kekompakan

dalam kelompok.

Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat

mengulang-ulang membaca Q.S. Quraisy dengan harakat dan makhraj

yang benar dan dapat menghafal Q.S.Quraisy.

Page 173: 02110280.ps

Pembelajaran kali ini diawali dengan memberi salam, membaca

doa bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu

kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan dan kompetensi pembelajaran

yang akan dicapai, serta melakukan appersepsi yaitu mengingat sedikit

tentang pelajaran yang lalu. Selanjutnya peneliti memberitahukan

metode yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak

merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi delapan

kelompok, agar siswa semangat dan senang dalam pembelajaran, guru

memberi kebebasan perkelompok untuk memberi nama kelompoknya

masing-masing dengan tokoh yang mereka sukai. Guru membagikan

modul kepada kelompok-kelompok untuk dipelajari agar mempermudah

pemahaman siswa pada materi yang akan dibahas.

Pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian tugas, yang mana tiap

kelompok diberi kertas yang berisi tentang bacaan surat Quraisy tanpa

harakat.

Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator membantu siswa

untuk aktif dalam kelompok mereka.

Untuk memancing kekritisan siswa, tiap kelompok diminta untuk

memberi harakat pada bacaan tersebut yang kemudian diminta untuk

mencari bacaan-bacaan tajwid yang telah mereka dipelajari. Kemudian

Page 174: 02110280.ps

perwakilan tiap kelompok maju kedepan dengan membacakan surat

Quraisy yang telah diberi harakat beserta tajwidnya.

Kelompok lain memberi komentar apakah terdapat kesalahan

dalam membaca surat Quraisy tersebut atau tidak. Dalam hal ini terdapat

kelompok yang menyalahkan bacaan kelompok yang maju kedepan

kemudian siswa tersebut memberi alasan dengan pernyataannya yang

menyalahkan perwakilan kelompok yang maju kedepan tersebut dengan

benar. Dalam hal ini untuk membelajarkan siswa lebih berani

mengungkapkan pendapatnya.

Pada tahap penutupan. Setelah semua perwakilan kelompok selesai

maju kedepan, guru meluruskan dari bacaan tajwid mereka yang masih

belum sesuai serta menyimpulkan materi pembelajaran. Guru memberi

kesempatan siswa untuk bertanya tentang materi yang masih belum

dimengerti.

Penilaian dilakukan dengan menilai keaktifan siswa, kekritisan,

keberanian serta kekompakan siswa dalam kelompok dan tugas

kelompok.

Pembelajaran ketiga dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2007.

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode learning starts with a

question (pelajaran dimulai dengan pertannyaan), kooperatif struktural

dan problem solving (pemecahan masalah). Dengan menggunakan

metode ini diupayakan siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, antusias,

mengaktifkan siswa, dan memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa

Page 175: 02110280.ps

dalam membuat pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan

pendapatnya dan kekompakan dalam berkelompok.

Adapun indikator pencapaian yang harus dicapai pada pertemuan

ketiga ini yaitu siswa dapat menunjukkan hafal surat Al-Quraisy yaitu

mengerti yang terkandung dalam surat Quraisy.

Pendahuluan dilakukan dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai. Mengabsen siswa satu persatu

kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan serta kompetensi pembelajaran

yang akan dicapai, appersepsi. Peneliti memberitahukan metode yang

akan dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa

bingung dengan apa yang akan dilakukannya.

Pembelajaran ini dimulai dengan membagikan modul kepada

siswa. Supaya pembelajaran lebih efektif, siswa diminta untuk

memahami modul ataupun referensi yang lain yang membahas tentang

arti yang terkandung dalam surat Quraisy.

Untuk menumbuhkan kekritisan siswa dalam memecahkan suatu

permasalahan, maka tiap siswa diminta untuk membuat 1 pertanyaan

yang masih belum dimengerti pada selembar kertas, kemudian siswa

diminta untuk bergabung dengan teman sebangkunya dan diminta untuk

bertukar pikiran dan mencari jawaban dari pertanyaan yang telah mereka

Page 176: 02110280.ps

buat, jika masih tidak mengetahui jawabannya, maka cukup dilingkari

saja dan diakhir pelajaran, guru akan menjelaskannya.

Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut dikumpulkan ke

depan. Untuk menyingkat waktu, lembaran-lembaran tersebut dipilih

sekiranya yang sulit dipahami saja.

Untuk menumbuhkan keberanian siswa maka pembelajaran

dimulai dengan membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut perwakilan

kelompok yang ditunjuk sekaligus membacakan jawaban dari pertanyaan

tersebut. Kemudian guru menanyakan kepada semua siswa apakah

jawaban tersebut benar atau salah. Jika ada yang berpendapat selain dari

jawaban yang telah dibacakan, maka siswa tersebut diminta untuk

mengemukakan jawabannya yang lain. Hal ini untuk menumbuhkan

keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat dan ide-ide mereka.

Setelah selesai, guru menjelaskan dengan menyimpulkan dari

pertanyaan-pertanyaan yang masih belum bisa dijawab maupun

pertanyaan yang telah dijawab tersebut.

Pembelajaran diakhiri dengan memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang apa yang belum mereka mengerti. Siswa diberi

tugas rumah untuk mempelajari lagi materi yang baru saja disampaikan

dan materi yang akan dibahas minggu depan. Kemudian guru mengajak

siswa untuk merenungkan kembali apa yang terkandung dari surat

Quraisy, yaitu orang-orang yang tidak mau mensyukuri nikmat Allah

dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Page 177: 02110280.ps

Dilanjutkan membaca hamdalah bersama kemudian ditutup dengan

salam.

Penilaian dilakukan dengan menilai antusias, pastisipasi siswa

dalam belajar, keaktifan siswa, daya pikir kreatif setiap siswa dalam

membuat pertanyaan, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat

dan ide-idenya dan kekompakan dalam kelompok.

c. Observasi

Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus II dimana peneliti

mengadakan observasi saat pembelajaran berlangsung. Dari tiga kali

pertemuan, dapat dilihat pada lembar observasi motivasi menunjuk pada

angka 2,9 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan motivasi siswa

pada mata pelajaran PAI sebesar 16%. Pada lembar observasi keaktifan

menunjuk pada angka 3 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan

keaktifan siswa sebesar 22%. Pada lembar observasi kreativitas

menunjuk pada angka 3 yang mengindikasikan bahwa ada peningkatan

kreativitas siswa sebesar 59%.

Motivasi siswa pada siklus II kali ini lebih meningkat daripada

siklus I. Pada siklus II kali ini indikator peningkatannya terlihat dari,

siswa lebih terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh

guru, seperti siswa diminta untuk memberi harakat pada bacaan surat

Quraisy yang kemudian diminta untuk mencari bacaan-bacaan tajwid

yang terdapat pada bacaan tersebut.

Page 178: 02110280.ps

Siswa lebih senang dan semangat belajar ketika siswa diminta

untuk mengangkat dan menunjukkan kartu yang mereka pegang.

Sebagian besar siswa sudah berani bertanya pada hal-hal yang

sekiranya belum mereka pahami dan mereka lebih termotivasi lagi ketika

mendapat pujian dari guru.

Selain itu, siswa juga mempunyai keinginan yang kuat dalam

menyelesaikan permsalahan dan tidak kenal lelah dalam mengerjakan

tugas.

Peningkatan keaktifan pada siklus II, dapat diamati bahwa siswa

lebih berani untuk mengungkapkan ide atau gagasan mereka, siswa tidak

terlihat takut dan malu untuk mengangkat tangan untuk mengungkapkan

pendapatnya. Hal ini terbukti ketika siswa menyanggah pertanyaan dari

kelompok lain yang salah kemudian membenarkan pernyataan dari

kelompok lain tersebut, bukan hanya satu atau dua siswa saja, tetapi

kebanyakan dari mereka sudah berani untuk mengungkapkan pendapat

dan mereka sudah mampu menghidupkan kelas dengan konsep yang

mereka miliki sehingga kelas menjadi hidup.

Disamping itu, siswa juga terlihat lebih berpartisipasi untuk

menyumbangkan kreativitas kelas.

Peningkatan kreativitas pada siklus II terlihat adanya

perkembangan yang pesat, hal ini terbuki dengan adanya peningkatan

dari siklus I ke siklus II yang menunjukkan angka 59%. Terlihat dengan

adanya rasa keingintahuan siswa terhadap pelajaran agama yang besar

Page 179: 02110280.ps

yaitu dengan keantusiasan dan keseriusan siswa pada pembelajaran yang

sedang berlangsung, mengajukan pertanyaan jika belum dipahami serta

seluruh siswa telah membawa referensi lain selain buku paket yang

mereka punya.

Siswa makin kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada

pada saat pembelajaran, yang mana hal ini terlihat dengan adanya siswa

yang sudah tidak malu lagi untuk bertanya tenang apa yang belum

mereka pahami serta sudah berani menyangga pernyataan yang salah

dari siswa yang lain.

Siswa juga menghargai terhadap perbedaan-perbedaan pendapat

yang muncul diantara mereka, siswa juga lebih bebas dalam

mengungkapkan ide atau pendapatnya.

Disamping itu, siswa lebih mampu menyesuaikan diri dengan

kelompok mereka dan sudah mampu membuat dan menunjukkan

bermacam-macam hasil karya. Hal ini terbukti hasil dari karya mereka

yang bagus dan layak untuk dipajang dikelas.

d. Refleksi

Dari hasil observasi pada siklus II dapat diketahui adanya

peningkatan yang cukup tinggi dari penelitian sebelumnya yaitu siklus I.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari lembar observasi motivasi dari

siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 16%. Peningkatan

keaktifan sebesar 22% dan peningkatan kreativitas sebesar 59%.

Page 180: 02110280.ps

Melalui hasil observasi siklus II, penerapan strategi Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan dengan metode card sort

(sortor kartu), problem solving (pemecahan masalah), kooperatif

struktural, dan learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan

pertanyaan) merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi,

keaktifan dan kreativitas siswa pada mata pelajaran PAI. Adapun

indikator peningkatan tersebut sebagai berikut:

1. Siswa lebih berani bertanya pada hal-hal yang sekiranya belum

mereka pahami, serta lebih termotivasi dengan diberikannya pujian.

2. Siswa terlihat lebih banyak yang berani dalam mengungkapkan ide

atau pendapat dibandingkan pada siklus I, seperti menyangga dan

membenarkan pernyataan siswa yang lain sehingga kelas menjadi

hidup. Jika pada siklus I masih banyak siswa yang takut dan malu

untuk mengungkapkan pendapatnya, maka pada siklus II hal itu tidak

nampak lagi.

3. Siswa makin kritis teradap permasalahan dalam pembelajaran yang

mana mereka lebih terbuka terhadap perbedaan-perbedaan pendapat,

lebih bebas dalam mengungkapkan ide mereka.

4. Mampu membuat dan menunjukkan hasil karya mereka yang

bermacam-macam yang kemudian dipajang dikelas.

5. Adanya peningkatan motivasi sebesar 93%, keaktifan sebesar 93%

dan kreativitas sebesar 93% dari hasil pre test yang telah dilakukan.

Page 181: 02110280.ps

Meskipun terdapat peningkatan yang besar pada siklus II, namun

masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus III sehingga Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan benar-benar dapat

diaplikasikan sehingga mandapat hasil yang lebih memuaskan. Adapun

beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Perlu adanya pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan

sehingga siswa menjadi lebih termotivasi belajar.

2. Tetap mempertahankan keaktifan dengan pembelajaran kelompok.

3. Tetap mempertahankan kreativitas siswa dengan metode yang

menggugah lebih rasa ingin tahu siswa.

e. Revisi

Peneliti mengadakan revisi siklus II sehingga pembelajaran pada

siklus selanjutnya yaitu siklus III akan sesuai dengan yang diinginkan.

Yaitu:

1. Menggunakan media pembelajaran audio visual sehingga siswa tetap

semangat dan termotivasi dalam pembelajaran dan menggunakan

pujian atau hadiah serta diselingi dengan nyanyian-nyanyian

sehingga pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan sehingga

lebih memotivasi siswa untuk semangat belajar.

2. Tetap menggunakan metode kooperatif struktural untuk menjaga

keaktifan siswa dalam kelompok.

Page 182: 02110280.ps

3. Tetap menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah)

sehingga siswa lebih kritis terhadap permasalahan yang akan

membuat siswa lebih kreatif.

5. Siklus III

a. Rencana Tindakan Siklus III

Pada siklus III kali ini, peneliti menggunakan metode kooperatif

struktural, problem solving (pemecahan masalah) serta watching CD

(melihat CD). Dengan menerapkan metode tersebut, diharapkan siswa

dapat lebih aktif dalam mengungkapkan ide/gagasan dengan

berpasangan maupun dalam kelompok, siswa lebih kritis dalam

memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa menjadi lebih kreatif.

Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti melakukan

beberapa tahap perencanaan, dan melakukan persiapan sebagai berikut:

1) Membuat rencana pembelajaran yang meliputi: pendahuluan,

kegiatan inti dan penutup.

2) Membuat modul pembelajaran

3) Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi yang

digunakan untuk meneliti motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas

siswa.

4) Mempersiapkan media pembelajaran.

5) Pada jam ke nol, dimulai dengan membaca Q.S. pendek sampai

selesai.

Page 183: 02110280.ps

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Siklus III dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2007 dan pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2007.

Pertemuan pertama pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal

7 Maret 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan metode

kooperatif struktural disertai dengan pujian dan mengemas pembelajaran

semenarik mungkin. Dengan menerapkan metode ini diupayakan siswa

lebih berpartisipasi dalam belajar, dapat mengaktifkan setiap siswa

dalam berkelompok. Disamping itu siswa lebih termotivasi dengan

diberikannya pujian dan penyajian pembelajaran yang menarik sekaligus

lebih dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Pada pertemuan kali ini, materi yang akan dibahas adalah iman

kepada rasul Allah, indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini

adalah siswa dapat menyebutkan nama-nama rasul Allah dan

menyebutkan nama-nama rasul ulul azmi.

Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu

kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang

akan dicapai, appersepsi yaitu mengingat sedikit tentang pelajaran yang

lalu. Selanjutnya peneliti memberitahukan metode yang akan

Page 184: 02110280.ps

dipergunakan supaya ketika kegiatan inti siswa tidak merasa bingung

dengan apa yang akan dilakukannya.

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi lima kelompok,

siswa diberi kebebasan untuk memberi nama kelompoknya masing-

masing. Tiap kelompok diberi tugas untuk menuliskan 25 nama nabi dan

siswa dituntut untuk kreatif dengan membuat lagu sendiri kemudian tiap

kelompok diminta menuliskan salah satu kisah nabi ulul azmi sesingkat

mungkin dengan batas waktu 20 menit.

Setelah waktu habis, untuk menilai keberanian siswa, tiap

perwakilan kelompok diminta untuk maju kedepan dengan membacakan

kisah nabi ulul azmi. Sedangkan siswa yang lain diminta untuk mencatat

keterangan dari kelompok tersebut sehingga semua siswa mengerti tentang

kisah-kisah nabi ulul azmi. Untuk menilai kekompakan tiap kelompok,

maka tiap kelompok diminta untuk menyanyikan lagu yang bertemakan 25

nabi tersebut yang diakhiri dengan pemberian tepuk tangan serta pujian

kepada kelompok tersebut, siswa terlihat senang dan hidup.

Agar siswa tetap ingat dengan 25 nabi maka guru mengajak siswa

bernyanyi bersama sekaligus untuk menumbuhkan kembali motivasi

belajar siswa. Dalam hal ini siswa terlihat begitu senang dan semangat

kembali pada pembelajaran,

Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai apa

yang belum mereka mengerti, pada sesi tersebut sebagian besar siswa telah

berani bertanya dengan berebutan mengacungkan tangan tanpa terlihat

Page 185: 02110280.ps

rasa takut dan malu. Diantara pertanyaan meraka adalah ”mengapa pada

setiap umat Allah mengutus rasul?” Guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk menjawab pertanyaan temannya tersebut sebelum guru

menjelaskannya. Siswa berebutan untuk menjawab pertanyaan tersebut

dengan mangacungkan tangan mereka.

Guru menutup pembelajaran dengan guru sedikit mengulas

kembali dan menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas serta

meluruskan pernyataan siswa yang masih perlu dibenarkan, kemudian

pembelajaran diakhiri dengan doa bersama.

Penilaian dilakukan dengan menilai kekritisan siswa, keberanian

siswa, kekreatifan siswa, kekompakan siswa dalam kelompok dan tugas

kelompok.

Pertemuan kedua pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 14

Maret 2007. Pada pertemuan kali ini, peneliti menggunakan metode

kooperatif struktural, problem solving, watching CD disertai dengan

pujian.

Indikator pembelajaran pada pertemuan kali ini adalah siswa dapat

membedakan antara nabi dan rasul.

Pembelajaran diawali dengan memberi salam, membaca doa

bersama kemudian dilanjutkan dengan tadarus yaitu membaca Q.S.

pendek (pada jam ke nol) sampai selesai, mengabsen siswa satu persatu

kemudian menanyakan kesiapan belajar siswa, memberitahukan tujuan

pembelajaran yang akan dilaksanakan serta indikator pembelajaran yang

Page 186: 02110280.ps

akan dicapai, melakukan appersepsi. Selanjutnya peneliti

memberitahukan metode yang akan dipergunakan supaya ketika kegiatan

inti siswa tidak merasa bingung dengan apa yang akan dilakukannya.

Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi lima kelompok.

Tiap kelompok diminta untuk mencatat apa-apa yang penting pada

tayangan tersebut, serta menganalisis apa perbedaan antara nabi dan

rasul serta untuk kepentingan apa Allah mengutus nabi dan rasul.

Pembelajaran dilakukan di ruang komputer untuk melihat CD.

Tiap siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan

tersebut diputar, tayangan tersebut berisikan tentang iman kepada rasul

Allah yang diawali dengan nyanyian bertajuk rukun iman yang selanjutnya

iman kepada Allah adalah rukun iman yang nomor 4 disertai dengan cerita

berhikmah yang mengisahkan bagaimana semestinya mengimani rasul

Allah yang dikemas dengan menarik. Tiap siswa terlihat begitu kompak

dalam kelompok mereka masing-masing, hal ini terlihat ketika tayangan

diputar masing-masing siswa saling membantu dan saling melengkapi

dengan apa yang telah tersampaikan dari tayangan tersebut. Setelah itu

tiap kelompok diminta untuk menganalisis pertanyaan-pertanyaan yang

telah diberikan dan mereka dituntut untuk aktif pada kelompoknya

masing-masing.

Pada sesi selanjutnya, tugas resume dan analisis tiap kelompok

dikumpulkan kedepan untuk dikoreksi oleh guru, untuk mengajak siswa

Page 187: 02110280.ps

lebih berani, guru menunjuk pada perwakilan kelompok yang analisis

mereka bagus untuk dibacakan kedepan.

Pembelajaran dimulai dengan guru menerangkan apa yang telah

dikisahkan dalam film tersebut. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya

mengenai apa yang belum mereka pahami dalam pembelajaran tersebut.

Terbukti ± 90% siswa antusias bertanya dengan mengacungkan tangan

mereka. Sebelum guru menjawab pertanyaan tersebut, guru

melemparkan kembali pertanyaan tersebut apakah ada siswa yang

mampu menjawab dari pertanyaan tersebut.

Sebelum pembelajaran ditutup, guru meminta dari perwakilan

siswa untuk menyimpulkan dari hasil belajar tersebut serta

mengaitkannya dengan pengalaman mereka dalam kehidupan mereka

sehari-hari. Pembelajaran diakhiri doa bersama dan diakhiri dengan

salam.

c. Observasi

Siklus III ini yang dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Dari

hasil observasi siklus III pada lembar observasi dapat dilihat peningkatan

motivasi menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan bahwa ada

peningkatan sebesar 24% dari siklus II, peningkatan keaktifan menunjuk

pada angka 3,33 yang mengindikasikan adanya peningkatan sebesar 11%

dari siklus II sedangkan pada lembar observasi kreativitas menunjuk

pada angka 3,22 yang mengindikasikan bahwa adanya peningkatan

sebesar 7% dari siklus II.

Page 188: 02110280.ps

Pembelajaran dengan menggunakan metode watching CD, siswa

semangat sekali dalam mengikuti pembelajaran, siswa terlihat begitu

antusias dan senang ketika tayangan tersebut diputar dan keseriusan

siswa ketika menyimak tanyangan tersebut.

Ketika tiap kelompok diminta untuk meresume dari tanyangan

tersebut, terlihat mereka begitu terdorong sekali mengikuti tanyangan

tersebut dan bukan hanya perwakilan kelompok saja yang mencatat,

tetapi mereka juga saling membantu untuk melengkapi catatan mereka.

Selain itu, mereka juga terlihat begitu senang ketika diajak untuk

bernyanyi bersama untuk memacu semangat belajar disamping itu juga

untuk mengingatkan pelajaran yang mereka bahas agar siswa tidak lupa.

Siswa juga lebih termotivasi ketika pekerjan mereka dihargai

dengan diberi pujian atau hadiah.

Peningkatan keaktifan siswa pada siklus III ini terlihat dengan

mereka mampu menjalin partisipasi belajar dengan siswa yang lain, hal

ini terbukti. Ketika diminta untuk membuat lagu tenang 25 nabi dan

menyanyikannya mereka terlihat begitu kompak dengan kelompok

mereka ketika mengerjakan tugas yang telah diberikan guru kepada

mereka dan mereka mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik.

Kekompakan siswa juga nampak ketika diminta meresume

tayangan CD, mereka saling membantu satu sama lain untuk melengkapi

catatan mereka. Siswa enjoy dalam pembelajaran yang sedang

Page 189: 02110280.ps

berlangsung dan tidak merasa tertekan dalam kegiatan belajar mengajar

tersebut.

Siswa juga lebih berani bertanya tentang apa yang belum mereka

pahami, ± 90% siswa antusias bertanya dengan mengangkat tangan

mereka. Selain itu siswa juga sudah tidak takut salah ketika guru

meminta siswa untuk menyimpulkan pelajaran serta mengaitkannya

dengan pengalaman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada siklus III, lebih

bebas untuk mengungkapkan pendapat mereka dengan mengkritisi

pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru ataupun menyanggah

pertanyaan dari teman mereka. Selain itu, siswa juga mampu

menganalisis dengan bagus.

Ketika siswa diminta untuk membuat kreasi dari hasil resume dari

tiap kelompok, ternyata mereka mampu membuat kreasi yang lebih

bagus dan lebih kreatif daripada pada siklus II.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menunjukkan karya

mereka serta kreatif dalam membuat lagu sendiri. Selain itu, siswa juga

diminta untuk menuliskan salah satu kisah nabi ulul azmi sesingkat

mungkin dan mendesain sebagus mungkin sehingga siswa menjadi

kreatif.

d. Refleksi

Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui adanya peningkatan

terhadap motivasi belajar siswa, keatifan siswa serta kreativitas siswa

Page 190: 02110280.ps

pada pelajaran PAI. Dalam hal ini, dapat diamati pada lembar observasi

motivasi yang menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan adanya

peningkatan 24%, peningkatan keaktifan pada lembar observasi

menunjuk pada angka 3,33 yang mengindikasikan adanya peningkatan

keatifan sebesar 11%, sedangkan peningkatan kreativitas pada lembar

observasi menunnjuk pada angka 3,22 yang mengindikasikan adanya

peningkatan sebesar 7% dari siklus II.

Melalui pengamatan secara bertahap setiap siklus dengan

menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, keaktifan serta

kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

Dari hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan

bahwa implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi,

keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak

Candi Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil lapangan yang telah

diperoleh peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari

Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta

kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

Indikator peningkatan motivasi yang ditunjukkan melalui hasil lapangan

dari pre test ke siklus I sebesar 66%, dari pre test ke siklus II sebesar

93%, dari pre test ke siklus III sebesar 140%, dari siklus I ke siklus II

Page 191: 02110280.ps

sebesar 16%, dari siklus I ke siklus III sebesar 44% dan dari siklus II ke

siklus III sebesar 24%. Peningkatan keaktifan dari pre test ke siklus I

sebesar 83%, dari pre test ke siklus II sebesar 125%, dari pre test ke

siklus III sebesar 150%, dari siklus I ke siklus II sebesar 22%, dari siklus

I ke siklus III sebesar 36% dan dari siklus II ke siklus III sebesar 11%.

Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I sebesar

41%, dari pre test ke siklus II sebesar 116%, dari pre test ke siklus III

sebesar142%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus I ke

siklus III sebesar 71%, dari siklus II ke siklus III sebesar 7%.

Dan bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi,

keaktifan dan kreativitas siswa yaitu dengan menggunakan berbagai

metode yang bervariatif seperti metode team quiz (kuis kelompok), card

sort (sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai

dengan pertanyaan), koopeatif struktural, problem solving (pemecahan

masalah), watching CD (melihat CD), serta penggunaan modul sebagai

media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta

kreativitas siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo.

Adapun indikator keberhasilan penerapan Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Adanya peningkatan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dapat

dilihat dari kenaikan setiap siklusnya.

Page 192: 02110280.ps

2. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar yang

mana terlihat siswa senang mengikuti kegiatan belajar mengajar,

suka bertanya pada hal-hal yang belum mereka pahami, adanya

keinginan yang kuat dalam belajar agama.

3. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih aktif yang ditunjukkan dengan

berani mengungkapkan ide atau pendapat, berpartisipasi dalam

pembelajaran serta mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.

4. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih kreatif dalam memecahkan

suatu permasalahan serta mampu menunjukkan bermacam-macam

hasil karya mereka.

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Page 193: 02110280.ps

Penelitian tindakan kelas ini meliputi tiga siklus, siklus I dilaksanakan tiga

kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2007,

pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2007 dan pertemuan

ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2007. Siklus II dilaksanakan tiga kali

yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2007, pertemuan

kedua dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2007 dan pertemuan ketiga

dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2007. Pertemuan dan siklus III

dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada

tanggal 7 Maret 2007 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 14 Maret

2007.

Sebelum dilaksanakan ketiga siklus di atas, peneliti terlebih dahulu

melakukan observasi awal dan melakukan pre test.

Hasil observasi menunjukkan bahwa guru masih menggunakan

pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Guru hanya

menerangkan pelajaran disertai dengan mendekte siswa untuk mencatat hal-hal

yang penting ketika guru menerangkan dan sesekali diselingi dengan pertanyaan-

pertanyaan dari guru.

Dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru seperti di atas

mengakibatkan siswa bosan dan malas mengikuti dan mendengarkan pelajaran,

dikarenakan pengemasan pembelajaran yang monoton tidak menciptakan suasana

belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga menjadikan hilangnya

semangat dan antusias siswa dalam belajar, siswa pasif dan statis dalam menerima

Page 194: 02110280.ps

pelajaran, selain itu pembelajaran konvensional juga tidak bisa memunculkan

daya berfikir kreatif siswa.

Hasil pre test menggunakan pembelajaran konvensional dengan

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tersebut dapat diketahui bahwa

siswa kurang begitu termotivasi untuk belajar, kebanyakan siswa tidak

menghiraukan pelajaran yang diterangkan oleh guru, mereka terlihat jenuh dan

tidak bersemangat sehingga siswa merasa bosan dan malas belajar karena

pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru. Hasil pre test siswa diketahui

bahwa motivasi siswa sebesar 1,5 keaktifan siswa sebesar 1,33 dan kreativitas

siswa sebesar 1,33. Selaras dengan pengungkapan oleh Syaiful Bahri Djamarah

dan Aswan Zain (1996:43) bahwa suasana belajar yang tidak menggairahkan dan

menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan

belajar mengajar yang kurang harmonis. Dari pembelajaran yang seperti itu,

motivasi belajar siswa tidak akan muncul.

Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini bisa dilihat ketika

guru melontarkan pertanyaan pada siswa, siswa kurang begitu merespon dan

kurang antusias menanggapi pertanyaan tersebut serta kurang berani untuk

mengungkapkan pendapat mereka.

Slameto (1995:65) mengungkapkan bahwa metode mengajar guru yang

kurang baik juga akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Ketika

siswa hanya disuguhi dengan pembelajaran yang monoton, maka siswa menjadi

bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja (Slameto, 1995:65).

Page 195: 02110280.ps

Kreativitas siswa pada pre test tersebut juga tidak jauh beda dengan

motivasi dan keaktifan. Hal ini terlihat bahwa siswa kurang semangat pada

kegiatan belajar mengajar, keingintahuan siswa dan kekritisan siswa pada

pelajaran masih kurang, yang mana hanya ada sedikit siswa yang bertanya, tetapi

itupun dengan pertanyaan yang sangat mudah.

Dengan situasi pembelajaran yang berlangsung secara monoton, siswa

merasa "tersiksa" dan bahkan seperti di penjara. Apalagi guru sebagai motivator

dalam pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah, maka suasana

pembelajaran akan semakin menyiksa (Ahmad Sapari, Pembelajaran yang

Menyenangkan, Senin, 20 November 2000.htm). Dengan suasana belajar yang

seperti ini, maka siswa tidak bisa untuk mengembangkan kreativitasnya.

Dari penuturan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional kurang dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan

kreativitas siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam.

Pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan

tanya jawab ternyata kurang dapat menggugah motivasi, keaktifan ataupun

kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Setelah memperhatikan hasil dari observasi awal, maka ditindak lanjuti

dengan menggunakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(PAKEM).

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ini

adalah pembelajaran yang mampu menciptakan suasana menarik dan

menyenangkan dalam proses kegiatan belajar mengajar siswa.

Page 196: 02110280.ps

Sebagaimana tujuan daripada Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) tersebut yaitu untuk menciptakan lingkungan belajar

yang lebih menyenangkan dengan menyiapkan siswa memperoleh keterampilan,

pengetahuan, dan sikap, guna mempersiapkan kehidupan masa depannya. Di

dalam PAKEM guru-guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran yang

berbeda-beda, termasuk pembelajaran yang interaktif. Suara MBE 9,

Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html, diakses 20 Mei

2006).

Dengan menerapkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi, keaktifan

dan kreativitas siswa dalam belajar.

Pada awal pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan peneliti mempergunakan metode team quiz (kuis kelompok), card

sort (sortir kartu) dan learning strats with a question (pelajaran dimulai dengan

pertanyaan). Dengan menerapkan metode-metode ini, diharapkan dapat

meningkatkan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa

dapat termotivasi dalam belajar, meningkatkan tanggung jawab belajar siswa.

lebih berpastisipasi dalam belajar, mengaktifkan setiap siswa, belajar menjadi

efektif karena siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran yang dimulai dengan

bertanya yang kemudian diupayakan untuk mengaktifkan siswa, antusias, dan

memunculkan daya pikir kreatif setiap siswa dalam membuat pertanyaan,

keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan ide-idenya.

Page 197: 02110280.ps

Penerapan PAKEM dengan menggunakan metode team quiz (kuis

kelompok) menjadikan siswa cukup senang dalam proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung yaitu ketika siswa bergerak dan berkeliling kelas untuk

menemukan pasangan kartu dengan kategori yang sama yang mereka pegang

kepada temannya.

Team quiz (kuis kelompok) dapat meningkatkan rasa tanggungjawab siswa

atas apa yang mereka pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak

mengancam atau tidak membuat rasa takut (Silberman, 2004:186). Pernyataan

sama juga diungkapkan oleh Zaini et al (2004:57) bahwa team quiz (kuis

kelompok) dapat meningkatkan tanggungjawab belajar siswa dalam suasana yang

menyenangkan.

Dengan mempergunakan team quiz (kuis kelompok), siswa terlihat

terdorong melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh guru walaupun masih

banyak siswa yang cenderung pasif, antusias dan partisipatif dalam pembelajaran

yang direalisasikan dengan aktif dalam kelompok, serta tidak tertekan ketika

proses belajar mengajar berlangsung.

Card sort (sortir kartu) merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa

digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik klasifikasi, fakta tentang

obyek atau mereview ilmu yang telah diberikan sebelumnya. Gerakan fisik yang

dominan dalam card sort dapat membantu mendinamisir kelas yang kelelahan

(Zaini et al, 2004:53).

Silberman (2004:179) juga mengungkapkan bahwa card sort juga

merupakan aktivitas kerjasama yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,

Page 198: 02110280.ps

karakteristik klasifikasi, fakta tentang benda, atau menilai informasi. Gerak fisik

yang ada di dalamnya dapat membantu menggairahkan siswa yang merasa penat.

Dengan penerapan card sort tersebut siswa terlihat cukup senang dalam

proses belajar mengajar yang sedang berlangsung yiatu ketika siswa bergerak dan

berkeliling kelas untuk menemukan pasangan kartu dalam kategori yang sama

yang mereka pegang kepada teman mereka, tetapi masih banyak siswa yang

bermain sendiri perti memukul-mukul bangku dengan kayu sehingga suasana

menjadi semakin ramai karena mencari pasangan kartu yang dipegangnya pada

siswa yang lainnya.

Sedangkan penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) dengan menggunakan Learning starts with a question

(pelajaran dimulai dengan pertanyaan) dapat menciptakan kondisi pembelajaran

yang aktif dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri

materi pelajarannya, tanpa penjelasan telebih dahulu dari guru. Learning starts

with a question mampu menstimulasi pengajuan pertanyaan, yang mana

merupakan kunci belajar (Silberman, 2004:164).

Ketika pembelajaran dengan mempergunakan learning starts with a

question ini siswa terlihat aktif, semangat, mampu melaksanakan tugas yang

diberikan oleh guru, kritis dalam membuat pertanyaan maupun menjawab

pertanyaan yang dilontarkan oleh guru ataupun mengkritisi pendapat dari teman

mereka, walaupun masih sedikit siswa yang kritis dan berani.

Page 199: 02110280.ps

Hasil observasi pada siklus I menunjukkan terdapat peningkatan motivasi

belajar, keaktifan serta kreativitas siswa. Pada lemar observasi peningkatan

motivasi belajar sebesar 56%, keaktifan sebesar 77% dan kreativitas sebesar 41%.

Pada siklus II peneliti menerapkan PAKEM dengan mempergunakan

metedo card sort, learning starts with a question, problem solving, kooperatif

struktural serta pemberian reinforcement.

Dengan menerapkan metode-metode tersebut diharapkan dapat lebih

termotivasi dalam belajar sehingga siswa lebih aktif dalam mengungkapkan

ide/gagasan dengan berkelompok, lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan card sort pada siklus II kali ini lebih

dapat memotivasi siswa dan lebih aktif, dikarenakan pembelajaran card sort

dikemas lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan suasana

belajar yang menyenangkan. Pembelajaran dengan bernyanyi bersama,

menggunakan kartu beragam warna. Dapat dilihat bahwa siswa senang dan

bersemangat belajar ketika siswa mencari pasangan dari kartu mereka serta ketika

diminta oleh guru untuk mengangkat dan menunjukkan kartu yang mereka

pegang.

Sebagaimana pendapat Mulyasa (2006:15) bahwa iklim belajar yang

menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta

kreativitas peserta didik.

Ramayulis (2005:120) juga berpendapat bahwa peserta didik akan

terdorong unuk terus belajar jika kegiatan pembelajaran diselenggarakan secara

nyaman dan menyenangkan.

Page 200: 02110280.ps

Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan suatu cara

menyajikan bahan pelajaran dengan mengajak dan memotivasi murid untuk

memecahkan masalah dalam kaitannya dengan kegiatan proses belajar mengajar

(Zuhairini dan Abdul Ghofir, 2004:75).

Dengan penerapan metode problem solving dan learning starts with a

question, siswa terlihat mempunyai keinginan yang kuat dalam menyelesaikan

masalah, siswa lebih kritis, aktif dan berani untuk mengungkapkan ide/gagasan

mereka. Siswa terlihat tidak takut dan malu untuk mengangkat tangan

mengungkapkan pendapatnya. Ketika siswa menyanggah pertanyaan dari

kelompok lain yang salah kemudian membenarkan pertanyaannya tersebut serta

mampu menghidupkan kelas dengan konsep yang mereka miliki.

Ramayulis (2005:100) berpendapat bahwa untuk mengembangkan

kreativitas peserta didik guru hendaknya berupaya memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya sebanyak mungkin.

Pertanyaan dapat digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas

berfikir peserta didik. Karena itu, mereka harus didorong untuk mencari dan

menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut peserta didik berusaha

menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan

pertanyaan yang akan dijawabnya (Mulyasa, 2005:107).

Begitu seseorang belajar problem solving maka ia akan lebih kreatif

memecahkan masalah (Ramayulis, 2005:207).

Widada dalam Mulyasa (2003:107) juga berpendapat bahwa metode

problem solving juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas pembelajaran.

Page 201: 02110280.ps

Metode problem solving ini sangat baik digunakan untuk melatih murid-

murid berpikir kritis dan dinamis terhadap suatu masalah tertentu. Selain itu, juga

melatih keberanian dan rasa tanggung jawab murid dalam menghadapi masalah-

masalah kehidupan yang ada di masyarakat (Zuhairini dan Abdul Ghofir,

2004:75).

Pembelajaran kooperatif adalah pengajaran melalui penggunaan kelompok

kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam

mencapai tujuan belajar (Holubec dalam Nurhadi, 2003:59).

Kooperatif struktural adalah metode yang dirancang untuk mempengaruhi

pola-pola interaksi siswa (Nurhadi, 2003:65).

Dengan penerapan metode kooperatif struktural pada siklus II ini, siswa

tampak adanya ketergantungan positif, hal ini terlihat dengan siswa saling bantu

dan saling bertukar pikiran dan mencari jawaban dari pertanyaan yang telah

mereka buat sehingga siswa termotivasi untuk belajar karena temannya yang lain

dan siswa lebih mampu menyesuaikan diri dengan kelompok mereka.

Dengan pembelajaran kooperatif ini juga membuat siswa bisa menghargai

terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang muncul diantara mereka. Hal ini

juga diungkapkan oleh Johnson dan Johnson dalam Nurhadi (2003:62-63)

diantara keunggulan pembelajaran kooperatif adalah memudahkan siswa

melakukan penyesuaian sosial, meningkatkan motivasi intrinsik, meningkatkan

keterampilan hidup bergotong royong, meningkatkan kemampuan berpikir

divergen atau berpikir kreatif.

Page 202: 02110280.ps

Pemberian reinforcement atau penguatan sangat membantu dalam

pembelajaran pada siklus II, dengan adanya pemberian reinforcement siswa lebih

termotivasi untuk belajar. Hal ini terlihat dari siswa senang, semangat,

keantusiasan siswa dalam mengerjakan sesuatu, bertanya dan menjawab

pertanyaan ataupun ketika siswa mampu menghasilkan karya setelah guru

memberikan penguatan baik itu berupa pujian ataupun hadiah terhadap siswa.

Pemberian penguatan seperti pujian dapat berfungsi untuk mengarahkan

kegiatan anak didik pada hal-hal yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran

(Djamarah dan Zain, 1996:171).

Pemberian pujian kepada siswa yang menunjukkan prestasi belajar

merupakan upaya menumbuhkan motivasi dari luar diri siswa (Nana Sudjana,

1989:27-28).

Selaras dengan pendapat-pendapat di atas, Hamalik (2001:166-167) juga

mengungkapkan bahwa diantara cara menggerakkan motivasi belajar siswa adalah

dengan memberikan pujian dan hadiah ataupun dengan memberi angka.

Dengan pemberian penguatan, siswa mempunyai keinginan yang kuat

dalam menyelesaikan permasalahan dan membuat siswa tidak kenal lelah dalam

mengerjakan tugas.

Pada pembelajaran kali ini, siswa sudah mampu menyumbangkan

kreativitas kelas yang berupa karya siswa baik itu berupa resume pelajaran

ataupun yang lainnya untuk dipajang di kelas.

Pada siklus II ini, terlihat adanya peningkatan yang lebih besar daripada

siklus I pada motivasi, keaktifan ataupun kreativitas siswa pada pelajaran agama

Page 203: 02110280.ps

Islam. Dapat dilihat pada lembar observasi penelitian bahwa peningkatan motivasi

sebesar 22%, keaktifan sebesar 23% dan kreativitas siswa meningkat sebesar

59%.

Indikator adanya peningkatan tersebut yaitu siswa lebih senang dan

semangat ketika belajar, terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh

guru, berani bertanya tentang sesuatu ketika belum dipahami, serta termotivasi

ketika mendapat penghargaan dari guru, sudah mampu menyumbangkan

kreativitas kelas, keinginan yang kuat dalam menyelesaikan permasalahan dan

membuat siswa tidak kenal lelah dalam mengerjakan tugas, siswa bisa

menghargai terhadap perbedaan-perbedaan pendapat yang lain, lebih kritis, aktif

dan berani untuk mengungkapkan ide/gagasan serta adanya ketergantungan positif

antara siswa satu dengan yang lainnya.

Selain itu, peningkatan motivasi, keaktifan dan kreativitas siswa jika

dibandingkan pre test dengan siklus II meningkat sebesar 93%, keaktifan sebesar

125% dan kreativitas sebesar 116%.

Para ahli sepakat bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses

belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat

mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Harjanto, 2000:243).

Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III dengan menggunakan

media seperti watching CD (melihat CD) dapat meningkatkan motivasi siswa.

Indikator motivasi tersebut yaitu siswa bersemangat sekali dalam mengikuti

pelajaran, siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan tersebut

diputar dan keseriusan siswa ketika menyimak tayangan tersebut.

Page 204: 02110280.ps

Pada siklus III kali ini PAKEM diterapkan dengan menggunkan metode

kooperatif strukural, problem solving dan watching CD, Dengan menerapkan

metode ini diupayakan siswa lebih berpastisipasi dalam balajar, dapat

mengaktifkan setiap siswa dan berkelompok. Disamping itu siswa lebih

termotivasi dengan diberikannya pujian dan penyajian pembelajaran yang menarik

sekaligus lebih dapat meningkatkan kreativitas siswa.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus III dengan menggunakan

media seperti watching CD dapat meningkatkan motivasi siswa. Indikator

peningkatan motivasi tersebut yaitu siswa bersemangat sekali dalam mengikuti

pelajaran, siswa terlihat begitu antusias dan senang ketika tayangan tersebut

diputar dan keseriusan siswa tampak ketika menyimak tayangan tersebut.

Para ahli sepakat bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses

belajar mengajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat

mempertinggi hasil belajar yang dicapai (Harjanto, 2000:243).

Manfaat lain dari media pendidikan seperti watching CD yaitu bahan

pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para

siswa, sehingga memungkinkan para siswa menguasai tujuan pengajaran lebih

baik, sehingga lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui

penuturan kata-kata oleh guru. Dengan demikian siswa tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain, pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (Harjanto,

Page 205: 02110280.ps

2000:243-244). Dengan menerapkan metode wathing CD, dapat mengaktifkan

tiap siswa dalam pembelajaran ketika siswa diminta untuk meresume tayangan

CD.

Selaras dengan pendapat di atas, bahwa menonton tayangan video edukatif

merupakan kegiatan pasif. Siswa duduk di kursi sembari menunggu tayangan

diputar. Namun yang ini merupakan cara aktif untuk menjadikan siswa merasa

terlibat dalam menonton tayangan video. Dengan watching CD juga menyebabkan

siswa menjadi kritis dengan menganalisis mengenai tayangan CD tersebut. Hal ini

terbukti ± 90% siswa antusias bertanya dengan mengacungkan tangan mereka.

Pendekatan dengan menggunakan metode watching CD memungkinkan

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritikal dan kreatif, dan motivasi serta

minat siswa di dalam diskusi-diskusi kelompok (Slameto, 1995:160).

Media pendidikan meningkatkan motivasi dan perangsang kegiatan

belajar. Media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh

(Hamalik, 1989:18).

Manfaat penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar, terutama

untuk SD, sangat penting. Sebab pada masa ini siswa masih berpikir konkret,

belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam

memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan

bahasa. Ketidakmampuan guru menjelaskan sesuatu bahan itulah dapat diwakili

oleh peranan media (Djamarah dan Zain, 1996:155).

Kooperatif struktural dalam siklus III ini juga terdapat peningkatan

daripada siklus II, hal ini terlihat dengan lebih terjalinnya partisipasi belajar

Page 206: 02110280.ps

dengan siswa lain, yaitu siswa begitu kompak ketika perkelompok diminta untuk

membuat lagu 25 nabi dan menyanyikannya, serta kompak dalam kelompok

mereka ketika meresume dari tayangan CD tersebut, siswa saling membantu

kelompok mereka untuk melengkapi tugas tersebut.

Selain itu problem solving dalam siklus III ini, juga mengalami

peningkatan dibanding dengan siklus II. Hal ini terlihat dengan kekritisan siswa

dalam menganalisis pelajaran, serta siswa telah terbiasa dalam mengungkapkan

pendapat mereka ketika mereka belum paham. Dalam siklus III siwa juga dapat

menunjukkan kreativitasnya yaitu mampu membuat hasil karya yang lebih bagus

daripada siklus II.

Penerapan PAKEM selain menggunakan metode pembelajaran yang

bervaritif. Peneliti juga menggunakan modul sebagai media bantu dalam kegiatan

belajar mengajar.

Dengan penggunaan modul, memudahkan siswa untuk belajar, serta

pembelajaran menjadi lebih terarah, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Dalam hal ini, siswa telihat lebih semangat dan antusias dalam belajar.

Sebagaimana pengungkapan Yamin (2004:75-76) bahwa pembelajaran

dengan menggunakan modul dapat membantu siswa secara mandiri menguasai

kompetensi yang akan dicapai.

Menurut Hamalik (2001:74) dengan menggunakan modul dalam

pembelajaran dapat membantu siswa dalam menguasai materi dengan mudah,

selain itu modul juga menuntut guru dalam meningkatkan kreativitas dan

profesionalismenya dalam proses belajar mengajar.

Page 207: 02110280.ps

Nana Sudjana (1989:133) juga berpendapat bahwa dengan menggunakan

modul dalam pembelajaran bertujuan agar pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien, para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan

kecepatan dan kemampuannya sendiri serta membantu penguasaan bahan secara

optimal.

Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui adanya peningkatan

terhadap motivasi belajar siswa, keaktifan siswa serta kreativitas siswa pada

pelajaran PAI. Dalam hal ini, dapat diamati pada lembar observasi motivasi yang

menunjuk pada angka 3,6 yang mengindikasikan adanya peningkatan 24%,

peningkatan keaktifan pada lembar observasi menunjuk pada angka 3,33 yang

mengindikasikan adanya peningkatan keaktifan sebesar 11%, sedangkan

peningkatan kreativitas pada lembar observasi menunjuk pada angka 3,22 yang

mengindikasikan adanya peningkatan sebesar 7% dari siklus II.

Sedangkan jika dilihat peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan

kreativitas dari pre test ke siklus III yaitu: motivasi belajar siswa sebesar 140%,

keaktifan sebesar 150% dan kreativitas sebesar 142%.

Peningkatan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus I

ke siklus III menunjukkan adanya peningkatan motivasi sebesar 44%, keaktifan

sebesar 36% dan kreativitas sebesar 71%.

Dari hasil observasi dan data empiris di lapangan menunjukkan bahwa

implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

terbukti dapat meningkatkan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa pada

pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

Page 208: 02110280.ps

data di lapangan yang menunjukkan adanya peningkatan motivasi dari pre test ke

siklus I sebesar 66%, dari siklus I ke siklus II sebesar 16%, dari siklus II ke siklus

III sebesar 24% dan dari siklus I ke siklus III sebesar 44%. Sedangkan

peningkatan keaktifan dari pre test ke siklus I sebesar 83%, dari siklus I ke siklus

II sebesar 22%, dari siklus II ke siklus III sebesar 11%, dan dari siklus I ke siklus

III sebesar 36%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa pada pre test ke siklus I

sebesar 41%, dari siklus I ke siklus II sebesar 59%, dari siklus II ke siklus III

sebesar 7 %, dan dari siklus I ke siklus III sebesar 71%.

Bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi, keaktifan

dan kreativitas siswa yaitu dengan menggunakan berbagai metode bervariatif

yang berorientasi pada siswa seperti metode team quiz (kuis kelompok), card sort

(sortir kartu), learning starts with a question (pelajaran dimulai dengan

pertanyaan), kooperatif struktural, problem solving (pemecahan masalah),

pembelajaran bermakna, watching CD (melihat CD) serta penggunaan modul

sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan

kreativitas siswa siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo.

Adapun indikator keberhasilan penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif,

Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) tersebut adalah sebagai berikut:

5. Adanya peningkatan motivasi, keaktifan serta kreativitas siswa dapat dilihat

dari kenaikan setiap siklusnya.

6. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar, siswa senang

mengikuti kegiatan belajar mengajar, aktif bertanya pada hal-hal yang belum

mereka pahami, adanya keinginan yang kuat dalam belajar agama.

Page 209: 02110280.ps

7. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih aktif yang ditunjukkan dengan

keberanian siswa dalam mengungkapkan ide atau pendapat, berpartisipasi

dalam pembelajaran serta mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin.

8. Dengan PAKEM siswa menjadi lebih kreatif dalam memecahkan suatu

permasalahan serta mampu menunjukkan variasi hasil karya mereka.

Page 210: 02110280.ps

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan analisa data di lapangan, maka penulis

dapat mengambil kesimpulan bahwa:

1. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan

(PAKEM) terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta

kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

Indikator peningkatannya ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar,

keaktifan dan kreativitas siswa dari siklus ke siklus. Hasil observasi dari

lapangan menunjukkan bahwa motivasi belajar mengalami peningkatan

dari pre test ke siklus III sebesar 140%. Peningkatan keaktifan dari pre test

ke siklus III sebesar 150%. Sedangkan peningkatan kreativitas siswa dari

pre test ke siklus III sebesar142%. Sedangkan implementasi Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran

ini dengan mengemasnya lebih menarik dan menyenangkan serta

menggunakan metode-metode yang bervariatif.

2. Bentuk implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

Menyenangkan (PAKEM) yang optimal dalam meningkatkan motivasi

belajar, keaktifan dan kreativitas siswa pada pelajaran PAI adalah dengan

menggunakan metode yang bervariasi metode pembelajaran seperti team

(kuis kelompok), card sort (sortor kartu), kooperatif struktural, problem

Page 211: 02110280.ps

solving (pemecahan masalah), watching CD (melihat CD), learning starts

with a question (pelajaran dimulai dari pertanyaan), reinforcement serta

modul terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar, keaktifan serta

kreativitas siswa pada pelajaran PAI di SDN Klurak Candi Sidoarjo.

B. Saran-saran

Dalam penelitian ini, perlu kiranya penulis sampaikan beberapa saran

yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya yaitu:

1. Lembaga pendidikan yang berwenang diharapkan dapat merealisasikan

Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) karena

dari hasil penelitian PAKEM terbukti dapat meningkatkan motivasi,

keaktifan dan kreativitas siswa.

2. Tenaga pengajar hendaknya dapat mengimplementasikan Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada kegiatan

belajar mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi dan

modul, sehingga dapat menimbulkan motivasi, keaktifan serta kreativitas

siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa-siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo khususnya kelas V A,

diharapkan lebih meningatkan motivasi, keaktifan dan kreativitasnya pada

mata pelajaran pendidikan agama Islam agar prestasi belajarnya

meningkat.

4. Perlu adanya penelitian PAKEM lebih lanjut dengan menggunakan

penelitian kualitatif sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih

Page 212: 02110280.ps

mendalam tentang implementasi PAKEM pada mata pelajaran PAI dalam

meningkatkan motivasi belajar, keaktifan dan kreativitas siswa dengan

desain eksperimen sehingga diperoleh data yang lebih valid dan reliabel.

Page 213: 02110280.ps

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Ngurah, I Gusti. 1992, Metode Penelitian Sosial Pengkajian Dan

Pemakaian Praktis. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsimi, et al. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi

Aksara. ------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT.

Renika Cipta. Azzabidi, Imam. 2002. Ringkasan Shahih Al-Bukhori. Bandung. Mizan Media

Utama. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 1996. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta. Rineka Cipta. Diknas. 2004. Program Manajemen Berbasis Sekolah Peningkatan Mutu

Pendidikan Dasar Melalui Manajemen Berbasis Sekolah, Peran Serta Masyarakat dan Pembelajaran PAKEM. Tp.

Echol, Jhon M. 1987. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta. Gramedia. Fadjar, Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada. Harjanto. 2000. Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. PT. Bumi Aksara. --------------. 1983. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung.

Tarsito. Handoko, Martin. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta.

Kanisius. Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Page 214: 02110280.ps

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

-------------. 2005. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di

Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum dan Penerapannya dalam KBK.

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. -------------. 2006. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. -------------. 2005. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. --------------. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta. PT.

Rineka Cipta. -------------. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta. Gramedia Pustaka

Utama. Nasution. 1982. Didaktis Azas-azas Mengajar. Bandung. Jammers. Nurhadi, et al. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK.

Malang. UM Press. Nursito. 2002. Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah. _________, Insan

Cendekia. Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT. Remaja

Rosdakarya. Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Kalam Mulia.

Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah. Jakarta. Pedoman Ilmu Jaya.

Sapari, Achmad. 2000. Pembelajaran Yang Menyenangkan Didaktika

(http://www.kompas-cetak/dikbud/pemb09.html, diakses 17 Mei 2006). Suharto. 2000. Pengembangan Kreativitas Menghadapi Globalisasi. Jurnal Ilmu

Pendidikan, Nomor II, Tahun 27, Juli.

Page 215: 02110280.ps

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung. Remaja Rosdakarya. Sukidin, et al. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. ____________.

Insan Cendekia. Soedarsono. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan Nasional.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta. Ar-Ruzz.

Soeparman. 2000. Hubungan Kemandirian dan Kreativitas Siswa SMU. Jurnal Ilmu Pendidikan, Nomor I, Tahun 27, Januari.

Syamsiah, Titiek,. 1999. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Murid tentang

Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan. Nomor Khusus, Tahun 26, Desember.

Sudjana, Nana. 1989. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung. Sinar Baru. ------------ dan Rivai, Ahmad. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung. Sinar Baru. Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Supriono, S, et al. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah Upaya Peningkatan Mutu

Pendidikan Dasar Melalui Pemerdayaan Masyarakat, Otonomi Sekolah dan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Rintisan di Mojokerto). Mojokerto. SIC.

Sulhan, Najib. 2006. Pembangunan Karakter Anak Manajemen Pembelajaran

Guru Menuju Sekolah Efektif. Surabaya. Surabaya Intelektual Club. Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Cetakan XI. Jakarta. Rineka

Cipta. Silberman, Melvin L. 2004. Active Learning. Bandung. Nuansa dan Nusamedia.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Page 216: 02110280.ps

Yamin, Martinis. 2004. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta. Gaung persada press.

Zuriah, Anik. 2005. Mimbar. _____________________________________ Zaini, Hisyam, et al. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. CTSD.

Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan dan Sosial. Malang. UMM.

Zuhairini dan Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Malang. UM Press.

_______. Pembelajaran PAKEM (http://www.mbeproject.net/mbe94.html,

diakses 20 Mei 2006).

Page 217: 02110280.ps