01 Trisusanti 14 1 Hubungan o,,

download 01 Trisusanti 14 1 Hubungan o,,

of 57

description

boydd

Transcript of 01 Trisusanti 14 1 Hubungan o,,

  • HUBUNGAN PARITAS, UMUR KEHAMILAN DAN KEKUATAN OTOT ABDOMEN TERHADAP PRESENTASI BOKONG

    Disusun Oleh

    PENELITIAN

    OLEH

    TRI SUSANTI (KETUA)

    ENDAH TRI LESTARI (ANGGOTA)

    AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

    TAHUN 2010

  • BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dewasa ini angka kematian Maternal di Indonesia masih tinggi. Di

    negara-negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per

    100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang

    berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian

    maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup.

    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematian maternal tersebut dapat

    meliputi faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, faktor-faktor pelayanan

    kesehatan dan faktor-faktor sosial budaya (Prawirohardjo, 2002: 14). Lebih

    dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetrik, diantaranya adalah

    kelainan letak janin, perdarahan, infeksi, eklampsia, dan partus lama yang

    sering tak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Diperkirakan 15%

    kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetrik,

    yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak

    ditangani dengan memadai (Saifuddin, 2001: 6).

    Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah

    menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran

    hidup sesuai dengan misi MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu menurunkan

    kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui penetapan sistem

    kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective

    berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga,

    dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan

    bayi baru lahir, serta menjamin agar kesehatan maternal dan neonatal

  • dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan

    nasional (Saifuddin, 2001: 5).

    Kehamilan dengan presentasi bokong pada janin merupakan salah

    satu faktor yang masih menjadi masalah besar karena disebutkan bahwa

    presentasi bokong pada mortalitas maternal dan perinatalnya lebih tinggi

    daripada mortalitas maternal dan perinatal pada presentasi kepala (Saifuddin,

    2001: 15). Mortalitas perinatal 13 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala,

    morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala.

    Kejadian presentasi bokong dalam kehamilan lebih banyak dikaitkan

    dengan multipara atau multigravida, khususnya yang belum pernah ada

    riwayat presentasi bokong sebelumnya, walaupun tidak jarang pada

    primigravida juga dapat berisiko mengalami presentasi bokong. Hal ini sesuai

    dengan teori yang ada menurut Sweet et al., (1997: 639) menyatakan bahwa

    otot-otot dalam kehamilan umumnya mengalami peregangan dan

    kelonggaran karena adanya penyesuaian dengan perkembangan janin,

    diantaranya adalah otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus, dimana ketiga

    otot tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan berperan dalam

    terjadinya presentasi bokong.

    Berdasarkan hasil pengambilan data untuk tahun 2005 ditemukan

    kasus kehamilan dengan presentasi bokong berjumlah 84 orang dari 1196

    persalinan, cenderung terjadi pada primigravida maupun multigravida. Pada

    primigravida cenderung didapatkan adanya keadaan perut yang tegang, ibu

    hamil tidak mengalami banyak kesulitan saat melakukan aktivitas akibat dari

    pembesaran perutnya, adanya rahim yang tegang, dimana setelah dilakukan

    pemeriksaan kekuatan otot dinyatakan bahwa otot abdomen, dasar pelvis,

  • dan uterusnya masih kencang atau baik. Sedangkan pada multigravida

    keadaan perut cenderung longgar, perut menggantung, rahim agak lunak,

    dan ibu hamil mengeluh banyak mengalami kesulitan dalam melakukan

    aktivitasnya, dimana setelah dilakukan pemeriksaan kekuatan otot

    dinyatakan bahwa otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus sudah mengalami

    kelonggaran/kelemahan.

    Dari kecenderungan terjadinya presentasi bokong pada primigravida

    dan multigravida, dapat dikaitkan dengan peran dari ketiga otot tersebut

    dalam kehamilan. Oleh karena itu Penulis mengambil judul: HUBUNGAN

    PARITAS, UMUR KEHAMILAN DAN KEKUATAN OTOT ABDOMEN

    TERHADAP PRESENTASI BOKONG

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil

    identifikasi masalah sebagai berikut.

    1. Kecenderungan kejadian presentasi bokong pada ibu yang akan

    melahirkan terjadi pada primigravida dengan keadaan perut yang tegang,

    ibu hamil tidak mengalami banyak kesulitan saat melakukan aktivitas

    akibat dari pembesaran perutnya, serta adanya rahim yang tegang.

    2. Kecenderungan kejadian presentasi bokong pada ibu yang akan

    melahirkan terjadi pada multigravida dengan keadaan perut cenderung

    longgar, perut menggantung, rahim agak lunak, dan ibu hamil mengeluh

    banyak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya

    Untuk membuktikan kebenaran dari identifikasi masalah diatas, dapat

    dilakukan suatu peneltian.

  • C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana gambaran Paritas di RSUD Purbalingga?

    2. Bagaimana gambaran umur kehamilan di RSUD Purbalingga?

    3. Bagaimana gambaran otot abdomen di RSUD Purbalingga?

    4. Bagaimana gambaran presentasi bokong di RSUD Purbalingga?

    5. Bagaimana hubungan paritas, umur kehamilan dan kekuatan otot

    abdomen terhadap presentasi bokong ?

    D. Tujuan Penulisan

    Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan bukti-bukti empiris

    tentang:

    1. Mengetahui gambaran Paritas di RSUD Purbalingga?

    2. Mengetahui gambaran umur kehamilan di RSUD Purbalingga?

    3. Mengetahui gambaran otot abdomen di RSUD Purbalingga?

    4. Mengetahui gambaran presentasi bokong di RSUD Purbalingga?

    5. Mengetahui hubungan paritas, umur kehamilan dan kekuatan otot

    abdomen terhadap presentasi bokong ?

    E. Manfaat Penelitian

    1. Secara teoritis

    Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya resiko

    terjadinya presentasi bokong oleh tingkat kekuatan otot agar mampu

    memecahkan masalah secara tepat dan sesuai.

  • 2. Secara Praktis

    a. Tenaga kesehatan agar dapat memperluas pengetahuan dan

    memberikan asuhan kebidanan secara umum dan khususnya

    berkaitan dengan resiko kejadian presentasi bokong dalam kehamilan

    oleh tingkat kekuatan otot dapat tepat dan sesuai.

    b. Mahasiswi agar dapat memperluas wawasan sehingga dapat

    meningkatkan kualitas layanan kebidanan sesuai standar dan

    wewenang yang berlaku.

    c. Ibu hamil diharapkan dapat menjaga kehamilan dan dapat

    meningkatkan kenyamanan dalam kehamilan.

    F. Sistematika Penulisan

    Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai

    berikut.

    BAB I PENDAHULUAN yang berisi tentang Latar Belakang Masalah,

    Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

    Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang berisi tentang Kajian Pustaka,

    Landasan Teori, dan Hipotesis.

    BAB III METODE PENELITIAN yang berisi tentang Subjek Penelitian,

    Variabel Penelitian, Rancangan Penelitian, Kisi-kisi Instrumen Penelitian,

    Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang berisi tentang

    Data Penelitian, Analisa Data, Uji Hipotesis, dan Pembahasan.

    BAB V PENUTUP yang berisi tentang Simpulan dan Saran.

    DAFTAR PUSTAKA.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Pustaka

    1. Presentasi Bokong

    Menurut Bennett et al., (1999: 520) menyebutkan bahwa presentasi

    bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala

    di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Hal ini

    sejalan dengan pendapat Smellie (2001) sebagai berikut.

    Breech presentation refers to the position of the baby in the uterus such that it will be delivered buttocks first as opposed to the normal head first position.

    Lebih lanjut dijelaskan bahwa diameter presentasi ini adalah diameter

    bitrochanter (10 cm) dan denominator adalah sacrum. Sedangkan menurut

    Cunningham et al., (1997: 510) menyebutkan bahwa presentasi bokong

    adalah ketika bokong janin memasuki pelvic terlebih dahulu. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Sweet et al., (1997: 639) yang menyebutkan sebagai

    berikut.

    Breech presentation occurs when the fetal buttocks lie lower most in the maternal uterus. The lie is longitudinal, the denominator is the sacrum and the presenting diameter is the botrochanteric, which measures 10 cm.

    Cunningham et al., (1995: 403) menjelaskan bahwa karena berbagai

    sebab yang belum begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah

    mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi verteks.

    Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan

    atau mendekati aterm, hal ini juga dijelaskan oleh Rahayu (1996) bahwa letak

  • janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Posisi sungsang

    menjadi lebih tinggi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu, pada usia

    kehamilan ini jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih

    dapat bergerak bebas. Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain

    usia adalah sebagai berikut.

    a. Relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, ibu yang telah

    melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan

    membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37

    dan seterusnya.

    b. Hamil kembar, adanya lebih dari satu janin dalam rahim

    menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha

    mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan

    bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian

    bawah rahim.

    c. Hidramnion, jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan

    janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.

    d. Hidrosefalus, besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan

    (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di

    bagian atas rahim.

    e. Plasenta previa, adanya plasenta yang menutupi jalan lahir dapat

    mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha

    mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.

    f. Panggul sempit, sempitnya ruang panggul mendorong janin

    mengubah posisinya menjadi sungsang.

  • g. Kelainan bawaan, jika bagian bawah rahim lebih besar daripada

    bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi

    sungsang.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 521) yang

    mengemukakan bahwa pada umunya penyebab presentasi bokong tidak

    dapat diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan yang sering disertai dengan

    presentasi bokong, antara lain: persalinan preterm, kehamilan kembar,

    hidramnion, hidrosefalus, kelainan uterus, plasenta previa. Sedangkan

    menurut Sweet et al., (1997: 641) ada beberapa penyebab tambahan pada

    presentasi bokong sebagai berikut.

    Cause associated with excessive space in the uterus include: a. Grande multiparity, because of lax abdominal and uterine

    muscles b. Polihydramnions which causes overdistension of the uterus and

    therefore allows the fetus to be more mobile.

    Dari keterangan diatas dijelaskan bahwa penyebab tambahan dari

    presentasi bokong antara lain adalah karena dari paritas tinggi, hal ini

    dikarenakan akibat kelelahan dan kelonggaran dari otot abdomen dan

    uterusnya.

    Menurut Bennett et al., (1999: 520) menjelaskan tentang tipe dari

    presentasi bokong ada 4 macam, adalah sebagai berikut.

    a. Frank breech (presentasi bokong murni)

    Bokong dengan pangkal paha fleksi dan kaki ekstensi pada

    abdomen. Sekitar 70% presentasi bokong didapatkan pada presentasi

    ini. Akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas

    sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Pada

    posisi ini kebanyakan terjadi pada primigravida. dimana tonus otot

  • uterusnya masih baik sehingga menghambat fleksi dari kaki dan

    kebebasan gerakan dari janin. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Bennett et al., (1999: 520) menyebutkan sebagai berikut.

    70% of breech presentations are of this type and it is particularly common in primigravidae whose good uterine muscle tone inhibits flexion of the legs and free turning of the uterus.

    b. Complete breech (presentasi bokong kaki sempurna)

    Janin berada dalam sikap fleksi sempurna, pangkal paha dan

    kedua lutut flexi dan lipatan kaki berada disamping bokong, sehingga

    pada presentasi ini di samping bokong dapat diraba kedua kaki.

    c. Footling breech (presentasi kaki)

    Kasus ini jarang terjadi, pada presentasi ini satu atau kedua

    kaki dapat berada di bawah atau lebih rendah dari bokong dengan

    pangkal paha dan lutut ekstensi.

    d. Knee presentation (presentasi lutut)

    Pada presentasi ini bagian paling rendah ialah lutut. Satu atau

    kedua lutut dapat berada di bawah bokong dengan satu atau kedua

    pangkal paha ekstensi dan lutut flexi.

    Bennett et al., (1999: 521) menyebutkan diagnosis pada presentasi

    bokong, sebagai berikut.

    a. Pernyataan Ibu

    Wanita biasanya mengeluh bahwa dirinya merasa tidak

    nyaman pada bagian bawah tulang iga karena adanya tekanan kepala

    janin yang keras disana atau karena adanya tendangan di bagian

    bawah uterus.

  • b. Palpasi

    Pada primigravida, diagnosis lebih sulit karena otot perutnya.

    Pada palpasi di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang

    keras dan bulat, yakini kepala, dan kepala teraba di fundus uteri.

    Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan

    seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah

    kepala. Dengan perasat Leopold pertama, secara khas ditemukan

    bahwa kepala janin yang keras dan bulat dengan ballottement sudah

    menempati bagian fundus uteri. Perasat kedua, menunjukkan

    punggung sudah berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-

    bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat ketiga, bokong

    janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul selama

    engagement belum terjdi, misalnya karena diameter intertrokanterika

    dari panggul janin tidak dapat melewati pintu atas panggul. Setelah

    engagement, perasat keempat memperlihatkan posisi bokong yang

    mapan dibawah simphisis.

    c. Auskultasi

    DJJ umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi

    daripada umbilicus.

    d. Pemeriksaan ultrasound

    Pemeriksaan ini mungkin digunakan untuk menunjukkan

    adanya presentasi bokong.

    e. Pemeriksaan X-ray

    Pemeriksaan ini dilakukan jika ada keragu-raguan pada

    pemeriksaan abdomen, dan jika sarananya memungkinkan.

  • Mc Call, Pauline (1993: 1438) menyebutkan bahwa bahaya dan

    komplikasi pada presentasi bokong, bisa pada maternal dan fetalnya. Bahaya

    dan komplikasi presentasi bokong pada maternal antara lain: memperpanjang

    persalinan dan maternal distress, laserasi perineum yang parah dan ruptur

    uteri, persalinan macet dari aftercoming head, infeksi pada penanganan,

    perdarahan postpartum, bahaya dari anastesi biasa, dan ruptur uteri.

    Sedangkan bahaya dan komplikasi presentasi bokong pada fetalnya, antara

    lain: presentasi dan prolaps tali pusat, fetal hipoksia dan distress, asphyxia

    neonatorum, dan luka persalinan.

    2. Kekuatan otot yang berperan dalam kehamilan

    Otot-otot dalam kehamilan umumnya mengalami peregangan dan

    kelonggaran karena adanya penyesuaian dengan perkembangan janin,

    diantaranya adalah otot abdominal, otot dasar pelvis, dan otot uterus, dimana

    ketiga otot tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini akan

    dibahas ketiga otot tersebut dalam kehamilan.

    a. Otot Abdomen

    Menurut Bennett et al., (1999: 877) membagi otot-otot

    abdominal menjadi 4 otot berpasangan, antara lain:

    1) Musculus Rectus Abdominis

    2) Musculus Obliqus Externus Abdominis

    3) Musculus Obliqus Internus Abdominis

    4) Musculus Transversus Abdominis

    Whalley, Janet (1991: 98) menjelaskan bahwa otot abdominal

    pada kehamilan menjadi lebih teregang. Ada empat otot berpasangan

  • dari otot abdominal tersebut, seperti korset yang menyokong

    abdomen.

    Untuk keterangan tempat dan fungsi ke-4 otot berpasangan dari

    otot abdomen tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel-1 Otot Utama Dinding Abdomen Ventrolateral

    Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi

    M. Rectus abdominis M. Obliqus externus abdominis M. Obliqus internus abdominis M. Transver sus abdominis

    Symphisis pubica & crista pubica Permukaan luar costae V-XII Fascia thoracolumbal bag 2/3 ventral crista illiaca, dan separuh lateral lig. Inguinale Permukaan dalam cartilagines VII-XII, crista illiaca, 7 1/3 lateral lig. Inguinale, fascia thoracolumbal

    Proc. Xiphoideus & cartilagines costales V-VII Linea alba, tuberculum pubicum & bag. Ventral crista illiaca Tepi kaudal costae X-XII, linea alba & os. Pubis melalui conjoint tendon Linea alba dengan aponeurosis M. obliqus internus crista pubica & pecten ossis pubis melalui conjoint tendon

    Cabang-cabang ventral ke enam saraf spinal torakal terkaudal Enam saraf spinal toracal terkaudal & n. subcostalis

    Cabang-cabang ventral ke enam saraf spinal torakal terkaudal & lumbal pertama

    Fleksi

    batang

    tubuh &

    menekan

    visera

    abdomen

    Menekan & menyokong visera abdominis, membung kukkan & memutar badan

    Menekan & menyokong visera abdomen

  • Selain dari tabel diatas, untuk keterangan masing-masing otot

    abdominal dapat dilihat pada gambar dibawah. Musculus Rectus

    Abdominis yang digambar oleh Brayshaw & Wright (1994) dalam

    Bennett et al., 1999: 878.

    Gambar-1 Musculus Rectus Abdominis

    Musculus Obliqus External Abdominis yang digambar oleh

    Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 879.

  • Gambar-2 Musculus Obliqus External Abdominis

    Musculus Obliqus Internal Abdominis yang digambar oleh

    Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 879.

    Gambar-3 Musculus Obliqus Internal Abdominis

    Musculus Transversus Abdominis yang digambar oleh

    Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 880.

  • Gambar-4 Musculus Transversus Abdominis

    Roger, A. W (1992: 229) menjelaskan untuk memeriksa atau

    test kekuatan otot abdominal dapat dilihat dan dirasakan aktivitasnya,

    jika pasien diminta untuk mengangkat kepala dan bahu dari tempat

    tidur secara berlawanan dengan arah gavitasi. Otot abdomen bisa

    dikatakan kuat apabila pasien dapat mengangkat punggung dan

    kepalanya dari tempat tidur minimal selama 6 detik atau dalam 6x

    hitungan. Otot abdomen bisa dikatakan lemah apabila hal itu tidak

    dapat dilakukan selama 6 detik atau dalam 6x hitungan.

    b. Otot dasar pelvis

    Menurut Verralls, Sylvia (1996: 57) menyebutkan bahwa dasar

    pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh otot

    superficial dasar pelvis dan otot profundal dasar pelvis. Dasar otot

    pelvis (atau perineal) terletak di bagian dalam dari tulang pelvis dan

    bertindak untuk menyokong abdomen dan organ pelvis. Otot

    superficial dasar pelvis kurang penting dibandingkan dengan musculus

  • levator ani (otot profundal dasar pelvis) yang terletak diatasnya, tetapi

    otot-otot ini memberikan kekuatan tambahan pada otot-otot yang lebih

    dalam dengan topangannya. Otot-otot superficial dasar pelvis meliputi:

    1) Musculus transversus perinei, membantu memfiksasi perineum

    maupun memberi topangan kepada musculus levator ani yang

    lebih dalam letaknya.

    2) Musculus bulbocavernosus, menunjang musculus levator ani yang

    lebih dalam letaknya.

    3) Musculus ischiocavernosus, membantu mengisi ruang anterior

    pintu ke luar pelvis.

    4) Musculus sphincter ani externus, merupakan cincin otot yang

    mengelilingi anus.

    5) Otot-otot yang mengendalikan ostium urethrae externum

    6) Ligamenta triangulares

    7) Lemak ischiorectalis

    Otot-otot profundal dasar pelvis (musculus levator ani) adalah

    otot terbesar dan terpenting pada dasar pelvis. Musculus levator ani

    terdiri dari 3 bagian yang dibedakan sesuai dengan arah dan

    perlekatan serabutnya, antara lain:

    1) M. Pubococcygeus merupakan otot yang paling penting diantara

    semua otot dasar pelvis. Masing-masing otot ini berorigo pada tepi

    dalam corpus pubis dan pada linea alba fasciae.

    2) M. Iliococcygeus, berasal dari linea alba fasciae pada permukaan

    dalam masing-masing os ilii dari masing-masing spina ischiadica,

    serta berjalan ke belakang os coccygi.

  • 3) M. Ischiococcygeus, berasal dari masing-masing spina ischiadica

    dan berjalan ke bagian atas os coccygi dan tepi bawah sacrum.

    Untuk keterangan tempat dan fungsi otot-otot dasar pelvis dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel-2 Otot Utama Dasar Pelvis

    Otot Perlekatan proksimal

    Perlekatan dorsal

    Persarafan Fungsi utama

    M. Obtura tor internus M. Priformis M. Levator ani (M.Pubococcygeus, M.Iliococcygeus, M. Ischiococcygeus) M. coccygeus

    Permukaan-permukaan pelvic os illii&os ischii; membrane obturatoria Permukaan pelvic segmen-segmen sacral ke-2 ke-4; tepi cranial incisura isciadika major&lig. Sacrotuberale Corpus ossis pubis; arcus tendineus fascia obturatoria & spina ischiadica Spina ischiadica

    Trochanter major ossis femoris

    Centrum tendineum perinea, os coccyges, lig. Anococcygeum, dinding prostate, dinding rectum&canalis analis Ujung kaudal os coccyges

    Saraf untuk M. Obturator internus (L5, S1&S2) Ramus anterior n. sacralis I dan n. sacralis II Cabang-cabang n. sacralis IV dan n. pudendus Cabang-cabang n. sacralis IV dan n. sacralis V

    Eksorotasi paha; membantu fiksasi caput femoris dalam acetabulum Eksorotasi paha; abduksi paha; membantu fiksasi caput femoris dalam acetabulum Bantu menyokong visera pelvis dan menahan kenaikan tekanan intra abdominal Bag. Kecil diaphragma pelvis,

  • penopang visera pelvis; fleksi os coccygis

    Selain dari tabel diatas, untuk keterangan otot-otot dasar pelvis

    dapat dilihat pada gambar dibawah. Diaphragma Pelvis dilihat dari

    bawah yang digambar oleh Frank H. Netter, MD (1965) dalam Verralls,

    1996: XI.

  • Gambar-5 Diaphragma Pelvis (dilihat dari bawah)

    Diaphragma Pelvis dilihat dari samping yang digambar oleh

    Frank H. Netter, MD (1965) dalam Verralls, 1996: XI.

  • Gambar-6 Diaphragma Pelvis (dilihat dari samping)

    Whalley, Janet (1991: 96) menjelaskan tentang cara mengecek

    atau memeriksa kekuatan otot dasar pelvis, sebagai berikut.

  • 1) Mencoba untuk menghentikan aliran urine pada pertengahan

    aliran, jika tidak bisa ini merupakan tanda dari kelemahan otot.

    2) Dengan memasukkan 1 jari di vagina dan mengencangkan dasar

    pelvis, jika tidak dirasakan sensasi kekuatan pada jari,

    kemungkinan ini tanda dari kelemahan otot dasar pelvis.

    Otot dasar pelvis bisa dikatakan kuat apabila ada sensasi

    kekuatan pada jari saat 1 jari pemeriksa dimasukkan ke dalam vagina

    pasien. Otot dasar pelvis dikatakan lemah apabila tidak ditemukan

    sensasi kekuatan atau kekuatan yang dirasakan lemah pada jari

    pemeriksa. Menurut Whalley, Janet (1991: 96) menyebutkan bahwa

    selama kehamilan, otot ini mungkin menjadi longgar untuk

    menyeimbangi dari peningkatan kenaikan berat uterus dan mengendur

    karena efek dari produksi hormon dari tubuh.

    c. Otot Uterus

    Menurut Sweet et al., (1997: 29) menyebutkan bahwa fungsi

    uterus antara lain: menyiapkan tempat untuk ovum yang telah

    mengalami fertilisasi, menyediakan lingkungan yang cocok untuk

    pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan, untuk

    membantu pengeluaran janin, plasenta dan selaput pada waktunya.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 952): The

    uterus exists to shelter the fetus during pregnancy. It prepaers for this

    possibility each month and following pregnancy it expels the uterine

    contents. Menurut Verrals, Sylvia (1996: 139) menyebutkan bahwa

    uterus mempunyai tiga lapisan sebagai berikut.

  • 1) Endometrium adalah lapisan membrane mukosa yang mempunyai

    aktivitas sekretoris, terdiri atas serabut longitudinal. Selama

    menstruasi endometrium dilepaskan sampai lamina basalis dan

    diperbarui dalam rata-rata 28 hari sejak dari menarke sampai

    menopause.

    2) Miometrium merupakan otot yang menyusun bagian terbesar

    uterus selama masa kehidupan seksual aktif. Miometrium terdiri

    dari serabut otot polos yang bersilangan. Kontarksi dan retraksi

    serabut otot ini selama persalinan.

    3) Perimetrium melapisi uterus dengan halus hampir menutupi seluruh

    uterus, terdiri atas serabut sirkuler.

    Untuk keterangan lapisan-lapisan uterus dapat dilihat dari

    gambar dibawah. Uterus yang digambar oleh Frank H. Netter, MD

    (1965) dalam Verralls, 1996: 141.

  • Gambar-7 lapisan-lapisan uterus

    Menurut Verrals, Sylvia (1996: 141) menyebutkan bahwa pada

    primigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen sulit dan

    kekuatan otot masih kaku. Pada multigravida, perabaan uterus melalui

    dinding abdomen dapat dengan mudah dipalpasi, kekuatan otot uterus

    pada paritas tinggi sudah megalami kelemahan. Otot uterus bisa

    dikatakan kuat apabila saat ada kontraksi, uterus pasien teraba keras,

    sedangkan otot uterus bisa dikatakan lemah apabila uterus masih

    teraba lembek saat ada kontraksi. Perlu diketahui bahwa dinding otot

    uterus dalam kehamilan menjadi meregang, dan pada kenyataannya

    menjadi lebih tipis bukan menjadi lebih tebal.

  • 3. Keterkaitan Kekuatan Otot Terhadap Presentasi Bokong

    Otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus yang sudah dijelaskan diatas

    juga mempengaruhi atau berperan dalam terjadinya presentasi bokong dalam

    kehamilan. Berikut ini akan dibahas ketiga otot tersebut dalam kehamilan dan

    bagaimana bisa menyebabkan terjadinya presentasi bokong dalam

    kehamilan.

    a. Otot Abdomen

    James et al., (1996: 199) menjelaskan bahwa pada

    primigravida, abdomen biasanya tegang dan kencang serta kekuatan

    otot masih baik, hal ini sesuai dengan pendapat Westgren et al.,

    (1985) dalam Sweet et al., (1997: 641) yang menyatakan sebagai

    berikut. Primigravidae with the firm abdominal and uterine muscles,

    especially when the fetal legs are extended, as described above.

    Pada primigravida sulit untuk dilakukan palpasi karena otot abdomen

    yang masih kaku, sehingga pada primigravida sulit dideteksi yang

    berakibat kehamilan dengan presentasi bokong terjadi. Otot abdomen

    dan uterus terlalu kaku sehingga janin dalam uterus gerakannya

    menjadi terbatas, khususnya ketika lengan janin ekstensi atau

    melakukan pergerakan dalam uterus saat kehamilan. Karena hal inilah

    presentasi bokong dapat terjadi pada primigravida. Pada multipara dan

    paritas tinggi, dinding abdomen biasanya kendor dan seringkali

    pendulus. Kekuatan otot abdomen pada multipara sudah mengalami

    kelemahan. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan

    cepat dan jumlah air ketuban relativ berkurang. Umumnya karena

    bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada

  • kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih

    besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang

    lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi pada multigravida/multipara

    dengan keadaan otot abdomen dan uterus yang lebih longgar

    menyebabkan bagian pusat ke ekstremitas bawah atau bokong janin

    berada di segmen bawah uterus. Hal ini bisa juga didukung dengan

    adanya gaya gravitasi, sehingga bagian pusat ke ekstremitas atas atau

    kepala janin cenderung tidak dapat turun ke segmen bawah uterus.

    Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 393)

    menjelaskan sebagai berikut.

    In the multiparous the abdominal muscles tend to be more lax and as a result, the abdomen becomes somewhat pendulous so that the fetal head may not engage.

    Selain itu menurut James et al., (1996: 199) menjelaskan

    sebagai berikut.

    High parity increasing laxity in the maternal anterior abdominal wall musculature; which thereby fails to act as a brace to encourage and maintain a fetal longitudinal lie, is probably the most frequent associated uterus has reduced myometrial tone discouraging a stable lie; this has not been proven and is of doubtful relevance.

    Dalam paritas tinggi terjadi peningkatan kelelahan dalam

    lapisan otot abdominal anterior ibu, disebutkan bahwa paritas tinggi

    dapat menyebabkan posisi janin tidak stabil karena kelemahan otot

    miometrium tersebut. Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan

    bahwa pada kenyataannya presentasi bokong dapat disebabkan dari

    kekuatan otot abdomen yang masih kencang dan kaku ataupun

    kekuatan otot abdomen yang sudah mengalami kelemahan dan

    kelonggaran, baik pada primigravida maupun multigravida/multipara.

  • b. Otot Dasar Pelvis

    Selain dari kelelahan otot abdomen pada multigravida, otot

    dasar pelvis juga dapat berpengaruh pada presentasi bokong, karena

    sifat dari otot-otot tersebut yang mengalami kelemahan. Salah satu

    fungsi dari otot dasar pelvis itu sendiri adalah untuk menyokong

    abdomen, jika otot dasar pelvis itu sendiri relaks atau mengalami

    kelemahan maka abdomen tidak dapat tersokong dengan baik.

    Sebaliknya jika pada primigravida kecenderungan otot dasar pelvis

    sangat kencang dan kaku, maka hal ini akan menghambat pergerakan

    janin dalam uterus, sehingga pada akhirnya menyebabkan janin

    memposisikan diri pada letak sungsang. Relaksnya otot dasar pelvis

    pada multigravida pada saat persalinan presentasi bokong juga

    mempermudahkan pengeluaran bokong dan kepala janin. Varney,

    Helen (1997: 387) menjelaskan sebagai berikut.

    ...In addition, multiparas have more pronounced fundal dominance with their contraction and more relaxed pelvic floor, which offer less resistance to the passage of the baby and decrease the length of labor. Howefer, the duration of labor in grand multiparas may progressively increase with greater number of babies, presumably as a result of changes in the uterine musculature a condition that is often referred to as exhaustion of the uterine muscle.

    Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan bahwa pada

    kenyataannya presentasi bokong dapat dipengaruhi dari kekuatan otot

    dasar pelvis yang masih kencang dan kaku ataupun kekuatan otot

    dasar pelvis yang sudah mengalami kelemahan dan kelonggaran, baik

    pada primigravida maupun multigravida/multipara.

  • c. Otot Uterus

    Menururt Verrals, Sylvia (1996: 141) menyebutkan bahwa pada

    primigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen sulit dan

    kekuatan otot masih kaku. Westgren et al., (1985) dalam Sweet et al.,

    (1997: 641) menyatakan sebagai berikut. Primigravidae with the firm

    abdominal and uterine muscles, especially when the fetal legs are

    extended, as described above. Seperti pada otot abdomen, otot

    uterus yang terlalu kuat menyebabkan janin dalam uterus gerakannya

    menjadi terbatas, khususnya ketika lengan janin ekstensi atau

    melakukan pergerakan dalam uterus saat kehamilan. Karena hal inilah

    presentasi bokong dapat terjadi pada primigravida.

    Pada multigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen

    dapat dengan mudah dipalpasi, kekuatan otot uterus pada paritas

    tinggi sudah mengalami kelemahan. Perlu diketahui bahwa dinding

    otot uterus dalam kehamilan menjadi meregang, dan pada

    kenyataannya menjadi lebih tipis bukan menjadi lebih tebal.

    Cunningham et al., (1997: 510) menyebutkan sebagai berikut. Factors

    other than gestational age that appear to predispose to breech

    presentation include uterine relaxation associated with great parity.

    Pada paritas tinggi dengan keadaan otot uterus yang longgar dan

    sudah tidak kencang lagi menyebabkan uterus tidak terfiksasi dengan

    baik sehingga menyebabkan janin memposisikan diri pada letak

    sungsang. Seller, Pauline Mc Call (1993: 1436) menguatkan pendapat

    diatas dengan pendapatnya sebagai berikut. The multipara woman

    usually has stretched and fibrosed uterine muscles which are unable to

  • keep the fetus in a stable position. Dari pendapat Seller, Mc Call

    dapat memperkuat anggapan bahwa pada multipara biasanya otot

    uterusnya mengalami kelonggaran/kemuluran sehingga dapat

    menyebabkan otot uterus tidak dapat menjaga janin dalam posisi yang

    stabil.

    Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan bahwa pada

    kenyataannya presentasi bokong dapat dipengaruhi dari kekuatan otot

    uterus yang masih kencang dan kaku ataupun kekuatan otot uterus

    yang sudah mengalami kelemahan dan kelonggaran, baik pada

    primigravida maupun multigravida/multipara.

    4. Hasil-hasil Penelitian

    Presentasi bokong dapat terjadi sekitar 3-4% pada semua persalinan.

    Presentasi bokong terjadi sekitar 25% pada kehamilan kurang dari 28 minggu,

    7% terjadi pada kehamilan 32 minggu, dan terjadi sekitar 1-3% pada umur

    kehamilan atterm. Insidensi presentasi bokong sebagai salah satu indikasi SC

    meningkat dari 9 sampai 155 dalam tahun 1981-1982 dan dalam tahun 2000-

    2001 dari 30 jumlah kejadian presentasi bokong menjadi 310 kejadian

    presentasi bokong (Flanagan and co-workers, 1987). Kanakura et al., (2001)

    menemukan bahwa 133 wanita hamil yang mengalami presentasi bokong

    cenderung lebih banyak pada umur kehamilan 28 minggu. Selama bulan

    Januari 1993 sampai Desember 1996, ditemukan angka kelahiran bayi di

    sebuah RS di China sebesar 1437 kelahiran, diantaranya adalah 61

    primigravida dengan presentasi bokong dan 72 multigravida dengan

    presentasi bokong.

  • Faktor predisposisi dari presentasi bokong meliputi prematuritas,

    abnormalitas dari uterus, kelainan pada janin, dan kehamilan kembar.

    Presebntasi bokong dapat terjadi sekitar 17% pada kehamilan preterm, dan

    terjadi sekitar 9% pada kehamilan atterm. Smellie (2001) menyebutkan bahwa

    persalinan premature memperbesar kemungkinan terjadinya presentasi

    bokong, pada miinggu ke-28 kehamilan 25% kemungkinan mengalami

    presentasi bokong, dan persentase ini dapat menurun saat umur kehamilan

    atterm (40 minggu umur kehamilan). Adanya presentasi bokong dapat

    memperbasar insidensi kematian janin dan persalinan lama, hal ini akan

    memungkinkan atau memperbasar indikasi untuk SC. Cheng dan Hannah

    (1993) menambahkan bahwa factor-faktor lain yang dapat memperbesar

    kematian perinatal dan neonatal diantaranya adalah: primigravida tua, adanya

    toxaemia dalam kehamilan, trauma persalinan, dll.

    Menurut Smellie (2001) tali pusat menumbung dapat terjadi pada

    presentasi bokong, yang dapat memperbesar kemungkinan adanya

    komplikasi pernafasan pada bayi, sehingga hal ini harus segera ditangani

    dan akan memperbesar kemungkinan dilahirkan secara SC (Sectio

    Caecarea). Adanya tali pusat yang menumbung terjadi pada presentasi

    bokong murni sekitar 0,5 persen, pada presentasi bokong sempurna

    sekitar 4-6 persen, dan pada presentasi kaki sekitar 15-18 persen.

    B. Landasan Teori

    Otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus yang masih kuat dan

    kencang/kaku dapat menyebabkan kehamilan dengan presentasi bokong,

  • dapat terjadi pada primigravida. Hal ini sesuai dengan pendapat Sweet et al.,

    (1997: 641): Primigravidae with the firm abdominal and uterine muscles,

    especially when the fetal legs are extended, as described above (Westgren et

    al., 1985).

    Sedangkan kelemahan otot-otot serta berkurangnya sifat-sfat otot

    pada wanita dapat menyebabkan presentasi bokong, umumnya terjadi pada

    paritas tinggi atau multigravida. Hal ini diperkuat dengan pendapat James et

    al., (1996: 199) sebagai berikut.

    High parity increasing laxity in the maternal anterior abdominal wall musculature; which thereby fails to act as a brace to encourage and maintain a fetal longitudinal lie, is probably the most frequent associated uterus has reduced myometrial tone discouraging a stable lie; this has not been proven and is of doubtful relevance.

    Dari kajian pustaka diatas, maka dapat dibuat definisi operasionalnya

    sebagai berikut: presentasi bokong sebagai akibat kekuatan otot yang terlalu

    kaku kecenderungan terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan

    presentasi bokong sebagai akibat kekuatan otot yang sudah mengalami

    kelemahan kecenderungan terjadi pada wanita yang sudah pernah

    melahirkan lebih dari 1 kehamilan viabel yaitu keadaan dimana janin terletak

    memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian

    bawah kavum uteri, yang terjadi pada ibu yang akan melahirkan di BPS Ny.

    Ummu Kulsum Cilacap.

    C. Hipotesis

    Terdapat hubungan paritas, umur kehamilan, dan kekuatan otot abdomen

    terhadap presentasi bokong.

  • BAB III METODE PENELITIAN

    A. Subyek Penelitian

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).

    Populasi dalam penelitian ini diambil dari semua ibu yang akan melahirkan

    pada Ibu yang Akan Melahirkan DI bps Ny. Ummu Kulsum Cilacap Tahun

    2010.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:

    109). Pada penelitian ini tidak menggunakan sampel karena penelitian ini

    dilakukan pada semua populasi, sehingga penelitian ini berupa penelitian

    populasi.

    B. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat atau variable tidak bebas (Dependent Variable) adalah

    Presentasi Bokong.

    2. Variabel tidak terikat atau variable bebas (Independent Variable) adalah

    paritas, umur kehamilan, dan kekuatan otot abdomen.

    C. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan Studi asosiatif (Sugiyono, 2004: 49).

    Maksud dari penelitian ini adalah menghubungkan resiko kejadian presentasi

  • bokong yang disebabkan karena paritas, umur kehamilan dan kekuatan oto

    abdomen.

    Bagan-1 Kerangka Konsep Rancangan Penelitian

    D. Kisi-kisi Instrumen penelitian

    Kisi-kisi dari penelitian untuk mengetahui kekuatan otot ini berupa

    pemeriksaan langsung pada pasien yang meliputi beberapa aspek, antara

    lain: kekuatan otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus. Kisi-kisi instrumen

    penelitian ini tercantum di lampiran. Sedangkan aspek-aspek penelitian untuk

    mengetahui presentasi bokong bisa dari pemeriksan abdomen, dan data dari

    diagnosa pasien atau rekam medik pasien.

    E. Instrumen Penelitian

    1. Instrumen penelitin untuk mendapatkan data kekuatan otot yang berperan

    berupa pemeriksaan langsung pada pasien tentang kekuatan otot pada

    bagian abdomen, dasar pelvis, dan uterus. Instrumen penelitian tercantum

    di lampiran 3.

    2. Instrumen penelitin untuk mengetahui data presentasi bokong dapat

    berupa pemeriksaan abdomen pada pasien dan bisa dari diagnosis dari

    dokter untuk pasien itu sendiri (hasil USG, dll). Instrumen penelitian

    tercantum di lampiran 4.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik

    pengumpulan data secara primer dan sekunder.

    Paritas, Umur Kehamilan, Kekuatan otot abdomen

    Presentasi bokong

  • 1. Data secara primer yaitu mengambil data langsung dari objeknya, dengan

    kata lain mengambil langsung dari ibu yang akan melahirkan (dengan

    batasan masih dalam kala I fase laten) dengan cara melakukan

    pemeriksaan langsung pada semua ibu yang akan melahirkan di BPS Ny.

    Ummu Kulsum Cilacap..

    2. Data secara sekunder yaitu mengambil data dari rekam medik pasien,

    yang memuat diagnosis pasien itu sendiri.

    G. Teknik Analisa Data

    Teknik yang digunakan pada hipotesis no 1 sampai 7 disesuaikan

    dengan pendekatan penelitian dengan statistic nonparametris. Untuk menguji

    hipotesis komparatif dua sampel independen dengan data berkualitas

    nominal dengan jumlah sampel besar, dalam menganalisa data ini dapat

    menggunakan tabel kontingensi 2x2 dan penghitungan dengan chi kuadrat

    ( 2 ) dua sampel independen (Sugiyono, 2004: 54).

    Tabel-3 Tabel Kontingensi Chi Kuadrat

    Sampel

    Frekuensi pada Jumlah sampel Obyek I Obyek II

    Sampel A a B a + b

    Sampel B c D c + d

    Jumlah a + c b + d N

    n = jumlah sampel

    Dengan memperhatikan koreksi Yates, rumus yang digunakan untuk

    menguji hipotesis, adalah sebagai berikut.

    2 = n (ad bc- n )2

    (a+b) (a+c) (b+d) (c+d)

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Data penelitian

    Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Purbalingga sebagai berikut.

    Tabel1 Distribusi paritas di RSUD Purbalingga.

    Paritas f %

    Primigravida 53

    45,30

    Multigravida 64

    54,70

    Jumlah 117

    100

    Tabel-2 Distribusi Umur Kehamilan di RSUD Purbalingga.

    Umur Kehamilan f %

    Prematur 21

    17,95

    Aterm 96

    82,05

    Jumlah 117

    100

    Table-3 Distribusi kekuatan otot abdomen di RSUD Purbalingga.

    Kekuatan otot abdomen f %

    Ya 75

    64,10

    tidak 42

    35,90

    Jumlah 117

    100

  • B. Analisa Bivariat

    1. Hubungan Paritas dengan Presentasi Bokong

    Tabel7 Frekuensi kejadian presentasi bokong antara primigravida dengan multigravida

    Kelompok Jenis Presentasi

    Presbo Preskep Primigravida 6 47 53

    Multigravida 9 55 64

    Total 15 102 117

    Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481

    2 = n (ad bc- n )2

    (a+b) (a+c) (b+d) (c+d) = 117 (330 423- 58,5 )2

    (53) (15) (102) (64)

    = 139259,25

    5189760 = 0,026

    2. Hubungan Umur Kehamilan dengan Presentasi Bokong

    Chi-Square Tests

    Value df

    Asymp. Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (2-

    sided)

    Exact Sig. (1-

    sided)

    Pearson Chi-Square 4.656a 1 .031

    Continuity Correctionb 3.584 1 .058

    Likelihood Ratio 4.459 1 .035

    Fisher's Exact Test .038 .031

    Linear-by-Linear Association 4.605 1 .032

    N of Valid Casesb 91

  • 3. Hubungan Kekuatan abdomen dengan Presentasi Bokong

    a. Tabel8 Frekuensi kejadian presentasi bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah

    Otot Abdomen Primigravida

    Presbo Preskep Otot abdomen kuat 5 45 50

    Otot abdomen lemah 1 2 3

    Total 6 47 53

    Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481

    2 = n (ad bc- n )2

    (a+b) (a+c) (b+d) (c+d)

    = 53 (10 45- 26,5 )2

    (50) (6) (47) (3)

    = 3829,25

    42300 = 0,09

    Untuk menganalisa rumusan masalah dan hipotesis nomor 3 Terdapat

    perbedaan kejadian presentasi bokong pada multigravida antara otot

    abdomen kuat dengan otot abdomen lemah (pada Ibu yang akan

    melahirkan di BPS Ny. Ummu Kulsum Cilacap) dilakukan menggunakan

    penghitungan chi kuadrat ( 2) dua sampel independen dengan

    memperhatikan koreksi Yates.

    b. Tabel9 Frekuensi kejadian presentasi bokong pada multigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah

    Otot Abdomen Multigravida

    Presbo Preskep Otot abdomen kuat 1 24 25

    Otot abdomen lemah 8 31 39

    Total 9 55 64

    Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481

    2 = n (ad bc- n )2

  • (a+b) (a+c) (b+d) (c+d)

    = 64 (31 192- 32 )2

    (25) (9) (55) (39)

    = 1065024

    482625

    = 2,20

    C. Uji Hipotesis

    1. Uji hipotesis yang pertama dari analisa data yang pertama Terdapat

    hubungan paritas dengan presentasi bokong dengan taraf kesalahan 5%,

    dan dk = 1 ditemukan harga 2 hitung = 0,026 lebih kecil dari harga 2

    tabel = 3,481 (0,026 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan

    presentasi bokong.

    2. Uji hipotesis yang kedua dari analisa data yang kedua dengan taraf

    kesalahan 5%, dan dk = 1 ditemukan harga 2 hitung = 4,656 lebih besar

    dari harga 2 tabel = 3,481 (4,656 > 3,481) maka Ha diterima. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur kehamilan

    dengan presentasi bokong hal ini sesuai dengan Presentasi bokong

    umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati

    aterm, hal ini juga dijelaskan oleh Rahayu (1996) bahwa letak janin

    bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Posisi sungsang

    menjadi lebih tinggi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu, pada usia

    kehamilan ini jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih

    dapat bergerak bebas.

  • 3. Uji hipotesis yang ketiga:

    a. dari analisa data yang kedua Terdapat perbedaan kejadian

    presentasi bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat

    dengan otot abdomen lemah dengan taraf kesalahan 5%, dan dk =

    1 ditemukan harga 2 hitung = 0,09 lebih kecil dari harga 2 tabel =

    3,481 (0,09 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi

    bokong adalah sama pada primigravida antara otot abdomen kuat

    dengan otot abdomen lemah.

    b. Uji hipotesis yang ketiga dari analisa data yang ketiga Terdapat

    perbedaan kejadian presentasi bokong pada multigravida antara

    otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah (pada Ibu yang

    akan melahirkan dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1 ditemukan

    harga 2 hitung = 2,206 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (2,206

    < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi bokong

    adalah sama pada multigravida antara otot abdomen kuat dengan

    otot abdomen lemah.

    D. Pembahasan Hasil Penelitian

    1. Pembahasan hipotesis 1 dan 2

    Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang pertama, ditemukan harga

    2 hitung = 0,026 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,026 < 3,481) maka

    Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat

    hubungan paritas dengan presentasi bokong, serta Uji hipotesis yang kedua

  • dari analisa data yang kedua dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1

    ditemukan harga 2 hitung = 4,656 lebih besar dari harga 2 tabel = 3,481

    (4,656 > 3,481) maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

    terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan presentasi bokongmaka

    Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif meliputi

    aspek-aspek sebagai berikut.

    a. Tujuan

    Mencegah terjadinya presentasi bokong dan menurunkan angka

    kejadian presentasi bokong pada ibu hamil.

    b. Cara

    Melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan melakukan intervensi

    dengan mengubah posisi sungsang pada janin.

    c. Teknik

    Palpasi, posisi knee-chest, dan dengan menggunakan musik atau

    suara.

    d. Prosedur

    1) Palpasi (tercantum di lampiran 4)

    2) Posisi knee chest

    Knee chest secara rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2

    kali sehari, misalnya pagi dan sore. Masing-masing selama 10

    15 menit, latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35-

    36 minggu. Prosedur dari latihan knee chest ini adalah sebagai

    berikut: a)Menganjurkan ibu agar berada pada posisi seperti sujud,

    yaitu kedua kaki ditekuk dan kedua tangan berada didepan kepala

  • ibu dengan disandarkan pada matras atau tempat tidur; b)

    Usahakan ibu tetap merasa nyaman dengan meletakkan bantal

    untuk sandaran kepala ibu; c) Kepala ibu berada pada posisi

    miring dan dada ditempelkan pada matras atau tempat tidur; d)

    Usahakan ibu tetap rileks atau tidak tegang selama 10 menit.

    3) Menggunakan musik

    Menurut Kanakura et al., (2001) menyebutkan bahwa bayi

    dapat mendengar suara diluar rahim, dapat dilakukan dengan

    prosedur sebagai berikut: a) Ibu dianjurkan menggunakan musik

    atau tape recorder untuk membuat bayi mereka bergerak

    mendekati kearah suara; b) Headphone diletakkan pada bagian

    bawah perut; c) Kemudian mainkan beberapa musik atau suara.

    Hal ini akan memungkinkan bayi bergerak kearah suara dan

    mengubah presentasi bokong ke presentasi kepala.

    2. Pembahasan hipotesis 3

    a. Ditemukan harga 2 hitung = 0,09 lebih kecil dari harga 2 tabel =

    3,481 (0,09 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga

    dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi

    bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot

    abdomen lemah adalah sama. Begitu juga dari uji hipotesis yang

    ketiga, ditemukan harga 2 hitung = 2,206 lebih kecil dari harga 2

    tabel = 3,481 (2,006 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian

    presentasi bokong adalah sama pada multigravida antara otot

    abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.

  • Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada

    primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot

    abdomen, maka Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang

    komprehensif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

    a. Tujuan

    1) Primigravida

    Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot abdomen

    2) Multigravida

    Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot abdomen

    tersebut.

    b. Cara

    Memberikan informasi tentang peran kekuatan otot abdomen dalam

    kehamilan dan bagaimana menjaga kekuatan dan keelastisan otot

    tersebut.

    c. Teknik

    Konseling tentang peran kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan

    untuk otot abdomen

    d. Prosedur

    1) Konseling yang dapat Bidan berikan meliputi prosedur sebagai

    berikut: a) Menyapa Ibu dan memberikan salam; b)Menanyakan

    keluhan Ibu dan alasan Ibu datang pada Bidan; c) Menjelaskan

    tentang pengetahuan kesehatan dan manfaat kekuatan otot dalam

    kehamilan pada Ibu; d) Memberikan informasi tentang bagaimana

    aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan untuk Ibu hamil, seperti

    berjalan, berenang, bersepeda, dan yang lainnya selama Ibu

  • merasa mampu; e)Menjelaskan tentang sikap tubuh yang baik

    dalam kehamilan, seperti cara berdiri, cara duduk, cara mengambil

    benda di lantai, serta cara tidur yang baik untuk Ibu hamil.

    Sehingga sikap tubuh yang berhubungan dengan adanya

    kekuatan dan keelastisan otot untuk Ibu hamil dapat terjaga

    dengan baik; f) Menjelaskan tentang cirri-ciri dari kekuatan dan

    keelastisan otot yang sudah berkurang pada Ibu hamil, seperti

    didapatkan adanya keadaan perut yang terlalu tegang pada

    primigravida, adanya rahim yang tegang. Sedangkan pada

    multigravida ditemukan keadaan perut cenderung longgar, perut

    menggantung, rahim agak lunak, dan Ibu mengeluh banyak

    mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya; g)

    Menganjurkan untuk menjaga kekuatan dan keelastisan otot

    dalam kehamilan dengan melakukan latihan-latihan tertentu untuk

    otot abdomen, dasar pelvis, maupun uterusnya (untuk latihan-

    latihan otot tercantum di prosedur masing-masing latihan); h)

    Membantu klien untuk melakukan latihan-latihan tertentu sampai

    klien mengerti dan dapat mempraktikkannya di rumah; i)

    Menjelaskan secara lengkap bagaimana fungsi latihan-latihan

    tersebut dalam kehamilan; j) Menganjurkan klien untuk melakukan

    kunjungan ulang.

    2) Latihan-latihan otot abdomen

    Simkin et al., (1991: 98) menyebutkan bahwa latihan-latihan

    khusus pada ibu hamil baik primigravida maupun multigravida

  • dapat dimulai saat umur kehamilan mencapai 22 minggu atau bila

    ibu mampu, dilakukan masing-masing 5x sehari.

    a) Latihan otot abdomen variasi 1

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1) Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki

    menapak di lantai, tempatkan tangan dibawah punggung; (2)

    Tekan perlahan punggung pada lantai untuk mengencangkan

    otot abdomen, tahan kekencangan otot abdomen dalam 5

    hitungan kemudian hembuskan nafas, relax.

    Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 1 dapat

    dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 98.

    Gambar-9 Latihan otot abdomen variasi 1

    b) Latihan otot abdomen variasi 2

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1) Menggunakan tangan dan lutut seperti posisi merangkak; (2) Jaga agar punggung tetap lurus, tidak melengkung/cekung dan lutut diusahakan senyaman mungkin; (3) Kencangkan otot abdomen dengan melengkungkan punggung belakang, tahan sampai 5 hitungan. Relax.

    Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 2 dapat

    dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 99.

  • Gambar-10 Latihan otot abdomen variasi 2

    c) Latihan otot abdomen variasi 3

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1) Berdiri lurus berlawanan dengan dinding, buat pantat dan

    bahu menyentuh dinding, kaki terpisah dari dinding sejauh 12-

    15 inci. Kedua tangan berada dibelakang punggung; (2) Ambil

    nafas dalam, hembuskan sambil menekan punggung belakang

    berlawanan dengan dinding untuk mengencangkan otot

    abdomen; (3) Tahan sampai 5 hitungan tanpa menahan nafas,

    kemudian relax.

    Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 3 dapat

    dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 99.

  • Gambar-11 Latihan otot abdomen variasi 3 Sedangkan untuk wanita setelah melahirkan latihan-latihan

    khusus pada otot abdomen dapat dilakukan dengan prosedur

    sebagai berikut.

    a) Latihan otot abdomen variasi 4

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)

    Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki

    menapak di lantai; (2) Silangkan kedua tangan pada perut,

    tempatkan tangan pada masing-masing sisi dari pinggang; (3)

    Ambil nafas, hembuskan nafas sambil mengangkat kepala

    berlawanan dengan lantai atau tempat tidur; (4) Pada waktu

    yang sama tarik otot rectus kearah tengah dengan kedua

    tangan; (5) Tahan dengan pelan dalam 5 hitungan, perlahan

    turunkan kepala kemudian relax.

    b) Latihan otot abdomen variasi 5

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)

    Seminggu atau 2 minggu setelah melahirkan dapat melakukan

  • latihan ini; (2) Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk

    dan kaki menapak di lantai, tempatkan kedua tangan

    disamping badan; (3) Ambil nafas dalam, kemudian

    hembuskan sambil mengangkat kepala dan punggung

    berlawanan dengan arah gravitasi, untuk membantu kepala

    dan punggung terangkat kedua tangan dapat diangkat; (4)

    Perlahan kembalikan posisi/turunkan kepala dan punggung

    pada tempat tidur atau lantai. Relax; (5) Perlahan-lahan latihan

    ini dapat dilakukan dengan posisi kedua tangan dibawah

    kepala.

    c) Latihan otot abdomen variasi 6

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1)Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki

    menapak di lantai, tempatkan kedua tangan disamping badan;

    (2) Ambil nafas dalam, setelah itu hembuskan sambil

    mengangkat kepala,bahu dan salah satu tangan dengan posisi

    diagonal. Begitu juga dengan pengangkatan kepala dan bahu

    untuk sisi yang satunya lagi; (3) Perlahan kembalikan

    posisi/turunkan kepala dan bahu pada tempat tidur atau lantai.

    Relax.

    b. Hipotesis 3 b, Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang ketiga

    b, ditemukan harga 2 hitung = 0,387 lebih kecil dari harga 2 tabel

    = 3,481 (0,387 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak,

    sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian

    presentasi bokong adalah sama pada primigravida antara otot

  • dasar pelvis kuat dengan otot dasar pelvis lemah. Begitu juga dari

    uji hipotesis yang kelima, ditemukan harga 2 hitung = 0,6 lebih

    kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,6 < 3,481) maka Ho diterima

    dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada

    multigravida antara otot dasar pelvis kuat dengan otot dasar pelvis

    lemah.

    Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada

    primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot dasar

    pelvis, maka Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang

    komprehensif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

    a. Tujuan

    1) Primigravida

    Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot dasar pelvis

    2) Multigravida

    Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot dasar pelvis

    tersebut.

    b. Cara

    Memberikan informasi tentang peran kekuatan otot dasar pelvis dalam

    kehamilan dan bagaimana menjaga kekuatan dan keelastisan otot

    tersebut.

    c. Teknik

    Konseling tentang kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan untuk

    otot dasar pelvis

  • d. Prosedur

    1) Menerapkan konseling seperti pada prosedur konseling yang

    sudah tertulis diatas dengan menganjurkan klien menjaga dan

    melatih kekuatan otot dasar pelvis tersebut.

    2) Latihan-latihan otot dasar pelvis

    Simkin et al., (1991: 99) menyebutkan bahwa latihan-latihan

    untuk menjaga dan meningkatkan kekuatan otot dasar pelvis

    pada ibu hamil dapat dilakukan masing-masing 5x sehari dengan

    prosedur sebagai berikut.

    a) Latihan otot dasar pevis variasi 1

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)

    Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki menapak

    di lantai atau tempat tidur; (2) Kontraksikan atau kencangkan

    otot dasar pelvis seperti kamu menahan aliran kencing; (3)

    Tahan kekencangan otot dasar pelvis dalam 10 hitungan

    kemudian hembuskan nafas, relax.

    Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 1

    dapat dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Varney,

    1997: 156.

  • Gambar-15 Latihan otot dasar pelvis variasi 1

    b) Latihan otot dasar pelvis variasi 2

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)

    Berdiri dengan kedua kaki yang nyaman dan tumit pada lantai;

    (2) Kemudian jongkok dan stabilkan atau jaga

    keseimbangan.Untuk menjaga keseimbangan bisa dengan

    meminta bantuan pada partner, berpegangan pada pintu atau

    kursi; (3) Jangan terlalu bersemangat, tetap jongkok dan jaga

    keseimbangan sampai 13 detik, kemudian berdiri dengan

    perlahan.

    Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 2

    dapat dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin,

    1991:98.

  • Gambar-16 Latihan otot dasar pelvis variasi 2

    c) Latihan otot dasar pelvis variasi 3

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1)Berlutut dengan lengan menahan pada lantai, posisi

    telapak tangan terbuka, punggung diluruskan; (2)Punggung

    dibengkokkan ke atas dengan mengerutkan liang dubur

    selama 3 sampai 5 detik; (3)Hembuskan nafas sambil

    mengendorkan liang dubur, relax.

    Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 3

    dapat dilihat pada gambar-10 diatas (untuk latihan otot

    abdomen variasi 2).

    Sedangkan untuk wanita setelah melahirkan latihan-latihan

    khusus pada otot dasar pelvis dapat dilakukan dengan prosedur

    sebagai berikut.

    a) Latihan otot dasar pelvis variasi 4

  • Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1)Latihan ini bisa dilakukan sesegera mungkin setelah

    melahirkan; (2) Berbaring terlentang dengan kedua kaki lurus

    menapak di tempat tidur, bisa dengan posisi duduk atau

    berdiri; (3) Ambil nafas, dan hembuskan sambil mencoba

    mengencangkan otot dasar pelvis; (4) Tahan dengan pelan

    dalam 5 hitungan, perlahan kendorkan kekencangan otot

    dasar pelvis. Relax.

    b) Latihan otot dasar pelvis variasi 5

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1)Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki

    menapak di lantai, tempatkan kedua tangan dibawah

    punggung; (2) Ambil nafas dalam, kemudian hembuskan

    sambil mengencangkan otot dasar pelvis dengan mengangkat

    sedikit punggung; (3) Tahan selama 5 hitungan dan kemudian

    kendorkan, relax.

    c) Latihan otot dasar pelvis variasi 6

    Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

    (1)Duduk dengan lengan menahan dilantai; (2) Tungkai kaki

    kanan ditekankan keatas tungkai kaki kiri, kemudian tungkai

    kaki kiri menekan keatas serta sekaligus mengkerutkan dubur;

    (3) Tahan selama 5 hitungan atau 5 detik, kemudian

    kendorkan dan relax.

    4. Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang keenam, ditemukan

    harga 2 hitung = 0,14 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,14 <

  • 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan

    bahwa kecenderungan kejadian presentasi bokong pada primigravida

    antara otot uterus kuat dengan otot uterus lemah adalah sama.

    Sedangkan dari uji hipotesis yang ketujuh, ditemukan harga 2 hitung

    = 5,341 lebih besar dari harga 2 tabel = 3,481 (5,341 3,481) maka

    Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    kecenderungan kejadian presentasi bokong pada multigravida dengan

    otot uterus kuat lebih sedikit dibanding multigravida dengan otot

    uterus lemah.

    Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada

    primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot uterus,

    maka Bidan dapat memberikan asuhan kebiudanan yang komprehensif

    meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

    a. Tujuan

    1) Primigravida

    Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot uterus.

    2) Multigravida

    Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot uterus tersebut.

    b. Cara

    Pemberian informasi tentang peran kekuatan otot uterus dalam

    kehamilan dan aktivitas sehari-hari yang berguna dalam menjaga

    kekuatan otot uterus dalam kehamilan.

    c. Teknik

    Konseling tentang kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan untuk

    otot uterus.

  • d. Prosedur

    1) Menerapkan konseling seperti pada prosedur konseling yang

    sudah tertulis diatas dengan menganjurkan klien menjaga dan

    melatih kekuatan otot dasar pelvis tersebut.

    2) Selain latihan-latihan otot abdomen dan dasar pelvis, Simkin et

    al., (1991: 98) juga menyebutkan bahwa gerakan-gerakan atau

    aktivitas sehari-hari berguna untuk menjaga keelastisan otot,

    hanya saja tidak diperlukan latihan-latihan khusus didalamnya

    untuk menguatkan atau mengelastiskan otot uterus, karena uterus

    akan dapat tersokong dengan baik dengan adanya bantuan

    kekuatan otot abdomen dan dasar pelvis itu sendiri.

    Seorang ibu dapat berjalan, berenang, bersepeda,

    berkendaraan, dapat diteruskan dengan aman selama wanita

    tersebut masih mampu, hal ini berguna agar kondisi tubuh tetap

    sehat.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. SIMPULAN

    Berdasarkan pada hasil penelitian pada ibu yang akan melahirkan di

    BPS Ny. Ummu Kulsum Tahun 2010 adalah sebagai berikut.

    1. Terdapat gambaran primipara yaitu 45,30%

    2. Terdapat kejadian premature sebesar 17,95%

    3. Terdapat gambaran kekuatan otot abdomen sebesar 64,10%

    5. tidak terdapat hubungan antara paritas dengan presentasi bokong.

    6. terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan presentasi bokong

    7. hipotesis ke tiga yaitu:

    a. kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada

    primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.

    b. kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada

    multigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.

    B. SARAN

    1. Ibu hamil

    Agar lebih memperhatikan kehamilannya dengan melakukan

    pemeriksaan kehamilan secara teratur pada tenaga kesehatan terdekat

    sehingga dapat segera mendeteksi jika ada komplikasi atau kelainan

    letak janin dalam kehamilannya. Selain itu untuk memelihara kekuatan

    otot abdomen ,uterus dan dasar pelvis, ibu dapat melakukan latihan-

    latihan tertentu setelah persalinan.

  • 2. Mahasiswa

    Bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Pemreintah Kabupaten Cilacap

    diharapkan dapat meningkatkan skill dan pengetahuan tentang cakupan

    asuhan kebidanan secara luas sehingga dapat meningkatkan nilai

    personal, social dan professional.

    3. Tenaga kesehatan

    Tenaga kesehatan khususnya Bidan agar dapat menjalin kerjasama

    dengan institusi lain dan juga masyarakat. Serta dalam melaksanakan

    atau memberikan layanan asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin

    harus sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang ada.

    4. Masyarakat

    Masyarakat diusahakan agar dapat lebih sadar akan arti pentingnya

    pemeriksaan kesehatan, dapat memanfaatkan setiap sarana dan

    prasarana serta tenaga kesehatan yang ada sehingga dapat terwujud

    masyarakat Indonesia yang sehat.