01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

14
iJl' ~. gdy~~ faroJJ, -&t..'f{Vl[)(t\( MENYELISIK PESAN-PESAN MGR. ALBERTUS SOEGIJAPRANATA SJ: Belajar menjadi 100%Katolik dan 100% Indonesia' Oleh: Thomas B. Santoso 2 I Disampaikan dalam pembukaan 'Kursus Teologi untuk Kaum Awam Kevikepan Semarang' angkatan Il, tanggal 31 Januari 2015yang diselenggarakan oleh The Soegijapranata Institute Universitas Katolik Soegijapanata bekerja sama dengan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma / Fakultas Teologi Wedabakti Yogyakarta dan Kevikepan Semarang. 2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dosen Fakultas Pascasarjana, dan anggota The Soegijapranata Institute, Universitas Katolik Soegijaprimata.

description

Makalah dari Unika Soegijapranata tentang ungkapan2 dari Mgr Soegija yang menarik

Transcript of 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

Page 1: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

iJl' ~. gdy~~faroJJ, -&t..'f{Vl[)(t\(

MENYELISIK PESAN-PESANMGR. ALBERTUS SOEGIJAPRANATA SJ:

Belajar menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia'

Oleh:Thomas B. Santoso 2

I Disampaikan dalam pembukaan 'Kursus Teologi untuk Kaum Awam Kevikepan Semarang' angkatan Il,tanggal 31 Januari 2015yang diselenggarakan oleh The Soegijapranata Institute Universitas KatolikSoegijapanata bekerja sama dengan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma / Fakultas Teologi WedabaktiYogyakarta dan Kevikepan Semarang.2 Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dosen Fakultas Pascasarjana, dan anggota The Soegijapranata Institute,Universitas Katolik Soegijaprimata.

Page 2: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

MENYELISIK PESAN-PESAN MGR. ALBERTUSSOEGIJAPRANATA SJ:

Belajar menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia!

Oleh:Thomas B. Santoso 2

PENDAHULUANManakala seseorang mengucapkan kata-kata '100% Katolik dan 100% Indonesia',

siapapun pasti berpikiran ke sosok Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, uskup pertamasekaligus juga uskup pribumi pertama untuk Vikariat Apostolik Semarang; beliau adalahpeletak dasar Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang. Wajah Gereja KeuskupanAgung Semarang saat ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari peran sang peletak dasar,termasuk tentang umat dan Gereja Katolik macam apa yang beliau impikan. Dalamberbagai kesempatan, Mgr. Albertus .Soegijapranata SJ selalu menyatakan betapapentingnya eksistensi Negara dan umat Katolik hidup didalamnya yang sekaligus menjadiwarganya, maka umat Katolik dituntut untuk setia kepada Gereja dan Negara sekaligus:"Dengan memperhatikan dimana-mana tempat dan dalam segala panca-roba hidup kitasehari-hari, bahwa kita selalu memperhatikan baik kepentingan Gereja maupun

.kepentingan Negara. Pikiran kita, perasaan kita, perkataan dan pekerjaan kita, hendaknyamempermaklumkan keigamaan kita, kewarga-negaraan dan kebangsaan kita. Sebab kitaadalah sungguh-sungguh Katolik, dari pada itu kita adalah sebenar-benamya patriot juga.Oleh karena kita merasa patriot seratus prosen, sebab itu kita pun merasa Katolik seratusprosen pula" (Sambutan Pembukaan KUKSI 11di Semarang tanggal 27 - 30 Desember1954). Dari pemyataan inilah muncul semboyan atau bahkan dapat disebut sebagai'pemyataan magis', yang sangat terkenal '100% Katolik dan 100% Indonesia' dan 'ProEcclesia et Patria ',

Menjadi orang Katolik di Indonesia dan menjadi orang Katolik Indonesia adalahsebuah pilihan, meskipun sebagian dad kita sudah menjadi Katolik sejak bayi; Mgr.Soegijapranata menyebutnya "...dengan kehendak hati sendiri yang merdeka menerimaKristus Penebus..." (Sambutan Resepsi Perayaan 25 tahun Imamat 1956). Menjadi Katolikjuga bukan bersifat sekali jadi dengan menerima Sakramen Baptis dan sakramen-sakramenlain, melainkan sebuah proses "menjadi", on going formation yang tidak mengenal titikakhir kecuali pada saat kita dipanggil kembali kepada Allah Bapa. Setiap umat Katolikditantang untuk melakukan proses tersebut. "Karena itu haruslah kamu sempuma, samaseperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat 5:48).

Sementara itu, 'menjadi orang Indonesia' dapat bersifat alami, atau genetik, ataugawan bayi. Lahir sudah menjadi orang Indonesia dan hidup di tanah air Indonesia, tidakada proses dan peristiwa peng-Indonesiaan seorang bayi yang lahir dalam keluarga WNI.Kita sebagai orang bersuku Jawa, Sunda, Batak, Dayak, Minahasa, Bugis, Madura, Bali,Papua, atau suku lainnya adalah bersifat genetik; lahir sudah menjadi bagian integral dariorang Indonesia. 'Menjadi orang Indonesia' dapat juga melalui proses naturalisasi (bagi

1 Disampaikan dalam pembukaan 'Kursus Teologi untuk Kaum Awam Kevikepan Semarang' angkatan Il,tanggal 31 Januari 2015. Naskah ini ditulis kembali - dengan penyesuaian - dari naskah Sudimin (2012)yang disampaikan dalam pembukaan 'Kursus Teologi untuk Kaurn Awam Kevikepan Semarang' angkatan I,kursus yang diselenggarakan oIeh The Soegijapranata Institute Universitas Katolik Soegijapanata bekerjasama dengan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma / Fakultas Teologi Wedabakti Yogyakarta danKevikepan Semarang.2 Dosen Fakultas Ekonotni dan Bisnis, dosen Fakultas Pascasarjana, dan anggota The SoegijapranataInstitute, Universitas Katolik Soegijapranata.

• _•• _ ••'_._ •.•••. __ ••__ ••• ~ .u •• ". M

Talenta Pro Patria Et Humanitate

Page 3: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

warga negara asing. Baik 'menjadi orang Indonesia' secara genetik atau gawan bayi,maupun menjadi 'orang indonesia' secara naturalisasi, setiap orang Indonesia harusmenjalani character building supaya menjadi orang Indonesia yang sungguh-sungguhberkualitas dan berasa Indonesia.

Pada kesempatan ini kita akan menyelisik dan merefleksi, sokur dapat pula kitamasing-masing dapat 'merekonstruksi' pesan-pesan Mgr. Soegijapranata SJ, terutamatentang bagaimana menjadi umat yang 100% Katolik dan 100% Indonesia. Kiranya,selisikan, refleksi, dan 'rekonstruksi' ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian ongoing formation dan character building dari sebuah pilihan: menjadi orang KatolikIndonesia.

MENJADI 100% KATOLIK DAN 100% INDONESIA: PROSESMenjadi Katolik seratus prosen (atau 100% Katolik) dan patriot seratus prosen

(atau 100% Indonesia), adalah pesan Mgr. Albertus Soegijapranata yang seolah-olah telahkata-kata magis bagi umat Katolik Indonesia, bukan hanya umat Katolik Keuskupan agimgSemarang. Untuk menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia melalui -proses. Soegija(nama keoil Mgr. Albertus Soegijapranata SJ) yang lahir pada tg1. 25 November 1896 diSurakarta dari pasangan Bapak Karjosudanno dan ibu Supiah (bukan Katolik) mengalamiproses untuk menjadi orang Katolik Indonesia. Proses ini diinisiasi ketika Soegijamengambil sebuah keputusan penting di saat masih berusia sangat muda yaitu 13 tahun:masuk sekolah di Kolese Xaverius Muntilan..

Perjalanan pendidikan formal Soegija dimulai di SR Ngabean, dilanjutkan di SRWirogunan, dan HIS Lempuyangan, sekolah-sekolah tersebut berada di Yogyakarta; dan,pada tahun 1909 Soegija meninggalkan orang tua dan saudara-saudaranya di Yogyakartauntuk belajar dan tinggal di asrama Kolese Xaverius Muntilan (Soebanar, 2003: 26-37).Soegija harus meninggalkan aktivitas dan kebiasaan lama dan harus melakukan aktivitasdan masuk lingkungan dengan kebiasaan baru yaitu sekolah dan asrama yang bercorakKatolik. Keputusan yang sangat mungkin merupakan pergolakan batin itudilandasi sebuahsikap dasar yang tegas. "Romo, saya datang di sini untuk belajar, tetapi aku tidak maudijadikan Katolik", dalam konteks ini Soegija "hanyalah ingin menimba pengetahuan,untuk menjadi Kristen ia katakan jangan" (dinyatakan oleh Eustasius dan Sukardjo, dalamnaskah Sudimin, 2012: 2). Begitulah kata-kata Soegija remaja kepada romo pembina studiketika datang di Muntilan untuk memulai studinya dan yang kira-kira disampaikan kepadaorang tuanya ketika memutuskan untuk belajar di Muntilan.

Keputusan untuk belajar di Sekolah Guru di Muntilan (Kolese Xaverius) bukansaja (1) pengaruh dari Romo Frans van Lith yang pemah mengunjungi sekolahnya untuk .mencari murid-murid bagi sekolahan yang barn dibukanya, dan (2) ceritera mantangurunya yang menceriterakan tentang pengalaman mengajar di Kolese Xaverius dantingginya mutu sekolah tersebut, melainkan sebuah keinginan 'tanpa tak terbendung' dansikap pribadi untuk mencari dan mengembangkan pengetahuan. Sikap soegija untuk 'tidakmenjadi orang Katolik' tetap kuat. Bahkan, ketika Soegija mengikuti pelajaran agamaKatolik, Soegija tetap menyatakan bahwa keikutsertaanya mengikuti pelajaran agamaKatolik bukanlah dalam rangka sebagai katekumen (ealon baptis), melainkan bagian daripernbentukan (pembentukan pribadi?, atau pembentukan diri?) yang ditawarkan olehKolese Xaverius; jadi, dalam hal ini Soegija hanya bennaksud memperoleh pengetahuan(Soebanar, 2003: 38). Meskipun memiliki prinsip yang kuat 'tidak ingin menjadi Katolik",pemuda Soegija tidak dapat menolak kehendak Allah yang memanggilnya sehingga padatg1. 24 Desember 1910 menerima sakramen baptis dengan nama baptis Albertus setelahmelakukan pergulatan dalam pennenungan pribadinya dan mendapatkan ijin dari keduaorang tuanya. Sukardjo (dalam naskah Sudimin, 2012) membahasakan peristiwa itu

.. "::'""'i!---""'{"". ,' ... -' .. -, j·, .. ··,,··:'·.. ,·_-,'-'··T--···-J!i!iiit,·"·C··iiii£ .... ' ·~··-tc ". -. ·'···'·'"]C··'· T"'"-- """w"B¥£

Talenta Pro Patria Et Humanitate 2

Page 4: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

dengan "Rahmat Allah perlahan-lahan menyusup dalam pikiran; apa yang ia rasakan, apayang ia saksikan menggugah hati", Untuk kepentingan refleksi kita, proses pertama dankeduadalam perjalanan hidup Albertus Soegija, yakni: sekolah di Kolese Xaverius dan'menjadi orang Katolik', telah dilalui.

Ketika Romo Mertens (guru Soegija di Kolese Xaverius) menanyakan cita-citanya,Soegija mempertimbangkan cita-cita hidupnya. Aneka macam profesi dipertimbangkanmasak-masak, termasuk menjadi seorang guru, menjadi mantri pertanian, dan berbagaiprofesi lain yang bermakna bagi kemanusiaan termasuk menjadi imam. Permenungan danpergulatan menyelimuti pikiran Soegija hingga akhimya Soegija memilih untuk menjadiimam. Dengan menjadi imam yang tahbisannya diterima pada tgl. 15 Agustus 1931 diBelanda, dia bisa terlibat dalam berbagai bidang kehidupan. Janji atau kaul para imammemungkinkan "seluruh hidupnya bisa tercurah pada pengabdian kepada masyarakat dansekaligus menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dengan penghayatannya itu" (Subanar,2003:47). Sebagai bahan refleksi, proses yang dilalui Soegija untuk 'menjadi orangKatolik' berkembang semakin jelas.

Kesanggupan Mgr. Albertus Soegijapranata ·SJ dalam memenuhi 'panggilan'sebagai uskuppertama dan uskup pribumi pertama di Vikariat Semarang - yang diangkatper tgl. 1 Agustus 1940 oleh Paus Pius XII serta ditahbiskan sebagai Uskup tgl. 6November 1940 - adalah sebuah perjuangan berat. Selain jumlah umat, pembentukanvikariat ini dilatarbelakangi juga oleh situasi dunia yang terancam akan terulangnya PerangDunia yang dapat berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup Gereja di daerah misiyang sangat mungkin terjadinya putus hubungan antara para tenaga misionaris dan daerahrnisinya. Situasi itu ditangkap oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ sebagaimanadikatakan 12,5 tahun kemudian: "Dua belas setengah tahun yang lalu, ketika kamimenerima sepucuk surat kawat dari Roma Vatikan, yang menyatakan angkatan karriisebagai Vikaris Apostolik untuk Vikariat Semarang, yang didirikan bersama-sama denganangkatan kami itu pula, maka tatkala itu juga kami mengerti, bahwa akan datanglah waktuyang serba sulit, dan kamilah yang ditunjuk oleh Gereja Katolik di daerah ini untukmenghadapinya"; bahkan Mgr. Albertus Soegijapranata sempat menyebut sebagai:"...keIinci percobaan, atau contoh..." (Sambutan Perayaan 12,5 tahun Vikariaat Semarangtanggal 4 Februari 1953). Pengangkatan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ sebagai uskuppertama dan uskup pribumi pertama merupakan penyelamatan misi dan langkah awalpemandirian Gereja serta pembentukan Hirarki Gereja Katolik Indonesia yang baruterwujud 21 tahun sesudahnya. Sebagai refleksi kita, proses 'menjadi Katolik danIndonesia' yang dialami oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ terlihat kuat.

Hal yang diperkirakan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ pada waktu diangkatmenjadi Vikaris Apostolik Semarang sungguh-sungguh terjadi yaitu peperangan yangmengakibatkan situasi serba suiit. Peperangan yang terjadi di bumi nusantara adalahmasuknya tentara Jepang (1942 - 1945). Akibat buruk itu antara lain seluruh tenaga misiyang berkebangsaan Belanda ditangkap dan ditahan; fasilitas yang berkaitan denganpenyelenggaraan karya pelayanan misi disita dan diambil alih oleh tentara Jepang.'Pengalaman ini diceritakan pada saat memberikan sambutan perayaan 12,5 tahun VikariatSemarang. Selama pendudukan tentara Jepang kesulitan meningkat. Beberapa tuduhan dangugatan dilemparkan kepada misi Katolik, yang mempunyai gedung-gedung dengan isinyayang sungguh berfaedah. Maksud mereka yang sebenarnya ialah mensita gedung-gedungitu dengan alasan yang pura-pura belaka. Berperi-peri mereka menerangkan bahwa barang-barang misi itu adalah milik Belanda, dari pada itu dengan sendirinya adalah barang-

3 Data, terutama tenaga misi yang diinternir tentara Jepang, secara lengkap disajikan G. Budi Subanar SJdalam buku "Soegija, Si Anak Betlehem van Java", Yogyakarta: Kanisius, 2003.

---.P. _.-. -jiij-"--- .•.-- ".,.._.-." .-~- ." . _.- -..-. _-.--- '''m ij§ --"'·'I::!!---' -.-----

Talenta Pro Patria Et Humanitate 3

Page 5: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

barang musuh clanboleh diambil, diangkat dan dipergunakan menurut kehendak hatinya.Dengan bukti-bukti yang nyata kami dapat mempersalahkan alasan-alasan yangdikemukakannya itu. Kesukaran-kesukaran itu memuncak dengan hebatnya, tatkalasebagian besar dari tenaga Missie Katolik oleh karena kebangsaannya diasingkan danpekerjaan missie dilumpuhkan. Sebagai refleksi kita, proses 'menjadi Katolik danIndonesia' yang dialami oleh Mgr. Albertus Soegijapranata SJ terlihat sangat kuat.

Menghadapi tentara Jepang, Mgr. Albertus Soegijapranata SJ tidak mau mengalah.Ketika tentara Jepang akan meminta gereja KatedraI Semarang untuk kepentingannya,beliau menolak dengana mengatakan: "Ini tempat yang kudus beserta alat perlengkapanyang dikuduskan. Saya tidak akan dapat mengijinkan. Anda hanya dapat memenggalkepala saya dulu, baru sesudah itu Anda dapat memakai tempat itu" (Boelaars, dalamnaskah Sudimin, 2012). Dengan cerdik pula ketika Mgr. Albertus Soegijapranata SImemerintahkan semua kamar di pastoran Atmodirono ditempel nama-nama penghunikamar, meskipun kamar itu kosong. Hal itu dilakukan karena pastoran Atmodirono punakan diminta oleh tentara Jepang. Mgr. Soegijapranata bertindak tidak hanya dalammenghadapi tentara Jepang, tetapi juga bertindak ketika menghadapi situasi kota danpenduduk yang menghadapi kesulitan besar dan kekacauan, banyak nyawa pemudapejuang terancam terbunuh.

Sebagai Vikaris Apostolik kami bertugas mengusahakan diri untukmenyelamatkan, memeliharadan memimpin umat Katolik. Sebagai penduduk kota besarSemarang dan anak suku bangsa Jawa, kami berwajib sedapat mungkin turut serta dalammenghindarkan segala macam bahaya kekacauan dan kerugian besar yang mengancamkota, nusa dan bangsa. Kewajiban itulah yang mendorong kami tetap tinggal di kotaSemarang dalam masa yang amat genting. Kewajiban itulah yang memaksa kami untukmendesak Sekutu (Inggris) dan Jepang mengakhiri serangan diantara pemuda dan Jepangyang makan banyak korban dari penduduk. Kewajiban itulah juga yang mengharuskankami menyuruh dua saudara penduduk Semarang (yang diangkut oleh sebuah bomberInggris ke Jakarta) kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir dengan permohonan supayasegera dikirimkannya tenaga Indonesia ke Semarang untuk mengakhiri rampasansepanjang hari segala rumah yang ditinggalkan begitu saja oleh penduduk (SambutanPerayaan 12,5 tahun Vikariat Semarang tgl. 4 Februari 1953).

Akibat dari pendudukan tentara Jepang dan penahanan tenaga-tenaga misi yangberkebangsaan Belanda adalah wilayah penggembalaan Mgr. Albertus Soegijapranata SIsemakin meluas. Beliau menceritakan "Pada dewasa itu kami diwajibkan mengurusVikariat Semarang dan Surabaya, mengawasi Vikariat Purwokerto, membimbing umatKatolik seluruh Sumatra dari Medan sampai Tanjungkarang" (Sambutan Perayaan 12,5tahun Vikariat Semarang tgl 4 Februari 1953). Untuk seluruh wilayah Hindia BelandaMgr. Soegijapranata hanya bersama dengan 19 imam, 60 bruder, dan 206 suster. Dari 19imam itu, 14 imam berkarya di Pulau Jawa, 2 imam di Flores, 2 imam di KalimantanBarat, dan 1 imam di Pulau Bangka (Boelaars, dalam naskah Sudimin, 2012).

Sebuah tindakan politis dan strategis telah dilakukan oleh Mgr. Soegijapranatadengan berpindahnya tempat tinggal dan sekaligus pusat Vikariat Semarang ke Yogyakartatahun 1946 - 1949 bersamaan dengan berpindaImya ibukota Republik Indonesia keYogyakarta. Keputusan itu memperlihatkan sikap tegasnya Gereja Katolik Indonesia, yaituberpihak dan bersarna Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia berjuang mempertahankankemerdekaan. Gereja Katolik yang sekalipun tenaga-tenaga pelayanannya berkebangsaanBelanda tidak berpihak kepada penjajah apalagi menjadi kaki tangannya.

Ketokohan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ semakin meluas dengan diangkatnyasebagai Uskup Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) pada tanggal18 Januari 1950yang berarti 'panggilan' untuk mendampingi kehidupan iman anggota angkatan perang

Talenta Pro Patria Et Humanitate 4

Page 6: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

yang beragama Katolik. Sementara bersamaan dengan didirikannya Hirarki Gereja KatolikIndonesia pada tanggal 3 Januari 1961, beliau menjabat sebagai Uskup Agung. Puncakdari pengakuan ketokohan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ dalam kehidupan nusa, bangsadan negara adalah peristiwa-peristiwa yang dimulai dari wafatnya pada hari Senin tanggal22 Juli 1963 di Steyl Tegelen Nederland pukul 22.20 waktu setempat. Peristiwa wafatnyaMgr. Albertus Soegijapranata 81 menjadi berita besar baik di tanah air maupun di Belandasendiri. Namun orang yang paling bingung adalah tiga romo yang mendampingi Mgr.Albertus Soegijapranata SJ selama di dalam proses pengobatan maupun istirahat, yaituRomo Harsasusanta Pr, Romo Kartasiswaja Pr, dan Romo Mangunwidjaja Pr. Pertanyaan"Romo Kanjeng mau dimakamkan di mana" selalu menghinggapi mereka. Misa requiemdipimpin oleh Kardinal Alfrink. Kebingungan ketiga romo itu, terutama RomoHarsasusanto Pr, terjawab tatkala pada tanggal24 Juli 1963 jam 20.00 ada interlokal dariKBRI Bonn Jennan Barat yang ingin berbicara dengan Sekretaris Mgr. Soegijapranata.Penelpon itu mengatakan: "Romo, ada berita dari Jakarta. Bapak Presiden Soekamomenghendaki supaya jenazah Romo Agung Soegijapranata dibawa kembali ke Indonesia,lalu dimakamkan di Indonesia. Segala pembiayaan mengenai perawatan jenazah, transportsampai di Indonesia dan sebagainya ditanggung oleh Negara, Koordinasi dengan KBRI diDen Haag. Jelas, Romo...T".

Setelah jenazah disemayamkan di gereja Ketedral .Jakarta, Presiden Soekarnodatang dan menghormati jenazah 'Romo Agung' sebagai sosok pribadi yang sangatdihormati dan dihargai. Tanggal 26 Juli 1963, saat jenazah Mgr. Soegijapranata masihberada di Belanda, Presiden mengeluarkan Surat Keputusan tentang pengangkatan Mgr.Albertus Soegijapranata SJ sebagai Pahlawan Nasional dengan Kepres No. 152 tahun1963. Jenazah 'Romo Agung' dimakarnkan secara militerdi Taman Makam Pahlawan Girl.Tunggal Semarang dengan nomor urut 632 pada tgl. 30 Juli 1963. Presiden sebagaiPanglima Tertinggi Angkatan Bersenjata menganugerahkan pangkat Djenderal TNIKehormatan sebagaimana tertuang dalam KepreslPanglima Tertinggi ABRI No. 223/AB-AD tanggal 17 Desemberl964. Sungguh, sebuah proses dan perjuangan Iuar biasa untukmenjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia. .

SEKELUMITSELISlKAN PESAN MGR. ALBERTUS SOEGIJAPRANATA SJ.Melalui pesan-pesan tertulis maupun karya-karya nyata Mgr. Albertus Soegijapranata

SI, beliau memiliki harapan besar agar umat Katolik sungguh menjadi umat KatolikIndonesia yang tangguh dan patriotis. Berikut ini disajikan selisikan pesan-pesan Mgr.Albertus Soegijapranata SJ dari berbagai dokumen yang sempat terbaca.

A. NASKAH PIDATO (RRI) PADA MALAM NATAL, 24 DESEMBER 1956.1. Segenap manusia, meskipun berbedaan roman mukanya, warna kulitnya, dan perangai

jiwanya, tetapi semuanya berasal dari Tuhan, diciptakannya untuk bersama-samabahagia dalam Tuhan, seibu dan sebapa dalam permulaannya; sehingga mereka itupada hakekatnya bersama-sarna merupakan rumah tangga yang amat besar, yangdisebut umat manusia. Daripada itu cinta kasihlah yang harus mengatur nisbahnya danhubungannya (lembar 31 ha130).

2. Hendaknya kita jangan menyerahkan diri kepada keadaan tiada dengan syarat.langanlah membiarkan keadaan dengan bersemboayan: apa boleh buat. Sejarahberjalan terus, jaman berubah dan kitapun berubah pula. Memang kita takluput daripengaruh jarnan, tetapi kita tak perlu tertindas oleh jaman. Bahkan kitalah yang harusmempengaruhi jaman, kitalah yang mampu mengubah jaman yang akuistis inidijadikan jaman yang altruistis yang penuh cintakasih, yang semerbak harumnya,

Talenta Pro Patria Et Humanitate 5

Page 7: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

berkat rahmat kumia Tuhan, berkat kehendak kita yang merdeka, yang bebas darisegala paksaan dan perkosaan jaman (lembar 4 / hal 31).

B. PERTEMUAN PAN1T1A SOSIAL PARA WALl GEREJA INDONESIA D1YOGYAKARTA 11-16AGUSTUS 1957.

1. Mabuk oleh anggur kemewahan, silau oleh karena sinar harta benda, yang berkilau-kilauan di sekitamya, mereka lupa akan nasib rakyatnya, bahkan lama kelamaanmereka mengasingkan diri dari rakyatnya, dan malu bercampur gaul dengan rakyatnya.Dalam keadaan seperti inilah kita hams mendirikan dan memperkokoh kerajaan Tuhandalam hati kita sendiri dan dalam hati orang lain (hal 7-9 - kumpulan pidato).

2. Segala sesuatu hendaknya bercorak sederhana dan bersahaja, setingkat dengan keadaanclankemampuan masyarakat pada umumnya (hal 12 - kumpulan pidato).

3. Videant Consules! Hendaknya para pemimpin umat Katolik waspada dan bijaksana;tepat bertindak pada waktunya, berani mengambil untung dari kenyataan yang berada;meskipun mungkin ada resikonya. Bijaksana berarti: ratio rectaagendi, atau bertindakdengan perhitungan yang teliti. Hendaknya bijaksana jangan diartikanmemperhitungkan dengan teliti untuk tidak bertindak! Dalam waktu yang sulit inihendaknya kita jangan sampai untuk yang sekian kalinya ketinggalan pesawat terbang,ketinggalan kereta api, perahu, bis, dokar, bahkan becak. Tiap-tiap tindakanmengandung resiko. Bahkan berbaring untuk melepaskan lelahpun beresiko juga: ialahkalau si jantung mogok! (hal 13 - kumpulan pidato).

C. AMANAT PEMBUKAAN MUSYAWARAH SOSIAL EKONOMI WILAYAHVlKARIATSEMARANG UNTIJK BURUH DAN TAN1 (30 Des 1958).

1. Renungkanlah clancamkanlah kenyataan ini.Kristus sumber segala rahmat kurnia ilahihidup dalam kita. Ingatlah bahwa makin banyak rahmat kurnia ilahi yang kita terimadengan cuma-curna, makin banyaklah juga pekerjaan yang hams kita laksanakan (hal16).

2. Yang amat menarik perhatian kami dalam konperensi ini, ialah bagaimana kita dapatikut serta memperbaiki masyarakat kita dengan mengatur para penjual, pedagang,pekerja, buruh, majikan, justru para petani dalam suatu organisasi yang berdasarkanKetuhanan, Perikemanusiaan dan kecintaan, sebagai sumbangan kesejahteraannegara,nusa, dan bangsa (haI27).

D. MUSYAWARAH PENGUSAHA-PENGUSAHA KATOLIK DI GIRISONTA (9-10Mei 1959).1. Hendaknya golongan Katolik dari berbagai lapisan masyarakat, janganlah

merupakan golongan yang bersifat massa, yang tak pemah bergerak jikalau tidakdiseret atau disorong; yang sampai hati diornbang-ambingkan ke kanan dan ke kiri,tak bersikap, tak berpendirian, hanya mau mengekor yang banyak dan umum,bersemboyan bagaibak orang perempuan yang menyerah kepada seorang suamitiada...(haI38).

2. Hendaknya kita terbakar oleh api kecintaan kita kepada segala sesuatu yang benar,nyata, baik dan indah, diperkuat oleh pengajaran, teladan dan rahmat kumia KristusPenebus, dengan bijaksana dan kesedaran diri, berani menanam, memelihara danmemperkembangkan nasionalisme yang sehat, patriotisme yang sehat,intenasionalisme yang sehat dan supra nasionalisme yang sehat, dalam hati dansanubari para murid. Pergunakanlah kepercayaan mereka yang masih diam-diamhidup tersembunyi di bawah dasar angan-angan hatinya, akan adanya Tuhan YangMaha Kuasa, sumber segala hidup, Pencipta, Penjaga dan Pengurus alam semesta

... " _-u(n_-:-- --_.- ._".- -f····. --~---.-- -..-- _._-

Talenta Pro Patria Et Humanitate 6

Page 8: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

dengan segala isinya. Dengan adanya nasionalisme yang menyeleweng, kita takusah takut mendidik nasionalisme yang jujur dan murni (hal 46).

3. Si pemegang kuasa, sebagai wakil Tuhan dalam mengurus masyarakat, diwajibkanmeluluskan tugasnya berdasarkan keadilan dan kecintaan, bagaikan pengabdianterhadap masyarakat dan kebaktian terhadap Tuhan, yang akan mintapertanggungan jawab dari padanya. Para bawahan haruslah hormat kepadapemegang kuasa karena Tuhan, patuh dan taat terhadap segala peraturanmasyarakat yang syah, clan melaksanakan tugasnya masing-masing pun denganberdasarkan keadilan dan kecintaan pula sebagai pengabdian kepada masyarakatdan kebaktian kepada Tuhan juga. Dalam masyarakat tak adalah pekerjaanjaawatan atau tugas yang rendah atau hina dina, oleh karena bersifat pengabdiankepada sesama manusia karena Tuhan clankebaktian kepadaNya (hal 48).

E. AKSlKEMASYARAKATANKATOLIK-AKSIPANCASILA(8 Mei 1960).1. Sekarang (tidak besok atau lusa), kita harus sungguh-sungguh menjadi: (a)

GARAM - garam-garam yang menggarami, masuk, mencebur, meluluhkan diri.Garam yang hanya berdiam diri, thenguk-thenguk, dia melalaikan kewajibannyasebagai garam, (b) SEL - sel yang membiak, dari satu menjadi dua, dua menjadiempat, dsb, Sel yang hanya berdiam did, thenguk-thenguk, dia melalaikan sifatyang diperolehnya sebagai sel (hal 56).

2. Marilah kita di dalam Iingkungan tempat tinggal I pekerjaan kita menjadi orangyang berarti, orang yang turut menentukan berdasarkan prinsip-prinsip kita,janganlah hanya turut gelombang, amem...mlempem...(hal 59).

3. Marilah kita tegas, tetapi bijaksana disertai kehalusan dalam segala pekerjaan,Untuk itu marilah kita kerapkali mohon petunjuk kepada Sang Kristus dalam doasehari-hari (hal 59).

F. NASKAHPIDATO (RRI)PADAMALAMNATAL, 24 DESEMBER 19xx.1. Kristus telah melaksanakan pembangunan semesta mulai dengan membangun

manusia. Hendaknya kita dalam membangun manusia seluruhnya mengutamakanatau sekurang-kurangnya janganlah mengabaikan pembangunan mental danrohani... Membangun mental artinya usaha, agar bersemangat berpikir danbertindak THEOSENTRlS. Membangun rohaniah maksudnya membebaskanjiwanya dari penyelewengan yang menentang hukum-hukum perintah Tuhan, yangmenampak dalam kodrat alam dan pada garis besamya tertera dalam hati tiap-tiapmanusia.

2. Untuk melaksanakan pembangunan rohani, kita haruslah insyaf akan diri sendiridengan keadaan kita yang sewajamya. Ingatlah bahwa selama manusia masihdalam perjalanannya ke rahmatullah di atas bumi ini wajiblah berevolusi danberrevolusi untuk menyempumakan pribadinya selaras dengan harapanPenciptanya... Dari pada itu, manusia harus berusaha mendidik diri sendiri, agardapat memperdamaikan perselisihan (catatan: dalam arti pergolakan badan danjiwa, dan pergolakan takdir) sehinggajiwa menguasai badannya ...

G. PIDATO DALAM LUSTRUM I PRAPANCA:1. "Para mahasiswa pada umumnja dan mereka jang beladjar diluar negeri pada

chususnja kami harap, supaja kclak kemudian hari mendjadi hoi Aristoi umatKatolik Indonesia. Hendaknja mereka sungguh-sungguh mewudjudkan aristokrasi,tiada menurut asal dan aslinja, akan tetapi menurut budi dan hatinja ..." .

Talenta Pro Patria Et Humanitate 7

Page 9: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

2. "Hanjalah golongan bangsawan dan muliawan menurut budinja jang hening dantjemerlang oleh karena ilmunja, pengetahuannja, kepandaiannja, ketjerdikan danketjerdasannja; hanjalahtjendekiawan, jang berhati sutji dan murni, jang berhatituIus dan mulus; jang berperasaan manusiawan dan Katolik; jang menjalaketjintaannja kepada Tuhan dan sesama, itulah pada hemat kami, jang patut danserasi mendidik, membimbing dan memimpin umat Katolik Indonesia, agar dapatmembentuk suatu masjarakat Katolik jang berdiri sendiri dalam segala lapanganhidup, jang berjiwa merdeka dalam memelihara, memperkembangkan danmenjempurnakan hidupnja, jang berazas Katolik dan bertjorak nasional..."

3. "...Djikalau sipemimpin tak seia dan sekata, tak serasa dan sebahasa, tak sebudidan sehati, tak: sedjiwa dan seirama dengan mereka yang dipimpinnja, bagaimanapimpinan akan langsung dengan lantjar..."

H. PIDATO 25 TAHUN IMAMAT (1956).1. "Imam Katolik adalah gembala umat Katolik yang merupakan kawan-kawan

dombanya (hal. 33). •2. "Imam KatolikadaIah pengawal umat katoIik daIam perjalannannya ke rachmat'ullah;

adalah punakawan, wulu cumbu, atau Petruk, Gareng, semar, bersama-sama menjadisatu bagi umat katolik dalam perjalanannya mencahari Ayahnya yang tercinta, ialahTuhan sendiri dengan kebahagiannya yang keka, Pada ha! imam Katolik tidakdiperbolehkan meninggalkan kawan-kawan dombanya, pada waktu bahaya mautmengancamnya; tak perduli apakah bahaya itu berujud bencana alam, penyakitmenular, kelaparan atau perang; tak:perduli apakah bahaya .itu berupa binatang buasyang mengganas dengan nafsunya; atau berupa raksasa yang angkara murka denganharta bendanya, atau pemegang kuasa yang merajalela dengan kedudukannya; atau tipumuslihat yang menampak sebagai ksatriayang amat halus dan licin, atau fitnah yangmematikan tetapi menampak sebagai puteri yang luwes, kewes, tur gandes (hal33.)

3. "Imam Katolik bukanlah buruh, bukanlah pegawai, bukanIah ahli, melainkanpengawal, punakawan, wulu cumbu, bapa peme1ihara, dan gembala. Daripada itu takboleh menuntut, tak boleh mogok, tak boleh memberontak. Itu pengkhianat.fhalTI),

4. "Imam Katolik, jikalau perlu, bertugas me1aksanakan perdamaian di antara Tuhan.dengan umat Katolik di antara umat Katolik yang perselisihan seorang dengan seorang.Daripada itu dengan te1adannya, dengan perkataan dan pekerjaannya imam Katolikpatutlah berusaha membentuk hubungan yang baik di antara Tuhan dan manusia, diantara manusia dan manusia, dengan memelihara keadilan, cinta kasih dan perdamaiandalam pergaulan hidup sehari-hari (hal. 33).

5. "Kami tidak pernah merasa sakit hati, jikalau ada saudara yang berpendapat, bahwapangkat itu hanya serasi untuk mereka, yang agak abnormal, yang sedikit sakit ingatanatau jiwa, atau sekurang-kurangnya mejenun, bahkan: gila. Memang imam Katolik ituadalah gila, gila karena sangat cinta kepada Tuhan dan cinta kepada jiwa sesamamanusia. OIeh karena gilanya dan asiknya mereka itu kadang-kadang meninggalkantanah aimya, orang tua dan akrabnya, meninggalkan hidup sejahtera, aman danterjamin untuk berkeliaran di medan di rimba belantara, di tengah-tengah hutanbelukar, di tanah asing, oleh karena cinta kepada jiwa penduduknya karena Tuhan (hal33).

Talenta Pro Patria Et Humanitate 8

Page 10: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

1. PIDATO UNTUK PARA CALON PENDEKAR GOLONGAN KATOLIK, CALONPEMIMPIN BANGSA.

1. Janganlah kita picik dan cabar hati, sehingga sampai hati membiarkan kulitdan dagingkita sendiri diombang-ambingkan, dipermainkan dan diperalat oleh kesesatan yangmenghina pribadi manusia (halaman 26).

2. Isilah Pancasila, haluan negara dan haluan masyarakat, dengan prinsip-prinsip Katolikyang masuk akal dan boleh dipertanggungjawabkan dan dibanggakan. Isilah amanatpenderitaan rakyat dengan kecintaan Katolik, yang berani bertindak dengan lupa akankepentingan diri sendiri yang bersifat fana, sementara duniawi, dengan menyangkaldiri sendiri dan dengan berkorban. Isilah resopim dengan pengertian Katolik, yang riilclan konkrit... Isilah front nasional dengan tenaga Katolik, yang bermutu aristokratmenurut budi dan hatinya, tidak menurut asal dan aselinya. Isilah Pramuka denganazas-azas pendidikan yang berdasarkan prinsip Katolik dalam corak nasional... Untukdapat mengisinya dengan tepat hendaknya kita memiliki harta pusaka rohani warisandari Kristus Penebus' yang diserahkan kepada Gerejanya, supaya dipeliharanya,diperkemhangkannya, dan diresapkannya dalam budi dan sanubari kita, sehinggamempengaruhi pikiran kita, semangat kita, perasaankita-perkataandan tindakan kita(hal. 26).

3. Untuk dapat mengisinya dengan tepat hendaknya kita memiliki harta. benda pusakarohani warisan dari Kristus Penebus yang diserahkan kepada Gereja, supaya dipelihara,diperkembangkan dan diresapkan dalam budi dan sanubari kita, sehinggamempengaruhi pikiran kita, semangat kita, perasaan kita, perkataan dan tindakan kita...Dari pada itu, pengetahuan kita perihal igama sekurang-kurangnya harus paralel,seimbang dan selaras dengan pengetahuan umurn kita, dan merupakan dasar, pedomandan pendorong pelaksanaan hidup kita sehari-hari. Demikian kita akan mampumenyumbangkan kepada masyarakat kita pandangan hidup yang konkrit, meluas, danmendalam.Masih banyak pesan-pesan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ dalam berbagai dokumen,

baik yang berupa tulisan tangan dan ketikan manual yang ditulis oleh beliau. Ada empatbahasa yang beliau pergunakan: Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia (Melayu), dan BahasaBelanda sehingga memerlukan pendalaman cermat, apalagi tulisan tangan beliau yangkadang sulit dibaca. Ada beberapa dokumen yang telah dipublikasikan oleh beberapapenulis (salah satu penulisnya adalah Romo G. Budi Subanar SJ). Artinya, pesan-pesanyang disajikan di atas baru sekelumit dari sejumlah pesan yang sempat dibaca.

IKUT MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN NUSA, BANGSA, DAN NEGARAMgr. A. Soegijapranata memang tidak hanya seorang Uskup pemimpin Gereja

Katolik Keuskupan Agung Semarang, tetapi seluruh kiprahnya memperlihatkan perannyasebagai seorang tokoh bangsa yang secara aktif dan mengajak umat Katolik untuk ikutserta mengarahkan perjalanan bangsa ke arah yang seharusnya. Setiap kali berbicara umatKatolik selalu dikaitkan dengan kedudukannya sebagai warga nusa dan bangsa; bahkanketika membicarakan tentang keluarga Katolik, beliau memberikan penekanan padaperannya dalam kehidupan nusa dan bangsa. Dalam kesempatan menyampaikan sambutanPembukaan Kongres Wanita Katolik Indonesia di Solo, beliau menegaskan bahwa rumahtangga itu sebagai surnber kehidupan masyarakat yang terpenting, pusat pendidikan warganegara yang terperlu, benteng pertahanan rakyat yang terkuat; rumah tangga itu diciptakansebagai kebun persemaian yang dikerjakan dan disiap-sediakan dengan tertib dan seksamaoleh dua orang, yang berbedaan jenisnya, akan tetapi dengan sukarela dan kebebasan hatitelah berjanji dihadapan Tuhan, akan hidup bersarna-sama dalam cinta kasih yang suci danmurni, pun pula yang menyucikan siapa pun juga, sebudi dan sehati, serasa dan sejiwa,

Talenta Pro Patria Et Humanitate 9

Page 11: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

sekata dan sekerja sebagai pengurus rumah tangga yang dibentuknya; rumah tanggasebagai pusat pendidikan bangsa yang terpenting, gedung kebudayaan nasional, Disitutersimpanlah harta benda baik jasmani maupun rohani, yang merupakan hasil perjuanganhidup nenek moyang kita dan diserahkan kepada kita dengan perantaraan ibu bapaksebagai pusaka dan bekal dalam perjalanan kita kearah kesempurnaan hidup. Dalam rumahtangga terdapatlah pokok-pokok kemakmuran, kesenian, pengetahuan, kesusasteraan,perekonomian, kecerdikan, adat-istiadat, sopan santun dan budi pekerti,

Dasar berpikir tentang betapa pentingnya memberikan perhatian kepada bangsa dannegara berasal dari Yesus Kristus sendiri: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamuberikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat22:21). Dengan perkataan-Nya itu Kristus membentangkan pengajaran yang progresip,yang terbaru dan amat revolusioner, justru terhadap Pembesar..Pembesar Negara. Sebabsampai pada saat itu juga diatas bumi hanyalah ada satu-satunya masyarakat yangtertinggi, sempurna, merdeka, dan berdaulat ialah Negara, yang mengurus hidup manusiadalam segala-galanya. Sejak pernyataan Kristus itu, makadidunia ini di samping Negaraberdirilah masyarakat yang sempurna pula; yang kelihatan juga, merdeka, bebas danberdaulat mutlak; mempunyaikuasa tersendiri, bertuntutan yang tersendiri danberdayaupaya tersendiri juga ialah Gereja Roma Katolik Apostolik (Sambutan Pembukaan .KUKSI II di Semarang tangga127 - 30 Desember 1954}.

Pernyataan itu ingin menegaskan bahwa umat Katolik berhadapan dengan duaentitas, yaitu Gereja dan Negara. Keduanya merupakan dua institusi yang mandiri danberdaulat me1aksanakan tugas dan kewenangannya masing-masing. Berkenaan dengannegara Mgr. Soegijapranata menyatakan (Subanar, 2010): "...setiap bangsa harusberkembang dengan pemerintahannya sendiri. Adalah mudah bagi suatupemerintahanuntuk mengatur suam bangsa yang homogen, daripada mengatur bangsa yang beragam danheterogen. Keberadaan bangsa dan negara didasarkan pada hukum kodrat. Sebelum suatubangsa dipersatukan dalam pemerintahan sebuah negara, bangsa tersebut sudahdipersatukan oleh karaktemya, kebiasaan-kebiasaannya, cita-citanya, bahasa, dan asal-usulnya. Karenanya, kordrat suatu bangsa menjadi landasan utamanya. Sedangkanpemerintahan dibentuk untuk mengatur, dan bukan sebaliknya. Karenanya adalah haksuatu bangsa untuk memiliki kemerdekaannya. Dengan demikian, kemerdekaan negaradan pemerintahan adalah sarana untuk mengatur dalam mencapai tujuan-tujuan yangditetapkan pemerintah." .

Mgr. Soegijapranata mengajak umat Katolik untuk menyadari bahwa kecintaan danupaya mewujudkan kesejahteraan nusa, bangsa, dan negara harus dilakukan dalam kerjasama dengan warga negara yang lain. Beliau sudah mengajak untuk menyadari dan hidupdalam semangat pluralitas. Dalam Surat Gernbala tgl. 12 Februari 1952, beliaumenyatakan: "Sebagai golongan yang keeil kita hidup di antara berjuta-juta pendudukyang berbedaan perkara agama dan keyakinannya. Kesejahteraan tanah dan kese1amatanumum, pun pula kepentingan kita sendiri, meminta supaya kita hidup bersatu danberdamai, tambahan pula kerja bersama-sama dengan segala warga negara dan golongan,yang sungguh memperhatikan kepentingan nusa dan bangsa ...". Umat Katolik diajak tidakhanya menyadari sebagai bagian dari warga masyarakat dan bangsa clandengan berpijakpada Sabda Kristus sendiri sebagaimana disebutkan di atas, beliau bertanya clansekaligusmenantang sebagaimana dikatakan dalam bagian Sambutan Pembukaan KUKSI II:"...apakah Gereja Katolik dengan umatnya sungguh-sungguh bermanfaat untuk Negara danRakyat Indonesia ? Apakah golongan Katolik benar-benar berguna untuk perkembanganNusa dan Bangsa ? Apakah umat Katolik Indonesia dengan gagah berani turut serta dalammengisi kemerdekaan, yang telah diperolehnya dengan keamanan, kesejahteraan dankemalcmuran, baik jasmani maupun rohani". Pemyataan itu memperlihatkan bahwa "Umat

Talenta Pro Patria Et Humanitate 10

Page 12: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

Allah KAS menjadi semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat" bukanmerupakan barang baru. Maka belajar menjadi orang Katolik Indonesia pada Mgr.Soegijapranata yang mengemban tugas menjadi pemimpin Gereja Keuskupan AgungSemarang selama 23 tahun menjadi sebuah keharusan.

Peran yang aktif dan kreatif umat Katolik diminta untuk ditunjukkan dalammemelopori lahirnya berbagai organisasi masyarakat berdasarkan kesamaan-kesamaanpekerjaan dan profesi dengan payung Pancasila." Payung Pancasila itu memperlihatkankomitmen kuat Mgr. Soegijapranata terhadap PancasiIa sebagai dasar negara Indonesia dansekaligus organisasi itu dapat mewadahi warga masyarakat apapun agama dankeyakinannya. Organisasi-organisasi ini merupakan tempat umat Katolik berkiprah padatataran yang lebih konkret. Dalam Amanat Perayaan 1 Mei 1959 (penulis: Hari BuruhIntemasional) beliau mengatakan: "Kami sangatlah menginginkan, agar saudara-saudarakukaum pegawai, pekerja dan buruh katolik, petani, pedagang dan apapun jugakedudukannya dalam masyarakat, merupakan suatu pelopor dan penggerak akan adanyasuatu front sosial yang kokoh kuat, meliputi segala macam golongan dan lapisan, .berdasarkan keadilan dan cinta kasih Katolik, berwadahkan Pancasila, berisi jiwa Katolikyang sejati, untuk membuktikan, bahwa kita ini benar-benar Warga Negara dan WargaGereja yang aktif, dengan perbuatan-perbuatan yang nyata atas anjuran dan dorongankami, sudah dimulai dan sedang berkembang di mana-mana gerakan-gerakan Pancasila,baik untuk buruh, tani, pedagang dan lain-lain, tetapi masih juga banyak yang berpenyakitragu-ragu, khawatir, kurang percaya, penuh kesangsian dan sebagainya",

Harapan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ terhadap umat Katolik KeuskupanAgung Semarangselalumenekankan iman yang tangguh beserta relevansinya bagi bangs adan negara. Kini di tahun berjalan ini, dekade kedua tahun 2000an, ldranya umat KatolikIndonesia juga 'diingatkan kembali' untuk berbuatbanyak bagi nusa, bangs a, dan negaratercinta: Republik Indonesia, dalam lingkungan dan karya masing-masing.

PENUTUPKalau kita membaca kembali bagian awal dari "Puji Syukur", buku pegangan kita

dalam mengikuti.misa (KWI, 2002: 6-12), kita dapatmenemukan sembilan butir kebiasaanpokok yang hendaknya dilakukan oleh orang Katolik, yakni: (1) berhimpun pada hariMinggu, (2) membaca Kitab Suci, (3) melaksanakan ibadat harian, (4) berdoa bersamadalam keluarga, (5) berdoa secara pribadi, (6) terlibat dalam kehidupan jemaat setempat,(7) terlibat dalam masyarakat, (8) memeriksa batin, dan (9) mengaku dosa di hadapanimam. Pertanyaan reflektif pertama adalah: "Manakala kita telah melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut, apakah kita sudah dapat dikatakan menjadi 100% Katolik?" Pertanyaanreflektif lanjutannya adalah: "Manakala kita mengukuti 'kursus theologi', bukan 'kursusmembaca Kitab Suci' - yang tidak masuk dalam sembilan kebiasaan tersebut - apakah kitadapat menjadi 100% Katolik?" Pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat secara spontan kitajawab, pasti, kita membutuhkan waktu untuk menjawabnya. Akan tetapi, apa yang kitalakukan dalam "Kursus Teologi untuk Kaum Awam Kevikepan Semarang" se1amabeberapa kali ke depan merupakan on going formation, sebuah perjuangan, dan sekaligusmelaksanakan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011 - 2015 dalam meningkatkan'iman yang mendalam dan tangguh' dalam re1evansinya dengan perkembangan bangsa dannegara kita secara signifikan.

4 Keprihatinan yang sangat mendasar dan mendesak perlunya pembentukan Ikatan PetanilBuruh PancasiIa diseluruh Indonesia adalah kekuatan merah (komunis) yang makin mengancam dan mengkhawatirkan.Keprihatinan Mgr. Soegijapranata itu tertuang dalam Surat Undangan Kongres Panitya Sosial tanggal 11 -17 Agustus 1957 di Yogyakarta. Surat itu tertanggal 17 Juni 1957dan Mgr. Soegijapranata bertindak sebagaiKetua Panitya Sosial Para Wali Gereja Indonesia.

-,'-"--'t-

Talenta Pro Patria Et Humanitate 11

Page 13: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

Menjadi umat Katolik Indonesia bukannya men-dekotomi-kan antara menjadiorang Katolik dan menjadi orang Indonesia, melainkan menyatu dalam pribadi setiap umatKatolik Indonesia: mencintai Gereja secara mendalam dan mencintai tanah air secaramendalam sekaligus. Kecintaan terhadap Gereja secara mendalam salah satunya ditandaidengan pemahaman terhadap Kitab Suei secara ilmiah, logis, dan akademis melaluipendekatan Teologis. Kecintaan terhadap tanah air ditandai dengan upaya mendalam untukdapat menjadi umat Katolik yang signifikan dan relevan bagi sesama seiman maupunsesama manusia warga bangsa dan negara Indonesia; umat Katolik Indonesia yang tidakmenjadi penonton dan komentator atas dinamika kehidupan bangsa dan negara melainkanterlibat aktif sesuai dengan kompetensi dan perannya dalam masyarakat, bangsa dannegara. Selamat mengikuti "Kursus Teologi untuk Kaum Awam Kevikepan Semarang",

Semarang, Januari 2015.

..

Thomas B. Santoso

REFERENSI

Harsasusanta, J. (1988). Saat-saat Terakhir Bersama Mgr. Albertus Soegijapranata Sl.

KW!, Komisi Liturgi. (2002). Puji Syukur. Jakarta: Obor.

Soegijapranata, Mgr. A. (tanpa tahun). "Sambutan pada Kongres Wanita KatolikIndonesia" di Solo.

---------------------------------------------- (1954). "Sambutan Pembukaan Kongres UmatKatolik Seluruh Indonesia H" tgl. 27 - 30 Desember 1954 di Semarang.

-------------------------------------------- . (1956). "Naskah-naskah pidato (RR!) pada malamNatal".

---------------------------------------------. (1956). "Sambutan Perayaan Pesta Perak Imamat".

---------------------------------------------. (1958). "Amanat Pembukaan Musyawarah SosialEkonomi Wilayah Vikariat Semarang Untuk Buruh dan Tani"

--------------------------------------------- . (1957). "Sambutan Panitia Sosial Para Wali GerejaIndonesia di Yogyakarta".

--------------------------------------------- "Sambutan Pembukaan Kongres Pemuda KatolikSeluruh Indonesia".

--------------------------------------------- (1959). "Musyawarah Pengusaha-PengusahaKatolik Di Girisonta".

--------------------------------------------- (1960). "Aksi Kemasyarakatan Katolik - AksiPancasila" .

Talenta Pro Patria Et Humanitate 12

Page 14: 01 - Menyelisik Pesan-Pesan Mgr a Soegijapranata SJ

--------------------------------------------- "Sambutan Perayaan Pesta 12,5 tahun VikariatSemarang" .

--------------------------------------------- "Sambutan pada Perayaan Lima Tahun SGAKPutera Don Bosco".

------------------.-------------------------- "Sambutan Lustrum I Prapanca".

--------------------------------------------- "Pidato Untuk Para Calon Pendekar GolonganKatolik, Calon Pemimpin Bangsa".

Subanar, G.B. (2003). Soegija, Si Anak Betlehem van Java, Yogyakarta: Kanisius.

------------------. (2005). Menuju Gereja Mandiri, Sejarah Keuskupan Agung Semarang diBawah Dua Uskup (1940 - 1981), Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.

---------------"---. (201O)."Pandangan dan Nilai Hidup Mgr: Soegijapranata di HadapanTantangan Era Teknologi Informasi" disampaikan pada Soegijapranata MemorialLectureUnikaSoegijapranata tgl. 30 -< 31 Juli 2010

Sudimin, T. (2012). Belajar Menjadi Umat Katolik Indonesia dari Mgr. A. SoegijapranataSJ. Materi (tidak dipublikasikan) pada "Kursus Teologi untuk Kaum AwamKevikepan Semarang" yang diselenggarakan oleh The Soegijapranata InstituteUniversitas Katolik Soegijapanata tgL 3 Februari 2012.

Talenta Pro Patria Et Humanitate 13