01-gdl-rinianjars-184-1-rinianj-6

36
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : RINI ANJARSARI NIM. P.09096 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012

description

hkhkhkhk;;;;;hskhdjhfsjfhjskhfouyaiygfieyjfhjshfkgauuewfugewakufgkuwegfukgawefkugakuwfwefewafawefwefweafwe

Transcript of 01-gdl-rinianjars-184-1-rinianj-6

  • STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S

    DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA

    RS PANTI WALUYO SURAKARTA

    DISUSUN OLEH :

    RINI ANJARSARI NIM. P.09096

    PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA 2012

  • STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S

    DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA

    RS PANTI WALUYO SURAKARTA

    Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

    Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DISUSUN OLEH :

    RINI ANJARSARI NIM. P.09096

    PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA 2012

  • SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini :

    Nama : Rini Anjarsari

    Nim : P. 09096

    Proram Studi : D III Keperawatan

    Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA

    NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION

    POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS

    PANTI WALUYO SURAKARTA

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

    benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

    atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

    hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

    dengan ketentuan akademik yang berlaku.

    Surakarta, April 2012

    RINI ANJARSARI NIM P.09096

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Rini Anjarsari

    NIM : P. 09096

    Program Studi : D III Keperawatan

    Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S

    DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA

    DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO

    SURAKARTA

    Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

    Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta

    Hari/Tanggal : Jumat/ 27 April 2012

    Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns (.....................................) NIK. 200670020

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

    Nama : Rini Anjarsari NIM : P. 09096 Program Studi : D III Keperawatan Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S

    DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA

    Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : Rabu/ 02 Mei 2012

    DEWAN PENGUJI

    Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns (.....................................) NIK. 200670020

    Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns (.....................................) NIK. 201187065

    Penguji III : Fakhrudin Nasrul S, S.Kep.,Ns (.....................................) NIK. 201185071

    Mengetahui,

    Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

    Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

    Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN

    NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION

    POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO

    SURAKARTA.

    Penyusunan studi kasus ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam

    menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKes Kusuma

    Husada Surakarta.

    Selama menyusun studi kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan dan

    hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak,

    akhirnya semua bisa berjalan lancar dan laporan studi ini dapat terselesaikan

    sesuai dengan waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

    kepada yang terhormat :

    1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan

    Kusuma Husada yang selalu memberikan dorongan dan semangat di STIKes

    Kusuma Husada Surakarta.

  • 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi D III

    Keperawatan sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan motivasi dan

    semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

    penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

    masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

    demi kesempurnaanya studi kasus ini.

    4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah

    membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

    perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

    studi kasus ini.

    5. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada

    Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

    serta ilmu yang bermanfaat.

    6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

    untuk menyelesaikan pendidikan.

    7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma

    Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang

    telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

    Dalam laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus

    ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran

    yang bersifat membangun penulis harapkan untuk memperbaiki laporan studi

  • kasus ini. Harapan dari penulis adalah laporan studi kasus ini dapat memberikan

    manfaat bagi penulis dan pembaca semuanya.

    Surakarta, April 2012

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................................. v

    DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................. 1

    B. Tujuan Penulisan .............................................................. 4

    C. Manfaat Penulisan ............................................................ 5

    BAB II LAPORAN KASUS

    A. Identitas Klien .................................................................. 7

    B. Pengkajian ........................................................................ 8

    C. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................... 12

    D. Perencanaan Keperawatan ................................................ 12

    E. Implementasi Keperawatan ............................................... 13

    F. Evaluasi Keperawatan ....................................................... 14

  • BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan ...................................................................... 16

    B. Simpulan dan Saran .......................................................... 22

    Daftar Pustaka

    Lampiran

    Daftar Riwayat Hidup

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan yang kurang tepat

    bahwa semua nyeri sendi diakibatkan oleh penyakit reumatik atau asam urat.

    Anggapan yang salah akan menyebabkan salah diagnosis dan salah

    pengobatan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila cukup banyak nyeri

    sendi yang tidak sembuh meskipun telah memperoleh pengobatan dari dokter,

    karena didasarkan pada diagnosis dan pengobatan yang salah. Pendapat

    bahwa nyeri sendi berarti penyakit reumatik dan asam urat mulai di

    tinggalkan. Ada banyak penyakit lain yang dapat menyebabkan nyeri, salah

    satunya adalah kista ganglion (Sadiman. M. Ridwan, 2009).

    Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang

    terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendon. Kista ini berisi

    cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Ganglion

    merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan.

    Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan

    tangan atau melekat pada suatu sendi, namun ada juga yang tidak memiliki

    hubungan dengan struktur apapun. Ganglion ini juga dapat ditemukan di kaki.

    Ukurannya bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil sesuai dengan

    perkembangannya. Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi jika

  • teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat tekanan

    tinggi cairan yang mengisi ganglion sehingga kadang didiagnosis sebagai

    tonjolan tulang (Sadiman. M. Ridwan, 2009).

    Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali ganglion.

    Nyeri terjadi dengan gerakan pergelangan tangan yang ekstrim. Sebagian

    pasien mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian besar terletak

    pada bagian belakang pergelangan tangan, atau pada sendi terdekat ke ujung

    jari. Ganglion merupakan benjolan yang tidak bergejala namun kadang di

    temukan nyeri serta riwayat penggunaan lengan yang berlebihan. Jika

    ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah

    mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan yaitu aspirasi (mengeluarkan

    isi cairan di dalam ganglion dengan menggunkan jarum) dan pengangkatan

    ganglion secara bedah. Aspirasi melibatkan pemasukan jarum kedalam

    ganglion dan mengeluarkan isinya setelah mematirasakan daerah sekitar

    ganglion dengan anestesi lokal.

    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain

    seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan

    angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan

    substansi tambahan. Jika kista tersebut rusak, akan menimbulkan nyeri,

    masalah mekanis dan komplikasi saraf (hilangnya fungsi motorik dan

    sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau timbul kembali setelah

    aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Eksisi ganglion ini biasanya

    merupakan prosedur minor, tetapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi

  • ganglion dan yang kemudian dapat menimbulkan nyeri. Data survei pasca

    operasi di Indonesia , menunjukan nyeri terus menerus dialami 16,6% pasien.

    Derajat nyeri berat dirasakan 16,67% pasien, nyeri sedang 41,7% dan sisanya

    nyeri ringan (Sadiman. M. Ridwan, 2009).

    Nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

    menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.

    (Muttaqin. A, 2009 : 71). Menurut International Association for Study of

    Pain (IASP), nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang

    tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun

    potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Sadiman.

    M. Ridwan, 2009).

    Skala intensitas nyeri berdasarkan angka adalah dimulai dari angka 0-

    10, pembagian tingkatan nyeri yaitu, angka 0 : tidak nyeri, angka 1-3 : nyeri

    ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, angka 4-6 :

    nyeri sedang, secara objektif klien mendesis, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

    dapat mendeskrepsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, angka 7-9

    : nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

    tetapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri , tidak

    dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

    panjang dan distraksi, angka 10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak

    mampu lagi berkomunikasi (Brunner & Suddarth, 2002 : 218).

    Nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut, nyeri yang terjadi segera

    setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang

  • cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini

    adalah memberi peringatan akan adanya cedera atau penyakit yang akan

    datang. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien,

    untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Nyeri kronik adalah nyeri

    konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu,

    berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari

    enam bulan (Brunner & Suddarth, 2002 : 213).

    Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi,

    yaitu gejala hilang sebagian atau keseluruhan dan periode eksaserbasi, yaitu

    keparahan meningkat. Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap

    pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan

    penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis. (Potter. Patricia A,

    2006 : 1510)

    Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

    tentang ganglion, serta cara penatalaksanaannya. Dengan adanya berbagai

    data, maka penulis melaporkan studi kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut

    pada Ny. S dengan Post Operasi Ganglion Poplitea Dextra di Ruang Dahlia

    Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi ganglion di ruang

    Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

  • 2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post

    operasi ganglion.

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan

    nyeri post operasi ganglion.

    c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. S

    dengan nyeri post operasi ganglion.

    d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri post

    operasi ganglion.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post

    operasi ganglion.

    f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S

    dengan post operasi ganglion.

    C. Manfaat Penulisan

    1. Bagi Penulis

    Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan yang luas

    mengenai masalah keperawatan klien dengan nyeri akut post operasi

    ganglion.

  • 2. Bagi instansi

    a. Pendidikan

    Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan

    belajar mengajar tentang masalah keperawatan mengenai klien dengan

    nyeri akut post operasi ganglion.

    b. Rumah sakit

    Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang

    diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan

    khususnya pada klien dengan nyeri akut post operasi ganglion.

    3. Bagi Profesi Keperawatan

    Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

    dan informasi dibidang Keperawatan tentang asuhan keperawatan nyeri

    akut pada klien post operasi ganglion.

  • BAB II

    LAPORAN KASUS

    Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan

    pada Ny. S. dengan diagnosa medis Ganglion Poplitea Dextra. Asuhan

    Keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

    implementasi, dan evaluasi.

    A. Identitas Klien

    Pengkajian pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, pada pengkajian

    ini menggunakan metode Auto Anamnesa dan Allo Anamnesa, pengamatan,

    menelaah catatan medis, dan catatan perawat. Metode Auto Anamnesa yaitu

    metode wawancana dengan klien langsung, sedangkan Allo Anamnesa yaitu

    wawancara dengan keluarga atau orang terdekat.

    Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, pasien

    bernama Ny. S, alamat : Trosobo Rt 02 Rw 01, Sambi, Boyolali, umur 58

    tahun, pekerjaan : petani, tingkat pendidikan : SMP, dirawat di bangsal Dahlia

    Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, pasien dirawat mulai tanggal 2 April

    2012 dengan diagnosa medis Ganglion Poplitea Dextra. Yang bertanggung

    jawab pada Ny. S adalah Tn. K, yang merupakan kakak dari Ny. S.

  • B. Pengkajian

    Pengkajian mengenai riwayat keperawatan yaitu meliputi keluhan

    utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan

    keluarga, dan riwayat kesehatan lingkungan. Penjelasannya sebagai berikut :

    Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengatakan nyeri

    pada luka operasi yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan. Riwayat penyakit

    sekarang Ny. S mengatakan 3 bulan yang lalu dibagian lutut kanan terasa

    cekot-cekot dan kemeng. Pasien juga tidak mengetahui penyebabnya,

    kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke Rumah Sakit Simo untuk melakukan

    terapi, sudah dilakukan 6 kali terapi, tetapi tidak ada perubahan yang

    dirasakan pasien. Kemudian pihak keluarga memutuskan untuk membawa

    pasien ke Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, dan pada tanggal 2 April 2012

    pukul 19.00 WIB pasien menjalani operasi pengambilan ganglion pada lipat

    kaki belakang lutut kanan. Saat pengkajian didapatkan data, pasien merasakan

    nyeri pada luka operasi yaitu dilipat kaki belakang lutut kanan, dengan skala

    nyeri 6.

    Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan 10 tahun

    yang lalu pasien pernah melakukan operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

    dengan kasus yang sama, yaitu di lipat kaki belakang lutut sebelah kiri.

    Riwayat kesehatan keluarga, Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada

    yang mempunyai sakit yang sama seperti yang sedang dideritanya. Pada

    pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan keadaan

    lingkungan sekitar rumah bersih dan tidak ada pembuangan limbah industri,

  • pasien juga mempunyai hubungan baik dengan keluarga maupun masyarakat

    sekitar.

    Pada pengkajian pola kesehatan fungsional meliputi pola persepsi dan

    pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, pola

    aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif perseptual, pola persepsi

    konsep diri, pola hubungan peran, pola seksualitas dan reproduksi, pola

    mekanisme koping, pola nilai dan keyakinan. Dari kesebelas pola diatas, yang

    mengalami gangguan yaitu pada pola kognitif perseptual, pola aktivitas dan

    latihan.

    Pola kognitif perseptual, sebelum sakit Ny. S mengatakan tidak ada

    gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman, selama

    sakit Ny. S mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,

    pengecapan, dan penciuman, pasien merasakan nyeri pada luka operasi yaitu di

    lipat kaki belakang lutut kanan, nyeri seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6, nyeri

    terasa bila kakinya digerakkan.

    Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan dalam

    kesehariannya bekerja sebagai seorang petani, dan melakukan semua

    aktivitasnya sendiri, selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu

    keluarga (toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur).

    Pada pengkajian pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien adalah lemah,

    kesadaran composmentis. Untuk pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil,

    tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 20 kali per

    menit dan suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan hasil bentuk

  • kepala mesocepal, kulit kepala sedikit kotor, rambut hitam dengan sedikit

    uban, kekuatan rambut baik. Pemeriksaan mata, hasilnya konjungtiva tidak

    anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata simetris antara kanan dan kiri.

    Pemeriksaan hidung, hasilnya penciuman baik, tidak ada polip, sedikit sekret.

    Pemeriksaan mulut, hasilnya mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.

    Pemeriksaan telinga, hasilnya pendengaran baik, sedikit serumen, simetris

    antara telinga kanan dan kiri. Pemeriksaan leher, hasilnya tidak ada

    pembesaran kelenjar tyroid.

    Pemeriksaan paru-paru, inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, bentuk

    dada datar, palpasi : vocal vremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi : bunyi

    sonor, auskultasi : suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung, inspeksi : ictus

    cordis tidak nampak, palpasi : ictus cordis teraba di ICS ke 5 mid clavikula,

    perkusi : bunyi pekak, auskultasi : bunyi jantung 1 bunyi jantung 2 reguler.

    Pemeriksaan abdomen, inspeksi : perut datar, tidak ada bekas luka, auskultasi :

    peristaltik usus 4 kali per menit, perkusi : bunyi hipertimpani, palpasi : tidak

    ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan genetalia :

    pasien tidak terpasang DC. Pemeriksaan ekstermitas atas : akral hangat,

    capillary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang,

    kekuatan otot 5, tangan kiri terpasang infus, ekstermitas bawah : akral hangat,

    capillary refile kurang dari 2 detik, kekuatan otot kaki kiri 5, kekuatan otot kaki

    kanan 4, kaki kiri bebas untuk digerakan, kaki kanan tepatnya dilipat kaki

    belakang lutut terasa nyeri bila digerakan, nyeri seperti ditekan-tekan, skala

    nyeri 6.

  • Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien pada tanggal 2 April

    2012 adalah pemeriksaan Thorax PA, hasilnya : Thorax foto dalam batas

    normal, pemeriksaan elektrokardiograf ( EKG), hasilnya : sinus rhythm atau

    normal, pemeriksaan laboratorium, hasilnya hemoglobin : 13,4 g/dl (nilai

    normal 12,1-17,6 g/dl), hematokrit : 38,8 % (nilai normal 35-45 %), eritrosit :

    5,03 juta/mm3 (nilai normal 4,5-5,9 juta/mm3), leukosit : 8,500 /mm3 (nilai

    normal 4,400-11,300 /mm3), trombosit 381ribu U/L (nilai normal 150ribu-

    450ribu U/L), basofil : 0,2 % (nilai normal 0-2%), eosinofil 6,5 % (nilai normal

    0-4%), neutrofil 59,8 % (nilai normal 55-80 %), limfosit 26,1 % (nilai normal

    22-44 %), monosit 7,4 % (nilai normal 0-7 %), golongan darah B dengan RH+.

    Program terapi yang diperoleh pasien pada tanggal 3 April 2012 adalah

    injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1 gram tiap 8 jam fungsinya untuk

    meredakan nyeri pasca operasi dan nyeri kolik, injeksi ferzobat 1 gram tiap 8

    jam fungsinya untuk mengatasi infeksi kulit, jaringan lunak, profilaksis infeksi

    pasca operasi ortopedik dan ginekologi, injeksi kalnex 250 miligram tiap 8 jam

    fungsinya untuk mencegah perdarahan abnormal setelah operasi, dan obat oral

    yaitu ceptik 200 miligram tiap 8 jam fungsinya untuk infeksi saluran kemih

    tanpa komplikasi, otitis media, faringitis bronkitis akut dan kronis dengan

    eksaserbasi akut, dan mefinter 500 miligram tiap 8 jam fungsinya untuk

    meredakan nyeri otot, nyeri sendi, nyeri post operasi dan nyeri traumatik.

    Dari hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa

    data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang utama sesuai dengan

  • prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan

    evaluasi tindakan.

    C. Rumusan Masalah

    Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan

    dengan agen cidera fisik (post op ganglion), data subjektif : pasien mengatakan

    luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan, data

    objektif : lipat kaki belakang lutut kanan ada luka operasi yang tertutup kasa,

    pasien meringis kesakitan, skala nyeri 6.

    D. Intervensi Keperawatan

    Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah

    setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam, diharapkan nyeri

    pada Ny. S dapat berkurang ataupun hilang dengan kriteria hasil : nyeri hilang,

    pasien rilex, skala nyeri menjadi 1-2, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam

    batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80-100 kali per menit,

    pernafasan 16-24 kali per menit, suhu 36,70C-37,50C).

    Intervensi keperawatan yang akan dilakukan penulis untuk mencapai

    tujuan tindakan keperawatan adalah yang pertama kaji karakteristik nyeri

    (PQRST) meliputi P (Provocative), Q (Quality), R (Region), S (Skala), T

    (Timing), yang rasionalnya informasi dari pasien membantu mengevaluasi

    nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi jenis nyeri, kedua ajarkan

    teknik nafas dalam rasionalnya melonggarkan ketegangan emosional dan otot,

  • ketiga beri posisi nyaman dengan rasional meningkatkan kenyamanan dan

    mengurangi rasa nyeri, keempat periksa tanda-tanda vital dengan rasional hasil

    tanda-tanda vital memberikan gambaran lengkap mengenai sistem

    kardiovaskuler, dan yang kelima kolaborasi dengan tim medis dalam

    pemberian analgesik yang rasionalnya analgesik dapat meningkatkan peredaan

    nyeri yang optimal.

    E. Implementasi Keperawatan

    Implementasi keperawatan pada tanggal 3 April 2012 yang dilakukan

    penulis yaitu pukul 08.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), respon

    subjektif : P (Provocative) : pasien mengatakan nyeri pada luka operasi di lipat

    kaki belakang lutut kanan, Q (Quality) : seperti ditekan-tekan, R (Region) :

    lipat kaki belakang lutut kanan, S (Skala) : skala nyeri 6, T (Timing) : nyeri

    hilang timbul, respon objektif : pasien meringis kesakitan, lipat kaki belakang

    lutut kanan ada bekas operasi yang tertutup kasa. Pukul 08.20 WIB

    mengajarkan teknik relaksasi atau nafas dalam, respon subjektif : pasien

    mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon objektif : pasien bisa

    melakukan teknik nafas dalam walaupun belum sempurna. Pukul 09.00 WIB

    melaksanakan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1 gram, hasilnya

    obat masuk melalui injeksi intravena dan tidak ada tanda-tanda alergi pada

    tubuh pasien. Pukul 09.30 WIB mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil

    tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 20 kali per

    menit dan suhu 36,7oC. Pukul 10.45 WIB memberikan posisi nyaman, respon

  • subjektif : pasien mengatakan sudah nyaman dengan posisi supinasi, respon

    objektif : pasien nyaman dengan posisi supinasi.

    Implementasi keperawatan pada tanggal 4 April 2012, yaitu pukul 08.00

    WIB mengkaji ulang karakteristik nyeri (PQRST), respon subjektif : P

    (Provocative) : pasien mengatakan nyeri masih terasa di tempat yang sama,

    yaitu di lipat kaki belakang lutut sebelah kanan, Q (Quality) : nyeri cekit-cekit,

    R (Region) : lipat kaki belakang lutut kanan, S (Skala) : skala nyeri 4, T

    (Timing) : nyeri timbul kadang-kadang, respon objektif : pasien lebih rilex,

    luka bekas operasi yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan tertutup kasa.

    Pada pukul 08.15 WIB menganjurkan pasien untuk nafas dalam, respon

    subjektif : pasien mengatakan sudah melakukan, respon objektif : pasien sudah

    bisa melakukan. Pukul 09.30 WIB melaksanakan terapi injeksi analgesik ,

    yaitu injeksi antrain 1 gram, hasilnya obat masuk melalui injeksi intravena dan

    tidak ada tanda-tanda alergi pada tubuh pasien. Pukul 11.00 WIB mengukur

    tanda-tanda vital, hasilnya : tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 82 kali per

    menit, pernafasan 20 kali per menit, dan suhu 36,50C.

    F. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi tindakan pada tanggal 3 April 2012 pukul 14.00 WIB yaitu

    subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, dengan skala nyeri 4. Objektif :

    pasien sedikit lebih rilex. Assesment : masalah teratasi sebagian. Planning :

    intervensi dilanjutkan yaitu kaji ulang karakteristik nyeri (PQRST), anjurkan

  • untuk nafas dalam, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

    analgesik.

    Evaluasi tindakan pada tanggal 4 April 2012 pukul 12.30 WIB yaitu

    subjektif : nyeri berkurang dengan skala nyeri 3. Objektif : pasien rilex.

    Asessment : masalah teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan yaitu

    anjurkan pada pasien untuk melakukan nafas dalam di rumah bila rasa nyeri

    nyeri muncul lagi, anjurkan pada pasien untuk selalu rutin minum obat di

    rumah, anjurkan pada pasien untuk datang kontrol.

  • BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. Pembahasan

    Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan

    tindakan proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada

    tanggal 3-4 April 2012 di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

    Dalam pembahasan ini menggunakan langkah kerja proses keperawatan yang

    terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

    implementasi, dan evaluasi (Potter & Perry, 2005 : 140).

    Tahap pengkajian itu sendiri merupakan pengumpulan, pengaturan,

    validasi dan dokumentasi data atau informasi dari klien yang sistematis dan

    berkesinambungan (Kozier, 2011 : 355). Proses pengumpulan data ini

    mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer atau

    klien, dan sumber sekunder yaitu meliputi keluarga maupun tenaga kesehatan

    (Potter & Perry, 2005 : 144).

    Dalam pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. S yang dilakukan

    tanggal 3-4 April 2012 pasien mengeluh nyeri, didukung dengan data

    subjektif pasien mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki

    belakang lutut kanan, data objektif lipat kaki belakang lutut kanan ada luka

    operasi yang tertutup kasa, pasien meringis kesakitan, dengan skala nyeri 6.

    Hal tersebut sesuai dengan teori, bahwa pada kasus ganglion

  • penatalaksanaannya dilakukan dengan pengangkatan ganglion secara bedah

    atau operasi, dan masalah yang ditimbulkan pada kasus pascabedah salah

    satunya adalah nyeri (Sjamsuhidajat. R, 2005 : 294).

    Pada pola kognitif perseptual, penulis mencantumkan sebelum sakit

    pasien mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,

    pengecapan, dan penciuman, selama sakit pasien mengatakan tidak ada

    gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman. Dan

    penulis belum mencantumkan tentang gangguan perabaan, hal tersebut karena

    tidak terkaji oleh penulis.

    Pada pola aktivitas dan latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit

    pasien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

    Selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga, seperti

    toileting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur. Hal tersebut disebabkan

    karena adanya nyeri pascabedah (Sjamsuhidajat. R, 2005 : 294).

    Pada pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis menuliskan

    ekstremitas bawah akral hangat, capillary refile kurang dari 2 detik, kekuatan

    otot kaki kiri 5, kakuatan otot kaki kanan 4, kaki kiri bebas untuk digerakan,

    kaki kanan tepatnya dilipat kaki belakang lutut terasa nyeri bila digerakan,

    nyeri seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6. Penulis tidak menjelaskan kondisi

    lukanya, hal ini dikarenakan pasien post operasi hari pertama dan belum

    dilakukan tindakan perawatan luka.

    Setelah data didapatkan dari proses pengkajian, tahap selanjutnya

    adalah menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan

  • penilaian yang dibuat setelah pengumpulan data yang sistematis dan

    menyeluruh. Diagnosa keperawatan menjadi dasar bagi seleksi intervensi

    keperawatan untuk mencapai hasil yang dipertanggungjawabkan oleh perawat

    (Kozier, 2011 : 379).

    Dalam kasus ini, penulis menegakkan diagnosa utama yaitu gangguan

    rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (post op ganglion

    poplitea dextra), (Nanda, 2011 : 410). Pengertian dari nyeri itu sendiri adalah

    suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

    dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif (Muttaqin. A, 2009 : 71).

    Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut menjadi diagnosa aktual

    karena saat pengkajian yang paling dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri pada

    luka operasi. Diagnosa ini didasarkan karena penulis memprioritaskan

    masalah yang perlu perawatan tepat, tidak mengancam kehidupan, tetapi

    mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat. Karena masalah ini bila

    tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Data

    yang mendukung munculnya diagnosa tersebut, yaitu data subjektif : pasien

    mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut

    kanan, nyeri terasa seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6, nyeri terasa bila

    kakinya digerakkan, data subjektif : ekspresi wajah pasien meringis kesakitan.

    Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, penulis kemudian

    melanjutkan ke tahap perencanaan. Perencanaan atau intervensi keperawatan

    itu sendiri merupakan proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan

    sistematis yang mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,

  • yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien. Dalam

    perencanaan, perawat merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan

    diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merancang

    intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau

    menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, 2011 : 398). Dalam teori

    intervensi atau perencanaan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria

    hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC

    (Nursing Outcome Clasification), dan diselesaikan secara SMART yaitu

    Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat

    diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu).

    Dalam kasus ini penulis mencantumkan tujuan dari diagnosa

    keperawatan diatas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2

    kali 24 jam, diharapkan nyeri pasien dapat berkurang ataupun hilang dengan

    kriteria hasil : nyeri hilang, ekspresi wajah pasien rilex, skala nyeri menjadi

    1-2, dan pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah

    120/80 mmHg, nadi 80-100 kali per menit, pernafasan 16-24 kali per menit,

    suhu 36,70C-37,50C).

    Intervensi yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tindakan

    keperawatan adalah kaji karakteristik nyeri (PQRST), meliputi P

    (Provocative) yaitu penyebab nyeri, Q (Quality) yaitu kualitas nyeri, R

    (Region) yaitu daerah nyeri, S (Severity skala) yaitu tingkat keparahan nyeri,

    dengan melihat intensitas skala nyeri, skala 0 : tidak nyeri, skala 1-3 : nyeri

    ringan, skala 4-6 : nyeri sedang, skala 7-9 : nyeri berat, skala 10 : nyeri sangat

  • berat, T (Timing) yaitu waktu terjadinya nyeri (Brunner & Suddarth, 2002),

    mendapat informasi dari pasien membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan

    nyeri serta mengidentifikasi jenis nyeri.

    Kemudian ajarkan teknik nafas dalam atau relaksasi, teknik relaksasi

    nafas dalam menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi

    paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan

    otot-otot tangan, kaki, perut dan punggung, serta mengulangi hal yang sama

    sambil terus berkonsentasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks

    (Uliyah, 2006). Kemudian beri posisi nyaman, posisi nyaman dapat

    meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri, selanjutnya periksa

    tanda-tanda vital, dengan mengetahui hasil tanda-tanda vital dapat

    memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler, dan

    kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik, pemberian

    analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan nyeri

    yang mengalami perburukan. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri,

    sedangkan tanda nyeri salah satunya peningkatan tekanan darah, perubahan

    autonomik dari tonus otot (Potter & Perry, 2005).

    Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan

    melakukan tindakan keperawatan atau implementasi. Dimana pengertian dari

    implementasi itu sendiri adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

    tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan

    dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005 :

    203).

  • Dalam diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri, implementasi yang

    dilakukan penulis pada tanggal 3 April 2012 yaitu mengkaji karakteristik

    nyeri (PQRST), memonitor tanda-tanda vital, memberi posisi nyaman,

    memberikan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1gram, mengajarkan

    teknik nafas dalam. Kemudian pada tanggal 4 April 2012, implementasi yang

    dilakukan penulis adalah mengkaji ulang karakteristik nyeri (PQRST),

    memonitor tanda-tanda vital, memberi terapi injeksi analgesik antrain 1gram.

    Semua yang ditulis dalam perencanaan, dapat dilakukan dilakukan oleh

    penulis dan penulis tidak mengalami kesulitan.

    Kemudian tahap yang terakhir dalam proses keperawatan yaitu evaluasi

    tindakan. Dimana evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan,

    berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan

    menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan

    keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan aspek penting

    proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan

    apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah

    (Kozier, 2011 :432).

    Penulis mengevaluasi apakah respon pasien mencerminkan suatu

    kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi,

    penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif, Objektif,

    Assessment, dan Planning).

    Sesuai teori kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

    agen cedera fisik (post operasi), yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

  • selama 2 kali 24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil

    pasien rilex, skala nyeri menjadi 1-2. Dengan hasil evaluasi dari pasien,

    Subjektif: pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 3, objektif: pasien

    rileks, assessment: masalah teratasi sebagian. Tetapi kriteria hasil belum

    tercapai karena dalam kasus ini post operasi ganglion, dan dilahan

    penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan pemberian analgesik, sedangkan

    analgesik hanya berfungsi beberapa jam jadi setelah analgesik tidak berfungsi

    maka rasa nyeri akan muncul kembali.

    B. Simpulan dan Saran

    1. Simpulan

    Berdasarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan

    sebagai berikut :

    a. Pengkajian pada kasus diatas diperoleh data subjektif, pasien

    mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang

    lutut kanan, data objektif: lipat kaki belakang lutut kanan ada luka

    operasi yang tertutup kasa, pasien meringis kesakitan, skala nyeri 6.

    b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan

    dengan agen cedera fisik (post op ganglion).

    c. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu kaji

    karakteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik nafas dalam, beri posisi

    nyaman, periksa tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan tim medis

    dalam pemberian analgesik.

  • d. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu

    mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), mengajarkan teknik nafas

    dalam, memberi posisi nyaman, memonitor tanda-tanda vital,

    memberikan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1gram.

    e. Evaluasi tindakan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif,

    Assessment, dan Planning). Pada diagnosa diatas, nyeri teratasi

    sebagian, karena pasien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3.

    f. Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi ganglion

    poplitea dextra yaitu pasien masih merasakan nyeri pada lipat kaki

    belakang lutut kanan, nyeri karena luka operasi, skala nyeri 3.

    2. Saran

    Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang

    diharapkan dapat bermanfaat :

    a. Bagi Penulis

    Diharapkan Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan

    yang luas dalam mengatasi masalah keperawatan klien.

    b. Bagi Instansi

    1) Pendidikan

    Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan

    belajar mengajar tentang masalah keperawatan klien.

  • 2) Rumah Sakit

    Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang

    diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan klien.

    c. Bagi Profesi Keperawatan

    Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    pikiran dan informasi di bidang Keperawatan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, (2010), Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 45-2010, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.

    Crowther. Christy L, (2004), Primary Orthopedic Care, Edisi 2, Penerbit Mosby, hal 111.

    Kozier, Berman, Snyder, (2011), Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1, Edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 355-432.

    Moeliono, Marina A, (2008), Physical Modalities in the Management of Pain, http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 11 April 2012.

    Muttaqin, Arif & Sari, Kumala, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep, Proses, dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 71.

    Nanda Internasional, 2011, Nanda International; Diagnosis Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal140- 203.

    Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 1510.

    Purba, Jan S, (2009), Nyeri dan Sostem Imun ; Sejauh Mana Keterkaitannya, Suatu tinjauan biomolekuler, http://www.google.co.id/nyeri_dan_ sistem_imun.pdf Diakses tanggal 11 April 2012.

    Sadiman. M. Ridwan, (2009), Klien dengan kista ganglion, http://www.google.com/klien-dengan-kista-ganglion.html Diakses tanggal 11 April 2012.

    Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 294.

    Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, (2011), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 402-403.

  • Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 213.

    Wilkinson, M Judith, (2007), Buku Saku Diagnosis Keperawatan ; dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.