01-gdl-heningsihs-609-1-s10015h-h_3

60
i GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Heningsih NIM. S10015 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

description

01-gdl-heningsihs-609-1-s10015h-h_3

Transcript of 01-gdl-heningsihs-609-1-s10015h-h_3

  • i

    GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA DI

    PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH

    SURAKARTA

    SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

    Oleh :

    Heningsih

    NIM. S10015

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2014

  • i

    LEMBAR PENGESAHAN

    Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

    GAMBARAN TINGKAT ANSIETAS PADA LANSIA

    DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH

    SURAKARTA

    Oleh :

    Heningsih

    NIM S10015

    Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 25 Juni 2014 dan dinyatakan

    telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

    Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

    Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep Anita Istiningtyas, S.Kep.,Ns., M.Kep

    NIK. 201284113 NIK. 201087055

    Penguji,

    Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep

    NIK. 200679022

    Surakarta,Juli 2014

    Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

    Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep

    NIK. 201279102

  • i

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Heningsih

    NIM : S10015

    Dengan ini saya menyatakan bahwa :

    1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

    akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun

    perguruan tinggi lain.

    2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan

    pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan dari Tim Penguji.

    3) Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

    sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kumudian hari terdapat

    pentimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

    menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

    karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

    perguruan tinggi.

    Surakarta, Juni 2014

    Yang membuat pernyataan,

    (Heningsih)

    S10015

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi robbil aalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

    kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

    Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih

    Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta

    dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan

    dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Untuk

    itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, Msi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta

    2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Program Studi S1

    Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

    3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji yang telah

    memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

    4. Ibu Happy Indri Hapsari,S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing I yang telah

    memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam penyusunan

    skripsi ini.

    5. Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep,.Ns. M.Kep, selaku pembimbing II yang telah

    memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi

    ini.

  • v

    6. Ibu Regina Soeyan S. Ag selaku sekretariat Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih

    Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

    penelitian.

    7. Seluruh partisipan yang telah berperan dalam penelitian ini dan telah berkenan

    untuk menjadi partisipan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    8. Terimakasih kepada responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian saya.

    9. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

    Husada Surakarta yang telah membantu penulis.

    10. Orang tua tercinta, Bapak Supriyanto dan Ibu Martini yang tak henti hentinya

    mendoakan penulis dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar

    kepada penulis.

    11. Kakak (Eko Wahyudi, Hartini) dan Keponakan (Azzahra) tercinta yang selalu

    memberikan motivasi kepada penulis.

    12. Teman teman seperjuangan dan seangkatan yang tak pernah berhenti

    memberikan semangat, motivasi dan dukungan kepada penulis.

    13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusunan

    skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan,

    untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak.

    Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

    Surakarta, Juni 2014

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

    SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

    ABSTRAK .......................................................................................................... xiii

    ABSTRACT ........................................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang ................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 3

    1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

    1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

    1.5. Keaslian Penelitian.......................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN TEORI

    2.1 Tinjaun Teori ............................................................................... 7

    2.1.1 Lansia ................................................................................. 7

    2.1.1.1 Pengertian Lanjut Usia ........................................... 7

    2.1.1.2 Klasifikasi Lansia ................................................... 8

    2.1.1.3 Tipe Lansia ............................................................. 8

  • vii

    2.1.1.4 Perubahan pada lansia ............................................ 9

    2.1.2 Ansietas .............................................................................. 10

    2.1.2.1 Definsi Ansietas ..................................................... 10

    2.1.2.2 Tingkat Respon Ansietas ...................................... 10

    2.1.2.3 Ciri-Ciri Ansietas .................................................. 12

    2.1.2.4 Tandadangejalaansietas .......................................... 13

    2.1.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ansietas .......... 13

    2.1.2.6 Dampak Ansietas ................................................... 16

    2.1.2.7 Alat ukur ansietas ................................................... 17

    2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 19

    2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 19

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 20

    3.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 20

    3.2.1 Populasi .............................................................................. 20

    3.2.2 Sampel ................................................................................ 20

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 21

    3.4 Variabel, Definisi Operasional, danSkalaPengukuran ................. 21

    3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................... 23

    3.5.1 Alat Penelitian ..................................................................... 23

    3.5.1.1 Uji validitas ............................................................. 24

    3.5.1.2 Uji Reliabilitas ........................................................ 24

    3.6 Cara Pengumpulan Data ............................................................... 24

  • viii

    3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 25

    3.7.1 Teknik Pengolahan Data .................................................... 25

    3.7.2 Analisa Data ....................................................................... 27

    3.8 Etika Penelitian ............................................................................. 27

    3.8.1 Informed consent ................................................................ 27

    3.8.2 Anonymity (tanpa nama) ..................................................... 28

    3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan) ............................................. 28

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1. Karakteristik Responden .................................................................29

    4.1.1. Umur ................................................................................29

    4.1.2. Jenis Kelamin ...................................................................29

    4.1.3. Pengalaman Hidup Berumah tangga .................................30

    4.1.4. Kunjungan Keluarga ........................................................30

    4.1.5. Pendidikan ........................................................................30

    4.1.6. Kecemasan .......................................................................31

    BAB V PEMBAHASAN

    5.1. Usia .................................................................................................32

    5.2. Jenis Kelamin ..................................................................................34

    5.3. Pengalaman Hidup Berumah Tangga ..............................................36

    5.4. Kunjungan Keluarga .......................................................................38

    5.5. Pendidikan .......................................................................................38

    5.6. Tingkat Kecemasan .........................................................................39

    5.7. Keterbatasan Penelitian ....................................................................41

  • ix

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan .....................................................................................42

    6.2. Saran .................................................................................................42

    6.2.1. Bagi panti ..............................................................................42

    6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan ......................................................42

    6.2.3. Peneliti Selanjutnya ...............................................................43

    6.2.4. Bagi Perawat .........................................................................43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ............................................................................. 6

    Tabel 3.1. DefinisiOperasional ........................................................................... 21

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1.Kerangka Teori ................................................................................ 19

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

    Lampiran 2 : F01Usulan Topik penelitian

    Lampiran 3 : F02 Pengajuan Persetujuan Judul

    Lampiran 4 : F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

    Lampiran 5 : F05 Lembar Oponent

    Lampiran 6 : F06 Lembar Audience

    Lampiran 7 : Surat Studi Pendahuluan

    Lampiran 8 : Surat Balasan Studi Pendahuluan

    Lampiran 9 : Pengajuan Ijin Penelitian

    Lampiran 10 : Surat Penelitian

    Lampiran 11 : Surat balasan penelitian

    Lampiran 12 : Hasil SPSS dan Excel

    Lampiran 13 : Surat Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 14 : Persetujuan Menjadi responden

    Lampiran 15 : Kuesioner Ansietas

    Lampiran 16 : Lembar Konsultasi

    Lampiran 17 : Lembar Konsultasi

    Lampiran 18 : Dokumentasi

  • xiii

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

    2014

    Heningsih

    Gambaran Tingkat Ansietas Pada Lansia Di Panti Wredha Darma Bakti

    Kasih Surakarta

    Abstrak

    Pada masa lanjut usia akan terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun

    psikis. Pada umumnya masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia

    adalah ansietas. Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas, perasan khawatir,

    mudah tersinggung, kecewa, sulit tidur sepanjang malam. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Wredha Darma

    Bakti Kasih Surakarta.

    Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif analitik dengan metode

    observasional dengan pengambilan teknik sampel jenuh dengan berbagai kriteria

    yang mendukung di dapatkan sampel 52 lansia dengan mengunakan Hamilton

    Rating Scale For Anxiety (HRS-A).Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian

    besar lansia mengalami ansietas sedang sebesar 42,3%.

    Dari hasil penelitian ini di harapakan peneliti selanjutnya dapat mengali

    lebih jauh mengenai faktor-faktor kecemasan dan bisa membandingkan gambaran

    tingkat kecemasan pada lansia di panti dengan lansia yang berada di komunitas.

    Kata Kunci : Lansia, Ansietas.

    Daftar Pustaka : 29(2003-2013).

  • xiv

    BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE

    KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA

    2014

    Heningsih

    THE DESCRIPTION OF ANXIETY LEVEL OF THE ELDERLY AT

    DHARMA BHAKTI KASIH NURSING HOME OF SURAKARTA

    ABSTRACT

    In the elderly period, physical and psychological changes will take place.

    In general, the psychological change that mostly occurs is anxiety.Anxiety is

    unclear feelings of fear, worry, irritability, disappointment, and sleep difficulty at

    night.

    The objective of this research is to investigate the description of anxiety

    level of the elderly at Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta.

    This research used the descriptive analytical design with the observational

    method. The samples of the research were taken by using saturation sampling

    technique. They consisted of 52 elderly persons. The data of the research were

    analyzed by using the Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). The result of

    the research shows that 42.3% of the elderly experience the moderate anxiety.

    Thus, the following researchers are expected to explore more the factors

    causing the anxiety and to compare the description of anxiety level of the elderly

    at nursing homes and that of anxiety level of the elderly in society.

    Keywords: Elderly and anxiety.

    References: 29(2003-2013)

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar belakang

    Lansia atau lanjut usia merupakan tahap terakhir dalam tahap pertumbuhan.

    Lanjut usia merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap

    insividu (Depsos 2006, dalam Kristyaningsih 2011). Proses menua akan terjadi

    perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun psikologis.

    Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput,

    mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan

    mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah

    kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).

    Indonesia memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural

    population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas

    sekitar 8,90% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pada 2010, jumlah lansia

    sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun (Menkokesra

    2008, dalam Sunartyasih & Linda 2013). Semakin meningkatnya jumlah lanjut

    usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari

    masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling banyak terjadi

    pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan ansietas. Ansietas

    termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul (Tamher

    & Noorkasiani 2009, dalam subandi dkk 2013).

  • 2

    Ansietas atau kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan

    tidak didukung oleh situasi. Ansietas merupakan perasaan campuran berisikan

    ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus

    untuk ketakutan tertentu. Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti, perasaan

    khawatir atau takut, mudah tersinggung, kecewa, gelisah, perasaan kehilangan,

    sulit tidur sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan dan

    rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai

    masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan ansietas (Maryam dkk 2008,

    dalam Soemantri dkk 2012). Prevalensi ansietas di negara berkembang pada usia

    dewasa dan lansia sebanyak 50% (Videback 2011, dalam Subandi 2013). Angka

    kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa

    penduduk (US Census Bureau 2004, dalam Subandi 2013).

    Perlu adanya pendampingan yang khusus terhadap lansia dan perbaikan

    kondisi lingkungan panti agar kecemasan pada lansia bisa menurun (Titus 2005).

    Tingkat kecemasan pasien tindakan pencabutan gigi di Puskesmas terdapat

    hampir separuh pasien dinyatakan menderita kecemasan baik ringan maupun

    sedang. Pasien dengan jenis kelamin perempuan memiliki perbedaan sedikit lebih

    banyak mengalami cemas dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin laki-

    laki (Boky 2013).

    Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta merupakan salah satu panti

    yang terdapat di Jawa Tengah. Panti ini menampung lansia sebanyak 52 orang

    lansia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 29

    November 2013 didapatkan hasil observasi dan wawancara dengan 10 lansia.

  • 3

    Enam lansia mengatakan dalam menjalani kehidupan yang jauh dengan sanak

    keluarga membuat para lansia merasakan gelisah dan rindu dengan keluarga

    meskipun mereka tinggal di panti dengan teman-teman sebaya, takut jika sakit

    tidak ada yang mengurus dan akhirnya merepotkan orang lain, takut menghadapi

    kematian, hidupnya saat ini telah hampa, terkadang menangis sendiri mengingat

    masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan keluarga

    mereka, dan tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti tersebut

    seperti, seringkali melamun, duduk bersama-sama tapi saling diam dan sibuk

    dengan pikiran serta perasaan masing-masing.

    Rasa cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang

    mengancam betul-betul tidak ada, ketika rasa cemas yang berlebihan mempunyai

    dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh. Ansietas dapat menyebabkan

    ketidakpedulian pada diri lansia yang mengalaminya, untuk mencegah hal-hal

    yang dapat membahayakan diri lansia tersebut maka peneliti ingin mengetahui

    gambaran tingkat ansietas pada lansia di panti Wredha Darma Bakti Kasih

    Surakarta. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan tindakan asuhan

    keperawatan yang tepat pada lansia yang mengalami ansietas.

    1.2 Rumusan Masalah

    Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia akan menimbulkan

    permasalahan yang begitu komplek dari masalah fisik mapun masalah psikologis.

    Masalah psikologis yang sering dialami oleh lansia yaitu kesepian, perasaan

    sedih, depresi dan ansietas. Ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa

    yang paling sering muncul yang dapat menyebabkan sulit tidur sepanjang malam,

  • 4

    gelisah dan kecewa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti tertarik

    untuk meneliti bagaimanakah gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti

    Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat ansietas

    pada lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mengidentifikasi karakteristik lansia di Panti Wredha Darma

    Bakti Kasih Surakarta.

    2. Untuk mengidentifikasi gambaran ansietas pada lansia di Panti

    Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil yang diperoleh dalam penelitian diharapkan dapat memberikan

    manfaat kepada :

    1.4.1 Manfaat bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

    Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang gambaran

    tingkat ansietas dan menambah kegiatan kepada lansia yang berada di

    panti.

  • 5

    1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

    Penelitian ini dapat tambahan kepustakaan dan pengembangan ilmu

    kesehatan khususnya mengenai ansietas pada lansia yang dapat dijadikan

    bahan ajar di area komunitas dan gerontik.

    1.4.3 Manfaat bagi penelitian lain

    Menjadi refrensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya berkaitan

    dengan lansia yang mengalami ansietas dan peneliti selanjutnya bisa

    meneliti tentang cara mengatasi ansietas

    1.4.4 Bagi tenaga kesehatan

    Memberikan informasi atau sosialisasi kepada anggota keluarga lansia

    untuk menambah kunjungan.

    1.4.5 Manfaat bagi peneliti

    Untuk menambah wawasan dan memperluas pengetahuan penulis

    khususnya di bidang gerontik.

  • 6

    1.5 Keaslian Penelitian

    Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

    Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

    Irto Titus, Watief

    A.Rachman,

    Arsyad Rahman

    Gambaran

    Perilaku Lansia

    terhadap

    kecemasan di

    Panti

    Sosial Tresna

    Wredha Theodora

    Makasar

    Metode penelitian

    ini menggunakan

    deskriptif dengan

    metode

    observasional.

    Perlu adanya

    pendampingan

    yang khusus

    terhadap lansia dan

    perbaikkan kondisi

    lingkungan panti

    agar kecemasan

    pada lansia bisa

    menurun.

    Harfika Boky,

    Ni Wayan Mariati

    Jimmy Maryono

    Gambaran

    Tingkat

    Kecemasan

    Pasien Dewasa

    terhadaps

    Tindakan

    Pencabutan Gigi

    di Puskesmas

    Bahu Kecamatan

    Malalayang Kota

    Manado

    Teknik

    pengambilan

    sampel pada

    penelitian ini

    menggunakan total

    sampling

    Tingkat kecemasan

    pasien tindakan

    pencabutan gigi di

    puskesmas Bahu

    kecematan

    Malalayang Kota

    Manado, terdapat

    hampir separuh

    pasien dinyatakan

    menderita

    kecemasan baik

    ringan maupun

    sedang.

    Pasien dengan

    jenis kelamin

    perempuan

    memiliki

    perbedaan sedikit

    lebih banyak

    mengalami cemas

    dibandingkan

    dengan pasien

    dengan jenis

    kelamin laki-laki.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Tinjaun Teori

    2.1.1 Lansia

    2.1.1.1 Pengertian Lanjut Usia

    Lanjut usia (lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

    lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan

    kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Seseorang

    dikatakan lanjut usia apabila usianya lebih dari 65 tahun ke atas (Efendi

    dan Mahfudin 2009).

    Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

    manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari

    oleh setiap individu. Perubahan-perubahan fisiologis maupun psikososial,

    akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun

    kesehatan jiwa(Maryam dkk 2008).

    Lansia adalah seseorang laki-laki ataupun perempuan yang berusia

    60 tahun atau lebih, baik secara fisik masih berkemampuan (potensial)

    mampu karena sesuatu hal tidak lagi mampu berperan secara aktif dalam

    pembangunan (tidak potensial). Berdasarkan definisi tersebut dapat

    disimpulkan lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas dengan

    perubahan-perubahan baik fisiologis mampu psikologis (Sikhan 2009

    dalam Suparmi 2011). .

  • 8

    2.1.1.2 Klasifikasi Lansia

    Klasifikasi lansia terbagi menjadi lima klasifikasi yang terdiri dari:

    Pralansia (presinilas) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun,

    lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko

    tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dengan masalah

    kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu bekerja yang

    dapat menghasilkan barang atau jasa, lansia tidak potensial yaitu lansia

    yang hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Maryan dkk 2008).

    2.1.1.3 Tipe Lansia

    1. Tipe arif bijaksana

    Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

    perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

    sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

    2. Tipe mandiri

    Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

    mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

    3. Tipe tidak puas

    Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

    pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan

    banyak menuntut.

    4. Tipe pasrah

    Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

    melakukan pekerjaan apa saja.

  • 9

    5. Tipe bingung

    Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

    pasif, dan acuh tak acuh.

    (Nugroho 2000 dalam Maryam dkk 2008).

    2.1.1.4 Perubahan pada lansia

    Menjadi tua ditandai dengan adanya perubahan-perubahan baik

    fisik, perubahan mental maupun perubahan psikologis.

    1. Perubahan-perubahan fisik pada lansia antara lain perubahan sistem

    respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh,

    sistem gastrointestinal, sistem genitorurinia, sistem endokrin, sistem

    muskuloskeletal, sistem pernafasan, perubahan sel dan sistem

    pendengaran.

    2. Perubahan mental pada lansia antara lain mudah curiga, bertambah

    pelit atau tamak jika memiliki sesuatu dan egois. Sikap umum yang

    ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yaitu keinginan berumur

    panjang, ingin tetap berwibawa dan dihormati (Bandiyah 2009).

    3. Perubahan psikososial pada lansia antara lain 12 macam seperti,

    gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai atau

    sikap berjalan, gangguan pada sendi, anemia, dimensia, gangguan

    penglihatan, dekompensasi kordis, gangguan pada defekasi, kesepian,

    ansietas dan depresi (Nugroho 2000 dalam Supriani 2011).

  • 10

    2.1.2 Ansietas

    2.1.2.1 Definsi Ansietas

    Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

    oleh situasi. Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberi

    gambaran pentig tentang ansietas yang berlebihan disertai, respon

    perilaku, emosi dan fisiologis (Videbeck 2008).

    Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

    menyebabkan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya ( Stuart 2007 dalam

    Sarfika 2012). Ansietas adalah suatu keadaan tegang yang berhubungan

    dengan ketakutan, kekhawatiran, perasaan-perasaan bersalah, perasaan

    tidak aman dan kebutuhan akan kepastian. Kecemasan pada dasarnya

    merupakan sebuah respons terhadap apa yang terjadi atau antisipatif,

    namun faktor dinamik yang dapat mempercepat kecemasan tidak disadari

    (Hawari 2006).

    2.1.2.2 Tingkat Respon Ansietas

    1. Ansietas Ringan

    Pada tahap ini respon fisik ditandai dengan ketegangan otot ringan,

    sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian,

    rajin. Respon kognitif yang ditemui berupa lapang persepsi luas,

    terlihat tenang percaya diri, perasaan gagal sedikit waspada

    memperhatikan banyak hal dengan mempertimbangkan informasi,

    tingkat pembelajaran optimal. Respon emosional ditemui tanda

  • 11

    perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri,

    terstimulasi, tenang.

    2. Ansietas sedang

    Respon fisik ditandai dengan ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital

    meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir

    dan gerakan memukulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan

    nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering

    berkemih, sakit kepala pola tidur berubah dan punggung terasa nyeri.

    Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun, perhatian sudah

    mulai selektif dan fokus terhadap stimulus, rentang perhatian menurun.

    Penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan

    gejala, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,

    tidak sabar dan masih bisa merasakan gembira.

    3. Ansietas Berat

    Respon fisik ditemukan ketegangan otot yang sudah berat,

    hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,

    bicara cepat, nada suara tinggi, melakukan tindakan tanpa tujuan dan

    serampangan, rahang menegang, mengerakan gigi, kebutuhan ruang

    gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.

    Pada respon kognitif ditemui lapang persepsi terbatas, sulit berfikir dan

    proses berfikir pecah-pecah, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu

    mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman

    preukopasi dengan pikiran sendiri egosentris. Pada respon emosonal

  • 12

    ditemu tanda dan gejala, sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa

    tidak adekuat, menarik diri, menyangkal dan ingin bebas dari ancaman.

    4. Panik

    Pada tahap ini ditemui respon fisik berupa flight, fight, freeze,

    ketegangan otot sangat berat, agitasi otorik kasar, pupil dilatasi, tanda-

    tanda vital meningkat dan kemudian menurun, tidak dapat tidur,

    hormon stres dan neurotransmiter berkurang, wajah menyeriangi,

    mulut ternganga. Respon kognitif ditemui tanda dan gejala, persepsi

    menyempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat

    menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit

    memahami stimulasi eksternal, halusinasi, waham, ilusi mungkin

    terjadi. Respon emosional ditemui perasaan terbebani, merasa tidak

    mampu, tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,

    sangat takut mengharapkan hasil yang buruk sangat takut, kaget dan

    merasa kelelahan (Videbek 2008).

    2.1.2.3 Ciri-Ciri Ansietas

    1. Ciri kognitif dari Ansietas

    Perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

    sangat waspada khawatir akan ditinggal sendiri, bercampur aduk atau

    kebingungan, sulit berkonsenterasi atau memfokuskan pikiran,

    khawatir tentang sesuatu, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan

    akan terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, ketidakmampuan dalam

    menghadapi masalah.

  • 13

    2. Ciri fisik dari Ansietas

    Sensitif, gelisah, gugup, sulit berbicara, sering buang air kecil, sulit

    tidur, jantung berdetak kencang, mulut terasa kering, merasa lemas,

    tangan dingin, muka merah, tubuh berkeringat meskipun tidak gerah,

    tubuh panas atau dingin, sakit kepala, otot tegang, sakit perut,

    kostipasi, terengah-engah atau sesak nafas (Nevid 2005).

    2.1.2.4 Tandadangejalaansietas

    Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan

    psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupategang, gelisah,

    gemetar, nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah,

    konstipasi, mual, muntah, insomnia, sulit berkonsenterasi, pucat,

    berkeringat dingin, prasangka buruk, dan berkunang-kunang, suara tidak

    stabil, sulit menelan, kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran mala

    petaka yang besar, ekspresi ketakutan, imobilisasi, hipertensi dan

    penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi

    akibat ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslager 2008).

    2.1.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi ansietas

    1. Usia

    Usia menunjukan ukuran waktu pertumbuhan dan perkembangan

    seorang individu. Usia berkorelasi dengan pengalaman, pengalaman

    berkorelasi dengan pengetahuan, pemahaman dan pandangan terhadap

    suatu penyakit atau kejadian sehingga akan membentuk persepsi dan

    sikap. Kematangan dalam proses berpikir pada individu yang berumur

    dewasa lebih memungkinkannya untuk menggunakan mekanisme

  • 14

    koping yang baik dibandingkan kelompok umur anak-anak, ditemukan

    sebagian besar kelompok umur anak cenderung lebih mengalami

    respon cemas yang berat dibandingkan kelompok umur dewasa (Liza

    2004).

    2. Dukungan Sosial

    Tidak adanya dukungan sosial dan psikologis menyebabkan seseorang

    beresiko mengalami ansietas, karena tidak ada yang membantunya

    dalam memaknai peristiwa serta menghadapi kenyataan secara lapang

    dada untuk membangkitkan harga dirinya. Pada umumnya jika

    seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap

    penyakit mental akan rendah (Wongmuba 2009).

    3. Jenis Kelamin

    Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, perempuan lebih

    cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki

    lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Seorang

    laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal

    yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan.

    Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih

    luas dibanding perempuan, karena laki-laki lebih banyak berinteraksi

    dengan lingkungan luar sedangkan, sebagian besar perempuan hanya

    tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga,

    sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapatkan

    terbatas tentang pencegahan penyakit (Liza 2004).

  • 15

    4. Kemampuan mengatasi masalah (coping)

    Setiap ada stressor penyebab individu mengalami kecemasan, maka

    secara otomatis muncul upaya untuk mengatasi dengan berbagai

    mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila

    didukung dengan kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu

    yang bersangkutan bahwa mekanisme yang digunakan dapat

    mengatasi kecemasannya. Kecemasan harus segera ditangani untuk

    mencapai homeostatis pada diri individu, baik secara fisiologis

    maupun psikologis. Kemampuan koping yang buruk atau maladaptif

    memperbesarresikoseseorangmengalamiansietas(Wongmuba 2009).

    5. Pengalaman dalam berumah tangga

    Pengalaman masa lalu dalam berumah tangga baik yang positif

    maupun negatif dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan

    menggunakan koping. Keberhasilan seseorang dapat membantu

    individu untuk mengembangkan kekuatan coping, sebaliknya

    kegagalan atau reaksi emosional menyebabkan seseorang

    menggunakan coping yang maladaptif terhadap stressor tertentu

    (Wongmuba 2009).

    6. Pendidikan

    Orang yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan

    pemahaman mereka, secara adaptif dibandingkan kelompok responden

    yang berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukan respon cemas

    berat cenderung dapat kita temukan pada responden yang

    berpendidikan rendah karena rendahnya pemahanan mereka sehingga

    membentuk persepsi yang menakutkan (Liza 2004).

  • 16

    2.1.2.6 Dampak Ansietas

    1. Gejala kognitif

    Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

    individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin

    terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah nyata

    yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara

    efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas (Hawari

    2007).

    2. Gejala suasana hati

    Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

    hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu

    yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa

    tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah

    (Hawari 2007).

    3. Gejala motorik

    Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,

    gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-

    jari kaki mengetuk ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang

    terjadi secara tiba-tiba. Gejala motorik merupakan gambaran

    rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha

    untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam

    (Hawari 2009).

  • 17

    2.1.2.7 Alat ukur ansietas

    Mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah

    tidak ada gejala, ringan, sedang, berat sekali mengunakan alat ukur

    (instrumen) yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-

    A). Alat ukur ini terdiri dari 14 gejala yaitu, perasaan cemas, yang meliputi

    firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung dan cemas.

    Ketegangan, meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,

    mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah. Gangguan tidur

    meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak,

    bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi buruk, mimpi menakutkan.

    Ketakutan meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing, ditinggal

    sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, takut pada

    kerumunan orang banyak. Gangguan kecerdasan, meliputi hilangnya

    minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan

    berubah-ubah sepanjang hari. Perasaan depresi (murung) meliputi

    hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini

    hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. Gejala somatik fisik (otot)

    meliputi sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,

    suara tidak stabil. Gejala somatik atau fisik (sensorik) meliputi tinitus

    (telinga berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa

    lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

    Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) meliputi

    takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada, denyut

    nadi mengeras, rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan, detak jantung

    menghilang (berhenti sekejap). Gejala respirasi (pernapasan) meliputi rasa

  • 18

    tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas

    pendek dan sesak. Gejala gatrointerstinal (pencernaan) meliputi sulit

    menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah

    makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual,

    muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi),

    kehilangan berat badan. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)

    meliputi sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, menjadi

    dingin), menstruasi tidak teratur. Gejala autonom meliputi mulut kering,

    berkeringat banyak pada tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan

    dingin, berkeringat seluruh tubuh. Gejala perubahan perilaku meliputi

    gelisah, ketegangan fisik, gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.

    Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,

    yang artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala, nilai 1= gejala ringan, nilai

    2= gejala sedang, nilai 3=gejala berat , nilai 4= gejala sangat berat.

    Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut

    dijumlahkan dan dari hasil penjumlah tersebut dapat diketahui derajat

    kecemasan seseorang, yaitu total nilai: kurang dari 14 = tidak ada

    kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang , 28-

    41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali.

  • 19

    2.2 Kerangka Teori

    Keterangan

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    Gambar 2.1.Kerangka Teori

    Sumber : Liza (2004), Hawari (2004)

    - Dimensia

    - Kesepian

    - Depresi

    - Ansietas

    - Perubahan sistem respirasi,

    - Perubahan sistem kadiovaskuler,

    - Perubahan sistem muskuloskeletal

    Lansia

    Perubahan Fisik

    Perubahan Mental

    Perubahan

    Psikososial

    Faktor yang

    mempengaruhi ansietas:

    - Usia

    - Pengalaman

    - Jenis kelamin

    - Dukungansosial

    - Pendidikan

    - Kemampuan

    mengatasi masalah

    Ringan Sedang Berat Panik

    - Mudah curiga,

    - menjadi pelit,

    - egois,

    - ingin tetap dihormati

  • 20

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

    kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik dengan metode observasional

    yaitu mengetahui gambaran tingkat ansietas pada lansia di Panti Darma Bakti

    Kasih Surakarta (Dharma 2011).

    3.2 Populasi dan Sampel

    3.2.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010).

    Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di Panti

    Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 52 lansia.

    3.2.2 Sampel

    Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto

    2010). Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

    teknik sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota

    populasi digunakan sebagai sampel. Jumlah sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini sebanyak 52 lansia.

    Kriteria Inklusi :

    1. Bersedia menjadi subjek penelitian.

    2. Lansia yang kooperatif

  • 21

    Kriteria Eksklusi :

    1. Lansia yang mengalami gangguan kognitif.

    2. Lansia yang mengalami gangguan mental.

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

    3.3.1 Tempat.

    Penelitian ini dilakukan di PantiWredha Dharma BaktiKasih Surakarta.

    3.3.2 Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada 9 April sampai 4 Mei 2014.

    3.4 Variabel, Definisi Operasional, danSkalaPengukuran

    Tabel 3.1 Variabel, DefinisiOperasional dan skala pengukuran.

    Nama

    Variabel

    Data

    Oprasional Indikator AlatUkur Skala

    Ansietas Merupakan

    perasaan

    kekhawatiran

    lansia yang

    tidak jelas

    penyebabnya

    1 = Tidak ada gejala.

    2 = Gejala ringan.

    3 = Gejala sedang.

    4 = Gejala berat sekali.

    Cara pengkategorian

    masing-masing

    kelompok gejala diberi

    penilaian antara 0-4

    dengan total nilai 56.

    Sehingga didapat nilai

    total :

    1. Tidak ada

    kecemasan : < 14

    2. Kecemasan ringan :

    14-20

    3. Kecemasan sedang

    : 21-27

    4. Kecemasan berat :

    28-41

    5. Kecemasan berat

    sekali : 42-56.

    Kuesioner

    Hamilton

    Rating

    Scale For

    Anxiety

    (HRS-A).

    Ordinal

  • 22

    Pengala

    man

    hidup

    berumah

    tangga

    Suatu peristiwa

    seseorang

    mengalami

    pengalaman

    baik buruk

    maupun

    menyenangkan

    1 = Tidak di urus

    keluarga.

    2 = Bercerai dengan

    pasangan.

    3 = di tinggal

    meninggal

    pasangan.

    kuesioner Nominal

    Kunjung

    an

    Keluarga

    Perhatian

    keluarga untuk

    mengunjungi

    lansia di panti

    1. >5 kali dalam satu

    tahun.

    2. 3-5 kali dalam satu

    tahun

    3. 74 tahun

    kuesioner Interval

    Jenis

    kelamin

    Perbedaan

    kelamin antara

    laki-laki dan

    perempuan

    1. Laki-laki

    2. perempuan

    kuesioner Nominal

    Pendidi-

    kan

    Tingkat

    pendidikan

    terakhir

    1. Tidak Sekolah

    2. SD

    3. SMP

    4. SMA

    5. Perguruan Tinggi

    kuesioner Ordinal

  • 23

    3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

    3.5.1 Alat Penelitian

    Alat penelitian yang digunakan pada peneltian ini yaitu dengan

    menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

    digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

    tentang hal-hal yang dia ketahui. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

    tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

    memilih (Arikunto, 2010).

    Kuesioner Ansietas. Peneliti menggunakan alat akur yaitu kuesioner

    yang berisikan manifestasi klinis kecemasan, untuk mengukur derajat

    kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali peneliti

    menggunakan alat ukur kecemasan yang di kenal dengan nama Hamilton

    Rating For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang

    masing-masing kelompok dirinci lagi dengan dengan gejala yang lebih spesifik.

    Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang

    artinya adalah: Nilai 0= tidak ada gejala, nilai 1= gejala ringan, nilai 2= gejala

    sedang, nilai 3=gejala berat , nilai 4= gejala sangat berat. Masing-masing nilai

    angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil

    penjumlah tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu Total

    nilai: kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, 14-20 = kecemasan ringan, 21-27

    = kecemasan sedang , 28-41 = kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat

    sekali.

  • 24

    3.5.1.1 Uji validitas

    Uji validitas pada penelitian ini tidak dilakukan karena HRS-A

    (Hamilton Rate Scale for Anxiety) telah diuji validitas dan relibilitas

    oleh peneliti sebelumnya. Valid berarti instrumen dapat digunakan

    untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono 2013). Validitas

    kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiaty (HRS-A) menggunakan

    Person Product Moment dengan hasil(r hitung = 0,57-0,84) dan (r tabel

    = 0,349) (Sumanto 2007).

    3.5.1.2 Uji Reliabilitas

    HRS-A merupakan alat ukur tingkat kecemasan yang sudah baku dan

    diterima internasional. Hasil koefisien reliabilitas dianggap reliabel bila

    hasil menunjukan angka (r = diatas 0,40). Reliabel berarti instrumen

    yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama

    akan menghasilkan hasil yang sama (Sugiyono 2013). Reliabilitas

    kuesioner ini menggunakan uji cronbachs alpha dengan hasil

    cronbachs alpha 0,85 dan koefisien reliabilitas total 0,79. Nilai uji

    tersebut lebih besar dari 0,40 hal ini menunjukan bahwa HRS-A cukup

    valid dan reliabel digunakan sebagai instrumen penelitian (Komalasari

    2012 dalam wiliam 2005).

    3.6 Cara Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara mengajukan surat

    studi pendahuluan ke bagian STIKES Kusuma Husada Surakarta. Setelah itu

  • 25

    peneliti melakukan studi pendahuluan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih.

    Sebelumya peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, kemudian peneliti

    memberi tahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberikan informed

    consent. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini dengan memberikan

    kuesioner dan memberikan beberapa pertanyaan, yang harus dijawab oleh

    responden. Selama pengisian kuesioner responden didampingi oleh peneliti,

    sehingga jika ada butir pertanyaan yang tidak jelas bisa ditanyakan langsung

    kepada peneliti. Sebelum kuesioner dikumpulkan, peneliti memeriksa kembali

    untuk setiap jawaban pertanyaan agar tidak ketinggalan dan sesuai petunjuk

    pengisian. Pengumpulan data pada penelitian ini untuk tingkat kecemasan dengan

    mengunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A).

    3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

    3.7.1 Teknik Pengolahan Data

    Peneliti melakukan beberapa tahap dalam pengolahan data meliputi

    pengecekan data (editing), pemberian kode data (coding) dan pemprosesan

    data (entering).

    1. Pengecekan data (editing)

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

    diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

    pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

  • 26

    2. Pemberian kode data (coding)

    Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

    yang terdiri atas beberapa katagori. Pemberian kode ini sangat penting bila

    pengelolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

    pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku

    (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu

    kode dari suatu variabel, dalam penelitian ini yang dilakukan coding

    adalah :

    a. Ansietas, kode 1 : 1. Tidak ada kecemasan, kode 2: 2 kecemasan

    ringan, kode 3: 3 kecemasan sedang, kode 4: 4 kecemasan berat, kode

    5: 5 kecemasan berat sekali.

    b. Pengalaman hidup berumah tangga, kode 1 : 1. Tidak di urus

    keluarga, kode 2 : 2. Bercerai dengan pasangan, kode 3 : 3. di tinggal

    meninggal pasangan.

    c. Kunjungan keluarga, kode 1 : 1. > 5 kali dalam satu tahun, kode 2 : 2.

    3-5 kali dalam satu tahun, kode 3 : 3. 75 tahun.

    f. Pendidikan, kode 1: 1 Tidak Sekolah, kode 2 : 2. SD, kode 3: 3. SMP,

    kode 4: 4. SMA, kode 5 : 5. Perguruan Tinggi.

  • 27

    3. Pemprosesan data (entering)

    Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

    dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi

    frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

    3.7.2 Analisa Data

    Analisis data menggunakan analisis univariat adalah analisis yang

    menggambarkan karaktristik setiap variabel (Sugiyono 2013). Variabel

    pengalaman hidup rumah tangga, kunjungan keluarga, jenis kelamin dan

    pendidikan dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi

    dengan ukuran persentase atau proporsi.

    3.8 Etika Penelitian

    Etika penelitian dalam penelitian ini antara lain :

    3.8.1 Informed consent

    Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti

    dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

    diberikan senelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

    persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

    subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya.

    Subjek bersedia, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan.

    Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

  • 28

    3.8.2 Anonymity (tanpa nama)

    Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

    dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

    mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

    menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

    akan disajikan.

    3.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)

    Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

    kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

    lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

    oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

    riset (Hidayat 2007).

  • 29

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Bab ini diuraikan hasil penelitian tentang gambaran tingkat ansietas pada

    lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Data yang diperoleh selama

    penelitian yang dilakukan selama 28 hari yaitu dari tanggal 7 April 2014 sampai 4

    Mei 2014. Responden diberi kuesioner, pada saat pengisian kuesioner responden

    didampingi oleh peneliti. Pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian dilakukan

    langsung oleh peneliti.

    4.1.Karakteristik responden

    4.1.1 Umur

    Tabel 4.1 karakteristik responden dilihat dari umur

    Umur Frekuensi Persentase (%)

    60 - 74 tahun 32 61.5

    >74 tahun 20 38.5

    Total 52 100

    Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa sebagian besar responden

    berumur 60-74 tahun yaitu sebesar 61,5%.

    4.1.2 Jenis Kelamin.

    Tabel 4.2 karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin

    Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

    (%)

    Laki-laki 24 46.2

    Perempuan 28 53.8

    Total 52 100

  • 30

    Tabel 4.2 memberikan informasi bahwa sebagia besar responden

    berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53,8%.

    4.1.3 Pengalaman hidup berumah tangga

    Tabel 4.3. Karakteristik responden dilihat dari pengalaman

    hidup berumah tangga.

    Pengalaman frekuensi persentase

    (%)

    tidak diurus keluarga 27 51.9

    bercerai dengan pasangan 2 3.8

    Ditinggal meninggal

    pasangan

    23 44.2

    Total 52 100

    Tabel 4.3 menggambarkan bahwa sebagian besar responden tidak

    diurus keluarga yaitu sebesar 51,9%.

    4.1.4 Kunjungan keluarga

    Tabel 4.4 karakteristik responden dilihat dari kunjungan keluarga

    Kunjungan Frekuensi Persentase

    (%)

    >5 kali dalam satu tahun 16 30.8

    3-5 kali dalam satu tahun 23 44.2

  • 31

    Tabel 4.5 mengambarkan bahwa sebagian besar responden

    berpendidikan SMP yaitu sebesar 46,2%.

    4.1.6 Kecemasan

    Tabel 4.6 karakteristik responden dilihat dari kecemasan

    Kecemasan Frekuensi Persentase

    (%)

    Tidak cemas 8 15.4

    Cemas ringan 19 36.8

    Cemas sedang 22 42.3

    Cemas berat 3 5.8

    Total 52 100

    Tabel 4.6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden

    mengalami kecemasan sedang yaitu sebesar 42,3%.

  • 32

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan

    penelitian. Pembahasan penelitian ini memaparkan secara lebih rinci interpretasi

    dan diskusi hasil penelitian ini merujuk kepada hasil penelitian, tujuan literatur

    dan juga penelitian yang ada sebelumnya serta keterbatasan penelitian.

    5.1 Usia.

    Hasil penelitian menunjukan mayoritas usia responden yang paling

    banyak berumur 60-74 tahun dengan prosentase (61,5%) . Lansia berusia 60-

    74 tahun lebih banyak mengalami kecemasan karena pada usia ini mereka

    memasuki tahap awal sebagai lansia, mereka memerlukan penyesuaian yang

    lebih terhadap perubahan-perubahan baik fisik maupu kognitif yang terjadi

    pada diri mereka. Seseorang yang berusia 60-74 tahun digolongkan pada usia

    lanjut yang berarti usia pertengahan atau usia madya, pada usia pertengahan

    seseorang dalam periode kehidupanya telah kehilangan kejayaan masa

    mudanya. Secara biologis proses penuaan secara terus menerus yang ditandai

    dengan menurunya daya tahan tubuh. Usia pertengahan adalah suatu masa

    dimana seseorang dapat merasa puas dengan keberhasilanya, tetapi bagi

    sebagian orang periode ini adalah permulaan kemunduran (Handayani 2009).

    Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian terdahulu

    bahwa jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-

    74 tahun yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan

  • 33

    maupun gangguan depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang

    menurun dan lemah ini membuat presentase penderita kecemasan terbanyak

    pada lansia yang berusia 60-74 tahun, sedangkan pada usia 75-90 tahun

    jumlahnya relatif lebih kecil (Wahyu 2010). Lansia yang berusia lebih dari

    75 tahun lebih bisa ikhlas menjalani kehidupan, lebih pasrah dalam

    menghadapi berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-

    perubahan yang terjadi pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia

    seseorang semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta

    kemampuan dalam menghadapi berbagai persoalan (Handayani 2009).

    Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin siap pula dalam

    menerima cobaan, semakin bertambahnya usia seseorang berdasarkan teori

    penuaan menyebabkan terjadinya penurunan dari intelektualitas yang

    meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut

    menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk.,

    2008). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses menua

    sering menimbulkan beberapa dampak bagi lansia diantaranya perubahan

    tingkah laku, sensitifitas emosional meningkat serta menimbulkan

    kecemasan sedangkan dari perubahan-perubahan yang timbul sebagai

    dampak proses menua lansia dituntut untuk menyesuaikan diri secara

    emosional.

    Penyesuaian emosional terhadap penuaan pada dasarnya merupakan

    perluasan dari penyesuaian yang telah di lakukan individu terhadap

    perubahan-perubahan dalam hidupnya. Penyesuaian individu terhadap

  • 34

    penuaan dapat berupa tindakan konstruktif dan destruktif . Tindakan secara

    konstruktif individu akan termotivasi untuk belajar mengadakan penyesuaian

    terhadap perubahan yang tidak menyenangkan dan terfokus pada

    kelangsungan hidup. Tetapi sebaliknya tindakan yang bersifat destruktif

    individu akan bertingkah laku maladaptif dan disfungsional (Seteti 2007).

    5.2 Jenis Kelamin

    Berdasarkan jenis kelamin tingkat kecemasan paling banyak pada

    perempuan 28 responden (53,8%). Prevalensi tingkat kecemasan pada lansia

    yang menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki

    disebabkan oleh perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang sering

    menempatkan perempuan sebagai subordinat lelaki. Perempuan lebih banyak

    menderita kecemasan karena adanya karakteristik khas perempuan, seperti

    siklus reproduksi, monopuse, menurunnya kadar estrogen. Faktor sosial

    seperti terbatasnya komunitas sosial, kurangnya perhatian keluarga,

    tanggung jawab perempuan untuk urusan rumah tangga (memasak, mencuci,

    dan lain-lain) dan mengurus suami yang harus dilakukan sampai usia lanjut,

    perempuan lebih mudah merasakan perasaan bersalah, cemas, peningkatan

    bahkan penurunan nafsu makan, gangguan tidur (Mui 2012).

    Angka kejadian kecemasan yang lebih tinggi pada lansia berjenis

    kelamin perempuan dapat dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain faktor

    biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Faktor biologis yang berperan

    adalah perubahan hormonal dimana pada tahap ini lansia perempuan sudah

  • 35

    mengalami menopouse dan terjadi penurunan produksi hormon estrogen dan

    progresteron. Penurunan kedua hormon ini dapat menimbulkan keluhan

    seperti menurunya gairah seksual, merasakan khawatir. Keluhan tersebut

    dapat membuat lansia perempuan merasa tidak menarik, tidak produktif dan

    kurang percaya diri sehingga hal-hal ini dapat memicu terjadinya kecemasan.

    Faktor psikologis dan sosial dipengaruhi oleh berbagai peristiwa dalam

    kehidupan lansia perempuan, perempuan lebih sering kehilangan pasangan

    hidup dimasa tuanya, kehilangan sumber penghasilan dan mengalami

    perubahan lingkungan hidup setelah menjadi janda, kehilangan anak-

    anaknya yang memilih hidup terpisah dengan lansia. Hal ini dapat

    mengakibatkan lansia kehilangan dukungan keluarga secara psikologis,

    sosial maupun ekonomi (Mui 2012).

    Selain itu berkaitan dengan kecemasan pada lansia laki-laki, lansia

    laki-laki lebih relatif rendah mengalami tingkat kecemasan karena lansia

    laki-laki lebih aktif, eksploratif dibandingkan dengan lansia perempuan yang

    lebih cemas dengan ketidakmampuanya, lebih sensitif pada saat hormon

    estrogen merangsang reseptor diotak,saat hormon berflukrasi sensitifitas

    serotin otak berubah sehingga pada saat estrogen rendah perempuan merasa

    cemas (Jaya 2010). Hasil penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian

    terdahulu menyatakan Berdasarkan jenis kelamin, tingkat kecemasan paling

    banyak terdapat pada perempuan sebesar 88,9% (16 lansia) yang terdiri dari

    7 lansia dengan kecemasan ringan, 7 lansia kecemasan sedang dan 2 lansia

    kecemasan berat (Soemantri 20012).

  • 36

    5.3 Pengalaman Hidup Berumah Tangga

    Berdasarkan pengalaman responden yang terdiri dari tidak diurus

    keluarga, bercerai dengan pasangan dan ditinggal meninggal pasangan

    diperoleh hasil paling banyak responden mempunyai pengalaman hidup

    tidak diurus keluarga sebanyak 27 responden (51,9%). Hasil penelitian ini

    bahwa tidak dirawat keluarga merupakan faktor yang meningkatkan tingkat

    kecemasan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta, hal ini

    dikarenakan, kurangnya waktu dari pihak keluarga untuk memberi perhatian,

    sehingga lansia tersebut akan di tempatkan di panti. Namun keputusan

    keluarga menpempatkan orang lanjut usia di panti belum tentu diterima oleh

    lansia tersebut. Lansia yang tinggal di panti akan mengalami perubahan

    sosial dalam kehidupan sehari-hari. Apabila lansia tersebut tidak segera

    mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan berusaha menjalin

    hubungan dengan orang lain yang seusia. Kecemasan akan muncul,

    kecemasan yang berkepanjangan tidak menutup kemungkinan lansia akan

    mengalami keputusasaan.

    Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

    mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia

    antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan

    meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta

    memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia

    (Maryam dkk., 2008). Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak

  • 37

    cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain

    sangat berarti (Jaya 2010). Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan

    dari anggota keluarga karena banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat

    atau alkohol dan ketidaksetujuan terhadap agama, orientasi seksual, pilihan

    terhadap pasangan pernikahan, masalah keturunan, atau masalah bisnis.

    Pengasingan dari cucu dan cicit dapat sangat menyakitkan. Seiring dengan

    waktu, lansia dapat merindukan untuk membina ikatan keluarga yang pecah

    tahun-tahun sebelumnya. Dukungan dari keluarga merupakan unsur

    terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada

    dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi

    masalah yang akan terjadi akan meningkat(Stockslager dan Liz, 2007).

    Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu

    menyatakan sebanyak 23 responden (71,9%) yang masih mempunyai

    keluarga, namun walaupun masih mempunyai keluarga para lansia tersebut

    harus tinggal di panti baik karena ketidakcocokan dengan keluarga ataupun

    keluarga yang sangat sibuk dengan segala kegiatanya. Keberadaan keluarga

    di masa-masa lanjut usia merupakan bagian yang sangat diharapkan

    kebanyakan orang, namun dengan perubahan-perubahan yang dialami oleh

    lansia baik fisik maupun mental membawa dampak dimana orang lanjut usia

    tidak dapat lagi tinggal bersama keluarga baik itu sengaja maupun tidak

    sengaja (Siahaan 2012).

  • 38

    5.4 Kunjungan Keluarga

    Berdasarkan faktor kunjungan keluarga lansia yang di kunjungi

    keluarga 3-5 kali dalam satu tahun sebanyak 23 responden (44,2%). Bahwa

    harapan dapat memberikan kekuatan dan motivasi kepada individu untuk

    mencapainya serta membantu mereka dalam menghadapi berbagai stres

    kehidupan (Townsend 2009). Harapan lansia di hari tuanya agar anak-

    anaknya tetap menghormati, menghargai dan menyayangi lansia tersebut,

    melalui sikap patuh anak terhadap orang tua itu merupakan hal yang dapat

    membahagiakan perasaan lansia, bila anak bisa membuatnya senang maka

    lansia tersebut yakin bisa panjang umur (Syama 2013).

    Hal ini sejalan dengan penelitian yang terdahulu yang

    mengemukakan bahwa lansia membutuhkan lingkungan yang mengerti dan

    memahami mereka. Lanjut usia membutuhkan teman yang sabar, yang

    mengerti dan memahami kondisinya. Mereka membutuhkan teman ngobrol,

    membutuhkan dikunjungi keluarga, sering disapa dan didengar nasehatnya.

    Lanjut usia juga membutuhkan rekreasi, silahturahmi kepada kerabat dan

    masyarakat, seiring dengan terwujudnya harapan-harapan lansia tersebut

    tentu akan berdampak positif terhadap meningkatnya harga diri para lansia

    (Setiti 2007).

    5.5 Pendidikan

    Berdasarkan status pendidikan, paling banyak terdapat pada tingkat

    pendidikan SMP sebesar 24 responden (46,4%). Hasil penelitian ini sesuai

    dengan hasil penelitian terdahulu bahwa sebesar 56,4% responden

  • 39

    berpendidikan SMP dari hasil penelitian yang saya teliti ternyata tingkat

    pendidikan rendah dan tinggi tidak ada hubunganya dengan peningkatan

    kecemasan, tetapi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseornag

    semakin cepat seseorang untuk menerima pengetahuan atau informasi

    (Syama 2013). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang

    dikemukakan sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini tidak

    semua responden dengan tingkat pendidikan rendah kecemasanya

    meningkat. Bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah

    berpengetahuan rendah pula, karena peningkatan pengetahuan seseorang

    tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari

    sumber informasi (Syama 2013).

    5.6 Tingkat Kecemasan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta.

    Jumlah penghuni Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta yang

    diteliti sebanyak 52 responden. Hasil penelitian mengenai tingkat kecemasan

    dengan alat ukur Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Pada

    penelitian ini didapatkan hasil responden yang tidak mengalami kecemasan

    15,4%, kecemasan ringan 36,5%, kecemasan sedang 42,3%, kecemasan

    berat 5,8%.

    Hasil penelitian di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta,

    menyimpulkan banyak lansia mengalami kecemasan katagori sedang.

    Berdasarkan observasi dan wawancara didapatkan hasil bahwa sebagian

    besar lansia tidak memiliki banyak aktivitas, kehilangan peran sosial dan

    hidup terpisah dengan keluarga. Lansia mengatakan sering terbangun pada

    malam hari, tidur tidak nyenyak, merasakan kaku-kaku di otot-otot, sering

  • 40

    berkemih, keluar masuk tempat tidur, duduk bersama-sama tapi saling diam

    asik dengan perasaan masing-masing, jika berbicara dengan temanya mudah

    tersinggung, mudah berkeringat.

    Kecemasan dalam katagori sedang dimana kecemasan tidak begitu

    menganggu atau menghambat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masih

    dapat menjalani aktivitas sehari-hari. Usaha-usaha yang dilakukan lanjut usia

    seperti mengikuti doa bersama yang diadakan oleh pihak panti dan kegiatan-

    kegiatan keagamaan yang lainya. Para lanjut usia juga menerima dan

    menyadari bahwa usia lanjut berarti penurunan kondisi fisik dan kesehatan

    seseorang, sehingga lansia terhindar dari kecemasan yang lebih berat.

    Tanda-tanda kecemasan sedang yaitu respon fisik ditandai dengan

    ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai

    berkeringat,sering mondar-mandir dan gerakan memukulkan tangan, suara

    berubah dan gemetar dengan nadi suara tinggi,kewaspadaan dan ketegangan

    meningkat,sering berkemih,sakit kepala, pola tidur berubah dan punggung

    terasa nyeri. Respon kognitif berupa lapang persepsi menurun dan

    penyelesaian masalah menurun. Respon emosional dengan tanda dan gejala

    tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri berubah, tidak sabar dan

    masih bisa merasakan gembira (Videbek 2008).

    Kecemasan merupakan respon terhadap kondisi stres atau konflik.

    Rangsangan berupa konflik baik yang datang dari luar maupun dalam diri

    sendiri. Hal ini akan menimbulkan respon dari sistem syaraf yang mengatur

    pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul

    perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah

    maupun alat-alat gerak. Selain itu juga dapat memicu sistem simpatis sebagai

  • 41

    mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini menutup arteri-arteri yang mengalir

    ke organ-organ yang tidak esensial untuk pertahanan. Sistem simpatis ini

    mempersiapkan tubuh untuk menghadapi kondisi darurat dan bahaya

    (Ratih 2010).

    Individu yang mengalami kecemasan akan mengakibatkan

    perubahan-perubahan fisiologis dari sistem endokrin. Hal ini akan

    menyebabkan peningkatan kerja dari simpatik dan parasimpatik susunan

    syaraf otonom. Gangguan inilah yang akan menyebabkan terjadinya

    perubahan aktivitas metabolik didalam tubuh, seperti sering mengeluh buang

    air kecil, keringat dingin, berdebar-debar, sakit kepala dan sesak nafas (Ratih

    2010).

    5.7 Keterbatasan Penelitian

    Peneliti mempunyai keterbatasan dalam penelitian yang sudah

    dilakukan yaitu pada saat pengisian kuesioner, peneliti kurang

    berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa yang baik dan benar

    karena keterbatasan tersebut peneliti harus mengkomunikasikan berulang-

    ulang. Selain hal itu lansia sering mengalami perubahan mood sehingga

    pengumpulan data tidak dapat dilakukan dalam satu waktu dan peneliti

    kembali pada hari berikutnya.

  • 42

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    6.1.1 Usia responden yang paling banyak yaitu 60-74 tahun (61,5%), jenis

    kelamin yang paling banyak yaitu perempuan (53,8%), pengalaman

    Dalam Berumah Tangga paling banyak responden yang tidak diurus

    keluarga sebesar (51,9%), kunjungan Keluarga 3-5 kali dalam satu

    tahun sebesar (44,2%), tingkat Pendidikan responden paling banyak

    SMP (46,2%).

    6.1.2 Lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta mengalami

    ansietas sedang sebesar (42,3%).

    6.2 Saran

    6.2.1. Bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta

    Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan yang positif

    khususnya bagi pihak panti untuk memberikan penyuluhan kepada

    keluarga lansia bahwa lansia di panti tidak hanya sekedar kebutuhan

    fisiknya saja, tetapi kebutuhan psikologisnya juga harus diperhatikan.

    6.2.2. Institusi Pendidikan

    Kiranya hasil penelitian ini dapat berguna dan bisa diaplikasikan

    dalam proses belajar mengajar.

  • 43

    6.2.3. Peneliti Selanjutnya

    Peneliti selanjutnya kiranya dapat menggali lebih jauh mengenai

    faktor-faktor ansietas dan bisa membandingkan gambaran tingkat

    ansietas pada lansia di panti dengan lansia yang berada di komunitas.

    6.2.4. Bagi perawat

    Diharapkan bagi perawat agar lebih dekat dengan lansia dan

    dapat saling berkomunikasi dan bertukar pengalaman sehingga asietas

    yang dialami lansia berkurang bahkan tidak mengalami ansietas.

  • 44

    DAFTAR PUSTAKA.

    Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Edisi revisi

    2010), Rineka Cipta : Jakarta.

    Bandiyah, S 2009, Lanjut Usia Dan Keperawatan Gerontik. Nuhamedika :

    Yogjakarta . hal 23-25.

    Boky Harfika, Ni Wayan Mariati, Jimy Maryono. 2013. Gambaran Tingkat

    Kecemasan Pasien Dewasa Terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di

    Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal ; Program

    Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi . hal. 1-7

    Dharma, Kelana, Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur

    : CV Trans Info Media.

    Efendi, F. Mahfudin 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba

    Medika. Hal 32-35.

    Fredy,W,Setya, Ranni, S, Merli 2006, Persepsi Terhadap Kematian dan Kecemasan

    Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal ; Fakultas Psikologi

    Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

    Handayani,2009, Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Pada

    Usia (60-74 tahun) di Panti Wredha Rindang Asih Ungaran. Jurnal; Tesis

    Universitas Diponegoro.

    Hawari, Dadang 2006, Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta : FKUI.

    Hidayat A, 2007, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

    Jakarta. Salemba Medika.

    Jaya,Hasrat,& Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik. Catatan ke 3. Pustaka As

    Salam: Jakarta.

    Juniarti, N, Eka, S, & Damayanti, A. 2008; Gambaran Jenis Dan Tingkat Kesepian

    Pada Lansia di Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang Ciparay

    Bandung, Skripsi, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, hal 3.

    Kristyaningsih, D 2011 ; Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

    Depresi Pada Lansia; Jurnal Keperawatan, Volume 1; No; 1,Januari 2011-

    Desember 2011.hal 21-23.

    Liza, Sri 2004, Tingkat Kecemasan Pasien yang Menghadapi Operasi Sesar. Jakarta

    : UI.

    Maryam,SR,dkk.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta; Salemba

    Medika.

  • Mui,M, Oktaviani,2012 Gambaran Depresi Pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

    Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Jurnal; Fakultas Kedokteran

    Universitas Tanjungpura Pontianak.

    Nevid J. Ratus S. Greene B. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga.hal 34-35

    Ratih,P,Pratiwi,2010, Efektivitas Metode Yoga-Pilates Untuk Menurunkan

    Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan Pertama. Jurnal ;

    Program Studi Psikologi Negri Malang.

    Sarfika, R 2012, Pengaruh Terapi Kognitif dan Logoterapi Terhadap Depresi,

    Ansietas, Kemampuan Mengubah Pikiran Negatif dan Kemampuan

    Memaknai Hidup Klien DM. Tesis, FIP Universitas Indonesia.hal 1-278

    Seteti,S,G, 2007, Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Keterbatasan (Studi Kasus Pada

    Lima Wilayah di Indonesia). Jakarta : Puslitbang Kesejahteraan Sosial.

    Siahaan,R, Lestari,2012, Evaluasi Pelaksanaan Program Pelayanan Lansia di Unit

    Pelaksanaan Teksisi Tuna Rungu Wicara dan Pelayanan sosial. Jurnal

    Syamani, 2013, Studi Fenomenologi Tentang Pengalaman Dalam Menghadapi

    Perubahan Konsep Diri, Harga Diri Rendah Pada Lansia di Kecamatan Jekan

    Raya Kota Palangkaraya. Jurnal; Jurusan Keperawatan, Poltekes

    Palangkaraya.

    Soemantri, B, Lestari, R & Triambadha PV 2012; Pengaruh Terapi Mengenang

    Masa Lalu (Reminiscence Therapy) Terhadap Penurunan Tingkat

    Kecemasan Pada Lansia di Panti Wredha Pangesti Lawang.hal 30-32.

    Stocks lager, Jaimil, L dan Lizschaeffer. 2008. Asuhan Keperawatan Gerontik.

    Jakarta : EGC. Hal. 1-883

    Subandi, Lestari R & Suprianto T 2013. Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap

    Penurunan Tingkat Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

    Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan.hal 20-24.

    Sunartyasih R, Linda B 2013; Hubungan Kendala Pelaksanaan Posbindu Dengan

    Kehadiran Lansia di Posbindu Rw 08 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibubur

    Kota Bandung, Jurnal Stikes Santo Borromeus,Vol 3,No 1,2013, hal 59.

    Titus Irto, Rachman Watief A, Arsyad Rahman. 2005. Gambaran Perilaku Lansia

    Terhadap Kecemasan di Panti Sosial Tresna Wredha Theodoro Makasar ;

    Jurnal. FKM Unhas Makasar. Hal 1-9.

    Townsed,Mary,C, 2009, Psychiatric Mental Health Nursing.Concepts Of Care in

    Evidance, Based Practice, Ed.16,F,A. Davis Com Pany, Philadelphia USA.

    Videbeck, LS 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.hal 308.

  • Wahyu,Wiyono & Arif Widodo,2010, Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan

    Kecenderungan Insomnia Pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bakti

    Surakarta. Jurnal ; Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.