amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas...

26
MENINGKATNYA KRIMINALITAS ANAK DI WILAYAH SURABAYA DISUSUN OLEH : AMANDA AYU C 104 704 011 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMPKN S1 ILMU HUKUM 2012

Transcript of amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas...

Page 1: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

MENINGKATNYA KRIMINALITAS ANAK DI WILAYAH SURABAYA

DISUSUN OLEH :

AMANDA AYU C 104 704 011

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PMPKN

S1 ILMU HUKUM

2012

Page 2: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

MENINGKATNYA KRIMINALITAS ANAK DI WILAYAH SURABAYA

DISUSUN OLEH :

AMANDA AYU C 104 704 011

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PMPKN

S1 ILMU HUKUM

2012

ii

Page 3: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………… i

HALAMAN SAMPUL ………………………………. ii

DAFTAR ISI ………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang ………………………………. 1

1.2 Fokus Penelitian ………………………………. 4

1.3 Rumusan Masalah ………………………………. 4

1.4 Tujuan Penelitian ………………………………. 5

1.5 Manfaat Penelitian ………………………………. 5

1.6 Metode Penelitian ………………………………. 5

1.6.1 Pendekatan Penelitian ………………………………. 5

1.6.2 Subjek Penelitian ………………………………. 6

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data ………………………………. 6

1.6.4 Analisa Data ………………………………. 6

1.6.5 Lokasi Penelitian ………………………………. 6

1.7 Sistematika Pembahasan ………………………………. 6

BAB II TELAAH PUSTAKA 8

2.1 Pengertian Anak ………………………………. 8

2.2 Pengertian Kriminalitas ………………………………. 9

BAB III METODE PENELITIAN 13

DAFTAR PUSTAKA 15

iii

Page 4: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tren kejahatan anak di Kota Surabaya tidak hanya meningkat dalam hal jumlah, jenis

kejahatan yang mereka lakukan pun semakin berani dan berisiko tinggi. Jika kita

membandingkan dengan keadaan sebelum sekarang, perilaku menyimpang anak-anak tidak

terlalu meresahkan masyarakat luas. Dalam artian, perilaku menyimpang yang mereka lakukan

hanya pencurian kecil atau kenakalan yang dilakukan oleh mereka karena kurang sentuhan

pendidikan serta perhatian dari lingkungan mereka. Namun, kini kecenderungan semacam itu

sudah jauh berubah. Keinginan untuk melakukan tindakan kriminal bisa cepat merambah anak-

anak dengan berbagai latar belakang. Sebagai kota besar, angka kejahatan anak di Surabaya

memang jauh lebih tinggi daripada kota lain di Jawa Timur. Hal ini dapat terlihat dari tingginya

frekuensi tingkat kriminalitas dari tahun ke tahun. Tingginya frekuensi tingkat kriminalitas

disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat dengan

teori Enrico Ferri (2011 : 51) yang menyatakan :

Tiap-tiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu,fisik, dan sosial yang dapat digambarkan sebagai berikut: kejahatan = individu + sosial + fisik. Individu dapat dipecah menjadi bakat dan lingkungan, sedangkan sosial adalah lingkungan manusia dan fisik adalah lingkungan alam, sehingga penggambarannya menjadi: kejahatan = bakat + lingkungan + lingkungan. Oleh Ferri bakat diartikan sebagai bakat jahat. Meskipun ferri mengakui pengaruh lingkungan terhadap kejahatan, namun bagi Ferri faktor yang menentukan terjadinya kejahatan adalah tetap bakat, sedangkan lingkungan hanyalah memberikan bentuk kejahatan.

Tingginya frekuensi tingkat kriminalitas di Surabaya dapat terlihat dari data yang dimiliki Polda

Jawa Timur. Selama tahun 2011 tercatat 132 anak di Jawa Timur yang harus berhadapan dengan

hukum. Dari jumlah tersebut, Surabaya mendominasi dengan 62 kasus. Kasus terbanyak adalah

kasus persetubuhan (44 kasus), kemudian diikuti pencurian dengan pemberatan (29 kasus), serta

Page 5: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

pencurian biasa (12 kasus). Berdasar keterangan Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP

Farman, untuk kejahatan anak dilihat dari sisi kuantitas maupun kualitas memang terjadi

2

peningkatan. Beliau mengatakan bahwa faktor utama yang mendorong anak-anak tersebut

terlibat dalam kriminalitas adalah dorongan dari lingkungan pertemanannya.1 Motivasi mereka

untuk berbuat kejahatan hanyalah untuk bersenang-senang. Padahal, perbuatan mereka telah

meresahkan masyarakat luas dan mereka dapat disebut sebagai anak yang berkonflik dengan

hukum. Dikatakan sebagai anak yang berkonflik dengan hukum apabila perbuatan mereka telah

sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum

berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Di Jawa Timur, khususnya Surabaya, anak yang berkonflik dengan hukum sangat

memprihatinkan. Angka kejahatan seperti pencurian yang dilakukan anak-anak di Surabaya

setiap tahun berjumlah sekitar 7.000 anak. Sembilan dari sepuluh anak-anak ini akhirnya

menginap di hotel prodeo (penjara atau rumah tahanan) karena pada umumnya anak yang

berhadapan dengan hukum tidak mendapat dukungan dari pengacara maupun pemerintah (dalam

hal ini dinas sosial).2

Dalam hukum positif Indonesia, masalah anak di bawah umur yang melakukan tindakan

kriminal tidak begitu tegas diatur. Dalam artian, apa yang seharusnya diperlakukan bagi mereka

dan bagaimana sistem penahanan serta penyidikan yang diberikan kepada anak-anak juga belum

diatur dalam hukum. Dalam KUHP hanya ada 3 pasal yang mengatur bila seseorang dibawah

umur melakukan tindak pidana. Namun, apa yang tercantum dalam KUHP hanyalah berupa

proses penghukuman bila seorang anak telah melakukan tindak pidana, sedangkan proses

penyidikannya tidak diatur sama sekali. Maka itulah lahir Undang-Undang No 23 tahun 2002

tentang Perlindungan Anak serta Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak yang nantinya akan memberikan payung hukum bagi mereka yang telah melakukan

tindak pidana (dalam hal ini adalah kriminalitas).

1 Dite Surendra. 6 Februari 2012. Kriminalitas Anak Surabaya Yang Semakin Berani. Metropolis. Hlm.352 Supeno, Hadi. 2010. Kriminalisasi Anak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Page 6: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

Meningkatnya frekuensi kriminalitas pada anak-anak di Surabaya disebabkan karena tidak

adanya kesadaran secara maksimal pada aparat penegak hukum untuk melaksanakan aturan

3

mengenai perlindungan anak sehingga tidak lahir kepastian hukum bagi mereka apakah mereka

harus berurusan dengan hukum atau tidak. Selain itu, tidak adanya kesadaran pada orangtua serta

masyarakat untuk memberi peringatan tentang resiko yang harus mereka hadapi setelah

melakukan tindakan tersebut. Sehingga anak-anak tersebut mampu melakukan tindakan kriminal

kembali.

Berdasar pernyataan yang dikemukakan oleh Henny Handriati selaku Kepala Bidang Hak Asasi

Manusia Kementerian Hukum dan Ham Kanwil Jawa Timur, meningkatnya frekuensi

kriminalitas anak di Surabaya juga disebabkan karena tidak adanya proporsionalitas perlakuan

aparat penegak hukum kepada mereka. Aparat penegak hukum memberikan perlakuan yang

sama layaknya orang dewasa yang sedang dipenjarakan. Padahal, anak-anak tersebut seharusnya

diberi perlakuan khusus untuk memberikan penyadaran agar perbuatan mereka tidak terulang

kembali. Dengan adanya tindakan seperti itu, jelaslah tidak ada payung hukum bagi anak-anak

yang melakukan perbuatan kriminal. Sehingga, mereka dapat bebas mengulangi perbuatannya

kembali. 3

Perbuatan kriminal yang dilakukan oleh anak-anak itu juga dapat didasarkan bahwa mereka

dengan sengaja ingin melanggar norma hukum yang telah berlaku. Hal ini juga sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh Sutherland (Soedjono Dirdjosisworo, 1994: 108-143):

bahwa perilaku kriminal itu dipelajari melalui asosiasi yang dilakukan dengan mereka yang melanggar norma-norma masyarakat termasuk norma hukum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak hanya teknik kejahatan sesungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan rasionalisasi yang nyaman yang memuaskan bagi dilakukannya perbuatan-perbuatan anti sosial.

Berikut adalah salah satu bukti adanya tindak kriminalitas pada anak yang tanpa melihat status

sosial di masyarakat: GA (nama disamarkan) semasa bersekolah di SMPN 29 Surabaya, ia mulai

brutal dan tidak pernah pulang ke rumah. Ia bersama kawan-kawannya sering mencuri uang di

3 Syahid Latif, Tudji Martudji. 2012. Kriminalitas Anak di Jatim Kategori Tinggi (online).http:viva news-kriminalitas-anak-di-jatim-kategori-tinggi.htm.(diakses 24 Desember 2012 pk 2:49 pm)

Page 7: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

kantin sekolah saat kantin telah sepi. Kemudian uang tersebut mereka gunakan untuk membeli

sabu-sabu di salah satu

4

Bandar narkoba. Mereka berkenalan dengan Bandar narkoba tersebut saat mereka membolos

sekolah yang mana sekolah mereka tak jauh dari tempat kolong jembatan. Akhirnya, GA

bersama kawan-kawannya ketagihan untuk membeli “barang haram” tersebut dan membuat

mereka tidak pernah pulang ke rumah. GA melakukan tindak kriminal tersebut dikarenakan ia

merasa kesepian di rumah (karena GA adalah anak tunggal). Ia selalu dituntut untuk menjadi

“yang terbaik” di sekolahnya. Selain itu, GA selalu menjadi obyek pembanding dengan kakak

sepupunya yang berhasil masuk STAN. GA juga tidak diperbolehkan pacaran. Orangtua GA

ingin GA selalu menomorsatukan sekolah. Namun, keadaan itu membuat GA menjadi tertekan

dan akhirnya bersikap brutal. Padahal, apabila melihat kehidupan perekonomian GA, GA

merupakan anak yang tergolong berada di sekolahnya.

Melihat kasus diatas, maka penting bagi orangtua, masyarakat maupun aparat penegak hukum

untuk turut serta meminimalisir tingkat kriminalitas pada anak-anak. Penelitian ini diangkat

karena untuk meminimalisir tingkat kriminalitas anak-anak di Surabaya. Dimana yang

diperlukan seorang anak untuk menjauhkan dirinya dari tindakan kriminal adalah penyediaan

lingkungan yang kondusif yang memungkinkan seorang anak dapat berkembang secara wajar.

Selain itu, apabila merujuk pada kasus yang dialami oleh GA dan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Carl Rogers (2010 : 170) bahwa pendidikan bukanlah proses pembentukan,

tetapi suatu proses menjadi, yaitu proses menjadi manusia yang berpribadi.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini akan memfokuskan pada penyebab meningkatnya kriminalitas anak di

wilayah Surabaya.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan, rumasan masalah yang diajukan adalah :

1. Bagaimana peran serta orangtua dalam meminimalisir peningkatan kriminalitas anak?

Page 8: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

2. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota beserta aparat penegak hukum

dalam menekan frekuensi kriminalitas pada anak-anak di wilayah Surabaya?

5

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui peran serta orangtua dalam meminimalisir peningkatan kriminalitas

anak.

2. Untuk mengetahui upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota beserta aparat

penegak hukum dalam menekan frekuensi kriminalitas pada anak-anak di wilayah

Surabaya.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara teoritis dapat memberikan pengetahuan tentang upaya yang akan dilakukan oleh

Pemerintah Kota, aparat penegak hukum, serta orangtua dalam menekan frekuensi

kriminalitas pada anak-anak di wilayah Surabaya.

b. Secara praktis dapat memberikan masukan serta evaluasi pada Undang-Undang No 11

Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-Undang No 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak dalam pelaksanaannya menekan kriminalitas pada

anak-anak di wilayah Surabaya.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara mendalam tentang latar belakang judul yang

diangkat menjadi obyek penelitian, serta keadaan dilingkungan sekitarnya. Dimana dalam

penelitian ini akan mempelajari apa sebab-akibat meningkatnya kriminalitas anak di wilayah

Surabaya serta peran Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Page 9: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

dan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak didalam pelaksanaannya

pada kasus ini.

6

1.6.2 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini istilah yang digunakan adalah informan. Dimana didalam menguak

kebenaran penelitian ini, yang menjadi salah satu informan adalah GA (nama disamarkan karena

permintaan informan). GA adalah seorang mahasiswa PTN di wilayah Surabaya yang masih

berstatus sebagai mahasiswa baru.

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan tehnik wawancara

sebagai tehnik utamanya. Selain itu, juga mengambil berbagai macam data pendukung dari

berbagai sumber seperti koran, buku teks, Peraturan PerUndang-Undangan, serta hasil browsing.

1.6.4 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif model

interaktif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1.6.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Surabaya.

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dari penelitian ini bertujuan agar penulisan dapat terarah dan

sistematis sehingga dalam penulisan penelitian, pendahuluan saya tempatkan pada Bab I, karena

sebelum sampai pada pembahasan materi pokok perlu adanya Bab yang mendahuluinya.

Bab I Pendahuluan. Membahas tentang : Latar belakang, fokus penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Telaah Pustaka. Membahas tentang : Pengertian dari Anak serta kriminalitas.

Page 10: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

Bab III Metode Penelitian. Membahas tentang : obyek penelitian yaitu kriminalitas anak

di wilayah Surabaya yang menggunakan tehnik wawancara kepada salah satu informan

(digunakan sebagai sumber pengumpulan data).

7

Bab IV Hasil dan Pembahasan. Membahas tentang :

a. Permasalahan yang pertama yaitu peran serta orangtua dalam meminimalisir

peningkatan kriminalitas anak.

b. Permasalahan yang kedua yaitu upaya Pemerintah Kota beserta aparat penegak

hukum dalam menekan frekuensi kriminalitas pada anak-anak di wilayah

Surabaya.

Bab V Penutup. Dalam bab ini penulis menyimpulkan hasil penelitian serta pembahasan

dan memberikan saran sebagai sarana evaluasi terutama terhadap temuan-temuan selama

penelitian yang menurut penulis memerlukan perbaikan.

Page 11: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

8

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pengertian Anak

2.1.1 Nilai Anak

Nilai anak dalam masyarakat sangat beragam, bergantung lingkungan sosial budaya

masyarakat. Pemahaman akan nilai anak sangat penting karena persepsi nilai anak akan

memengaruhi pola asuh orangtua dan masyarakat terhadap anak. Secara umum dalam rentang

sejarah kehidupan manusia ada dua jenis nilai anak yang dominan dalam masyarakat kita:

a. Anak sebagai nilai sejarah. Dalam artian, anak harus meneruskan sejarah garis keturunan.

Pada pengertian ini, anak semata-mata menjadi obyek untuk melampiaskan keinginan

orangtuanya. Anak sejak awal dikondisikan untuk menjadi sesuai dengan keinginan

orangtuanya yang mengakibatkan dia kehilangan hak pengasuhan wajar serta berakibat

terjadinya praktik kekerasan dan diskriminasi.

b. Anak sebagai nilai ekonomi. Dalam artian, anak dipandang sebagai nilai ekonomi karena

dapat membantu kehidupan perekonomian keluarga, apalagi bila orangtua sudah beranjak

tua.

2.1.1.2 Definisi Anak

Setiap Negara bahkan setiap orang memiliki definisi yang tidak sama tentang anak.

Berikut beberapa definisi tentang anak:

1. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Convention on the Right of the Child (CRC) atau

KHA menetapkan definisi anak “anak berarti setiap manusia dibawah umur 18 tahun,

Page 12: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaan dicapai lebih

awal.”

9

2. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

memberikan definisi anak sebagai berikut “anak adalah seseorang yang belum berusia 18

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

3. Anak adalah individu yang dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai

dari bayi hingga remaja. Dalam proses perkembangan, anak memiliki beberapa ciri yaitu

ciri fisik, kognitif, konsep diri, serta perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak

mungkin mempunyai pertmbuhan fisik yang sama, akan tetapi, mempunyai perbedaan

dalam pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif. Adakalanya anak

mengalami perkembangan kognitif secara cepat dan juga secara lambat. Hal ini terjadi

karena dipengaruhi oleh latar belakang si anak. Sedangkan pada konsep diri serta

perilaku sosial akan cepat berkembang seiring dengan perkembangan usia si anak

(Azis,2005).

4. Menurut pendapat Hadi Supeno (2010 : 168) anak adalah manusia yang masih dalam

proses menemukan kedewasaannya. Semua yang dilakukan untuk sampai pada tataran

kedewasaan adalah proses belajar.

5. Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap

tahap masa kanak-kanak dan masa remaja. Selain itu, anak juga secara fisiologis lebih

rentan dibandingkan orang dewasa dan memiliki pengalaman yang terbatas, sehingga

memengaruhi pemahaman serta persepsi mereka tentang dunia (Slepin,2006).

2.2 Pengertian Kriminalitas

2.2.1 Menurut Beberapa Para Ahli

1. Menurut M.v.T Kejahatan (rechtdeliten) yaitu perbuatan yang meskipun tidak ditentukan

dalam undang-undang, sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan sebagi onrecht sebagai

perbuatan yang bertentangan dengan tata hukum.

2. R. Susilo

Page 13: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

a. Secara yuridis mengartikan kejahatan adalah sebagai suatu perbuatan atau tingkah

laku yang bertentangan dengan undang-undang.

10

b. Secara sosiologis mengartikan kejahatan adalah sebagai perbuatan atau tingkah

laku yang selain merugikan penderita atau korban juga sangat merugikan

masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.

3. M. A. Elliat : Kejahatan adalah problem dalam masyarakat modern atau tingkah laku

yang gagal dan melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman yang bisa berupa hukuman

penjara, hukuman mati, hukuman denda dan lain-lain.

4. Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro : Kejahatan adalah setiap perbuatan

(termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum publik untuk melindungi masyarakat dan

diberi sanksi berupa pidana oleh Negara. Perbuatan tersebut dihukum karena melanggar

norma-norma sosial masyarakat, yaitu adanya tingkah laku yang patut dari seorang warga

negaranya

5. Mr. W. A. Bonger : Kejahatan adalah perbuatan yang sangat antisosial yang memperoleh

tantangan dengan sadar dari Negara berupa pemberian penderitaan.

6. Teori Labelling´ (Edwin M. Lemert).Seseorang menyimpang karena adanya proses labelling´

(pemberian julukan,cap, etiket, atau merek) yang diberikan masyarakat kepada seseorang.

2.2.1.2 Penyebab Timbulnya Kriminalitas

Adapun penyebab timbulnya kriminalitas menurut beberapa ahli antara lain sebagai

berikut :

1. Menurut Aristoteles : kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi serta kriminalitas.

2. Menurut Sir Francis Bacon : Adanya kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal.

3. Menurut Voltaire dan Rousseau : kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan

kegagalan dalam melakukan kontrak sosial.

4. Menurut Cesare Lombroso : sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku

kriminal.

Page 14: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

5. Menurut Teoritisi Klasik Lain : hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional,

sehingga tidak menimbulkan efek jera.

11

2.2.1.2.3 Hubungan Kriminalitas dengan Berbagai Gejala

a. Kriminalitas dengan jenis kelamin

Angka statistik menunjukkan bahwa jumlah wanita yang dijatuhi pidana lebih

rendah daripada pria. Angka statistik ini menunjuk pada perbuatan delik secara

umum. Namun bila perbuatan delik sudah dikhususkanm kemungkinan angka

statistik perbandingan pelaku delik wanita dengan pria akan bertambah porsi bagi

wanitanya. Misalnya saja dalam delik abortus.

Telah banyak penjelasan mengenai kenyataan ini dan dapat dikelompokkan dalam

tiga kategori antara lain:

a. Sebenarnya kriminalitas yang dilakukan oleh wanita jauh lebih tinggi dari angka

yang ada. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya dark number yaitu angka

kejahatan yang tidak dicatat karena sesuatu hal. Contohnya dalam kasus abortus,

kasus ini kebanyakan akan ditutup-tutupi dan disembunyikan baik oleh korban

maupun keluarganya. Selain hal tersebut, kaum pria cenderung memiliki sifat

gentleman yaitu berusaha melindungi wanita. Ketika terdapat wanita yang

melakukan kejahatan, pria merasa perlu melindunginya.   

b.  Kondisi lingkungan bagi wanita ditinjau dari segi kriminologi lebih

menguntungkan daripada kondisi bagi pria.

c. Jika dibandingkan dengan pria, partisipasi wanita lebih sedikit dalam kegiatan

masyarakat sehingga dapat mengurangi konflik yang dapat mengarah pada

kriminalitas. Sifat wanita sendiri membawa pengaruh rendahnya kriminalitas.

b. Kriminalitas dengan Umur

a) Di masa anak-anak, statistik kriminalitas tidak dapat diikuti dengan tegas, karena

banyak kejahatan yang dilakukan oleh anak tidak dipidana namun hanya

Page 15: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

diberitahukan kepada orang tua. Jenisnya bisanya berupa pencurian sederhana,

perusakan barang, atau pencurian karena disuruh oleh orang lain.

b) Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Di masa ini

frekensi kejahatan tinggi terjadi konflik antara harapan dan kenyataan. Macam

kejahatannya dapat berawal dari pencurian biasa sampai dengan pencurian dengan

kekerasan.

12

c) Awal masa dewasa adalah lanjutan dari masa remaja. Frekuensi kriminalitas

masih tetap tinggi walaupun sedikit lebih rendah jika dibandingkan pada masa

remaja.Macam kriminalitas berupa pencurian yang lebih canggih, penggelapan,

dan seksualitas.

d) Pada Masa Dewasa Penuh kejahatan yang dilakukan cenderung pada yang lebih

menggunakan akal dan pikiran dari pada kekuatan fisik. Frekuensinya menurun

namun kualitasnya meningkat. Macam kriminalitasnya banyak ditujukan pada

kekayaan seperti penggelapan, pemalsuan, dan penipuan.

e) Pada masa usia lanjut, kekuatan fisik maupun psikis sudah mulai menurun.

Produktivitas juga menurun. Karena penghasilan menurun, dorongan untuk

melakukan delik terhadap kekayaan ada kecenderungan meningkatnamun dengan

cara anak-anak.

Page 16: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam hal ini penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara mendalam tentang latar belakang judul yang

diangkat menjadi obyek penelitian, serta keadaan dilingkungan sekitarnya. Dimana dalam

penelitian ini akan mempelajari apa sebab-akibat meningkatnya kriminalitas anak di wilayah

Surabaya serta peran Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

dan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak didalam pelaksanaannya

pada kasus ini.

3.2 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini istilah yang digunakan adalah informan. Dimana didalam menguak

kebenaran penelitian ini, yang menjadi salah satu informan adalah GA (nama disamarkan karena

permintaan informan). GA adalah seorang mahasiswa PTN di wilayah Surabaya yang masih

berstatus sebagai mahasiswa baru.

3.3 Tehnik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan mempergunakan tehnik wawancara

sebagai tehnik utamanya. Selain itu, juga mengambil berbagai macam data pendukung dari

berbagai sumber seperti koran, buku teks, Peraturan PerUndang-Undangan, serta hasil browsing.

3.4 Analisa data

Page 17: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu informan yang bernama GA pada

tanggal 3 Desember 2012. Maka, apa yang dialami GA semasa SMP benar menunjukkan adanya

tindakan kriminalitas yang dilakukan seorang anak tanpa melihat status sosialnya di masyarakat

pada saat itu. Meningkatnya frekuensi kriminalitas pada anak-anak di wilayah Surabaya karena

tidak adanya kepedulian dari Pemerintah Kota, aparat penegak hukum, orangtua serta

masyarakat untuk meminimalisir tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak mereka. Dimana

anak-anak tersebut seharusnya menjadi Anak Bangsa yang berguna untuk kemajuan Negara

14

Indonesia. Tindakan nyata yang telah dilakukan GA termasuk dalam tindakan kriminal anak

Surabaya yang telah merajalela hingga sekarang.

Berdasar data pendukung yang didapat dari salah satu Koran Metropolis yang terbit pada tanggal

6 Februari 2012, berikut tingkat kriminalitas anak-anak di Surabaya :

Tahun Curat Curas Curanmor Trafficking / Pencabulan

Penganiayaan Perjudian Narkoba Lain-lain Total

2010 6 4 2 9 7 1 30 2 612011 8 4 4 17 5 2 33 2 75

Dengan melihat serta mengamati tabel diatas, maka tak heran bahwa Surabaya merupakan kota

dengan tingkat kriminalitas tinggi dalam usia anak-anak. Rendahnya perlindungan hukum dari

Pemerintah Kota beserta aparat penegak hukum membuat anak-anak tidak takut untuk

melakukan tindakan kriminal, walaupun sudah lahir aturan khusus yang menangani perbuatan

anak-anak tersebut. Seharusnya Pemerintah Kota beserta aparat penegak hukum memanfaatkan

waktu untuk mensosialisasikan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

serta Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sebagai alat

untuk melaksanakan perlindungan hukum bagi anak-anak yang telah melakukan tindakan

kriminal. Kasus yang dialami GA seharusnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kota beserta

aparat penegak hukum untuk memberikan kesadaran bagi GA bahwa apa yang dilakukannya

telah merugikan masyarakat sekitarnya.

Page 18: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat

15

DAFTAR PUSTAKA

Teks Book

Sofian, Ahmad. 2012. Perlindungan Anak Di Indonesia. PT.Sofmedia. Jakarta.

Supeno, Hadi. 2010. Kriminalisasi Anak. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Susanto, I.S. 2011. Kriminologi. Genta Publishing. Yogyakarta.

Majalah

Dite Surendra. 6 Februari 2012. Kriminalitas Anak Surabaya Yang Semakin Berani. Metropolis. Hlm.35

Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak & Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

2012. Citra Umbara.Bandung.

Bahan Unduhan

Syahid Latif, Tudji Martudji. 2012. Kriminalitas Anak di Jatim Kategori Tinggi (online).http:viva news-kriminalitas-anak-di-jatim-kategori-tinggi.htm.(diakses 24 Desember 2012 pk 2:49 pm)

Fajar Nugraha. 2010. Pengertian Kriminalitas Secara Umum (online). Fajarnugraha06061996.blogspot.com/2012/09/pengertian-kriminalitas-secara-umum-html. (diakses 24 Desember 2012 pk 10:10 am)

Pengertian Anak. http://repository.usu.ac.id. (diakses 24 Desember 2012 pk 09.00 am)

Page 19: amandaayu507.files.wordpress.com file · Web viewTingginya frekuensi tingkat kriminalitas disebabkan dari keadaan anak itu sendiri,fisik dan sosial. Keadaan ini semakin diperkuat