mapunsoed12.files.wordpress.com · Web viewTermasuk di dalamnya pengaruh program-program pendidikan...

36
BAB 6 BERPIKIR STRATEGIS, BERTINDAK DEMOKRATIS Berpikir strategis, bertindak demokratis. Kebijakan- kebijakan dan program pertemuan dengan masyarakat seringkali dapat lebih efektif dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai tujuan/usaha bersama dalam satu kelompok dan proses kerjasama. Di dalam bab 4, kita sudah menjabarkan mengenai kepentingan publik yang didasarkan pada dialog masyarakat yang mendalam dan pertimbangan tentang pembagian nilai-nilai dan kepentingan bersama. Dalam pandangan baru mengenai pelayanan publik, gagasan-gagasan menjadi visi yang mengimplementasikan kebijakan pemerintah; lebih dari itu, partai-partai membutuhkan proses yang akan menciptakan dan membawa serta program-program pemerintah yang akan menggerakkan keinginan masyarakat secara langsung. Termasuk di dalamnya pengaruh program-program pendidikan bagi masyarakat sipil dan bantuan untuk mengembangkan kepemimpinan sipil secara luas, pemerintah dapat merangsang untuk memperbaiki harga diri masyarakat sipil dan bertanggungjawab terhadap masyarakat sipil. Kita dapat mengharapkan bahwa harga diri dan pertanggungjawaban akan masuk ke dalam kebijakan-kebijakan besar yang meliputi berbagai 1 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Transcript of mapunsoed12.files.wordpress.com · Web viewTermasuk di dalamnya pengaruh program-program pendidikan...

BAB 6

BERPIKIR STRATEGIS, BERTINDAK DEMOKRATIS

Berpikir strategis, bertindak demokratis. Kebijakan-kebijakan dan program

pertemuan dengan masyarakat seringkali dapat lebih efektif dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk mencapai tujuan/usaha bersama dalam satu kelompok dan

proses kerjasama.

Di dalam bab 4, kita sudah menjabarkan mengenai kepentingan publik yang

didasarkan pada dialog masyarakat yang mendalam dan pertimbangan tentang pembagian

nilai-nilai dan kepentingan bersama. Dalam pandangan baru mengenai pelayanan publik,

gagasan-gagasan menjadi visi yang mengimplementasikan kebijakan pemerintah; lebih dari

itu, partai-partai membutuhkan proses yang akan menciptakan dan membawa serta

program-program pemerintah yang akan menggerakkan keinginan masyarakat secara

langsung. Termasuk di dalamnya pengaruh program-program pendidikan bagi masyarakat

sipil dan bantuan untuk mengembangkan kepemimpinan sipil secara luas, pemerintah dapat

merangsang untuk memperbaiki harga diri masyarakat sipil dan bertanggungjawab terhadap

masyarakat sipil. Kita dapat mengharapkan bahwa harga diri dan pertanggungjawaban akan

masuk ke dalam kebijakan-kebijakan besar yang meliputi berbagai tingkatan, dan semua

partai-partai bekerja sama untuk menciptakan kesempatan bagi partisipasi, kolaborasi dan

masyarakat dalam suatu komunitas. Lebih lanjut, partisipasi tidak akan dibatasi dengan

kerangka pada isu-isu yang berkembang, melainkan yang berhubungan dengan

implementasi kebijakan.

Bagaimana cara menyelesaikannya? Dimulai dari kenyataan dan kepentingan serta

peran dari kepemimpinan politik – yang pandai mengeluarkan pendapatnya dan

meningkatkan kekuatan bagi tanggungjawab warga negara, dan kembali lagi, pada dukungan

masing-masing kelompok dan pengaruh masing-masing individu untuk membangun 1 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

persatuan masyarakat. Pemerintah tidak dapat menciptakan masyarakat, tetapi pemerintah

dapat membangun kepemimpinan secara politis yang menjadi dasar bagi kelompok kerja

yang lebih efektif dan bertanggungjawab pada warga negaranya. Anggota masyarakat sudah

seharusnya mengenal pemerintahan yang terbuka – hal ini tidak terjadi pada pemerintahan

yang tidak terbuka termasuk di dalamnya proses kebijakan untuk memformulasikan dan

menerapkan program-programnya. Anggota masyarakat mengenali respon pemerintah –

dan ini tidak terjadi pada pemerintahan kecuali pemerintah responsif terhadap kerangka

program-programnya dalam melayani masyarakat. Anggota masyarakat seharusnya dapat

mengenali pemerintahan yang dapat menyediakan keperluan masyarakat – dan sekali lagi,

ini tidak akan terjadi apabila pemerintah memiliki pengecualian. Hal ini dapat dijadikan salah

satu jalan yang terbaik untuk menciptakan kesempatan untuk berpartisipasi dan

berkolaborasi dengan masyarakat. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pemerintah

akan melayani masyarakat dengan terbuka, dan yang lebih responsif, yang dapat melayani

masyarakat dan warga negara serta menciptakan kesempatan bagi warga negara disemua

tingkatan dalam proses kebijakan.

Sebenarnya, asumsi-asumsi ini berasal dari peranan pemerintah dalam administrasi

publik dan implementasinya pada warga negara bagi kebijakan publik sebagai kunci

pemahaman pada hubungan antara warga negara secara alamiah dan hubungan

administrasi publik yang besar pengaruhnya bagi sistem demokrasi pemerintahan. Tulisan-

tulisan awal yang memberikan pendapat mengenai peranan administrasi publik secara

konsisten dipengaruhi oleh implementasi kebijakan yang efisien yang memiliki tujuan yang

secara langsung bersangkutan dengan kepentingan warga negara. Proses implementasi

kebijakan ini akan sangat kompleks dan memiliki beragam permasalahan dibelakangnya,

tetapi tidak berpengaruh besar pada peranan warga negara.

2 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Pemahaman secara garis besar pada prinsip-prinsip dasar implementasi dalam

konteks nilai-nilai pelayanan publik yang terbaru, dalam bagian ini akan mempertimbangkan,

untuk yang pertama kalinya tentang perputaran teori implementasi [penerapan] dari

pandangan sejarah [masa lalu/historis]. Kita akan bersama-sama memahami model

kontemporer dari implementasi dan hubungan antara gagasan dan nilai-nilai mengenai

manajemen publik yang terbaru. Kita akan mengikuti penjelasan secara teoritis mengenai

dasar-dasar teori yang dapat mendukung lebih dalam mengenai demokrasi dan pendekatan

partisipatif dalam menerapkan kebijakan.

Penerapan Pandangan Historis [Sejarah]

Menariknya, belajar mengenai “penerapan” tidak termasuk dalam tingkatan awal

dalam pengembangan administrasi publik. Hal ini bukan disebabkan oleh perwakilan publik

yang tidak memasukkannya dalam implementasi. Lebih dari itu, rasanya, implementasi tidak

dapat dirasakan atau dilihat sebagai konsep yang terpisah fungsinya karena merupakan

bidang yang keseluruhan tercakup dalam administrasi publik. Kenyataannya, tujuan utama

dari perwakilan publik adalah mengimplementasikan kebijakan politik yang merupakan

program dan kebijakan pemerintah. Karena tujuan utama dari administrasi publik adalah

menjaga netralitas dan menggunakan administrasi secara lebih ahli untuk efisiensi, di sana

ada kebutuhan untuk mengimplementasikan konsep, karena asumsi-asumsi bahwa

kebijakan harus dapat merubah perwakilan publik untuk bertindak. Lebih dari itu, Wilson,

Goodnow, dan para penggagas teori ini, pemerintah secara politik menyusun kebijakan, dan

administrator yang menjalankannya dan secara tidak langsung perlu menindaklanjutinya.

Pendek kata, proses kebijakan ini jika diimplementasikan tidak akan mempelajari teori

karena tidak selalu menjadi pertimbangan penting apabila keputusan sudah disusun oleh

pemerintah secara politis.

3 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Lebih lanjut, teori dan praktek ini difokuskan pada keterlibatan politikus. Hal ini

membutuhkan pemimpin untuk berkonsentrasi dalam struktur dan fungsi-fungsi organisasi

yang memiliki karakteristik mengikuti pandangan lama. Di tahun 1940 dan 1950an,

perkembangan politik dan administrasi tidak termasuk dalam bagian yang terpisah, fokusnya

ada pada manajemen organisasi yang efisien dan lebih efektif.

Hal ini tidak sampai pada munculnya ilmu-ilmu tentang kebijakan yang muncul pada

tahun 1970an ketika gagasan-gagasan mengenai aktivitas organisasi publik sebagai

penerapan kebijakan publik [sebagai kebalikan dari manajemen organisasi]. Hal utama yang

signifikan terlihat pada implementasi mengenai hal ini secara jelas yang diutarakan oleh

Jeffrey Pressman dan Aaron Wildavsky di tahun 1973 dalam bukunya “Implementation; How

Great Expectations in Washington are Dashed in Oakland.” Para penulis sejauh ini

menyatakan bahwa rentetan kegagalan dan permasalahan pada implementasi di

Implementation of a Federal Economic Development Administration Project in Oakland,

California, menemukan bahwa program-program dimulai ketika ada intensitas yang baik dan

kekuatan untuk berkomitmen, implementasi yang nyata pada pemerintah federal sangat

sulit diterapkan dan menuai kegagalan. Kesimpulannya adalah, kebijakan secara otomatis

diterjemahkan dalam satu aksi, dan dinamika implementasi sebagai proses yang harus

dipahami sebagai permasalahan inti sebagai hasil dari kebijakan. Pressman dan Wildavsky

bekerja untuk meluncurkan inti dari beberapa pekerjaan berikutnya yang memahami dan

menjelaskan tentang edisi kedua dari bukunya, yang ditujukan untuk implementasi pada

perkembangan industri [1979].

Meskipun pertimbangan perhatian harus dibayarkan pada implementasi kebijakan

setelah lebih dari tiga dekade, pemetaan dari batas-batas teori implementasi tersebut masih

sulit untuk diterapkan. Kebingungan ini menjadi bagian nyata pada penelitian implementasi

yang secara terus menerus bersinggungan dengan gambaran yang berat yang dikerjakan

dalam teori organisasi, pengambilan keputusan, perubahan organisasi, dan hubungan antar 4 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

pemerintah. Petugas administrasi sedikit berada pada batasan-batasan, dan penelitian

mengenai bagaimana mengimplementasikannya menjadi sangat dibutuhkan dan sangat

mengemuka bagi masyarakat. Dalam Implementation Theory and Practice; toward a Third

Generation [1990], Goggin dan kolega-koleganya membagi pengembangan penelitian

mengenai implementasi menjadi bagian pertama, kedua dan ketiga pada setiap generasi.

Mereka mendiskusikan penelitian generasi pertama sebagai pekerjaan yang segera diikuti

oleh Pressman dan Wildavsky dalam bukunya, bekerja dengan sukses dalam bagian yang

menjadi fokus utama dan akan menjadi hukum yang mengajarkan bagaimana hukum

menjadi sebuah program, dan mendemonstrasikan kompleksitas, kesulitan dan frekuensi

kegagalan di luar proses implementasi. Generasi kedua meneliti tentang deskripsi yang

terfokus pada prediksi-prediksi implementasi yang sukses atau gagal, seperti misalnya

format kebijakan, variabel organisasi, dan perilaku individu sebagai pemeran utama.

Generasi ketiga meneliti, yang dianggap oleh penulis lain sebagai yang tidak tercapai, akan

lebih spesifik dalam mengklarifikasikan konsep-konsep kunci, sebab akibat yang lebih jelas

dan distribusi frekuensi pada variasi tingkah laku dalam organisasi, dan model-model yang

diterapkan sebagai proses. Tipologi dari ketiga generasi ini diteliti dan menggunakan dasar

untuk menemukan kembali evolusi historis dari teori implementasi.

Generasi Pertama

Generasi pertama melakukan penelitian mengenai implementasi, termasuk di

dalamnya adalah pekerjaan Wildavsky dan Pressman, yang mengasumsikan bahwa garis

hirarki top – down [atasan – bawahan] dalam proses kebijakan diawali dengan undang-

undang dan intensitas pegawai dipilih dalam pemilihan umum. Model top – down seperti ini

akan menjadi keputusan oleh pengambil keputusan, terutama yang menurut undang-undang

dan bekerja “ke bawah” pada proses kebijakan. Model seperti ini mengasumsikan bawa

implementasi adalah proses garis lurus pada saat kebijakan langsung diterjemahkan dalam 5 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

program aktivitas yang sangat memungkinkan walaupun kecil kemungkinannya. Pendapat ini

menyatakan bahwa pembuat kebijakan berperan sangat penting dan tingkatan organisasi

hanya melayani pemeran yang akan “membenarkan” semua proses implementasi. Generasi

pertama melakukan penelitian dengan berdasarkan pada satu sisi tentang ilmu yang

dipelajari, dan mengkonsentrasikan pada dua sumber kegagalan dari implementasi; isi dari

kebijakan dan kemampuan individu, dan implementasi organisasi untuk dihargai. Pada

awalnya, penelitian dari generasi pertama ini menggambarkan tentang dasar-dasar dari ilmu

yang digunakan; dan mempertimbangkan pada penggunaan metodologi yang lemah sebagai

kasus-kasus umum dan kasus-kasus yang sangat spesifik.

Dalam kerangka ini, ketertarikan pada studi implementasi dibangun pada tahun

1980an. Misalnya, dua artikel yang diterbitkan dalam Public Administration Review yang

melaporkan bahwa hasil dari implementasi secara khusus memiliki beberapa kasus. Pertama,

Weimer, di tahun 1980an menganalisa tentang implementasi yang secara otomatis

berhubungan dengan sistem manajemen, ditemukan tiga permasalahan utama yaitu;

masalah desain dan kesadaran, masalah kerjasama organisasi, dan data-data yang miskin

kualitas. Ia menyimpulkan bahwa secara teknis mungkin akan membantu desain hasil dan

permasalahan kesadaran.

Kedua, Menzel mempelajari studi implementasi dalam Federal Surface Mining

Control and Reclamation Act, yang berkonsentrasi pada peranan administratif sebagai

pembuat peraturan dan menemukan bahwa undang-undang yang harus segera dikeluarkan,

hubungan antar intern pemerintah yang kompleks, dan kurangnya dukungan pada

permasalahan implementasi [1981]. Salah satu contohnya, penelitian ini sangat komplek

dengan program khusus, sebagai hasilnya adalah rencana/dalil yang akan dihasilkan.

Masalah implementasi ini juga didiskusikan dalam program evaluasi selama tiga

periode. Artikel ini memunculkan Evaluation and Program Planning di tahun 1982 yang

mementingkan “Type III” pada kesalahan evaluasi. Tipe III ini memiliki kesalahan yang 6 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

ditimbulkan karena kegagalan dalam eksperimen kelompok sebagai variabel independen,

dengan kata lain, ketika hasilnya tidak dapat digunakan sebagai aktivitas program maka hal

tersebut benar-benar tidak dapat diimplementasikan. Rezmovic, misalnya, memberikan

contoh mengenai hasil dari eksperimennya mengenai penjahat keadilan dan ditemukan

bahwa senyatanya, hasil yang positif menyebutkan bahwa tidak dapat digantikan dengan

eksperimen dan kontrol pada kelompok-kelompok yang terbagi-bagi antara yang menerima

kenyataan dan yang tidak menerima kenyataan [1982]. Hal senada juga diungkapkan oleh

Cook dan Dobson yang menyatakan bahwa program data implementasi harus termasuk

dalam analisis program yang menghasilkan [1982]. Tornatzky dan Johnson mengeksplorasi

permasalahan yang sangat spesifik yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan

implementasi dan dapat digunakan untuk merencanakan aktiitas yang nyata di berbagai

tempat [1982].

Di antara sekian banyak kasus, fokus yang secara eksplisit terlihat dalam gagasan

mengenai implementasi ini akan serba salah dan mengacaukan intensitas para pengambil

kebijakan. Selama ini, implisit karena mereka menemukan asumsi bahwa implementasi

mengarah pada top – down, proses garis lurus ini akan dapat digunakan pada kebijakan

secara langsung dan dapat diterjemahkan sebagai program aktifitas yang kemungkinan kecil

penyimpangannya.

Generasi Kedua

Penelitian generasi kedua pada penelitian implementasi, asumsi top – down

berputar-putar pada pimpinan. Dengan kata lain ketidakpuasan pada model atasan –

bawahan sebagai teori yang membangun sejumlah model untuk diimplementasikan dari

bawahan. Linder dan Peters [1986] misalnya, berpendapat bahwa kesuksesan dari

implementasi adalah membuat program yang didesain sesuai dengan kebutuhan dan nilai-

nilai dari implementasi itu sendiri. Model dari bottom up [bawahan] mengemukakan bahwa 7 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

eksistensi pada kerjasama dari tokoh utama untuk mencapai tujuan, strategi dan tindakan

untuk mempertimbangkan pemahaman bersama mengenai implementasi. Dalam model ini,

peranan pelaksana dalam melaksanakan peran yang positif, sangat penting, dan mengacu

pada peran yang menegaskan dan terfokus pada lembaga legislatif dalam kenyataan

tingkatan organisasi. Pertanyaannya kemudian akan menjadi, bagaimana caranya

mengartikan kesuksesan? Dalam model top – down, sukses dapat diartikan sebagai

pelaksanaan yang tidak tergantung pada kebijakan para politikus. Dalam model bottom up

gagasan-gagasan mengenai imlementasi ini dimungkinkan adanya kebijakan dan program

penegasan ulang dan kebijakan sebagai langkah yang tepat.

Selanjutnya, penelitian implementasi ini akan mengintegrasikan antara model top –

down dan bottom-up. Dalam kesatuan model, implementasi dipandang sebagai sesuatu yang

terjadi karena keterlibatan dalam proses penentuan kebijakan. Misalnya, Nakamura

berpendapat bahwa proses linier dalam aktivitas implementasi menjadi bagian dalam

keseluruhan bagian yang terlibat [1987]. Adaptasi dan kebijaksanaan dalam proses

implementasi, sangat penting dan diinginkan. Walaupun pimpinan legislatif juga

memberikan kritikan-kritikan. Burke berpendapat bahwa ketergantungan faktor institusional

dan tingkatan internal atau eksternal dari kontrol yang dapat diberikan, kebijakan publik

seharusnya dirancang untuk mengikuti birokrasi secara langsung dengan badan legislatif

sebagai parameternya [1987]. Model yang terbuka ini menyatakan bahwa pembuat

kebijakan dan administrator berperan aktif untuk masuk ke dalam proses implementasi.

Pendek kata, bermacam-macam pandangan mengenai implementasi kebijakan mulai

muncul. Model top – down mengasumsikan implementasi sebagai proses secara garis lurus

untuk mengontrol kebijakan publik. Model bottom up berpandangan sebagai kontrol bagi

kebijakan dari bawah kepada birokrasi yang akan menjadi bagian dalam implementasi.

Kesatuan dari keduanya baik model top – down maupun model bottom up akan menjadi

8 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

suatu prespektif yang penting dalam kepemimpinan dari atasan dan kebijaksanaan dari

bawahan.

Sebagai tambahan dalam perdebatan tentang poin yang terpenting dalam proses

implementasi, signifikansinya ada pada fokus pekerjaan dalam membuktikan prediksi

mengenai kesuksesan implementasi. Misalnya, Van Meter dan Van Horn [1975] berpendapat

bahwa karakteristik implementasi organisasi dan politik, sosial, perkembangan ekonomi, dan

sukses dari implementasi kebijakan berpengaruh pada sumber daya yang ada, komunikasi

interorganisasi, sebaik pelaku dari implementasi kebijakan tersebut. O’Toole dan Montjoy

[1984] menemukan, kasus kooperasi antara dua atau lebih dari perwakilan membutuhkan

implementasi, tipe dari interdependensi [ketergantungan] antar perwakilan sebagai faktor

untuk memprediksikan kemungkinan implementasi.

Generasi Ketiga

Pada penelitian dalam generasi ketiga, pertanyaan difokuskan pada desain kebijakan

dan networking kebijakan dan implikasinya pada bagaimana mengimplementasikan “sukses”

menjadi hal baru untuk dievaluasi. Dengan kata lain, pengenalan pada perilaku sopan santun

menjadi program dan kebijakan yang perlu didesain dan bagaimana meraih kesuksesan,

keduanya akan diimplementaikan ke dalam bagian networking kebijakan.

Sayangnya, implementasi seringkali tidak sebanding dengan kebijakan yang sudah

dirancang. Para pelajar semakin meningkatkan argumentasinya bahwa implementasi bukan

berarti kegagalan, jika kebijakan dirancang untuk warga miskin, dan bukan didesain untuk

warga yang lebih kaya, dengan kata lain kesuksesan seharusnya “dipertimbangkan untuk

menyoroti dalam mendesain pertimbangan” [Linder dan Peter, 1987]. Dennis Palumbo

[1987] menyatakan bahwa permasalahan ada pada penelitian dan bukan perbedaan antara

kegagalan implementasi dan permasalahan bahwa hasilnya berasal dari desain kebijakan

bagi warga miskin. Palumbo juga mengkritisi mengenai model top – down yang condong

9 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

pada asumsi bahwa tujuan dan obyektifitas para pembuat kebijakan menjadi superior bagi

para pembuat kebijakan di tingkat jalanan sebagai kegagalan untuk mengadaptasikan

implementasi yang lebih penting dan diinginkan. Menurut Palumbo, bagian dari penelitian

implementasi memiliki ideologi yang condong pada pimpinan investigator yang

mengasumsikan bahwa pemerintah tidak dapat mengerjakan segala sesuatunya dengan

lebih baik. Sebagai hasilnya, penelitian implementasi tetap dipatahkan dengan lebih besar,

tidak dapat digabungkan pada bagian-bagian pengetahuan.

Di sisi positif, Palumbo berpendapat bahwa secara lebih dalam, implementasi dapat

memberikan pada kita sejumlah pandangan dan wawasan yang dapat merubah

implementasi menjadi lebih dipahami. Yang lebih penting lagi, wawasan menjadi alat untuk

mengimplementasikan daripada teknik manajemen yang banyak dikritik. Hal ini menjadi

bagian penting untuk melengkapi network kebijakan. Cline [2000] berpendapat bahwa

proses implementasi dapat didefinisikan dalam dua cara; sebagai permasalahan bagi

manajemen organisasi yang didasarkan pada proses organisasi, atau sebagai permasalahan

untuk mengetahui datangnya kerjasama dari peserta-peserta yang ada dalam proses

implementasi. Cline menyimpulkan “permasalahan dalam menghasilkan kerjasama dalam

situasi konflik kepentingan sama seperti penghalang bagi implementasi sebelum

permasalahan dalam manajemen organisasi menjadi penghalang” [2000; 552]. Pendapat lain

muncul dari O’Toole yang menyatakan bahwa pelajar yang terlibat sebagai pelaku dari

bermacam-macam institusi dalam proses implementasi “yang bekerjasama dan

kemungkinan berkoordinasi dengan keputusan-keputusan untuk mensukseskan

implementasi” [2000; 266]. Pada kenyataannya, Hall dan O’Toole memperlihatkan

“mayoritas terbesar dari anggota legislatif membutuhkan struktur multifaktor yang

menjangkau pemerintah, sektor-sektor swasta dan/atau lembaga-lembaga perwakilan”

[2000; 667].

10 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Dalam satu pandangan network implementasi adalah bagian dari perspektif

komunikasi antar pemerintah. Goggin dan kolega, misalnya, memandang implementasi dari

kebijakan yang disusun antar pemerintah dengan kerangka yang didasarkan pada “pesan,

pemesan, chanel, dan target operasi yang menjadi batas sistem komunikasi [Goggin at all,

1990;33]. Sistem komunikasi ini menyediakan pesan-pesan politik yang diberikan pada orang

yang ditunjuk, ketidakleluasaan, harapan dan desakan dalam kerangka antar pemerintahan.

Lynn, Heinrich, dan Hill juga memperlihatkan implementasi dalam latar belakang

networking; masyarakat, organisasi non profit [LSM], dan sektor-sektor pemilik perusahaan

di daerah, propinsi, kotamadya/kabupaten, area pelayanan masyarakat, pegawai lokal,

kemandirian organisasi-organisasi, gabungan asosiasi, kerjasama/partnership, dan bagian-

bagian administrasi lainnya. Tidak seperti Goggin, penelitian ini memberikan contoh

implementasi dari prespektif ekonomi politik, penekanan pada “pemerintahan yang logis”.

Pemerintahan yang logis berdasarkan pada konsep politik ekonomi yang sejalan dengan

pilihan rasional dan konsekuensinya pada mekanisme yang digunakan sebagai alternatif bagi

institusi untuk mendesak dan mengontrol perilaku pemerintah. Mereka berpendapat bahwa

secara logika, politik ekonomi memiliki kegunaan yang besar untuk memahami bagaimana

badan perwakilan, program dan aktifitas dapat diorganisasikan dengan baik sehingga

menghasilkan keluaran yang baik dan sukses, efisien, dan efektif. Lebih lanjut lagi, fokusnya

pada “sistem penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik” [551].

Karena model top – down secara terus menerus mulai menjadi model yang umum

digunakan, kritik pada implimentasi model ini juga menjadi berlanjut. Fox [1987]

menyatakan bahwa analisa top – down mengasumsikan pembuat kebijakan memerintahkan

harus benar-benar dan selengkap-lengkapnya mengikuti tanpa melakukan penyimpangan,

bahwa program tersebut diharapkan dapat disatukan, dan hanya yang mengharapkan

keuntungan yang dianggap valid. Sebagai hasilnya, penelitian implementasi dimaksudkan

untuk menemukan hal-hal negatif dan menyimpulkan bahwa pemerintah tidak dapat 11 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

menjalankan segala sesuatunya dengan baik. Hampir sama dengan pendapat di atas,

Nakamura [1987] juga menyerang apa yang disebut dengan proses kebijakan secara tertulis

[textbook], yang dalam pandangan kebijakan sama dengan garis lurus yang secara fungsional

mempunyai ciri-ciri dan langkah-langkah tersendiri [seperti formasi kebijakan, implementasi,

dan evaluasi] dengan umpan balik yang menjungkirbalikkan sampai di titik akhir. Ia

berargumen bahwa hal ini menjadi tidak nyata dan aktifitas ini menjadi bagian dari lapisan-

lapisan yang menjadi satu dalam keseluruhan saling mempengaruhi. Ia menyimpulkan

bahwa penelitian yang segera disusun untuk mengembangkan cara yang lain, yang lebih

realistis dalam suatu proses. Love dan Sederberg [1987] menawarkan satu kemungkinan.

Mereka berpendapat bahwa kebijakan dapat dilihat sebagai teori dan implementasi sebagai

usaha untuk menterjemahkan teori ke dalam suatu aksi atau tindakan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi bagaimana kebijakan diterjemahkan ke dalam suatu tindakan; teori secara

internal memiliki konsistensi, konsistensi dengan kebijakan konvensional, kapasitas

administrasi, dan sumberdaya serta dukungan politis atau momentum yang dapat

digunakan.

Hasil analisis yang sama dengan implementasi dari pandangan desain kebijakan,

Linder dan Peters [1986] mengatakan bahwa desain perspektif membawa logika yang kuat

akan memimpin pandangan yang lain menuju kebijakan yang lebih baik, yang dapat

diterapkan dengan mudah atau yang mudah diimplementasikan. Oleh sebab itu, mereka

menyebutnya sebagai salah arah dalam ilmu tentang kebijakan. Apa yang bermanfaat, dalam

pandangan ini, adalah fokus pada bentuk kebijakan yang diutamakan, dan baru kemudian

mempertimbangkan instrumen alternatif untuk mencapai prestasi. Seperti Burke, yang

mementingkan perhatian pada isu-isu normatif yang menggarisbawahi implementasi dan

penelitian yang dikonsentrasikan pada desain yang lebih efektif dan dapat memenuhi

keinginan dari sebuah kebijakan.

12 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Pendek kata, pergerakan dalam bermacam-macam generasi dalam penelitian

mengenai implementasi, memiliki dua cara yang sepertinya memiliki bukti yang sama.

Pertama, perubahan dari pandangan mengenai implementasi kebijakan sebagai kesatuan

arah, dalam proses satu garis lurus [linear] yang memperhatikan pada pemilihan pegawai

yang baik [implementasi kesuksesan] atau bukan pada [kegagalan implementasi]. Kedua,

beberapa variabel yang terlihat mempengaruhi proses implementasi termasuk pelaku

individual, pertimbangan perilaku manusia, faktor-faktor organisasi, intitusi dan faktor-faktor

hubungan antar institusi, dan desain kebijakan. Studi implementasi tidak difokuskan pada sisi

eksklusifitas dalam satuan perwakilan sebagai unit analisis. Lebih dari itu, implementasi

terlihat dalam konteks networking kebijakan. Meskipun demikian, penelitian implementasi

yang paling diabaikan adalah peranan secara langsung dari warga negara yang terlibat dalam

implementasi, kita sekarang akan menggali lebih dalam dominansi pandangan dan bukti-

bukti mengenai implementasi dalam pandangan lama mengenai administrasi publik dan

pandangan baru mengenai pelayanan publik dari sisi yang berbeda, terutama bagian-bagian

yang memperkenalkan dan menekankan pentingnya keterlibatan warga negara dalam

program implementasi.

Pandangan Lama Mengenai Administrasi Publik dan Penerapannya

Sebagai catatan awal dari bab ini, cara-cara lama yang biasanya digunakan dalam

administrasi publik, ada sedikit perbedaan antara administrasi sebagai proses dan proses

implementasi. Implementasi dalam administrasi publik sangat dapat

dipertanggungjawabkan. Konsekuensinya, ketika muncul istilah “implementasi” sebagai

model yang belum eksis, ada beberapa asumsi yang secara implisit memperlihatkan

implementasi secara alamiah [yang menjadi keseimbangan besar bagi efisiensi dan

administrasi yang tidak berpihak] dan menjadi satu-satunya cara yang paling baik untuk

diterapkan.13 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Asumsi pertama, bahwa proses implementasi kebijakan top – down, hirarki, dan satu

arah. Ketiganya diasumsikan bahwa kebijakan telah disusun sebagai bagian dari perwakilan

administrasi. Perwakilan-perwakilan ini akan membawa kebijakan atau program di suatu

negara dengan sedikit keinginan untuk menjalankan keadilan dan kebijaksanaan. Pada

kenyataannya, kebijaksanaan bukan merupakan pengetahuan sebagai bagian terpenting dari

pekerjaan administrator publik. Di samping itu, perwakilan yang ditunjuk dan manajer harus

menerapkan administrasi untuk mengontrol suatu proses agar kebijakan-kebijakan dapat

ditempatkan dengan lebih baik oleh para pengambil keputusan. Pekerjaan para perwakilan

administrasi harus tidak berpihak (netral) di dalam hukum sebagai otoritas dari badan

legislatif.

Kedua, karena pengaruh dari ilmu-ilmu manajemen dan penekanan dari organisasi-

organisasi formal, fokus pada kontrol perilaku untuk menyesuaikan diri pada ilmu-ilmu

tersebut sebagai prinsip yang diutamakan. Tugasnya kemudian menjadi suatu cara untuk

menemukan sesuatu yang dapat diprediksikan, regularisasi, dan “pembenaran” prosedur

dan peranan dalam menerapkan program, dan penggunaan teknik-teknik manajemen dan

kontrol untuk orang-orang yang berada dalam organisasi apakah mereka dapat

melaksanakan tugas-tugasnya. Fokus utama dalam manajemen organisasi dan pengelolaan

manusia yaitu bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan dan fungsi-fungsinya untuk

mendukung tindakan kebijakan. Nilai-nilai yang dapat diterapkan adalah efisiensi, pelayanan

yang baik, dan konsisten dengan hukum.

Asumsi ketiga bahwa implementasi tidak menjadi bagian dari proses kebijakan.

Proses Administratif dan pembuat kebijakan (yang ditujukan pada politisi/dikotomi

administrasi) adalah sesuatu yang berbeda. Termasuk didalamnya, tidak ada pertanyaan

tentang kebijakan yang baik atau buruk, “dapat diimplementasikan” atau tidak; hal

sederhana yang memandu kekuatan dibelakang petugas administrasi yang akhirnya dapat

14 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

lebih efisien. Karena asumsi ini, berpikir secara strategis-tidak mengurangi implementasi

program implementasi- yang keduanya tidak bisa dianggap tidak tepat dan tidak penting.

Pandangan Baru Mengenai Administrasi Publik dan Penerapannya

Ada kesulitan makna yang dapat diambil dari asumsi di atas mengenai proses

implementasi yang didasarkan pada pandangan baru mengenai manajemen publik. Hal ini

menjadi bagian dari kenyataan bahwa pandangan baru mengenai manajemen publik tidak

disetujui dalam hal “implementasi” secara langsung. Lebih dari itu teori pilihan publik dan

pandangan baru mengenai manajemen publik berpendapat bahwa, pemerintah “seharusnya

keluar dari cara ini” sebagai kemungkinan untuk kekuatan pasar dan pencapaian tujuan

masyarakat. Kita akan menggali lebih dalam mengenai pandangan baru manajemen publik

yang memiliki mekanisme dan pendekatan pada implementasi dan keterlibatan warganegara

dapat ditemukan dalam wacana mengenai pelayanan publik yang baru, walaupun pendapat

ini didasarkan pada asumsi fundamental dan alasan yang berbeda. Sebagai hasilnya,

meskipun pendekatan kedengarannya sama-sama saling menghargai, dan sama-sama

menggunakan terminologi, implementasi pada pandangan baru mengenai manajemen

publik tetap berbeda dengan pandangan lama mengenai administrasi publik dan pandangan

baru mengenai manajemen publik.

Dua pendekatan pokok di atas untuk mengimplementasikan pandangan baru

mengenai teori manajemen publik adalah privatisasi dan produksi,-dengan kata lain,

implementasi bukan untuk para birokrasi dan permintaan pasar. Sebagai catatan, privatisasi

adalah tanda-tanda dalam pergerakan manajemen publik yang baru. Meskipun Osborne dan

Gaebler tidak merancang keseluruhan privatisasi dalam pemerintahan, mereka menyatakan

bahwa “hal ini akan membuat mereka mengirimkan banyak hal mengenai pelayanan publik

ke tangan swasta … jika tidak dikerjakan oleh pemerintah dengan lebih efektif, efisien,

seimbang, atau akuntabilitas” (1992;47). Pandangan mengenai implementasi oleh teori 15 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

manajemen publik yang terbaru mengarah pada implementasi pada birokarasi yang lebih

memungkinkan, dan termasuk memperkenalkan nilai-nilai bisnis ke dalam suatu program

yang dapat diimplementasikan secara benar dan efisien.

Ketika pandangan lama mengenai administrasi publik mengisyaratkan efisiensi

implementasi dari model top down, pandangan terbaru mengenai manajemen publik

memperlihatkan efiseinsi implementasi dari satu sisi-dari sektor swasta ke umum, dan dari

bawah- kepada pelanggan. Hasil dari keterlibatan warganegara dalam menghasilkan dan

melayani publik. Ahli teori pilihan publik, Vincent dan Elinore Ostrom yang pertama kali

menggunakan istilah “co-produksi” dalam diskusi mereka mengenai hubungan publik yang

baik dengan institusi yang memberikan pelayanan (Ostrom dan Ostrom 1971). Ironisnya,

beberapa komponen mengenai co-produksi menyokong keterlibatan warga negara sebagai

pengembangan komunitas, tetapi ide-ide ini secara cepat menghapuskan gagasan-gagasan

mengenai co-produksi untuk menghasilkan nilai tambah.

Penekanannya pada pemotongan harga dan penekanan pada pemberdayaan yang

diekspresikan oleh John Alford, yang berpendapat bahwa permasalahan dengan co-produksi

ketika terlalu mandiri pada para sukarelawan dan mementingkan kepentingan orang lain.

Dalam kondisi ketika pasar didominasi oleh nilai mata uang, hal itu terlihat sangat jauh dan

menjadi tidak dapat diandalkan untuk memotivasi yang didasarkan pada kepentingan publik

yang lebih penting. Upaya sukarela, tidak hanya menjawab kepercayaan warga negara,

tetapi juga untuk menampung co-produksi yang sejalan dengan masyarakat. Teori-teori awal

menyebutkan klien atau konsumen … biasanya tidak disebutkan ke dalam warga negara”

atau bagian dari sukarelawan (2000;129). Selanjutnya ia mengatakan bahwa, “meskipun satu

hal secara serius, berpendapat untuk mengembalikan pada penekanan produksi pemerintah

secara langsung” lebih “keras kepala” pendekatan co-produksi inilah yang dibutuhkan oleh

klien [129].

16 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

Alford lebih lanjut menyatakan bahwa pendekatan yang keras kepala [hard headed]

ini didasarkan pada idealisme dan norma-norma dari pasar. Ia berpendapat bahwa

organisasi seharusnya menyediakan insentif pada klien sebagai langkah yang lebih santun

untuk menekan nilai organisasi pada yang titik terendah. Misalnya, jika pembeli menulis

postcard sebagai salah satu caranya, maka hal itu dapat diseleksi lebih awal dan mengurangi

nilai produksi. Jika konsumen dapat membawa sampah mereka ke jalanan, hal itu akan

menghasilkan nilai cost yang merupakan koleksi dari sampah-sampah tersebut. Satu-satunya

jalan untuk menyelesaikan permasalahan menjadi lebih sederhana adalah tindakan yang

dapat dipercaya oleh konsumen sebagai kondisi untuk memperbaiki pelayanan.

Untuk mendapatkan konsumen dari sektor swasta, model asumsi di atas harus

dirubah, dengan cara organisasi menyediakan pelayanan yang baik dan konsumen

memberikan uang sebagai hasil dari belanja untuk harga pembelian. Dari sisi yang lain, pada

kenyataannya banyak sektor publik yang memanfaatkan untuk tidak membayar pelayanan

yang mereka terima, klien co-produksi berarti bahwa bagian dari pelayanan tidak

sesederhana dalam organisasi dalam satu jalan, tetapi lebih kepada pembagian-pembagian

oleh klien [Alford 2000; 132].

Brudney dan England [1983], dengan kata lain, memberikan pendapat bahwa co-

produksi bekerja dengan baik untuk menghasilkan harga dan memperbaiki perfoma jika

didasarkan pada kerjasama secara sukarela yang menjadi bagian dari warga negara, dan

lebih aktif daripada pasif dalam berperilaku. Tetapi fokus utama dalam co-produksi ini

sebagai ukuran nilai tabungan dalam merespon desakan yang berhubungan dengan

keuangan; “sebagai tambahan untuk buruh yang dibayar oleh pegawai pemerintah dalam

melayani secara langsung aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan penduduk, co-produksi

sangat potensial dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam pelayanan di

kabupaten/kotamadya” [1983; 959]. Dengan kata lain, pandangan baru mengenai

17 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

manajemen publik, keterlibatan warga negara termasuk dalam “produktifitas perilaku yang

dapat merubah tingkatan dan kualitas untuk ketersediaan pelayanan” [Percy 1984; 432].

Pandangan Baru Mengenai Pelayanan Publik dan Penerapannya

Dalam pandangan baru mengenai pelayanan publik, fokus utamanya ada pada

implementasi warga negara dalam pertalian dan pengembangan komunikasi. Warga negara

tidak diangkat sebagai orang yang turut campur secara potensial di dalam “kebenaran”

implementasi, atau mereka digunakan sebagai wahana untuk menurunkan harga. Di

samping itu, ikatan warga negara dapat lebih penting sebagai bagian dari implementasi

kebijakan, yang memiliki keleluasaan untuk memberikan informasi pada partisipasi warga

negara. Peter de Leon [1999] menyatakan pendapatnya bahwa penekanan pada demokrasi,

partisipasi sebagai bagian dari implementasi, dikombinasikan dengan metode postpositive,

maka kita akan dapat lebih memahami bagaimana implementasi itu dapat dijalankan dengan

sukses.

Dalam pandangan yang sama, Terry Cooper menyatakan bahwa; administrasi publik

seharusnya bertanggungjawab secara etis pada peningkatan partisipasi warga negara dalam

proses perencanaan dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik. Partisipasi mungkin

dan tidak mungkin akan digunakan atau memuaskan administrator, tetapi secara esensial

akan menghasilkan dan menjaga komunikasi politik pada pemerintahan [Cooper 1991; 143].

Dalam pandangan baru mengenai administrasi publik, warga negara terlibat tanpa

batas sebagai dasar prioritas. Dalam kenyataannya, kita harus mengelola organisasi publik

agar dapat mempertinggi dan meningkatkan keterlibatan warga negara dalam permasalahan

dan bagian dari pembuatan kebijakan dan proses implementasi. Termasuk di dalam proses

ini adalah, warga negara “datang sebagai dirinya sendiri dan sebagai warga negara,… lebih

dari sekedar konsumen, klien, dan memberikan keuntungan pada administrasi negara”

[Stivers 1990; 96]. Warga negara termasuk di dalam pemerintahan yang dapat memberikan 18 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

penawaran pada pemerintah untuk memuaskan kebutuhan jangka pendek. Dalam waktu

yang bersamaan, organisasi menjadi “tempat umum yang memiliki sisi kemanusiaan [warga

negara dan administrator] dengan pandangan yang berbeda-beda … bertindak secara

bersama-sama untuk pelayanan masyarakat yang lebih baik [96]. Hal ini menjadi interaksi

dan kesatuan pada warga negara yang memberikan kesempatan dan arti dalam pelayanan

publik. Seperti yang dikatakan Frederickson [1997] “perbuatan yang mulia” dalam pekerjaan

kita.

Berdasarkan pandangan baru dari pelayanan publik, mekanisme seperti co-produksi

dapat memberikan konsep mengenai komunitas, bukan dari konsep pasar. Masyarakat

dengan karakteristik interaksi sosial, memiliki tempat berbagi, dan pertalian yang kuat.

Seperti yang dijelaskan oleh Richard Sundeen [1985], ada tiga komponen dalam masyarakat

– interaksi sosial, pembagian teritori [wilayah] dan pertalian kekeluargaan yang erat.

“karakteristik tersebut memiliki kontribusi secara kohesif dan solidaritas masyarakat dengan

hubungan sosial termasuk di dalamnya menjadi anggota yang ditandai dengan kebersamaan

dan saling tolong menolong, kooperasi, dan keseluruhan nilai holistik [388]. Dalam

masyarakat ini, warga negara dan pelayan publik memiliki tanggungjawab yang sama dalam

kontribusinya untuk berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Dalam lingkungan

ini, satu-satunya jalan untuk mengimplementasikan kebijakan adalah penawaran insentif

atau pemutusan insentif dalam memodifikasi pilihan dan kepentingan individu.

Hal ini diperparah dengan pendapat yang mengutamakan individu. Sebagai orang

yang memiliki kepentingan, menarik keuntungan yang besar, mereka akan melihat dirinya

sebagai konsumen dalam pelayanan pemerintah, bukan sebagai anggota dari masyarakat.

Dalam pandangan baru mengenai manajemen publik, warga negara secara umum meminta

pada pertanggungjawaban pemerintah untuk pelayanan yang memuaskan sesuai

permintaan mereka. Tujuannya adalah mempertemukan antara permintaan dari warga

negara sehingga mereka dapat memiliki keadilan dalam pemerintahan. Model ini 19 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

menekankan pada performans yang dapat mengukur produktifitas sebagai indikator untuk

memperlihatkan posisi warga negara dalam pemerintahan dan pemerintah merancang

tanggungjawab. Peranan warga negara/konsumen terbatas pada permintaan, konsumsi, dan

pelayanan evaluasi.

Para penasehat dari pandangan baru mengenai pelayanan publik memberikan

pendapatnya bahwa sangat kecil perhatian yang dibayarkan oleh partisipasi warga negara

dalam keputusan yang dibuat oleh pemerintah dan pelayanan yang diberikan. Kita dapat

menyatakan bahwa co-produksi dalam masyarakat dengan cara pemberian kepercayaan,

kooperasi, dan pembagian tanggungjawab dan kerja sama dalam mengimplementasikan

program. Dalam proses ini, warga negara akan mempelajari mengenai pemerintahan dan

pemerintah akan mempelajari warga negara. Charles Levine [1984], misalnya, secara

langsung berbicara mengenai permasalahan-permasalahan, pendapat dan argumentasinya

yang mendebat keterlibatan warga negara dalam pelayanan publik yang seringkali

difokuskan dalam pandangan sempit nilai ekonomi dan kriteria politik. Lebih dari sekedar

pertanyaan banyaknya uang yang akan disimpan atau bagaimana pendekatan yang dapat

membantu mencapai tujuan dalam lingkungan politik, ia berpendapat bahwa evaluasi

sebagai alternatif yang potensial memberikan kontribusinya pada warga negara, termasuk;

[1] warga negara percaya pada pemerintah; [2] warga negara yang manjur [efficacy]; dan [3]

pembagian konsep mengenai pertalian kekeluargaan yang erat [1984; 284].

Dengan privatisasi, Levin menyatakan pendapatnya bahwa efisiensi akan sering

dihasilkan karena merupakan pilihan dari penawaran yang kompetitif. Walaupun demikian,

model privatisasi menjadi ideal karena pemerintah menawarkan lingkungan yang kompetitif

dimana pelayanan pada konsumen dengan atau tanpa kontrak dengan pemerintah. Dengan

kata lain, harus ada kepercayaan antara warga negara. Sebagai hasilnya, warga negara

seperti Pericles, Aristotle, dan Rousseau diangkat sebagai warga negara yang aktif dalam

masyarakat. Pendek kata, privatisasi tidak dapat memimpin menjadi warga negara yang 20 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

lebih baik, hanya kemungkinan menjadi konsumen yang lebih pandai. Levine memahaminya

sebagai penempatan dasar-dasar untuk hubungan yang positif antara pemerintah dan warga

negara yang membuat warga negara menjadi bagian integral dari proses pelayanan

masyarakat.” [288].

Kesimpulan

Kita dapat menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara pandangan baru

mengenai pendekatan manajemen publik dengan pandangan baru mengenai pelayanan

publik. Itu hanyalah semantik, atau permainan kata-kata. Misalnya, satu dari pandangan luas

yang digunakan adalah aplikasi dari teknik co-produksi dalam area kebijakan. Berpikir

beberapa menit mengenai program kebijakan seperti melihat suatu fokus pada

penyimpanan dan efisiensi – yang secara resmi menjadi pandangan baru bagi manajemen

publik. Dalam departemen kepolisian, efisiensi dan pengurangan harga sangat

dimungkinkan. Misalnya, rekruitmen yang memberikan insentif dan tidak memberikan

insentif apabila laporan mengenai tindakan kriminal menjadi meningkat dan/atau lingkungan

yang banyak terjadi tindakan kriminal. Alternatif-alternatif ini menjadi dasar evaluasi bagi

departemen kepolisian. Hal ini sama dengan beberapa kasus dan sama fungsinya apabila

privatisasi menjadi alternatif yang lebih baik karena sangat potensial untuk menurunkan

pengeluaran. Hal ini juga dapat digunakan untuk menciptakan kompetisi secara positif untuk

menemukan jalan terbaik dalam pelayanan tugas kepolisian. Peranan departemen kepolisian

menjadi hal baru untuk menciptakan lingkungan yang kompetitif.

Dengan kata lain, masyarakat yang ideal dan warga negara dalam pandangan baru

mengenai pelayanan publik terlihat sangat berbeda. Kebijakan masyarakat, termasuk di

dalam bagian masyarakat dalam mengembangkan solusi yang lebih baik untuk memecahkan

permasalahan di lingkungan sekitarnya. Kebijakan masyarakat berdasarkan pada konsep

bahwa petugas kepolisian dan warga negara secara bersama-sama menciptakan cara yang 21 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis

dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam masyarakat. Hal ini mengacu

pada hubungan antara petugas kepolisian dengan warga negara, memberdayakan

masyarakat menjadi prioritas bagi kepolisian dan keterlibatan untuk mengembangkan

kualitas kehidupan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Tujuannya adalah untuk

membangun masyarakat yang kuat, dengan warga negara yang terlibat dan pemberdayaan

masyarakat untuk mengurangi tindakan kriminal, dan membagi dengan pelayanan publik

sebagai pertanggungjawaban untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Peranan dari pegawai pemerintah menjadi salah satu fasilitas yang terbaik dan memberikan

dukungan untuk keterlibatan masyarakat dan membantu untuk membangun kapasitas

warga negara menjadi lebih baik lagi.

22 Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis