tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web...
Transcript of tobirin.blog.unsoed.ac.idtobirin.blog.unsoed.ac.id/files/2010/07/Kuis-PO-31.docx · Web...
Kui 3 NAMA: DEUIS NISHA YUNITHA
NIM: F1B008047
KUIS PO 3
July 26th, 2010
Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim
Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang
permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap
hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan
berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit
untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan
yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,
banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang
terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya
kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana
solusi alaternatif menurut cara pandang PO.
Jawaban kuis PO 3
Naturalisasi adalah peralihan kewarganegaraan menjadi WNI tetapi hanya untuk pemain yang
memilki darah Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan timnas, tetapi
menurut saya harus lebih diperhatikan jugsa dalam hal pembinaannya baik itu mpemain maupun
dalam manajemen timnas. Mungkin memang bisa saja dengan adanya naturalisasi akan
memperbaiki timnas kita, tapi kita juga harus melihat apakah manajemen,kepemimpinan, dan
kerjasama timnas tersebut sudah maksimal.
Menurut pandangan PO mungkin memeng bisa saja dilakukan dengan naturalisasi sebab kita
juga hars kadang melihat Negara-negara lain dimana sinagpore juga memakai pendekatan seperti
ini.seharusnya pemain-pemian sepak bola yang merasa memilki darah Indonesia seharusnya bisa
sadar diri untuk bisa membangun dan memajukan ranah persepakbolaan Indonesia jangan malah
mengharumkan nama baik Negara lain seperti yang dikatakn kementrian olahraga dan pemuda
Indonesia banyak pemain yang memilki darah Indonesia malah bermain di Negara orang..
Solusi alternative menurut cara pandang PO adalah harus memperhatikan dalam hal pembinaan
dulu, perbaiki keorganisasian yang amburadul, perkuat mental dan perbesar reward bagi para
pemain. Dalam hal ini, Jangan hanya terfokus pada pemain saja. Mungkin bisa dengan
diadakannya reward yang tinggi para pemain juga bisa lebih maksimal untuk berjuang sehingga
bisa mengharumkan nama indonesia. Dan juga pemimpin harus bisa dekat dengan pemain dan
memperhatikan tingkat kepuasan pemain itu agar pemain tersebut bisa termotivasi sehingga
pemain tersebut merasa dihargai sehingga timbul rasa memilki organisasi tersebut(timnas),
sehingga apabila sudah timbul rasa memilki maka otomatis akan menjaga nama baik dan
mempertahankan timnas tersebut. Pemimpin timnas juga harus mengadakan penyuluhan dan
pendekatan kepada supporter agar mereka bisa menjadi supporter yang suportif sehingga tidak
membawa image jelek bagi persepakbolaan Indonesia.
Nama :Annisa MT
Nim :F1B008010
Kuis PO 3
Permasalahan tim nasional, bagaimana perilaku organisasi memandang hal ini dan bagaimana solusi alternatifnya?
Untuk memandang masalah ini dari sudut pandang perilaku organisai adalah akan ditemukan bahwa esensi dari permasalahan yang ada adalah pada manusianya. Dalam perilaku organisasi sendiri untuk memahaminya terdapat empat unsur yang perlu dimengerti yang itu dapat dijadikan dasar kita memandang permasalahan dalam tim nasional dari sudut perilaku organisasi, unsur tersebut ialah:
1. Orang, bahwa orang inilah yang memiliki pikiran dan juga perasaan untuk menciptakan suatu kondisi dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini orang-orang yang berperan dalam tim nasional mulai dari pimpinannya, manajemennya, pelatihnya dan juga personil tim nasional itu sendiri, mereka itulah sebagai pencipta kondisi untuk mencapai tujuan, akan dibawa kemana tim nasional ini. Perilaku organisasi memandang orang sebagai orang seutuhnya, yaitu sebagai system pembentuk manusia
seutuhnya, seperti tidak memisahkan antara rumah dan pekerjaan, kondisi emosial dengan kondisi fisik. Pada intinya seluruh komponen yang membentuk manusia dalam perilaku organisasi diperhatikan dengan saksama karena itu sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia dalam organisasi.
Sehubungan dengan pernyataaan diatas, sesuai permasalahan yang terjadi di tim nasional adalah dapat dianalisis bahwa manajemen seharusnya lebih memperhatikan orang atau komponen timnas dengan seutuhnya. Khususnya masalah pembinaan, seharusnya lebih diperhatikan lagi, manajemen pembinaannya juga perlu direformasi, artinya hilangkan yang kurang baik dan teruskan yang sudah baik. Penjagaan akan kebutuhan mental, psikologis, social dan materi harus diperhatikan baik-baik, yang hal itu selanjutnya akan menjadi motivasi bagi komponen timnas itu sendiri, karena dari situlah timnas akan memberikan jawaban atas kondisi persepakbolaan Indonesia. Dampak-dampak yang tidak diinginkan harus mampu teranalisis dengan memperhatikan kebutuhannya diatas, sehingga harkat dan martabatpun akan terangkat dengan baik dan harapannya mempengaruhi peningkatan prestasi yang dicapai.
2. Struktur, artinya dalam masalah timnas, seharusnya terjalin hubungan yang efektif antara seluruh komponen yang bertanggung jawab, yang berperan dalam menghidupkan timnas. Yang efeknya adalah adanya kerjasama dan hasil yang mampu ditunjukkan kepada mata dunia bahwa Indonesia pun mampu bergabung dalam ajang piala dunia yang selama ini belum mampu tercapai. Masalah struktur ini berkaitan dengan bagaimana seluruh komponen dalam timnas mampu bekerja sesuai deskripsi pekerjaan masing-masing dengan maksimal dan menghasilkan sinergisasi yang maksimal dan mampu merapihkan benang kusut yang ada pada tubuh timnas dalam hal meluruskan masalah yang sekarang ini masih rumit.
Struktur ini selanjutnya berhubungan dengan bagaiman pola manajemen yang ada dalam timnas. Manajemen perlu dirapihkan lagi, dalam beberapa hal diantaranya :
a. dalam peaksanaan pertandingan, terapkan baik-baik fair play, baik oleh wasit maupun pemain sendiri.
b. harus ada tindakan tegas atau sanksi tegas untuk setiap pelanggaran, hal ini untuk meningkatkan sportifitas dan kedisiplinan.
c. untuk pemainnya, lebih difokuskan kepada pembinaannya, terkait teknis dilapangan, karena bagaimanapun baiknya pelatih, pemainlah yang memegang kunci kemenangan.
3. Teknologi, menurut saya, teknologi perannya dalam hal ini tidak terlalu besar, bukan menjadi masalah yang perlu diperbaiki dalam hal ini, karena saya rasa dalam konteks permasalahan persepakbolaan Indonesia tidak begitu bermasalah dalam hal teknologi.
4. Lingkungan, tidak dipungkiri bahwa lingkungan sangat mempengaruhi sikap orang dan kondisi kerja. Dalam hal ini saya lebih mengartikan lingkungan dengan pemerintah dan supporter. Pemerintah harusnya memberikan dukungan dan perhatian serius apabila menginginkan persepakbolaan kita ingin memiliki posisi di kelas internasional. Harus ada jaminan yang pasti dan kontinu atas profesi ini, bagi
para pemain ataupun eks pemain, misal dalam bentuk pensiunan, sehingga dengan demikian akan menjadi motivasi tersendiri bagi para pemain untuk meningkatkan dan memberikan kerjanya yang terbaik. Dapat juga dalam bentuk reward yang sesuai kompetensi. Siapa yang berpestasi secara jelas mendapat reward atas kinerjanya.
Memfokuskan pada naturalisasi, pendapat saya sebaiknya hal itu tidak dijadikan focus penyelesaian dari semua masalah persepakbolaan kita, tapi sebaiknya naturalisasi ini diposisikan sebagai pilihan, atau semacam pelengkap saja, karena melihat permasalahan yang ada, hal itu bukan solusi yang sifatnya menyeluruh. Lebih dari itu, yang perlu dibenahi adalah dari dalam tubuh timnas sendiri, yang pada intinya sesuai dengan pandangan perilaku organisasi adalah lebih mengedepankan pendekatan sumber daya manusia, yang hal ini berhubungan dengan perkembangan. Artinya bahwa penyelesaian dari keruwetan yang ada di timnas adalah bukan dengan mencari solusi dari luar timnas, tapi justru butuh perbaikan dari dalamnya dahulu. Sesuai dengan pendekatan suportif atau sumber daya manusia ini, yang dibutuhkan untuk penyelesaian adalah perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang-orang dalam timnas untuk mencapai tingkat kemampuan, kreatifitas, dan pemenuhan yang lebih tinggi, karena orang-orang dalam timnaslah sumber daya yang paling penting.
Melihat dari perhatian itu maka beberapa yang kemudian dapat menjadi bahan evaluasi adalah bahwa kualitas pemain masih jauh dibawah standar internasional, seperti stamina dan kekuatannya. Selain itu skill dan sportifitasnya masih lemah dan cenderung cepat puas. Untuk hal ini, yang menjadi fokusnya adalah pembinaan pemainnya baru kedua adalah factor pelatihnya.
Sehubungan dengan naturalisasi ini kalaupun yang menjadi keputusannya adalah tetap akan diadakan program ini, maka sebaiknya tidak kemudian terlenakan dan berkurang focus terhadap pemain kita sendiri, berkurang pembinaan dan pengembangan terhadap pemain kita sendiri. Artinya kembali ditekankan bahwa naturalisasi ini hanya sebagai pelengkap. Kalau kemudian akan diadakan maka pemain yang akan dimasukan adalah harus yang teruji kualitasnya, sehingga akan dapat secara efektif membantu mengangkat timnas menjadi lebih baik dan memberikan motivasi bagi pemain local, untuk kemudian pemain lokal itu mampu berkembang.
Perilaku organisasi secara umum memandang hal ini sebagai manusia yang bekerja, dalam hal ini kerja timnas dalam berhadapan dengan lingkungannya, yaitu dunia internasional dan internal timnas sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan timnas, yang bisa diartikan juga dalam rangka mengurai masalah yang merumit ini, maka ada banyak hal yang dibutuhkan, diantaranya adalah :
1. Harus ada perhatian terhadap sumber daya manusia yang membentuk timnas.
2. Dari manusia sebagai sumber daya itu, sebaiknya mampu membentuk iklim yang memberikan motivasi, sehingga menimbulkan semangat dan akhirnya mencapai kepuasan kerja tim. Dengan iklim yag sehat akan menjadi jawaban jangkan panjang dan kelangsungan dari timnas sendiri.
3. Melihat secara sistem, maka dibutuhkan pula adanya perjanjian psikologis dan ekonomis yang itu akan mendukung terciptanya emosional yang mendukung, dan budaya kerjasama yang saling memegang peranan dengan tanggung jawab masing-masing. Dari hal itu akan mendukung kerapian sistem dan masalah satu per satu dapat dilihat siapa yang bertanggung jawab menyelesaikannya dan hal apa yang menjadi penyebabnya.
4. Untuk mampu melakukan tanggung jawab tadi, butuh dorongan utama untuk memotivasi semua komponen yang berperan. Untuk mampu menempatkan motivasi dengan tepat, maka perlu melihat kebutuhan dari semua komponen timnas itu sendiri.
5. Untuk melakukan motivasi salah satunya dapat melalui model harapan, dimana perlu diperhatikan antara valensi, harapan dan instrumentalitas yang ketiganya itu apabila semuanya tinggi maka akan membentuk motivasi. Dalam hal ini dibutuhkan pula pemahaman tentang peran persepsi, karena dari itu akan mudah dalam memberikan motivasi terhadap seluruh komponen timnas. Selanjutnya butuh pula proses atribusi untuk menganalisis apa yang kemudian akan terjadi dimasa depan, dengan melihat apa yang terjadi di maa sekarang, untuk kemudian keadaan buruk ini tidak berkelanjutan sampai esok hari dan harapannya dapat berubah menjadi lebih baik.
6. Selanjutnya setelah dimotivasi, harapannya adalah timbul kepuasan dalam diri timnas. Kepuasan akan timbul manakala mampu menciptakan prestasi yang lebih baik dan berefek pada adanya imbalan ekonomi, sosiologis dan psikologis yang lebih tinggi. Ketika imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasinya maka yang timbul adalah ketidakpuasan. Disinilah peranan reward berpengaruh.
7. Untuk mampu menciptakan kepuasan diatas, dibutuhkan kepemimpinan yang memilki keterampilan teknis, keterampilan memahami manusia dan mampu mengkonsep. Dengan demikian maka permasalahan akan dapat ditangani dengan memperhatikan seluruh aspek yang memberikan pengaruh. Kemudian dibutuhkan pula pemimpin yang mampu bersikap sesuai kebutuhan kondisi organisasi.
8. Tidak hanya pada pemipin, namun juga dibutuhkan partisipasi dari semua komponen timnas seperti pelatih, pemain, pemerintah dan juga suporter. Dengan adanya dukungan keterlibatan mental dan emosional dari seluruh komponen timnas, maka akan mendorong semua komponen itu memberikan kontribusi kepada tujuan timnas dan bersama memikul taggung jawab untuk pencapaian tujuan dan keberlanjutan timnas.
SOLUSI
Hal diatas mungkin telah sedikit menjawab solusi permasalahannya menurut saya, yaitu melalui pandangan perilaku organisasi. Lebih lanjut, solusi lebih sederhana dari permasalahan yang ada, maka muncul dua pendapat yaitu :
1. Solusi dari permasalahan ini adalah sebaiknya perbaiki dulu dari manajemen keorganisasiannya. Dari pimpinannya, sebaiknya keputusan yang dibuat adalah yang holistic, dan focus pada pemberdayaan internal. Seperti dalam hal penyeleksian pemain, maksimalkan dari local dulu. Pencarian bibit unggul dapat dengan penjaringan sampai pada ke desa-desa yang itu dilakukan langsung oleh pemerintah atau pihak yang berfokus pada hal itu, sehingga standar dapat diterapkan dari awal. Terkait dengan pemain yang sudah ada, lebih dikembangkan lagi dalam hal teknik permainan, sportifitas dan mental kemudian dalam hal rasa nasionalisme, yang itu penting juga dalam hal pencitraan persepakbolaan Indonesia agar tidak lagi ada bentrokan antarpemain ataupun antarpendukung. Sehubungan dengan supporter itu diharapkan ketua masing-masing supporter perlu menumbuhkan solidaritas kepada supporter lain karena hal itu akan memberikan dampak psikologis pada pemainnya dan pada mental persepakbolaan kita.
Motivasi perlu diperhatikan dengan pemberian reward yang memenuhi standar kompetensi. Pembinaan dan segala manajemen perlu direformasi agar keorganisasian timnas lebih rapi dan mudah diselesaikan masalahnya satu persatu karena sudah terlihat dengan jelas indikasinya. Untuk kemudian direformasi untuk masing-masong diberikan tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Yang kemudian harapannya mampu tertata rapi dan berjalan lincah diatas organisasi yang rapi.
2. Lakukan evaluasi terlebih dahulu, kemudian berikan perhatian pada elemen yang bermasalah khususnya dalam timnas. Selanjutnya buat hal baik sebagai langkah perbaikan diantaranya dengan pemberian perhatian lebih pada psikoogi, ekonomi, emosional, iklim kerjasama antarelemen perlu ditekankan lagi. Tanggung jawab dari peran masing-masing juga perlu ditingkatkan. Sportifitas perlu diunjung tinggi untuk meningkatkan tatanan sikap dan mental semua elemen. Untuk itu pimpinanlah yang seharusnya berperan membuat konsepan dengan memperhatikan hal teknis dan juga unsur-unsur kemanusiaan, sehingga denga itu diharapkan mampu meningkatkan prestasi timnas yang membawa pada kepuasan tim sendiri dan seluruh elemen yang berpengaruh. Selain itu kontribusi antarelemen juga harus digalakkan untuk mendukung dan membentuk emosi dan sikap mental.
Pada intinya harus ada kesadaran semua elemen untuk berkontribusi positif dan mendukung baik secara ekonomi, psikologi, dan sosial untuk mencapai prestasi yang menjadi tujuan timnas. Bila perlu lakukan reformasi dalam tubuh timnas untuk membuka simpul-simpul yang membuat rumit permasalahan.
Nama : NENA ANDHINI S.
NIM : F1B008086
Kuis 3 Perilaku Organisasi
Berdasarkan pandangan Perilaku Organisasi, permasalahan dalam dunia persepakbolaan yang
terkait dengan peningkatan prestasi sangatlah wajar dan hampir terjadi di seluruh negara di dunia,
namun dalam kasus ini yang menjadi sorotan adalah sepakbola Indonesia. Pada dasarnya
persepakbolaan dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang mana merupakan suatu system social
yang dibentuk atas dasar kepentingan bersama. Dimana system social berarti suatu organisasi diatur
oleh hokum social dan psikologis, sedangkan kepentingan bersama berarti organisasi memerlukan
orang-orang dan orang-orang/masyarakat memerlukan organisasi.
Dalam permasalahan ini yang perlu diperhatikan yaitu kepentingan bersama organisasi
sepakbola Indonesia yang memang memerlukan orang-orang, namun masyarakat tidak memerlukan
organisasi. Magsudnya, masyarakat menganggap organisasi hanya sebagai alat untuk mencapai
kepentingan mereka, bukan sebagai kawan dalam mencapai kepentingan. Masyarakat tidak
memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh organisasi dalam melakukan setiap perilaku dan aktivitas.
Bentuk perhatian itu dapat diwujudkan dengan nilai, aturan, kebijakan dan struktur yang mengatur
organisasi serta apa yang ada dan terkait dengan kinerja dari organisasi.
Dalam kasus ini, masyarakat Indonesia ( masyarakat umum/supporter, pemain, dan tim
pelaksana yang bekerja dalam organisasi itu sendiri tidak terkecuali pelatih ) tidak memperhatikan hal-
hal yang mempengaruhi dan mampu meningkatkan prestasi sepakbola, mereka hanya menginginkan
hasil tanpa memperhatikan proses. Selain itu berdasarkan teori kepuasan kerja dan prestasi
dikemukakan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi prestasi, dimana semakin tinggi prestasi yang diraih
maka akna semakin tinggi tingkat kepuasan kerja anggota organisasi, namun dengan pernyataan
tersebut pula dapat disimpulkan karena kepuasan kerja tinggi akan prestasi tinggi yang diraih, maka
orang-orang akan menglami penurunan motivasi kerja karena kebutuhan yang diinginkan yaitu
kepuasan kerja merasa telah terpenuhi, sehingga tidak ada lagi usaha yanng lebih kerasa lagi untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Solusi alternative yang mungkin dilakukan menurut cara pandang Perilaku Organisasi dalam hal
penyusunan program kerja guna peningkatan prestasi Tim Nasional mungkin dapat dilakukan dengan
membentuk tim kerja yang terdiri dari sekelompok orang yang melaksanakan tugas operasional dan
berusaha mengembangkan suasana kerja sama. Hal itu bertujuan agar dalam penyusunan program
untuk peningkatan prestasi benar-benar dilakukan secara terstruktur. Setiap aktivitas tim kerja juga
harus di dukung oleh lingkungan yang suportif terhadap kinerja mereka. Tindakan yang suportif dapat
dimulai dari pimpinan tim kerja yang mampu menciptakan lingkungan yang suportif, seperti halnya rasa
saling percaya akan kemampuan masing-masing anggota organisasi sepakbola, mulai dari pelaih,
pemain, hingga supporter. Selain di dukung oleh lingkungan yang suportif juga harus terdapat kejelasan
peran dan tujuan tinggi yang nantinya akan dicapai organisasi.
Selain membentuk tim kerja, pemberian imbalan atau bonus dapat dijadikan sebagai motivasi
yang akan menjadi harapan sebagai puncak kepuasan kerja. Motivasi tersebut juga dimaksudkan agar
pemain dan pelatih dapat meningkatkan kualitas mereka dalam berkompetisi, dengan meningkatnya
kualitas maka akan berpengaruh terhadap peningkatan prestasi pada bidang yang di maksud.
Nama: Astri Astuti
NIM : F1B008008
KUIS 3
Menurut saya, Perilaku Organisasi memandang permasalahan dalam persepakbolaan
Indonesia dikarenakan adanya kepuasan kerja yang rendah, salah satunya adalah sering terjadi
pergantian pemain. Hal itu mungkin pula bagian dari keluhan, rendahnya prestasi, penerimaan,
masalah disipliner, dll. Rendahnya kepuasan kerja ini dapat memberikan hasil-hasil yang tidak
sesuai harapan, seperti pada organisasi sepak bola tersebut antara lain timbulnya pembinanaan
yang kurang tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah, dll.
Terdapat hubungan yang terus menerus antara prestasi-kepuasan upaya. Hal ini berjalan
dengan urutan prestasi yang lebih tinggi menimbulkan imbalan ekonomi, psikologis, dan
sosiologis yang tinggi. Bila imbalan itu dirasa pantas dan adil akan memunculkan kepuasan yang
besar, kemudian menimbulkan keikatan yang lebih besar dan mempengaruhi upaya untuk
mencapai prestasi.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, solusi alternative selain adanya naturalisasi adalah
dengan meningkatkan kepuasan kerja bagi seluruh anggota organisasi dengan memberikan
imbalan ekonomi, sosiologis, psikologis yang adil dan pantas serta sesuai dengan apa yang
dikontribusikan anggota pada organisasi. Bisa juga diberikan insentif bagi anggota organisasi
yang mencapai target, contonhnya ada bonus bagi pelatih dan pemain sepak bola jika berhasil
memenangkan atau menjuarai suatu pertandingan. Hal ini sesuai dengan model harapan bahwa
uang menjadi motivator, dimana jika meginginkan lebih maka harus berupaya dan berprestasi
yang lebih baik. Selain itu harus berusaha menciptakan manajemen dan tim yang solid dengan
menciptakan lingkungan yang sportif guna membantu pengambilan langkah untuk membina
kerja tim, masing-masing anggota organisasi sepak bola juga harus mengetahui perannya dengan
jelas agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kemudian pemimpin juga harus
mampu mengelola waktu, perilaku, dan sumber daya-sunber daya lain dengan efektif dan efisien,
ia juga berusaha menjaga anggota tim untuk tetap berorientasi pada tugas mereka secara
menyeluruh.
Dengan demikian diharapkan dunia persepakbolaan Indonesia dapat mengatasi masalah-
masalah yang timbul serta terdorong untuk dapat meningkatkan prestasi dengan motivasi,
langkah-langkah, dan tindakan-tindakan yang diungkapkan tersebut.
KUIS PO 3
Nama : Endah Ratnasari
NIM : F1B008002
Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim, banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya kan dijawab
dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana solusi alaternatif menurut cara pandang PO.
Jawaban :
Semua orang dalam organisasi berurusan dengang upaya meningkatkan perilaku organisasi. Dalam permasalahan ini, upaya peningkatan prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi yaitu dengan merekrut kembali pemain sepak bola yang berasal dari Indonesia yang tadinya telah bergabung dengan tim dari luar negeri. Seperti yang terjadi oleh salah satu pesepak bola berdarah Indonesia yang tergabung dalam Tim Nasional dari Jerman dan Belanda. Mereka harus kembali ke Tanah Air untuk bergabung bersama dengan Tim Nasional, dengan begitu pula mau tidak mau mereka harus menjadi Warga Negara Indonesia. Namun, dengan tergabungnya mereka ke dalam Tim Nasional apakah kebutuhan mereka dapat terpenuhi seperti waktu mereka tergabung dalam Tim Nasional dari luar negeri ?. Dalam hal ini, cara pandang PO untuk menyikapinya adalah dengan memperbaiki kinerja organisasi itu sendiri. Pimpinan harus mampu memberikan timbal balik yang sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan oleh para pemain, dengan begitu mereka juga semakin bersemangat untuk mengharumkan nama Indonesia. Jangan sampai jasa yang telah mereka berikan sama sekali tidak dianggap atau bahkan dilupakan. Selain itu kerjasama dalam satu tim harus dijaga kekompakanya, iklim yang kondusif juga dapat memotivasi orang-orang dalam satu tim untuk bekerja lebih efektif lagi. Orang-orang akan lebih puas dalam melaksanakan pekerjaan mereka apabila terwujud kerja sama dan kerja tim disertai dengan adanya reward. Sedangkan permasalahan yang begitu kompleks mengenai supporter sepak bola yang semakin hari semakin anarkis. Memang hal ini terjadi diluar dugaan yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa, namun hal ini dapat diminimalisasikan dengan memberikan arahan kepada para supoter dan juga memberikan wewenang kepada masing-masing kordinator dari tiap supporter untuk bertanggungjawab penuh atas kejadian-kejadian yang terjadi. Dengan begitu, apabila hal yang tidak diinginkan terjadi pihak yang berwenang akan dengan mudah mendapatkan informasi mengenai oknum yang menjadi otak permasalahan yang sering dialami oleh supporter sepak bola di Indonesia.
KUIS 3 Perilaku Organisasi
Nama : Yuliana Dwi Wahyuni
NIM : F1B008050
Perilaku Organisasi memandang permasalahan yang ada tentang organisasi persepakbolaan di
Indonesia yakni adanya ketidakpuasan kerja yang dialami oleh pemain tim sepakbola di Indonesia dan
belum tercapainya suatu tim kerja yang solid.
Prestasi yang baik akan menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis, dan psikologis yang lebih
tinggi. Apabila imbalan itu dipandang pantas dan adil, maka timbul kepuasan yang lebih besar karena
pemain merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasinya. Ini terlihat pada
pemain sepakbola Indonesia yang menurut mereka, imbalan dengan usaha yang mereka berikan tidak
sesuai maka akhirnya timbullah ketidakpuasan kerja yang cenderung akan mempengaruhi tingkatan
prestasi yang diperoleh oleh pemain. Selain ketidakpuasan kerja persoalan ini menyangkut bagaimana
organisasi persepakbolaan memaksimalkan masalah tim kerja dalam timnya. Tim kerja yang solid dalam
suatu organisasi sangat berperan penting dalam menimbulkan keefektifan suatu kegiatan kerja tim
dalam mencapai tujuan.
Solusi alternatif menurut perilaku organisasi yakni mengubah ketidakpuasan kerja pemain tim
sepak bola Indonesia menjadi adanya kepuasan kerja dalam diri setiap pemain. Hal yang perlu dilakukan
untuk mewujudkannya dengan adanya imbalan atau reward yang maksimal atas apa yang telah pemain
usahakan untuk timnya. Secara otomatis prestasi merekapun akan meningkat seiring kepuasan kerja
yang mereka rasakan. Untuk peningkatan keefektifan keorganisasian Sepakbola di Indonesia perlu
adanya tim kerja yang solid. Adanya lingkungan yang suportif dalam tim, kejelasan peran masing-masing
pemain dalam tim tersebut, tetap berorientasi pada tugas sehingga tujuan atau prestasi yang diraih tim
sepakbola dapat tercapai, serta adanya kepemimpinan yang sesuai oleh pelatih yang mampu memimpin
tim sepakbola Indonesia. Pembinaan yang tepat yang dilakukan oleh pelatih, pelatih memberikan
dorongan psikologis kepada setiap pemain agar mental pemain kuat dalam menghadapi setiap
pertandingan, pola kepemimpinan yang efektif yang diterapkan oleh pelatih, serta pengelolaan
manajemen tim yang baik yang didukung oleh seluruh stakeholder dalam tim. Semua hal tersebut
diharapkan dapat menjadi suatu cara dalam peningkatan prestasi tim Sepakbola Nasional kita.
KUIS PERILAKU ORGANISASI 3
NAMA : Septina Cahyaninggar
NIM : F1B008090
Berbagai masalah yang dihadapi oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga pasti tidak jauh-jauh
dengan permasalahan timnas persepakbolaan di Indonesia. Berbagai cara telah dilakukan untuk dapat
menyelasaikan masalah persepakbolaan ini, salah satunya dengan naturalisasi, namun dengan adanya
naturalisasi yang diharapkan dapat menjadi penyelesaian terhadap masalah tersebut justru
menimbulkan berbagai masalah yang baru.
Sebagai sebuah timnas, ada berbagai hal yang dapat mereka lakukan untuk menyelesaikan
masal tersebut, antara lain dngan cara mengembangkan suasana kerjasama yang disebut tim kerja.
Untuk menjadi tim kerja yang efektif maka perlu didukung denga lingkungan yang suportif, yaitu
lingkungan yang mendukung untuk menimbulkan iklim kompetisi yang baik. Hal ini dapat dicontohkan
dengan para pendukung (supporter) yang seharusnya dapat menerima kekalahan apabila tim sepak bola
yang didukung oleh mereka kalah, bukannya justru melakukan tindakan-tindakan yang anarkis. Di dalam
suatu organisasi juga diperlukan adanya kejelasan peran. Dengan adanya kejelasan peran maka dalam
suatu tim dapat mengetahui perannya masing-masing dan mengetahui peran anggota lain sehingga
dapat memudahkan anggota organisasio dalam bekerjasama, karena apabila salah satu anggota tim
tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik maka hal tersebut akan berakibat pada hasil kinerja
anggota yang lain.
Hal yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan prestasi dari timnas sepakbola
Indonesiayaitu dengan meningkatkan kepuasan kerja dari para pemainnya. Salah saru cara yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara memberikan reward yang cukup tinggi bagi para pemain yang berhasil
mencetak gold an sebagainya. Dengan memberikan reward yang tinggi maka para pemain dapat
termotivasi untuk mempu bekerja lebih baik untuk tim sepak bolanya. Dengan mampu meningkatkan
prestasi maka dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi para pemainnya.
Nama : Raras Dwi Anggraeni
NIM : F1B008049
Makul : Perilaku Organisasi
KUIS 3 PO
Pertanyaan :
Bagaimana PO memandang permasalahan Timnas dan bagaimana solusi alternatif menurut cara
pandang PO ?
Jawaban :
Naturalisasi memang saat ini dianggap solusi yang paling tepat untuk meningkatkan prestasi
sepakbola Indonesia sehingga ketertinggalan selama ini bisa dikejar dengan cepat dan tepat.
Menurut Andi Malarangeng, dengan merekrut pemain luar negeri yang berketurunan Indonesia
dan mempunyai prestasi merupakan salah satu cara untuk membuat suatu tim yang dapat
meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia. Akan tetapi, naturalisasi hanya untuk pemain yang
mempunyai keturunan Indonesia. Andi menganggap naturalisasi di dunia olahraga sebagai
fenomena yang biasa karena sering dilakukan banyak negara. Para pemain sepakbola naturalisasi
yang berkeinginan bermain di Indonesia harus menjalani uji kelayaka dan kepatutan. Baik yang
bersifat fit dan proper test maupun masalah administrasi. Tidak mudah bagi mereka untuk benar-
benar bisa masuk ke dalam persepakbolaan Indonesia, mengingat naturalisasi telah diatur oleh
badan sepakbola dunia (FIFA), sementara pemerintah juga memiliki aturan tersendiri sesuai UU
No. 20 Tahun 2006. Dalam UU No. 20 Tahun 2006 ini tercantum bahwa kewarganegaraan
seseorang dapat diperoleh dengan proses pewarganegaraan. Sementara menurut FIFA, seseorang
bisa dinyatakan naturalisasi apabila didukung promoter atas sponsor di negaranya dan memiliki
dua paspor. Selain itu menurut FIFA, apabila seseorang sudah 5 tahun berturut-turut berada di
negara lain/10 tahun tidak berturut-turut berada di negara itu, maka dia bisa menjadi warga
negara setempat. Bilamana pemain menyatakan menjadi warga negara Indonesia, maka jika
ingin kembali ke negara asalnya, maka harus mematuhi peraturan di negara tersebut. Dengan
adanya program naturalisasi ini diharapkan timnas akan dihuni oleh pemain terbaik. Namun
naturalisasi ini di atas seharusnya juga harus didukung oleh pembinaan yang tepat,
keorganisasian yang baik, mental yang kuat dan reward yang besar. Pembinaan yang tepat dapat
terlaksana dengan adanya pelatih yang professional. Pelatih disini harus mempunyai standar
untuk pemain internasional jadi Indonesia tidak membuang-buang uang untuk menggaji pelatih
yang tidak professional. Keorganisasian yang baik juga dapat terwujud apabila dalam pemilihan
staf-staf yang bekerja dalam organisasi tersebut benar-benar mendukung timnas sepenuhnya dari
segi manapun. Staf yang tidak produktif bisa diganti dengan staf yang baru yang lebih
professional lagi dan produktif. Mental yang kuat sebenarnya muncul dari pemain sendiri apabila
mereka menganggap mereka mempunyai prestasi. Apabila mereka tidak mempunyai prestasi
yang cukup dibanggakan, bagaimana mungkin mereka mempunyai mental yang kuat. Dengan
pemberian reward yang besar sebenarnya dapat memotivasi para pemain timnas untuk lebih
berprestasi lagi. Pemerintah seharusnya lebih memberi perhatian terhadap hal ini. Sebenarnya
masalah ini tidak hanya di dunia sepakbola saja, tetapi juga untuk atlet lainnya. Faktanya saja
sekarang para atlet yang sudah pension sudah tidak diberi gaji lagi untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga banyak mantan atlet yang hidupnya terlunta-lunta karena tidak memiliki
biaya lagi untuk hidupnya. Hal ini kontras sekali dengan keadaan para atlet/mantan atlet yang
ada di luar negeri. Mereka diberi reward yang sangat besar apalagi apabila mereka bisa
menjuarai suatu pertandingan. Selain itu juga, tidak sportifnya para suporter. Sebenarnya sportif
harus diciptakan terlebih dahulu oleh para pemain timnas. Sekarang apabila para suporter harus
sportif, tetapi para pemainnya tidak sportif sama saja bohong. Karena para suporter disini meniru
sikap/perilaku dari para pemain timnas itu sendiri. Para pemain juga harus bisa belajar
menghargai keputusan dari wasit dan wasit pun juga harus bisa profesional (adil) dalam
melaksanakan tugasnya. Jadi, solusinya tidak hanya naturalisasi saja, tetapi juga dari unsur-unsur
lainnya yang mendukung persepakbolaan Indonesia.
NAMA : ANNISA FAHMI
NIM : F1B008003
KOMENTAR KUIS 3
NATURALISASI SEPAK BOLA INDONESIA
Perilaku organisasi merupakan penerapan pengetahuan bagaimana orang-orang berfikir di
dalam organisasi. Perilaku organisasi adalah sarana manusia bagi keuntungan manusia. Perilaku
organisasi dapat diterapkan di semua jenis organisasi, seperti bisnis, pemerintah, sekolah, dan
organisasi jasa. Apa pun organisasi itu, ada kebutuhan untuk memahami perilaku organisasi.
Termasuk organisasi sepak bola Indonesia.
Naturalisasi atau pindah kewarganegaraan telah menjadi pokok bahasan penting di sepak
bola Indonesia sekarang ini. Namun di lain pihak, naturalisasi banyak menimbulkan pro dan
kontra terutaman dari anggota PSSI itu sendiri. Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, menegaskan,
proses naturalisasi pemain untuk memperkuat Timnas Indonesia bukanlah kebijakan utama. Dia
berkeras, PSSI akan tetap mengutamakan pembinaan usia muda di tanah air. Belakangan ini,
PSSI memang tengah gencar mendekati para pemain asing keturunan Indonesia untuk disertakan
dalam skuad Merah Putih. Kendati wacana ini ditanggapi antusias sebagian masyarakat, tidak
sedikit pula yang menentang karena menganggap PSSI hanya mencari jalan pintas dalam
mendongkrak prestasi. Memang Naturalisasi akan menimbulkan pro dan kontra tetapi demi
harapan kelak Timnas Indonesia akan berprestasi di tingkat Asia, bahkan dunia. Gagasan ini
patut dioba oleh PSSI agar kualitas Timnas kita akan kembali dikenal sebagai Macan Asia.
Adanya hal ini menurut saya ada hubungan nya dengan pendekatan dasar sumber daya
manusia. Pendekatan sumber daya manusia berhubungan dengan perkembangan. Pendekankan
ini menekankan perhatian pada perumbuhan dan perkembangan orang-orang untuk mencapai
tingkat kemampuan, kreativitas, dan pemenuhan yang lebih tinggi, karena orang-orang adalah
sumber daya yang paling penting dalam organisasi mana pun. Termasuk dalam organisasi sepak
bola.
NAMA :ANISA PRAMITASARINIM : F1B008036
Maaf pak, dari kuis 1 sampai 3 saya ngirim kuisnya lewat email. masalahnya kalo lewat blog suka susah masuknya.
Menurut pendapat saya, sepertinya program naturalisasi mendapat pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya bagi mereka pecinta sepakbola. Sebagian orang memandang bahwa naturalisasi mampu meningkatkan kualitas tim nas indonesia, sebagian orang lagi berpandangan bahwa naturalisasi hanya sebuah cara instan untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Yang seharusnya hal itu tidak harus diterapkan selama indonesia di hari-hari sebelumnya gencar melaksanakan pembinaan para pemain muda sejak dini dan pembinaan mental para pemain kita dengan disertai pelatih yang capable dan profesional serta didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Seperti lapangan sepakbola, gym, dll. Hal-hal seperti itu merupakan solusi yang sekiranya mampu menjawab masalah pembinaan yang tidak tepat selama ini.dan untuk masalah minimnya reward atau penghargaan mungkin sebelumnya dapat didahului dengan peningkatan anggaran negara untuk pemain dan pelatih tim nas kita, yang sekiranya mampu memotivasi mereka dan menanamkan perhatian pemerintah.Seharusnya naturalisasi dapat diterapkan ketika segala bentuk permasalahan yang ada dalam tim persepakbolaan indonesia dapat dibenahi dan dapat terselesaikan terlebih dahulu. Dalam hal ini PO berpandangan bahwa naturalisasi merupakan sebuah motivasi kerja bagi para pemain nasional kita pada khususnya yang akan berdampak pada kepuasan kerja. Motivasi dan kepuasan kerja sangat berkaitan dengan
prestasi yang selama ini kita harapkan. Namun prestasi tersebut juga harus didukung dengan adanya tim kerja yang efektif, diantaranya adalah :
- Lingkungan yang suportif : diharapkan pemimpin (ketua PSSI) mampu menciptakan lingkungan yang suportif baginya. Contohnya pemimpin harus mampu membuat para pemain tim nas terhindar dari masalah pribadi ataupun masalah kelompok. Baik antar pemain maupun antara pemain dengan tim managemennya.- Kejelasan peran : setiap pemain diharapkan cakap dalam menjalankan tugasnya (profesional) berdasarkan pada pembagian tugas yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh : SERGIO VAN DIJCK, pemain asal belanda yang telah ditugaskan sebagai streaker dalam tim nas indonesia, harus menjalankan perannya hanya sebagai penyerang dan tidak lebih dari itu.- Tujuan tinggi : ini merupakan tugas manager supaya para pemain dan tim managemen tetap berorientasi pada tugas mereka. Yang ditetankan adalah hasil kinrerja tiap orang dapat mencapai prestasi yang maksimal.- Kepemimpinan yang sesuai : adanya pola kepemimpinan yang sesuai, akan serta merta mampu meningkatkan prestasi tim nas kita. Contah : ketika nurdin halid menjabat sebagai ketua PSSI saya rasa itu bukanlah kebijakan yang tepat, karena beliau pernah terjerat kasus korupsi dana bulog dan statusnya pada saat itu adalah seorang narapidana. Bagaimana mungkin seorang narapidana mampu memimpin sebuat tim besar dengan skala nasional???. Sepertinya hal itu juga perlu menjadi perhatian bagi kita supaya pemerintah mampu melihat lebih jernih dalam mengambil segala bentuk kebijakan untuk kedepannya.
Nama: Bettriwani saragih
NIM : F1B008007
Kuis PO 3
Saat ini kementrian olahraga sedang berencana membuat kebijakan naturalisasi untuk pemain Timnas, tapi kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra, dan jelas ini tidak akan menjawab semua permasalahan yang terjadi pada persepakbolaan Indonesia. Bahkan tanpa disadari sebenarnya kebijakan naturalisasi ini dapat memperburuk sepak bola tanah air. Jadi untuk meningkatkan kualitas Timnas Indonesia bukan naturalisasi solusinya, malah jika naturalisasi menjadi prioritas dari PSSI niscaya ini akan menjadi lubang besar yang dapat memperburuk atau memperparah kondisi sepakbola tanah air, sebab naturalisasi yang dilakukan dengan memasukkan pemain asing keturunan Indonesia pasti akan membuat pemain-pemain lokal yang telah dibina dan bertarung dikompetisi akan terbuang sia-sia. Naturalisasi itu adalah halal untuk dilakukan tapi bukan solusi yang dapat dijadikan sebagai sandaran meretas kebuntuan prestasi sepak bola Indonesia.
Solusi alternatif dilihat dari cara pandang Po yaitu dapat dilakukan dengan cara memberikan pelatihan atau pembinaan pemain muda berbakat serta pengelolaan kompetisi domestik yang profesional dan berkualitas, dimana pelatihan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan para pemain. Di Indonesia sebenarnya kedua konsep ini merupakan konsep yang sangat asing karena belum pernah dilakukan seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. Di Indonesia saat ini hanya ada klub-klub dan sekolah sepak bola yang serius melakukan pembinaan tapi itu pun kurang mendapat dukungan dari PSSI. Dan yang paling penting lagi di Indonesia
kurang adanya pengakuan terhadap pemain-pemain sepak bola Indonesia, dimana pemain-pemain sepakbola Indonesia selalu dianggap tidak bisa, jadi pengakuan ini sangat penting karena ini jelas juga akan berpengaruh pada mental dan psikologis para pemain, adanya pengakuan jelas akan menambah semangat para pemain sepak bola untuk meraih suatu prestasi, dimana pengakuan tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan insentif atau tunjangan yang lebih untuk para pemain sepak bola kita, dimana saat ini imbalan adalah segalanya, hampir semua orang didunia ini semakin besar imbalan yang diberikan pasti semakin termotivasi untuk meraih suatu prestasi, dan jelas ini akan menjadi kepuasan tersendiri terhadappara pemain sepakbola Indonesia. Tapi saat ini yang terjadi pada pemain sepakbola Indonesia masih kurang termotivasi, karena minimnya reward yang diberikan atau kurang adanya penghargaan juga terhadap pemain sepakbola kita.
Solusi lain dari permasalahan tersebut bisa juga dilihat dari pemimpinnya, dimana peran pemimpin sangat krusial sekali dalam sebuah organisasi, jadi pemimpin yang diharapkan dalam organisasi sepakbola ini harus pemimpin yang benar-benar mempunyai komitmen serta pemimpin yang mengerti akan kebutuhan setiap anggotannya, dan memahami anggota satu dengan yang lainnya atau pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan yang demokratis. Untuk masalah memperbaiki organisasi yang amburadul dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sifat-sifat dan mental para manusianya atau mengubah pola pikir (mindset) orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut karena kalau merubah sistem itu merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Dan menerapkan “miskin stuktur kaya fungsi”
Masalah suporter sepakbola saat ini memang bisa dikatakan sangat memprihatinkan karena mereka bisanya hanya “jago kandang” maka untuk menghindari suporter yang kurang sehat dapat dilakukan dengan cara melakukan penjagaan yang lebih ketat, karena ini jelas akan berpengaruh pada pemain sepakbola kita.
Dan semua permasalahan itu dapat terselesaikan jika memang orang-orangnya mau berubah, jadi semua itu tergantung pada individunya sendiri.
From: Nur Amanah <[email protected]> Add to Contacts
Melihat permasalahan persepakbolaan di Indonesia boleh dikatakan cukup rumit dan kompleks. Hal ini tidak terlepas dari timnas yang ada masih belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dilihat dari organisasi maupun pada manajemen. Apalagi sekarang tersiar kabar bahwa akan adanya program naturalisasi pada tubuh PSSI, dimana program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas persepakbolaan yang dilihat dari segi pemainnya.Tetapi apabila kita menganalisis lebih cermat mengenai program naturalisas ini, seharusnya kebijakan ini harus
melihat dari berbagai aspek apabila ingin melakukan naturalisasi dengan menggunakan pemain dari luar yang katanya masih keturunan indonesia apakah hal tersebut dapat diwujudkan dengan prestasi persepakbolaan kita akan naik ?belum tentu!. Kenapa tidak memakai orang asli indonesia saja?. Apakah PSSI tidak merasa puas dengan performance mereka?. Ini yang seharusnya diperhatikan oleh segenap pejabat maupun pihak -pihak terkait yang membuat program naturalisasi, program ini membuktikan bahwa pemain yang berasal dari asli indonesia tidak membawa kemajuan pada tubuh PPSI, berarti PSSI telah gagal membina atlet-atlet sebelumnya dengan ditunjukkan seringkali terjadi pergantian pemain, berarti kepuasaan kerja atlet tidak diperhatikan yang bisa dilihat dari reward dan jaminan masa depan sebab kepuasaan kerja adalah bagian kepuasaan hidup dan sifat lingkungan seseorang di luar pekerjaan mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaan, oleh karena itu, pekerjaan merupakan bagian penting kehidupan dan kepuasaan kerja mempengaruhi kepuasaan hidup. dan kepuasaan kerja apabila sudah tercapai maka prestasi akan mengikuti dimana tidak lepas dari motivasi dengan imbalan ekonomik dan kenyamanan kerja. jika dikaitan kepuasan kerja dengan prestasi sangat jelas terlihat hubungannya, yang mana prestasi yang lebig baik secara khas menimbulkan imbalan ekonomi, sosiologis dan psikologis karena imbalan itu dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasaan yang lebih besar karena pemain atau atlet merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasi. Sebaliknya, apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasi cenderung timbuk ketidakpuasaan sehingga tingkat kepuasaan seseorang dapat menimbulkan keikatan lebih besar atau dapat pula menimbulkan keikatan lebih kecil yang kemudian mempengaruhi upaya dan akhirnya pada prestasi. Oleh karena itu, kebijakan ini yaitu program naturalisai sebaiknya ditinjau dan dievaluasi kembali memang dalam sebuah program ada sisi baik dan buruknya tetapi sebisa mungkin kita dapat meminimalisir dampak yang buruk pada persepakbolaan Indonesia. selain itu, tidak salahnya toh apabila kita tetap menggunakan pemain asli Indonesia apabila kita dapat memotivasi mereka dengan imbalan yang sesuai dan jaminan hidup ke depannya daripada kita harus membuang-buang uang demi pemain luar apa salahnya atlet kita digali kembali potensi mereka yang terpendam dan hal itu tidak kalah dengan kemampuan yang dimiliki oleh pemain luar. Dan diharapkan secara tidak langsung persepakbolaan Indonesia akan mengalami kemajuan yang cukup berarti di mata dunia.
Nama : Maya Sri Rahayu
NIM : F1B008004
KUIS PO 3
Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim
Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang
permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap
hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan
berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit
untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan
yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,
banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang
terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya
kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana PO memandang permasalahan ini dan bagaimana
solusi alaternatif menurut cara pandang PO.
Jawaban Kuis Perilaku Organisasi (PO) 3
Menurut saya, tidak ada salahnya rencana naturalisasi ini dilakukan. Pemain keturunan
memang dinilai memiliki skill yang baik karena mereka ditempa di kompetisi yang elit dan
professional. Dan mungkin dengan pemain-pemain tersebut bisa membawa prestasi yang lebih
baik bagi Timnas. Namun untuk kondisi sekarang, naturalisasi belum cukup efektif untuk
dijadikan jalan keluar dari permasalahan minimnya prestasi sepak bola Tim Nasional Indonesia.
Itu hanya cara instan saja kalau menurut saya. Toh masih banyak pesepakbola asli dalam negeri
dengan bakat dan skill yang tidak kalah bagus jika olah secara tepat dan dengan manajemen
PSSI yang professional. Tidak sulit mencari pemain yang berkempuan mumpuni, apalagi
mengingat negara kita sebagai negara dengan jumlah penduduk banyak. Intinya disini adalah
tinggal membenahi manajemen PSSI-nya dengan berbagai program dan rencana yang harus
matang.
Solusi pertama yang dapat dilakukan adalah pembinaan pemain muda dengan mendirikan
camp pelatihan untuk pemain berdasarkan semua jenis umur yang dikelola oleh setiap provinsi
atau kota yang dibawahi langsung oleh Kementrian Pemuda dan olahraga. Dan pemberian
beasiswa bagi pemain yang berpotensi dan diberi kesempatan untuk bermain di liga professional.
Dengan cara seperti itu, pemain-pemain muda jadi lebih berprestasi dan rekruitmen pemain-
pemain muda yang berkualitas jadi lebih mudah. Lalu membenahi motivasi pemain dan pelatih
dengan memperbanyak reward dan memperhatikan berbagai kebutuhan mereka. Baik itu dengan
memenuhi kebutuhan financial maupun pemberian reward atas prestasi dan kontribusi mereka
terhadap Timnas. Motivasi dengan hal tersebut dinilai efektif selama ini. Karena dengan cara itu
pemain merasa lebih dihargai atas usaha dan kontribusi mereka, sehingga mereka akan terus
berprestasi dan berusaha keras dengan segala skill dan kemampuan yang mereka punya demi
mencapai tujuan yaitu menciptakan persepakbolaan Indonesia yang kaya akan prestasi.
Kemudian dengan melaksanakan program
Muhlisoh
F1B008067
PO Kuis 3
PO memandang masalah program peningkatan prestasi tim nasional melalui naturalisasi menurut saya
dapat dilihat dari pendekastan system dan pendekatan sumber daya manusia. Kalau dilihat dari
pendekatan sumber daya manusia, program tersebut sebenarnya bagus karena melihat sumber daya
manusia di cabang sepak bola ini masih sangat kurang kualitasnya. Tidak hanya pada pemainnya namun
juga pada pelatih dan pengelolanya. Sehingga tidak bias berjalan sinergis satu sama lain yang
mengakibatkan prestasinya pun belum bias bersaing dengan Negara-negara lain terutama eropa.
Melihat hal tersebut, menurut saya naturalisasi merupakan salah program yang bagus untuk
meningkatkan prestasi tim nasional. Toh pemain yang dinaturalisasi akan benar-benar memperjuangkan
nasib bangsa Indonesia demi pencapaian prestasi yang gemilang. Saatnya dunia persepak bolaan
Indonesia bangkit bersaing dengan Negara-negara lain. Kalau dilihat dari pendekatan system, PO
memandang naturalisasi sebenarnya tidak harus dilakukan, hal tersebut dikarenakan system yang ada
dari pengelolanya sendiri serta pelatihnya, pokoknya semua system sudah saling terpengaruh satu sama
lain yang menyebabkan timnas masih sangat kendor prestasinya. Jadi yang perlu diperbaiki adalah
sistemnya mulai dari pemain, pelatih, pengelola sehingga semuanya bias sinergis untuk meraih prestasi
di dunia.
Solusi alternative menurut cara pandang PO yaitu dengan pendekatan system dimana semua sub system
yang mendukung peningkatan prestasi harus diperbaiki. Mulai dari memperbaiki system pembinaan,
harus adanya pembenahan dalam pembinaan yaitu dengan pembinaan dari dini. Mulai merintis pemain-
pemain cilik yang benar-benar di bina dengan baik. Kemudian mengganti pelatih-pelatih yang kurang
berkualitas, cari pelatih-pelatih yang benar-benar bisa mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk
melatih para pemain. Selain pembinaan dan pelatih hal penting lainnya adalah meningkatkan insentif
bagi pemain yang dapat memberikan motivasi yang lebih besar untuk pencapaian prestasi para pemain.
Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan memilih ketua yang benar-benar capable di bidang itu
karena sangat berpengaruh terhadap setiap kebijakan dan tindakannya. Kalau semua hal tersebut sudah
dibenahai, system yang ada pun akan lebih sehat sehingga dapat meningkatkan prestasi timnas.
Nama : Septiandita Arya Muqovvah
NIM : F1B008051
Jawab:
Melihat permasalahan yang persepakbolaan yang rumit itu, menurut saya
naturalisasi belum cukup menjadi solusi yang tepat. Masalah dalam
persepakbolaan tidak hanya eksternal saja yang yang mempengaruhi motivasi
pemain. Masalah internal juga pernah terjadi dalam persepakbolaan Indonesia.
Misalnya para pemain yang mogok bermain karena terlambat diberi imbalan juga
karena ada hubungan yang tidak harmonis dengan pelatihnya, mungkin karena
berbeda pendapat dalam hal strategi dan hal lain. Maka dari itu menurut
pandangan PO, dalam tim sepakbola harus ada perjanjian psikologis dan ekonomi.
Perjanjian psikologis menetapkan syarat keterlibatan psikologis masing-masing
pemain dalam sistem. Sehingga pemain setuhu untuk mencurahkan tenaga dan
loyalitasnya dalam tim sepakbola, namun sebaliknya menuntut lebih dari sekedar
imbalan ekonomi dan sistem. Disini pemain sepakbola berusaha memeperoleh
jaminan serta perlunya pengakuan atau dianggap yang seharusnya bisa
dimengerti, selain itu hubungan baik dengan orang-orang dalam tim sepakbola
harus ditingkatkan. Jadi perjanjian psikologis dan ekonomi bisa dipertimbangkan
dalam hal permasalahan internal tim sepakbola.
Beberapa waktu yang lalu PSSI melalui sekjennya Nugraha Besoes menggulirkan rencana
naturalisasi untuk memperkuat skuad merah putih. Naturalisasi adalah pemberian hak
kewarganegaraan kepada seseorang. Hal ini terkait dengan rencana jangka pendek PSSI untuk
menaikkan prestasi timnas di beberapa ajang internasional beberapa waktu dekat ini yaitu AFF
dan Sea Games. PSSI telah menetapkan tiga pemain asing berdarah Indonesia yang siap
dinaturalisasikan untuk memperkuat timnas yaitu Irfan Bachdim (Belanda/21), Kim Jeffrey
Kurniawan (Jerman/20), serta Alessandro Trabucco (Italia/16). Kebijakan ini pun mendapatkan
respon yang berbeda di mata masyarakat, ada yang pro dan kontra terhadap kebijakan PSSI ini.
Menurut saya, kebijakan yang diambil PSSI tidak terlalu bermasalah, karena naturalisasi
adalah hal yang wajar dan telah ada regulasinya yang di berlakukan oleh FIFA. Sebelumnya kita
perlu melakukan refleksi terlebih dahulu akan kebijakan naturalisasi. Tim Panser Jerman pernah
melakukan naturalisasi terhadap para pemainnya yaitu Miroslave Klose dan Lucas Podolski
untuk memperkuat tim itu. Dalam bidang olah raga Bulu tangkis, tentunya kita ingat nama besar
Ivana Lie dan Susi Susanti, keduanya pun merupakan hasil proses naturalisasi. Selain itu,
naturalisasi tidak akan bermasalah jika PSSI dan Publik tidak menganggap kebijakan ini sebagai
sebuah kebijakan yang parsial dan tentative. PSSI harus melandaskan kebijakan ini sebagai
kebijakan kecil diantara kebijakan-kebijakan pembangunan persepakbolaan nasional jangka
panjang. Pembinaan pemain usia muda, perbaikan supporter, dan reorganisasi PSSI tetap harus
dilakukan. Jadi, kebijakan ini harus merupakan sub sistem dari sebuah sistem kebijakan yang
komprehensif.
Sebuah catatan yang perlu digaris bawahi oleh PSSI adalah pemberian hak dan kewajiban
yang adil terhadap pemain timnas yang lain, artinya tidak ada perlakuan istimewa terhadap
pemain naturalisasi tersebut. Selain itu, pemain yang akan dinaturalisasikan harus benar-benar
memiliki kemampuan diatas rata-rata pemain Indonesia.
Naturalisasi ini akan berdampak pada iklim organisasi. Jika memang pemain naturalisasi
ini benar mempunyai kemampuan diatas rata-rata pemain Indonesia, maka hal ini akan
berdampak pada motivasi tim yang akan semakin baik. Seluruh pemain akan mencoba
berkompetisi untuk mengimbangi permainan pemain naturalisasi dan mencoba untuk bermain
sempurna. Secara tidak langsung akan menciptakan pola kompetisi yang sehat diantara pemain.
Membahas tentang iklim organisasi, tentunya tidak akan lepas dengan model perilaku organisasi
apa yang digunakan untuk menciptakan iklim organisasi seperti yang di inginkan. Dalam hal ini
untuk menciptakan timnas merah putih yang solid dapat kita gunakan model Kolegial. Model ini
berkaitan dengan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Dasar dari model ini adalah
upaya untuk mewujudkan kemitraan (partnership) diantara para pemain. Orientasi manajemen
adalah kerja tim, sesuai dengan inti dari permainan sepak bola yang merupakan permainan tim.
Manajer (baca: pelatih) dipandang sebagai pendamping, bukan sebagai bos, artinya dengan
posisi pelatih sebagai pendamping dapat dijadikan sebagai konsultan atas permasalahan yang
dihadapi tim itu sendiri maupun oleh pemain-pemainnya. Respon pemain atas model ini adalah
tanggung jawab artinya pemain akan menyajikan permainan yang berkualitas bukan karena
pimpinan atau karena pengawas, tetapi karena mereka merasa ada dorongan kewajiban dari
dalam diri untuk menyajikan kualitas permainan yang tinggi bagi orang lain. Dampak psikologi
dari model ini adalah disiplin diri. Hal ini karena pemain merasa bertanggung jawab, sehingga
pemain menertibkan diri mereka sendiri untuk berprestasi dalam tim. Dalam hal ini berupaya
untuk mematuhi standar pelatihan dan aturan permainan. Namun bukan semata-mata
penggunaan model ini harus mutlak dilakukan dalam jangka panjang, artinya penggunaan model
perilaku organisasi dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan, bahwa kebijakan naturalisasi harulsah
merupakan bagian kecil dari berbagai kebijakan pembenahan dalam bidang persepakbolaan
nasional. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh PSSI berdasarkan
kacamata PO yang lain adalah:
1. Melakukan peninjauan ulang terhadap motivasi para pemain
Hal ini dilatar belakangi oleh serentetan fenomena yang tidak seharusnya terjadi, misalnya
nasib atlet nasional yang tidak secerah perjuangan yang pernah ditorehkan terhadap bangsa
Indonesia, ketika memasuki usia lanjut pengakuan dan penghargaan seolah-olah tidak
mendapatkan perhatian serius. Akhirnya, para pemain kadang kurang termotivasi untuk
menciptakan prestasi, dan terkadang para pemain melakukan usaha sambilan untuk
menghadapi masa tuanya yang suram. Hal inilah yang mengakibatkan pemain menjadi
tidak fokus pada pencapaian prestasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan
peninjauan kembali terhadap motivasi para pemainnya, baik motivasi ekonomi dalam hal
ini imbalan yang diberikan kepada pemain maupun pengakuan/penghargaan terhadap para
pemain.
2. Pentingya melakukan modifikasi perilaku (B.F Skinner)
Fenomena pemain yang ribut atau saling baku hantam dilapangan adalah fenomena yang
sering kita jumpai dalam persepakbolaan nasional. Apalagi ditambah dengan keributan
supporter dalam pertandingan, hal ini semakin memperburuk citra persepakbolaan
nasional. Jika sejak tingkatan kompetisi nasional saja seperti ini, bagaimana pemain
timnas, pastinya akan sama. Oleh karena itu, PSSI sebagai pemegang otoritas
persepakbolaan nasional perlu melakukan modifikasi perilaku baik terhadap pemain
maupun supporter, artinya perlu dilakukan penguatan terhadap perilaku yang disertai
dengan konsekuensi yang menyenangkan maupun meniadakan perilaku yang menimbulkan
konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Dari berbagai saran diatas kebijakan yang diambil PSSI harus berjalan sinergi. Hal ini
disebabkan kebijakan naturalisasi saja tidak akan dapat memperbaiki citra dan prestasi Timnas
Merah Putih dalam berbagai kompetisi. (enjung>>>>>>>>>>)
NAMA : DESSY ANDI RIANI
NIM : F1B008076
SOAL KUIS PERILAKU ORGANISASI III
SOAL
Kementerian Pemuda dan Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi, lagi-lagi program ini bersifat parsial tanpa memandang permasalahan yang sebenarnya dengan prestasi persepakbolaan Indonesia, Naturalisasi dianggap hal yang cepat dan tepat untuk mengejar berbagai ketertinggalan, mungkinkah program ini akan berhasil ini menjadi pertanyaan besar, ketika masalah sepak bola bagai benang kusut yang sulit untuk dapat ditemukan di mana pangkal permasalahannya, berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim,
banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional. Bagaiaman mungkin masalah ini hanya kan dijawab dengan naturalisasi. Bagaimana Perilaki Organisasi memandang permasalahan ini dan bagaimana solusi alaternatif menurut cara pandang Perilaku Organisasi
JAWABAN :
Naturalisasi pemain dalam persepakbolaan di Indonesia, yang saya ketahui tentang naturalisasi ini adalah pemain asing yang berbakat yang bermain di Indonesia kemudian akan dijadikan WNI. MENPORA dan PSSI telah menetapkan bahwa warga negara asing yang bermain di Indonesia atau warga negara Indonesia yang bermain di luar negeri kemudian akan diberi pilihan apakah mereka mau dan bersedia menjadi WNI selamanya. tidak menghendaki mereka memiliki dua kewarganegaraaan dan juga tidak pula menghendaki mereka hanya menjadi warga negara Indonesia hanya untuk beberapa tahun saja, tetapi untuk selama-lamanya untuk ikut mengharumkan nama Indonesia di dunia persepakbolaan. Naturalisasi pemain ini kabarnya tidak hanya diterapkan dalam persepakbolaan Indonesia saja, tetapi akan diterapkan pada semua cabang olahraga di Indonesia Indonesia.
Memang naturalisasi pemain ini adalah cara instant untuk memperbaiki persepakbolaan Indonesia, tetapi apakah memang benar-benar efektif untuk mengatasi masalah yang ada dipersepakbolaan Indonesia. Menurut saya naturalisasi hanya akan memberikan dampak positif yang sementara saja. Memang ada sebagian negara yang berhasil menerapkan naturalisasi pemain sepakbola seperti tim nasional Singapura. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pemerintah akan benar-benar menjamin kehidupan para atlet baik sepakbola ataupun yang lainya ketika mereka sudah bersedia dinaturalisasi dan akankah mereka mendapatkan sesuatu yang layak apabila mereka sudah kembali berjuang demi Indonesia, kemudian apakah pemain asing yang dinaturalisasi benar-benar mempunyai rasa nasionalisme terhadap Indonesia .
Menurut pandangan perilaku organisasi sendiri, perilaku organisasi sendiri adalah telaah dan penerapan pengetahuan tentang bagaimana orang-orang bertindak di dalam organisasi. Perilaku organisasi menjadi sarana manusia bagi keuntungan manusia. Unsur yang ada dalam perilaku organisasi adalah orang, strukutur, teknologi dan lingkungan tempat organisasi beroperasi. Di dalam masalah naturalisasi ini perilaku organisasi memandang bahwa semua orang yang berurusan dengan upaya meningkatkan perilaku organisasi semisal juru tulis, masinis dan manajer bekerja dengan orang-orang dan karenanya mempengaruhi kualitas perilaku kehidupan organisasi. Para manajer berusaha menciptakan iklim kondusif untuk memotivasi orang-orang, bekerja sama secara produktif, dan menjadi orang-orang yang lebih efektif. Apabila perilaku organisasi ini berhasil diterapkan, ia menjadi sistem imbalan rangkap tiga di mana tujuan manusia, organisasi, dan masyarakat menyatu. Orang-orang merasa lebih puas dalam pekerjaan apabila terwujud kerjasama dan kerjasama tim. Mereka belajar, tumbuh, dan
memberikan kontribusi . Organisasi juga lebih berhasil , karena beroperasi secara lebih efektif. Kualitas meningkat dan kerugian menyusut.
Namun ternyata dalam permasalahan persepakbolaan di Indonesia tidak demikian adanya , berbagai persoalan itu pembinaaan yang tidak tepat, keorganisasian yang amburadul, mental yang lemah dan reward yang minim, banyak lagi permasalahan yang belum terurai adalah belum dewasanya para suporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak bola nasional , semua masalah yang ada memerlukan suatu solusi yang tepat, yaitu dengan menggunakan Pendekatan Antardisiplin, karena ternyata permasalahan yang terjadi bukan hanya dari segi pemain saja melainkan di hampir semua segi. Dalam pendekatan Antardisiplin menggabungkan antara pendekatan sumber daya manusia, kontingensi, produktivitas dan sistem. Pendekatan Sumber daya Manusia adalah pendekatan yamng memberi dukungan atau perkembangan pegawai untuk keefektifan, hal ini akan memacu individu untuk selalu berprestasi dengan baik, menjadi orang yang keih bertangung jawa dan kemudian akan berusaha menciptakan suasana di mana mereka dapat menyumbang pada batas kemampuan yang dimiliki. Pendekatan Kontingensi, peluang adanya perilaku yang berbeda-beda yang diperlukan oleh berbagai lingkungan yang berlainan untuk mencapai keefektifan. Pendekatan Produktivitas, rasio yang membandingkan berbagai unit keluaan dan unit masukan. Pendekatan Sistem, Interaksi semua bagian organisasi dalam hubungan yang rumit. Apabila menerapkan Pendekatan Antardisiplin dalam permasalahan naturalisasi ini memubngkinkan adanya perbaikan yang lebih menyeluruh dan terpadu serta tidak hanya berdampak instant tentu saja. Solusi yang dapat diterapkan selain naturalisasi dengan mengarah pada Pendekatan Antardisiplin adalah sebagai berikut
1. Memberikan jaminan terhadap para atlit Indonesia agar mereka mau bermain dan
membela tanah air Indonesia dengan segenap jiwa mereka
2. Memberikan reward yang pantas terhadap para atlit Indonesia khususnya atlit yang
berprestasi
3. Tidak mensia-siakan para atlit Indonesia yang sudah tidak produktif lagi, hendaknya
pemerintah tetap menghargai dan menjamin keidupan yang layak bagi mereka
4. Menjaring bibit-bibit muda yang unggul dan berprestasi untuk kemudian dilatih
secara intensif
5. Meningkatkan Sumber daya Manusia yang ada bukan hanya para atlitnya tetapi juga
pelatihnya
6. Membangun dan memberikan fasilitas yang layak untuk keperluan para atlit untuk
mengembangkan kemampuan dirinya
7. Membina kepribadian para atlit dan pelatih
8. Memperbaiki perilaku dan tingkah laku para supporter atau pendukung , khususnya
sepakbola agar mereka tidak anarkis dan urakan
Memang naturalisasi pemain bukanlah hal yang salah, tetapi alangkah baiknya naturalisasi pemain diimbangi dengan perbaikan hal yang lainnya. Cara-cara yang lain selain naturalisasi perlu juga ditempuh agar kita dapat berprestasi sendiri dan mengunakan atlit-atlit yang benar benar warga negara Indonesia, bukan pemain asing yang dinaturalisasi.
Nama : Rizal Risnandar
Nim : F1B005213
KUIS P.O 1
Bapa Dahlan adalah seorang Direktur utama PLN, secara organisasi tentunya seorang
direktur memberikan perintah kepada bawahannya atau manager untuk memperbaiki kinerjanya
selanjutnya menularkan kembali kepada bawahannya atau karyawan. Dalam hal ini peran dari
seorang pemimpin memang paling mendasar karena terkait dengan berbagai kebijakan yang
dikeluarkan, seperti kebijakan adanya target akhir juni 2010 tidak ada lagi pemadaman di seluruh
Indonesia.
Karena suatu kebijakan berasal dari seorang pimpinan maka, peran pemimpin dalam
perilaku organisasi tentu kita harus melihat atau menerapkan model kepemimpinan jalur-tujuan,
model ini dinilai cocok untuk memperbaiki kinerja PLN. Model kepemimpinan jalur-tujuan
adalah bahwa pekerjaan kepemimpinan adalah untuk menciptakan lingkungan kerja melalui
struktur, dukungan, dan imbalan yang untuk membantu para pegawai untuk mencapai tujuan
organisasi. Artinya bahwa menciptakan orientasi tujuan, dan meningkatkan jalur untuk mencapai
tujuan. Robert House, dll mengembangkan dan menyempurnakan dengan cara pemimpin
mengidentifikasi kebutuhan pegawai, menetapkan tujuan yang sesuai, dan kemudian
mengkaitkan pencapaian tujuan dengan imbalan dengan menjelaskan hubungan harapan dan
instrumentalitas. Hambatan untuk melaksanakan tugas disingkirkan, dan pemimpin membimbing
pegawai. Hasil dari proses tersebut adalah kepuasan kerja, penerimaan pemimpin, dan motivasi
lebih besar.
Kebutuhan pegawaiTermotivasiKinerja Naik
Selain itu untuk mencapai kinerja yang baik tentunya permasalahan seperti kurang
optimalnya kinerja pegawai atau kebijakan rencana jangka pendek yang harus segera tercapai
tentunya pemimpin harus mempunyai solusi dan respons yang cepat terhadap masalah yang
berkembang. Perbaikan seharunya dilakukan dari tingkat karyawan terlebih dahulu, menurut
teori maslow bahwa kebutuhan fisik, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kesemua kebutuhan tersebut haruslah terpenuhi, akan tetapi para ahli-ahli lain untuk memotivasi
sepeti dari teori Herzberg, bahwa kepuasan pekerjaan itu selalu dihubungkan dengan isi dari
jenis pekerjaan atau kualitas dari jenis pekejaannya. Begitu banyaknya teori motivasi tentu
berpangkal pada kebutuhan, jadi untuk mendorong kinerja yang baik tentunya pemenuhan
kebutuhan baik fisik ataupun afplikasi yang pertama yang harus didahulukan, tentunya
pemenuhan tersebut akan muncul motivasi yang lebih sehinggga kinerja menjadi naik.
KUIS P.O 2
Tujuan dasar dari lembaga kepolisian adalah untuk tercapainya bersih dari segala hal,
profesionalisme, dan amanah. Terkuaknya berbagai permasalahan di tubuh kepolisian tentunya
banyak dijumpai pada masa lalu juga, akan tetapi rendahnya demokrasi pada lalu mengakibatkan
tidak terkuaknya kebobrokan di tubuh polri. Seiring dengan perubahan kepada pemerintahan
yang demokratis akhirnya terkuak juga berbagai masalah yang dulu ataupun sekarang.
Terlambatnya kepolisian dalam merespon berbagai kasus ditunjukan dengan cara
memberikan keterangan langsung kepada masyarakat melalui media, ini terlihat bentuk
kepanikan dari tubuh lembaga kepolisian. Kasus-kasus yang terselesaikan ataupun tidak
terselesaikan dilakukan lewat media, dan dari sinilah bahwa masyarakat mengetahui lebih
terutama dengan adanya respon dari kubu polri yang menyebabkan makin terjerumusnya
lembaga kepolisian menjadi tidak baik. Semua pemberitaan yang dikeluarkan oleh pers/media
tentunya sebagian besar pada hal yang sifatnya negatif, untuk itu keplisian seharusnya memberi
jawaban dengan cara pemberitaan yang baik, seperti terselesaikannya penuntasan terorime.
Bagian Humas dari kepolisian seharusnya harus lebih respon terhadap pembeitaan, dan harus
pula memberi penjelasan yang baik dan tentunya lewat media juga, karena masalah dalam media
harus diselesaikan juga lewat media masa atau pres conperense. Ini bentuk sebagai jawaban
untuk memberikan citra yang baik untuk lembaga kepolisian.
Untuk solusi yang didasarkan pada teori model motivasi, saya memilih pada teori
Herzberg, teori ini memperluas hasil karya dari teori Maslow dan mengembangkan suatu teori
yang khusus bisa diterapkan ke dalam motivasi kerja. Kepuasan pekerjaan itu selalu
dihubungkan dengan isi jenis pekerjaan (job context), dan tidak kepuasan kerja disebabkan
karena hubungan bekerja selalu disebabkan karena hubungan pekerjaan tersebut aspek-aspek di
sekitar yang berhubungan dengan pekerjaan (job context). Kepuasan-kepuasan dalam bekerja
oleh Herzberg diberi nama Motivator, sedangkan ketidakpuasan disebut factor Hygiene.
Factor hygiene bersifat frepentif dan memperhitungkan lingkungan yang berhubungan
dengan kerja. Factor ini sama dengan hierarki kebutuhan Maslow. Factor ini mencegah
ketidakpuasan tetapi bukannya penyebab dari terjadinya kepuasan, factor ini tidak memotivasi
para pejabat yang berada di tubuh kepolisian, adapun dari teori ini factor yang dapat memotivasi
para kepolisian ini disebut mitivator. Maka menurut Herberg agar para karyawan bisa
termotivasi, maka mereka hendaknya mempunyai suatu pekerjaan dengan isi yang selalu
merangsang. Tentunya teori ini melawan, bahwa tidak selamanya dengan mengeluarkan atau
memenuhi semua kebutuhan akan memperbaiki kondisi tempat kerja atau tidak memotivasi.
Itulah sebabnya bahwa faktor Hygiene seperti, upah atau gaji, honorarium, kondisi tempat kerja,
teknik pengawasan, dan kebijakan administrasi organisasi tidak bisa membangkitkan semangat
kerja. Adapun yang dapat membangkitkan semangat kerja seperti menurut Herberg ialah
Motivator. Factor ini terdiri dari factor keberhasilan, penghargaan, factor pekerjaannya, rasa
tangggung jawab, dan factor peninggkatan. Ini bisa menjadi solusi bagi lembaga kepolisian yang
saya nilai adanya krisis kepercayaan baik dari tubuh kepolisian sendiri ataupun dari masyarakat.
KUIS P.O 3
Naturalisasi memang memberikan banyak keuntungan bagi sebagian negara yang
menerapkan peraturan tersebut, Singapura adalah salah satu negara yang menerapkan
Naturalisasi. Hanya segelintir orang yang asli bermain sebagai tim inti di tim Nasionalnya.
Singapura dinilai penting untuk adanya naturalisasi, ini beralasan karena kurangnya jumlah
penduduk, dan kebanyakan warga pendatang ataupun warga keturunan, dan itu membuahkan
hasil yaitu banyaknya pemain yang asli menjadi berkembang dan tentunya laku dalam bursa
pemain, seperti Nuh Alamsyah, ataupun Muhamad Riduan yang bermain untuk Arema. Kedua
pemain tersebut berkembang dan memberi warna baru untuk liga Indonesia. Sebaliknya,
Indonesia yang masih bimbang untuk melakukan Naturalisasi pemain tentunya ini hal yang baru.
Sudah lama wacana untuk diadakannya Naturalisasi pemain untuk Tim Garuda.
Komitmennya Indonesia untuk tidak memberikan kewarganegaraan ganda untuk warga
asing ataupun keturunan memang sedikit menyulitkan untuk pemain yang khususnya warga
keturunan, harus memilih adalah hal yang sulit. Memang jelas keputusan ini tidak mungkin
untuk diganggu gugat. Oleh karena itu PSSI selaku organisasi yang memegang tanduk
kepemimpinan persepakbolaan Nasional tentunya bertanggung jawab penuh untuk mengatur atau
memberikan kontribusi lebih kepada tim Garuda. Banyak celotehan yang dilontarkan oleh
penduduk Indonesia “sekian banyaknya penduduk ko ga ada yang jadi hanya untuk sebelas orang
saja”. Tentunya ada yang salah dengan kepengurusan di tubuh organisasi yang mengelola
persepakbolaan Nasional.
PSSI telah melakukan pembinaan terhadap para pemain-pemain muda untuk disiapkan
sebagai pengganti pemain yang sudah berumur. Pertandingan untuk amal kemarin sore telah
dilakukan pemain-pemain keturunan bermain untuk tim Garuda Merah dan hasilnya tim yang
terdapat pemain keturunan menang telak 4-1. Disini terlihat bahwa kualitas memang sedikit
berbeda, akan tetapi sebaliknya pemain yang sudah sekian lama bersama masih belum mampu
untuk mengasah kekompakannya. Mental memang kurang baik, dan mungkin saja reward yang
kurang menjadi kurangnya kualitas permainan. Inilah tugas dari PSSI selaku pengurus untuk
lebih respon terhadap masalah yang timbul walau sekecil apapun masalah itu.
Perilaku organisasi tentunya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi dalam
tubuh PSSI. Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan, kepemimpinan yang dilaksanakan oleh
Nurdin halid selaku ketua PSSI dinilai kurang partisipasif terhadap segala keputusan yang
dibuatnya, kesalahan terutama pada cara mengkomunikasikan kebijakan atau program. Tidak
adanya Sifat partisipatif disini bahwa semua kebijakan dibuat atas sekehendak sendiri, ini terliaht
pada bergulirnya liga indonesia pada tahun sebelumnya, pada liga yang sifatnya dibelah yaitu
dibagi pada dua wilayah, wilayah barat dengan wilayah timur. Ketika terjadi pertandingan
delapan besar bahwa terjadi bentrok antar para suporter, ini diakibatkan bahwa tempat untuk
berlangsungnya pertandingan dilaksanakan berat sebelah, sehinggga terjadi kerusuhan, dan
puncaknya pada final antara Persija Jakarta dengan Persipura Jayapura, yang ketika itu puncak
dari liga dengan dibarengi kerusuhan.
Akan tetapi PSSI membuat kebijakan baru dengan bergulirnya liga dengan sistem
bertemu, dan terus bergulir. Memang sedikit memberi ketenangan tidak terjadi kerusuhan, akan
tetapi sistem liga yang padat membuat para pemain yang disiapkan untuk tim nasional menjadi
pincang karena tidak adanya pemain-pemain inti yang cedera sehingga terjadi penurunan
kembali persepakbolaan nasional ketika bertanding untuk membela tim nasional. Motivasi
memang perlu diterapkan di tubuh PSSI, menurut Herzberg bahwa kebutuhan motivator harus
didahulukan kebutuhan maslow memang saya rasa sudah terpenuhi, akan tetapi motivator dinilai
sangat perlu karena penerapan sistem kepemimpinan masih sangat bersifat autokratik. Perlu
adanya perombakan ulang karena ini menyangkut semua pihak baik pembinaan, keorganisasian,
maupun prestasi.
Nama : Yuwana Hammam
NIM : F1B004024
Permasalahan dunia persepakbolaan di Indonesia untuk saat ini sudah cukup kompleks,dan pada
dasarnya hal ini dapat disadari semua ini dikarenakan kurangnya kinerja PSSI di dalam
mengatasi perorganisasian dan melakukan pembinaan untuk membenahi permasalahan
persepakbolaan di Indonesia dari segi aspek apapun. Baru-baru ini Kementerian Pemuda dan
Olah Raga menyusun Program dalam peningkatan Prestasi Tim Nasional melalui Naturalisasi,
dengan adanya program ini menurut saya tidaklah dapat miningkatkan mutu dan kualitas maupun
prestasi yang sangat instan bagi persepakbolaan di Indonesia, hal ini tidak akan sepenuhnya
berhasil bila tidak didukung dengan perubahan dan peningkatan juga dari segi aspek lainya yang
mendorong bagi persepakbolaan Indonesia. Dapat disadari permasalahan yang menyebabkan
menurunnya kualitas TIMNAS, dilandasi kurangnya sumber daya manusia yang mempuni atau
berkualitas, masalah ini tidak lepas dari pihak PSSI itu sendiri didalam pembinaan pemain atau
atlet-atlet TIMNAS sepakbola di Indonesia, salah satu cara harus adanya hal-hal yg perlu
diperhatikan agar mereka dapat meningkatkan kualitas pemain itu sendiri, dan seorang pemain
atau atlet dapat merasa puas dengan apa yang telah dilakukannya dengan pekerjaannya, salah
satu contoh dengan memberikan reward yang sesuai dengan prestasi dan kemampuannya, hal
seperti ini dapat memotivasi terhadap pemain atau atlet tersebut, oleh karena itu permasalahan
program naturalisasi begi persepakbolaan Indonesia pada saat ini tidak lah cukup penting
dilakukan, dikarenakan masih banyaknya hal-hal yang lebih penting untuk dibenahi,dan
bagaimana PO memandang permasalahan ini dan apa solusi alternatifnya ?,dengan adanya
dorongan utama motivasi dan imbalan yang diberikan, maka pada akhirnya akan berdampak pula
pada kepuasan kerja pemain atau atlet tersebut, dan kepuasan kerja seseorang akan dapat
mempengaruhi kepuasan hidup seseorang, dan bersumber dengan seperangkat keinginan,
kebutuhan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang menyatu untuk membentuk harapan kerja
seseorang. Maka dengan itu semua kepuasan kerja seorang pemain atau atlet tersebut akan
menunjukan kesesuaian antera harapan seorang pemain atau atlet itu sendiri yang timbul dan
imbalan yang disediakan pekerjaannya, dengan cara memotivasi pemain atau atlet sepakbola asli
Indonesia dengan adanya imbalan dan jaminan hidup yang sesuai untuk kedepannya, hal ini akan
dapat meningkatkan secara perlahn dan cukup berarti kualitas dan mutu persepakbolaan di
Indonesia.
Thu, August 5, 2010 5:52:24 AM
Kuis Perilaku Organisasi 3
From: Rosiana Yan flabianingtyas <[email protected]> Add to Contacts
ROSIANE YAN F
F1B008064
Permasalahan-permasalahan yang ada di dunia sepak bola di Indonesia seperti adanya
keorganisasian yang amburadul, mental lemah dari para pemain, reward yang minim, ditambah
lagi dengan tidak dewasanya para supporter yang terkadang membuat blunder prestasi sepak
bola nasional semakin mewarnai kerumitan masalah di dunia sepak bola Indonesia ini. Pada
saat ini Kementrian Pemuda dan Olah Raga sedang menyusun program dalam peingkatan Tim
nasional dengan cara Naturalisasi. Apakah ada cara penyelesaian alternatife menurut cara
pandang Perilaku Organisasi untuk menyelesaikan permasalhan ini?
Menurut saya permasalahan dalam dunia sepak bola adalah permasalahan yang
lumayan kompleks dan harus adanya perbaikan dari berbagai sisi yang ada, namun untuk
menyelesaikan hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara., misalnya seperti adanya motivasi
dalam diri para pemain, menimbang dan mengimbali prestasi, adanya kepemimpinan yang
bagus dalam organisasi tersebut serta adanya partisipasi dari setiap komponen yang ada, hal ini
menjadikan suatu adanya kepuasan kerja dalam setiap individu yang ada.
Motivasi adalah sangat penting dimana motivasi ini berperan dalam diri setiap para
individu untuk menyelesaikan suatu tugas atau pencapaian tujuan. Adanya kekuatan seseorang
untuk memperoleh imbalan(valensi), adanya kadar kuatnya keyakinan bahwa upaya kerja akan
menghasilkan penyelesaian tugas (harapan) serta adanya keyakinan pegawai bahwa ia akn
memperoleh suatu mbalan apabila tugas dapat diselesaikan (istrumentalis). Tiga komponen
inilah yang menimbulkan adanya motivasi dalam diri individu, apabila dalam diri setiap individu
di organisasi sepak bola sudah ada, baik itu pemain sepak bola atau orang-orang yang ada
dalam organisasi tersebut, maka tujuan utama dalam organisasi sepak bola yang diinginkan juga
dapat terlaksana, hal ini juga dapat menimbulkan mental para pemain atau pegawai yang lain
menjadi kuat dan tidak mudah menyerah. Pola motivasi iu sendiri juga bermacam-macam
seperti motivasi prestasi, motivasi afiliasi, motivasi kompetisi dan motivasi kekuasaan, hal ini
dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pada saat tersebut.
Menimbang dan mengimbali prestasi, adanya suatu reward atau insentif yang tinggi
untuk para individu yang telah memberikan prestasinya yang baik, dengan adanya pengimbalan
prestasi yang baik salah satu caranya dengan reward atau insentif tadi maka setiap individu
akan termotivasi untuk selalu memberikan yang terbaik pada saat di bekerja, karena dengan dia
memberkan yang terbaik dia akan mendapatkan rewarw atau insentif yang memuaskan.
Apabila adanya reward atau insentif yang tinggi di organisasi sepak bola tersebut, maka akan
ada suatu dorongan pada setiap individu yang ada dalam organisasi tersebut untuk selalu
memberikan yang terbaik dan dapat menyelesaikan tugas dengan cepat tanpa mengulur-ulur
waktu, sehingga pencapaian tujuanpun akan mudah dn cepat terlaksana.
Kepemimpinan atau gaya kepemimpinn dalam suatu organisasi memang sangat
berpengaruh, karena dari kepemimpinan inilah suatu keputusan akan diputuskan dan
keputusan itu akan mempengaruhi dalam proses pencapaian tujuan organisasi, selain itu
apabila gaya kepemimpinan yang dipakai sesuai maka dalam pembinaannyapun dapat tepat
dan mengena pada setiap individu yang ada dalam organisasi sepakbola.Apabila dalam
kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang dipakai dalam organisasi sepak bola berkualitas
maka hasil dan keputusan yang dihasilkan juga akan mendukung dalam pencapaian tujuan serta
hasilnyapun memuaskan untuk organisasi. Adanya partisipasi dari setiap individu dalam
organisasi sepak bola juga akan mempengaruhi pencapaian tujuan, apabila partisipasi dari
setiap individu baik maka hasil yang akan dicapai juga akan semakin maksimal. Partisipasi ini
juga tidak dari dalam organisasi sepak bola saja tetapi dari factor luar juga seperti para
supporter, apabila partisipasi dalam hal positif dari para suporter baik maka tidak akan
mengganggu acara sepak bola yang sedang berlangsung, intinya semakin banyak yang
berpartisipasi dari dalam atau dari organisasi sepak bola semakin tinggi pula kualitas tujuan
yang dihasilkan.
Dari berbagai hal diatas yang nantinya akan berujung pada kepuasan kerja tiap individu,
apabila kesemuanya berkualitas bagus maka kepuasan kerja dalam tiap individu juga tinggi,
apabila kepuasan kerja tinggi maka hasil yang dicapai juga akan maksimal, dari hal-hal inilah
prestasi tim nasional dapat ditingkatkan dan pastinya harus ada tindak lanjut untuk tetap
mempertahankan prestasi yang telah meningkat dengan salah satu jalan yaitu adanya
komunikasi yang terjaga dalam organisasi.