hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewRasa tidak senang terhadap Jepang tumbuh terus,...
Click here to load reader
-
Upload
nguyenkiet -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of hendraprijatna68.files.wordpress.com · Web viewRasa tidak senang terhadap Jepang tumbuh terus,...
NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin1
…, yakinlah, insjaflah, tanamkan dalam kalbu bahwa Indonesia merdeka tidak dapat
datang jika bangsa Indonesia tidak berani mengambil resiko… Jikalau bangsa Indonesia
tidak bersatu dan tidak mentekad-mati-matian untuk mencapai merdeka…
Kemerdekaan hanya diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar-kobar
dengan tekad “Merdeka-merdeka atau mati”2
Karya Kahin tidak hanya unggul sebagai karya ilmiah mengenai gerakan nasional
Indonesia yang terinci, komprehensif dan objektif, tetapi juga merupakan kesaksian
hidup dari sejarah revolusi Indonesia. Buku ini menggambarkan tentang bagaimana
nasionalisme Indonesia lambat laun mulai terbentuk sejak kedatangan VOC pada
abad ke-16, perkembangan pergerakan nasional, munculnya kesadaran politik pada
masa pendudukan Jepang sampai dengan diakuinya kedaulatan Indonesia pada bulan
Desember 1945 dan terbentuknya Negara Kesatuan pada 17 Agustus 1950.3 Penulis
memfokuskan pembahasan pada empat bab pertama yaitu nasionalisme yang muncul
dan berkembang sejak kedatangan VOC sampai dengan masa pendudukan Jepang.
Sekilas Mengenai George McTurnan Kahin4
Kahin dilahirkan pada tahun 1918 dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya
adalah pengacara dari Baltimore, pantai timur Amerika Serikat. Kahin tertarik akan
Indonesia karena ketika dia masuk Angkatan Darat Amerika Serikat, pada saat Perang
Dunia II, ia mendarat di salah satu pulau Indonesia yang waktu itu masih disebut
Netherlands Indies. Akhir tahun 1945, ia kembali ke bangku sekolah. Dia masuk John
Hopkins University, mengambil jurusan ilmu politik. Dia tertarik datang ke Indonesia,
1 Berdasarkan buku “Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia: Refleksi Pergumulan Lahirnya Indonesia” Bab I s.d. Bab IV yang dicetak oleh UNS Press dan Pustaka Sinar Harapan. Dialihbahasakan oleh Nin Bakdi Soemanto pada tahun 1995. Karya aslinya berjudul “Nationalism And Revolution In Indonesia” yang dipublikasikan pertama kali oleh Cornell University Press pada tahun 1952 dan dibukukan oleh Cornell Paperback pada tahun 1970.
2 Pidato tanpa teks Soekarno dihadapan Panitya Persiapan Usaha Kemerdekaan pada tanggal 1 Juni 1945. Dicatat langsung secara steno. Kahin.hal.160.
3 Kahin (1990), hal. x-xi4 Artikel MBM GATRA, edisi 22 Juli 1995. Dikirimkan oleh John MacDougall ke [email protected]
1
2NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
kawasan yang baru saja merdeka, tapi tengah berperang mengusir penjajah Belanda,
setelah Jepang menyerah.
Tahun 1951, Kahin mengajar di program Asia Tenggara di Cornell University.
Tiga tahun kemudian ia menjadi Direktur Modern Indonesia Project di universitas
yang sama. Pakar studi masalah Indonesia di Amerika Serikat ini terkenal dengan
analisisnya yang tajam tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia. Disertasinya
yang kemudian jadi buku, Nationalism and Revolution in Indonesia, terbitan Cornell
University, menjadi buku wajib bagi setiap pelajar politik Indonesia. Bab kedua dari
buku tersebut memuat tentang kolonialisme di Hindia Belanda. Bab ini menjadi teks
klasik dengan analisis antikolonialisnya yang berfokus di Hindia Belanda atau
Indonesia, tapi bisa juga diterapkan secara universal. Maka boleh disebut, dialah
perintis studi tentang Indonesia di negerinya. Di Cornell University kini ada ruang
khusus bagi mahasiswa S-3 yang diberi nama George McT. Kahin Centre for Advanced
Research on Southeast Asia. Lembaga ini juga menjadi pusat kajian berbagai penelitian
tentang Asia Tenggara bagi berbagai universitas lainnya di berbagai negara.
Penerima Bintang Jasa Pratama Kelas II Agustus 1993 itu adalah satu-satunya
orang Amerika yang berada di Yogyakarta waktu itu, empat bulan sebelum Belanda
menyerang Yogyakarta, 19 Desember 1948. Dengan sebuah jip tua, ia mencoba
menerobos garis status quo Belanda-Republik. Bendera Amerika Stars and Stripes
berkibar di jipnya. Tapi apa lacur, sesampainya di Kebumen, rakyat banyak
menyetopnya. Kahin dituduh mata-mata Belanda karena warna benderanya merah,
putih, dan biru. Bahasa Indonesianya masih patah-patah dan hampir sia-sia dia
meyakinkan massa bahwa ia bukan orang Belanda. "Saya takut sekali, jantungku
tersentak," tulisnya. Untung datang Letnan Sutrisno. Atas anjurannya, jip tua itu harus
berbendera Merah Putih. Jadi, berkibarlah bendera Merah Putih yang 10 sentimeter
lebih tinggi dan lebih besar daripada bendera Amerika. "Dengan pekikan 'merdeka',
saya aman menuju Kota Yogyakarta," katanya, yang paling menarik, mendengarkan
kisah revolusi Kahin, "Selama enam minggu saya berada di Batavia, sia-sia saya
menanti kesempatan untuk mendapat izin Belanda bisa memasuki kawasan Republik.
Belanda berpendapat, dengan ketatnya blokade kawasan Republik, 'kaum ekstremis
kiri' yang berkuasa di Yogyakarta akan ditinggalkan rakyat. Semangat mereka akan
melemah dan sadar bahwa kemerdekaan yang dijanjikan telah membawa
3NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
kesengsaraan. Banyak pejabat kolonial yang saya temui berpendapat bahwa
nasionalisme orang Indonesia tidaklah berakar dalam dan, untuk sebagian kecil kaum
radikal, nasionalismenya hanya setebal kulit saja," kata Kahin.
Gambaran Umum Indonesia Era Pemerintahan VOC dan Belanda5
Map of the main VOC settlements in the East (1660s.).
www.colonialvoyage.com/voc.html
5 Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC)
4NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
Pembagian legal Hindia Belanda. Biru tua: Belanda memerintah melalui pemimpin adat yang sudah bersumpah setia pada Belanda (status zelfbestuuren) dibimbing oleh residen2 Belanda. Biru muda diperintah langsung oleh BB (Binnenlands Bestuuren) pemerintah Belanda. Dari Wikipedia Indonesia
Jauh sebelum kedatangan Belanda Pulau Jawa telah menjadi pusat politik dan
kebudayaan Indonesia, serta pendukung kehidupan mayoritas penduduknya.
Kedatangan Belanda, sejauh yang dapat diamati mengubah sikap banyak orang jawa
terhadap politik dan ekonomi. Masyarakat Jawa yang sebagian besar petani,
sebelumnya hampir tidak pernah diperintah secara otoriter oleh kaum penguasa
(golongan ningrat). Namun munculnya pemerintahan kolonial memaksa para petani
membiarkan dirinya menjadi lemah sehingga hak-hak mereka tidak lagi dihargai.
Secara politik dan ekonomi, kaum petani menjadi lemah kesadaran ekonominya,
padahal sebelumnya walaupun hanya berdasarkan komunalistis6 mempunyai
kekuatan ekonomi yang cukup besar.
Perubahan struktur sosial masyarakat Indonesia disebabkan oleh:
1. Berdirinya VOC pada tahun 1602 dengan tujuan memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya. Cara yang digunakan adalah menguasai ekspor-impor,
mendapat hak istimewa secara politik dari penguasa pribumi. Hak tersebut
6 Komunalistis, artinya memiliki sifat kebersamaan yang amat besar dan tebal antara warga yang satu dengan warga yang lain dalam masyarakat yang bersangkutan http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?berita=Opini&id=20195. Sementara komunalisme adalah perasaan superioritas yang berlebihan terhadap kelompoknya sendiri dan memandang kelompok lain sebagai lawan yang harus diwaspadai dan kalau perlu dibinasakan. http://www.freelists.org/archives/ppi/05-2006/msg00432.html
5NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
digunakan untuk mendapat monopoli melawan pedagang dari negara-negara lain
ataupun pedagang dari Jawa sendiri sehingga lambat laun dapat memperluas
wilayah kekuasaannya di Pulau Jawa.
2. Tidak bersatunya kerajaan-kerajaan besar di Jawa pada abad ke-17 dan ke-18
menyebabkan Belanda dapat memainkan politik adu domba untuk menguasai
wilayah tertentu seperti mengadu domba kerajaan Banten dengan Mataram
sehingga bisa mempertahankan kekuasaannya di Batavia
3. Hancurnya hubungan dagang Mataram dengan dunia luar menyebabkan para
pedagang dan pembuat kapal kehilangan pekerjaan, sumber produksi lain tidak
memperoleh keuntungan. Hal ini membuat Belanda pada tahun 1677 dan 1777
menguasai hampir seluruh wilayah Jawa.7
4. Diterapkannya sistem pemerintahan tidak langsung oleh VOC untuk menghemat
biaya. Inti dari sistem ini adalah pendayagunaan struktur kekuasaan pribumi
untuk kepentingan VOC. Dengan kata lain memperkuat kedudukan dan
kekuasaan kaum ningrat Jawa yang bersedia diatur. Hal ini menyebabkan
penindasan kepada petani dan tindakan sewenang-wenang dari kaum ningrat
yang bekerja sama dengan VOC. Kaum ningrat pribumi berfungsi sebagai kaki
tangan yang efektif dalam menjalankan sistem eksploitasi ekonomi.
5. Berubahnya peranan pedagang Cina yang semula adalah sebagai perantara
antara pedagang besar dari negara Cina dengan penduduk Jawa menjadi
perantara antara VOC dengan penduduk Jawa. Hal ini disebabkan VOC
melindungi dan menganakemaskan pedagang Cina yang sebelumnya
mendapatkan pembatasan perdagangan dari penguasa pribumi.
6. Sistem sewa tanah yang menyebabkan terjadinya pemaksaan, praktek riba dan
pemerasan.8 Sistem ini diterakan oleh VOC dengan menyewakannya kepada Cina
yang diikuti oleh penguasa pribumi.
7. Bangkrutnya VOC dan pengambilalihan kekuasaan oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda pada tahun 1798. Namun hal ini tidak membuat sistem VOC dihapus.
Kerjapaksa, upeti, feodalisme dan monopoli hasil pertanian tetap dipertahankan.
7 Menjelang tahun 1777 perluasaan kekuasaan VOC juga menyebabkan Malaka, Bangka,Biliton, Sumatra Selatan dan bagian Pulau Sulawesi juga Kalimantan Selatan dan Kalimantan timur, berada dibawah kekuasaan VOC. Kahin, catatan kaki no.5. hal.4
8 Saking beratnya beban yang dipikul oleh petani, petani sampai menyerahkan tanahnya dan pindah ke daerah lain. Kahin, catatan kaki no.25. hal.11.
6NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
Bahkan pada saat Inggris berkuasa (1811-1818) dan melakukan perubahan yang
mengesankan, banyak ditiadakan oleh Belanda pada saat kembali berkuasa.
8. Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang dijalankan sepenuhnya mulai tahun
1877 dan tahun 1915 dihapuskan sama sekali. Idealnya secara teori, petani akan
dibebaskan dari pajak jika menanam tanaman yang ditentukan oleh pemerintah
Belanda.
9. Fungsi ekonomi penduduk dibatasi hanya sebatas pada pekerjaan tani untuk
melayani pemerintah sehingga menimbulkan jurang pemisah antara penghasil
dan pasar karena ketidaktahuan akan kondisi pasar.
10. Meningkatnya jumlah petani yang tidak memiliki tanah yang diakibatkan oleh
penjualan tanah petani kepada penguasa baik itu pribumi, Belanda ataupun Cina.
11. Adanya pembatasan produksi untuk industri yang dikelola oleh pribumi sehingga
tidak mampu meningkatkan kesejahteraan buruhnya.
12. Adanya dikriminasi dalam bidang pendidikan dan juga pembatasan lapangan
pekerjaan yang lebih diprioritaskan untuk orang Belanda dan Indo-Belanda.
Kurangnya lowongan sebagai guru untuk pribumi yang berpendidikan barat
merupakan bibit untuk membuat sekolah swasta yang memungkinkan
nasionalisme muncul.
Pengaruh kolonialisme di Indonesia sudah dirasakan semenjak tahun 1511,
yaitu ketika portugis menundukkan Malaka. Kemudian ketika VOC berhasil merebut
Malaka dari tangan Portugis dan menguasai perdagangan interinsuler di hampir
seluruh Nusantara menunjukkan proses awal masuknya kolonialisme Belanda,
terutama di Jawa ketika Raja Mataram menyerahkan kekuasaan atas daerah pantai
utara Pulau Jawa kepada VOC pada tahun 1749.9
Adapun eksploitasi kolonial di Indonesia, terutama di Jawa mulai dirasakan saat
memasuki tahun-tahun pembubaran VOC pada tahun 1795, dan awal pembentukan
Cultuurstelsel, terutama rencana Daendels membangun sarana dan prasarana yang
membutuhkan pengerahan tenaga kerja paksa dan rencana Raffles menerapkan
sistem pajak tanah. Puncaknya ketika Jenderal Van den Bosch pada tahun 1830
mengeluarkan kebijakan tentang eksploitasi negara tanah jajahan menjadi pedoman
kerja pemerintah kolonial. Adapun maksud dari kebijakan ini adalah dimaksudkan 9 Husken, 1998:64-67
7NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
untuk mencapai “peningkatan semaksimal mungkin produksi pertanian untuk pasar
Eropa”. Kebijakan dan alasan kolonialisme pada tahun ini lebih bersifat ekonomi.
Akan tetapi setelah permulaan abad ke 20 yang ditandai oleh perkembangan
ekonomi yang sangat pesat, dibarengi pula kebijakan-kebijakan yang bersifat politis,
yaitu adanya perluasan jabatan pemerintahan kolonial secara besar-besaran di
Indonesia mulai dari keresidenan hingga ke distrik. Sistem pemerintahan kolonial
pada fase ini lebih bersifat sentralistik yang ekstrim, birokrasinya yang kaku, dan
otokrasinya yang mutlak. Tidak ada badan politik satupun yang menjadi alat penyalur
suara rakyat. Berangkat dari fenomena tersebut, bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang tertindas, jelas memunculkan suatu bentuk kesadaran tersendiri untuk
melepaskan diri dari kungkungan dan ketertindasan kolonialisme. Bentuk kesadaran
ini pada akhirnya mengarahkan pada suatu bentuk ikatan sentimen dan solidarits
sosial berupa rasa “nasionalisme”.
Berkembangnya Nasionalisme di Indonesia
Belanda mempunyai peran yang tidak sedikit dalam memunculkan rasa
patriotisme setempat menjadi satu patriotisme yang merangkul semuanya10 dengan
cara menggalang orang-orang berbeda bahasa dan kebudayaan kedalam satu
kesatuan politis sehingga terbentuk kesadaran kelompok. Selain batas-batas politis,
tradisi kejayaan masa lalu terutama keberhasilan Sriwijaya dan Majapahit dan agama
di Indonesia yang menganut agama Islam (lebih dari 90%)11 juga penggunaan bahasa
melayu pasar yang dijadikan sebagai bahasa persatuan membantu mempercepat
terjadinya nasionalisme. Pembentukan Volksraad (Majelis Rakyat), majelis
perwakilan tertinggi bagi seluruh Indonesia yang menyatukan semua orang di
Indonesia dari berbagai wilayah kepulauan itu sehingga mereka sadar akan
persoalan-persoalan mereka serta hubungannya dengan Belanda. Badan ini justru
cenderung mengembangkan dalam diri mereka suatu kesatuan yang lebih
meyakinkan yang menggabungkan nasionalisme mereka secara erat.
Sebagaimana disebutkan bahwa nasionalisme sebagai gejala historis telah
berkembang sebagai jawaban terhadap kondisi politik, ekonomi dan sosial yang
10 Kahin. Hal. 4911 Hal ini sepertinya menjadi satu hal yang berada diluar perkiraan Belanda. Bentrokan fisik yang
dimungkinkan muncul akibat perbedaan budaya dan bahasa dipersatukan/dinetralkan oleh suatu nilai-nilai agama yang bersifat umum hingga muncullah rasa solidaritas.
8NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
khusus yang ditimbulkan oleh situasi kolonialisme. Antara nasionalisme dan
kolonialisme tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab terdapat hubungan timbal
balik antatara nasionalisme yang sedang berkembang dan berproses dengan politik
dan ideologi kolonial. Pada situsi kolonial, nasionalisme dianggap sebagai kekuatan
yang sosial yang mempunyai orientasi terhadap masa depan, sedangkan ideologi dan
politik kolonial melihat masa lampau.
Kedua, bagaimana proses awal perkembangan nasionalisme di Indonesia dan
munculnya berbagai bentuk pergerakan nasional. Sebagaimana telah disebutkan
pada bagian pertama di atas bahwa nasionalisme merupakan produk dari adanya
kolonialisme. Perkembangan awal nasionalisme secara internal berawal dari adanya
rasa kesadaran yang terus berkembang, yaitu kesadaran terhadap situasi yang
tertindas, terbelakang, dan diskriminasi yang melahirkan suatu keinginan untuk
bebas, merdeka dan maju. Sedangkan secara eksternal, dipengaruhi oleh kemenangan
Jepang terhadap Rusia tahun 1905, kemudian Gerakan Turki Merdeka, Revolusi Cina,
dan gerakan-gerakan nasional di negara-negara tetangga, seperti India dan Philipina.
Peristiwa-peristiwa tersebut memperbesar kesadaran nasional dan menyebabkan
bangsa Indonesia memiliki rasa harga dirinya kembali. Artinya, setelah kemenangan
Jepang atas Rusia, muncul kesadaran dari kalangan pemuda dan mahasiswa
Indonesia bahwa ternyata orang Asiapun mampu mengalahkan orang Eropa.
Meskipun dimensi eksternal ini juga berpengaruh, akan tetapi pengaruh internal
inilah yang paling dominan, sebab sangat dirasakan langsung oleh bangsa Indoensia.
Adapun bentuk gerakan dari proses awal perkembangan nasionalisme
Indonesia adalah munculnya “Gerakan Emansipasi Wanita” yang dipelopori oleh R.A.
Kartini pada tahun 1912, Kongres Pemuda pertama dan berdirinya Boedi Oetomo
tahun 1908, Gerakan Jawa Muda (Jong Java) tahun 1911, Muhammadiyah pada tahun
1912, Gerakan Pribumi(Inlandsche Beweging) tahun 1914, Kongres Kebudayaan
tahun 1916, dan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, berdirinya
organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda, yaitu Indische Vereeniging tahun 1908,
kemudian berkembang dan berubah menjadi organisasi identitas nasional yang baru
pada tahun 1925 dengan nama baru Perhimpunan Indonesia dan berubah lagi
menjadi "Indonesia Merdeka”, berdirinya Sarikat Islam (SI) pada tahun 1912 yang
dipelopori oleh Tjokroaminoto, Indische Partij dibentuk oleh Setiabudi (Douwes
9NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
Dekker), Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara dan berdirinya PNI tahun
1927, dan berbagai bentuk organisasi kepemudaan, dan organisasi lainnya yang lebih
bersifat kesukuan, seperti Jong Sumatra, Jong Celebes dan lain-lainnya. Tahun 1914,
Sneevliet mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV), nantinya
menjadi PKI, yang membuat hubungan dengan para pemimpin Indonesia yang
cenderung sosialis dari Sarekat Islam sehingga bergabung dengan ISDV dan menarik
anggota baru ISDV. Banyaknya tokoh Sarekat Islam yang direkrut, menjadikan
kekhawatiran banyak pihak dan membuat perpecahan di Sarekat Islam Sendiri.
Bahkan PKI merencanakan pemberontakan terbuka dibanyak daerah, namun
digagalkan oleh Tan Malaka, anggotanya sendiri.
Meskipun muncul berbagai gerakan yang lebih bersifat kesukuan, seperti Boedi
Oetomo, Jong Java, Jong Sumatera dan Jong Celebes, akan tetapi pada akhirnya dapat
dipersatukan oleh berbagai gerakan atau organisasi lainnya yang lebih bersifat
integratif karena merangkul berbagai gerakan kesukuan antara lain Gerakan Pribumi,
Perhimpunan Indonesia, dan puncaknya saat Sumpah Pemuda tangal 28 Oktober
1928. Perhimpunan Indonesia (PI) dikatakan sebagai suatu bentuk gerakan yang
lebih bersifat integratif dan nasionalis karena memiliki berbagai fikiran pokok yang
lebih mengarah pada “Ideologi Nasionalis”, antara lain: (1) Kesatuan Nasional:
perlunya mengesampingkan perbedaan-perbedaan sempit dan perbedaan
berdasarkan daerah dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk
menciptakan negara kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu; (2)
Solidaritas: tanpa melihat perbedaan yang ada antara sesama orang Indonesia, maka
perlu disadari adanya pertentangan kepentingan yang mendasar antara penjajah dan
yang dijajah, dan kaum nasionalis haruslah mempertajam konflik antara orang kulit
putih dengan kulit sawo matang; (3) Non-Kooperatif: keharusan untuk menyadari
bahwa kemerdekaan bukan hadiah sukarela dari Belanda, akan tetapi harus direbut
oleh bangsa Indonesia dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri dan
oleh karena itu tidak perlu mengindahkan dewan perwakilan kolonial seperti
Volksraad; (4) Swadaya: dengan mengandalkan kekuatan sendiri perlu dikembangkan
suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi dan
hukum yang kuat berakar dalam msayarakat pribumi dan sejajar dengan administrasi
kolonial.
10NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
Dari keempat bentuk ideologi nasionalis dari oraganisasi Perhimpunan
Indonesia (PI) seperti di atas, menunjukkan pada kita, dan menjadi suatu bukti nyata
bagaimana ideologi itu muncul sebagai suatu bentuk reaksi terhadap kolonialisme
Belanda. Bahkan ideologi tersebut dianggap sebagai suatu manifestasi dari kesadaran
dan rasa nasionalisme yang tinggi. Fenomena di atas menunjukkan bahwa kesadaran
akan ketertinggalan dan kungkungan kolonialisme, serta munculnya gerakan-gerakan
yang bersifat nasionalisme, umumnya dipelopori oleh para pemuda, terutama para
mahasiswa dan kaum terpelajar lainnya. Nampaknya, kemampuan kemelek-hurufan
dan kemampuan dwibahasa untuk kasus di Indonesia lebih disebabkan oleh adanya
perubahan ideologi kolonialisme karena adanya tantangan dan kritik dari kaum
sosialis dari orang Belanda sendiri. Dengan demikian terjadi perubahan dari politik
kolonial ke politik ethis atau politik “Hutang Budi”. Muncul dan lahirnya politik Ethis
ini disebabkan oleh munculnya kesadaran sebagian pihak bangsa kolonial akan
ketertinggalan dan kemerosotan kesejahteraan bangsa jajahan. Implikasi lebih lanjut
dari kebijakan politik tersebut adalah adanya peluang bagi sebagian kalangan bangsa
Indonesia untuk melanjutkan pendidikan, terutama di negeri Belanda. Dengan
demikian, tak pelak lagi sebagian pemuda Indonesia menerima pedidikan gaya
modern (gaya eropa), yang bukan saja dilakukan oleh pemerintah negara penjajah,
namun juga oleh sebagian lembaga keagamaan.
Nasionalisme yang mempersatukan komitmen dan berbagai unsur suku dari
suatu bangsa yang ada lewat suatu bentuk organisasi atau pergerakan nasional, yaitu
PNI baru yang dibentuk sekitar tahun 1932 dibawah pengaruh Hatta dan Syahrir.
Maksud pendirian organisasi ini sebagai suatu gerakan nasionalisme yang muncul
sebagai akibat dari munculnya gerakan nasionalis dalam suatu negara dalam
menentang dominasi atau tekanan dari negara lain.
Munculnya Kesadaran Politik pada Masa Penjajahan Jepang
Kekalahan Belanda dari Jepang pada tahun 1942 membuat mayoritas kaum
terpelajar Indonesia menerima kedatangan Jepang dengan penuh semangat. Jepang
11NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
mengetahui secara psikologis beberapa hal yang diinginkan oleh rakyat Indonesia
seperti:
1. Diperbolehkannya mengibarkan Bendera Merah Putih dan mengumandangkan
lagu Indonesia Raya.
2. Diyakini dapat meningkatkan status sosial ekonomi tanpa kekerasan dengan
memberikan kesempatan kepada orang Indonesia untuk mengisi jabatan yang
kosong yang dulu diduduki oleh Belanda atau Indo-Belanda.
3. Memenjarakan semua penduduk Belanda, Indo-Belanda dan Kristen yang dicurigai
sebagai pro Belanda.
Ketiga hal diatas sedikitnya telah memenangkan dukungan dari kaum pelajar
sekaligus menetralisir antipati sebagian dari kaum pelajar tersebut. Penerimaan dari
kaum pelajar tersebut membuat rasa percaya diri Jepang tumbuh begitu kuat
sehingga Jepang mengabaikan rasa nasionalisme Indonesia dan mempropagandakan
Tiga A12 namun hal tersebut gagal dilakukan. Jepang menguras habis kekayaan
Nusantara, mulai dari bahan makanan sampai dengan produk perkebunannya, tidak
masuknya bahan sandang dan onderdil mesin, pengawasan kurikulum sekolah
dengan tangan besi, pemaksaan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi. Kekerasan dan
kekurangajaran ditunjukkan oleh orang Jepang dalam bergaul dengan orang
Indonesia.
Hanya dalam waktu beberapa bulan saja, Jepang tidak mendapat dukungan dari
rakyat dan kaum terpelajar Indonesia. Rasa tidak senang terhadap Jepang tumbuh
terus, bahkan rakyat mulai melakukan pemberontakan. Ini dilakukan sebelum tahun
1942 berakhir. Jepang baru menyadari bahwa gerakan kebangsaan Indonesia adalah
suatu kekuatan yang nyata dan kuat sehingga akan melawan bentuk penjajahan
sekecil apapun. Gerakan-gerakan bawah tanah yang muncul didominasi oleh
mahasiswa dan pemimpin politik yang matang memaksa Jepang secara radikal
merubah haluan politiknya secara radikal dengan memberikan perhatian kepada
pemimpin nasionalis yang benar-benar disukai oleh rakyat Indonesia.
Dibebaskannya Soekarno, pembentukan Poetra (Poesat Tenaga Rakyat) yang
dipimpin langsung oleh Soekarno malahan menjadi bumerang bagi Jepang sendiri.
Tujuan awal pembentukan Poetra beserta turunannya ( Hei ho, Peta, Romusha)
adalah untuk mendapatkan bala tentara yang akan membantu Jepang melawan 12 Nippon -Pendukung, Pelindung, Cahaya- Asia
12NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
sekutu tidak terlaksana, bahkan Poetra lebih memenuhi pergerakan kebangsaan
Indonesia. Kaum pelajar lebih menunjukkan anti-Jepang dari pada anti-sekutu hingga
akhirnya Poetra dibubarkan dan digantikan oleh Perhimpoenan Kebaktian Rakyat
(Djawa Hokokai) dan mencari dukungan dari para kiai dengan memberikan
kedudukan yang terhormat dan penting. Alasan yang diberikan oleh Jepang adalah
melawan orang kafir yang memperbudak penduduk muslim di Indonesia. Namun hal
ini pun tidak membuahkan hasil karena banyak kyai yang tidak sudi menjadi alat
tujuan Jepang.13
Gerakan bawah tanah yang semakin marak memaksa Jepang untuk membentuk
Angkatan Muda yang terdiri dari kaum terpelajar14 yang dipaksa untuk memgang
jabatan kepemimpinan yang bertanggungjawab terhadap gerakan-gerakan yang
dilakukan di Indonesia. Inipun gagal dilakukan, hingga pada tahun 1944 PM Koiso
mengumumkan bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan dalam waktu dekat dan
memberikan peluang kepada pemimpin gerakan bawah tanah untuk bebas berbicara
tentang kemerdekaan sampai dibentuknya pemerintahan Indonesia merdeka dan
pembentukan BPUPKI (Dr. Radjiman diangkat sebagai ketua) semua dengan tujuan
sama yaitu meminta dukungan untuk melawan sekutu. 15
Penolakan pemimpin Indonesia untuk melawan sekutu menemukan puncaknya
pada saat Soekarno dihadapan PPUKI menunjukkan secara terang-terangan rasa anti-
Jepang lewat pidatonya yang menggariskan lima prinsip dasar, Pantja Sila yang
dianggap dapat membimbing dan memenuhi syarat sebagai dasar filsafat suatu
Indonesia yang merdeka. Lima prinsip itu adalah:
1. Nasionalisme
Makna Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional
yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk
merebut kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai
pendorong untuk membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa
dan negaranya. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga
dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita
terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih
13 Ternyata Jepang memaksakan pemindahan kiblat shalat ke Tokyo dan dipaksa mengagungkan kaisar Jepang. Kahin. Hal.141
14 Banyak diantaranya yang diketahui/dicurigai sebagai orang yang aktif dalam gerakan bawah tanah.15 Jepang akan memberikan kemerdekaan jika Indonesia berjuang untuk melawan sekutu.
13NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
unggul daripada bangsa dan negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat
nasionalisme yang berlebihan (chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan
sikap saling menghormati, menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa
lain.
2. Internasionalisme/Perikemanusiaan
Nasionalisme tidak dapat berjalan tanpa internasionalisme (kekeluargaan
bangsa-bangsa). Demikian pula sebaliknya, internasionalisme tidak akan hidup
subur bila tidak berakar pada nasionalisme.
3. Perwakilan/Permusyawaratan
4. Keadilan sosial dan kesejahteraan
5. Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa
Prinsip satu dan dua dapat digabungkan menjadi sosio-nasionalisme sementara
prinsip empat dan lima menjadi sosio-demokrasi, sehingga tinggal tiga prinsip yang
masih bisa diperas menjadi satu prinsip yaitu ”Gotong Royong”. Gotong royong
adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan yang menggambarkan
satu usaha, satu amal dan satu pekerjaan. Gotong royong adalah membanting tulang
bersama, memeras keringat bersama, perjuangan bantu membantu bersama.16
Tuntutan yang sangat berat dari Jepang dengan melakukan kerja paksa,
meruntuhkan sendi-sendi di desa, penculikan orang desa untuk dijadikan romusha,
penyerahan hasil bumi secara paksa dengan tiada batas meningkatkan kesadaran
nasional secara luar biasa dibantu oleh keinginan untuk merdeka secara politik.
Kaum tani menjadi sadar secara politik dengan melakukan pemberontakan-
pemberontakan dibanyak tempat. Kepiawaian Soekarno yang di beri kebebasan oleh
Jepang untuk berkomunikasi dengan petani membangkitkan kesadaran politik dan
keinginan untuk memperoleh kemerdekaan nasional.
Kesimpulan
Nasionalisme Indonesia menurut Kahin terutama berakar dari keadaan
Indonesia mulai dari abad ke-16 sampai dengan abad ke-20. Nasionalisme bukanlah
suatu istilah atau konsep atau fenomena yang lahir secara sendiri, akan tetapi sangat
terkait dengan konsep bangsa atau negara dan kewarganegaraan/kebangsaan, atau
merupakan produk dari imperalisme/kolonialisme. Nasionalisme merupakan produk 16 Soekarno dalam Kahin hal. 155-159
14NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin
dari sejarah bangsa itu sendiri, timbul sebagai jawaban terhadap kondisi-kondisi
historis, politik ekonomi dan sosial tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksudkan
adalah munculnya kolonialisme dari suatu negara terhadap negara lainnya. Hal ini
terjadi sebab nasionalisme itu sendiri muncul sebagai suatu reaksi terhadap
kolonialisme, reaksi yang berasal dari sistem eksploitasi yang selalu menimbulkan
pertentangan kepentingan secara terus menerus. Dan hal ini tidak hanya dalam
bidang politik, tapi juga dalam bidang ekonomi sosial dan kulturil. Oleh sebab itu,
suatu gerakan-gerakan yang bersifat nasional yang muncul menentang kolonialisme,
dan berusaha untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut didorong oleh semangat
nasionalisme.
Jika kita membandingkan nasionalisme yang lahir pada zaman pergerakana
nasional dengan nasionalisme yang muncul tahun-tahun belakangan ini, nampak
perbedaan yang cukup mendasar, meskipun terdapat persamaan. Persamaannya
yang dapat kita lihat adalah nasionalisme pada zaman pergerakan nasional yang lebih
bersifat global dan nasionalisme sekarang yang lebih bersifat lokal, lahir dan muncul
sebagai suatu bentuk respon akan kesadaran ketidakadilan, merasa terjajah,
tertinggal dan cinta tanah air. Sedangkan perbedaannya adalah, munculnya
kesadaran dan sentimen nasionalisme pada zaman pergerakan nasional lebih
disebabkan oleh perasaan ketertinggalan, kebodohan, tertindas, dan kemiskinan
sebagai akibat dari ideologi kolonialisme Belanda, sedangkan nasionalisme sekarang
lebih disebabkan oleh munculnya perasaan ketimpangan pembangunan daerah dan
pusat, aloksi dana yang tidak seimbang, dan merasa adanya perasaan dieksploitasi
oleh pemerintah pusat di Jakarta. Bahkan ada pula yang mendikotomikan antara
pembangunan yang lebih berorientasi Jawa dibandingkan luar Jawa, ketidakadilan
dan ketidakseimbangan birokrasi pemerintahan antara Jawa dan luar Jawa. Bahkan
perbedaan yang paling mendasar adalah, nasionalisme yang lahir pada zaman
pergerakan nasional lebih bersifat sebagai perekat untuk mempertahankan keutuhan
bangsa (bersifat integratif), sedangkan nasionalisme sekarang ini lebih bersifat
mengancam keutuhan dan persatuan bangsa (lebih bersifat disintegrasi). Fenomena
di atas menunjukkan bahwa nasionalisme telah mengalami proses transformasi dari
global ke lokal, dan dari integrasi ke dis-integrasi nasional.
15NASIONALISME: Menurut Perspektif George McTurnan Kahin