alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewPernikahan adalah sebuah anugerah yang harus...
Click here to load reader
Transcript of alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewPernikahan adalah sebuah anugerah yang harus...
POLIGAMI
MAKALAH
Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Munakahah Semester III Tahun Akademik 2014-2015 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dosen
Ahmad Izzuddin, M.HI
Oleh
KELOMPOK 1
Ali nahrowi : 13220214
Olif Amalia Rahmasari : 13220034
Fikri robiatul KH : 13220093
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Untaian kalimat tahmid mengalun indah kepada Allah Azza wa jalla
yang senantiasa karuniakan nikmat yang tak terhingga. Sholawat dan salam tak
pernah henti mengalir kepada Revolusi Islam Nabi Muhammad S.A.W.
Pernikahan adalah sebuah anugerah yang harus disyukuri sebagai bentuk
implementasi dari naluri dan fitrah manusia. Tujuannya tak lain adalah sebagai
media untuk senantiasa berkembang, melangsungkan kehidupan dan melahirkan
keturunan. Pernikahan ikatan suci yang sennatiasa harus tidak ternodai, namun
manusi tetaplah manusia dengan segala keterbatasannya tak akan bisa sempurna,
kekurangan dan kesalahan selalu menjadi pelengkap dalam setiap gerak
perbuatan.
Poligami bukanlah sebuah musibah bukan pula sebuah perintah, hanya
sebagai sarana menemukan titik penengah untuk tetap mempertahankah rumah
tangga. Untuk memahami apa dan bagaimana poligami yang diatur oleh Islam,
yang sesuai dengan al Quran, maka makalah ini kami susun sebagai tambahan
informasi agar tidak berfikir untuk pro atau kontra pada poligami.
Kekurangan dalam makalah ini semata-mata karena keterbatasan waktu
dan refrensi informasi, sehingga kiranya kami menerima kritik saran yang baik
demi mencapai perbaikan.
Malang, 22 Oktober 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pengertian Poligami......................................................................................5
B. Dasar Hukum Poligami.................................................................................5
C. Praktek Perkawinan Nabi SAW....................................................................8
D. Alasan Poligami............................................................................................8
E. Syarat Diperbolehkannya Berpoligami.......................................................10
F. Prosedur Poligami dalam hukum positif.....................................................11
G. Hikmah Poligami........................................................................................12
BAB III PENUTUP...............................................................................................14
A. Simpulan.....................................................................................................14
B. Kritik dan Saran..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, seorang laki-laki hendaklah mencukupkan diri dengan memiliki
seorang istri saja, demi menjaga ketenangan kehidupan berkeluarga, dan agar lebih mudah
memelihara dan mendidik anak-anak yang dilahirkan dari perkawinna tersebut. Namun,
adakalanya timbul situasi atau kondisi darurat, misalnya dalam keadaan istri tidak dapat
melhirkan keturunan, atau tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, karena cacat
badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan sebagainya. Sedangkan si suami
masih tetap mencintai istrinya itu dan tidak ingin menceraikannya. Disisi lain, cukup banyak
perempuan yang sudah waktunya menikah dan sudah memenuhi semua persyaratan untuk itu,
namun belum juga beruntung memperoleh seorang suami untuk menjadi pendamping
hidupnya dan yang diharapkan ia memperoleh keturunan darinya.
Dalam keadaan seperti itu, jalan keluar yang mungkin paling sedikit madlaratnya –
walaupun tetap saja tidak terlepas sama sekali dari berbagai keberatan – adalah laki-laki yang
sudah beristri tersebut mengawini seorang perempuan lain di samping istrinya yang sudah
ada. Yang menjadi catatan bagi kami adalah, ada sebagian dari kalangan umat Islam yang
bersikukuh menolak poligami, disisi lain mendukung penuh peraktek poligami bahkan
menganggap poligami sebagai hal yang bersifat wajib. Ironisnya, mereka yang menentang
menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kelainan seksual sehingga beliau
memiliki istri lebih dari satu. Selanjtunya, makalah ini disusun untuk menengahi perbedaan-
perbedaan ini, dan memberi pencerahan tentang poligami yang diperbolehkan dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Poligami ?
2. Apa Dasar Hukum Poligami?
3. Bagaimana praktek Poligami Nabi Muhammad SAW?
4. Apa Syarat diperbolehkannya Poligami dan prosedur untuk berpoligami ?
5. Apa Alasan Poligami?
6. Apa Hikmah poligami?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Poligami
3
2. Mengetahui Dasar Hukum Poligami
3. Mengetahui praktek Poligami Nabi Muhammad SAW
4. Memahami Syarat diperbolehkannya Poligami
5. Memahami Alasan Poligami
6. Mengetahui Hikmah poligami
4
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Poligami
Kata poligami, secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu polus yang berarti
banyak dan gamos yang berarti perkawinan. Bila pengertian kata ini digabungkan, maka
poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih dari seorang.1
Sistem perkawinan bahwa seorang laki-laki mempunyai lebih seorang istri dalam
waktu yang bersamaan, atau seorang perempuan mempunyai suami lebih dari seorang dalam
waktu yang bersamaan, pada dasarnya disebut dengan poligami. Pengertian poligami menurut
bahasa Indonesia adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini
beberapa lawan jenisnya diwaktu yang bersamaan.2
Kebiasaan beristri lebih dari satu (Poligami) sudah jauh ada sebelum datanganya
agama islam. Kitab-kitab suci agama samawi dan buku-buku sejarah menyebutkan bahwa di
kalangan para pemimpin maupun orang-orang awam di setiap bangsa, bahkan diantara para
Nabi sekalipun poligami bukanlah hal yang asing atau tidak disukai.3
B. Dasar Hukum Poligami
Dasar hukum yang selalu dipakai dalam melakukan poligami dalam islam adalah
yang tertera dalam al-quran surat na-nisa’ ayat 3 :
اء س�� وإن خفتم أال تقسطوا في اليتامى ف��انكحوا م��ا ط��اب لكم من الن مثنى وثالث ورباع ف��إن خفتم أال تع��دلوا فواح��دة أو م��ا ملكت أيم��انكم
.ذلك أدنى أال تعولوا Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-
wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuataniaya.
Maksudnya berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam menafkahi misteri baik
secara jasmani maupun rohani. Kebutuhan jasmani misalnya pakaian, tempat, dan kebutuhan
rohani seperti giliran dan lain-lain yang bersifat rohaniah . dari hal ini maka islam
1 Sohari Sahrani, fikih munakahat, (Jakarta: Rajawali pers, 2009), h.3512 Ibid, h.3513 Muhammad Baqir, Fiqh praktis II, (Bandung: Karisma. 2008), hlm.90-91
5
memperbolehkan berpoligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat Ini poligami
sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum nabi Muhammad SAW. Ayat
Ini membatasi poligami sampai empat orang saja.4
Dan demikian juga disebutkan dalam surat An-Nisa` ayat 129, Allah SWT berfirman:
��لولن تستطيع ��ل المي ساء ولو حرصتم فال تميل��وا ك وا أن تعدلوا بين النفإن الل ه كان غفورا رحيمافتذروها كالمعل قة وإن تصلحوا وتت قوا
Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isteri(mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.
Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sejak masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi`in, periode Ijtihad dan setelahnya
sebagian besar kaum Muslimin memahami dua ayat Akhkam itu sebagai berikut:
Adakalanya dipahami Perintah Allah SWT, “maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi”, difahami sebagai perintah ibâhah (boleh), bukan perintah wajib.
Seorang muslim dapat memilih untuk bermonogami (istri satu) atau berpoligami (lebih dari
satu). Demikianlah kesepakatan pendapat mayoritas pendapat mujtahid dalam berbagai kurun
waktu yang berbeda.
Selanjutnya Poligami harus berlandaskan asas keadilan, sebagaimana firman Allah,
“kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki.“ (QS. An-nisa`: 3) seseorang tidak dibolehkan menikahi
lebih dari seorang istri jika mereka merasa tidak yakin akan mampu untuk berpoligami.
Walaupun dia menikah maka akad tetap sah, tetapi dia berdosa terhadap tindakannya itu.
Kemudian Juga sebagaimana termaktub dalam ayat yang berbunyi, “dan kamu
sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istri (mu), walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian”. Adil dalam cinta diantara istri-istri adalah suatu hal yang mustahil
dilakukan karena dia berada di luar batas kemampuan manusia. Namun, suami seyogyanya
tidak berlaku dzolim terhadap istri-istri yang lain karena kecintaannya terhadap istrinya.5
Dan adalagi yang menyebutkan bahwa poligami itu mubah (dibolehkan) selama
seorang mu`min tidak akan khawatir akan aniaya. Diperbolehkan poligami untuk
4Alquran terjemah5Fada Abdul Razak Al-Qoshir, Wanita Muslimah Antara Syari`At Islam Dan Budaya Barat, (Yogyakarta: Darussalam Offset, 2004) hlm. 42-45
6
menyelamatkan dirinya dari dosa. Dan terang pula bahwa boleh berpoligami itu tidak
bergantung kepada sesuatu selain aniaya (tidak jujur), jadi tidak bersangkutan dengan mandul
istri atau sakit yang menghalanginya ketika tidur dengan suaminya dan tidak pula karena
banyak jumlah wanita.6
Sebagaimana hadist dalam shahih muslem :
عن المسور بن مخرمة أنه س��مع رس�ول الل��ه ص�لى الل�ه علي��ه وس���لم على المن���بر وه���و يق���ول إن ب���ني هش���ام بن المغ���يرة استأذنوني أن ينكحوا ابنتهم علي بن أبي طالب فال آذن لهم ثم ال آذن لهم ثم ال آذن لهم إال أن يحب ابن أبي طالب أن يطلق ابنتي وينكح ابنتهم فإنما ابنتي بضعة مني يريبني م��ا رابه��ا ويؤذي��ني م��ا
آذاها Artinya : “Dari miswar bin makhramah beliau pernah mendengar saat nabi berada
diatas mimbar beliau bersabda : sesungguh bani hisyam bin mughirah
meminta izin mereka untuk menikahi ali dengan putri meraka, lalu
rasulullah bersabda: aku tidak mengizinkannya, aku tidak
mengizinkannya, kecuali sesungguh aku lebih mencintai ali bin abi thalib
menceraikan putriku, daripada menikahi dengan putri mereka. Karena
putriku adalah darah dagingku aku senang dengan apa yang telah darah
dagingku senang dan aku merasa tersakiti dengan apa yang telah darah
dagingku merasa tersakiti dengan hal itu” .
Dan dalam hadist yang Imam Muslem meriwayatkan:
عن قتاده ذكرنا ان عمر بن الخطاب كان يقول اللهم ام��ا قل��بى فالأملك واما سوى ذلك فأر جو أن أعدل
Artinya:” Umar bin khatab Berkata : Ya allah , bahwa sungguh hatiku tidak sanggup
aku kuasai untuk berbuat adil! Dan sesuatu yang selain hati, aku
berharap saya dapat berbuat adil .”
6Ibid. hlm. 200
7
C. Praktek Perkawinan Nabi SAW
Telah menjadi catatan sejarah, bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki lebih dari
satu orang istri. Dalam sebuah riwayat disebutkan istri beliau berjumlah Sembilan dan
riwayat lain menyebutkan sebelas. Demikian ini merupakan satu diantara berbagai kehususan
Nabi . Sayangnya, tidak sedikit orang yang keliru memahami praktek poligami Nabi ini.
Mereka beranggapan bahwa Nabi melakukan poligami sebagaimana tujuan kebanyakaan
orang, yakni untuk memenuhi tuntutan biologis atau hanya untuk memuaskan hasrat
seksualnya. Kekeliruan paham ini harus diluruskan, sebab praktek poligami Nabi seringkali
dijadikan dalil pembenaran bagi kebolehan poligami pada umumnya (tanpa memandang
syarat, alasan dan prosedurnya).
Perlu diingat bahwa Nabi tidak sekalipun mengawini salah seorang diantara istrinya
kecuali demi tujuan mulia, sesuai dengan adat dan kebutuhan pada masa itu. Antara lain
untuk memperkokoh ikatan persaudaraan di antara para sahabat dan pendukungnya, demi
menyelamatkan janda yang suaminya gugur di medan perang dan sebagainya. Jika ditelusuri
satu persatu dari sejarah, maka kita akan memahami bahwa motif perkawinan Nabi dengan
istri-istrinya adalah motif dakwah atau kepentingan syiar Islam.
Nabi beristrikan satu orang saja yaitu Sayyidah Khodijah selama 28 tahun. 17 tahun
dijalani pada masa sebelum kerosulan Qobla bi’tsah dan 11 tahun dijalani sesudah kerosulan
ba’da bi’tsah. 7Dua tahun setelah Sayyidah Khodijah wafat baru beliau menikah lagi. Istri-
istri setelah Sayyidah Khodijah, bukanlah wanita yang masih muda, cantik dan kaya, bahkan
diantara mereka adalah janda tua seperti Saudah binti Zam’ah.
Setelah turunnya ayat yang menjadi landasan kebolehan poligami yaitu QS: An
Nisa ayat 3, Nabi tidak menceraikan istri-istri belaiu sebagaimana yang diperintahkan kepada
kaum muslim. Hal ini juga berkaitan dengan dengan salah satu kekhususan Nabi, karena istri-
istri beliau adalah dalam kedudukan Ummahât Al Mu’minîn (Ibu-ibu kau yan beriman). Maka
seandainya beliau menceraikan mereka, tidak ada lagi kesempatan bagi mereka untuk
menikah dengan laki-laki lain.8
D. Alasan Poligami
Ada berbagai macam alasan ber-poligami yang dijadikan dasar untuk
merealisasikan ayat al-quran yang memperbolehkan berpoligami yakni sebagai berikut :
7 Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender. 1999), hlm.188 Muhammad Baqir, Fiqh praktis II, (Bandung: Karisma. 2008), hlm.93-94
8
1. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pada ghalibnya, jumlah perempuan di
semua Negara di dunia lebih banyak daripada laki-laki. Bahkan, adakalanya
jumlah perempuan melebihi jumlah kaum laki-laki secara signifikan pada situasi-
situasi tertentu. Misalnya: akibat peperangan yang memakan waktu panjang dan
terbunuhnya tentara yang mayoritas laki-laki.
2. Potensi kebanyakan laki-laki untuk memberikan keturunan lebih besar dan lebih
lama daripada yang dimiliki perempuan. Pada umumnya, laki-laki memiliki
kesiapan seksual sejak baligh sampai usia tua. Sedangkan perempuan tidaklah
demikian, sebab ia memiliki masa haid, nifas, menyusui dan hamil. Kesanggupan
perempuan untuk hamil dan melahirkan berakhir sekitar usia empat puluh lima
sampai lima puluh tahun, sedangkan laki-laki masih subur sampai usia enam
puluh tahun ke atas9.
3. Terkadang istri mandul atau menderita sakit yang tidak ada harapan untuk
sembuh, padahal mereka masih menginginkan untuk melanjutkan hidup bersuami-
istri dan suami ingin mempunyai keturunan. Dalam keadaan seperti ini maka
berpoligami lebih baik daripada perceraian.
4. Ada segolongan laki-laki yang memiliki dorongan seks yang lebih besar
disebabkan kondisi tubuh dan nafsunya, dan dia merasa tidak puas dengan seorang
istri saja, terutama sekali orang-orang di daerah tropis berhawa panas.
5. Kebutuhan menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang baik, secara kuantitas
maupun kualitas. Agar dari mereka dapat disiapkan warga Negara terpelajar dan
terdidik dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Negara di bidang
industri, pertanian, teknologi, kedokteran, militer, administrasi dll.
6. Adanya keprihatinan sosial. Misalnya: seorang janda yang memiliki banyak anak
dan membutuhkan figure seorang ayah.
7. Suami tidak lagi menyenangi istrinya karena kelakuan istri yang buruk atau
hilang daya tariknya, sehingga dia tidak bergairah lagi untuk menggaulinya.
Karena itu suami terpaksa mengawini wanita lain untuk mencegah dirinya dari
perbuatan maksiat.
Berpoligami bukanlah kewajiban dan bukan pula sunnah, tetapi diperbolehkan oleh
agama Islam karena adanya tuntutan pembangunan dan kemaslahatan yang mendesak untuk
berpoligami.10
9 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid III, (Jakarta: Pena Pundi Aksara. 2007), hlm.410 Ibid, hlm.1
9
E. Syarat Diperbolehkannya Berpoligami
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan persyaratan terhadap
seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang ini harus dipenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Adanya persetujuan dari istri/isteri-isteri
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup isteri-isteri dan
anak-anak mereka
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-
anak mereka.
2. Persetujuan yang dimaksud pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi
seorang suami apabila istri/istri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan
tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya
selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, karena sebab-sebab lainnya yang perlu
mendapat penilaian dari hakim Pengadilan Agama.11
Sedangkan syarat poligami yang diatur dalam syariat islam adalah:12
1. Adil: Fuqoha’ bersepakat bahwa keadilan yang dimaksudkan ada dalam beberapa
perkara, yaitu:
a. Nafakah, Pakaian dan tempat tinggal : Dalam masalah ini ulama berselisih
pendapat terkait dengan ketentuan adil.
1) Menurut Syafi’iyah, Hanabilah dan pendapat ini yang paling dzohir menurut
Malikiyah: Seorang suami harus memenuhi nafakah wajib pada masing-
masing istri, jika terdapat kelebihan harta, maka ia tidak apa-apa memberi
kelebihannya pada istri yang ia kehendaki.
2) Menurut Ibnu Qudamah dan Ahmad : Jika berlaku adil dengan pemerataan
antara istri menimbulkan madlarrat, maka suami boleh melebihkan bagian
daripada yang lainnya apabila yang lain dianggap cukup.
3) Menurut Ibnu Nafi’ : Suami wajib berlaku adil setelah memberi masing-
masing kewajibannya.
11Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 47.12 ‘Adil Ahmad Abdul Maujud, Ta’addud Az Zaujat, (Kairo: Dar Al Kitab Al ‘Arobi. 2004), hlm. 94
10
4) Menurut ulama’ Hanafiyah : Wajib menyamakan semua istri dalam nafakah
jika berpendapat bahwa nafakah harus sesuai dengan keadaan suami, jika tidak
(nafakah harus sesuai dengan keadaan suami ) maka kewajiban menyamakan
nafakah gugur.
b. Tidak boleh lebih dari empat wanita. Apabila menikahi lebih dari empat, maka
istri yang kelima pernikahannya batal dan wanita tersebut tidak mendapatkan
konsekuensi pernikahan. Pembatasan pada empat istri adalah pendapat Jumhurul
Fuqoha’ (Hanifah, Malik, Syafi’I, Ahmad bin Hambal)
Ada kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dengan jumhurul
fuqoha’ yaitu: ulama’ dari golongan Syi’ah Rofidloh yang berpendapat bahwa
Boleh mengumpulkan Sembilan orang istri. dan ulama’ dari golongan Khowarij
yang berpendapat bahwa Boleh mengumpulkan dua belas orang istri.
c. Merdeka, maka budak perempuan tidak boleh dipoligami (pendapat Syafiiyah).
Sedangkan Hanafiyah tidak memberlakukan syarat ini.
d. Mendahulukan wanita merdeka daripada budak.
Tidak sah poligami dengan budak perempuan (istri pertama wanita merdeka), baik
suaminya laki-laki merdeka atau budak. Ini pendapat Hanafiyah. Sedangkan
menurut Syafi’iyah hal demikian boleh apabila suami budak. Menurut Malikiyah
boleh apabila wanita yang merdeka tersebut ridlo.
F. Prosedur Poligami dalam hukum positif
1. Dasar Hukum
Dasar hukum berpoligami terdapat dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan Pasal 4 ayat 1 “Dalam hal seorang suami akan beristeri lebih dari seorang
sebagaimana dalam Pasal 3 Ayat (2) mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah
tempat tinggalnya”.KMA No. 477 Tahun 2004 Pasal 7 Ayat (2) huruf I ”Izin dari Pengadilan
bagi seorang suami yang hendak beristeri lebih dari seorang.”
2. Prosedur Poligami
Prosedur yang harus dipenuhi atau langkah-langkah yang harus dicapai dalam
melakuakan poligami yang diakui oleh hukum positif adalah sebagai berikut:
a. Calon suami datang ke Kelurahan/Desa meminta surat pengantar ke Pengadilan
dengan membawa KTP dan Kartu Keluarga
11
b. Kemudian suami datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat-surat dari
Kelurahan/ Desa, surat persetujuan dari isteri pertama, surat pernyataan bisa berlaku
adil, surat keterangan penghasilan dan surat-surat lain yang dibutuhkan Pengadilan
Agama
c. Sidang penetapan izin poligami di Pengadilan Agama
d. Datang ke Kelurahan/Desa dengan membawa penetapan izin poligami dan meminta
surat-surat untuk pernikahan berupa surat keterangan, model N1, N2, N3, & N4
e. Laporan Pernikahan ke KUA Kecamatan
f. Ijab Qabul.
G. Hikmah Poligami
Karena tuntutan pembangunan, undang-undang diperbolehkannya poligami
tidak dapat diabaikan begitu saja, walaupun hukumnya tidak dapat diabaikan begitu
saja, walaupun hukumnya tidak wajib dan juga tidak sunnah. Dengan menyimak
hikmah-hikmah yang terkandung dalam poligami, hendaknya ada kemauan dari pihak
pemerintah untuk turut memerhatikan masalah ini. Mengenai hikmah diizinkan
berpoligami (dalam keadaan darurat dengan syarat berlaku adil) antara lain adalah
sebagai berikut :13
1. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri yang mandul.
2. Untuk menjaga kutuhan keluarga tanpa menceraikan istri, sekalipun istri tidak
dapat menjalankan fungsinya sebagai istri atau ia mendapat cacat badan
ataupun penyakit yang tak dapat disembuhkan.
3. Untuk menyelamatkan suami dari yang hypersex dari perbuatan zina dan krisis
akhlak lainnya. Oleh karena itu, daripada orang-orang semacam ini hidup
dengan teman perempuan yang rusak akhlaknya tanpa ikatan pernikahan, lebih
baik diberikan jalan yang halal untuk memuaskan nafsunya dengan cara
berpoligami.
4. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal dinegara
atau masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari kaum prianya,
misalnya akibat peperangan yang cukup lama.
13 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Mumakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.136-137
12
Tentang hikmah diizinkannya Nabi Muhammad beristri lebih dari seorang,
bahkan melebihi jumlah maksimal yang diizinkan bagi ummatnya (yang merupakan
kekhususan bagi Nabi) adalah sebagai berikut :
1. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama. Istri Nabi sebanyak 9
orang itu bisa menjadi sumber informasi bagi ummat Islam yang ingin
mengatahui ajaran-ajaran Nabi dalam bekeluarga dan bermasyarakat,
aterutama mengenai masalah-masalah kewanitaan atau kerumahtanggaan.
2. Untuk kepentingan politik mempersatukan suku-suku bangsa Arab dan untuk
menarik mereka masuk agama Islam. Misalnya perkawinan Nabi dengan
Juwairiyah, putri Al-Harits. Demikian pula perkawinan Nabi dengan shafiyah.
3. Untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan. Misalnya perkawinan Nabi
dengan beberapa janda pahlawan Islam yang telah lanjut usianya, seperti
saudah, hafshah, dan hindun. Mereka memerlukan pelindung untuk
melindungi jiwa dan agamanya, serta penanggung untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Dengan keterangan-keterangan di atas, jelaslah poligami yang diharuskan dalam
Islam bukanlah untuk memenuhi nafsu seks saja bagi kalangan kaum lelaki tetapi mempunyai
maksud serta tujuan untuk kemaslahatan umat Islam seluruhnya. Islam juga tidak
memandang mudah akan syarat-syarat yang dikenakan pada suami yang beristeri banyak.
Sebab itulah bagi mereka secara tegas Allah (SWT) mengingatkan, tanggungjawab mereka
bukanlah mudah. Andai kata ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah itu tidak
dapat dipenuhi oleh setiap suami yang berpoligami, maka dia akan beroleh dosa. Ini sudah
tentu bertentangan dengan ajaran Islam dan dilarang melakukannya.
13
BAB IIIPENUTUP
A. Simpulan
Bukan Islam yang memperkenalkan poligami, namun poligami telah
menjadi tradisi masyarakat di berbagai belahan bumi, termasuk dalam masyarakat
Arab. Kedatangan Islam sebagai pembatas dan pemberi rambu-rambu khusus
untuk kebolehan praktek poligami. Poligami bukanlah sebuah kewajiban,
melainkan sebagai rukhsoh yang bisa diambil ketika situasi darurat, dan tidak
menemukan solusi lain yang lebih baik. Ketika turun ayat tiga dalam surat An
Nisa’, maka islam memberi batasan maksimal dalam peraktek poligami yaitu
empat orang (pendapat mayoritas fuqoha’).
Ada beragam alasan yang memperbolehkan poligami, salah satunya
adalah untuk menjaga diri agar tidak terjerumus pada jurang perzinahan dan dosa.
Juga mempertahankan keutuhan rumah tangga. Selain itu, faktor lain yang
mendukung poligami adalah adanya masalah dari pihak suami atau istri, seperti
mandul, libido seksual yang berlebihan dan lain-lain. Peraktek poligami bukanlah
menjadikan seorang wanita tersiksa batin atau cobaan terhadap mereka, melainkan
poligami juga menjadi sarana untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah
tangganya sehingga tidak mencapai pada kata “perceraian”.
Ada prosedur dan syarat yang harus dipenuhi bagi siapa saja yang akan
berpoligami. Diantaranya meminta izin istri, beri’tikad bisa adil baik dalam materi
maupun non materi. Jika tidak bisa adil, maka poligami lebih baik dihindari,
sebab nantinya akan merugikan terhadapa orang banyak.
B. Kritik dan Saran
Catatan bagi kita sebagai umat Islam bahwa poligami bukanlah
kewajiban yang harus dipenuhi oleh laki-laki, melainkan sebuah kebolehan ketika
terjadi madarat dalam rumah tangga dan tidak menemukan solusi terbaik. Oleh
sebab itu, wanita tidak boleh menentang berlebihan terhadap peraktek poligami,
sebab tidak mengakui kebolehan poligami sama halnya dengan tidak meyakini
nilai-nilai kandungan Al Quran yang menjadi dasar poligami.
14
Sebagai laki-laki hendaknya harus berfikir matang-matang ketika akan
memutuskan untuk poligami, dan bagi wanita harus siap memeberikan jawaban
pasti dan tegas ketika akan menolak izin poligami. Jika ingin poligami tidak
terjadi, maka segera perbaiki diri.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aj Jahrani, Musfir. 1997. Poligami Dari Berbagai Persepsi. Jakarta: Gema Insani
Press.
Al Qoshir, Fada Abdul Razak. 2004. Wanita Muslimah Antara Syari`At Islam
dan Budaya Barat. Yogyakarta: Darussalam Offset.
Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Baqir, Muhammad. 2008. Fiqh praktis II. Bandung: Karisma.
Fahmie, Anshori Fahmie. 2007. Siapa Bilang Poligami itu Sunnah?. Depo:
Pustaka IIMaN.
Maujud, ‘Adil Ahmad Abdul. 2004. Ta’addud Az Zaujat. Kairo: Dar Al Kitab Al
‘Arobi.
Mulia, Musdah. 1999. Pandangan Islam tentang Poligami. Jakarta: Lembaga
Kajian Agama dan Jender.
Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqh Sunnah Jilid III. Jakarta: Pena Pundi Aksara.
Sahrani, Sohari. 2009. Fiqih Munakahat. Jakarta: Rajawali Pres.
16
LAMPIRAN Pertanyaan :
1. Dalam islam diperbolehkan poligami , seakan mendiskriminasikan wanita
kara tidak ada dalil yang membolehkan poliandri, pertanyaannya adalah
apa alasan dilarang berpoliandri ? ( tidak diperbolehkan karena aspek
maslahahnya tidak ada )
2. Bagaimana prosedur poligami bagi PNS ? ( tidak boleh berpoligami)
3. Haruskah orang yang sudah beristri lalu berzina dengan perempuan lain
menikahi wanita zinanya ? ( )
4. Bagaimanakah konsep keadilan yang sebenarnya ? . ( ya banyak
tergantung )
5. Setelah turunnya ayat apakah rosul tetap berpoligami ?( tidak)
6. Bagaimanakah cara pembagian harta waris bagi lelaki yang berpoligami
jika dia telah meninggal ? ( tetap sesuai aturan dalam
perwarisan)............??
7. Apa sajakah syarat berpoligami , kara jika dilihat keadilan dalam poligami
itu tidak ada bagi kaum wanita ( )
8. Seperti yang kita ketahui bahwa rasul memiliki istri lebih dari 4 itu
mengapa padahal batas poligami hanya 4 ? selanjutnya jika dilihat dari hal
itu bilehkah orang melakkan poligami lebih dari 4 dengan alasan
dhorurot ?? ( tidak )
9. Bagaimanakah Kriteria wanita yang harus dilepas dan dipertahankan
ketika seorang telah terlanjur menikah lebih dari 4 orang ?
10. Berikan contoh negara mana yang jumlah wanitanya lebih banyak yang
menjadikan alasan kebolehan berpoligami ?
11. Bagaimana hukumnya jika Istri tua lebih minta diormati dari istri yang
lebih muda ? ( tidak )
12. Bagaimanakah cara menggilir bagi suami yang berpoligami ?
13. Istri manakah yang harus diajak keluar jika suaminya ingin bepergian
keluar ?
Jawaban :
17
1. Dalam islam sangatlah jelas bidak diperbolehkan untuk melakukan
poliandri, larangan tersebut bukan berarti mendiskriminalkan kaum wanita
, namun jika dilihat dari berbagai aspek ada beberapa alasan yang
mendasar tentang larangan hal tersebut. Diantaranya :
a. Jika benar terjadi poliandri maka akan terjadi permasalahan yang sangat
rumit dalam hal masa dari anak. Karena dalam Sam masa anak adalah
dari ayahnya, jika ayahnya tidak hanya satu maka hal ini akan
menimbulkan kebingungan dan kerancuan dalam hal masa anak.
b.Bahwasanya lelaki dalam rumah tangga adalah sebaga kepala rumah
tangga yang wajib memberikan nafkah dan bertanggungjawab atas
keluarganya, maka dalam hal ini jika suami lebih dari 1 maka akan
menambah kebingungan dalam hal nafkah dan kedudukan istri.
2. Dalam hukum positif Indonesia sudah sangat jelas diatur tentang larangan
bagi PNS untuk melakukan poligami, atas dasar hal itu maka soal ini
ditolak.
3. Orang yang melakukan perzinaan maka ia wajib untuk menikahi wanita
yang dizinai, oleh karena itu jika si laki-laki itu telah per-istri maka dia
wajib melakukan poligami, jika terjadi istri asal tidak mau suaminya
berpoligami maka suami berhak memberikan pilihan untuk istrinya
menerima suaminya Mekah lagi atau memutuskan untuk berpisah (cerai )
dengan suaminya.
4. ..
5. Jawabannya tidak.
6. Cara pembagian harta waris bagi istri-istri poligami adalah sama dengan
pembagian waris pada mestinya, yakni bagi istri adalah 1/8 bagiannya dari
harta suami.
7. ..
8. Rasul melakukan pernikahan lebih dari satu itu adalah sebagai
keistimewaan bagi beliau karena beliau adalah seorang Rasul, dalam hal
ini pernikahan yang dilakukan oleh Rasul bukanlah atas dasar nafsu
namun atas dasar kemaslahatan dan perlindungan bagi para janda yang
memiliki banyak anak yang dinafkahinya tanpa seorang ayah . selanjutnya
18
tentang bolehkah melakukan poligami lebih dari 4 dengan alasan darurat,
hal ini tidak diperbolehkan atas alasan apapun, jika memang telah terjadi
pernikahan lebih dari 4 istri maka isi yang ke 5 dan seterusnya harus
diceraikan.
9. Untuk kriteria wanita yang harus dicerai dan dipertahankan dalam hal
suami telah beristri lebih dari 4 adalah terserah dari pemilihan suami di
sini suami berhak penuh untuk memilih mana yang harus diceraikan dan
yang dipertahankan, jadi tidak ada kriteria pastinya.
10. Contoh negara yang penduduknya lebih banyak wanitanya adalah
negara......... karena Diana para suami banyak yang wafat pada saat itu
dikarenakan mengikuti peperangan. Dan para istri menjadi menjanda.
11. Dalam hal hak dan kewajiban dalam keluarga poligami semua istri
memiliki hak dan kewajiban yang sama, maka tidak diperbolehkan
seorang istri merasa harus lebih dihormati dari istri-istri lain dalam hal
apapun.
12. Cara menggilir seorang suami terhadap istri poligaminya adalah
pembagian 4 malam 1 kali ,
13. Jika seorang suami mau bepergian maka istri yang harus diajak adalah istri
yang lebih memiliki kepentingan dalam hal itu misal dalam hal suami dan
salah satu istri itu ada yang memiliki usaha bisnis maka isi tersebutlah
yang harus diajak bukan istri yang lainnya.
19