antologipgsdbumsil.files.wordpress.com · Web viewPenskoran untuk setiap kategori jawaban siswa...

26
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR Ike Nurhayati Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Dharma Kesuma dan Karso 1 Abstrak: Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-sifat Bangun Datar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun datar. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data mengenai aktivitas siswa, respon siswa, dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTagart. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar, serta mendapat respon positif dari siswa. Nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III yaitu 72,62; 81,65; dan 89,62. Maka direkomendasikan bagi guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Kata kunci: pendekatan kontekstual, hasil belajar, sifat-sifat bangun datar Abstract: Implementation of the Contextual Approach to Improve Student Learning Outcomes the Material properties of Plane. This research stimulated by the low level of student learning outcomes on the material properties of plane. The aim of this research is obtain data about the activity of students, student response, and increased student learning outcomes by applying the contextual approach. Methods used is classroom action research model Kemmis & McTagart. Subject of study is students of class V SDN Bukanagara Lembang. The results showed that the application of the contextual approach can improve learning outcomes, activities, and got positive response from students. The average score on the cycle I, II, and III, i.e. 72,62; 81,65; and 89,62. It is recommended for teachers to apply a contextual approach in order to increase activity and student learning outcomes. 1 Penulis Penanggung Jawab 1

Transcript of antologipgsdbumsil.files.wordpress.com · Web viewPenskoran untuk setiap kategori jawaban siswa...

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWAMATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR

Ike Nurhayati

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Dharma Kesuma dan Karso1

Abstrak: Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-sifat Bangun Datar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun datar. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data mengenai aktivitas siswa, respon siswa, dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTagart. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar, serta mendapat respon positif dari siswa. Nilai rata-rata pada siklus I, II, dan III yaitu 72,62; 81,65; dan 89,62. Maka direkomendasikan bagi guru untuk menerapkan pendekatan kontekstual guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.Kata kunci: pendekatan kontekstual, hasil belajar, sifat-sifat bangun datar

Abstract: Implementation of the Contextual Approach to Improve Student Learning Outcomes the Material properties of Plane. This research stimulated by the low level of student learning outcomes on the material properties of plane. The aim of this research is obtain data about the activity of students, student response, and increased student learning outcomes by applying the contextual approach. Methods used is classroom action research model Kemmis & McTagart. Subject of study is students of class V SDN Bukanagara Lembang. The results showed that the application of the contextual approach can improve learning outcomes, activities, and got positive response from students. The average score on the cycle I, II, and III, i.e. 72,62; 81,65; and 89,62. It is recommended for teachers to apply a contextual approach in order to increase activity and student learning outcomes.Keywords: contextual approach, learning achievement, properties of plane

PENDAHULUANMatematika tentunya tidak secara

tiba-tiba dipelajari siswa apabila tidak memberikan peran dan manfaat di sekolah. Suherman (1993:134) mengemukakan bahwa peran matematika sekolah yaitu: (1) untuk mempersiapkan anak didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis

dan cermat, objektif, kreatif, efektif,dan diperhitungkan secara analitis-sintetis, serta (2) untuk mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di dalam menghadapi ilmu pengetahuan.

Dalam standar isi (BSNP: 2006) dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran matematika agar siswa meiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika,

1 Penulis Penanggung Jawab

1

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, mempelajari matematika tidak boleh terpenggal-penggal karena matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep yang berhubungan satu sama lain dan berkelanjutan. Begitu pula ketika mempelajari sifat-sifat bangun datar. Materi sifat-sifat bangun datar merupakan materi prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya, yaitu keliling dan luas bangun datar serta bangun ruang. Oleh karena itu, jika siswa tidak memahami materi sifat-sifat bangun datar, bisa dipastikan bahwa siswa tersebut tidak bisa mempelajari materi selanjutnya.

Penelitian Titin Supriati (2011) mengungkap adanya kenyataan di lapangan yang menunjukkan siswa kelas V belum memahami sifat-sifat bangun datar. Keadaan tersebut juga dialami oleh sebagian besar siswa kelas V di SDN Bukanagara. Berdasarkan hasil tes akhir pembelajaran mengenai sifat-sifat bangun datar, lebih dari lima puluh persen nilai

siswa berada di bawah KKM. Adapun KKM untuk mata pelajaran matematika kelas V adalah 65.

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan tersebut, diduga yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut adalah (1) Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah, sehingga kurang membimbing siswa dalam menemukan konsep sendiri. (2) Siswa merasa pembelajaran di sekolah tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-harinya sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna (3) Pada saat di kelas sebelumnya guru tidak menggunakan alat peraga yang relevan dengan materi pelajaran. (4) Siswa duduk berdasarkan kemampuan akademiknya. Siswa yang berkemampuan tinggi duduk di dua barisan kiri guru. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah duduk di dua barisan kanan guru. Hal ini menyebabkan kurangnya komunikasi dan kerja sama antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. (5) Siswa susah untuk dibagi kelompok. Banyak siswa yang dikatergorikan berkemampuan tinggi menolak untuk satu kelompok dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menyelesaikan masalah ini, maka peneliti menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Adapun tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang terhadap pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual, (2) untuk memperoleh data mengenai respon siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang terhadap pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual, serta (3) untuk memperoleh data mengenai peningkatan hasil belajar siswa

2

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

kelas V SDN Bukanagara Lembang pada pembelajaran matematika materi perkalian sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

Johnson (2011:303-304) yang menyatakan bahwa menggunakan CTL berarti memberi para siswa kesempatan untuk menemukan makna dan arti diri dalam pelajaran akademik dengan benar-benar mengaitkan pekerjaan sekolah dengan kehidupan sehari-hari dan minat mereka. Siswa boleh membangun keterkaitan dengan berbagai cara. Inti dari keterkaitan tersebut adalah untuk menarik minat dan menantang mereka dan oleh karena itu termotivasi untuk mencapai tujuan akademik yang tinggi.

Selain itu, Johnson (2011:67) menyatakan bahwa sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Pendapat tersebut mengimplikasikan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru harus bisa memfasilitasi siswa untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan pribadi, sosial, dan budaya siswa. Materi-materi pelajaran yang abstrak dapat mudah dipahami oleh siswa apabila guru dapat mengaitkan materi yang abstrak tersebut dengan kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan anak. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memberi makna kepada siswa sehingga mencapai tujuan akademik yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat

Johnson (2011:32) yang menyatakan bahwa CTL menawarkan jalan menuju keunggulan akademis yang dapat diikuti oleh semua siswa.

Menurut Johnson (2011: 93) sistem CTL mencakup delapan komponen berikut ini, yaitu: (1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik.

Adapun komponen-komponen CTL menurut Trianto (2011:111-118) yaitu: konstruktivisme, inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi, dan penilaian autentik. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti menggunakan langkah-langkah yang mengadospi komponen menurut Trianto dan dilengkapi dengan komponen-komponen menurut Johnson.

METODEMetode penelitian yang digunakan

adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Ciri khas dari PTK yaitu dengan adanya siklus-siklus. Inti dalam tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (acting), mengamati (observing), dan merefleksikannya (reflecting). Secara keseluruhan rangkaian keempat tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini.

3

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

Gambar 1Diagram Alur PTK Model Kemmis dan McTagart (Sukajati, 2008:19)

Metode pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini berpedoman pada beberapa instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Instrumen pembelajaran digunakan selama pembelajaran berlangsung, terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Instrumen pengumpulan data terdiri dari instrumen tes, lembar observasi, lembar angket, lembar wawancara, catatan anekdot, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes buatan guru. Tes diberikan setiap akhir siklus. Tes ditujukan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan materi tes mengacu pada indikator capaian kompetensi yang terdapat dalam RPP.

Lembar observasi digunakan untuk mengupulkan data mengenai aktivitas siswa dan guru serta memperoleh data mengenai sikap rasa ingin tahu siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Jenis observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur.

Angket digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap

pembelajaran sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Angket diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan siklus III. Dalam angket, siswa diharuskan memilih salah satu kategori dari empat kategori yang sesuai dengan keadaan nyata yang dialaminya. Keempat kategori tersebut yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), dan Tidak Setuju (TS).

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif mengenai pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan pendekatan kontekstual setelah pembelajaran berlangsung. Wawancara ditujukan kepada perwakilan satu orang siswa yang dikategorikan tinggi, satu orang siswa yang dikategorikan sedang, serta siswa yang dikategorikan rendah. Pengkategorian ini didapat berdasarkan hasil tes sebelumnya. Perwakilan tiga siswa ditunjuk karena keterbatasan waktu peneliti dalam melaksanakan wawacara. Wawancara digunakan untuk melengkapi angket.

Catatan anekdot dan dokumentasi. Catatan anekdot digunakan untuk mengumpulkan data mengenai data impresif sikap siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan dengan pendekatan kontekstual. Catatan ini kemudian digunakan untuk melengkapi lembar

4

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

observasi. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan dokumen selama penelitian, baik dokumen tertulis maupun gambar.

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data. Pengolahan dan analisis dalam penelitian ini adalah pengolahan dan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Untuk data kuantitatif, peneliti menggunakan statistik sederhana. Adapun utnk penyekoran tes siklus, peneliti menggunakan teknik penyekoran sendiri yaitu

Siklus I- Untuk bagian A setiap jawaban benar

diberi skor 20.- Skor maksimum bagian A=80

-

- Untuk bagian B setiap jawaban benar diberi 10.

- Skor maksimum B bagian = 360.

-

- Nilai maksimal 100.

-

Siklus II- Untuk no 1 jawaban benar diberi skor

10, no 2=30, no 3=40, no 4=20, dan no 5=50

- Skor maksimal 150.- Nilai maksimal 100.

-

Siklus III

- Untuk setiap jawaban benar diberi skor 20.

- Skor maksimal 60.- Nilai maksimal 100.

-

Nilai rata-rata kelas didapat dengan menggunakan rumus Purwanto (Iswanto, 2011:32), yaitu sebagai berikut:

X =

Keterangan :𝑋 = nilai rata − rataΣx = jumlah semua nilai siswaΣ𝑁 = jumlah siswa

Dengan = jumlah siswa yang

mendapat nilai

= banyak siswa

bilangan tetap

= Ketuntasan Belajar

Untuk mengetahui peningkatan kemamampuan matematika siswa dari setiap siklus tidakan pembelajaran yang telah dilaksanakan, digunakan dengan menghitung gain rata-rata yang dinormalisasikan berdasarkan kriteria efektivitas pembelajaran menurut Hake (Sumarni, 2010:38). Rumus yang diunakan adalah sebagai berikut:

5

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

Adapun kriteria efektivitas menurut Hake (Sumarni, 2010:38) adalah sebagai berikut:

Tabel 1Interpretasi Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Interpretasi0,00 - 0,30 Rendah0,31 - 0,70 Sedang0,71 – 1,00 Tinggi

Untuk analisis kualtitatif, peneliti menggunakan traingulasi. Triangulasi berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru sebagai peneliti, sudut pandang siswa, dan sudut pandang mitra peneliti yang melakukan pengamatan (Kunandar, 2008: 108). Sudut pandang guru sebagai peneliti melalui catatan anekdot, sudut pandang siswa melalui lembar wawancara dan angket, serta dan sudut pandang mitra melalui lembar observasi guru dan siswa.

Selain observasi guru dan siswa, peneliti juga melakukan observasi mengenai sikap rasa ingin tahu siswa. Observasi ini tujukkan kepada empat orang siswa. Alasanya karena keterbatasan peneliti dalam menyediakan observer. Satu orang observer tersebut mengamati sikap rasa ingin tahu empat orang siswa. Sebelum pembelajaran berlangsug, peneliti bersama oberver merumuskan kerangka kerjanya untuk menganalisisnya. Kerangka kerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2Kerangka Kerja Analisis Data Sikap Rasa Ingin Tahu Siswa

Adapun dalam mengolah data angket, derajat penilaian siswa terhadap

suatu pernyataan terbagi ke dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

6

Data

Analisis Kuantitas

Bertanya

Analisis Kualitas

Pertanyaan

Substanstif

Non-substantif

Utama (Taksonomi

Bloom)

Penguatan

(Konfirmasi)

Simpulan Semua

Siklus

T

I

A

P

S

I

K

L

U

S

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penskoran untuk setiap

kategori jawaban siswa pada angket dirangkum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2Penskoran Angket

Kategori Jawaban SkorPernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1Setuju (S) 3 2Tidak Setuju (TS) 2 3Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Skor rata-rata setiap siswa digunakan untuk menentukan respon siswa terhadap pendekatan kontekstual, digunakan rumus:

Keterangan:P = persentase jawaban

= frekuensi jawaban

n = banyak siswa/repondenSetelah dianalisis, tahap selanjutnya

yaitu dilakukan diinterpretasi dengan menggunakan kategori berdasarkan pendapat Kuntjaraningrat (dalam Sumarni 2010: 40) pada tabel berikut ini:

Tabel 3Interpretasi Angket

Besar Persentase Interpretasi0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya51%-75% Sebagian besar76% - 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Perkembangan Aktivitas Siswa

Beradasarkan hasil observasi, aktivitas siswa mengalami perkembangan

mulai dari siklus I, siklus II, hingga siklus III. Perkembangan aktivitas siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 4Perkembangan Aktivitas Siswa

Siklus I Siklus II Siklus III

Siswa yang berkemampuan

Siswa antusias menjawab pertanyaan guru, hanya

Siswa antusias menjawab pertanyaan

7

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

menengah ke atas yang mendominasi dalam menjawab pertanyaan guru, sisanya hanya beberapa siswa yang berkemampuan menengah ke bawah yang menjawab.Siswa yang duduk di barisan kanan bagian belakang kurang merespon pertanyaan guru.

ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, sehingga ketika guru bertanya kepadanya, siswa tersebut tidak bisa menjawab.

guru.

Siswa yang berani ke depan untuk menunjukkan unsur-unsur bangun datar hanya siswa yang aktif, sedang siswa yang lainnya tidak berani maju ke depan.

Siswa memperhatikan alat peraga yang ditunjukkan oleh guru.

Siswa memperhatikan contoh benda yang ditunjukkan oleh guru.

Sebagian besar siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mengamati alat peraga. Tetapi ada lebih dari 5 orang siswa yang mengobrol dan bercanda dengan temannya serta tidak terlibat dalam diskusi.

Sebagian besar siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mengamati alat peraga. Tetapi ada lebih dari 3 orang siswa yang mengobrol dan bercanda dengan temannya serta tidak terlibat dalam diskusi.

Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mengamati alat peraga.

Ketika perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya, sebagian siswa tidak memperhatikannya karena suara siswanya tidak terdengar jelas sampai sisswa yang duduk di bagian belakang.

Siswa memperhatikan penyampaian hasil diskusi temannya di depan.

Siswa memperhatikan penyampaian hasil diskusi temannya di depan.

Siswa yang merespon pertanyaan yang diajukan

Siswa antusias yang merespon pertanyaan

Siswa antusias yang merespon pertanyaan

8

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

guru kebanyakan siswa yang aktif, sedangkan siswa lainnya kurang merespon.

yang diajukan guru, meskipun ketika guru bertanya kepada siswa yang kurang aktif, masih ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab.

yang diajukan guru.

Berdasarkan tabel tersebut, aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I hingga ke siklus III. Pada siklus III aktivitas siswa menjadi: siswa antusias menjawab pertanyaan guru, siswa memperhatikan contoh benda yang ditunjukkan oleh guru, siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mengamati

alat peraga, siswa memperhatikan penyampaian hasil diskusi temannya di depan, dan siswa antusias yang merespon pertanyaan yang diajukan guru.

Berdasarkan hasil observasi, sikap rasa ingin tahu siswa sudah cukup terlihat dan cukup meningkat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 5Perkembangan Sikap Rasa Ingin Tahu Siswa

Nama Siswa

Siklus BertanyaMencatat

Kuantitas Kualitas

Subjek 22

ILebih dari tiga kali

Satu pertanyaan bersifat substantif utama kategori C2.1 (interpretasi), sedangkan pertanyaan lainnya bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

Mencatat hal-hal yang dianggap

penting.II

Lebih dari tiga kali

Dua pertanyaan bersifat substantif utama kategori c2.1 (interpretasi), sedangkan pertanyaan lainnya bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

IIILebih dari tiga kali

Satu pertanyaan bersifat substantif utama kategori c2.6 (membandingkan)

Subjek 19 I Satu kali Bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

Mencatat hal-hal yang dianggap

9

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

penting.

II Dua kaliKedua pertanyaan bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

III Lebih dari kali

Satu pertanyaan bersifat substantif utama kategori c2.1 (interpretasi), sedangkan pertanyaan yang lainnya bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

Subjek 34

I Belum bertanya

Mencatat hal-hal yang dianggap

penting.

II Satu kaliSubstantif utama kategori c2.1 (interpretasi)

III Tiga kali

Satu pertanyaan bersifat substantif utama yang kategori c2.1 (interpretasi), sedangkan pertanyaan lainnya berifat substantif penguatan (konfirmasi).

Subjek 31

I Belum bertanya Mencatat hal-hal yang dianggap penting, hanya pada siklus I catatannya kurang lengkap.

II Belum bertanya

III Dua kali

Satu pertanyaan bersifat substantif utama kategori c2.1 (interpretasi), sedangkan satu pertanyaan lainnya bersifat substantif penguatan (konfirmasi).

Berdasarkan tabel di atas, sikap rasa ingin tahu siswa berkembang dari siklus I ke siklus III. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: (1) indikator mencatat hal-hal yang dianggap penting Subjek 22, Subjek 19, dan Subjek 34 stabil dari siklus I hingga siklus III. Akan tetapi Subjek 31 pada siskus I catatannya belum lengkap, (2) subjek 22 sikap rasa ingin

tahunya sudah muncul dan meningkat. Hal ini terlihat dari kuantitas bertanyanya yang sering dan kualitas pertanyaannya yang meningkat dari C2.1 (interpretasi) ke C2.6 (membandingkan), (3) subjek 19 sikap rasa ingin tahunya sudah muncul dan menignkat. Berdasarkan kuantitas berntanyanya sudah cukup meningkat. Akan tetapi berdasarkan kualitas

10

Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Edisi 1, Desember 2013

pertanyaannya masih dalam kategori C2.1 (interpretasi), (4) subjek 34 sikap rasa ingin tahunya sudah muncul dab cukup meningkat. Berdasarkan kuantitas bertanyanya sudah cukup meningkat. Akan tetapi berdasarkan kualitas pertanyaannya masih dalam kategori C2.1 (interpretasi), serta (5) subjek 31 sikap rasa ingin tahunya sudah mulai muncul pada siklus III. Berdasarkan kualitas pertanyaannya masih dalam kategori C2.1 (interpretasi).

Berdasarkan keempat siswa tersebut, diduga sikap rasa ingin tahu seluruh

siswa muncul dan berkembang mengalami peningkatan dari siklus I hingga siklus III. Hal ini terlihat dari Subjek 34 yang dikategorikan rendah mengalami peningkatan rasa ingin tahunya. Secara tidak langsung, seluruh siswa diduga mengalami hal yang sama.2. Respon Siswa

Respon siswa diperoleh dari hasil wawancara dan angket. Data hasil wawancara dari siklus I hingga siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6Hasil Wawancara dari Siklus I Hingga Siklus III

Pertanyaan Siklus I Siklus II Siklus IIIMenurut pendapatmu, bagaimana pembelajaran yang telah dilakukan? Mengapa?

Kategori Tinggi:Senang, karena bisa mengetahui sifat-sifat bangun datar lebih mudah, karena ada kuisnya.Kategori Sedang:Senang, tidak ngebosenin, ibunya baik, tidak suka marah, sabar.Kategori Rendah:Senang, karena belajar sama ibu tidak galak, ada bintangnya.

Kategori Tinggi:Senang, rame, mengesankan, tidak membosankan, karena bisa mengetahui sifat-sifat bangun datar lebih mudah, dan ada kuisnya.Kategori Sedang:Senang, karena ada alat peraga dan kuisnyaKategori Rendah:Senang, karena belajar kelompok jadi lebih mengerti.

Kategori Tinggi:Senang, rame, mengesankan, tidak membosankan, karena bisa mengetahui sifat-sifat bangun datar lebih mudah, dan ada kuisnya.Kategori Sedang:Senang, karena ada alat peraga dan kuisnyaKategori Rendah:Senang, karena belajar kelompok jadi lebih mengerti.

11

Ike Nurhayati. Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Sifat-Sifat Bangun Datar

Apakah dengan kegiatan ini dapat membantu untuk lebih mengerti materi yang kamu pelajari? Mengapa?

Kategori Tinggi:Membantu, karena ada alat peraga bangun datar, materinya sering diingetin.Kategori Sedang:Membantu, karena suka dikelompokin jadi lebih mudah, ada alat peraganya juga.Kategori Rendah:

Lebih mengerti, karena ada alat peraganya, suka dikelompokin.

Kategori Tinggi:Membantu, karena ada alat peraga bangun datar, dan materinya sering diulas jadi lebih ingat lagi.Kategori Sedang:Membantu, karena suka dikelompokin jadi lebih mudah, ada alat peraganya, guru nerangin materinya jelas.Kategori Rendah:Lebih mengerti, karena ada alat peraganya, suka dikelompokin.

Kategori Tinggi:Membantu, karena ada alat peraga bangun datar, dan materinya sering diulas jadi lebih ingat lagi.Kategori Menengah:Membantu, karena suka dikelompokin jadi lebih mudah, ada alat peraganya, guru nerangin materinya jelas.Kategori Rendah:Lebih mengerti, karena ada alat peraganya, suka dikelompokin.

Apakah kamu mengalami kesulitan selama pembelajaran tadi berlangsung?

Kategori Tinggi:Kalau materi tidak ada, tapi sulitnya ketika diskusi teman yang lain ada yang tidak ikut diskusi.Kategori Sedang:Tidak ada kesulitan.Kategori Rendah:Masih sulit membedakan jenis-jenis sudut.

Masih sulit menulis apa yang disampaikan dalam hasil diskusi.

Kategori Tinggi:Tidak ada kesulitan.Kategori Sedang:Tidak ada kesulitan.Kategori Rendah:Masih sulit membedakan jenis-jenis trapesium.

Kategori Tinggi:Tidak ada kesulitan.Kategori Sedang:Tidak ada kesulitan.Kategori Rendah:Tidak ada kesulitan.

12

Berdasarkan tabel tersebut, respon perwakilan tiga siswa terhadap pembelajaran yaitu seluruh siswa merasa senang melaksanakan pembelajaran sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa merasa lebih mudah mengerti materi sifat-sifat bangun datar. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran terdapat diskusi kelompok, juga terdapat alat peraga

sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi. Sedangkan kesulitan selama pembelajaran dialami oleh kategori rendah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Berdasarkan respon tiga perwakilan siswa tersebut, diduga seluruh siswa juga merespon sama.

Hasil pengolahan angket kemudian dianalisis berdasarkan kriteria Koentjoroningrat (Sumarni 2010: 40) pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Interpretasi Angket

Besar Persentase Interpretasi0% Tidak ada

1% - 25% Sebagian kecil26% - 49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya51%-75% Sebagian besar76% - 99% Pada umumnya

100% Seluruhnya

Berdasarkan tabel tersebut, data yang diperoleh adalah sebagai berkut: (1) sebagian besar siswa merasa sangat setuju terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan kontekstual, (2) hampir setengah siswa merasa sangat setuju terhadap pembelajaran kelompok dengan menerapkan pendekatan kontekstual,

serta (3) sebagian besar siswa merasa sangat setuju terhadap soal-soal yang diberikan.3. Analisis Hasil Belajar Siswa

Dari siklus I hingga ke siklus III, hasil tes siklus siswa mengenai sifat-sifat bangun datar mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8Hasil Tes Siklus Siswa

No NamaSiklus

I

Siklus

II

Siklus

III

Gain Siklus

I ke II

Gain Siklus II

ke III

1 Subjek 1 47 60 67 0,25 0,18

2 Subjek 2 93 100 100 1 0

3 Subjek 3 71 60 79 - 0,48

4 Subjek 4 64 65 83 0,03 0,51

5 Subjek 5 99 93 100 - 1

6 Subjek 6 66 75 75 0,26 0

7 Subjek 7 44 60 75 0,29 0,34

8 Subjek 8 86 96 100 0,71 1

9 Subjek 9 59 72 75 0,32 0,11

10 Subjek 10 61 58 92 - 0,81

11 Subjek 11 65 70 100 0,14 1

12 Subjek 12 20 60 71 0,5 0,28

13 Subjek 13 73 97 100 0,89 1

14 Subjek 14 90 93 93 0,3 0

15 Subjek 15 89 96 100 0,64 1

16 Subjek 16 97 96 100 - 1

17 Subjek 17 94 95 100 0,17 1

18 Subjek 18 80 80 85 0 0,25

19 Subjek 19 92 96 100 0,5 1

20 Subjek 20 94 100 100 1 0

21 Subjek 21 91 100 100 1 0

22 Subjek 22 100 100 100 0 0

23 Subjek 23 53 70 75 0,36 0,17

24 Subjek 24 81 85 83 0,21 -

25 Subjek 25 79 85 83 0,29 -

26 Subjek 26 61 75 83 0,36 0,32

27 Subjek 27 67 70 83 0,09 0,43

28 Subjek 28 41 70 96 0,49 0,87

29 Subjek 29 97 92 93 - 0,13

30 Subjek 30 29 55 71 0,37 0,36

31 Subjek 31 82 88 93 0,33 0,42

32 Subjek 32 32 65 93 0,49 0,8

33 Subjek 33 95 90 98 - 0,8

34 Subjek 34 92 97 100 0,63 1

35 Subjek 35 77 98 95 0,91 -

36 Subjek 36 40 70 83 0,5 0,43

37 Subjek 37 86 85 92 - 0,47

Jumlah 2687 3017 3316 13,03 17,16

Rata-rata 72,62 81,54 89,62 0,43 0,50

Daya Serap72,62

%

81,54

%

89,62

%

Ketuntasan

Belajar

64,10

%

83,78

%100%

Berdasarkan data di atas, ada tiga hal yang terjadi, yaitu siswa yang nilinya tetap, siswa yang nilainya menurun, dan siswa yang nilainya meningkat. Sebagian besar siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Namun, ada siswa yang nilainya tetap dari siklus I ke siklus II berjumlah 2 orang, sedangkan dari siklus II ke siklus III berjumlah 6 orang. Siswa yang nilainya menurun dari siklus I ke siklus II

berjumlah 8 orang. Sedangkan dari siklus II ke siklus III berjumlah 3 orang.

Setelah dihitung, rata-rata gain dari siklus I ke siklus II dan gain dari siklus II ke siklus III, kemudian rata-rata gain tersebut disesuaikan kriteria gain yang dinormaslisasi yang dikemukakan oleh Hake (Sumarni, 2010:38) adalah sebagai berikut:

Tabel 9Interpretasi Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Interpretasi0,00 - 0,30 Rendah0,31 - 0,70 Sedang0,71 – 1,00 Tinggi

Berdasarkan rata-rata gain dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke siklus III dikategorikan sedang. Selain itu, berdasarkan nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II dan siklus III menngalami peningkatan. Berikut diagram yang menyajikan peningkatan tersebut.

Gambar 3

Perkembangan Hasil Tes Belajar Siswa

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

analisis data di SDN Bukanagara Lembang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa dan sikap rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan-kegiatan tanya jawab, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Pembelajaran matematika pada materi sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual mendapat respon positif dari siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil wawancara yang keseluruhan jawaban responden merasa senang dengan pembelajaran matematika yang menerapkan pendekatan kontekstual. Berdasarkan hasil angket, pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan kontekstual.

Hasil belajar matematika siswa pada materi sifat-sifat bangun datar dengan menerapkan pendekatan kontekstual mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang mengalami peningkatan. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 72,62, siklus II yaitu 81,54, dan siklus III yaitu 89,62.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Iswanto. (2011). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jig Saw pada Pokok Bahasan Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana. Skripsi pada PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Johnson, Elaine B. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Suherman, Eman dan Udin S. Winataputra. (1992). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukajati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas di SD. Yogyakarta: Depdiknas.

Sumarni, Erni. (2010). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Pecahan dengan Model Pembelajaran Bruner. Skripsi pada PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Supriati, Titin. (2011). Peningkatan Pemahaman Siswa pada Pembelajaran Matematika Konsep Sifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang di Kelas V SDN Babakan Ciparay 2 Melalui Pendekatan Konstruktivisme. Skripsi pada PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.