kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan...

30
MATERI UJIAN PENYESUAIAN IJAZAH TAHUN 2017 POLBANGMAWA (POLA PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN) BIDANG KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transcript of kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan...

Page 1: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

MATERI UJIAN PENYESUAIAN IJAZAH TAHUN 2017

POLBANGMAWA(POLA PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN)

BIDANG KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2017

Page 2: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB I

PENDAHULUAN

A. DASAR PEMIKIRAN

Kebijakan pendidikan tinggi dengan paradigma baru menunjukkan adanya

perubahan pengelolaan perguruan tinggi yang semula bersifat sentralistik menjadi

desentralistik. Meskipun perguruan tinggi di Indonesia mempunyai latar belakang sejarah

serta visi dan misi, pengorganisasian, dan model kepemimpinan yang berbeda satu sama

lain, namun tetap terikat pada satu tujuan. Tujuan yang diinginkan akan dicapai pada tahun

2010 adalah perguruan tinggi yang sehat, sehingga mampu berkontribusi pada daya saing

bangsa (Higher Education Long Term Strategy – HELTS 2003-2010). Sehubungan

dengan itu, maka perguruan tinggi memegang peranan penting dalam mengembangkan

mahasiswa sebagai aset bangsa, yang pada hakikatnya mencakup:

1. Pengembangan kemampuan intelektual, keseimbangan emosi, dan penghayatan

spiritual mahasiswa, agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab serta

berkontribusi pada daya saing bangsa.

2. Pengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat

madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada partisipasi

publik.

3. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan dan

aktualisasi diri mahasiswa, baik yang menyangkut aspek jasmani dan rohani.

Untuk pencapaian pengembangan kemahasiswaan seperti yang dimaksud di atas,

dibutuhkan dukungan pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat dalam bentuk;

peraturan, keterlibatan staf pengajar, kepedulian pimpinan, fasilitas pendukung kegiatan,

dan pendanaan. Keterlibatan staf pengajar perlu mendapat perhatian khusus, karena

keterlibatan mereka sebagai pembimbing/pendamping kemahasiswaan yang dulu berperan

sebagai regulator dan eksekutor, kini berubah menjadi pemberdaya, fasilitator dan

motivator.

Dalam rangka memenuhi peranan perguruan tinggi untuk mempersiapkan

mahasiswa seperti yang dikemukakan di atas, disusunlah pola pengembangan

kemahasiswaan yang merupakan rujukan bagi para pembuat kebijakan dan para

pembimbing/pendamping kemahasiswaan di perguruan tinggi. Keberadaan rujukan ini

menjadi penting, karena sejak bergulirnya reformasi ketatanegaraan yang disertai dengan

Page 3: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

euphoria kebebasan dan cenderung tidak berkesudahan yang mengakibatkan sendi-sendi

pola pengembangan kemahasiswaan di perguruan tinggi terabaikan. Hal tersebut di atas

terjadi karena antara lain, Polbangmawa yang diterbitkan tahun 1988 sudah tidak memadai

lagi untuk dijadikan sebagai acuan.

Euphoria kebebasan yang berlebihan ini, antara lain, terlihat dari adanya sejumlah

mahasiswa yang secara terbuka melakukan kegiatan di kampus dengan menggunakan

atribut organisasi politik ataupun organisasi ekstra-perguruan tinggi, tanpa

sepengetahuan/izin pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan. Kegiatan semacam ini

jelas merupakan pengabaian terhadap Kepmendikbud Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman

Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi dan Keputusan Dirjen Pendidikan

Tinggi No. 26/DIKTI/Kep/2002, tentang Pelarangan Organisasi Ekstra Kampus dan Partai

Politik dalam Kehidupan Kampus. Bila kondisi semacam ini terus berlangsung, maka dalam

jangka panjang dikhawatirkan kampus tidak lagi merupakan sumber kekuatan moral, tetapi

lebih merupakan sumber kekuatan politik praktis.

Pengembangan Kemahasiswaan di perguruan tinggi yang merupakan bagian

integral dari pembangunan pendidikan tinggi secara menyeluruh harus merujuk pada

HELTS yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dengan demikian,

kegiatan mahasiswa di dalam kampus harus mencakup pengembangan organisasi

mahasiswa yang sehat, pembinaan sumberdaya manusia yang berkualitas yang

mencerminkan adanya otonomi dalam bidang pendidikan.

B. VISI DAN MISI

Mahasiswa Indonesia cerdas dan kompetitif

MISI

1. Meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan, dan moral mahasiswa.

2. Mengembangkan kapabilitas intelektual mahasiswa.

3. Mengembangkan mahasiswa untuk berpikir kritis, santun, bermoral yang

berlandaskan pada kaidah hukum dan norma akademik.

4. Menanamkan rasa nasionalisme yang konstruktif sebagai warga Negara

Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Menumbuhkembangkan kreativitas dan semangat kewirausahaan untuk

meningkatkan daya saing bangsa.

Page 4: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

6. Mengembangkan idealisme dan suasana demokratis dalam kehidupan

kemahasiswaan.

7. Meningkatkan kualitas kepemimpinan mahasiswa.

8. Meningkatkan kualitas lembaga kemahasiswaan dengan berorientasi pada

profesionalisme.

C. TUJUAN

1. Mengembangkan kegiatan kemahasiswaan sesuai dengan visi dan misi

pendidikan tinggi.

2. Mengembangkan penalaran dan keilmuan; penelusuran bakat, minat dan

kemampuan; kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang,

berlandaskan pada kaidah akademis, moral, dan etika ilmu pengetahuan serta

kepentingan masyarakat.

3. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas program dan sarana penunjangnya.

D. PENGERTIAN

1. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan

tinggi tertentu. Dalam pelaksanaan tugas pengembangan kemahasiswaan di

perguruan tinggi, ruang lingkup tugas pendampingan kemahasiswaan dibatasi

hanya pada mahasiswa S-0 dan S-1

2. Dosen atau Staf Pengajar adalah tenaga pendidik pada perguruan tinggi yang

bertugas mengajar dan mendidik, melakukan penelitian dan pengabdian pada

masyarakat.

3. Sivitas Akademika adalah dosen dan mahasiswa pada perguruan tinggi.

4. Pembimbing/pendamping kemahasiswaan adalah dosen, tenaga

kependidikan atau pejabat lain yang memiliki tugas, fungsi, dan tanggungjawab

dalam bidang pengembangan kemahasiswaan di perguruan tinggi karena tugas

dan jabatannya tersebut.

5. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kemahasiswaan yang dirancang dan

dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk melengkapi kegiatan

kurikuler dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Page 5: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

6. Pengembangan Kemahasiswaan adalah suatu upaya pendidikan yang

dilakukan dengan penuh kesadaran, berencana, teratur, terarah,

berkesinambungan, dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

7. Strategi Pengembangan adalah cara dan atau upaya menempatkan dan

memanfaatkan potensi yang dimiliki perguruan tinggi secara tepat dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional, melalui kegiatan ekstra-kurikuler.

8. Organisasi Intra Perguruan Tinggi adalah organisasi mahasiswa yang

bertujuan sebagai wadah pengembangan kemahasiswaan di dalam kampus

perguruan tinggi, dan eksistensinya secara formal diakui pimpinan perguruan

tinggi yang bersangkutan.

9. Organisasi Ekstra Perguruan Tinggi adalah organisasi mahasiswa yang

eksistensinya di luar perguruan tinggi.

10. Politik Praktis adalah kegiatan dalam kampus atau mengatasnamakan kampus

yang bertujuan untuk mendukung partai politik atau organisasi ekstra perguruan

tinggi.

Page 6: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB II

MASALAH UMUM KEGIATAN KEMAHASISWAAN

Pada umumnya, kebijakan yang ada di berbagai perguruan tinggi saat ini

mencerminkan keadaan yang relatif sama yaitu belum adanya keterpaduan antara kegiatan

kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kondisi ini jelas kurang kondusif untuk mendorong

keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi dan aktualisasi diri mahasiswa.

A. MAHASISWA

1. Secara kuantitatif, masih sangat sedikit mahasiswa yang berminat pada program

pengembangan penalaran dan keilmuan; bakat, minat, dan kemampuan;

kesejahteraan; kepedulian sosial; dan kegiatan penunjang. Keadaan ini antara

lain dilatarbelakangi oleh tingginya biaya perkuliahan yang mengakibatkan

mereka ingin cepat selesai dan segera mencari pekerjaan untuk mendapatkan

penghasilan. Oleh karena itu untuk dapat lebih banyak lagi melibatkan

mahasiswa, maka kegiatan kemahasiswaan selain ditujukan untuk

mengembangkan kepribadian mahasiswa, sebaiknya juga ditujukan untuk

mengembangkan keahlian/ketrampilan yang mendukung mereka untuk

memudahkan dalam mencari kerja dan menciptakan kerja setelah lulus nanti.

2. Mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaan (Ormawa) intra

perguruan tinggi jumlahnya relatif kecil, akan tetapi ketika terjadi peristiwa yang

menyangkut kepentingan masyarakat luas, mahasiswa dengan cepat

menunjukkan sikapnya melalui protes yang cenderung reaktif dan sporadis.

Keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas semacam ini, di satu sisi bernilai positif

karena mempunyai tingkat kepekaan dan kepedulian soisal yang tinggi, tetapi

dari sisi yang lain bernilai negatif karena dalam mengekspresikan protesnya ini

cenderung mengabaikan kaidah-kaidah akademik yang dijunjung di perguruan

tinggi.

3. Keterlibatan organisasi ekstra perguruan tinggi secara langsung di dalam

kampus akan dapat berdampak pada pengkotak-kotakan mahasiswa yang

selanjutnya dapat mengakibatkan perpecahan dan konflik di kalangan

mahasiswa. Keterlibatan semacam ini jelas bertentangan dengan Kepmendikbud

Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di

Page 7: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

Perguruan Tinggi dan Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi No.

26/DIKTI/Kep/2002, tentang Pelarangan Organisasi Ekstra Kampus dan Partai

Politik dalam Kehidupan Kampus.

Mahasiswa cenderung menafsirkan Kepmendikbud Nomor 155/U/1998 tentang

Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, sebagai pemberian

kebebasan seluas-luasnya kepada mahasiswa tanpa memperhartikan kedudukan, fungsi

dan tanggungjawabnya. Kesalahpengertian ini terjadi karena adanya kalimat dalam

Kepmendikbud pasal 2, bahwa : “Organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi

diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan

peranan dan keleluasan lebih besar kepada mahasiswa”. Padahal dalam pasal 6

Kepmendikbud tersebut diatur bahwa “Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab

organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan

melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi,

4. dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan

penanggungjawab segala kegiatan di perguruan tinggi dan atau yang

mengatasnamakan perguruan tinggi. Kesalahpengertian semacam ini,

berdampak pada sikap mahasiswa yang merasa berhak untuk mengabaikan

wewenang pimpinan perguruan tinggi untuk mengatur Ormawa di kampus.

Kesalahpengertian ini perlu segera diatasi melalui berbagai kegiatan yang

difasilitasi oleh pimpinan perguruan tinggi.

B. ORGANISASI MAHASISWA

1. Maraknya perkembangan organisasi politik (Orpol) atau partai politik (Parpol)

saat ini berdampak positif terhadap pendidikan politik masyarakat luas, akan

tetapi pada sisi lain masuknya kegiatan Orpol ke dalam kampus dapat

berdampak pada terjadinya pengkotak-kotakan mahasiswa di kampus. Oleh

karena itu, kegiatan Orpol di dalam kampus harus mendapatkan izin pimpinan

perguruan tinggi sesuai SK Dirjen Dikti di atas. Kampus tetap harus dijaga

sebagai sumber kekuatan moral bagi pembangunan bangsa dan Negara.

2. Adanya keragaman struktur, kewenangan, dan terminology penyebutan pimpinan

Ormawa pada berbagai perguruan tinggi dapat menimbulkan kesulitan dan

kerancuan dalam menyusun peraturan dan kebijakan umum dalam bidang

kemahasiswaan.

Page 8: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

C. STAF PENGAJAR

Staf pengajar, terutama dalam kegiatan mengajar di kelas, cenderung bertitik berat

pada transfer of knowledge dalam bidang yang diajarkan, dan kurang menunjukkan adanya

dukungan bagi keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan kemahasiswaan. Sikap staf pengajar

yang seperti ini mengakibatkan mahasiswa dihadapkan pada dua pilihan yaitu mengikuti

kegiatan akademik atau mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang dikembangkan oleh

perguruan tinggi yang bersangkutan. Padahal kegiatan kemahasiswaan tersebut bertujuan

untuk mengembangkan diri mahasiswa dalam pengertian yang luas, tidak hanya

mengembangkan aspek intelektualitasnya. Kondisi ini mengakibatkan mahasiswa kurang

termotivasi untuk ikut serta dalam kegiatan kemahasiswaan.

Kondisi yang diuraikan di atas merupakan tantangan bagi perguruan tinggi untuk

mengatasinya. Di samping sarana dan prasarana bagi kegiatan kemahasiswaan,

keterlibatan para staf pengajar yang memahami seluk beluk pengembangan kegiatan

kemahasiswaan adalah sangat penting. Staf pengajar merupakan unsur utama dalam

membimbing mahasiswa agar menjadi insan akademis yang berguna bagi nusa dan bangsa

di masa depan.

D. KONDISI YANG DIHARAPKAN

1. Diterapkannya Polbangmawa pada perguruan tinggi, tanpa mengabaikan

keragaman latar belakang, bentuk dan kondisi masing-masing perguruan tinggi.

2. Proporsi kegiatan bidang kurikuler dengan kegiatan bidang ekstra kurikuler di

perguruan tinggi semakin mendekati keseimbangan.

3. Terdapatnya Ormawa di perguruan tinggi yang mampu melibatkan mahasiswa

dalam pengembangan dan aktualisasi diri, serta meningkatkan daya saing

mahasiswa.

4. Pemanfaatan sarana dan prasarana kampus secara optimal oleh Ormawa dalam

mengembangkan program kegiatan kemahasiswaan.

5. Adanya kesadaran pada mahasiswa bahwa posisi mereka adalah sebagai

bagian dari sivitas akademika yang diharapkan untuk tetap menjunjung tinggi

harkat dan martabat almamater.

6. Terciptanya iklim komunikasi dialogis antara pimpinan perguruan tinggi, staf

pengajar, dan pengurus Ormawa dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

Page 9: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

7. Meningkatnya keterlibatan para pembimbing/pendamping kegiatan

kemahasiswaan dalam membantu mahasiswa maupun pimpinan perguruan

tinggi dalam mengembangkan program-program kemahasiswaan dan aktualisasi

diri mahasiswa.

8. Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab mahasiswa di hadapan hukum,

baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu organisasi.

9. Terwujudnya komunikasi, sinkronisasi, dan kerjasama yang baik antara pimpinan

perguruan tinggi, staf pengajar dan pengurus Ormawa dalam melaksanakan

serta mengembangkan kegiatan kemahasiswaan.

10. Berkembangnya sistem informasi kemahasiswaan secara terencana, terarah dan

berkesinambungan.

11. Perguruan tinggi secara terencana, terarah dan berkesinambungan

mengalokasikan dana bagi pelaksanaan program kemahasiswaan.

Lahirnya berbagai prestasi akademik dan kemahasiswaan yang membanggakan, baik pada

tingkat nasional maupun internasional

Page 10: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB III

SASARAN PENGEMBANGAN

A. CITRA MAHASISWA SEBAGAI WARGA MASYARAKAT AKADEMIK

(CIVITAS ACADEMICA)

Sebagian besar mahasiswa masih belum mencerminkan sikap sebagai insan

akademis, yaitu memahami etika, tata cara berkomunikasi, penggunaan nalar dalam

bertindak, pemahaman terhadap hak, tanggung jawab dan kewajibannya sebagaimana yang

diharapkan, baik sebagai bagian dari masyarakat kampus, maupun sebagai warga Negara

Indonesia. Dalam menanggapi berbagai peristiwa sosial baik di tingkat lokal maupun

nasional mahasiswa selayaknya berperan sebagai warga masyarakat akademik. Mahasiswa

hendaknya lebih tampil sebagai kekuatan moral (moral force) yang menyuarakan nurani

masyarakat (social conscience). Citra ini perlu dikukuhkan oleh perilaku mahasiswa

umumnya, bukan sekadar citra sebagai demonstran yang menyuarakan sikap tidak setuju

atau menentang tanpa menawarkan alternatif pemecahannya. Dalam mengungkapkan

ketidaksetujuan atau penolakan, mahasiswa sebaiknya menyarankan pula hasil pemikiran

dalam bentuk alternatif jalan keluar pemecahan masalah.

Sebagai akibat dari globalisasi, pada saat sekarang ini terjadi perubahan yang

sangat cepat di tingkat lokal, nasional maupun internasional, mahasiswa perlu dibekali

kemampuan menganalisa dan mengantisipasi perubahan yang terjadi ini, melalui berbagai

forum akademik seperti pelatihan, lokakarya (workshop) ataupun seminar-seminar dengan

pembicara nasional maupun internasional. Melalui kegiatan semacam di atas diharapkan

terjadi pengayaan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

saat ini maupun di masa depan. Selain itu diharapkan terjadi peningkatan ketajaman analisa

mahasiswa terhadap dampak dari globalisasi pada bangsa Indonesia serta masa depan

bangsa.

B. ORGANISASI MAHASISWA

1. Pada perguruan tinggi dapat dibentuk Ormawa baik pada tingkat

universitas/institut/sekolah tinggi, fakultas, jurusan/departemen, dan program

studi yang masing-masing mempunyai tujuan khas yang ingin dicapai. Tujuan

khas ini tidak dapat dilepaskan dari visi dan misi perguruan tinggi yang

Page 11: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

bersangkutan pada khususnya serta tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara

pada umumnya.

2. Kegiatan Ormawa di perguruan tinggi, baik pada tingkat

universitas/institut/sekolah tinggi, fakultas, jurusan/departemen, dan program

studi berorientasi pada peningkatan prestasi.

3. Mekanisme pemilihan pengurus dari berbagai Ormawa di atas merupakan

sarana pengembangan sikap demokrasi pada mahasiswa. Mekanisme ini

merupakan ajang belajar bagi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat

secara nasional dan bertanggung jawab, menghargai orang lain yang

mempunyai pandangan yang berbeda tanpa menimbulkan konflik atau

permusuhan.

Ormawa harus dikelola secara transparan demi pencapaian visi dan misi

organisasi dengan tetap menghargai perbedaan pendapat.

Dalam mengelola Ormawa, mahasiswa belajar dan memiliki pengalaman

mengelola organisasi sesuai dengan prinsip good governance, terutama

akuntabilitas, transparan, kesetaraan, dan tertib hukum.

4. Pengembangan Ormawa tidak dapat dipisahkan dari pemahaman para

mahasiswa serta pemimpin Ormawa mengenai Kepmendikbud Nomor

155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan

Tinggi. Perlu ditekankan bahwa pemahaman terhadap isi Kepmendikbud tersebut

sangat penting karena berdampak langsung pada praktik kehidupan

berorganisasi yang ditampilkan oleh mahaiswa, khususnya dalam hal fungsi dan

peran Ormawa di perguruan tinggi.

5. Mahasiswa pada umumnya maupun pimpinan Ormawa pada khususnya,

hendaknya memahami bahwa keterlibatan mahasiswa dalam organisasi di luar

perguruan tingginya merupakan tanggung-jawab individual dari mahasiswa

tersebut sebagai subyek hukum perorangan. Aktivitas mahasiswa yang terlibat

dalam organisasi semacam ini tidak boleh mengatasnamakan perguruan

tingginya.

C. STAF PENGAJAR

1. Perguruan tinggi mengembangkan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan

pemahaman staf pengajar mengenai peranannya dalam rangka

mengembangkan kemahasiswaan, yaitu sebagai pemberdaya, fasilitator dan

Page 12: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

motivator. Kegiatan semacam ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi untuk

mengubah persepsi para pembimbing/pendamping kemahasiswaan yang

dahulunya berperan sebagai pengatur dan pengawas. Selain itu, perilaku yang

ditampilkan staf pengajar dalam mendampingi mahasiswa perlu didukung oleh

keterampilan menerapkan gaya kerja sesuai dengan peran sebagai pemberdaya,

fasilitator dan motivator. Gaya kerja yang otoriter pasti akan menimbulkan

penolakan dan konflik dengan mahasiswa karena merupakan perwujudan dari

peran sebagai pengatur dan pengawas.

2. Kepedulian staf pengajar dalam kegiatan kemahasiswaan pada umumnya

rendah. Untuk mengatasi hal ini, perguruan tinggi perlu mengembangkan sistem

insentif/penghargaan yang tidak hanya mempunyai dampak pada segi ekonomi,

tetapi juga berdampak positif pada perkembangan karir akademik staf pengajar

yang bersangkutan, misalnya membiayai staf pengajar bersangkutan untuk

mempresentasikan karya tulis ilmiahnya pada seminar tingkat nasional maupun

internasional. Dapat juga dalam bentuk beasiswa untuk mengikuti pendidikan

tingkat master atau doctor.

3. Perguruan tinggi mengembangkan sistem pendidikan yang mendukung

perkembangan kegiatan ekstrakurikuler, antara lain dengan memberikan

alternatif jalan keluar bagi mahasiswa yang berprestasi dalam bidang

ekstrakurikuler untuk mengejar ketertinggalannya dalam bidang kurikuler, atau

kemungkinan sudah saatnya kegiatan kemahasiswaan diberikan bobot satuan

kredit semester (SKS) tertentu, sehingga lebih merangsang mahasiswa untuk

berpartisipasi lebih intensif terhadap kegiatan kemahasiswaan. Sebagai contoh

misalnya mahasiswa yang menjadi salah satu pemenang dalam PKM/LKTI

tingkat nasional, hasil karyanya dinilai setara dengan skripsi atau tugas akhir.

SARANA

Untuk tercapainya tujuan kegiatan kemahasiswaan, selain dukungan dari staf

pengajar juga dibutuhkan adanya dukungan dalam bentuk sarana dan prasarana. Sarana

dan prasarana yang disediakan oleh perguruan tinggi perlu disesuaikan dengan

kemampuan yang ada pada perguruan tinggi tersebut. Selain penyediaan sarana dan

prasarana juga perlu disediakan anggaran untuk memelihara sarana dan prasarana tersebut

sehingga layak pakai, dan tidak membahayakan mahasiswa yang memakainya. Manfaat

dari sarana dan prasarana ini akan sangat dirasakan apabila memungkinkan mahasiswa

melahirkan prestasi/rekor tertentu baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Page 13: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

Pemeliharaan sarana dan prasarana ini merupakan tanggung jawab Ormawa dengan

dukungan dan pengawasan dari perguruan tinggi. Sarana dan prasarana yang disediakan

oleh perguruan tinggi dapat berwujud : gedung (serbaguna/olahraga); kantor; perlengkapan

kegiatan; dan sebagainya. Penyediaan fasilitas pendukung sebagai sarana untuk

kelancaran studi mahasiswa, seperti : asrama mahasiswa, kantin mahasiswa, koperasi

mahasiswa, poliklinik, bursa kerja, asuransi kesehatan/kecelakaan, bus/sarana transportasi

kampus, dan sebagainya.

E. PENDANAAN

1. Sumber dana untuk membiayai seluruh kegiatan kemahasiswaan di perguruan

tinggi dibebankan kepada pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, dan

mahasiswa. Sedangkan fasilitas yang perlu diberikan oleh perguruan tinggi

dalam mendukung kegiatan kemahasiswaan baik dalam bentuk sarana dan

prasarana maupun faktor pendukung lainnya, disesuaikan dengan kemampuan

perguruan tinggi masing-masing.

2. Pendanaan kegiatan kemahasiswaan dapat bersumber dari:

3. Pemerintah :

4. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang dialokasikan melalui perguruan

tinggi;

5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

6. Bantuan Pemerintah Daerah

7. Dana Anggaran Belanja Tambahan (ABT)

8. Perguruan Tinggi

9. Dana yang dialokasikan untuk kegiatan kemahasiswaan

10. Masyarakat

11. Sumbangan Masyarakat

12. Sponsorship yang tidak mengikat

F. SISTEM INFORMASI

Sistem informasi dibutuhkan untuk perencanaan dan pengambilan keputusan yang

cepat, akurat dan valid dalam pengembangan kemahasiswaan. Untuk penyediaan informasi

Page 14: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

tersebut, diperlukan sarana penunjang yang memadai, baik pada lembaga kemahasiswaan

yang di tingkat universitas/institut/sekolah tinggi, fakultas, jurusan/departemen, dan program

studi yang meliputi : perangkat keras (hard-ware); perangkat lunak (soft-ware); perangkat

pemikir (brain-ware); dan penyediaan bank data.

Page 15: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB IV

STRATEGI PENGEMBANGAN

Dalam rangka mencapai sasaran di atas, maka:

1. Perlu disusun dan disosialisasikan secara terus menerus aturan yang jelas mengenai

hak dan kewajiban mahasiswa, khususnya Kepmendikbud Nomor 155/U/1998 tentang

Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, tata cara

penggunaan sarana kampus, maupun tata cara melakukan kegiatan di kampus dan

sebagainya.

2. Kepedulian pimpinan perguruan tinggi dan dosen terhadap kegiatan kemahasiswaan.

Permasalahan di bidang kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan kemahasiswan

bukan hanya merupakan tanggung jawab pimpinan perguruan tinggi di bidang

kemahasiswaan saja. Keberhasilan atau kemajuan yang dicapai dalam pengembangan

kemahasiswaan tergantung pada seberapa besar keterlibatan pimpinan perguruan tinggi

serta para staf pengajar dari perguruan tinggi tersebut dalam kegiatan pengembangan

kemahasiswaan. Artinya di dalamnya termasuk peranan staf pengajar dalam

penyampaian pesan moral terhadap sikap dan perilaku mahasiswa di kampus,

memotivasi dan membangkitkan kreativitas, penyadaran terhadap hak dan kewajiban

mahasiswa, pemberian fasilitas dan dukungan serta pembimbing/pendampingan oleh

dosen dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan.

3. Mengembangkan komunikasi yang intensif di antara pimpinan perguruan tinggi dengan

para aktivis mahasiswa dari berbagai Ormawa yang diakui eksistensinya di kampus

untuk menghindari adanya miskomunikasi dan untuk meningkatkan saling pengertian.

4. Melakukan pergeseran paradigma dari program kemahasiswaan yang didominasi oleh

wawasan politik menuju ke program kemahasiswaan yang mengutamakan atau berfokus

pada mempersiapkan mahasiswa agar mandiri dalam memasuki dunia kerja serta

tangguh menghadapi tantangan di masa depan.

5. Melakukan dan mendorong berbagai kegiatan unggulan yang mencakup kegiatan

penalaran dan keilmuan, pembangkitan semangat kewirausahaan, peningkatan daya

saing, kepekaan sosial dan keagamaan.

6. Membentuk suasana yang kondusif agar mahasiswa tidak terlibat dalam kegiatan politik

praktis sehingga mahasiswa tidak menjadi terkotak-kotak. Hal ini antara lain dengan

Page 16: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

tidak memberi izin organisasi ekstra-perguruan tinggi maupun organisasi lainnya yang

merupakan onderbouw dari parpol untuk mempunyai eksistensi di dalam kampus.

7. Perguruan tinggi mengangkat staf pengajar sebagai pembimbing/pendamping kegiatan

kemahasiswaan bagi setiap UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dengan menjalankan

peran sebagai pemberdaya, fasilitator dan motivator. Diharapkan dengan adanya

pembimbing/pendamping kemahasiswaan ini, kegiatan Ormawa tidak sekedar

merupakan kegiatan yang statis-rutin, tetapi merupakan kegiatan yang dinamis-kreatif,

terencana, dan berkesinambungan.

8. Dalam rangka pengemnbangan sikap dan jati diri mahasiswa sebagai insan akademis,

perlu dilakukan kegiatan peningkatan wawasan dan kualitas mahasiswa melalui

berbagai kegiatan terstruktur seperti seminar, diskusi, lokakarya dan lain-lain.

9. Perguruan tinggi mengalokasikan anggaran untuk mengembangkan kegiatan

kemahasiswaan.

10. Perguruan tinggi memberikan penghargaan kepada mahasiswa dan

pembimbing/pendamping kemahasiswaan yang menunjukkan prestasi/pengabdiannya,

baik dalam bentuk materi maupun bentuk penghargaan lainnya.

11. Perguruan tinggi memberikan sanksi kepada mahasiswa dan pembimbing/pendamping

kemahasiswaan yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku.

Page 17: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB V

PROGRAM PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN

Pada dasarnya mahasiswa adalah insan akademik, oleh karena itu citra yang harus

ditampilkan oleh mahasiswa adalah citra yang mencerminkan kemampuan intelektualnya.

Citra ini antara lain tampil dalam perwujudan daya nalar dan daya analisis yang kuat

terutama dalam menuangkan gagasan untuk penyusunan progam dan kegiatan

kemahasiswaan yang realistis dan berkualitas. Program pengembangan kemahasiswaan

disusun mengacu pada kondisi mahasiswa saat ini serta berpedoman pada strategi

pengembangan kegiatan kemahasiswaan. Sebagai catatan perlu diingatkan bahwa dunia

kemahasiswaan selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu.

Bagi para penyusun program pengembangan kemahasiswaan di perguruan tinggi

diperlukan pemahaman bahwa terhadap masalah kemahasiswaan yang ada saat tertentu.

Dinamika kehidupan kemahasiswaan dipengaruhi baik faktor internal yang ada di perguruan

tinggi bersangkutan, maupun faktor eksternal yang ada di tingkat lokal, regional maupun

nasional serta internasional. Pemahaman akan kondisi internal dan eksternal ini diharapkan

menjadi dasar acuan untuk merencanakan, mengembangkan dan melaksanakan program

dan kegiatan kemahasiswaan yang sesuai dengan kebutuhan saat ini di masing-masing

perguruan tinggi.

Kegiatan dalam program pengembangan kemahasiswaan pada dasarnya dapat

dikelompokkan atas :

A. PENALARAN DAN KEILMUAN

Program dan kegiatan kemahasiswaan yang bertujuan menanamkan sikap ilmiah,

merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menulis karya

ilmiah, pemahaman profesi dan kerjasama mahasiswa dalam tim, baik pada perguruan

tingginya maupun antar perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri.

Kegiatan ini dapat berbentuk : Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS);

Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM); Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (PKM);

Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional (Mawapres); Presentasi Pemikiran Kritis

Mahasiswa (PPKM); Co-operative education; dan kegiatan lain yang sejenis.

B. BAKAT, MINAT DAN KEMAMPUAN

Program dan kegiatan kemahasiswaan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam manajemen praktis berorganisasi, menumbuhkan apresiasi

Page 18: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

terhadap olahraga dan seni, kepramukaan, bela negara, cinta alam, jurnalistik, dan bakti

sosial.

Kegiatan ini dapat berbentuk : Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM);

Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS); POM ASEAN, Universiade, Pekan Seni

Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS); Pramuka Mahasiswa; Resimen Mahasiswa;

Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala); Penerbitan Kampus; Korps Sukarela Mahasiswa;

Kewirausahaan; dan kegiatan lain yang sejenis.

C. KESEJAHTERAAN Program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan kerohanian

mahasiswa. Kegiatan ini dapat berbentuk : Beasiswa; Asrama Mahasiswa;

Kantin Mahasiswa; Koperasi Mahasiswa (Kopma); Poliklinik; Musabaqah Tilawatil Qur’an

(MTQ), Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi); dan kegiatan lain yang sejenis.

D. KEPEDULIAN SOSIAL

Program yang bertujuan untuk meningkatkan pengabdian pada masyarakat,

menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan kecintaan kepada tanah

air dan lingkungan, kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

bermartabat.

Kegiatan ini dapat berbentuk : Pelatihan Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan

Narkoba dan Pencegahan Penyebarluasan HIV/AIDS; Pengembangan Desa Binaan;

Pelayaran Kebangsaan; Dialog Kemahasiswaan; dan kegiatan lain yang sejenis.

E. KEGIATAN PENUNJANG

1. Program yang bertujuan untuk meningkatkan sikap dan kemampuan dosen

dalam keterlibatannya membimbing kegiatan kemahasiswaan

Kegiatan ini dapat berbentuk : Pelatihan Pelatih Orientasi Pengembangan

Pembimbing Kemahasiswaan (PP OPPEK); Pelatihan Pelatih Latihan

Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (PP LKMM); Pelatihan

Pembimbing/Pendamping Pelanaran Mahasiswa (PPPM), dan kegiatan lain yang

sejenis.

2. Program yang bertujuan untuk meningkatkan sarana dan prasarana kegiatan

kemahasiswaan

Kegiatan ini dapat berbentuk pengembangan sistem informasi kemahasiswaan;

pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kegiatan kemahasiswaan,

dan kegiatan lain yang sejenis.

Page 19: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB VI

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM

Evaluasi terhadap pelaksanaan program kemahasiswaan penting untuk dilakukan,

karena tanpa adanya evaluasi sulit untuk mengetahui suatu program kemahasiswaan yang

sudah dilaksanakan mencapai sasaran yang diinginkan.

A. PRINSIP EVALUASI

1. Perumusan sasaran secara jenis dan spesifik mengenai program kegiatan

kemahasiswaan yang akan dievaluasi.

2. Dilaksanakan secara terencana, transparan, dan berkesinambungan (dalam

penyusunan usulan program selalu harus ada kejelasan mengenai kapan

evaluasi dilaksanakan serta berkesinambungan dalam arti dilakukan pada saat

awal, pertengahan maupun setelah program selesai dilaksanakan).

3. Perumusan kriteria keberhasilan program yang spesifik dan dapat diukur, dapat

dicapai serta memiliki batasan waktu yang jelas.

4. Adanya mekanisme yang jelas mengenai siapa yang terlibat dalam evaluasi,

bagaimana evaluasi dilakukan dan kepada siapa hasil evaluasi harus

disampaikan.

B. TUJUAN EVALUASI

1. Umum

Mengetahui perkembangan program kegiatan kemahasiswaan yang telah

dilaksanakan oleh perguruan tinggi serta pertanggungjawaban atas kegiatan

tersebut, baik dari segi pencapaian sasaran (efektif) maupun dari segi

pembiayaan yang telah dikeluarkan (efisien).

2. Khusus

a. Mengetahui dampak program kegiatan kemahasiswaan terhadap

pengembangan diri mahasiswa ataupun Ormawa.

b. Mengetahui sejauh mana program kemahasiswaan yang sudah dilakukan

memenuhi kriteria keberhasilan program yang sudah ditetapkan.

Page 20: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

c. Mengetahui kelemahan/kekurangan dari program kemahasiswaan yang

sudah dilakukan sebagai contoh lesson learned dari program kegiatan

kemahasiswaan yang sejenis di masa depan.

d. Mengetahui cost benefit ratio melalui perbandingan antara besarnya dana

yang dikeluarkan dengan manfaat yang dicapai melalui program kegiatan

kemahasiswaan tersebut.

C. SASARAN EVALUASI

Evaluasi dilakukan terhadap Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa dan UKM) yang

keberadaannya (eksistensinya) mendapat pengakuan dari pimpinan perguruan tinggi yang

bersangkutan.

Evaluasi dilakukan terhadap:

1. Aspek managerial dari Ormawa yang mencakup:

a. SK Pendirian atau peresmian Ormawa.

b. AD/ART atau pedoman pengelolaan Ormawa.

c. Rencana kerja jangka pendek (tahunan) dan jangka panjang.

d. Pedoman penyusunan laporan keuangan tahunan.

e. Pedoman pengembangan kompetensi anggota (kepemimpinan, manajemen

dan lain sebagainya).

f. Pedoman suksesi dan kaderisasi.

2. Program dan Kegiatan yang mencakup:

a. Kalender kegiatan per triwulan/semester/tahun.

b. Usulan kegiatan program.

c. Kesinambungan kegiatan kemahasiswaan.

d. Rumusan mengenai tujuan dan manfaat yang ingin dicapai/dikembangkan

melalui kegiatan kemahasiswaan yang dilaksanakan.

e. Adanya kriteria keberhasilan program yang dapat diukur secara kuantitatif.

f. Adanya program keuangan dari kegiatan yang dilakukan dan sesuai dengan

pedoman baku yang ada.

Page 21: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

D. METODE EVALUASI

1. Menilai laporan berkala dari perguruan tinggi mengenai kegiatan yang dilakukan

per semester/tahun yang dikategorikan dalam lima kegiatan utama

kemahasiswaan : a. penalaran dan keilmuan; b. bakat, minat dan kemampuan; c.

kesejahteraan; d. kepedulian sosial; dan e. kegiatan penunjang.

2. Check list mengenai aspek manajerial serta aspek kegiatan untuk mengetahui

keadaan/organizational healt dari Ormawa yang bersangkutan.

3. Membandingkan antara proposal kegiatan dengan laporan pelaksanaan

kegiatan.

4. Umpan balik mengenai kegiatan melalui daftar isian yang diisi oleh peserta

kegiatan.

5. Rapat kerja dengan pimpinan Ormawa.

E. TOLOK UKUR KEBERHASILAN

1. Bagi Perguruan Tinggi

a. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan yang proporsional baik pada

bidang akademik maupun dalam bidang pengembangan kemahasiswaan.

b. Meningkatnya jumlah staf pengajar dan mahasiswa yang terlibat dalam

kegiatan ekstrakurikuler.

c. Terpenuhinya secara bertahap sarana dan prasarana penunjang kegiatan

kemahasiswaan termasuk alokasi anggaran pemeliharaan.

d. Tidak adanya duplikasi organisasi baik di tingkat universitas/institut/sekolah

tinggi, fakultas, jurusan/departemen, dan program studi.

e. Tidak adanya Ormawa/kegiatan kemahasiswaan yang merupakan

onderbouw/berafiliasi pada organisasi politik atau kedaerahan tertentu di

dalam kampus.

2. Bagi Ormawa

a. Terselenggaranya kegiatan kemahasiswaan pada bidang penalaran dan

keilmuan, bakat, minat dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial,

dan kegiatan penunjang secara proporsional serta berkesinambungan.

b. Meningkatnya kegiatan kemahasiswaan yang berpengaruh signifikan

terhadap pengembangan diri mahasiswa (kepemimpinan, kemampuan

Page 22: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

manajerial, sikap kritis, dan kepekaan terhadap masalah sosial yang ada di

lingkungannya).

c. Meningkatnya mahasiswa yang melibatkan diri dalam kegiatan

kemahasiswaan di Ormawa.

d. Meningkatnya kegiatan kemahasiswaan yang berpengaruh signifikan

terhadap pengembangan Ormawa (program yang terencana dan

berkesinambungan).

e. Pimpinan perguruan tinggi atau fakultas yang bertanggung jawab dalam

bidang kemahasiswaan dan pembimbing/pendamping kemahasiswaan

dipersepsikan oleh mahasiswa sebagai pemberdaya, fasilitator, dan motivator

dalam pelaksanaan kegiatan maupun pencapaian tujuan kegiatan

kemahasiswaan, bukan sebagai penghambat atau pemberi izin pelaksanaan

kegiatan kemahasiswaan.

f. Terdapatnya manajemen pengelolaan Ormawa dan mekanisme serta

administrasi pertanggungjawaban kegiatan yang sesuai dengan kaidah-

kaidah organisasi.

g. Tercapainya sistem dan mekanisme yang jelas dalam pergantian pengurus

Ormawa.

Page 23: kepegawaian.undip.ac.id · Web viewPengembangan mahasiswa sebagai kekuatan moral dalam mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang demokratis, berkeadilan dan berbasis pada

BAB VIIPENUTUP

1. Pola pengembangan kemahasiswaan merupakan acuan dalam pengembangan

kemahasiswaan yang penjabarannya secara rinci dilaksanakan oleh perguruan

tinggi sesuai dengan kondisinya masing-masing. Para pengambil keputusan

perlu menyadari bahwa pengembangan potensi diri mahasiswa secara optimal

tidak dapat dicapai hanya melalui kegiatan belajar-mengajar (bidang akademik)

yang hanya berlangsung di dalam kelas. Keberhasilan Pola Pengembangan

Kemahasiswaan hanya dimungkinkan bila terdapat kesadaran dan komitmen dari

para pengambil keputusan, bahwa mahasiswa adalah aset bangsa yang harus

diberikan peluang untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal.

2. Pada hakikatnya mahasiswa adalah insan akademik yang sedang

mengembangkan aspek intelektual dan penguasaan keilmuan. Di sisi lain

mahasiswa sebagai aset bangsa harus diberi peluang untuk mengembangkan

potensi dirinya melalui kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup pengembangan

penalaran dan keilmuan; minat, bakat dan kemampuan; upaya perbaikan

kesejahteraan; kepedulian sosial kepada masyarakat; dan kegiatan penunjang

yang dirancang oleh pembuat keputusan di perguruan tinggi secara sungguh-

sungguh, terarah, dan berkesinambungan.