umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web...

111
FILSAFAT PENDIDIKAN YANG BERKEMAJUAN A. Perkenalan Filsafat Filsafat diperkenalkan melalui peristiwa atau kejadian. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta ini menimbulkan pertanyaan apakah yang sebenarnya terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada dalam alam ini. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad ke-4 sampai abad ke-2 SM telah berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang apakah asal mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini. Hal ini pulalah yang menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar 600 - 200 tahun Sebelum Masehi (SM) di Yunani. Dimulai dari Thales dari Miletus yang diperkirakan hidup antara tahun 624 - 548 SM dianggap sebagai orang pertama yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaan tentang asal segala benda alam ini. ia berpendapat bahwa asal segala yang ada ialah air. Air yang senantiasa bergerak dan tidak pernah diam dipandangnya sebagai asas kehidupan segala yang ada. 1

Transcript of umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web...

Page 1: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

FILSAFAT PENDIDIKAN YANG BERKEMAJUAN

A. Perkenalan Filsafat

Filsafat diperkenalkan melalui peristiwa atau kejadian. Peristiwa-peristiwa

yang terjadi di alam semesta ini menimbulkan pertanyaan apakah yang

sebenarnya terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada dalam alam

ini. Beberapa orang filsuf Yunani sekitar abad ke-4 sampai abad ke-2 SM telah

berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang amat mendasar tentang

apakah asal mula atau dasar dari segala yang ada dalam alam ini. Hal ini pulalah

yang menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar

600 - 200 tahun Sebelum Masehi (SM) di Yunani. Dimulai dari Thales dari

Miletus yang diperkirakan hidup antara tahun 624 - 548 SM dianggap sebagai

orang pertama yang berupaya mencari jawaban atas pertanyaan tentang asal

segala benda alam ini. ia berpendapat bahwa asal segala yang ada ialah air. Air

yang senantiasa bergerak dan tidak pernah diam dipandangnya sebagai asas

kehidupan segala yang ada. Kemudian, Anaximenes yang hidup antara tahun 585

- 528 SM berpandangan bahwa yang menjadi dasar bagi semua benda dan

kehidupan di alam ini ialah udara. Pandangan ini dikemukakannya dengan

landasan pemikiran bahwa manusia dan semua makhluk hidup itu bernapas,

yaitu mengambil udara yang melingkupi alam semesta. Lalu, Herakleitos yang

hidup sekitar tahun 540 – 480 SM berpendapat bahwa tidak ada yang kekal di

alam ini. Segala sesuatu tentu mengalami perubahan. Jadi, hakikat segala sesuatu

itu ialah perubahan itu sendiri. Perubahan dilambangkan sebagai sifat api. Oleh

karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun

perubahan itu berlaku di bawah suatu hukum yang disebutnya logos, artinya

1

Page 2: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

pikiran yang benar. Kata logika yang Anda kenal sekarang ini berasal dari kata

logos itu. Anda yakin bahwa yang kekal itu adalah Tuhan pencipta alam semesta

ini. Orang yang berpikir itu menggunakan akalnya untuk mengetahui apa yang

menjadi dasar atau asal segala sesuatu atau hakikat sesuatu itu, serta hukum yang

mendasari perubahan yang terjadi padanya. Anda tentu dapat memahami bahwa

Herakleitos telah meletakkan dasar bagi dunia baru, yakni dunia pikiran yang

bernama logos yang bersifat kekal (Poedjiadi dan Al Muchtar, 2014).

Filsafat (dari bahasa Yunani φιλοσοφία, philosophia, secara harfiah

bermakna "pecinta kebijaksanaan") adalah kajian masalah umum dan mendasar

tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.

Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras (c. 570–495

SM). Tokoh Besar Filsafat di dunia ada tiga yaitu Scorates, Plato, dan Aristoteles.

Socrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (469 - 399 SM) adalah filsuf dari Athena,

Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis

Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli

filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah

guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles. Semasa

hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun sehingga

sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.

Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates

sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal

sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato,

Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal

diantaranya adalah penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang ditulis oleh

2

Page 3: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Plato. Dialog-dialog inilah yang menjadi dasar bagaimana cara berpikir Scorates.

Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat

dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu

dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi

pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari

memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates.

Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh

para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi

landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.

Berikutnya yaitu Plato. Plato (bahasa Yunani: Πλάτων) (427 - 347 SM)

adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues

dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di

dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi

oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Sumbangsih Plato yang

terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-

idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud

oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern

berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.

Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea adalah dunia

yang melampaui manusia maka idea tidak tergantung pada pemikiran manusia,

melainkan pikiran manusia yang tergantung pada dunia idea. Idea adalah citra

pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah

ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas

3

Page 4: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun,

pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea

tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala

idea yang ada.

Plato juga mempunyai pandangan tentang dunia indrawi dan idea. Dunia

indrawi adalah dunia nyata yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret,

yang dapat dirasakan oleh panca indra kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah

refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia

indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat

rusak, dan dapat mati. Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita.

Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat

diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya

sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang

bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah

intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".

Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 – 322 SM)

adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung. Ia

menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi,

logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan

Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang

paling berpengaruh di pemikiran Barat. Berlawanan dengan Plato yang

menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan

bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya

adalah tentang gerak di mana dikatakan semua benda bergerak menuju satu

4

Page 5: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak

dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak di mana penggerak

itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang

tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian

Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu

sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih

dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun

demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,

eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Hal lain dalam kerangka

berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat

digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran

yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):

Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).

Sokrates adalah manusia (premis minor)

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

(Wikipedia).

Secara garis besar, filsafat adalah pandangan menyeluruh manusia melalui

cara berpikir untuk melihat kebenaran dengan suatu cara yang berasal dari teori

dan pengalaman empiris. Pernyataan itulah yang pertama kali muncul di kepala kita

ketika akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

a). Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab ‘falsafah’, yang berasal dari

bahasa yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’= cinta, suka (loving), dan ’sophia’ =

pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan

atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat diharapkan

5

Page 6: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

menjadi bijaksana. b). Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti

‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir, olah pikir. Namun tidak

semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan

sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”.

Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum

semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.

Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu

kebenaran dengan sedalam-dalamnya (Kristiawan, 2016).

Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam berpikir, manusia terlihat dari aspek

kemanusiaannya jika dia memikirkan kemajuannya dan kemajuan kemajuan inilah salah

satu isyarat bahwa dalam proses berpikir manusia senangtiasa berupaya berbenah diri

untuk hari esok lebih baik dari hari ini, demikian pula pendidikan., pendidikan tidak akan

selangkah lebih maju jika hanya diterima apa adanya, namun perlu adanya perbaikan

dalam bentuk suatu upaya untuk proses berpikir secara mendalam.

Oleh karenanya dengan memahami filsafat dengan baik maka orang akan dapat

mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari. Filsafat

mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis,

terpadu, universal dan radikal yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari

perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan. Oleh karenanya yang membantu filsafat

pendidikan terlaksanan dengan baik, maka terdapat beberapa teori yang menjadi acuan

dalam menopang terselenggaranya pendidikan yang maksimal (Tola, 2014).

Filsafat adalah kecenderungan. Kecenderungan dapat dipahami dengan

Penomenologi Reduksionisme. Hasilnya adalah sebuah struktur atau dunia

lengkap dengan unsur-unsur dan puncak atau pusatnya. Mudah dipahami pula

bahwa pada akhirnya kesadaran kita akan sampai pada kesimpulan bahwa, dengan

6

Page 7: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

filsafat kita akan menemukan dunia yang plural, artinya banyak Dunia dan setiap

yang ada dan yang mungkin ada merepresentasikan Dunianya masing-masing.

Filsafat Esensialisme mengejar kebenaran dari segala esensi yang ada; maka

mudah dipahami bahwa hakekat Esensi adalah pusat atau sentralnya Filsafat

Esensialisme. Sementara Filsafat Spiritualisme mengejar Kebenaran Absolut yang

diyakini berada di tangan Tuhan (Marsigit, 2014).

Muhmidayeli (2011: 1) filsafat bukanlah sekedar kebenaran, hikmah dan atau

kebijaksanaan itu sendiri, tetapi lebih pada cinta akan kebenaran atau

kebjaksanaan yang tentu ditunjukkan pada upaya hati-hati dan serius yang

dilakukan oleh seseorang melalui tata cara yang dapat dipertanggungjawabkan

dalam menggunakan daya pikir kritisnya guna meraih kebenaran, kebaikan dan

atau kebijaksanaan sejati. Jadi Filsafat adalah upaya berpikir dan bertindak benar

dengan menggunakan rasio sebagai instrumen utama untuk mengetahui secara

murni berbagai ragam realitas yang ada dan yang mungkin ada di dunia ini dan

nilai-nilai dalam hidup dan kehidupan manusia.

Beberapa definisi karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak

mustahil kalau banyak di antara para filsuf memberikan definisinya secara berbeda-beda.

Obyek material filsafat yang diteliti adalah segala sesuatu, sedangkan Subyek materialnya

yaitu mencari hakekat. Maka dari itu berfilsafat berarti mempertanyakan dasar dan asal-

usul dari segala-galanya; untuk mencari orientasi dasar bagi kehidupan manusia. Adapun

pengertian Filsafat menurut beberapa ahli, yaitu:

1. Cicero (106 - 43 SM): Filsafat adalah “ibu” dari semua seni (The mother of all the arts). Ia juga mendefinisikan filsafat sebagai art vitae (seni kehidupan).

7

Page 8: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

2. Plato (427 - 347 SM): Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

3. Aristoteles (384 - 322 SM): Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

4. Al Farabi (872 – 950M): Filsafat adalah ilmu tentang alam maujud bagaimana hakikat sebenarnya.

5. Francis Bacon (1584 – 1617M) : Filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu,

dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.

6. Rene Descartes (1596 – 1650M): Filsafat adalah kumpulan segala

pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

7. Immanuel Kant (1724 – 1804M): Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan:

Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika)

Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika)

Sampai di manakah harapan kita? (jawabannya Agama)

Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi)

8. Johann Gotlich Fickte (1762-1814M): Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu), yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan suatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

9. Paul Nartorp (1854-1924M): Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar) yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukkan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

8

Page 9: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

10. Bertrand Russel (1872 – 1970): Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan; namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

11. Harold H. Titus (1896 - 1984M): (1). Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2). Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3). Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); dan (4). Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

12. Notonagoro (1905 – 1981M): Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.

13. Kattsoff (1908 – 1979M): filsafat adalah:

Filsafat adalah berpikir secara kritis, Filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut. Filsafat adalah berpikir secara rasional. Filsafat bersifat komprehensif.

14. Hasbullah Bakry: Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

15. Muhamad Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya di dalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.

16. Ismaun: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).

9

Page 10: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

17. N. Driyarkara S.Y., mengatakan: Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima saja, mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat, hukum, sosiologi, kesusilaan dan sebagainya, di satu pandangan tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan ke ‘mengapa’ yang terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia berdasarkan kekuatannya itu.

18. Endang Saifuddin Anshari (1987M), mendefinisikan filsafat sebagai “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah termaksud itu di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat juga dikatakan sebagai hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat segala yang ada: (a) hakekat Tuhan; (b) hakekat alam semesta; (c) hakekat manusia; serta sikap manusia termasuk sebagai konsekuensi daripada paham (pemahamnnya) tersebut.

19. Sidi Gazalba (1992M): Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan dengan berfikir radikal, sistematis dan universal.

20. Marsigit (2014M), Filsafat adalah wadahnya pikiran, karena filsafat adalah oleh pikir, sedangkan pikiran bersifat simpomatik sintetik-analitik; artinya, pikiran secara simtomatik merepresentasikan filsafat terisolasi oleh ruang dan waktunya.

Karena sangat luasnya lapangan ilmu filsafat, maka menjadi sukar pula orang

mempelajarinya, dari mana hendak dimulai dan bagaimana cara membahasnya

agar orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya. Pada zaman

modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat itu

dengan dua cara, yaitu dengan mempelajari sejarah perkembangan sejak dahulu

10

Page 11: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

kala hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau

lapangan pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode

sistematis) (Kristiawan, 2016).

KategoriPertanyaan filosofis dapat dikelompokkan ke dalam kategori. Pengelompokan ini

memungkinkan para filsuf untuk fokus pada serangkaian topik serupa dan

berinteraksi dengan pemikir lain yang tertarik dengan pertanyaan yang sama.

Pengelompokan juga membuat filosofi lebih mudah bagi siswa untuk didekati.

Siswa dapat mempelajari prinsip-prinsip dasar yang terlibat dalam satu aspek

lapangan tanpa terbebani dengan keseluruhan teori filosofis. Berbagai sumber

menyajikan beragam skema kategoris. Kategori yang diadopsi dalam artikel ini

bertujuan untuk keluasan dan kesederhanaan. Kelima cabang utama ini dapat

dipisahkan menjadi sub cabang dan masing-masing sub cabang memiliki banyak

bidang studi yang spesifik.

Metafisika dan epistemologi Teori nilai Sains, logika dan matematika Sejarah filsafat barat Tradisi filosofis

Perpecahan ini tidak lengkap, tidak saling eksklusif atau berdiri sendiri-sendiri.

(Seorang filsuf mungkin mengkhususkan diri pada epistemologi kantian, estetika

platonik, atau filsafat politik modern.)

11

Page 12: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Metafisika

Metafisika adalah studi tentang ciri-ciri paling umum dari realitas, seperti

eksistensi, waktu, objek dan properti mereka, keseluruhan dan bagiannya,

kejadian, proses dan sebab akibat, serta hubungan antara budi dan tubuh.

Metafisika mencakup kosmologi, studi tentang dunia secara keseluruhan dan

ontologi, studi tentang realitas. Pokok perdebatan utamanya adalah antara

realisme, yang berpendapat bahwa ada entitas yang independen terlepas dari

persepsi mental dan idealisme mereka, yang berpendapat bahwa realitas tersebut

dibangun secara mental atau immaterial. Metafisika membahas topik identitas.

Esensi adalah himpunan atribut yang membuat objek sebaimana dasarnya dan

tanpa esensi objek itu akan kehilangan identitasnya, sementara aksiden adalah

properti yang dimiliki objek, yang tanpanya objek masih tetap dapat

mempertahankan identitasnya. Partikular adalah objek yang dikatakan ada di

ruang dan waktu, berlawanan dengan benda abstrak, seperti angka, dan universal,

yang merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa hal khusus, seperti warna

kemerahan suatu benda atau jenis kelamin. Jenis eksistensi (jika ada) benda

universal dan abstrak adalah isu perdebatan dalam metafisika.

12

Page 13: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Epistemologi

Dignaga pendiri aliran epistemologi dan logika Buddhis.

Ahli epistemologi mempelajari sumber pengetahuan, termasuk intuisi, argumen a

priori, ingatan, pengetahuan perseptual, pengetahuan diri dan kesaksian. Mereka

juga bertanya: Apa itu kebenaran? Apakah pengetahuan itu benar-benar keyakinan

sejati? Apakah ada kepercayaan yang dibenarkan? Pengetahuan empiris

mencakup pengetahuan proposisional (pengetahuan bahwa ada sesuatu yang

terjadi), kecakapan (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) dan

pengenalan (familiaritas dengan seseorang atau sesuatu). Ahli epistemologi

memeriksa hal ini dan bertanya apakah pengetahuan itu benar-benar layak.

Teori nilai

Teori nilai (atau aksiologi) adalah cabang utama filsafat yang membahas topik

seperti kebaikan, keindahan dan keadilan. Teori nilai meliputi etika, estetika,

filsafat politik, filsafat feminis, filsafat hukum dan yang lainnya.

13

Page 14: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Etika

Akademi kekaisaran Beijing adalah pusat intelektual untuk etika Konfusianisme dan klasik selama dinasti Yuan, Ming dan Qing.

Etika, atau "filsafat moral", mempelajari dan mempertimbangkan perilaku yang

baik dan yang buruk, nilai yang benar dan salah, serta kebaikan dan kejahatan.

Penyelidikan utamanya meliputi bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan

mengidentifikasi standar moralitas. Ini juga mencakup meta-investigasi tentang

apakah cara terbaik untuk hidup atau standar terkait yang ada. Cabang utama etika

adalah etika normatif, meta-etika dan etika terapan. Area perdebatan utamanya

meliputi konsekuensial, dimana tindakan dinilai berdasarkan hasil potensial dari

tindakan tersebut, seperti misalnya untuk memaksimalkan kebahagiaan, yang

disebut utilitarianisme, dan deontologi, dimana tindakan dinilai sesuai dengan

bagaimana mereka mematuhi prinsip, terlepas dari tujuan negatif (Wikipedia,

2018).

Para ahli memiliki berbagai pendapat tentang cabang-cabang filsafat di

antaranya sebagai berikut (Surajiyo, 2005: 19-20):

1. Plato membedakan filsafat pada tiga cabang yaitu dialetika, fisika, dan etika.

2. Aristoteles merumuskan filsafat kedalam empat cabang yaitu: logika, filsafat

teoretis (mencakup 3 ilmu yaitu: ilmu fisika, ilmu matematika, dan ilmu

metafisika). Menurut Aristoteles ilmu metafisika merupakan inti dari filsafat.

14

Page 15: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Cabang filsafat selanjutnya adalah filsafat praktis (mencakup 3 ilmu yaitu

ilmu etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik). Cabang terakhir adalah filsafat

poetika atau kesenian.

3. Lousis O. Kattsoff menyebutkan cabang filsafat adalah logika, metodologi,

metafisika, epistemologi, filsafat biologi, filsafat psikologi, filsafat

antropologi, filsafat sosial, etika, estetika dan filsafat agama.

4. The Liang Gie membagi filsafat menjadi: metafisika, epistemologi,

metodologi, logika, etika, estetika dan sejarah filsafat.

5. Harry Hamersma membagi cabang fisafat menjadi: Filsafat tentang pengetahuan (meliputi epistemologi, logika, kritik ilmu-ilmu); Filsafat keseluruhan kenyataan (meliputi metafisika umum atau ontologi dan metafisika khusus meliputi teologi metafisik, antropologi dan kosmologi); Filsafat tentang tindakan (meliputi etika dan estetika); Sejarah filsafat.

6. Poedjawijatna membagi filsafat atas: ontologia, theodicea, antropologia, metaphysica, ethica, logica (mayor dan minor), aesthetica (Kristiawan, 2016).

Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM mengemukakan bahwa dari cabang filsafat

menurut beberapa tokoh tersebut, persoalan kefilsafatan meliputi bidang yang

sangat luas, sehingga sulit untuk membahasnya karena mempunyai argumentasi

masing-masing. Persoalan filsafat di samping dapat dideskripsikan ciri-cirinya,

juga dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Jenis-jenis persoalan filsafat bersesuaian

dengan cabang-cabang filsafat. Ada tiga jenis persoalan filsafat yang utama yaitu

persoalan tentang keberadaan, persoalan tentang pengetahuan dan persoalan

tentang nilai-nilai (Kristiawan, 2016).

Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi bersangkutan dengan cabang

filsafat metafisika. Persoalan pengetahuan (knowledge) ditinjau dari segi isinya

bersangkutan dengan cabang filsafat epistemologi sedangkan kebenaran (truth)

15

Page 16: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat logika.

Persoalan nilai-nilai (values) terbagi atas nilai-nilai tingkah laku dan nilai-nilai

keindahan. Nilai-nilai tingkah laku berkaitan dengan cabang filsafat etika,

sedangkan nilai-nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat estetika.

1. Metafisika

Istilah metafisika berasal dari Bahasa Yunani meta la physica yang

dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-

benda fisik. Aristoteles menggunakan istilah proto philosiphia (filsafat

pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada di

belakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Metafisika

dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam

(ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan. Persoalan-persoalan

metafisika dibedakan menjadi tiga yaitu persoalan ontologi, persoalan

kosmologi, dan persoalan antropologi (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM: 31).

Ontologi membahas tentang “ada” atau konkret. Pertanyaan yang diajukan:

apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu. Bagaimana

penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi, dan apa sifat dasar

kenyataan atau keberadaan. Segala sesuatu yang ada, secara khusus dibagi

dalam tiga substansi yaitu kosmos, manusia, dan Tuhan. ontologi bisa

dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret

secara kritis. Pada metafisika khusus terdapat gagasan atau ide para pemikir.

Oleh sebab itu, sebagian orang beranggapan bahwa epistemologi adalah

bagian dari metafisika, karena epistemologi mempersoalkan kebenaran

pengetahuan metafisis.

16

Page 17: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Muhmidayeli (2011: 10) Metafisika merupakan cabang kajian filsafat

yang mengkaji persoalan yang berkenaan dengan hakikat realitas. Konsentrasi

filsafa disini diarahkan fokus untuk menelaah dan atau mengkaji secara

mendalam dan menyeluruh (holistik) tentang hakikat yang ada dan yang

dianggap ada.

2. Epistemologi

Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Kebenaran

pengetahuan disebut memenuhi syarat-syarat epistemologi karena tepat

susunannya atau logis. Meskipun logika dan epistemology merupakan dua hal

yang berbeda, keduanya memiliki kaitan yang sangat kuat, logika menjadi

prasyarat yang mendasari epistemologi. Epistemologi membicarakan secara

rinci dasar, batas dan objek pengetahuan. Oleh sebab itu epistemologi oleh

sebagian orang disebut juga filsafat ilmu. Epistemologi mempersoalkan

kebenaran pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu (philosophy of science)

secara khusus mempersoalkan ilmu atau keilmuan pengetahuan. Epistemologi

berasal dari Bahasa Yunani yaitu episteme = pengetahuan dan logos = teori.

Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari

asal mula atau sumber, struktur, dan metode yang sah tentang pengetahuan.

Pertanyaan dalam epistemologi adalah “apa yang dapat saya ketahui?” (Tim

Dosen Filsafat Ilmu UGM: 32). Persoalan-persoalan dalam epistemologi

adalah: bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?; Dari mana

pengetahuan itu diperoleh?; Bagaimana validitas pengetahuan itu dapat

dinilai?; Apa perbedaan pengetahuan apriori dengan pengetahuan posteriori?.

17

Page 18: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Epistemologi membicarakan pengetahuan dan susunannya. Ilmu atau science

adalah pengetahuan-pengetahuan yang gejalanya dapat diamati berulang-

ulang melalui eksperimen sehingga dapat dipelajari oleh orang yang berbeda

dalam waktu yang berbeda. Epistemologi membahas hakikat ketepatan

susunan berpikir yang secara tepat pula digunakan untuk masalah-masalah

yang bersangkutan dengan maksud menemukan kebenaran isi pernyataannya.

Isi pernyataannya adalah sesuatu yang ingin diketahui. Secara umum terdapat

empat jenis kebenaran yang dikenal orang, yaitu kebenaran religius,

kebenaran filosofis, kebenaran estetis, dan kebenaran ilmiah. Kebenaran

religius, adalah kebenaran yang dibangun atas dasar kaidah-kaidah agama

atau keyakinan tertentu yang tidak dapat dibantah. Kebenaran religius disebut

juga kebenaran mutlak.

Bentuk pemahamannya dogmatis. Kebenaran filosofis adalah kebenaran

hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat atau

the nature, meskipun bersifat subjektif dan relatif, namun mendalam karena

melalui penghayatan eksistensial bukan hanya pengalaman dan pemikiran

intelektual semata. Kebenaran filosofis berguna untuk menyadarkan kita pada

relatifnya pengetahuan yang kita miliki, karena pengetahuan itu terus berubah

dalam arti berkembang. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah

berpikir, sedangkan dasarnya adalah rasio. Kebenaran estetis, ialah kebenaran

berdasarkan indah dan tidak indah. Keindahan yang dimaksud adalah

berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang menimbulkan rasa senang,

tenang dan nyaman. Wiramihardja (2007: 32-33) mengemukakan kebenaran

ilmiah ditandai dengan terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama

18

Page 19: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti (fakta),

sama halnya dengan kebenaran rasional yang ditunjang hasil uji lapangan

yang disebut bukti empiris. Kebenaran teoritis adalah kebenaran yang

berdasarkan rasio atau kebenaran rasional, berdasarkan teori-teori yang

menunjangnya. Pengertian bukti disini adalah bukti empiris, yaitu hasil

pengukuran objektif di lapangan. Sifat objektif berlaku umum, dapat diulang

melalui eksperimen, sesuai dengan apa adanya, bukan apa yang seharusnya,

dan merupakan ciri-ciri pengetahuan (Kristiawan, 2016).

Capaldi (1981: 12) dalam bidang epistemologi, konsentrasi filsafat tertuju

pada pembicaraan problem pengetahuan. Secara akademis, epistemologi

merupakan kajian yang berkaitan tentang persoalan dasar ilmu pengetahuan

yang meliputi: 1. Hakikat ilmu; 2. Jenis ilmu pengethuan yang mungkin dapat

diraih manusia; 3. Sumber ilmu pengetahuan itu; dan 4. Batas-batas ilmu

pengetahuan manusia (Muhmidayeli, 2011: 12).

3. Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempersoalkan penilaian atau

yang berhubungan dengan nilai guna. Gagasan mengenai aksiologi dipelopori

oleh Lozte, kemudian Brentano, Husserl, Scheller dan Nicolai Hatmann

(Wiramihardja A. S., 2007: 36-37). Menurut Scheller ada dua bidang yang

paling populer terkait penilaian yaitu tingkah laku dan keadaan atau tampilan

fisik, sehingga aksiologi dibagi dalam 2 jenis yaitu etika dan estetika. Etika

adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas perbuatan manusia

dari sudut baik dan buruk. Mudah bagi seseorang dalam menilai arti baik,

19

Page 20: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

tetapi mengapa sebaliknya disebut buruk bukan tidak baik. Etika dalam

Bahasa Yunani berasal dari ethos = kebiasaan, habit, atau custom. Hampir

tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik dan buruk, oleh karena

itu istilah etis dan tidak etis kurang tepat, yang lebih tepat adalah etika baik

dan etika buruk/ jahat. Estetika merupakan bagian filsafat yang

mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan tidak indah/ jelek.

Secara umum estetika disebut sebagai kajian filsafat mengenai apa yang

membuat rasa senang, puas yang dinikmati seseorang ketika mengamati suatu

benda estetis (Surajiyo, 2005: 107). Secara visual dan imajinasi, estetika

disebut juga kajian mengenai keindahan, atau teori tentang cita rasa, dan

kritik dalam kesenian kreatif serta pementasan. Tokoh paling terkenal dalam

bidang ini adalah Alexander Baumgarten yang dianggap sebagai awal

diwacanakannya estetika (Kristiawan, 2016).

Muhmidayeli (2011: 14) dalam bidang aksiologi, pemikiran filsafat

diarahkan pada persoalan nilai, baik dalam konteks estetika, moral maupun

agama. Persoalannya apakah nilai itu absolut atau relatif. Artinya ujung dari

keseluruhan aktivitas berpikir filsafat dalam bidang metafisika maupun

epistemologi ialah terwujudnya tingkah laku dan perbuatan-perbuatan

manusia yang mengandung nilai.

B. Aliran – Aliran Filsafat

Filsafat selalu berkembang mengikuti ruang dan waktu yaitu zaman.

Zaman selalu bergerak dan berubah mengikuti perkembangan pola pikir

manusia yang selalu ingin mengetahui banyak hal. Wilardjo (2009), Wikipedia,

20

Page 21: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Marsigit (2014), dan Nuzulah, F., Yadri, M., & Fitria, L. (2017)

mengemukakan Aliran-aliran filsafat yang ada sampai saat ini yaitu:

Materialisme, Dualisme, Empirisme, Rasionalisme, Kritisisme, Idealisme,

Renaissance, Eksistensialisme, Fenomenologi, Intuisionalisme, Tomisme,

Pragmatisme, Filsafat Analitik, Strukturalisme, Poststrukturalisme,

Dekonstruksionisme.

1. MATERIALISME Materialisme merupakan faham atau aliran yang

menganggap bahwa di dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam)

dan dunia fisik adalah satu. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh

subur di Barat disebabkan, dengan faham ini, orang-orang merasa

mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan

alam. Diantara tokoh-tokoh aliran ini adalah Anaximenes (585-528),

Anaximandros (610-545 SM), Thales (625-545 SM), Demokritos (460-545

SM), Thomas Hobbes (1588-1679 M), Lamettrie (1709-1775 M), Feuerbach

(1804-1877 M), Spencer (1820- 1903 M), dan Karl Marx (1818-1883 M).

2. DUALISME. Dualisme adalah ajaran atau faham yang memandang alam

ini terdiri atas dua macam hakikat yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani.

Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama asasi

dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam

alam. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini

adalah terdapat dalam diri manusia. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain

adalah Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Descartes (1596-

1650 M), Fechner (1802-1887 M), Arnold Gealinex, Leukippos,

Anaxagoras, Hc. Daugall dan A. Schopenhauer (1788-1860 M).

21

Page 22: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

3. EMPIRISME. Empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman

sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan

diperoleh melalui pengalaman dengan cara observasi/penginderaan.

Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan, ia

merupakan sumber dari pengetahuan manusia. Empirisme berasal dari kata

Yunani ”empiris” yang berarti pengalaman indrawi. Karena itu, empirisme

dinisbatkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama

pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun

pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya

aliran ini sangat bertentangan dengan rasionalisme. Tokoh-tokoh aliran ini

antara lain Francis Bacon (1210-1292 M), Thomas Hobbes (1588-1679 M),

John Locke (1632-1704 M), David Hume (1711-1776 M), George Berkeley

(1665-1753 M), Herbert Spencer (1820-1903 M), dan Roger Bacon (1214-

1294 M).

4. RASIONALISME. Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar

rasio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang

hakiki. Zaman rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-XVII

sampai akhir abad ke-XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu

pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk

menemukan kebenaran. Semua gejala alam harus diterangkan menurut jalan

mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan

yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui

ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan

kekuasaan akal budi, lama-kelamaan orang-orang abad itu berpandangan

22

Page 23: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

dalam kegelapan. Dan ketika mereka mampu menaikkan obor terang yang

menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan pada

abad XVIII, maka abad itu disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).

Sebagai aliran dalam filsafat yang mengutamakan rasio untuk memperoleh

pengetahuan dan kebenaran, rasionalisme selalu berpendapat bahwa akal

merupakan faktor fundamental dalam suatu pengetahuan. Dan menurut

rasionalisme, pengalaman tidak mungkin dapat menguji kebenaran hukum

”sebab-akibat”, karena peristiwa yang tak terhingga dalam kejadian alam ini

tidak mungkin dapat diobservasi. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Rene

Descartes (1596-1650 M), Nicholas Malerbranche (1638-1775 M), B. De

Spinoza (1632-1677 M), G.W.Leibniz (1646-1716 M), Christian Wolff

(1679-1754 M), dan Blaise Pascal (1623-1662 M).

5. KRITISISME. Kehadiran aliran rasionalisme dan empirisme sangat

bertolak belakang dari tujuan semula. Pada satu sisi landasan aliran

rasionalisme yang bertolak dari rasio dan di lain sisi empirisme yang lebih

mendasarkan pada pengalaman seolah sudah sempurna, padahal kedua

tawaran tersebut bukan jawaban yang tepat. Tokoh yang paling menolak

kedua pandangan di atas adalah Immanuel Kant (1724-1804 M). Kant

berusaha menawarkan perspektif baru dan berusaha mengadakan

penyelesaian terhadap pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan

kritisisme. Untuk itulah ia menulis tiga bukunya berjudul: Kritik der Reinen

Vernunft (kritik rasio murni), Kritik der Urteilskraft, dan lainnya. Bagi

Kant, dalam pengenalan indrawi selalu sudah ada dua bentuk apriori, yaitu

ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subjek sendiri.

23

Page 24: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Memang ada suatu realitas terlepas dari subjek yang mengindra, tetapi

realitas tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenal gejala-gejala yang

merupakan sintesis antara yang diluar (aposteriori) dan ruang waktu (a

priori).

6. IDEALISME. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa

hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh.

Istilah idealisme diambil dari kata idea, yakni seseuatu yang hadir dalam

jiwa. Idealisme juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran

yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa,

ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran

yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia.

Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni

dari Plato, yang menyatakan bahwa alam idea itu merupakan kenyataan

sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa

bayangan saja dari alam idea itu.

Pada zaman Aufklarung para filsuf yang mengakui aliran serbadua,

seperti Descartes dan Spinoza, yang mengenal dua pokok yang bersifat

keruhanian dan kebendaan maupun keduanya, mengakui bahwa unsur

keruhanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum

agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme yang paling

setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat

yang mendalam. Puncak zaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19,

yaitu saat Jerman sedang memiliki pengaruh besar di Eropa. Tokoh-tokoh

aliran ini adalah : Plato (477-347), B. Spinoza (1632-1677 M), Liebniz

24

Page 25: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

(1685-1753 M), Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant(1724-1881 M), J.

Fichte (1762-1814 M), F.Schelling (1755-1854 M), dan G. Hegel (1770-

1831 M)

7. RENAISSANCE. Dalam periodisasi sejarah filsafat Barat, istilah

renaissance digunakan untuk menandai masa-masa antara abad ke-13 dan

akhir abad ke 15. Istilah Renaissance sendiri berasal dari bahasa Perancis

yang berarti kebangkitan kembali. Oleh sejarawan istilah tersebut digunakan

untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya

Eropa. Ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern, yaitu

menghidupkan kembali rasionalisme Yunani.

Berbeda dengan abad sebelumnya, yakni abad pertengahan yang lebih

menitikberatkan pada aspek ajaran agama Kristen di mana gereja menjadi

simbol kejayaan dan kekuasaan dalam segala aspek kehidupan termasuk

dalam pemikiran. Orientasi pemikiran di abad ini lebih bersifat teosentris

ketimbang filosofis murni. Maka tak heran bila segala sesuatunya

dikembalikan kepada Tuhan. Sehingga akhirnya gereja sangat mendominasi

dan siapa pun tidak bisa mengganggu gugat kekuasaan dan otoritasnya.

Beberapa tokoh pemikir era ini adalah Dante Alighieri (1265-1321 M) dari

Italia. Ia merupakan tokoh kritis yang berani menentang minoritas gereja

pada saat itu. Paus Bonaface VIII yang berkuasa saat itu ditentang akibat

ambisi politiknya yang besar dan seharusnya tidak begitu. Tetapi, bukan

berarti ia benci terhadap ajaran agama Kristen.

8. EKSISTENSIALISME. Eksistensialisme berasal dari kata eksistensi dari

kata dasar exist. Kata exist itu sendiri berasal dari bahasa ex: keluar, dan

25

Page 26: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

sister: berdiri. Jadi, eksistensi berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat

eksistensi tidak sama persis dengan filsafat eksistensialisme. Filsafat

eksistensialisme lebih sulit ketimbang eksistensi. Dalam filsafat dibedakan

antara esensia dan eksistensia. Esensia membuat benda, tumbuhan, binatang

dan manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan

bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon Manggis menjadi

pohon manggis. Buaya menjadi buaya. Manusia menjadi manusia. Namun,

dengan esensia saja, segala yang ada belum tentu berada. Kita dapat

membayangkan kursi, pohon manggis, buaya, atau manusia. Namun, belum

pasti apakah semua itu sungguh ada, sungguh tampil, sungguh hadir.

Disinilah peran eksistensia. Eksistensia membuat yang ada dan bersosok

jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Oleh eksistensia kursi dapat berada

di tempat. Pohon manggis dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Buaya

dapat hidup dan merajai sungai. Manusia dapat hidup, bekerja, berbakti, dan

membentuk kelompok bersama manusia lain. Selama masih bereksestensia,

segala yang ada menjadi tidak ada, tidak hidup, tidak tampil, tidak hadir.

Kursi lenyap. Pohon mangga menjadi kayu mangga. Harimau menjadi

bangkai. Manusia mati. Demikiankah penting peranan eksistensia. Olehnya,

segalanya dapat nyata ada, hidup, tampil, dan berperan. Tanpanya, segala

sesuatu tidak nyata ada, apalagi hidup dan berperan. Eksistensialisme adalah

aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Para pengamat eksistensialisme

tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada. Karena memang sudah

ada dan tak ada persoalan.

26

Page 27: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Dengan pengolahan eksistensia secara tepat, segala yang ada bukan

hanya berada, tetapi berada dalam keadaan optimal. Untuk manusia, ini

berarti bahwa dia tidak sekedar berada dan eksis dalam kondisi ideal sesuai

dengan kemungkinan yang dapat dicapai. Dalam kerangka pemikiran itu,

menurut kaum eksistensialis, hidup ini dibuka. Nilai hidup yang paling

tinggi adalah kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itulah keterbukaan hidup

dapat ditanggapi secara baik. Segala sesuatu yang menghambat,

mengurangi, atau meniadakan kemerdekaan harus dilawan. Tata tertib,

peraturan, hukum harus disesuaikan atau, bila perlu, dihapus dan ditiadakan.

Karena adanya tata tertib, peraturan, hukum dengan sendirinya sudah tak

sesuai dengan hidup yang terbuka dan hakikat kemerdekaan. Semua itu

membuat orang terlalu melihat ke belakang dan mengaburkan masa depan,

sekaligus membuat praktik kemerdekaan menjadi tidak leluasa lagi.

Dalam hal etika, karena hidup ini terbuka, kaum eksistensialis

memegang kemerdekaan sebagai norma. Namun, bagi kaum eksistensialis

yang memahami hidup belum selesai, setiap situasi membawa akibat untuk

kemajuan kehidupan. Oleh karena itu, setiap situasi perlu dikendalikan,

dimanfaatkan, diarahkan sehingga menjadi keuntungan bagi kemajuan

hidup. Akhirnya, bagi orang yang menerima hidup sudah sampai titik dan

puncak kesempurnaannya, masa depan tidak amat berperan karena masa

depan pun keadaannya akan sama saja dengan masa yang ada sekarang.

Namun, bagi kaum eksistensialis yang belum puas dengan hidup yang

ada dan yang merasa perlu untuk mengubahnya, masa depan merupakan

faktor yang penting. Karena hanya dengan adanya masa depan itulah

27

Page 28: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

perbaikan hidup dimungkinkan dan pada masa depan pula hidup baik itu

terwujud. Dengan demikian, gaya hidup kaum eksistensialis menjadi serius,

dinamis, penuh usaha, dan optimis menuju ke masa depan. Tokoh-tokoh

aliran ini adalah: Immanuel Kant, Jean Paul Sartre, S. Kierkegaard (1813-

1855 M), Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), Karl Jaspers (1883-1969 M),

Martin Heidegger (1889-1976 M), Gabriel Marcel (1889-1973 M), Ren

LeSenne dan M. Merleau Ponty (1908-1961 M).

9. FENOMENOLOGI. Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme

adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala)

adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang fenomenalisme suka

melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang

mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-

hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang

menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang

langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran ”a way of looking

at things”. Gejala adalah aktivitas, misalnya gejala gedung putih adalah

gejala akomodasi, konvergensi, dan fiksasi dari mata orang yang melihat

gedung itu, ditambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul.

Fenomenalisme adalah tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan

objek menjadi satu secara dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat.

Inti dari fenomenalisme adalah tesis dari “intensionalisme” yaitu hal yang

disebut konstitusi.

Menurut intensionalisme (Brentano), manusia menampakkan dirinya

sebagai hal yang transenden, sintesis dari objek dan subjek. Manusia

28

Page 29: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

sebagai entre aumonde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu.

Manusia mengkonstitusi alamnya. Untuk melihat sesuatu hal, saya harus

mengkonversikan mata, mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal

yang mau dilihat. Anak yang baru lahir belum bisa melakukan sesuatu hal,

sehingga benda dibawa ke mulutnya. Fenomenologi merupakan aliran.

Tokoh terpentingnya adalah: Edmund Husserl (1859-1938 M). Ia selalu

berupaya ingin mendekati realitas tidak melalui argumenagumen, konsep-

konsep, atau teori umum. ”Zuruck zu den sachen selbst” – kembali kepada

benda-benda itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk

mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap objek memiliki

hakikat, dan hakikat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada

gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita ”mengambil jarak” dari objek itu,

melepaskan objek itu dari pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-

gejala itu kita cermati, maka objek itu ”berbicara” sendiri mengenai

hakikatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita.

Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi,

antropologi, dan studistudi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).

Tokoh-tokohnya adalah Edmund Husserl (1959-1938 M), Max Scheller

(1874- 1928 M), Hartman (1882-1950 M), Martin Heidegger (1889-1976

M), Maurice Merleau Ponty (1908-1961 M), Jean Paul Sartre (1905-1980

M), dan Soren Kierkegaard (1813- 1855 M).

10.INTUISIONALISME. Intuisionalisme adalah suatu aliran atau faham yang

menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan

dan pembenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berpikir yang tidak

29

Page 30: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

didasarkan pada penalaran. Jadi, intuisi adalah nonanalitik dan tidak

didasarkan atau suatu pola berpikir tertentu dan sering bercampur aduk

dengan perasaan. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Plotinos (205-270 M) dan

Henri Bergson (1859-1994M).

11.TOMISME. Nama aliran ini disandarkan kepada Thomas Aquinas, salah

seorang tokoh intelektual termasyur skolastik Barat yang hidup pada tahun

1225-1274 M. Ada yang berpendapat bahwa Thomas hanya menyesuaikan

Aristoteles dengan ajaran Katolik. Hal ini tidaklah betul. Ia memang

menyerap ajaran Aristoteles tetapi ia menyusun sistem yang berlainan dari

sistem Aristoteles. Thomas dilahirkan dekat kota Aquino pada tahun 1225.

Karenanya, ia akrab disebut Thomas Aquinas. Ia menjadi murid Albertus di

Paris. Warisan buku-bukunya sangat banyak dan sampai sekarang masih

dipelajari orang dan malahan menjadi pedoman dalam aliran yang masih

sangat banyak penganutnya. Teologi dan filsafat adalah dua hal yang

banyak dikaji dan ditelaahnya. Bagi Thomas, kedua disiplin ilmu tersebut

tidak bisa dipisah malah saling berkait dan mempengaruhi.

12.PRAGMATISME. Istilah pragmatisme berasal dari kata Yunani ”pragma”

yang artinya perbuatan atau tindakan. ”Isme” di sini sama artinya dengan

isme-isme yang lainnya, yaitu aliran atau ajaran atau paham. Dengan

demikian, pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran

itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah ”faedah” atau

”manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar

apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar if it

works (apabila teori dapat diaplikasikan). Pada awal perkembangannya,

30

Page 31: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha untuk menyatukan ilmu

pengetahuan dan filsafat agar filsafat dapat menjadi ilmiah dan berguna bagi

kehidupan praktis manusia. Sehubungan dengan usaha tersebut,

pragmatisme akhrinya berkembang menjadi suatu metode untuk

memecahkan berbagai perdebatan filosofis-metafisik yang tiada henti-

hentinya, yang hampir mewarnai seluruh perkembangan dan perjalanan

filsafat sejak zaman Yunani Kuno (Guy W. Stroh: 1968). Pragmatisme telah

membawa perubahan yang besar terhadap budaya Amerika dari lewat abad

ke-19 hingga kini. Falsafah ini telah dipengaruhi oleh teori Charles Darwin

dengan teori evolusinya dan Albert Einstein dengan teori relativitasnya.

Falsafah ini cenderung kepada falsafah epistemologi dan aksiologi dan

sedikit perhatian terhadap metafisik. Falsafah ini merupakan falsafah di

antara idea tradisional mengenai realitas dan model mengenai nihilisme dan

irasionalisme. Ide tradisional telah mengatakan bumi ini tetap dan manusia

mengetahui hakiki mengenai bumi dan perkara-perkara nilai murni,

sementara nihilisme dan irasionalisme adalah menolak semua dugaan dan

ketentuan. Dalam usahanya untuk memecahkan masalah-masalah metafisik

yang selalu menjadi pergunjingan berbagai filosofi itulah pragmatisme

menemukan suatu metoda yang spesifik, yaitu dengan mencari konsekuensi

praktis dari setiap konsep atau gagasan dan pendirian yang dianut masing-

masing pihak.

Metode yang dipakai sangat populer untuk dipakai dalam mengambil

keputusan melakukan tindakan tertentu, dan menjadi populer. Filsafat yang

berkembang di Amerika pada abad ke-19 ini sekaligus menjadi filsafat khas

31

Page 32: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Amerika dengan tokohtokohnya seperti Charles Sander Peirce, William

James, dan John Dewey menjadi sebuah aliran pemikiran yang sangat

mempengaruhi segala bidang kehidupan Amerika. Namun, filsafat ini

akhirnya menjadi leibh terkenal sebagai metode dalam mengambil

keputusan melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut

kebijaksanaan tertentu. Lebih dari itu, karena filsafat ini merupakan filsafat

yang khas Amerika, ia dikenal sebagaimana suatu model pengambilan

keputusan, model berindak, dan model praktis Amerika. Bagi kaum

pragmatis, untuk mengambil tindakan tertentu, ada dua hal penting.

Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil

untuk melakukan tindakan tertentu. Kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri.

Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu paket tunggal

dan metode bertindak yang pragmatis. Pertama-tama manusia memiliki ide

atau keyakinan itu yang ingin direalisasikan. Untuk merealisasikan ide atau

keyakinan itu, manusia mengambil keputusan yang berisi: akan dilakukan

tindakan tertentu sebagai realisasi ide atau keyakinan tadi. Dalam hal ini,

sebagaimana diketahui oleh Peirce, tindakan tersebut tidak dapat diambil

lepas dari tujuan tertentu. Dan tujuan itu tidak lain adalah hasil yang akan

diperoleh dari tindakan itu sendiri, atau konsekuensi praktis dari adanya

tindakan itu. Apa yang dikatakan oleh Peirce tersebut merupakan prinsip

pragmatis dalam arti yang sebenarnya. Dalam hal ini; pragmatisme tidak

lain adalah suatu metode untuk menentukan konsekuensi praktis dari suatu

ide atau tindakan. Karena itulah, pragmatisme diartikan sebagai suatu

filsafat tentang tindakan. Aliran pragmatis ini beranggapan bahwa segala

32

Page 33: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

kebenaran ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan

memperhatikan kegunaannya secara praktis.

Tokoh aliran ini adalah William James. Ia termasuk tokoh sangat

berpengaruh dari Amerika Serikat. Tokoh lainnya adalah John Dewey,

Charles Sanders Peirce dan F.C.S. Schiller. Bagi William James (1842-1910

M), pengertian atau putusan itu benar jika pada praktik dapat dipergunakan.

Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru. Kebenaran itu sifat

pengertian atau putusan bukanlah sifat halnya. Pengertian atau putusan itu

benar, tidak saja jika terbuktikan artinya dalam keadaan jasmani ini, akan

tetapi jika bertindak dalam lingkungan ilmu, seni dan agama. Tokoh ini juga

berjasa dalam bidang lain, terutama dalam bidang psikologi. Dalam bidang

tersebut ia berhasil membantah pemikiran lama tentang kesadaran. Di dalam

filsafat, kata James, akal dengan segala perbuatannya ditaklukkan

perbuatan. Ia tak lebih pemberi informasi bagi praktik hidup dan sebagai

pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan kita. Dalam bukunya The

Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran mutlak,

yang berlaku umum, bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang

mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita

anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah. Hal

itu disebabkan karena dalam perkembangannya ia dapat dikoreksi oleh

pengalaman berikutnya.

13.FILSAFAT ANALITIK. Selain aliran di atas, masih ada lagi aliran yang

menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan analisis atas konsep-konsep.

Aliran ini disebut aliran filsafat analitik. Dalam berfilsafat aliran ini

33

Page 34: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

berprinsip bahwa jangan katakan jika hal itu tidak dapat dikatakan. ”Batas-

batas bahasaku adalah batas-batas duniaku”. Soal-soal falsafi seyogyanya

dipecahkan melalui analisis bahasa, untuk mendapatkan atau tidak

mendapatkan makna di balik bahasa yang digunakan. Hanya dalam ilmu

pengetahuan alam pernyataan memiliki makna, karena pernyataan itu

bersifat faktual. Pencetus aliran ini adalah Ludwig Wittgenstein (1899-1952

M). Belakangan, tepat sejak tahun 1960 berkembang aliran strukturalisme

yang menyelidiki pola-pola dasar yang tetap yang terdapat dalam bahasa-

bahasa, agama-agama, sistem-sistem dan karya-karya kesusasteraan.

14.STRUKTURALISME. Strukturalisme adalah suatu metode analisis yang

dikembangkan oleh banyak semiotisian berbasis model linguistik Suassure.

Strukturalis bertujuan untuk mendeskripsikan keseluruhan pengorganisasian

sistem tanda sebagai ’bahasa’ – seperti yang dilakukan Levi-Strauss dan

mitos, ketentuan hubungan dan totemisme, Lacan dan alam bawah sadar;

serta Barthes dan Gremais dengan ’grammar’ pada narasi. Mereka

melakukan suatu pencarian untuk suatu ”struktur yang tersembunyi” yang

terletak di bawah ’permukaan yang tampak’ dari suatu fenomena. Social

Semiotics kontemporer telah bergeser di bawah konsentrasi pada strukturalis

yang menemukan relasi internal dari bagian-bagian di antara apa yang

terkandung dalam suatu sistem. Melakukan eksplorasi penggunaan tanda-

tanda dalam situasi tertentu. Teori semiotik modern suatu ketika disatukan

dengan pendekatan Marxis yang diwarnai oleh aturan ideologi.

Strukturalisme adalah teori yang menyatakan bahwa seluruh organisasi

manusia ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi yang

34

Page 35: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

mempunyai logika independen yang menarik, berkaitan dengan maksud,

keinginan, maupun tujuan manusia. Bagi Freud, strukturnya adalah psyche;

bagi Marx, strukturnya adalah ekonomi; dan bagi Saussure, strukturnya

adalah bahasa. Kesemuanya mendahului subjek manusia individual atau

human agent dan menentukan apa yang akan dilakukan manusia pada

semua keadaan. Strukturalisme terutama berkembang sejak Claude Levy

Strauss, Hubungan antara bahasa dan mitos menempati posisi sentral dalam

pandangan Levi-Strauss tentang pikiran primitif yang menampakkan dirinya

dalam struktur-struktur mitosnya, sebanyak struktur bahasanya. Mitos

biasanya dianggap sebagai ’impian’ kolektif, basis ritual, atau semacam

’permainan’ estetika semata, dan figur-figur mitologinya sendiri dipikirkan

hanya sebagai wujud abstraksi, atau para pahlawan yang disakralkan, atau

dewa yang turun ke bumi sehingga mereduksi mitologi sampai taraf semata

sebagai ’mainan anakanak' serta menolak adanya relasi apa pun dengan

dunia dan pranata-pranata masyarakat yang menciptakannya. Perhatian

Levi-Strauss terutama terletak pada berkembangnya struktur mitos dalam

pikiran manusia, baik secara normatif maupun reflektif, yaitu dengan

mencoba memahami bagaimana manusia mengatasi perbedaan antara alam

dan budaya. Tingkah laku struktur mitos yang tak disadari ini membawa

Levi-Strauss pada analisis fonemik, di mana berbagai fenomena yang

muncul direduksi ke dalam beberapa elementer sruktural dasar namun

dengan satu permasalahan yang mendasar: disatu sisi tampakanya dalam

mitos apa saja mungkin terjadi. Tak ada logika disana, tak ada kontinuitas.

35

Page 36: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Karakteristik apa pun bisa disematkan pada subjek apa saja; setiap relasi

yang mungkin bisa ditemukan.

15.POST-STRUKTURALISME. Istilah post-strukturalisme sebenarnya

jarang digunakan. Post-strukturalisme sebenarnya lebih ditujukan pada

munculnya pemikiran-pemikiran yang mengembangkan strukturalisme lebih

jauh. Beberapa yang dikategorikan post-strukturalis antara lain Jacques

Derrida, Michel Foucault sempat dikategorikan sebagai post-strukturalis

namun kemudian orang menggolongkan sebagai beyond structuralist.

Jacques Lacan memunculkan konsep bahwa nirsadar adalah ranah yang

terstruktur layaknya bahasa. Konsep ini berbeda dari Freud yang

menganggap bahwa nirsadar berisi hal-hal instingtif. Lacan bahkan melihat

bahwa nirsadar hadir bersama dengan bahasa. Lacan melihat bahasa adalah

suatu sistem pengungkapan yang tak pernah mampu secara utuh

menggambarka konsep yang diekspresikannya. Ada cermatan bahwa pada

kenyataannya, sistem linguistik berada di luar manusia yang menjadi subjek.

Pemakai bahasa terpisah secara radikal dari sistem tanda. Ada jarak lebar

antara apa yang mereka rasakan dan bagaimana sebuah sistem kebahasaan

memungkinkan seorang pemakai bahasa memanfaatkan untuk

mengekspresikan perasaan tersebut. Semisal, anak ingin mengekspresikan

kasih sayang kepada orang tua. Mungkin dia akan mengatakan”Kasih

sayang ibu sepanjang jalan”. Namun, tetap saja terdapat hal yang tidak

terekspresikan. ”sepanjang jalan” hanyalah tanda yang dianggap mewakili

namun sebenarnya meredusir perasaan abstrak si anak terhadap kasih

sayang ibunya. Bagi Lacan, hal itu merupakan faktor penting yang

36

Page 37: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

menunjukkan bahwa manusia sebagai subjek, pertama-tama terpisah dari

peranti-peranti representasi, namun pada saat bersamaan, keberadaan

dirinya sebagai subjek juga dibentuk oleh peranti-peranti tersebut. Oleh

Lacan, algoritma atau diagram Saussure tentang pertanda / penanda

digunakan untuk menunjukkan pengandaian-pengandaian yang dibuat kaum

strukturalis mengenai hubungan manusia dengan tanda.

Lacan menyatakan, yang primer justru konsep (petanda) dan karena

itu berada di atas diagram. Sementara entitas (penanda), yakni yang

sekunder, berada di bagian dasar diagram. Sebuah ide dapat berdiri sendiri,

lepas dari segala bentuk mediasi. Anak hanya dapat menangkap gagasan

tentang ”kucing” setelah orangtuanya (others) menjelaskan bahwa makhluk

yang dia tanyakan itu bernama ”kucing”. Anak dapat memahami konsep

”kucing” karena ”kucing” memang telah hadir sebelumnya sebagai elemen

bangunan besar langue yang mendahului kelahiran bayi sebagai individu.

Jika ketaksadaran terstruktur layaknya bahasa maka menjadi masuk akal

untuk mengklaim bahwa linguistik dan semiotik adalah hal penting yang

dapat kita gunakan untuk memahami ketaksadaran. Lacan menempatkan isi

ketaksadaran sebagai penanda (signiferi); proses primer ketaksadaran

diletakkan pada ekspresi dan distorsi dirinya sendiri (dalam Freud:

condensation dan displacement; sedangkan Lacan menggunakan istilah yang

sama dengan Roman Jacobson: metaphor dan metonym). Verdichtung

(condensation) adalah struktur superimposisi dari penanda yang menjadi

karakteristik metafor. Verschiebung (displacement) menunjukkan

signifikansi transfer yang sama seperti yang ditemui pada metonimi. Kita

37

Page 38: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

terbiasa mengaitkan metafor dengan ungkapan yang berbau puitis,

menimbulkan emosi. Metafor sendiri berarti ”menembus” makna linguistik.

Jacobson menjelaskan gejala pemaknaan ini sebagai hasil dari asosiasi pada

tatanan paragdimatik. Kalau metafor bekerja atas dasar hubungan

paragdimatik, metonimi bekerja atas dasar hubungan sintagmatik. Kalau

metafor banyak dijumpai dalam puisi, metonimi dalam prosa. Kalau metafor

lahir dari kesadaran kita untuk menghubungkan (mengasosiasikan), maka

metonimi berasal dari kesadaran untuk menggabungkan

(mengkombinasikan). Metonimi menghasilkan makna dari hasil hubungan

logis, sementara metafor melalui kekuatan imajinasi.

16.DEKONSTRUKSIONISME. Jacques Derrida menolak permaknaan

tentang pemaknaan tanda yang dianggap sebagai proses murni dan

sederhana. Derrida menawarkan suatu proses pemaknaan dengan cara

membongkar (to dismantle) dan menganalisis secara kritis. Bagi Derrida,

hubungan antara penanda dan petanda mengalami penundaan untuk

menemukan makna lain atau makna baru. Makna tidak dapat terlihat dalam

satu kali jadi, melainkan pada waktu dan situasi yang berbeda-beda dengan

makna yang berbeda-beda pula. Proses dekonstruksi ini bersifat tidak

terbatas. Derrida mengemukakan bahwa nilai sebuah tanda ditentukan

sepenuhnya oleh perbedaannya dengan tanda-tanda lain yang terwadahi

dalam konsep differance. Namun, konsep tersebut juga menegaskan bahwa

nilai sebuah tanda tidak dapat hadir seketika. Nilainya terus ditunda

(deffered) dan ditentukan – bahkan juga dimodifikasi – oleh tanda

berikutnya dalam satu aliran sintagma. Derrida mengambil contoh stigma

38

Page 39: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

sebuah lagu Inggris: Ten green bottles standing on a wall, maka

berlangsunglah modifikasi tahap berikutnya. Kini ”sepuluh botol hijau”

disertai pula informasi tambahan ”diatas dinding” (standing on a wall)

sehingga jawaban terhadap pertanyaan ”sepuluh apa?” tertunda lagi. Saat

membaca kata terakhir yaitu ”dinding” (wall), maka kata ”dinding” bukan

lagi tanda yang berdiri sendiri. Karena ”dinding” tersebut adalah ”dinding”

yang di atasnya terpajang sepuluh botol bir.

C. Pendidikan yang Berkemajuan: Filsafat, Politik, dan Ideologi

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Pendidikan

merupakan aktivitas belajar yang sadar dilakukan menurut akal pikiran.

Mudyahardjo (2010: 45-46) pendidikan yaitu objek formal ilmu pendidikan,

yang dapat diartikan secara luas, sempit, luas terbatas. Dalam pengertian luas,

pendidikan samadengan hidup. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup

yang mempengaruhi pertumbuhan seseorang. Pendidikan adalah pengalaman

belajar. Oleh karena itu, pendidikan didefinisikan sebagai keseluruhan

pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya (lifelong).

Philosophy of education is the branch of applied or practical philosophy

concerned with the nature and aims of education and the philosophical

problems arising from educational theory and practice. Because that practice is

ubiquitous in and across human societies, its social and individual

manifestations so varied, and its influence so profound, the subject is wide-

ranging, involving issues in ethics and social/political philosophy,

39

Page 40: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

epistemology, metaphysics, philosophy of mind and language, and other areas

of philosophy.

Filsafat pendidikan yang berkemajuan berarti bagaimana cara berpikir

tentang menyadarkan manusia bahwa belajar dari teori dan pengalaman dalam

mencari kebenaran pernyataan-pernyataan yang masuk akal dan dan melampui

alam pikiran baik negatif maupun positif melalui fenomena yang saling

berhubungan sehingga mampu membangkitkan potensi diri untuk dapat

bersosialisasi dan hidup bersama masyarakat pada era revolusi industri 4.0

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Hal tersebut dipengaruhi beberapa aliran filsafat yaitu dualisme,

empirisme, rasionalisme, kristisisme, idealisme, eksistensialisme, dan

fenomenologi.

Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama,

yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Kemajuan dalam

pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan

maupun dalam seluruh dimensi kehidupan, yang melahirkan peradaban utama

sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah.

Adapun da’wah Islam sebagai upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan

diproyeksikan sebagai jalan perubahan (transformasi) ke arah terciptanya

kemajuan, kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan kemaslahatan hidup umat

manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama, dan sekat-sekat

sosial lainnya (Nashir, 2018).

Pendidikan menciptakan manusia menjadi manusia seutuhnya.

Muhmidayeli (2011: 36) pendidikan sangat terkait aktivitas mulia manusia

40

Page 41: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

yang tugas utamanya adalah membantu pengembangan humanitas manusia

untuk menjadi manusia yang berkepribadian mulia dan utama menurut

karakteristik idealitas manusia yang diinginkan atau sesuai potensi kodratnya

masing-masing (human dignity). Kualitas suatu masyarakat memliki hubungan

strategis dengan kualitas dunia pendidikan, utamanya pendidikan persekolahan,

karena didalamnya ada upaya yang sunguh-sunguh tentang kependidikan untuk

mempersiapkan generasi yang terampil dan memiliki ilmu pengetahuan dengan

dilandasi pada iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks

yang luas.

The philosophy of education examines the goals, forms, methods, and

meaning of education. Berdasarkan realitas-realitas kependidikan yang menjadi

objek kajian filsafat pendidikan antara lain menyangkut hal-hal yang berkenaan

dengan:

1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan

penyempurnaan;

2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan

berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat;

3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola

dunia pendidikan;

4. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yang terlihat

langsung dalam pelaksanaan proses edukasi;

5. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan

dalam aktivitas pendidikan;

41

Page 42: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

6. Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses

kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan;

7. Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan

penumbuhkembangan potensi subjek didik;

8. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber

daya manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat

pendukung peraihan tujuan;

9. Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga laind alam lingkup

masyarakat, seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem

pemerintahan, pendidikan, tata hukum, dan adat dalam masyarakat; dan

10. Keterkaitan dunia pendidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup

dalam masyarakat (Muhmidayeli, 2011: 41).

1. Ontologis

Dimulai dari menyikapi masalah kebenaran dalam filsafat dan kebanaran

Agama pada umumnya dimaknai di satu sisi agama ber-alat-kan kepercayaan, di

lain pihak filsafat berdasarkan penelitian yang menggunakan potensi manusiawi,

jika kebenaran yang dibicarakan dengan mempergunakan alat yang sama seperti

akal manusia dan terdapat perbedaan yang gambarannya tidak bisa dipertemukan,

pada dasarnya hal yang kita cari dapat dikatakan bukan kebenaran. Karena

namanya kebenaran walaupun bagaimana wujudnya tetap mengandung makna

(kebenaran) (Tola, 2014).

Pendidikan Spiritualisme Mutlak akan bersifat Puritanisme, Akhiran-

tertutup (Closed-ended) Mutlak. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa jika

Filsafat Spiritualisme adalah tesis, maka Filsafat Esensialisme, Filsafat

42

Page 43: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Eksistensialisme, Filsafat Materialisme, dst dapat dipandang sebagai anti-

tesis nya. Di sinilah semestinya Karakter Timur atau Karakter Indonesia

berhati-hati dalam mengklaim suatu Filsafat justifikasi pandangannya

(Marsigit, 2014).

Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik,

adapun alasannya antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif,

maka dalam rangka pendidikan diperlukan asumsi yang bersifat normatif

pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat normatif itu antara lain dapat

bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang bersifat

preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang

seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam

pendidikan. Kedua, bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui

pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu

dipandang pula secara holistik. Adapun kajian pendidikan secara holistik

dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.

Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme,

Realisme, Pragmatisme, dan sebagainya. Namun demikian, bangsa

Indonesia sesungguhnya memiliki filsafat pendidikan nasional tersendiri,

yaitu filsafat pendidikan yang berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan

hal ini berbagai aliran filsafat pendidikan perlu kita pelajari, namun

demikian bahwa pendidikan yang kita selenggarakan hendaknya tetap

berlandaskan Pancasila. Pemahaman atas berbagai aliran filsafat pendidikan

akan dapat membantu Anda untuk tidak terjerumus ke dalam aliran filsafat

lain. Di samping itu, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai

Pancasila, kita pun dapat mengambil hikmah dari berbagai aliran filsafat

43

Page 44: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

pendidikan lainnya, dalam rangka memperkokoh landasan filosofis

pendidikan kita. Dengan memahami landasan filosofis pendidikan

diharapkan tidak terjadi kesalahan konsep tentang pendidikan yang akan

mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam praktek pendidikan (Tatang,

2018).

Hypothetical analyses memberikan petunjuk bahwa keadaan

ontologis krisis multidimensi yang dialami bangsa Indonesia dewasa ini

berelasi linear dengan forma, wadah, bentuk atau struktur kehidupan

Indonesia secara menyeluruh yang dapat digambarkan sebagai bentuk

yang belum berbentuk, forma yang belum berforma, dan struktur yang

belum berstruktur. Kondisi forma yang belum berforma tersebut secara

kebetulan dan secara tidak kebetulan, dipengaruhi oleh dimensi forma

eksternal bersubstansial dalam waktu (kala) terbuka (baik atau buruk).

Sebagaian forma eksternal bersubstansial mempunyai dimensi lebih

tinggi sehingga forma Indonesia yang belum berforma tidak mampu

mengendalikannya.

Apapun penyebabnya, yang pasti forma Indonesia yang belum

berforma lebih banyak menimbulkan ketidakpastian, merugikan,

melemahkan, dan merongrong jati diri bangsa dari dalam diri sendiri.

Sedangkan segenap komponen dan komponen kunci terlibat dalam pusaran

krisis multidimensi forma yang belum berforma, sehingga meraka tidak

mampu dan tidak akan mampu mengatasi persoalan internal bangsa, jika

mereka tidak mampu keluar dari dimensi forma yang belum berforma.

Sebagian komponen kunci malah terpancing untuk mengambil peruntungan

pribadi dan kelompok dari krisis multidimensi, dengan cara mencari dan

44

Page 45: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

memperkuat potensi multifacet (termasuk potensi negatif). Alhasil, krisis

multidimensi forma yang belum berforma diperdalam, diperkuat dan

diperluas dengan adanya interaksi potensi-potensi negatif komponen kunci.

Potensi-potensi negatif komponen kunci telah memberikan pengaruh dan

memperbesar daya ontologis krisis multidimansi bangsa untuk menjadi bola

liar tak terkendali menuju subordinat potensi negatif dominan dunia di

bawah pengendalian Power Now. Sebagian pendidikan telah digunakan

potensi negatif dunia untuk memperkokohkan kedudukannya dengan

membuka cabang di tiap-tiap pintu peradaban bangsa-bangsa dunia

(Marsigit, 2014). Potensi negatif dunia dapat menjadi satu pembelajaran

bahwa pendidikan yang berkemajuan memerlukan tantangan tersebut.

Peradaban dunia mempengaruhi pendidikan di berbagai negara. Peradaban

menciptakan tesis dan anti tesis terhadap apa yang telah dihasilkannya.

2. Epistemologi

Filsafat, Politik dan Ideologi Pendidikan sebagai upaya merefleksikan

kondisi faktual pendidikan dan harapan di waktu yang akan datang,

berbasis pada asumsi bahwa sekiranya kita menyetujui suatu tesis bahwa

sebagai bangsa kita masih belum terlepas dari krisis multidimensi.

Sekiranya kita semua memaklumi bahwa kondisi faktual kita dalam

berbangsa, bernegara, bermayarakat, berpolitik, bergaul dengan bangsa-

bangsa lain, menunjukan evidensi bahwa krisis multidimensi tersebut

masih bersifat laten dan mendasar. Krisis mutidimensi bangsa ditandai

dengan beragam konflik dalam dimensi kehidupan; centang perenang dan

kekisruhan bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya; dekadensi moral;

45

Page 46: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

missing link berbagai peristiwa atau kejadian sehingga tidak dapat

dijelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dan perilaku warga yang

mencari solusi dengan cara-cara irasional; menonjolnya primordialisme,

egosektoral dan egosentrisisme; sikap dan berpikir parsial, tidak konsisten,

klaim sepihak, mementingkan golongan; budaya instant dan hedonisme;

kebijakan diambil tidak berdasarkan data empiris melainkan atas dasar

kepentingan sesaat dan golongan; dan merajalelanya kolusi, korupsi dan

nepotisme. Untuk mampu melihat secara jernih segala unsur yang

terkandung di dalam krisis multidimensi tersebut, kita perlu melakukan

kajian secara mendasar meliputi kajian filsafat, politik dan ideologi

khususnya bidang pendidikan.

Telaah filsafat telah memberi petunjuk adanya aliran-aliran pemikiran

dalam sejarahnya; sedangkan politik dan ideologi telah memberikan

konteks, persoalan dan solusi-solusinya. Terdapat benang merah secara

filsafati, politik dan ideologis bahwa persoalan multidimensi bangsa

Indonesia secara hermeneutika dapat didekati menggunakan narasi-narasi

besar dunia di satu sisi, dan di sisi lain dapat didekati menggunakan dialog

kecerdasan lokal atau kearifan lokal.

Pendidikan terdiferensiasi dari Politik, Ideologi dan Filsafatnya.

Dimensi pengalaman hipotesis intuisi mengidentifikasikan bahwa

Pendidikan Esensialisme Mutlak dengan demikian akan bersifat Anti-

Spiritualisme dengan sifat-sifat ikutan lain yang dapat diturunkan bahwa

diapun pada akhirnya bersifat Materialisme, Realisme, dan

Eksistensialisme. Di sisi lain, Pendidikan Eksistensialisme mengejar

46

Page 47: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

kebenaran kepada yang Ada dan yang Mungkin Ada, dan dengan sendirinya

sekaligus sebagai pusatnya. Jika diekstensikan maka dengan mudah dapat

dipahami bahwa Pendidikan Eksistensialisme pada akhirnya juga bersifat

Anti-Spiritualisme, dengan sifat-sifat ikutan yang dapat diturunkan sebagai

sejalan dengan Humanisme,Empirisisme, Nihilisme, Reduksionisme, dan

Resionalisme. Dikarenakan bersifat Anti-Spiritualisme, maka Pendidikan

Esensialisme dan Pendidikan Eksistensialisme akan menghasilkan

Hedonisme.

Secara normatif, Realisme adalah anti-tesis dari Idealisme; maka

Pendidikan Realisme Mutlak bersifat Anti-Idealisme, namun sejalan dengan

Materialisme, Empirisisme dan Eksistensialisme. Rasionalisme mengejar

hakekat kebenaran pada Rasio; maka Pendidikan Rasionalisme Mutlak

berpusat pada Rasio, dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa dia

adalah juga Anti-Spiritualisme, beserta sifat-sifat ikutan yang dapat

diturunkan yaitu Egosentris, Eksploitasi Vital, Dunia yang terbelah, dan

bersifat Laskar Pendidikan. Anti-tesis diametris dari Rasionalisme adalah

Empirisisme; maka Pendidikan Empiris Mutlak mengejar hakekat

kebenaran pada Pengalaman Manusia, dan dengan demikian bersifat Anti-

Spiritualisme, dengan sifat-sifat ikutan yang dapat diturunkan bersifat

Materialisme, Eksploitasi Vital, Saintisisme Mutlak, Hedonisme, dan

Berakhiran Terbuka (Open-ended) Mutlak. Pendidikan Relativisme Mutlak

mengejar hakekat kebenaran pada Yang Mungkin Ada, dan demikian maka

bersifat Anti-Spiritualisme dengan sifat ikutan yang dapat diturunkan

sebagai bersifat Materialisme, Dunia yang Parsial, Berakhiran Terbuka

47

Page 48: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

(Open-ended) Mutlak, dan Hedonisme. Pendidikan Positivisme yang

bersifat Saintisisme Mutlak, Anti-Spiritualisme, Pendidikan Laskar,

Kapitalisme, Pragmatisme, Utilitarianisme, Materialisme, Liberalisme,

Open-ended Mutlak (Marsigit, 2014).

3. Aksiologi

Peran pendidikan dimulai dari aspirasi masyarakat yang

menginginkan kecerdasan dalam kehidupan berbangsa (Pembukaan UUD

NRI Tahun 1945). Kehidupan berbangsa harus dijalani masyarakat

Indonesia dengan mempunyai kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor berbasis kearifan lokal (local wisdom) dan penguasaan

teknologi informasi komunikasi.

Pendidikan yang Berkemajuan akan menjamin masyarakat menjadi melek

teknologi, informasi, dan komunikasi sehingga mampu beradaptasi.

D. Filsafat Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Pengembangan pendidikan tidak akan sukses selama pelaku-pelaku yang

berkompeten untuk menunjang pendidikan tersebut tidak saling bekerja sama.

Oleh karena itu, pengembangan pendidikan perlu dilakukan di luar sekolah atau

pada masyarakat secara umum sesuai dengan kearifan lokal masing-masing

(Yunus, 2014: 6). Secara filsafat maka pengembangan pendidikan berbasis

kearifan lokal yaitu termasuk dalam aliran filsafat pragmatisme. Pragmatisme

berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria

kebenarannya adalah ”faedah” atau ”manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap

oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu

48

Page 49: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

teori adalah benar if it works (apabila teori dapat diaplikasikan). Dalam usahanya

untuk memecahkan masalah-masalah metafisik yang selalu menjadi pergunjingan

berbagai filosofi itulah pragmatisme menemukan suatu metoda yang spesifik,

yaitu dengan mencari konsekuensi praktis dari setiap konsep atau gagasan dan

pendirian yang dianut masing-masing pihak. Konsep atau gagasan dari para tokoh

perjuangan atau pahlawan atau dari sebuah bangunan sejarah yang mempunyai

makna kehidupan dapat diimplementasikan dalam pendidikan pada saat ini.

1. Ontologi

Pestalozzi, Frobel dan Maria Montessori adalah tokoh-tokoh

pendidikan yang berpengaruh pada Ki Hadjar dalam menggunakan

kebudayaan di dalam kurikulum pendidikan. Mulai dari TK (Taman

Kanak-kanak/Taman Indria) sampai sekolah menengah unsur-unsur

kebuda-yaan lokal dimasukkan dalam kurikulum untuk melatih panca

indera jasmani, kecerdasan dan utamanya adalah kehalusan budi pekerti.

Pelajaran yang diberikan di Taman Indria mulai dari dolanan anak,

mendongeng, hingga sariswara yaitu menggabungkan antara lagu, cerita

dan sastra. Nilai-nilai budaya ini dimaksudkan untuk mendidik rasa, pikiran

dan budi pekerti. Anak-anak yang sudah agak besar, misalnya di Sekolah

Menengah Pertama (Taman Dewasa) dan Sekolah Menengah Atas (Sekolah

Menengah Madya), diberikan pelajaran olah gendhing (Suparlan, 2015).

2. Epistemologi

Globalisasi yang dipengaruhi oleh kepentingan pasar telah

mengakibatkan pendidikan tidak sepenuhnya dipandang sebagai upaya

49

Page 50: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

mencerdaskan kehi-dupan bangsa dan proses pemerdekaan manusia,

tetapi mulai bergeser menuju pendidikan sebagai komoditas. Untuk

menangkal model pendidikan sebagai komoditas maka konsep

pendidikan Ki Hadjar Dewantara ditawarkan sebagai solusi terhadap

distorsi-distorsi pelaksanaan pendidikan di Indonesia dewasa ini.

Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah sebagai usaha

untuk menginternalisasikan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak,

sehingga anak menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya.

Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut dengan filsafat

pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi dari

filsafat progresivisme tentang kemam-puan kodrati anak untuk

mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi deng-an memberikan

kebebasan berpikir seluas-luasnya, dipadukan dengan pemikir-an

esensialisme yang memegang teguh kebudayaan yang sudah teruji

selama ini. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menggunakan

kebudayaan asli Indonesia sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil

secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas,

konvergen dan konsentris). Tiga kontribusi filsafat pendidikan Ki Hadjar

Dewantara terhadap pendidikan Indonesia adalah penerapan trilogi

kepemimpinan dalam pendidikan, tri pusat pendidikan dan sistem

paguron. Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan

untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat

Pendidikan: (1) pendidikan keluarga; (2) pendidikan dalam alam per-

50

Page 51: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

guruan; dan (3) pendidikan dalam alam pemuda atau masyarakat

(Suparlan, 2015).

Dwiarso (2010) mengemukakan Ki Hadjar Dewantara

memasukkan kebudayaan dalam diri anak dan memasukkan

diri anak ke dalam kebudayaan mulai sejak dini, yai-tu

Taman Indria (balita). Konsep belajar ini adalah Tri No,

yaitu nonton, niteni dan nirokke. Nonton (cognitive), nonton

di sini adalah secara pasif dengan segenap panca indera.

Niteni (affective) adalah menandai, mem-pelajari,

mencermati apa yang ditangkap panca indera, dan nirokke

(psychomotoric) yaitu menirukan yang positif untuk bekal

menghadapi perkembangan anak (Suparlan, 2015).

Selain Ki Hadjar Dewantara, di Kalimantan Tengah juga ada Huma

Betang, Abubakar HM (2016) mengemukakan Huma Betang mememiliki

filosofis secara sosiologi pada kehidupan masyarakat dan diatur dalam

Perda Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 10 tahun 2010 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 16

Tahun 2008 Tentang Kelembagaan Adat Dayak di Kalimantan Tengah .

Huma Betang adalah rumah adat khas yang dihuni oleh masyarakat

Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat

pemukiman suku Dayak Kalimantan Tengah. Hal inilah yang melandasi

adanya Huma Betang bila dilihat dari konteks sejarah maka tidaklah heran

bahwa Huma Betang itu berdiri dan menjadi rumah bagi masyarakat

Kalimantan Tengah. Mengenai model bangunan perlu disampaikan bahwa

51

Page 52: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Huma Betang menyerupai rumah panggung yang apabila dilihat dari

model dan kontruksi bangunan Huma Betang tersebut tinggi dan

memanjang, secara tidak langsung hal tersebut merujuk kepada maksud

dan tujuan. Secara garis besar tinggi dari pada Huma Betang tersebut

berkisar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah dan panjang

bangunan diperkirakan mencapai 150 dan lebar sampai dengan 30

meter(4).

Huma Betang di Kalimantan Tengah adalah perilaku hidup yang

menjunjung tinggi kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan toleransi serta

taat pada hukum (hukum negara, hukum adat dan hukum alam). Dalam

Huma Betang tersebut terdapat empat pilar falsafah hidup utama yaitu:

Kejujuran, kesetaraan, kebersamaan dan menjunjung tinggi Hukum adat

dan Hukum nasional dengan menjunjung tinggi prinsip hidup “Belom

Bahadat” (artinya hidup bertata krama dan beradab) dan “Belom Penyang

Hinje Simpei” (hidup dalam kedamaian, kebersamaan, kesetaraan,

keharmonisan, toleransi, menjunjung tinggi hukum dan kerja sama untuk

meraih kesejahteraan bersama).

Falsafah Huma Betang yang merupakan pilar kehidupan masyarakat

Dayak kalimantan Tengah berkaitan erat dan sesuai dengan falsafah

Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia yaitu Bhineka

Tunggal Ika. Interkoneksi nilai-nilai Huma Betang dengan falsafah

Pancasila meliputi nilai untuk hidup saling tolong menolong, rukun, saling

menjaga keamanan dan pertahanan, serta saling menghargai dan memberi

52

Page 53: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

kebebasan beragama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara

(Pelu dan Tarantang, 2018).

Di lain daerah, Fakta sejarah bahwa masyarakat Gorontalo memiliki

tradisi yang jika diperhatikan dengan baik akan melahirkan kondisi

kolektif di masyarakat. Pengakuan dan pelaksanaan nilai kolektifitas inilah

sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Sebab dengan cara ini

sesulit apapun kondisi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat jika

dihadapi dengan rasa kebersamaan tentu masalah itu dapat diatasi. Dan

sarana yang dapat menciptakan rasa kolektifitas masyarakat Gorantalo

adalah Huyula (Yunus, 2014: 8).

Huyula dapat pula disebut sebagai karakter lokal Gorontalo yang

terwariskan secara turun temurun. Menurut Noor (Mohammad, 2005:376-

377) karakter masyarakat adat Gorontalo adalah; penganut agama Islam

yang taat (100% orang Gorontalo) kecuali pendatang dan yang pindah

agama, tetapi masyarakat Gorontalo yang beragama Islam tidak fanatik,

menghormati pemimpin yang sering mengarah pada kultus individu

selama pemimpin tersebut memihak kepada kepentingan rakyat yang

diperkuat oleh ajaran Islam, dan masyarakat Gorontalo sangat familiar,

menghargai kebersamaan, terdiri dari rumpun keluarga yang sangat erat

hubungannya satu sama lainnya. Hal ini erat kaitannya dengan budaya

Huyula sebagai modal masyarakat Gorontalo membangun daerahnya.

Tetapi, dengan hadirnya globalisasi yang kurang terfilterisasi dengan baik

menyebabkan budaya Huyula sedikit demi sedikit hilang dalam kebiasaan

masyarakat Gorontalo (Yunus, 2014: 8).

53

Page 54: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

3. Aksiologi

Tari Bedoyo dan Tari Serimpi diberikan kepada anak didik karena

merupakan kesenian yang amat indah yang mengandung rasa kebatinan,

rasa kesucian, dan rasa keindahan (Suparlan, 2015). Peran Seni tari

melalui makna tari itu sendiri yang harus diterapkan dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Makna dari seni tari itulah yang salah satunya

melandasi filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Ketika anak didik sudah menginjak pada pendidikan Taman Muda

(Sekolah Dasar), kemudian Taman Dewasa dan seterusnya maka konsep

pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah Ngerti, Ngroso lan Nglakoni.

Model pendidikan ini dimaksudkan supaya anak tidak hanya dididik

intelektualnya saja (cognitive), istilah Ki Hadjar Dewantara 'ngerti',

melainkan harus ada keseimbangan dengan ngroso (affective) serta

nglakoni (psychomotoric). Dengan demikian diharapkan setelah anak

menjalani proses belajar mengajar dapat mengerti dengan akalnya,

memahami dengan perasaannya, dan dapat menjalankan atau

melaksanakan pengetahuan yang sudah didapat dalam kehidupan

masyarakat (Suparlan, 2015).

Di Kalimantan Tengah, Huma Betang sebagai filosofi masyarakat.

Farada (2015) mengemukakan filosofi dari Huma Betang merupakan

nilai-nilai yang akan selalu melekat pada diri setiap masyarakat

Kalimantan Tengah dalam arti kata, nilai-nilai yang ada didalam Huma

Betang tersebut bukan hanya sekedar warisan akan tetapi untuk dikelola

54

Page 55: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Walaupun tidak dapat dipungkiri

lagi bahwa Huma Betang akan punah seiring berjalannya waktu dan arus

globalisasi dan modernisasi (Pelu dan Tarantang, 2018).

Di Gorontalo, budaya Huyula merupakan budaya Gorontalo

yang diwariskan oleh leluhur yang memiliki nilai-nilai seperti

kerja sama, tanggung jawab dan toleransi yang mulai

dilupakan oleh masyarakat Gorontalo sehingga kondisi ini jika

tidak mendapat perhatian dari seluruh elemen masyarakat

Gorontalo akan menyebabkan hilangnya budaya Huyula di

Gorontalo (Yunus, 2014: 9).

E. Filsafat Pendidikan dalam Pembelajaran abad 21

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang menggabungkan

beberapa pemikiran dari aliran filsafat kritisisme, idealisme, renaissance, dan

eksistensialisme. Aliran-aliran tersebut membawa pengaruh pada pembelajaran

abad 21 untuk mengabungkan aktivitas berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan

kolaborasi.

1. Ontologi

Globalisasi merupakan era dimana tidak ada lagi batas antara

negara-negara dalam menjalani kerjasama dalam berbagai bidang yaitu

ekonomi, sosial budaya, politik, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan

perdamaian dunia (Ben-Peretz, 2009). Pengaruh globalisasi yang sedang

dan akan berlangsung akan berpengaruh terus-menerus sampai waktu

yang tidak ditentukan dan ini semakin sulit untuk diatasi. Melihat

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa-masa yang akan

55

Page 56: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

datang, rasanya sangat berat sehingga bangsa Indonesia harus secara

serius menangani masalah ini (Suparlan, 2015).

Harari (2018) mengemukakan tentang bagaimana pikiran manusia

menghadapi masa kini. Pikiran kita saat ini adalah akumulasi perjalanan

budaya sapiens selama 2,5 juta tahun. Jadi otak manusia adalah biologis,

tetapi pikiran adalah budaya. Karena pikiran adalah produk budaya, ia

rentan terhadap relasi kekuasaan sama seperti bentuk-bentuk budaya

lainnya. Maka itu akan memengaruhi cara kita melihat 'kebenaran'.

Setelah berevolusi selama 2,5 juta tahun, apakah kita semakin pintar?

Sepertinya tidak. Produk utama pikiran manusia pada abad 21 adalah

kebodohan. Dia memperingatkan bahwa, "Kita seharusnya tidak

meremehkan kebodohan manusia.” Ada dua produk utama pikiran

manusia 'bodoh' pada abad ke-21: yang pertama adalah Artificial

Intelligence (AI). Produk kedua adalah serangkaian logika manusia yang

terpelintir.

AI tidak bodoh. Sebaliknya, itu cukup cerdas seperti namanya.

Namun AI menampilkan paradoks dari kecerdasan kita. Pikiran manusia

begitu pintar sehingga mampu menciptakan sesuatu yang bahkan lebih

pintar daripada manusia itu sendiri. Tunggu dulu, ini tidak terdengar

pintar sama sekali. Mungkin ini bodoh. Mengapa pikiran manusia

menciptakan sesuatu yang akan membuat pikiran manusia itu sendiri

usang? Ini cukup merusak diri jika Anda memikirkannya. Bunuh diri

penuh kesadaran, dalam setiap arti kata. Disimpulkan bahwa manusia

menggunakan kecerdasan mereka untuk menciptakan hal-hal yang pada

56

Page 57: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

akhirnya akan membuat pikiran mereka sendiri tidak berguna. Alasannya

adalah karena manusia menyerahkan kekuasaan mereka untuk membuat

keputusan untuk Artificial Intelligence. Pikiran tidak dapat memutuskan

video Youtube mana yang harus ditonton tanpa melihat bagian yang

direkomendasikan. Rekomendasi ini adalah algoritma, yang pada

dasarnya AI secara halus membuat keputusan atas nama saya. Harari

mengatakan bahwa di masa lalu, "... massa memberontak melawan

eksploitasi." Di masa sekarang, "... massa takut tidak relevan." Manusia

dibuat berlebihan oleh AI. Orang-orang diberhentikan dari pekerjaan

mereka karena keputusan yang dibuat oleh bos AI mereka yang dapat

menghitung efisiensi kerja lebih akurat daripada bos manusia. Di mana

manusia kurang? Pada dasarnya kita kekurangan kecepatan. Sekali lagi,

ini adalah kesalahan dan kebodohan kita sendiri untuk menciptakan

sesuatu yang sangat cepat seperti komputer. Era digital kekuatan yang

paling penting diperoleh melalui "konektivitas dan kemampuan

pembaruan". Sayangnya, manusia sangat lambat untuk terhubung dan

memperbarui diri, meskipun nama-nama mewah yang kami berikan

untuk dua keterampilan ini, yaitu sosialisasi dan pendidikan. Untuk

terhubung, kita hanya manusia perlu bersosialisasi untuk membuat

jaringan. Ini membutuhkan banyak waktu dan kesabaran, terutama untuk

mendapatkan kepercayaan orang lain. Untuk memperbaharui diri kita,

kita memiliki institusi mewah yang disebut pendidikan dan proses mewah

yang disebut pembelajaran. Pendidikan formal dari playgroup ke program

doktor membutuhkan rata-rata 26 tahun. Sebaliknya, apa yang harus

57

Page 58: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

dilakukan AI untuk menghubungkan dan memperbarui sendiri? Hanya

satu hal: colokkan. Ini akan menghubungkan dirinya dengan AI lain dan

menyerap data dalam hitungan detik. Hanya itu saja. Tidak repot. Tidak

berantakan. Dibandingkan dengan AI, manusia hanyalah sekumpulan

saraf yang tidak efisien. Tidak heran kita dibuat berlebihan.

Setelah AI, yang kedua pada daftar kebodohan manusia adalah

logika bengkok. Kami berpikir bahwa manusia tumbuh lebih bijak setelah

total 2,5 juta tahun berlatih menjadi manusia. Tetap cerdas dan sehat di

tengah-tengah cara berpikir yang tidak konsisten bahwa manusia

mengabadikan untuk menghibur baik secara temporal dan spasial.

2. Epistemologi

Pendidikan adalah pembelajaran yang dilakukan terhadap mansuia

yang dilakukan di sekolah. Pembelajaran mengajarkan keterampilan

mengerjakan aktivitas tertentu berdasarkan teori dan pengalaman. Zubaidah

(2016) mengemukakan kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai

keterampilan yang harus dikuasai seseorang, sehingga diharapkan

pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai

keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup.

Keterampilan-keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan dengan

empat pilar kehidupan yang mencakup learning to know, learning to do,

learning to be dan learning to live together. Empat prinsip tersebut masing-

masing mengandung keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam

kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah,

metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan

58

Page 59: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian

keterampilan abad ke-21 tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas

pembelajaran, membantu siswa mengembangkan partisipasi, menyesuaikan

personalisasi belajar, menekankan pada pembelajaran berbasis

proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan

keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi

dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas

belajar yang relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi, dan

mengembangkan pembelajaran student-centered. Berbagai keterampilan

abad ke-21 harus secara eksplisit diajarkan. Secara singkat, pembelajaran

abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat

pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan

masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21

sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih

baik.

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi

kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”communication,

collaboration, critical thinking, dan creativity. Kompetensi-kompetensi

tersebut penting diajarkan pada siswa dalam konteks bidang studi inti dan

tema abad ke-21. Assessment and Teaching of 21st Century Skills

(ATC21S) mengkategorikan keterampilan abad ke-21 menjadi 4 kategori,

yaitu way of thinking, way of working, tools for working dan skills for

living in the world (Griffin, McGaw & Care, 2012). Way of thinking

mencakup kreativitas, inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, dan

59

Page 60: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

pembuatan keputusan. Way of working mencakup keterampilan

berkomunikasi, berkolaborasi dan bekerjasama dalam tim. Tools for

working mencakup adanya kesadaran sebagai warga negara global maupun

lokal, pengembangan hidup dan karir, serta adanya rasa tanggung jawab

sebagai pribadi maupun sosial. Sedangkan skills for living in the world

merupakan keterampilan yang didasarkan pada literasi informasi,

penguasaan teknologi informasi dan komunikasi baru, serta kemampuan

untuk belajar dan bekerja melalui jaringan sosial digital (Zubaidah, 2016).

3. Aksiologi

Setiap siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda, sehingga guru

ditantang untuk menemukan cara membantu semua siswa belajar secara

efektif. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat bentuk-bentuk

pedagogi yang secara konsisten lebih berhasil dari yang lain dalam

membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

keterampilan abad ke-21. Wagner (2010) dan Change Leadership Group

dari Universitas Harvard mengidentifikasi kompetensi dan keterampilan

bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi kehidupan,

dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh

(7) keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan

kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu

berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu

mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu

dan imajinasi.

60

Page 61: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Di antara ragam kompetensi dan keterampilan yang diharapkan

berkembang pada siswa sehingga perlu diajarkan pada siswa di abad ke-

21 di antaranya adalah personalisasi, kolaborasi, komunikasi,

pembelajaran informal, produktivitas dan content creation. Elemen

tersebut juga merupakan kunci dari visi keseluruhan pembelajaran abad

ke-21. Dunia kerja juga sangat memerlukan keterampilan personal

(memiliki inisiatif, keuletan, tanggung jawab, berani mengambil resiko,

dan kreatif), keterampilan sosial (bekerja dalam tim, memiliki jejaring,

memiliki empati dan rasa belas kasih), serta keterampilan belajar

(mengelola, mengorganisir, keterampilan metakognitif, dan tidak mudah

patah semangat atau merubah persepsi/sudut pandang dalam menghadapi

kegagalan) (Zubaidah, 2016). Keterampilan abad 21 perlu dikuasai oleh

manusia yang tidak ingin pembelajarannya akan tertinggal jauh.

61

Page 62: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Sumber: http://edorigami.edublogs.org/2010/10/02/comparing-20th-and-21st-century-educational-paradigms/

62

Page 63: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

F. Strategi Filsafat Pendidikan Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0

Sistem pendidikan selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman,

baik kurikulum, metode dan model, konten, sarana dan prasana, dan media

pembelajaran. Perkembangan zaman saat ini telah memasuki revlosi industri

4.0. Shcwab (2006: 11) mengemukakan.

The word “revolution” denotes abrupt and radical change. Revolutions have occurred throughout history when new technologies and novel ways of perceiving the world trigger a profound change in economic systems and social structures. Given that history is used as a frame of reference, the abruptness of these changes may take years to unfold.

Artinya "revolusi" menunjukkan perubahan yang tiba-tiba dan radikal.

Revolusi telah terjadi sepanjang sejarah ketika teknologi baru dan cara baru

memahami dunia memicu perubahan besar dalam sistem ekonomi dan struktur

sosial. Mengingat bahwa sejarah digunakan sebagai kerangka acuan, maka

perubahan yang mendadak ini mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun

untuk berkembang. Sekarang telah memasuki revolusi industri keempat. Itu

dimulai pada pergantian abad ini dan dibangun di atas revolusi digital. Ini

ditandai dengan lebih banyak di mana-mana internet seluler, dengan sensor

yang lebih kecil dan lebih kuat telah menjadi lebih murah, dan dengan

kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin. Teknologi digital yang memiliki

perangkat keras komputer, perangkat lunak, dan jaringan di inti mereka

bukanlah hal baru, tetapi tidak berhubungan dengan revolusi industri ketiga,

mereka menjadi lebih canggih dan terintegrasi dan, sebagai akibatnya,

mentransformasikan masyarakat dan ekonomi global. Pemahaman tersebut

diinspirasi dari aliran filsafat fenomenologi, bahwa pendidikan selalu

dipengaruhi gejala yaitu adanya perkembangan peran teknologi yang terus

63

Page 64: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

meningkat kemajuannya. Teknologi menjadi sumber pengetahuan dan

kebenaran yang wajib untuk diikuti perkembangannya karena akan membantu

pendidikan mencapai tujuannya.

1. Ontologi

Jika kita menuju hilirnya Filsafat, kita akan menemukan Pendidikan

Berbasis Rasio atau Berbasis Kognitif, dengan sifat-sifat ikutan yang dapat

diturunkan sebagai atau berbentuk Cognitive-Based Education, Anti-

Spiritualisme, Dunia Parsial dan Hedonisme. Dalam era Kontemporer

(Revolusi Industri 4.0), terdapat main-set yang cukup kuat dan signifikan

bahwa semua pengambil kebijakan Pendidikan di Indonesia akan

mengimplementasikan Pendidikan Berbasis Pasar, yang dengan sendirinya

akan mencari hakikat kebenaran ada di dalam Pasar. Dengan metode yang

sama seperti sudah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Berbasis Pasar dengan sendirinya bersifat Anti-Spiritualisme, dengan sifat-

sifat ikutan yang dapat diturunkan sebagai Reduksionisme, Eksploitasi Vital,

Kompetisi Mutlak, Egosentrik, Hegemoni, Dunia Terpotong, Materialisme,

ragmatisme, Hedonisme, dan Pendidikan Laskar. Pendidikan Konseratif

Mutlak mempunyai sifat Reduksionisme, Eksploitasi Vital, Monokulturisme,

Egosentrik, dan Ethical Closed-ended Mutlak (Nilai Budaya Tertutup Mutlak).

Dari Narasi Besar nya Dunia Kontemporer, kita menjumpai adanya

Pendidikan Liberalisme Mutlak dengan sifat Anti-Spiritualisme, Open-ended

Mutlak, Kebebasan Mutlak, Heterogonomous Mutlak, dan Alienisasi.

Pendidikan Kapitalisme yang bersifat Anti-Spiritualisme, Eksploitasi Vital,

64

Page 65: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Materialisme, Pragmatisme, Hedonisme, Kapital Mutlak, Kompetisi Mutlak,

Reduksionisme, Sosialisme, Dunia Terpotong, Closed-ended, dan Alienisasi.

Pendidikan Humanisme Mutlak dengan sifat Anti-Spiritualisme, Hedonisme,

Egosentris, dan Dunia Terbelah. Pendidikan Konstruksi Sosial dengan sifat

Eksploitasi Vital, Kolaborasi, Heterogonomous, Egosentris, dan Open-ended.

Pendidikan Pragmatisme Mutlak yang bersifat Praktis (budaya instant), Anti-

Spiritualisme, Hedonisme, dan Anti-Idealsime. Pendidikan Sentralistik yang

bersifat Monokultur, Eksploitasi vital, Pendidikan Laskar, Closed-ended

Mutlak, Egosentrik, Reduksionisme, Dunia Terbelah, Sosialisme,

Kapitalisme, De-Alienisasi (Uniformitasisme). Pendidikan Formalisme yang

bersifat Top-Down, Sosialisme, Monokultur, Transenden, Idealisme,

Sentralistik, Eksploitasi Vital, Pendidikan Laskar, Egosentris, dan Dunia

Terbelah. Pendidikan Demokrasi Pancasila yang seyogyanya bersifat

Spiritualsme, Mono-Dualis (Habluminallah-Habluminanash), Terbuka-

tertutup, Demokratis, Public Educator, Realis-Idealisme, Bhineka-Tunggal

Ika (monokultur-heterogonomous), dan Dunia-Akhirat (seutuhnya) (Marsigit,

2014).

2. Epistemologi

Bangsa Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada pembangunan

mengedepankan infrastruktur untuk mencapai masyarakat adil dan makmur

tetapi lupa bahwa sekarang memasuki era modernisasi dan industrialisasi

berbasis sains dan teknologi sebagai indikator utamanya. Mahfud (2016)

mengemukakan kemajuan sains dan teknologi memang telah mampu

membuka lebar rahasia alam semesta. Komunikasi dan infromasi semakin

65

Page 66: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

dekat antara negara-negara di dunia. Pergesekan akibat berbagai kebudayaan,

tata nilai, dan norma saling bertemu membawa konflik dan menjadi beban

pergeseran tata nilai yang dapat menghancurkan manusia, misalnya dengan

tidak percaya dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Pencipta dunia.

Kebudayan dan teknologi sering bergeseran satu sama lainnya yang

menyebabkan berbagai patologi sosial di masyarakat. Sebab akibat yang

dirasakan oleh masyarakat juga telah menjadi lahan untuk terus berupaya

berkembang dalam mempertahankan diri. Pendidikan merupakan sistem

pertahanan diri untuk tetap hidup berdampingan dengan era revolusi industri

4.0.

3. Aksiologi

Implementasi Pendidikan Kontemporer Indonesia berbasis Disiplin

Ilmu Egosentris dengan Epistemologi Pendidikan berupa Pendidikan

Laskar dan Metode Pendidikan melalui cara Indoktrinasi untuk menuju

Masyarakat Terdealienasi (Uniformitas) sebagai prasyarat terwujudnya

hilirnya bagi Karakter Kontemporer Global (Power Now-

(Neo)Kapitalisme). Oleh karena ini Politik Pendidikan Kontemporer

Indonesia sejalan dengan Politik Pendidikan Kapitalisme dan Politik

Pendidikan Saintisisme; bahkan untuk aspek tertentu bersinggungan

dengan Politik Pendidikan Sosialisme yaitu pada Epistemologi Dealienasi

(Uniformitas). Perlu dicatat bahwa Ontologi Dealienasi merentang pada

kesamaan sifat meliputi yang ada dan yang mungkin ada; sehingga terdapat

wacana bagi diperolehnya Uniformitas hak dan kewajiban (Marsigit, 2014).

66

Page 67: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Strategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan revolusi

industri 4.0 sehingga masyarakat mampu hidup dalam pergaulan dan

interaksi. Nils A. Shapiro mengemukakan ada enam strategi untuk

mengahdapi tantangan revolusi industri 4.0, yaitu:

a. Perencanaan yang cermat (carefull planning);

b. Latihan dan Pengalaman (training and experince);

c. Bersedia belajar dari orang lain (willingness to learn from others);

d. Bersedia bekerjasama selama dan sekeras diperlukan (commitment

to working as long and as hard as necessary); and

e. Tabah menghadapi kekecewaan dan kemunduran (courage to

overcome disappointed and setbeacks) (Mahfud, 2016: 112-115).

Enam hal tersebut merupakan hasil pengalaman di lapangan atau sesuai realitas

empirik. Enam hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan potensi dan

karakteristik masing-masing orang sehingga strategi itu dapat berhasil guna sesuai

tujuan dan prosedur yang berlaku.

G. Referensi

Abubakar HM. (2016). Huma Betang dan Aktualisasi Nilai Kearifan Lokal Dalam Budaya Dayak. Humanika 1(2). 259-294. http:// garuda. ristekdikti. go. id / journal/article/508819

Ben-Peretz, M. (2009). Policy-making in education : a holistic approach in response to global changes. Maryland-The United States of America: Rowman & Littlefield Education

Harari, Y. N. (2018). 21 Lessons for the 21st Century. London: Jonathan Cape-Penguin Random House LLC. Direview: Suzie Handajani (2018): Jurnal Humaniora 30(3). 342-344. http://doi.org/10.22146/jh.v30i3.39310

https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

https://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy#Philosophical_progress

http://edorigami.edublogs.org/2010/10/02/comparing-20th-and-21st-century-educational-paradigms/

http://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy_of_education

67

Page 68: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

http://plato.stanford.edu/entries/education-philosophy/

https://powermathematics.blogspot.com/

Kristiawan, M. 2016. Filsafat Pendidikan “The Choice is Yours”. Jogyakarta: Valia Pustaka

Marsigit. (2014). Refleksi Pendidikan Kontemporer Indonesia: Sebuah Tinjauan Filsafat, Politik dan Ideologi Pendidikan. Orasi Ilmiah pada Rapat majelis Guru Besar. Yogyakarta: UNY. https://uny.academia.edu/MarsigitHrd

Mahfud, C. (2016). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Muhmidayeli. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama

Mudyahardjo, R. (2010). Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nashir, H. (2018). Muhammadiyah dan Kehadiran Islam Berkemajuan di Indonesia. Makalah ini disampaikan dalam kuliah umum di Monash University, 16 Februari 2018. http://www.suaramuhammadiyah.id/ 2018/02/16/muhammadiyah-dan-kehadiran-islam-berkemajuan-di-indonesia/

Nuzulah, F., Yadri, M., & Fitria, L. (2017). Aksiologi Pendidikan Menurut Macam-Macam Filsafat Dunia (Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Eksistensialisme). Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/573

Pelu, I.E.AS. dan Tarantang, (2018). Interkoneksi Nilai-Nilai Huma Betang Kalimantan Tengah dengan Pancasila. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 14(2). 119-126. DOI: htpps://10.23971/jsam.v14i2.928

Poedjiadi, A. Dan Al Muchtar, S. (2014). Modul Filsafat. Jakarta: UT. http://repository.ut.ac.id/4144/1/IDIK4006-M1.pdf

Suparlan, H. (2015). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat 25(1). 56-74. https://doi.org/10.22146/jf.12614

Tatang. 2018. Landasan Filosofis Pendidikan. Bandung: UPI. http:// file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/...PENDIDIKAN/BBM_2.pdf diakses tgl 19 Desember 2018

Tola, B. (2014). Fungsi Filsafat Pendidikan Terhadap Ilmu Pendidikan. Jurnal Irfani 10(1). 54-62. http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ir

68

Page 69: umpalangkaraya.ac.idumpalangkaraya.ac.id/dosen/adyferdian/wp-content/uploads/2019/01/... · Web viewOleh karenanya, ia berpendapat bahwa dasar segala sesuatu ialah api. Adapun perubahan

Wilardjo, S.B. (2009). Aliran-Aliran Filsafat Ilmu yang Berkait dengan Ekonomi. Value Added “Majalah Ekonomi dan Bisnis” 6(1). 1-19. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/vadded/article/view/699

Yunus, R. (2014). Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Empiris Tentang Huyula. Yogyakarta: Deepublish

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21: Keterampilan Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran. Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan dengan tema “Isu-isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21, tanggal 10 Desember 2016 di Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang – Kalimantan Barat

69