ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal...

23

Click here to load reader

Transcript of ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal...

Page 1: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Berkembang pesatnya kegiatan ekonomi keuangan yang menggunakan prinsip syariah

telah menarik banyak pihak untuk mengetahui lebih dalam ekonomi keuangan syariah, bukan

saja dari sisi manajemen bisnis dan ekonominya, namun terlebih lagi dari sisi landasan fikih,

analisis fikih, dan penerapan fikih dalam kegiatan ekonomi keuangan tersebut. Salah satu

kegiatan tersebut yakni menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk

investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal syariah. Pasar modal merupakan salah

satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang

menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk

memperkuat posisi keuangannya.

Instrumen pasar modal adalah semua surat berharga yang diperdagangkn di bursa.

Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang. Beberapa instrumen yang

diperdagangkan dipasar modal diantaranya adalah saham, obligasi dan sertifikat. Sekuritas

yang diperdagangkan dibursa efek adalah saham dan obligasi, sedangkan sertifikat

diperdagangkan diluar bursa melalui bank pemerintah.

Makalah ini menitikberatkan pada pembahasan tentang saham, dan tidak membahas

instrumen pasar modal lainnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa itu Saham dan Saham Syariah

2. Bagaimana sejarah Saham Syariah

3. Bagaimana jenis-jenis Saham

4. Bagaimana karakteristik Saham Syariah

5. Apa perbedaan saham syariah dengan saham konvensional.

1

Page 2: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian saham syariah

2. Mengetahui sejarah saham syariah

3. Mengetahui jenis-jenis saham

4. Mengetahui karakteristik saham syariah

5. Mengetahui perbedaan antara saham syariah dengan saham konvensional.

2

Page 3: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Saham Syariah

Istilah saham dapat diartikan sebagai sertifikat penyertaan modal dari seseorang atau

badan hukum terhadap suatu perusahaan. Saham merupakan tanda bukti tertulis bagi para

investor terhadap kepemilikan suatu perusahaan yang telah go public[1]. Melalui pembelian

saham dalam jumlah tertentu, pihak pemegang saham (shareholder) memiliki hak dan

kewajiban untuk berbagi hasil dan resiko (profit and loss sharing) dengan para pengusaha,

menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan bahkan mengambil alih kepemilikan

perusahaan.

Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan tertentu pada

perusahaan penerbit saham bersangkutan. Bentuk fisik saham berupa selembar kertas yang

menjelaskan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan

kertas tersebut. Pemilik saham akan mendapatkan keuntungan dari penyertaannya di

perusahaan tersebut, namun hal tersebut sangat tergantug pada perkembangan perusahaan

penerbit saham[2].

Saham (stock) merupakan salah satu instrumen surat berharga yang paling dominan

dalam pasar modal. Menerbitkan saham menjadi salah satu pilihan bagi pihak manajemen

perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan. Bagi para pengusaha, keberadaan sumber

dana dapat berfungsi sebagai modal untuk mendirikan perusahaan dan atau pengembangan

usaha. Sedangkan bagi investor, saham merupakan instrument investasi yang menarik karena

keberadaannya dinilai menjanjikan keuntungan tertentu. Keuntungan tersebut biasanya dapat

diperoleh dari hasil selisih harga pembelian dengan penjualan saham (capital gain) atau

melalui pembagian keuntungan (dividen) dari hasil usaha yang dijalankan oleh perusahaan

pada periode tertentu.

Dalam Islam, saham pada hakikatnya merupakan modifikasi sistem persekutuan

[1] Burhanudin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),h. 135

[2] Ade Arthesa dan Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Jakarta: Indeks. 2009), h. 229

3

Page 4: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

modal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang

saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya, bahwa para syarik ada yang sering

bepergian sehingga tidak dapat terjun langsung dalam persekutuan. Karenanya, bentuk

syirkah dimana para syarik dapat mengalihkan kepemilikannya tanpa sepengetahuan pihak

lain disebut syirkah musahamah. Sedangkan bukti kepemilikannya disebut saham[3].

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)

No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip

Syariah di Bidang Pasar Modal, mendefinisikan saham syariah merupakan bukti kepemilikan

atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah[4].

Menurut Kurniawan (2008), saham syariah adalah saham-saham yang diterbitkan oleh

suatu perusahaan yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam.

Menurut Soemitra, saham syariah merupakan surat berharga yang merepresentasikan

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-

perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah. Akad yang berlangsung dalam

saham syariah dapat dilakukan dengan akad mudharabah dan musyarakah[5].

Pada sistem mudharabah, pihak yang menyetorkan dana tidak terlibat dalam

pengelolaan perusahaan. Investor (mudharib) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada

pihak lain. Sementara pada sistem musyarakah, dua atau beberapa pihak bekerja sama saling

menyetorkan modalnya. Bagi hasilnya disesuaikan secara proporsional dengan dana yang

disetorkan. Dalam musyarakah, pihak-pihak yang terlibat boleh menjadi mitra diam (tidak

ikut mengelola) atau menjadi mitra aktif (ikut mengelola perusahaan) [6].

[3] Burhanudin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 135-136

[4] http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2013/01/04/artikel-saham-syariah/ (diakses pada tgl 11 November 2014)

[5] Andri Soemitra. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana. 2009),h. 138

[6] Nafik HR, Muhammad. Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2009),h. 245

4

Page 5: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

B. Sejarah Saham Syariah

Secara praktis instrument saham belum ada pada masa Nabi Muhammad SAW dan

para sahabat beliau. Pada masa tersebut yang dikenal hanyalah perdagangan barang riil seperti

layaknya yang terjadi pada pasar biasa. Pengakuan kepemilikan sebuah perusahaan pada masa

itu belum dinyatakan dalam bentuk saham seperti sekarang. Dengan demikian pada masa itu,

bukti kepemilikan dan atau jual beli atas sebuah aset hanya melalui mekanisme jual beli biasa

dan belum melalui Initial Public Offering (IPO) dengan saham sebagai instrumennya. Pada

saat itu yang terbentuk hanyalah pasar riil biasa yang mengadakan pertukaran barang dengan

uang dan pertukaran barang (barter).

Dikarenakan belum adanya pembahasan dalam Al-Qur’an maupun Hadis yang

menyatakan secara jelas dan pasti tentang keberadaan saham maka para ulama berusaha untuk

menemukan rumusan kesimpulan hukun tersendiri untuk saham. Usaha tersebut lebih dikenal

dengan ijtihad. Meskipun begitu terdapat perbedaan pendapat dalam memperlakukan saham

dari aspek hukum khususnya dalam jual beli. Ada sebagian mereka yang memperbolehkan

transaksi jual beli saham ada pula yang tidak membolehkan[7]. Majelis Ulama Indonesia

(MUI) merupakan kalangan ulama yang memandang kegiatan jual beli saham sebagai

kegiatan yang dihalalkan. Para ulama membolehkan jual beli saham mengatakan bahwa

saham merupakan cerminan kepemilikan atas aset tertentu. Para ulama kontemporer yang

merekomendasikan perihal tersebut diantaranya Abu Zahrah, Abdurrahman Hasan, dan

Khalaf sebagaimana dituangkan oleh Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Zakah halaman

527. Meskipun begitu terdapat aturan dan norma jual beli saham yang perlu tetap mengacu

pada pedoman jual beli barang pada umumnya dan sesuai dengan syariah Islam.

Fatwa DSN Indonesia telah memutuskan akan bolehnya jual beli saham. (Fatwa DSN-

MUI No. 40/DSN-MUI/2003). Dalam perkembangannya mulai tahun 2007 Bapepam –LK

sudah mengeluarkan daftar efek syariah yang berisis emiten-emiten yang sahamnya sesuai

dengan ketentuan Islam berdasarkan keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

Lembaga Keuangan No. Kep 325/BI/2007 tentang Daftar Efek Syariah tanggal 12 September

2007 yang berisi 174 saham syariah.

Dalam hal ini, di Indonesia usaha untuk melakukan investasi pada saham syariah

[7] Mohammad Heykal. Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2012), h. 42-44

5

Page 6: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

diwujudkan dengan adanya index syariah yang saat ini diwakili oleh Jakarta Islamic Index.

Index ini sendiri merupakan indeks 30 saham yang sudah mendapatkan pengesahan dari

DSN-MUI serta PT Bursa Efek Jakarta (saat itu) dan PT Danareksa Invesment Management.

Adapun tujuan dari dikeluarkannya indeks JII adalah sebagai sarana pengukuran akan kinerja

saham yang dianggap memiliki basis syariah. Penentuan kriteria dari komponen yang terdapat

dalam JII disusun berdasarkan persetujuan dari DSN dan PT. DIM.

C. Jenis-Jenis Saham

Pada umumnya saham yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan (emiten) yang

melakukan penawaran umum (Initial Public Offering) ada dua macam, yaitu saham biasa

(common stock) dan saham istimewa/preferen (preferred stock).

a. Saham biasa(common stock), adalah saham yang menempatkan pemiliknya

paling terakhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi karena pemilik saham biasa ini tidak memiliki hak-hak

istimewa. Pemilik saham biasa juga tidak akan memperoleh pembayaran dividen selama

perusahaan tidak memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat

umum pemegang saham /RUPS dengan ketentuan one share one vote. Pemegang saham biasa

memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan

memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain.

b. Saham preferen, merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara

obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi).

Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal yaitu ada klaim atas laba

dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus

dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan

dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian

dividen terlebih dahulu Akan tetapi saham preferen mempunyai kelemahan yaitu sulit untuk

diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.

Adapun ciri-ciri saham preferen selengkapnya sebagai berikut: [8]

[8] Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana. 2007), h.59-60.

6

Page 7: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

1. Hak utama atas dividen, artinya saham istimewa mempunyai hak terlebih dahulu dalam

hal menerima dividen.

2. Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam hak likuidasi berhak menerima

pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham istimewa setelah semua kewajiban

perusahaan dilunasi.

3. Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh penghasilan dalam

jumlah yang tetap.

4. Jangka waktu yang tidak terbatas, saham istimewa yang diterbitkan mempunyai jangka

waktu yang tidak terbatas, akan tetapi dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk

membeli kembali saham istimewa tersebut dengan harga tertentu.

5. Tidak memiliki hak suara, artinya pemegang saham istimewa tidak mempunyai suara

dalam RUPS.

6. Saham istimewa kumulatif, artinya dividen yang tidak dibayarkan oleh perusahaan

kepada pemegang saham tetap menjadi hak pemegang saham istimewa tersebut. Jika suatu

perusahaan tidak membagikan dividen, maka perusahaan harus membayarkan dividen

terutang tersebut sebelum membagikannya kepada pemegang saham biasa.

Para ahli fikih kontemporer memandang saham preferen ini harus dihindari karena

tidak sesuai dengan ketentuan secara Islam, karena pemilik saham ini mempunyai hak

mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik

saham biasa (Ibrahim, 2003). Konsep preferred stock atau saham istimewa tidak

diperbolehkan secara Islam karena dua alasan yang dapat diterima secara konsep Islam, dua

alasan tersebut adalah:

a. Adanya keuntungan tetap, yang dikategorikan oleh kalangan ulama sebagai riba.

b. Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa terutama pada saat perusahaan

dilikuidasi. Hak tersebut dianggap mengandung unsur ketidakadilan.

`

7

Page 8: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

Selain dari saham biasa dan preferen, saham memiliki macam dan jenis yang cukup

beragam, berikut adalah tipe macam saham[9]:

1. Saham yang dicap (assented shares), penyetempelan saham dapat terjadi dalam hal

perseroan mengalami kerugian besar, yang tidak dapat dihapuskan dari cadangan perseroan.

Jika terjadi hal demikian perseroan harus mengadakan perubahan pada anggaran dasar

perseroan, dengan menurunkan nilai nominal dari sahamnya menjadi sama dengan kekayaan

(equity) dan dari nilai nominal sahamnya diturunkan secara proporsional.

2. Saham tukar, yaitu jenis saham yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan jenis saham

lain, biasanya saham preferen dengan saham biasa.

3. Saham tanpa suara, yaitu jenis saham yang pemiliknya tidak diberi hak suara pada

RUPS.

4. Saham tanpa pari, yaitu saham yang tidak memiliki nilai nominal atau pari, tetapi hak

pemilikannya dapat diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh kekayaan dan kemudian

dibagi dengan jumlah saham yang dikeluarkan.

5. Saham preferen unggul, yaitu saham preferen yang hak prioritasnya lebih besar dari

preferen lain.

6. Saham preferen tukar, yaitu saham preferen yang dapat ditukar oleh pemiliknya dengan

saham biasa.

7. Saham preferen partisipasi, yaitu saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat

turut serta dalam pembagian dividen selanjutnya.

8. Saham preferen kumulatif, yaitu saham preferen yang memberikan hak untuk

mendapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu secara kumulatif.

9. Saham pendiri, yaitu jasa yang diberikan oleh perusahaan, baik berupa penyertaan

[9]Nurul Huda dan Moh Heykal. Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan Teoritis dan Praktis. (Jakarta: Kencana. 2010) , h. 228-229

8

Page 9: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

modal yang bersumberkan dari penarikan beberapa peserta lainnya atau dari relasi penting

lain, biasanya dihargai perseroan dengan memberikan kepada yang bersangkutan (memiliki

saham).

10. Saham pegawai, yaitu kesempatan yang diberikan oleh perseroan kepada para

pegawainya untuk memiliki saham perusahaan.

11. Saham bonus, pada saat perbandingan antara cadangan dan saham modal yang tidak

berimbang pada suatu perseroan dapat dihilangkan dengan jalan memberikan saham bonus

kepada para pemegang saham dengan cuma-cuma.

Secara umum saham yang beredar pada Bursa Efek Jakarta dapat ditinjau dari beberapa segi: [10]

1. Ditinjau dari segi bentuknya saham dapat dikategorikan atas:

• Saham atas nama, yaitu saham yang menyebut nama pemiliknya. Pencatatan saham ini

dicatat dalam daftar khusus. Para ahli fikih kontemporer yang menghalalkan saham jenis ini

sependapat bahwa penyebutan nama pemilik saham pada dokumen saham menetapkan

kepemilikan pemiliknya dan memberikan perlindungan atas haknya. Hal ini berarti saham

jenis ini diperbolehkan secara fikih Islam (Ibrahim, 2003).

• Saham atas unjuk, yaitu saham yang tidak menyebut nama pemiliknya. Ada ahli fikih

kontemporer memandang saham ini batal. Karena ketidaktahuan siapa pembelinya.

Ketidaktahuan ini akan melenyapkan hak pemiliknya. Bagaimanapun juga, saham

seperti ini dihindari karena akan menimbulkan problema tentang kepemilikannya atau

pemulangannya kembali apabila hilang (Ibrahim. 2003).

D. Karakteristik Saham Syariah

Data saham merupakan bagian dari Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh

Bapepam-LK. Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah

[10] Ibid, 229-231

9

Page 10: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak, yaitu: [11]

1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan dalam

jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa dikategorikan sebagai sebuah kerja

sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan

produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi dari barang

dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari element-element yang haram yang secara

eksplisit disebut di dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi

dan semua turunan-turunannya.

3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh

perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari bunga (interest) maka secara

umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak syariah karena masih ada

unsur riba disana. Oleh karena itu seluruh pendapatan yang didapat oleh perusahaan harus

terhindar dan bebas dari bunga atau interest.

4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan melihat ratio

hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio. Dengan melihat ratio

ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin

besar ratio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat

ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat rasio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang

atas modal. Oleh karena itu ada toleransi-toleransi atau batasan seberapa besar “Debt to

Equity ratio“ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal

ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang

memiliki saham syariah.

Kriteria saham-saham yang masuk dalam indeks syariah berdasarkan fatwa Dewan

Syariah Nasional (DSN) No. 20 adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan

[11] http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2013/01/04/artikel-saham-syariah/ (diakses pada tgl 11 November 2014)

10

Page 11: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

dengan syariah seperti[12]:

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi

konvensional.

3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman

yang tergolong haram.

4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang-barang ataupun

jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Selain kriteria di atas, kriteria emiten dilihat dari resiko keuangannya yang termasuk

dalam investasi Islami berdasarkan fatwa DSN adalah sebagai berikut[13]:

1. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari utang tidak

lebih dari 30% dari rasio modalnya.

2. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%. Dalam Islam, barang

haram dengan halal tidak dapat dicampuradukkan.

3. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang dagangnya atau

total piutangnya tidak lebih dari 50%.

Dengan mengacu pada proses seleksi yang dilakukan terhadap saham-saham yang

tercatat pada JII, terlihat bahwa saham-saham JII tidak hanya sesuai dengan kriteria syariah

tetapi juga merupakan saham-saham pilihan[14].

Karena proses penyaringan yang ketat, tidak jarang emiten-emiten yang masuk

kategori blue chip ditolak masuk JII. Contohnya adalah saham Gudang Garam dan H. M

Smpoerna, meskipun kedua perusahaan rokok ternama ini memiliki nilai kapitalisasi yang

[12] Indah Yuliana. Investasi Produk Keuangan Syariah. (Malang: UIN Maliki Press. 2010),h. 83

[13] Ibid,h. 84

[14] Edwin Nasution, Mustafa, et.al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana. 2007), h. 308

11

Page 12: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

besar (mencapai 17-20 % dari total kapitalisasi pasar BEJ). Ia tidak lolos uji syariah karena

tergolong usaha produk barang yang bersifat mudarat[15].

E. Keuntungan Dalam Saham

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki

saham:

1. Dividen.

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal

dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan

dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka

pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu

hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang

saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa

dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai

dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang

berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah

saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen

saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk

dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli

saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500

per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk

setiap saham yang dijualnya

[15] Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim. 2008), 146

F. Resiko Dalam Saham

12

Page 13: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

Resiko adalah kenyataan yang tidak sesuai dengan yang dengan yang diharapkan.

Sebagai instrument investasi, saham memiliki risiko, antara lain:

1. Capital Loss.

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual

saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp

2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga

mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor

menjual pada harga Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per

saham.

2. Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau

perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat

prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan

kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan

tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan

memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari

pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus

mengikuti perkembangan perusahaan.

Sedangkan risiko dari investasi pada saham biasa adalah[16]:

1. Kemungkinan tidak mendapatkan dividen, bila operasional perusahaan yang menerbitkan

saham mengalami kerugian.

2. Adanya kemungkinan capital loss, karena melakukan penjualan saham dengan harga

yang akhirnya lebih rendah dari harga beli sahamnya.

[16] Mohammad Heykal, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah (Jakarta: Elex Media Komputindo. 2012), h. 41.

3. Kemungkinan perusahaan penerbit saham mengalami kebangkrutan atau dilikuidasi, yang

mengakibatkan perusahaan tersebut dihapuskan dari papan perdagangan di Bursa Efek.

13

Page 14: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

4. Perdagangan saham dihentikan secara sementara, disuspensi yang menyebabkan pihak

investor bisa untuk sementara tidak melakukan aksi jual dan beli saham.

G. Perbedaan Saham Syariah dan Saham Konvensional

Perbedaanya antara saham syariah dan saham konvensional adalah:

a.       Saham yang ditransaksikan secara konvensional, tidak memperhatikan apakah transaksi

tersebut bersifat spikulatif atau tidak dan demikian juga dengan jenis instrument yang

ditransaksikan tidak melihat apakah emitennya comply secara Syariah ataupun tidak.

b.      Sementara saham syariah, emiten atau instrumennya haruslah comply dengan syariah.

Adapun instrument maupun saham yang sesuai syariah tersebut dapat mengacu pada fatwa

MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Bagi yang ingin menerapkan syariah dalam transaksi keuangannya, cukup pilih lembaga

keuangan syariah sesuai dengan kebutuhannya. Tidak perlu memperdapatkan antara apakah

hal itu termasuk yang syariah atau konvensional, karena hal itu pastinya sudah ada yang

mengurusinya yakni MUI, tugas kita adalah menjalankannya dan memberikan masukan-

masukan untuk perbaikan.

H. Gambar Saham Syariah

BAB III

Penutup

14

Page 15: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

A. Kesimpulan

Allah menghalalkan yang baik-baik kepada para HambaNya dan mengharamkan bagi

mereka yang buruk-buruk. Seorang usahawan muslim tentu saja tidak bisa dikeluar dari

bingkai aturan ini, meskipun tampak ada keuntungan dan hal yang menarik serta menggiurkan

baginya. Seorang usahawan muslim tidak seharusnya tergelincir hanya karena mengejar

keuntungan sehingga membuatnya berlari yang dihalalkan oleh Allah. Untuk mengatasi itu

semua Islam hadirlah pasar modal syariah. Beberapa instrumen yang diperdagangkan dipasar

modal diantaranya adalah saham Syariah. Tapi sayangnya saham syariah ini belum terlalu

dikenal banyak orang karena Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang pasar modal

syariah masih minim,hal ini dikarenakan:

1. Ketersediaan informasi tentang pasar modal syariah ;

2. Minat pemodal atas efek syariah ;

3. Kerangka peraturan tentang penerbitan efek syariah ;

4. Pola pengawasan (dari sisi syariah) oleh lembaga terkait ;

5. Pra-proses (persiapan) penerbitan Efek syariah ;

6. Kelembagaan atau Institusi yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal

syariah di Indonesia.

Semoga hal itu menjadi wacana kita bersama sehingga kedepannya akan bisa lebih

berkembang dengan memberikan masukan untuk perbaikan sehingga kita tidak terjerumus

kedalam praktik usaha yang tidak sesuai dengan syariah..

B. Saran

Sudah jelas bahwa saham syariah adalah saham yang memenuhi karaktaristik

berdasarkan syariah islam, maka hendaklah sebagai muslim yang ingin berinvestasi dalam

pasar modal, pilihlah saham-saham syariah, yaitu saham-saham yang telah diseleksi oleh

Dewan Syariah Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: ridhoandria.files.wordpress.com file · Web viewmodal dan kekayaan, yang dalam istilah fiqh dikenal dengan nama syirkah. Pemegang saham dalam syirkah disebut syarik. Pada kenyataannya,

Ade Arthesa dan Edia Handiman. 2009, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan

Bank” ,Jakarta: Indeks.

Andri Soemitra, 2009. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah” , Jakarta: Kencana.

Burhanudin, 2010, “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah” .Yogyakarta: Graha Ilmu,

Mohammad Heykal, 2012. Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah. Jakarta: Elex Media

Komputindo .

Nafik HR, Muhammad. 2009, “Bursa Efek dan Investasi Syariah”, Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta.

http://economy.okezone.com/read/2013/01/16/278/747126/makin-diminati-investor-saham-

syariah-melambung-62, diakses pada 11 November 2014

http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2013/01/04/artikel-saham-syariah/ (diakses pada

tgl 11 November 2014)

16