icebuss.orgicebuss.org/paper/222.doc · Web viewLISREL 8.7 dan aplikasi dalam pengolahan data,...
Transcript of icebuss.orgicebuss.org/paper/222.doc · Web viewLISREL 8.7 dan aplikasi dalam pengolahan data,...
Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak, Sanksi Pajak dan Tingkat
Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Pendapatan Asli Daerah Kota
Administrasi Jakarta Timur
Sri Ari [email protected], Hp.081280789753
Atik [email protected], Hp. 082125130021
Ahmad Basid [email protected], Hp.08129880190
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Darma Persada Jakarta
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, sanksi pajak, dan tingkat pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Administrasi Jakarta Timur. Teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah SEM-PLS. Penelitian ini mengkaji tingkat kepatuhan wajib pajak dan pendapatan asli daerah sebagai variable terikat dengan menggunakan beberapa variabel bebas dintaranya tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, sanksi pajak, dan tingkat pelayanan pajak. Obyek penelitian adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame. Subjek dalam penelitian adalah pemerintah daerah Kota Administrasi Jakarta Timur. Populasi dalam penelitian ini sebesar 268 responden, namun data yang memenuhi syarat dalam penelitian sebesar 150 responden yang dapat dijadikan analisis. Hasil menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak berpengaruh langsung terhadap pendapatan asli daerah. Selajutnya, sanksi pajak berpengaruh secara langsung terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dan pendapatan asli daerah. Adapun, tingkat pelayanan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dan pendapatan asli daerah.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran wajib terhadap kewajiban pembayaran pajak masyarakat Kota Administrasi Jakarta Timur. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan pendapatan asli daerah Kota Administrasi Jakarta Timur.
Kata kunci: Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Tingkat Pelayanan Pajak, Peraturan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
1. PENDAHULUAN
Kabupaten dan Kota memiliki wewenang yang lebih luas dalam mengatur pemerintahan
sendiri semenjak diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah. Pemerintah
Daerah dapat menjalankan otonomi dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pemerintahan. Dalam pelaksanaan Otonomi Daerah yang
optimal maka diatur keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Perimbangan keuangan ini diatur dalam UU No 33 Tahun 2004. Desentralisasi fiscal yang di atur
dalam UU Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari tiga macam, yaitu Pajak Daerah (Tax Assignment),
dana Bagi Hasil (Revenue Sharing) dan Dana Alokasi Umum (DAU) serta Dana Alokasi Khusus
(DAK). Adanya desentralisasi fiskal, pemerintah daerah diharapkan dapat mengoptimalkan
penerimaannya sehingga Pemerintah Daerah dapat mandiri dalam mengelola keuangan sehingga
menurunkan ketergantungan pada pemerintah pusat.
Kemandirian pemerintah daerah dapat dicapai dengan memaksimalkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang bersumber dari Pajak daerah, Retribusi, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan dan lainnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 ayat 18
menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang didapat
pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Sumber
pendapatan daerah menurut jumlah penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah sangat
dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan serta
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut.
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah terdapat 5 jenis pajak Provinsi dan 11 jenis pajak Kabupaten/kota. Tidak semua
pemerintah daerah memiliki sumberdaya yang layak untuk menjadi basis operasional
pembangunan daerah, sehingga perlu masukan lain yang bersumber dari pusat. Pendapatan
daerah terdiri dari a) Pendapatan Asli Daerah, b) Dana Perimbangan dan c) Lain-lain Pendapatan
Daerah yang Sah. Sedangkan Pendapatan Asli daerah terdiri dari a) Pajak Daerah, b) Retribusi
Daerah, c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan d) Lain-lain PAD yang
Sah. Pendapatan Daerah dari Dana perimbangan terdiri dari a) Dana Bagi Hasil, b) Dana Alokasi
Umum dan c)Dana Alokasi Khusus. Sedangkan lain lain pendapatan daerah yang sah,
merupakan Seluruh Pendapatan Daerah selain PAD dan Dana Perimbangan yang meliputi Hibah,
dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh Pemerintah (Rosmawati, 2011).
Pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang tentunya akan
berpengaruh langsung terhadap kemampuan masyarakat secara finansial untuk membayar pajak.
Ikhsan et al. (2005) menyimpulkan bahwa masih ada kesempatan untuk meningkatkan penerimaan
pajak Indonesia tanpa meningkatkan tarif pajak. Di Indonesia, situasi ini diperparah dengan
tingginya tingkat penghindaran pajak. Faktor-faktor ini telah dibahas Gillis (1985), Marks (2003a,
2003b), dan Ikhsan et al. (2005). Penelitian Ikhsan et al. (2005) menyimpulkan bahwa Kota
Administrasi Jakarta Timur, pajak daerah menyumbang jumlah yang cukup besar bagi pendapatan
asli daerah. Hal ini dapat diperkuat dari strukur PDRB menurut lapangan usaha dimana
perdagangan, hotel dan restoran masih menempati urutan ke-2 setelah industri pengolahan .
Kepatuhan wajib pajak sangat berperan dalam penerimaan pajak, dimana wajib pajak mau
mendaftarkan diri, menyetor SPT, patuh membayar pajak terutang dan patuh dalam membayar
tunggakan pajak. Kepatuhan ini dapat dilihat dari selisih rencana penerimaan pajak dengan
realisasi penerimaan pajak. Pada dasarnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh sistem
administrasi perpajakan yang meliputi pelayanan pajak dan kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak kepada kas negara.
Pendapatan Asli Daerah merupakan indikator penting yang dinilai sebagai tingkat
kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Semakin tinggi peran pendapatan asli
daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, mencerminkan keberhasilan suatu
daerah dalam pembiayaan dan penyelenggaraan pembangunan.
Permasalahan umum dari peningkatan penerimaan pajak daerah dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Kurang pengetahuan dan pemahamani wajib pajak dalam pembayaran kewajibannya kususnya
pajak daerah.
2. Belum efektifnya pelaksanaan pelayanan publik (Pemda) bidang pembayaran pajak Jakarta
Timur.
3. Belum efektifnya pelaksanaan sanksi yang dilaksanakan bagi wajib pajak yang melakukan
kewajibannya, khususnya di Jakarta Timur.
Variabel-variabel yang diperkirakan mempengaruhi tingkat kepatuhan dan penerimaan
PAD adalah tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak, sanksi pajak dan tingkat
pelayanan fiscus. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
a. Apakah pengetahuan dan pemahaman wajib pajak berpengaruh secara langsung pendapatan
asli daerah Kota Administrasi Jakarta Timur?
b. Apakah Sanksi berpengaruh secara langsung terhadap kepatuhann wajib pajak di Kota
Administrasi Jakarta Timur?
c. Apakah Pelayanan Pajak berpengaruh secara langsung terhadap Kepatuhan wajib pajak di
Kota Administrasi Jakarta Timur?
d. Apakah tingkat pelayanan pajak berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan PAD di
Kota Administrasi Jakarta Timur?
e. Apakah Sanksi secara langsung berpengaruh terhadap PAD di Kota Administrasi Jakarta
Timur?
Penelitian memberikan kontribusi pada kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
khususnya pajak daerah, hotel, restoran, hiburan, retribusi daerah, dan Pendapatan Asli Daerah
dalam kontribusi perencanaan dan implementasi regulasi kebijakan bidang administrasi yang
lebih implemetatif dan operasional, khususnya dalam peningkatan pajak daerah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pajak Dan Retibusi
Pajak menurut pasal 1 UU No.28 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib pajak
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapat imbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo
(2011), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang dapat langsung
ditunjukkan, serta digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sementara itu, Mardiasmo
(2009:14) mendefinisikan retribusi sebagai pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pengertian Retribusi menurut Marihot (2005:6)
merupakan pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang
diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan.
2.2 Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Pelayanan Pajak,
Kepatuhan Wajib Pajak dan PAD
Pengetahuan tentang pajak bagi wajib pajak adalah proses perubahan sikap dan perilaku
wajib pajak. Pengetahuan akan Undang-undang perpajakan dapat diberikan melalui pendidikan
formal maupun non formal. Wajib pajak yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas
cenderung menjadi wajib pajak yang tidak patuh. Pelayanan petugas pajak merupakan cara
melayani (menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan wajib pajak). Sedangkan, fiskus adalah
petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam
membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam
hal ini adalah wajib pajak (Jatmiko, 2006). Ilyas dan Burton (2010), menjelaskan bahwa sikap
atau pelayanan fiskus yang baiklah yang harus diberikan kepada seluruh wajib pajak, karena
dalam membayar pajak seseorang tidak mempunyai kontraprestasi yang langsung dalam hal
mengetahui bagaimana pelayanan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh fiskus kepada wajib
pajak. diperlukan juga pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai fiskus.
Rohmawati,et al. (2013) menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh negatif
terhadap kesadaran wajib pajak. Ilyas dan Burton (2010) menjelaskan bahwa meskipun
kampanye dan penyuluhan perpajakan telah dilaksanakan Ditjen Pajak, cara yang dirasa paling
baik untuk bisa mengubah sikap masyarakat yang masih kontra dan belum memahami
pentingnya membayar pajak, dan akhirnya mau mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
adalah melalui pelayanan. Cara mengubah kesadaran wajib pajak bisa juga menggunakan sanksi
pajak yaitu suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar
peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-rambu bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
dilakukan. Pandangan msyarakat selama ini bahwa adanya sanksi perpajakan jika wajib pajak
tidak membayar pajak. Secara konvensional, terdapat dua macam sanksi yaitu sanksi positif dan
sanksi negatif. Sanksi positif merupakan suatu imbalan, sedangkan sanksi negatif merupakan
suatu hukuman Soekanto, (1988).
Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak patuh menurut
Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 wajib pajak patuh adalah sebagai berikut :
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan dalam
jangkawaktu 10 tahun terakhir.
4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak
pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis
pajak yang terutang paling banyak lima persen.
5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik
dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang
tidak memengaruhi laba rugi fiskal.
2.3 Pengembangan Hipotesis
A. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak dan PAD
Ilyas dan Burton (2010) menjelaskan bahwa meskipun kampanye dan penyuluhan
perpajakan telah dilaksanakan Ditjen Pajak, cara yang dirasa paling baik untuk bisa mengubah
sikap masyarakat yang masih kontra dan belum memahami pentingnya membayar pajak, dan
akhirnya mau mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP adalah melalui pelayanan. Hal yang
tidak mendukung dinyatakan oleh Muis Arrahman (2012) menemukan bahwa variabel
Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak tidak memberi
kontribusi terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama
Surabaya Wonocolo. Pengetahuan wajib pajak tentang pajak adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seorang atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Khairunnisa (2011) menyatakan bahwa strategi yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan pendapatan dari Pajak Hotel dan Pajak Restoran adalah dengan
meningkatkan promosi pariwisata serta keberadaan hotel dan restoran. Berdasarkan penelitian
tersebut maka diusulkan hipotesis 1 sebagai berikut :
H1: Tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap PAD.
B. Sanksi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Muliarni dan Setiawan (2010) menyatakan bahwa kontribusi sanksi dan kesadaran
pembayar pajak sebesar 49,8 persen terhadap PAD. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka
diusulkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H2: Sanksi Wajib Pajak berpengaruh secara langsung dan positif terhadap kepatuhan dalam
membayar pajak .
C. Tingkat Pengaruh Pelayanan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak.
Dasar pemikiran Pelayanan, bertujuan untuk memberikan layanan prima, transparan, serta
tepat dan cepat, kepada masyarakat, menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam
pelaksanaan yang diatur dalam Permendagri No.24 tahun 2006. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dibuat hipotesis 3 sebagai berikut :
H3: Pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak.
D. Tingkat Pelayanan Pajak dan PAD.
Arum (2012) menyatakan bahwa kesadaran, pelayanan, dan sanksi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Atas penemuan tersebut penelitian mengajukan
hipotesis 4 sebagai berikut :
H4: Pelayanan fiskus berpengaruh positif secara langsung terhadap kepatuhan wajib pajak.
E. Sanksi Pajak dan PAD
Sanksi merupakan suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan
(Mardiasmo,2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis
ke 5 sebagai berikut :
H5 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap PAD
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan di Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai langkah lanjut
penelitian pengaruh tingkat pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, sanksi pajak dan tingkat
pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dan pendapatan asli daerah, dengan beberapa
variable diantaranya pemahaman dan pengetahuan pajak, dimensi sanksi, tingkat pelayanan
perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan PAD. Hal ini digunakan untuk mengetahui faktor–faktor
yang sangat dominan dalam penerimaan pajak daerah. Sementara itu, data sekunder dan primer
dikumpulkan dengan menyebarkan kuestioner kepada WP di Kota Administrasi Jakarta Timur
serta data yang terdokumentasi, yaitu pengumpulan dengan cara melihat dan mencatat hal-
hal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data tersebut berupa target dan realisasi
pendapatan asli daerah, pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak
parkir.
3.2 Desain Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kota Administrasi Jakarta Timur.
Sedangkan objek penelitiannya adalah Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak (X1),
Sanksi Pajak (X2), Tingkat Pelayanan Pajak (X3), Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Y1) dan PAD
(Y2). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak parkir.
3.3 Variabel , Dimensi dan Indikator
Kajian untuk menganalisis faktor ataupun dimensi yang berpengaruh pada efektifitas
PAD Kota Administrasi Jakarta Timur , terdiri atas :
Variabel Dimensi Jumlah Indikator
Pelayanan Pelayanan Fiskus 1. Kecepatan Layanan
2. Ketepatan Layanan
3. Sarana Dan Prasarana
Pajak Pengetahuan dan
Pemahaman
1. Pengetahuan Individu Tentang Pajak
2. Pemahaman Pajak
3. Kesiapan Individu
4. Biaya yang dibebankan
Resiko Wajib Pajak Sanksi 1. Sosialisasi Sanksi
2. Implikasi Sanksi
3. Pengenalan Tentang sanksi
4. Malu Terhadap Lingkungan
Kemauan Individu Kepatuhan 1. Dorongan Internal
2. Kesiapan Individu
3. Pengaruh Media Sosial
3.4 Model Yang Digunakan Dalam Penelitian.
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan Struktural Equation Model
(SEM), dimana SEM merupakan salah satu teknik multivariat yang memeriksa hubungan
ketergantungan antar variabel. Biasanya digunakan jika satu variabel dependen menjadi variabel
independen dalam ketergantungan berikutnya. Langkah pengujian permodelan persamaan
struktural , diawali dengan kovarians matriks, diambil sebagai input untuk operasi SEM ataupun
dengan metode biasa PLS, sebagai berikut:
1. Uji kesesuaian Model (GOF), dengan menggunakan chisquare dan probabilitas.
2. Uji kausalitas dengan mempergunakan koefisien regresi dan uji t (t-test), jika dalam program
LISREL versi 8.5 ditampilkan dalam bentuk analisis jalur. Masing-masing jalur memberikan
nilai yang menampilkan hubungan antar variabel atau indikator.
3. Reliabilitas Instrumen dengan standar sebesar 0.70
Dalam penelitian ini variabel yang akan diuji hipotesisnya, tidak dapat diukur secara
langsung, sehingga perlu dibuat suatu model pengukuran dengan LISREL Berdasarkan
paradigma penelitian yang digambarkan bahwa beberapa variabel berhubungan secara tidak
langsung, sehingga digunakan diagram jalur. Untuk menguji hubungan tersebut, apakah
sesuai dengan hasil penelitian, maka perlu dilakukan uji Path analisys (analisis jalur).
4. Pendugaaan parameter dilakukan sekaligus untuk membuat model strukturalnya.
Data yang sudah diolah tidak perlu dilakukan standardisasi normal baku, sehingga dapat
langsung dianalisis dari data mentah yang didapat dari hasil penelitian Selanjutnya persamaan
model struktural secara keseluruhan adalah sebagai gambar.3.1.
GAMBAR 3.1 DI SINI
3.5 Metode Analisis Yang Digunakan.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambaran atau diskripsi kuantitatif
dengan dengan Lisrel Versi 8.5. Luaran dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor–faktor
yang berpengaruh terhadap variable endogen yaitu kepatuhan wajib pajak dan PAD. Sedangkan,
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, tingkat kualitas pelayanan wajib pajak sanksi
perpajakan, PAD. Varibel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga variabel
independen yaitu tingkat pengentahuan dan pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus,
sanksi perpajakan, serta kepatuhan wajib pajak dan PAD sebagai variable independen.
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Akumulasi dari proses pengambilan data di tingkat lapangan, dilaksanakan dengan
membagikan kuesioner kepada responden pengolahan dalam kajian penelitian ini dilaksanakan
dengan mempergunakan program SEM, dimana variabel manifest, dipergunakan sebagai tolok
ukurnya. Dari teori empirik, yang dimanfaatkan sebagai dasar pemikiran, dimana peneliti,
mempergunakan empat variabel Latent, antara lain Pengetahuan Wajib Pajak (PNG) didukung
oleh 4 variabel manifest, variabel latent Pelayanan Fiskus (PP) didukung oleh 7 variabel manifest
dan variabel latent Sangsi (SNK), didukung 5 variable manifest, dan Variabel kepatuhan WP
(PTH) didukung 5 variabel manifest, dan variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) didukung oleh
5 variabel manifest.
Responden sejumlah 150 orang, terdiri atas 42 orang sex rasio perempuan dan 108 orang
sisanya adalah laki-laki , sebaran menurut pendidikan, dan usia kerja responden. Berdasarkan
data yang diperoleh, diperoleh deskripsi sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Sex Rasio
Jenis kelamin responden pada penelitian diuraikan sebagaimana disajikan pada tabel.4.1.
TABEL 4.1 DISINI
Berdasarkan data diperoleh, nampak persebaran relatif lebih besar pada laki-laki ( 72%),
dibandingkan dengan perempuan ( 28%), hal ini terjadi khususnya pada kelompok responden
wajib pajak yang di dominasi oleh kaum laki-laki.
4.2. Usia Responden
Usia responden, merupakan elemen penting untuk diketahui dalam kajian yang terkait
dengan Pembayar pajak di kota administrative Jakarta timur, selanjutnya disebut dengan wajib
pajak atau WP, Data yang dikumpulkan dari responden, rata-rata umur responden 18 tahun
terendah dan tertinggi berumur 55 tahun, memperhatikan pada data persebaran usia responden
sejumlah 150, disajikan pada tabel.4.2.
TABEL 4.2 DISINI
Distribusi usia responden paling besar berkisar antara usia 25 tahun sampai 30 tahun
dengan jumlah 24 orang responden ( 35,29 %), diikuti oleh responden usia 18-24 tahun sebesar
16 orang setara dengan 23,52 persen, dan terendah adalah usia antara 37 tahun sampai 42 tahun,
berjumlah 6 orang setara dengan 8,82 persen. Gambaran distribusi menunjukkan bahwa
pembayar wajib pajak untuk kota Jakarta Timur didominasi oleh kaum laki-laki dengan kisaran
umur 18 tahun sampai 55 tahun yang mempunyai kapasitas optimal untuk melaksanakan
pembayaran pajak aktif.
4.3. Pendidikan
Pendidikan merupakan unsur penting untuk diketahui, terkait dengan kajian penelitian,
dimana pendidikan dari responden dalam unit sampling rata-rata berkisar SMA sampai S1,
distribusi tingkat pendidikan responden disajikan dalam tabel. 4.3.
TABEL 4.3 DISINI
Persebaran tingkat pendidikan responden sejumlah 150 orang, menunjukkan bahwa
persentase pendidikan tertinggi adalah SMA, sejumlah 63 persen, diikuti pendidikan Diploma 3
(D3) sebesar 22 persen, dilanjutkan terendah strata satu (S1) sebesar 15 persen Kondisi tingkat
pendidikan mengindikasikan bahwa peserta wajib pajak banyak diminati oleh masyarakat yang
berpendidikan SMA, gambaran tersebut menjadi indikasi kemudahan dalam melaksanakan
implementasi pelaksanaan pembayaran pajak.
4.4. Jenis Usaha Responden
Jenis usaha dari wajib pajak, diperoleh secara purposive, dimana variasi jenis usaha pada
masyarakat wajib pajak, didominasi oleh non PNS, dimana dari non PNS, terbagi atas jenis
usaha restorant,hotel, hiburan, dan reklame, seperti tersaji dalam table 4.4.
TABEL 4.4 DISINI
4.5 Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1 penelitian ini memprediksikan terdapat pengaruh pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak terhadap PAD. Hasil pengujian terhadap koefisien model struktural dan
hubungannya dengan hipotesis 1 dengan menggunakan PLS-SEM seperti yang disajikan pada
tabel. 4.5 panel A menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel PNG = 0.690 lebih besar dari
nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan jumlah responden =150, dengan pengujian dua
pihak, diperoleh angka t tabel 1,96, karena nilai t hitung lebih besar dari t kritis, pada tingkat
kesalahan 5%, serta dibuktikan oleh nilai p = 0,014 lebih kecil dari 0,05, dengan demikian
diputuskan untuk menolak Ho dan menerima H1. Jadi berdasarkan hasil pengujian dapat
disimpulkan bahwa Pengetahuan dan Pemahaman berpengaruh terhadap PAD.
TABEL 4.5
Table 4.5 panel B menunjukkan bahwa hasil pengujian dengan PLS SEM didapatkan
nilai t hitung variabel SNK 4,764 > nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan jumlah
responden = 150, dengan pengujian dua pihak , diperoleh angka t tabel 1,96 , karena nilai t
hitung lebih besar dari t kritis, pada tingkat kekeliruan 5%, serta dibuktikan oleh nilai p = 0,00
lebih kecil dari 0,05, dengan demikian diputuskan untuk menolak Ho dan menerima H1. Dengan
demikian, hipotesis 2 yang memprediksikan bahwa sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak didukung.
Sementara itu hipotesis 3 yang mengusulkan bahwa pelayanan pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil (tabel
4.5 Panel C) bahwa nilai t hitung variabel PP = 2.449 lebih kecil dari nilai t tabel pada tingkat
signifikansi 0,05 dan jumlah responden =150, dengan pengujian dua pihak, diperoleh angka t
tabel 1,96, karena nilai t hitung lebih kecil dari t kritis, pada tingkat kesalahan 5%, serta
dibuktikan oleh nilai p = 0,109 lebih besar dari 0,05, dengan demikian diputuskan untuk menolak
H1 dan menerima Ho. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelayanan pajak tidak berpengaruh
terhadap ke kepatuhan WP.
Selanjutnya, hasil pengujian pada tabel 4.5 panel D menunjukkan bahwa nilai t hitung
variabel PP = 0,441 lebih kecil dari nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan jumlah
responden =150, dengan pengujian dua pihak , diperoleh angka t tabel 1,96 , karena nilai t
hitung lebih kecil dari t kritis, pada tingkat kekeliruan 5%, serta dibuktikan oleh nilai p=0,491
lebih besar dari 0,05, dengan demikian diputuskan untuk menolak H1 dan menerima Ho. Jadi,
berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa Pelayanan pajak tidak berpengaruh
terhadap Peningkatan PAD
Terakhir, pada tabel 4.5 panel E menunjukkan bahwa hasil pengujian didapatkan nilai t
hitung variabel SNK = 4,993 lebih besar dari nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 dan
jumlah responden = 150, dengan pengujian dua pihak , diperoleh angka t tabel 1,96, karena nilai
t hitung lebih kecil dari t kritis, pada tingkat kekeliruan 5%, serta dibuktikan oleh nilai p = 0,016
lebih kecil dari 0,05, dengan demikian diputuskan untuk menolak Ho dan menerima H1. Jadi,
berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa sanksi berpengaruh terhadap Peningkatan
PAD.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengujian hipotesis 1 memberikan bukti bahwa tingkat pengetahuan dan
pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap PAD di Kota Administrasi Jakarta Timur.
Pengetahuan serta pemahaman wajib pajak merupakan hal penting yang harus disampaikan
kepada wajib pajak oleh pihak institusi pajak. Diseminasi serta sosialisasi di tingkat masyarakat
wajib pajak, menjadi daya ungkit untuk meningkatkan sikap dan pola pikir masyarakat wajib
pajak, untuk melaksanakan kuajibannya membayar pajak. Sikap dari wajib pajak sebagai dasar
untuk membentuk pemikiran yang positif untuk melaksanakan aktifitas yang bermanfaat.
Ajzen(1988) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi yang dipelajari individu untuk
memberikan respon suka atau tidak suka secara konsisten terhadap objek sikap. Respon suka
atau tidak suka itu adalah hasil proses evaluasi terhadap keyakinan-keyakinan (beliefs) individu
terhadap objek sikap.
(Fishbein&Ajzen,1975) Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan sikap sebagai penilaian
subjektif seseorang terhadap suatu objek. Sikap adalah respon evaluatif yang diarahkan
seseorang terhadap orang, benda, peristiwa, dan perilaku sebagai objek sikap. Sikap melibatkan
kecenderungan respon yang bersifat preferensial. Sikap sebagai respon evaluatif menunjukkan
ekspresi suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendekati atau menghindari, dan tertarik
atau tidak tertarik terhadap objek sikap. Sears dkk (1999) berpendapat bahwa sikap merupakan
orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif dan perilaku.
Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap
tertentu berupa fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Pengetahuan serta pemahaman
yang dilaksanakan dengan diseminasi maupun sosialisasi tentang pajak, diharapkan akan dapat
meningkatkan kesadaran wajib pajak dan memberikan effect pada kepatuhan untuk membayar
akan pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan pembangunan dan kemakmuran rakyat.
Walaupun secara umum wajib pajak menyadari kuajibannya dalam pelunasan pajak,
tetapi dengan pola sikap yang bervariasi di tingkat masyarakat, menjadikan efect tidak
tercapainya target penerimaan keuangan pendapatan negara dari sektor pajak, dengan demikian
pemahaman dan peningkatan pengetahuan sebagai dasar untuk mendorong perubahan sikap
masyarakat WP, menjadi hal penting dilaksanakan oleh institusi pajak. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dari estimasi pemahaman dan pengetahuan WP terhadap kepatuhan WP mempunyai
hubungan yang non significant, yang ditunjukkan oleh nilai t sebesar 1,606 dan p=0,109 .
Faktor yang menyebabkan rendahnya tax ratio adalah rendahnya pendapatan per kapita,
tingkat kepatuhan wajib pajak yang masih rendah (kesadaran masyarakat akan kewajiban
perpajakan masih sangat rendah), wajib pajak dalam melaporkan peredaran usaha dan
penghasilannya sebagian besar belum dilakukan secara transparan, dan tingkat efisiensi
administrasi perpajakan yang belum maksimal. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
kewajiban perpajakan ini seringkali disebabkan oleh karena ketidaktahuan masyarakat akan
aturan perpajakan. (Yadnyana dan Sudiksa,2011). Pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan
pajak tentu berkaitan dengan pemahaman seorang wajib pajak tentang peraturan pajak,
pemahaman dan pengetahuan tentang perpajakan secara umum wajib pajak memahami tata cara
perpajakan maka dapat pula memahami peraturan perpajakan. Hal tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan serta wawasan terhadap peraturan perpajakan. ,
Bukti yang memperkuat hipotesis 2 didapatkan, yaitu pengaruh sanksi terhadap kepatuhan
wajib pajak. Pengetahuan tentang sanksi di Indonesia dilaksanakan dengan cara penghitungan
sendiri bagi wajib pajak yang bersifat umum ( Pajak pribadi, Pajak perusahaan,dll), sedangkan
yang bersifat khusus kaitannya dengan wajib pajak, diatur dalam peraturan daerah. Dengan
demikian wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor, dan melaporkan
pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap Wajib Pajak
memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis administrasinya. Agar
pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah
menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku.
Selanjutnya, Kepatuhan Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak,
terkait erat dengan pemahaman mengenai pajak, disebabkan kesalahan, untuk mengurangi
kesalahan berarti akan mengurangi risiko memperoleh sanksi. Dengan memahami sanksi-sanksi
perpajakan Wajib pajak mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak
dilakukan. Penjelasan inilah yang memperkuat bukti yang ditemukan dalam penelitian ini yang
dinyatakan dengan penolakan hipotesis 3, yaitu bahwa pelayanan pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak. Terbukti bahwasannya karakteristik masyarakat Kota
Administratif Jakarta Timur dalam hal kepatuhan pembayaran pajak lebih dipengaruhi oleh
sanksi pajak bukan oleh tingkat pelayanan yang diberikan fiscus.
Hipotesis berikutnya yaitu H4 tidak didukung, artinya pelayanan pajak tidak berpengaruh
terhadap peningkatan PAD. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah
pengetahuan wajib pajak tentang tata cara melaksanakan kewajiban perpajakan dan selanjutnya
pengetahuan dan pemahaman wajib pajaklah yang mempengaruhi PAD. Hal ini didukung oleh
Nurmantu (2005:32) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan atau
pengetahuan wajib pajak, maka semakin mudah pula bagi mereka untuk memahami peraturan
perpajakan dan semakin mudah pula wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain
pengetahuan perpajakan, faktor kualitas pelayanan juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Pelayanan yang baik akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya (Darussalam, 2010) Layanan sebagai tindakan atau perbuatan yang
ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain yang dapat menciptakan nilai dan memberikan
manfaat kepada pelanggan pada waktu dan tempat tertentu dengan menimbulkan perubahan
keinginan atau kepentingan penerimaan layanan. Sehingga, pelayanan merupakan kegiatan yang
diberikan untuk memberikan kepuasan atas melayani kebutuhan wajib pajak. Terdapat lima
dimensi yang digunakan sebagai indikator/ukuran kualitas pelayanan. (Albari, 2009) lima
dimensi kualitas layanan tersebut adalah:
a. keandalan (reliability), berupa kemampuan untuk melaksanakan layanan yang dijanjikan
secara tepat dan terpercaya.
b. Kepastian/jaminan (assurance), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
organisasi dan karyawannya untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.
c. Responsif (responsiveness), adalah kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan
layanan dengan cepat.
d. Empati (empathy), berupa kepedulian atau perhatian pribadi yang diberikan organisasi kepada
pelanggannya.
e. Berujud/bukti fisik (tangible), berupa penampilan fisik, peralatan, personil dan media
komunikasi.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh hasil estimasi pengaruh Pelayanan
terhadap PAD, dengan t hitung sebesar 0,441< 1,96 dan p= 0,659 , kesimpulan menunjukkan
bahwa Pelayanan Pajak tidak significant mempengaruhi PAD.
Salah satu faktor menyebabkan penerimaan pajak yang sulit tercapai yaitu kepatuhan
wajib pajak yang rendah itu dibuktikan karena masyarakat selaku wajib pajak lupa, atau bahkan
mungkin mengabaikan kewajibannya untuk membayar pajak, khususnya pajak penghasilan
orang pribadi. Terlebih ditengah perubahan pandangan masyarakat terhadap seluruh aspek
penyelenggaraan pemerintahan, serta berbagai situasi yang muncul serta memberikan kesan
negatif terkait masalah perpajakan (Aceng HM Fikri,2012 ). Sanksi perpajakan Merupakan
jaminan bahwa ketentuan perundang undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan
(preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2009). Sanksi
perpajakan merupakan pemberian sanksi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Terdapat
undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Agar
peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Wajib
pajak akanmemenuhikewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan
lebih banyak merugikannya (Nugroho, 2006). Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak dengan arah positif yang artinya apabila sanksi perpajakan tinggi
maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat, selanjutnya mempunyai dampak pada
meningkatnya PAD. Berdasarkan pada kajian diperoleh nilai t hitung sebesar 4,993 > 1,96 dan
p = 0,0164 < 0,05 sehingga Sanksi berpengaruh secara signifikan terhadap PAD.
5. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif antara tingkat pengetahuan
dan pemahaman wajib pajak terhadap PAD. Artinya, jika tingkat pengetahuan dan pemahaman
masyarakat Kota Administratif Jakarta Timur meningkat maka terjadi peningkatan pendapatan
asli daerah Kota Administratif Jakarta Timur. Begitupun sanksi, memiliki pengaruh yang positif
terhadap kepatuhan wajib pajak dan PAD. Sanksi yang diterapkan akan mampu meningkatkan
kepatuhan masyarakat Kota Administratif Jakarta Timur untuk memenuhi kewajiban melaporkan
dan membayar pajaknya. Selain itu, sanksi juga memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan
PAD. Semakin tegas pemerintah menerapkan sanksi pajak terhadap masyarakat, semakin
meningkat pula pendapatan asli daerah Kota Administratif Jakarta Timur.
5.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang harus dilaksanakan oleh pihak institusi, antara lain :
1. Frekuensi untuk pelaksanaan regulasi pajak dilaksanakan per 5 tahun.
2. Peningkatan sosialisasi terkait dengan pelaksanaan sanksi bagi wajib pajak dilaksanakan 6 kali
dalam satu tahun anggaran.
3. Peningkatan peran pelayan di tingkat institusi pajak hotel, restoran dan periklanan, dengan
pengembangan sapras dan SDM berkualitas melalui pelatihan dalam satu tahun anggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyati, Tatiek. (2009). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama. Jurnal : UPN Veteran Jakarta.
Agus Djoko Santosa, 2016 . LISREL 8.7 dan aplikasi dalam pengolahan data, Kepel Press, Yogyakarta.
Agus Djoko Santosa,2016. EVIEWS aplikasi dalam pengolahan data, Kepel Press, Yogyakarta.
Ajzen, I., and Fishbein, M. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Ajzen, Icek.2002. Constructing a TBP Questionnare: Conceptual and methodological Considerations. September (Revised January, 2006).
AJZEN,I (1988) Attitudes, Personality and Behavior, England: open University.
Ali et al. 2001. The Effects of Tax Rates and Enforcement Polices on Tax Payer Compliance: A study of Self-Employed Tax Payers. Antlantic Economic Journal, 29.
Arya Yogatama,2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi , Semarang.
B. Ilyas, Wirawan dan R. Burton. 2010. Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.
Chau, Liung. 2009. A Critical Review of Fisher Tax Compliance Model (A Research Syntesis). Journal of Acconting and Taxation, 1(2).
Cooper,Donald R & Schindler,2001.Research Methods for Business seventh edition, Boston Mc Graww Hill Book, Co.
Darmayanti, Theresia Woro. 2004. Pelaksanaan Self-Assesment System Menurut Wajib Pajak (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan Salatiga). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, X(1).
Endang,PW,2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen pembelian minyak goreng di Surabaya dengan menggunakan pendekatan metode Structural Equation Modelling, Semarang.
Ernawati,2014 Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”KPP Pratama Jakarta, Semarang
Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yuliana Wati 2011, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak, Universitas Stikubank, Semarang.
Harjanti, Arum Puspa. (2012). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas : Studi Empiris di KPP Cilacap. Tesis. Program Sarjana Akuntansi Universitas Diponegoro.
Ho, Daniel. 2004. A Study of Hongkong Tax Compliance Ethics. International Business Research, 2(4).
Imam Ghozali, 2015, SMART PLS-3, 2015. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UNDIP, Semarang.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Empiris terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Thesis, Universitas Diponegoro.
Joreskog,KG, Dag Sorbon, Stepen du Toit& Matilda du Toit,1999. LISREL 8 New Statistical Feature, Chicago, Scientific, Software, International,Inc.
Kiki Rizki Utami,2009. pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di lingkungan KPP Pratama Serang. FISIP UI, Jakarta.
Mardiasmo. 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. 2009. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.
Ni Ketut Muliari.2010.”Pengaruh PersepsiTentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.
Republik Indonesia, 2000.“Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.Tentang Perubahan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”. Jakarta. Sekretariat Negara RI.
Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Widya Warta No.02 Tahun XXXV / Juli 2011, ISSN 0854-1981.
Siahaan, Marihot. 2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. statistics Vol 72 No 4 pp 603-593.
Supadmi,Ni Luh, 2008, Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan . Fakultas Ekonomi , Universitas Udayana.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-84/PJ/2011 tentang Pelayanan Prima di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik. Vol 4, PP 105-121.
Suryadi.2006.”Model Hubungan Kausal Kesadaran,Pelayanan,KepatuhanWajib Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak :Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur”.Jurnal Keuangan Publik.Vol.4.No.1.April.Pp 105-121.
Suyatmin. (2004), Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan : Studi Empiris di Wilayah KP PBB Surakarta, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Wardiyanto, Bintoro. 2007. Kebijakan Pengamounan Pajak (Tax Amnesty)(Perspektif Kerangka Kerja Implementasi Sunset Policy Mendasarkan UU No 28 Tahun 2007). Jurnal Masyarakat Kebudayaan Dan Politik Volume 21, Nomor 4:328-335. Universitas Airlangga. Surabaya.
Widaningrum, Dwi Indah .(2007). Identifikasi kemampuan dan kemauan membayar masyarakat berpenghasilan menengah rendah.
Yadnyana, I Ketut. 2009. Pengaruh Moral dan Sikap Wajib Pajak pada Kepatuhan Wajib
Pajak Kopeasi di Kota Denpasar. Denpasar: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Gambar 3.1 Model Struktural Penelitian.
Tabel.4.1. Deskripsi data responden berdasarkan sex rasio.
No Sex Rasio Jumlah Persentae
1 Laki-laki 108 72
2 Perempuan 42 28
Sumber : data primer, 2016
Tabel.4.2. Deskripsi data responden berdasarkan Usia.No Usia (tahun) Jumlah Persentase
1 18-24 16 23.529412 25-30 24 35.294123 31-36 14 20.588244 37-42 6 8.8235295 43-lebih 8 11.76471
Sumber : data primer, 2016
Tabel.4.3 Distribusi Tingkat Pendidikan RespondenPendidikan Jumlah PersenSMA 95 63D3 33 22S1 22 15
Jumlah 150 100 Sumber : Data Primer, 2016
Tabel.4.4. Distribusi Jenis Usaha Respondenjenis usaha jumlah persentase
Restoran 99 66Hotel 9 6Hiburan 37 24.66667Reklame 5 3.333333
Sumber : Data primer,2016
Tabel.4.5Evaluasi terhadap Koefisien Model Struktural dan hubungannya dengan Hipotesis
Panel A : Hipoteis 1
Deskripsi T value probabilty keterangan
Pengatahuan dan Pemahaman terhadap Kepatuhan
( PENG >PTH)
0.690 0,014 Significant H1
diterima dan Ho ditolak
______________________________________________________________________________
Panel B: Hipotesis 2
Deskripsi T value Probabilty Keterangan
Sangsi terhadap Kepatuhan
( SNK >PTH)
4,764 0,000 Significant H1
diterima dan Ho ditolak
_________________________________________________________________________________
Panel C: Hipotesis 3
Deskripsi T value probabilty keterangan
Pelayanan Pajak terhadap Kepatuhan
( PP >PTH)
2.449 0,109 Tidak Significant Ho diterima dan H1 ditolak
_____________________________________________________________________________________
Panel D: Hipotesis 4
____________________________________________________________________________________Panel E: Hipotesis 5________________________________________________________________________________
Deskripsi T value probabilty keterangan
Sangsi terhadap Peningkatan PAD
( SNK >PAD)
4,993 0,016 Significant H1
diterima dan Ho ditolak
Sumber : data primer, 2016
Deskripsi T value probabilty keterangan
Pengetahuan dan Pemahaman Pajak terhadap Peningkatan PAD
( PP >PAD)
0.441 0,491 Tidak Significant Ho diterima dan H1 ditolak