sikumannakal.files.wordpress.com · Web viewKetidak seimbangan roda yang berlebihan dapat...
-
Upload
nguyenthuy -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of sikumannakal.files.wordpress.com · Web viewKetidak seimbangan roda yang berlebihan dapat...
LAPORAN PRAKTEK CHASIS
Disusun Oleh:
Indra Irawan
075524046
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
2010
PRAKTEK 6: SISTEM REM
1. Tujuan
Mahasiswa mengenal komponen sistem rem.
Mahasiswa memahami cara kerja sistem rem.
Mahasiswa mampu membongkar dan memasang sistem rem.
Mahasiswa mampu memperbaiki dan memeriksa sistem rem.
2. Keselamatan kerja
Perhatikan langkah kerja saat pembongkaran maupun perakitan.
Bersihkan minyak rem yang berceceran.
Melakukan pekerjaan praktek sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
3. Alat dan bahan
Unit Rem
Tang
Obeng + / -
Majun ( lap)
4. Dasar Teori
Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung aspek
keamanan berkendaraan, maka rem harus :
Dapat menghentikan kendaraan secepat mungkin
Dapat melaksanakan pengereman sesuai kehendak pengemudi
A. Macam-Macam Rem
Rem tromol
Tidak bekerja
Tidak ada tekanan hidraulis, ® torak silinder roda tidak
tertekan ® tidak terjadi pengereman
Bekerja
Tekanan hidraulis menekan torak silinder roda ®
kanvas menekan tromol
Komponen Rem Tromol
Backing plate
Kanvas remSepatu rem
Pegas pengembali
Penyetel remPegas penekan
Silinder roda Tromol
Backing plate dibuat dari baja press yang
dibaut pada axle housing atau axle carrier
bagian belakang. Karena sepatu rem terkait
pada backing plate, maka aksi daya
pengereman tertumpu pada backing plate.
Silinder roda
Silinder roda terdiri dari beberapa
komponen seperti terlihat pada gambar di
sebelah kanan. Setiap roda menggunakan
satu atau dua buah silinder roda. Ada sistem
yang menggunakan dua piston untuk
menggerakkan kedua sepatu rem, yaitu satu
piston untuk setiap sisi silinder roda,
sedangkan sistem lainnya hanya
menggunakan satu pistonuntuk
menggerakkan hanya satu sepatu rem
Bila timbul tekanan hidrolis pada master
cylinder maka akan menggerakkan piston
cup, piston akan menekan kearah sepatu
rem, kemudian bersama-sama menekan
tromol rem.
Apabila rem tidak bekerja, maka piston
akan kembali ke posisi semula dengan
adanya kekuatan pegas pembalik sepatu
rem, dan pegas kompresi yang mengkerut.
Bleeder plug disediakan pada silinder
roda gunanya untuk membuang udara dari
minyak rem.
Sepatu rem dan kanvas rem
Biasanya sepatu rem dibuat dari plat
baja. Kanvas rem dipasang dengan dikeling
atau dilem pada permukaan yang
bergesekan dengan tromol.
Kanvas ini harus dapat menahan panas
dan aus dan harus mempunyai koefisien
gesek yang tinggi. Koefisien tersebut sedapat
mungkin tidak dipengaruhi oleh keadaan
naik atau turunnya temperatur dan
kelembaban yang silih berganti. Umumnya
kanvas terbuat dari campuran fiber metallic
dengan brass, lead, plastik dan sebagainya
dan diproses dengan ketinggian panas
tertentu.
Tromol rem
Tromol rem umumnya terbuat dari besi
tuang dan gambar penampangnya seperti
terlihat pada gambar disamping. Tromol rem
ini letaknya sangat dekat dengan sepatu rem
tanpa bersentuhan dan berputar bersama
roda.
Ketika kanvas menekan permukaan
bagian dalam tromol bila rem bekerja, maka
gesekan panas tersebut dapat mencapai
suhu setinggi 200°C sampai 300°C.
Rem cakram
Tidak bekerja
Tekanan hidraulis tidak ada ® torak tidak tertekan ®
balok rem ( pad ) tidak menekan piringan ® tidak
terjadi pengereman
Bekerja
Tekanan hidraulis menekan torak,® balok rem®
piringan terjadi pengereman
Komponen rem cakram
Piringan
Balok rem
Sil torak kaliper
Piringan cakram
Torak kaliper
Pegas penekan
Kaliper
Nipel pembuang udara
Tekanan Hidroulis
Umumnya cakram atau piringan dibuat
dari besi tuang dalam bentuk biasa (solid)
dan berlubang-lubang untuk ventilasi.
Tipe cakram lubang terdiri dari
pasangan piringan yang berlubang untuk
menjamin pendinginan yang baik, kedua-
duanya untuk mencegah fading dan
menjamin umur pad lebih panjang atau
tahan lama.
Pad rem
Pad (disc pad) biasa dibuat campuran
metallic fiber dan sedikit serbuk besi. Tipe
ini disebut dengan “semi metallic disc pad”.
Pada pad diberi garis celah untuk
menunjukkan tebal pad. Dengan demikian
dapat mempermudah pengecekan keausan
pad.
Caliper
Caliper disebut dengan cylinder body,
yang berfungsi untuk memegang piston-
piston dan dilengkapi dengan saluran
dimana minya rem disalurkan ke silinder.
Caliper dikelompokkan menjadi dua
jenis menurut pemasangannya yaitu tipe
fixed caliper dan tipe floating caliper.
5. Langkah Kerja
Pembongkaran
1) Kuras minyak rem
2) Kendorkan roda
3) Angkat mobil dengan dongkrak
4) Tempatkan jack stand untuk menyangga kendaraan
5) Lepaskan roda kendaraan
6) Lepaskan bantalan roda, kemudian tromol dapat dilepas
7) Lepaskan kanvas rem dan periksa kondisi kanvas apakah sudah aus, kotor atau terkena
cairan minyak rem.
8) Periksa kebocoran pada silinder rem. Jika ada, semua silinder rem pada aksel yang
diperiksa harus dioverhaul atau diganti baru.
9) Sebelum memasang tromol, beri sedikit vet pada pemusatnya, untuk mencegah karat.
Beri juga vet pada baut pengkat roda.
10) Pasang tromol kembali, sesuai dengan posisinya yang telah diberi tanda.
11) Isi kembali minyak rem dan lakukan pem-bleeding-an
12) Pasang kembali roda-roda dan periksa ketinggian pedal rem
6. Hasil analisis
1) Kondisi kanvas rem terkena tumpahan minyak rem sehingga harus dibersihkan
2) Kondisi karet dan seal silinder roda robek dan mengalami kebocoran sehingga harus
diganti.
PRAKTEK 7: BALANCING
1. Tujuan
1) Mahasiswa mengenal proses balancing.
2) Mahasiswa memahami pentingnya proses bancing.
3) Mahasiswa mampu melaksanakan proses balancing.
2. Keselamatan kerja
1) Perhatikan langkah kerja saat melakukan proses balancing.
2) Gunakan peralatan yang sesuai.
3) Jangan membuka cover pelindung roda saat proses balancing sedang berlangsung.
3. Alat dan bahan
1) Roda
2) Tang balance
3) Timah pemberat
4) Mesin balance
4. Dasar Teori
A. Keseragaman BanKeseragaman ban juga berarti keseragaman berat, dimensi, maupun
rigiditasnya. Akan tetapi, karena keseragaman berat biasanya disebut wheel
balance, dan keseragaman dimensi disebut run-out, maka keseragaman berarti juga
keseragaman rigiditas.
Apabila roda tidak seimbang putarannya, maka dapat menimbulkan ketidak
seimbangan pada roda. Ketidak seimbangan roda yang berlebihan dapat
mengakibatkan getaran yang dapat mempengaruhi kontrol terhadap kemudi
kendaraan. Oleh karena itu, roda dan ban biasanya diperiksa terhadap
keseimbangannya sebelum meninggalkan pabrik. Akan tetapi keseimbangan roda
dapat berubah karena kerusakan atau karena keausan, terutama pada mobil
berkecepatan tinggi.
Roda dan ban yang tidak seimbang disamping membuat kendaraan tidak
nyaman, juga menimbulkan keausan-keausan tidak normal pada ban (flat sporwear)
dan sistem suspensi. Dua efek penting dari keadaan tidak seimbang adalah "wheel
tramp" (roda bergetar pada arah vertikal) dan "wheel shimmy" (getaran pada arah
samping).
B. Wheel Balance
Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mesin, handling dan kemampuan
pengereman, juga aerodinamik body, ini memungkinkan kendaraan dapat berjalan
dengan kecepatan yang semakin tinggi. Pada kecepatan tinggi. wheel assembly (ban
dan peiek) yang tidak balans dapat menimbulkan getaran yang diteruskan ke body
melalui komponen suspensi, dan ini tidak nyaman bagi pengemudi maupun
penumpang. Untuk itu, wheel balance perlu diperhatikan benar untuk mencegah
timbulnya getaran seperti tersebut di atas. Pekerjaan yang berhubungan dengan ini
disebut dengan wheel balancing. Wheel balancing dilakukan dengan menggunakan
balancing weight bagi keseluruhan wheel assembly, yaitu pelek dengan ban yang
terpasang. Wheel balance dibagi menjadi dua : static balance (jika roda diam
ditempat) dan dynamic balance (pada saat roda berputar).
C. Penggunaan Peralatan Pembalans Roda/Ban
Ada dua tipe wheel balancer yaitu off-the-car balancer yang dalam pengoperasiannya perlu melepaskan ban dan mobil, balancing dilakukan secara independent, dan on-the-car balancer yang dalam pengoperasiannya, balancing melibatkan semua bagian yang berputar (pelek, teromol rem dan axle hub, dan lain-lain) sementara roda masih terpasang di kendaraan.
Kedua balancer tersebut mempunyai keistimewaan sebagai berikut:Item Tipe Off-the-car balance On-the-car balance
Ketelitian
Static balance Tinggi Tinggi
Dynamic balance Tinggi Tidak terlalu tinggi
Kemudahan
balancing
Static balance Mudah Cukup mudah
Dynamic balance Mudah Cukup sulit (beberapa balancer
tidak dapat mengukur dynamic
balance dengan tepat)
Wheel balancer off the car type wheel balancer on the car typeDahulu, off-the-car type balancer dan on-the-car type balancer dipakai sendiri-
sendiri untuk memperbaiki balance roda. Tetapi sekarang, untuk memperbaiki
getaran yang keras (goncangan body, getaran kemudi, dan lain-lain) yang terjadi
pada kecepatan tinggi, yang tidak dapat diperbaiki dengan cara terdahulu ;
pertama, lakukan static balance secara tersendiri dengan menggunakan off-the-car
balancer, dan kemudian lakukan dynamic balance dengan ban terpasang pada
kendaraan (on-the-car balancer). Pada akhirnya, ban diperiksa deviasinya dari
tengah ban dan masalah lain yang mungkin muncul sebagai deviasi pada static
balance, serta yang lain-lain diperbaiki dengan menggunakan on-the-car balancer.
5. Langkah kerja
1) Lepaskan roda kendaraan yang akan di balance
2) Periksa kondisi roda dan velg terhadap potongan logam, batu atau lumpur yang
mungkin menempel.
3) Periksa tekanan angin ban, tambah bila tekanan angin berkurang.
4) Lepaskan timah pemberat roda jika ada.
5) Naikkan roda pada mesin balance.
6) Masukkan ukuran roda pada mesin balance (lebar roda, diameter velg, jarak velg
terhadap mesin balance)
7) Jalankan mesin balance.
8) Setelah roda pada mesin balance berhenti berputar, bacalah jumlah gram bobot
pemberat pada gram meter.
9) Putar roda hingga phase meter menyala seluruhnya.
10) Pasang timah pemberat sesuai dengan angka yang tertera pada gram meter.
11) Nyalakan kembali mesin balance, ulangi langkah 7-10 hingga gram meter menunjukkan
angka 0.
6. Hasil Analisa
1) Pada roda yang di balance, angka gram meter menunjukkan angka 25 pada bagian luar
roda dan 35 pada bagian dalam roda.
2) Sebaiknya menggunakan pemberat dengan jumlah seminimal mungkin.
3) Roda yang mengalami getaran atau aus yang berlebihan sebaiknya diganti dan kondisi
velg perlu diperiksa kembali
PRAKTEK 8: SISTEM KEMUDI
1. Tujuan
Mahasiswa mengenal komponen sistem kemudi.
Mahasiswa memahami cara kerja sistem kemudi.
Mahasiswa mampu membongkar dan memasang sistem kemudi.
Mahasiswa mampu memperbaiki dan memeriksa sistem kemudi.
2. Keselamatan kerja
Perhatikan langkah kerja saat pembongkaran maupun perakitan.
Gunakan peralatan yang sesuai.
Melakukan pekerjaan praktek sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
3. Alat dan bahan
Unit sistem kemudi
Tool set
Tang
Obeng + / -
Majun ( lap)
Snap ring
4. Dasar Teori
Sistem kemudi berfungsi untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan
roda depan.
Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke
steering gear. Steering gear memperbesar tenaga putar ini sehingga dihasilkan momen
yang lebih besar untuk menggerakkan roda depan melalui steering linkage.
Tipe sistem kemudi yang digunakan tergantung dari model mobil. Tipe yang
digunakan sekarang adalah recirculating ball dan rack & pinion, khusus untuk mobil
penumpang seperti ditunjukkan pada gambar dibawah.
Tipe Rack & Pinion
Mengubah gerak rotasi roda kemudi
menjadi gerak ke kanan atau ke kiri
steering rack. Konstruksinya
sederhana dan ringan. Kemudi
menjadi kokoh, dan respon roda
kemudi sangat cepat.
1. Roda kemudi2. Steering main shaft & column tube3. Roda gigi kemudi4. Rumah steering rack 5. pinion6. Rack
Tipe recirculating ballTerdapat banyak bola diantara worm
shaft dan mur pada sector shaft.
1. Roda kemudi2. Steering main shaft & column tube3. Roda gigi kemudi4. Persambungan kemudi5. Bola-bola baja6. Mur bola7. Sector shaft8. Worm shaft
Roda KemudiRoda kemudi adalah part yang mengubah arah roda depan sesuai dengan keinginan
pengemudi. Item-item perawatan meliputi pemeriksaan gerak bebas pengemudi.
Sistem roda kemudi atau steering column dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
1. Tilt Steering
Memungkinkan pengemudi menyesuaikan
sudut vertikal roda kemudi sesuai dengan
postur dan keinginan pengemudi.
2. Telescopic Steering
Memungkinkan pengemudi menggerakkan
roda kemudi secara longitudinal sesuai
dengan postur dan keinginan pengemudi.
3. Mekanisme Penyerap Benturan
Bila benturan yang kuat diberikan pada roda
kemudi saat terjadi tabrakan, main shaft dan
column tube menyerap energi benturan
melalui kompresi dan perubahan bentuk.
1) kondisi sebelum benturan
2) kondisi setelah benturan
Mekanisme Steering Lock
Ini adalah fitur anti kecurian yang melumpuhkan roda kemudi dengan cara mengunci main
shaft ke column tube saat kunci pengapian ditarik.
A. Komdisi Bebas
B. Kondisi Terkunci
1. Kunci Kontak
2. Pengunci
3. Streering Main Shaft
Power Steering
Alat untuk tenaga kemudi dipasang pada mekanisme kemudi untuk mengurangi
jumlah usaha kemudi yang dikeluarkan oleh pengemudi. Terdapat dua tipe alat untuk
tenaga kemudi: tipe hidrolik dan tipe motor listrik.
Power steering hidrolik Sistem power steering menggunakan tenaga mesin untuk
menggerakkan vane pump yang membangkitkan tekanan hidrolik. Saat roda kemudi
diputar, sirkuit oli diubah pada control valve.
Saat tekanan oli diberikan pada power piston di power cylinder, maka tenaga yang
dibutuhkan untuk mengoperasikan roda kemudi dikurangi. Pemeriksaan kebocoran fluida
power steering perlu dilakukan secara berkala.
Sistem power steering memiliki booster hidraulis dibagian tengah mekanisme kemudi
agar kemudi menjadi lebih ringan. Dalam keadaan normal beratnya putaran roda kemudi
adalah 2-4 Kg. Sistem power steering direncanakan untuk mengurangi usaha pengemudian
bila kendaraan berputar pada putaran rendah, dan menyesuaikan pada tingkatan tertentu
bila kendaraan bergerak, mulai kecepatan medium, sampai kecepatan tinggi.
Keterangan:
1. Tangki reservoir 5. Power piston
2. Vane reservoir 6. Roda kemudi
3. Control valve 7. Mesin
4. Power cylinder
5. Langkah Kerja
Sistem kemudi tipe Rack & Pinion
Pembongkaran
1) Sebelum pembongkran, periksalah seluruh sambungan kemudi.
2) Lepas tie-rod, beri tanda pada panjang ulir tie rod agar mudah
saat pemasangan.
3) Lepas klip, klem dan karet penutup (catat posisi karet penutup
kanan dan kiri, bila panjangnyan tidak sama)
4) Buka cincin pengunci sambungan rak dan gunakan alat khusus untuk membuka
sambungan rak ( catat posisi sambungan rak, bila panjangnya kanan dan kiri tidak sama).
5) Gunakan alat khusus, yang satu untuk memegang rak dan
yang lainnya untuk membuka sambungan rak
6) Beri tanda sambungan rak kanan dan kiri
7) Lepas mur pengunci dan baut penyetel pengatur rak
8) Keluarkan pegas pengatur, cincin dan pengantar rak
9) Lepas mur pengunci dan baut penyetel bantalan pinion
10) Keluarkan sil, bila perlu
11) Tarik pinion bersama-sama bantalan atas
12) Tarik keluar rak pada posisi lurus. ( Perhatikan bushing rumah rak jangan sampai rusak
oleh gigi rak )
13) Lepas bantalan atas pinion dengan treker
14) Lepas bantalan bawah pinion
15) Pukul rumah rak dengan palu plastik agar bantalan bawah keluar.
16) Lakukan pemeriksaan.
Pemasangan
Langkah pemasangan adalah kebalikan dari langkah pembongkaran, adapun bagian-bagian
yang perlu diperhatukan dalam langkah pemasangan adalah:
1) Beri vet secukupnya pada bantalan, rak, gigi rak dan piion serta ball joint
2) Beri pelumas secukupnya ulir-ulir mur dan baut
3) Kembalikan tanda – tanda ( kanan dan kiri ) seperti semula
4) Pemasangan rak terhadap posisi pinion
5) Atur bagian rak yang berlekuk berada di tengah –
tengah lubang poros pinion
6) Pasang pinion pada dudukannya dan yakinkan bahwa
ujung pinion berada di bantalan bawah
7) Setel pre-load pinion
8) Kencangkan baut penyetel sampai diperoleh momen putar poros pinion 0,37 Nm ( 37
Ncm )
9) Kemudian kendorkan baut penyetel hingga diperoleh
pre-load 0,23 - 0,33 Nm ( 23 – 33 Ncm )
10) Pasang mur pengunci dengan momen pengencangan
110 Nm
11) Periksa preload lagi
12) Setel pre-load keseluruhan kemudi
13) Putar pinion dan hitung jumlah putarannya, kemudian
kembalikan pinion setengah dari jumlah putaran (posisi
pinion ditengah-tengah rak )
14) Kencangkan baut penyetel rak dengan momen
pengencang 25 Nm, kemudian kendorkan baut penyetel
25
15) Ukur pre-load keseluruhan 0,8-1,3 Nm ( 80 – 130 Ncm )
16) Pasang mur pengunci dan kencangkan dengan momen 70 Nm
17) Periksa pre – load lagi
18) Luruskan tanduk cincin pengunci pada alur rak
19) Pasang sambungan rak dan kencangkan dengan momen
85 Nm
20) Lipatlah cincin pengunci pada mur sambungan rak
21) Pemasangan karet penutup terhadap sambungan rak
jangan sampai terpuntir
22) Jangan lupa memasang klem atau klip pada karet penutup
23) Posisi bagian klip yang menonjol ke arah roda
24) Pasang kembali tie rod, sesuaikan panjang ulir sebelum
dilepas
Sistem kemudi tipe recirculating ball
Pembongkaran
1) Keluarkan oli pelumas roda gigi kemudi
2) Lepas mur pengunci penyetel poros sektor
3) Lepas tutup poros sektor, putar baut penyetel sektor searah jarum jam, perhatikan
paking jangan sampai jatuh
4) Keluarkan baut penyetel poros sector
5) Posisikan roda gigi sektor ditengah roda gigi mur kemudi, keluarkan poros sector
6) Kendorkan mur pengunci baut penyetel tegangan bantalan batang kemudi
7) Buka baut penyetel tegangan bantalan batang kemudi, perhatikan posisi bantalan
peluru bagian depan
8) Keluarkan unit baut kemudi, perhatikan posisi bantalan peluru belakang
9) Bersihkan semua bagian – bagian yang dibongkar
10) Lakukan pemeriksaan
Pemasangan
1) Beri vet sedikit pada bagian – bagian:
Permukaan konis baut spiral
Poros sektor yang berhubungan dengan bantalan jarum
Bantalan peluru
Permukaan kontak gigi mur dan roda gigi sector
2) Posisikan mur peluru di tengah – tengah baut kemudi bentuk spiral
3) Pasang roda gigi sektor tepat di tengah roda gigi mur peluru
4) Kembalikan tanda-tanda pembongkaran seperti semula
5) Moment pengencangan mur pengikat lengan dengan poros sektor 70 – 110 Nm
6) Oli pelumas roda SAE 90
7) Lakukan penyetelan (pre-load)
8) Stel ketegangan atau kebebasan awal batang kemudi, atur
mur penyetel sampai diperoleh ketegangan 0,2 – 0,5 Nm
9) Jangan lupa memasang mur pengunci
10) Stel gerak bebas roda gigi mur peluru dengan roda gigi sektor, atur baut penyetel pada
tutup sektor
11) Gerak bebas 0,1 mm
12) Jangan lupa memasang mur pengunci
PRAKTEK 9: WHEEL ALIGNMENT
1. Tujuan
Mahasiswa mengenal wheel alignment.
Mahasiswa memahami cara kerja wheel alignment.
Mahasiswa mampu menyetel wheel alignment.
2. Keselamatan kerja
Perhatikan langkah kerja saat pembongkaran maupun perakitan.
Melakukan pekerjaan praktek sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
3. Alat dan bahan
Peraga wheel alignment
Majun ( lap)
4. Dasar Teori
CASTER
a. Difinisi
Kemiringan sumbu putar kemudi ( king pin ) terhadap garis tengah roda vertikal jika
dilihat dari samping kendaraan
Caster Nol
Tidak ada kemiringan pada sumbu king-pin terhadap garis tengah
roda vertikal “ 0 “
Caster Negatif ( - )
Bagian atas sumbu kilng-pin berada di depan garis tengah roda
vertikal “ 0 “ dan bagian bawah sumbu king pin berada di
belakang
Positif ( + )
Bagian atas sumbu king-pin berada di belakang garis tengah
roda vertikal “ 0 “ dan bagian bawah sumbu king-pin berada di
depan
b. Fungsi Caster
Saat berjalan lurus
F = Gaya penggerak
Fr = Gaya reaksi ( yang digerakkan )
Gaya penggerak F bekerja pada titik A dan menarik roda ( yang digerakkan ) di titik
B. Tahanan gelinding roda memberikan perlawanan (reaksi) yang arahnya
berlawanan (Fr). Dengan demikian reaksi gaya gelinding roda yang ditarik akan
selalu segaris dan arahnya berlawanan dengan arah gaya, penggerak.
Saat jalan lurus, caster berfungsi menggerakkan roda tetap stabil dalam posisi lurus
walau roda kemudi dilepas
Saat berbelok
Spindel bergerak naik
Badan mobil kanan bergerak turun dan camber
berubah ke arah negatif
Garis Vertikal
A B FrF
Depan
Spindel bergerak turun
Badan mobil kiri bergkerak naik camber berubah ke
arah positif
c. Pengaruh Caster Terhadap Pengemudian
Caster Positif (+)
Penyetelan caster yang benar akan memberikan keuntungan, roda akan tetap stabil
pada posisi lurus
Penyetelan caster positif terlalu besar
Makin besar penyetelan caster positif,
makin panjang jarak titik 1 dan 2, makin
besar kemampuan roda kembali pada
posisi lurus
Bila permukaan jalan jelek, getaran roda
terasa kuat dirasakan pada kemudi
Caster Negaif (-)
Roda akan menggelepar dan timbul getaran
Roda bergerak tidak stabil saat jalan lurus
Caster nol (0)
Pada caster nol titik temu sumbu putar kemudi ( 1 ) dan titik kontak ban ( 2 ) berada
tepat (sejajar ) Artinya tidak ada caster ( jarak caster adalah 0 )
1 Jarak Caster 2
Jarak Caster
21
Saat Jalan Lurus
Roda tidak cenderung mencari sikap lurus,
sehingga tidak ada kestabilan saat jalan lurus
Akibat caster nol
d. Besar Sudut Caster dan Perbedaan Yang Diijinkan
Sudut caster umumnya : 30 – 80 ( 10– 100 )
Perbedaan yang diijinkan antara roda kiri dan kanan : 30’ ( 30 menit )
CAMBER
Roda-roda depan kendaraan dipasang dengan bagian atasnya miring mengarah
keluar atau kedalam (akan terlihat langsung dari bagian depan).
Ini disebut camber dan pengukurannya dalam derajad kemiringan dari posisi vertikal.
Bila miringnya roda kearah luar disebut camber positif. Sebaliknya bila miringnya kea rah
dalam disebut camber negatif.
Camber akan mempengaruhi daya cengkram ban dan akan mempengaruhi performa
kendaraan
Pada kendaran yang memiliki camber positif, beban bekerja pada steering knuckle
yang berposisi dekat dengan spindle dasar untuk mengurangi beban pada steering knuckle.
Sebagai tambahan, roda-roda terdorong ke dalam untuk mencegah roda-roda agar
tidak terlepas.
Tujuan camber negatif adalah untuk mengutamakan kendaraan dapat lurus dan
stabil. Camber negatif mengurangi ground camber kendaraan selama menggelinding
(kemiringan kendaraan selama membelok) untuk menyempurnakan kemampuan belok
kendaraan. Camber negatif dapat dipakai pada kendaraan dengan mesin depan dan
penggerak roda depan.
STEERING AXIS INCLINATION
Sumbu tempat roda berputar saat berbelok ke kiri atau ke kanan disebut steering axis. Axis
ini digambarkan sebagai garis imajinasi antara bagian atas shock absorber upper support
bearing dan lower suspension arm ball joint.
Garis ini miring ke dalam dapat dibayangkan dari bagian depan kendaraan yang biasa
disebut kemiringan sumbu kemudi (steering axis inclination) atau sudut king pin.
jarak antara titik temu, garis tengah roda terhadap permukaan jalan dengan titik temu
perpanjangan garis sumbu king – pin terhadap permukaan jalan disebut OFFSET.
OFFSET yang lebih kecil akan membuat kemudi menjadi lebih ringan dan kejutan akibat
percepatan pengereman berkurang. Disamping itu steering axis inclination menghasilkan
daya balik kemudi dengan cara memanfaatkan berat kendaraan.
Keterangan :
= Garis vertikal
= Sudut king-pin
= Sudut camber
b = Sumbu king-pin
a = Sumbu roda
=Sudut camber ditambah sudut king-pin (Included
angle)
Pengaruh Jarak Offset
Offset positif (+)
Jarak offset diperlukan saat roda dibelokkan
tidak terjadi ban menggosok pada
permukaan jalan, karena roda akan bergerak
mengelilingi sumbu king – pin.
ab
o
Pada kendaran hanya diperlukan sedikit
offset, jika offset besar pengemudian terasa
berat dan getaran cukup kuat
Offset nol (0)
Jika offset nol, pada saat roda dibelokkan
terjadi ban menggosok pada permukaan
jalan, karena sumbu putar kemudi ( king –
pin ) tepat pada garis simetris ban
Besarnya sudut king pin dan camber menentukan besarnya off set
Jika jarak offset terlalu besar, lengan – lengan kemudi bekerja terlalu berat, efek
pengemudian terasa berat efek pengereman menjadi jelek
Sudut king – pin pada umumnya : 30 ± 80
TOE ANGLE (TOE-IN DAN TOE OUT)
Saat kendaran dilihat dari atas, kedua roda depan dan belakang pada umumnya
mengarah ke dalam. Kondisi ini disebut "toe-in", dan membantu kendaraan untuk berada
pada jalur lurus. Disebut "toe-out", saat roda-roda depan mengarah keluar.
Keterangan:
1. Toe in
2. Toe out
Fungsi Toe
Sebagai koreksi camber (saat berjalan lurus)
Reaksi rolling camber menyebabkan
roda menggelinding ke arah luar oleh
sambungan kemudi roda dipaksa
bergerak lurus ke arah jalannya
kendaraan. Akibatnya roda
menggelinding dengan ban menggosok
pada permukaan jalan
Reaksi toe-in mengakibatkan roda
menggelinding ke arah dalam,
sehingga efek rolling camber ke arah
luar dapat diatasi sehingga roda dapat
menggelinding lurus tanpa terjadi ban
menggosok pada permukaan jalan,
sehingga dapat menghemat
pemakaian ban dan pengemudian
lebih stabil.
Sebagai koreksi gaya penggerak
Mobil dengan penggerak roda belakang
Gaya penggerak dari aksel belakang
diteruskan ke aksel depan melalui rangka
Reaksi tahanan gelinding ban roda depan
yang mengarah ke belakang menyebabkan
roda bagian depan cenderung bergerak ke
arah luar
Untuk mengatasi reaksi roda bagian depan
cenderung bergerak ke arah luar perlu
penyetelan Toe in ( Toe positif ) Penyetelan
toe-in umumnya: 0 + 5 mm
Mobil dengan penggerak roda depan
Gaya penggerak diteruskan ke aksel
belakang melalui rangka
Reaksi tahanan gelinding roda belakang yang
mengarah ke belakang menyebabkan roda
depan bagian depan cenderung bergerak ke
arah dalam
Untuk mengatasi reaksi roda depan bagian
depan cenderung bergerak ke arah dalam
perlu penyetelan Toe out ( toe negatif )
Penyetelan toe – out umumnya : 0 2 mm