kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di...

26
HUKUM PERDATA Pewarisan: Waris Adat dan Pembagian Waris Untuk Janda Nama Anggota: Ovienov Ameliasari (110110120311) Saffana Zatalini (110110120312) Widinasnita Putri N. (110110120325) Akmal Tri Harjayanti (110110120328) Andini Ramadhani (110110120351) Wardah Latifah (110110120356) Windi Saptarani (1101101203

Transcript of kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di...

Page 1: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

HUKUM PERDATA

Pewarisan: Waris Adat dan Pembagian Waris

Untuk Janda

Nama Anggota:

Ovienov Ameliasari (110110120311)

Saffana Zatalini (110110120312)

Widinasnita Putri N. (110110120325)

Akmal Tri Harjayanti (110110120328)

Andini Ramadhani (110110120351)

Wardah Latifah (110110120356)

Windi Saptarani (1101101203

Vanessa Leoprayogo (1101101203

Page 2: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini

dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini, kami akan

membahas mengenai “WARIS ADAT DAN PEMBAGIAN WARIS UNTUK

JANDA”

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian tentang waris adat. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan

jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan

usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya.Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami

sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, 11 November 2013

Penulis

Page 3: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin

beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir

manusia. Bangsa Indonesia yang terlahir dalam pluralisme Hukum Waris (waris

menurut perdata, adat, dan islam) menimbulkan banyak perbedaan dalam acuan

pengaturan waris. Perbedaan ini dikhawatirkan akan memicu munculnya api konlik.

Sebagai negara yang terdiri atas masyarakat majemuk maka tentu cita-cita

negara adalah mewujudkan masyarakat yang teratur dan saling menghargai serta

menghormati perbedaan satu sama lain sehingga tujuan negara dapat terwujud yaitu

memenuhi rasa keadilan bagi masyarakatnya begitu juga sama hal nya dalam

pengaturan waris.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk

dicermati dan perlu diperhatikan lebih agar setiap orang dapat lebih mengerti dan

memahami dengan benar tentang Hukum Waris di Indonesia, agar dalam

penjalananya semuanya terjalin dengan teratur.

B. Identifikasi MasalahSesuai dengan judul makalah ini “Hukum Waris dan

Perkembanganya”.Terkait dengan penerapan Hukum Waris dalam pelaksanaanya

banyak berkaitan dengan pluralisme adat yang ada di Indonesia.Berkaitan dengan

judul tersebut maka masalah yang dapat di identifikasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan waris dalam pluralisme Hukum Adat di Indonesia?

2. Bagaimana pembagian waris yang ditinggalkan sepihak (janda/duda)?

3. Bagaimana konteks waris janda dalam pluralisme adat dan waris islam?

Page 4: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pewarisan yang Dilakukan Terhadap Ahli WarisMenurut Undang-Undang ada 2 cara untuk mendapatkan warisan, yaitu :

1. Sebagai ahli waris menurut ketentuan Undang-Undang

2. Karena ditunjuk dalam surat wasiat.

Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang

dapat diwariskan. Dengan kata lain hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang dapat dinilai dengan uang. Selain itu juga berlaku suatu asas, bahwa apabila

seseorang meninggal, maka seketika itu pula hak dan kewajibanya beralih pada

ahli warisnya, asas tersebut tercantum dalam satu pepatah Perancis yang

berbunyi : “Le Mort Saisit Le Vit “ si sedangkan pengoperan segala hak dan

kewajiban dari si meninggal oleh para ahli waris dinamakan “ Saisine”.

Menurut pasal 834 B.W. seorang ahli waris berhak menuntut supaya segala

apa saja yang termasuk harta peninggalan si meninggal diserahkan padanya

berdasarkan haknya sebagai ahli waris. Siapa yang berhak mewarisi dalam

Undang-Undang diatur dalam beberapa golongan yaitu:

1. Golongan pertama yaitu anak-anak beserta turunan-turunan dalam garis

lencang ke bawah,.

2. Orang tua dan saudara-saudara dari si meninggal .

3. Keluarga dalam garis lurus ke atas sesudah bapak dan ibu pewaris.

4. Paman dan bibi pewaris baik dari pihak bapak maupun pihak ibu, keturunan

paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris, saudara dari

kakek dan nenek beserta keturunanya, sampai derajat keenam dihitung dari

pewaris.

Hak mewarisi oleh suami atau isteri dari si meninggal, baru sejak tahun 1935

(di negeri Belanda tahun 1923) dimasukkan dalam Undang-Undang yaitu

disamakan dengan seseorang anak yang sah. Akibatnya peraturan baru ini, apabila

tidak terdapat anak sama sekali, suami isteri itu mengecualikan lain-lain anggota

Page 5: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

keluarga .kejadian yang semacam ini memang telah ditentang keras oleh aliran

yang berpendirian, bahwa suami isteri sebenarnya sudah cukup diberikan hak

untuk memungut hasil dari harta peninggalanya saja.

Dalam hukum waris adat bahwa untuk menentukan siapa yang berhak menjadi

ahli waris digunakan 2 garis pokok penggantian. Garis pokok keutamaan

merupakan suatu garis hukum yang menentuka urutan keutamaan di antara

golongan-golongan dalam keluarga pewaris, adapun garis pokok penggantian

merupakan garis hukum yang bertujuan untuk menentukan siapakah diantara

orang di dalam keutamaan tertentu, tampil sebagai ahli waris. Dengan mencermati

dari urutan keutamaan di antara golongan keluarga pewaris maupun dari garis

pokok penggantian maka, dapat dikatakan bahwa kedudukan janda tidak termasuk

dalam 2 pokok tersebut, dengan demikian janda tidak termasuk kelompok ahli

waris sehingga tidak mendapat bagian dari harta peninggalan suaminya. Seperti

apa yang dikemukakan oleh Soekanto mengenai kedudukan janda. Beliau

menyatakan bahwa janda tidak mendapat bagian dari harta peninggalan suaminya

sebagai waris, tetapi berhak menarik penghasilan dari harta tersebut, jika perlu

seumur hidup.untuk nafkah janda itu perlu juga diberi bagian sekaligus dari harta

peninggalan suaminya. Menurut teer haar pangkal pikiran hukum adat adalah

bahwa istri merupakan “orang luar” tidak mempunyai hak akan waris, tetapi

sebagai istri ia berhak mendapat nafkah dari harta peninggalan, selama ia

memerlukanya.

B. Hukum Waris IslamDalam hukum waris islam terdapat 5 asas dalam hukum kewarisanya

yaitu:

1. Asas ijbari

2. Asas bilateral

3. Asas individual

4. Ass keadilan berimbang

5. Asas semata karena kematian.

Asas ijbari adalah bahwa peralihan harta seseorang yang meninggal dunia

kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya sesuai dengan ketetapan allah

tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli waris. Pada surah An-Nisa

Page 6: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

ayat 12 dituliskan bahwa : “para istri memperoleh seperempat harta yang kamu

(suami) tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak namun apabila jika kamu

mempunyai anak maka para istri mendapatkan seperdelapan dari harta yang kamu

tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah

dibayarnya utang-utangmu….” Dari ayat diatas jelas bahwa hukum waris dalam

islam mengatur hak-hak wanita yang ditinggal oleh suaminya (janda).

C. Hukum Waris Perdata Dalam hukum perdata barat terdapat ciri khas dalam hukum warisnya yakni “

adanya hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu

menuntut pembagian dari harta warisan” ini berarti, apabila seorang ahli waris

menuntut pembagian harta warisan di depan pengadilan, tuntutan tersebut tidak

dapat ditolak oleh ahli waris yang lainya. Ketentuanya tertera dalam pasal 1066

BW, yaitu :

a. Seseorag yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan dalam

keadaan tidak terbagi-bagi diantara para ahli waris yang adat

b. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada

perjanjian yang melarang hal tersebut.

c. Perjanjian penangguhan pembagian harta peningalan dapat saja dilakukan

hanya untuk beberapa waktu tertentu.

d. Perjanjian penangguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima

tahun, namun dapat diperbaharui jika masih dikehendak oleh beberapa pihak.

Page 7: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB III

OBJEK PENELITIAN

A. Kasus PosisiPada tanggal 7 Oktober 2011, Moerdiono ( mantan Menteri Sekertaris

Agama di Era Soeharto ) meninggal di Rumah Sakit di Singapura. Moerdiono

memiliki 3 (tiga) orang istri. Marjati adalah istri sah Moerdiono, mereka

dikarunia 4 (empat) orang anak yaitu Ninuk Mardiana Pambudy, Novianto

Prakoso, Indrawan Budi Prasetyo dan almarhum Baroto Joko Nugroho.Beliau

juga memiliki 2 (dua) istri dari pernikahan siri yaitu Machica Moechtar dan

Poppy Dharsono. Dari pernikahannya dengan pedangdut Machica, Moerdiono

dikaruniai seorang putra bernama Iqbal Ramadhan, sedangkan dari Poppy

Dharsono tidak dikaruniai anak.

Sebelum meninggal, Moerdiono mengajukan gugatan cerai pada Marjati

dengan alasan sudah tidak ada lagi keharmonisan. Upaya hukum Banding ditolak

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 5 Oktober 2011 dengan pertimbangan :

a.      Fakta persidangan menunjukkan bahwa Moerjono yang sudah meninggalkan

Marjati selama 25 tahun.

b.      Kasus perceraian terbilang langka dikarenakan Moerdiono telah berusia 70

tahunan.

c.       Bukti perselisihan yang diajukan tidak lengkap.

Putusan itu sekaligus mementahkan gugatan mengingat Moerdiono

sudah tutup usia.

Pada tahun 1993, Moerdiono menikahi Marchica secara Siri.Machica di

ceraikan oleh Moerdiono tahun 1998. Setelah Iqbal dilahirkan tahun 1996,

Moerdiono tidak mau mengakui Iqbal sebagai anaknya dan tidak membayai

hidup Iqbal sejak berusia 2 ( dua ) tahun. Akibatnya Iqbal kesulitan memperoleh

Akta Kelahiran karena tidak ada Buku Nikah orang tuanya. Tahun 2008, Machica

mengajukan permohonan istbat nikah, pengesahan anak, biaya hadhanah, nafkah

anak, dan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama Tiga Raksa, Tangerang,

Banten. Mengajukan gugatan cerai tersebut dikarenakan pada perpisahan dahulu

belum melegalkan Machica cerai secara hukum akibat pernikahan

Page 8: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

siri.Pengadilan Agama menyatakan pernikahan keduanya sah, namun menolak

melansir isbat tersebut karena terbentur dengan asas monogami yang dianut

dalam UU Perkawinan.

Tanggal 14 Oktober 1998 Moerdiono dan Poppy Dharsono menikah

secara agama di bawah tangan (nikah siri).Pernikahan tersebut dihadiri oleh

orang tua Poppy, Mudin.dan istri, dan Almarhum Haji Ramli. Pernikahan mereka

tersebut tidak dikaruniai anak.Almarhum Moerdiono meninggalkan harta

warisan kurang lebih 60 Milyar, termasuk di dalamnya rumah di Jl. Sriwijaya.

B. Status Perkawinan

1. Moerdiono dan Marjati

Moerdiono dan Marjati menikah pada tanggal, saat ini mereka telah

dikarunia 4 (empat) orang anak.Pernikahan mereka sah sacara agama dan

secara hukum Negara, karena dilakukan menurut hukum masing – masing

agama dan dicatat oleh pegawai pencatan perkawinan dari KUA.

Pasal 2 UU Nomor 1 Tahun 1972 :

(1)  Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing – masing

agamanya dan kepercayaannya itu.

(2) Tiap – tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang – undangan

yang berlaku.

Perkawinan Moerdiono dan Marjati telah memenuhi rukun perkawinan

dalam Islam, yakni :

a.                  Calon mempelai laki – laki.

b.                  Calon mempelai perempuan.

c.                   Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan.

d.                  Dua orang saksi.

e.                  Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh suami.

Perkawinan antara Moerdiono dan Marjati dikarunia 4 (empat) orang

anak, yaitu :

1.                  Ninuk Mardiana Pambudy

2.                  Novianto Prakoso ( Almarhum )

3.                  Indrawan Budi Prasetyo dan

Page 9: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

4.                  Baroto Joko Nugroho ( Almarhum )

Moerdiono dan Marjati menempati rumah yang berada di Jl. Sriwijaya,

Jakarta.Akan tetapi, sudah 25 tahun terakhir ini mereka tidak hidup satu atap,

dengan kata lain berpisah tempat tinggal. Pada akhirnya Moerdiono menggugat

cerai Marjati dengan alasan sudah tidak hidup harmonis dan sering terjadi

pertengkaran namun Pengadilan Agama menolak gugatan Moerdiono. Akhirnya,

Moerdiono mengajukan Banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan

putusannya pada 5 Oktober 2011 menolak gugatan Moerdiono, sehingga Marjati

tetap berstatus sebagai istri sah.

Moerdiono meninggal tanggal 7 Oktober 2011, tidak lama setelah putusan

Pengadilan Negeri Jakarta selatan menolak permohonan banding Moerdiono

sehingga pada saat Moerdiono meninggal status Marjati tetap sebagai istri sah

Moerdiono.

2. Moerdiono dan Marchica

Moerdiono menikahi Marchica pada tahun 1993 secara siri. Pernikahan

mereka tidak bisa dicatat oleh KUA karena Moerdiono masih terikat dengan

perkawinan lain, yaitu perkawinan dengan Istri pertamanya, Marjati.

3. Moerdiono dan Poppy Dharsono

Pada tanggal 14 Oktober 1998, Moerdiono menikah dengan Poppy

Dharsono secara siri (di bawah tangan, diam–diam).Artinya, perkawinan mereka

tidak dicatat dan tidak dilangsungkan di hadapan petugas pencatat perkawinan

dari KUA (Kantor Urusan Agama), sehingga perkawinan mereka tidak sah di

menurut hukum Negara Indonesia. Sebagaimana ketentuan UU No 1 tahun 1974

tentang Perkawinan sebagai berikut ;

Pasal 2 ayat (2) :

“ tiap – tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang – undangan yang

berlaku. “

Dari sini dapat dikatakan bahwa status hukum perkawinan yang dilakukan Moerdiono

dan Poppy Dharsono adalah perkawinan mereka sah secara agama Islam namun tidak

sah di mata hukum negara karena tidak dicatat oleh KUA.

Page 10: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB IV

ANALISIS

A. Kedudukan Janda Dalam Hukum Waris AdatSecara umum menurut ketentuan hukum waris adat bahwa untuk menentukan

siapa yang menjadi ahli waris digunakan dua garis pokok keutamaan dan garis pokok

penggantian . Garis pokok keutamaan merupakan suatu garis hukum  yang

menentukan urutan keutamaan di antara golongan-golongan dalam keluarga pewaris,

dengan pengertian bahwa golongan yang satu lebih diutamakan yaitu:

1. Keturunan pewaris (anak-anak pewaris)

2. Orang tua pewaris

3. Saudara pewaris beserta keturunannya

4. Kakek  nenek pewaris

Adapun garis pokok penggantian merupakan garis hukum  yang bertujuan untuk

menentukan siapakah di antara orang di dalam kelompok keutamaan tertentu, tampil

sebagai ahli waris yang sungguh-sungguh menjadi ahli waris, adalah :

1.    Orang yang tidak mempunyai penghubung dengan pewaris ;

2.    Orang yang tidak ada lagi penghubungnya dengan pewaris .

Korelasi dengan sistem garis keturunan adalah positif, oleh karena dalam hal ini

garis pokok keutamaan mapun garis pokok penggantian menjadi variabel tidak bebas

(independen variabel)1.Dengan  mencermati dari urutan keutamaan di antara

golongan-golongan keluarga pewaris maupun dari garis pokok penggantian, maka

dapat dikatakan bahwa kedudukan janda tersebut tidak termasuk dalam garis pokok

keutamaan maupun garis pokok penggantian. Dengan demikian, janda (isteri

pewaris ) tidak termasuk kelompok ahli waris sehingga tidak mendapat bagian dari

harta peninggalan suaminya.

Demikian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Soekanto mengenai

kedudukan janda .Beliau menyatakan bahwa janda tidak mendapat bagian dari harta

peninggalan suaminya sebagai waris, tapi berhak menarik penghasilan dari harta

1Soerjono Soekanto, Yusuf Usman, 1985, Kedudukan Janda Menurut Hukum Waris Adat, (Jakarta:Ghalia Indonesia), hlm.19-20

Page 11: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

tersebut, jika perlu seumur hidup2. Menurut Ter Haar, pangkal pikiran hukum  adat

ialah bahwa isteri sebagai “orang luar” tidak mempunyai hak sebagai waris, akan

tetapi sebagai isteri, ia berhak mendapat nafkah dari harta peninggalan, selama ia

memerlukannya3. 

Dari kedua pendapat di atas, keduanya memiliki kesamaan pikiran yaitu bahwa

janda bukan ahli waris (almarhum) suaminya. Sehingga dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1.    Janda berhak akan jaminan nafkah seumur hidupnya, baik dari barang gono gini

mapun dari hasil barang asal suami. Hal ini untuk menghindari agar janda tidak

terlantar setelah suaminya meninggal dunia

2.    Janda berhak menguasai harta peninggalan suaminya, untuk menarik

penghasilan dari barang-barang itu, terlebih jika mempunyai anak. Harta itu tetap

merupakan kesatuan di bawah asuhan yang tidak dibagi-bagi

3.    Janda berhak menahan barang asal suaminya, jikalau sungguh-sungguh

diperlukan olehnya untuk keperluan nafkahnya

4.    Janda berhak mendapat bagian atau menuntut sebesar bagian anak di dalam

keadaan terpaksa diadakan pembagian dengan anak, misalnya janda kawin lagi.

Anak minta sebagian untuk modal berusaha dan sebagainya.

Akan tetapi, pada dasarnya, hukum adat berbeda-beda di setiap wilayah.Oleh sebab

itu sangatlah suit untuk menentuan hukum adat.

B. Kedudukan Janda Dalam Hukum  Waris IslamDalam hukum waris Islam telah diatur dan ditata yang menyangkut peralihan

harta warisan dari seorang pewaris kepada para ahli warisnya. Proses peralihan

semacam ini dikenal dengan ilmu faraid, yakni ilmu pembagian harta waris. Ilmu

yang menerangkan ketentuan-ketentuan warisan yang menjadi bagian ahli waris yang

secara garis besarnya dibedakan dalam dua hal, yakni :

1. peraturan-peraturan tentang pembagian harta warisan

2. peraturan-peraturan yang menghitung bagian-bagian dari masing-masing yang

berhak atas harta warisan.

Warisan memiliki beberapa unsur, yakni pewaris , ahli waris dan harta

warisan. Ketiga unsur tersebut memiliki aturan-aturan tertentu yang mendasar. Harta

2Soekanto, 1985, Meninjau Hukum Adat di Indonesia, (Jakarta:Rajawali), hlm.1173R. Soepomo, 1996, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta:Pradnya Paramita), hlm.95

Page 12: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

warisan baru dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris apabila dari keseluruhan harta

warisan yang ada tersebut telah dikurangi oleh biaya penguburan jenazah dan hutang-

hutang pewaris serta wasiat pewaris .

Menurut Al-Quran.

Kedudukan janda menurut Al-Quran terdapat pada surah An-Nisa ayat 12

yang artinya sebagai berikut :

“Bagi isteri-isterimu sebagai janda peninggalanmu seperempat dari harta

peninggalanmu, jika bagimu tidak ada anak, Bagi isteri-isterimu sebagai janda

peninggalanmu seperdelapan dari harta peninggalanmu, jika bagimu ada

anak” (Hazairin, 1982 :7).

Dari ayat ini memberi penjelasan bahwa janda (isteri) terhadap harta peninggalan

almarhum suaminya akan memperoleh seperempat bagian, bila suami yang

diwarisinya tidak mempunyai far’u waris yakni anak yang berhak waris baik secara

fardh mapun secara ushubah. Dan janda (isteri) almarhum suaminya akan

memperoleh seperdelapan bagian, bila suami yang diwarisinya mempunyai far’u

waris, baik yang lahir dari isteri pewaris ini maupun isterinya yang lain.

Pada hakekatnya, menurut ketentuan hukum  Islam, kedudukan janda/para janda

(isteri) alamarhum suaminya, kedudukan bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak

perempuan yaitu tidak pernah mahjub hirman atau terhalang, sebagaimana yang

dikemukakan oleh As’ad Yunus4 yaitu :

1. suami atau isteri

2. anak laki-laki

3. anak perempuan

4. ayah

5. ibu.

Dengan demikian janda (isteri) dari almarhum suaminya tidak akan pernah

kehilangan hak waris dan pewaris. Hanya saja yang terjadi sebagaimana yang tersebut

dalam ayat Al-Quran yang dikemukakan di atas yaitu perubahan besarnya bagian

yang diperolehnya. Seorang janda akan memperoleh seperempat bagian dari harta

peninggalan suaminya, jikalau mempunyai anak. Kemudian ia akan mendapat

seperdelapan bagian jika tidak mempunyai turunan (anak).

4As’ad Yunus, 1992, Pokok-Pokok Kewarisan Islam, Jakarta:Qushwa, hlm.52

Page 13: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

Menurut Praktek Badan Peradilan.

Kedudukan janda menurut putusan Pengadilan Agama, pada hakekatnya sama

saja dengan ketentuan hukum  Islam (menurut Al-Quran) sebagaimana yang diuraikan

di atas. Karena para hakim dalam memutuskan perkara waris yang diajukan

kepadanya juga berpedoman pada ketentuan Hukum  Islam. Hanya saja oleh hakim

Pengadilan Agama dalam menerapkan hukum  Islam pada setiap putusannya bukan

hanya semata-mata bersumberkan kepada Al-Quran dan Hadis-Hadis Nabi serta Ijma’

dan Qiyas serta kitab-kitab fiqh para madzhab dan sumber hukum  lainnya, tapi para

hakim juga menjadikan Kompilasi Hukum  Islam (KHI) sebagai salah satu rujukan

dalam pengambilan keputusannya. Di mana setiap perkara perkara waris yang

diajukan kepadanya bilamana salah seorang suami atau isteri yang meninggal lebih

dahulu, maka isteri atau suami yang hidup memperoleh setengah bagian dari harta

bersama selama masa perkawinan.Dan setengan bagiannya itu menjadi harta warisan

bagi pewaris terhadap para ahli warisnya. Hal tersebut sebagaimana termuat dalam

Kompilasi Hukum  Islam (KHI) pasal 96 ayat (1) menyatakan : “Apabila terjadi cerai

mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama”. Dan

pasal 171 sub (ekonomi) menyatakan bahwa “harta warisan adalah harta bawaan

ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris

selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran

hutang dan pemberian untuk kerabat”.

Oleh sebab itu, bila seorang isteri (janda) ditinggal mati oleh almarhum

suaminya di mana keduanya mempunyai harta yang diperoleh selama masa

perkawinan yang disebut sebagai harta bersama, maka si janda memperoleh setengah

bagian dari harta bersama ditambah seperempat bila tidak ada anak alamarhum

seuaminya, atau seperdelapan bila punya anak dari setengan harta bersama yang

disatukan dengan harta bawaan suaminya. Demikian praktek yang dilakukan oleh

Badan Peradailan Agama bagi setiap perkara warisan bila salah seorang suami atau

isteri yang menjadi pewaris .

Dengan demikian, kedudukan janda dalam hukum waris Islam sama dengan

kedudukan ahli waris lainnya seperti kedudukan suami, ayah, ibu, anak laki-laki dan

anak perempuan tidak pernah mahjub hirman/terhalang. Dan mendapat bagian

seperempat bila tidak ada anak dan seperdelapan bila ada anak.Dan menurut praktek

Page 14: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

Badan Peradilan Agama setengah bagian dari harta bersama diberikan kepada janda

yang ditinggal mati almarhum suaminya.

C. Kedudukan Janda dalam Waris Hukum Negara (KUHPerdata /

BW)Pembagian waris menurut hukum Negara, dilihat dari apakah almarhum suami

dan istri (janda) telah melakukan pisah harta sebelum menikah. Apabila ada pisah

harta, maka harta peninggalan dibagi dua terlebih dahulu, yakni separuh milik

istri(janda), dan separuh lainnya milik almarhum. Separuh harta peninggalan

almarhum tersebut selanjutnya diberikan kepada Golongan I Waris, yaitu istri dan

anak.

Anak memiliki Legitime Portie, yang merupakan hak mutlak.Anak berhak

menuntut apabila anak tidak mendapat harta warisan dari peninggalan almarhum.

Apabila harta peninggalan almarhum diberikan seluruhnya kepada anak, isti(janda)

tidak dapat menuntut karena ia tidak memiliki Legitime Portie.Apabila terdapat pisah

harta, maka harta peninggalan tidak dibagi dua terlebih dahulu, harta peninggalan

tersebut langsung dibagi kepada Golongan I.

Kemudian munculah pertanyaan seperti diantaranya:

Kapan diberlakukan Hukum Waris Adat atau Hukum Waris Negara?

Penggunaan hukum waris tergantung dimana seseorang tersebut tinggal. Apabila

seseorang tersebut tinggal dan hidup di dalam lingkungan yang masih menjunjung

tinggi hukum adat, maka Hukum Waris Adat lah yang akan diberlakukan. Akan

tetapi, apabila seseorang tersebut tinggal dan hidup di lingkungan yang

memberlakukan hukum Negara, maka yang akan diberlakukan adalah Hukum Waris

Negara.

Kapan diberlakukan Hukum Waris Islam atau Hukum Waris Negara?

Disaat seseorang ingin memberlakukan Hukum Waris Islam, maka yang perlu

dilakukan yaitu datang ke Pengadilan Agama. Akan tetapi, apabila ia menggunakan

jasa Notaris, maka yang akan diberlakukan adalah Hukum Waris Negara.

Page 15: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

Maka dari itu, pada kasus yang telah disebutkan diatas mengenai perkawinan

Moerdiono berikut adalah penjelasan mengenai pembagian warisnya:

Ahli Waris Moerdiono

Dalam Al – Quran Surah An – Nisaa ( IV ) ayat : 11, 12, 176 ditentukan

jumlah bagian – bagian dzaul faraid. Untuk orang – orang tertentu dalam keadaan

tertentu, bagiannya : 1/8, ¼, ½, 1/6, 1/3, 2/3.

Ø    Dzaul Faraidh

1.                  Istri – Istri Moerdiono yaitu Marjati, Poppy Dharsono dan Marchica mendapat

1/8 ( seperdelapan ) bagian dari harta, karena mereka ada yang memiliki anak.

Ø Surah An – Nisa ayat 12 :

Ø “ Dan bagianmu ( suami – suami ) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh

istri – istri mu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka ( istri – istrimu ) itu

mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya

setelah ( dipenuhi ) wasiat yang mereka buat atau ( dan setelah dibayar ) utangnya.

Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh

seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan ( setelah dipenuhi ) wasiat yang

kamu buat atau (dan setelah dibayar ) utang – utangmu. Jika seseorang meninggal,

baik laki – laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak

meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki – laki ( seibu ) atau

seorang saudara perempuan ( seibu ), maka bagi masing – masing dari kedua jenis

saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara – saudara seibu itu lebih dari

seorang, maka mereka bersama – sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah

( dipenuhi wasiat ) yang dibuatnya atau ( dan setelah dibayar ) utangnya dengan

tidak menyusahkan ( kepada ahli waris ). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha

Mengetahui, Maha Penyantun. “

Ø    Ashabah Bilghairi

1.                  Ninuk ( anak perempuan Moerdiono ), mendapat 1/3 ( sepertiga ) dari harta

warisan.

2.                  M. Iqbal dan Indrawan, mendapat 2/3 ( duapertiga ) bagian dari harta warisan.

Perhitungan :

-          Istri Moerdiono/orang adalah 1/8 : 3 = 1/24 per orang.

Page 16: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

-          Bagian untuk ashabah adalah :

Sisanya yaitu 8/8 – 1/8 = 7/8 untuk laki – laki dan perempuan.

Untuk laki – laki 2/3 x 7/8 = 14/24 ( bagian Iqbal dan Indrawan )

Untuk perempuan 1/3 x 7/8 = 7/24 ( bagian Ninuk )

Pada dasarnya status anak perempuan adalah sebagai dzaul faraidh, yaitu

seharusnya mendapat waris dalam bilangan tertentu tidak boleh menghabiskan. Akan

tetapi kalau ia didampingi bersama saudaranya laki – laki, maka anak perempuan dan

laki – laki ini boleh menghabiskan harta peninggalan orang tuanya, dengan

perbandingan bagian untuk seorang anak laki – laki adalah dua kali anak perempuan.

·                     Orang tua Moerdiono dan Baroto ( anak Moerdiono ) tidak termasuk ahli waris

karena mereka telah meninggal mendahului si pewaris ( Moerdiono ).

·                     Cucu laki – laki dari anak laki – laki tidak mendapatkan waris karena ada anak

laki – laki.

Page 17: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanDari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat ditarik

kesimpulan yaitu seseorang yang berhak mendapatkan warisan menurut Undang-

Undang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai ahli waris menurut

ketentuan Undang-Undang dan karena ditunjuk dalam surat wasiat. Ahli-ahli

waris untuk mendapatkan warisannya dapat dilakukan dengan perhitungannya

masing-masing.Antara istri, anak baik laki-laki ataupun perempuan mendapatkan

warisan yang berbeda-berbeda.

Dalam kasus Moerdiono yang memiliki tiga istri yaitu satu istri sah dan

dua istri dari pernikahan siri.Setelah Moerdiono meninggal, para istri beliau

mendapatkan warisannya masing-masing. Para istri Moerdiono yaitu Marjati,

Marchica, dan Poppy Dharsono mendapat 1/8 (seperdelapan) bagian dari

harta karena mereka ada yang memiliki anak. Untuk masing-masing anak

Moerdiono dari hasil pernikahannya dengan Marjati pun mendapatkan

warisannya masing-masing seperti yang telah ada di pembahasan

sebelumnya

B. SaranPewarisan perlu dilakukan oleh si pewaris terhadap ahli warisnya yang

telah ditunjuk dengan melalui surat wasiat yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini

perlu dilakukan agar jelas siapa saja yang mendapatkan warisan.Selain itu, perlu

dilakukan perhitungan yang jelas mengenai ahli-ahli waris baik meliputi istri,

anak-anaknya, orang tuanya, dll agar semua ahli waris mendapatkan warisannya

dengan yang sesuai atau yang semestinya dan dilakukan dengan adil.

Page 18: kelase2012.files.wordpress.com file · Web viewDewasa ini pengaturan Hukum Waris yang ada di Indonesia ini semakin beragam, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Sulistyowati (2006). Perempuan dan Hukum : Menuju Hukum yang

Berperspektif Kesetaraan dan Keadilan. Yayasan Obor Indonesia.

Muhibbin, Moh. (2009). Hukum Kewarisan Islam: Sebagai Pembaruan Hukum

Positif di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Suparman, Eman (2007). Hukum Waris Indonesia: Dalam Perspektif Islam, Adat, dan

BW. Bandung: Refika Aditama.