rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN...

73
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA Beberapa aksi teror yang telah terjadi di Indonesia adalah : 1. Peledakan digedung Atrium Senen tanggal 1 Desember 1998 2. Peledakan di Plaza Hayam Wuruk tanggal 15 April 1999 3. Peledakan di Masjid Istiqlal 1999 4. Peledakan di Gereja (GKPI) Medan tanggal 28 Mei 2000 5. Peledakan di Gereja Katolik Medan tanggal 18 Mei 2000 6. Peledakan di Rumah Dubes Filipina tanggal 1 Agustus 2000 7. Peledakan di Gedung Atrium Senen (tanggal 1 Agustus 2001 dan tanggal 23 April 2001) 76

Transcript of rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN...

Page 1: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME

DI INDONESIA

Beberapa aksi teror yang telah terjadi di Indonesia adalah :

1. Peledakan digedung Atrium Senen tanggal 1 Desember 1998

2. Peledakan di Plaza Hayam Wuruk tanggal 15 April 1999

3. Peledakan di Masjid Istiqlal 1999

4. Peledakan di Gereja (GKPI) Medan tanggal 28 Mei 2000

5. Peledakan di Gereja Katolik Medan tanggal 18 Mei 2000

6. Peledakan di Rumah Dubes Filipina tanggal 1 Agustus 2000

7. Peledakan di Gedung Atrium Senen (tanggal 1 Agustus 2001 dan tanggal

23 April 2001)

8. Peledakan di beberapa Gereja di Malam Natal (2000 dan 2001)

9. Peledakan di Kuta-Bali tanggal 12 Oktober 2002

10. Peledakan di Menado, November 2002

11. Peledakan di Mc Donald Makasar tanggal 5 Desember 2002

12. Peledakan di Hotel JW Marriot Jakarta, tanggal 5 Agustus 2003

13. Peledakan di depan Kedubes Australia di Jakarta tanggal 9 September

2004

14. Peledakan Bom Bali II tanggal 1 Oktober 200559.

59 KH. Ma’ruf Amin, 2007, Melawan Terorisme dengan Iman, Tim Penanggulangan Terorisme, hal 70

76

Page 2: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Berdasarkan data di atas, jelas bahwa tidak bisa kasus-kasus terorisme

hanya Islamlah yang menjadi faktor utama munculnya tindakan teror. Semua

harus diletakkan dalam konteks yang benar baik dari perspektif doktriner, historis,

kultural, maupun ekonomi politik. Artinya, berbagai indikator itu harus

dipertimbangkan. Setelah itu, barulah kita bisa melihat dimanakah “letak agama”

dalam kasus terorisme.dengan demikian maka kita bisa menilai benarkah islam

sebagai agama harus bertanggung jawab sepenuhnya terkait kasus-kasus terorisme

di seluruh dunia, khususnya di Indonesia.

Putusan-putusan Hakim terhadap pelaku Tindak Pidana Terorisme di

Indonesia, pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1: putusan pengadilan pada terdakwa pelaku terorisme

No Terdakwa Kasus Pengadilan Vonis1 Subkhan Kasus BEJ PN Bandung 13 tahun2 Muhammad Ali Kasus BEJ PN Bandung 14 tahun3 Aceng Suhari Bom Natal PN Bandung 8 tahun4 Iqbal Alias Didin Bom Natal PN Bandung 15 tahun5 Elisse Mariatuahatu TMII PN Jakarta

Timur10 tahun

6 Edy Sugiharto Bom Natal Pn Medan 11 tahun7 M.Udin Kedubes

MalaysiaPN Jakarta Selatan

12 tahun 6 bulan

8 Saifan Nurdin Kedubes Malaysia

PN Jakarta Selatan

12 tahun 6 bulan

9 Iwan Setiawan Kedubes Malaysia

PN Jakarta Selatan

15 tahun

10 Tengku Ismuhadi Kasus BEJ PN Jakarta Selatan

20 tahun

11 Nuryadin Alias Nadin Kasus BEJ PN Jakarta Selatan

20 tahun

12 Kopka Irwan bin Ilyas Kasus BEJ PN Jakarta Selatan

seumur hidup

13 Kopda Ibrahim Hasan Kasus BEJ PN Jakarta Selatan

seumur hidup

14 Taufik Abdullah Asrama Mahasiswa

PN Jakarta Selatan

1 tahun

15 Taufin bin Abdullah aliad Dani

Bom Atrium PN Jakarta Pusat

8 tahun

77

Page 3: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

16 Amrozi Bom Bali I PN Denpasar Mati17 Andi Hidayat dan

JunaediBom Bali I PN Denpasar 15 tahun

18 Abdu Rauf Bom Bali I PN Denpasar 16 tahun19 Imam Samudra Bom Bali I PN Denpasar Mati20 Andi Oktavia Bom Bali I PN Denpasar 16 tahun21 Makmuri Bom Bali I PN Denpasar 7 tahun22 Najib Nawawi Bom Bali I PN Denpasar 7 tahun23 Ali Imron Bom Bali I PN Denpasar Seumur

hidup24 Herlambang dan Ahmad

Budi WibowoBom Bali I PN Denpasar 6 tahun

25 Ali Ghufron Bom Bali I PN Denpasar Mati26 Sofyan Hadi Bom Bali I PN Denpasar 6 tahun27 Mujarod Bom Bali I PN Denpasar 5 tahun28 Imam Susanto Bom Bali I PN Denpasar 4 tahun29 Syamsul Arifin Bom Bali I PN Denpasar 3 tahun30 Mubarok Bom Bali I PN Denpasar Seumur

hidup31 Muhajir bin Amin Bom Bali I PN Denpasar 4 tahun32 Subur Sugianto Bom Bali I PN Semarang seumur

hidup33 Ardi Wibowo Bom Bali I PN Semarang 6 tahun34 Abu Sayyaf Bom Bali I PN Semarang belum

vonis35 Wawan Suprihatin Bom Bali I PN Semarang belum

vonis36 Joko Suroso Bom Bali I PN Semarang belum

vonis37 Aditya Triyoga Bom Bali I PN Semarang belum

vonis38 Harry Setya Rahmadi Bom Bali I PN Semarang belum

vonis39 Sri Pudji Mulyosiswanto Bom Bali I PN Semarang belum

vonis40 Mustaghfirin Bom Bali I PN Semarang belum

vonis41 M. Cholili Bom Bali I PN Denpasar 18 tahun42 Anif Solahudin Bom Bali I PN Denpasar 15 tahun43 Abdul Aziz Bom Bali I PN Denpasar 8 tahun44 Dwi Widiarto Bom Bali I PN Denpasar 8 tahun

Sumber : Hasil Pengolahan dari berbagai media.

Berdasarkan Data di atas, terdakwa yang divonis mati ada 3 orang. Adapun

proses perkara ketiga terdakwa tersebut, berdasar data dari Kejaksaan Tinggi

78

Page 4: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Denpasar telah memperoleh putusan yang berkekuatan tetap. Tiga terpidana adalah

sebagaimana tabel dibawah ini:

Tabel 2. daftar nama terpidana mati pelaku terorisme

NO

NAMA TUNTUT-AN

PUTUSAN PN

DENPASAR

PUTUSAN PT

DENPASAR

PUTUSAN MA

UH LUAR BIASA

1 Amrozi bin Nurhasyim

Mati, 30-6-2003

Mati, 07-08-2003

Mati, 12-09- 003

Mati, 06-04- 2004

PK, 6/12/2006

2 Abdul Azis alias Imam Samudra

Mati 28-7-2003

Mati 08-9-2003

Mati 06-10-2003

Mati 23-3-2004

PK, 6/12/2006

3 Ali Ghufron alias Muklas

Mati 28-8-2003

Mati 2-10-2003

Mati 9-12-2003

Mati 24-09-2004

PK,6/12/2006

Sumber : Hasil pengolahan dari berbagai media dalam penelitian Martitah dkk, PKK Unnes.

Tiga terpidana mati benar-benar telah mempunyai kekuatan tetap, dari

perjalanan kasus mereka, pengadilan tetap memvonis mati, baik Pengadilan

Negeri, Pengadilan Tinggi, Makhkamah, sampai pada Pengajuan Kembali ditolak

dan tetap di Pidana Mati. Salah satu contoh salah satu kasus Ali Ghufron alias

Muklas: tanggal 3 Desember 2002 Muklas ditangkap di Klaten Jawa Tengah,

tanggal 13 Desember 2002 Muklas mulai diperiksa tim Penyidik di Polda Bali

bersama Amrozi dan Imam Samudra, tanggal 17 Pebruari 2003 tim penyidik

melimpahkan dua berkas atas tersangka Muklas ke Kejaksaan Tinggi. Muklas

diduga sebagai perencana dan pelaku, termasuk koordinator pelaksana di

lapangan, dia disangkakan melanggar pasal 6, 11, 13 (a), 14, 15 Perpu Nomor 2

Tahun 2002 dengan ancaman pidana mati.

79

Page 5: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Sidang Muklas selanjutnya tanggal 16 Juni 2003 di gelar di Denpasar,

Dia didakwa terlibat permufakatan jahat dan menyediakan dana untuk tindak

pidana terorisme dan dijerat melanggar pasal 1 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun

1951 tentang Senjata api dan bahan peledak, terdakwa memiliki dan menyimpan

senjata api tanpa izin yaitu pistol jenis FN US Army dan delapan butir peluru.

Tanggal 25 Agustus 2003 Muklas dituntut pidana mati, dengan dakwaan

telah secara sah dan meyakinkan terlibat dalam peledakan bom bali 12 Oktober

2002, dia juga terlibat jaringan internasional Jamaah Islamiyah kawasan Asia

Tenggara melanggar pasal 6, 14 dan 15 Perpu Nomor 2 Tahun 2002. Tanggal 2

Oktober Pengadilan Tinggi Denpasar menvonis Muklas dengan pidana Mati,

pengajuan Banding Muklas ke Pengadilan Tinggi tanggal 9 Desember 2003

ditolak oleh Jaksa, kemudian terdakwa dengan kuasa hukumnya mengajukan

kasasi ke MA, namun tanggal 24 September 2004 MA menolaknya, Muklas

ditetapkan Terpidana Mati.

Berdasar perjalanan kasus Muklas tersebut, maka keputusan PN, PT dan

Mahkamah Agung dalam menvonis Muklas sudah didasar pada pelanggaran

terhadap Pasal 6, 14 dan 15 Perpu Nomor 2 Tahun 2002 dan pasal 1 ayat (1) UU

Darurat No. 12 Tahun 1951 tentang Senjata api dan bahan peledak.

Dengan kasus-kasus tersebut disinyalir faktor penyebab munculya tindak

pidana terorisme, diantaranya :

1. Dimensi internasional. Para teroris memandang pihak Barat, terutama Amerika

Serikat, selalu berpihak kepada Israel dalam konflik Timur Tengah. Kemudian

diperburuk perang Afganistan dan Irak. Barat dan AS akan terus menjadi

sasaran kelompok radikal kecuali jika mereka mengubah kebijakkannya

80

Page 6: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

terhadap Timur Tengah.. Hal ini membentuk karakteristik psikologis teroris

sebagai berikut : (a) Bahwa Teroris umunya mempunyai persepsi tentang

kondisi yang menindas terus-menerus oleh pihak Barat pimpinan AS pada

Islam; (b) Para teroris menganggap bahwa kondisi tersebut adalah

ketidakadilan yang harus diubah; (c) Para teroris menganggap bahwa proses

damai untuk mendapatkan perubahan tidak akan diperoleh; (d) Dan oleh

karenanya cara kekerasan sah dilakukan, yang penting tujuan tercapai; (e)

Pilihan tindakan pada hakekatnya berkaitan dengan ideologi yang dianut dan

tujuan yang oleh pelaku dirasakan sebagai kewajiban

2. Masalah internal, salah satu faktor penting yang mendorong terorisme adalah

kesalahan penafsiran dan pemahaman ajaran agama Islam. Ideologi dan mind

set para teroris memandang bahwa tindakan mereka dapat dibenarkan agama,

oleh sebab itu resiko apapun akan mereka hadapi. Tindakan ini tidaklah

mengenal batas negara. Ideologi kelompok radikal telah menjadi prinsip

perjuangannya.

Perang melawan teror harus dilihat sebagai perang gagasan yang

mengarah pada memenangkan pikiran dan hati mereka yang bersimpati atau

mendukung gagasan para teroris. Hal ini harus dilaksanakan secara serempak

dengan memusatkan pada faktor-faktor yang terkait seperti kemiskinan,

pendidikan dan masalah sosial-politik, karena tindak kekerasan dalam masyarakat

bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karena persoalan politik dan karena

kekecewaan terhadap kesenjangan sosial yang tidak sejalan dengan harapannya,

baik dalam masalah ekonomi, politik, hukum maupun budaya ditambah lagi

pemahaman sepihak terhadap ajaran keagamaan yang mendorong bertindak dan

81

Page 7: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

berperilaku ekstrim tanpa mempertimbangkan maslahat dan madharatnya bagi

kehidupan masyarakat yang sangat beragam, baik dari segi suku, agama, maupun

golongan60.

Dasar Pertimbangan suatu perbuatan dikategorikan Terorisme, setiap

kejahatan identik dengan kekerasan, karena memang memperkosa hak-hak orang

lain. Tindak Pidana terorismepun dilakukan tidak luput dari kekerasan. Namun

demikian tidak semua kekerasan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana

terorisme. Terorisme merupakan tindak kekerasan dengan karakteristik tersendiri.

Pendapat yang mengatakan bahwa terorisme memiliki ciri-ciri dan

karaktersitik sebagai berikut61 : (a) aksi yang digunakan menggunakan cara-cara

kekerasan dan ancaman untuk menciptakan ketakutan publik; (b) ditujukan kepada

negara, masyarakat atau individu atau kelompok masyarakat tertentu; (c)

memerintahkan setiap anggotanya dengan cara teror juga; (d) melakukan

kekerasan dengan maksud untuk mendapat dukungan dengan cara yang sistematis

dan terorganisir.

Meskipun tanpa mengurai lebih jauh, Loudewijk F. Paulus62

mengemukakan pendapat bahwa karakteristik terorisme dapat ditinjau dari empat

macam :

a) karakteristik organisasi yang meliputi: pengorganisasian, rekruitmen,

pendanaan dan hubungan internasional;

b) karakteristik operasi meliputi : perencanaan, waktu, taktik dan kolusi;

60 KH. Ma’ruf Amin, 2007, Melawan Terorisme dengan Iman, Tim Penanggulangan Terorisme, hal 75-77

61 Abdul Wahid dkk., 2004, Kejahatan Terorisme: Perspektif Agama, HAM, dan Hukum, Refika Aditama, Bandung, hal. 32

62 Abdul Wahid dkk, Ibid, hal 33

82

Page 8: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

c) karakteristik perilaku yang meliputi: motivasi, dedikasi, disiplin, keinginan

membunuh;

d.) karakteristisk sumberdaya yang meliputi : latihan.kemampuan, pengala- man

perorangan di bidang teknologi, persenjataan, perlengkapan dan transportasi

Melihat ciri dan karakter terorisme di atas, penentuan perbuatan (tindak

pidana) apa saja yang perlu dianggap berkaitan dengan terorisme merupakan

permasalahan tersendiri yang tiap negara memiliki fokus penanggulangan sendiri-

sendiri. Adapun perbuatan yang dianggap sebagai tindakan teror di Indonesia

dirumuskan dalam Pasal 6 – 16 Undang-undang Terorisme. Ciri-ciri kejahatan

yang dikategorikan sebagai terorisme menurut Undang-undang Terorisme adalah

kejahatan yang : a) menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan; b)

menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau

menimbulkan korban yang bersifat massal; c) dengan cara merampas kemerde-

kaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain; d) mengakibatkan/untuk

menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang

strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional.

Selain itu, dipandang melakukan tindak pidana terorisme, perbuatan

sebagai berikut (a) tindak pidana penerbangan dan kejahatan terhadap

sarana/prasarana penerbangan; (b) kejahatan berkaitan denan senjata api, amunisi

atau bahan peledak dan bahan berbahaya lain untuk melakukan tindakan

terorisme; (c) kejahatan berkaitan dengan senjata kimia, biologis, radiologi,

mikroorganisme, radioaktif atau komponennya; (d) penyediaan dana yang

menunjang terorisme;

83

Page 9: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

a. merencanakan, mencoba, membantu, bermufakat untuk melakukan

terorisme63.

Penyelesaian Tindak Pidana Terorisme di Indonesia dalam RUU KUHP

2005 diatur pada Pasal 242-251, Pasal 242 berbunyi bahwa Setiap orang yang

menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau

rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat

massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta

benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-

objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas umum atau fasilitas

internasional, dipidana karena terorisme dengan pidana mati atau penjara seumur

hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua

puluh) tahun. Pasal 243 dinyatakan bahwa Setiap orang yang menggunakan

kekerasan atau ancaman kekerasan dengan maksud untuk melakukan terorisme

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15

(lima belas) tahun .

Terorisme dengan menggunakan bahan-bahan kimia di atur Pasal 244

RUU KUHP 2006 Setiap orang yang menggunakan bahan-bahan kimia, senjata

biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif atau komponennya untuk

melakukan terorisme dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Penghimpunan dana atau harta untuk Terorisme dinyatakan dalam Pasal 245

Setiap orang yang menyediakan atau mengumpulkan dana dengan tujuan akan

digunakan atau patut diketahuinya akan digunakan sebagian atau seluruhnya untuk

melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242,

63 Ali Masyhar, Op.cit, hal.122-123.

84

Page 10: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Pasal 243, dan Pasal 253 RUU KUHP 2006, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 246 RUU KUHP 2006 berisi tentang “ Dipidana karena melakukan

tindak pidana terorisme dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan

paling lama 15 (lima belas) tahun, setiap orang yang menyediakan atau

mengumpulkan harta kekayaan dengan tujuan akan digunakan atau patut

diketahuinya akan digunakan sebagian atau seluruhnya untuk: a)melakukan

tindakan secara melawan hukum menerima, memiliki, menggunakan,

menyerahkan, mengubah, membuang bahan nuklir, bahan kimia, senjata biologis,

radiologi, mikroorganisme, radioaktif atau komponennya yang mengakibatkan

atau dapat mengakibatkan kematian atau luka berat atau menimbulkan kerusakan

harta benda; b) mencuri atau merampas bahan nuklir, bahan kimia, senjata

biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif, atau komponennya; c) menggelap-

kan atau memperoleh secara tidak sah bahan nuklir, senjata kimia, senjata

biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif atau komponennya; d) meminta

bahan nuklir, bahan kimia, senjata biologis, radiologi, mikro organisme,

radioaktif, atau komponennya secara paksa atau ancaman kekerasan atau dengan

segala bentuk intimidasi; e) mengancam: (1) menggunakan bahan nuklir, bahan

kimia, senjata biologis, radiologi, mikroorganisme, radioaktif, atau komponennya

untuk menimbulkan kematian atau luka berat atau kerusakan harta benda; atau (2)

melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada huruf b dengan tujuan

untuk memaksa orang lain, organisasi internasional, atau negara lain untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Penggerakan, Pemberian Bantuan dan

Kemudahan untuk Terorisme di atur dalam Pasal 247 di mana Setiap orang yang

85

Page 11: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana

terorisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal 242 sampai dengan

Pasal 244, Pasal 245, dan Pasal 246 dipidana dengan pidana mati atau pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun. Selanjutnya Pasal 248 berbunyi “ Dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun,

setiap orang yang mem- berikan bantuan atau kemudahan terhadap pelaku tindak

pidana terorisme, dengan:

a. memberikan atau meminjamkan uang atau barang atau harta kekayaan lainnya

kepada pelaku tindak pidana terorisme;

b. menyembunyikan pelaku tindak pidana terorisme; atau

c. menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme “.

Pasal 249 RUU KUHP 2006 dinyatakan bahwa setiap orang di luar

wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kemudahan,

sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana terorisme, dipidana dengan

pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 242 sampai dengan Pasal 244, Pasal 245, dan Pasal 246 RUU tersebut..

Perluasan Pidana Terorisme diatur dalam Pasal 250 RUU KUHP 2006

yaitu :

(1) Dipidana karena terorisme setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 256 dan Pasal 257 dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun, dan Pasal 258 dengan pidana mati, pidana penjara

86

Page 12: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling

lama 20 (dua puluh) tahun.

(2) Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 252, Pasal 255, Pasal 260, Pasal 261 dan Pasal 262 dipidana karena

teorisme dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, jika perbuatan

tersebut dilakukan dengan tujuan atau maksud untuk melakukan terorisme

ancaman pidana

Pasal 251 RUU KUHP 2006 dinyatakan bahwa Permufakatan jahat,

persiapan, atau percobaan dan pembantuan melakukan terorisme sebagai

dimaksud Pasal 242, Pasal 243 dan Pasal 244 dan Pasal 250 dipidana sesuai

dengan ketentuan pasal-pasal tersebut64.

Beberapa prinsip dalam menangani terorisme ini merupakan syarat bagi

suksesnya pelaksanaan operasi, dengan:

1) Tujuan. Tujuan utama dari program memerangi terorisme adalah

menetralisir kelompok teroris. Netralisir dalam konteks ini tidak harus

membunuh teroris tetapi dengan meniadakan sumber ancaman.

2) Legitimasi. Pasukan keamanan yang menangani terorisme harus

mendapat legitimasi dan payung hukum dalam menjalankan tugasnya

3) Kesabaran dan keteguhan. Sangat diperlukan khususnya bagi

negosiator dalam rangka menyelesaikan permasalahan tanpa menimbulkan

banyak korban yang tidak perlu sambil memberi waktu kepada Tim

Penanggulangan Teror untuk menyiapkan diri.

64 Rancangan Undang-undang KUHP, 2006.

87

Page 13: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

4) Menahan diri. Seluruh satuan yang terlibat dalam mekanisme

penanggulangan teror harus bisa menahan diri semaksimal mungkin terhadap

teroris dari bentuk ancaman, tuntutan dan bentuk intimidasi lainnya dalam

rang-ka pencapaian tugas secara keseluruhan.

5) Keamanan. Keamanan adalah syarat utama dalam kegiatan pe-nanganan

terorisme.

6) Kesatuan usaha. Kerjasama antar instansi yang terkait sangat

menentukan keberhasilan pe- nanganan terhadap terorisme untuk itu sangat

diperlukan kesatuan usaha.

Tindakan Preventif. Kegiatan penanggulangan anti teror ditujukan

untuk mengurangi kemungkinan terjadinya aksi teror. Kegiatan ini meliputi tehnik

pencegahan kejahatan murni yang ditujukan untuk memperkuat target serta

prosedur untuk mendeteksi aksi teror yang terencana. Perencanaan dan latihan

adalah unsur penting dalam program penanggulangan teror. Kegiatan preventif

meliputi perencanaan, tindakan pencegahan, persiapan dan latihan sebelum

insiden terjadi. Selama tahap ini pertimbangan diberikan kepada penelitian,

pengumpulan informasi dan intelijen, tindakan pen-cegahan, perencanaan yang

mendalam serta latihan yang intensif. Pengalaman membuktikan bahwa

pencegahan adalah cara terbaik untuk melawan terorisme.

Terdapat 8 langkah dalam tahap pencegahan meliputi :

a. Intelijen. Pengumpulan kete-rangan/intelijen mengenai teroris adalah

hal terpenting dalam memerangi teroris. Siapa teroris, kapan, dimana dan

bagaimana ia akan melancarkan aksinya ada-lah pertanyaan yang harus

88

Page 14: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

terjawab dalam pengumpulan intelijen ini. Informasi yang dikumpulkan

meliputi bidang sosial, ekonomi dan politik dari suatu daerah.

b. Analisa ancaman. Idealnya langkah ini dilaksanakan secara terus

menerus. Analisa terhadap ancaman ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kemungkinan ancaman yang dapat terjadi. Dalam

melakukan analisa ini kita harus berfikir dari sudut pandang seorang teroris.

Bagaimana kita akan melancarkan aksi teror terhadap sasaran? Daerah mana

yang memiliki titik lemah dan kerawanan? Strategi dan taktik apa yang akan

digunakan.

c. Pengamanan Operasi. Penga-manan operasi atau kegiatan

merupakan hal penting dalam pencegahan terjadinya aksi teror. Dalam

pelaksanaan aksinya teroris akan mengeksploitasi data intelijen dari sasaran.

Data intelijen ini diperoleh dari menggunakan agen, penyadapan dengan alat

komunikasi dan penggunaan foto intelijen. Hal ini dapat kita cegah dengan

kegiatan lawan intelijen serta dengan meningkatkan kesiap-siagaan terutama

apa-rat keamanan. Dasar dari pengamanan kegiatan ini adalah rasa

kepedulian dan latihan.

d. Pengamanan Personil. Tidak seorangpun yang kebal terhadap

serangan dari teroris. Dalam memilih sasarannya teroris tidak pernah

memandang bulu. Target dapat berupaya kantor pemerintah, instalasi atau

tempat-tempat umum. Orang-orang yang berada di tempat tersebut menjadi

sasaran teroris semata-mata karena mereka berada di tempat tersebut saat

serangan teroris. Seringkali teroris juga memilih orang-orang tertentu

sebagai sasaran untuk penculikan, penyanderaan dan pembunuhan.

89

Page 15: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

e. Pengamanan Fisik. Pengaman-an fisik mencakup pengamanan

terhadap berita, materi serta pencegahan tindak kejahatan. Meskipun tindak

kejahatan termasuk dalam kegiatan teroris namun terdapat beberapa

perbedaan yang harus diperhitungkan dalam pelaksanaan pengamanan fisik.

Teroris biasanya lebih terorganisir, terlatih, dan lebih me-miliki motivasi

dibanding kriminal biasa.

f. Wewenang dan Yuridiksi. Dalam menghadapi aksi teror harus

jelas batas wewenang dan wilayah tanggung jawab dari setiap satuan yang

terlibat, sehingga dapat tercipta satu kesatuan komando.

g. Pembentukan Manajemen Krisis. Merespon dari insiden terorisme

dibutuhkan suatu keahlian khusus dan banyak pertimbangan. Tindakan yang

pa-ling awal adalah insiden yang terjadi harus dipastikan aksi teroris bukan

hanya sekedar tindak kejahatan. Langkah selanjutnya adalah rencana operasi

harus segera dibentuk untuk menghadapi aksi teroris tersebut. Karena aksi

teroris tidak me-ngenal batas wilayah, maka penanganannya pasti

melibatkan banyak unsur, baik itu Kepolisian, Militer maupun Peme-rintah,

untuk itu dibutuhkan suatu Badan yang mengkoordinasikannya.

h. Manajemen Krisis agar setiap tindakan dapat terarah dan terpadu

secara efektif dalam menangani terorisme.

Tindakan Represif. Segala usaha dan tindakan untuk menggunakan

segala daya yang ada meliputi penggunaan alat utama sistim senjata dan sistim

sosial yang ada untuk menghancurkan aksi teror. Dalam pelaksanaan

penanggulangan teror pembuat keputusan harus memahami benar kemampuan

dari Tim aksi khusus dan hanya menggunakan tim ini dalam peran yang berada

90

Page 16: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

dalam koridor kemampuannya. Penggelaran dari kekuatan Tim aksi khusus ini

akan tergantung pada situasi yang terjadi. Dalam manajemen penanggulangan

teror ini pelaksanaan operasi, organisasi disusun sebagai berikut :

a. Tim Aksi Khusus. Tergantung dari besarnya insiden yang terjadi kekuatan

pasukan dapat dikerahkan dari unit hingga detasemen.

b. Tim Negosiator. Tim ini senantiasa berinteraksi dengan teroris dengan

melaksanakan negosiasi sambil mengulur waktu bagi tim aksi khusus agar

dapat lebih mempersiapkan diri. Seringkali dalam penanganan teror situasi

dapat teratasi dengan proses negosiasi tanpa harus penanganan dari tim aksi

khusus.

c. Unsur Ring dalam. Unsur ini bertugas mengendalikan secara fisik daerah

sekitar sasaran. Tim ini bertugas mengisolasi sekaligus berfungsi untuk me-

ngumpulkan keterangan menge-nai teroris dan situasi di sasaran. Unsur dari

Tim aksi khusus atau tim sniper dapat ditugaskan sebagai unsur ring dalam.

d. Unsur Ring luar. Tugas dari tim ini antara lain mengontrol akses keluar

masuk daerah insiden dan mengosongkan bangunan di sekitar tempat

insiden.65.

Terorisme berkembang seiring dengan perkembangan peradaban

manusia dan teknologi. Teroris akan selalu memanfaatkan perkembangan

teknologi terakhir sebagai sarana untuk mencapai tujuan. teror masih akan

digunakan oleh golongan radikal sebagai sarana untuk mencapai tujuan baik yang

datangnya dari golongan frustasi luar negeri maupun dalam negeri. Operasi

penanggulangan teror membutuhkan koordinasi yang baik antar instansi yang

65

? Kolonel Inf Loudewijk F Paulus, Kopassus, Terorisme, www. Geoogle.co.id.

91

Page 17: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

terkait untuk dapat melaksanakan operasi secara terpadu. Untuk itu perlu

sosialisasi tentang masalah terorisme kepada masya-rakat, sehingga terdapat

pemahaman yang sama tentang terorisme, dan perlu pembentukan suatu lembaga

yang menangani terorisme secara nasional yang bersifat tetap (tidak temporer)66.

B. PANDANGAN ISLAM TERHADAP PIDANA MATI DALAM TINDAK

PIDANA TERORISME DI INDONESIA

Hukum Pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di

suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: (1)

Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,

dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa yang

melanggar larangan tersebut. (2) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada

mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dapat

dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan. (3) Menentukan dengan cara

bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang telah

disangka melanggar larangan tersebut (Moeljatno, 2002: 1).

Sedangkan Hukum Pidana Indonesia adalah Hukum Pidana yang berlaku

di Indonesia, yakni yang bersumber dari Kitab Undang undang Hukum Pidana

(KUHP) maupun peraturan perundang undangan hukum pidana di luar KUHP.

Hukum Pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayat atau

jarimah. Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak

pidana. Secara terminologi kata jinayat mempunyai beberapa pengertian, seperti

yang diungkapkan oleh Abdul Qodir bahwa jinayat adalah perbuatan yang dilarang

66 buletinlitbang.dephan.go.id

92

Page 18: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

oleh syara' baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda, atau lainnya (Munajad,

2004: 2). Kata jinayat untuk perbuatan yang berkaitan dengan jiwa atau anggota

badan, seperti membunuh, melukai dan lain sebagainya. Dengan demikian istilah

fiqh jinayat sama dengan hukum pidana.

Sedangkan dalam Hukum Pidana Islam dikenal empat macam jarimah

(kejahatan), yaitu hudud, qishosh diyat, dan ta'zir. Kejahatan Hudud adalah

kejahatan yang paling serius dan berat dalam Hukum Pidana Islam. Ia adalah

kejahatan terhadap kepentingan publik, tetapi bukan berarti tidak mempengaruhi

kepentingan pribadi sama sekali, namun terutama sekali berkaitan dengan hak Allah.

Kejahatan ini diancam dengan pidana hadd. Kategori berikutnya adalah qishosh

yang berada pada posisi di antara hudud dan ta'zir dalam hal beratnya pidana.

Kategori terakhir adalah ta'zir yang merupakan pidana paling ringan di antara jenis-

jenis pidana yang lain (Santoso, 2003: 22).

Jenis-jenis pidana baik dalam Hukum Pidana Indonesia maupun Hukum

Pidana Islam, kedua-duanya memberlakukan pidana mati dalam delik-delik pidana

(jarimah) tertentu. Berbicara tentang pidana tentunya tidak bisa terlepas dari tujuan

diberlakukan hukum pidana sendiri. Pembuat hukum tidak menyusun ketentuan-

ketentuan hukum dari syari'at tanpa tujuan apa-apa, melainkan di sana ada tujuan

tertentu yang luas. Dengan demikian, untuk memahami pentingnya suatu ketentuan,

mutlak perlu diketahui apa tujuan dari ketentuan itu (Santoso, 2003: 18).

Dalam perspektif teori tentang aliran-aliran pemikiran hukum pidana, tiga

konsep mengenai tujuan diadakannya hukum pidana sebenarnya termanifestasi

dalam tiga aliran pokok yang pernah berkembang dalam hukum pidana. Tiga aliran

tersebut adalah Aliran Hukum Pidana Klasik (Daad Strafrecht), Aliran Hukum

93

Page 19: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Pidana Modern (Daader Strafrecht), dan Aliran Hukum Pidana Neo Klasik/ Neo

Modern (Daad-Daader Strafrecht).

Dalam hukum Islam, para ahli hukum mengklasifikasikan tujuan-tujuan

yang luas dari syari'at untuk menciptakan kemaslahatan, yaitu menjamin keamanan

dari kelima kebutuhan hidup yang primer (dhorurot), menjamin keperluan hidup

(keperluan sekunder) atau disebut hajiyat, membuat berbagai kebaikan atau

menjadikan hal-hal yang dapat menghiasi kehidupan sosial dan menjadikan manusia

mampu berbuat dan mengatur urusan hidup lebih baik (keperluan tersier) atau

disebut tahsiniyat (Khollaf, 1990: 197).

Dalam studinya, Al-Raisuni mengemukakan bahwa al-maqôsid Syatibi

berdiri atas dua asas, pertama, kausasai atau enumerasi syari'ah (ta'lil) dengan

menarik maslahah dan menolak mafsadah. Kedua, al-maqôsid sebagai produk

induksi menjadi dasar ijtihad terhadap kasus-kasus yang belum tersentuh oleh nash

dan qiyas (Raisuni, 1992: 143).

Menurut Syatibi al-ushul atau kaidah-kaidah fundamental

pengembangan Hukum Islam terfokus pada kulliyât al-syari'ah yang meliputi

daruriyât, hajiyât dan tahsiniyât. Ketiga tingkatan al-masâlih yang menjadi

kulliyât al-syari'ah ini bersifat qoth'i karena beberapa alasan :1. Bahwa sebagian

kulliyât mengacu kepada prinsip rasional (ushul aqliyah); 2. Kulliyât itu

merupakan hasil dari induktif secara menyeluruh (istiqro' kulli) dari dalil-dalil

syari'ah. Baik ushul aqliyah maupun kulliyat sama-sama melahirkan pengetahuan

yang selalu pasti (al-ma'rifah al-yaqiniyah). 3. Perpaduan antara prinsip rasional dan

induksi menyeluruh yang bersifat qath'i tersebut melahirkan kaidah yang qath'i pula.

Inilah yang disebut ushul al-fiqh (Syatibi, 1415 H/1994: 29-30).

94

Page 20: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Teori kemaslahatan (istislah) sendiri yang sering digunakan dalam

ijtihad pada era sekarang kalau dikembalikan pada konsep yang dikemukakan

Ramadlan al-Buthi (1986: 142) harus memenuhi lima kriteria. Memprioritaskan

tujuan syara'; Tidak bertantangan dengan Al-Quran; tidak bertentangan dengan As-

Sunnah; Tidak bertentangan dengan prinsip qiyas; dan memperhatikan kemaslahatan

yang lebih penting (besar).

Hukum Pidana Islam berbeda dengan Hukum Pidana Indonesia. Jika

Hukum Pidana Indonesia bersumber dari aturan-aturan yang dibuat manusia yang

memungkinkan untuk dirubah, sedangkan Hukum Pidana Islam bersumber dari

kitab suci yang tidak bisa dirubah. Oleh karena itu agar Islam selalu baik kapanpun

dan dimanapun (Sholihun fi Kulli Zaman wa Makan) maka perlu kiranya untuk

memahami kaidah La Yunkiru Taghoyyurul Ahkam bi Taghoyyuril Azminah wal

Amkinah, yang artinya tidak bisa dipungkiri perubahan hukum sesuai dengan

perubahan tempat dan zaman (Sadhlan, 1417 H: 107).

Kejahatan membunuh diatur dalam Al Qur’an sebagai berikut:

a. Hukum membunuh

1) Kekejian membunuh: 17:33

2) Membunuh adalah dosa besar: 2:84, 4:29, 4:30, 4:92, 4:93, 5:32

3) Ancaman terhadap pembunuhan: 2:85, 4:92, 4:93, 5:32

4) Membunuh diharamkan

a) Membunuh anak: 6:137, 6:140, 6:151, 16:58, 16:59,

25:68, 60:12, 81:8, 81:9

b) Orang yang pertama membunuh: 5:27, 5:28, 5:29, 5:30

b. Jenis-jenis pembunuhan

95

Page 21: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

1) Pembunuhan dengan sengaja: 2:178, 4:93

2) Pembunuhan tidak sengaja: 4:92

c. Sanksi membunuh

1) Kisas (hukuman balasan)

a) Diwajibkannya kisas: 2:178, 2:179, 5:45, 6:151, 17:33

b) Hikmah pelaksanaan kisas: 2:179

c) Kisas di kalangan Bani Israel: 5:45

d) Memaafkan kisas: 2:178, 5:45

e) Pilihan dalam kisas: 2:178

f) Kisas antara laki-laki dan wanita: 2:178

g) Membunuh hamba dibalas dengan hamba: 2:178

h) Wali si mayit yang menentukan kisas: 5:45, 17:33

i) Menuntut kisas dengan cara yang tidak benar: 6:151, 17:33, 25:68

2) Diat (denda) pembunuhan

a) Diwajibakannya diat: 2:178, 4:92

b) Membunuh setelah menerima diat: 2:178

3) Kafarat membunuh: 4:92

4) Penyesalan si pembunuh dan taubatnya: 4:92

Ancaman pidana mati dalam hukum Islam, dikenal dengan istilah

Qishash. Pandangan Islam terhadap pidana mati tercantum dalam Al Qur’an sebagai

berikut :

a. Surat Al Baqarah ayat 178 yang artinya “Hai orang-orang yang

beriman, diwajibkan atasmu Qishash berkenaan dengan orang-orang yang

dibunuh, orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba

96

Page 22: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

sahaya, wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu

pemaafan dari saudara terbunuh, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti

dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar diyah

kepada pihak yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang

demikian itu adalah satu keringanan hukuman yang telah disyaratkan

Tuhanmu, sementara untukmu adalah menjadi rahmat pula. Siapa yang

melanggar sesudah itu akan memperoleh siksa yang pedih. Namun jika

keluarga terbunuh (waliyyul maqtuul) menggugurkan qishash (dengan

memaafkan), qishash tidak dilaksanakan.

Selanjutnya mereka mempunyai dua pilihan lagi, meminta diyat

(tebusan), atau memaafkan/menyedekahkan, dengan ketentuan diyat untuk

pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam

keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An-Nasa`i (Al-Maliki,

1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang

perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar

= 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1

dirham = 2,975 gram perak).

b. Surat Al Baqarah ayat 179 artinya: ” Dalam hukum Qishash itu ada

(jaminan) kelangsungan hidup, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu

bertaqwa.

c. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk

membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS Al-

An’aam : 151)

97

Page 23: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

d. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk

membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (alasan) yang benar.” (QS Al-Israa:

33)

e. “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29)

f. “Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min

(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)…” (QS An-Nisaa` : 92)

g. “dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa.. (QS

Yunus: 40).

Sesungguhnya pidana mati diundangkan Allah S.W.T. dalam hukumnya

yang bertujuan untuk menjamin keamanan dan kelangsungan hidup manusia secara

umum. Dalam hukum qishash terdapat jaminan yang cukup besar bagi perlindungan

terhadap Hak Azasi Manusia. Adapun dalam keadaan di mana hukum syari’at tidak

dijalannkan, maka nyawa manusia lebih murah dari nyawa seekor ayam. Kemudian

hukum harus sesuai dengan rasa keadilan. Rasa keadilan di sini yang dijadikan

sebagai parameter adalah rasa keadilan Tuhan.

Dalam pandangan Islam, menghilangkan nyawa orang lain hanya boleh

karena dua faktor : 1) Kehendak Allah S.W.T., 2) Konsekuensi penegakan

hukumnya (eksekusi atas putusan hakim). Sedangkan ancaman pidana mati dalam

Hukum Pidana Islam mencakup empat kejahatan : 1) perbuatan zina, 2)

perampokan, 3) pembunuhan dan subversi, 4) pengkhianatan terhadap agama

(murtad). Dengan demikian sasaran yang ingin dicapai di balik penerapan hukum

Islam adalah terwujudnya keamanan, ketenteraman dan kebahagiaan dalam

kehidupan manusia di dunia dan di akhirat67.

67 Syahruddin Husein, Ibid, hal, 5.

98

Page 24: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

”Terorisme” merupakan masalah moral yang sangat sulit, sehingga

mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam mendefinisikannya. Definisi umum

”terorisme” yang populer adalah, ”Setiap tindakan kekerasan politik yang tidak

memliki justifikasi moral dan hukum, apakah tindakan kekerasan itu dilakukan

oleh suatu kelompok revolusioner atau pemerintah/negara (Richard Falk, 1998).

Tetapi terdapat perbedaan diantara berbagai kalangan ahli dan pemerintahan

tentang kekerasan politik (political violence) yang justifiable dan unjustifiable,

tergantung pada siapa yang menilainya. Kekerasan politik yang ”unjustifiable”

bagi sebagian orang atau kelompok sangat boleh jadi ”justifiable” bagi pihak

lainnya.

Terorisme sebagai kekerasan politik sepenuhnya bertentangan dengan

etos kemanusiaan Islam. Islam mengajarkan etos kemanusiaan yang sangat

menekankan kemanusiaan universal (ukhuwwah al-insaniyyah). Islam

menganjurkan umatnya untuk berjuang mewujudkan perdamaian, keadilan dan

kehormatan. Tetapi, perjuangan itu haruslah tidak dilakukan dengan cara-cara

kekerasan atau terorisme.

Hukum Pidana Islam berbeda dengan Hukum Pidana Indonesia. Jika

Hukum Pidana Indonesia bersumber dari aturan-aturan yang dibuat manusia yang

memungkinkan untuk dirubah.

Hukum Pidana Islam bersumber dari kitab suci yang tidak bisa dirubah.

Oleh karena itu agar Islam selalu baik kapanpun dan dimanapun (Sholihun fi Kulli

Zaman wa Makan) maka perlu kiranya untuk memahami kaidah La Yunkiru

Taghoyyurul Ahkam bi Taghoyyuril Azminah wal Amkinah, yang artinya tidak bisa

99

Page 25: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

dipungkiri perubahan hukum sesuai dengan perubahan tempat dan zaman

(Sadhlan, 1417 H: 107).

Setiap perjuangan untuk keadilan harus dimulai dengan premis, bahwa

keadilan adalah konsep universal yang harus diperjuangkan dan dibela setiap

manusia.Islam menganjurkan dan memberikan justifikasi kepada muslim untuk

berjuang, berperang (harb) dan menggunakan kekerasan (qital) terhadap para

penindas, musuh-musuh Islam dan pihak luar yang menunjukan sikap bermusuhan

dan tidak mau hidup berdamai dengan Islam dan kaum Muslimin (lihat QS Al-

Hajj 22:39-40; Al-Baqarah 2:190-191; Al-Tawbah 9:36, 38; Al-Anfal 8:59-60; Al-

Hujurat 49;9-10; Al-Ahzab 33:60-62; Al-Baqarah 2:216-217). Ayat-ayat ini

mengacu pada kelompok, bukan individu. Kaum muslimin dipandang sebagai

suatu kesatuan kelompok (ummat), bukan perorangan muslim. Begitu juga musuh-

musuh Islam dan muslim disebut sebagai ”kelompok” bukan individu.

Dengan demikian, dalam pandangan Islam, tindakan kekerasan seperti

terorisme merupakan tindakan kekerasan yang tidak sah dan tidak bermoral.

Termasuk dalam pengertian ini adalah sweeping terhadap individu-individu yang

diasumsikan sebagai ”representasi” musuh-musuh kalangan muslim. Adalah

kewajiban muslimin untuk menegakkan kebajikan dan melawan kemungkaran

(amar ma’ruf nahy al-munkar). Banyak cara untuk melakukan kewajiban ini.

Tetapi jelas menurut ajaran Islam, bahwa penggunaan kekerasan apalagi teror

merupakan tindakan kriminal.

Bahkan tindakan-tindakan kekerasan dalam menegakkan kebajikan dan

menumpas kemungkaran merupakan suatu bentuk ketidakadilan dan kezaliman

(zhulm). Terdapat cukup banyak ayat Al-Qur’an yang menggambarkan tentang

100

Page 26: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

individu-individu dan kelompok-kelompok yang ditindas masyarakat dan para

penguasa (QS Ibrahim 14:12; Yunus 10:108-109; Al-Ahqaf 46:35; Al-A’raf

7:123-126).

Menghadapi situasi seperti itu, orang-orang beriman dianjurkan untuk

tetap mempertahankan keimanan mereka agar selalu berada dalam jalan yang

benar, dan sekaligus sabar menghadapi penindasan, ketidakadilan dan kekerasan

yang mereka derita. Dalam kasus-kasus seperti ini, Al-Qur’an tidak menganjurkan

penggunaan kekerasan pembalasan dan peperangan. Sebaliknya, Al-Qur’an tetap

menganjurkan usaha-usaha pembelaan diri yang mungkin melibatkan penggunaan

kekerasan.Dalam konteks terakhir, Al-Qur’an memang akhirnya menganjurkan

kaum muslimin untuk berperang (jihad) melawan musuh-musuh Islam dan kaum

muslimin yang tidak mau berdamai (QS Al-Tawbah 9:41; Al-Mumtahinah 60:1-3;

Al-Haj 22:39-40: Al-Baqarah 2:190-193; 216-217).

Tetapi penting dikemukakan, dalam ayat-ayat ini Al-Qur’an berbicara

tentang orang-orang yang tertindas, yang terusir dari tanah air mereka, dan Al-

Qur-an menganjurkan mereka untuk mengorganisasikan diri mereka untuk

membela diri guna mencapai pembebasan diri dari penindasan dan untuk

mencapai kehormatan/harkat diri dan agama (izzul Islam wa al-Muslimin).

Terdapat dua aspek dalam ayat-ayat ini, internasl dan eksternal. Secara

internal Al-Qur’an meminta mereka yang tertindak untuk tetap sabar dalam

perjuangan mereka guna mempertahankan eksistensi dan keimanan mereka.

Secara eksternal adalah bahwa ketika sebuah masyarakat membela dan

mempertahankan diri atau kelompok masyarakat lain dari agresi luar, maka

sesungguhnya semua itu merupakan perjuangan bagi keadilan dan per-damaian.

101

Page 27: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

”Jihad” dalam pengertian perang, dengan demikian, merupakan tindakan

pembelaan diri (defensif), bukan agresif. Jihad dalam konsep Islam merupakan

bellum justum (perang untuk keadilan) bukan bellum pium (perang untuk

kesalehan). Jihad dalam pengertian perang sering diasosiasikan atau bahkan

diidentikkan pihak Barat dengan ”teror” dan ”terorisme”.

Sejauh mana jihad dapat berubah menjadi ”teror” dan ”terorisme”,

sebenarnya dapat dilihat dari justifikasi moral tindakan jihad itu, serta kesesuaian

atau ketidaksesuaiannya dengan aspek-aspek lain ajaran Islam. Jihad juga

mengandung pengertian yang sangat luas. Secara sederhana, jihad terbagi dua:

jihad akbar, yakni jihad melawan hawa nafsu yang bisa tidak terkendali didalam

diri setiap muslim; dan jihad asghar yakni perang melawan musuh-musuh Islam

dan muslimin.

Jihad juga mengandung pengertian ”setiap usaha sungguh-sungguh yang

dilakukan dalam amal perbuatan baik apa saja (fi sabilillah), yang diniatkan

sebagai ibadah kepada Allah SWT”. Dan orang yang meniggal dalam setiap usaha

baik (ibadah) ini dapat disebut pula sebagai telah syahid (martyr), sebagaimana

mereka yang tewas dalam jihad membela diri dari musuh-musuh muslim dan

Islam.

Dalam semua perspektif itu, harus diakui, terdapat individu dan

kelompok-kelompok muslim yang melakukan kekerasan politik, yang

mengandung sejumlah elemen justifikasi moral Tindakan kekerasan politik

(terorisme) yang dilakukan para pejuang dan kelompok-kelompok Palestina

melawan terorisme (state terorism) yang dilakukan negara Zionis Israel, misalnya,

memiliki justifikasi moral dari ketertindasan yang mereka derita dalam waktu

102

Page 28: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

yang panjang; bangsa Palestina telah dirampas hak-haknya oleh Israel yang

didukung hampir tanpa reserve oleh Amerika Serikat dan banyak negara Barat lain

untuk mendapatkan keadilan dan perdamaian.

Tetapi juga sulit ditolak, terdapat orang-orang dan kelompok pejuang

Palestina dan juga orang-orang memiliki nama muslim yang menyerang WTC

New York dan Pentagon yang tidak memiliki justifikasi moral sama sekali dengan

menyerang dan membunuh orang-orang sipil yang tidak memiliki kaitan apa-apa

dengan persoalan ketidakadilan dan penindasan.

Para pejuang Palestina, seperti PLO, seyogyanya tetap mengupayakan

pencarian dan pengembangan cara-cara lain (damai) untuk melawan penindasan

dan ketidakadilan. Hal ini penting, karena perjuangan melawan ketidakadilan dan

penindasan yang dilakukan kelompok-kelompok Muslim itu terlanjur

distigmatisasikan sebagai ”muslim terrorism” atau bahkan ”Islamic terrorism”,

yang pada gilirannya merusak dan menghancurkan citra Islam sebagai agama

damai dan perdamaian (Islam, salam).

Usaha-usaha memerangi terorisme dalam bentuk apa pun seharusnya

tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan pula, seperti yang terjadi dalam krisis

AS-Afghanistan. Cara-cara kekerasan itu bukan hanya merupakan suatu bentuk

teror pula khususnya terhadap warga sipil yang tidak tahu apa-apa bahkan hanya

akan menciptakan circle of terrorism dan dengan demikian, akan gagal

melenyapkan teror dan terorisme.

Usaha memerangi terorisme harus berangkat dari penyelesaian terhadap

akar atau sumber masalah (core of the problems). Salah satu akar terpenting

terorisme sekarang adalah ketidakadilan dan kepincangan dalam tata hubungan

103

Page 29: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

internasional, yang pada gilirannya menumbuhkan sikap standar ganda (double

standard) pada pihak pemegang dominasi dan hegemoni internasional, yakni AS

dan sekutu-sekutu Baratnya. Hanya dengan terciptanya tata internasional baru

yang adil dan dengan demikian akan menciptakan perdamaian yang menghormati

hak-hak setiap masyarakat dan bangsa, yang menjunjung tinggi pluralitas dan

multikulturalisme, maka teror dan terorisme dapat dikurangi, jika tidak bisa

dihabisi sama sekali68.

Orang yang memang dikusai oleh nafsu angkara murka dan telah

ditetapkan di dalam Lauhul Mahfudz sebagai orang yang sesat. Sesungguhnya hal

ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala. “Artinya : Sesungguhnya kamu tidak akan

dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi

petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-

orang yang mau menerima petunjuk” [Al-Qashash : 56]

Wahai orang-orang yang mencintai kebaikan untuk orang lain

bahwasanya solusi satu-satunya untuk penyakit terorisme di negeri-negeri Islam

berada di tangan orang-orang yang mempunyai aqidah shahihah yang bersih dan

murni di bawah naungan wahyu ilahi yang dibawa dan disampaikan oleh orang

yang mau memahami maknanya dan yang baik penyampaiannya, dan sungguh

para dokter mereka itu adalah waliyul amri dari kalangan ulama rabbani dan para

pemimpin yang shalih kemudian masyarakat dengan segala lapisannya, kecil atau

besar dalam dan luar yang tersifati dengan sifat yang disebutkan terdahulu. Firman

Allah Ta’ala. “Artinya : Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah

yang mendapatkan petunjuk dan barangsiapa yang disesatkan maka kamu tak akan

68 Azyumardi Azra, Terorisme dalam Perspektif Islam, www.sinarharapan.co.id

104

Page 30: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya”

(Al-Kahfi : 17)

Solusi terorisme di negeri-negeri kafir, maka pijakannya kepada apa

yang mereka ridhai untuk diri mereka sendiri yaitu Undang-undang Dasar (negeri

tersebut) jika diwujudkan sesuatu untuk menolak kemudharatan maka haruslah ia

mempunyai kekurangan, terutama akan bertambah parahnya penyakit terorisme di

negeri mereka serta semakin meluas dan saling mewarisinya dengan terang-

terangan karena mereka tidak percaya akan kebesaran Allah dan Dia yang telah

menciptakan mereka dalam beberapa tingkatan kejadian.

Perkara yang amat sangat disayangkan bahwa mayoritas negeri Islam

telah mengikuti jejak negeri-negeri kafir dalam penegakkan hukum Undang-

undang Dasarnya yaitu dalam menyelesaikan berbagai macam problematikanya,

yang tidak diperkenankan untuk berhukum dengan Undang-undang Dasar (yang

dibuat oleh manusia), bahkan wajib menggunakan hukum syari’at Allah yang

sempurna lagi suci ini.

Dikarenakan negeri-negeri Islam itu berintimaa (menyandarkan dirinya)

kepada Islam dan berbangga diri dengannya hanya dalam syiar-syiarnya, akan

tetapi kenyataan dari pelaksanaan hukum-hukumnya dalam menyelesaikan

berbagai problem meniru dan mengadopsi dari orang-orang kafir69.

Peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di tanah air selama ini, bukanlah

jihad, dan karenanya para pelakukanya bukanlah syahid (martir) yang

69 Disalin dari kitab Al-Irhab Wa Atsaruhu Alal Afrad Wal Umam, Edisi Indonesia Terorisme Dalam Tinjauan Islam, Penulis Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhaly, Penerjemah Hannan Hoesin Bahanan, Penerbit Maktabah Salafy Press

105

Page 31: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

mendapatkan ganjaran surga. Sebaliknya, para pelaku bom bunuh diri itu adalah

penjahat yang harus dikecam.

Pelaku peledakan bom di Indonesia tak sesuai dengan hukum Islam,

sebab aksi-aksi itu hanya menyengsarakan rakyat sipil. Menurut dia, dalam Islam,

para pelaku teroris yang tertangkap harus dihukum potong tangan atau disalib

untuk mempermalukan para pelakunya. Pandangan semacam Ath Thayyibi itu

penting, karena selama ini para tokoh Islam cenderung ragu-ragu dalam

mengambil sikap terhadap terorisme dan bom bunuh diri. Bahkan sebagian di

antara mereka tampak mendukung, khususnya jika obyek pengeboman adalah

tempat-tempat yang dianggap musuh Islam, seperti pengeboman WTC di Amerika

atau pengeboman kafe dan diskotek di Bali.

Konsep kabur Jihad adalah sebuah konsep Islam yang sangat kabur

karena telah menjadi topik wacana berbagai kelompok Islam. Oleh kalangan

moderat, jihad diartikan bukan hanya perang, tapi juga berbagai aktivitas yang

mengarah kepada kebaikan. Pendidikan, pengobatan, serta kegiatan-kegiatan

sosial lainnya yang dapat memberikan maslahat bagi masyarakat juga bisa

dianggap sebagai jihad.

Sementara itu, oleh sebagian aktivis Islam, jihad diartikan sebagai

perjuangan fisik bersenjata melawan musuh-musuh Allah. Tidak jelas benar apa

yang mereka maksudkan dengan “musuh-musuh Allah.” Tapi, dalam prakteknya,

“musuh-musuh Allah” yang mereka maksudkan adalah tempat-tempat publik yang

secara langsung maupun tak langsung berkaitan dengan dunia Barat dan

kemaksiatan, seperti kedutaan besar asing (milik orang-orang Barat kafir), kafe-

kafe dan bar (berkaitan dengan maksiat).

106

Page 32: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Bagi kelompok yang terakhir ini, melakukan perusakan dengan

mengebom, termasuk dengan meledakkan diri, adalah bagian dari jihad.

Pengakuan para pelaku bom Bali I seperti Imam Samudra dan Amrozi, sangat

terang-benderang bahwa mereka melakukan hal itu karena panggilan jihad.

Dualisme makna jihad memang bukan persoalan baru. Dalam wacana pemikiran

Islam, ada dua makna jihad yang selalu dipertentangkan, yakni antara jihad

dengan cara-cara damai (silmi) dan jihad lewat peperangan (harbi). Sepanjang

sejarah Islam, kaum Muslim bersaing dalam memperebutkan kedua makna ini.

Sementara kaum “Muslim moderat” berusaha memberikan citra positif terhadap

istilah jihad, kaum “Muslim radikal” memberikan citra keras dan cenderung

negatif terhadap konsep ini.

Jihad Negatif. Menarik untuk dicatat bahwa sejak 50 tahun terakhir, jihad

dalam maknanya yang negatif, yakni peperangan, kekerasan, dan terorisme,

mendominasi wacana dan pentas politik kehidupan kaum Muslim di seluruh

dunia. Dari Mesir hingga Indonesia, kata “jihad” selalu digunakan dan

diasosiasikan dengan kelompok atau organisasi radikal.

Di Mesir ada kelompok “al-Jihad al-Islami” yang dikenal, salah satunya,

karena berhasil membunuh presiden Anwar Sadat; di Pakistan ada “Harakat ul-

Jihad-i-Islami” yang populer karena aksi-aksi kekerasannya; di Indonesia ada

“Laskar Jihad” yang dikenal karena keterlibatannya dalam konflik agama di

Ambon.Di dunia Barat dan di dunia luar Islam secara umum, jihad dalam

pengertian negatif lebih sering ditemukan ketimbang yang positif. Bagi sebagian

orang-orang non-Muslim, jihad bahkan identik dengan perang dan kekerasan.

107

Page 33: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Kelompok-kelompok Islam keras yang menggunakan nama “jihad” pada

organisasi mereka tentu saja sangat berperan penting dalam mendistorsi makna

jihad. Tapi, pada hemat saya, mereka bukan satu-satunya elemen dalam

menyumbangkan makna pejoratif terhadap jihad. Para tokoh Islam garis keras

secara umum juga turut menyumbangkan citra negatif terhadap konsep ini.

Sebelum polisi menggrebek dan menembak mati gembong teroris

Azahari, misalnya, kita hampir tak pernah mendengar ada tokoh Islam garis keras

yang secara terbuka mengecam terorisme. Mereka bahkan cenderung mendukung

atau paling tidak menyetujui tindakan-tindakan pengeboman yang terjadi.

Sebagian dari mereka bahkan menyatakan bahwa itu adalah salah satu bentuk

jihad dalam melawan Amerika dan Barat.

Pertemuan kelompok-kelompok radikal dengan keputusan mereka

menyatakan bahwa terorisme dan bom bunuh diri bukan bagian dari jihad

merupakan sebuah langkah maju, meski sangat terlambat. Saya katakan terlambat

karena pernyataan ini dikeluarkan setelah begitu banyak peristiwa kekerasan dan

terorisme yang mengatasnamakan jihad70.

Meski bukan kosakata baru dalam ilmu politik dan kriminologi,

"terorisme" menjadi kosakata paling populer di media massa menyusul Tragedi 11

September 2001. Dan meski populer, kata ini jarang ditelusuri makna dan

pengertiannya, bahkan oleh banyak wartawan yang memproduksi ribuan berita

terorisme dalam beberapa tahun terakhir.Apa sih terorisme itu? Sejauh ini, tidak

ada satu definisi yang disepakati, bahkan di lingkungan badan dunia seperti

Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena ada unsur subyektifitas di dalamnya.

70 Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhaly, 2007, Solusi Terorisme Menurut Pandangan Islam. www.Geogle.co.id

108

Page 34: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Tergantung siapa yang memakai. Oxford Concise Dictionary of Politics menulis:

"In short, one person's terrorist is another person's freedom fighter."

Contoh: Collins adalah panglima gerilyawan Irlandia melawan

penjajahan Inggris. Kita bisa melihat aksinya dalam film "Michael Collins" yang

dibintangi Liam Neeson dan Julia Robert. Oleh Pemerintah Inggris,Collins disebut

teroris pada 1920. Namun, oleh kaum Katolik Irlandia Utara, dia dipuja sebagai

pahlawan.Sama halnya, Che Guevara adalah teroris bagi Rezim Kolombia dan

Pemerintah AS yang mendukung rezim itu. Tapi, dia dipuja sebagai pahlawan oleh

jutaan orang hingga kini71.

Hal yang sama berlaku pula pada kekerasan di Srilanka, Palestina,

Mindanau, Afghanistan dan Irak sekarang. Bahkan pada masa kemerdekaan dulu,

para pendiri bangsa Indonesia, yang kita kenal sebagai pahlawan, disebut oleh

Pemerintah Hindia Belanda sebagai teroris.

Karena mengandung unsur subyektifitas, beberapa media internasional,

seperti Reuters misalnya, cenderung menghindarinya dan menggantinya dengan

istilah yang lebih netral: "kaum militan" atau "kelompok bersenjata". Meski kita

tahu, dalam beberapa tahun terakhir, Reuters banyak memakai kata "teroris" pula.

Meski mengandung subyektifitas, para akademisi umumnya sepakat ada

dua elemen utama dalam kata "terorisme": kekerasan dan motif politik/ideologis.

Motif inilah yang membedakan "terorisme" dari kekerasan biasa--kejahatan

sehari-hari seperti membunuh dan merampok. The American Heritage, misalnya,

mendefinisikan terorisme sebagai: "The unlawful use or threatened use of force or

violence by a person or an organized group against people or property with the

71 http://fgaban.wordpress.com/.

109

Page 35: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

intention of intimidating or coercing societies or governments, often for

ideological or political reasons."

Dalam pengertian ini, setiap kekerasan yang bermotif politik/ideologis

bisa disebut terorisme. Kekerasan itu bisa dilakukan individu atau kelompok, dan

bisa dilakukan pula oleh negara serta dikenal dengan "state terrorism". Diwilayah

pendudukan Palestina, kekerasan dipakai oleh Hamas maupun Pemerintah Israel,

dan keduanya bisa disebut terorisme. Di Amerika Latin masa lalu, taktik terorisme

dpakai baik gerilyawan maupun pasukan pemerintah Nicaragua, Kolombia, dan

Chile yang didukungAmerika Serikat.

Berkat dominasi dan hegemoni media, terorisme cenderung hanya

dipakai menyudutkan kelompok yang lebih lemah, seperti Hamas di Palestina,

Tamil di Srilanka, Moro di Mindanau, GAM di Aceh masa lalu, Sandinista di

Nicaragua, atau Tentara Pembebasan Irlandia (IRA) diIrlandia.Terorisme adalah

kekerasan dan ada motif politik/ideologis. Terorisme yang dilakukan aktor bukan-

negara (non-state terrorism) muncul umumnya di kawasan yang kental konflik

politik; ketika sebagian masyarakat merasa ditindas aspirasi politiknya. Mereka

juga sering merupakan reaksi dari state-terrorism, penindasan dan kekerasan yang

dilakukan oleh negera resmi.

Dalam situasi ini, kekerasan merupakan bagian tak terpisahkan dari

gerakan politik/ideologis. Kekerasan umumnya dipakai sebagai bentuk unjuk

kekuatan yang diperlukan dalam negosiasi politik. Tak mengherankan jika pelaku

terorisme umumnya merupakan sayap militer bawah tanah yang sebenarnya

bekerja sama dengan gerakan politik terbuka, yang akan memakai unjuk kekuatan

itu sebagai modal untuk negosiasi politik.

110

Page 36: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Di Irlandia misalnya, IRA berhubungan dengan Sinn Fein, gerakan

politik terbuka. Di Aceh masa lalu, GAM berhubungan dengan para aktivis politik

Aceh di Swedia. Dalam terorisme jenis ini, kekerasan dipakai sebagai alat tawar-

menawar politik. Kekerasan itu sendiri kadang tidak benar-benar dilakukan,

melainkan sebagai ancaman untuk mencapai tuntutan tertentu. Kita sering

mendengar, misalnya, sebuah kelompok mengancam akan meledakkan sebuah

gedung atau sasaran sipil lain dengan tuntutan politik tertentu.

Kekerasan sering benar-benar diwujudkan untuk menunjukkan kekuatan.

Dan karena tujuannya memang "show of force", beberapa kelompok teroris

dengan segera mengklaim sebagai pelakunya untuk mendapatkan publikasi di

media, untuk menunjukkan pada publik luas bahwa mereka memang benar-benar

layak diperhitungkan. Kekerasan yang tidak jelas siapa pelakunya, atau tidak ada

yang mengklaim melakukannya dengan motif tuntutan politik, tertentu sulit

dipahami sebagai terorisme.

Dan dari segi inilah, ada satu misteri besar menyangkut Jemaah

Islamiyah, kelompok yang dituding sebagai biang teror, dengan "hasil karya" yang

demikian fantastis kebrutalannya dan dengan korban kematian yang demikian

jahat: Bom Bali, Bom Mariott, Bom Kedubes Australia, dan Bom Natal tahun

2000.

Hal lain yang absen dalam kasus Jemaah Islamiyah adalah tiadanya

gerakan politik terbuka yang bisa menangguk kekuatan politik dari aksi teror itu.

Motif politik, jika ada, bukan diberikan oleh para pelaku atau mereka yang

dituding melakukannya (seperti Abu Bakar Baasyir yang bahkan menolak disebut

pemimpin gerakan), melainkan oleh Pemerintah Amerika dan kalangan intelijen

111

Page 37: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

serta polisi Indonesia yang menyebut Jemaah slamiyah bertujuan "mendirikan

kekhalifahan Islam di Asia Tenggara." Tanpa ada motif politik, kekerasan sebesar

apapun tidak ada artinya, kecuali sebuah keisengan yang benar-benar laknat,

bahkan jika gerakan Jemaah Islamiyah ini benar-benar ada.

Ini berbeda dengan kekerasan yang dilakukan Front Pembela Islam

(FPI). Kita tahu organisasi ini memiliki "sayap militer" Lasykar Pembela Islam

yang sering berbuat kekerasan di ruang publik. Kekerasan mereka memang tidak

bersifat letal (mematikan), melainkan hanya terbatas pada perusakan, razia dan

pemukulan, seperti yang terjadi di Monas beberapa waktu lalu. Tapi, itu tetap

kekerasan. Kita bisa melihat bagaimana mereka melakukan unjuk kekuatan lewat

kekerasan; mereka sadar tentang kekuatan media yang bisa menggaungkan kesan

betapa digdayanya mereka.

Dan mereka punya motif politik/ideologis, yang dikemukakan secara

terbuka dan diulang-ulang oleh pemimpin FPI Rizieq Shihab. Dalam kasus

Monas, kita bisa melihat bagaimana Munarman, pemimpin lasykar, juga sesumbar

"hanya akan menyerahkan diri jika Ahmadiyah dibubarkan."

"Pembubaran Ahmadiyah" adalah motif politik. Kekerasan di Monas

adalah alat penekan politik baik kepada pemerintah maupun kepada publik yang

menentang keinginannya. Jadi, meski tidak mematikan, kekerasan FPI di Monas

per definisi lebih tepat disebut terorisme. Kekerasan dengan motif politik.

Hal semacam itu tidak nampak dalam kasus Jemaah Islamiyah. Bahkan

tidak juga dalam kasus Al Qaedah yang dituding melakukan Teror 11 September.

Tidak ada klaim baik sebelum maupun setelah kejadian dari Al Qaedah. Dalam

wawancara televisi setelah 11 September, bahkan Usamah bin Ladin menolak

112

Page 38: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

tudingan keterlibatan dalam aksi itu. Padahal, inilah orang yang, jika benar-benar

teroris, akan menangguk kekuatan besar dari "hasil karya" yang demikian

fantastis: teror yang menewaskan ribuan orang di jantung Amerika sendiri.

Di Indonesia setelah Reformasi, semua kelompok masyarakat, termasuk

kelompok Islam, menemukan kebebasan dalam mengartikulasikan tujuan politik

mereka. Berbeda dengan masa lalu, beberapa kelompok Islam kini bisa sangat

terbuka mengungkapkan keinginan mendirikan negara Islam dan sistem khilafah,

yang mustahil dilakukan di masa Orde Baru.

Keinginan politik seperti itu sah adanya. Tapi, kebebasan dan

keterbukaan politik dengan sendirinya telah menghilangkan dasar moral untuk

melakukan teror, kekerasan politik dengan dalih penindasan. Siapa yang menindas

FPI secara politik? Sebaliknya dari itu, FPI justru meminta pemerintah untuk

menindas secara politik kelompok lain: Ahmadiyah. Dan jika logika ini bisa

diterima, kita harus membenarkan secara moral teror yang mungkin dilakukan

Ahmadiyah di masa mendatang (meski kita tahu gerakan ini tidak memiliki

sejarah kekerasan).

Bahkan kita bisa juga bertanya: siapa menindas Jemaah Islamiyah?

Bukankah jika kelompok ini benar ada dan ingin mendirikan kekhalifahan Islam di

Asia Tenggara, penghinaan dan pelecehan Islam yang terjadi berulang-ulang

hanyalah menunjukkan kebencian mereka kepada Islam. Itu lahiriahnya. Apa yang

ada di dalam hatinya sungguh lebih besar daripada itu. Allah SWT berfirman:

أكبر صدورهم تخفي وما أفواههم من البغضاء بدت  قد

Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati

mereka lebih besar lagi. (QS Ali ‘Imran :118).

113

Page 39: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut, menyatakan

bahwakebencian telah tampak dari wajah, sikap mereka serta ucapan mereka;

namun apa yang mereka tunjukkan tidak mencakup semua kebencian yang adadi

dalam dada mereka. Karenanya, jangan heran bila kebencian mereka berulang-

ulang dan tidak akan berhenti hingga ada yang menghenti- kannya. Realitas

menunjukkan negara-negara yang ada tidak dapat menghentikan. Aksi, protes dan

kutukan pada pelakunya berlalu begitu saja. Hanya khilafah yang dapat

menghentikan para penghina Nabi SAW., Al-Quran dan Islam secara keseluruhan.

Banyak yang sepakat bahwa tidak ada agama yang mengajarkan

kekerasan apalagi teror. Namun fakta berbicara betapa banyak aksi teror terjadi

karena pemahaman keagamaan atau mengatasnamakan agama. Melacak latar

belakang terorisme sangatlah rumit karena melibatkan banyak faktor. Ada

sejumlah prediksi mengapa aksi terorisme itu terjadi:

1. Wujud perlawanan terhadap kezaliman

Manusia mempunyai harga diri yang ingin dipertahankan atau

dimunculkan dalam kehidupan. Namun, harga diri tersebut kadang diinjak-

injak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, sementara orang terzalimi

tidak punya kuasa untuk melawan secara terang-terangan atau secara langsung,

maka ditempuhlah jalan teror. Teror diyakini bisa menjadi pembalasan atau

pemberontakan atas perilaku zalim, bahkan menjadi bagian dari patriotisme.

2.   Ekspresi Keputusasaan

Aksi teror dilakukan bisa jadi merupakan wujud keputusasaan karena

lawan dinilai terlalu tangguh untuk dikalahkan. Pendekatan yang elegan dinilai

114

Page 40: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

tidak akan bisa mengalahkan lawan, akhirnya tindakan teror dinilai paling

efektif untuk melumpuhkan lawan.

3.   Pemahaman keagamaan yang parsial

Aksi teror boleh jadi merupakan pengejewantahan dari pemahaman

keagamaan yang parsial. Agama selalu memiliki dua sisi, sisi lembut dan sisi

kasar. Agama bisa menciptakan kedamaian, namun tidak jarang peperangan

juga karena agama. Ada orang yang melakukan aksi teror dengan merujuk

pada ayat berikut, ”Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menjumpai

mereka... ” (Q.S. Al Baqarah 2:191). Padahal kalau dibaca ayat sebelumnya

akan terlihat kalau hal ini dilakukan pada saat sedang terjadi peperangan (lihat

Q.S. Al Baqarah 2: 190), bukan untuk melakukan teror. Setiap Rasulullah

SAW. memberangkatkan tentara, beliau selalu berpesan, ”Janganlah kalian

membunuh anak-anak, wanita, orang jompo, dan siapa saja yang tidak

terlibat peperangan. Janganlah kalian merusak pasar, pertanian, dan

peternakan”72.

Jadi, secara prinsip Islam mengharamkan segala bentuk aksi terorisme

walaupun sedang dalam peperangan, apalagi kalau dilakukan tidak sedang dalam

peperangan. Namun kenyataannya tidak sedikit orang yang melakukan aksi

terorisme dengan berkedok agama, hal ini bisa jadi karena pemahaman yang salah

terhadap ajaran-ajaran agama. Di sinilah pentingnya setiap muslim menghiasi diri

dengan nilai-nilai agama yang benar dan komprehensif supaya tidak terjerumus

pada pemahaman yang salah

Pokok-pokok syaria't, dan itu semua dilihat dari beberapa segi yaitu :

72 Rahmah @ e-mail

115

Page 41: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

1. Bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan berbuat adil dan

dengan keadilan inilah Dia menegakkan langit dan bumi, mengutus para

Rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala

berfirman. "Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.

Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran" (An-Nahl : 90) Dan juga firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala .

"Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan

membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka

Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya menusia dapat melaksanakan keadilan"

(Al-Hadiid : 25) Dan Allah menetapkan bahwa setiap jiwa yang berdosa tidak

dibebani menanggung dosa yang lain karena keadilan-Nya Subhanahu Wa

Ta'ala yang semmpurna. Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala "Artinya : Dan

orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain" (Faathir : 18)

2. Sesungguhnya Allah mengharamkan kezhaliman bagi diri-Nya dan juga

menjadikannya keharaman bagi hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam

hadit qudsi. "Artinya : Wahai hamba-Ku sungguh Aku telah mengharamkan

kedhaliman terhadap diri-Ku dan menjadikannya keharaman di antara kalian,

maka janganlah kalian saling berbuat dhalim" [HR Muslim] Perintah ini

bersifat umum bagi seluruh hamba Allah baik yang muslim mupun non

muslim.

Maka tidak diperbolehkan bagi salah satu di antara mereka untuk

melakukan tindak kedhaliman atau penganiayaan terhadap sebagian yang lain

116

Page 42: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

walaupun hanya permusuhan dan kebencian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala

berfirman. "Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi

orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil lebih

dekat kepada takwa" (Al-Maidah : 8).

Berdasarkan penjelasan di atas diwajibkan untuk seluruh bangsa dan

negeri muslim atau non muslim untuk mengetahui beberapa hal yaitu :

(1). Bahwasannya  peristiwa yang telah terjadi di wilayah Amerika Serikat

seperti pembajakan pesawat terbang, mengancam keamanan penduduk

(teror) dan membunuh jiwa tanpa ada alasan yang benar tidak lain

hanyalah tindak kedhaliman, penindasan dan penganiayaan yang sama

sekali tidak pernah dibenarkan dalam syariat Islam, bahkan tindakan

tersebut adalah haram serta termasuk dosa besar.

(2) Hendaklah seorang muslim yang paham akan ajaran agamanya serta

berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu

'alaihi wasallam   hendaknya menjauhkan dirinya dari keterjerumusan

kepada perbuatan tersebut (peledakan dan lainnya), karena perbuatan

tersebut dapat menyebabkan kemurkaan Allah dan mengakibatkan

tersebarnya malapetaka dan kerusakan.

(3) Wajib bagi ulama kaum muslimin untuk menjelaskan kebenaran tentang

kejadian seperti ini (tragedi WTC) dan menjelaskan kepada orang yang

berilmu yang mengamalkan syari'at Allah bahwa agama Islam sama

sekali tidak membenarkan perbuatan tersebut.

117

Page 43: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

(4) Kepada seluruh media (baik cetak maupun elektronik) dan kepada siapa

saja yang berperan dibelakangnya dalam melemparkan tudingan miring

terhadap umat Islam dan berupaya menikam agama yang lurus ini

dengan tufuhan keji yang bertujuan menyebarkan fitnah dan merobek-

robek kehormatan Islam dan muslimin yang menyakitkan hati dan

menyesakkan dada, untuk segera menghentikan kekeliruannya dan

menyadari bahwa setiap orang adil dan berakal yang paham ajaran

agama Islam tidak mungkin mensifati agamanya dengan sifat yang

tercela.

Demikianlah  peristiwa (tragedi WTC) dalam upaya untuk menegakkan

kebenaran dan menghilangkan segala bentuk keraguan. Akhirnya saya memohon

kepada Allah supaya membimbing kita kejalan yang benar dan menunjukkan kita

menuju  jalan keselamatan, memuliakan agamaNya seta meninggikan kalimat-

kalimatnya karena sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pemberi lagi Maha Pemurah,

shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad beserta seluruh

kerabat dan sahabatnya73.

Maka apa makna teror (al-irhab) itu sesungguhnya, apa yang mendorong

dilaksanakan hal itu, dan apa kemudharatan yang besar yang dihasilkan dari

praktek gerakan teror yang dzalim pelaku-pelakunya itu. Al-Irhab (teror) adalah

sebuah kalimat yang terbangun di atasnya makna yang mempunyai bentuk

(modus) beraneka ragam, yang intinya adalah gerakan intimidasi atau teror atau

gerakan yang menebarkan rasa takut kepada individu ataupun masyarakat yang

sudah dalam keadaan aman dan tentram.

73 Majalah Ad-Dakwah edisi 1810, Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 1/No. 61424H/2003M, Penerbit Ma'had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Perpustakaan Bahasa Arab Ma'had Ali-Al-Irsyad, Jl Sultan Iskandar Muda Surabaya

118

Page 44: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

Dan gerakan intimidasi/teror ini telah mencapai pada tingkat pelenyapan

jiwa seseorang yang tidak bersalah, merampas harta orang lain, bahkan

menggagahi kerhormatan yang dilindungi, serta memecah persatuan, terutama

merubah kenikamatan menjadi kesengsaraan serta berbagai macam fitnah. Dan

juga membuat kerusakan dimuka bumi dan mewariskan kepada penduduk bumi

bau busuk serta memperluas rasa takut yang mencekam. Maka jika demikian

keadannya.:

1). Apa yang dapat dipetik hasilnya bagi manusia di dalam pesawat udara

atau mobil, atau para pengguna jalan di jalan-jalan raya, atau penculikan

dan pembunuhan para pemimpin, peledakan (teror bom) di berbagai fasilitas

pemerintahan dan umum untuk menghancurkan kemaslahatan mereka, tiada

lain hal ini merupakan salah satu modus teror yang penuh dengan kebusukan.

2). Apa program (master plan) untuk menggulingkan kekuasaan negeri-negeri

dan kerajaan, membunuh pengawal serta pengamanan negara mereka (polisi

dan tentara)  dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syari'at bahkan dengan

cara yang ngawur (asal-asalan/anarkis) bid'ah, tiada lain suatu bentuk

kemungkaran teror yang didatangkan oleh para setan dari golongan jin dan

manusia kepada para teroris tersebut dan dikemas dengan kemasan yang indah

oleh mereka (para setan) di dalam hati-hati mereka, sehingga mereka

terjerembab dalam perbuatan dosa yang mengerikan (perbuatan dosa teror)

tanpa aturan dasar agama, atau perasaan takut kepada penguasa  atau malu

kepada Allah atau sikap rahmah (kasih sayang) kepada sesamanya, hal ini

semua dilakukan oleh mereka dikarenakan mereka telah menjual diri dan jiwa

mereka kepada setan padahal setan dan iblis itu musuh bagi manusia dan jin,

119

Page 45: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

sangat jelek jual beli mereka dan sungguh menjijikan perbuatan mereka yakni

mereka telah benar-benar membeli kesesatan dengan petunjuk, adzab dengan

ampunan (maghfirah).

Dan setiap perbuatan keji dan dosa itu pasti ada balasannya di sisi Allah

sebagaimana firman Allah. "Artinya : Balasan yang sesuai"(An-Naba : 26), dan

firman-Nya yang lain. "Artinya : Dan Tuhan mu tidak mendzalimi siapa pun juga"

[Al-Kahfi : 49]

Seperti seorang faqih dari seorang yang bodoh dan seorang yang zuhud

dalam haknya ini dan ini lebih zuhud darinya dalam haknya. Sesungguhnya aku

berkata dan aku berlindung kepada Allah dari ucapan yang jelek. Andai semua

orang yang menyeru kepada Allah meniti jalannya para ulama Salaf yang mana

mereka telah menapak tilasi jejak para nabi dan rasul di dalam dakwah mereka

pastilah Allah akan membukakan bagi dakwahnya hati kebanyakan orang di alam

semesta ini dan pastilah mereka (umat) akan mendengarkan dengan penuh

kerelaan, firman Allah Ta'ala. "Artinya : Fitrah Allah yang telah fitrahkan manusia

atasnya" (Ar-Ruum : 30)

Dan Allah maha tahu tentang rahasia tujuan-tujuan yang mana Allah

merupakan Dzat yang mengetahui semua maksud dan tujuan dari para hambanya.

Di sana terdapat ucapan seseorang yang maknanya tidak jauh dari apa yang telah

terjadi pada mereka74. Demikianlah pandangan Hukum Islam tentang terorisme.

Berdasar pada Alqur’an mengenai hukum membunuh dan berbagai pemahaman

mengenai pidana mati pelaku Terorisme, maka pidana mati bagi pelaku terorisme

di Indonesia sesuai dengan kandungan ayat-ayat Alqur’an, selama pengadilan

74 Disalin dari kitab Al-Irhab Wa Atsaruhu Alal Afrad Wal Umam, Edisi Terorisme Dampaknya Terhadap Individu Dan Umat Penulis Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhaly, Penerjemah Hannan Hoesin Bahanan, Penerbit Maktabah Salafy Press

120

Page 46: rhmimamunnes.files.wordpress.com  · Web viewBAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN TERHADAP TINDAK PIDANA TERORISME DI INDONESIA. Beberapa aksi teror yang telah

benar-benar telah menyatakan memiliki kekuatan hukum yang tetap dan telah

divonis dieksekusi mati.

121