virgana.files.wordpress.com€¦ · Web viewAlamat Kantor : Jl. Bambu Apus I No.3 Cipayung Jakarta...

41
TUGAS INDIVIDU JOHN LOCKE (Tokoh Filsafat Empirisme) (Disusun sebagai Tugas pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu) Dosen : DR. H. Virgana, MA Oleh: JAMIATUN NPM : 2011980009 PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN 1

Transcript of virgana.files.wordpress.com€¦ · Web viewAlamat Kantor : Jl. Bambu Apus I No.3 Cipayung Jakarta...

TUGAS INDIVIDU

JOHN LOCKE (Tokoh Filsafat Empirisme)

(Disusun sebagai Tugas pada Mata Kuliah Filsafat Ilmu)

Dosen : DR. H. Virgana, MA

Oleh:

JAMIATUN

NPM : 2011980009

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

20121

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, serta karunianya

saya dapat menyelesaikan makalah dengan tema John Locke (Tokoh Filsafat

Empirisme). Makalah ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Filsafat. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa saya mengucapkan terima kasih

banyak kepada dosen mata kuliah Filsafat.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu,

saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna kesempurnaan makalah .

      

Demikian atas perhatianya saya ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

Penulis

Jamiatun

Identitas Diri 2

Jamiatun

Nama Lengkap : Jamiatun

Nama Panggilan : Mia

Tempat, Tgl Lahir : Magetan,06 Agustus 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Sudah Menikah

Alamat Rumah : Jl. Cendana Atas Rt.06 Rw 03 No 23 Kel Jati Bening Kec Pondok Gede Bekasi

Alamat Kantor : Jl. Bambu Apus I No.3 Cipayung Jakarta Timur (13890)

No Telepon : 087878028113

E-mail : [email protected]

Jakarta, 10 Januari 2012

Jamiatun

DAFTAR ISI

3

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

IDENTITAS DIRI..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

C. MetodePenulisan……………………………………………………….. 2

D. Sistematika Penulisan............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Biografi John Locke…………………………………………………… 3

B. Pemikiran John Locke…………………………………………………. 10

C. Pengaruh John Locke………………………………………………….. 17

D. Kritik terhadap John Locke…………………………………………. 19

E. Bibliografi karya-karya utama Locke………………………………… 20

F. Karya-Karya Locke ……………………………………………………. 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 21

B. Komentar Pribadi.................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

4

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara

kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan

eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah

secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat

untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses

dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

Filosof pertama yang menghimpun secara terpadu gagasan dasar konstitusi demokratis

adalah John Locke. Orang Inggris ini pikiran-pikirannya memancarkan pengaruh kuat

kepada para dedengkot pendiri Republik Amerika Serikat. Locke adalah filsuf dari

Inggris dengan pandangan empirisme. Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan

titik terang dalam perkembangan psikologi. Teori yang sangat penting darinya adalah

tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiwa itu pada saat mula-mula seseorang dilahirkan

masih bersih bagaikan sebuah “tabula rasa

Empirisme adalah kepercayaan terhadap pengalaman. Bahan yang diperoleh dari

pengalaman diolah oleh akal, sedangkan yang merupakan sumber pengetahuan adalah

pengalaman karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia

fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui

pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui

pengalaman. Dengan demikian, kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang

berarti setelah pengalaman (post to experience).Tokoh-tokoh empirisme antara lain

Francis Bacon (1561-1626), Thomas Hobbes (1588-1679), dan John Locke (1632-1704).

Tulisan Locke tidak hanya berhubungan dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan,

ekonomi, teologi, dan medis. Karya-karya Locke yang terpenting adalah "Esai tentang

Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan tentang

Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan"

B. Tujuan Penulisan

5

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengetahui tokoh utama dari pendekatan empirisme (John Locke)

2. Tujuan khusus

Mahasiswa dapat menetahui tentang biografi John Locke, Pemikiran John Locke ,

Pengaruh John Locke ,Kritik terhadap John Locke, Bibliografi karya-karya utama

John Locke, dan Karya-Karya John Locke

B. Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literatur dan deskriptif. Studi literatur

dan deskriptif yang penulis gunakan dengan bantuan media kepustakaan, media internet

dan sumber lain untuk mendapatkan dasar ilmiah.

C. Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari lima bab, yang terdiri dari:

Bab I, pendahuluan ; yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan

dan sistematika penulisan

Bab II, tinjauan kepustakaan yang terdiri dari ; biografi John Locke, Pemikiran John

Locke, Pengaruh John Locke ,Kritik terhadap John Locke, Bibliografi karya-karya

utama Locke, dan Karya-Karya Locke

Bab III merupakan penutup, terdiri dari kesimpulan dan komentar pribadi.

BAB II

6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biografi John Locke

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.Keluarganya

berasal dari kelas menengah dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar

Pensford, sebuah kota kecil di bagian selatan Bristol.Selain bekerja sebagai pemilik tanah,

ayah Locke bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di

pemerintahan lokal.

Pada tahun 1647, Locke belajar di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan

sekolah terkenal di Inggris. Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa

kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, kemudian bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.

Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di

Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei

1652.

Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam berdebat dan juga tema-

tema metafisika dan logika. Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang

mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua. Ia lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan

sebagainya. Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di

dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode akhir dekade 1650-an. Ia

membuat banyak catatan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan dan

pengobatan. Melalui minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat alam

sejak tahun 1658. Pada awal tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan

banyak memengaruhinya kelak. Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan

membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya

Boyle. Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.

Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat alam

saja, namun juga kepada bidang politik. Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang

sedang bergejolak. Cromwell, yang pada waktu itu telah mengubah sistem politik Inggris,

meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja

7

Charles II. Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara

dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II. Pada

bulan November hingga Desember 1660, ia membuat suatu karangan singkat untuk

menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam

menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan. Kemudian pada tahun 1661-1662, Locke

menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin. Karya pertama menegaskan lagi tesis yang

dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua berisi penolakan terhadap

posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa ada kesalahan

melalui lembaga magisterium. Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan

dalam mempertahankan pendapatnya.

Pada tahun 1661, Locke diangkat menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya

belajar dulu. Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin. Kemudian pada tahun 1664, ia

menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral. Selama periode ini, Locke

melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat alam. Kemudian Locke

belajar kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada

tahun 1663 kepada Boyle. Selain itu, Locke juga membantu penelitian-penelitian yang

mereka lakukan.

Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan untuk menjadi sekretaris Walter Vane

yang bertugas melakukan misi diplomatik ke beberapa negara. Locke meninggalkan

Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari. Melalui surat yang

dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.

Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris untuk pekerjaan diplomasi ke

Spanyol namun ia menolak Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya

dalam bidang kimia dan fisiologi.

Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di kemudian hari membuat

perubahan besar dalam hidup Locke. Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju

London untuk bekerja di rumah Lord Ashley. Locke tinggal di sini selama delapan tahun.

Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia

mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia menjadi asisten dari

Thomas Sydenham yang adalah seorang dokter. Locke menemani Sydenham dalam

8

perjalanan-perjalanannya dan juga membuat catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.

Di sini, Locke membuat catatan yang akhirnya dibukukan dengan judul De Arte Medica,

yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.

Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah. Locke

melakukan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik.

Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya. Setelah itu,

untuk mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan

laboratorium di rumahnya.

Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung

bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman

Locke dalam bidang politik. Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay

tentang Toleransi" yang isinya amat berbeda dengan dua karya yang ia tulis pada tahun

1660-1662. Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian

koloni baru di Carolina, khususnya dalam membuat konstitusi Carolina. Locke menjalani

tugasnya dalam membantu Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis

pada tahun 1675.

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat dikatakan sebagai seorang filsuf. Akan tetapi, ia

mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi

mengenai topik-topik tertentu. Ada tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun

1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.

Selama tahun 1672 hingga 1675, kebanyakan waktu Locke dipakai untuk mengerjakan

tugas-tugas administratif. Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkat sebagai pangeran

dari Shaftesbury dan Locke tetap membantunya hingga Lord Ashley keluar dari jabatan

tersebut pada tahun 1673. Pada bulan November 1675, tugas Locke usai dan Locke pergi

ke Perancis. Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga setengah tahun. Pada tanggal

4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun. Ia berteman

dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta

seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.

9

Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa

Perancis.

Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat,

sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya. Bulan Februari 1677, Locke

meninggalkan Montpellier dan menuju Paris. Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke

beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik

Inggris sedang mengalami krisis. Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya

pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan saudaranya, James, yang

beragama Katolik. Selama empat tahun berikutnya, hingga Locke melarikan diri ke

Belanda untuk mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik. Hal

itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, adalah salah satu pemimpin

kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.

Raja Charles II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan ingin

membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal. Hal itu mendorong Lord Ashley

untuk melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada akhir tahun 1682 dan meninggal

di Belanda pada bulan Januari 1683. Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena

gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II masih terus ada sehingga ia terus

dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah.Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris

pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.

Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika

Locke berada di Belanda. Tentu saja proses penulisan buku itu telah dimulai sebelumnya.

Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert

Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.

Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.

Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku

untuk menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.

10

Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah berdebat untuk membela Gereja Anglikan,

kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan. Locke menulis karya yang

menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama

James Tyrrell.

Di Belanda, Locke melakukan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang

melarikan diri juga. Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian

orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke harus bersembunyi dan berpindah-

pindah tempat hingga bulan Mei 1685. Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting

lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris

pada tahun 1686 dengan amat hati-hati. Pada akhir tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan

itu hampir selesai dan menyerupai bentuk akhir yang ada saat ini.

Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam

menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi". Karya itu dikerjakan selama tahun 1685

hingga 1686 di Amsterdam. Locke memang telah lama bergumul soal toleransi agama

sesuai konteks politik Inggris, namun dorongan langsung terhadap pembuatan karya itu

adalah pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685. Pemilihan bahasa

Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca

Eropa secara luas. Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke

Inggris, dan diterbitkan secara anonim.

John Locke pada tahun 1697

Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi

pemimpin Inggris dan menyebabkan James II harus melarikan diri dari Inggris. Locke

11

kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari

posisi sebagai diplomat namun ia menolak karena alasan kesehatan.

Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton. Locke menjadi

salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton. Keduanya juga

sering bertemu untuk berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas topik-topik

tertentu. Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu alam tetapi

penafsiran Alkitab.

Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan

revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan". Selain itu, buku

"Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh

William Popple. Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan

menimbulkan beragam reaksi. Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras adalah

Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.

Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia. Perdebatan mereka berlanjut hingga

Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak

menanggapi lagi.

Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London. Ia

kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya

kembali. Pada awal tahun 1691, ia diundang untuk tinggal di Oates, Essex bagian utara,

yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, adalah anak dari

Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melalui surat selama bertahun-

tahun. Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada

dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di

pemerintahan.

Setelah itu, Locke berupaya menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan,

"Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan". Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693

dan edisi baru berisi penambahan materi terbit dua tahun kemudian.

Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama

Kristen" (The Reasonableness of Christianity). Sebagaimana "Surat-Surat tentang

12

Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.

Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai

terlalu melemahkan agama Kristen. Lawan polemik Locke kali ini adalah John Edwards,

dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697

Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya untuk beristirahat di

Oates. Pada bulan Juni, ia mulai melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya

dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun berikutnya. Selain

mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan

Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan. Polemik mereka berlangsung dari

bulan November 1696 hingga akhir tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun

dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.

Akhir hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan. Ia menjalani

sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi

London. Meskipun demikian, Locke masih mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul

"Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the

Epistles of St Paul). Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari pemikiran

Locke.

Kesehatan Locke makin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia

menderita penyakit asma. Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698

karena dipanggil oleh Raja William III membuat kesehatannya semakin buruk.

Bulan-bulan akhir tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya. Ia meninggal

tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.

B. Pemikiran John Locke

13

1. Tentang pengetahuan

Sampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia".

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah

mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan

bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh

pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme

yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan

manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia. Meskipun demikian,

rasio atau pikiran berperan juga di dalam proses manusia memperoleh pengetahuan.

Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami

sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi

tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian

mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia

hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi

pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman

Ragam pengalaman Manusia

14

Lebih lanjut, Locke menyatakan ada dua macam pengalaman manusia, yakni

pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah

(internal sense atau reflection). Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang

menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan

panca indra manusia. Kemudian pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki

kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara 'mengingat', 'menghendaki',

'meyakini', dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan

membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.

Proses manusia mendapatkan pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan

pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan

sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris. Ada empat jenis

pandangan sederhana:

Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna

diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.

1. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.

2. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.

3. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan dan refleksi.

Misalnya, rasa tertarik, rasa heran, dan waktu.

Di dalam proses terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau pikiran

manusia bersifat pasif atau belum berfungsi. Setelah pandangan-pandangan sederhana

ini tersedia, baru rasio atau pikiran bekerja membentuk 'pandangan-pandangan

kompleks' (complex ideas). Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan

cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-

pandangan sederhana tersebut. Ada tiga jenis pandangan kompleks yang terbentuk:

1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan tentang

manusia atau tumbuhan.

15

2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya

bergantung kepada substansi. Misalnya, siang adalah modus dari hari.

3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam

pernyataan: "air mendidih karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

2. Tentang negara

Sampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua

Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government). Ia menjelaskan

pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat. Locke

membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan alamiah (the state

of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).

Tahap keadaan alamiah

Keadaan alamiah adalah tahap pertama dari perkembangan masyarakat. Konsep

Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan

alamiah sebagai keadaan "perang semua lawan semua", maka Locke berbeda.

Menurut Locke, keadaan alamiah sebuah masyarakat manusia adalah situasi

16

harmonis, di mana semua manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama.

Dalam keadaan ini, setiap manusia bebas menentukan dirinya dan menggunakan apa

yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Meskipun masing-

masing orang bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena

masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh

Tuhan. Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke adalah larangan

untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.

Dengan demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat

setiap manusia dan merupakan pemberian Allah. Konsep ini serupa dengan konsep

Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.

Tahap keadaan perang

Tahap kedua adalah keadaan perang. Locke menyebutkan bahwa ketika keadaan

alamiah telah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai

berubah. Penyebab utamanya adalah terciptanya uang. Dengan uang, manusia dapat

mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah

tidak ada perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan

secukupnya untuk konsumsi masing-masing. Ketidaksamaan harta kekayaan membuat

manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang

hierarkis lainnya. Untuk mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling

bermusuhan, dan bersaing. Masing-masing orang menjadi hakim dan

mempertahankan miliknya sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai

tersebut kemudian berubah menjadi keadaan perang yang ditandai dengan

permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan. Situasi seperti ini

berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar dari keadaan

perang.

Tahap terbentuknya Negara

17

Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar dari keadaan perang sambil

menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat untuk mengadakan "perjanjian

asal". Inilah saat lahirnya negara persemakmuran (commonwealth). Dengan demikian,

tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang,

melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang

mengadakan perjanjian tersebut.

Di dalam perjanjian tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang

mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara. Kedua kuasa tersebut adalah

hak untuk menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak

untuk menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran

Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:

1. Kekuasaan negara pada dasarnya adalah terbatas dan tidak mutlak sebab

kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang mendirikannya. Jadi, negara

hanya dapat bertindak dalam batas-batas yang ditetapkan masyarakat terhadapnya.

2. Tujuan pembentukan negara adalah untuk menjamin hak-hak asasi warga,

terutama hak warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia

melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya

perang untuk bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara

yang absolut dan mengatasi semua warga negara.

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan

pembuatnya. Untuk itu, sistem negara perlu dibangun dengan adanya pembatasan

kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat dilakukan dengan

dua cara. Cara pertama adalah dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang

Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas. Cara kedua

adalah adanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan

federatif.

18

Unsur legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang dan merupakan

kekuasaan tertinggi. Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan

kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, paling banyak

menyumbangkan sesuatu kepada negara. Dalam membuat undang-undang, kekuasaan

legislatif terikat kepada tuntutan hukum alam yaitu keharusan menghormati hak-hak

dasar manusia. Unsur eksekutif adalah pemerintah yang melaksanakan undang-

undang, yaitu raja dan para bawahannya. Terakhir, unsur federatif adalah kekuasaan

yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan perjanjian damai,

kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang. Menurut Locke, kekuasaan

federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam keadaan darurat pihak

eksekutif dapat mengambil tindakan yang melampaui wewenang hukum yang

dimilikinya.

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap ada kemungkinan penyalahgunaan

wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat. Oleh karena itu, menurut

Locke, rakyat memiliki hak untuk mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak

eksekutif dengan kekerasan bila mereka telah bertindak di luar wewenang mereka. Di

sini, rakyat merebut kembali hak yang telah mereka berikan.

Tentang hubungan agama dan negara

Pandangan Locke lain yang penting dan masih berhubungan dengan konsep negara

adalah mengenai hubungan antara agama dan negara. Pemikiran Locke mengenai hal 19

ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi'

(Letters of Toleration). Locke menyatakan bahwa perlu ada pemisahan tegas antara

urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berbeda. Negara

tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu

agama. Tujuan negara adalah melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini

sedangkan tujuan agama adalah mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk

kehidupan abadi di akhirat kelak setelah kematian. Jadi, negara berfungsi untuk

memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk

menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan kekal. Agama adalah

urusan pribadi, berbeda dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum.

Pemisahan antara keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh

mencampuri urusan yang lain.Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan

religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat

menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara. Bila negara hendak

menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak untuk

melawan.

Tentang agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik. Ia menganggap agama Kristen

adalah agama yang paling masuk akal dibandingkan agama-agama lain, karena

ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh akal manusia. Pengertian tentang Allah

juga disusun oleh pembuktian-pembuktian Locke berangkat dari kenyataan bahwa

manusia adalah makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena adanya

'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah. Ia meyakini bahwa

Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi

haruslah diuji oleh rasio manusia.

C. Pengaruh John Locke

20

1. Dalam filsafat pengetahuan

Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap para filsuf

setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke

tentang proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting.

Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari

pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman)

sebagaimana yang dikatakan Descartes. Kedua, semua hal yang manusia ketahui

melalui pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan

hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala

pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-

pengalaman sederhana. Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David

Hume di kemudian hari, dan akhirnya mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat

Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern. Kant

menolak semua kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui

sesuatu apapun di luar panca-indranya. Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa

pengetahuan atau pemikiran tentang Allah telah kehilangan legitimasi karena tidak

mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia. Tentu saja

pandangan Kant ini telah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap besar.

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-

kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal

tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme. Maksudnya

subyektivisme adalah pandangan yang menolak adanya sesuatu yang obyektif, yang

berlaku umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Hal itu disebabkan manusia

yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berbeda mengenai kesan-kesan

indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda. Apa yang obyektif,

yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh

manusia.

2. Dalam bidang politik

21

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat besar di negara-negara Eropa,

seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat. Bapak-bapak

pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas

Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Kemudian para filsuf Pencerahan

Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga

memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.

3. Dalam bidang keagamaan

Pandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama

alamiah. Pandangan tersebut meluas di Barat pada abad ke-19 dan ke-20.

4. Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat

ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara sekularistik di kemudian hari.

Negara-negara yang menganut paham sekular memisahkan dengan ketat urusan

negara dan urusan agama.

5. Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh

dalam bidang psikologi dan epistemologi. Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya

yang dipengaruhi Locke adalah David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-

1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne

Condillac (1715-80). Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis

pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur

tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.

D. Kritik terhadap John Locke

22

1. Kritik terhadap model negara Locke

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu

mengedepankan kepentingan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan

kepentingan seluruh rakyat. Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara

yang menggunakan pembagian kekuasaan antara legislatif dan eksekutif, yang mana

golongan eksekutif dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan

golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya. Tidak ada tempat

bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini. Jikalau tidak ada tempat

bagi rakyat biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-

Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi kepentingan pemerintah

dan kaum bangsawan saja. Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan

kepentingannya melalui sistem negara yang ada, dan akhirnya hanya akan membuat

negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan. Padahal situasi

"keadaan perang" itulah yang ingin diatasi Locke.

2. Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga

keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain.

Urusan agama adalah keselamatan akhirat sedang urusan negara adalah keselamatan

di dunia saat ini, ketika manusia masih hidup. Persoalannya, menurut Simon Petrus L.

Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri?

Kebanyakan agama memiliki pandangan bahwa agama harus ikut campur dalam soal-

soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral

umum. Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali harus berfungsi juga di

dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan antara agama dan agama

seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan

tidak dapat diterima.

E. Bibliografi karya-karya utama Locke

23

1. (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)

a. (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning

Toleration)

b. (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)

2. (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government)

3. (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human

Understanding)

4. (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning

Education)

5. (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Dikatakan di dalam Alkitab" (The

Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures)

a. (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the

Reasonableness of Christianity)

F. Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal

1. (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First Tract of Government atau the

English Tract)

2. (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of

Government atau the Latin Tract)

3. (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the

Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)

4. (1706) "Mengenai Proses Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the

Understanding)

5. (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A

Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul

24

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia.

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat adalah mengenai proses manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berupaya menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan pengetahuannya. Menurut Locke, seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Posisi ini adalah posisi empirisme yang menolak pendapat kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau pikiran manusia.

Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.

Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau

rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke

seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari

pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk

mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber

utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman

Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh besar terhadap para filsuf

setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman. Pandangan Locke

tentang proses manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting. Pertama,

25

munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan

tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang dikatakan

Descartes. Kedua, semua hal yang manusia ketahui melalui pengalaman, bukanlah obyek

atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang

diterima oleh panca indra manusia.

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman

batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple

ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap pikiran manusia telah membawa pengaruh dalam

bidang psikologi dan epistemologi. Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang

dipengaruhi Locke adalah David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804),

Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-

80).

B. Komentar Pribadi

Proses pikir yang dikembangkan manusia semakin memberikan pemahaman dan

pengertian, apa yang merupakan obyek pengetahuan ilmiah. Pendalaman dilakukan

sebagai upaya mencapai musabab pertama [the first causes], ataupun sebab terakhir [the

last causes]. Dari pengembaraan pikir inilah ditemukan dua model yang mewakili

kelompok ilmu.

Pertama adalah yang mewakili kelompok ilmu yang mementingkan pengamatan dan

penelitian, yang disebut empiris [“empirical’ dari kata Yunani yang maknanya “meraba-

raba”], atau aposteriori kata latin.

Kedua adalah yang mewakili kelompok ilmu yang seakan-akan ingin menangkap susunan

kenicayaan secara apriori, dengan mengandalkan penalaran/rasio.

Empirisme berasal dari kata yunani yaitu “empiris” yang berarti pengalaman indrawi.

Oleh karena itu Empirisme dinisbatkan kepada paham yang memilih pengalaman sebagai

sumber utama pengenalan dan dimaksudkan dengannya adalah pengalaman lahiriah yang

menyangkut dunia maupuan pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia.

Pada dasarnya empirisme bertentangan dengan rasionalisme. Rasionalisme mengatakan 26

bahwa pengenalan yang sejati bersal dari rasio, sehingga pengenalan indrawi merupakan

suatu bentuk pengenalan yang kabur. Sebaliknya empirisme berpendapat bahwa

pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan indrawi merupakan penenalan

tang paling jelas dan sempurna.

Seorang yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat

melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil – hasil pengindraan tersebut.

Semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat

bukanlah ilmu pengetahuan. Lebih lanjut penganut empirisme mengatakan bahwa

pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat - alat indrawi, kemudian

didalam otak dipahami dan akibat rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan –

tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat - alat indrawi tersebut.

Empirisme memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan, merupakan satu –

satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi sering dianggap

sebagai pengadilan yang tertinggi.

Tiga tokoh terkenal dalam kelompok yang mewakili wilayah empiris ini antara lain :

1. John Locke

2. George Berckeley

3. David Hume

27

DAFTAR PUSTAKA

Cummins, Robert dan David Owen (eds.), 1999, Central Readings in the Historyof Modern Philosophy: Descartes to Kant, Wadsworth Publishing Company, Canada

Honer, Stanley M. dan Thomas C. Hunt, 2003, Metode dalam Mencari Pengetahuan: Rasionalisme, Empirisme dan Metode Keilmuan, dalam Jujun S. Suriasumantri (penyunting), Ilmu dalam Perspektif: SebuahKumpulan Karangan tentang Hakekat Ilmu, Yayasan obor Indonesia,Jakarta

Lavine. T.Z , 1984, David Hume, Risalah filsafat empirisme, Penerbit Jendela Yogyakarta

Mudhofir, Ali, , 2001, Kamus Filsafat Barat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Suriasumantri, Jujun S., 1988, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan Jakarta

Thoyibi M , 1994, Filsafat Ilmu dan Pengembangannya, Penerbit Universitas Muhhadiyah

Surakarta, Surakarta 65 : 70Verhaak [2004]

28