adbmcadangan.files.wordpress.com€¦ · Web viewAKU sudah men,gehiarkan perintab untuk menarik...

254
AKU sudah men,gehiarkan perintab untuk menarik semua pasukan. Dan aku juga sudah menyiapkan pastflkan berkuda Yang akan meiigmibangi semua ge.rafe lawan, Kalau perlu dengan. melakukan kekerasan dan mengorbankarai beberapa btiab rtiinnah pendutluk yang kelak akan kita perftituaigkan. — Wrahastatnengerutkan kenmgiiya. Terbayang didalam. angan. angannya seakan2 sekelompok burung elang Yang terbang dari Satu dahan kedahan yang Iain. Pasukan yang demiikian OIemaiig dapat maempengarubi pertimbanqan lawan dan kaVLarig2 daipat niengaiibkau gerakan pasukan, Tetapi orang2 yg. berada didala,m pasukan Hu harus benar2 orang2 terpilihi Bukan saja kemampuannya b?riempur, tempi lebib dari pada itu, adalah ketabahan hati

Transcript of adbmcadangan.files.wordpress.com€¦ · Web viewAKU sudah men,gehiarkan perintab untuk menarik...

AKU sudah men,gehiarkan perintab untuk menarik semua pasukan. Dan aku juga sudah menyiapkan pastflkan berkuda Yang akan meiigmibangi semua ge.rafe lawan, Kalau perlu dengan. melakukan kekerasan dan mengorbankarai beberapa btiab rtiinnah pendutluk yang kelak akan kita perftituaigkan. —

Wrahastatnengerutkan kenmgiiya. Terbayang didalam. angan. angannya seakan2 sekelompok burung elang Yang terbang dari Satu dahan kedahan yang Iain. Pasukan yang demiikian OIemaiig dapat maempengarubi pertimbanqan lawan dan kaVLarig2 daipat niengaiibkau gerakan pasukan, Tetapi orang2 yg. berada didala,m pasukan Hu harus benar2 orang2 terpilihi Bukan saja kemampuannya b?riempur, tempi lebib dari pada itu, adalah ketabahan hati meteka menghadapi semua keadaan, kesadaran nnereka akan perjuaflg annya dan ketiadaan pamrib bagl dm sendirf.

r Apakah orang2nya sudab dipilih? ~ Wiiahaista kemujan bertanya — Sebab untuk menjadi anggauta pasnikaii itu, bebfrrapa s>arat liarus dipenubi. Apalagi apabtla ad a diantara mereka fang ruempunyai cacad pribad5. Maka niereka pasti akan melakiutan hal2 yang lEverugikan uama baik pasukah, Pengawal Tanab Perdikan ini. —

<Tf Akxi men gh a rap diemikfan —* sahut Saraekta pada saat terakhfr aku sendirilaih yang aikan menentukan orang2n.]a dari mreka yaag teiah dltunjuk, —

Wr±h?ts!i dafi Kefti ttenganaipyULiut mertka. Me

reka mencoba a.ttebaysngkan, apaknii inn itlMl dflpiU terjadi apabtla daliiH vaktu Yang siugkai kedua pih.it hnrua btibentur an lagi. Kedui!,d akan eiendiadi semakin parah. Tecipi ierlebihy paiah lagi adalaii pasukan Ki Arnap.iii SIMIYIII irinu Ki Tanbak WKII afeaaiki.it didaYam pasukan mi brrMiiiri Nid.mti d,vi Argad|j«. Mungkin Ki Peda Sura dan nranfl? Iwin |.mi| belum dike tabiiinya.

Jika demddan, tnaka *ulid*ih bufli p.».uk«m [wnfl.nvfll Tanak lerdikin INlenoreh untuk inempertohniik.m dirt Munflkin pasukan berkuda itit akau mampti H«yiflurai pemiMrtaa panukna Sidanti. Nsimin sudab teniu lidak akan (|ukdp ku.il untuk iklit mervnluknii addr dari hesehimlian.

— TeipY kita barns b<msaba. Ki»a memiuiy hanis btrbirat sMUfiiu — ttb*2 $aja Kerti berdeM* — kiM tid«k akan mwiferabean din kita untuk dibarnar iiinpit mefnkuknn perWanae, Stiap laki2 barus ikilt didalam pasiikrin —

Sauiekia mtDgangukYknn key\dtniyo. Kalanya — Sam pa i .eaai trai haiwpr tidak ada Inki2 MYifl tflrstsa. ]nng kits barapkan UTltuk uayiikan kekuatan adalah ornnq} tua fanep sampai saat ini justru ffeiah metetakkan srnjatn mervka, t*tapi merekfl cu

bawa kraibah kenwdair2 dan m*narik stiidfata2 merelea dad VXmt|lenfi]d. Mtrtko akan didampirifli ol*h amak2 muda Yang naempakari kekiiaiari moika, iti.Tfl ineKika, dengaii pengalaman d!■ keniaropuafi mereka, aka.n mengarahkaii kekuatan iru kesasaran yang feenar. —

Sekau lagi Kerii den Wrahasta H.iengangg«>k2kan kepaYa

— Aku harua mendapat laporaq teatang perlntahku — ber» kata Samekta ktffludian, Lalu — faksh kalian ada pendapat

Kerli dan Wraliasta menflelengkan kepala mertka — Aku kira uirtryk 5em«ntara, gerokaii itu slldah cukup — sah«t K«ftL

— Kita meaierlukan ssijata dfarak jauh leblb banyak layyi — berkata Wrahasta keniudlan — UKmall pad a puitu2 masuk pideinn nt ptrlu kita kurangi dengaT] peiu,ifi2 iipnbiii mereky beunr2 doling, KiW \)&tV3 mernbtial btmpat? IYinfl mApflft diata., IiimbiY? ori untuk fflenempyan p.isukan puma kit*. —

— Ya, Aku klra kau dapa* nirli«Viil.*nn|n, nrrlldti pnrintah itu kep*da y. nl .111 i.mg berkrpfnnnp.in. «»

Vrahasta raanyanguYikan kepolaoya. Ia Lidak raenimggu sehtflfrga wakta aknn lerlalti bibis o!kh m<m[ngkatnya keaean. Sgera ia berditi dan melangkah keluar, mempeesiapkan keadaan. piiilo gaebang niasuk kepKYeteii I*M dsempat penjaru dengan nenwBpatkfYi pasukaii berpayult disela2 perLng ori.

Sdmekta dan Keni tnaslh sad [a berbitfara tentartg keadnaTl pxiukiyyi meteka, Keiu]te3n2 yney ukan meteia haet;«pi dan cara2 y,ing ykan dapnt dtempuh untuk mengala.d setiiip kesuLUit itu.

— Pada saatnya kita harus rnnyampaikan • ••• i Ki Arga pnli Fitipaya kta lidak salnh j.tlan — berkata Kerti rneskipun k\ti ini Qiasih beuia mernnngkinkan k.iraw luknya, itoimm okti me*vynarap bahwa sesudah Li beristirahat, ia akaa dapat dbu,3 brrbincaag. Meskipun Ki Gede seildri Ldak akan ikut Ltirun kepeperdngaii, Letapi itasekauiya sangai kita perlukan. —

SninLi mer3.aitflgiyk2kan iepaYaaya. Tetapi ia ma$lb be> Kym dapoi i3]ii1ayaygkaii, sanY.tinia Ki Eede rnengetakui .semua persoalan, .pak.syi nda seseorayig yim;) dapal n>eiyeg.iliriiri, <.,<payy w tidak mrn.Tiqiviikan penbiiriKrannYa, turun keroedan perang meskipvTi YuifeTiy.n benm srmiuh7

— Tetap! ktta karus berkati2 — desis Saa»kta — kita mengenal si tat YEi Irtde yenoret baik2, —

— — .flhul Kerti — hamrir tOyiYa ?ku udak Ixrhaid tnemlyii.il,iknya i .ik kede?a ni. Dendklan Ui rnRnQeagar bylyvka Paodsn Wang* vipbih dari posvikannia, mub nanifiir saja ia keln.ii,; n ; tra\i\3inn diri. —

— Karen a itu. maYta unttk ieyfltnnr.i t.lfl aksn bemsnha menqatasi seeiua persoatan disni tanpa raenggallgyti Ki Argapali « berkaia Samekta kemndian.

— Ya. teiapi bagaimanakaEi kira2 perasaan Ki Gede, apabia sPtu ketika kitn u;!na la raenyngakna desa ini krena pasufeall Sidanti sudah diembeng pintu dan tidak da pod jbendung lagi.. —

5>atry«kta ia?ngerutluTi kefifngma, Tetapi kemudian ra r;endawab .— Akit rnempunyai perhitungan, bahwi keadan [ang de miHail tbdark erkan ier.wnpay cepat ttrdf&di. Aku percaya kopa.da Wiahasta dan aku mengharp hahwa pasuksa berkudi }an<) aken trf«;sun itu dapat rneiiflgAriggu rtrsumn r«tcyina Ki Taffltek Wedk Aku masak aimgharap, miidari2an Ki Argapad iyepit setnttuii dan numpu eaeaiLmpIn pesakannya. —

Kerii menswgguk2kan kepalania. Katanya — Obat yang d.aapatkann]a dari orang bercambuk itu benar2 baX SeteLaa

mengalami benturan yang dahsyat didalam ttibnhnya. Ki vAlrga|M.d tampak menjadi segar. —

— Tetapi apakah masih ada sfsa oh.H Itu ? —

Kerti menggdengkan kepalnnya — Tidak. Settum sudah ba* bis dilaburkan d tat as lukanya. Kalau day.i uienyenibuh obat Itu tiask berkurang, maka aku mengharap Ki Eede akan hisa lekas sertibuh. —

Samekta tidak mtnyahut. Tetapi wajahnya irttntmjtrkkgtk keragu2an. Biasanya obat banya mempunyar dnyo penyembuh yang pangat terbatas, sehingga seiiap [ea!i obat itu luru.s dfganti Meskipun demikyan Samekta tidak mengatakannya. Bahkan in betdoy mudah2aii obat yang satu ini meinpunyai kelebihan dari obat2 ling lain. Sehingga terloncat dari bibirnya — ApabiYn Ki Gede lekas setnbuh, maka kila akan hidup kembaii. Kita akan menengadahkan kepaYa kita, Pasukan yang ada masih cukup kuat vntuk raerebut keinbali •seluruh Tanah ini dari pengkhianatan. ~>

Kerti mengangguk2 pula. Tetapi tiba2 ia berguraam — Perseataxi yanc harus didengar olkh Ki Gede bukan saja persoalan Tanah Perdikan ini. —

— Apa lag] ? —

— Pandan Watigl. —

— Kenapa Pandan Wangi? Meskiptm ia seorang gadfet tetapi ia adalah seorang Senapati yang baik. Bahkan terlampau baik. Bahwa ia terpisah dari pasukannya, adalah karena rasa tangoung jawabnya yang berkbih2an, apalagi ia isama sekali bekrn berptngaaman. —

— Bukan itu. Aku tahu bahwa ia adalah seorang Sen apa ti ya.ig baik dimedan perang, Teiapt ia adalah seorang gadis. Ilulah li.ol kilatan matanya, aku menqanggapnya uaata itu dipenuhl olei yang haras diketahui oleh Ki Avgapati. —

Samekta mengerutkan keriuignya Ia tidak segera menangkap roaksttd KerUL Namun ia mengangguk2kan kepakmya ketika ia mendengar Kerti berkata Maksudku, persoalan Pandan Wangi seagai seorang gadk, Bukartkah kau pernah berkata, bahwa seMti.tu tergetar didalam dada Wrahasta tentang Pandan Wangi.

— O — sahut Samekta penuh pengerltan — ya, itupun mefUpakan suatu persoalan bagi Ki Argapac. —

r Mudiiii2an Pandan Wangi tidak memper.waYfeannYa soitraag dengan ayaknya, —

to

— Mungkin ia asyik berceritera ten tang gembala Itu. — vhn7. S.iiAekla mengangkat wajahnya $eolah2 ia sedang meagenang srsuatu — Gembala itu ? —

— Ken apa Yenyyaa gembala itu ? — bertanya Kerti

<* Aku pern ah menyangkanya seorang genibaia yang judfci tet.ipy dungu. — desis Samekta — tetapi ternyata akuiah yang dungu. —

— Kau pernah bertemu dengan gembaa itu ? ■— Saoiekta ieKtnyum. Jawabnya — Terlalu sekali Ketlka aku

nttedengar ia muiyebut natnaYlya, aku kalakan kepadanya, bahwa tiamaja ierlampdu baik, lebih baik dari nmaku. Apa jawabnya seteluh ia m«ngetahui namaku ? Katauya — Ya, roemang namaku Ieoih baik dari Samdeia, meskipun Samekta juga sudah tukup baik, tetapi tidak sebaik Gupita. —

— O — Kerltpun tersenyum.

Aku menyangkanya seorang yai»g dungu. Ketika aku meUhat kilatan matanya, aku menganggapnya mata itu dipenuhY oldi bcangan harapan dari seorang gembala untuk mendapatkan perlitidimgan. — suara Saymekta menu run Sambil mengangguk2k key>alanya ia bukata —

Parttas, kata2nya satst ytu, betapa terasa kedunguannya, namun cukup menibuat aku pening. Ia bertanya r* Apakah kalau adae seseorang yang merampas kand>ing2ku. meirampas hakku, orang itu tidak dihukum? — Dan pertanyaa* ila meuibuat aku pening. —

Apa jawabmu 1 —

— Kslau aku tahu tentang aneek itu sebenarnya, jawabkn pisc lain. Tetapi saat itu aku menjawab — Bahwa mereka yang m dang gar peraturan, merampas kambing. merampas hak seseoraofli itu mempunyai pedang dilambungnya. Untuk menghuktumrLYa, di ptilnkan pedang yaig lebih tad yam dari pedang mereka. —

Kerti mengangguk2kan kepalanya. Dan Samekta berkata <— Tentu ia mentertawakan jawabanku saat itu, seolah2 ketetapau dan tegaknya peratutian ilu sema±a2 berada diujung pedang. *

— Ternyata ia bukan anak yang dungu sepenti yang Yum *angka. —

Ya. Kalau benar kata Pandan Wangi, bahwa Gupita kulak yang menolongnya, dan bersama2 melukai Ki Peda Sur, maka kilatan matanya saat itu adalah pertatria bahwa ia m

em pun y si ss.avatu yang tersimpan didadanya. Sekarang aku menyaetiri keaYarayinfa saat iiu Ituinh agaknya sebabnya ia naroa eekall tidale mtnyingkirkan kambbig2nia ketika orang2 liar yang berada dtpihak SidantI mendatanginya. Temyata ia stap untuk menghadapi kttnom orang yang tetah mencegat Pandan Wangi saat itu. —

Kiiti rs&dh metig &Yigguk2kan kepaiuiya. Naomi n tmbuY keAawsYfeir&n didaYam dadanya. Pandan Wmifd (I.LIYKH .gto;Vt gad is, Kalau la sudah inuYai mengagunii tfnraiig mink muda, aiaka kadang2 seoring gsdiyf (.dak Yagi mampu inraiiayiiikon, apnkaYi ia tiengaguminya wrbagai rorang ptujuiil feirifl lanYuw dapepemngrtn, aiaukah [a tuttgaguaiinya sebayai MMR.iiii iiuik inuda Yang kmbut, acu justru sikapnin Yang ka&ir, y.sug telnh meayeutuh baSnya, aLan peraaaau apapun, Ptrasaan fnog ha bedu2 deYam btntuk dan sifatnya itu, kadang2 dibaurkan tneiijnYi satu didaiam hati seoring gadis.

Namun hai yang demiklan adatah hh! Yatig IAR»q,>l wajaT. Kakm lid&k ad hi persoalan2 fadg lain, niaka da I Itv lidak per± diperaoalkan, atait dilyeifiaskan.

Tetapi iid.de demikYan halnya dengan P.indan Wangi. Sebelum Paadan Wangi berbilyara tetltsmg gembata itu, maka storang Diiak niuda yang lata, tang hantpir seAiap hiui bergndan txrlemu iandang, IeYab lebih da kid u mengaitkan lyita2 h.diipnyn kepdanya, Dan anak ratda iui mempunyai pranan Yang cirkup ywriting bagt Tanab Feniiksii Muoreb,

Samekta gsknya uiertangkap gtar perasaan Ketii, sdrngga ia b*kata link Sudah ientu hadlmya geml/da ila mempakan p,rsoaIaa barn bayt Ki Argapatk Myngkin prrsoabin in I akan y.?£pat berkepayijangan, Gefnbaa itu past" bit k an tanpa makaud sodibaikan dir.nya dalaei mysaYah Twak Perdiknn Menorgh. —

— {a ~ jav/ab Krti — ternyata gembU ilu masih akan bertambub satu lagl dengan seorang avak muda yang geaiuk, yang uienyebut dirinfa bernaitia Gupala. —

Saaikta Lidak segera menyahnt. Kadang2 ia reienyesali keadaEn iru, keadaan yang kurang tnengimtungkan pada saat2 serupa ml Jutru karena P and an Wang Yseoreng gadis. Kayff.i Pantfin Wang! bnkan storing gadis, kehadiran gtmbla itu akan da pat rt£nunibuhkan barapan yang paitl, dagi ia L?rnaksud baik dan tinpa pauirih yang

dapat merugtkan Tanah Perdikan ini. Tetapi keaflaannra agak birboda karena Pandan WangT >dalah seorang g«lis.

Sementara itu, diinduk Tanah Perdikan Menoreb, Ki Tambak Wedi, Sidnnii, Argajaya dan beberapa orang pemimpui pIBUNLA £edang sibuk beibicara tentang Kt Argapat> P<;iiigas srnYmfa yang berba?il k?*iiEir dart padtsan tempat prmtisalan pasu(ean Menorek, teah sampai dongan slamai dipadukufisn induk deit langung meaefliui pYmpinan tertingginra.

— A pa h kau pastt bahwa siktt Argapati cukup parai.7 —

— Ya — javab orang tua Ytu — aku pasti. Aku mdibal sendiri, bagaitnana ia tnrun dari kudo, Kemudian dengan susah

Apakah km pasti buhtifs &£it Argwati ththup parah T

tlyan&b orettg Itu "aAu postit Aku mtfihez sertdiri, bflg&

marta ia tiirur. fori kada. Kemudian denpart 8,«aA pa;aA vfiik

Uvumali yang disedLikan uniuk puterii/a, P&tdait Wongi

pa}ah nailt kerumtah yang disedfakan untuk puterinya, Pandan WangL Aku mendengar langsung dari seorang pengawal yang yKendapat tug.is untuk mentfari seorang duktm yang cukup baik.—■

<? Apakah kau lidak menawarkan Ki Wasi. Bukankah Ki Wasi riiviiulu hampir tidak pemah terpinih dari Ki Argapati. —

Kakek pet u gas S3tidi itu mengerutkari keningnya, Ketika mengedarkan pandangan matanya ia inelihat seorang Iald2, berkinnis dan berjanggul peidek tersenyum kepadanya. Ta.npa d3 e3>nya orang ytu berkata perlahan2 — Sayang. Aku tidak dapai mengikuti jalan pikiran Ki Airgapati yang telah sampai bat] Difmu&uhy puieranya sendiri. Adalah tkktk pan las bagt seorang. ayah berbuat demlkian. Betapapun besar kesaaban storang anak, ti.tiipi ia adalah setitik dari darahiiya, Apahtla seorang anak terpaksa titelaktikan perlawanan atas ayahnya, maka kesalahan yang sebenaruya pasti terletak

kepada ayah iiit sendiri. SetLdak2nya ia tidale berbasil membentuk anaknya menjadi seorang anak yang berbakti. Apalagi sikap yang terlampau keras seperli yang dilakufean olkh Ki Eede saat ini terhadap satusatunya puteranya yang justru kel.vk akau mewarisd Tanah mi. —

Setiap oramg didalam ruangan tlu meng angguk2kan kepaia mereka. Mereka menjadi semakin yakin dan man tap untuk berperang dipihak SidantL Namun beberapa orang yang lain acuh tidak alyuh saja mendengar kata2 Xu. Oran,ey2 yang datang dati luar Menoreh sama sekali tdak peduli, apvikah yang mexeka perfoalkan. Apakah ada perselisiban antara anak dan ayaih, apakah ada sekdompok yang sedang mampotrjuangkan cita2, apakah ada pihak2 yang sedang xnenuntul lvaknya, apakah ada apapun juga, namun sernua itu akan dapat mereka manfaatkan uniuk kepentLagan mereka making 2,

— Persetan — berkata s?3lah seorang dari mereka didalam hatinya — Aku tidak peduIL Tetapi persengketaan ini harus segexa rnenjalar. Sampai saat ini aku beum berhasil mendapatkan apa¬pun. Ternyata seten2 yallg tain telah mendahului aku. Kecuali aebunh pendok sepuhan dan sebuzth tlmang kecil, aku beum mendapat apa2 lagi. —

Berbeda dengaot mereka, maka getar jdalam dada Sidanli teiasa menjadi semhiin cepat mengalir. Ia menyadari bahwa t. enHal an Ki Wasi atas jrin ya ternyata keliru, Apakab kata orang tua itu seandainya ia tahu, bahwa SklantL sonna sekaili bukan titik darah Ki Argapati ?

Tetapi dtfahankannya perasaan itu jauth2 didalam dadanya, Bahkan kemud;an ia bertanya kepada kakr.k petuqas sandi itu —SyapaYeah yang member! obat kepada Ki Argapati? *—

H

Kakek tua itu menggeleag — Kami tidak tahu. Tetapi mereka st.dang mencari. —

Trba2 dari sela2 mereka yang beralda didalam ruangan Itu

teidengar suara tertawa terkekeh2. Seorang Iaki2 tua, berkuauis, berjanggul dan berambut jarang, tentawa sampaiter angguk2. Ikal kepalanfa yang dilvfitkan bsgitu gaija dtkepalanya tanpa menufup? sebagian daripadanya, inpnunjukkali kejarangan rambutnya ii ubun2, Dikedua belah tangannya laLki2 tua Itu mempergunakan sipasang binggeY akar kayu berian, Dan dilehernya tenvmgkut beibagai macam beuda2 yang dianggapnyla keramat. Taring ceIeng man ngurak, biji asam berangkai genap7

sepotong besi t>eiwarna kuning, tiga bongkah batu kecil berwarna telon bers.p 1iga, dan beberapa macam benda2 yang lain. Sedang pada ikat pinggangnya tergantung sebuali tempurung kecil berisiltan berbagai reramuan obal2nya dan sebuah kantong kain berisikan barbagat macam bunga2 yang diianggapnya ameb. Bunga semboja beymahkota genap, Bunga telasih putih, bunga pohung sungsang dan bunga sekar jagad, —

Sejenak semua mat a terparttfang kepada orang tua itu. Dengan matanya yang tajam orang tua itu memandang kepada petugas sandi yaner membrriLnkan terutamei kead<aan Argapati. Sejtnak kemudian ia berkata — Apakah Argapati atnu orang2nya tidak menyebut nam aku ?

Petugns sandi itu meno;geleng. Namun tiba2 ia berkata — fa, nuxa Kiai disebutnya jtiga. —

— Ay«i kata Argapati tenoemin aku ? —■

— Bukan Argapati, tetapi saYab seorang pengawal yang berlugas mencari dukun yang dapat dipercaya. —

— Apo katanya. —

—• Arqapati mencari seorang dukun. Tetapi bukan Ki Wasi dan K> .Vun. —

Sekali iagi suara tertawa laki2 tua, ysmg bernama Ki Muni tto meledak, sehingga tubuhnya berguncang2. Tetapi t?(ba2 suara tertawanya terputus. D kerutkannin dahnia samlvl ivfa — Tettpi aku tidak mempunyal alasan }ane| sama seperti Ki Wasi. Paeta saaA Argapati masih berkuasa, Ki Wasi betah dudmk sehari muput, b.ihkan semaLam suntuk, menjagainya denqan setia. Mengurut kakinya dm mengobati luka2n!a kalau kakinya teran>tuk tlundiak pintu. Telapi aku tdak. Sedpak semula akn menentangnia. ..ku pemah mertantaiivonya berperanq tand&ng. Tetapi Argapati tidak bersedia Karena ytu, sfwnpal saat indpun aku tetap menentanqnya,—

— Jangan naundat2 kaliing fMuni — potong Ki Wasi — *.ui tidak berkata dengan jujur. Apakah yang pemah kau laku¬kar. saat ilu harnpir setap orang mengertnhidnya. Tetapi dku tidak p&rli mengungkapnia kembali. Yang periling udnlnli <apa yang kioi sodang kita hadapi, Sokurah kau mampu uimihadapl Ki Arga~ pati itu da!am perang tan eling seperU Ki Taiiihak Wedi, Dengan dunikiaii maika nasnyi Kt Muirc akan segrra dlpn&ung disampiag n?„ma2 Ki Argapati, Ki Tambak Wedi dan nama2 lam Yang sejaayar dengan nauua2 itm. —

Seperclk wama mexah ntenjaku diwaj.ili Ki Muni, T£hi2 wad yab itu menjadi tegang. Dari sepasang matunya mem ant yar kemarahan yang meayak) diadilayn dedanya. Dengan suara yang berat ia menggeram — Persetatt dengan kau adi Wasi. Apa kau saiKyka aku tidak mampu inexemas umiimtmi iiti he 7 Dahtdu kau menjilat telapak kaki Argapati, sekarang kau bersimpuh dihadapan angger SidatUi. Hub, orang seperti kau meinang tkiak dapat dipercaya sepenufli hati. —

Ki Wasi menarik nafas dalam2. Tampak betapa ia terkunpau £ulit menaihan perasaannya, Tetapi ia ma&ih dapat berkata sareb — Apakah kita akan berbantah dan saling mengungikapkan keniataan dimasi lainpnu ? Kalnu itu yang kau kehendaki, maka aku akan bersedia. Bahkan kalau kau mash juga bekam puas, dan kau menghendaki yang kita, miaika, meskpun aku sudah rEerasa cukup lua, tetapi aku masih ingin mencoba mempertahnnkan harga dkiku kakaug. —

Sekali lagi suara tertawa Ki Mumi meledak mernenuhi runngan. Beberapa orar»g ikut terseret dalam keteetangan ttii. Sejenak mereka ban yut dalam perbaniahan yang semakin stru. To*api tiba2 Argajaya terseniiMu ddabm

hatinia. Ia mengenal kedua orang ii.u dan ia metigeitahui apa yang telah mereka lakukan dimasa2 yampaai mereka.

Karena itu, adalah srangaft menggelikan apabia orang berbicara len;UKi dirt sendiri disaat ini, dimana keadalai tekah xneningkat menjadt semokin pnuas.

Aqaknya Ki Muni masih juga ingn menjawab, TetapY tiba2 Ki Tambak Wedi mennVtoog — Ya, aku tihu serruranyn. Aku birkan seoring iang tuPi. Aku ieidh riiondenpiar tentang kaUan se<engkpnya. Tetapi nwMah kita lupakan mmm lampau itu Kiila kiri sedanq menohadapi tugas yang Cukup l>rar. Kami menghamp kalian berdua selau berada dfudam togas katfen se bafk2n;a, Aku lidok akan menenm>k£3i K= OtfunY di inednn? per wet untuk menghaeiapi langsyng Ki Argapati at»u meueirinai.knn Ki Wasi sebagal seorang senapati penang untfik merebut Knrnnn Sari atiu Patemon, stau daerah2 Sitn Yang kni mash dikuasai oleli emuig orang Argapati. Tetapi aku minta sotiap saat kalian dapat menyembuh¬kiaii orang2 yang lerluka dipeperangaa. Itu adalah tugas kaliaa. Kalian tidak us(ah bertengkar beyebut benar tentang pendirlan niasiiig2. B|aik disaat ini maupun di«aait2 lampau. —

Keduanya tidak aienjawab. Sesaat mereka saling memandang, r.amun kemudian mereka melemparkan pandangan raata mereka jauh2, keluar dari ruangan itu ketitik2 dikejauhan.

— Yang perlu kita pertimbangkan sekarang, apakah yang aebaiknya kita lakukan — berkata Ki Tambak Werdi — kalau benar2 Argapati terluka parah, apakah ia akan dapat sembuh ? Muagkin ad a dukun2 kecii yang mencoba mengobatinya pola. Tetapi apakah i.iereka mrampu member=iihkan raican pada luka Ky Argapati itu. Kalau tidak, maka belapapuu lambatnya, luka itu akan menjaYar dan aikan menghancuirkan kuilit dan1 dagingnya. i—

T?. Tetapi Ki Argapati isendiri mengerti, bagaiinana ia harus mengobati luka2. — berkata Ki Wasi.

— Ya, ilmu ilu sekedar elimilikinya seperti aku. juga mengerti seiba sedikit. Tetapi antuk melawan luka yang paxtah, diperlukan sorang yang benai2 memiliki pengetahuan tentang itu seperti Kl Wasi dan Ki Muni. —

— Tentu — saliut Ki Muni — kalau benar iia terluka parah, maka biarkan saja ia sehari dua hari. Ia akan mati dengan sendirinya. —

Ki Tambak Wedi yin;ngangguk2kan kepaYauya. Tetapi sebagai seorang yang iyiduip uiempunyai perttmbangan tentaivg peperangan ia berpendirian lain. Ia tidak dapat menunggu sampai Argapati itu mati dengan sendiriuya. Ia tidak dapat luenunggu wktu yang tidak berkepastian. Sebagai seseorang yang mempunyai perhitungan median, pikirannia agak lain dari pikiran Kl IMuni. Maka katanya — Memang Argapati mungkin akan mati dengan sendirinya. Tetapi kita tidak dapat melepaskan waktu ini, dlsaat.2 Argapati menjelang hari terakhlmya. Kita barns mempergunakan waktu sebaikbaiknya. —

— Apakaib yang akan kita lakukan Kiai? — bertanya Arga■ iyaya.

Ki Tambak Wedi tidak segera menyahut. Tetapi ia melihat kitatan mata Sdanti, bahwa anak ihi telah menangkap maksudnya. Bahkan Sidafltilah yang mendahului berkata — Kita hamyuiikan st«a2 pasukan Argapati itu selagi mereka bdum mampu bangain d&ri pingsan. Kalau kita menunda2 !agi, mungkin ada sesuatu f«ng dapat menolong Argapati sebingga keadaan akan segera berutiah. —•

Argajaya menarik uafas dalam2. Sebagai seorang senopati v.iMikan pengawal Tanah Perdikau Menoreh ia tidak dapat ber

pendlrian lain, kecuali membenarkan sikap Sidanti. Tetapi betapa pun juga texasa sesuiatu bexdesix didadan,ia, (Augapatt y«ng sedang mbicarakaii itu adalab kakaknya.

— Tetapi aku sudlah bertekad untuk menyingkirkannya. *— katianya didalam hat! *~ kemudian, aku harus nienempub peejuangan dalani babak yang baru. Aku pasti tidak akan dapat melyhat Sidanti menjadi kepaia Tanab Perdikan ini. Dan aku juga tidak dapat meinperlyayai Ki Tambak Wedi sopemihnya, bahwa ia akan lnemiberi kesempatan kepadaku rkuL sert.i dtda.!am pemelinitahan. Apalagi apabila dengan landasan Tanah Perdikan ini Ki Tambak Wedi dapat membawa Sidanti meraytap kesinggasana Pajamg. —

Argajaya terkejut ketika ia mendengar Ki Tambak Wedi bertanya kepadauya — Bagaimanakah sebaiknya 7 Apakah kau sependapat dengan Sidanti. —

— Ya, Ya — Argajaya texgagap * aku sependapaft. Memang tidak ada jakvn Iain yang dapat kita tempuh sekaxang. »<

Ki Tambak Wedi mengangguk2kan kepalanya. IiM/emang menurut pexhitungan yang paling tepat, pasukannya harus segera bergerak, memukul pasukan Argapati yang sedang teriuka parah itu. Menurut pexhitungan keprajuritaai, maka pasukan Argapati tidak akan dapat bertahan. Mereka tidak menipunyai pimpinan yang dapat mengimbaagi para pemiiinpin dari pasukan Sidanti.

Tetapi temyata Ki TambaYt Wedi raasih taiapak raguragu. Sekali2 dipandanginya wajah Sidanu, kemudian wajah Arga¬jaya, lalu beredar kepada orang2 yang berada didalam ruangan itu.

— Kita harus segera melakukannya guru — berkata Sidanti itemudian lebih ceptat lebih baik. Selama orang2 Argapati masih berada dalara kegelisahan. —

— Ya, ya — Ki Tambak Wedi mengangguk2 — tetapi kita jangan kehibngan perhitungan Kita harus memperttmbangkan Keadaan dari segal!i segi. <—

— A.pa lagi yang harus kita pertinibangfean guru ? Kita sudah siap. Seandainya sekarangpun kita sudah siap untuk melakukannya. Tetapi menurut perttanbanganku, nanti royalam kita bergeraL Kita tkiak usah menunggu besok. —•

Tetapi Ki Tambak Wedi menggelengkan kepakniya. Katanya — Kita lyukup kuat bergerak disiyang hart Bagiku gerakan dialling hari dalam keadaan Ini akan lebih menguntuingkan. Kesempatan untuk melairikan diri Yebiih kecil bagi Argapati yang sakit Itu. Kita akan dapat melihat segala gerakan timbal bailik. Kita akan dapat menunjukkan kemenangam2 kita kepada para pengikut Argapati itu, sehingga nafsu perlawanan merekapun pasti akan terpeng*ruh. —*

it

Sidanti mengerutkan keningnya, Kemudian ia menganggukuuggukkan kepalanya. Tetapi ia berkata — Dapat banyak teijadi dalani Likti semalam ini. Mungikitn timbul berbagal macam peruui keadiaan. —•

Itu memang mungkin sekali — jawab Ki Tambak Wedi — tetapi kita jangan tergesa2, sehingga kita kehilangan kebe mngan nalar. ~

— Apa lagi yang dapat menghambat gerakan kita? — ber¬tanya Sidanti.

— Marilah kita perhitungkan — berkata Ki Tambak Wedi, kenuudiian — peristiwa yang terjadi atas sekelompok orung yang teiah aku persiapkan disekitar Pucaug Kembar telah menumbuhkan banyak pertanyaan dibatiku. —

— Itu pasti pokal pasukan2 Argapati yang memang telah dipersiapkan dahulu. —

iM>ereka sama sekali tidak mengetahui, tentang sekelompok orang kila itu. —

— Kelompok merekapun akan melakukali seperti apa ydng lata persiapkan atas guru. —

— Aku tidak berkesan demikian, Sidanti. Aku melLhatnya lebih jauh dari sekedar kebetulan itu. —

— Lalu apakah yang telah terjadi menurut pertkubangan guru? —

— Aku menjumpai keanehan. Aku telah menemukan bekas perkelahian antara sekelompok orang2 kita itu dengan lawan mereka. Tetapi aku tidak dapat membayangkan, siapakah lawan mereka itu. Kalau

mereka adalah sekelompok orang2 Menoreh, maka akibal dan yyertempurau itu pasti berbeda. Aku Udtak banyak menemukan bekas2 dari pirkelahian itu. Aku hanya melihait tiga mayat yang terbaring disana. Kemudian kemanakah perginya yang lain ? —

— Mereka berselisih dan ailing bertempur. Bukankah aku ttlah mengatakan, bahwa kemungkilian itu dapat terjadi? «r

Ki Tambak Wedi mengsngguk2kan kepalanya, Tetapi ia bergumam rr Memang kemungkinan ini dapat terjadi. Tetapi kemungkinan itu tercampau kecil. Mereka berangkat dalam keadaan yang baik tanpa ada tanda2 peylselisrhan. apapun diantarai mereka. Sedangkan seandainya demikian, diantara kedua pihak itu yang masih hidup pasti akan sampai kepada ldta untuk melaporkan keadaan itu.—

—• Tidak guru. Aku pasti bahwa sebagian dari mereka ingin berkhYanat. Sebagian ingin mencegah, Tetapi agaknya mereka yang

19

Le$ada dipihiik UYLO I eg Lib nu LerWipiiu kuiluh. iMuukyn memtuiy hanya tiga oierng itu yang seinuanya mini ttibuuuh. <—

— Labi apakah yang dilakukan oleh yang lain ? —

»~r Mereka mdaiikan diri. —

Ki Tambak Wedi meiigerittkan keningnya, In ndak uielihat uiLitingiin LSpapuu aagi mereka yang di&uugku mekuikan diri itu. Tetapl seandainya demikian, maka Ink a 2 |>ado keliga mayai ]lu p«sti akan berbicara, baihwa mereka leiah Ierbunuh da]am perkelahlan. yang tidak ?eimbang. Tetapi luk&2 pada ninyai itu sahg&.t nt ent yufi$ a kunny a,

—■ Apakah guru masih tetap ragu2 ? —

Ki Tambak Wedi tnenganggukkan kepalanya. Deusgan nada ■aog da lam ia berg amain — Lain siapakah yang te!Uh meYukai Ki Peda Sura ltd ? Seorang anak mud a yang 1 iba2 saja bertalahi diptbak Paudstn Wangi ? —

Tidak seorang pun yang segera dapat meujawab. Ki Peda Sura sendiri masih belum bemafsu untuk bercerilera teulahg anal, muda yang meYukainya beisama Pandan Wangi, Agaknya orang itu memaDg berusaha untuk berdiam diri teVrttlang Tuka yang di tkritanya.

—■ Tidak masuk akal —■ guiiunn Peda Sura didalam haliaya tttika orang2 yang berusaha mengetahui persoalattnyfl lelaYi pergi — anak muda itu ha»ya htrsenjata sehebii tfainbuk. —

Dengan demikian maka orangi fang bin lidiak mendapat gambaran, yang jelas ten tang anak muda yang Lelah berhasil ielukai Ki Peda Sura itu bersama Pandan Wangi. Agaknya Ki Peda Sura telah tersingguflg hart) a diiinya, kaieua send fata fa wanrua hanya sekedai cambuk

Tetapi pertanyaan Ki T&yivbak Wedi tenlang orang yang telah .■urhikai Ki Peda Sura itu memang menumbuhkan p«rsoayan di dalam hati Sidanti. Betapa pun juga ia berusaha iiieuyeuibunylkati prasatannya tentang hal liu, untuk sekedar menurut] yiafsiinya fau fi.e n;ala2, nawun ia tidak dapat ingkar, bahwa. &ebenamya ia nierasakan, adanya suatu kekuatan yang kuiang dr.kenahiyay ikut campur didalam persoalan Tanah Pardfkan Menoreh. Kekuatan fang sampai saat ini masih disei ubungi oleh kabut yang tehal.

Ketika angati2aya terbaug uielintayi Kali Praga dnn melYyitasT Alas Mentaok, maka Sidanti Libatiba meugneram —■ Persian, Seandainya mereka hadlr disiin,

maka umur mereka pasti aknn l.uggal seumur kembang bakung,

Namun kadang2 tunihuh pula getnr didalam haduya. Align nangannya kadang2 tidak hanfa terhenti pada jarak yang dekat dari Alas Menteok. Namun kadaug ia sampai pada persoalan Tahab Alas Mentaok itu sendlri, la pernah mendengar befapa btraa tutttutan Ki Ged>e Pe man all an atals Bumy Mentaok yang ■iieh Adiwfjaya telah disanggupkan, akan dtberikan kepadanya setelaiy ia berhasyl menyingkiikan >Aryo penaitgsang.

Terbayang didalam angan2nya .seorang anak muda dengan sebatatcy tombafe pendek ditangamiia.

— Tidak mungkin. Anak itu tidfak akan berkeliaran disini. — Sidanti menarik nafas da]am2 Diangkatnya wajahnfa dan

dipandanginya bayatig2 dedauuan tlihalaman yang bergerak2.

r Apa yaug kau pikirkan Sidanti? — bertanyd Tambak Wpdi.

— MeniMig mungkin ;ida kekuatan dari luar Tanah ""ini guru. Ki Tambak Wedi meng angguk2kan kepalanya. Katanya <—

!iar;th yang b»gin aku katakan kepadamu, kepada angger Argajaya ean kepada semuanya disini. Kekuatan yang masih samar2 tetapi sudah terasa kehadirannya ini hants kita pertimbangkan sebatkhaiknya. ~*

— Kekuatan daiimauakah nieiuuut dugaan K Tamdak Wedi ? — bertanya Ki Muni. yang lehemya dfkalungi dengan berbagai macam ei i ini at.

— Kami beluin tahu. ~

Sekali lagi Ki Muni tertawa. Katanya — Kita kadang2 memang dibayangi oleh dugaan2 kita yang saniar2 te||api menakutan. Kalau ada kekuatan itu, maka berapakah dfumlah mereka? Segelar sepapan atau berapia7 —

Ki Tambak Wedi mengerutkan keningnya. Diawabnya — Ki Muni, Kekuatan yang hanya satu dua orang, tetapi memiliki bebe ?.pa kefebihan dari oraaig2 kebanyakan, akan sanaat berarti bagi i ita masing2. Katakaidah bahwa paisukan kita disini dan pasukan Argapati telah sama2 mengailami luka parah. Katakanlah balwa kekuatan kami kriu seimbang. iMarka setiap kehadiran kekuatan !>.ru. akan segera merubah keseimbangan itu. —

— Ah — Ki Muni niengeluh — Kiai adalah seorang yang memiliki peilgalamlan yang pasti jauh lebih banyaik

dari aku disini Tetapi tampaknya Kiai terlampau hati2. Cobalah perhitungkan. Kalau selama ini kekuatan pasukan kita seimbang dengan keku atan Argapati, maka kita pasti tidak akan berhasi] mendesaknya. i*adahal seperti yan gkau ketahui Kiai kita disini belum menge rahkan segeyiap kemampuati yang ;ida. Ki Wasi dan aku masih Usium ikut berbuat sesuatu kecuali mengobati orang Sakit. Meseipuu kami tidak setangkas Ki Tiambak Wedi. tetapi cobalah, i>ada suatu ketika aku ingin berlemu dengan orang yflng beiinams Arganati itu. —

Ki Tambak Wedi menarik keningnya. la melihat waj ah Sidanti fang berkerut, Tetapi ketika Sidanti itu akan mendfawab,

maka segera wak uauda itu digaynitnya. Ia fltihu benar b&hwa bidanti dan Argajaya rnenjadi muak ruendengar orang itu membual. Meakipun, demtkian mereka tidak juga meniadakan kekuaitan yang ada pada orang itui

— Baiklah Ky Muni — sahnt Ki Tamhhfe Wedi — suatu keftika keinginanni.u itu akan terjadi. Suatu ketika

Argapati akan sembuh dari sakitnya, dan kau akan mendapat kesempatan per¬tain a untuk mefawannya.

Tiba2 wajah Ki Murtt rnenjadi tegang. Naaiun hanya $ejenak, Sejenak kemudian terdengar sulira tertawanya — Sayang., Sa|ang sekali. Aku rnenjadi cemas bahwa iyha2 fang demikian itu tidak akan pernab dapat terjadi. Besok atau lusa, Argapati akan mati.

— BagaimOxia kafaoi ia tetap kidup ? »—1

— Tidak miuigkin — jawab orang fang berkahing jimat dllehemya itu — seandainya ada obat untuknya. maka aku akan melawnnya. dengan cara lain. Aku akan wembuniuhnya dengan caraku. Akn akan. menenungnya. Aku dapat membunuh taapa meraba mbuhnfa. — Dan suara tertawa orang itu menggema lagi d]£eluruh ruangan.

K? Wasi banya dapat rnenarfk nafas dalam2. Kawannfa yang seorang ini memang mrempunyai tabiat fang aneh. Tetapi tidak seorangpuu yang bsThasrat untuk mencegahnya. Mzmpir semua wranq tela!) mengenalnfa sebagai seorang pembual terbesar diseYiiTiih Tnnab Perd.Tkan Menoreh. Tetapt ketfuali seorang pembual Eebenamyalali bahwa memang ia seorang dukun yang byiik. Ia Leikpyial btikan hania sekedar mengobsti luka2 lama dan baxu, nenqokat; peniakit didalam tubub

seseorang, atau penyakit2. fang tiba2, tetapi Ta meinyltln kektifttan gafb yang dNtpat dipergunakan untuk tujuan2 tertentu. Se<tian orang memperkatakannfa sebagai storang juru tenung yang sakti.

— Baiklah — berkata Ki Tambak Wedi yang mempelajari d|uga Ilmu sematiam itu, meskipun ia lebih mementmgkan olah kaauragan — tenapi kita harus membuat perhltrtngan2 lahiriah. Kita barns lnemperblungkan setiap kemungkuian adanya kekuatan yang ikut tfainpur datam persoalan ini, —

Ki Muni kemudian menganqguk2kan kepalanya. Memang ia CYak dapat ingkar, bahwm mengbadapi persoalan perang antara kebflrera mi, perh!i.ungan2 atas dasar penilaian kepradluritan hams drmatangkan Hanya dalam perse;Yigihan2 pr?kidi pnjalh, maka tiaiania itu dapat ditrapkpn. Kekuatan tenungnyapun temfata hanya terbatas, Dan meu tidak mati Ki Miuny harvs mengakui

n

didalam ha tin y a, bahwa Ki Taimbak Wedipun memdlki pengetaituan yang serupa.

— Lahi apakah yang sebaiknfa kami lakukan tnenurait guru ? — bertania Sidaivti.

<— Kita haruis menjajagi keadaan — jawab gurunya.

Sidanc rrtpngemtkan keningnia, Ia tidak segera danat menqerti apakah yang dimaksud! dengan gurunya. Nbmun Ki Tambak Wedimtn ksmudian mennur.iikan rentiananya, menjajagi keada¬an dalam waktu sehari dua hari sambil mengtkuti perkembangan keadaan Ki Gede Menoreh yang terluka parah itu.

Demikianlah kedura belab pThsk telah memperkuat diri sendfri, membuat rencana untuk menqltadapi setiap pefkembangan keada¬an dan mencoba untuk saling mengetahui rencana dan usaha iaasi,rrg2 pihak.

Sementara itu, mayamrpun kemudTan hadb dipermukaan bum). Symak"n lama mendiaili semakin geTap, Dttempat pemusatan para pengawal Tanah Perdikan Menoreh serta tempat penaungsian para keluarga yang diuga didi3ga ttukup kulit, para peronda telah bilir muebk dengan kewaspadaan tertingeri Mereka berdiaTan dari gardu kegardu, menytisuri setiap Yorong dan menjaga setiap pintu keluax dan masuk padesan.

Dima!ut2 lorong, pavla temr>at2; tertentu, telhh dibuat tempat2 diantara durf2 Hari perinof ori, planogranoan untuk para pengawal yatiiq ak,in memperktiat nprtahanan tpmpat2 kedudukan para penga¬wal Tanah Pprdtkan

Menoreh dengan «;endiafri2 diarak diaidi.. fanah dan bandil, pelemnar tombak kecil2 dan pelempar batu2 dengan ujung2 bambu yang lentur.

Namun begttu tegang bati para pemimptn pengawal Tanah Perdikan. mereka sama sekali tidak inq;n menqganggu Ki Arqapati padfl saat2 ia ma?ih hanis bergulat dengan lukanya, Dibtarkannya Ki Aroaoati ben«tirabat ditimonuT oleb puterinya, meskipun Pandan Wanqi sendiri banyak bertieritera tentana pertempuran yang teab dTalaminya. Namun Pandan Wanot ttdak menqqelisahkan afabnya deoan kiwiunerkinan2 yano danat terdiadi dalam waktu singkat. Pattdan Wanni sendirf tidak tabu psrfyi, bahwa ada seseovang petuefaa sandi fang lolos dari tennat fni dan yang akan dapat mengankan tentang keadaan Ki Gede, sehingga akibat daripadanta akan berbahya baoi pertahanan para penqawaY.

Samekta senjrt pada saat itu hihr mtrdik ber«nyria2 dengan Wrahasta mpmerikw setiap qardu2 terpentiner Merihat kesao staqaan paauksn Pengawal fang dTtempalkan didepan mulut2 Iororfq masuk diemipat penjuru. Melihat kelenokapian senjata2 jarak jauh dan bahkan Samekta sendirf telah mengunjungi

33

padesan disebelah, tempat keluaxga mereka diuugsikan, dtjaga oleh kekuatan yang cukup untuk meiindungi mereka dari setiap sergapau. Samekta telah mengatur pasukannya sedemikian, sehlngga kedua tempat itu akan selaYu dapat diamatinya dengan baik Yan nrus pasukannya akan dapat berpi«vdah2 dengnn ceipat dan lancar. Telah diperrutungkannya kemungkirl.in pasukan lawan berusaha untuk memotong hubungan antara kedua tempat itu, atau menyerang dari arah yang lam.

Wamun demikian, Ki Argapati bukan seoraag pemalas yang nonya ingin betharing diam dipembaringnnnya. Bagaimauapun ju¬ga, ketajaman perasaan keprajuritannya telah memperhitungkan SLmua persoalan yang telah terjadi. Meskipun Ki Argapati tidak. tahu bahwa ada seseorang yang telah melepaskan berita tentang >akitnya yang parah, namun ia memperhitungkanuya seandainya ha] yang demikian itu terjadi. Karena itu, maka setelah ia cukup puas berbifeyara dengan Pandan Wang?, seseorang disuruhuya memanggil Samektia menghadapnya.

Tanpa dtduga2 Ki Gede berranya — Bagaimana dengan perMapanmu Samekta. —

Samekta menarik nafas daYam2, jawabiiya — Cukup baik Ki Gede. Tetapi kita trdlak perlu cemas untuk saat2 yang pendek ■ni. Aku memperhitungkannya bahwa setidak2nya malam ini tidak akan terjadi sesuatu. —

Tetapi dada Samekta berdebar2 ketika ia mellhal Ki Arga¬pati mengertttkan kentngnya sambil berkata — Apakah kau tidak mempersiapkan pasukanmu daiam kesiagaan tertinggi ? —

Samekta rnenjadi ragu2.

Kalau kau menganggap bahwa mlalani ini tidak akan terjadi sesuatu maka feau tetnyaia telah lengah Samekta. —

Samekta1 rnenjadi semakin raguragu menghadapi pembicaravan itu.

Samekta — berkata Ki Gede lirih — kita sudah keYulangan wafetu satu senja. Karena itu kejaryah keterlambataw itu seka;ang. Kau harus berusaha mempersiapkan orang2mu seolaholah malam ini pasukan Iawan akan menyerang kita. Skharusnya kau memperhitungkan kemungkiiSan itu. Seharusnya kau memperhiiungkan kemungkinan bahwa berita tentang lukaku yang parah ini akan sampai ketelinga Ki Tambak

Wedi. Bukankah begitu ? Dengan demikian maka apabila perhitungan Tambak Wedi seuyalan dengan perhitunganku, kesempatan ini pasti akan dimanfaatkan sebalk2nya. Tidak ada seorangpun yang akan mampu berhadapan seorang lawan seorang dengan Ki Tambak Wedi. Apalagi didalam pasukannya telah ada Sidanti dan Argajaya. Peda Sura yang barangkali telah berangsur baik dan beberapa orang lain. —

Sesaat Samekta tidak dapat menyahut. Texnyata meskipun ia tutuk membicarakannya dengan Ki Argapati tentang perkembangan terakhir, maka ilu tidak beraxti bahwa ia telah memberi kesem¬patan kopada Ki Argapati untuk beristirahaL dengan tenang dan uitpa memrkirkaii persoalan perang yang sedang berkobar itu.

Karena Samekta tidak segera menjawab, maka Ki Argapati mendesaknya — Apakah dasar perhitunganmu, baKwa malam ini tidak akan terjadi sesuatu ? —

Samekta tidak dapat ingkar lagi. Maka dengan terus terang ia berkata — Ki Gede. Sebenarnya kita memang telah berada dalam kesiagaan tertinggi. Sebenarnya aku mempunyai perhitungan yang serupa. Tetapi karai tidak bermaksud untu>k mengganggu Ki Gede skhingga kami

memang sengaja membuat soiasana seolah2 tidak menegang. —

Ki Gede menarik nafas dalam2. Samba menganggiik2kan kepalanya ia merasakan, betapa orang2nya bemsaha dengan sunggirhsungguh membantunya dalam keadaan yang palinn sulit. Bukan eaja untuk mempertahankan kekuasaannya dratas Tanah Peidt kan Menoreh, tetapi juga bemsaha sungouh2 untuk membuatnya tenang dalam keadaannya kinf.

PeHahau2 terdengar Ki Argapat berkata — Terima kasih. Samekta. Aku memang sudah roenyangka, bahwa kalian tidak akan sebodoh itti, membiarkan diri kita kehflangan kewaspadaan. Usaha kalian untuk membuat hat&n tenteraffl sangat aku hargai Namun sebaiknya jpnqan membuat aku seperti kepompong yang tidak mengerti arah Sebaiknya kalian memhitfarakan semua masaah dengan aku. —•

Samekta tidak menyahut. Ditundukkanma kepaYaoya daam2. !u sudhh tidak akan dapat ingkar lagi. Tetapi Ta

menarik nafaa ketika ia mer.deneiar Ki Aroapati berkata — Tetapi aku tahu baYiwa maksud kalian baik. Dan karena Hulah maka aku mengucapkan terima kasih. —

Samekta hanya dapat mengangguik2kan keyalfinya saja. Namun ia rnenjadi sadar, bahwa keiajaman perasaan Ki Gede sebagai seorang prajurit memang tidbk dapat diseKibungi dengan caia apapun.

— Urn ILK seterusnya Samekta — berkata Ki Gede itu kemu¬dian — sadBpaiikan semua persoalan kepadaku. /Mesktpun aku aadar, bahwa aku masih belura mampu berbuat teriampau banyak, tetapi mudah2an aku masih dapat i.kul berhrcara d«Q berpikir, apakah sebaiknya yang harus kita lakukan. —

— Maatkan kami Ki Gede — berkata Samekta kemudian — untuk seterusnya aku akan selalu melaporkan semua perkembamgan kepada Ki Gede. —

— Terima kasLh — Ki Gede meng angguk2kan kepalanya — sekarang aku ingin mendengar apa fang telah kau kerja&an. —

Samekta mengangguk2kan kepalanya, Kemudian dengan singkat diberrtahukarunya apa saja yang telah dLpersiapkan. Pasukan y<ng bersenjata panah dimulut2

lorong, pasukan berkuda dan kesiagaan disehyruh padesan ini dan padesan tempat para keluarga elitempatkan, Jalur hubungan diantara keduhnya dan segala macam kemungkman yang lain.

— Ternyaita kalian benax2 tidak mengecewakays. K;Yian telah mencoba membuat imbangan yang baik dalani keadoan yang sulit serup ini. Bafldbh, sekarang pergilah kepasaikanmu yang sedang bersia>p2 itu. Aku ingin mendengar laporan setiap kali. Kau dapat menyuruth orang lain nienemiti aku. KerLt ntau Wrahasta aiau orang lain lagi. —

— Baiklah Ki Gede — sahut Samekta yang kemudian niinta diri keinbali kepasukannya. Kerumah yang diper gun akan sebagai pusat piimpinaii pasukan Pengawal yang sediang tersisih dari induk Tanah Perdikan Menoreh.

Belum lagi Samekta sampai kerumah itu, ia tertegun mehhat Wrahasta berjalan tergesa2 menemuinya. Sebeluin ia bertanya Vvrahasta telah berkata — Aku wingka kau masih berada di tempat Ki Gede beristirahat. —

— Apakah ada sesuatu yang penling ? —

— ]a *■— sahut anak muda bertubuh raksasa itu,

— Apakah yang sudah terjadi ? —

—» Seorang petugias sandi metihat gerakan pasukan lawan latmiju kemari —

Dada Samekta menjadi berdebar2. Tetapi hal itu memang .sudah termasuk dalam perhitungannya, Karena itu maka sambi! menganegitV.2 ia menjawab — Bukankah semua bagiaii didalam oasukan kita sudah siap pada tugatsoya musing2, —

Wiahasta mengangguk sambil menjawab — }a. Semua •yudah ditempauca masing2. —

— Bagaiinana dengan pasukan berkuda? —

— Pasukan itulah yang menumggu perintah.

Samekta berpikir sejenak. Kemudian katanya — Payiggillah ■pemrmpin pasukan berkuda itu. <—

Wrahastapun kemudian dengan tergesagesa pergi untuk memanggi! orang yang meudapat keperlyayaan memimpin pasukan bexkuda. Pasukan yang khusus dibentuk untuk menanggapi keadaan yang saht itu, Pasukan yang terdiri dari anak2 muda yang sudah cukup herpeng alaman bertempur diatas punggung kudla. Memiliki keberanian dan kecepatan berpikir. Pasukan ini

adalah pasukan andalan yang akan dapat mempeagaruhi keadaan.

Sejenak kemudian, dirumah tempal pimpinan pasukan Peitgawal Tanah Perdikan, seorang anak muda yang bertubuh tegap, &erjainbaug lebat dan bermata tajam menghadaip Samekta dengan dada tengadah. Wajahnya memancarkan api lekad yang menyala didadanya. Dilehernya tetfsangkut secarik kain putih iiebagai pertanda keikhlasan hatinya didalam pengahdiannya.

—Wigatri — berkata Samekta — kepadamulah kami meleiakkan barapan. Kami mengharap bahwa pasukan mu berhasil Mrtiap kal merubah suasana. Tempi ingat, kalian jangan bertin dak teriampau jauh. Kalian harus tetap ingat, bahwa semua pihak yang sedang bertengkar ini adaHah saudara kyta sendir?. Memang ada beberapa orang yang mencoba menarik keuntungan dari penstiwa ini. Tetap hal itu dfangan kau diadikan alasan untuk berbuat sewenang2. — SannekUa berhentf sejenak, lalu — Kalian dapat. berbuat agak keras untuk men<7rik perhatian i.awan kearabmu. Tetapi jangan mengorbankan rakyat yang tidak 4abu menahu tentang pertengkaran fang sedang terjadi ini. Apa,kah kau dapat mengertt? —

Anak n,uda fang beritama Wigatri itu menganggukkan ke¬palanya — ]s paman, aku mengerti. —

— Nah, kuasai tugasmu baik2. Kalian dapat menimbuikan "kebingungan dan bahkan dapat menyaYakan apl dtmalam hari, lamun korban iang kau berikan harus seimbang dengan tujuan tindakanmu itu, Apakah kau mengerti? •—

— Ya Paman. —

— Mungkin ada anak buabnm iang teriampau dikendalikan ■oleh perasaatmya. Nah, itu adalah tanggung jawabmu. — Samek¬ta berhenti sejenak, lalu — sekarang, kalian harus berusaha ibirada dihiar Itngkaran pasukrtn Sidanti fang bergerak kemari. —

2o

Anak muda yang bernama Wigatri itu mengeruUtan keningnya. Sejenak ia berdiam diri. Hanya debar

jantungnyn sajayah yang teiasa rnenjadi semakin keras merouku] dinding dadanyta.

Dan ia merrdengar Samekta berkata seterusnya ~ Sekarang pergilah. Atau masih ada pertanyaan ? <—

Wigatri menyahut — [Apakah Sidanti sudah mulal bergerak?—

— Pasukannya bergenik keanari. Tidak musiahil padesan ini dikepungnya. Karena itu, kau harus segera pergi, supaya kalian tidak berada juga didalam kepungan.

— Baik paman. Bukankah kami harus membuat kesan h.nhwa pasukan Mtr.oieh telah menyePang di tempat2 tertentu? —

— Ya. Tetapi kalian harus menunggu isyaxat, Kalau tidak ada isyarat itu, kalian haras letap beraxla disekiiar tempat ini. Mungkin kalian kami perlukan untuk memecnyi kepungan Sidanti dan me¬nyerang mereka dari bebkang —

Baik. ~

— Xngat, segala in at yam feyarat akan kami berikan seperti Yang sudah kami beritahukan. —

— Baik paman — jawab Wigatri — sekarang, perkenankan kami pergi. —

— Hati21ah. ~

Wigatripun segeUi minta diri kepada para pemimpin yang Iyin. Dengan tergesa2 ia pergi kepasukaiuiya yang terrryata selalu siap sedia dvsegala saat. Wigatri tidak memerhikan waktu Yama untuk mempersiapkan dd dan seYuruih pasukannya, Sejer.nk kemudian, kesepian malam telah dipecahkan oleh derap kaki2 kuda yang berlari2 meninggaDkan padesan.

SemenYara itu Samekta telah mengirim penghubung n.enghadap Ki Gede menyampaikan semua berita tentang pasukan Sidantf dan persiapan yang dilakukannya.

•Diiuar padesan itu, Wigatri membawa pasukannya berpacu kearah yang telah ditunjuk oleh para penTmpin pasukan Penqawnf Tanah Perdikan kearah yang berbeda dari axah gerakan pasukan Sidanti.

Tidak terlampau jauh dari padesan mereka berhenli, menung¬gu perkembangan keadaan. Para pemimpin dipadeEhn fan<i biiru saja ditinggalkan past! akan memberinya Lsyarat untuk melakukan sesuatu gerakan.

iMteskipun demikian, Wigatri lidak lengah dengan menempatkan beberapa orang anggautarrya untuk mengawaisi keyadaoi

Ketegangan yang merata telah mencengkam skhiruh padesan tempat pemusatan pasukan pengawal Tanah Perdikan Menorehdan tempat2 pengungsian kehiarga mereka. Para pongsiwal sama iwiau tidak melepaskan serrjata2 mereka dari tang an. Bahkan hampir setiap laki2, tua muda yang meskipun bukan pasukan pe¬ngawal, namun mereka telah menempatkan diri dalam barisan.

Ketika malam rnenjadi semakin malam, maka keteganganpun rnenjadi senfakto memuncak. Beberapa orang petugas sandi secara terusmenerus melaporkan tentang gerakan lawan.

— Mereka telah berada didepan hidung kita — berkata salah aeorang petugas sandi.

Samekta, Kerti, Wrahasta dan para pemimpin yang lain berdiri tegak dimulut lorong desa, dirufer regol. Mala mereka beredar dikegelapaa, seo!ah2 ingin melihat, apa saja yang tersembunyi «Ubalik layar yang hitam pekat Itu.

Tibai hampir berbareng mereka tersentak. Mereka melihot seleret api dikejauhan. Obor,

— Aku melihat obor — desis Kerti.

— Ya — sahut Wrahasta.

Tetapi dada mereka rnenjadi semakin berdebar2 ketika tlba2 *bor itu seo!ah2 teipecah rnenjadi peircikan api yang berpuluh2 juuilahnya dan berpencaran dihadapan pemimpin pasukan penga¬wal Tanah Perdikan <M&enoreh itu pada jarak yang tidak terlampau jauh.

— Mereka berusaha untuk raengepung padesan ini. — desis Samekta,

Kerti dan Wrahasta mengangguk2kan kepala mereka. Tanpa st»adarnya. mereka berp3ling dan melihat beberapa buah planggiongan pada carang2 permg ori. Beberapa orang pengawal de¬ngan busur datangan mereka ielah siap untuk menyambut kedataogan lawan.

— Mereka sudah siap — desis Wrahasta — pasukan Yang lainpun telali siap. Kita akan menutup regol ini dan menyambut mereka dengan lontaran tombak2 apabila mereka mencoba memecahkan pmlu. Pasukan kita tidak akan mendekati pintu itu, aelungga dengan demikian tidak akan mungkin terjadi salah bidik. —

— Bagus — sahut Samekta — kita bextahan didalam lingtrungan pering ori. Tetapi siapakah yang memimpin pasukan ditempat pengtmgstan itu? —

— Untuk sementara mereka dipimpin oleh pimpinan kelompok ina»iiiK|2 sauibil menunggu perintah lebih lanjut. ~

Samekta mengerutkan keningnya. Kemudian katanya — Salalh fit orang dari kita harus kesana. —

— Aku akan pergi — sahut Kerti.

Kerti tidak menunggu jawaban. Segera k. pergi mengambtl ■eekor kuda. Bersama dua orang pengawal ia meninggalkan desa itu menuju kedesa sebelah untuk mem tin pin pasukan pengawal yang sedang berusaha melindungi para pengungsi dan karoak2.

Seorang penghubung telah dikLrhn pula oleh Samekta untuk yaemberitahukan hal itu kepada Ki Argapati. r«unbil mefeporkan segala persiapan yang telah dtlakukannya,

Ki Argapati mendengarkan laporan itu dengan dada fang berdebar2. Tetapi ia tidak dapat berbuat sesuatu. Setelah & men¬jadi tenang, uiaka ia menyadari betapa lukanya iiu sangat berbahaya, apabiia ia tidak berfiasil

mengendalikan diri, Tethpi apabiia keadaan menjadi semakin memuncak, apakah ia akan berbaring terus dipembanngannya ?

Dengan pandangan mata yang sayu dan wtajah yang puca* ia berkata kepada Pandan Wangi — Lihatlah apa yang terjadL —

— Baik ayah — jawiab Pandan Wangi,

— Aku hams mendengar seiiap perkemlvmgan yang ter¬jadi. —

— Ya ayah, <—■

Dan Pandan Wangi itupun segera minta diri kepada ayahnya, turun kehalaman dan pergi keujuitg lorong. Dengan langkan yang tetap dan dada tengadah ia berjalan menyu&uri jalan padesan. Tangan kanannya tanpa disadarinfa telah meraba2 hulu pedangnya.

Tetapi langkahnya tiba2 terhenti ketika ia melihat seorang anak muda yang bertubuh raksasa berdiri dipinggir jalan samb8 meiiibungkuk normal kepadanya.

— Ah — Pandlayi Wangi berdesah,

— Kemana kau Wangi? — bertanya Wrahasta.

<— Ayaih menyuruh aku meHlhat apa yang sebenarnya terjadi keujung jalan, —

— Desa ini sudah dikepung. —

— Itulah yang akan aku lib at —

*— Kita harus bekeija dtengan sepenuh tenaga, Bukan kits berkelyU bati Wangi, Tetapi kita tidak boleh mengabaikan ken;»taan, bahwa kita berada Yalam kesiditan. —

Pandan Wangi menyadbri pula akan hal ini. Karena itu maka iapun mengaiiggukkau kepalanya sambtl menjawab <— Ya Wra¬hasta. Kita semua men yadarinya, Tetapi kita tidak dapat berbuat Yain daripada bertempur. Bertempur sampai kemungkinan yang teraebir. *—

Wrahasta mengangguk2kan kepaianya, Kaianya — Mutiigkin masiih ada jalan. Kita inasih dapat surut beberapa langkah feepadesan, yang Iain, Seandainya hal ini hhrus. terjadi, maka kita harus berdasar pada suatu kemungkinan, bahwa kita akan dapae merebut semua kedudukan kembali. —

Pandan Wangi tidak menjawab, Tetapi debar jantungnya m.rijadi semakin cepat. Apalagi ketika ia mendengar Wrahasta berfesrta — Meskipun demikian Wangi, aku

masih menyisihkan w.iktu untuk kepentingan pribadiku, —

— Ah — sekali lagi Pandan Wangi berdesah — kita semua *edaug disibukkan oleh togas kita masing2.

— Pandan Wangi — kata2 Wrahasta menurun — mungkin ayui tidak akan dapat melrhat matehari terbit esok pagi, Namun sebelum itu aku ingin mendengar jawabanmu, Aku ingin kepastian Wangi, bukan sekedar tekaleki. —

Teraaa tubuh Pandan Wangi menjadi gemetar oleh debar yang semakin meugguncang dadanya. Nanvira dengan demikian justru inulutnya seakan2 menjadi terbungkam.

— Kenapa kau diam saja Wangi? —

Pandan Wangi menjadi Vemakin bingung. Ia tidak tahu, jawaban apakah yang sebaSknya diucapkan, Beberapa saat yang .aai ia telah niencoba memberikan harapan dihall anak muda yang bertubuh raksasa itu, meskipun ifdak memaiUyar dari lubuk hatinya. Dan kini sekali lagi ia dihadapkan pada kesulitan yang sama,

Untuk mengalihkan pembicaraan Pandan Wangi mencoba iuenge!ak — Ayah men.unggu aku Wrahasta. Aku harus segera pergi ke<yardni dtujung lorong ini. —

— Kau hanla memerlukan waktu sekejap untuk mengucapkan sepatah kata Wangi. —

Dada Pandan Wangi menjadi semakin pepat, Sedang pung gungnya telah menjadi basah oleh keringat dingin, Saat yang di ladapi oleh Tanah Perdikan Mlenoreh adalah saat yang paling gaArat. Kalau saja ia bukan puteri Kepala Tanah Perdikan, maka Wrahasta tidak akan dapat mempergunakan saat2 yang demikian mi untuk menekankan maksudnya.

Meskipun Pandan Wangi tidak menyangsikan kesetiaau Wra¬hasta atas Tanah ini, namun ia menyadari, bahwa keadaan anak muda ini dapat menggoncangkan perasaamiya apabiia ia menjadi kecewa,

Dalam kebingungan itu, liba2 Pandan Wangi, menarik nafas ealam2 ketika ia melihat sekelompok peronda lewat. Dengan serta merta ia bertayiya —■ Dimanakah paman Samekta dan pa man Kerti?

Tetapi yang menjawab adalah Wrahasta Paman Samekta beradia diregol desa, sedang paman Kerti pergi ketempat pengungsian. Ia harus meminipin ptasukan yang berada disana. —

Dada Pandan Wangi kemboli menjadi b«3debrir2 ketika para peronda itu meneruskan langkahnya.

neorang artak muda yang bertubuh tegayt, berlyambang [ebat ditn format** lajam menghadap Samekta dengan >■.■ tengadah, Xvajahnya memancorkan api tekat yang menfala didadanya. Di hhernya tersangkut secarik kain putih sebngai uinda keikhtns/m had daiam pengabdiannia.

Sejenak kemudian mereka berdua berdui memtilung dalam kediaman. Yang terdengar !amai2 axtatah suara angkup nangkn •tan derik cengkerik dikebun.

Namun tiba2 mereka berpaling ketika mereka mend en gar Wtngkah tergesa2 menuju kearah mereka. Beberapa langkah logi ■Hang itu berhenti, sambil berdes*s — Wrahasta 7 —

— Ya sahut Wrahasta.

— Ki Samekta memanggrlmu. —

— iMengapa? —

— Obor2 itu mulai bergerak. —

Wrahasta mengerutkan keningnya. Tiba2 ia melangkah de..gao tergesa2 menmggnlkan Panvian Wangi yang masih berdiri termnngu2, diikirti oleh orang yang memanggilnya.

Pandan Wangi menarik nafas dalam2. Untuk sementara ia Yapat melepaskan dirinya dari certgkaman kebingungan. Namun kemudian kakmya segera terayun menyusul Wrahasta. Iapun ingin segera tahu, apa yang telah terjadi.

Dimufea regol. Samekta berdiri dengan tegangnya. Ketika Wrahasta kemudian lelah bertada disampiugoya, ia berkata — Lihat, orang2 Sidanti benar2 ingin mengepung padesan ini dari segala arah. —

— Bodoh sekali ~ desis Wrahasta.

— Jangtan segera mengambil kesimpulau itu. Kita tidak tahu ;iemanupan pasukan mereka. Mereka mungkin hanya menyebarkan obor keliling desa ini, sedang ia menempatkan kekuatan mereka pada tempat yang telah mereka perbitungkan. —

Wrahasta mengerutkan keningnya. Tiba2 mereka berpaling ketika mereka mendengar suara Pandan Wangi

— Tetapi gelar .tu bukan geiar yang baik untuk menyerang. —

Samekta mengangguk2kan kepalanya. Dengan mantap ia menyahut — Kau benar Wangi. Ternynta pandanganmu mengenai yelar krprajuritan cukup tajam meskipun kau belum pernah •ueurpelajarinya dengan sungguh2. Dengan menebarkan orang2nya, Sidanti pasli akan mengiimbil sfkap itu. •—

Pandan Wangi tidak menyahut. Tensi wajahnya rnenjadi berk eut mendengar pujian itu. Apalagi ketika dtsadarinya bahwa beberapa orang memandanginta dengan berbagai macam tanggapan iang kurang dimengertinya.

— IMeskipun demikian — berkata Samekta — kita tidak boleh lengah. Kita tidak dapat melihat apa yang telah mereka persiapkan lebenarnya. Kita tidak tahu apa yang terdapat d . . kegelapan itu. Kita hanya melihat obor2 itu terpencar. Tetapi apakah orang

3/

33

mereka benar2 rerpencar, masih belum tola ketahui. Kita masih menuoggu beberapa petugas sandi kita. —

Pandan Wangi tkU>k menyahut. Tetapi terasa bahwa Samekta telah meluruskatn unggapannya atas pasukan lawan meskipun se¬bagian terbesar pendapatnya dlbenay*kan.

— Ayah miiita aku mernberitahukan apa yang terjadi — ber¬kata Pandan Wangi kemudian.

— Ya, tungguYah sampai ada perkembaiigan seterusnya .Stanpai saat itai kita trdak melihat sesuatu yang mencemaskan. —

— Tetapi ayah menunggu.

— Seseorang akan menghubungi Ki Argapati dan menyampaikan taper an bahwa keadaan tidak berubah. Kau masih tetap di sim menunggu perkembangan. —

Pandan Wangi mengangeruk2kan kepalanya. Kepada pengiiubung hu ia berpesan, bahwa apabiia keadaan

meniugkat, ia sen diri akan etatang momberitahukan kepada oyoiuiya.

— Kita dapat beristirahat sejenak — berkata Samekta — sementara pengawasan akan diperketat. —

— Bagaimana dengan pasukan berkuda ?

— Aku sudah memesan mereka, agar mereka tidak meninggaYkan podesan iny sebelum ada isyarat.

— Mereka akan jemu menunggu perkembangan berikutaya tan pa berbuat sesuatu. —

— Tidak, mereka pasti juga melihat obor2 itu. — Wrahasta tidak menjawab.

Sejenak kemudian para perainipm itupun pergi ketempat pimpman untuk beristirahat ttan berbicara tentang keadaan. Pan.Ynn Wangi ikut bersama mereka. Ia tidak mau terpteah dari Uang2 Iain, supaya Wrahasta tidak mendapat kesempatan untuk menyudirtkannya kedalam kesulitan,

Sementara itu, diseputar padesan, pasukan Sidanti mengeptmg denga! seuruh kekuatan. Meskipun demikian, mereka memang iftaak akan segera menyerang. Mereka sedang mempertimbangkan kekuatan yang ada dikedua

belah pihak. Gerakannya kali ini hanya sekedar memberikan Iekanan2 kepada hati pasukan Argapati, sambll menjajagi keadaan. Karena itu, maka pasukan itu tidak segera rnengsdakan gerakan sama sekali. Mereka berada ditempatnia sambi! menggenggam senjata masing2. Meskipun demikian mereka memerlukan seluruh kekuatan yang ada, supaya apabiia setrao saat justru pasukan Argapati yang menyergap mereka, mereka tidak menjadi terpecahbelah dan kalang kahut.

Bahkon d?dalini pasukan itu rkut pula Kt Tambak Wedi sendiri, beserta Sidanti dan Argajaya.

34

— Apakah yang dapat kita ketahui dengan penjajagau ini guru? — berianya Svdonii.

— Kita sekedar melihat suasana. Apabiia keadaan yang de¬mikian ini terjadi berulang2, maka pasti akan berpengaruh atas kebulatan hali mereka. Semakin lama mereka pasti lakan menjadi kecut dan berkecil hati. sehingga pada saatnya, kita akan meruntuhkan segenap keberanian merekya. Sementara itu kita akan dapat meiigetahui apakah sebenamya kekuatan |ang mencampuri keadaan ini cukup Herat sehfngga kita perlu memperhitungkannya. ~

Sidanti meAgerulkan keningnya. Sambil bertoliak pinggang ia aerdiri tegak memandanyi cahaya laanpu yang berkeredipan didalam pr.desan dihadapannia. ang melontiat dari sela2 ?imbunnia pering ori yang melingkari desa ilu. Sebuah obor menyala drointu regol. Lamat2 Sidan=i dapat meiihat beberapa orang yang Iiilir mudik di br.wah obor diluar regol itu.

— Mereka trdak raenutup piniu regol — desis Sieami

— Mereka bukan ofang2 yang teriampau bodoh — sahut Arganiaia — sehingga mereka mengeiii, bahwa cara kita ini sama sekali bukan gelar untuk menyerang mereka. Obor2 ;ang tersefear itu han;a sekedar memberikan kesan bahwa kita akan mengepung mereka sumia nwrek3 ternTsah dari Kngkungan diluar kedua desa sebelaii meniebelah ini. Tetapi merekapun sadar, bahwa mereka pasti akan viapat memecahkan kepungan yang terlamtpau tipis ini. —

— ]a ~ sahut Tambak Wedi memang bukan itu tujuan kita. Kita akan membuat mereka menjadi cemas, gelisah dan perasaan2 lain Yang tidak menentu. Apalagi dalarm saat Argapati sedang luka parah, Aku mengharap bahwa Argapati tidak dapat mengendalikan diri, sehingga keadaan ini telah membuatnya se¬makin parah. —

Argajaya tidak menyahut la dapat mengerti tujuan Ki Tarn bak Wedi yang mempeigunakan berbagai cara untuk mtnghancur kan lawannya. Tidak saja dengan kekuatan badaniah. tetapi denqan memypenaaruhi segi kejiwaan lawannya, iaberusaha mem* rerlemah daa perlawanaan mereka.

Tetapi yang terleb!h pen ting adalah usaha Ki Tambak Wedi untuk raenilai kekuatan lawan secara Iangsung. Ternyata beberapa trang yang berhasil merayap mendekati regol didalam kegeapan, lerah kembali kepadlanya.

— Apa yang kau Hhat? — bertanya Sidanti tidak sabar.

— Beberapa orang pemirapm yang berdiri diluar regol. — javab penghubung itu — tetapi sekarang mereka telah masuk lagi.—

*— Ya, mereka pasti menganggap bahwa gerakan ini tidak ter

35 tampau berbahaya, meskipun mereka cuktp bersiaga. sahut Sidanti

— Tetapi siapakah yang kau lihai ? —

■— Samekta, Wrahasta, Pan dan Wangi dan hebwapa orang pemimpin pengawal yang lain. —

— A|«ikah ada orang yang belum keu kena] ufeiu pantas kauiyurigai sebagai orang yang bukan berasal dari Tanah Perdikan ini dtantara mereka? —

Orang Sidanti yang berhasil mendekati regol padesan tempat pemuaaun pasukan pengawal Tannh Perdikan itu mencoba meng<ngai2 siapa sajakah diantara mereka yang berada diregol desa. Wajah2 mereka adalah wajah2 yang tidak asing lagi baginya, meskipur ada diantara mereka yang belum dikenalnya. Tetapi sama sekali tidak ada kesan bahwa diantara mereka ada orang yang tidak dikenal.

Kar.ua itu maka jawabnya sambil menggelengkan kepalanya

— iAku tidnk melihat ■<•> Yang pantas aku curigoi. Merekn ade

»ah oran \2 Menoreh. —

Ki Tambak Wedi mengerutkan keningnya. Tekateki tentang kelornpok kecilnya di Put yang Kembar sarapai saat itu masih belum terjawab.

— Tidak ada orang lain — tiba2 Sidanti berdesis.

— Belum dapat dipastikan — sahui Ki Tambak Wedi — mungkin mereka berada difkilam regol. —

<— Orang yaug berhasil keluax dari padesan Hupun tidak mengatakan bahwa ada orang2 yang tidnk dikenal berada didalam desa itu. —

Ki Tambak Wedi mengerutkan keningnya.

— Ying datang bersama Ki Argapati yang terluka iiupun hanya Vandan Wangi. Kerti dan beberapa pengawal yang semua telah di kenalnya sebagai orang2 iMienoreh. — sambung Sidanti pula.

— Ya, ya — sahut Ki Tnmbak Wedi — mungkin juga begitu. Tetapi hatiku belum mantap. Aku masih ingin melihat dan me¬nunggu leberapa hari. Tetapi padesan in; harus tetap kita awasi. Kita akan meletakkan sebagian dari kekuatan kita dipadesau ier dekat, dengan jalur2 penghubung yang baik dengan induk Tanah Perdikan ini. —

Sebelum Sidanti menjawab terdengar suara tertawa Ki Muni yang bereiri dibelakang Ki Tambak Wedi ■— Kapampun kita melakukannya akibatnya tidak akan jauh berbeda. Kita t?dak perlu iergesa2. Tetapi seandainya

sekarangpun, tidak akan banyak terdapat rimangan2. Aku sudah melihat apa yang akan ierj<idi. Dari uinuku aku tahu bahwa Argapati sekarang sedang sekarat. Malam rtanti, so ambat2nya besok pagi ia akan mati. Memang terdnpat perawanan yang baik dari dalam dirinya yang memiliki kekuaum ,ang luar biasa. Tetapi kekuatan itu juga terbatas. — Ki Muni hethenii .*ejeiiak.SaiubU uiuiigerutkan dvthiuya ia berkuinatkuinit. Kemudian katauya — Pada saat Argapati mati, maka seluruh ke¬kuatan pasukannya akan terpukul dari dalam dirt mereka sendiei. Keberanian, tekad dan kemauan mereka akan runtuh beisanva mayai Aigapati yang akan dikuburkan didalam bumi. Nah, kalian tidak akan terlampau sulit untuk mengaiahkannya. Dengan bersorak2 dan ber1eriak2 saja kalian akan dapat mematahkan perlawanan mereka. Dan merekapun akan tidak ubahnya seperti lerbau yang paeing bodoh. ~

Ki Tambak Wedi mengerutkan keningnya. la tidak mempergunakan perhitungan serupa itu menghadapi Argapati. Tetapi ia tidak menolak keterangan Ki MAtni itu. Sebab menurui keyakinan Ki Tambak Wedi sendiri, memang ada ilmu yang dapat melihftt peristiwa2 yang

akan terjadi, seperti apa yang pernah .lipelajarinya meskipun tidak mendalam. Tetapi menghadapi Argapati 2a iebih cenderung mempergunakan perhitungan tata keprajuhtan. Keteguhan hati Argapiti pasti akan mempersuit penglihataannya meYalui ilmu2nya yang masih belum serapuma.

Namun ia tidak mengerti, betapa jauh Ki Muni menguasai ilmu serupa itu. Tetapi apa yang dikatakannya memang was u k akal. Argapati akan mati, malam ini atau besok pagi2. Pasukannya akan kehilangan gairah perlawannya dan akan segera dapat dikalahkan.

Meskipun demikian Ki Tambak Wedi masih juga ragu2.

— Kita pasti tidak akan memasuki tempat itu malam ini — tiba2 ia bergumam— kita masih belum mendapatkan kemaniapan.—

Itupun tidak rnenjadi soal ■— jawab Ki Muni •— adalah lebih baik apabila kita menunggu Argapati mati. Kita tid*tk akdii mele¬paskan korban terlampau banyak.

Tetapi bagatmana kalau ia nanti dapat sembuh — potong Si¬danti.

— Penglihatanku tidak pernah salah — sahut Ki Muni — hanya oleh sebab yang tidak terduga2 hal itu dapat

tereyadi. Te¬tapi hal yang tidak ter<iuga2 uupun tidak aku lihat, skhingga tembilan dari sepuluh kemungkinan, Argapati akan mati. —

— Apakah Ki Mini dapat juga melihat hadimya kekuatan Yaii luar Menoreh pada pihak Ki Gede ? — bertanya Sieanti tiba2.

Wajah Ki Muni rnenjadi berkerutmerut. Ditatapnya wajafa Sidanti sejenak. Kemudian sambil menggelengkan kepda ia men¬jawab — Aku belum berusaha melihatnya. Aku baru berusaha .nelihat kemungkinan yang akan terjadi pada Ki Gede. Aku tex¬ayata khilaf, bahwa aku tidak melihat kemungkinan itu sama se¬kali. —

Sidanti menarik keningnya. Tetapi ia tidak berkata apapun. agak kurang lertarik dengan cara yang dipergunakan oleh Ki Muni. Baginya, perhitungan jasmaniahlah yang paling baik dipergunakan didaiam geiar perang seperti saat ini.

— Baikiah kila menunggu segala kemungkinan dan perkemnangan keadaan. Tetapi kita tetap ditempat. Kita kepung desa ini supaya pasukan Argapati menjadi tinrim dan cemas menghadapi keadaan mereka disaat2 mendatang. Seandaima kita masih beium mendapatkan kepastian, maka besok malam hal yang serupa inipun

akan kita lakukan, sementara itu petugas2 sandi akan berusaha melihat apa yang ada didalam ltngkungan pagar pering ori itu. —

Tidak ada seorang pun yang menjawab. Argajaya agaknya telah kehiiangan gairah untuk ikut campur dalam percakapan itu. feetapapun juga Argapati adalah saudara kandungnya, Kemung¬kinan bahwa kakaknya itu akan mati, ternyata mempengaruhi pikiraunya pula. Kadang2 timbullah keragu2annya atas kemungkinan yang akan dapat dicapai dengan caranya hvi. Sesudah iArgapati di Kalahkan, bag aim an a dengan dirinya? Apakah ia akan berhasrt roengusir Ki Ta<nikak Wedi dam Sidanti ?

Tetapi Sdanti bukan trah Argapati dan ia tidak akan berhak untuk mempergunakan nama itu dan gelar Ki Gede Menoreh. — Katanya didalam hati, namun kemudian — Tetapi apakah aku mam pu menghadapinya, dan apakah orang 2 uMenoreh mernpercayainya standainya aku mengatakan, keadaaii yang sebenamya. —

Keragu2an yang tad yam telah meledak didalam hati Argajaya. Sekali2 dUambarnya wajah Sidanti, kemudian wajah Ki Tami>ak Wedi. Kedua wajah itu memang mirip. Sidanti metrnang bukan hanya sekedar murid Ki Tambak Wedi,

Terbayang dirongga mata Argajaya bayangan wajah kakak iparnya, Rara Wulan. Menurut anggapannya saat itu, Kara Wulan •udalah seorang perempuan yang paling baik yang dikenalnya. Seoiang penurut. Seorang yang sangat berbakti kepada suaminya. Seorang yang tidak pemah menimbulkan persoalan didaiam rum ah iangganya.

— Semua itu hanya sekedar tebusan dari dosa2nya. — gumamica didalam hati.

Ketika Argajaya menarik naias dalam2, ia melihat Sidanti raemandauginya. Hanya sekilas, kemudian anak muda itu melangkah beberapa langkah dan duduk diatas reruroputan yang basah oleh embun. Sejenak kemudian Ki Tambak Wedrpun melangkah pergi dlmngi oleh Ki Muni, sedang Argajaya masih tetap berada di

tompatnya.

Argaayayapiua kemudian meletakkan dirinya puYa, duduk diatss sebuah batu sambi] memandangi padesan didepanriya, Desa kecil yang berpagar rapat dengan batang2 pering ori. Beberapa berkas lyaha;a lainpu mem ant yar m en g gores gelapnya ma lam.

Sekali iagi Aigajaya menarik naias da!am2. La terkejut ketika seseorang menggamitnya. Ketika ia berpaling dilihaciya Ki Wasi duduk dibeiakang.

— He — sapa Ki Wasi — apakah yang kau renungkani — <— Tanah ini — sahut Argajaya.

Ki Wasi bergeser selangkah maju dan duduk disisi iAirgajaya Tanpa sesadarnya iapun merenungi desa dihadapaimya. Ke¬mudian ditebarkannya pandangan matanya kesekelilingnya. Tidak aHa orang lam yang berada didekatnya.

— Akhirnya apy berkobar tanpa dapat dikendalifean — desis Ki Wasi.

Argajaya menganggukkan kepalanya — Ya, Tanah ini telah rerbakar hangus. Kelak kita hanya akan mendapatkan abunya sa¬ja. —

Ki Wasi mengangguk2kan kepalanya. Katanya — Aku ke¬hiiangan pertimbangan, yang manakah sebenamya yang paling hoik aku lakukan. Ketika aku melihat kau berdiri dipihak Sidanti, maka aku yang dicengkam oleh keragu2an segera memisahkan diri dari Ki Argapati.

— Ya — sahut Argajaya.

— Sayang, bahwa Argapati lebih senang kepada kedudukannya •daripada kepada anak laki2nya, yang sebenamya dapat men¬jadi penerus cita2nya. —

Terasa dada Argajaya berdesir. Namun ia menjawab terb..ta2 — Ya, ya. Kakang Argapati tidak mau mengalah. —

— Angger Argajaya — berkata Ki Wasi — apakah angger ."ygajaya sama sekali tidak mempunyai pengaruh untuk memperingatkan Ki Argapati agar ia mengurungkan niatnya memusuhi puteranya sendiri? Yang paling menderita dalam persoalan ini auaiah Menoreh. Pertentangan antara ayah dan anak itu akan laembenturkan kekuatan2 yang ada didalam Tanah ini. Apabiia Ki Argapati bersedia mengalah, kemudian memberikan kesempat¬an kepada yang mua untuk ikut memimpin pemeruTtahan meski¬pun masih tetap dalam pengawasan yang tua2, maka keadaan akan menjadi feerbeda. Sebaliknya Sidanti juga jangan meniuggalkan ayahnya sama sekali, yang sampai saat ini telah me¬r.unjukkari keuiampuannya, menjadikan Menoreh Tanah Pu dikan yang besar dan disegani.

Argajaya hanya dapat mengangguk2kan kepalanya — |«, ,;. Ki Wasi. Memang seharusnya demikian. —

Tetapi Argajaya tidak mengatakan kepada Ki Wasi huhu i.gan yang sebenarnya antara Argapati dan Sidanti. Juga hubungan antara Sidanti. Ki Tambak Wedi dan dirinya sendiri dengan Pajang. Juga tidak tentang nafsu yang me nyala2 di ualam dada Sidanti dan sudah lentu didalam dadanya sen<Hr>, * luk meloncat kejenjang yang paling atas dari segala macam d,abntan.

— Sekarang keadaan telah rnenjadi parah — sambung Ki Wasi — Ky Argapati sendiri mengalami luka2 parah dan ttdak .swi.mypun yang dapat menotongnya. Akupun tidak, meskipun se belum ini aku terlampau dekat dengan Ki Gede. —

Argajaya tidak menyahut. Ketika ia berpating dilihatrya ■natn Ki Wasi rnenjadi suram. Pandangan mata yang suxam itu se o!ah2 meluncur jauh menembus dinding pering ori yang rapai itu. Dan tiba2 Argajaya mendengar Ki Wasi bergumam — Lepa? dari semua masalah, adalah kewajibanku untuk menyembuhkm orang yang sakit. Sebenarnya aku ingin pergi mendapatkan Ki Argapati. Tetapi agaknya K Argapati sendiri telah menutup ke numgkinan itu. Ki Argapati atau orang yang dekat dengan a. mungkin Samekta, mungkin Kerti atau mungkin angger

Wra hasta. lelah melarang dan menolak aku dan Ki Muni. —

Argajaya mengangguk2kan kepalanya.

— Tanpa ihnu macam apapun, memang sudah dapat dira malk.m bahwa Ki Argapati akan menemui ajalnya. — suara Ki Wasi mereudah — sayang. Sayang sekali, —

Argajaya seolah2 membeku ditempatnya. Seperli Ki Wsoi iapun kemudian memandangi keredip lampu minyak didalam pa¬desan itu. Ditalapnya kemudian nyala obor didepan regol. KemuMan lerdengar ia berdesah perlahan2.

Semeiuara itu, Samekta. Wrahasta dan Pandan Wangi sedang duduk nielingkari lampu minyak diatas ajuk2 yang rendali. Mereka berkesimpulon bahwa Sidanti tidak akan menyerang malam ini.

— Meieka ingin meruntuhkan ketananan hati kita — ber xata Samekta — meskipun demikian, kita tidak bofkh kehiiangen kewaspadaan. —

Mereka pasti menyangka bahw.i luka Ki Gede raenjadi aemakin parah, — sahut Wrahasta.

— Tetapi pasti ada sesuatu yang menahan mereka. Kalau mereka yakin Ki Gede rnenjadi semakin parah, maka mereka pasti akan menyerang malam ini. Dan sudah tentu mereka tidak akan memasang gdlar seperti saat ini. —

— Kita hanya dapat menunggu perkembangan berikutnya. —

— Kita tahan dulu pasukan berkuda itu untuk tidak meitikukan gerakan apapun. Terasa bahwa ada sesuatu yang masili narus dipertimbangkan oleh Ki Tambak Wedi. Sesuatu yang kitw masih belum tahu dengan pasti. —

Wrahasta mengangyuk2kau kepalanya. Tanpa disengaja dipandanginya mata Pandan Wangi yang suram. Tetapi gadis ttu em.Klyuk dalam2.

Meskipun Pandan Wangi seolah2 tidak ikut didalam pernbuyaraan itu, namun didalam hatinya ia sedang mencoba men iyari2 kebenaran kata2 Samekta, bahwa Ki Tambak Wedi masih harus mempertimbangkan sesuatu. Sesuatu yang belum dapat di mengertinya. Tetapi dalam pada itu Pandan Wangi mencoba tnenghubungkanuya dengan orang2 bercambuk yang telah memteii obat

kepada ayahnia. dan yang telah melepaskannya dari tangan Ki Peda Sura.

— Mereka tidak hanya satu orang — berkata Pandan Wangi didalam hatinya — yang aku lihat pasti bukan yang dilihat oleh ayah. Bukan karena namanya berbeda. Nama dapat dibuat seribu macam bag! seseorang. Tetapi ciri orang yang raenolongku itu sama sekali tidak sama dengan anak muda yang menyerahkan obat itu kepada ayah. Yang menurut ayah, adalah seorang anak muda ,ang gemuk. Persamaan diantara mereka adalah. keduanya ment pergunakan cambuk sebagai senjaia mereka, atau sebagai tan¬pa pengenal mereka. Orang2 itulah agaknya yang sedang dipertimbangkaii oleh Ki Tambak Wedi. Mungkin yang dikatakau oleh Gupita ayahnya itulan yang harus diperhttungkan oleh Ki Tambak Wedi Ayah Gupita yang sampai saat ini masih behin dapat dikenal Mapakah orangnya. —

Tetapi Pandan Wangi menyimpau pendapatnya itu didalam natl. Ia tidak mengerti, kenapa tiba2 saja ia tidak ingin mempersoalkan anak2 muda bercambuk itu dihadapan Wrahasta.

Sementara itu ma I am pun rnenjadi semakin malam. Para penjaga dan para peronda tidak rnenbat gerakan2 yang

berba¬haya dari pasukan Sidanti. Beberapa diantara obor2 mereka telah Kadam karena kehabisan nunyak. Tetapi petugas2 sandi telah ter sebar ditengah2 sawah, diantara kedua pasukan yang telah siap itu. Petugas satuw dari kedua belah pihak. Mereka saling mengintai untuk meiihat apabiia ada gerakan2 yang ankh dan tanpa ter\Iuga2.

Ditepi pategafen, diujung buiak, pasukan berkuda yang dipimpin oleh Wigatri menunggu dalam kegdisahan. Tetapi karena mereka melihatobor yang berkeredipan diseputax desa tempat t emusatan pasukan pengawal Tanah Perdikan Menoreh, maka segera mereka menyadari, bahwa pasukan Sidanti benar2 telah aiengepung desa itu. Karena itu, maka mereka terpafesa menyatarkan diri mereka, menunggu isyarat yang akan dfeerikan, apabha diperiukan.

— Apakah kita hanya akan menunggu sad yo semalam suntuik? bertanla salah seorang dari mereka kepada Wigatri,

— Kita hanya dapat menunggu. Aku mendapat pesan, bahwa setiap gerakan yang akan kita lakukan, hams berdasarkan kepada isiarat yang akan dfbertkan. Mungkin kita harus pergi dan meitarik perhatian pasukan lawan itu

ditempat2 lain dengan menya•akan api yang cukup besax. Tetapi mungkin juga lata diperrukan untuk rnembantu mengurangi kepungan itu. —

f»ainbil mengangguk2kan kepalanya, anak muda yang bertonya kepadania melangkah pergi, kembaH kekudanya. Namun tampak kegelisahan menyekai rongga dadanya. Meskipun demiki«n. mereka miasih cukup sabar menunggu segtala macam perintah dan mentaatinya.

Sebeiarnya Wigatri sendiripun tefah menjadi gelfeah pula. Seka!i2 dibelainya k?her kudanya yang diikatleannya pada sebatang pohon. Kemudian berjalan hilir raudik sambfl menurtdukkan ke¬palanya. Deberapa orang yang Iain duduk terpencar diatas rerumputan rambil membelai senjata2 mereka. Namun demikian, beberapa dinffltara mereka yang sedang bertugas untuk mengawasy keadaan, leap berada drtempatnya dengan sepenuh kewaspadaan.

— Kalian dapat beristirahat sebaik2nia — berkata Wigatri kepada kavan2nya yang tidak sedang bertugas — kal*ian boleh berbarinq2 atau apapun. Tetapi setiap saat kalian hams sudah siap meloniiat kepunggung2 kuda kalian. —

Maka beberapa orang dari raerekapun kemudian dengan tenangnya bir baruig2 diremmputayi yang basah oleh

embun. Tetapi kehangatan dada mereka membuat mereka sama sekali tidak me rasakan betapa dinginnya nuYam. Bahkan ada diantara mereka yang dudn!< antara sadar dan tidak karena diserang oleh kantuk. Sebaofan *erbesar dari mereka memperhitungkan, bahwa malam ini mereka hanya sekedar berpindah tidur saja dari barak2 me reka didalam padesan.

Sebenaroyalah bahwa malam itu tidak ada sesuatu yang ter¬jadi Menjeiang fajar, Sidanti telah menarik pasukannya. Namun reperu yang telah direniianakan, Tambak Wedi menenv patkan beeerapa bagian dari pasukannya ditempat yang lebih dekat dengan padesan tempat pernusatan pasukan pengawal Tanah Perdikan Menoreh.

— Kila hams berusaha agar mereka tidak mendapat kesem¬patan mengumpuikan bah an makanan. — berkata Ki Tambak Wedi.

— Tetapi persediaan mereka masih cukup banyak. — jawab Sidanti.

Tetapi Ki Muni menggeieng — Tidak. Aku. yakm bahwa mereka akan kehablsan padi. Tetapi sebelum itu mereka pasti sudah men,erah apabiia Argapati mati. Hanya satu dua orang saja dari mereka yang telah menjadi gila, akan

mengadakan per!awanan terus Ki Muni berhenti sejenak, lalu — setelah fadir menyingsing, aku ingin mendengar suara tangis Pandan Wangi, menangisi mayat ayahnya. —

— Seandainya benar Argapati mati — sahut Ki Wasi — hal itu pasti akan dirahasiakan untuk sementara. —

Ki Tambak Wedi menganggukkan kepalanya <— Ya. PastL Tetapi kita hams berusaha untuk selalu mendengar berlta tentang Ki Argapati. Apakah sampai saat ini masih ada petugas2 sandi yang berada didalam desa itu? «—

— Ya — sahut Argajaya — masYh ada dua orang kita di¬dalam desa Hu. Keduanya pdahah pendudirk desa itu sendiri. Me¬reka tidak akan mudah keluar dari desa itu. Sehingga mereka hyiya akan dapat memberikan isyarat2 saja tentang keadaan dida .am. —

— Tetapi kita suit untuk mengerti isiarat itu — jawab Sidanti ~ kita tidak sempat mernbuat persetujnan. apakah yang akan dilakirkan dan tanda2 apakah yang akan diberkan sennd.ain;a Argapati meninggal. atau ada orang lain yang ikut campur didalam peperangan ini. —

Argajayn tidak menjawab. Tetapi hal tersebut adalah me matg benar.

Ki Tambak Wedipun kemudian hanya dapat mengangguk2kan kepalanya. Memang sulit baginya untuk dapat mengetahui keadaan didalam lingkaran pering ori itu. Tetapi ia tidak segera menjadi putus asa. Kedua orang itu pasti akan menemukan akal untuk menyampaikan berita terutama berita2 terpeuting dari da¬lam, seane anya mereka benar2 tidak dapat lolos lagi dengan cara apap.n.

Data in pada iu, ketika pasukan Tambak Wedi ditarik dar! sekitar tempat pemusatan pengawal Tanah Perdikan Menoreh. .»aka para penghuni desa itupun merasa seoYah2 mereka dapal mulai bernalas lagi. Tetapi itu bukan berarti bahwa bahaya yang sebenarnya telah lenyap. Mereka menyadari, bahwa disiang hart pun kemungkinan yang sama akan dapat terjadi. Bahkan mung¬kin pada saatnya Ky Tambak Wedi akan menyerang desa itu disiang hari.

Pandan Wangi, yang telah berada disamping ayahnya, melaporkan semua yang terjadi. Ternyata bahwa pasukan kakaknya Sidanti, hanya sekedar membuat suatu gerakan untuk men get uk ketabahan hati para pengawal Tanah Perdikan Menoreh. •

Ki Argapaii mengangguk2kan kepalanya. Katanya perlahanlahan — Sidanti menuggu berita kematianku. —1

Pandan Wangi tidak segera menyahut, Tetapi kepalanya ja* tun tertunduk dalam2.

— Tetapy aku heran bahwa Sidanti tidak benar2 menyerang malam ini. — gumam Ki Argapati kemudian — berita tentang lukaku yang parah pasti telah sampai kepada mereka. *—

Pandan Wangi kemudian menganggukkan kepalanya pula. Jawabnya <— Kita memang menyangka bahwa kakang Sidanti akan mempergunakan kesempatan ini. —

— Ternyata serangan itu t .i.sk dilakukannya — sambung ayahnya dengan demikian kita akan dapat mengambil kesimpulau, bahwa Ki Tambak Wedi pasti •memperhitungkan kemungkinan lain yang dapat terjadi. —

Pandan Wangi sekali lagi mengangguk2kan kepalanya. Ter nyata |>erhitunqan ayahnya sesuai dengan perhitungan Samekta •dan para pemimpin yang Iain. Bahkan Kerti yang kemudian kernbra kedesa itttpun mengatakan serupa ?tu pula.

— Wangi — berkata ayahnya — agaknya Ki Tambak Wedi leiah mencium hadirnya orang bercambuk itu

ditlatah Menoreh. Aku tidak tahu, dalam benluk apakah gambaran Ki Tambok Wedi itu, apakah ia memang sudah mengenalnya atau pernah mendengar namanya atau mungkin ia hanya men duga2, tetapi ku kira Ki Tambak Wedr memperhitungkan hadirnya kekuatan yang bin diatas Tanah Perdikan ini. Ketika kami bertempur di bawah Pticang Kembar, dan Ki Tambak Wedi berhasil melukai aku agaknia memang telah terjai.it sesuatu yang tidak terduga2. Tambak Wedi yang menunggu kehadiran orang2nya yang memang sudah dipersiapkan rnenjadi kecewa. Bahkan yang datang han,a]ah seorang yang telah terluka parah. Inilah agaknya yang me¬nahan Ki Tambak Wedi untuk bextindak malam ini. Agaknya ia ■aru uifnjajagi apa yang ada didalam lingkungan pertahanau Vami. —

Pandan Wanni masih mengangguk2kan kepalanya. Dan yahuya meaeruakannya — Tetapi hati21ah selanjutnya. Sebab sebagatutana kau ketahui, bahwa tidak ada kekuatan apapun diViar kekuatan kita sendiri, Aku berterima kasih bahwa aku telah diselamatkan oleh obat yang diberikannya. Tetapi seandainya Ki

X■ ■ iv Wedi tidak ragu2 dan menyerang malam tadi, mungkin kita sudah terpecah rnenjadi kepingan2 yang

sama sekali tidak berarti lagi. — Ki Argapati berhenti sejenak, Yalu — Namun sekarang kitapun masih harus berprihaun. Kalau daya kemampu

■n obat ini kemudian lenyap, maka tidak akan ada seorangpun iang dapat melanjutkan pengobatan atas lukaku. Aku tidak dapat memhayangkan, apakah yang akan terjadi kemudian. Mungkin Yiu dapat mencoba mencari1 dedaunan yartg dapat menolong. Tetapi aku bukan seorang yang mempelajari ilmu pengobatan dengan baik. Karena itu keragu2an Ki Tambak Wedi harus kita •nauiaatkan. Pasukan berkuda itu mungkin dapat membantu. Me reka harus beibunt dan mencoba menghrlangkan jejak mereka. supaya mereka tidak dikenal sebagai orang2 Menoreh. Dengan demikian, maka Ki Tambak Wedi akan tetap menganggap bahwa memang ada kekuatan lain yang hadir diatas Tanah Perdikan ini untuk mengimbanginya. Aku mempunyai pikiran, bahwa bebe rapa orang dari pasukan berkuda ilu supaya mempergunakan cambuk yang panjang juntainya, tetapi bertangkai pendek. Aku menqharap, pasukan itu dapat menimbuSkan persoalan baru bagi Ki Tambak Wedi, sementara kita menunggu, apakah sebenarnya yang dikehendaki oleh orang2 bercambuk itu. —

Pandan Wangi niengangguk2 pula. Ia mengerti maksud ayahnya. Sebelum ayahnya mampu herbuat sesuatu, ayahnya akan mengaburkan perhitungan Ki Tambak Wedi dengan caranya. Orang? bercambuk itu agaknya telah menumbuhkan pikiran baru pada ayahnya. — Mudah2an Ki Tambak Wedi pernah mendengar ientnng orang2 bercambuk itu — katanya didalam hati.

— Panggillah Samekta — berkata Ki Argapati kemudian.

— Baik ayah — jawab Pandan Wangi yang kemudian me.yiqkah pergi meninggalkan ruangan itu. Tetapi Pandan Wangi tidak pergi sendiri. Ia masih selalu berusaha menghindari pertemuan seorang diri dengan Wrahasta. Sehingga karena itu, maka yuuruhnya seorang pengawal untuk menyampaikan pesannyn ke;adn Ki Samekta.

Samekta mendengarkan cara Ki Argapati itu sambil menefangguk2kan kepalanya, Ia dapat mengerti maksud Ki Gede Veooreh. Namun ia berlanya — Tetapi Ki Gede,

bagaimanakah sikap orang bercambuk itu sendri? Apakah Gupala, Gupita dan orang yang diakuinya sebagai ayahnya itu tidak raerasa terlanggar aaknya? —•

— Mudah2an tidak Samekta. AYeu mengharap seandainya demikian. mereka akan menemui aku. —

Sekali lagi Samekta mengangguk2kan kepalanya Setelah mereka sedteuak ia berkata — Kami akan mencoba Ki Gede, Aku akan membuat cga em pal orang dianiara mereka, menjadi bayangan dari orang2 bercambuk ttu. Mudah2an hal ini justru tidak menumbyhkan persoalan barn bagi Menoreh.

Demiklanayh maka Samekta mencoba untuk memenuhi cara yang hams dnem;iuhnya menurut pstunjir.k Kt Gede Menoreh, Untuk menunda gerakan Ki Tambak Wedi sampai pada suatu saat Ki Argaptr.i telah menjadi beranqsur baik, maka ia harus ,iengaburkan perhatian Ki Taynbak Wedi dengan gelar sandi, seakan2 ada unsur kekuatati bru yang harus diperhitungkan seDedk2nya oleh Ki Tambak Wedi.

Maka kettka malaim kemudian mersdekat, maka pasukan ber¬kuda yang dipimpin Wigatrf telah bersiap pula. Demikian me¬reka mendengar laporan bahwa pasukan Sidanti bergerak seperti malam kemarilt mendekati desa,

maka pasukan berkuda itu diIepas oleh Samekta dengan tugas yang khusus. Sekali lagi Sa¬mekta berpesan, jangan mettimbulkan korban yang tidak berarti. Liak bagi anggauta pasukan berkuda itu sendiri, maupun pada yasaran yang akan dituju.

Samekta sendiri bersama Wrahasta dan Pandan Wangi yierdiri tegak dimuka regoll desa untuk melihat obor2 yang seoiah2 merayap mendekati mereka. Tetapi seperti malam yang 1ampau obor2 iiu berhenti pada jarak yang tidak terfampau deYiat. .ialam gelar fang sama seperti yang pemah terjadi.

— Mereka masih belum akan menyerang — desis Samekta — itu hanya sekedar pameran kekuatan. —•

Wrahasta mengangguklkan kepalanya. Jawabnfa — Aku fuga menyangka demikian, Tetapi kemungkinan yang Iain dapat feijadi. Apakah paman Kerti sudah siap ditempatnya 7 —

—» Ya, la telah pergi kedesa sebelah. —

Kemudian merekapun terdiam. Ki Argapatipun telah mende¬ngar laporan, bahwa pasukan Sidanti telah datang untuk kedua

16

kalinya Dan bahwa pasukan Menorehpuyi telah siap mengihadapi segenap kemungkinan.

Namun seperti maYam yang teilab lewat, pasukan Sidanti itu tidak segera berbuat sesuatu. Mereka berada dakum jarak yang tetap sambil duduk2 dan bahkan ada yang terkantuk2 feeisandai sebatang pohon atau safaig bersandar punggirag.

Samekta disn para pen;imp;n yang la in pun kesmudian uiasuk kedalam ie eyu i desa dan selelah sekedar meaner; kit a pasukannya, maka merelfpuft segera kembali ketempat piniphian. Namun tatnpak dTwajah2 mereka, sesuatu yang mengaeg didadanya. Para pemimphi itu tidak dapat meYepaskan dfrl dari ingatan mereka tentang pasukan berkuda yang sudah harus mulai melakukan tugas mereka,

Sejenak kemud>an mereka terkejut ketika seorang pengawal dengan teresa2 masuk kerumah itu. Dengan tergesa2 pula ia berkata — Ki Samekta, aku, eh, para pengp.was mendengar suan titir dikejauhan. Kami mefihat warna semburat merah di iangit. —

—• Kebakaran maksudmu ? —

Pengawal Hu mungangguk — Ya. •—

fledtenak para prmmpin itu 5a*?rky berpfindangan Segera mereka mengetahui, bahwa Wigatri teh*h berbuat sesitatu. •— Darah mana kau meUYiat api TtuT — —r Dirtadukuhrin induk. —

Samekta menarik nafas da!am2. Temyata Wigatrf masih juga tlibakdr oleh da rah irnidaitfa, Agaknya pasukan berkuda itu Iangsimg membaat humhara dipadukuhan induk, atau padukuhati2 lain jdekat pedukuban induk.

— Mereka adalah anak2 yang berani — gumam Wrahasta. Samekta nienaanqpuk2kan kepalanya. Keberanian anakanak

muda iiu memang tdak dftinosikan la<TL Namvn yang masih perlu aitekankann.fa kepada Wigatri adalah periiimngaii disamping luapan perasaan iang hfaruvr tidak terkendli.

— Marilah kita melihat — desis Samekta — dan Ki Arga¬patipun hattis segera mendengar laporan ini pula. —

Sejenak kemudian maka Samekla, Wrahasta, Pandan Wangi Yan beberapa orang pemimpin fang lainptin segera kduar regol Untuk melihat apa iang taidfadi,

sedanq seorang penghubung teah Iang sung perg rnelapoikannia keoada Ki Argapati.

Ketika para peiniiupfn pasukan Pengawal Tanah Perdikan Menoreh melihat langit yang diwamal oeh nyaia a pi, serta suara ■iUr yang seo!ah2 memekikmekik. maka terasa dada merekapun lergetar.

47

— kumah siapakah yang telah rnenjadi korban pertama mi ? — desis Samekta.

— Wigalxi tahu benar, siapakah yang masih harus mendapat yaeriindungan, dan siapakah yang benar2 telah berkhianat — sahut Wrahast.1, yang masih dialiri oleh darah mudanya pula.

Samekta mengangguk2kan kepalanya. Tetapi sejenak ia lidak menyahut. Yang dipandanginya kini adalah obor2 yang rnen¬jadi gelisah pula. Agaknya api dan suara titir itu telah menarik perhatian pasukan Sidanti yang sedang mengepung padesan itu.

— Apakah iang sudah terjadi? — bertanya Ki Tambak Wedi.

— Kebakaran — jawab Argajaya — tetapi titir itu adalah y.ertanda bahwa daerah itu dnanda oleh bahaya, —•

Ki Tambak Wedi menggeram. Tetapi ia tidak segera meng ambil kesimpulan.

— Kita hams melihat apa yang tek»h terjadi — berkata Sidanli. »

Ki Tambak Wedi mengangguk2kan kepalanya. Tetapi ia udak segera terpengaruh oleh keadaan itu. Sebagai seorang yang cukup be r pen gala man ia mampu mengendalikan diri dan berbuat uengan kepala yang dingin.

— Kita hams segera menarik pasukan ini — tiba2 Ki Muni memotong dengan nafas tersenga!2 — aku melihat api dan men¬dengar suara litir. —

— Kami telah melihatnya pula — sahut Argajaya.

— Kalau begitu, kita harus segera kembali. Kita hams segera melawan se rang an yang membabi buta itu. —

— Tunggu — potong Ki Tambak Wedi — jangan seperir nnak2 kehyUugan makanan. — Ki Tambak Wedi

berhenti sejenak, lalu — Kita tetap disini. Perintahkan dua orang untuk Tielihat apa yang lelah lerdiadi. —

— O, jadi kau menunggu seluruh padukuhan induk men jadi karang abang — teriak Ki Muni.

«— Cepat — Ki Tambak Wedi seolah2 tidak mendengar suara Ki Muni — kemudian mereka hams datang kemari lagi. Berkuda. —

Sejenak kemudian maka dua orang anak buah Sidanti meninggalkan pasukannya untuk kembali kepedukuhan induk. Mereka hams melihat apa yang telah terjadi. Dan merekapun harus yegera kembali, bahkan berkuda.

i8

"Apakah kita hMya akan menunggu saja semalam suntuk T bee tonya salah seorang dari mereka kepada Wigatri. "Kita hanya dapat menunggu. Aku dapat pesa/i, bahwa setiap gerakan yang okan kita lakukan, haras benkxarkan kepatla

Dengan demikian, maka kedua2nya segera bexlari2 kecUMemintas persawahan. Berfari2 sepanjang pematang dan melontiat! parit2 kecrl. Sementara itu dikejauhan masih dilihatnya warrta nierah menjilat langit.

Samekta dan para pemimpin pasukan Pengawal Tanah Per¬dikan Menoreh masili berada diiempatnya. Mereka rnenjadi berdebar2 ketika inereYea melihat, sama sekali tidak ada pembahar. pada gelar lawan ny a. Betapa gelisah oborobor yang melingkarr padesan itu. namun obor itu tidak beranviyak dari daerah Hngkaratrnya.

— Apakah Ki Tambak Wedi sama sekali tidak memperhatikan kebakaran itu — desis Wrahasta.

— Ki Tambak Wedi adalah orang yang cukup berpengala q man — sahut Samekta — mungkin ia sedang menimban<ymmbang. Mungkin ia sedang memerfntahkan satu dua orang untuk melihat apa yang sedang terjadi. Atau masih ada kemungkinan2 yang /ain. Tetapi aku yakin, bahwa yang terjadi akan berpengaruh pada lawan kita. —

Wrahasta tidak memiyawab. Tetapi tatapan matanya seo!ah2 meriyala memandangt obor2 Yany mawli saja berada diked yauh an.

— Kita tidak perlu memingguinya disini — berkata Samekta kemudian — kami akan mendapat iaporan segera apabila terjadi perubahan keadaan. Ditengah2 sawah itu bertebaran para petugas Sandi yang akan dapat memberitahukan setiap gerakan lawan. —

Wrahasta menganggukkan kepalanya — Baik. Sementara kita menunggu perkembangan keadaan. —

Samekta dan para pemimpin yang lainpun segera masuk dan kembali ketempat pimpinan. sementara para petugas tetap mengawasi keadaan dengan saksama.

Diluar padesan itu, agak dikejnuhan, Ki Tambak Wed» menunggu orang2nya dengan gelisah. Sementara itu Ki Muni menggerutu tidak habis2nya. Sedang Sidanti, Argajaya dan Ki Wasi duduk merenung sambil sekali2 mengawasi wama2 merah d Hang it.

Ketika mereka telah hampir kehilangan kesabaran, maka terdengarlah derap dua ekor kuda mendekat. Semakin lama semakin dekat. Ternyata mereka adalah dua orang petugas yang telah dfkrrim oleh Sidanti untuk mehhat keadaan.

— Apa yang telah terjadi? — bertanya Sidanti tidak sabar. Sebuah serangan dari sepasukan berkuda. — jawafe

saIah seoraiig dari mereka.

— Pasukan berkuda? — t&a2 Argajaya meloncat berdirf.

— Siapakah mereka itu ? — desak Sidanti.

— Kami tidak dapat menyebutkan, siapakah mereka itu. Ham lAr semua dari mereka memvkai secarik kain putih dilehemya, dan bahkan sebagian untuk nienutup wajah Tnereka sehingga hanya mata mereka sajalah yang tampak, —

Ki Tambak Wedi mengerutkan keningnya, sedang Sidanti dan Argajaya menggeram hampir bersamaan.

r* Jangan terkejut — Ki Tambak Wedi berkata d nada datar — Dalam keadaan yang sulit, orang2 Menoreh pasti telah membuat permainan yang rremuakkan. ~

*— Dalam sekaxatnya Argapati masih dapat membuat onar

— sahut Ki fiMHmi.

— Tetapi bukankah Arqapati telah mati. Kalau fedak semamaka pasti Mane tadi. Bukankah beg itu Ki Muni? — sahut

Sidanti yang mulai rnenjadi jengkel terhadap orang yang baniak bicara itu.

Mata Ki Muni terberalak nendengar katak.it.. Sidanti itu. Hampir saja ia berteriaik, tetapi ketika dilihatnya Ki Tambak Wedi maka maksudnya itupun diitrungkanriya.

— Siapa tahu — ia bergumram — tidak seorang pun mengerti apa yang sebenarnia telah terjaii dengan Argapati. Mungkin ia memang sudah mati sekarang. —

— Kita tidak berbicara tentang kemungkinan — sahul Sidanti — kita sekarang berbicara tentang semua persoaYan yang benar2 terjadi dan telah terjadi — lahy kepada kedua orang berkirda itu ia bertanya Apakah yang dapat kau katakan ten tang mereka itu 1 —

Kedua orang itu termenunq sejenak, lata — /Mtangkin bukan sesuatu yimg pepting untuk diketahui, tetapi yang kami dengar pada mereka, adaah sesuatu yang tidak lajim terjadi diatas Tanah Perdikan Menoreh ini —

T! Aipa, apa yang kau dennar itu ?

Diantara mereka terdapat beberapa orang yang bersenjata cambuk. Demikian keterangan yang aku dengar dari mexeka yang melihat langsung orang2 berkuda itu. —

Hampir bersamaan Ki Tambak Wedi, Argajaya dan Sidanti lerluncat ruaju. Dan hampir hersamaan pula mereka bertanya

— Orang bercambuk? —

— Yo. —jawab orang itu Tapi ia sendiri rnenjadi heran. Kenapa Ki Tambak Wedi, Sidanti, dan Axgajaya terperanjat mendengar keterangannfa.

— Apakah kau berkata sebenarnya ? — bertanya Sidanti.

— Demikinnlah menunit pendengarankiu. Aku sendfri tidak

5i

iempat menyaksikan. Ketika aku sampai drtempat itu mereka telah pergi sambE meninggalkan apL —

Teroyata berila itu bagi Ki Tamfeek Wedi, Sidanti dan Arga

jaya adalah berita yang mendebarkan jantung. Meskipun mereka

belum dapat meyakinkan perasaan mereka, tapi tanggapan mereka

atas berita itu langsung meloncat ke pertstiwa2 yang pemah ter

jadi diseberang alas Mentaok. #

Dua oiang yang bertugas radihat keadaan dan mengabarkan aai itu menjadi semakin herao. Agaknya senjata cambuk itu lienar2 telah menarik perhatian. Bahkan seorang yang telah hampir inumpuni seperi) Ki Tambak Wedipun masih juga terkejut mendengar berita tentang cambuk itu.

Sementara itu Ki Tambak Wedi, Sidanti dan Argajaya saling !>erpandaugan sejenak. Meskipun mereka tidak mengucapkan kala2, tetapi seo!ah2 mereka telah berbicara panjang lebar ten tang segala macam kemungkinan

Dan sejenak kemudian Ki Tambak Wedi bertanya — Apa kah yang sudah ditakukan oleh orang2 yang bersenjata cambuk tu ? Apaknh mereka, membiutuh lawan2nya atau membuat para peronda ketakuian ? —

Saah seorang dari kedua petugas itu menjawab — Tidak Kiai. Mexeka tidak berbuat apaapa. Memang mereka

berkdahi sejenak. Hanya sejenak, karena kemampuan mereka »>!ah2 tidak terlawan, sedang senjata mereka iang aneh itu teriampau alias Tetapi mereka tidak membunuh seorangpun. Mereka hanya aiembakar dua bunh gubug kecil yang sudah hampir roboh, sebunh gardu dan dua buah kandang kuda yang kosoog, karena kuda2nya telah dikumipurkan dan dipakai oleh pasukan kita. —

Sekali lagi Ki Tambak Wedi menggeram. Mereka tidak melihat apa yang telah terjadi. Tetapi qambaran itu samakin aiendekatkannya kepada suatu dugaan tentang seseorang yang paling dibeniyinya selama Ini, sejak ia berada di Tambak Wedi. rlahwa orang2 yang bersenjata cambuk itu tidak melakukan pembunuhan dan sekedar membakar barang2 yang tidak penting y«olah2 sengaja dipilihnla, semakin menguatkan dugaannya atas aifat dan watak orang ttu.

— Apakah pasukan ket|i1 yang telah aku persiapkan di Pucang Kembar juga telah diblnasakan oleh orang yang bersendfata cambuk itu 7 — pertanyaan Itu telah turabuh dihati Ki Tambak Wedt Sedang Sidanti dan Argajaya seo5ah2 telah di tiengkam oleh suatu perasaan |ang tidak menentu.

Dengan demikian maka sejenak para pemimpin dari pasukan yang menentang kekuasaan Argapati itu terdiam dalam cengkamao • •; ■ yang menggeiora.

— Aku tidak tahu, apakah yang sebenamya telah terjadi — aertanya Ki Muni — kenapa berita tentang orang 2 yang bersen¬jata cambuk itu taaiipaknya teriampau memhingungkan, bahkan roentiemaskan ?. —

Ki T..mbak Wedi berpallng. Kaoanya — Pada saatnya kau akan tahu. bahwa pengetahuanmu tentang obat2an itu sama sekab t.dak berarti dibandingkan dengan orang yang bersenjata cam¬buk itu. —

— He, srapakah orang rtu ? —

— Belum past. Tetapi sebaiknya kau dan Ki Wasi pada •aatnya berkenalan dengannya.

Ki Wasi mengerutkan keningnya. Dengan mgu2 iapun ber¬tanya — Siapakah orang itu ? —

Tetapi Ki Tambak Wedi menggelengkan kenadanyi — Aku tidak tahu. Semuanya masih sekedar dugaan. Kalau aku telah melihat sendiri, maka semua akan menjadi jeYas.

— Tetapi bagaimana Ki Tambak Wedi akan melihat mereka 7 Apakah gerakan mereka dapat diduga sebdurnnya? — bertanya Ki Wast kemudian.

Perlaniaan iitu memang sulit untuk dijawab. Metekipun demikian Ki Tambak Wedi berkata ■— Kit3 harus herusaha. Tepatnya aku akan berusaha supaya suatu ketika aku dapat bertemu drngan mereka dimanapun —

Ki Wasi n»engnngguk2kan kepalanya. Sementara itu Ki Muni msju bel!erop3 langkah — Ki Tambak Wedi. tidak fteorangpnn dldunia ini yang dapat melampaui kerxmdaian Kl Muni dalam hal ••v.t2an. Mungkin aku tidak dapat mengnflahkan Ki Tambak Wedi dalam oYah kanuragan. Tegasnya kalau kita berkelahi dengan pedang, maka aku pasti akan kalah. TeHapi aku punya cara lain enfmt mengnlahkan lawanku. Ylmu itu tidak akan dapat dilawan. Seperti rhnu obat2an yang aku miliki, Aku menfruasai segala macam racun dan penawamya, segala macam devlaunan dan akar2an, Usa ular, ku.nbang. kemiaoe.i, kada! hjau berher merah, **rmit saYaka, lnba2 hijau bergelang perak dan segala macam binaiang. Tidak ada seorangpun yang raampu roenguasai imu seoerri itu. —

— Kita tidak perlu segala macam ilmu tetek bengek itu — potong Sidanti dengan kesalnya — aku memerlukan kekuatan iang dapat mengalahkan orang2 yang bersenjata camrntk ttu Habis peikara. Aku tidak peduli dengan apa ia melawan. Dengan pedang, dengan lombak, atau dengan mulutnya. —

Wajah Ki Muni itu serosa disengat oleh api. Sejenak ia terdiri tegak ditempatnya, seperti tonggak yang mati. Betapa dada nya menggelota, namun mulutnya serasa terkunci.

Ki Tambak Wedi rnenjadi be rdebardebar juga mendeny.tr kata2 Sfldanti yang terlampau tajam itu, sehingga ia raencoba untuk menenangkan gelora didada Ki Muni — Jagalah sedikit perasnanmu Sidanti. Kita masih belum tahu pasti siapa orang itu. Kegelisahanmu terlampau berlebih2an sehingga kau tidak sadar tagi apa yang kau ucapkan —

S.danti sudah hampir membuka niuhitnya. namun Ki Tambak Wedi segera niendahului — Tetapi yang penting sekarang. ana yang perttama tama harus kita lakukan. —

Ki Muni masih mengatupkan mulutnya ra|>at2. Tetapi ia

memang tidak dapat berbuat npa2, selagi Ki Tambak Wedi masih

ada didekatnya. Ia merasa cukup mampu untuk membungkam

iiulut Sidanti yang menyakitkan hati itu. tetapi tem;rdap Ki Tam

bak Wedi ia merasa sama sekali tidak akan mampu mengimbangi

n|a. hulah sebabnya ia terpaksa miniimnan segala macam pemsa

ui didalam dadanya. /

Namur. didalam hatinyn ia bergumam — Pada suatu saat anak itu pasti akan berlutut sambil minta roaaf kepadaku, apabila neu dapat membuktikan, bahwa dengan ilmuku aku mampu memliunuh stapapun juga dari kejauhan. Kalau benar ada orang2 bercambuk itu, aku dapat menggendamnya sehingga tanpa sesadarnyn mereka akan datang kepadaku. Mudah2an hatinya tidak •erlapis baja, sehingga hal itu mungkan aku lakukan. Sesuatu youg tidak akan terjadi pada Argapati yang berhati teguh itu. — Berita tentang orang2 yang bersenjata cambuk itu benar2

eencapai sasarannya. Ternyata sejak saal itu, maka nertim

•barKyan Ki Tambak Wedi rnenjadi semakin jelimet. la tidak dapat berbuat dengan terqesa2 dan tidak dapat terlampau p*r

tuia bahwa Ki Airgapati benar2 akan mati.

— Setan bercambuk itu adalah dukun yang hampir tidak ada duanya — desisnya — kalau benar2 ta berada di Menoreh, maka keadaan akan rnenjadi lain. Aku harus lebih berhati2. —

Sidanti yang duduk disampingnya tidak menyahut. Namun kuutmerut dikeningnya membayangkan betapa hatinya bergolak deugau dahsyatnya.

— Aku harus berusaha melihat. apakah dugaanku benar. — roerkata Ki Tamfeak Wedi — kalau kita hanya duakuttnkuti oleh

bayangan kita sendiri, maka kita adalah orang yang paling bodoh dimuka bumi ini. —

Demikianlah Ki Tambak Wedi benar2 bertekad untuk dapat

melihat sendiri, siapakah orang yang bersenjata cambuk itu

Dengan demikian maka dimalam berikutnya ia trdak ikut bersam?

pasukan Sidanti yang masih berusaha memirunkan ketabahan hac

,.ora pengawal Tanah Perdikan (Menoreh dengan mengepung

; usat pertahanannya. Pasukannya kali itu dipercayakannya kepada

Sidanti dan Argajaya, didampingi oleh Ki Wasi dan Ki Muni

heserta beberapa orang yang datang dari luar Tanah Perdikan

Menoreh. *

Ki Tambak Wedi sendiri telah menyusup ketempat yang mungkin akan didatangi atau dilewati pasukan berkuda yang semaYam telah membakar beberapa buah kandang dan gardu. Mungkin mereka akan kembali lagi alau pergi kedaerah dtseki lanca.

Sebelum itu Ki Tambak Wedi telah memerlukan meuemui Ki Peda Sura untuk meynkinkan pemlengarannya tentang lawan Ki Peda Sura.

— Seorang anak muda — jawab Ki Peda Sum. "Sebenarnya in tidak senang untuk menyebutnya karena harga dirinya.

— Apakah Ki Peda Sura dapat mengenal cirinya? —

— Trdak ada kekhususanuya. Ia adalah seorang anak muda yang mengagumkan. Lebih tangkas dari Pandan Wangi. sehingga mereka berdua berhasil mehikai aku. —

— Apakah kau dapat menyebutkan sesuatu yang aneh atau iang agak lain dari para pengawal Tanah Perdikan ? —

— Aku yakin. ia bukan anak Tanah Perdikan ini. —

— Apakah jerus senjatania? —

Ki Peda Sura tidak segera menjawab. Sebenarnya terlampau Wrat untuk menyebutkan bahwa anak muda itu bersenjntakan ?i*mbuk. Hanya sekedar cambuk.

Tetapi karena Ki Tambak Wedi selahi mendesaknya, maka .nau tidak mau ia mengatakannya juga — Memang aneh. Senjata anak muda itu adalah sehuah cambuk

Cambuk yang her■■ untai panjang dan bertangkj pendek. —

Dada Ki Tambak Wedi beidesir mendengar jawaban itu. Keyakinannya tentang lawannya yang paling diseganinya diseberang Alas ■Mentaok rnenjadi semakin nyata terbayang dikepalanya. Karena itu, maka tiba2 orang tua itu menggeram.

— Apakah kau pernah melihat atau mendengar sesuatu ten tang orang yang bersenjata cambuk itu ? — bertanya Ki Peda •Sura.

Ki Tambak Wedi lidak menjawab pertanyaan itu, tetapi tat justru minia diri dan berkata — Aku akan melihat, apakah yang sebenamya sedang k.t.i hadapi ini. Apakah kita sedang berha.lapan dengan keiinci atau dengan harimau loreng. *—

Ki Peda Sura yang masih belum sernbuh benar heran men¬dengar kata2 itu. Tetapi ia tidak sempat bertanya sesuatu karena Ki Tambak Wedi segera pergi meninggaSeannya. •

Tetapi sayang. bahwa malam itu Ki Tambak Wedi tidak bertemu dengan orang2 berkuda dan yang diantara mereka iiu bersenjata cambuk. Ternyata orang2 berkuda

itu telah menempuh jalan yang lain sama sekali dari jalan yang diduga oleh Ki Tam¬bak Wedi. Orang2 berkuda itu sama sekali tidak menimbulkani kerusakan dan bencana apapun, Mereka hanya mendatangi bebe¬rapa gardu. Membentak para peronda yang sebenamya mereka letahui dengan pasti, bahwa orang2 itu berpihak kepada Sidanti, tetapi mereka sama sekali tidak dilukainya.

Seperti pada saat ia datang dengan t<*batiba. maka dengan tiba2 pula mereka pergi sasnbil meninggalkan getar yang meledak dari ujunq2 cambuk mereka.

~ Beberapa orang bersenjata cambuk — blsik para pe¬ronda itu.

Kawannya menganggukkan kepalanya sambil meraba lehemya — He, apakah lehermti ini tidak putus? ~

— Kenapa ? — bertanya yang 1a>n.

— Seharusnya mereka menyerrrbeTih kita seperti menienuVlih Kmm. Tetapi mereka pergi tanpa berbuat sesuatu. —

Keheranan yang ternyata merata d; beberapa gardu fang lain. Agoknya orang2 berkuda dan bercambuk itu telah mendatangi beberapa buah aardu ber*turut2.

Sebenarnyalah bahwa orang2 berkuda itu telah mendapat pesan dari Ki Argapati untuk tidak membunuh apabiia tidak terpaksa. Mereka yang menyaksikan kehadiran orang2 berkuda itu harus dibiarkan hlduo supaya mereka dapat bercerilera tentang apa yang diihatnya. Tentang orang2 berkuda dan tentang orang >ang bersenjata cambuk.

Ketika laporan itu sampai ketelinga Ki Tambak Wedi, maka kemarahannyapun meluap ryampai keubun2. Memang teriampau suht baginya untuk menjelajahi daerah seluas Tanah Perdikan Menoreh untuk berusaha bertemu dengan orang2 berkuda yang r»empunyai tujuan tidak menentu itu.

— Aku akan menjelajahi daerah ini malam nanti dengan kuda pula. Aku akan menyilang semua jalan dan iorongIorong.

menggetam.

— Aku ikut pergi bersama gum — minta Sidanti.

— Kau tetap berada dipasukanmu. Kalau desa itu tidak kita kepung mungkin pasukan berkuda itupun tidak bergerak. — ber¬kata Ki Tambak Wedi kemudian — kau tidak usah mencemaskan ku. Aku pasti bahwa seandainya dugaan kita benar. yang pergi oersama orang2 berkuda itu bukan yang tua. Tetapi anak? yang masih 1 ! ■ 111■ i naias mudamu. —

DemYkianlun maka pada malam berykutnya, Ki Tambak Wedi benar2 pergi seorang diri diatas pungguiiu kuda, menyelusuri ja Ian dan lorong, untuk menemukan serombongan pasukan berkuda aiig berkeiiaran di Tanah Perdikan Menoreh dimalam hari. Tetapi usaha Ki Tambak Wedi itu tidak segera dapat berhasil. karena ada berratus2 jalan silang menyilang diatas Tanah Perdkan Menoreh.

Namun sementara itu kekuaaau Argapati benar2 lelah terlining dalam daerah yang sangat sempit. Disiang hari pasukan pengawal Tanah Perdikan Menoreh kadang2 dapat berhubungan dengan padesan2 disekitar tempat mereka bertahan. Namun «emakiil lama orang2 dipadesau itupun menjadi semakin kelakul an. Oraney2 Sidanti selalu mengancam siapa saja yang berhu hungan dengan para pengawal Tanah Perdikan Menoreh. t Apa lag i bagi mereka yang bersedia memberikan perbekaian. Meskipun

de¬mikian, masih juga ada orang2 yang dengan beraninya berusaha tuembantu para pengawal yang seolah2 lerkurung dalam pemu solan pasukannya.

Sementara itu luka Ki Argapati sendiri menjadi semakin >erangsur berkurang. Tetapi betapa lantbatnya perkembangan kefeliatannya, karena obat yang diterimanya dari orang bercambuk itu seolah2 sudah tidak dapat membantunya sama sekali. Ke kuatannya menjadi hambar selelah berhari2 melekat diatas luka. Namun luka ytu kini tidak lagi berbahaya bagi jiwanya. Luk.i itu kini telah menjadi luka biasa, karena racunflya telah menHyadi tawar. Meskipun demikian, luka biasa yang sekian panjang dan dalamnya didada. adalah luka yang teriampau parah.

Persoalan2 itu, tentang luka. tentang bahan makanan yang taenipis, tentang kesempatan bergerak yang semakin sempit, dan lentang berbagai macam hal, selalu menimbulkan masalah bagi para pemimpin pasukan Pengawal Tanah Perdikan. Setiap hari mereka berusaha mencari pemecahan yang paling baik yang da¬pat dilakukan. Tetapi mereka masih belum menemukan jaton

iang lurus dan iapang, Yang dapat mereka lakukan. .adalah mengatasi keaulitan buat sementara dan sementara.

Namun apa fang didengar oleh Argapac, dapat memberinya sedtkrt Kara pan. Ternyata beberapa petugas sandinya telah meaagkap hasil usahanya, gelar sandi. Orang2 diseluruh rvfenoreh kiny membiiyarakan orang2 berkuda, dan orang2 yang ada dian¬tara mereka, yang mempergunakan cambuk sebagai senjata menonjolkan senjata2 cambuk itu. sehingga benar2 berkesan pada orang 2 fang melihatnya dan bahkan mengalami sekali dua kali dlsengat oleh ujung senjata yang aneh itu. Tetapi kesan mereka pada umumnya adalah. menganggap orang2 berkuda dan terutama orang yang bersenjatakan cambuk itu terlampau aneh.

Ternyata berita tentang orang2 beriambuk itu benar2 telah .nerata sebelum Ki Tambak Wedi berhasil menemukan mereka pada su saat. Hampir saja Ki Tambak Wedi menjadT jemu. Namun adalah tugasnya untuk bemsaha memecahkan tekatekl tentang orang2 berkuda itu.

— Kalau aku tidak segera berhasil menemukan mereka, aku harus berada dimuUit sumbernyn, sehingga aku dapat melihat me¬reka keluar dari padesan itu. dan mengikuti sampai jarak fang cukup, meskipun dapat berakibat. mereka membatalkan perdialanan mereka anabia mereka *mer3sa seseorano menaikuti mereka. — berkata Ki Tambak Wedi dalam hatinya. Memana agak sulit baqinfa untuk menaikuti mereka dengan berkuda pula tanpa diketahui oeh oranq2 berkuda Itu sampai jarak (ana cukup diauh dari padesan tempat pasukan penonwaT tang masih setia kepada Arqapali itu bertahan. Tetapi apabila tidak ada diaran lain yang daoat ditrrrmih. maVa jalan itupun akan dflalukannia. Sudah tentu Ki Tambak Wedi tidak akan menqhentikan orang2 ber¬kuda Itn selaai mereka masih l>erada disekitar pemusatnn pasukan Menoreh itu Sebab denoan demikian, mereka masih akan dapat memherkan tand*2 sandi untuk mengundang orano2 tua fang mungkin beTada ditempat itu, temtama omng bertfambuk itu.

Tetaoi terniata berita tentana orana2 iang bersendiata cam¬buk itu tidak hanya men eaeti sahkan Ki Tambak Wedi saja. Pada saat Ki Tambak Wedi bemsaha mati2an untuk menjumpai mereka, maka disebuah gubug teroentlll, disudtit desa yang kecil, dua orang anak muda

sedang duduk menghadapi seorang • ua yano duduk teoekur diatas skhelai b*kar yang dibentangkan diatas jeraml kerlng.

— Kami juga telah mendengar gum — berkata salah se¬orang anak muda yang menyebut dirinfa bernama Gupita,

5*

— Hampir setiap mulut mengatakan tentang serombongan orang2 berkuda dan bersenjata cambuk ~ sambung yang lain, seorang anak muda gemuk bulat, dan menamakan dirlnya Gupala.

Orang tua itu mngangguWkan kepalanya, Katanya — Apa¬kah kita terpaksa mdibatkaa diri kita dengan langsung kedalam peisoalan ini ? —

— Kita tidak akan dapat tinggal diam, gum — sahut Gu¬pita — kita akan berkepenlingnn lanefsung. Apakah kita dapat melihat Sidanti dan Ki Tambak Wedi menguasai daerah ini 7 —

Orang tua itu tidak segera menjawab. Dan Gupita melanjutkannya .— Kalau kali ini mereka berhasil, maka mereka akan menginginkan lebih banyak lagi. —

— Mereka akan melintasi alas Mentaok guru. Prambanan i.kan terancam dan Sangkal Putung adalah ipancadan yang pa¬ling baik untuk pergi ke Pad yang. y*

— Ya. ia — jawab orang tua itu — kalian benar. —

— Adalah kuwajiban kita untuk berbuat sesuatu disini. —

Orang tua itu masih menqangguk2kan kepalanya. Namun kemudian ia berkata — Tetapi aku meniesal, cara yang ditempuh oleh Arqapati itu seolah2 telah meniudutkan kita kedalam per¬soalan ini. Apaoun iang akan kita lakukan, kesan yang didapat oeh Ki Tambak Vedi adalah. bahwa orang2 fana bersenjata cambuk itu telah Tkut serta secara lanosunn Munrrkn Aroapati a.enaanggap. dan memperhitungkan, bahwa Ki Tambak Wedipun ternah mendenaar dan menaenal orano2 iana bersendiata cam¬buk. Sekaiipun tiara ini joakai oVh Ki AtraapatT untiik memaksa wang2 bercambuk yang sfsungquhnla untuk tamnil diarena. —

Kedua anak2 muda yanq bernama Gupita dan Gupala Itupun lnenundukkan kepalanya dalam2. Mereka menyadari kebenaran Kata2 gurunya. Tetapi doronqan didalam hati mereka sendiri menghendaki, agar mereka secara langsung ikut serta didalam persoaan ini Apalagi

anak r«uda tang gemuk itu, yang merasa langsung teraniiam apabila Sidanti benar2 dapat menguasai Ta¬nah Perdikan yang besar ini.

Namun roer»ka tfdak berani menekankan pendapat mereka. Merekapun meniadari bahwa gumnfa itu sebenarnia tiondong kepada sikapnya pula Tetapi sebagai orang tua, gurunya pasti jauh lebih berhat*2 daripada mereka sendtri.

— Sekarang kita tidak dapat menqhindar laai — berkata orang tua itu selanjutnya — sehingga mau tidak mau kita hams aienentukan sikap. —

— Apakah yang akan kita lakukan guru? — bertanya Gu¬pita.

5Q

— Kita terpaksa melibatkan din kita. Meskipun demikian kita tidak akan berbuat tergesa2. — jawab gurunya.

— Tetapi keaddan teldh uiemaudlat semakin panas. Kalau malam Yang pertama sejak Argapati terluka Itu • Ki Tambak Wedi mengarabil langkali yang benar. maka Ki Gede Menoreh pasti akan menjadi semakin parah. Bukan saja lukanya. tetapi Iyuga kedudukannya. —

Guruuya men3angguk2kan kepalanya. Katanya — Kita su¬dah lentu tidak akan membiarkannya. Aku melihat keragu2an sikap Tambak Wedi pada malam itu. menilik gelar yang diper uunakan, sehmgga aku pasti hahwy Tambak Wedi tidak akan segera berbuat sesuatu. Kegagalan Tambak Wedi d Pucang Kembar pasti diperhitungkanuya juga. Kemudian kekalahan Ki Peda Sura dan tanda2 Iain yang dapat menghambat maksud Ki Tambak Wedi, ditambah kecerdasan berpikir orang2 Argapaii dengan iryembeiltuk pasukan berkuda itu. Apaiagi Argapaii telali t»embual tiruau dari orang2 yang bersenjata cambuk seperti kita. Sekaligus ia mendapat dua keuntungan. Ia dapat membuat Ki Tambak Wedi semakin ragu2. dan memaksa kita untuk tampil.

Kedua anak2 muda itu mengangguk2kan kepalanya. Tetapi mereka tidak segera meniahut.

— Sekaiang — berkaia orang tua itu — kita harus mulai. Tetapi kita tidak akan dapai dengan sertamerta

datang menemui Argapati. Kita harus mkhhai v.iasana lebih dahulu, semrntara Ki Tambak Wedi jangan melihal lebih dahulu, bahwa kita skhenar iiya hadfr disini. —

— Tetapi bagaioianakah kalau Ki Tambak Wedi itu segera lahu bahwa oraug2 berkuda itu sama sekali bukan orang2 yang dtbayangkanr.ya ? Bukankah dengan demikian ia atati segera me¬nyerang Ki Argapati? — bertanya Gupita

— Mungkin — jawab gurunya — kitapun tidak akan me r.unda teriampau lama, DaYam pada itu. obat yang kita berikan kepada Ki Argapati itupun pasti sudah hambar. Ia memerlukan obat baru. MudahZan tidak ada orang lain yang mencampur obat iiu dengan jenis obat2an yang lain iang dapat memperlemah daya penyembuhnya atat bahkan saling memunahkan. Dan inudah2au tidak pula disusupi oleh obat dari Ki Wasi atau !ebih2 lagi Ki Muni. —

— Jadi, apakah kita akan meuemui Ki Argapati untuk me ayerahkan obat itu? — bertanya Gupala.

— Ia — javab gurunya — tetapi kita memerlukan cara yang tidak teriampau kasar.

— Maksud gynv —

SaiaYi seorang dan kita harus dapat melihat auosana lebih dahulu, supaya kita tidak menemukan kesulitan. Kita mint a .vaktu kepada Argapati. kapan ia dapat meerima kita. Kalau tr Yak, mungkin kita akan berurusan dengan para peronda dan para • •engawal. Apabiia demikian keadaan kita akan dapat menjadi sulit, sebnb meieka sama sekali belum mengena! kita. —

Kedua muridnya mengaiigguk2kan kepalanya. Dan sejenak kemudian Gupala berkata — Bniklnh. Aku akan nencobn men caii kesempatan untuk bertemu dengan Ki Argapati. —

— Jangan kau Gupala. —

— Kenapa guru ? —

— Bentuk lubuhmu teriampau mudah untuk dikenal. Setiap nrang akan mengatakan bahwa satu diantara orang2 bercambuk iiu bertubuh gemuk bulat. Nah, setiap orang akan segera melgenal. siapa kau sebenamya. —

— Bukankah kita tidak berkeberatan guru, seandainya Ki Tambak Wedi segera mengetahui. —

— Sementara ini jangan. Aku sebenamya seuang juga .i.eiyhat Tambak Wedi kebinguiigan. Semalam aku melihat ia birpacu dengan kudanya seperti orang gila. iMungkin ia ingin

iiembuktikan dengan mata kepalanya sendiri, siapakah sebenar iiya orang2 bercambuk itu. Kalau ia segera menemukan kepastian .\ arena orang2nya meng»»nA!m», maka ia akan segera menentukan

;ikap. Apapun yang akan dilakukannya. —

Gupaia menarik nafas dalam 2. Tanpa disengajanya, ia memandangi anggauta badanuya. Tangannya yang sebesar pering petting, knki2nya dan jari2nya. — Hem — ya menarik nafas dalwo2.

— Jadi, kakang Gupita lag! yang mendapBt kesempatan ky.*i ini seperti waktu yang terdahuiu ? —

Gurunya terseuyum, dan Gupitopun tersenyum. —• Balklah. — Gupala seakau2 mengeluh.

— Lain kali kau akan mendapat kesempatan pua daram lug as yang yang lain. —

Gupala mengangguk2kan kepalanya, meskipun sorol mata 1.. membayangkan hatinya yang kecewa.

— Kapan aku hams membawa obat itu guru? — bertanya Gupita,

— Segera, Tetapi kau harus berusaha, bahwa kau akau her Uuiu deugan Ki Argapati senjri. Aku akan mengawasi kau dari

rtedfauhttn bersoma Gupala, —>

~ Tetapi — tiba2 Gupftln memotong — Ki Argapati ju* iru pernah mengenal aku. —

M

— Tetapi bukan petugas sandi Ki Tambak Wedi. Kalau saiah seorang dari mereka melihat kau dan mengatakannya kepada Kl Tambak Wedi, maka segera Ki Tambak Wedi yakin, bahwa orang bercambuk yang gemuk bulat itu adalah kau. Sudah tentu bersaroa kita semua. —

Gupala tidak segera menyahut. Tetapi ia trdak mengerti. kuiapa gurunya berkeberatan. Bukankah pada saatnya nanti Ki Tambak Wedi akan tahu juga bahwa mereka berada di Tanah Perdikan Menoreh ini bersama2?

Namun demikian Gupala memang harus memaluhinya. Se¬hingga betapa ia berkeinginan untuk berperanan, namun niat itu hoi us disimpannya saja didalam hati.

Maka seLeiah menyediakan beberapa jenis obat2an yang ak.an dapat menolong Ki Argapati dan iukanya yang parah, maka Gupitapun segera harus berangkat. Gurunya memberinya bebera¬pa mat yam pesan apabila ia menghadapi kesulitan. Sementara ia mendekali padesan tempat pemusatan pasukan Tanah Perdikan Nienoreh, gurunya dan Gupala akan mengawasinya dari kejauhan.

— Kalau kau benar2 tidak dapat mengatasi kesulitan yang ditang dengan t;ba2, maka panggillah kami dengan led akan cambufeanu — pesan gurunya — Kami lidak akan tenampau jauh d&ripadamu. —*

~ Baik guru — jawab Gupita yang segera minla diri ke¬pada gurunya dan kepada adik seperguruannya.

Dengan hau2 Gupita, gembala yang bersenjata cambuk iupun segera pergi mendekati padukuhan tempat pemusatan para pengawal Tanah Perdikan Menoreh. Tetapi kali ini ia tidak menibuwa seekor ambiegpun. Ia harus dapat menerobos masuk dan menyerahkan obat itu kepada Ki Argapati sendiri sambil membicarakan

kemungkinan, bahwa gurunya akan datang sendiri untuk y..tnemui Ki Argapati.

Dipadukuhan yang dilingkari dengan pohon pering ori, para pemimpin paeukan pengawal selalu dipeningkan oleh kesuhtan2 yang setiap saat timbul. Kekurangan makanan telah mulai membicuug, meskipun ddumbung masih ada persediaan. Namun persediaan itu teieti menipis. Sedang tidak seorangpun dari orang2 puikuhan itu yang dapat keluar untuk menggarap sawah mereka, karena dengan demikian akan dapat membayangkan kedudukan para prajurit. Yang mereka harapkan adalah bantuan bahan makanan dari daerah disekitar desa itu, yang kini semakin ketat diowasi o*eh orang2 Sidanti yang agaknya lebih leluasa berkeliaran hampir disemruh daerah Tanah Perdikan ini

«

Selaiu maaalah2 yang tumbuh pada lingkungan pasukan ilu sendiri, maka Pandan Wangi juga dibebani oleh persoalan prib**l yagn kauang2 membuatnya kehilangan akal. Sebagai seorang gadis, kadang2 Pandan Wangi mengurung dirinya dsdaiam biukn?a sambil menaegis, Pertanyaan Wrahasta benar2 telah membaatnya Iyemas. Tetapi sampai begitu jauh, ia sama sekali tidak beram

mengatakannya kepada ayahnya. Sehingga kegelapan bait itu disimpannya sendiri didalam dadanya.

■Mas3Yaii2 yang menyangkut Tanah Perdikan Menoreh dapat diperbiucangkannya dengan banyak orang. Betapapun berat, nayaun agak lapanglah rasa dadanya, karena beban itu ditanggungkan oleh orung2 iain pula. Tetapi beban perasaannya yang satu uii sama sekali harus diptkulnya sendiri. Tidak ada kawan untuk berbagi. Ayahnya juga tidak. Karena luka ayahnya sendiri masih cukup parah, sedang obatnyapun telah hampir punah daya peiiyembuluiya. Dengan demikian ia tidak sampai hati untuk menambah beban perasaan Argapati yang sedang disaput oleh kepnhaUuau itu.

Untuk sementara yang dapat dilakukan oleh Pandan Wangi adalah selalu berusaha untuk menghindari pertemuan seorang dengan seorang dari Wrahasta. Setiap kali ia selalu berusaha untuk berada didekat Kerti atau Samekta, bahkan pemimpin pa»ukan yang lain kecuali Wrahasta, meskipun ia berusaha sedapat2 di.akukan, untuk tidak memmbuliean kesan yang menyakitIean hati pada anak muda yang bertubuh raksasa itu.

Sebenarnyalah bahwa Wrahasta selalu mencari kesempatan untuk dapat menemui Pandan Wangi seorang

diri. Namun usa.>anya ilu masih belum pernah berhasil. Setiap kali pasti ada orang lain diantara mereka. Dan orang lain itu rasa2nya benar2 uengganggunya.

Dislang hari, Pandan Wangi lebih banyak bersaraa2 dengan ymomonguya yang tua. Kerti. Hampir setiap saat Kerti seYalu Uibawanya. Meskipun tidak jelas, tetapi Pandan Wangi telah membayangkan kesulitannya kepada orang tua itu, Tetapi dimalam hari, Kerti selalu berada didesa sebelah untuk memimpin pasukan yang mengawal keluarga dalam >pengungsian.

~ Apakah paman Kerti harus berlugas disana setiap maam i bertanya Pandan Wangi ketika mereka bersama2 berYiri dimulut regol.

Kerti menganggukkan kepalanya sambil menjawab — Ya, aku harus pergi kesana. —

— Apakah tidak dapat secara bergilir, orang lain yang harus memimpin pasukan itu ? —

6S

— Tentu saja dapat — jawab Kerti — ielapi kini masih beiuui waktunya. —

Panden Wangi menarik nafas dalam2. Ketika ia menengadahkan wEjahnya, dihhatnya ma.tahari sedang memanjat langit. 7 yahayanya masyh belum teriampau panas, uamun kecerahan sinarB|a membvat dedaunan seakan2 ikut bexsinar,

Namun Pandan Wangi itu tiba2 menarik nafas dalam2, Ia tidak sempat menikmati cahaya pagi yaug segar ini sepuas2nya seperti ketika Tanah Perdikan ini masih belum dibakar oleh api ksdengkian dan nafsu. Ketika itu, apabiia ia berpakaiany seperti yang dikenakannya kini, adalah saat2 yang menyen&ngkan. Karena dengan pakaian ini ia pasti berada dipadang perburuaa bersamn Kerti dan satu dua pengawal. Tetapi kini tidak. Kalau kali ini ■a berada dipadang perburuan, adalah perburuan yaug paling buas yang ;dikeralnya. Berburu sesamanya. Manusia.

Angayi2 itu telah membuat Pandan Wangi menjadi semakin muram, Dengan mata yang sayu ditatapnya sinar matahari yang jatuh diatas reruuiputan liar ditanah persawahan yang tidak sem¬pat disentuh oleh tang an.

— Tanah itu benar telah kering — desisnya.

Kerti berpaling. Ia mendengar suara Pandan Wangi, tetapi i.i tidak segera menyahut.

Tetapi tibatiba Pandan Wangi itu mengangkat wajahnya. Sesuatu telah. menyentuh hatinya lewat telinganya. Suara seruling.

Mula2 Pandan Wangi ragu2 atas pendengarannya sendiri. Didalam keadaan serupa ini, apakah ada seseorang yang sempat meniup serulingnya? Apalagi suaea itu datang dari arah luar benteng bambu berduri yang raeugelilingi desa itu

Tiba2 teringat olehnya seorang gembala yang Masa bermainZ dengan serulingnya. Ia pemah menemui gembala itu bermain tending dimuka pasukan pengawal Tanah Perdikan ini yang sudah •dalam kesiagaan tertinggi sewaktu masih berada diinduk Tanah Perdikan. Gembala itu bermairi dengan nyamamiya. seolah2 tidak lerjadi sesuatu disekitamya.

Kini, ia mendengar suara seruling itu pula. Juga dihadapan hidung para pengawal yang sedang dalam kesiagaan tertinggi.

Dalam kepimbangani itu Pandan Wangi berpaling, memanyangi wajah Kerti. Sekilas Pandan Waugi melihat kening orang tua itu bergerak2. Dan tanpa disadarinya ia bertanya — Apakah ,. aman Kerti mendeiiueii sesuatu? —

Kerti mengangguk ragu, Namun ia menjawab — Aku men¬dengar suara seruling dari balik rerungkudan ditengah2 sawah yang tidak digarap itu. — lyeper&i puda $<;at ia datang dengaii tiB$2t maka dengan ubo2 ptda, mereka peegi sambil meninggalkan geter yang meledak dari ujtmg2 cambuk mereka. "Beberapa orang bersenjata cambuk \" desis para per&ida itu. Kawannya menganggukkan kepalanya sambif meraba Zekernya, "He, apakah teherku ini tidak putusT

— Ya, aku mendengarnya pula — berkata Pandan Wang Y kemudian.

— Aneh — desis Kerti. ~

Pandan Wangi tidak segera menyahut. Drdengarkannya suara sending itu dengan seksama. Semakin lama rnenjadi semakin ntata mengalun bersama angin yang berhembus dari Utara. Kadangkadang meninggi, kemudian turun merendah, seperti kegeliaahan yang sedang merayap dihati Pandan Wangi.

— Gembala itu pula —■ berkata Pandan Wangi lambat, ~ Gembaia yang inana Wangi? —

Pandan Wangi menarik nafas da>am2. Dengan nada datar Ya menjawab — Paman Samekta pernah melihatnya. —

Lalu — Apakah paman Kerti tidak melihatnya ketika aku menjumpainya dtpinggir padukuhan induk Tanah Perdikan ini, dahulu ? —

Kerti mengerutkan keningnya.

— Mungkin paman memang tidak ada waktu itu. Tetapi senerti sekarang, ia bersenandung dengan serulingnya didepan iiidung para pengawal. Aku mencuriganya waktu itu. Aku sangka ia adaiah salah seorang petugas sandi kakang Sidanti. ~

— Sekarangpun kau harus mencurigainya. —

Kerti rnenjadi heran ketika ia melihat Parrdan Wangi meng¬gelengkan kepalanya ~ Aku tidak akan dapat mencurigainya lagi paman. —

— Kenapa? —

— Orang itulah yang bernama Gupita, yang telah membebas* Van aku dari tangan Ki Peda Sura. —

Wajah Kerti yang tua itu rnenjadi semakin berkerutraerut. Perlahanlahan ia mengangguk2kan kepalanya sambil bergurnam seolaholah kenada diri sendiri — Jadi orang inilah yang kau katakan itu Wangi. —

— Ya Paman. —<

Kerti terdiam sejenak. Sekilas melonjak didalam kenangannya, seseorang yang gemuk bulat memberikan obit kepada Ki Gede Menoreh, dan ternyata ebat itu telah menolongnya. ifnak muda yanq gemuk bulat itu juga bersenjata sebuah cambuk yng berdiuntai panjanq dan bertangkai pendek, seperti yang pernah dtceriterakan o!eh Pandan Wangi tentang seorang gembala yang bernama Gupita, yang te!ah menolong melepaskann}a dari tannau Ki Peda Sura.

—1 Temfata tieritera tentang orang2 bercambuk itu telah beikembang di Tanah ini — gumam Kerti.

— Ya, apalagi setelah diantara pasukan berkuda itu terdapai juga beberapa orang bercambuk — jawab Pandan Wangi.

Kerti raenqangguk2kan kepalanya, Tetapi ia tidak segera men jawab. Didalam dadanya telah bergulat beberapa macam penoapat tentang orang yanq menyebut dirinya Gupita itu. Ia dapat mengerti bahwa Pandan Wangi tidak akan dapat mencurigainya, lelapi ia tidak dapat menolak se!uruh pendapat Wrahasta yang dengan hac2 menanggapi peristiwa itu. Tidak mustahil bahwa Sidanti telah membuat gelar sandi seperti yang diakukan oleh Ki

Argapati dengan menempatkan seseorang untuk dengan sengaja menghubungi Pandan Wangi dan menolong membebaskannya dari

ungan Ki Peda Sura.

— Tetapi — katanya didalam hati — Ki Gede mempercayainya. — Namun segera timbul persoalan didalam dirinya *— Apakah Sinar, bahwa Gupita dan Gupala itu bersumber pada satu keluarga atau sualu perguruan ? Apakah mereka trdak justru berdiri bexsebernngan dengan herebut ciri dari manusia bercambuk itu, namun sebenamia mereka semuanya sama sekali bukan orang yang dimaksud oleh Ki Argapati. Atau bahkan semuanya telah dtpersiapkan dengan tiermat oleh Ki Tambak Wedi? Namun jika demikian. maka Ki Argapati itu pasti sudah tidak akan dapat tertolong lagi. Obat itu pasti akan mempercepat kemattannya. Namun justru obat itu ternyata bermanfaat baginya. —

Pertanyaan yang bersimpanq siur telah mengganqqu jantung Kerti. Semuanya dapat terjadi. Semuanya dapat ke!iru, tetapi mungkin juga semua tangqapan Ki Argaoati dan Pandan Wangi tentang oranq2 bercambuk itu benar. Dan apakah kira2 sikap Wrahasta terhadap orang itu nanti apabila ia mendengarnya juga?

Kerti tersedax dari aognn2nya ketika ia mendengar suara Pandan Wangi — Apa yang akan kau lakukan ? —

Ketikn Kerti menganqkat wajahnya dUihntnfa dua orang pengawal dengan tombak ditangan. telah berdiri beberapa langkah dibelakangnya.

— Aku mendengar suara sending — sahut pengawal itu hampir bersamaan.

~ Lalu — desak Pandan Wangi

— Kami ingin melihatnya Terlampau mencurigakan. bahwa ada seseorang bermain sending ditengahtengah sawah yang kering iiu. —

— Mu juga mendengar ~ berkata Pandan Wangi — biar■a!i aku dan paman Kerti sajalah melihatnya. —

Kedua pengawal itu saling berpandangan sejenak. Bahkan Kertipun rnenjadi termangumangu, Sehingga salah seorang dari pengawal itu berkata — Apakah tidak teriampau berbahaya apabiia kalian berdua yang pergi melihatnya. —

Pandan Wangi mengerutkan keningnya. Dipandanginya wa¬jah kedua pengawal yang berdiri tegak itu. Kemudian feerpindah kepada wajah Kerti yang tegang.

Sejenak kemudian terdengar suara Pandan Wangi — Apa¬kah perbuntan yang serupa yang akan kalian lakukan tidak ber¬bahaya bagi kalian ? —

— Bukan beg itu — jawab salah seorang dari kedua penga¬wal itu — betapapun juqa baha y a itu akan menimpa kami, tetapi kami tidaklnh sepenting kalan berdua bagi Tanah Perdikan mi.—

Pandan Wangi menarik nafas dalam2. Ia tedium mendengar jawaban pengawal itu. Begitu besar pengorbanan yang disediakan untuk kepentingannya dan kepentlngan Tonah Ini Tidak dl hiiaukannya lagi, apakah yang akan terjadi atas diri mereka sendiri. —

— Kita akan pergi bernma2 — berkata Pandan Wangi

kemudian,

Kedua pengawal itu masih ragu2. Namun salah seorang dari mereka akh rnya berkata — Kalau memang itu yang kau kehendaki, baiklnh. Kami akan meakukanna. —

Maka pergilah mereka berempat dengan hati2 kearah suara seruling yana masih saja mennalun dise!a2 desir angin yang berhembus diantara dedaunan. Daun rerumputan yang liar dan batany2 flalang yang menjadi semakin tinggl.

Pan peronya digardu meihat keempatnya berjalan serr.akin lama semak;n jauh. Beberapa orang menjadi liemas dari berbfeik diantara mereka — Kenapa Ki Kerti dan Pandan Wangi pergi diuga. —

Kawannia menggelengkan kepnlania. Jawabnfa — Entah* Ian. Tetipi meskipun in seorang gad*. Pandan Wnnqi mrmpuniai kvieb.han dari kfta senua Bahkan Ki Kerti dan Ki Samekta tdak Heat menyamainya. Ternyata pada saat ia berkelahi melawaa Ki Peda Sura.

Kawan2rvn mengnnqquk2kan kepalanya. Sebenarnyalah bah¬wa Pnndin Wangi ndalah seorang gadis yang luar biasa.

Meskipun demikian, kepergiannya itu telah membuat para per.gawa! mendtadi temas. Sehingqa dengan demikian. maka tai.pa mereka kehendaki dan tanpa berdianji. mereka telifa bersUp, berdiri berjajar dimuka gardu diregol desa. Setiap saat moreka siap untuk meoncat kearah suara semling dibalik ila!ang ha.

1 Dari seia2 rerumputan yang meninggi, genimbu!2 pergu yang

liar, para peronda masih melihat bagian kepala Pandan Wangi

dan ketiga kawannya berjalan semakin jauh. Sedang suara

seruling yang me!onjak2 itupun masih juga menyentuh telinga

mereka. .;

Oranq2 didepan gardu itu men ah an nafas mereka ketika mereka melihat Pandan Wangi berhemi. Agaknya Pandan Wangi telah menjumpni sumber suara semling itu.

Sebenarnyalah bahwa kini Pandan Wangi telah beidiri be¬berapa langkali ditelakanq seorang anak muda yang duduk dibekad pematang yang kering snmbil meniup serulingnya. Agaknya i.i begitu asyyk bermain sehingga kehadiran orang2 yang roendek.ttinya Itu tidak dapai menggangqiinia Meskipun Pandan Wangi telah berdiri beberapa langkah diholakangnya, namun anak muda itu masih saja berlagu dengan kesungguhan hatinya.

Kerti berdiri termangu2 dibe.akang Pandan Wanqi. Kalau

Miak muda ini diraaksud oleh Pandan Wangi, bersama2

oiengalabkan Ki Peda Sura, maka adalah mustahil, bahwa ia tidak mendengar kehadiran mereka berempat.

Berbeda dengan tanggapan Pandan Wangi. Gadis itu yakin, bahwa gembala yang meniup seruling itu pasti sudah mendengar kehadirannya, tetapi sengaja ia berbuat seeiah2 tidak mengelahui kedatangannya.

Pandan Wangi menarik nafas dalam2. Sikap anak muda long meniup seruling itu terasa lain didalam hatinya. Kalau sel.nv i ini ia se«alu dihadspkan kepada ieteganqan. ketiemasnn dan berb»qai macam perasaan yang membuatnya teriampau leah lahir dan baiin. maka sikap gembala itu membernya suasana yang berrxda. Terasa bahwa gembala iiu sengaja ingin ber gtirau se¬perti kebiasaan ankh yang pernah dilihatnfa. Gembala itu kading2 busikap seperti seorang grrnbna yanq dungu, yang membuat Sa¬mekta kebingungan menjawab pertaniaan2nya ketka mereka lertemu. seteioh ia dicegat oleh orang2 liar yang berpihak kerada Sidanti.

Sepertuk kesegaran mdondiak didalam h>c Pandan Wangi |ang seoi.ih2 selama ini mendiadi kerinq. Timbullah nintnia ttnluk ruenanpnapi sikap gembala yanq fura2 tidak tahu kehadirvina itu. Kireivi itu. maka tiba2 in benvdmo. Rp"ymt meeLfekan diarT telunYiuknia Hdepan bibimyn Pandan Wangi me•Lngkaii per Iahan2 mpnjauhi gembala yang sedang bersenandung dengan seruhngnya itu.

Kerti dau kedua pengawal yang datang bersamanya menjadi Kngung. Tetapi mereka tidak mengucapkan sepaiah kaiapuo karena Parrdan Wangi masih tetap meletakkan telunjuknya di* maka bibirnya yang terkatup rapal2.

Kerti dan kedua pengawal itupun berjalan pula sambil kebiugungan dibelakang Pandan Wangi.

Namun tiba2 langkah mereka tertegun ketika tiba2 suara sending itu berhenti. Tetapi sebelum mereka berpaling Pandan Wangi telah berkata lantang — Man Paman, kita tidak akan mengganggu orang yang sedang terlampau asyik bermain dengan seruhngnya. Kita tidak akan mematahkan nrus perasaan yang se¬dang terungkap lewat nada2. Begitu mencekam seperti batu karang dibelai angin pegunungan. —

<— Maafkan aku — tib*2 lerdngar grmbala itu berkata — maafkan aku. Aku tidak mendengar kehadiran tuan2 dis.ni. —

Namun suara Pandan Wangi masih tetap lantang — Kita iamfl sekali trdak cukup berharga untuk dapat mematahkan kiouug yang syahdu itu. —

— Bukan, bukan maksudku. —

Tetapi Pandan Wangi tidak berhenti. Ia masih terus mefangkah meskipun perlahan2. Sedang kedua pengawal Tanah Perdikan yang mengikutinya berjalan dengan penuh kebir.gung«n. Sekali2 mereka berpaling. Dilyhatnya gembala yang neniup oerul ng itu melangkah tergesa2 dibelakangnya.

Namun Keni yaug tua segera tanggap atas keadaan itu. Karena ilu, maka tanpa dikehendakinya ia menarik nafas dalam sekali.

Pandan Wangi masih juga melangkah memrju kepadesan kembali diikuti oleh ketiga kawan2nya. Sedangkan gembala yang baru saja bersenandung dengan serulingnya itu masih saja me¬ngikutinya dari belakang sambil berkata — Maafkan aku. Bukan maksudku untuk mengabaikan kedatangan tuan2. Sebenarnya akn memang tidak mengelahuinya. —■

.— Bohong — jawab Pandan Wangi — kalau kau tidak mengetahui kedatangan kami, kenapa kau sekarang dapat me

nglkutl kami. —

— " !u mendengar kalian berbalik meninggalkan aku. Se¬belum itu aku benar2 tidak mendengarnya. —

— Aku tidak percaya. Kau sengaja mengabaikan kedatang¬an kami. —

— Sungguh matt <—

— Dan sekarang, apakah alasanmu menglkuti aku 7 lai ada;. h daerah kami ~

■— Akn akan minta maaf. — jawab gembala itu, lalu dan aku akan menawarkan sebuah ceritera yang sangat menarik. Sama menariknya dengan ceriiera Arjuna Wiwaha. ~

langkah Pandan Wangi tertegun sejenak. Tanpa sesadar n|n ia memandangi wajah Kerti yang tua. Tanpa sesadarnya pula Kerti yang tua itu tersenyum.

Sepercik warna merah membayang dipipi Pandan Wangi. Tiba2 ia menundukkan kepalanya. Sesuatu terasa berdesir didadanya.

Kini gembala Yang menamaknn dirinya Gupita Uu telah ber¬diri dihadapan Pandan Wangi dan Kerti. Sambil mexnbungkukkan kepalanya dalam 2 ia berkata — Maafkan akn Kial. —

Ken tidak menyahut, tetapi ia berpaling kepada Pandan Wangi. Namun Pandan Wangi masih menundukkan kepalanya. Sedang kedua pengawal yang ikut bersama mereka itupun rnen¬jadi bfngung. Apakah sebenarnya yang telah terjadi?

Tiba2 terdengar suara Pandan Wangi Urih — Silahkan naman. Aku hanya mengantarkan paman mencori suara sending tu. Kalau paman memang mencurigainya, silahkan paman* berta¬nya dan memeriksanya. —

Kerti menarik nafas dalam2. Namun tiba2 terbayang dirongga iratnnyn seorang anak muda yanq bertubuh raksasa, yang selama in} telah menggelisahkan dada Pandan Wangi. Sebagai seorang tang telah cukup berpengalaman, segera Kerti menarik garis yang dkan bersiiang diantara mereka.

Tanpa sesadarnya orang tua itu menggelengkan kepalanya; Namun diangkatnya wajahnya ketika ia mendengar gembala itu oertanya — Kenapa K;ai mencurlgai aku ? —

Kerti mengangguk2kan kepalanya. Ia harus berbuat sesuai dengan keadaan yang menyudutkankannya saat itu untuk menolong

Pandan Wangi.

*— |a. anak muda <— berkata Kerti — adalah mencurigakna kekali, bahwa dalam keadaan yang aemkian kau bersenandung dengan serulingmu dimuka regol desa kami. —

— Apakah aku telah inelanggar suatu peraturan drdarrah Ini 7 — bertanya gembala itu.

— Memang tidak ada peraturan yang melerang seseorang membunyikan sending disini. Tetapi bahwa ada juga yang me lakukarmia adalah menarik sekali. —

— Apakah anehnya Kiai. Aku berjalan lewat jalan db oepan kita Uu. Karena aku merasa lelah, aku beristirahat ditenv pat yang teduh sambil membunyikan seruling untuk meiupakan iees*bukanku sehari2. —

Sekali lagi Kerti menarik nafas dalam2. Ia telah cukup tua nntuk ruenangapi persoalan itu. Karena itu maka katanya kemu¬dian — SeDaiknya kau meigatakan, apakah maksudmu dengan perbuatanmu itu, Aku pemah mendengar ceritera tentang kau Dgger, bahwa kau adalah seorang gembala yang bernama Gupita, e\ bukankaii begin ? Yang pernor) berlempur meawan Ki Peda Sura untuk men along membantu angger Pandan Wangi

membebaskan dirinya dari langan hantu itu. Dengan demikian, maka a<ean sangat menarik sekali certera angger yang menunii penilaianmu sendiri sama nrenarikuya dengan rjuna Wiwaha. Atau barangkali harus ditegaskan, Arjuna Wiwaha yang men¬dapat hadiaii seorang bidadari karena jasa2nya b.gi bumi ini? —

— Ah i— gembala itu berdesis. Ketika ia memandang Pan¬dan Wangi dengan sudut matanya. maka dilihatnya gadis itu masih suaya menundukkan kepalanya. — Maaf Kiai. Ceriteraku sibenarnya sama sekali tidak menarik. Aku hanya ingin memaksa Kiai dan tuan2 yang lain txrhenti. Sebab sebenamya aku memang niempunyai sebuah ceritera meskipun tidak akan dapat memikat pe;hatan. —

Kerti mengangguk2kan kepalanya. Desisnya — Kami sudah reeuyangka. Karena itu kani mencari suara serulingmu. Kkhadiranmu pasti bukan tanpa maksud. Bukankah begitu ? —

— Begituah. Tetapi kenapa tuan2 begitu saja akan menmugaikan aku sebelum bertanya sesuatu kepadaku hanya karena oku terlambat menyapa tuan2. — —

— Ah — Kerti berdesah — bertanyalah kepada angger Pandan Wangi.

— Kenapa kepadaku T — dengan sertamerta Pandan Wa¬ngi menyahut.

— Bukankah angger yang meraeriniahkan krpa.ia kami untuk meninggalkann;a. —

— Ah — Pandan Wangilah yang kemudian berdesah — pamanah pemimpin rombongan kami. Aku hanya tunduk kepada perintah paman. —

Kerti tersenyum d dalam hali. Sambil mengangguk2kan ke¬palanya ia berkati — Baiklah, biarlah aku yang menyusun alasan. — Kerti berhenti sejenak, lalu — Begini anak muda. Sebenarna!ah bahwa kami siHah tahu. seandanya kami melangkah pergi, <au pasti akan menyusul kami. Bukankah beniiu? Ternyata dugaan kami benar selumhnya. Dengan sertamerta kau mengikuti kami

"Aku muita maaf," jawab gembala itu, lalu "dan aku akan menawaikan sebuah cerita yang sangat menarik. Sama menariknya dengan ceritera Atjuna WiwaHa." Langkah Pandan Wangi ter tegun sejenak. Tanpa sesadarnya ia

memandangi wajah Kerti ,ang tua. Tanpa sesadarnya pula Kerti yang tua itu tersenyum.

ueskipun seuiula kau berpura2 tidak niengetahui kehadiran kami. Nah, begitulah kira2. —•

Kini wajah gembala ituiah yang sejenak menjadi kenerah2an. Namun sejenak kemudian ia segera dapat menguasai parasaarmya dan berkata — Baiklah, Aku tidak akan menyangkal.

— Nah, sekarang apa ceriteramu itu? — bertanya Kerti. Gupita menarik nafas dalam2. Tetapi sebelum ia menjawab

peitanyaan itu tiba2 matanya terlempar kepada seseorang yang dengan tergesa2 datang kearah mereka. Seorang anak muda yang bertubuh raksasa bersama dua orang pengawal,

Dada Kerti berdesir ia melihat Wrahasta datang. Orang tua itu mendopat firasat bahwa masalah yang akan terjadi di¬antara meieka, bukanlah sekedar persoa!an2 yang

menyangkut masalah T«nah Perdikan ini dalam segala segi hubungannya. Te¬tapi masalahnya akan menyentuh hati anak muda yang bertubuh raksasa itu, sebagai persoalan pribadi, meskipun dapat dibentuk rrenurul keenlingannya, sebagai persoalan Tanah int.

Tetapi Kali tidak mengucapkannya dalam kalimat2. Namun p.indangan matanya iang buram agaknya telah berhasil menyentuh perasaan Pandan Wangi.

Sebelum Wrahasta itu mendekat. ia sudah bertanya lantang — He, kenapa kau berada disitu, Pandan Wangi? ~

Pandan Wangi tidak segera menjawab. Dioandanginya wajah Wrahasta dengan tajamnya. Namun karena diarak me¬reka masih agak jauh, maka ditunggunya saja Wrahasta itu mendekat.

— KenrDR Pandan Wangi? — desak Wrahasta.

Pandan Wangi mnsih helum mendiawab Seka!i2 disentuhnya wajah Kerti denaan sudut matanya. Tampaklah wajah orang itu meniorotkan ketlemasan hatinya.

Langkah Wrahasta semakin lama mendindi semakin tiepat. Beberapa Tanokah dari Pandam Wangi sekali lagi ia bertanya — Kenapa kau berada disini ? —

— Aku menunggu kau mendekat Wrahasta. Atku tidak dapa! berferiak sefeeras kaiE —

— Hem ~ Wrahasta herdesah — apakah kau tidak mempun iai kerja yang lain dari mengurusi seseorang macam anak itu? —

Terasa sesuatu bpreretar di3ada PanHan Wanoi Tetaoi ia tidak seoera m*»ndfawsuV Dtnnammfa Wrahasta semakin dekat, dan fano kemudian berhenti beberapa lanokat Hhadanannfa.

Tetapi setelah berada diantara Pandan Wangi, Kerti dan

Gupita, Wrahasta tidak lagi bertanya kepada Pandan Wangi. Ditatapnya wajah Gupita tajam2. Kemudian meloncatlah pertanyaannya ~~ Kaukah orang yang membunyikan seruling itu? — Gupita menjadi bingung mendapat pertanyaan itu. Ditatap

— Ya tuan — jawab Gupita.

— Kenapa? —

nya wajah Pandan Wangi sekilas, kemudian Kerti, para penga¬wal dan yang terakhir Wrahasta — iMiengapa kau berada ditenv pat ini? —

— Kebetulan sekali tuan. Hanya kebetulan saja aku berada riitempat ini. —

Sebelum Wrahasta bertanya lebih banyak lagi. Pandan Wa¬ngi memotongnya — Wrahasta, anak muda inilah gembala yang pernah aku ceriterakan kepada ayah. <—

Wrahasta mengerutkan keningnya. Tanpa disangka2nya ia uenjawab. — Aku sudah menduga. —

— Apakah kau sudah tahu atau mengenal ciri2nya. —*

~ Tidak. Tetapi bahwa kau memerlukan turun sendri ke*engah2 bulak untuk menyongsongnya, tentu orang ini adalah se¬seorang yang pantas mendapat kehormatan. —

Jawaban itu telah menggoncangkan dada Pandan Wangi. Sebaqai seorang gadis, maka langsung ia daoat menangkap makatid kata2 Wrahasta itu. Namun dengan demikian. getar drdadanya justru serasa nrembungfeam mulutnya. Sejenak ia berdiri mem a tun g dengan jantung yanq berdentannan.

Kerti yang tua menarik nafas dalam2. DuqaaDia trdak akan terlampau jauh berldsar dari sasaran. Sementara Gupita sendiri betdiri dengan gelisahnia. Diwadiahnya membayang keheranan dan kecemasan menghadapi sikap Wrahasta itu.

Karena tidak seorangptin yang menjawab kata2nya, maka Wrahasta berkata oula — He anak muda. Apakah kau tidak reipikir bahwa kehadiranmu dldaerah ini "apat menumbuhkan kelyuriqaan pada kami? —•

Guoita tidak seerera menyahut. Namun wajahnya kini men¬jadi kian bersungguli2.

— Apakah kau kTra bahwa nermainan serulingmu itu hanya wekedar danat memikat hatt aadis2, dan tidak menumbuhkan per¬soalan nada para pengawal? —

S*knh" laqi qetar iang tadam terqores dMarfa Pandan Wan.ii. Tetapi ia masih saja terbunakam, dan Kertfotm masih be¬lum dapat menyesuaikan dirinya dengan pemblcaraan itu.

74

75

— Twin — Gupitalah yaug kemudian menjawab — bukan mksudku unluk berbuat yang bukan2. Sudah tentu bahwa aku bukan seitedar kebetulan sepenuhn/a berada ditempat ini. Teiypi benar2 suatu kebetulan bahwa tuan2 inilah yang datang me lihai seseoran;, yang dengan serulingnya berada didepan regol desa ini. —

— Nah, kau sudah muiai berubah. Ternyata bahwa didalam dirintu tersimpan persoalan yang kau selimuti dengan berbagai macam dalih dan sikap yang pada saatnya akan terungkap satu ttemi salu. Nah, sekarang sebutkan, kenapa kau berada dilempat ir,? Meskipun aku tahu. bahwa kau akan dapat menyebut seribu uiacam alasan, namun aku akan mencoba mendeiigarnya. —

Gupita mengerutkan keningnya. Orang yang beriubuh rakSua ini cdak dapat ditanggapinya dengan sikap yang aneh2. Fa harus bersungguh2, namun ia tidak akan dapat raelanggar pe sui gurunya, bahwa ia harus berusaha bertemu dengan Ki Arga pali.

Tetapi kehadiruii orang ini telah membuat rencananya men¬jadi kabur. Pada saat Pandan Wangi datang kepadanya. karena Stura serulingnya. ia telah berbesar hati, bahwa ia akan mendapai jalan yang cukup lancar. Tetapi ternyata kini ia berhadapan dengan sikap yang lain.

Sekilas disainbarnya wajah Pandan Wangi. Ia mengharap gadis itu mengambi! sikap sebagai seorang puteri Kepala Tanah Perdikan, dan memberinya jalan yang lurus untuk menghadap ayahnya. Tetapi agaknya Pandan Wangi hanya memindukkan ke palanya sad|a. Gadis itu ternyata tidak berbuat sesuatu, seolah2 Wrahastalah yang paling berk uasa didalam lingkungan para pe ngawal Tanah Perdikan Menoreh.

Sejenak suasana menjadi bening. Hanya nafas mereka sajalah yang terdengar memburu dari Iubang2 hidung. Wrahasta berdiri dengan sorol mata yang memancarkan kecurigaan dan bahkan kebencian kepada orang yang belum dikennlnya itu.

— Cepal, katakan — Wrahasta menggeram — kenapa kau berada ditempat ini dalam keadaan yang panas ini? —

Gupita menarik nafas d,iiarr,2 Bet apapun sulitnya. tetapi ia harus tetap berusaha untuk dapat menghadap Kv Argapati sesuai dengan pesan gurunya.

— Katakan — berriak Wrahasta,

— Baiklah — jawab Gupita yang tidak akan dapat menghindar lagi, Tetani sekali lagi ia terperosok kedalam keadaan

bug semakin sulil. Anak muda itu sama sekali tidak mengerti «pa yang tersimpan didalam hati Wrahasta. Ia .sama sekali tidak memperhitungkan kemungkinan yang lain darypada kecurigaan seorang pengawal atas kehadiranuya ditempat yang lidak sewajarnya. Dau ia dapat mengerti. Karena itu, maka ia memyoba mencari alasan lain, yang menurut perhitungannya tidak akan Yapat disangkutkan dengan kemelutuya keadaao, dengan .peiten •nngan yang terjadi antara Ki Argapati dan puteranya Sidanti.

Tetapi jawabnya ternyata tebh membuat telinga Wrahasta .Menjadi merah. Berkata gembala itu — Sebenarnya kedatangankn ..ma sekali trdak bersangkut paut dengan keadaan Tanah Pernikan ini. Aku hanya ingin menemui seseorang yang pernah aku kenal. Beberapa kaii kami telah bertemu sebelumnya. Karena

aku iWak beraui mendekati regol desa yang agaknya dijaga kuyat. inaka aku berusaha memanlyiiignya dengan suara serulingku. Ter liyata ia benar2 datang. —

Jawaban 4u benar2 mengejutkaii. Bukan saja dada Wranasta yang terbakar oleh perasaannya sebagai seorang laki2 muda. letapi juga Kerti, para pengawal don bahkan Pandan Wangi sendiri. Kerti yang tua itu dan Pandan Wangi, menjadi sangat cemas. Mereka dapat menduga, apa yang akan menyala dihati Wrahasta.

Dugaan mereka itu ternyata tepat. Wrahasta yang wajahnya iiienjadi merah padam itu terbungkam sesaat. Ia tahu pasti. bah wa yang dimaksud Gupita itu adalah Pandan Wangi.

Melihat sikap orang2 iMbnoreh itu Gupita menjadi bingung. la sama sekali tidak menyangka, bahwa usahanya menghindari masalah yang dianggapnya dapat mengganggu rencananya itu rtuaknya leSah menuinbuhkan persoalan yang lebih rumit.

Sejenak kemudian sambil menggeretakkan giginya Wrahasta uerkata lantang — Kau kira apa he, gadis ini? Apa kau kira ,11 begitu rendah dan bersedia secara sadar menghubungi seorany gembala yang tidak punya sangkan paran macam kau? — Wra¬hasta berhenti sejenak untuk

mengatur getar darahnya, kemudian Ternyata kau tidak lebih dari orang2 liar yang telah mencegat Pandan Wangi drperjalanan meskipun caramu lain. Kau mengeLbuinya dengan macam2 perbuatanmu untuk membuat Pandan Wangi menjadi kagum. Kau bersepakat dengan Peda Sura agar kau dapat menimbulkan kesan yang baik dari Pandan Wangi dan menganggapmu sebagai seorang pahlawan. Tetapi justru karena

ilu, kau adalah orang yang jauh lebih berbahaya dari laki2 yang kasar dan buas ilu, tetapi juga lebih licik. Adalah lebih baik bertempur bexadu dada, daripada mempergunakan cara seperti iang kau lakukan itu. Apalagi dengan demikian kau akan mendapatkan raliasia dan keterangan mengenai apapun juga didalam daerah teriutup kami ini. —

Tuduhan itu benar2 tidak disangka2 oleh Gupita sehingga ia menjadi semakin bingung, Sejenak ia masih saja berdiri itrmany.itroaugu. la tidak tabu, apakah yang sebaiknya diiakukan, .arena ia sama sekali tidak menyangka akan menghadapi masalah ierupa itu.

Namun sebelum Gupita menyadari keadaannya, ya semakin terkejut ketika ia mendengar Wrahasta berkata lantang — Kau ruenjadi rawananku, —

Gupila tersentak. Wajahnya menegang sejenak. Namun Kunuiiian dicobanya untuk meneKan perasaanuya. Uengan gemelax ia berKaia — Apakah saiahku ? —

— Kau berada didaerah terlarang. Apapun alasanmu. —

— Tetapi aku mempunyai alasan. Aku Udak akan mencampuri persoalan ianah leroikan ini. fersoaianku aaa>an persoaian pubadi yang sama sekali weak bersangKuipaui deugan soai apa¬pun. —

— Bohong, bohong — Wrahasta menjadi semakin marah. D;ustzu. persoaian pnbadi ituiah yang teiab membakar oyantungnya. ielapi ternyata hai itu sama sekali tidak disudan oleh Gupita yang kebtnguugan,

— Jangan inencoba melawan Jangan kau sangka bahwa karena kau ietah berliasil mengaiahkan Ki feda Sura, maka kami akan menjadi keiakuian. Kami, para pengawal tahu benar, bahwa semua ilu hanyalah sebuah permainan yang sama /sekali tidak menarik. Dan kamipun tahu benar banwa aengan demikian kau akan mendapalkau keuutungan yang berganda. rvau akan mendapatkan

rahasia yang diperlukan oleh Sidanti dari dalam lingkungan kami, dau sekaiigus kau akan mendapatkan seorang gadis yang masih terlampau nijau. Pandan Wangi memang tidak akan berpiasangka apapun, karena hatinya yang masih terlampau bersih. la bersikap lerlalu jujur terhadap siapapun, Tetapi sayang, bahwa suatu ketika ia texperosok da!am. suatu perlemuan dengan eiang semalyam kau. —

Gupita menjadi semakin bingung. Sekilas dicobanya untuk

Uiemandaiig wajah Pandan Wangi, tetapi ia tidak aapai meiinai kesan yang tersirat pada wajah itu. Ia hanya melihat wajah gadis itupun menjadi tegang. Kemudian ditaiapnya wajah Kerb yang tua. Wajah itupun menjadi tegang pula. Namun seperti pdda wajah Pandan Wangi, ia tidak dapat mengerti, apakah iang sebenarnya bergolak dihati orang tua itu.

Dada Gupita menjadi semakin berdebar2 ketika ia men

dengar Wrahasta berkata lantang — Ikutilah kami. Jangan

mencoba melawan periutah ini. Aku tidak bermainmain. Dalam

keadaan serupa ini, kesalahaa yang kecd sekalipun dapat menyerei

kami keneraka. Karena itu, kami tidak dapat bersikap lain ter

hadapmu. „,u*n.tt,

Darali Gupita serasa bergolak didalam jantunguya. Sikap Wrahasta benar2 tidak menyenongkannya, Tetapi meskipun demikian ia masih mencoba untuk mengerti. Ditrapkannya ke¬adaan yang dihadapi oleh Wrahasta itu pada dirinya sendiri. Apakah yang akan dilakukannya seandainya ia menjadi pengawal Tauah Perdikan yang kemelut, dan menjuropai seseorang y«ng mencurigakan seperti dirinya itu?

— Aku hanya dapat mengharap ban tuan Pandan Wangi — katanya drdaiam hati — sikap pemimpin pengawal yang bertubuh raksasa ilu adalah wad yar. —

Tetapi dalam pada itu, Pandan Wangi sendiri mengalami ke•ulitan yang tiada taranya. Ia tahu benar, mengapa Wrahasta bersikap terlampau keras terhadap gembala itu. Laki2 muda yang bertubuh raksasa itu tidak hanya sekedar bercuriga terhadap Gupita, tetapi dadanya telah dibakar oleh perasaan cemburu. Karena itu, maka gadis

itu tidak dapat segera mengambil sikap. Katau ia mencoba untuk melindungi Gupita, maka api yang meAtala dfdada Wrahasta pasti akan semakin berkobar. Sikap itu akan menjadi minyak yang terpercik kedalam api dadalam dada Niksasa muda itu. Tetapi untuk membiarkan Gupita menjadi Uwanan Wrahasta, agaknya perasaannyapun terasa terlampau at.

Dalam kesulitan itu, tanpa disadarinya, dipandanginya wa¬sh Kerti se—akan2 ia minta ban tuan kepada pemomongnya itu. Kerti menarik nafas. Pandangan mata Pandan Wangi itu •myat.1 menyentuh hatinya. Karena itu, maka kemudian ia me lungkah maju sambii berkata — Angger Wrahasta, serahkarr kit gembala ini kepadaku. Aku memang sudah berpendirian se lupa, Sebelum angger datang, maka gembala ini sudah rnen¬jadi tawananku, maksudku, tawanan kita. Aku berhasrat utk.

7* A

mtmbawanya kepada Ki Samekta, atau bahkan langsung Ki Arga ati. Sebab di Put yang Kembar, Ki Argapati memamg sudah berhubnne;an dengan seorang anak mini

a yang bernama Gupalay yang barangkayy ada bersangkut pant dengan Gupita ini, — Yah ya i— sela Gupita — Gupala adalah advkku. — Wrahasta mengerutkan keningnya. Tetapi perasaannya sbg, sprang ana If muda agaknya lebih tebal menyeliniuti pertimbamgqettiya, sehingga ia menggeram la hams berkata sebenamya, Aku tidak berhasrat uiembawamya kepada siapapun juga. Aku ■ Ingin memaksanya untuk mengakui, bahwa sebenamya ia adalah petugas sandi Sidanti. —

Tidak. Sama sekali tidak — batitah Gupita.

<— Diaun — b=entak Wrahasta, lalu — sekali lagi aku kataliti, kau adalah tawananku, —

Gupita masih akan menjawab, tetapi sebelum mulutnya terbuka, maka ia melangkah surutL Ujung pedang Wrahasta yang Iesar dan p and fang itu telah menyentuh daidanya.

— Jangan banyak bicara — Wrahasta hampir herteriak ~yot twrja!anlah. —

Sotot inata Gupita tiba2 mnyala. Tetapi dengan sepenuh lenaganya ia mencoba uienekan perasaan yaug bergolak didalam dadanya. Yang penting baginya adalah kesempatan untuk memasuki pusat pertahanau para

pengawal dan kemudian berusaha bertemu dengan Ki Argapati. Tetapi apabiia ia mengadakan periawallan, maka jalan untuk menghadap Ki Argapati akan menjadi semakin jauh".

Kutipan dan penyiar&n teszn / teftuUs harus seijin ptnulis.

SO