fathoni0809.files.wordpress.com · Web view... penggabungan dua ilmu tersebut dapat diartikan...

33
I. Tahapan Perkembangan Pertanian 1. Lahirnya Ilmu Ekonomi Pertanian Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu terapan yang digunakan mengkaji dan memecahkan permasalahan aspek sosial ekonomi di bidang pertanian. Perkembangan pertanian yang berawal dari aktivitas mengumpul untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang terjadi sesaat hingga budidaya tanaman dan ternak secara komersial yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam tempo waktu yang lebih lama menyebabkan berbagai permasalahan dalam aspek sosial ekonomi petani sering muncul. Perkembangan perekonomian yang mengarah pada spesialisasi produksi tidak dapat diikuti oleh perkembangan produksi di bidang pertanian. Teori Malthus sebagai misal mengatakan bahwa kebutuhan akan bahan pangan bertumbuh dengan deret ukur sementara produksi bahan pangan yang nota bene adalah dihasilkan oleh sektor pertanian bertumbuh dengan deret hitung. Produksi pertanian harus dapat bertumbuh lebih cepat dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi yang ada didalamnya. Kebutuhan ilmu pengetahuan yang dapat memecahkan permasalahan sosial ekonomi petani menyebabkan beberapa ahli di bidang ilmu pertanian mulai mengajarkan ilmu ekonomi pertanian di perguruan tinggi. Ilmu Ekonomi Pertanian ditengarai mulai berkembang di kawasan benua Eropa yang diawali dari terbitnya buku yang ditulis oloeh Von Der Goltz yang berjudul Handbuch der Landwirtschaftlichen Bertriebslehrepada tahun 1885. Pada fase Materi Kuliah PIE Penanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu 1

Transcript of fathoni0809.files.wordpress.com · Web view... penggabungan dua ilmu tersebut dapat diartikan...

I. Tahapan Perkembangan Pertanian

1. Lahirnya Ilmu Ekonomi PertanianIlmu ekonomi pertanian adalah ilmu terapan yang digunakan mengkaji dan

memecahkan permasalahan aspek sosial ekonomi di bidang pertanian. Perkembangan

pertanian yang berawal dari aktivitas mengumpul untuk memenuhi kebutuhan sendiri yang

terjadi sesaat hingga budidaya tanaman dan ternak secara komersial yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan manusia dalam tempo waktu yang lebih lama menyebabkan berbagai

permasalahan dalam aspek sosial ekonomi petani sering muncul. Perkembangan

perekonomian yang mengarah pada spesialisasi produksi tidak dapat diikuti oleh

perkembangan produksi di bidang pertanian. Teori Malthus sebagai misal mengatakan bahwa

kebutuhan akan bahan pangan bertumbuh dengan deret ukur sementara produksi bahan pangan

yang nota bene adalah dihasilkan oleh sektor pertanian bertumbuh dengan deret hitung.

Produksi pertanian harus dapat bertumbuh lebih cepat dengan berbagai permasalahan sosial

ekonomi yang ada didalamnya.

Kebutuhan ilmu pengetahuan yang dapat memecahkan permasalahan sosial ekonomi

petani menyebabkan beberapa ahli di bidang ilmu pertanian mulai mengajarkan ilmu ekonomi

pertanian di perguruan tinggi. Ilmu Ekonomi Pertanian ditengarai mulai berkembang di

kawasan benua Eropa yang diawali dari terbitnya buku yang ditulis oloeh Von Der Goltz yang

berjudul Handbuch der Landwirtschaftlichen Bertriebslehrepada tahun 1885. Pada fase

perkembangan berikutnya, mata pelajaran Rural Economics mulai diajarkan di Universitas

Ohio pada tahun 1892 dan dilanjutkan oleh lahirnya beberapa mata kuliah yang lebih spesifik

pada permasalahan sosial ekonomi pertanian seperti Economics of Agriculture, Agricultural

Economics, Farm Management, dan Agricultural Production Economics yang mulai diajarkan

pada beberapa perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat pada awal tahun 1900’an.

Ilmu Ekonomi Pertanian selanjutnya mulai diberikan pada beberapa Fakultas

Pertanian terkemuka di Indonesia oleh beberapa ilmuwan yang meneruskan aliran pengajaran

Eropa Barat sehinga ilmu ini lebih banyak berorientasi pada pengkajian permasalahan pada

aspek sosial ekonomi pertanian. Pada perkembangan selanjutnya Ilmu Ekonomi pertanian

tidak saja hanya dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Pertanian tapi juga oleh mahasiswa

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

1

fakultas lain seperti Fakultas Ekonomi, Hukum dan Sosial Politik dengan penekanan lebih

sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dipelajarinya.

2. Tahapan Perkembangan Pertanian.Sejak awal peradaban manusia, khususnya sejak Adam dan Hawa terusir dari Taman

Eden, manusia telah harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Manusia harus

berjuang memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis dan teologis. Kebutuhan manusia memiliki

sifat tidak terbatas dan harus dipenuhi dari sumberdaya yang terbatas.

a. Fase Savagery

Pada awal peradaban manusia kebutuhan pangan sebagai salah satu kebutuhan biologis

manusia dapat dipenuhi dengan relatif mudah. Manusia mengumpulkan hasil tumbuhan dan

hewan yang ada disekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Jumlah manusia yang

yang masih relatif sedikit menyebabkan lingkungan sekitar masih mampu memenuhi

kebutuhan pangan manusia. Manusia berkembang biak, jumlah penduduk dalam satu wilayah

tertentu semakin banyak sementara kapasitas alam menghasilkan buah dan hewan untuk

memenuhi kebutuhan serat dan protein bagi manusia relatif sama dari waktu kewaktu. Untuk

memenuhi kebuthannya, manusia terpaksa mencari dari luar wilayah tempat tinggalnya.

Manusia mulai berburu dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi

kebutuhan pangannya dan anggota keluarganya.

b. Fase Agriculture

Perjuangan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong manusia untuk

belajar dari pengalaman. Biji bijian yang tidak termakan oleh manusia dan terbuang disekitar

pemukiman kemudian tumbuh menjadi tanaman baru mengajarkan manusia untuk mulai

bercocok tanam. Pada fase ini manusia telah mulai memenuhi kebutuhannya dengan bercocok

tanam dan mememelihara ternak disekitar tempat tinggalnya. Pertanian subsisten telah dimulai

pada fase ini, dimana kebutuhan pangan petani dan anggota keluarganya dalam periode waktu

tertentu telah dapat dipenuhi dari usaha bercocok tanam dan beternak yang dilakukan.

c. Fase Agriculture and Manufacture

Kebutuhan manusia terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan dan

jumlah penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan yang semakin bertumbuh tersebut, manusia

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

2

terus berupaya meningkatkan kemampuannya berusahatani dan mengolah hasil pertanian

kedalam bentuk lain yang dapat bertahan lebih lama sehingga kebutuhan petani dan anggota

keluarganya dapat terpenuhi hingga panen berikutnya. Petani mulai melakukan penjemuran,

pengasapan dan berbagai metode manufaktur lainnya dalam upayanya untuk memenuhi

kebutuhan yang sifatnya semakin meningkat.

d. Face Agriculture, Manufacture, and Trade

Kebutuhan manusia sudah semakin beraneka ragam sehingga setiap individu telah

semakin kesulitan untuk memenuhi dari hasil budidayanya sendiri. Kemampuan produksi

yang dimiliki bertumbuh lebih lambat dan terspesialisasi oleh lingkungan geografis, iklim

serta sumber daya yang tersedia. Secara alami setiap individu manusia adalah berbeda.

Perbedaan talenta dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu manusia menyebabkan

setiap orang lebih mampu menghasilkan barang tertentu sementara orang lain lebih lihai di

bidang lain. Seseorang yang secara rutin menanam padi sudah barang tertentu akan lebih

produktif dalam berusahatani padi dibandingkan individu lain yang memiliki talenta sebagai

tukang. Spesialisasi produksi semakin tidak dapat dihindari dalam perkembangan ekonomi.

Disisi lain kebutuhan semakin beraneka ragam. Manusia mulai membutuhkan

komoditas yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, sementara orang lain dapat menghasilkan

komoditas tertentu melebihi apa yang dibutuhkannya untuk dikonsumsi sendiri. Pertukaran

barang hasil tangkapan dan atau hasil budidaya dan manufakturing pun mulai dilakukan.

Sistem barter merupakan upaya awal yang dilakukan dalam memperoleh komoditas tertentu

yang dibutuhkan tapi tidak dapat dihasilkan sendiri. Segantang padi ditukar dengan sehelai

baju, atau seekor rusa hasil tangkapan ditukar dengan seikat tembakau atau sepikul garam.

Pada kelompok sosial yang kecil, kesepakatan yang saling menguntungkan masih dapat

dijadikan sebagai dasar tukar menukar barang yang dibutuhkan.

Perkembangan kebudayaan yang semakin pesat menyebabkan aktivitas barter semakin

sulit untuk dilakukan. Seorang petani padi yang memerlukan cangkul atau alat pertanian

lainnya misalnya akan membutuhkan waktu dan tenaga untuk memikul padi yang dihasilkan

dan mencari pandai besi yang dapat menghasilkan cangkul dan sedang membutuhkan sepikul

padi. Uang mulai dilibatkan sebagai alat tukar untuk memudahkan pertukaran barang. Petani

padi tidak lagi harus memikul padi sambil berkeliling mencari pemburu kijang atau pemintal

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

3

benang atau pandai besi untuk memenuhi kebutuhannya. Petani padi cukup menjual padi yang

dihasilkan di pasar terdekat dan mengantongi duit hasil penjualan yang diperoleh untuk

kemudian secara ringkas membeli kebutuhan lain yang tidak dapat dihasilkannya sendiri.

Seorang petani menyadari bahwa korbanan yang diberikan untuk menghasilkan sepikul padi

ternyata tidak sama dengan modal yang dikeluarkan untuk menangkap sebakul ikan dari

sungai. Produk hasil pertanian kemudian dinilai dan diperdagangkan atas nilai korbanan yang

diberikan. Tataniaga hasil pertanian kemudian mulai berkembang.

3. Definisi PertanianSebagaimana diuraikan diatas bahwa pada awal peradabannya, manusia masih mampu

memenuhi kebutuhan pangannya dengan hanya mengambil, mengumpul dari hasil tumbuhan

dan hewan yang ada di sekitarnya. Namun seiring dengan semakin besarnya jumlah penduduk

dan kebudayaanpun semakin berkembang menyebabkan kebutuhan manusia baik dari jumlah

maupun jenisnya semakin bertumbuh. Alam dan pengalaman mengajarkan manusia untuk

membudidayakan tanaman dan hewan untuk memenuhi kebutuhan serat dan protein. Pertanian

sederhana telah mulai lahir dan berkembang hingga pertanian modern yang dilakukan petani

dewasa ini. Pertanian dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu usaha produksi yang

didasarkan pada pertumbuhan tanaman ataupun hewan pada sebidang tanah tertentu.

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

4

II. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi

2.1. Definisi EkonomiBerdasarkan pemahaman singkat pada Pokok Bahasan I, kini dapat kita pahami bahwa

Ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu terapan yang merupakan gabungan dari ilmu ekonomi

dan ilmu pertanian. Secara lebih khusus lagi, penggabungan dua ilmu tersebut dapat diartikan

sebagai penerapan ilmu ekonomi dalam bidang pertanian. Pengembangan ilmu ekonomi

pertanian ditujukan kearah upaya mengkaji dan memecahkan permasalahan aspek sosial

ekonomi di bidang pertanian. Dengan demikian, sebagai suatu ilmu yang merupakan

penggabungan dua ilmu, maka pemahaman ilmu ekonomi pertanian seyogianya diawali pada

pemahaman masing masing ilmu yang digabungkan tersebut.

Berbagai definisi ilmu ekonomi telah diberikan oleh para ekonom, namun secara garis

besar ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari cara manusia dalam

memenuhi kebutuhannya yang bersifat tidak terbatas dari sumberdaya yang sifatnya terbatas.

Pada dasarnya, kebutuhan manusia dapat dibedakan kedalam kebutuhan rohani dan jasmani.

Kebutuhan rohani manusia lebih bersifat maya dan berkaitan pada ketenangan batin hingga

pengharapan memperoleh sesuatu kepuasan setelah periode hidup di alam fana ini berakhir.

Pemuasan kebutuhan rohani tidak dapat diukur dengan kebendaan dan dengan demikian tidak

dapat dipenuhi dengan sumberdaya yang ada di dunia ini.

Kepuasan kebutuhan rohani lebih tergantung pada pandangan individu manusia

tentang hidup dan kehidupan setelah periode kehidupan yang dijalani sekarang. Dalam

kehidupan di dunia ini sering dapat ditemui orang yang memiliki sedikit harta benda lebih

berbahagia dari sesamanya yang jauh lebih kaya. Dalam kehidupan sehari hari disekitar kita,

dengan mudah dapat dijumpai seseorang yang memiliki harta duniawi yang telah sangat

banyak seperti misalnya rumah mewah berikut perabotannya yang serba mewah, fasilitas

komunikasi dan transportasi yang canggih dan mengikuti perkembangan jaman, serta berbagai

akses lainnya namun hidupnya terlihat tidak bahagia, selalu berkeluh kesah, tidak puas dengan

apa yang telah dimiliki, khawatir akan keselamatan hartanya sehingga tidurpun tidak nyenyak.

Sementara disekitarnya terdapat individu lainnya yang bisa puas dan berbahagia meskipun

tinggal di pondok, atau gubuk sederhana, makan seadanya, tanpa memiliki fasilitas

komunikasi dan transportasi yang memadai. Apakah memang tingkat kepuasan simiskin lebih

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

5

rendah dari sikaya? Jawabannya adalah kepuasan rohani tidak dapat diukur dengan harta

duniawi. Kepuasan pemenuhan kebutuhan rohani lebih tergantung pada pemahamannya

tentang makna hidup serta imannya kepada Tuhannya.

Telah dikatakan diatas bahwa salah satu terminologi dalam ilmu ekonomi adalah

kebutuhan yang tidak terbatas. Secara rohani, kepuasan atas kebutuhannya dapat dikatakan

telah tercapai apabila dia telah meyakini bahwa hidup di dunia hanya bersifat sementara dan

Tuhannya telah menyediakan tempat yang penuh kebahagiaan tanpa akhir kelak disisiNya.

Berbeda halnya dengan kebutuhan jasmani yang harus dipenuhi selama hidup didunia.

Sebagai makluk individu dan sekaligus makluk sosial, manusia yang berorientasi pada usaha

memenuhi kebutuhan duniawi tidak akan pernah memperoleh kepuasan. Kekayaan duniawi

tidak ada batasnya. Bill Gate yang menurut majalah Forbes adalah orang terkaya dunia sejak

tahun 1994 hingga kini masih berupaya keras untuk menambah kekayaannya. Raja atau ratu

yang memerintah suatu kerajaan berjuang terus untuk meningkatkan kemuliaan yang telah

diraihnya. Berbagai upaya dilakukan oleh penguasa dunia untuk tetap duduk di singgahsana

yang telah didudukinya

Dilain sisi, sumberdaya yang tersedia didunia yang dapat digunakan sebagai sarana

memenuhi kebutuhan manusia sifatnya terbatas. Dunia yang ditempati oleh nenek moyang

kita pada jaman dahulu adalah dunia yang kita kuasai sekarang. Jumlahnya hanya satu dan

volumenya tetap sama. Berbagai pernyataan dipublikasikan bahwa para ahli tehnologi

menciptakan perangkat pemuas kebutuhan manusia. Para ahli tersebut tidak mencipta namun

menemukan berbagai formula untuk merubah bentuk dan memperbaiki kualitas sumber daya

yang telah tersedia sebelumnya. Kebutuhan duniawi manusia tidak terbatas, namun

sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut sifatnya adalah terbatas.

Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dari sumberdaya yang

terbatas seringkali harus berakhir pada pemilihan alternatif kombinasi penggunaan sumber

daya yang tersedia. Kebutuhan kemudian dirangking, kombinasi penggunaan sumber daya

yang paling efisien dan jenis kebutuhan yang diyakini paling penting dan diminati kemudian

menjadi perioritas. Upaya manusia dalam memilah milah kebutuhan yang tidak terbatas serta

memilih alternatif penggunaan sumberdaya yang paling efisien dipelajari dalam ilmu

ekonomi.

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

6

2.2. Aliran Barang Dan Jasa Barang dan jasa adalah dua kata kunci dalam kebutuhan manusia. Seluruh kebutuhan

manusia dapat dikelompokkan pada barang dan jasa. Padi, kentang, baju, cangkul, pupuk,

komputer adalah contoh barang yang dibutuhkan manusia, sementara keahlian bertukang,

pangkas rambut, tenaga kerja untuk mengolah tanah adalah contoh jasa yang dibutuhkan

manusia. Seluruh barang dan jasa tersebut sudah barang tentu tidak dapat dihasilkan oleh

setiap orang pada saat dibutuhkan. Individu lain harus menyediakannya untuk memenuhi

kebutuhannya. Masyarakat menjadi berkembang dan terspesialisasi menjadi produsen dan

konsumen. Produsen bertugas menghasilkan barang dan jasa dan menjualnya kepada

konsumen. Asumsikan bahwa perekonomian terbagi kedalam dua sektor, yakni pihak yang

memproduksi barang dan jasa yang selanjutnya disebut dengan perusahaan di satu sisi dan

rumah tangga yang menjadi konsumen barang dan jasa disisi yang lain sebagaimana pada

Gambar 2 berikut:

Perusahaan menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Sebagai imbalannya, rumah tangga memberikan rupiah (uang) kepada perusahaan. Sementara

itu untuk dapat menghasilkan barang dan jasa, perusahaan membutuhkan faktor produksi

seperti tenaga kerja, bahan baku dan modal. Faktor produksi tersebut diperoleh perusahaan

dari rumah tangga dan sebagai imbalannya perusahaan memberikan rupiah (uang) kepada

rumah tangga. Dengan memasukkan pemilik perusahaan adalah juga rumah tangga maka

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

Faktor Produksi

Rupiah

Rupiah

Barang dan Jasa

PerusahaanRumah Tangga

Gambar 2. Siklus perekonomian dua sektor

7

jumlah uang yang diberikan oleh perusahaan kepada rumah tangga adalah sama dengan

jumlah uang yang diberikan oleh rumah tangga kepada perusahaan. Semakin besar jumlah

barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin besar jumlah uang beredar

yang dibutuhkan dalam sistem perekonomian tersebut.

Pada kenyataannya terdapat dua pelaku ekonomi lain dalam sistem perekonomian

yakni pemerintah dan lembaga keuangan. Sebagai pelaku ekonomi, pemerintah dapat

berfungsi sebagai produsen dan konsumen. Terdapat beberapa bidang usaha yang

menghasilkan barang dan jasa milik pemerintah dan atau menjadi tanggung jawab pemerintah.

Air minum, energi dan listrik adalah beberapa bentuk barang yang masih diproduksi oleh

perusahaan milik negara, sementara pegawai negeri seperti pegawai kantor departemen, guru,

petugas keamanan dan pertahanan adalah sebagai contoh dari jasa yang disediakan pemerintah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Khusus untuk jasa yang dihasilkan, pemerintah tidak

menerima imbalan secara langsung dari masyarakat yang memanfaatkan jasa tersebut. Untuk

membiayai operasional kerjanya, pemerintah memungut pajak dari penduduk. Pajak adalah

salah satu bentuk penerimaan pemerintah dari masyarakat tanpa imbalan langsung yang

diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Selain sebagai produsen, pemerintah juga

berperan sebagai konsumen. Pemerintah membutuhkan tenaga kerja yang diperoleh dari

rumah tangga serta input produksi lain yang dihasilkan oleh perusahaan.

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

8

Pelaku ekonomi lain dalam suatu sistem perekonomian adalah lembaga keuangan.

Lembaga keuangan menyediakan modal bagi perusahaan untuk dapat digunakan

menghasilkan barang dan jasa. Sebagai imbalan dari modal yang dipinjamkan, perusahaan

membayar bunga kepada lembaga keuangan sesuai dengan tingkat suku bunga yang berlaku di

pasar uang. Uang yang dipinjamkan oleh lembaga keuangan kepada perusahaan berasal dari

rumah tangga dalam bentuk tabungan masyarakat dan sebagai imbalannya masyarakat

memperoleh bunga atas uang yang ditabungkannya tersebut.

2.3. KonsumsiKonsumsi dalam pemahaman ekonomi adalah aktivitas seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya dengan menggunakan benda atau jasa. Sebagaimana disajikan pada Gambar 3,

konsumsi dilakukan oleh seluruh pelaku ekonomi dalam suatu sistem perekonomian. Rumah

tangga mengkonsumsi barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan, perusahaan

mengkonsumsi bahan baku, dan jasa tenaga kerja dari rumah tangga serta modal dari lembaga

keuangan, pemerintah juga melakukan konsumsi berupa sumberdaya manusia dari rumah

tangga serta barang dan jasa dari perusahaan. Secara filosopis, aktivitas konsumsi adalah

kegiatan ekonomi yang mendasari permintaan sebagai salah satu variabel utama dalam kajian

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

Barang Jasa dan Rupiah

Pajak Pajak

Faktor Produksi

Rupiah

Rupiah

Barang dan Jasa

PerusahaanRumah Tangga

Pemerintah

Gambar 3. Siklus perekonomian empat sektor

Lembaga Keuangan

Modal dan Dana; Tabungan

Bunga Bunga

9

teori ekonomi mikro. Sementara terminologi konsumsi lebih sering ditemui dalam kajian

ekonomi makro.

Untuk memudahkan pemahaman tentang konsumsi ada baiknya sistem perekonomian

diasumsikan terdiri dari dua sektor yaitu perusahaan dan rumah tangga masyarakat. Rumah

tangga memperoleh pendapatan dari hasil penjualan barang dan jasa kepada perusahaan.

Pendapatan rumah tangga umumnya digunakan untuk konsumsi dan investasi yang dilakukan

oleh rumah tangga guna meningkatkan kualitas kesejahteraan hidup dari anggota rumah

tangganya.

Y = C + I ……………………………………………………………………………(1)

Dengan mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah

konstan ( ) dalam arti jumlah dana yang diinvestasikan oleh rumah tangga tidak dipengaruhi

secara nyata oleh besar kecilnya pendapatan yang diperoleh maka besarnya pendapatan rumah

tangga akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang dilakukan. Anggota masyarakat yang

memiliki pendapat lebih besar cenderung akan membelanjakan pendapatan untuk konsumsi

semakin besar. Semakin tinggi pendapatan anggota rumah tangga maka semakin besar

proporsi dari pendapatan tersebut yang digunakan untuk belanja konsumsi.

C = cY …………………………………………………………………………………………(2)

Secara alami, setiap individu manusia sudah melakukan konsumsi sejak lahir. Pada

saat pendapatan masih 0 (nol) individu sudah mengkonsumsi sebesar Co, sehingga persamaan

2 dapat ditulis kembali sebagai berikut:

C = cY + Co…...………………………………………………………………………………(3)

Pada persamaan konsumsi diatas, c adalah angka yang menunjukkan besarnya

perubahan consumsi akibat perubahan satu satuan pendapatan nasional atau disebut dengan

marginal propensity to consume, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

……………………………………………………………………..(4)

Sifat manusia yang mengutamakan penggunaan pendapatan untuk konsumsi maka

MPC umumnya lebih besar dari 0,5. Namun karena tidak seluruh perolehan pendapatan

masyarakat dapat digunakan untuk konsumsi maka nilai MPC juga hendaknya lebih kecil dari

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

10

angka 1 (satu). Karakteristik lain dari MPC adalah bertanda positip yang berarti setiap

peningkatan pendapatan akan diikuti oleh meningkatnya pengeluaran untuk konsumsi.

0,5 < c < 0,1 …………………………………………………………………………(5)

Secara grafis fungsi konsumsi dapat digambarkan sebagai berikut:

2.4. Teori Produksi Apabila perilaku rumah tangga didekati dengan teori konsumsi, maka perilaku

produsen atau perusahaan umumnya didekati dengan teori produksi. Secara sederhana

terminologi produksi dapat diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang dan jasa dengan

memadukan beberapa faktor produksi. Sebagai misal untuk memproduksi sejumlah padi

dibutuhkan sejumlah tenaga kerja apakah itu berupa tenaga kerja manusia, hewan atau mesin,

sebidang lahan pertanian (sawah), benih padi, pupuk, obat, serta alat alat pertanian. Dalam

ilmu ekonomi, padi yang dihasilkan disebut dengan output, sementara tenaga kerja, benih,

pupuk, obat dan alat alat pertanian disebut dengan faktor produksi atau input.

Pola hubungan fisik antara faktor faktor produksi (input) dengan hasil produksi

(output) dapat dijelaskan dengan menggunakan fungsi produksi. Apabila output dapat

dilambangkan dengan Y, sementara input dilambangkan dengan X, maka secara matematis

fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = Yo + a1Y1 + a2Y2 + a3Y3 + a4Y4 + a..Y.. + µ1 …………………………………(6)

dimana:

Y = Jumlah padi yang dihasilkan (ton)

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

Y

Co

C = Co + cYC

0

Gambar 4. Fungsi konsumsi

11

X1.. = Jumlah penggunan input X1, X2, X3, X4, ………

Fungsi produksi yang dituliskan secara matematis diatas menunjukkan bahwa jumlah

output, katakanlah misalnya padi dihasilkan oleh kerjasama beberapa faktor produksi seperti

lahan pertanian (X1), benih (X2), dan lain sebagainya. Pola keterkaitan fisik antara input dan

output dalam teori produksi sebagaimana disajikan pada fungsi matetis diatas juga dapat

dijelaskan dengan menggunakan grafis. Agar dapat digambarkan pada panel dua demensi atau

dua sumbu (X,Y) maka hanya salah satu variabel input yang dapat dijadikan sebagai variabel

independen, sementara variabel lainnya dianggap konstan.

Proses produksi di bidang pertanian memiliki pola hubungan antara output dan input

yang khas. Penambahan satu satuan input secara bertahap akan mengakibatkan output yang

dihasilkan meningkat dengan pertambahan yang semakin besar hingga penggunaan input pada

titik optimum. Setelah melampaui titik optimum, penambahan output masih terus dapat

diperoleh walau dengan pola pertambahan yang semakin rendah hingga penggunaan input

pada titik maksimum. Apabila titik maksimum pada fungsi produksi telah tercapai maka

penambahan input justru akan mengakibatkan output yang dihasilkan semakin sedikit. Gambar

5 menunjukkan pola hubungan output (Y) dengan salah satu variabel input (X1) dengan asumsi

penggunaan input lain adalah konstan. Sebagai misal, hubungan antara jumlah penggunaan

benih dan hasil produksi pada usahatani padi sawah. Dampak penggunaan jumlah benih

terhadap produksi padi sawah dapat dilihat dengan mengaplikasikan beberapa ulangan jumlah

benih yang berbeda pada luas lahan, jumlah pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja yang sama

sebagaimana disajikan pada tabel data hipotetis berikut:

Tabel 1. Data hipotetis jumlah penggunaan input benih dan produksi padi sawah pada jumlah luas lahan, pupuk, obat obatan, dan tenaga kerja yang sama.

Ulangan Benih (Kg) Input lain Produksi (Kg)

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

MaksY= f(X)

O X

Gambar 5. Fungsi Produksi

Y

12

1 20 Tetap 250

2 30 Tetap 260

3 40 Tetap 280

4 50 Tetap 310

5 60 Tetap 330

6 70 Tetap 340

7 80 Tetap 330

Apabila jumlah benih yang digunakan sedikit maka output yang dihasilkan masih

sedikit. Pada penggunaan input benih dengan jumlah yang lebih tinggi terlihat output juga

semakin banyak hingga pada suatu titik tertentu, titik maksimum pada Gambar 5 atau ulangan

6 pada Tabel 1, penambahan input benih berakibat pada berkurangnya output yang dihasilkan.

Sekarang coba anda pikirkan kenapa kita membutuhkan areal tanam padi sawah yang sangat

luas untuk mencapai swasembada? Apa yang terjadi pada produksi yang akan dihasilkan jika

penggunaan bibit atau pupuk per hektar ditingkatkan secara terus menerus ? Jawabannya

adalah produksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan peningkatan penggunaan

input hingga akan kembali menuju nol setelah penggunaan input mencapai titik jenuh.

Produksi akan nol jika tak satu individu tanaman pun yang dapat tumbuh akibat kebanyakan

pupuk atau benih sehingga tak satu milli lahanpun yang terbuka buat benih untuk tumbuh.

Pertanyaan berikut yang harus dijawab adalah hingga jumlah input berapa yang sebaiknya

digunakan agar usahatani memberikan keuntungan maksimum kepada petani produsen.

Jawabannya sangat tergantung pada harga input dan output yang dihasilkan. Apabila

tambahan nilai produksi yang dihasilkan telah lebih kecil dari tambahan biaya yang harus

dikorbankan maka penambahan input sudah layak untuk dipertimbangkan.

2.5. Harga

Pada zaman sistem ekonomi barter, harga dapat diartikan sebagai jumlah barang

tertentu yang dapat disetarakan dengan barang lain. Sebagai misal, apabila sepikul padi dapat

ditukar dengan seekor rusa jantan maka harga sepikul padi adalah seekor rusa jantan.

Bannock, at al (1984) dalam Dictionary of Economics mengartikan harga sebagai sesuatu yang

harus diberikan untuk dapat memperoleh sesuatu. Harga umumnya dinyatakan dalam jumlah

uang per satu satuan barang atau jasa. Secara lebih spesifik Lipsey, at al (1984) mengatakan

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

13

bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan dalam membeli satu unit barang

tertentu. Dalam aktivitas perekonomian sehari hari kita sering mendengar istilah harga apel,

harga beras kualitas A, harga jeruk besar di pasar Angso Duo, harga gabah di tingkat petani,

dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa harga sangat terkait pada jenis dan kualitas

komoditas yang diperdagangkan, pelaku pasar dan bahkan lokasi pasar.

Harga suatu barang secara teoritis dapat terjadi sesuai dengan sistem perekonomian

yang dianut dalam suatu wilayah. Pada suatu negara yang menganut sistem perekonomian

terpimpin yang sangat rigit seperti pada negara-negara sosialis misalnya, harga setiap

komoditas dapat dikatakan ditentukan secara langsung oleh pemerintah. Kasus harga

ditentukan oleh pemerintah atau produsen secara sepihak pada dasarnya tidak hanya dapat

ditemui pada negara yang menganut sistem perekonomian sosialis terpimpin saja. Pada

negara yang menganut prinsip liberalis tapi mengamini monopoli produksi komoditas tertentu

juga terjadi penentuan harga secara sepihak oleh produsen. Sebagai contoh di Indonesia kita

masih menemukan harga komoditas tertentu seperti air, listrik, serta migas masih sangat

tergantung pada ketentuan yang dibuat oleh pemerintah.

Pada sistem perekonomian pasar sebagaimana yang dianut oleh negara negara liberalis, harga

suatu barang atau jasa sangat tergantung pada kekuatan pasar. Jumlah produksi yang

ditawarkan oleh produsen serta jumlah permintaan yang dilakukan oleh konsumen akan

menentukan harga suatu barang dan atau jasa sebagaimana disajikan pada Gambar 6 berikut:

Pada Gambar 6, keseimbangan antara jumlah barang yang ditawarkan (S) dan barang

yang diminta konsumen (D) adalah sebesar Q pada harga P. Pada pasar persaingan sempurna

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

S

D

e

Q0

P

Gambar 6. Keseimbangan penawaran (S) dan permintaan (D)

14

umumnya akan ditemui perilaku alami dari pelaku pasar dimana pada tingkat harga yang

semakin tinggi produsen akan menghasilkan barang dan jasa lebih banyak. Sifat alami

produsen ini menyebabkan fungsi penawaran naik dari kiri kekanan atas. Disisi lain,

konsumen memiliki perilaku alami yang berbeda dari produsen. Pada tingkat harga yang

rendah konsumen akan meminta banyak dan akan mengurangi permintaan seiring dengan

meningkatnya harga. Perilaku konsumen yang sedemikian rupa menyebabkan fungsi

permintaan konsumen memiliki slope negatif atau turun dari kiri atas ke kanan bawah.

Hal ini juga yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menjelaskan perilaku pasar di

sektor pertanian. Khususnya di sektor pertanian, pada saat panen raya dimana jumlah barang

yang ditawarkan menjadi sangat besar harga menjadi sangat rendah. Jumlah barang yang

ditawarkan lebih besar dari jumlah barang yang diminta oleh konsumen sehingga terjadi

kelebihan penawaran atau ekses suply yang berdampak pada turunnya harga. Sebagai

ilustrasi, petani akan cenderung memilih untuk mengobral hasil panennya asalkan dapat terjual

dari pada membawa barang yang dihasilkan tersebut ke rumah dan menyimpannya di gudang

dengan resiko tinggi lebih. Terciptanya harga harga barang dan jasa diyakini sangat

dipengaruhi oleh dua perilaku alami produsen dan konsumen yang saling bergerak kearah

yang berbeda tersebut sebagaimana disajikan pada Gambar 7 berikut:

.

Pendekatan Cobb Web atau sarang laba laba secara teoritis diyakini dapat digunakan

sebagai salah satu pendekatan dalam menentukan terciptanya harga barang dan jasa

berdasarkan kekuatan pasar. Pada harga barang sebesar P1, produsen akan bersedia

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

P1

Pe

P2

S

D

e

Q2 Qe Q10

Gambar 7. Proses terciptanya keseimbangan penawaran (S) dan permintaan (D) mengikuti konsep pendekatan Cobb Web

15

menawarkan barang dan jasa sebesar Q1 sesuai dengan kurva penawaran yang dimiliki.

Namun konsumen, sesuai dengan kurva permintaan yang dimiliki hanya bersedia membayar

P2 agar jumlah barang Q1 yang ditawarkan habis diminta. Jika ka harga P2 dimana P2 < P1

produsen hanya bersedia menghasilkan barang sebesar Q2 sesuai dengan kurva penawaran S.

Apabila barang yang tersedia dipasar hanya sejumlah Q2 konsumen akan kekuarangan barang

untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan demikian akan bersedia membayar harga yang

lebih tinggi dari Pe untuk memperoleh barang tersebut. Proses tersebut akan terus berulang

hingga akhirnya produsen dan konsumen akan berhenti pada jumlah barang Qe pada harga Pe.

Keadaan pasar dimana jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan sebagaimana

digambarkan pada Gambar 6 dan 7 disebut sebagai perekonomian berda pada titik

keseimbangan atau equilibrium.

2.6. Pendapatan Nasional

Pada posisi ekonomi berada pada titik keseimbangan, maka jumlah barang yang

dihasilkan oleh produsen sama dengan jumlah barang yang digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen (Qe ). Dengan asumsi harga produsen sama dengan harga konsumen (Pe) maka nilai

barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sama dengan nilai barang yang digunakan oleh

konsumen yakni Pe * Qe. Dalam analisis sistem perekonomian dua sektor sebagaimana

dibahas pada sub bab 2.2 nilai barang yang dihasilkan oleh sektor perusahaan pada dasarnya

adalah sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual oleh sektor keluarga ke sektor

perusahaan. Apabila diasumsikan bahwa seluruh produsen dan konsumen adalah penduduk

dari satu negara tertentu, maka total nilai barang dan jasa yang di dihasilkan oleh produsen {∑

(Pe*Qe)} adalah merupakan total pendapatan nasional dari negara tersebut.

Pendapatan nasional adalah total nilai produk barang dan jasa yang dapat dihasilkan

oleh suatu negara dalam kurun waktu satu tahun. Oleh karena itu, pendapatan nasional suatu

negara sering kali digunakan sebagai salah satu tolok ukur dari kemajuan suatu negara.

Semakin maju perekonomian suatu negara maka semakin besar daya kemampuan negara

tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa yang berarti semakin besar nilai pendapatan

nasional negara tersebut. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3,

perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan

sebagaimana juga yang umum disajikan dalam berbagai literatur Ilmu Ekonomi makro yaitu:

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

16

1. nilai hasil produksi perusahaan,

2. total pendapatan per kapita rumah tangga, dan

3. total pengeluaran

Pendekatan pendapatan nasional yang pertama juga sering dikenal dengan istilah

product approach. Pendekatan ini dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan

nasional dengan cara menjumlahkan hasil penjualan akhir barang dan jasa yang dihasilkan

oleh suatu negara pada suatu kurun waktu tertentu, umumnya dalam satu tahun. Dengan

mengasumsikan total jumlah barang kesatu adalah Q1 dan harga barang tersebut pada

konsumen terakhir adalah P1 dan seterusnya untuk barang kedua dan ke-n maka total

pendapatan nasional negara tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

NI = P1Q1 + P2Q2 +P3Q3 +…………..+PnQn ……………………………………….(7)

NI = (PiQi) …………………………………………………………………….. (8)

Pendekatan penghitungan pendapatan nasional juga dapat dilakukan dengan

menghitung seluruh pendapatan perkapita penduduk suatu negara pada periode waktu satu

tahun. Hal ini dapat dilakukan dengan mendata pendapatan keluarga atau anggota keluarga

rumah tangga. Sebagaimana diuraikan pada subbab 2.2, pendapatan rumah tangga dapat

diperoleh atas penggunaan sumberdaya yang dimiliki rumah tangga oleh perusahaan dalam

menghasilkan barang dan jasa. Pendapatan rumah tangga tersebut dapat berupa upah dan gaji

(Yw) anggota keluarga, sewa atas penggunaan barang milik rumah tangga (Yr), bunga

sumberdaya modal rumahtangga yang digunakan perusahaan (Yi) dan atau pendapatan laba

(Yp) yakni berupa selisih nilai produksi dan biaya yang diperoleh perusahaan dan diserahkan

ke rumahtangga pemilik perusahaan tersebut. Jumlah pendapatan dari empat komponen

pendapatan tersebut dari seluruh rumah tangga dalam suatu negara adalah merupakan

pendapat nasional yang dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = Yw + Yr + Yi + Yp ……………………………………………………………. (9)

Oleh karena pendapatan rumah tangga tersebut adalah merupakan peneriman

rumahtangga dari perusahaan atas penggunaan faktor produksi yang digunakan oleh

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

17

perusahaan maka pendekatan pendapatan tersebut juga sering dikenal dengan istilah at factor

income approach (Y at factor).

Pendekatan lainnya yang lazim digunakan dalam menghitung pendapatan nasional

adalah pendekatan pengeluaran atau expenditure approach. Pendekatan ini dilakukan dengan

menghitung seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh pelaku ekonomi untuk

menghasilkan barang dan jasa yang siap dikonsumsi oleh konsumen terakhir. Dengan

mengasumsikan bahwa produsen barang dan jasa dihasilkan oleh sektor perusahaan, rumah

tangga, dan pemerintah, maka total pengeluaran adalah penjumlahan pengeluaran yang

dilakukan oleh perusahaan yakni berupa investasi (I), pengeluaran konsumsi rumahtangga (C )

dan pengeluaran pemerintah (G). Dengan demikian total pendapatan nasional dapat dituliskan

sebagai berikut:

Y = C + I + G …………………………………………………………………….(10)

Dalam bahasan yang lebih detail, pelaku ekonomi lain dalam sektor perekonomian

adalah sektor perdagangan luar negeri. Perolehan pendapatan nasional dari sektor perdagangan

luar negeri adalah berupa selisih netto antara perdagangan ekspor (X) dan impor (M). Dengan

memasukkan sektor perdagangan luar negeri, maka pendapatan nasional dalam persamaan 10

dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

Y = C + I + G + (X – M)…………………………………………………………….(10)

Pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pengeluaran dengan demikian

adalah penjumlahan pengeluaran rumahtangga ( C ), pengeluaran investasi oleh perusahaan

(I), pengeluaran consumsi oleh pemerintah (G), dan total perolehan bersih dari perdagangan

luar negeri (X – M).

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

18

PB.III. Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional

3.1. Gambaran umum Pembangunan Pertanian Indonesia

Sebagaimana telah dibahas dalam sub bab terdahulu, aktivitas ekonomi berawal dari

upaya memenuhi kebutuhan pangan yang bertumbuh lebih pesat dari sumberdaya yang

tersedia. Aktivitas ekonomi pada hakekatnya dapat dikatakan berawal dari fase kegiatan di

sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan. Hal ini dapat diyakini mengingat

bahan pangan adalah merupakan kebutuhan yang paling pokok bagi setiap mahluk untuk dapat

mempertahankan hidup.

“It is in the agriculture sector that the battle for long term economic development will

be won or lost” (Gunnar Myrdal). Validitas pernyataan Myrdal tersebut telah diuji dalam

sejarah pembangunan pertanian di permukaan bumi ini. Setiap negara dapat dikatakan

mengawali perjalanan panjang pembangunan perekonomian mereka dari kerja keras

membangun sektor pertanian. Penduduk Eropa bermigrasi ke Benua Amerika bertujuan

mencari lahan pertanian. Hingga tahun 1790 Amerika Serikat masih merupakan negara

pertanian dimana sekitar 90 % dari total penduduk yang bermukim di negara ini hidup dari

sektor pertanian. Perkembangan teknologi yang terjadi pada era Revolusi Industri pada

pertengahan abad ke-19 menyebabkan industri berbasis pertanian tumbuh pesat di negara

tersebut. Pada tahun 1890 dan 1990 penduduk Amerika Serikat yang hidup dari sektor

pertanian masing masing hanya 43 % dan 4,6 % dari total penduduknya.

Sama seperti Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya di kawasan Benua

Eropa dan Asia, Indonesia juga memulai pembangunan ekonomi dari sektor pertanian. Upaya

memajukan sektor pertanian bahkan telah dilakukan sejak jaman pemerintahan Hindia

Belanda yakni dengan didirikannya Departemen Van Landbouw pada tahun 1905.

Perbedaannya adalah upaya pembangunan yang telah diawali sejak seratus tahun yang lalu

tersebut belum dapat mengurangi jumlah penduduk yang hidup dari sektor pertanian hingga

setengahnya sebagaimana yang dicapai oleh Amerika Serikat pada tahun 1890 setelah satu

abad membangun pertanian.

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

19

Pembangunan pertanian di Indonesia pada dasarnya telah direncanakan dengan baik

dan terpola. Plan Kasimo adalah program pembangunan pertanian Indonesia pertama sejak

menagalami kemerdekaan. Program ini merupakan rencana pembangunan pertanian 3

tahunan yang dimulai pada tahun 1948-1950. Belum genap satu periode, pemerintah

kemudian menggabungkannya dengan Rencana Wisaksono yang kemudian dikenal dengan

Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI). Salah satu misi yang hendak dicapai oleh RKI adalah

mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pengadaan beras yang memadai. Misi yang

diemban oleh RKI diwujudkan dengan melaksanakan perbanyakan produksi benih unggul,

penataan sistem pengairan, penggunaan pupuk kimia dan pembrantasan hama penyakit pada

lahan usahatani padi serta pendidikan pertanian bagi masyarakat desa di tingkat kabupaten.

Pada tahun 1962 pemerintah berupaya memacu pembangunan pertanian melalui konsep

Panca Usaha yang meliputi 1) penyediaan air untuk sawah, 2) pengadaan bibit unggul, 3)

pemupukan, 4) pengendalian hama terpadu, dan 5) cara bercocok tanam yang baik pada

usahatani padi sawah. Program penerapan Panca Usaha diawali dengan pengadaan pilot

projek di Kerawang yang kemudian dilanjukkan dengan Program Demonstrasi Massal

(Demas) pada musim tanam 1964/1965.

Program pembagunan pertanian yang utamanya ditujukan untuk peningkatan taraf

hidup petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi terus dilanjutkan

oleh pemerintah. Pemerintah Orde Baru mencanangkan pencapaian swasembada beras dalam

program pembangunan pertanian. Sistem Demas yang lebih berorientasi pada pengadaan

petak petak percontohan kemudian ditingkatkan dengan Program Bimbingan Massal (Bimas).

Program Bimas kemudian diikuti dengan Program Intensifikasi Khusus (Insus) yang

merupakan pelaksanaan program Bimas pada lahan sehamparan hingga Indonesia dengan

bangga berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Pasca swasembada beras yang sangat disayangkan tidak dapat dipertahankan tersebut,

program pembangunan pertanian terus dilanjutkan oleh pemerintah. Intentensifikasi padi

kemudian diperluas hingga ke lahan lahan marginal seperti lahan kering (padi ladang), sawah

pasang surut, dan lebak. Selain itu, intensifikasi pertanian juga ditopang oleh introduksi

teknologi baru melalui penyuluhan yang diikuti dengan pembentukan WKPP, Unit Supra

Insus, serta berbagai program yang bertujuan mencapai dan menjaga ketahanan pangan

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

20

nasional. Program pembangunan pertanian telah dilakukan secara berkesinambungan, namun

satu hal yang perlu direnungkan adalah Indonesia masih tetap merupakan negara pertanian.

3.2. Cakupan sektor pertanian di Indonesia

Meskipun secara umum digambarkan diatas bahwa pembangunan pertanian lebih

diorientasikan pada peningkatan produksi dan produktivitas usahatani tanaman pangan

khususnya beras, pada hakekatnya pembangunan sektor pertanian tidak hanya dilakukan pada

sub sektor tanaman pangan melainkan juga pada empat sub sektor lainnya dalam lingkup

sektor pertanian. Dalam pemahaman yang lebih luas, sektor pertanian meliputi 5 sub-sektor

yakni:

1. Pertanian tanaman pangan,

2. Perkebunan,

3. Kehutanan,

4. Peternakan, dan

5. Perikanan

3.2.1. Subsektor Pertanian Tanaman Pangan

Subsektor tanaman pangan adalah salah satu bentuk pertanian diusahakan dengan

tujuan menghasilkan komoditas bahan pangan utama seperti beras, palawija, buah dan

sayuran. Konsep subsektor pertanian tanaman pangan seringkali dijumpai dalam berbagai

literatur diartikan sebagai pertanian rakyat atau pertanian rumahtangga (household farming

system). Identifikasi sub sektor tanaman pangan kedalam sektor pertanian rakyat ataupun

pertanian rumah tangga terjadi karena aktivitas produksi pada sub sektor ini sering dilakukan

oleh petani rakyat dengan skala usaha yang kecil.

Sebagaimana yang dapat diamati hampir di seluruh penjuru Indonesia, areal tanaman

pangan yang diusahakan petani tergolong relatif sempit dan dikelola secara subsisten.

Berbagai macam komoditas pangan seperti padi, jaugung, ubi kayu, bahkan buahbuahan dan

sayuran masih dikelola oleh rumah tangga petani dengan motif memenuhi kebutuhan

konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sejumlah besar keluarga petani padi

sawah di berbagai daerah di Sumatera hanya memiliki lahan padi sawah kurang dari 0,5 hektar

bahkan dibawah 0,3 hektar di Pulau Jawa. Dengan rata-rata produktivitas 2,91 dan 5,14 ton/ha

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

21

masing masing di pulau Sumatera dan Pulau Jawa, total produksi padi yang dapat dihasilkan

hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga selama satu musim

tanam. Dengan rata rata kemampuan produksi 1 ton padi atau 0,6 ton beras per keluarga per

musim tanam maka dapat dikatakan petani tidak akan memiliki kesempatan untuk menjual

sebahagian dari hasil produksi usahatani padi yang diperolehnya tersebut. Usahatani tanaman

pangan di Indonesia masih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga.

Gambaran umum lain yang dapat dilihat dari usahatani tanaman pangan yang dikelola

oleh rumah tangga petani adalah lahan pertanian yang diusahakan secara multi komoditi.

Kecuali pada lahan usahatani padi sawah, lahan pertanian tanaman pangan lain seperti lahan

pekarangan, ladang, tegal dan huma umumnya diusahakan petani dengan berbagai jenis

tanaman baik secara tumpang sari ataupun bergiliran. Bahkan di beberapa daerah tertentu,

lahan pertanian sawah pun sudah kerap kali ditemui diusahakan petani dengan sistem mina

padi atau bergilir dengan tanaman palawija seperti jagung, kedele, dan berbagai jenis tanaman

sayuran lainya. Pilihan petani untuk mengusahakan tanaman pangan khususnya beras

terutama didasarkan atas kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan pangan petani berikut

anggota keluarganya.

Sementara pilihan komoditas tanaman pangan lain lebih didasarkan pada kondisi iklim

serta modal yang dimiliki oleh keluarga petani. Tanaman pangan non padi umumnya

diusahakan petani dengan maksud untuk memperoleh pendapatan berupa uang yang dapat

digunakan untuk membeli keperluan rumah tangga dan atau beras pada musim paceklik.

Keterbatasan modal sering menjadi kendala bagi petani tanaman pangan untuk dapat mampu

mengusahakan lahan pertanian yang dimiliki dengan motif komersil. Keterbatasan modal

yang dimiliki petani menyebabkan mereka lebih responsif terhadap resiko (risk avert)

sehingga petani dalam beberapa kesempatan terpaksa mengusahakan tanaman pangan yang

mudah diusahakan, tanpa butuh modal besar, dan dapat dipasarkan di lokasi petani.

Materi Kuliah PIEPenanggung Jawab: Dr. Dompak Napitupulu

22