repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/671/1/93252-DWI... ·...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/671/1/93252-DWI... ·...
MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH HUJAN SECARA OTOMATIS DENGAN PENDAKATAN BASIS DATA
SPASIAL
(STUDI KASUS: SERPONG dan PADANG)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Dwi Rahardjo Putra
(105093003018)
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M / 1430 H
i
MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH HUJAN
SECARA OTOMATIS DENGAN PENDAKATAN BASIS DATA
SPASIAL
(STUDI KASUS: SERPONG dan PADANG)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Dwi Rahardjo Putra
(105093003018)
Menyetujui,
Pembimbing I
Zainul Arham, M.Si NIP. 19740730 200710 1 002
Pembimbing II
Winarno ST NIP 680.004.122
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi
A’ang Subiyakto, M.Kom NIP. 150 411 252
ii
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Membangun Sistem Konversi Data Curah Hujan Secara
Otomotis dengan Pendekatan Basis Data Spasial (Studi Kasus: Padang dan
Serpong)” yang ditulis oleh DWI RAHARDJO PUTRA, NIM 105093003018
telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17
Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui :
Penguji I Penguji II
Ir. Bakri La Katjong, MT, MKom NIP. 470 035 764
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2 008
Pembimbing I Pembimbing II
Zainul Arham M.Si NIP. 19740730 200710 1 002
Winarno ST NIP. 680.004.112
Mengetahui :
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Ketua Program Studi Sistem Informasi
Aang Subiyakto, M. Kom NIP. 150 411 252
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juli 2010
Dwi Rahardjo Putra
105093003018
iv
ABSTRAK
DWI RAHARDJO PUTRA, Membangun sistem konversi secara otomatis dengan pendekatan Basis Data Spasial. Dibawah bimbingan Bapak ZAINUL ARHAM dan Bapak WINARNO.
Kebutuhan instrument-instrumen kebumian sangat dibutuhkan guna mengidentifikasi fenomena-fenomena bumi yang terjadi, Radar Doppler salah satu instrument kebumian yang dapat digunakan dalam membantu manusia dalam pengambilan keputusan. Data hasil identifikasi Radar Doppler merupakan Data gambar mentah yang belum bersifat informasional, dibutuhkan Proses konversi untuk dapat menambahkan nilai informasi pada Data hasil identifikasi Radar Doppler tersebut. Tujuan penulisan adalah Membangun sistem konversi otomatis dari Data hasil identifikasi Radar Doppler menjadi Basis Data Spasial.Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah System Development Life Cycle (SDLC) – waterfall, terdiri dari perencanaan, analisa, perancangan, dan implementasi. Perencanaan dilakukan dengan klasifikasi Data Spasial yang ada, analisa dilakukan dengan menganalisis sistem yang dibutuhkan saat ini dan siapa saja pengguna sistemnya, perancangan dilakukan dengan tools DFD dan di-implementasikan menggunakan teknologi opensource fgs-mapserver, fortran,shell script,Crontab dan PostgreSQL. Hasil yang dicapai adalah Sistem konversi sederhana yang dalam alur konversinya terdapat perubahan bentuk File dari .RAW -> .TXT -> TXT(2) -> ShapeFile -> .Sql yang berbentuk Basis Data Spasial. Basis Data Spasial yang dihasilkan mempunyai dua kategori yaitu Basis Data yang berisi Data yang baru masuk dengan nama table Doppler_now dan kumpulan Data-Data cuaca yatiu Doppler_sum dengan Data yang berisikan informasi mengenai koordinat titik hujan, intensitas curah hujan, sudut tembak Radar dan satuan waktu dari tahun, bulan, tanggal, jam dan menit. penyediaan Basis Data Spasial ini diharapkan dapat mempermudah pengembang-pengembang webGIS dalam membuat suatu aplikasi yang dapa membantu dalam pengambilan keputusan.
Kata Kunci: Sistem konversi otomatis, SDLC, Basis Data Spasial, Radar ,Serpong dan Padang.
Pustaka Acuan (5, 2002-2008).
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Membangun sistem konversi data curah hujan secara otomatis dengan pendekatan
Basis Data Spasial ( studi kasus Serpong dan Padang )”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan arahan
yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom selaku Ketua Program Studi Sistem
Informasi.
3. Bapak Zainul Arham, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang sudah
membimbing saya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. dan Bapak Winarno ST selaku Dosen Pembimbing II, yang dengan
kebijaksanaannya telah sabar membimbing dan mengajarkan saya banyak
hal sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua saya yang sangat luar biasa, yang telah memberikan do’a
dan semangat untuk membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik akan sangat membantu
untuk Proses perbaikan selanjutnya, semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2010
Dwi Rahardjo Putra
105093003018
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................xiv
DAFTAR SIMBOL .................................................................................... xv
DAFTAR FILE KONVERSI .................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ....................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 5
1.6 Metodologi Penelitian ............................................................... 5
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 5
viii
1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ........................................ 6
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Konversi Otomatis ........................................................ 8
2.1.1 Konsep Dasar Sistem .................................................. 8
2.1.2 Pengertian konversi dan Otomatis .................................. 10
2.1.3 Pendekatan dalam Pembangunan Sistem Konversi ........... 11
2.1.3.1 DFD ...................................................................... 11
2.1.3.2 Kamus Data .......................................................... 13
2.2 Data ........................................................................................... 14
2.2.1 Data dan Informasi Geografis ............................................ 15
2.2.2 Jenis Data pada Sistem Informasi Geografis ..................... 16
2.2.3 Model Data Sistem Informasi Geografis ........................... 18
2.2.3.1 Titik (Point) ........................................................... 18
2.2.3.2 Garis (Line) ........................................................... 18
2.2.3.3 Polygon (Area) ...................................................... 19
2.3 Jenis Tipe File yang ada pada Sistem Konversi............................20
2.3.1 File dengan Format (.RAW) ......................................... 20
2.3.2 File dengan Format (.Txt) ............................................. 20
2.3.3 File dengan Format (ShapeFile) .................................... 20
2.3.4 File dengan Format (.SQL) ........................................... 21
2.4 Basis Data Spasial.........................................................................22
2.5 Pengenalan Radar Cuaca...............................................................23
2.5.1 Definisi Radar ....................................................................23
ix
2.5.2 Radar Cuaca .......................................................................23
2.5.3 Manfaat Radar.................................................................... 24
2.6 Pengenalan Program Harimau ...................................................... 26
2.6.1 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Serpong ............... 27
2.6.2 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Padang................. 29
2.7 Perangkat Lunak yang digunakan dalam Pembuatan Sistem........ 30
2.7.1 Linux Ubuntu (Sebagai Sistem Operasi) ............................ 30
2.7.2 Shell script........................................................................... 30
2.7.3 Crontab................................................................................ 31
2.7.4 Phython ............................................................................... 34
2.7.5 Fortran................................................................................. 34
2.7.6 PostgreSql ........................................................................... 35
2.7.7 Postgis ................................................................................. 36
2.8 Cuaca dan Iklim ....................................................................... 37
2.8.1 Cuaca ............................................................................... 37
2.8.2 Iklim ................................................................................ 37
2.9 Proyeksi UTM ......................................................................38
2.10 Pengertian Real Time ............................................................... 38
2.11 Pengertian Black Box Testing .................................................... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 40
3.2 Bahan dan Perangkat .................................................................. 40
3.2.1 Bahan .............................................................................. 40
3.2.2 Perangkat ......................................................................... 41
x
3.3 Metodologi Penelitian ................................................................ 42
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data .............................................. 42
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem ....................................... 43
3.3.2.1 Kebutuhan ............................................................. 46
3.3.2.2 Perencanaan .......................................................... 46
3.3.2.3 Analisis ................................................................. 48
3.3.2.4 Desain ................................................................... 55
3.3.2.5 Implementasi ........................................................ 69
3.3.3 Pengujian Sistem ............................................................. 70
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Fungsi dan Konten pada Folder Harimau .................................. ...79
4.2 Shell Script Program ...................................................................... ...82
4.2.1 Proses Mengambil Product1.raw dari ftp Serpong/Padang.....85
4.2.2 Proses Konversi dari Product1.raw Menjadi cdrserpong.txt..86
4.2.3 Proses Konversi dari cdrserpong.txt Menjadi cdrserpong_xy.txt...87
4.2.4 Proses cdrserpong_xy.txt menjadi Harimau ShapeFile ....... ..92
4.2.5 Proses Harimau ShapeFile menjadi Harimau (.sql) serta Proses
Dumping pada Harimau (.sql).................................................96
4.2.6 Proses Backup File .............................................................. .100
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................102
5.2 Saran ......................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................104
DAFTAR LITERATUR PENDUKUNG.......................................................105
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Radar Doppler Serpong (Sumber arsip BPPT) .............................. 27
Gambar 2.2 Radar Doppler Padang (Sumber arsip BPPT)................................ 27
Gambar 2.3 Gambar Struktur Program Fortran ................................................. 34
Gambar 3.1 System Development Life Cycle .................................................. 44
Gambar 3.2 Diagram alur penelitian ............................................................... 45
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Neonet ......................................................... 55
Gambar 3.4 Diagram Konteks ........................................................................ 57
Gambar 3.5 DFD Level 0 Sistem Konversi ....................................................... 58
Gambar 3.6 DFD Level 1 pada Proses 2.0 ...................................................... 62
Gambar 3.7 DFD Level 1 pada Proses 4.0 ...................................................... 65
Gambar 4.1 Shell Script all.sh ........................................................................ 76
Gambar 4.2 Sintax Crontab ............................................................................ 77
Gambar 4.3 start/stop Crontab ........................................................................... 77
Gambar 4.4 Alur Perpindahan File ................................................................. 78
Gambar 4.5 Ftpserpong.sh .............................................................................. 79
Gambar 4.6 Sintax menjalankan Program IRISread.......................................... 80
Gambar 4.7 rawtotxt.sh...................................................................................... 81
Gambar 4.8 cdrserpong.txt................................................................................. 82
Gambar 4.9 cdrserpong_xy.txt ........................................................................ 83
Gambar 4.10 Bacaradar.f ............................................................................... 84
Gambar 4.11 Kompile Fortran ....................................................................... 85
Gambar 4.12 Txt2.sh ..................................................................................... 85
xii
Gambar 4.13 Format Penulisan Cdrserpong_xy.txt ....................................... 87
Gambar 4.14 Format Penulisan Perintah Txt2shp.py .................................... 88
Gambar 4.15 Txt2shp.py ............................................................................... 88
Gambar 4.16 Txttoshp.sh ............................................................................... 89
Gambar 4.17 Move.sh .................................................................................... 89
Gambar 4.18 Pembuatan Basis Data baru pada Postgresl ............................. 90
Gambar 4.19 Pemberian Nama Basis Data pada Postgresql .......................... 91
Gambar 4.20 Sintaks Pembuatan Atribut Tabel Doppler_new ...................... 91
Gambar 4.21 Sintaks Pembuatan Atribut Tabel Doppler_sum ...................... 91
Gambar 4.22 Shp2sql.sh ................................................................................ 92
Gambar 4.23 Backup.sh ................................................................................. 94
Gambar 4.24 Hasil Basis Data Harimau ........................................................ 95
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Radar Doppler Serpong ............................................... 27
Table 2.2 Spesifikasi Radar Doppler Padang ................................................. 29
Tabel 3.1 Proses Sistem konversi otomatis data curah hujan .......................... 57
Tabel 3.2 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong.txt....................................... ..59
Tabel 3.3 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt................................. 59
Tabel 3.4 Proses konversi ke bentuk harimau shapefile (.shp, .dbf, .shx) ....... 60
Tabel 3.5 konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial .......................... 60
Tabel 3.6 Proses kompres file .......................................................................... 61
Tabel 3.7 Proses buat file cdrserpong_xy.txt ................................................... 63
Tabel 3.8 Proses filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7 ............... 63
Tabel 3.9 Proses tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu ......... 64
Tabel 3.10 Proses konversi ke cdserpong_xy.txt ............................................. 66
Tabel 3.11 Proses hapus record tabel doppler_new ......................................... 66
Tabel 3.12 Proses isi record tabel doppler_new............................................... 67
Tabel 3.13 Proses isi record tabel doppler_sum............................................... 67
Tabel 3.14 Kamus data Harimau ...................................................................... 68
Tabel 3.15 Proses Tabel Hasil Pengujian White Box....................................... 70
Tabel 3.16 Tabel Hasil Pengujian Black Box................................................... 70
xiv
DAFTAR SIMBOL
1. Simbol dan Notasi DFD
Gene dan Sarson Keterangan Yourdon dan DeMarco
Source
(Kesatuan Luar)
Process (Proses)
Data Flow (Arus Data)
Data Store
(Simpanan Data)
Sumber: Whitten, Bentey & Dittman, 2004
2. Simbol Notasi Kamus Data
Notasi
=
+
( )
{ }
[ ]
* *
@
Keterangan
Terdiri dari
Dan
Opsional (Boleh ada boleh tidak)
Pengulangan
Memilih salah satu dari sejumlah alternative
Komentar
Identifikasi Atribut kunci
Sumber: Jogiyanto, 2005
xv
DAFTAR FILE KONVERSI
No. Ekstension awal Ekstension Hasil Ket
1. RAW txt File dengan eks. Txt yang
dihasilkan belum mempunyai
Data-Data Atribut yang
lengkap.
2. txt txt (2) File dengan eks. Txt yang
dihasilkan sudah mempunyai
Data-Data Atribut yang
lengkap.
3. txt (2) ShapeFile
4. ShapeFile sql Dua buah tabel yaitu
Doppler_new dan
Doppler_sum
xvi
DAFTAR ISTILAH
No. Istilah Keterangan
1 Curah Hujan Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan
dari atmosfer turun ke permukaan bumi.
Sedangkan curah hujan adalah jumlah air hujan
yang turun pada suatu daerah dalam waktu
tertentu. Biasanya curah hujan diukur dengan
menggunakan Rain Gauge. Namun dalam
skripsi ini nilai curah hujan didapatkan dari
Radar Doppler yang merupakan jenis Radar
cuaca. Curah hujan di ukur dalam satuan
millimeter, Satu millimeter berarti dalam luasan
satu meter persegi pada tempat yang Datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau
sebanyak satu liter.
2 Spasial secara harafiah berarti pengukuran tentang
bumi, adalah cabang dari matematika yang
mempelajari hubungan di dalam ruang. Dari
pengalaman, atau mungkin secara intuitif, orang
dapat mengetahui ruang dari ciri dasarnya, yang
diistilahkan sebagai aksioma dalam geometri.
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Wawancara
Lampiran II Dokumen-Dokumen
2
dihasilkan langsung siap pakai, serta guna mempercepat dan
mempermudah pengguna dalam proses merubah data, dibutuhkan pula sistem
yang bersifat otomatis total karena data dihasilkan setiap 12 menit.
Dengan adanya sistem konversi yang secara langsung menghasilkan data
yang cepat, tepat, akurat dan siap pakai serta bersifat otomatis ini akan
memudahkan pengguna dalam melakukan analisis cuaca dan iklim pada saat
ini dan masa yang akan datang secara cepat dan bersifat real time.
Dengan alasan tersebut maka penulis melakukan penulisan laporan Penelitian
yang berjudul MEMBANGUN SISTEM KONVERSI DATA CURAH
HUJAN SECARA OTOMATIS DENGAN PENDEKATAN SISTEM BASIS
DATA SPASIAL ( Studi Kasus Serpong dan Padang ).
1.1 Perumusan Masalah
Dalam penulisan penelitian ini masalah pokok yang akan dibahas penulis
adalah:
1. Bagaimana membangun suatu sistem konversi yang dapat merubah
data hasil identifikasi radar doppler menjadi data yang dapat
diintegrasikan ke dalam suatu basis data spasial dengan periode
waktu secara detail dan terotomatisasi per-12 menit?
2. Bagaimana Mengeliminir nilai rainrate dengan nilai -999 dan nilai
rainrate yang mempunyai nilai lebih kecil daripada 7 pada produk
shapefile dan basis data spasial yang akan dihasilkan oleh sistem
konversi ini?
3
3. Bagaimana menciptakan dua tabel basis data spasial guna
penampungan data terbaru dan data keseluruhan?
1.2 Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Merancang dua tabel basis data spasial yang terintegrasi, yang
merupakan hasil konversi data identifikasi radar doppler yaitu
doppler_new dan doppler_sum. Tabel doppler_new digunakan
untuk menampung data terbaru hasil konversi dan tabel
doppler_sum digunakan untuk penampungan data keseluruhan.
2. Proses konversi data meliputi : ( .RAW ), ( .Txt ), Shapefile dan (
.Sql )
3. Proses konversi dan pembuatan basis data spasial yang dilakukan
pada penelitian bersifat otomatis per 12 menit.
4. Tidak adanya interface pada sistem konversi ini.
5. Metode yang digunakan adalah SDLC (Sistem Development Life
Cycle)
6. Hasil akhir dari sistem konversi ini adalah basis data spasial.
7. Berjalan pada OS linux ubuntu 8.04.
4
1.5 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah membangun sistem konversi otomatis
dari data hasil identifikasi radar doppler menjadi sebuah basis data spasial.
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang hendak dicapai oleh penulis adalah :
a) Mengintegrasikan hasil konversi data radar doppler yaitu (.RAW)
secara otomatis per 12 menit menjadi satu kesatuan sistem basis
data spasial.
b) Membuat backup data yang ada pada sistem konversi ini, yaitu
Product1.Raw, cdrserpong_xy.txt, harimau shapefile.
c) Mengeliminir nilai rainrate dengan nilai -999 dan nilai rainrate
yang mempunyai nilai lebih kecil daripada 7.
d) Membuat dua tabel dalam satu kesatuan basis data spasial yatiu
doppler_new dan doppler_sum. Tabel doppler_new digunakan
untuk penampungan data terbaru hasil konversi dan tabel
doppler_sum digunakan untuk penmpungan hasil konversi secara
keseluruhan.
5
1.6 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Membuat suatu sistem konversi secara otomatis untuk data radar
doppler.
b. Mengetahui tipe-tipe data yang terdapat pada sistem konversi Otomatis
c. Mengetahui bagaimana proses konversi data curah hujab yaitu
product1.RAW menjadi sebuah basis data spasial.
2. Manfaat bagi salah satu sub bagian BPPT yaitu Neonet.
a. Mempercepat dan mempermudah pekerjaan dalam penyajian data
radar doppler.
b. Memudahkan dalam pencarian data berbasis waktu.
c. Memudahkan dalam penggunaan data untuk pengembangan aplikasi
selanjutnya yang berhubungan dengan data doppler.
d. Mendapatkan hasil akhir berupa data radar doppler yang sudah bernilai
informasi.
e. Pemanggilan data kembali, karena pada sistem ini terdapat fungsi
backup data hasil konversi.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun laporan
penelitian ini adalah dengan cara :
• Studi Pustaka
6
Pengumpulan data yang bersumber dari berbagai buku yang menjadi
referensi dan pengumpulan data yang bersumber dari internet sebagai
penunjang pemecahan permasalahan.
• Observasi
Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan dan
pengenalan data yang ada sehingga dapat diadakan evaluasi dari sudut
tertentu yang mendukung kebenaran dari data tersebut.
• Wawancara
Konsultasi tanya jawab langsung dengan instansi terkait guna
mendapat gambaran mengenai sistem yang di butuhkan dan mendapatkan
data-data yang diperlukan mengenai Hydrometeorological Array For
Interseasional variations Monsoon Automonitoring (Harimau).
1.7.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah
metode SDLC (System Development Life Cycle) yang mencakup
tahap-tahap sebagai berikut :
• Identifikasi Kebutuhan
• Perencanaan Sistem (System Planning)
• Analisis Sistem (System Analysis)
• Perancangan (System Design)
• Penerapan (System Implementation).
7
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan ini dibagi menjadi lima bab. Adapun isi dari
masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan latar belakang dibuatnya penulisan karya tulis ini,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan metode penulisan yang masing-masing dijelaskan pada tiap
bab.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang pengertian dan teori-teori yang digunakan
sebagai landasan atau dasar laporan ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang mencakup metode
pengumpulan data dan metode pengembangan sistem yang digunakan
dalam pengkonversian data radar harimau ke dalam bahasa pemrogaman
database yaitu SQL.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang hasil pembahasan dari sistem informasi yang
dikembangkan dan pengujian terhadap sistem yang dikembangkan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari uraian yang sudah diterangkan pada bab-
bab sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran untuk pengembangan
lebih lanjut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketersediaan informasi yang cepat, tepat dan akurat memberikan
kemudahan kepada pengguna sehingga dapat melakukan perencanaan dengan
tepat dan menghasilkan keputusan yang optimal, demikian pula dengan proses
pelaksanaannya akan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Faktor terpenting dalam informasi kebumian adalah informasi mengenai
cuaca dan iklim. Dengan tersedianya informasi mengenai cuaca dan iklim
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam berbagai bidang yang erat
kaitannya dalam pola kehidupan dan lingkungan manusia.
Informasi cuaca dan iklim merupakan produk dari rangkaian analisis
komponen cuaca, akan tetapi komponen cuaca yang berperan besar terhadap
analisis adalah yaitu curah hujan, analisis curah hujan sangat bergantung pada
data curah hujan yang bersifat real time. Dalam menunjang data curah hujan
secara real time digunakan instrumen kebumian yaitu radar doppler. Radar
doppler dapat menghasilkan data mengenai curah hujan secara real time setiap
12 menit.
Akan tetapi, dalam pengambilan data yang dihasilkan oleh radar doppler
masih terdapat beberapa kendala. seperti data yang dihasilkan oleh sensor
radar doppler masih belum siap pakai.
Untuk mempermudah dalam analisis data curah hujan, dibutuhkan sebuah
sistem konversi yang dapat merubah data tersebut sehingga data yang
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem konversi otomatis
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Rober dan Micheal dalam Prahasta (2005), menyatakan
sistem sebagai kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk
kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas
yang jelas. Lebih lanjut menurut Jogiyanto (2005) menjelaskan
pengertian sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Elemen-elemen itu tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri, tetapi saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan, sehingga tujuan atau sasaran sistem itu dapat tercapai.
Pendekatan sistem yang menekankan pada komponen atau elemen
akan lebih mudah dipelajari untuk tujuan analisis dan perancangan
suatu sistem.
Sistem itu sendiri memiliki karakterisitik atau beberapa sifat
tertentu, yaitu mempunyai komponen (components), batas sistem
(boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung
(interface), masukan (input), keluaran (output), proses (process), dan
sasaran suatu tujuan (goal).
8
9
Adapun penjelasan dari karateristik dari suatu sistem adalah
sebagai berikut:
1. Komponen sistem (Components)
Bagian sistem yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan.
Komponen atau elemen sistem dapat berupa subsistem atau beberapa
bagian sistem.
2. Batas sistem (Boundary)
Daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan lingkungannya
atau dengan sistem lainnya. Batas sistem inilah yang membuat sistem
dipandang sebagai satu kesatuan.
3. Lingkungan Luar Sistem (Environments)
Segala sesuatu yang berada diluar sistem yang mempengaruhi sistem.
Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan sistem atau
merugikan sistem.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan
subsistem lainnya. Penghubung inilah yang menyebabkan beberapa
subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan.
5. Masukan Sistem (Input)
Sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem yang berasal dari
lingkungan.
6. Keluaran Sistem (Output)
10
Suatu hasil dari proses pengolahan sistem yang dikeluarkan ke
lingkungan.
7. Pengolah Sistem (Proses)
Bagian dari sistem yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran
(output).
8. Sasaran Sistem (Objectives) atau Tujuan (Goal)
Sasaran sistem adalah sesuatu yang menyebabkan mengapa sistem itu
dibuat atau ada. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai
sasaran atau tujuannya.
Jadi Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan unsur-unsur,
objek-objek, elemen-elemen yang saling berkaitan dan berinteraksi
satu sama lain yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dari sistem
tersebut.
2.1.2 Pengertian Konversi & otomatis
pengertian per-kata dari konversi dan otomatis adalah,
Konversi merupakan kegiatan yang diartikan sebagai
merubah sesuatu dari bentuk awal, ke bentuk akhir yang diinginkan,
kata konversi ini juga dapat melingkupi perubahan sebuah sistemik
yang sangat luas, dari sebuah sistem lama ke sebuah sistem baru.
Dalam hal ini penulis lebih mengacu kepada aktifitas perubahan
sebuah data lama ke sebuah data baru.
11
Otomatis diartikan sebagai “dengan sendirinya”, kata-kata
disamping diartiakan lebih luas sebagai suatu pelaksanaan proses
yang berjalan dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia
sedikitpun. Seperti halnya dalam sistem konversi yang dibangun,
sistem ini berjalan tanpa adanya campur tangan user manapun.
2.1.3 Pendekatan dalam pembangunan sistem konversi
2.1.3.1 Data Flow Diagram ( DFD )
Pada tahap perancangan sistem dibutuhkan rancangan
sistem dalam suatu bagan yang menunjukkan prosedur-
prosedur dari sistem tersebut. Alat yang digunakan untuk
merancang sistem ada bermacam-macam, diantaranya adalah
DFD dan Bagan Alir (Flow Chart).
Menurut Whitten, Bentey dan Dittman (2004) DFD
adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem
dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem
tersebut. Untuk memudahkan pembacaan DFD, maka
penggambaran DFD disusun berdasarkan tingkatan atau level
dari atas ke bawah, yaitu:
1. Diagram Konteks (Level 0)
Merupakan diagram paling atas yang terdiri dari suatu
proses dan menggambarkan ruang lingkup proses. Hal
yang digambarkan dalam diagram konteks adalah
12
hubungan terminator dengan sistem dan juga sistem dalam
suatu proses. Sedangkan hal yang tidak digambarkan dalam
diagram konteks adalah hubungan antar terminator dan
data store.
2. Diagram Zero (Level 1)
Merupakan diagram yang berada diantara Diagram
Konteks dan Diagram Detail serta menggambarkan proses
utama dari DFD. Hal yang digambarkan dalam Diagram
Zero adalah proses utama dari sistem serta hubungan
Entity, Proses, alur data dan data store.
3. Diagram Detail (Primitif)
Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam
Diagram Zero. Diagram yang paling rendah dan tidak dapat
diuraikan lagi.
13
2.1.3.2 Kamus Data
Menurut Jogiyanto (2005:725) Kamus Data (Data
Dictionary) adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan-
kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi. Pada tahap analisis,
kamus data digunakan sebagai alat komunikasi antara sistem analis
dengan user tentang data yang mengalir pada sistem tersebut serta
informasi yang dibutuhkan oleh pemakai sistem. Sedangkan
perancangan sistem kamus data digunakan untuk merancang input,
output, atau laporan dan database.
Kamus data harus dapat mencerminkan keterangan yang jelas
tentang data yang dicatatnya, maka kamus data harus memuat hal-hal
sebagai berikut:
a. Nama arus data
Nama arus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir.
b. Alias
Alias atau nama lain dari data yang dituliskan. Karena
terkadang data sama tetapi nama berbeda untuk orang atau
departemen satu dengan lainnya
c. Tipe data
Tipe data menunjukkan bagaimana arus data mengalir dari
hasil suatu proses ke proses yang lain. Data yang mengalir ini
14
dapat berupa suatu dokumen dasar atau formulir, serta dokumen
hasil cetakan computer.
d. Arus data
Arus data ini menunjukkan dari mana data mengalir dan dari
mana data akan menuju.
e. Penjelasan
Penjelasan digunakan untuk memperjelas lagi tentang makna
dari arus data yang dicatat dikamus data. Bagian penjelasan dapat
diisi dengan keterangan arus data.
f. Periode
Periode ini menunjukkan kapan terjadinya arus data dan
untuk mengidentifikasi kapan input data dapat dimasukkan ke
dalam sistem, kapan proses program dapat dilakukan dan kapan
laporan-laporan dapat dihasilkan
g. Struktur Data
Struktur data harus menunjukkan arus data yang dicatat pada
kamus data yang terdiri dari elemen-elemen atau item-item data
2.2 Data
Data adalah bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain
yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia,
peristiwa, aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. (Prahasta,
2005:32).
15
2.2.1 Data dan Informasi Geografis
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi
yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-
importnya dari perangkat – perangkat lunak yang lain maupun secara
langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan
memasukkan data atributnya dari table-tabel dan laporan dengan
menggunakan keyboard.
Di bawah ini di ungkapkan beberapa alasan dasar mengenai
kebutuhan SIG diantaranya :
1. Penanganan data geospasial sangat buruk
2. Peta dan statistik sangat cepat kadaluarsa
3. Data dan informasi sering tidak akurat
4. Tidak ada pelayanan penyediaan data
5. Tidak ada pertukaran data.
Fungsi-fungsi dari Sistem Informasi Geografis (SIG) antara lain :
1. Sistem Informasi Geografis sebagai bank data geografis
2. Sistem Informasi Geografis sebagai sarana bantu pengambilan
keputusan
16
3. Sistem Informasi Geografis sebagai sarana pengendalian
operasional dan pemantauan.
2.2.2 Jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Data pada SIG dibagi menjadi dua (2) jenis, yaitu data Spasial
(Keruangan) dan data NonSpasial (Atribut).
a. Data Spasial (Keruangan)
Data spasial adalah data yang berhubungan dengan ruang
atau bersifat keruangan. Data spasial mendeskripsikan sekumpulan
entity baik yang memiliki lokasi atau posisi yang tetap mampu yang
tidak tetap (memiliki kecenderungan untuk bertambah, bergerak
atau berkembang). Penyajian data spasial dalam komputer dapat
disajikan secara raster atau vektor.
1. Struktur Raster
Struktur raster merupakan data yang menggunakan
jaringan sel grid untuk menetapkan data alokasional. Dalam
struktur ini dikodekan lokasi keruangannya. Setiap sel
menunjukkan baris dan kolom dalam suatu matriks petunjuk
lokasi serta kode atribut yang di petakan ke dalamnya.
2. Struktur Vektor
Pada struktur data vektor, suatu titik dinyatakan dengan
koordinat tunggal (x,y). Baris dengan koordinat yang
berkesinambungan ((x1 ,y1),(x2,y2),...,(xn,yn)) dan dipoligon
17
dengan deret tertutup ((x1,y1),(x2,y2), ...,(xn,yn),(x1,y1)). Sebuah
vektor menunjukkan penyajian yang lebih detil dibandingkan
dengan struktur raster tetapi membutuhkan perangkat yang lebih
rumit dan mahal dalam penerapannya. Sistem kode topologi
diterapkan dalam struktur vektor tertentu. Dalam sistem titik,
garis dan poligon diberi kode tertentu sehingga dengan nomor-
nomor ini struktur dikodekan dengan sesamanya.
Node ditetapkan sebagai titik akhir dan pertemuan garis.
Node diberi nomor node tersebut. Garis dikodekan dan node
yang dihubungkannya dan dengan poligon kiri dan kolom yang
dipisahkannya. Adapun poligon dikodekan dengan garis-garis
yang membatasinya. Sistem kode topologi manipulasi batas
poligon lebih efisien tidak perlu dinyatakan dengan deretan
koordinat panjang.
b. Data Non-Spasial (Atribut)
Merupakan data yang dapat dihubungkan dengan data
geografis atau peta untuk menampilkan informasi yang dibutuhkan.
Data ini disimpan dalam bentuk tabel didalam database dan dapat
ditabelkan pada peta dengan pola titik tertentu atau simbol tertentu.
Setiap objek memiliki ciri dasar yang membedakan dengan
objek lainnya. Atribut adalah uraian dari ciri dasar tersebut untuk
tujuan pengenalannya, termasuk pula klasifikasi serta nama-nama
18
tertentu yang digunakan untuk objek-objek tertentu. Atribut juga
sebagai data tematik atau data atribut biasanya disajikan dalam
bentuk tulisan atau legenda peta. Contoh atribut jalan seperti:
karakteristik jalan dan kualitas jalan.
2.2.3 Model Data Sistem Informasi Geografis
Menurut Barus (1996: 3-19), Semua fitur pada muka bumi bisa di
representasikan oleh tiga identitas yaitu: titik, garis dan poligon. Fitur-
fitur beserta atributnya dikumpulkan dalam satuan-satuan yang disebut
layer. Sungai, bangunan, jalan, laut, batas administrasi merupakan
contoh-contoh layer.
2.2.3.1 Titik (Point)
Objek titik dalam peta mempunyai makna mewakili lokasi
dan tidak ke unsur lain. Tetapi kenampakan yang tidak berdimensi
ini akan berbeda jika dilakukan pembesaran, yang berarti menjadi
objek area. Dalam hal ini ukuran skala pengamatan pemetaan akan
mempengaruhi penampilan ukuran objek dalam database. Pada
skala tertentu kelompok objek tertentu akan hilang untuk
penyimpanan dalam database.
2.2.3.2 Garis (Line)
Objek garis (juga diistilahkan dengan ujung, lengkungan,
dan polyline) dalam kehidupan antara lain jalur jalan, pipa, yang
19
muncul terpisah dan tidak berkaitan satu dengan yang lainnya.
Walaupun demikian unsur garis tersebut merupakan unsur
kelompok yang lebih besar, misalnya aliran sungai kecil dapat
dikaitkan dengan sungai yang lebih besar hingga akhirnya dalam
ruang lingkup daerah sungai. Ada beberapa sifat yang perlu
diperhatikan mengenai sifat objek garis ini antara lain: panjang
(misalnya untuk jarak), kelengkungan (untuk sungai), dan orientasi
(untuk sumner daya mineral)
2.2.3.3 Poligon (Area)
Objek poligon (area) dapat diidentifikasi untuk objek yang
alami dan buatan manusia, yang berarti keberadaan objek tidak
dikaitkan dengan tinggi. Unit spasial poligon dapat bersifat alami
seperti danau, pulau atau tipe tanah, atau buatan seperti batas
kecamatan. Batas-batas ini dapat tidak jelas, mempunyai banyak
sifat, berubah sesuai waktu, bervariasi sesuai definisi, dan dapat
juga tidak dapat diamati langsung. Unit poligon ini penting untuk
studi sosial-ekonomi, inventaris sumber daya alam dan penggunaan
lahan. Sifat-sifat yang dikaitkan dengan unsur area antara lain
adalah perkembangan area, ukuran keliling, daerah tumpang tindih,
dan lain-lain.
20
2.3 Jenis tipe file yang ada pada sistem konversi
2.3.1 File dengan format ( .Raw )
Sebuah file dengan format (.Raw) berisi dua informasi jenis
informasi yang berbeda, yaitu gambar dengan ukuran pixel dan
gambar metadata, metadata yang secara harafiah diartikan sebagai
data dari sebuah data yang dihasilkan sebuah sensor dari setiap
pengidentifikasian.
2.3.2 File dengan format ( .Txt )
Sebuah file teks yang sering disebut textfile atau mempunyai
sebuatan lama flatfile merupakan jenis file komputer yang yang
terstruktur sebagai urutan. Akhir dari sebuah file teks seringkali
dinyatakan dengan menempatkan satu atau lebih karakter khusus
yang dikenal sebagai end-of-file marker, setelah baris terakhir pada
file teks. file dengan ekstensi .txt dapat dengan mudah dibaca atau
dibuka, karena itu dianggap universal.
2.3.3 File dengan format ( .Shapefile )
Shapefile adalah Sebuah fitur kumpulan data yang terdiri dari
sebuah geometri dan atribut non-topological yang disimpan sebagai
bentuk yang terdiri dari satu set vector koordinat. Shapefiles
memiliki keuntungan dibandingkan dengan ekstensi file lain dalam
hal kecepatan menggambar dan mengedit. Juga dapat menangani
21
satu fitur yang tumpang tindih, file dengan ekstensi ini biasanya
berukuran kecil sehingga tidak memerlukan ruang hardisk yang
besar dalam penyimpanannya. File dengan jenis shapefile dapat
mendukung berbagai fitur seperti point,polygon serta area.
Sebuah file shapefile mempunyai paket data yang terdiri
dari 3 jenis file yaitu :
1. File dengan ekstensi (.shp)
Merupakan file yang berbentuk grafis yang pada setiap
recordnya menggambarkan suatu bentuk.
2. File dengan ekstensi (.shx)
Setipa record berisi offset dari catatan file utama
3. File dengan ekstensi (.dbf)
Berisi atribut-atribut yang sesuai dengan file utama
yang digunakan sebagai database.
2.3.4 file dengan format ( .Sql )
SQL (Structured Query Language) adalah sebuah bahasa
yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data
relasional. Bahasa ini secara de facto merupakan bahasa standar
yang digunakan dalam manajemen basis data relasional. Saat ini
hampir semua server basis data yang ada mendukung bahasa ini
untuk melakukan manajemen datanya.
22
2.4 Basis Data Spasial
Basis data spasial atau basis data SIG atau dikenal juga
dengan geodatabase (geographic database) tidak jauh berbeda dengan
basis data lainnya baik dalam hal perancangan, manajemen maupun
strukturnya. Perbedaan yang terjadi adalah terdapat dua jenis data
yang harus disimpan dan diintegrasikan untuk membangun SIG yang
utuh.
Suwahyono (1999) dalam BAKOSURTANAL (2002)
mendifinisikan basisdata spasial sebagai sekumpulan data yang
digunakan untuk memberikan informasi keruangan (spasial) suatu
kajian wilayah, terutama untuk menghasilkan informasi keadaan alam
dan potensi yang ada pada suatu wilayah.
Basis data spasial juga didefinisikan sebagai sebuah basis data
yang mendukung penyimpanan dan query data yang berhubungan
dengan data yang memilki unsure keruangan, seperti titik, garis, dan
area.
Pemanfaatan basisdata spasial untuk mendapatkan informasi
keruangan dan kajian wilayah dilakukan dalam satu sistem informasi
geografis (SIG). Pada intinya, SIG mencakup dua kemampuan yang
berbeda yaitu: (1) Melakukan pemanggilan (query) dan menyediakan
informasi; (2) Menggabungkan model-model analisis. Namun
demikian, kedua kemampuan SIG ini sangat tergantung pada inti
(core) dari SIG itu sendiri yaitu basisdata yang terorganisir atau
23
disebut juga basisdata spasial. Pentingnya basisdata spasial dalam SIG
berawal dari kenyataan bahwa elemen dari basisdata tersebut saling
terkait satu sama lain, sehingga harus dibuat dalam suatu struktur yang
mudah untuk diintegrasikan dan dipanggil kembali. Basisdata spasial
juga harus dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
aplikasi.
Pengembangan basisdata spasial merupakan bagian penting
untuk mewujudkan suatu sistem informasi keruangan (spatial).
Komponen yang termasuk dalam pengembangan basisdata spasial
adalah (1) Sub-sistem masukan data; (2) Sub-sistem penyimpanan dan
pemanggilan data; (3) Sub-sistem manipulasi dan analisis; (4) Sub-
sistem tampilan dan (updating) data. (Prahasta, 2005)
2.5 Pengenalan Radar Cuaca
2.5.1 Definisi Radar
Radar adalah suatu sistem gelombang elektromagnetik yang
berguna untuk mendeteksi, mengukur jarak dan Pemetaan benda-benda
seperti pesawat terbang, berbagai kendaraan bermotor dan informasi cuaca
(hujan).
2.5.2 Radar Cuaca
Radar cuaca adalah jenis radar yang digunakan untuk memetakan
dan menghitung pergerakan benda-benda seperti hujan, salju, kabut, awan
24
dan lain sebagainya, memperkirakan jenis benda tersebut, serta
memperkirakan posisi dan intensitas benda yang diamati pada masa yang
akan datang.
Radar cuaca biasanya ditempatkan dengan ketinggian tertentu dari
permukaan bumi, Hal ini dilakukan karena sinyal radar tidak dapat
mendeteksi cuaca jika terhalang oleh bangunan, pohon, dan benda padat
lainnya.
Pemanfaatan teknologi radar untuk observasi cuaca di wilayah
Indonesia pada penelitian ini dikembangkan oleh BPPT (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Teknologi serupa juga
dikembangkan oleh BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika) untuk pengamatan cuaca di hampir seluruh wilayah Indonesia.
2.5.3 Manfaat Radar
1. Keperluan Militer
a. Airborne early warning (AEW)
b. Radar Pengendali atau pemandu peluru kendali
2. Keperluan Kepolisian
Radar Gun dan Microdigicam radar merupakan contoh radar
yang sering digunakan pihak kepolisian untuk mendeteksi
kecepatan kendaraan bermotor di jalan.
3. Keperluan Penerbangan
25
Air traffic control (ATC) adalah Kendali lalu lintas udara
yang bertugas mengatur kelancaran lalulintas udara bagi pesawat
terbang yang akan lepas landas, ketika terbang di udara maupun
ketika akan mendarat serta meberikan layanan informasi bagi pilot
tentang cuaca, situasi dan kondisi Bandara.
4. Keperluan Cuaca
a. Weather radar; merupakan jenis radar cuaca yang mampu
mendeteksi intensitas curah hujan dan cuaca buruk seperti
adanya badai.
b. Wind profiler; merupakan jenis radar cuaca yang menggunakan
gelombang suara (SODAR) untuk mendeteksi kecepatan dan
arah angin.
26
2.6 Pengenalan Program Harimau
Harimau (Hydrometeorological Array for Intraseasonal
Variation Monsoon Automonitoring) merupakan program kerjasama
Indonesia dengan JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth
Science and Technology), yang dimulai sejak bulan Maret 2006 –
Oktober 2010.
Tujuan program HARIMAU untuk mengetahui lebih jauh
proses fisik variasi antarmusiman (periode 60-90 harian) yang
terkait langsung dengan aktivitas awan konveksi dan curah hujan di
Benua Maritim Indonesia (BMI) dan mempunyai implikasi yang
sangat besar terhadap perubahan iklim global, seperti El Nino dan
La Nina (ENSO) serta Indian Ocean Dipole (IOD)
Informasi yang diperoleh antara lain dapat digunakan untuk :
Penentuan waktu tanam komoditas pertanian,
Manajemen sumber daya air,
Transportasi laut, udara dan darat,
Monitoring polusi udara.
Peringatan dini
Dan lain-lain
Riset ini memanfaatkan teknologi Radar Cuaca (Weather
Radar) yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sejauh ini
sudah dipasang X dan C Band Doppler Radar (XDR dan CDR) serta
Wind Profiler Radar (WPR) di wilayah ekuator Benua Maritim
27
Indonesia. XDR di Pantai Tiku, Kabupaten Ketaping, Sumatera Barat
(Sumbar). Sedangkan WPR dipasang di Pontianak dan Biak pada
Februari dan Maret 2007.
Menyusul kemudian CDR di Laboratorium Teknologi
Kebumian dan Mitigasi Bencana (GEOSTECH) BPPT Puspitek
Serpong pada Juni 2007. Program HARIMAU akan berlangsung
hingga 2010 dengan target memasang 22 radar di lokasi berbeda di
Indonesia pada 2009.
2.6.1 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Serpong.
Gambar. 2.1 Radar Doppler Serpong (Sumber arsip BPPT)
Tabel 2.1 Tabel Spesifikasi radar Doppler ( Sumber : BPPT )
Nama Radar Serpong
Program
Pengembangan
HARIMAU (Hydrometeorological Array
for Intra Sesion Variation Moonsoon
Automonitoring
28
Lokasi PUSPITEK SERPONG
Koordinat 106,7 BT dan 6,4 LS
Kegunaan Observasi Cuaca
Jenis Band Doppler Radar C Band Frekuensi 5,32
GHz
Resolusi Temporal 6 menit
Radius Jangkauan 100 km
Elevasi 10 - 810 (18 sudut elevasi, diantaranya 10,
4,50 , dan 23,80
Ketinggian 4 meter
Type Observasi Observasi hujan
Transmitter Power 75 KW (750.000 watt)
Output RAW Image
Data Source http://www.rewarestore.jp/jakarta/radar.ph
p
Spesifikasi RAW
Image
Resolusi Spatial : 1km x 1 km
Waktu akuisisi data (dalam GMT+7)
Data Reflectivity awan dan hujan dalam
dBz
29
2.6.2 Spesifikasi Radar Doppler HARIMAU Padang.
Gambar. 2.2 Radar Doppler Padang (Sumber arsip BPPT)
Tabel 2.2 Tabel Spesifikasi radar Doppler Padang ( Sumber : BPPT )
Type X-band Doppler Radar (Pulse)
Manufacturer Japan Radio Company Ltd
Model JMA-237 B
Frequency and Polarization 9770 MHz, Horizontal
Transmitter Peak Power 70 kW
Feeder Loss 1.5 dB
Minimum Detectable Level -111.6 dBm
Antenna Diameter and Weight 2.5 m, 730 kg
Antenna Rotation 30 degree/second
0.6 degree (surveillance) Elevation Angle
0.6, 1.1, 2.4, 3.2, 4.1, 5.1, 6.3, 7.8, 9.6,
11.8, 14.5, 17.8, 21.8, 26.6, 32.6, 40.0,
50.0 degree (volume scan)
Pulse Length 0.5 ms (short), 0.9 ms (long)
Beam Width 0.98 degree
Coverage 80 km, 200 m interval
Sampling Time 10 minutes
Operating System and RedHat Linux Enterprise 4, Sigmet IRIS
30
Processing Radar/Analysis ver. 8.10.4
2.7 Perangkat lunak yang digunakan dalam pembuatan sistem
2.7.1 Linux Ubuntu (Sebagai Sistem Operasi )
Ubuntu adalah suatu sistem operasi bebas dan open source
yang menggunakan debian sebagai fondasinya dan dirilis secara
berkala (setiap enam bulan), fokus utama sistem operasi Ubuntu
adalah para pengguna dan kemudahan penggunaan dan pada setiap
rilis
Ubuntu akan memberikan perbaikan keamanan selama 18
bulan. Ubuntu menyertakan lingkungan desktop Gnome / KDE /
XFCE terbaru di setiap rilis dan juga menyertakan beragam pilihan
perangkat lunak untuk server dan desktop
2.7.2 Shell script
Dalam lingkungan unix, kata 'shell' mengacu pada semua program
yang dapat dijalankan pada command line. Jadi secara sederhana shell
script merupakan kumpulan perintah yang disimpan pada suatu file.
Extensi umum yang digunakan untuk shell script adalah '.sh', sebenarnya
hal ini tidak mutlak karena pada dasarnya unix mengabaikan extensi file.
Shell juga dapat mengacu pada program yang menangani
command line itu sendiri dalam sistem operasi UNIX program tersebut
adalah Bourne Shell (1978 - Steve Bourne) disingkat sh. Dalam sistem
31
operasi GNU/Linux shell yang menjadi standar adalah Bourne Again
Shell(bash). Bash merupakan shell yang kompatibel dengan sh dan
memiliki lebih banyak fitur.
Jika anda ingin menguasai shell script tentu anda harus tahu dan
hafal sedikit banyak perintah dasar command line, seperti mengkopi
file(cp), merename file(mv), mencetak string (echo), melihat file(cat), dan
beberapa perintah dasar lainnya.
Contoh shell script :
#!/bin/bash
Cd /media/jadi/
/bin/cp bejo.txt /media2/
Ket : shell script diatas menjalankan proses meng’copy file
bejo.txt dari direktori /media/jadi/ ke /media2/
2.7.3 Crontab
Apa itu cron? Cron adalah aplikasi daemon (berjalan dibalik layar)
yang digunakan untuk menjalankan tugas yang dijadwalkan pada suatu
waktu di sistem operasi linux. Setiap user di sistem yang memiliki file
crontab, mengijinkan file tersebut untuk melakukan suatu aksi yang telah
dispesifikasikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Selain itu, terdapat
juga crontab sistem, yang melakukan tugasnya seperti merotasi log dan
mengupdate database secara reguler.
32
Crontab adalah text sederhana yang memegang list perintah yang
akan dijalankan pada waktu yang ditentukan. Perintah ini di kontrol oleh
cron daemon dan dieksekusi di balik layar oleh sistem. Informasi
lengkapnya dapat ditemukan di manual page crontab.
Contoh crontab
• 01 04 1 1 1 /usr/bin/somedirectory/somecommand
Contoh tersebut akan menjalankan
/usr/bin/somedirectory/somecommand pada pukul 4:01am tanggal
1 January ditambah setiap hari senin di bulan Januari. Tanda
asterisk (*) dapat digunakan jadi setiap instance (every hour, every
weekday, every month, etc.) dari periode waktu dapat digunakan.
Code:
• 01 04 * * * /usr/bin/somedirectory/somecommand
Contoh di atas akan menjalankan
/usr/bin/somedirectory/somecommand pada jam 4:01am setiap
hari, setiap bulan.
• 01,31 04,05 1-15 1,6 * /usr/bin/somedirectory/somecommand
Perintah di atas akan mejalankan perintah
/usr/bin/somedirectory/somecommand pada pukul 4:01am,
33
4:31am dan 5:01am, 5:31am pada tanggal 1 sampai 15 setiap
bulan Januar1 danJuni.
• */6 * * * * /bin/somecommand
Perintah diatas menjalankan perintah /bin/ pada setiap 6 menit
sekali.
2.7.4 Phython
Python merupakan bahasa pemrograman yang freeware atau
perangkat bebas dalam arti sebenarnya, tidak ada batasan dalam
penyalinannya atau mendistribusikannya. Lengkap dengan source
codenya, debugger dan profiler, antarmuka yang terkandung di
dalamnya untuk pelayanan antarmuka, fungsi sistem, GUI
(antarmuka pengguna grafis), dan basis datanya. Python dapat
digunakan dalam beberapa sistem operasi, seperti kebanyakan sistem
UNIX, PCs (DOS, Windows, OS/2), Macintosh, dan lainnya. Pada
kebanyakan sistem operasi linux, bahasa pemrograman ini menjadi
standarisasi untuk disertakan dalam paket distribusinya.
34
2.7.5 Fortran
Bahasa fortran merupakan bahasa pemrogaman yang
berorientasi kepada penggunaan di bidang komputasi, baik
komputasi di bidang sains, mapun teknik. Hal ini dapat dilihat dari
“perhatian” bahasa tersebut pada data.
A. Karakter set pada fortran
Didalam bahasa fortran karakter-karakter yang dikenal
antara lain :
1. Karakter Alphabetis : A – Z
2. Karakter Numeris : 0, 1 – 9
3. Karakter blank : b
4. Karakter Khusus : @,&,? Dll.
Bentuk Umum : ( ekspresi )
Gambar 2.3 Gambar Struktur Program Fortran
35
2.7.6 PostgreSql
PostgreSQL merupakan salah satu Database Management
System (DBMS) server open source. PostgreSQL memberikan
dukungan untuk Object Relational (ORDBMS), dan didukung oleh
sebuah team pengembang yang melakukan pekerjaannya dengan
komuninkasi lewat internet.
Bahasa query PostgreSQL merupakan varian standar SQL.
Seperti kebanyakan bahasa relasional modern, SQL didasarkan pada
kalkulus relasional tupel. Sebagai hasil, setiap query yang bisa
diformulasikan mempergunakan kalkulus relasional tupel, bisa juga
diformulasikan mempergunakan SQL. Berikut adalah beberapa
sintask dalam PostgreSQL:
a) Membuat Database
Untuk membuat database baru, digunakan sintask:
CREATE DATABASE nama_database
b) Memasukkan Data
Untuk memasukkan data kedalam suatu tabel,
digunakan sintask:
INSERT INTO nama_tabel (field1,field2,...) VALUES
(’data1’,’data2’,....)
c) Mengedit Data
36
Untuk mengedit data yang telah dimasukkan
sebelumnya kedalam tabel, digunakan sintask:
UPDATE nama_tabel SET fiel1d=nilai_baru,
field2=nilai_baru,... WHERE syarat1,syarat2, ...
d) Menampilkan atau Mencari Data
Untuk menampilkan data yang diinginkan,
digunakan sintask:
SELECT field1,field2,... FROM nama_table WHERE
syarat1,syarat2,...
e) Menghapus Data
Untuk menghapus data didalam tabel, digunakan
sintask:
DELETE FROM nama_tabel WHERE syarat1, syarat2,...
f) Menghapus Database
Untuk menghapus database yang telah dibuat
sebelumnya, digunakan sintask:
DROP DATABASE nama_database
2.7.7 Postgis
PostGIS merupakan plugin untuk database PostgreSQL yang
berfungsi untuk menyimpan dan melakukan analisis data geospasial.
Fungsi dan kegunaannya sama dengan SDE (Spatial Data Engine)
ESRI dan Oracle Spasial.
37
Berikut beberapa command line tools yang terdapat dalam
PostGIS:
• shp2pgsql – Berfungsi untuk mengkonversi
data dengan format shapefile (*.shp) ke dalam
query-script (*.sql).
• pgsql2shp – Berfungsi untuk mengkonversi
data dengan format query-script (*.sql) ke
dalam shapefile (*shp)
2.8 Cuaca dan Iklim
Cuaca dari iklim dinyatakan susunan nilai unsur fisika atmosfer yang
terdiri dari : radiasi surya, lama penyinaran surya, suhu udara, kelembapan
udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan, presipitasi
( embun, hujan, salju ) dan evaporasi.
2.8.1 Cuaca
Cuaca adalah nilai sesaat dari atmosfer, serta perubahan dalam
jangka pendek ( kurang dari satu jam hingga 24 jam ) di suatu tempat
tertentu di bumi. Cuaca dicatat terus-menerus pada jam-jam tertentu secara
rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat digunakan
untuk menentukan iklim.
2.8.2 Iklim
Iklim adalah sistesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-
unsur cuaca ( hari demi hari dan buka demi bulan ) dalam jangka panjang di
suatu tempat atau suatu wilayah. Sintesis tersebut dapat diartikan pula
38
sebagai nilai statistik yang meliputi rata-rata, maksimum, minimum,
frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dab sebagainya. Maka iklim sering
dikatakan sebagai nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu tempat atau
wilayah. Iklim kuga dapat diartikan sebagai sifat cuaca di suatu tempat atau
wilayah.
2.9 Proyeksi UTM
Singkatan dari Universal Transverse Mercator adalah sistem
koordinat yang sudah diproyeksikan (Transverse Mercartor) dengan
membagi bumi menjadi 60 zona yang berbeda. Masing-masing selebar 6°.
Zona 1 berada pada 180° Bujur Barat hingga 174° Bujur Barat. Pertambahan
zona ke arah timur.
2.10 Pengertian Real Time
Menurut Arlinda (2005) dalam kamus istilah komputer dan internet
realtime diartikan sebagai jumlah waktu sesungguhnya (waktu aktual) yang
dibutuhkan menjalankan/menyelesaikan suatu operasi. Sistem komputer yang
tetap mampu menjaga hubungan/berinteraksi dengan dunia luar. Artinya,
memberikan hasil keluaran beberapa saat kemudian setelah masukan
diberikan. Contohnya pada sistem informasi cuaca yang akan dibangun ini.
Sistem realtime menurut Pressman(2002:16-17) terdiri dari beberapa
komponen sebagai berikut :
3 Komponen pengumpul data yang mengumpulkan dan memformat informasi
dari lingkungan eksternal
4 Komponen analisis yang mentransformasikan informasi pada saat dibutuhkan
39
oleh aplikasi.
5 Komponen control yang memberikan respon kepada lingkungan eksternal.
6 Komponen monitor yang mengkoordinasikan semua komponen lain agar
respon real-timenya dapat tetap terjaga.
2.11 Pengertian Black Box Testing
Dalam pengujian program aplikasi ini menggunakan metode
pengujian black box testing. Metode pengujian ini tidak memperhatikan
struktur internal atau sifat dari sebuah program atau modul. Black box
testing menggunakan strategi dengan melakukan pengujian pemasukan data
secara menyeluruh.
Dengan pengujian black box, data yang dimasukkan lalu diproses oleh
program aplikasi yang dibuat. Pengujian ini dilakukan agar dapat diketahui
apakah fungsi dari program aplikasi menghasilkan output yang benar dan
sesuai dengan spesifikasi rancangan. Jika pada waktu pengujian program,
output yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya, berarti
masih terdapat kesalahan pada program aplikasi tersebut, dan selanjutnya
akan dilakukan perbaikan (debugging) untuk memperbaiki kesalahan yang
terjadi setelah proses pengujian program. Proses kerja ini juga dapat disebut
dengan Trial and Error.
yaitu Neonet. Data yang didapatkan yaitu Product.RAW berupa data
berbentuk binnary dengan format file (.RAW) dengan besar tiap file
14 Mb. Yang dihasilkan setiap 12 menit sekali.
3.2.1 Perangkat
Perangkat yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian
ini adalah satu buah computer personal lengkap dengan spesifikasi
sebagai berikut:
1. Hardware atau perangkat keras:
a. Processor Dual core 2.6 GHz
b. RAM 1.5 GB
c. VGA Card 128 MB
d. HardDisk 100 GB
e. DVD-RW.
2. Software atau perangkat lunak:
a. Linux ubuntu v.8.04 sebagai Sistem Operasi
b. fgs-mapserver_basic_5.4.0-fgs_9.5-linux-i386 sebagai
software pendukung dalam proses konversi, terutama
dalam terciptanya lingkungan kerja bahasa phython.
c. GFORTRAN sebagai software compiler bahasa fortran.
42
d. PostgreSQL 8.3 dengan plugin PostGIS sebagai database.
e. Ms. Word sebagai software pembantu dalam pembuatan
laporan.
f. Ms. Visio sebagai design tools perancangan sistem.
3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008:300) setelah potensi dan masalah
dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu
dikumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan
ada 3 macam teknik. Pertama, observasi yang merupakan pengamatan
dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti;
Kedua, wawancara yang merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi serta tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan
keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah;
Ketiga, studi pustaka dan literatur yang digunakan untuk membangun
kerangka berpikir (dasar teori).
43
Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan dua teknik
pengumpulan data, yaitu wawancara, studi pustaka dan literatur.
a. Wawancara dan konsultasi
Koresponden kegiatan wawancara adalah orang yang
berkecimpung langsung dalam proyek harimau ini, dengan data diri :
Nama : Bpk. Winarno
Jabatan : Pengembang Sistem Radar doppler
Hasil wawancara dapat dilihat pada lembar lampiran 1.
b. Studi Pustaka
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan
menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka
mengenai system konversi secara otomatis dan juga membaca buku-
buku referensi, e-book dan situs internet yang dapat dijadikan acuan
pembahasan dalam masalah ini.
c. Observasi
Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang
dilakukan dan pengenalan data yang ada sehingga dapat diadakan
evaluasi dari sudut tertentu yang mendukung kebenaran dari data
tersebut.
44
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu digunakan suatu
metodologi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagaimana dan
apa yang harus dikerjakan selama pengembangan ini. Dengan
mengikuti metode atau prosedur – prosedur yang diberikan oleh suatu
metodologi, maka pengembangan sistem diharapkan akan dapat
diselesaikan dengan berhasil.
Kebutuhan
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Sistem
Gambar 3.1 System Development Life Cycle (Turban, 2005)
45
Analisis Kebutuhan Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan Perencanaan
Bentuk Sistem Yang Dibangun
Identifikasi Jenis Data
Deskripsi Tempat
Penelitian Analisis
Pengujian Sistem
(Testing) Rancang Alur Sistem
Usulan (DFD)
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
Pengkodean (Coding)
Pengujian Sistem (Testing)
Perancangan
Implementasi
Rancang Kamus Data Sistem Usulan
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
46
3.3.2.1 Kebutuhan
A. Analisa Kebutuhan
Dengan adanya data identifikasi radar doppler yang
masih belum mempunyai nilai informasi, bersifat real time
yang tercipta secara otomatis tiap 12 menit sekali, maka
dibutuhkan sebuah sistem konversi yang dapat
mengakomodir keseluruhan fungi-fungis tersebut.
Dibutuhkan sebuah sistem yang berjalan secara otomatis dan
juga real time.
3.3.2.2 Perencanaan
Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam
pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti
permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang
berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya system konversi
otomatis ini.
Pada tahap ini ditentukan batasan dari sistem yang akan
dibangun. Tahapan ini menekankan pada masalah pengumpulan
kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem dengan mendefinisikan
konsep sistem.
47
1. Identifikasi kebutuhan
Dalam hal ini kebutuhan dibangunnya sistem
konversi otomatis yang dikembangkan oleh
penulis antara lain :
I. Kebutuhan akan sistem konversi yang
handal dengan hasil akhir suatu database
spasial yang terintegrasi.
II. Sistem konversi yang dibangun harus
bersifat otomatis total, dengan artian
sistem ini berjalan tanpa adanya campur
tangan dari manusia sama sekali.
III. Sistem konversi yang dibangun harus
memuat fungsi guna mengeliminir data
rainrate dengan nilai kurang daripada 7
dan -999 serta fungsi backup data-data
yang dibutuhkan.
IV. Database spasial yang mempunyai
informasi waktu yang jelas dan akurat,
sehingga dapat dipanggil dan di
manipulasi dengan mudah.
48
V. Kebutuhan adanya dua table guna
menampung data hasil konversi terbaru
dan data hasil konversi data keseluruhan.
3.3.2.3 Analisis
Dari hasil konsultasi dan wawancara yang didapat, penulis
sepakat dengan intitusi yang terkait yaitu neonet sistem yang akan
dibangun mempunyai kemampuan dan kelebihan sebagai berikut :
1. Sistem yang dibangun bersifat otomatis total. Dengan
proses data yang mempunyai interval waktu per-12
menit.
2. Data yang dihasilkan bersifat bersifat real time.
3. Mampu mengeliminir data rainrate dengan nilai lebih
kecil daripada 7 dan -999.
4. Mampu membackup secara otomatis data-data hasil
konversi yang dihasilkan.
5. Data yang dihasilkan mempunyai keterangan waktu
yang jelas dan presisi yaitu tahun, bulan, tanggal, jam
dan menit. Sehingga dapat dengan mudah dilakukan
pemanggilan dan pemanipulasian pada basis data
spasial yang dibangun.
49
6. Terdapat dua table guna menampung data hasil
konversi terbaru dan data hasil konversi data
keseluruhan.
A. Identifikasi Jenis Data
Jenis data yang terdapat pada sistem konversi adalah :
• Gambar mentah (.RAW)
Sebuah file dengan format (.Raw)
berisi dua informasi jenis informasi yang
berbeda, yaitu gambar dengan ukuran pixel
dan gambar metadata, metadata yang secara
harafiah diartikan sebagai data dari sebuah
data yang dihasilkan sebuah sensor dari setiap
pengidentifikasian.
• TextFile (.txt)
Sebuah file teks yang sering disebut
textfile1atau mempunyai sebuatan lama
flatfile merupakan jenis file komputer yang
yang terstruktur sebagai urutan. Akhir dari
sebuah file teks seringkali dinyatakan dengan
menempatkan satu atau lebih karakter khusus
yang dikenal sebagai end-of-file marker,
50
setelah baris terakhir pada file teks. file
dengan ekstensi .txt dapat dengan mudah
dibaca atau dibuka, karena itu dianggap
universal.
• Shapefile (.shp, .shx dan .dbf)
Shapefile adalah Sebuah fitur kumpulan data
yang terdiri dari sebuah geometri dan atribut
non-topological yang disimpan sebagai
bentuk yang terdiri dari satu set vector
koordinat. Shapefiles memiliki keuntungan
dibandingkan dengan ekstensi file lain dalam
hal kecepatan menggambar dan mengedit.
Juga dapat menangani satu fitur yang tumpang
tindih, file dengan ekstensi ini biasanya
berukuran kecil sehingga tidak memerlukan
ruang hardisk yang besar dalam
penyimpanannya. File dengan jenis shapefile
dapat mendukung berbagai fitur seperti
point,polygon serta area.
Sebuah file shapefile mempunyai paket data
yang terdiri dari 3 jenis file yaitu :
1. File dengan ekstensi (.shp)
51
Merupakan file yang berbentuk grafis
yang pada setiap recordnya
menggambarkan suatu bentuk.
2. File dengan ekstensi (.shx)
Setipa record berisi offset dari catatan
file utama
3. File dengan ekstensi (.dbf)
Berisi atribut-atribut yang sesuai
dengan file utama yang digunakan
sebagai database.
• Structure Query Languange(.Sql)
SQL (Structured Query Language) adalah
sebuah bahasa yang dipergunakan untuk
mengakses data dalam basis data relasional.
Bahasa ini secara de facto merupakan bahasa
standar yang digunakan dalam manajemen
basis data relasional. Saat ini hampir semua
server basis data yang ada mendukung bahasa
ini untuk melakukan manajemen datanya.
B. Bentuk Sistem yang dibangun
Bentuk sistem yang dibangun pada
penelitian ini adalah sistem otomatis yang berjalan
pada Daemon, Dengan artian sistem ini berjalan
52
dibelakang layar. Sistem ini tidak mempunyai
interface yang digunakan atau berfungi untuk proses
interaksi dengan user.
C. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Profil NEONet-BPPT
Nusantara Earth Observation Network
(NEONet) sebagai bagian dari Direktorat Teknologi
Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) telah
berhasil dibangun pada tahun 2008. Fasilitas yang
bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan jejaring
kerjasama dalam observasi kebumian ini, telah juga
melakukan proses pembangunan sistem observasi
terintegrasi dari beberapa kegiatan observasi
kebumian di Indonesia. Untuk tahun 2008, proses
pembuatan sistem difokuskan pada observasi
beberapa peristiwa alam yang terkait dengan
bencana.
Selain pembangunan infrastruktur, di awal
tahun 2009 Neo-net telah melakukan grand-
launching. Pada kegiatan tersebut telah dihadiri oleh
beberapa institusi yang memiliki kegiatan terkait
dengan informasi kebumian. Dari beberapa
53
kerjasama dan koordinasi tersebut telah diluncurkan
beberapa produk unggulan Neo-net antara lain:
1. Web GIS yang merupakan wadah untuk
informasi spasial yang dapat diakses melalui
web.
2. Awal Earth yang merupakan aplikasi online
yang dapat menampilkan beragam informasi
kebumian secara online, baik yang berskala
menitan maupun yang ter-update harian atau
mingguan.
3. Geo-network yang merupakan wadah untuk
mungkumpulkan meta-data informasi kebumian
di seluruh nusantara.
4. Integrated web yang merupakan antar-muka
yang menghubungkan seluruh produk di atas.
Dalam pembangunannya, aplikasi tersebut telah
dibangun dengan sebuah peta dasar standar yang saat
ini semakin dikembangkan dengan berfokus kepada
pengembangan pada topik bahasan satu persatu.
2. Tujuan Organisasi
Pengembangan Sistem Nusantara Earth
Observation Network (NEONet) bertujuan untuk:
54
Membangun jejaring kerjasama (network)
dalam rangka memadukan seluruh kegiatan
pemantauan dinamika sistem kebumian
sehingga akan memudahkan pemerintah dan
seluruh masyarakat dalam memperoleh
informasi yang akurat tentang kondisi
kebumian di seluruh wilayah nusantara.
Membangun infrastruktur dan sistem
komunikasi yang handal untuk kegiatan
pertukaran data dan informasi di antara
simpul-simpul jejaring (network nodes).
Melakukan diseminasi dan sosialisasi produk-
produk NEONet melalui media diseminasi dan
sistem antar muka (interface) sehingga akan
memudahkan masyarakat dalam mengakses
data, informasi dan sumberdaya yang tersedia
dalam jejaring NEONet.
55
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi NEONet dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Kepala NEONet
Sekretaris Wakil Kelapa
Manajer Aset dan
Manajer Program
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Neonet
3.3.2.4 Design
Pada tahap ini dilakukan perancangan untuk sistem yang
akan diajukan dengan mempergunakan beberapa tools yaitu
Data Flow Diagram (DFD) .Tahap perancangan sistem
dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai sistem
yang diusulkan.
56
1. Data Flow Diagram (DFD) Sistem yang akan dibuat
Langkah-langkah membuat data flow diagram
dibagi menjadi 3 tahap atau 3 konstruksi DFD. Pertama,
yaitu membuat diagram konteks. Diagram konteks dibuat
untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang akan
diproses.
Perancangan diagram konteks untuk sistem yang
akan dibangun adalah menggambarkan bagaimana alur
proses data yang berjalan pada sistem konversi otomatis
radar Doppler mulai dari mengunduh hasil identifikasi
radar Doppler yaitu berupa product1.raw menjadi basis data
spasial yang sudah terintegrasi dan siap pakai.
Berikut diagram konteks untuk aplikasi Pembuatan
Sistem konversi otomatis radar Doppler dalam proyek
harimau :
57
Gambar 3.4 Diagram Konteks
Alur Proses Sistem konversi otomatis data curah hujan
Tabel 3.1 Alur Proses Diagram Konteks Sistem konversi otomatis radar doppler
Nama Proses : Sistem Konversi otomatis Data Curah Hujan
Deskripsi : Proses mendeskripsikan tentang sistem konversi
otomatis radar doppler
Input : 1.Data hasil identifikasi radar doppler
( Product1.Raw )
Output : 2. Basis Data Spasial Harimau
3.Data hasil konversi 2 (cdrserpong.txt)
3. Data hasil konversi 3 (cdrserpong_xy.txt)
4. Data hasil konversi 4 (harimau shapefile)
Kedua, yaitu membuat diagram nol. Diagram nol (DFD level 1) ini
menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam diagram konteks
serta hubungan entity, proses, alur data dan data store. Perancangan
diagram nol untuk sistem yang diusulkan;
58
Gambar 3.5 Diagram level 0 Sistem Konversi Otomatis Data Curah Hujan
59
Alur Proses Diagram Nol Sistem konversi otomatis data curah hujan
Tabel 3.2 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong.txt
No. Proses : 1.0
Nama Proses : Konversi ke bentuk cdrserpong.txt
Deskripsi : Proses tentang bagaimana proses konversi dari
product1.RAW ke bentuk cdrserpong.txt
Input : Product1.RAW
Output : cdrserpong.txt
Tabel 3.3 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
No. Proses : 2.0
Nama Proses : Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Deskripsi : Proses tentang bagaimana proses konversi dari
cdrserpong.txt ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Input : cdrserpong.txt
Output : cdrserpong_xy.txt
60
Tabel 3.4 Proses konversi ke bentuk Harimau Shapefile (.shp, .shx. .dbf)
No. Proses : 3.0
Nama Proses : konversi ke bentuk Harimau Shapefile (.shp, .shx.
.dbf)
Deskripsi : Proses tentang bagaimana proses konversi dari
cdrserpong_xy.txt ke bentuk harimau shapefile
(.shp, dbf, shx)
Input : cdrserpong_xy.txt
Output : harimau shapefile (.shp, dbf, shx)
Tabel 3.5 Proses konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial
No. Proses : 4.0
Nama Proses : konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial
Deskripsi : Proses tentang bagaimana proses konversi dari
harimau shapefile (.shp, dbf, shx) ke bentuk basis
data spasial harimau
Input : Harimau shapefile (.shp, dbf, shx)
Output : basis data spasial harimau
61
Tabel 3.6 Proses kompres file
No. Proses : 5.0
Nama Proses : Kompres file
Deskripsi : Proses mendeskripsikan tentang proses penyatuan
data yang akan disimpan ke dalam 1 folder yang
kemudian akan di kompres dengan nama file sesuai
dengan tanggal komputer pada saat proses konversi
dilakukan.
Input : Product1.RAW, cdrserpong_xy.txt, harimau
shapefile (.shp, .dbf, .shx)
Output : “tanggal komputer”.rar
contoh: 2010-01-04-11-35.rar
Ketiga, yaitu membuat diagram detail (DFD level 2). Diagram detail
Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram nol. Diagram
yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi. Dalam DFD level 1, masih
terdapat beberapa proses yang dapat diuraikan lagi, diantaranya adalah proses
konversi ke bentuk (.txt2), proses konversi ke bentuk harimau (.shp, .dbf, .shx),
dan proses konversi ke dalam basis data spasial. Berikut merupakan diagram
detail proses-proses yang telah disebutkan di atas :
62
a. Diagram detail level 1 proses 2.0
Gambar 3.6 Diagram level 1 proses 2.0
63
Alur proses DFD level 1 proses 2.0 konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Tabel 3.7 Proses buat file cdrserpong_xy.txt
No. Proses : 2.1
Nama Proses : buat file cdrserpong_xy.txt
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan tentang proses awal dari
konversi cdrserpong.txt ke cdrserpong_xy.txt
Input : cdrserpong.txt
Output : cdrserpong_xy.txt (kosong)
Tabel 3.8 Proses filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7
No. Proses : 2.2
Nama Proses : filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan <=7
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan penyaringan data
rainirate dengan nilai rainrate -999 dan <=7,
Rainrate dengan nilai = -999 tersebut tidak
mempunyai nilai informasi / kosong. Dan nilai
rainrate dengan nilai <= 7 dianggap tidak memenuhi
nilai rainrate yang bisa di olah karena nilainya
terlalu kecil.
Input : cdrserpong_xy.txt
Output cdrserpong_xy.txt (nilai rainrate dengan nilai -999
dan <=7 sudah tereliminasi.
64
Tabel 3.9 Proses tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu
No. Proses : 2.3
Nama Proses : tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan
waktu
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan penambahan jumlah
baris dan kolom guna menampung tipe data baru
dan keterangan waktu dengan format tahun, bulan,
tanggal,jam hingga menit.
Input : cdrserpong_xy.txt (nilai rainrate dengan nilai -999
dan <=7 sudah tereliminasi.
Output cdrserpong_xy.txt (sudah berdimensi waktu)
65
a. Diagram detail level 1 proses 4.0
Gambar 3.7 Diagram level 2 proses 4.0
66
Alur proses DFD level 1 proses 4.0 integrasi dan konversi ke dalam basis data spasial
Tabel 3.10 Proses konversi ke cdserpong_xy.txt
No. Proses : 4.1
Nama Proses : Proses konversi harimau shapefile
Deskripsi : Proses tentang bagaimana proses konversi dari
harimau shapefile (.shp, dbf, shx) ke bentuk basis
data spasial harimau.
Input : Harimau shapefile (.dbf, shp, shx)
Output : Basis data spasial harimau
Tabel 3.11 Proses hapus record tabel doppler_new
No. Proses : 4.2
Nama Proses : Proses hapus record tabel doppler_new
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan bagaimana proses
pengosongan tabel doppler_new sebelum akan diisi
oleh data terbaru hasil konversi dari harimau
shapfile.
Input : Basis data spasial harimau
Output : Basis data spasial harimau (doppler_new : kosong)
67
Tabel 3.12 Proses isi record tabel doppler_new.
No. Proses : 4.3
Nama Proses : Proses isi record tabel doppler_new
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian
data terbaru pada tabel doppler_new dari hasil
konversi harimau shapfile.
Input : Basis data spasial harimau (doppler_new : kosong)
Output : Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru)
Tabel 3.13 Proses isi record tabel doppler_sum.
No. Proses : 4.3
Nama Proses : Proses isi record tabel doppler_sum
Deskripsi : Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian
data terbaru pada tabel doppler_sum dari hasil
konversi harimau shapfile.
Input : Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru)
Output : Basis data spasial harimau (doppler_new : terisi data
terbaru dan doppler_sum : tambah data terbaru)
68
1. Kamus Data
Kamus data berguna untuk mengetahui aliran data atau informasi
apa saja yang terdapat pada saat analisis ataupun perancangan
sistem. Berikut adalah perancangan kamus data pada Sistem
konversi otomatis radar Doppler :
Tabel 3.14 Kamus data Harimau
Raw image =*product1.raw*
{x+y+dbz+rainrate}
Text file (1) =*file cdrserpong.txt*
{x+y+dbz+rainrate}
Text file (2) =*file cdrserpong_xy.txt*
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln +
tgl + jam + mnt}
shapefile =*file harimau*
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln +
tgl + jam + mnt}
File sql =*file harimau*
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln +
tgl + jam + mnt}
69
3.3.2.5 Implementasi
Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dari desain aplikasi sistem,
dalam tahapan ini penulis mencoba menafsirkan atau menterjemahkan desain
aplikasi sistem kedalam bahasa pemrogrman yang dapat dimengerti oleh sistem
komputer. Tahapan ini menjelaskan secara detail penggunaan sistem mulai dari
proses pemrograman hingga proses konversi, hingga terciptanya sebuah basis
data spasial. Berikut tahap implementasi yang dilakukan :
1. Pembuatan folder yang dibutuhkan, sesuai dengan system
konversi ini dengan konten-nya masing-masing mengenai
keterangan folder dan konten lebih jelasnya akan dibahas
pada bab 4.
2. Installasi fgs-mapserver.
3. Installasi PostgreSQL dengan tambahan plug-in Postgis.
4. Installasi Gfortran.
5. Penempatan seluruh shell script pada path /opt/. Penjelasan
mengenai shell script akan dibahas pada bab 4.
6. Pembuatan file crontab baru untuk menjalankan system
konversi secara otomatis.
7. Pengaktifan file crontab dengan terminal.
70
3.3.3 Pengujian Sistem
a. Pengujian metode White Box
Pada tahapan pengujian sistem ini, dilakukan pengujian untuk
memastikan apakah aplikasi yang penulis buat telah mencakupi seluruh fungsi
dan bekerja sesuai dengan yang diinginkan atau masih adakah perbaikan dan
penyempurnaan yang harus dilakukan. Pengujian yang dilakukan penulis
menggunakan dua metode yaitu metode black box dan white box. Hasil
pengujian sistem dilakukan agar dapat mengetahui apakah proses yang
dilakukan dapat sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Tabel 3.15 Tabel Hasil Pengujian White box
Hardware Pengujian Hasil
Intel pentium dual core
2.60 GHz, Memori 1.5
GB, hardisk 80GB, VGA
card 128 MB, monitor 17
inchi dan resolusi layar
1024 x 768 pixels
Sistem Operasi Linux Ubuntu
v 8.04
Baik
b. Pengujian metode Black Box
Tabel 3.16 Tabel Hasil Pengujian Black box
No. Nama Code Input Output Hasil
1. IrisReadsample Product1.RAW Cdrserpong.txt Benar
2. Bacaradar Cdrserpong.txt Cdrserpong_xy.txt Benar
3. Txt2shp Cdrserpong_xy.txt Harimau shapefile Benar
71
No. Nama
Shell
script
Fungsi Hasil
1. Ftpserpong - Download Product.RAW Benar
2. Rawtoshp - Proses “cut” file product1.RAW dari path
/opt/harimau/product1raw/ke
path/opt/harimau / IRISread/sample/
- Mengeksekusi IrisREAD_sample
- Proses “cut” file cdrserpong.txt dari path
/opt/harimau /product1raw/ ke path
/opt/harimau /cdrserpong/
Benar
3. Txt2 - Mengeksekusi a.out
- Menghapus cdrserpong.txt
- Proses “cut” file cdrserpong_xy.txt dari
path /opt/harimau /cdrserpong/ ke path
/opt/harimau /cdrserpong_xy/
Benar
4. Txttoshp - Mengeksekusi txt2shp Benar
5. Shp2sql - Mengeksekusi shp2sql Benar
6. Moveshp - Proses “cut” file harimau shapefile dari
path /opt/harimau /cdrserpong_xy/ ke
path /opt/harimau /shapefile/
Benar
7. Backup - Membuat folder dengan nama sesuai
waktu computer “date:y:m:d:H:M”
- Proses “cut” file harimau shapefile dari
path /opt/harimau /shapefile/ ke path
Benar
72
/opt/harimau /Backup/“date:y:m:d:H:M”
- Proses “cut” file product1.RAW dari path
/opt/harimau /IRISread/sample/ ke path
/opt/harimau /Backup/“date:y:m:d:H:M”
- Proses “cut” file cdrserpong_xy.txt dari
path /opt/harimau /cdrserpong_xy/ ke
path /opt/harimau
/Backup/“date:y:m:d:H:M”
- Kompres folder “date:y:m:d:H:M”
- Hapus folder “date:y:m:d:H:M”
b. Sistem minimum yang dibutuhkan
Spesifikasi minimum hardware dan software yang
digunakan untuk dapat menjalankan program aplikasi dengan
baik adalah sebagai berikut:
1) Perangkat keras (Hardware)
a. Prosessor Dual Core berkapasitas 2,6 GHz
b. Memory RAM berkapasitas 1.5 GB
c. Hard Disk berkapasitas 80 GB
d. Monitor SVGA 17”
e. Mouse dan Keyboard PS2/USB
f. Printer
2) Perangkat lunak (Software)
a. OS Linux Ubuntu 8.04
b. Fgs Mapserver 4.1
c. Gfortran 95
73
d. PostgreSQL 8.4.1 dengan PostGIS 8.1.6
74
• Tempat menampung cdrserpong.txt sementara
hasil konversi dari product1.raw.
• Tempat konversi cdrserpong.txt ke
cdrserpong_xy.txt.
Konten :
• a.out, merupakan hasil compile program
fortran bacaradar.f yang digunakan untuk
merubah cdrserpong.txt menjadi
cdrserpong_xy.txt.
• Bacaradar.f, bahasa pemrogaman fortran yang
belum di compile.
I. Folder cdrserpong_xy
Fungsi :
• Tempat menampung sementara
cdrserpong_xy.txt hasil konversi dari
cdrserpong.txt.
• Tempat proses konversi cdrserpong_xy.txt
menjadi harimau (shapefile).
Konten :
• Txt2shp.py, merupakan bahasa pemrogaman
phython yang digunakan untu merubah
75
cdrserpong_xy.txt menjadi bentuk harimau
(shapefile).
II. Folder shapefile
Fungsi :
• Tempat menampung sementara harimau
(shapefile) hasil konversi dari
cdrserpong_xy.txt
Konten : -
III. Folder IRISread
Fungsi :
• Tempat terjadinya proses Product1.raw ke
cdrserpong.txt, path detailnya :
/IRISread/sample/
Konten :
• Program IRISread.
IV. Folder backup
• Tempat penyimpanan seluruh file setelah
proses konversi terjadi.
76
4.2 Shelll Script Program
Shell script yang terdapat pada sistem konversi ini diletakan
pada path /sbin/ . berikut shells cript ayang terdapat pada sistem
konversi ini.
1. Getraw.sh 6. shp2qsl.sh
2. Rawtotxt.sh 7. Backup.sh
3. Txt2.sh
4. Txttoshp.sh
5. Move.shp
Semua shell script diatas diletakkan ke dalam path
/sbin/. Semua file shell script diatas akan dipanggil oleh satu file shell
script dengan urutan seperti diatas. Shell script yang digunakan untuk
pemanggilan semua sheel script itu dinamakan all.sh. Gambar file
shell script dengan nama all.sh :
Gambar 4.1 Shell script all.sh
#!/bin/sh
/sbin/ftpserpong.sh
/sbin/rawtotxt.sh
/sbin/txt2.sh
/sbin/txttoshp.sh
/sbin/moveshp.sh
/sbin/doppler_new.sh
/sbin/shp2sql.sh
/sbin/backup.sh
77
Dalam linux terdapat fasilitas yang dapat mengerjakan sesuatu
dengan otomatis. Fasilitas tersebut adalah crontab. Berikut sintax
crontab yang dimilki oleh sistem konversi otomatis ini guna
mengeksekusi shell script all.sh secara otomatis tiap 12 menit sekali.
Yang artinya sistem ini akan berjalan otomatis setiap 12 menit sekali.
*/12 * * * * /sbin/all.sh
Gambar 4.2 sintax crontab
Cara mengaktifkan fasilitas cron pada ubuntu
• Buka cron editor yaitu dengan mengetikkan :
crontab –e
• Lalu tulis perintah cron yang anda inginkan.
• Lalu simpan file cron tersebut.
• Jalankan perntah cron tersebut pada terminal dengan
:
$ /etc/init.d/cron stop
kemudian
$ /etc/init.d/cron start
Gambar 4.3 start/stop crontab
Dalam prosesnya, terjadi perpindahan file antar folder, berikut
gambar alur perpindahan file yang terjadi sistem konversi otomatis
ini. :
78
Didalam folder backup terdapat :
Gambar 4.4 alur perpindahan file
Ket :
: perpindahan file pada saat terjadinya konversi
: pengambilan file pada saat proses backup.
Product1ra cdrserpong
shapefile cdrserpongxy
/IRISread/sample/
Harimau (shapefile)
Product1.raw
Product1.raw Cdrserpong.tx
Cdrserpong xy.tProduct1ra
Harimau (shapefile)
Basis data spasial harimau
- Doppler_new
- Doppler_sum
Harimau.sql
Cdrserpong_xy.tt
/date.tar.gz
79
Penjelasan mengenai proses konversi secara detail akan dibahas pada
bagian ini.
4.2.1 Proses mengambil product1.raw dari ftp serpong/padang
Proses pengambilan product1.raw dari lingkungan yang
berada dalam lingkungan radar serpong, tempat pengambilan ini
berada pada ftp server yang berada pada lingkungan radar serpong
dan padang. Shell script pada proses ini di beri nama ftpserpong.sh,
konten ftpserpong.sh adalah sebagai berikut :
#!/bin/sh cd ……(A)…………… ftp -i -n -v << EOD open xx.xx.xx.xx user spf spf123 cd ……(B)……… get product1.RAW binary get ppi175r.gif quit EOD
Gambar 4.5 ftperpong.sh
Ket :
• (A) : Path folder tempat folder product1raw
• (B) : Path folder tempat folder product1raw
• ftp –I –n –v : Alamat ftp yang dituju (radar serpong)
80
4.2.2 Proses konversi dari product1.raw menjadi cdrserpong.txt
Dalam proses konversi pada tahap yang pertama ini, data
input yang digunakan adalah product1.RAW yang merupakan suatu
bentuk gambar yang dihasilkan dari proses yang dilakukan oleh
computer sigmat yang berada pada lingkungan radar serpong dan
padang. Dalam menjalankan proses ini dibutuhkan suatu aplikasi
kecil yang dinamakan IRISread. Dalam hal ini penulis tidak akan
membahas panjang lebar mengenai kode yang terdapat didalamnya
di karenakan program ini didapatkan dari institusi tempat penulis
melakukan penelitian. Program konversi dari raw image ke bentuk
.txt ini berjalan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Berjalan dalam OS linux
2. Ada program pendamping yaitu katsu.gz yang harus di
ekstrak dahulu kemudian diletakan ke path /home/
3. Dalam proses konversi, file (.raw) harus diletakan ke path
/IRISread/sample/ yang didalamnya terdapat execute file
yaitu IRISread_sample, dalam menjalankan file tersebut
terdapat format khusus dalam penulisannya, yaitu :
Gambar 4.6 sintax menjalankan Program IRISread
IRISread_sample product1.RAW -pdbz -xbin -
81
Ket :
• ( -p ) : parameter yang digunakan.
• ( -x ) : format output, nilai dalam ASCII.
• ( -o ) : nama dari output file yang dihasilkan.
Dalam kasus skripsi ini semua penulisan perintah yang
dilakukan di terminal yang dapat dikatakan sama dengan command
prompt yang terdapat pada windows dirangkum dalam suatu file
yang dinamakan shell script. Setiap shell script harus dijalankan
pada path /sbin/. Kode shell script yang digunakan untuk
menjalankan proses ini adalah rawtotxt.sh :
#!/bin/bash/
cd /opt/harimau/IRISread/sample/
/bin/mv -f /opt/harimau/product1raw/product1.RAW
/opt/harimau/IRISread/sample
./IRISread_sample product1.RAW -pdbz -xbin -
ocdrserpong.txt
/bin/mv -f cdrserpong.txt /opt/harimau//cdrserpong/
Gambar 4.7 rawtotxt.sh
82
Ket :
• mv –f : meng’cut file dengan paksa.
Penjelasan alur shell script rawtotxt.sh :
Alur akan menuju path folder
/opt/harimau//IRISread/sample/ lalu akan melakukan
proses pemindahan file product1.RAW yang berada pada
path folder…/product1raw/ ke path folder
/opt/harimau//IRISread/sample/. Lalu akan menjalankan
IRISread_sample untuk merubah product1.raw menjadi
cdrserpong.txt. setelah itu memindahkan file
cdrserpong.txt ke path folder /opt/harimau//cdrserpong/.
4.2.3 Proses konversi dari cdrserpong.txt menjadi cdrserpong_xy.txt
Dalam proses konversi cdrserpong.txt menjadi
cdrserpongxy.txt penulis menggunakan bahasa fortran, secara umum
kode sederhana ini mengubah konten yang terkandung dalam file
yang berformat (.txt) dengan nama file cdrserpong yang seperti
dibawah ini :
Gambar 4.8 cdrserpong.txt
2009/04/04 21:48:05 [rRVW--] [PPI] 360 [sweeps] -0.4 [rpm] 175000 [m] 125 [m] AZ.= -999.9 EL.= 0.6 Position: -6.400 106.700 -> 0.000 az el rd dbz 360.0 0.6 0 -999.00 360.0 0.6 125 -999.00
83
Menjadi file dengan nama cdrserpong_xy.txt yang
mempunyai konten sebagai berikut :
lat,lon,dbz,rd,tahun,bulan,tanggal,jam,menit x,y,real,real,int,int,int,int,int -6.395,106.700,5.00,0.0749,2009,04,07,20,24 -6.394,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.393,106.700,9.50,0.1431,2009,04,07,20,24 -6.392,106.700,7.00,0.0999,2009,04,07,20,24 -6.391,106.700,6.00,0.0865,2009,04,07,20,24
-6.390,106.700,4.00,0.0648,2009,04,07,20,24 -6.389,106.700,4.50,0.0697,2009,04,07,20,24
-6.388,106.700,7.50,0.1073,2009,04,07,20,24 -6.386,106.700,5.00,0.0749,2009,04,07,20,24
-6.385,106.700,3.00,0.0562,2009,04,07,20,24 -6.384,106.700,3.50,0.0603,2009,04,07,20,24 -6.383,106.700,4.00,0.0648,2009,04,07,20,24 -6.382,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.381,106.700,2.50,0.0523,2009,04,07,20,24 -6.379,106.700,1.50,0.0452,2009,04,07,20,24 -6.314,106.700,2.50,0.0523,2009,04,07,20,24
Gambar 4.9 cdrserpong_xy.txt
tujuan penulis merubah format file seperti diatas bermaksud
agar file .txt yang dihasilkan dapat terbaca oleh Program konversi
.txt ke .shp yaitu txt2shp.py yang terbuat dari bahasa phython,
keterangan mengenai penjelasan program konversi .txt ke shp akan
dibahas di lain subbab. Barisan kode sederhana yang digunakan
untuk proses konversi adalah sebagai berikut :
84
character*150 header1, header2 ,th , b, T, j, m
real az, er, rainrate, dbz, lat, lon
real xdrlat, xdrlon, x, y, pi
integer rd
xdrlat = -6.4
xdrlon = 106.7
pi = 3.14159265358979
open (1,file='cdrserpong1.txt',status='old')
open (2,file='cdrserpong1_xy.txt',status='unknown')
read (1,'(a4,1x,a2,1x,a2,1x,a2,1x,a2)') th,b,T,j,m
read (1,'(a60)') header2
write(2,*) 'lat,lon,dbz,rd,tahun,bulan,tanggal,jam,menit'
write(2,*) 'x,y,real,real,real,real,real,real,real'
10 read (1,'(f6.1,4x,f3.1,1x,i6,1x,f7.2)',end=30) az,el,rd,dbz
if (dbz.eq.-999.00.OR.dbz.LE.0.70) then
goto 10
endif
x = sin(az*pi/180)*rd
y = cos(az*pi/180)*rd
lat = xdrlat+y/110574
lon = xdrlon+x/111310
write(*,*)lat,lon,y,x,rd
rainrate = ((10**(dbz/10))/200)**0.625
write(2,'(F7.3,",",F7.3,",",F6.2,",",F6.4,",",A4,",",A2,",",A2
1,",",A2,",",A2)')lat,lon,dbz,rainrate,th,b,T,j,m
goto 10
30 close (2) close (1)end
Gambar 4.10 bacaradar.f
Dalam menjalankan proses diatas, kode bacaradar.f diatas harus di
compile terlebih dahulu dengan compiler bahasa fortran itu sendiri,
85
dalam kasus ini penulis menggunakan GFORTRAN. Proses compile
dlakukan pada terminal linux ubuntu dengan cara :
$ gfortran
Gambar 4.11 kompile fortran
Setelah proses compile selesai akan dihasilkan file dengan nama
a.out, file inilah yang nantinya akan dijalankan dan merubah
cdrserpong.txt menjadi cdrserpong_xy.txt. sama dengan proses-proses
sebelumnya proses ini djalankan melalui shell script, nama shell script
dalam proses ini adalah txt2.sh, isi dari shellscript sebagai berikut :
#!/bin/bash/
cd /opt/harimau/cdrserpong/
./a.out
/bin/r m cdrserpong.txt
/bin/mv -f cdrserpong_xy.txt
/opt/harimau/cdrserpong_xy/
Gambar 4.12 txt2.sh
Ket :
• rm : perintah pada linux untuk menghapus file
Penjelasan alur shell script txt2.sh :
Alur akan menuju path folder /opt/harimau/cdrserpong/,
lalu akan mengeksekusi a.out, dengan eksekusi file a.out ini akan
merubah cdrserpong.txt menjadi cdrserpong_xy.txt. yang
selanjutnya akan menghapus file cdrserpong.txt, kemudian
86
dilanjutkan dengan memindahkan hasil konversi cdrserpong_xy.txt
ke path folder/ opt/harimau/cdrserpong_xy/.
4.2.4 Proses cdrserpong_xy.txt menjadi harimau shapefile
Dalam proses konversi dari file cdrserpong_xy.txt ke bentuk
harimau(.shp, .dbf dan .shx), penulis menggunakan bahasa
pemrogaman phython. Dalam menjalankan program dibawah ini ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
1. Penciptaan lingkungan tempat berjalanya program ini
yang didapat dari instalasi fgs mapserver pada OS yang
dipakai, dalam kasus ini penulis menggunaka linux
ubuntu versi 8.04, intstalasi fgs mapserver ini harus
berada pada path /home/. Setelah fgs mapserver terinstall
di OS anda maka setelah itu jalankan setenv.sh yang ada
pada lingkungan fgs mapserver yang telah terinstal pada
OS anda.
2. Program ini dirancang untuk tidak membaca file
berbentuk .txt dengan sembarang format, dalam
memenuhi bentuk atau konten file .txt yang ingin dirubah
kedalam bentuk shapefile, file .txt harus mempunyai
format konten atau isi sebagai berikut :
87
a. Setiap kolom harus dipisahkan dengan
karakter yang tidak terdapat pada konten
file .txt
b. Setiap baris yang ingin dibuat harus
dipisahkan dengan “enter”
c. Setiap file .txt yang digunakan sebagai
input harus mempunyai hanya 2 header
baris.
- Baris pertama : nama kolom (sampai
10 karakter )
- Baris kedua : jenis tipe data (string,
Int, real ,x&y )
Contoh format sebagai berikut :
lat,long,elevation,name
x,y,real,string
-122.45,42.865,580,point A
-122.55,43.015,280,point B
Gambar 4.13 format penulisan cdrserpong_xy.txt
88
3. Untuk menjalankan program ini pada OS anda formatnya
sebagai berikut :
Gambar 4.14 format penulisan perintah txt2shp.py
Ket :
txt2shp.py input=input.txt output=output.shp [wb=X] [d=X]
• Wb ( width buffer ) berguna untuk membuat kolom
lebih besar dari nilai data yang digunakan (default = 2)
• d ( delimiter ) berguna untuk membatasi setiap kolom
yang akan dibuat (default = ,)
contoh Sebagian barisan kode dari txt2shp.py :
delimiter = "," widthBuffer = 2 override = 1 output = None inputFile = None
try: for i in range(len(sys.argv)): p = sys.argv[i].split('=')
if p[0] == 'input': inputFile = str(p[1]) if p[0] == 'output': output = str(p[1]) if p[0] == 'wb':
widthBuffer = str(p[1]) if p[0] == 'd': delimiter = str(p[1]) except: usage()
Gambar 4.15 txt2shp.py
89
Kode shell script yang digunakan untuk menjalankan
proses diatas yaitu txttoshp.sh dengan konten :
#!/bin/bash/
cd /opt/harimau/cdrserpong_xy/
./txt2shp.py input=cdrserpong_xy.txt
output=harimau.shp [wb=2] [d=","]
Gambar 4.16 txttoshp.sh
Dilanjutkan dengan proses pemindahan file harimau (shapefile)
dengan shell scrip dengan nama moveshp.sh sebagai berikut :
#!/bin/bash/
/bin/mv -f /opt/harimau/cdrserpong_xy/harimau.shp
/opt/harimau/shapefile/ /bin/mv -f
/opt/harimau/cdrserpong_xy/harimau.shx
/opt/harimau/shapefile/ /bin/mv -f
/opt/harimau/cdrserpong_xy /harimau.dbf
/opt/harimau/shapefile/
Gambar 4.17 moveshp.sh
Penjelasan alur shell script move.sh :
Pemindahan file harimau.shp, harimau.dbf dan
harimau.shx dari pathnya yaitu /opt/harimau//cdrserpong_xy/ ke
path folder /opt/harimau//shapefile/.
90
4.2.5 Proses harimau shapefile menjadi harimau (.sql) serta proses
dumping pada harimau (.sql).
Dalam proses konversi dari bentuk shapefile ke dalam bentuk
bahasa basisdata yaitu .sql penulis menggunakan fungsi yang
terdapat pada aplikasi Posgresql 8.3 yang terintgrasi dengan
postgis., fungsi dari postgis yang sudah terintegrasi dengan
postgresql yang dipakai oleh penulis adalah shp2pgsql.
Tahap-tahap dalam merubah file shapefile kedalam bentuk sql yaitu :
1. Membuat basis data dengan template postgis secara
manual.
Gambar 4.18 pembuatan basis data baru pada postgresql
91
Gambar 4.19 pemberian nama basisdata pada postgresql
2. Pembuatan atribut berdasarkan header isi dari file harimau
shapefile, proses in menggunakan seperti sintaks dibawah ini :
Gambar 4.20 sintaks pembuatan atribut table Doppler_new
Gambar 4.21 sintaks pembuatan atribut table Doppler_sum
Shp2pgsql –p –I –D /opt/harimau/harimau.shp Doppler_new |./psql –d harimau –U postgres b j
Shp2pgsql –p –I –D /opt/harimau/harimau.shp Doppler_sum |./psql –d harimau –U postgres b j
Ket :
• -D : proses load dengan dump format.
• -p : Pilihan untuk membuat atribut sesu shapefile.
• ( | ) : send output dari shp2pgsql ke psql
• -I : Pembuatan Indeks spasial.
• Harimau : Nama basisdata.
• Postgres : Username.
• Bejo : password username postgres
92
3. Setelah basisdata harimau terisi dengan atribut-atribut yang
diinginkan, dilanjutkan dengan proses me-load file shapefile ke
dalam basis data spasial. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan shell script Shp2sql.sh :
Gambar 4.22 shp2sql.sh
cd /opt/PostgreSQL/8.3/bin/
./shp2pgsql -d /opt/harimau/shapefile/harimau.shp Doppler_new |./psql –d harimau –U
postgres bejo
./shp2pgsql -a -D /opt/harimau/shapefile/harimau.shp Doppler_sum |./psql –d harimau –U
postgres bejo
Ket :
• -D : proses load dengan dump format.
• -d : pilihan untuk membuat table ulang.
• -a : Pilihan untuk menambahkan record.
• ( | ) : send output dari shp2pgsql ke psql
• -I : Pembuatan Indeks spasial.
• Harimau : Nama basisdata.
• Postgres : Username.
• Bejo : Password username postgres.
93
Penjelasan alur shell script shp2sql.sh :
shell script akan mengeksekusi shp2pgsql yang akan
melakukan proses
1. Menghapus table dengan nama Doppler_new lalu
membuat kembali table Doppler_new tersebut dengan
data harimau shapefile yang berada pada path folder
/opt/harimau/shapefile/ yang langsung di dumping ke
dalam table Doppler_new tersebut. Table ini
menampung hanya data terbaru saja dari hasil konversi.
2. Menambahkan kedalam basis data spasial harimau
dengan table Doppler_sum data harimau shapefile yang
sebelumnya sudah dikonversi ke dalam SQL. Table ini
berisi kumpulan data hasil identifikasi radar Doppler
secara keseluruhan.
94
4.2.6 Proses backup file
Proses ini berfungis untuk menyimpan file-file yang telah melewati
proses konversi. Proses penyimpanan ini juga menggunakan shell script
yang bernama backup.sh, berikut file shell script dari backup.sh :
Gambar 4.23 backup.sh
#!/bin/sh
cd /opt/harimau/backup/
/bin/mkdir `date +%Y-%m-%d-%H-%M`
/bin/mv -f /opt/harimau/cdrerpong_xy/cdrserpong_xy.txt /opt/harimau/backup/`date +%Y-
%m-%d-%H-%M`
/bin/mv -f /opt/harimau/IRISread/sample/product1.RAW
/opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H-%M`
/bin/mv -f /opt/harimau/shapefile/harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H-
%M`
/bin/mv -f /opt/harimau/shapefile//harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H-
%M`
/bin/mv -f /opt/harimau/shapefile//harimau.shp /opt/harimau/backup/`date +%Y-%m-%d-%H-
%M`
Ket :
• mkdir `date +%Y-%m-%d-%H-%M` : perintah untuk
membuat folder baru dengan folder berformat nama
“tahun,bulan,tgl,jam dan menit”
95
Penjelasan alur shell script backup.sh :
Pada shell script ini akan dibuat folder dengan nama
berformat tahun-bulan-tanggal-jam-menit pada path folder
/opt/harimau//backup/, yang kemudian akan memindahkan file
cdrserpong_xy.txt dari path folder
/opt/harimau//cdrserpong_xy/, file product1.raw dari path
folder /opt/harimau//IRISread/sample/, file harimau.shp,
harimau.dbf dan harimau.shx kedalam path folder
/opt/harimau//backup/ kedalam folder yang mempunyai nama
dengan format tahun-bulan-tanggal-jam-menit. Folder dengan
nama yang berformat tahun-bulan-tanggal-jam-menit tersebut
akan di compress menjadi .tar.gz.
Hasil akhir basis data spasial :
Gambar 4.24 hasil basis data harimau
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan serta saran-saran yang bermanfaat bagi penulisan
skripsi maupun pengembangan aplikasi ini.
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem konversi ini dirancang berdasarkan data-data hasil identifikasi
radar Doppler, dan dalam pembuatan sistem ini penulis menggunakan
alat (software tools) berupa linux ubuntu v.8.04 sebagai sistem operasi,
fgs mapserver 5.4.0 sebagai tools pendukung tempat berjalannya
program berbahasa phython, Gfortran 95 sebagai kompiler program
berbahasa fortran, gedit sebagai text editor, crontab sebagai fungsi guna
menjalankan perintah shell script secara otomatis, serta PostgreSql
dengan plug-in potsgis 3.6.1 sebagai tools untuk proses konversi dari
shapefile ke bentuk .sql
2. Dengan proses yang tidak lagi memerlukan campur tangan manusia
sisitem ini dapat dikatakan bersifat otomatis total.
3. Sistem konversi ini menyajikan keseragaman data yaitu basisdata
spasial yang akan memudahkan user dalam pengembangan aplikasi-
aplikasi yang berhubungan dengan proyek harimau.
96
97
4. Adanya fungsi backup data yang disediakan oleh sistem ini yang akan
memudahkan pengguna dalam mamakai kembali file-file konversi
terutama shapefile.
5. Penyajian data waktu secara lengkap sampai ke data menit akan
memudahkan setiap user dalam melakukan query berbasis waktu pada
basisdata spasial yang merupakan hasil akhir dari sistem konversi ini.
6. Penyajian dua tabel basis data yang sangat fungsional menurut
kebutuhannya masing-masing yang digunakan untuk menampung data
terbaru dan data keseluruhan hasil konversi identifikasi radar doppler.
5.2 Saran
Sistem yang dibangun masih memiliki beberapa kekurangan dan
keterbatasan, oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dikembangkan
agar menjadi lebih baik, antara lain:
1. Adanya sebuah fungsi perbandingan data antara data yang sudah masuk
dengan data yang baru akan masuk, sehingga mencegah terjadinya
redudansi data.
2. Dibuatnya sebuah interface guna pengecekan file-file yang dikonversi
3. Serta adanya error warning apabila terjadi kesalahan dalam proses
konversi.
Analisis Kebutuhan Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan Perencanaan
Identifikasi Jenis Data Bentuk Sistem Yang Dibangun
Deskripsi Tempat Penelitian Analisis
Rancang Alur Sistem Usulan (DFD)
Rancang Kamus Data Sistem Usulan Perancangan
Implementasi
Pengujian Sistem (Testing)
Pengkodean (Coding)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)
Pengujian Sistem (Testing)