!! Fix Gabungan Bab3
-
Upload
willy-paw-archijayus -
Category
Documents
-
view
263 -
download
0
Transcript of !! Fix Gabungan Bab3
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 1/56
3.1 RUANG LINGKUP DAN LANGKAH KEGIATAN
Terdapat beberapa tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Secara garis besar kegiatan
yang akan dilaksanakan tersebut terdiri atas 6 tahap utama yang meliputi:
• Persiapan Survey
• Penyusunan Laporan Pendahuluan ( Inception Report )
• Tahap Survey dan Observasi Lapangan, diakhiri dengan
penyususnan Laporan Hasil Survey
• Kegiatan Analisis (Penyusunan Interim Report ) dengan hasil berupa
Laporan Fakta dan Analisa
• Penyusunan Laporan Akhir/Rencana ( Final Report )
Secara lebih terinci, uraian mengenai proses perencanaan dan ruang lingkup
materi pekerjaan dari setiap tahapan akan disajikan di bawah ini :
1. Persiapan Survey
Dalam proses persiapan ini, kegiatan yang dilaksanakan
adalah:
Persiapan dasar
Berupa studi literatur dan pengkajian materi yang
tercantum dalam rencana dalam skala yang lebih luas.
Disamping itu dilakukan pula penelaahan peraturan-
peraturan pemda, kebijaksanaan pembangunan pada skala
kota maupun regional serta masukan lain dari berbagai
sumber.
Persiapan teknik survei
Berupa penyiapan peta dasar, kerangka studi bagi teknik
survei, daftar data dan pertanyaan, serta persiapan
administrasi.
2. Penyusunan laporan pendahuluan
Laporan ini merupakan laporan awal dalam penyusunan
RTBL yang akan membahas mengenai latar belakang,
maksud, tujuan, lingkup dan batasan pembahasan;
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 2/56
kebijaksanaan pembangunan Kota Yogyakarta, teori-teori
yang mendukung penyusunan RTBL; cakupan/ruang lingkup,
langkah, dan alokasi waktu kegiatan; struktur organisasi serta
pembagian kerja pelaksana kegiatan.
3. Tahap Survey dan Observasi Lapangan
Kegiatan ini meliputi kegiatan survei dan kompilasi data
yang pada intinya adalah proses inventarisasi dan kompilasi
data-data primer dan sekunder. Pekerjaan yang dilakukan
meliputi:
a. Survei data instansional
Berupa pengumpulan dan kompilasi data dari instansi
terkait. Informasi ini tersaji dalam bentuk gambar, peta,
dan angka yang menjelaskan data-data regional dalam
wilayah studi.
b. Survei lapangan
Kegiatan ini bertujuan untuk menyesuaikan data yang
diperoleh dari instansi dengan kondisi lapangan yang ada.
Hasilnya berupa peta-peta observasi lapangan. Data-data
primer tersebut terdiri dari:
• Pola penggunaan lahan, perpetakan lahan, dan sistem pusat-
pusat pelayanan, kepadatan dan distribusi penduduk
• Pola pemanfaatan ruang yang meliputi kawasan kawasan
terbangun dan tak terbangun, kawasan permukiman, kawasan
perdagangan dan jasa (perniagaan, pemerintahan, fasilitas umum,
transportasi, pariwisata, dll), kawasan perindustrian.
• Sistem Transportasi/ Pergerakan meliputi sirkulasi,
jalan, pedestrian, parkir, halte, penyeberangan.
• Wujud Bangunan dan Intensitas Pembangunan
meliputi garis sempadan bangunan (garis sempadan
samping/belakang dan muka bangunan; Koefisien Dasar
Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Daerah
Hijau, Koefisien Tapak Basement, Ketinggian Bangunan,
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 3/56
Elevasi/Peil, Orientasi Bangunan, Bentuk Dasar
Banguna, Bahan bangunan Eksterior,
Pertandaan/Signage,
• Fasilitas Lingkungan meliputi fasilitas pendidikan,
peribadatan, kesehatan, perkantoran, dan bangunan
umum serta ruang terbuka hijau.
• Utilitas Lingkungan meliputi listrik, air bersih,
telepon, gas, drainase dan pengelolaan sampah serta
sanitasi.
4. Kegiatan Analisis
Semua data yang telah diinventarisir dalam langkah
sebelumnya dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan
dan metode analisis perenanaan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kegiatan yang
dilakukan dalam tahap analisa ini antara lain:
Analisa guna lahan
Langkah ini berisi analisa mengenai keterkaitan peruntukan lahan secara
mikro dalam wilayah studi dengan peruntukan lahan pada skala yang lebih
besar. Disamping itu tercakup pula analisa kemungkinan atau
kecenderungan perubahan fungsi lahan secara mikro.
Analisa perpetakan
Langkah analisa perpetakan berisi mengenai blok
perencanaan yang terdiri dari gabungan beberapa persil
atau kapling tanah dan sistem kavling atau tanah persil
tanah.
Analisa nilai intensitas
Berisi analisis mengenai daya dukung lahan yang dipengaruhi oleh tingkat
aksesibilitas, potensi, daya dukung lahan, sumber daya, serta
perkembangan teknologi dan analisa intensitas ini meliputi Analisa
komponen bangunan yang meliputi komponen bangunan, ketinggian dan
jarak bangunan, kepadatan bangunan, kooefisien dasar, KDB, KLB, GSB,
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 4/56
kemunduran bangunan, GMB, GSmB, GSbB, elevasi, amplop bangunan
dan perpetakan tanah.
Analisa sistem perhubungan
Analisa yang dilakukan merupakan analisa hubungan keterkaitan fungsi
dan sarana-sarana pergerakan pada wilayah studi serta besaran masing-
masing sarana tersebut yang meliputi jalan, parkir, pedestrian way,
intermoda, penyeberangan, dan pemberhentian.
Analisa penyediaan ruang terbuka
Langkah ini dilakukan untuk menganalisa program kebutuhan hutan kota
yang meliputi taman, ruang terbuka hijau yang memperhatikan aspek-
aspek fungsional, sosial, dan ekologi.
Analisa bangunan dan lingkungan
Tahap ini berisi analisa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan
bangunan dan lingkungan pada wilayah perencanaan. Kegiatan yang
dilaksanakan meliputi analisa aspek-aspek sebagai berikut :
− Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar
matahari, view, iklim mikro, struktur geologi tanah/daya serap tanah,
dan topografi
− Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih,
pematusan, drainase, listrik, telepon, pemadam kebakaran, reklame,
dsb.
− Elemen-elemen bangunan dan lingkungan
− Indikasi tipologi bangunan dari nilai-nilai
budaya/arsitektural tradisional/lingkungan
− Umur rata-rata bangunan
− Kondisi bangunan (material, bahan, kondisi)
− Non fisik; merupakan analisa dari segi dampak sosial,
psikologi, dan ekonomi.
Selain analisis-analisis diatas, dilakukan juga analisa atau
kajian panduan-panduan sebagai berikut:
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 5/56
a) Panduan rancangan elemen-elemen spesifik yang meliputi
kajian terhadap:
• Rancangan wujud bangunan/tipologi
• Rancangan ruang terbuka
• Rancangan pedestrian
• Rancangan parkir
• Rancangan tempat penyeberangan (jembatan, zebra
cross)
• Rancangan pemberhentian/halte
• Rancangan utilitas lingkunganb) Panduan peraturan tentang bangunan pada wilayah
perencanaan yang meliputi kajian terhadap
• Pengaturan bangunan (building code sector )
• Pengaturan RTBL ( zoning code sector )
• Pengaturan administrasi pelaksanaan/program dan
pengendalian pembangunan serta peran swasta
• Pengaturan kemungkinan-kemungkinan insentif dan
disinsentif
• Pengaturan perijinan bangunan
• Peraturan pemanfaatan bangunan atau fungsi
bangunan
Setelah proses analisa selesai dilaksanakan, maka didapatkan
konsep terhadap masing-masing komponen yang telahdibahas dalam bentuk Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.
Konsep tersebut meliputi:
• Konsep umum atau strategis penataan bangunan
wilayah perencanaan
• Konsep rencana pemanfaatan ruang lingkungan
perkotaan mencakup:
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 6/56
− Konsep penataan guna lahan
− Konsep tata letak dan pemanfaatan bangunan
& lingkungan
− Konsep penataan jaringan utilitas lingkungan
− Konsep penataan jaringan sirkulasi
− Konsep penataan RTH dan penghijauan
− Konsep rancangan detail
Penyusunan rancangan rencana ini juga berisikan rancangan rencana yang
meliputi:
• Rancangan rencana tapak pemanfaatan ruang
− Rancangan rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan
− Rancangan rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan
bangunan
− Rancangan rencana tata letak jaringan pergerakan hingga
pedestrian dan jalan setapak, perpakiran, halte dan penyeberangan
− Rancangan rencana tata letak jaringan utilitas
− Rancangan rencana ruang hijau dan penghijauan
• Arahan pelaksanaan pembangunan
− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)
bangunan gedung dan bangunan bukan gedung
− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)
jaringan pergerakan
− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)
jaringan utilitas
− Ketentuan (Pra Rencana Teknik) sempadan bangunan, KDB,
KLB, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung
bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan
lainnya.
5. Penyusunan Laporan Akhir/Rencna
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 7/56
Merupakan tahap akhir dalam penyusunan RTBL yang
dilakukan. Berupa tindak lanjut dari hasil kegiatan diskusi dan
seminar yang telah dilakukan, merevisi kekurangan-
kekurangan yang ditemukan dan memantapkan usulan-usulan
konsep yang ada. Kegiatan ini mencakup dua usulan pokok
yaitu:
a. Usulan rencana penataan bangunan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:
• Program bangunan dan lingkungan yang terdiri dari:
1. Macam-macam bangunan
2. Luasan tiap bangunan
3. Jumlah tiap jenis bangunan
• Pengendalian program dan pelaksanaan
• Program investasi
• Rencana, yang meliputi:
1. Rencana penataan guna lahan termasuk didalamnya
rencana perpetakan lahan
2. Rencana tata letak dan pemanfaatan bangunan dan
lingkungan, yang meliputi ketinggian dan kedalaman
bangunan, garis sempadan bangunan, KDB dab KLB,
elevasi/ peil, gubahan bassa, orientasi bangunan,
bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, skyline,
dan material exterior
3. Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan
perkotaan yang terdiri dari rencana sirkulasi, jalan,
pedestrian, parkir,dan jembatan penyeberangan.
4. Rencana tata letak utilitas lingkungan perkotaan
yang meliputi jaringan-jaringan utilitas kota seperti
jaringan listrik, telepon, air bersih, dan drainase
5. Rencana ruang hijau dan penghijauan yang meliputi
pertamanan, pola ruang luar, dan
amenity /kelengkapan jalan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 8/56
6. Rencana detail
b. Usulan Pedoman penataan bangunan
Pada langkah ini kegiatan pokok yang dilakukan adalah penyusunan
usulan pedoman penataan bangunan yang mencakup dua pokok panduan
yaitu :
• Panduan rancangan wujud bangunan
1. Rancangan pedestrian
2. Rancangan parkir
3. Rancangan jembatan penyeberangan dan halte
4. Rancangan utilitas lingkungan
5. Rancangan wujud bangunan
6. Rancangan ruang terbuka (lingkungan luar)
• Panduan penyusunan peraturan tentang bangunan pada wilayah
perencanaan, yang meliputi :
1. Pengaturan keselamatan bangunan
2. Pengaturan teknis mengenai bangunan dan lingkungan yang
meliputi persyaratan komponen bangunan (bukaan jendela, pintu,
halaman, dsb), ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan,
fasade bangunan, KDB dan KLB, orientasi bangunan, selubung
bangunan dan persyaratan material eksterior.
3.2 METODOLOGI PENDEKATAN
3.2.1Review Kebijaksanaan Pembangunan Kota
Pengkajian kebijaksanaan pembangunan kota ini dimaksudkan untuk
mengetahui arah dan tujuan serta maksud pembangunan regional yang telah
dicanangkan. Informasi mengenai kebijaksanaan ini deperoleh dari RUTRK Kota
Yogyakarta Tahun 1994-2004
3.2.2Pengkajian Potensi Dan Permasalahan Wilayah
Perencanaan
Pengkajian potensi dan permasalahan wilayah perencanaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan situasi eksisting wilayah perencanaan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 9/56
ditinjau dari beberapa aspek, yang berkaitan dengan rencana yang akan disusun.
Untuk mendapatkan informasi yang optimal, pada tahapan ini dilaksanakan hal-
hal sebagai berikut:
A. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Melakukan persiapan pengumpulan data yang terbagi
menjadi dua macam persiapan dasar yaitu :
Persiapan dasar berupa studi literatur dilakukan
dengan cara penelaahan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan (RDTRK), Rencana Umum Tata Ruang Kota
(RUTRK), peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah daerah setempat serta data – data yang
berkaitan dengan kawasan studi seperti Kota Dalam
Angka dan Monografi Kecamatan.
Persiapan teknik survei berupa penyiapan peta-peta
dasar (skala 1:1000), penyiapan kerangka studi dalam
teknik survei, penyiapan daftar data yang diperlukan
serta pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan kota,
kawasan studi, potensi dan masalah, serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan studi perencanaan tata
bangunan dan lingkungan yang akan dilaksanakan,
penyiapan administratif berupa surat survei dan lain-
lain.
Melakukan inventaris data yaitu pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan kawasan studi :
Rencana Tata Ruang (RDTRK,RUTRK)
Peraturan Daerah
Program pembangunan prasarana dan sarana
lingkungan atau infrastruktur teknis yang sedang
dilaksanakan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 10/56
Kebijaksanaan Pemerintah Kota yang akan
diberlakukan pada kawasan studi
Inventarisasi bangunan yang ada pada wilayah
perencanaan yang dapat dijadikan titik awal
perencanaan
Telaah arsitektural atau sumber-sumber lain
arsitektural tradisional yang menunjukkan identitas
kawasan yang studi
Informasi-informasi yang berkaitan dengan
kawasan studi.
Melakukan pengamatan lapangan, hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran gambaran tentang kondisi eksisiting kawasan dan
memperoleh data-data lapangan yang tidak dapat diperoleh dari studi
literatur. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengamatan lapangan
adalah sebagai berikut:
Pengambilan gambar-gambar obyek-obyek terpilih
yang mendukung penyusunan rencana (potret, video
kamera ataupun slide)
Gambar eksisiting tata bangunan dari kawasan
dengan skala 1 : 1000 dan dalam kondisi data terbaru
yang nantinya akan dicek kebenarannya.
Sketsa-sketsa gambar, potret ataupun foto montase
dari bangunan-bangunan baik mengenai tata letak,
bentuk, ornamen-ornamen, ataupun arsitektural yang
khas yang memberikan nilai identitas kawasan.
Identifikasi lahan yang mencakup fisik dasar, status
kepemilikan tanah, dan penggunaan lahan.
Identifikasi lingkungan, yang meliputi identitas lingkungan,
ruang terbuka, perabot kota.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 11/56
Identifikasi bangunan, yang meliputi kondisi bangunan,
kemunduran bangunan, jumlah lantai, KDB faktual, wajah bangunan,
penggunaan bangunan, kesejahteraan.
Identifikasi sistem sirkulasi, yaitu mengenai kondisi, fungsi,
arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki serta perhitungan LHR,
kapasitas dan volume jalan.
Identifikasi utilitas, terdiri dari :
- Sistem jaringan telpon dan listrik
Pada sistem jaringan lisrik mencakup lokasi, jenis tegangan dan kabel
sedangkan pada telpon meliputi sistem jaringannya
- Sistem jaringan air bersih
Sistem jaringan air bersih terdiri dari sistem sumber, transmisi dan
distribusi air bersih disepanjang koridor Jalan Magelang.
- Sistem jaringan drainase
Sistem jaringan drainase meliputi lebar drainase, lokasi drainase,
kedalaman (ketinggian), hirarkhi drainase, panjang drainase, bentuk
dari drainase, jenis drainase dan bahan salurannya.
Identifikasi perabot kota, seperti penghijauan, reklame, PKL,
boks telpon, halte, identitas lingkungan dan lainnya.
Identifikasi potensi dan permasalahan, yang meliputi potensi-
potensi wilayah perencanaan yang dapat mendukung identitas kawasan
seperti adanya bangunan-bangunan bersejarah maupun adanya landmark
dan skluptur. Selain itu perlu juga diperhatikan mengenai masalah-
masalah yang berkaitan dengan wilayah perencanaan baik itu yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap wilayah
perencanaan dan kawasan-kawasan lain disekitarnya, misalnya adanya
permasalahan yang berdampak pada munculnya bangkitan lahan lanjutan
(multipler effect ), adanya perubahan atau penyimpangan tata guna lahan,
atau permasalahan yang menimbulkan kegiatan-kegiatan baru
B. Analisis Data
Tahap analisis berisi pengkajian data dari sumber-sumber
yang ada, baik berupa potensi atau masalah untuk merumuskan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 12/56
usulan alternatif konsep RTBL. Tahap analisis dalam RTBL antara
lain :
1. Analisis Deskriptif - Evaluatif
Analisis ini digunakan untuk dapat menyusun
karakteristik wilayah studi yang mencakup guna lahan,
intensitas, jaringan utilitas lingkungan, system perhubungan,
RTH, bangunan dan lingkungan. Adapun analisis yang
digunakan untuk memperoleh setiap karakteristik tersebut
yaitu :
• Analisis Guna Lahan
Analisis guna lahan meliputi analisis lahan makro dan
analisis lahan mikro. Metode pendekatan yang digunakan
dalam analisis lahan makro yakni dengan meninjau
dokumen RTRK Kota Yogyakarta, dan rencana-rencana
kota yang telah di-perdakan. Sedangkan analisis lahan
mikro menggunakan metode pendekatan superimposed
yakni melakukan overlay dari peta tematik dengan yaitu
peta hasil survey primer di lapangan, sehingga dapat di
peroleh derajat deviasi dari koridor Jalan Magelang Kota
Yogyakarta.
• Analisis Perpetakan Lahan
Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis
perpetakan lahan adalah dengan mengklasifikasikan
perpetakan tanah berdasar Keputusan Menteri Kimpraswil
nomor 327/KPTS/M/2002 Bab VI, yang membagi 8
klasifikasi petak peruntukan dan penggal jalan sebagai
berikut :
Tabel 3.1 Klasifikasi Petak TanahKlasifikasi Keterangan Luasan (dalam m2)
I Sistem Blok > 2500II Kapling Sangat Besar 1000 - 2500
III Kapling Besar 600-1000IV Kapling Sedang 250-600
V Kapling Kecil 100-250VI Kapling Sangat Kecil 50-100
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 13/56
Klasifikasi Keterangan Luasan (dalam m2)VII Rumah Susun < 50
Sumber: Kepmen Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 Bab VI
Metode yang dapat dipakai dalam analisis peretakan yaitu
dengan memaskkkan perpetakan masing-masing
bangunan dalam klasifikasi yang sesuai dengan
pengklasifikasian diatas dan mengukur prosentase
perpetakan bangunan.
• Analisis Nilai Intensitas Bangunan
Aspek-aspek penilaian intensitas dianalisis secara umum
yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
1. Kepadatan Bangunan
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
evaluatif dengan memperbandingkan antara luas lahan
keseluruhan dengan luas persil bangunan yang
menyangkut aspek jarak dan kerenggangan antar
bangunan yang terkait dengan banyaknya bangunan
yang ada di wilayah studi, sehingga dapat menentukan
apakah wilayah studi temasuk pada wilayah dengan
kepadatan bangunan tinggi atau rendah.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 14/56
Gambar 3.1 Pedoman Menentukan Kerenggangan Bangunan
Keterangan:
Tinggi : H = 1 D
kerenggangan bangunan Y minimum 3 m untuk H =8 m, selanjutnya variabel dari fungsi sudut 77o
2. Bidang Muka (fasade) Bangunan
Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari
hasil pengamatan survey primer untuk mengendalikan
arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di
wilayah studi.
3. Garis Sempadan BangunanMetode yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan
mengoperasionalkan rumus untuk menentukan garis sempadan
bangunan, sehingga dapat mengetahui bangunan-bangunan yang
melampaui garis sempadan.
Umumnya pengaturan sempadan ini merupakan 0,5 dari Ruang
Milik Jalan (Rumija), khusus untuk daerah perencanaan dilakukan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 15/56
m L D 12
1
+=
kapling Luas
terbangun Area KDB =
dengan menggunakan standar ideal jarak antara pagar dengan
bangunan, yaitu dengan rumus :
L = lebar jalan
D = jarak pagar bangunan
Rumus tersebut merupakan penggunaan untuk kondisi ideal bagi
penentuan sempadan bangunan pada kawasan yang masih tersedia dan
belum terbangun. Pada kawasan yang telah dibangun, perencanaan
sempadan jalan dan bangunan harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan jaringan yang telah terbentuk, sehingga dengan
demikian harus dilakukan penyesuaian jarak sempadan dengan
bangunannya.
Gambar 3.2 Garis Sempadan Bangunan
4. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif.
Analisis deskriptif dengan metode estimasi KDB di wilayah studi.
Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian
antara KDB hasil survey primer dengan ketentuan KDB di RDTRK
Kecamatan Gadingrejo Koya Yogyakarta. Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) merupakan nilai perbandingan antara area terbangun dengan
luas kapling yang ada, atau :
5. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 16/56
kapling Luas
nkeseluruhalantai Luas KLB
Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif.
Analisis deskriptif dengan metode estimasi KLB di wilayah studi.
Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian
antara KLB hasil survey primer dengan ketentuan KLB di RDTRK
Kecamatan Gadingrejo Kota Yogyakarta. Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) merupakan nilai perbandingan antara luas lantai keseluruhan
dengan luas kapling, atau :
6. Garis Muka Bangunan (GMB)
Garis Muka Bangunan di kawasan perencanaan memberikan arahan
mengenai jarak antara bagian paling depan dari bangunan dengan
pagar halaman.
Gambar 3.3 Garis Muka Bangunan
7. Garis Samping Bangunan (GSmB)
Merupakan garis batas samping suatu persil dengan lahan
terbangunnya.
Gambar 3.4 Garis Samping Bangunan
8. Garis Belakang Bangunan (GSsB)GGGGGGGG
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 17/56
Merupakan garis batas belakang suatu persil dengan lahan
terbangunnya
Gambar 3.5 Garis Belakang Bangunan
9. Ampelop bangunan (building envelope)
Adalah merupakan batasan maksimum ruang yang diijinkan untuk
dibangun. Batas maksimum ruang tersebut adalah perkalian faktor luas
lantai yang diijinkan dengan faktor ketinggian maksimum bangunan
dalam wilayah kota, di mana tapak berada.
Ketinggian maksimal bangunan
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif
dengan cara mengoperasionalkan rumus tinggi puncak bangunan
makimum sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan
ketinggian bangunan yang ada di wilayah studi.
Tinggi maksimum bangunan pada umumnya ditentukan
berdasarkan ketentuan:
Dimana:
h = tinggi puncak bangunan maksimum.
d = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai dasar
terhadap sumbu jalan yang berdampingan.
- Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut
ditetapkan pada as jalan.
d h 2
1
1=
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 18/56
- Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut
ditetapkan 10 m dari garis sempadan pagar ke jalan.
Gambar 3.6 Pedoman Menentukan Tinggi Bangunan
Keterangan:
h = tinggi puncak bangunan maksimum
d = jarak antara proyeksi puncak bangunan yang dicari pada
lantai dasar dengan sumbu (as) jalan yang berdampingan
h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut α dan β
Jarak bangunan
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif
dengan mengoperasionalkan rumus jarak bangunan 1 dengan
bangunan 2 sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan jarak
antar bangunan.
Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar
bangunan yang berada di dalam persil yang sama. Sesuai konsep
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 19/56
12
25,015,0−
+=
hhd
yang dirumuskan, jarak bangunan untuk berbagai ketinggian,
diusulkan sebagai berikut :
Dimana :
d = jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 (dalam meter)
h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter)
h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)
Gambar 3.7 Pedoman Menentukan Jarak Antar Bangunan
Bidang Muka (fasade) Bangunan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 20/56
Metode yang digunakan adalah analisis foto series
dari hasil pengamatan survey primer untuk
mengendalikan arah hadap dan bentuk muka
bangunan yang ada di wilayah studi.
• Analisis Sistem Hubungan (Linkage System)
Adapun aspek-aspek yang akan dianalisis berupa
kaitan/besaran antara lain:
Jaringan Jalan
Metode analisis deskriptif yang digunakan adalah
observasi lapangan dengan pengukuran dimensi jalan
dan mengklasifikasikan hirarkhi jalan berdasarkan
standart hirarkhi jalan.
Tabel 3.2 Tabel Standar Perencanaan Hirarki Jalan
Arteri primerArteri
sekunderKolektorprimer
Kolektorsekunder
• Jalan yangmenghubungkan secara
berdaya gunaantarpusatkegiatannasional atauantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatanwilayah.
• Kecepatanrencana paling
rendah 60km/jam
• Lebar badan jalanpaling sedikit11 meter
• Mempunyaikapasitas yanglebih besar darikapasitas rata-rata
• Lalu lintas jarak
• Jalan yangmenghubungkan kawasan
primer dengankawasansekunderkesatu,kawasansekunderkesatu dengankawasansekunderkesatu, ataukawasansekunderkesatu dengan
kawasansekunderkedua.
• Kecepatanrencana palingrendah 30km/jam
• Lebar badan jalanpaling sedikit11 meter
• Mempunyai
• Jalan yangmenghubungkan secara
berdaya gunaantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatan lokal,antarpusatkegiatanwilayah, atauantara pusatkegiatanwilayah denganpusat kegiatan
lokal• Ke
cepatanrencana palingrendah 40km/jam
• Lebar badan jalanpaling sedikit 9meter
• Jumlah jalanmasuk dibatasi
• Tid
• Jalan yangmenghubungkan secara
berdaya gunaantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatan lokal,antarpusatkegiatanwilayah, atauantara pusatkegiatanwilayah denganpusat kegiatan
lokal• Ke
cepatanrencana palingrendah 40km/jam
• Lebar badan jalanpaling sedikit 9meter
• Jumlah jalanmasuk dibatasi
• Tid
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 21/56
jauh tidak bolehterganggu olehlalu lintas ulangalik, lalu lintaslokal, dan
kegiatan lokal• Ju
mlah jalanmasuk dibatasi
• Tidak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaandan/ataukawasanpengembanganperkotaan
kapasitas yanglebih besar darikapasitas rata-rata
• Lal
u lintas cepattidak bolehterganggu olehlalu lintaslambat
ak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaan
dan/ataukawasanpengembanganperkotaan
ak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaan
dan/ataukawasanpengembanganperkotaan
Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006
Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan
terdiri dari tiga variabel, yaitu:
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
Segmen Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) berdasarkan :
- Konstruksi : badan jalan, saluran tepi jalan (drainase)
dan ambang pengamannya diperuntukkan bagi
median jalan, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu
jalan, trotoar, gorong-gorong, jembatan dan
bangunan pelengkap jalan.
- Fungsi : berdasarkan sifat dan pergerakan dan
batasan muatan lalu lintas dalam sistem jaringan
jalan primer dan sekunder, fungsi jalan dibedakan:
jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalanlingkungan.
Ruang Milik Jalan (Rumija)
Terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur dengan
batasan tanah tertentu di luar Ruang manfaat Jalan,
merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.
Ketentuan lebar ruang manfaat jalan sebagai berikut :
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 22/56
Jalan bebas hambatan/ jalan tol :30 meter
Jalan raya :25 meter
Jalan sedang :15 meter
Jalan kecil :11 meter
Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)
Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
pemanfaatannya ada di bawah Pengawasan Pembina
Jalan, diperuntukkan bagi pandangan dan pengaman
konstruksi/ fungsi jalan. Larangan-larangan dalam
Ruwasja merupakan larangan yang dapat mengganggu
pandangan bebas para pengguna jalan dan konstrusi
jalan.
Ketentuan lebar Ruwasja dari batas badan jalan paling
luar sebagai berikut :
- Jalan Arteri Primer :15 meter
- Jalan Kolektor Primer :10 meter
- Jalan Lokal Primer :7 meter
- Jalan Lingkungan Primer :5 meter
- Jalan Arteri Sekunder :15 meter
- Jalan Kolektor Sekunder :5 meter
- Jalan Lokal Sekunder :3 meter
- Daerah untuk Jembatan :100 meter ke arah
hulu dan hilir
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 23/56
Gambar 3.8 Penampang Melintang Jalan di Daerah Perkotaan
Tingkat Pelayanan Jalan
Metode yang digunakan dalam analisis tingkat
pelayanan jalan adalah analisis evaluatif dengan
mengoperasionalkan rumus yang berkaitan dengan
kecepatan operasi jalan, yang diperoleh dari
perbandingan antara volume kendaraan dengan
kapasitas jalan, dirumuskan sebagai berikut:
Dengan:
V = Volume Kendaraan
C = Kapasitas Jalan
Sesuai dengan standar Highway Capacity Manual,
klasifikasi tingkat pelayanan jalan disusun sebagai
berikut:
Tingkat pelayanan A: arus bebas, kecepatankendaraan dikendalikan oleh keinginan pengemudi, batas
kecepatan dan kondisi fisik jalan
Tingkat pelayanan B: arus stabil, kecepatan operasi
kendaraan kendaraan mulai sedikit terbatas dalam bergerak
karena kendaraan lain (biasanya jalan antar kota)
Tingkat pelayanan C: arus tidak stabil, kecepatan dan
kemampuan bergerak kendaraan semakin terbatas (biasanya jalan antar kota)
Tingkat pelayanan D: arus tidak stabil, kebebasan
bergerak kecil sementara kecepatan relative rendah
Tingkat pelayanan E: arus mulai tidak stabil
(tersendat-sendat) atau volume lalu lintas mendekati kapasitas
jalan, kendaraan sering berhenti pada waktu-waktu tertentu
serta kemampuan bergerak sangat terbatas.
LOS =V
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 24/56
Tingkat pelayanan F: arus terhambat (forced flow),
kecepatan operasi sangat rendah, berhenti dan terbentuk antrian
kendaraan atau kemacetan
Untuk standar tingkat pelayanan jalan adalah sebagaiberikut:
Tabel 3.3 Standar Tingkat Pelayanan JalanTingkat
PelayananA B C D E F
V/C 0-0,20,2-0,45
0,45-0,7
0,7-0,850,85-
1,0>1,0
Sumber: MKJI, 1997
Volume Lalu Lintas Harian (LHR)
Metode yang digunakan dalam analisis lalu lintasharian adalah analisis evaluatif dengan
mengoperasionalkan rumus yaitu membandingkan
jumlah lalu lintas selama pengamatan dengan lamanya
pengamatan. LHR adalah hasil jumlah kendaraan yang
diperoleh selama pengamatan dengan lamanya
pengamatan.
LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan
Lamanya pengamatan
Dalam pengukuran volume lalu lintas, jumlah
kendaraan yang diukur perjam tersebut dinyatakan
sebagai satuan mobil penumpang (smp). Nilai smp tiap
jenis klasifikasi kendaraan menurut Standar
Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan dari
Direktorat Jenderal Bina Marga, DirekotratPembangunan Jalan Kota tahun 1992 adalah sebagai
berikut:
Sepeda = 0,5
Sepeda motor = 1
Mobil Penumpang = 1
Truk Ringan = 2
Truk Sedang (5-10 ton) = 2,5
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 25/56
Truk Berat (>10 ton) = 3
Bus = 3
Kendaraan Tak Bermotor = 0,8
Sistem Parkir
Masalah utama pada perparkiran di kota adalah
fasilitas jalan telah dimanfaatkan sebagai fasilitas
parkir. Pemakaian jalan sebagai tempat parkir karena
belum cukupnya sarana parkir. Terutama gedung-
gedung besar yang memerlukan areal parkir yang
belum cukup menyediakan areal parkirnya.
Berikut ini adalah tabel kebutuhan tempat parkir:
Tabel 3.4 Kebutuhan tempat parkir
No Penggunaan BangunanLokasi dan luas bangunan
Pusat kota(m2)
Daerah pinggiran(m2)
1.2.3.4.5.
6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.
17.18.19.20.21.22.23.24.25.
PerkantoranPergudanganApotikPraktik dokterAudotorium
RestauranClubHiburan 40Kolam ren30angLapangan te15nisPerguruan tinggiSekolahRumah ibadahMuseumPerpustakaanBankRumah sakit umumRumah sakit swasta
Karya perdaganganSwalayanHotel berbintang 5Hotel berbintang 4Hotel berbintang 3Hotel berbintang 2FlatApartemenBioskop
6040301510
2020204060606060250100407550
401560604030907060
10060303030
3025206080
100010001000250150
-10060
503510010010010012570100
Sumber; Warpani, swarjoko, 1985
Menurut cara penempatannya terdapat dua cara
penataan parkir, yaitu :
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 26/56
a. Parkir ditepi jalan (on street parking)
Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang
jalan, dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk
pembatas parkir. Parkir ini baik untuk pengunjung
yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk
lokasi dengan intensitas penggunaan lahan yang
tinggi, cara ini kurang menguntungkan.
Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi menjadi :
• Parkir sejajar dengan sumbu jalan (bersudut 1800)
• Parkir bersudut 300, 450 dan 600 terhadap sumbu
jalan.
• Parkir tegak lurus dengan sumbu jalan (bersudut
900)
b. Parkir tidak di jalan (off street parking)
Cara parkir ini menempati pelataran parkir tertentu
diluar badan jalan, baik di halaman terbuka maupun
didalam bangunan khusus untuk parkir. Bila ditinjau
posisi parkirnya, maka dapat dilakukan seperti pada
on street parking, hanya saja pengaturan sudut
parkir ini banyak dipengaruhi oleh luas dan bentuk
pelataran parkir.
Berikut ini adalah tabel pengaruh parkir terhadap
kapasitas jalan :
Tabel 3.5 Pengaruh tempat parkir terhadap kapasitas jalan
Jumlah kendaraan yang parkir per km( kedua sisi jalan )
3 6 30 60 120 300
Daya tampung yang berkurang padakecepatan 24 km/jam(SMP/jam )
200 275 475 575 675 800
Sumber ; Warpani, swarjoko, 1985
Standar kebutuhan ruang parkir menurut Dirjen
Perhubungan Darat dapat dilihat dalam tabel berikut:
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 27/56
Tabel 3.6 Bakuan Kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP)a) Pusat Perdagangan
Luas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)
1059
2067
5088
100125
500415
1.000
777
1.5001.140
2.0001.502
b) Pusat Perkantoran Jumlah Karyawan 1.00
0235288
1.250236289
1.500237290
1.750
238291
2.000239291
2.500
240293
3.000
242295
4.000246298
5.000249302
Kebutuhan(SRP)
AdministrasiPelayananUmum
c) Pusat SwalayanLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)
50225
75250
100270
150310
200350
300440
400520
500600
1.0001.050
d) PasarLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)
40160
50185
75240
100300
200520
300750
400970
5001.200
1.0002.300
e) Sekolah/ Perguruan Tinggi JumlahMahasiswa (x1000)Kebutuhan (SRP)
360
480
5100
6120
7140
8160
9180
10200
11220
12240
f) Tempat RekreasiLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)
50103
100109
150115
200122
400146
800196
1.600
295
3.200494
6.400892
g) Hotel dan Penginapan
Jumlah Kamar 100154300300300
150155450450450
200156476600600
250158477798900
350161480799
1.050
4001624818001.11
9
5501654848031.11
2
600166485804
1.124
6501674878061.425
Tarif Baku($)
< 100100 –150
150 –200
200 –250
h) Rumah Sakit Jumlah Tempat TidurKebutuhan (SRP)
5097
75100
100104
150111
200118
300132
400146
500160
1.000230
i) Bioskop
Jumlah TempatDudukKebutuhan (SRP)
300198
400202
500206
600210
700214
800218
900222
1.000227
j) Gelanggang Olah Raga
Jumlah Tempat
Penonton
1.00
0
4.0
00
5.0
00
6.0
00
7.0
00
8.00
0
9.00
0
10.00
0
15.
000
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 28/56
Kebutuhan (SRP) 230 235 290 340 390
440 490 540 790
Sumber: Abubakar et.al.1996 & 1998; 57-60 --> Ditjen Perhubungan DaratKeterangan : SRP = satuan ruang parkir = petak parkir
Pedestrian (trotoar)
Trotoar dapat dibuat sejajar jalan dan terletak pada
ruang manfaat jalan (Rumaja). Pada keadaan tertentu
trotoar dapat tidak sejajar jalan karena topografi
setempat atau karena adanya pertemuan dengan
fasilitas lain. Trotoar dapat juga terletak di ruang milik
jalan.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah
deskriptif observasi dan evaluatif yakni dengan
membandingkan lebar trotoar berdasarkan hasil
observasi lapangan di wilayah studi dengan ketentuan
lebar trotoar menurut SK SNI S-03,1990.
Dalam perencanaan trotoar yang perlu diperhatikan
ialah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului
pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan. Lebar
minimum trotoar yang dibutuhkan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3.7 Lebar Trotoar Sesuai Dengan Penggunaan LahanSekitarnya
Penggunaan lahan Lebar minimum
Perumahan 1,50Perkantoran 2,00
Industri 2,00Sekolah 2,00
Terminal/pemberhentian bus 2,00Pertokoan/perbelanjaan 2,00 Jembatan/terowongan 1,00
Sumber:SK SNI S-03,1990
Tempat penyebrangan (zebra cross, jembatan dan
sebagainya)
Zebra cross selalu dibuat bersama-sama garis stop
dengan arah penempatan terutama pada:
1. Persilangan tegak lurus
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 29/56
2. Persilangan Serong
3. Pada jalan lurus di daerah pejalan kaki cukup banyak
(daerah pertokoan, sekolah, rumah sakit dan
sebagainya)
Gambar 3.9 Penampang Zebra Cross
Beberapa ketentuan menurut Departemen Pekerjaan
Umum tentang tata cara perencanaan fasilitas pejalan
kaki, beberapa diantaranya yaitu :
Zebra Cross
Untuk zebra cros memiliki ketentuan penggunaan
sebagai berikut:
1.Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan
arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas dan arus
pejalan kaki yang relatif rendah
2.Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak
pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan
yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas
penyeberangan masih dalam batas yang aman
Pelican Crossing
Pelican Crossing adalah fasilitas penyeberangan
pejalan kaki yang dilengkapi dengan lampu lalu lintas
untuk menyeberang jalan dengan aman dan nyaman.
Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi
sebagai berikut :
Min 2,50
m
1,0
0
0,0
3
0,0
30,0
3
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 30/56
1.Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus
penyeberang tinggi
2.Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat
persimpangan
3.Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas,
dimana pelican cross dapat dipasang menjadi satu
kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal ).
Jembatan Penyeberangan
Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1.Bila fasilitas penyeberangan dengan
menggunakan zebra cros dan Pelican Cros sudah
mengganggu lalu lintas yang ada.
2.Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya
kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup
tinggi.
3.Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas
dan arus pejalan kaki yang tinggi.
• Analisis mengenai RTH
Analisis ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan
eksisting ruang terbuka hijau lokasi studi dengan standar
fungsinya serta untuk mengetahui dimensi/besaran ruang-
ruang terbuka pada wilayah perencanaan yang mencakup
taman-taman kota, ruang terbuka hijau (dengan
memperhatikan aspek fungsional, sosial dan ekologis).
Analisis ini didukung oleh standar ukuran ruang terbuka
hijau yang harus dipenuhi oleh sebuah ruas jalan
berdasarkan beberapa peraturan perundangan yang
berlaku. Variabel dalam analisis RTH ini meliputi : Luas
RTH, Fungsi RTH, Jenis tanaman dan Jarak antar tanaman.
• Analisis bangunan dan lingkungan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 31/56
Bertujuan untuk menentukan konsep-konsep rancangan serta rekomendasi-
rekomendasi bagi kebijakan yang akan diambil pada lingkup wilayah
perencanaan. Disamping itu, analisis terhadap kondisi bangunan dan
lingkungan ini bertujuan juga untuk meningkatkan fungsi lahan yang
disesuaikan dengan kemampuan lahan di wilayah perencanaan serta untuk
meningkatkan nilai estetika di wilayah perencanaan. Aspek-aspeknya
mencakup hal-hal sebagai berikut:
Sifat dan kondisi bangunan
Kesan lingkungan dan bangunan
Identitas bangunan
Tampilan bangunan/f asade bangunan
Garis langit/Sky line
Unsur-unsur penunjang bangunan dan lingkungan :
- Penandaan (Signage)
Suatu tulisan (huruf, angka atau kata), gambar
(ilustrasi/dekorasi), lambang (simbol atau merk
dagang), bendera (spanduk atau umbul-umbul) atau
sesuatu yang :
Ditempelkan atau digambarkan pada suatu
bangunan atau struktur lainnya
Digunakan sebagai pemberitahuan, penarik
perhatian, atau iklan
Terlihat dari luar bangunan
Tanda harus selalu menunjukkan kepadasesuatu yang riil atau nyata.
Unsur-unsur penandaan dapat dikelompokkan atas
beberapa jenis:
1. Reklame dengan kontruksi tiang
Unsur ini merupakan penandaan yang berdiri
bebas dengan kontruksi kaki sehingga memberi
banyak kebebasan agar bisa dilihat dari kejauhan.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 32/56
Bentuk penandaan lain dari unsur ini adalah
penggunaan tiang tunggal.
2. Tanda sebagai identifikasi primer
Tanda semacam ini digunakan informasi nama
gedung/kantor, papan pengumuman, dan lain-lain.
3. Penandaan dengan konstruksi tempel dan muncul
Bentuk konstruksi tempel merupakan jenis
penandaan yang paling banyak digunakan setelah
penandaan dengan tiang reklame. Jenis reklame
ini dibuat dengan kotruksi khusus sehingga
reklame timbul keluar dari bangunan.
4. Penandaan dengan lampu
Seperti halnya penandaan lain, disini informasi
publik non komersial tenggelam dalam reklame
lampu, yang membutuhkan kreatifitas dalam
design sehingga mewujudkan wajah kota yang
lebih menarik.
5. Tanda yang berfungsi sebagai unsur dekoratif
kota
Penandaan yang berbentuk sebagai elemen
dekoratif sekaligus informasi dapat dijumpai
sebagai bendera atau umbul-umbul.
6. Tanda yang berbentuk spanduk
Penandaan dalam bentuk spanduk biasanya
dipakai sebagi media untuk menyampaikan acara-
acara tententu
7. Tanda sebagai sirkulasi transportasi
Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan
lalu lintas untuk mengurangi kemacetan atau
tundaan yang mungkin terjadi.
Pedagang kaki lima
Tempat sampah
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 33/56
- Aspek non fisik meliputi :
Potensi ekonomi daerah yang dapat dikembangkan
Potensi sumber daya alam yang dapat diganti
Potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan
Potensi sumber kegiatan masyarakat (pengrajin)
Potensi strategis letak kawasan
- Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar
matahari, view, iklim mikro, daya serap tanah, dan topografi.
- Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih, limbah, atau
drainase, hidran, telepon, listrik, reklame, dan sarana umum yang
lain.
- Elemen-elemen bangunan dan elemen-elemen lingkungan
- Pengelompokan bangunan dalam komposisi jenis bangunan.
- Indikasi bentuk-bentuk jenis bangunan dan bentuk-bentuk yang
mencerminkan karakter atau budaya lingkungan.
- Umur rata-rata bangunan.
- Kondisi material pada bangunan.
Yang juga perlu diperhatikan dalam analisa bangunan dan lingkungan
adalah menyangkut:
Gubahan massa
Penataan perletakan massa-massa bangunan pada satu
lingkungan permukiman tertentu dengan
mempertimbangkan kondisi fisik, non fisik, serta dengan
waktu tertentu.
Orientasi bangunan
Penataan arah bangunan yang dipertimbangkan
terhadap kondisi fisik dan non fisik lokasi perencanaan.
Estetika bangunan
Penampilan visual bangunan yang seimbang atas dasar
pertimbangan fisik dan non fisik. Pertimbangan fisik
yaitu keseimbangan antara bentuk dasar vertikal dan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 34/56
horizontal atau pola keseimbangan antara konstruksi
dan bahan bangunan yang digunakan. Pertimbangan
non fisik misalnya adanya muatan konsep identitas
arsitektur lokal.
Material exterior
Perencanaan atas penggunaan material luar bangunan
yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti iklim,
panas, hujan, ketahanan bahaya kebakaran, pengaruh
yang diakibatkan karena adanya refleksi cahaya dan
refleksi penyebaran panas matahari.
2. Analisis Development
Merumuskan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
pada lokasi wilayah studi untuk pemecahan masalah yang
ada di lokasi wilayah studi. Adapun rumusan rencana
tersebut tertuang dalam muatan RTBL. Materi Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan meliputi :
a. Penentuan Konsep dan strategi pengembangan
wilayah yang meliputi:
Konsep dan strategi pengendalian intensitas
bangunan terkait dengan konsep sky line
Konsep dan strategi sirkulasi transportasi terkait
dengan sistem parkir
Konsep dan strategi prasarana transportasi terkait
dengan ruang kebutuhan parkir
Konsep dan strategi ruang terbuka hijau
Konsep dan strategi penataan arsitektural bangunan
dan lingkungan terkait dengan street furniture dan
signage
b. Tujuan Pembangunan Lingkungan Perkotaan
Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan
dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan massa
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 35/56
bangunan dirumuskan urgensi/keterdesakan penanganan
lingkungan tersebut.
c. Rencana Pemanfaatan Ruang Lingkungan Perkotaan
Rencana penataan bangunan yang dimaksud adalah
memuat konsep dasar Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan yang termasuk didalamnya meliputi :
Rencana Penataan Guna Lahan
Rencana penataan guna lahan ini merupakan rencana
penggunaan lahan lingkungan di wilayah studi yang
dapat berpengaruh terhadap upaya pengembangan
lingkungan perkotaan.
Rencana perpetakan lahan lingkungan
perkotaan (kavling)
Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan
meliputi rencana yang berkaitan dengan luasan petak
bangunan yang dapat berpengaruh terhadap upaya
penataan bangunan dan lingkungan perkotaan.
Rencana Tata Letak dan Pemanfaatan
Bangunan dan Lingkungan
Rencana ini berisi kemungkinan tata letak bangunan-
bangunan sehingga dapat diantisipasi bentuk dan tapak
bangunan secara keseluruhan dalam suatu rancangan,
yang juga mempertimbangkan luasan yang dibutuhkan
untuk setiap jenis bangunan atau kelompok fungsi
bangunan, jumlah maksimum tiap jenis bangunan atau
kelompok fungsi bangunan yang dibutuhkan, dan
gubahan bangunan
Rencana Penataan Jaringan Utilitas
Lingkungan Perkotaan
Jaringan utilitas lingkungan yang akan direncanakan
meliputi rencana jaringan listrik, rencana jaringan
telepon, rencana jaringan gas, rencana hidran, rencana
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 36/56
air bersih, rencana drainase, rencana persampahan,
rencana air limbah.
Rencana Penataan Jaringan Pergerakan
(sirkulasi) lingkungan perkotaan
Rencana dari sistem pergerakan serta berbagai sarana
yang diperlukan untuk berbagai macam kegiatan
transportasai manusia dan barang pada kawasan RTBL
adalah :
1. Rencana sistem sirkulasi, terdiri dari:
Rencana sistem jalan
Rencanan jaringan pedestarian
2. Rencana parkir
3. Rencanan peletakan halte
4. Rencana peletakan penyeberangan
Rencana Penataan Ruang Terbuka Hijau dan
Penghijauan meliputi rencana RTH dalam tapak dan RTH
luar tapak.
Rencana Detail
Meliputi Rancangan wujud bangunan, rancangan ruang
terbuka, rancangan parkir, pedestrian, jembatan/halte
dan rancangan utilitas lingkungan.
d. Arahan Pelaksanaan Pembangunan Lingkungan
Perkotaan
Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan
meliputi :
Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan
Gedung dan Bukan Gedung dan materi yang diatur
meliputi penampang tiga dimensi bangunan gedung,
ketinggian bangunan, elevasi/ peil, orientasi bangunan,
bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, arsitektur
bangunan dan pertandaan (signage).
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 37/56
Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan
bukan Gedung materi yang diatur meliputi penampang
tiga dimensi bangunan gedung, letak koordinat
bangunan bukan gedung, ketinggian bangunan bukan
gedung, elevasi /peil dan bentuk dasar bangunan bukan
gedung.
Ketentuan Letak dan Penampangan Jaringan
Jalan dan materi yang diatur meliputi penampang tiga
dimensi jalan, letak koordinat, elevasi/ peil, bentuk dasar
jaringan.
Ketentuan Letak dan Penampang Jaringan
Utilitas dan materi yang diatur meliputi penampang tiga
dimensi jaringan utilitas, letak koordinat, elevasi/ peil,
bentuk dasar jaringan.
e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan
Lingkungan Perkotaan.
Adapun pedoman pengendalian pelaksanaan
pembangunan lingkungan perkotaan meliputi :
Ketentuan administrasi pengendalian
pelaksanaan rencana dan program.
Ketentuan pengaturan operasionalisasi
penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan
intensitas bangunan, hak bangunan diatas
tanah/dibawah tanah.
Arahan pengendalian pelaksanaan berupa
ketentuan penatalaksanaan/manajemen pelaksanaan
bangunan.
Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan
evaluasi program, serta pengenaan sanksi.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 38/56
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 39/56
Latar Belakang
• Jalan Magelang merupakan jalan arteri primer, dimana koridor jalan ini langsung menghubungkan Kota Yogyakarta dengan KotaMagelang.
• Jalan Magelang ini merupakan kawasan penyangga karena terletak di wilayah perbatasan serta merupakan jalur pariwisata utama yangdiharapkan dapat mendukung tercapainya visi dan misi Kota Yogyakarta.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dan pemanfaatan ruang koridor Jalan Magelang?
2. Bagaimana arahan pengembangan tata bangunan dan lingkungan di koridor Jalan magelang
terkait upaya pengembangan kawasan penyangga sebagai pusat pelayanan primer dan sekunder perdagangan jasaserta pariwisata?
Pengumpulan DataData Primer
• Ketinggian,jarak&kepadatan bangunan,fasade bangunan,KDB, KLB, GSBGMB, GSsB, GSbB, Fisik Bangunan, sky line
• Eksisting TGL
• Luas Lahan
• Hierarki Jalan, Dimensi Jalan, Karakteristik Jalan
• Tingkat Pelayanan Jalan & LHR
• Peletakan, Kapasitas & Elemen Parkir serta Bangkitan Tarikan
• Karakteristik Pedestrian
• Karakteristik Tempat Penyebrangan
• Dimensi RTH, Fungsi RTH, Jenis Vegetasi
• Kondisi fisik dasar
• Data fisik-non-fisik bangunan, elemen bangunan dan lingkungan
• Kebijakan ttg arsitektural bangunan
• Karakteristik dari : Signage, Penghijauan, Penerangan Jalan, Bis Surat, Boks Telepon, Pos Polisi, PKL, Tempat Sampah, Traffic Light
• Karakteristik dari : Jaringan Listrik, Telepon, Gas, Jaringan Air Bersih,
Pengumpulan DataData Sekunder
•RUTR Kota Yogyakarta Tahun 1994-2004
•RDTRK Kota Yogyakarta Tahun 1990-2010
• Peta Rencana TGL
• Kebijakan Terkait
• Peta Garis 1:1000
• Kebijakan tentang Jalan
• Perda tentang Parkir
• Kebijakan tentang RTH
• Kebijakan ttg penataan bangunan
• Kebijakan tentang Perabot Kota
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 40/56
Analisis Evaluatif Analisis Foto Mapping
Metode superimposed tata guna lahan,deviasi guna lahan, perpetakanbangunan, kesesuaian guna lahandan perpetakan bangunan
Kesesuaian intensitas pembangunandengan RDTRK Kota Yogyakarta
Tahun 1990-2010Deviasi intensitas pembangunan
Kesesuaian jaringan jalan terhadapRUTR Kota Yogyakarta tahun 1994-2004
Level of Service sirkulasi kendaraan
Kesesuaian penataan bangunan danlingkungan dengan bangunan kunciyang ada pada koridor JalanMagelang
Pengendalian Rencana tata Bangunandan Lingkungan Koridor Jalan
Magelang
Konsep tata bangunan danlingkungan
Koridor Jalan Magelang
Rencana tata Bangunan danLingkungan
Koridor Jalan Magelang
Analisis Preskriptif Strategi Pengembangan Koridor Jalan Magelang
yang terdiri dari variabel tata guna lahan,intensitas pembangunan, perabot kota, ruangterbuka hijau, jaringan jalan, sirkulasi, parkir,
pedestrian, tempat penyebrangan dan jaringanutilitas
Analisis Deskriptif o Distribusi frekuensi fungsi guna lahan dan
perpetakan bangunano Peruntukan lahan mikro dan makro
o Klasifikasi perpetakan bangunan
o Besaran KDB, KLB, GSB, GMB, GSsB, dan GSbB
o Struktur bangunan, Fasade bangunan,
Materi/bahan bangunan, Tinggi bangunan, Skyline,Pemetaanbangunan, Peruntukan bangunan, dan Skluptur
o Lokasi, Jenis, Bentuk dan ukuran, Jumlah, Jarakpeletakan, Kondisi, Optimalisasi fungsi, dan Peta persebaransignage
o Lokasi, Kondisi, Jenis barang, Luas lahan tempat
berjualan, Arah hadap, Ukuran, Alat yang digunakan, Jenisbangunan PKL
o Lokasi, Fungsi, Luas, Jenis tanaman, Jarak antar
tanaman, dan Kondisi RTH
o Identifikasi hierarki, jenis perkerasan dan
jumlah persimpangan serta penampang geometrik jalan
o C0, FCW, FCSP, FCSF, FCCS dan LHR
o Jenis, Sudut, Luas kebutuhan, Jam puncak, Jenis
kendaraan, Tanda-tanda yang digunakan, Penerangan,Penghijauan, Akses masuk keluar, dan guna lahan yangberdekatan dengan lokasi parkir
o Panjang, Lebar, Ketinggian dari muka jalan,
Jenis perkerasan, dan kondisi trotoar
o Lokasi dan jumlah pengguna zebra cross
o Lokasi gardu, tiang listrik, Jarak antar tiang,
Jumlah tiang, Ketinggian tiang, Kabel udara/tanah, dan Jenistegangan
o Jaringan transmisi/ distribusi air bersih, Lokasi
menara penampungan, hydran, dan hierarki pipa
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 41/56
3.3 Penetapan Konsep dan Pedoman Perencanaan
A. Konsep Umum Strategi RTBL/urban design
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kimpraswil No: 327/
KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002, bahwa untuk
perkembangan wilayah propinsi, kabupaten/kota dan kawasan
perkotaan perlu penanganan yang tersendiri sesuai dengan
tingkat kebutuhan pengaturannya. Adapun bentuk pengaturan
tersebut tertuang dalam Rencana Struktur Tata Ruang Perkotaan
Metropolitan (RSTR), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), dan Rencana Teknik
Ruang Kawasan Perkotaan (RTRK) atau Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL).
Konsep umum strategi RTBL dapat dibedakan menjadi dua
bagian:
a. Strategi penanganan/ pengendalian tata bangunan
Pedoman yang digunakan untuk mengatur dan
mengendalikan rencana bangunan, mengacu pada Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dari
Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum serta Pedoman dan Ketentuan
Umum Tata Bangunan yang berlaku di beberapa kota di
Indonesia. Pedoman yang digunakan dalam RTBL antara lain
komponen bangunan, tinggi bangunan, kemunduran
bangunan, KDB, KLB, dan elemen pendukung.
b. Strategi perwujudan tata bangunan (yang terarah).
Finalisasi konsep dasar RTBL :
a. Konsep tata letak dan pemanfaatan bangunan &
lingkungan
Konsep umum tata letak dan pemanfaaatan bangunan
dan lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa konsep
yang lebih spesifik, diantaranya:
Konsep Tata Bangunan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 42/56
• Tata bangunan pada kawasan perencanaan
diarahkan linier dengan penyesuaian terhadap
fungsi, karakter fisik serta kondisi eksisting kawasan
perencanaan. Pada kawasan perdagangan, jasa dan
permukiman, tata massa diarahkan berjejer dan
berdempet dengan tetap memperhatikan estetika
bangunan. Untuk kawasan industri dan
pergudangan, tata massa diarahkan cluster dalam
suatu kawasan khusus industri yang telah ditetapkan
dengan tetap memperhatikan estetika bangunan
dan lingkungan sekitar. Sedangkan pada fasilitas
umum dan pendidikan tata bangunan diarahkan
linier dan cluster dengan adanya penyesuaian jarak
antar bangunan yang disesuaikan dengan intensitas
bangunan itu sendiri.
• Bentuk dan massa bangunan diarahkan
menggunakan bentukan dasar segiempat dengan
memperhatikan keselarasan dengan lingkungan.
Pengurangan bagian massa bangunan hingga
diperoleh kemunduran muka bangunan diterapkan
pada bangunan yang memiliki jarak terlalu dekat
dengan daerah milik jalan. Sehingga muka
bangunan memiliki kesan ruang yang lega dan
lapang di sepanjang koridor Jalan Magelang Kota
Yogyakarta.
Konsep Ketinggian Bangunan
Ketinggian bangunan diarahkan pada ketinggian
maksimal bangunan untuk tiap guna lahan pada
kawasan perencanaan, pembagian dan pengaturan
ketinggian maksimal bangunan pada kelompok-
kelompok fungsi yang nantinya dijadikan sebagai
pembentukan garis langit pada kawasan perencanaan.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 43/56
Konsep Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan disesuaikan dengan fungsi dan
luasan bangunan. Jarak antar bangunan ditentukan
berdasarkan perhitungan lebar (D) dan tinggi (H)
bangunan. Untuk bangunan dengan perhitungan D/H=1
didapat jarak antar bangunannya rapat dan berdempet.
Karakteristik jarak antar bangunan di setiap guna lahan
yang ada di sepanjang koridor Jalan Magelang Kota
Yogyakarta diarahkan menyesuaikan dengan tinggi
bangunan.
Konsep sky line dalam penataan intensitas bangunan
yang meliputi ketinggian bangunan dan jarak bangunan
b. Konsep penataan jaringan sirkulasi
Rencana pengembangan sistem sirkulasi disesuaikan
dengan pola aktivitas dan pergerakan penduduk dalam
kawasan perencanaan. Secara umum elemen sirkulasi
direncanakan dapat memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi pengguna elemen tersebut. Adapun
elemen sirkulasi terdiri dari jalan, pedestrian dan parkir.
Jalan
Pada kawasan perencanaan yaitu Jalan Magelang
diarahkan dari persimpangan Jalan Gajahmada dan
Jalan Airlangga menuju Perempatan Jalan Sukarno Hatta
dan Jalan Halmahera, dengan arahan kebijakan rencana
peningkatan hirarki jalan dari kolektor sekunder
menjadi arteri primer.
Pedestrian
Pedestrian diletakkan di sepanjang koridor Jalan
Magelang untuk mewadahi aktivitas pejalan kaki.
Keamanan dan kenyamanan pejalan kaki menjadi
prioritas utama perancangan jalur pedestrian. Kemanan
dicapai dengan perbedaan tinggi jalur pedestrian
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 44/56
dengan jalur aspal. Kenyamanan dicapai dengan
penempatan vegetasi sebagai peneduh sepanjang jalur
pedestrian dan penggunaan ramp di setiap titik
penurunan jalur pedestrian.
Parkir
Sarana parkir pada kawasan perencanaan
menggunakan parkir on street dan off street . Untuk
parkir on street penataan yang dilakukan menggunakan
penataan parkir seri. Parkir seri dapat menampung
kendaraan pada fasilitas yang tidak memiliki areal
parkir dalam site, seperti pada fasilitas perdagangan
dan jasa. Dengan penataan parkir seri kebutuhan lebar
jalan relatif lebih kecil dibandingkan dengan model
parkir yang lain. Pada kawasan perdagangan, jasa,
pariwisata sistem parkir diarahkan dalam site.
c. Konsep penataan RTH dan penghijauan
Ruang terbuka hijau dibedakan berdasarkan fungsinya,
yaitu fungsi pengarah, penyangga, dan estetika. RTH
sebagai pengarah menggunakan jenis vegetasi yang
memiliki karakter vertikal dan sedikit cabang. Untuk RTH
yang berfungsi sebagai penyangga menggunakan jenis
vegetasi dengan karakter rindang dan menaungi.
Vegetasi yang memiliki nilai estetis digunakan untuk
mempekuat kesan RTH sebagai estetika kawasan.
Penataan RTH diletakkan disepanjang koridor Jalan
Magelang baik dipinggir koridor, atau ditengah (sebagai
median jalan).
d. Unsur-Unsur Penunjang Bangunan Dan Lingkungan
Pembahasan di sini akan mencakup komponen-komponen
lingkungan yang melengkapi unsur-unsur binaan.
Termasuk di sini ialah; papan iklan, penempatan bis surat
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 45/56
dan boks telepon, tempat sampah, dan pedagang kaki
lima.
Penandaan/Iklan
Secara umum tanda digunakan sebagai alat komunikasi
antara subyek dengan obyek sehingga pengamat
(subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna dan
informasi dari tanda tersebut. Secara lebih rinci
penandaan yang ada dikawasan perencanaan adalah:
rambu lalu-lintas, reklame, nama gedung (identifikasi
primer), papan pengumuman, nama jalan, petunjuk arah
dan lain sebagainya. Penandaan sebetulnya berperan
sebagai unsur pemberi informasi bagi pengamat yang
sedang berjalan atau berkendaraan. Bahkan dewasa ini,
selain peran memberi informasi, reklame sudah berubah
menjadi unsur pengganggu kualitas visual lingkungan
kota Oleh karena itu, reklame menjadi pokok bahasan
utama pada subab ini, selain tanda-tanda yang lain.
Reklame sebetulnya bisa menjadi elemen untuk
memperindah kesan lingkungan, selain sebagai pemberi
informasi dan sumber pendapatan asli daerah. Sehingga
dalam konteks pengendalian perencanaan bangunan,
masalahnya yang penting ialah bagaimana menata
berbagai unsur penandaan agar tak saling mengganggu,
bisa menjadi tanda wilayah, meningkatkan nilai visual
lingkungan, dan tak mengurangi daya informasi rambu-
rambu lalu-lintas dan tanda-tanda umum lain di wilayah
publik. Di kawasan perencanaan, unsur penandaan yang
ada bisa dikelompokkan atas beberapa jenis:
A. Reklame Pada Tiang
Unsur ini merupakan penandaan yang berdiri
konstruksi tiang besi yang didirikan di pinggir jalan,
dengan posisi tegak lurus jalan, sehingga bisa dilihat dari
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 46/56
kejauhan. Di sini setiap reklame bersaing untuk
memberikan informasi. Reklame tiang semacam ini bisa
dijumpai di beberapa titik pada koridor Jalan Magelang
terutama pada kawasan perdagangan dan jasanya.
Banyak penempatan reklame di lapangan pada tiang
sudah cukup tepat, baik yang menyangkut besaran
ukurannya, komposisi tinggi dan besar sehingga tidak
menutupi bangunan disekitamya, dan secara umum tidak
ada masalah gangguan akibat bentrokan antar reklame
yang ada.
B. Reklame Papan Pada Areal Usaha
Tanda semacam ini pada umumnya ditemukan di
kawasan perencanaan terutama di kawasan yang
merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Reklame
biasanya menempel dan kadang-kadang sampai menutup
konstruksi atap bangunan. Yang dapat dijumpai di
sepanjang Jalan Magelang misalnya, di pertokoan Suzuki
Motor, pusat perlengkapan meubel dan aksesoris dapur,
pabrik traktor tangan Quick, Agatha video, Apotek 24,
toko alat tulis Rainbow dan beberapa bangunan lainnya.
C. Reklame Papan Yang Berada di Pinggir Jalan
Bentuk konstruksi tiang atau rangka yang berdiri di
pinggir jalan. Reklame jenis ini dapat ditemukan misalnya
seperti pada reklame di depan pertokoan pusat
perlengkapan meubel dan aksesoris dapur, pabrik traktor
tangan Quick, Agatha video, Erha Clinic, dan beberapa
toko banngunan lainnya. Dikarenakan karena tidak terlalu
banyak reklame jenis ini dapat ditemukan di kawasan
perencanaan, maka kehadirannya belum cukup menjadi
masalah. Terutama bila penempatannya sudah benar
seperti contoh reklame di ata yang berada di depan
pabrik yang bertembok sangat panjang.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 47/56
Penandaan dengan Lampu
Penandaan dengan lampu yang ada di kawasan
perencanaan menggunakan lampu dengan berbagai jenis
variasi agar mudah terlihat di malam hari. Seperti pada
penandaan-penandaan lain, di sini informasi publik non
komersial tenggelam dalam reklame lampu. Pada reklame
lampu, selain teknologi juga digunakan kreativitas dalam
design. Sehingga wujudnya mulai dari yang sekedar
menyala sampai yang menggunakan efek gerak dalam
olahan warna. Bila ditata dengan baik, olahan semacam
ini bisa memperindah lingkungan dan bahkan sebagai
identitas/tanda suatu wilayah. Di kawasan perencanaan
penggunaan cahaya masih banyak yang tidak tepat, baik
dari segi ukuran besarannya, penempatannya maupun
dominasinya yang mengalahkan bangunan disekitarnya.
Tanda Sebagai Pengatur Sirkulasi
Transportasi
Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan lalu
lintas kendaraan sehingga terjadinya, kemacetan,
kesemrawutan di jalan bisa dikurangi. Tanda semacam ini
dikenal sebagai tanda rambu-rambu lalu lintas. Tanda
rambu-rambu lalu lintas banyak sekali dijumpai di koridor
daerah perencanaan dan hampir tersebar merata sesuai
dengan tingkat kebutuhannya. Namun dibeberapa tempat
perlu ditingkatkan, terutama untuk mencegah adanya
masalah akibat adanya kendaraan parkir sembarangan.
Di beberapa titik pada wilayah studi, hal ini menjadi
masalah dan tidak ditemukan rambu yang mengantisipasi
hal ini.
Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima merupakan aktivitas yang secara
mendasar berisi sekumpulan kriteria umum, yang
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 48/56
mengarahkan kepada kepentingan pergerakan
(importance of movement ), kegembiraan/kesenangan
(exitement ), dan dimensi street life dari lingkungan kota,
melalui penyediaan fasilitas-fasilitas yang beraneka
ragam dan bersifat spesifik pula. Keterkaitan antara
ruang umum dan kegiatan yang berlangsung didalamnya
merupakan dua hal yang penting untuk menghadirkan
kaki lima tersebut. Ruang-ruang umum yang dimaksud
adalah ruang atau bangunan yang diperuntukan bagi
kepentingan umum. Dengan demikian bentuk fisiknya
tidak terbatas pada jalur pedestrian atau didepan pasar,
melainkan juga sangat beragam misalnya, taman-taman
terbuka, dibawah pohon tepi jalan, ataupun di depan
bangunan-bangunan kososng yang banyak terlihat di
koridor Jalan Magelang dsb.
Kaki lima pada prinsipnya adalah kegiatan-kegiatan
penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat-
pusat kegiatan utama yang berada di kota. Bentuk
kegiatan tersebut antara lain dapat berupa:
• Penjual makanan (food services)
• Penjual majalah/koran, buku (bekas)
• Penyedia jasa otomotif seperti bengkel
• Penjedia fasilitas kebutuhan sehari-hari rokok,
sabun, permen, dsb).
Keberadaan dari kaki lima ini sangat dilematis bagi
kawasan perkotaan karena tumbuhnya sangat sukar
untuk diprediksikan, serta apabila tidak ditata dan
dirancang penempatannya keberadaan kaki lima ini akan
cenderung semrawut dan berkesan kumuh. Di daerah
perencanaan kondisi kaki lima ini sangat menonjol adalah
munculnya banyak kios-kios, warung-warung diantara
areal pertokoan, perdagangan dan perkantoran, jasa.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 49/56
Perkembangan di masa yang akan datang pertu
dialokasikan penempatan kaki lima tersebut terutama di
kawasan yang direncanakan berkembang bagi
peruntukan perdagangan dan jasa.
Bis Surat
Bis surat tidak dijumpai di wilayah perencanaan.
Apabila dilihat dari skala pelayanan terhadap masyarakat
kota, maka dari segi jumlah maupun dari segi sebaran
lokasi permukiman penduduk perlu kiranya ditempatkan
bis surat pada lokasi yang strategis dan merata keseluruh
kawasan perencanaan.
Boks Telepon
Fasilitas lain sebagai penunjang kegiatan lingkungan
perumahan yang ada di kawasan perencanaan adalah
Telepon Umum dimana berdasarkan hasil pengamatan di
lapangan temyata tidak ditemukan adanya boks telepon.
Walaupun keberadaan industri jasa warung telepon
(Wartel) secara signifikan telah menggantikan
keberadaan box telepon, tetapi keberadaan box telepon
secara umum tetap masih diperlukan. Sebagai contoh
untuk keperluan komunikasi malam hari, karena wartel
yang ada belum tentu selalu siap 24 jam sebagaimana
fungsi box telepon.
Tempat Sampah
Tempat sampah merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam penataan ruang kawasan. Pada
lokasi studi diperiukan adanya penataan ulang pada
desain tempat sampah yang terdapat di pinggir jalan
pada seluruh koridor perencanaan. Tempat sampah
dipisahkan dan ditata sedemikian rupa agar terlihat jelas,
memiliki daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan
dan mudah dipindahkan ke gerobak pengangkut sampah.
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 50/56
Untuk lokasi koridor yang banyak terdapat pusat kegiatan
masyarakat, perlu diberikan tempat sampah dengan
desain tersendiri, yang selain untuk fungsi kebersihan
juga sebagai unsur estetika kota. Peletakan bak sampah
perlu diatur sedemikian rupa untuk memudahkan dalam
hal membuang sampah dan pengangkutan, tetapi tidak
menimbulkan kesan koridor jaian yang penuh dengan bak
sampah.
Sarana Utilitas
Sebagai sarana kelengkapan, dikawasan perencanaan
juga dibahas jaringan utilitas kota yang meliputi, air
bersih, listrik, dan telepon. Yang akan dibahas di sini
adalah unsur-unsur dari masing-masing utilitas yang turut
menentukan kualitas wajah lingkungan.
A. Air Bersih
Untuk penataan wajah kota terkait pengadaan utilitas
umum, maka pada penataan utilitas air bersih perlu
ditekankan beberapa hal; yaitu:
• Dalam pembangunan jaringan air bersih berupa
perpipaan yang diletakkan di bawah jaringan jalan
perlu disinkronkan dengan rencana dinas lain selain
dari PDAM, seperti Dinas PU Bina Marga dan PU
Cipta Karya, karena rencana pembangunan yang
tidak sinkron akan merusak jaringan jalan dan
menghamburkan biaya.
• Pembangunan hidran untuk pemadam kebakaran
perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang kota,
dimana peletakannya diarahkan pada tempat-
tempat yang padat, pusat keramaian dan rawan
kebakaran.
B. Listrik
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 51/56
Dalam penataan jaringan listrik yang perlu
diperhatikan adalah penataan tiang dan kabel listrik.
Tiang listrik ditata sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan kesan koridor yang penuh dengan tiang.
Sedangkan kabel listrik perlu diperhatikan agar tidak
nampak berseliweran menggantung di udara, memiliki
jarak aman dan tidak terlalu banyak bersinggungan
dengan pepohonan. Jika tiang listrik juga ditempeli
dengan PJU kota, maka jarak tiang diatur sedemikian rupa
agar pencahayaan di malam hari dapat tersebar secara
merata.
C. Telepon
Sama halnya seperti pengadaaru air bersih dan listrik,
ditinjau dari kebutuhan kuantitasnya bagi daerah studi
sudah terpenuhi dan tak ada masalah. Namun dari segi
kualitas wajah Lingkungan, beberapa hal perlu diperbaiki.
Yang pertama ialah kabel-kabel udara sistem jaringan
telepon masih banyak yang belum teratur. Pemasangan
tiang yang ada juga sedikit banyak berdasarkan kaidah
rancangan kota, sehingga belum menyatu dengan
lingkungan.
D. Drainase
Untuk kebutuhan saluran drainase sudah sangat
memadai di kawasan perencanaan dan tak ada masalah.
Kondisi fisik saluran ini tertutup dan terletak di bawah
jalan raya. Untuk terus menjaga fungsi saluran agar
maksimal disediakan bak-bak control yang tersebar di
sepanjang Koridor Jalan Magelang agar sewaktu-waktu
pembersihan saluran bisa terus dilakukan. Dengan begitu
saluran akan terus berfungsi maksimal. Dengan kondisi
fisik yang tertutup menguntungkan bagi tata guna lahan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 52/56
diatasnya sehingga lahan di atasnya bisa dgunakan untuk
aktivitas lain.
E. Sanitasi
Untuk jaringan sanitasi di koridor Jalan Magelang
menggunakan sistem sanitasi dengan saluran IPAL yang
terintegrasi dengan saluran drainase. Dengan pemisahan
limbah, dan berada di bawah permukaan jalan. Selain itu
juga dilengkapi dengan bak-bak pemerinksa fungsi
saluran. Dalam perkembangannya nanti perlu dirawat
kinerjanya, karena letak saluran yang tumpang tindih
dengan saluran drainase. Namun sejauh ini sudah
terpenuhi kinerjanya.
Menurut Rencana Umum Tata Ruang Kota Yogyakarta
koridor Jalan Magelang diperuntukkan sebagai kawasan
penyangga dengan jalur bercitra pariwisata dan fasilitas
pelayanan primer dan sekunder utama dengan fungsi koridor
sebagai pusat pelayanan transportasi dan perdagangan di DIY
dan Jateng. Maka konsep yang dipakai disesuaikan dengan fungsi
kawasan dan dapat menjadi ikon Kota Yogyakarta, dan DIY. Oleh
karena itu penataan bangunan dan lingkungannya
memperhatikan konsep arsitektural bangunan dan lingkungan.
F. Pedoman perencanaan
Berdasarkan Rangkuman RDTR Jalan Magelang-Tempel
(1997-2007) Jalan Magelang merupakan jalan Negara yang
menghubungkan Kota Yogyakarta dengan daerah lainnya di jawa
tengah sehingga tata ruang di sekitar jalan arteri primer
Yogyakarta-Tempel harus dapat mendukung kelancaran lalu
lintas. Dalam pemanfaatan ruang di Jalan Magelang terdapat 2
bagian yaitu fungsi-fungsi yang menimbulkan bangkitan lalu
lintas, dilokasikan pada lapis ke-dua, sedangkan bagi fungsi yang
tidak banyak menimbulkan bangkitan lalu lintas dapat
dilokasikan pada lapis pertama. Lapis pertama adalah persil yang
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 53/56
memangku jalan arteri primer atau yang terletak dalam bentang
125 meter dari tepi jalan. Sedangkan lapis kedua adalah persil
yang tidak memangku jalan primer atau setidaknya berada di
luar bentang 125 meer dari tepi jalan arteri primer.
Produk dari RDTR antara lain :
1. Kebijaksanaan pengembangan penduduk
Merupakan arahan distribusi jumlah dan kepadatan
penduduk pada setiap blok-blok permukiman hingga tahun
perencanaan. Zona 1 diperuntukkan bagi klasifikasi tinggi
yaitu 75-100 jiwa/Ha. Zona II diperuntukkan bagi klasifikasi
rendah yaitu 25-50 jiwa/Ha. Adapun zona III dan IV
diperuntukkan bagi klasifikasi sedanga yaitu 50-75 jiwa/Ha.
2. Rencana pemanfaatan ruang
Dimaksudkan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan
yang akan diselenggarakan di kawasan perencanaan agar
tidak mengganggu fungsi dan peran jalan arteri
Yogyakarta-Tempel. Oleh karena itu, terhadap
pemanfaatan ruang yang telah ada saat ini akan dilakukan
pengaturan yang bersifat adopsi,adaptasi,subtitusi dan
relokasi pemanfaatan ruang, dapat dibagi mejadi :
a) Pemnfaatan untuk fungsi lindung: lindung
sungai,cagar budaya dan danau buatan
b) Pemanfaatan untuk pertanian
c) Pemanfaatan untuk industri
d) Pemanfaatan untuk agrobisnis
e) Pemanfaatan untuk perdagangan dan jasa
f) Pemanfaatan untuk fasilitas wisata
g) Pemanfaatan untuk perkantoran
h) Pemanfaatan untuk permukiman
i) Pemanfaatan untuk fasilitas layanan
3. Konsepsi penataan bangunan dan lingkungan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 54/56
a) Perpetakan bangunan : klasifikasi I (di atas 2500 m2)
dan II (1000-2500m2). Bagi persil lapis kedua dapat
dikenai ketentuan perpetakan bangunan klasifikasi III
(600-1000m2), klasifikasi IV (250-600m2) dan
klasifikasi V (kurang dari 250m2).
b) Sempadan bangunan, peraturan pemerintah RI
Nomor 26 tahun 1985 tentang jalan dan intruksi
Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No:
20/iustr/1995 tentang pengaturan garis sempadan
bangunan di Jalan Nasional dan Jalan propinsi, di
mana untuk jalan nasional yang berfungsi arteri,
jarak antara as jalan dengan pagar bangunan 20
meter dan terhadap bangunan 29 meter.
c) Kepadatan bangunan. Di lapis pertama dikenai
ketentuan kepadatan (koefisien dasar bangunan)
sekitar 40-60%. Sedang ketentuan kepadatan untuk
lapis ke dua diatur sebagai berikut :
Ü Semua bangunan yang ada di lapis pertama
jalan arteri tidak dibuat lebih dari dua lantai
dengan ketinggian maksimum 16 m.
Ü Semua bangunan yang ada di lapis kedua atau
setidak-tidaknya berjarak 50 m dari 50 m dari
tepi jalan arteri primer pada wilayah perkotaan
dibuat tidak lebih dari tiga lantai dengan
ketinggian maksimum 20 m.
Ü Semua bnagunan yang ada di lapis kedua pada
wilayah pedesaan dibuat tidak lebih dari dua
lantai dengan ketinggian maksimum 16 m.
d) Tata hijau. Tata hijau kawasan jalan arteri primer
meliputi penghijauan tepi ruang jalan, penghijauan
pekarangan, dan ruang terbuka (fungsi lindung).
Pengaturan tata hijau ditujukan untuk mendukung
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 55/56
fungsi kawasan sebagai recharge area dan jejalur
wisata serta untuk paru-paru lingkungan.
Pengeturannya melalui arahan intensitas
penghijauan yang dinyatakan dalam persen (%) serta
jenis tanaman. Intensitas tinggi adalah kehijauan
diatas 60%, intensitas sedang antara 40%-60% dan
intensitas rendah adalah kehijauan kurang dari 40%.
e) Rencana sistem pergerakan :
Ü Jaringan jalan
Ü Sistem penampang jalan
Ü Tempat pemberhentian dan sub terminal
Ü Pengaturan lalu lintas
f) Rencana sistem utilitas
Ü Jaringan air bersih
Ü Jaringan air kotor
Ü Jaringan listrik
Ü Jaringan persampahan
5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 56/56