!! Fix Gabungan Bab3

56
 3.1 RUANG LINGKUP DAN LANGKAH KEGIATAN Terdapat beberapa tahapan keg iata n yang aka n dilaksanakan untuk meny usun Rencana Tata Bangunan dan Ling kung an. Secara garis besar kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut terdiri atas 6 tahap utama yang meliputi: Persiapan Survey Penyusunan Laporan Pendahuluan (  Inception Report ) Ta hap Survey dan Ob servasi Lapan gan , diak hi ri de ng an  penyususnan Laporan Hasil Survey Kegiatan Analisis (Penyusunan  Interim Report ) dengan hasil berupa Laporan Fakta dan Analisa Penyusunan Laporan Akhir/Rencana (  Final Report ) Secara lebih terinci, uraian mengenai proses perencanaan dan ruang lingkup materi pekerjaan dari setiap tahapan akan disajikan di bawah ini : 1. Pe rs ia pa n Su rvey Dalam pr oses persiapan ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah: Persiapan dasar Berupa studi literatur dan pengkajian materi yang tercantum dalam rencana dalam skala yang lebih luas. Disamping itu dilakukan pula penelaahan peraturan- peraturan pemda, kebijaksanaan pembangunan pada skala kot a maupu n reg ion al ser ta masukan lai n dar i ber bag ai sumber. Persiapan teknik survei Berupa penyiapan peta dasar, kerangka studi bagi teknik surv ei , da ft ar da ta dan pertanya an, serta pe rs ia pa n administrasi. 2. Penyus una n l apo ran pendah ulu an Laporan ini merupakan laporan awal dalam penyusunan RTBL yang akan memba ha s mengena i latar bela kang , maksud, tujuan, lingkup dan batasan pembahasan;

Transcript of !! Fix Gabungan Bab3

Page 1: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 1/56

3.1 RUANG LINGKUP DAN LANGKAH KEGIATAN

Terdapat beberapa tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk 

menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Secara garis besar kegiatan

yang akan dilaksanakan tersebut terdiri atas 6 tahap utama yang meliputi:

• Persiapan Survey

• Penyusunan Laporan Pendahuluan ( Inception Report )

• Tahap Survey dan Observasi Lapangan, diakhiri dengan

 penyususnan Laporan Hasil Survey

• Kegiatan Analisis (Penyusunan Interim Report ) dengan hasil berupa

Laporan Fakta dan Analisa

• Penyusunan Laporan Akhir/Rencana ( Final Report )

Secara lebih terinci, uraian mengenai proses perencanaan dan ruang lingkup

materi pekerjaan dari setiap tahapan akan disajikan di bawah ini :

1. Persiapan Survey

Dalam proses persiapan ini, kegiatan yang dilaksanakan

adalah:

Persiapan dasar 

Berupa studi literatur dan pengkajian materi yang

tercantum dalam rencana dalam skala yang lebih luas.

Disamping itu dilakukan pula penelaahan peraturan-

peraturan pemda, kebijaksanaan pembangunan pada skala

kota maupun regional serta masukan lain dari berbagai

sumber.

Persiapan teknik survei

Berupa penyiapan peta dasar, kerangka studi bagi teknik

survei, daftar data dan pertanyaan, serta persiapan

administrasi.

2. Penyusunan laporan pendahuluan

Laporan ini merupakan laporan awal dalam penyusunan

RTBL yang akan membahas mengenai latar belakang,

maksud, tujuan, lingkup dan batasan pembahasan;

Page 2: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 2/56

kebijaksanaan pembangunan Kota Yogyakarta, teori-teori

yang mendukung penyusunan RTBL; cakupan/ruang lingkup,

langkah, dan alokasi waktu kegiatan; struktur organisasi serta

pembagian kerja pelaksana kegiatan.

3. Tahap Survey dan Observasi Lapangan

Kegiatan ini meliputi kegiatan survei dan kompilasi data

yang pada intinya adalah proses inventarisasi dan kompilasi

data-data primer dan sekunder. Pekerjaan yang dilakukan

meliputi:

a. Survei data instansional

Berupa pengumpulan dan kompilasi data dari instansi

terkait. Informasi ini tersaji dalam bentuk gambar, peta,

dan angka yang menjelaskan data-data regional dalam

wilayah studi.

b. Survei lapangan

Kegiatan ini bertujuan untuk menyesuaikan data yang

diperoleh dari instansi dengan kondisi lapangan yang ada.

Hasilnya berupa peta-peta observasi lapangan. Data-data

primer tersebut terdiri dari:

• Pola penggunaan lahan, perpetakan lahan, dan sistem pusat-

 pusat pelayanan, kepadatan dan distribusi penduduk

• Pola pemanfaatan ruang yang meliputi kawasan kawasan

terbangun dan tak terbangun, kawasan permukiman, kawasan

  perdagangan dan jasa (perniagaan, pemerintahan, fasilitas umum,

transportasi, pariwisata, dll), kawasan perindustrian.

• Sistem Transportasi/ Pergerakan meliputi sirkulasi,

 jalan, pedestrian, parkir, halte, penyeberangan.

• Wujud Bangunan dan Intensitas Pembangunan

meliputi garis sempadan bangunan (garis sempadan

samping/belakang dan muka bangunan; Koefisien Dasar

Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Daerah

Hijau, Koefisien Tapak Basement, Ketinggian Bangunan,

Page 3: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 3/56

Elevasi/Peil, Orientasi Bangunan, Bentuk Dasar

Banguna, Bahan bangunan Eksterior,

Pertandaan/Signage,

• Fasilitas Lingkungan meliputi fasilitas pendidikan,

peribadatan, kesehatan, perkantoran, dan bangunan

umum serta ruang terbuka hijau.

• Utilitas Lingkungan meliputi listrik, air bersih,

telepon, gas, drainase dan pengelolaan sampah serta

sanitasi.

4. Kegiatan Analisis

Semua data yang telah diinventarisir dalam langkah

sebelumnya dianalisis berdasarkan prinsip-prinsip pendekatan

dan metode analisis perenanaan yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kegiatan yang

dilakukan dalam tahap analisa ini antara lain:

Analisa guna lahan

Langkah ini berisi analisa mengenai keterkaitan peruntukan lahan secara

mikro dalam wilayah studi dengan peruntukan lahan pada skala yang lebih

  besar. Disamping itu tercakup pula analisa kemungkinan atau

kecenderungan perubahan fungsi lahan secara mikro.

Analisa perpetakan

Langkah analisa perpetakan berisi mengenai blok

perencanaan yang terdiri dari gabungan beberapa persil

atau kapling tanah dan sistem kavling atau tanah persil

tanah.

Analisa nilai intensitas

Berisi analisis mengenai daya dukung lahan yang dipengaruhi oleh tingkat

aksesibilitas, potensi, daya dukung lahan, sumber daya, serta

  perkembangan teknologi dan analisa intensitas ini meliputi Analisa

komponen bangunan yang meliputi komponen bangunan, ketinggian dan

 jarak bangunan, kepadatan bangunan, kooefisien dasar, KDB, KLB, GSB,

Page 4: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 4/56

kemunduran bangunan, GMB, GSmB, GSbB, elevasi, amplop bangunan

dan perpetakan tanah.

Analisa sistem perhubungan

Analisa yang dilakukan merupakan analisa hubungan keterkaitan fungsi

dan sarana-sarana pergerakan pada wilayah studi serta besaran masing-

masing sarana tersebut yang meliputi jalan, parkir,   pedestrian way,

intermoda, penyeberangan, dan pemberhentian.

Analisa penyediaan ruang terbuka

Langkah ini dilakukan untuk menganalisa program kebutuhan hutan kota

yang meliputi taman, ruang terbuka hijau yang memperhatikan aspek-

aspek fungsional, sosial, dan ekologi.

Analisa bangunan dan lingkungan

Tahap ini berisi analisa mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan

  bangunan dan lingkungan pada wilayah perencanaan. Kegiatan yang

dilaksanakan meliputi analisa aspek-aspek sebagai berikut :

− Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar 

matahari, view, iklim mikro, struktur geologi tanah/daya serap tanah,

dan topografi

− Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih,

  pematusan, drainase, listrik, telepon, pemadam kebakaran, reklame,

dsb.

− Elemen-elemen bangunan dan lingkungan

− Indikasi tipologi bangunan dari nilai-nilai

 budaya/arsitektural tradisional/lingkungan

− Umur rata-rata bangunan

− Kondisi bangunan (material, bahan, kondisi)

−   Non fisik; merupakan analisa dari segi dampak sosial,

 psikologi, dan ekonomi.

Selain analisis-analisis diatas, dilakukan juga analisa atau

kajian panduan-panduan sebagai berikut:

Page 5: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 5/56

a) Panduan rancangan elemen-elemen spesifik yang meliputi

kajian terhadap:

• Rancangan wujud bangunan/tipologi

• Rancangan ruang terbuka

• Rancangan pedestrian

• Rancangan parkir

• Rancangan tempat penyeberangan (jembatan, zebra

cross)

• Rancangan pemberhentian/halte

• Rancangan utilitas lingkunganb) Panduan peraturan tentang bangunan pada wilayah

perencanaan yang meliputi kajian terhadap

• Pengaturan bangunan (building code sector )

• Pengaturan RTBL ( zoning code sector )

• Pengaturan administrasi pelaksanaan/program dan

pengendalian pembangunan serta peran swasta

• Pengaturan kemungkinan-kemungkinan insentif dan

disinsentif 

• Pengaturan perijinan bangunan

• Peraturan pemanfaatan bangunan atau fungsi

bangunan

Setelah proses analisa selesai dilaksanakan, maka didapatkan

konsep terhadap masing-masing komponen yang telahdibahas dalam bentuk Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan.

Konsep tersebut meliputi:

• Konsep umum atau strategis penataan bangunan

wilayah perencanaan

• Konsep rencana pemanfaatan ruang lingkungan

perkotaan mencakup:

Page 6: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 6/56

− Konsep penataan guna lahan

− Konsep tata letak dan pemanfaatan bangunan

& lingkungan

− Konsep penataan jaringan utilitas lingkungan

− Konsep penataan jaringan sirkulasi

− Konsep penataan RTH dan penghijauan

− Konsep rancangan detail

Penyusunan rancangan rencana ini juga berisikan rancangan rencana yang

meliputi:

• Rancangan rencana tapak pemanfaatan ruang

− Rancangan rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan

− Rancangan rencana tata letak bangunan dan pemanfaatan

 bangunan

− Rancangan rencana tata letak jaringan pergerakan hingga

 pedestrian dan jalan setapak, perpakiran, halte dan penyeberangan

− Rancangan rencana tata letak jaringan utilitas

− Rancangan rencana ruang hijau dan penghijauan

• Arahan pelaksanaan pembangunan

− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)

 bangunan gedung dan bangunan bukan gedung

− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)

 jaringan pergerakan

− Ketentuan letak dan penampang (Pra Rencana Teknik)

 jaringan utilitas

− Ketentuan (Pra Rencana Teknik) sempadan bangunan, KDB,

KLB, ketinggian bangunan, elevasi, bentuk dasar bangunan, selubung

  bangunan, pertandaan, bahan bangunan, dan ketentuan bangunan

lainnya.

5. Penyusunan Laporan Akhir/Rencna

Page 7: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 7/56

Merupakan tahap akhir dalam penyusunan RTBL yang

dilakukan. Berupa tindak lanjut dari hasil kegiatan diskusi dan

seminar yang telah dilakukan, merevisi kekurangan-

kekurangan yang ditemukan dan memantapkan usulan-usulan

konsep yang ada. Kegiatan ini mencakup dua usulan pokok

yaitu:

a. Usulan rencana penataan bangunan

Pada langkah ini dilakukan kegiatan sebagai berikut:

• Program bangunan dan lingkungan yang terdiri dari:

1. Macam-macam bangunan

2. Luasan tiap bangunan

3. Jumlah tiap jenis bangunan

• Pengendalian program dan pelaksanaan

• Program investasi

• Rencana, yang meliputi:

1. Rencana penataan guna lahan termasuk didalamnya

rencana perpetakan lahan

2. Rencana tata letak dan pemanfaatan bangunan dan

lingkungan, yang meliputi ketinggian dan kedalaman

bangunan, garis sempadan bangunan, KDB dab KLB,

elevasi/ peil, gubahan bassa, orientasi bangunan,

bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, skyline,

dan material exterior

3. Rencana tata letak jaringan pergerakan lingkungan

perkotaan yang terdiri dari rencana sirkulasi, jalan,

 pedestrian, parkir,dan jembatan penyeberangan.

4. Rencana tata letak utilitas lingkungan perkotaan

yang meliputi jaringan-jaringan utilitas kota seperti

 jaringan listrik, telepon, air bersih, dan drainase

5. Rencana ruang hijau dan penghijauan yang meliputi

pertamanan, pola ruang luar, dan

amenity /kelengkapan jalan

Page 8: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 8/56

6. Rencana detail

 b. Usulan Pedoman penataan bangunan

Pada langkah ini kegiatan pokok yang dilakukan adalah penyusunan

usulan pedoman penataan bangunan yang mencakup dua pokok panduan

yaitu :

• Panduan rancangan wujud bangunan

1. Rancangan pedestrian

2. Rancangan parkir

3. Rancangan jembatan penyeberangan dan halte

4. Rancangan utilitas lingkungan

5. Rancangan wujud bangunan

6. Rancangan ruang terbuka (lingkungan luar)

• Panduan penyusunan peraturan tentang bangunan pada wilayah

 perencanaan, yang meliputi :

1. Pengaturan keselamatan bangunan

2. Pengaturan teknis mengenai bangunan dan lingkungan yang

meliputi persyaratan komponen bangunan (bukaan jendela, pintu,

halaman, dsb), ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan,

fasade bangunan, KDB dan KLB, orientasi bangunan, selubung

 bangunan dan persyaratan material eksterior.

3.2 METODOLOGI PENDEKATAN

3.2.1Review Kebijaksanaan Pembangunan Kota

Pengkajian kebijaksanaan pembangunan kota ini dimaksudkan untuk 

mengetahui arah dan tujuan serta maksud pembangunan regional yang telah

dicanangkan. Informasi mengenai kebijaksanaan ini deperoleh dari RUTRK Kota

Yogyakarta Tahun 1994-2004

3.2.2Pengkajian Potensi Dan Permasalahan Wilayah

Perencanaan

Pengkajian potensi dan permasalahan wilayah perencanaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan situasi eksisting wilayah perencanaan

Page 9: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 9/56

ditinjau dari beberapa aspek, yang berkaitan dengan rencana yang akan disusun.

Untuk mendapatkan informasi yang optimal, pada tahapan ini dilaksanakan hal-

hal sebagai berikut:

A. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Melakukan persiapan pengumpulan data yang terbagi

menjadi dua macam persiapan dasar yaitu :

Persiapan dasar berupa studi literatur dilakukan

dengan cara penelaahan Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan (RDTRK), Rencana Umum Tata Ruang Kota

(RUTRK), peraturan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah daerah setempat serta data – data yang

berkaitan dengan kawasan studi seperti Kota Dalam

Angka dan Monografi Kecamatan.

Persiapan teknik survei berupa penyiapan peta-peta

dasar (skala 1:1000), penyiapan kerangka studi dalam

teknik survei, penyiapan daftar data yang diperlukan

serta pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan kota,

kawasan studi, potensi dan masalah, serta hal-hal lain

yang berkaitan dengan studi perencanaan tata

bangunan dan lingkungan yang akan dilaksanakan,

penyiapan administratif berupa surat survei dan lain-

lain.

Melakukan inventaris data yaitu pengumpulan data-data yang

 berkaitan dengan kawasan studi :

Rencana Tata Ruang (RDTRK,RUTRK)

Peraturan Daerah

Program pembangunan prasarana dan sarana

lingkungan atau infrastruktur teknis yang sedang

dilaksanakan

Page 10: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 10/56

Kebijaksanaan Pemerintah Kota yang akan

diberlakukan pada kawasan studi

Inventarisasi bangunan yang ada pada wilayah

perencanaan yang dapat dijadikan titik awal

perencanaan

  Telaah arsitektural atau sumber-sumber lain

arsitektural tradisional yang menunjukkan identitas

kawasan yang studi

Informasi-informasi yang berkaitan dengan

kawasan studi.

Melakukan pengamatan lapangan, hal ini dimaksudkan untuk 

memperoleh gambaran gambaran tentang kondisi eksisiting kawasan dan

memperoleh data-data lapangan yang tidak dapat diperoleh dari studi

literatur. Langkah-langkah yang dilakukan pada pengamatan lapangan

adalah sebagai berikut:

Pengambilan gambar-gambar obyek-obyek terpilih

yang mendukung penyusunan rencana (potret, video

kamera ataupun slide)

Gambar eksisiting tata bangunan dari kawasan

dengan skala 1 : 1000 dan dalam kondisi data terbaru

yang nantinya akan dicek kebenarannya.

Sketsa-sketsa gambar, potret ataupun foto montase

dari bangunan-bangunan baik mengenai tata letak,

bentuk, ornamen-ornamen, ataupun arsitektural yang

khas yang memberikan nilai identitas kawasan.

Identifikasi lahan yang mencakup fisik dasar, status

kepemilikan tanah, dan penggunaan lahan.

Identifikasi lingkungan, yang meliputi identitas lingkungan,

ruang terbuka, perabot kota.

Page 11: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 11/56

Identifikasi bangunan, yang meliputi kondisi bangunan,

kemunduran bangunan, jumlah lantai, KDB faktual, wajah bangunan,

 penggunaan bangunan, kesejahteraan.

Identifikasi sistem sirkulasi, yaitu mengenai kondisi, fungsi,

arus lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki serta perhitungan LHR,

kapasitas dan volume jalan.

Identifikasi utilitas, terdiri dari :

- Sistem jaringan telpon dan listrik 

Pada sistem jaringan lisrik mencakup lokasi, jenis tegangan dan kabel

sedangkan pada telpon meliputi sistem jaringannya

- Sistem jaringan air bersih

Sistem jaringan air bersih terdiri dari sistem sumber, transmisi dan

distribusi air bersih disepanjang koridor Jalan Magelang.

- Sistem jaringan drainase

Sistem jaringan drainase meliputi lebar drainase, lokasi drainase,

kedalaman (ketinggian), hirarkhi drainase, panjang drainase, bentuk 

dari drainase, jenis drainase dan bahan salurannya.

Identifikasi perabot kota, seperti penghijauan, reklame, PKL,

 boks telpon, halte, identitas lingkungan dan lainnya.

Identifikasi potensi dan permasalahan, yang meliputi potensi-

  potensi wilayah perencanaan yang dapat mendukung identitas kawasan

seperti adanya bangunan-bangunan bersejarah maupun adanya landmark 

dan skluptur. Selain itu perlu juga diperhatikan mengenai masalah-

masalah yang berkaitan dengan wilayah perencanaan baik itu yang

  berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap wilayah

  perencanaan dan kawasan-kawasan lain disekitarnya, misalnya adanya

 permasalahan yang berdampak pada munculnya bangkitan lahan lanjutan

(multipler effect ), adanya perubahan atau penyimpangan tata guna lahan,

atau permasalahan yang menimbulkan kegiatan-kegiatan baru

B. Analisis Data

  Tahap analisis berisi pengkajian data dari sumber-sumber

yang ada, baik berupa potensi atau masalah untuk merumuskan

Page 12: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 12/56

usulan alternatif konsep RTBL. Tahap analisis dalam RTBL antara

lain :

1. Analisis Deskriptif - Evaluatif  

Analisis ini digunakan untuk dapat menyusun

karakteristik wilayah studi yang mencakup guna lahan,

intensitas, jaringan utilitas lingkungan, system perhubungan,

RTH, bangunan dan lingkungan. Adapun analisis yang

digunakan untuk memperoleh setiap karakteristik tersebut

yaitu :

• Analisis Guna Lahan

Analisis guna lahan meliputi analisis lahan makro dan

analisis lahan mikro. Metode pendekatan yang digunakan

dalam analisis lahan makro yakni dengan meninjau

dokumen RTRK Kota Yogyakarta, dan rencana-rencana

kota yang telah di-perdakan. Sedangkan analisis lahan

mikro menggunakan metode pendekatan superimposed 

yakni melakukan overlay  dari peta tematik dengan yaitu

peta hasil survey primer di lapangan, sehingga dapat di

peroleh derajat deviasi dari koridor Jalan Magelang Kota

 Yogyakarta.

• Analisis Perpetakan Lahan

Metode pendekatan yang digunakan dalam analisis

perpetakan lahan adalah dengan mengklasifikasikan

perpetakan tanah berdasar Keputusan Menteri Kimpraswil

nomor 327/KPTS/M/2002 Bab VI, yang membagi 8

klasifikasi petak peruntukan dan penggal jalan sebagai

berikut :

Tabel 3.1 Klasifikasi Petak TanahKlasifikasi Keterangan Luasan (dalam m2)

I Sistem Blok > 2500II Kapling Sangat Besar 1000 - 2500

III Kapling Besar 600-1000IV Kapling Sedang 250-600

V Kapling Kecil 100-250VI Kapling Sangat Kecil 50-100

Page 13: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 13/56

Klasifikasi Keterangan Luasan (dalam m2)VII Rumah Susun < 50

Sumber: Kepmen Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 Bab VI

Metode yang dapat dipakai dalam analisis peretakan yaitu

dengan memaskkkan perpetakan masing-masing

bangunan dalam klasifikasi yang sesuai dengan

pengklasifikasian diatas dan mengukur prosentase

perpetakan bangunan.

• Analisis Nilai Intensitas Bangunan

Aspek-aspek penilaian intensitas dianalisis secara umum

yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

1. Kepadatan Bangunan

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis

evaluatif dengan memperbandingkan antara luas lahan

keseluruhan dengan luas persil bangunan yang

menyangkut aspek jarak dan kerenggangan antar

bangunan yang terkait dengan banyaknya bangunan

yang ada di wilayah studi, sehingga dapat menentukan

apakah wilayah studi temasuk pada wilayah dengan

kepadatan bangunan tinggi atau rendah.

Page 14: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 14/56

Gambar 3.1 Pedoman Menentukan Kerenggangan Bangunan

Keterangan:

 Tinggi : H = 1 D

kerenggangan bangunan Y minimum 3 m untuk H =8 m, selanjutnya variabel dari fungsi sudut 77o

2. Bidang Muka (fasade) Bangunan

Metode yang digunakan adalah analisis foto series dari

hasil  pengamatan survey primer untuk mengendalikan

arah hadap dan bentuk muka bangunan yang ada di

wilayah studi.

3. Garis Sempadan BangunanMetode yang digunakan adalah metode analisis evaluatif dengan

mengoperasionalkan rumus untuk menentukan garis sempadan

  bangunan, sehingga dapat mengetahui bangunan-bangunan yang

melampaui garis sempadan.

Umumnya pengaturan sempadan ini merupakan 0,5 dari Ruang

Milik Jalan (Rumija), khusus untuk daerah perencanaan dilakukan

Page 15: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 15/56

m L D 12

1

+=

kapling  Luas

terbangun Area KDB =

dengan menggunakan standar ideal jarak antara pagar dengan

 bangunan, yaitu dengan rumus :

L = lebar jalan

D = jarak pagar bangunan

Rumus tersebut merupakan penggunaan untuk kondisi ideal bagi

 penentuan sempadan bangunan pada kawasan yang masih tersedia dan

  belum terbangun. Pada kawasan yang telah dibangun, perencanaan

sempadan jalan dan bangunan harus disesuaikan dengan kondisi

lingkungan dan jaringan yang telah terbentuk, sehingga dengan

demikian harus dilakukan penyesuaian jarak sempadan dengan

 bangunannya.

Gambar 3.2 Garis Sempadan Bangunan

4. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif.

Analisis deskriptif dengan metode estimasi KDB di wilayah studi.

Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian

antara KDB hasil survey primer dengan ketentuan KDB di RDTRK 

Kecamatan Gadingrejo Koya Yogyakarta. Koefisien Dasar Bangunan

(KDB) merupakan nilai perbandingan antara area terbangun dengan

luas kapling yang ada, atau :

5. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

Page 16: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 16/56

kapling  Luas

nkeseluruhalantai Luas KLB

Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan evaluatif.

Analisis deskriptif dengan metode estimasi KLB di wilayah studi.

Sedangkan analisis evaluatif dengan cara membandingkan kesesuaian

antara KLB hasil survey primer dengan ketentuan KLB di RDTRK 

Kecamatan Gadingrejo Kota Yogyakarta. Koefisien Lantai Bangunan

(KLB) merupakan nilai perbandingan antara luas lantai keseluruhan

dengan luas kapling, atau :

6. Garis Muka Bangunan (GMB)

Garis Muka Bangunan di kawasan perencanaan memberikan arahan

mengenai jarak antara bagian paling depan dari bangunan dengan

 pagar halaman.

Gambar 3.3 Garis Muka Bangunan

7. Garis Samping Bangunan (GSmB)

Merupakan garis batas samping suatu persil dengan lahan

terbangunnya.

Gambar 3.4 Garis Samping Bangunan

8. Garis Belakang Bangunan (GSsB)GGGGGGGG

Page 17: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 17/56

Merupakan garis batas belakang suatu persil dengan lahan

terbangunnya

Gambar 3.5 Garis Belakang Bangunan

9. Ampelop bangunan (building envelope)

Adalah merupakan batasan maksimum ruang yang diijinkan untuk 

dibangun. Batas maksimum ruang tersebut adalah perkalian faktor luas

lantai yang diijinkan dengan faktor ketinggian maksimum bangunan

dalam wilayah kota, di mana tapak berada.

Ketinggian maksimal bangunan

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif 

dengan cara mengoperasionalkan rumus tinggi puncak bangunan

makimum sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan

ketinggian bangunan yang ada di wilayah studi.

Tinggi maksimum bangunan pada umumnya ditentukan

 berdasarkan ketentuan:

Dimana:

h = tinggi puncak bangunan maksimum.

d  = jarak antara proyeksi puncak bangunan pada lantai dasar 

terhadap sumbu jalan yang berdampingan.

- Jika lebar jalan yang berdampingan < 20 m maka titik sudut

ditetapkan pada as jalan.

d h 2

1

1=

Page 18: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 18/56

- Jika lebar jalan yang berdampingan > 20 m maka titik sudut

ditetapkan 10 m dari garis sempadan pagar ke jalan.

Gambar 3.6 Pedoman Menentukan Tinggi Bangunan

Keterangan:

h = tinggi puncak bangunan maksimum

d  = jarak antara proyeksi puncak bangunan yang dicari pada

lantai dasar dengan sumbu (as) jalan yang berdampingan

h dan d merupakan variabel dari fungsi sudut α dan β

 Jarak bangunan

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis evaluatif 

dengan mengoperasionalkan rumus jarak bangunan 1 dengan

 bangunan 2 sehingga dapat mengetahui dan mengendalikan jarak 

antar bangunan.

Jarak bangunan yang dimaksudkan di sini adalah jarak antar 

 bangunan yang berada di dalam persil yang sama. Sesuai konsep

Page 19: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 19/56

12

25,015,0−

+=

hhd 

yang dirumuskan, jarak bangunan untuk berbagai ketinggian,

diusulkan sebagai berikut :

Dimana :

d = jarak bangunan 1 dengan bangunan 2 (dalam meter)

h1 = tinggi bangunan 1 (dalam meter)

h2 = tinggi bangunan 2 (dalam meter)

Gambar 3.7 Pedoman Menentukan Jarak Antar Bangunan

Bidang Muka (fasade) Bangunan

Page 20: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 20/56

Metode yang digunakan adalah analisis foto series

dari hasil pengamatan survey primer untuk

mengendalikan arah hadap dan bentuk muka

bangunan yang ada di wilayah studi.

• Analisis Sistem Hubungan (Linkage System)

Adapun aspek-aspek yang akan dianalisis berupa

kaitan/besaran antara lain:

 Jaringan Jalan

Metode analisis deskriptif yang digunakan adalah

observasi lapangan dengan pengukuran dimensi jalan

dan mengklasifikasikan hirarkhi jalan berdasarkan

standart hirarkhi jalan.

Tabel 3.2 Tabel Standar Perencanaan Hirarki Jalan

Arteri primerArteri

sekunderKolektorprimer

Kolektorsekunder

•  Jalan yangmenghubungkan secara

berdaya gunaantarpusatkegiatannasional atauantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatanwilayah.

• Kecepatanrencana paling

rendah 60km/jam

• Lebar badan jalanpaling sedikit11 meter

• Mempunyaikapasitas yanglebih besar darikapasitas rata-rata

• Lalu lintas jarak

•  Jalan yangmenghubungkan kawasan

primer dengankawasansekunderkesatu,kawasansekunderkesatu dengankawasansekunderkesatu, ataukawasansekunderkesatu dengan

kawasansekunderkedua.

• Kecepatanrencana palingrendah 30km/jam

• Lebar badan jalanpaling sedikit11 meter

• Mempunyai

•  Jalan yangmenghubungkan secara

berdaya gunaantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatan lokal,antarpusatkegiatanwilayah, atauantara pusatkegiatanwilayah denganpusat kegiatan

lokal• Ke

cepatanrencana palingrendah 40km/jam

• Lebar badan jalanpaling sedikit 9meter

•  Jumlah jalanmasuk dibatasi

•  Tid

•  Jalan yangmenghubungkan secara

berdaya gunaantara pusatkegiatannasionaldengan pusatkegiatan lokal,antarpusatkegiatanwilayah, atauantara pusatkegiatanwilayah denganpusat kegiatan

lokal• Ke

cepatanrencana palingrendah 40km/jam

• Lebar badan jalanpaling sedikit 9meter

•  Jumlah jalanmasuk dibatasi

•  Tid

Page 21: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 21/56

 jauh tidak bolehterganggu olehlalu lintas ulangalik, lalu lintaslokal, dan

kegiatan lokal•  Ju

mlah jalanmasuk dibatasi

•  Tidak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaandan/ataukawasanpengembanganperkotaan

kapasitas yanglebih besar darikapasitas rata-rata

• Lal

u lintas cepattidak bolehterganggu olehlalu lintaslambat

ak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaan

dan/ataukawasanpengembanganperkotaan

ak terputuswalaupunmemasukikawasanperkotaan

dan/ataukawasanpengembanganperkotaan

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006

Dimensi jalan atau pola penampang melintang jalan

terdiri dari tiga variabel, yaitu:

Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)

Segmen Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) berdasarkan :

- Konstruksi : badan jalan, saluran tepi jalan (drainase)

dan ambang pengamannya diperuntukkan bagi

median jalan, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu

  jalan, trotoar, gorong-gorong, jembatan dan

bangunan pelengkap jalan.

- Fungsi : berdasarkan sifat dan pergerakan dan

batasan muatan lalu lintas dalam sistem jaringan

  jalan primer dan sekunder, fungsi jalan dibedakan:

  jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalanlingkungan.

Ruang Milik Jalan (Rumija)

  Terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur dengan

batasan tanah tertentu di luar Ruang manfaat Jalan,

merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh

lebar, kedalaman dan tinggi tertentu.

Ketentuan lebar ruang manfaat jalan sebagai berikut :

Page 22: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 22/56

 Jalan bebas hambatan/ jalan tol :30 meter

 Jalan raya :25 meter

 Jalan sedang :15 meter

 Jalan kecil :11 meter

Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)

Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang

pemanfaatannya ada di bawah Pengawasan Pembina

  Jalan, diperuntukkan bagi pandangan dan pengaman

konstruksi/ fungsi jalan. Larangan-larangan dalam

Ruwasja merupakan larangan yang dapat mengganggu

pandangan bebas para pengguna jalan dan konstrusi

 jalan.

Ketentuan lebar Ruwasja dari batas badan jalan paling

luar sebagai berikut :

-  Jalan Arteri Primer :15 meter

-  Jalan Kolektor Primer :10 meter

-  Jalan Lokal Primer :7 meter

-  Jalan Lingkungan Primer :5 meter

-  Jalan Arteri Sekunder :15 meter

-  Jalan Kolektor Sekunder :5 meter

-  Jalan Lokal Sekunder :3 meter

- Daerah untuk Jembatan :100 meter ke arah

hulu dan hilir

Page 23: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 23/56

Gambar 3.8 Penampang Melintang Jalan di Daerah Perkotaan

 Tingkat Pelayanan Jalan

Metode yang digunakan dalam analisis tingkat

pelayanan jalan adalah analisis evaluatif dengan

mengoperasionalkan rumus yang berkaitan dengan

kecepatan operasi jalan, yang diperoleh dari

perbandingan antara volume kendaraan dengan

kapasitas jalan, dirumuskan sebagai berikut:

Dengan:

V = Volume Kendaraan

C = Kapasitas Jalan

Sesuai dengan standar Highway Capacity Manual,

klasifikasi tingkat pelayanan jalan disusun sebagai

berikut:

  Tingkat pelayanan A: arus bebas, kecepatankendaraan dikendalikan oleh keinginan pengemudi, batas

kecepatan dan kondisi fisik jalan

 Tingkat pelayanan B: arus stabil, kecepatan operasi

kendaraan kendaraan mulai sedikit terbatas dalam bergerak

karena kendaraan lain (biasanya jalan antar kota)

 Tingkat pelayanan C: arus tidak stabil, kecepatan dan

kemampuan bergerak kendaraan semakin terbatas (biasanya jalan antar kota)

 Tingkat pelayanan D: arus tidak stabil, kebebasan

bergerak kecil sementara kecepatan relative rendah

  Tingkat pelayanan E: arus mulai tidak stabil

(tersendat-sendat) atau volume lalu lintas mendekati kapasitas

  jalan, kendaraan sering berhenti pada waktu-waktu tertentu

serta kemampuan bergerak sangat terbatas.

LOS =V  

Page 24: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 24/56

 Tingkat pelayanan F: arus terhambat (forced flow),

kecepatan operasi sangat rendah, berhenti dan terbentuk antrian

kendaraan atau kemacetan

Untuk standar tingkat pelayanan jalan adalah sebagaiberikut:

Tabel 3.3 Standar Tingkat Pelayanan JalanTingkat

PelayananA B C D E F

V/C 0-0,20,2-0,45

0,45-0,7

0,7-0,850,85-

1,0>1,0

Sumber: MKJI, 1997

Volume Lalu Lintas Harian (LHR)

Metode yang digunakan dalam analisis lalu lintasharian adalah analisis evaluatif dengan

mengoperasionalkan rumus yaitu membandingkan

 jumlah lalu lintas selama pengamatan dengan lamanya

pengamatan. LHR adalah hasil jumlah kendaraan yang

diperoleh selama pengamatan dengan lamanya

pengamatan.

LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan

Lamanya pengamatan

Dalam pengukuran volume lalu lintas, jumlah

kendaraan yang diukur perjam tersebut dinyatakan

sebagai satuan mobil penumpang (smp). Nilai smp tiap

  jenis klasifikasi kendaraan menurut Standar

Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan dari

Direktorat Jenderal Bina Marga, DirekotratPembangunan Jalan Kota tahun 1992 adalah sebagai

berikut:

Sepeda = 0,5

Sepeda motor = 1

Mobil Penumpang = 1

 Truk Ringan = 2

  Truk Sedang (5-10 ton) = 2,5

Page 25: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 25/56

 Truk Berat (>10 ton) = 3

Bus = 3

Kendaraan Tak Bermotor = 0,8

Sistem Parkir

Masalah utama pada perparkiran di kota adalah

fasilitas jalan telah dimanfaatkan sebagai fasilitas

parkir. Pemakaian jalan sebagai tempat parkir karena

belum cukupnya sarana parkir. Terutama gedung-

gedung besar yang memerlukan areal parkir yang

belum cukup menyediakan areal parkirnya.

Berikut ini adalah tabel kebutuhan tempat parkir:

Tabel 3.4 Kebutuhan tempat parkir

No Penggunaan BangunanLokasi dan luas bangunan

Pusat kota(m2)

Daerah pinggiran(m2)

1.2.3.4.5.

6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.

17.18.19.20.21.22.23.24.25.

PerkantoranPergudanganApotikPraktik dokterAudotorium

RestauranClubHiburan 40Kolam ren30angLapangan te15nisPerguruan tinggiSekolahRumah ibadahMuseumPerpustakaanBankRumah sakit umumRumah sakit swasta

Karya perdaganganSwalayanHotel berbintang 5Hotel berbintang 4Hotel berbintang 3Hotel berbintang 2FlatApartemenBioskop

6040301510

2020204060606060250100407550

401560604030907060

10060303030

3025206080

100010001000250150

-10060

503510010010010012570100

Sumber; Warpani, swarjoko, 1985

Menurut cara penempatannya terdapat dua cara

penataan parkir, yaitu :

Page 26: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 26/56

a. Parkir ditepi jalan (on street parking)

Parkir ditepi jalan ini mengambil tempat disepanjang

  jalan, dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk

pembatas parkir. Parkir ini baik untuk pengunjung

yang ingin dekat dengan tujuannya, tetapi untuk

lokasi dengan intensitas penggunaan lahan yang

tinggi, cara ini kurang menguntungkan.

Bila ditinjau dari posisi parkir dapat dibagi menjadi :

• Parkir sejajar dengan sumbu jalan (bersudut 1800)

• Parkir bersudut 300, 450 dan 600 terhadap sumbu

 jalan.

• Parkir tegak lurus dengan sumbu jalan (bersudut

900)

b. Parkir tidak di jalan (off street parking)

Cara parkir ini menempati pelataran parkir tertentu

diluar badan jalan, baik di halaman terbuka maupun

didalam bangunan khusus untuk parkir. Bila ditinjau

posisi parkirnya, maka dapat dilakukan seperti pada

on street parking, hanya saja pengaturan sudut

parkir ini banyak dipengaruhi oleh luas dan bentuk

pelataran parkir.

Berikut ini adalah tabel pengaruh parkir terhadap

kapasitas jalan :

Tabel 3.5 Pengaruh tempat parkir terhadap kapasitas jalan

 Jumlah kendaraan yang parkir per km( kedua sisi jalan )

3 6 30 60 120 300

Daya tampung yang berkurang padakecepatan 24 km/jam(SMP/jam )

200 275 475 575 675 800

Sumber ; Warpani, swarjoko, 1985

Standar kebutuhan ruang parkir menurut Dirjen

Perhubungan Darat dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 27: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 27/56

Tabel 3.6 Bakuan Kebutuhan Satuan Ruang Parkir (SRP)a) Pusat Perdagangan

Luas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)

1059

2067

5088

100125

500415

1.000

777

1.5001.140

2.0001.502

b) Pusat Perkantoran Jumlah Karyawan 1.00

0235288

1.250236289

1.500237290

1.750

238291

2.000239291

2.500

240293

3.000

242295

4.000246298

5.000249302

Kebutuhan(SRP)

AdministrasiPelayananUmum

c) Pusat SwalayanLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)

50225

75250

100270

150310

200350

300440

400520

500600

1.0001.050

d) PasarLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)

40160

50185

75240

100300

200520

300750

400970

5001.200

1.0002.300

e) Sekolah/ Perguruan Tinggi JumlahMahasiswa (x1000)Kebutuhan (SRP)

360

480

5100

6120

7140

8160

9180

10200

11220

12240

f) Tempat RekreasiLuas Areal (x 100m2)Kebutuhan (SRP)

50103

100109

150115

200122

400146

800196

1.600

295

3.200494

6.400892

g) Hotel dan Penginapan

 Jumlah Kamar 100154300300300

150155450450450

200156476600600

250158477798900

350161480799

1.050

4001624818001.11

9

5501654848031.11

2

600166485804

1.124

6501674878061.425

 Tarif Baku($)

< 100100 –150

150 –200

200 –250

h) Rumah Sakit Jumlah Tempat TidurKebutuhan (SRP)

5097

75100

100104

150111

200118

300132

400146

500160

1.000230

i) Bioskop

 Jumlah TempatDudukKebutuhan (SRP)

300198

400202

500206

600210

700214

800218

900222

1.000227

 j) Gelanggang Olah Raga

 Jumlah Tempat

Penonton

1.00

0

4.0

00

5.0

00

6.0

00

7.0

00

8.00

0

9.00

0

10.00

0

15.

000

Page 28: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 28/56

Kebutuhan (SRP) 230 235 290 340 390

440 490 540 790

Sumber: Abubakar et.al.1996 & 1998; 57-60 --> Ditjen Perhubungan DaratKeterangan : SRP = satuan ruang parkir = petak parkir

Pedestrian (trotoar)

 Trotoar dapat dibuat sejajar jalan dan terletak pada

ruang manfaat jalan (Rumaja). Pada keadaan tertentu

trotoar dapat tidak sejajar jalan karena topografi

setempat atau karena adanya pertemuan dengan

fasilitas lain. Trotoar dapat juga terletak di ruang milik

 jalan.

Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah

deskriptif observasi dan evaluatif yakni dengan

membandingkan lebar trotoar berdasarkan hasil

observasi lapangan di wilayah studi dengan ketentuan

lebar trotoar menurut SK SNI S-03,1990.

Dalam perencanaan trotoar yang perlu diperhatikan

ialah kebebasan kecepatan berjalan untuk mendahului

pejalan kaki lainnya tanpa bersinggungan. Lebar

minimum trotoar yang dibutuhkan dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 3.7 Lebar Trotoar Sesuai Dengan Penggunaan LahanSekitarnya

Penggunaan lahan Lebar minimum

Perumahan 1,50Perkantoran 2,00

Industri 2,00Sekolah 2,00

 Terminal/pemberhentian bus 2,00Pertokoan/perbelanjaan 2,00 Jembatan/terowongan 1,00

Sumber:SK SNI S-03,1990

  Tempat penyebrangan (zebra cross, jembatan dan

sebagainya)

Zebra cross selalu dibuat bersama-sama garis stop

dengan arah penempatan terutama pada:

1. Persilangan tegak lurus

Page 29: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 29/56

2. Persilangan Serong

3. Pada jalan lurus di daerah pejalan kaki cukup banyak

(daerah pertokoan, sekolah, rumah sakit dan

sebagainya)

Gambar 3.9 Penampang Zebra Cross

Beberapa ketentuan menurut Departemen Pekerjaan

Umum tentang tata cara perencanaan fasilitas pejalan

kaki, beberapa diantaranya yaitu :

Zebra Cross

Untuk zebra cros memiliki ketentuan penggunaan

sebagai berikut:

1.Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan

arus lalu lintas, kecepatan lalu lintas dan arus

pejalan kaki yang relatif rendah

2.Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak

pandang yang cukup, agar tundaan kendaraan

yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas

penyeberangan masih dalam batas yang aman

Pelican Crossing

Pelican Crossing adalah fasilitas penyeberangan

pejalan kaki yang dilengkapi dengan lampu lalu lintas

untuk menyeberang jalan dengan aman dan nyaman.

Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi

sebagai berikut :

Min 2,50

m

1,0

0

0,0

3

0,0

30,0

3

Page 30: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 30/56

1.Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus

penyeberang tinggi

2.Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat

persimpangan

3.Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas,

dimana pelican cross dapat dipasang menjadi satu

kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic signal ).

 Jembatan Penyeberangan

Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan

memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1.Bila fasilitas penyeberangan dengan

menggunakan zebra cros dan Pelican Cros sudah

mengganggu lalu lintas yang ada.

2.Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya

kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki cukup

tinggi.

3.Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas

dan arus pejalan kaki yang tinggi.

• Analisis mengenai RTH

Analisis ini bertujuan untuk membandingkan penggunaan

eksisting ruang terbuka hijau lokasi studi dengan standar

fungsinya serta untuk mengetahui dimensi/besaran ruang-

ruang terbuka pada wilayah perencanaan yang mencakup

taman-taman kota, ruang terbuka hijau (dengan

memperhatikan aspek fungsional, sosial dan ekologis).

Analisis ini didukung oleh standar ukuran ruang terbuka

hijau yang harus dipenuhi oleh sebuah ruas jalan

berdasarkan beberapa peraturan perundangan yang

berlaku. Variabel dalam analisis RTH ini meliputi : Luas

RTH, Fungsi RTH, Jenis tanaman dan Jarak antar tanaman.

• Analisis bangunan dan lingkungan

Page 31: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 31/56

Bertujuan untuk menentukan konsep-konsep rancangan serta rekomendasi-

rekomendasi bagi kebijakan yang akan diambil pada lingkup wilayah

  perencanaan. Disamping itu, analisis terhadap kondisi bangunan dan

lingkungan ini bertujuan juga untuk meningkatkan fungsi lahan yang

disesuaikan dengan kemampuan lahan di wilayah perencanaan serta untuk 

meningkatkan nilai estetika di wilayah perencanaan. Aspek-aspeknya

mencakup hal-hal sebagai berikut:

Sifat dan kondisi bangunan

Kesan lingkungan dan bangunan

Identitas bangunan

 Tampilan bangunan/f asade bangunan

Garis langit/Sky line

Unsur-unsur penunjang bangunan dan lingkungan :

- Penandaan (Signage)

Suatu tulisan (huruf, angka atau kata), gambar

(ilustrasi/dekorasi), lambang (simbol atau merk

dagang), bendera (spanduk atau umbul-umbul) atau

sesuatu yang :

Ditempelkan atau digambarkan pada suatu

bangunan atau struktur lainnya

Digunakan sebagai pemberitahuan, penarik

perhatian, atau iklan

 Terlihat dari luar bangunan

  Tanda harus selalu menunjukkan kepadasesuatu yang riil atau nyata.

Unsur-unsur penandaan dapat dikelompokkan atas

beberapa jenis:

1. Reklame dengan kontruksi tiang

Unsur ini merupakan penandaan yang berdiri

bebas dengan kontruksi kaki sehingga memberi

banyak kebebasan agar bisa dilihat dari kejauhan.

Page 32: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 32/56

Bentuk penandaan lain dari unsur ini adalah

penggunaan tiang tunggal.

2. Tanda sebagai identifikasi primer

  Tanda semacam ini digunakan informasi nama

gedung/kantor, papan pengumuman, dan lain-lain.

3. Penandaan dengan konstruksi tempel dan muncul

Bentuk konstruksi tempel merupakan jenis

penandaan yang paling banyak digunakan setelah

penandaan dengan tiang reklame. Jenis reklame

ini dibuat dengan kotruksi khusus sehingga

reklame timbul keluar dari bangunan.

4. Penandaan dengan lampu

Seperti halnya penandaan lain, disini informasi

publik non komersial tenggelam dalam reklame

lampu, yang membutuhkan kreatifitas dalam

design sehingga mewujudkan wajah kota yang

lebih menarik.

5. Tanda yang berfungsi sebagai unsur dekoratif 

kota

Penandaan yang berbentuk sebagai elemen

dekoratif sekaligus informasi dapat dijumpai

sebagai bendera atau umbul-umbul.

6. Tanda yang berbentuk spanduk

Penandaan dalam bentuk spanduk biasanya

dipakai sebagi media untuk menyampaikan acara-

acara tententu

7. Tanda sebagai sirkulasi transportasi

 Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan

lalu lintas untuk mengurangi kemacetan atau

tundaan yang mungkin terjadi.

Pedagang kaki lima

 Tempat sampah

Page 33: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 33/56

- Aspek non fisik meliputi :

Potensi ekonomi daerah yang dapat dikembangkan

Potensi sumber daya alam yang dapat diganti

Potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan

Potensi sumber kegiatan masyarakat (pengrajin)

Potensi strategis letak kawasan

- Aspek lingkungan dari segi orientasi, sirkulasi udara, sinar 

matahari, view, iklim mikro, daya serap tanah, dan topografi.

- Indikasi sarana dan prasarana dari segi air bersih, limbah, atau

drainase, hidran, telepon, listrik, reklame, dan sarana umum yang

lain.

- Elemen-elemen bangunan dan elemen-elemen lingkungan

- Pengelompokan bangunan dalam komposisi jenis bangunan.

- Indikasi bentuk-bentuk jenis bangunan dan bentuk-bentuk yang

mencerminkan karakter atau budaya lingkungan.

- Umur rata-rata bangunan.

- Kondisi material pada bangunan.

Yang juga perlu diperhatikan dalam analisa bangunan dan lingkungan

adalah menyangkut:

Gubahan massa

Penataan perletakan massa-massa bangunan pada satu

lingkungan permukiman tertentu dengan

mempertimbangkan kondisi fisik, non fisik, serta dengan

waktu tertentu.

Orientasi bangunan

Penataan arah bangunan yang dipertimbangkan

terhadap kondisi fisik dan non fisik lokasi perencanaan.

Estetika bangunan

Penampilan visual bangunan yang seimbang atas dasar

pertimbangan fisik dan non fisik. Pertimbangan fisik

yaitu keseimbangan antara bentuk dasar vertikal dan

Page 34: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 34/56

horizontal atau pola keseimbangan antara konstruksi

dan bahan bangunan yang digunakan. Pertimbangan

non fisik misalnya adanya muatan konsep identitas

arsitektur lokal.

Material exterior

Perencanaan atas penggunaan material luar bangunan

yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti iklim,

panas, hujan, ketahanan bahaya kebakaran, pengaruh

yang diakibatkan karena adanya refleksi cahaya dan

refleksi penyebaran panas matahari.

2. Analisis Development

Merumuskan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

pada lokasi wilayah studi untuk pemecahan masalah yang

ada di lokasi wilayah studi. Adapun rumusan rencana

tersebut tertuang dalam muatan RTBL. Materi Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan meliputi :

a. Penentuan Konsep dan strategi pengembangan

wilayah yang meliputi:

Konsep dan strategi pengendalian intensitas

bangunan terkait dengan konsep sky line

Konsep dan strategi sirkulasi transportasi terkait

dengan sistem parkir

Konsep dan strategi prasarana transportasi terkait

dengan ruang kebutuhan parkir

Konsep dan strategi ruang terbuka hijau

Konsep dan strategi penataan arsitektural bangunan

dan lingkungan terkait dengan street furniture dan

signage

b. Tujuan Pembangunan Lingkungan Perkotaan

  Tujuan pembangunan lingkungan dan massa bangunan

dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan massa

Page 35: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 35/56

bangunan dirumuskan urgensi/keterdesakan penanganan

lingkungan tersebut.

c. Rencana Pemanfaatan Ruang Lingkungan Perkotaan

Rencana penataan bangunan yang dimaksud adalah

memuat konsep dasar Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan yang termasuk didalamnya meliputi :

Rencana Penataan Guna Lahan

Rencana penataan guna lahan ini merupakan rencana

penggunaan lahan lingkungan di wilayah studi yang

dapat berpengaruh terhadap upaya pengembangan

lingkungan perkotaan.

Rencana perpetakan lahan lingkungan

perkotaan (kavling)

Rencana perpetakan lahan lingkungan perkotaan

meliputi rencana yang berkaitan dengan luasan petak

bangunan yang dapat berpengaruh terhadap upaya

penataan bangunan dan lingkungan perkotaan.

Rencana Tata Letak dan Pemanfaatan

Bangunan dan Lingkungan

Rencana ini berisi kemungkinan tata letak bangunan-

bangunan sehingga dapat diantisipasi bentuk dan tapak

bangunan secara keseluruhan dalam suatu rancangan,

yang juga mempertimbangkan luasan yang dibutuhkan

untuk setiap jenis bangunan atau kelompok fungsi

bangunan, jumlah maksimum tiap jenis bangunan atau

kelompok fungsi bangunan yang dibutuhkan, dan

gubahan bangunan

Rencana Penataan Jaringan Utilitas

Lingkungan Perkotaan

  Jaringan utilitas lingkungan yang akan direncanakan

meliputi rencana jaringan listrik, rencana jaringan

telepon, rencana jaringan gas, rencana hidran, rencana

Page 36: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 36/56

air bersih, rencana drainase, rencana persampahan,

rencana air limbah.

Rencana Penataan Jaringan Pergerakan

(sirkulasi) lingkungan perkotaan

Rencana dari sistem pergerakan serta berbagai sarana

yang diperlukan untuk berbagai macam kegiatan

transportasai manusia dan barang pada kawasan RTBL

adalah :

1. Rencana sistem sirkulasi, terdiri dari:

Rencana sistem jalan

Rencanan jaringan pedestarian

2. Rencana parkir  

3. Rencanan peletakan halte

4. Rencana peletakan penyeberangan

Rencana Penataan Ruang Terbuka Hijau dan

Penghijauan meliputi rencana RTH dalam tapak dan RTH

luar tapak.

Rencana Detail

Meliputi Rancangan wujud bangunan, rancangan ruang

terbuka, rancangan parkir, pedestrian, jembatan/halte

dan rancangan utilitas lingkungan.

d. Arahan Pelaksanaan Pembangunan Lingkungan

Perkotaan

Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan

meliputi :

Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan

Gedung dan Bukan Gedung dan materi yang diatur

meliputi penampang tiga dimensi bangunan gedung,

ketinggian bangunan, elevasi/ peil, orientasi bangunan,

bentuk dasar bangunan, selubung bangunan, arsitektur

bangunan dan pertandaan (signage).

Page 37: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 37/56

Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan

bukan Gedung materi yang diatur meliputi penampang

tiga dimensi bangunan gedung, letak koordinat

bangunan bukan gedung, ketinggian bangunan bukan

gedung, elevasi /peil dan bentuk dasar bangunan bukan

gedung.

Ketentuan Letak dan Penampangan Jaringan

 Jalan dan materi yang diatur meliputi penampang tiga

dimensi jalan, letak koordinat, elevasi/ peil, bentuk dasar

 jaringan.

Ketentuan Letak dan Penampang Jaringan

Utilitas dan materi yang diatur meliputi penampang tiga

dimensi jaringan utilitas, letak koordinat, elevasi/ peil,

bentuk dasar jaringan.

e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan

Lingkungan Perkotaan.

Adapun pedoman pengendalian pelaksanaan

pembangunan lingkungan perkotaan meliputi :

Ketentuan administrasi pengendalian

pelaksanaan rencana dan program.

Ketentuan pengaturan operasionalisasi

penerapan pola insentif, disinsentif, hak pengalihan

intensitas bangunan, hak bangunan diatas

tanah/dibawah tanah.

Arahan pengendalian pelaksanaan berupa

ketentuan penatalaksanaan/manajemen pelaksanaan

bangunan.

Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan

evaluasi program, serta pengenaan sanksi.

Page 38: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 38/56

Page 39: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 39/56

Latar Belakang

•  Jalan Magelang merupakan jalan arteri primer, dimana koridor jalan ini langsung menghubungkan Kota Yogyakarta dengan KotaMagelang.

• Jalan Magelang ini merupakan kawasan penyangga karena terletak di wilayah perbatasan serta merupakan jalur pariwisata utama yangdiharapkan dapat mendukung tercapainya visi dan misi Kota Yogyakarta.

 

Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik dan pemanfaatan ruang koridor Jalan Magelang?

2. Bagaimana arahan pengembangan tata bangunan dan lingkungan di koridor Jalan magelang

terkait upaya pengembangan kawasan penyangga sebagai pusat pelayanan primer dan sekunder perdagangan jasaserta pariwisata?

 

Pengumpulan DataData Primer

• Ketinggian,jarak&kepadatan bangunan,fasade bangunan,KDB, KLB, GSBGMB, GSsB, GSbB, Fisik Bangunan, sky line

• Eksisting TGL

• Luas Lahan

• Hierarki Jalan, Dimensi Jalan, Karakteristik Jalan

•  Tingkat Pelayanan Jalan & LHR

• Peletakan, Kapasitas & Elemen Parkir serta Bangkitan Tarikan

• Karakteristik Pedestrian

• Karakteristik Tempat Penyebrangan

• Dimensi RTH, Fungsi RTH, Jenis Vegetasi

• Kondisi fisik dasar

• Data fisik-non-fisik bangunan, elemen bangunan dan lingkungan

• Kebijakan ttg arsitektural bangunan

• Karakteristik dari : Signage, Penghijauan, Penerangan Jalan, Bis Surat, Boks Telepon, Pos Polisi, PKL, Tempat Sampah, Traffic Light

• Karakteristik dari : Jaringan Listrik, Telepon, Gas, Jaringan Air Bersih,

Pengumpulan DataData Sekunder

•RUTR Kota Yogyakarta Tahun 1994-2004

•RDTRK Kota Yogyakarta Tahun 1990-2010

• Peta Rencana TGL

• Kebijakan Terkait

• Peta Garis 1:1000

• Kebijakan tentang Jalan

• Perda tentang Parkir

• Kebijakan tentang RTH

• Kebijakan ttg penataan bangunan

• Kebijakan tentang Perabot Kota

Page 40: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 40/56

Analisis Evaluatif Analisis Foto Mapping

Metode superimposed tata guna lahan,deviasi guna lahan, perpetakanbangunan, kesesuaian guna lahandan perpetakan bangunan

Kesesuaian intensitas pembangunandengan RDTRK Kota Yogyakarta

 Tahun 1990-2010Deviasi intensitas pembangunan

Kesesuaian jaringan jalan terhadapRUTR Kota Yogyakarta tahun 1994-2004

Level of Service sirkulasi kendaraan

Kesesuaian penataan bangunan danlingkungan dengan bangunan kunciyang ada pada koridor JalanMagelang

Pengendalian Rencana tata Bangunandan Lingkungan Koridor Jalan

Magelang 

Konsep tata bangunan danlingkungan

Koridor Jalan Magelang

Rencana tata Bangunan danLingkungan

Koridor Jalan Magelang

Analisis Preskriptif Strategi Pengembangan Koridor Jalan Magelang

yang terdiri dari variabel tata guna lahan,intensitas pembangunan, perabot kota, ruangterbuka hijau, jaringan jalan, sirkulasi, parkir,

pedestrian, tempat penyebrangan dan jaringanutilitas

Analisis Deskriptif o Distribusi frekuensi fungsi guna lahan dan

perpetakan bangunano Peruntukan lahan mikro dan makro

o Klasifikasi perpetakan bangunan

o Besaran KDB, KLB, GSB, GMB, GSsB, dan GSbB

o Struktur bangunan, Fasade bangunan,

Materi/bahan bangunan, Tinggi bangunan, Skyline,Pemetaanbangunan, Peruntukan bangunan, dan Skluptur

o Lokasi, Jenis, Bentuk dan ukuran, Jumlah, Jarakpeletakan, Kondisi, Optimalisasi fungsi, dan Peta persebaransignage

o Lokasi, Kondisi, Jenis barang, Luas lahan tempat

berjualan, Arah hadap, Ukuran, Alat yang digunakan, Jenisbangunan PKL

o Lokasi, Fungsi, Luas, Jenis tanaman, Jarak antar

tanaman, dan Kondisi RTH

o Identifikasi hierarki, jenis perkerasan dan

 jumlah persimpangan serta penampang geometrik jalan

o C0, FCW, FCSP, FCSF, FCCS dan LHR

o  Jenis, Sudut, Luas kebutuhan, Jam puncak, Jenis

kendaraan, Tanda-tanda yang digunakan, Penerangan,Penghijauan, Akses masuk keluar, dan guna lahan yangberdekatan dengan lokasi parkir

o Panjang, Lebar, Ketinggian dari muka jalan,

 Jenis perkerasan, dan kondisi trotoar

o Lokasi dan jumlah pengguna zebra cross

o Lokasi gardu, tiang listrik, Jarak antar tiang,

 Jumlah tiang, Ketinggian tiang, Kabel udara/tanah, dan Jenistegangan

o  Jaringan transmisi/ distribusi air bersih, Lokasi

menara penampungan, hydran, dan hierarki pipa 

Page 41: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 41/56

3.3 Penetapan Konsep dan Pedoman Perencanaan

A. Konsep Umum Strategi RTBL/urban design

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kimpraswil No: 327/

KPTS/M/2002 tanggal 12 Agustus 2002, bahwa untuk

perkembangan wilayah propinsi, kabupaten/kota dan kawasan

perkotaan perlu penanganan yang tersendiri sesuai dengan

tingkat kebutuhan pengaturannya. Adapun bentuk pengaturan

tersebut tertuang dalam Rencana Struktur Tata Ruang Perkotaan

Metropolitan (RSTR), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), dan Rencana Teknik

Ruang Kawasan Perkotaan (RTRK) atau Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL).

Konsep umum strategi RTBL dapat dibedakan menjadi dua

bagian:

a. Strategi penanganan/ pengendalian tata bangunan

Pedoman yang digunakan untuk mengatur dan

mengendalikan rencana bangunan, mengacu pada Pedoman

Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dari

Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Departemen Pekerjaan Umum serta Pedoman dan Ketentuan

Umum Tata Bangunan yang berlaku di beberapa kota di

Indonesia. Pedoman yang digunakan dalam RTBL antara lain

komponen bangunan, tinggi bangunan, kemunduran

bangunan, KDB, KLB, dan elemen pendukung.

b. Strategi perwujudan tata bangunan (yang terarah).

Finalisasi konsep dasar RTBL :

a. Konsep tata letak dan pemanfaatan bangunan &

lingkungan

Konsep umum tata letak dan pemanfaaatan bangunan

dan lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa konsep

yang lebih spesifik, diantaranya:

Konsep Tata Bangunan

Page 42: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 42/56

•   Tata bangunan pada kawasan perencanaan

diarahkan linier dengan penyesuaian terhadap

fungsi, karakter fisik serta kondisi eksisting kawasan

perencanaan. Pada kawasan perdagangan, jasa dan

permukiman, tata massa diarahkan berjejer dan

berdempet dengan tetap memperhatikan estetika

bangunan. Untuk kawasan industri dan

pergudangan, tata massa diarahkan cluster dalam

suatu kawasan khusus industri yang telah ditetapkan

dengan tetap memperhatikan estetika bangunan

dan lingkungan sekitar. Sedangkan pada fasilitas

umum dan pendidikan tata bangunan diarahkan

linier dan cluster dengan adanya penyesuaian jarak

antar bangunan yang disesuaikan dengan intensitas

bangunan itu sendiri.

• Bentuk dan massa bangunan diarahkan

menggunakan bentukan dasar segiempat dengan

memperhatikan keselarasan dengan lingkungan.

Pengurangan bagian massa bangunan hingga

diperoleh kemunduran muka bangunan diterapkan

pada bangunan yang memiliki jarak terlalu dekat

dengan daerah milik jalan. Sehingga muka

bangunan memiliki kesan ruang yang lega dan

lapang di sepanjang koridor Jalan Magelang Kota

 Yogyakarta.

Konsep Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan diarahkan pada ketinggian

maksimal bangunan untuk tiap guna lahan pada

kawasan perencanaan, pembagian dan pengaturan

ketinggian maksimal bangunan pada kelompok-

kelompok fungsi yang nantinya dijadikan sebagai

pembentukan garis langit pada kawasan perencanaan.

Page 43: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 43/56

Konsep Jarak Antar Bangunan

  Jarak antar bangunan disesuaikan dengan fungsi dan

luasan bangunan. Jarak antar bangunan ditentukan

berdasarkan perhitungan lebar (D) dan tinggi (H)

bangunan. Untuk bangunan dengan perhitungan D/H=1

didapat jarak antar bangunannya rapat dan berdempet.

Karakteristik jarak antar bangunan di setiap guna lahan

yang ada di sepanjang koridor Jalan Magelang Kota

  Yogyakarta diarahkan menyesuaikan dengan tinggi

bangunan.

Konsep sky line dalam penataan intensitas bangunan

yang meliputi ketinggian bangunan dan jarak bangunan

b. Konsep penataan jaringan sirkulasi

Rencana pengembangan sistem sirkulasi disesuaikan

dengan pola aktivitas dan pergerakan penduduk dalam

kawasan perencanaan. Secara umum elemen sirkulasi

direncanakan dapat memberikan kemudahan dan

kenyamanan bagi pengguna elemen tersebut. Adapun

elemen sirkulasi terdiri dari jalan, pedestrian dan parkir.

 Jalan

Pada kawasan perencanaan yaitu Jalan Magelang

diarahkan dari persimpangan Jalan Gajahmada dan

 Jalan Airlangga menuju Perempatan Jalan Sukarno Hatta

dan Jalan Halmahera, dengan arahan kebijakan rencana

peningkatan hirarki jalan dari kolektor sekunder

menjadi arteri primer.

Pedestrian

Pedestrian diletakkan di sepanjang koridor Jalan

Magelang untuk mewadahi aktivitas pejalan kaki.

Keamanan dan kenyamanan pejalan kaki menjadi

prioritas utama perancangan jalur pedestrian. Kemanan

dicapai dengan perbedaan tinggi jalur pedestrian

Page 44: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 44/56

dengan jalur aspal. Kenyamanan dicapai dengan

penempatan vegetasi sebagai peneduh sepanjang jalur

pedestrian dan penggunaan ramp di setiap titik

penurunan jalur pedestrian.

Parkir

Sarana parkir pada kawasan perencanaan

menggunakan parkir on street  dan off street . Untuk

parkir on street penataan yang dilakukan menggunakan

penataan parkir seri. Parkir seri dapat menampung

kendaraan pada fasilitas yang tidak memiliki areal

parkir dalam site, seperti pada fasilitas perdagangan

dan jasa. Dengan penataan parkir seri kebutuhan lebar

  jalan relatif lebih kecil dibandingkan dengan model

parkir yang lain. Pada kawasan perdagangan, jasa,

pariwisata sistem parkir diarahkan dalam site.

c. Konsep penataan RTH dan penghijauan

Ruang terbuka hijau dibedakan berdasarkan fungsinya,

yaitu fungsi pengarah, penyangga, dan estetika. RTH

sebagai pengarah menggunakan jenis vegetasi yang

memiliki karakter vertikal dan sedikit cabang. Untuk RTH

yang berfungsi sebagai penyangga menggunakan jenis

vegetasi dengan karakter rindang dan menaungi.

Vegetasi yang memiliki nilai estetis digunakan untuk

mempekuat kesan RTH sebagai estetika kawasan.

Penataan RTH diletakkan disepanjang koridor Jalan

Magelang baik dipinggir koridor, atau ditengah (sebagai

median jalan).

d. Unsur-Unsur Penunjang Bangunan Dan Lingkungan

Pembahasan di sini akan mencakup komponen-komponen

lingkungan yang melengkapi unsur-unsur binaan.

 Termasuk di sini ialah; papan iklan, penempatan bis surat

Page 45: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 45/56

dan boks telepon, tempat sampah, dan pedagang kaki

lima.

Penandaan/Iklan

Secara umum tanda digunakan sebagai alat komunikasi

antara subyek dengan obyek sehingga pengamat

(subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna dan

informasi dari tanda tersebut. Secara lebih rinci

penandaan yang ada dikawasan perencanaan adalah:

rambu lalu-lintas, reklame, nama gedung (identifikasi

primer), papan pengumuman, nama jalan, petunjuk arah

dan lain sebagainya. Penandaan sebetulnya berperan

sebagai unsur pemberi informasi bagi pengamat yang

sedang berjalan atau berkendaraan. Bahkan dewasa ini,

selain peran memberi informasi, reklame sudah berubah

menjadi unsur pengganggu kualitas visual lingkungan

kota Oleh karena itu, reklame menjadi pokok bahasan

utama pada subab ini, selain tanda-tanda yang lain.

Reklame sebetulnya bisa menjadi elemen untuk

memperindah kesan lingkungan, selain sebagai pemberi

informasi dan sumber pendapatan asli daerah. Sehingga

dalam konteks pengendalian perencanaan bangunan,

masalahnya yang penting ialah bagaimana menata

berbagai unsur penandaan agar tak saling mengganggu,

bisa menjadi tanda wilayah, meningkatkan nilai visual

lingkungan, dan tak mengurangi daya informasi rambu-

rambu lalu-lintas dan tanda-tanda umum lain di wilayah

publik. Di kawasan perencanaan, unsur penandaan yang

ada bisa dikelompokkan atas beberapa jenis:

A. Reklame Pada Tiang

Unsur ini merupakan penandaan yang berdiri

konstruksi tiang besi yang didirikan di pinggir jalan,

dengan posisi tegak lurus jalan, sehingga bisa dilihat dari

Page 46: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 46/56

kejauhan. Di sini setiap reklame bersaing untuk

memberikan informasi. Reklame tiang semacam ini bisa

dijumpai di beberapa titik pada koridor Jalan Magelang

terutama pada kawasan perdagangan dan jasanya.

Banyak penempatan reklame di lapangan pada tiang

sudah cukup tepat, baik yang menyangkut besaran

ukurannya, komposisi tinggi dan besar sehingga tidak

menutupi bangunan disekitamya, dan secara umum tidak

ada masalah gangguan akibat bentrokan antar reklame

yang ada.

B. Reklame Papan Pada Areal Usaha

  Tanda semacam ini pada umumnya ditemukan di

kawasan perencanaan terutama di kawasan yang

merupakan kawasan perdagangan dan jasa. Reklame

biasanya menempel dan kadang-kadang sampai menutup

konstruksi atap bangunan. Yang dapat dijumpai di

sepanjang Jalan Magelang misalnya, di pertokoan Suzuki

Motor, pusat perlengkapan meubel dan aksesoris dapur,

pabrik traktor tangan Quick, Agatha video, Apotek 24,

toko alat tulis Rainbow dan beberapa bangunan lainnya.

C. Reklame Papan Yang Berada di Pinggir Jalan

Bentuk konstruksi tiang atau rangka yang berdiri di

pinggir jalan. Reklame jenis ini dapat ditemukan misalnya

seperti pada reklame di depan pertokoan pusat

perlengkapan meubel dan aksesoris dapur, pabrik traktor

tangan Quick, Agatha video, Erha Clinic, dan beberapa

toko banngunan lainnya. Dikarenakan karena tidak terlalu

banyak reklame jenis ini dapat ditemukan di kawasan

perencanaan, maka kehadirannya belum cukup menjadi

masalah. Terutama bila penempatannya sudah benar

seperti contoh reklame di ata yang berada di depan

pabrik yang bertembok sangat panjang.

Page 47: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 47/56

Penandaan dengan Lampu

Penandaan dengan lampu yang ada di kawasan

perencanaan menggunakan lampu dengan berbagai jenis

variasi agar mudah terlihat di malam hari. Seperti pada

penandaan-penandaan lain, di sini informasi publik non

komersial tenggelam dalam reklame lampu. Pada reklame

lampu, selain teknologi juga digunakan kreativitas dalam

design. Sehingga wujudnya mulai dari yang sekedar

menyala sampai yang menggunakan efek gerak dalam

olahan warna. Bila ditata dengan baik, olahan semacam

ini bisa memperindah lingkungan dan bahkan sebagai

identitas/tanda suatu wilayah. Di kawasan perencanaan

penggunaan cahaya masih banyak yang tidak tepat, baik

dari segi ukuran besarannya, penempatannya maupun

dominasinya yang mengalahkan bangunan disekitarnya.

  Tanda Sebagai Pengatur Sirkulasi

 Transportasi

 Tanda ini digunakan untuk mengatur pergerakan lalu

lintas kendaraan sehingga terjadinya, kemacetan,

kesemrawutan di jalan bisa dikurangi. Tanda semacam ini

dikenal sebagai tanda rambu-rambu lalu lintas. Tanda

rambu-rambu lalu lintas banyak sekali dijumpai di koridor

daerah perencanaan dan hampir tersebar merata sesuai

dengan tingkat kebutuhannya. Namun dibeberapa tempat

perlu ditingkatkan, terutama untuk mencegah adanya

masalah akibat adanya kendaraan parkir sembarangan.

Di beberapa titik pada wilayah studi, hal ini menjadi

masalah dan tidak ditemukan rambu yang mengantisipasi

hal ini.

Pedagang Kaki Lima

Pedagang kaki lima merupakan aktivitas yang secara

mendasar berisi sekumpulan kriteria umum, yang

Page 48: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 48/56

mengarahkan kepada kepentingan pergerakan

(importance of movement ), kegembiraan/kesenangan

(exitement ), dan dimensi street life dari lingkungan kota,

melalui penyediaan fasilitas-fasilitas yang beraneka

ragam dan bersifat spesifik pula. Keterkaitan antara

ruang umum dan kegiatan yang berlangsung didalamnya

merupakan dua hal yang penting untuk menghadirkan

kaki lima tersebut. Ruang-ruang umum yang dimaksud

adalah ruang atau bangunan yang diperuntukan bagi

kepentingan umum. Dengan demikian bentuk fisiknya

tidak terbatas pada jalur pedestrian atau didepan pasar,

melainkan juga sangat beragam misalnya, taman-taman

terbuka, dibawah pohon tepi jalan, ataupun di depan

bangunan-bangunan kososng yang banyak terlihat di

koridor Jalan Magelang dsb.

Kaki lima pada prinsipnya adalah kegiatan-kegiatan

penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat-

pusat kegiatan utama yang berada di kota. Bentuk

kegiatan tersebut antara lain dapat berupa:

• Penjual makanan (food services)

• Penjual majalah/koran, buku (bekas)

• Penyedia jasa otomotif seperti bengkel

• Penjedia fasilitas kebutuhan sehari-hari rokok,

sabun, permen, dsb).

Keberadaan dari kaki lima ini sangat dilematis bagi

kawasan perkotaan karena tumbuhnya sangat sukar

untuk diprediksikan, serta apabila tidak ditata dan

dirancang penempatannya keberadaan kaki lima ini akan

cenderung semrawut dan berkesan kumuh. Di daerah

perencanaan kondisi kaki lima ini sangat menonjol adalah

munculnya banyak kios-kios, warung-warung diantara

areal pertokoan, perdagangan dan perkantoran, jasa.

Page 49: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 49/56

Perkembangan di masa yang akan datang pertu

dialokasikan penempatan kaki lima tersebut terutama di

kawasan yang direncanakan berkembang bagi

peruntukan perdagangan dan jasa.

Bis Surat

Bis surat tidak dijumpai di wilayah perencanaan.

Apabila dilihat dari skala pelayanan terhadap masyarakat

kota, maka dari segi jumlah maupun dari segi sebaran

lokasi permukiman penduduk perlu kiranya ditempatkan

bis surat pada lokasi yang strategis dan merata keseluruh

kawasan perencanaan.

Boks Telepon

Fasilitas lain sebagai penunjang kegiatan lingkungan

perumahan yang ada di kawasan perencanaan adalah

 Telepon Umum dimana berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan temyata tidak ditemukan adanya boks telepon.

Walaupun keberadaan industri jasa warung telepon

(Wartel) secara signifikan telah menggantikan

keberadaan box telepon, tetapi keberadaan box telepon

secara umum tetap masih diperlukan. Sebagai contoh

untuk keperluan komunikasi malam hari, karena wartel

yang ada belum tentu selalu siap 24 jam sebagaimana

fungsi box telepon.

 Tempat Sampah

  Tempat sampah merupakan salah satu unsur yang

sangat penting dalam penataan ruang kawasan. Pada

lokasi studi diperiukan adanya penataan ulang pada

desain tempat sampah yang terdapat di pinggir jalan

pada seluruh koridor perencanaan. Tempat sampah

dipisahkan dan ditata sedemikian rupa agar terlihat jelas,

memiliki daya tampung yang sesuai dengan kebutuhan

dan mudah dipindahkan ke gerobak pengangkut sampah.

Page 50: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 50/56

Untuk lokasi koridor yang banyak terdapat pusat kegiatan

masyarakat, perlu diberikan tempat sampah dengan

desain tersendiri, yang selain untuk fungsi kebersihan

 juga sebagai unsur estetika kota. Peletakan bak sampah

perlu diatur sedemikian rupa untuk memudahkan dalam

hal membuang sampah dan pengangkutan, tetapi tidak

menimbulkan kesan koridor jaian yang penuh dengan bak

sampah.

Sarana Utilitas

Sebagai sarana kelengkapan, dikawasan perencanaan

  juga dibahas jaringan utilitas kota yang meliputi, air

bersih, listrik, dan telepon. Yang akan dibahas di sini

adalah unsur-unsur dari masing-masing utilitas yang turut

menentukan kualitas wajah lingkungan.

A. Air Bersih

Untuk penataan wajah kota terkait pengadaan utilitas

umum, maka pada penataan utilitas air bersih perlu

ditekankan beberapa hal; yaitu:

• Dalam pembangunan jaringan air bersih berupa

perpipaan yang diletakkan di bawah jaringan jalan

perlu disinkronkan dengan rencana dinas lain selain

dari PDAM, seperti Dinas PU Bina Marga dan PU

Cipta Karya, karena rencana pembangunan yang

tidak sinkron akan merusak jaringan jalan dan

menghamburkan biaya.

• Pembangunan hidran untuk pemadam kebakaran

perlu disesuaikan dengan rencana tata ruang kota,

dimana peletakannya diarahkan pada tempat-

tempat yang padat, pusat keramaian dan rawan

kebakaran.

B. Listrik

Page 51: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 51/56

Dalam penataan jaringan listrik yang perlu

diperhatikan adalah penataan tiang dan kabel listrik.

  Tiang listrik ditata sedemikian rupa agar tidak

menimbulkan kesan koridor yang penuh dengan tiang.

Sedangkan kabel listrik perlu diperhatikan agar tidak

nampak berseliweran menggantung di udara, memiliki

  jarak aman dan tidak terlalu banyak bersinggungan

dengan pepohonan. Jika tiang listrik juga ditempeli

dengan PJU kota, maka jarak tiang diatur sedemikian rupa

agar pencahayaan di malam hari dapat tersebar secara

merata.

C. Telepon

Sama halnya seperti pengadaaru air bersih dan listrik,

ditinjau dari kebutuhan kuantitasnya bagi daerah studi

sudah terpenuhi dan tak ada masalah. Namun dari segi

kualitas wajah Lingkungan, beberapa hal perlu diperbaiki.

  Yang pertama ialah kabel-kabel udara sistem jaringan

telepon masih banyak yang belum teratur. Pemasangan

tiang yang ada juga sedikit banyak berdasarkan kaidah

rancangan kota, sehingga belum menyatu dengan

lingkungan.

D. Drainase

Untuk kebutuhan saluran drainase sudah sangat

memadai di kawasan perencanaan dan tak ada masalah.

Kondisi fisik saluran ini tertutup dan terletak di bawah

  jalan raya. Untuk terus menjaga fungsi saluran agar

maksimal disediakan bak-bak control yang tersebar di

sepanjang Koridor Jalan Magelang agar sewaktu-waktu

pembersihan saluran bisa terus dilakukan. Dengan begitu

saluran akan terus berfungsi maksimal. Dengan kondisi

fisik yang tertutup menguntungkan bagi tata guna lahan

Page 52: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 52/56

diatasnya sehingga lahan di atasnya bisa dgunakan untuk

aktivitas lain.

E. Sanitasi

Untuk jaringan sanitasi di koridor Jalan Magelang

menggunakan sistem sanitasi dengan saluran IPAL yang

terintegrasi dengan saluran drainase. Dengan pemisahan

limbah, dan berada di bawah permukaan jalan. Selain itu

  juga dilengkapi dengan bak-bak pemerinksa fungsi

saluran. Dalam perkembangannya nanti perlu dirawat

kinerjanya, karena letak saluran yang tumpang tindih

dengan saluran drainase. Namun sejauh ini sudah

terpenuhi kinerjanya.

Menurut Rencana Umum Tata Ruang Kota Yogyakarta

koridor Jalan Magelang diperuntukkan sebagai kawasan

penyangga dengan jalur bercitra pariwisata dan fasilitas

pelayanan primer dan sekunder utama dengan fungsi koridor

sebagai pusat pelayanan transportasi dan perdagangan di DIY

dan Jateng. Maka konsep yang dipakai disesuaikan dengan fungsi

kawasan dan dapat menjadi ikon Kota Yogyakarta, dan DIY. Oleh

karena itu penataan bangunan dan lingkungannya

memperhatikan konsep arsitektural bangunan dan lingkungan.

F. Pedoman perencanaan

Berdasarkan Rangkuman RDTR Jalan Magelang-Tempel

(1997-2007) Jalan Magelang merupakan jalan Negara yang

menghubungkan Kota Yogyakarta dengan daerah lainnya di jawa

tengah sehingga tata ruang di sekitar jalan arteri primer

  Yogyakarta-Tempel harus dapat mendukung kelancaran lalu

lintas. Dalam pemanfaatan ruang di Jalan Magelang terdapat 2

bagian yaitu fungsi-fungsi yang menimbulkan bangkitan lalu

lintas, dilokasikan pada lapis ke-dua, sedangkan bagi fungsi yang

tidak banyak menimbulkan bangkitan lalu lintas dapat

dilokasikan pada lapis pertama. Lapis pertama adalah persil yang

Page 53: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 53/56

memangku jalan arteri primer atau yang terletak dalam bentang

125 meter dari tepi jalan. Sedangkan lapis kedua adalah persil

yang tidak memangku jalan primer atau setidaknya berada di

luar bentang 125 meer dari tepi jalan arteri primer.

Produk dari RDTR antara lain :

1. Kebijaksanaan pengembangan penduduk 

Merupakan arahan distribusi jumlah dan kepadatan

penduduk pada setiap blok-blok permukiman hingga tahun

perencanaan. Zona 1 diperuntukkan bagi klasifikasi tinggi

yaitu 75-100 jiwa/Ha. Zona II diperuntukkan bagi klasifikasi

rendah yaitu 25-50 jiwa/Ha. Adapun zona III dan IV

diperuntukkan bagi klasifikasi sedanga yaitu 50-75 jiwa/Ha.

2. Rencana pemanfaatan ruang

Dimaksudkan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan

yang akan diselenggarakan di kawasan perencanaan agar

tidak mengganggu fungsi dan peran jalan arteri

  Yogyakarta-Tempel. Oleh karena itu, terhadap

pemanfaatan ruang yang telah ada saat ini akan dilakukan

pengaturan yang bersifat adopsi,adaptasi,subtitusi dan

relokasi pemanfaatan ruang, dapat dibagi mejadi :

a) Pemnfaatan untuk fungsi lindung: lindung

sungai,cagar budaya dan danau buatan

b) Pemanfaatan untuk pertanian

c) Pemanfaatan untuk industri

d) Pemanfaatan untuk agrobisnis

e) Pemanfaatan untuk perdagangan dan jasa

f) Pemanfaatan untuk fasilitas wisata

g) Pemanfaatan untuk perkantoran

h) Pemanfaatan untuk permukiman

i) Pemanfaatan untuk fasilitas layanan

3. Konsepsi penataan bangunan dan lingkungan

Page 54: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 54/56

a) Perpetakan bangunan : klasifikasi I (di atas 2500 m2)

dan II (1000-2500m2). Bagi persil lapis kedua dapat

dikenai ketentuan perpetakan bangunan klasifikasi III

(600-1000m2), klasifikasi IV (250-600m2) dan

klasifikasi V (kurang dari 250m2).

b) Sempadan bangunan, peraturan pemerintah RI

Nomor 26 tahun 1985 tentang jalan dan intruksi

Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No:

20/iustr/1995 tentang pengaturan garis sempadan

bangunan di Jalan Nasional dan Jalan propinsi, di

mana untuk jalan nasional yang berfungsi arteri,

  jarak antara as jalan dengan pagar bangunan 20

meter dan terhadap bangunan 29 meter.

c) Kepadatan bangunan. Di lapis pertama dikenai

ketentuan kepadatan (koefisien dasar bangunan)

sekitar 40-60%. Sedang ketentuan kepadatan untuk

lapis ke dua diatur sebagai berikut :

Ü Semua bangunan yang ada di lapis pertama

  jalan arteri tidak dibuat lebih dari dua lantai

dengan ketinggian maksimum 16 m.

Ü Semua bangunan yang ada di lapis kedua atau

setidak-tidaknya berjarak 50 m dari 50 m dari

tepi jalan arteri primer pada wilayah perkotaan

dibuat tidak lebih dari tiga lantai dengan

ketinggian maksimum 20 m.

Ü Semua bnagunan yang ada di lapis kedua pada

wilayah pedesaan dibuat tidak lebih dari dua

lantai dengan ketinggian maksimum 16 m.

d) Tata hijau. Tata hijau kawasan jalan arteri primer

meliputi penghijauan tepi ruang jalan, penghijauan

pekarangan, dan ruang terbuka (fungsi lindung).

Pengaturan tata hijau ditujukan untuk mendukung

Page 55: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 55/56

fungsi kawasan sebagai recharge area dan jejalur

wisata serta untuk paru-paru lingkungan.

Pengeturannya melalui arahan intensitas

penghijauan yang dinyatakan dalam persen (%) serta

  jenis tanaman. Intensitas tinggi adalah kehijauan

diatas 60%, intensitas sedang antara 40%-60% dan

intensitas rendah adalah kehijauan kurang dari 40%.

e) Rencana sistem pergerakan :

Ü  Jaringan jalan

Ü Sistem penampang jalan

Ü  Tempat pemberhentian dan sub terminal

Ü Pengaturan lalu lintas

f) Rencana sistem utilitas

Ü  Jaringan air bersih

Ü  Jaringan air kotor

Ü  Jaringan listrik

Ü  Jaringan persampahan

Page 56: !! Fix Gabungan Bab3

5/10/2018 !! Fix Gabungan Bab3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/-fix-gabungan-bab3 56/56