[ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

download [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

of 12

description

hjbjbl

Transcript of [ FINAL ] - Case Report Kasus Drugs Abused

ABSTRAKLatar belakang : Penggunaan kokain dan NAPZA merupakan masalah di banyak negara. Jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia) yang terdiri dari 160,9 juta orang penyalahguna ganja, 13,7 juta orang penyalahguna kokain, 15,9 juta orang penyalahguna opiat dan 10,6 juta orang penyalahguna heroin (UN Publication,2005). Presentasi kasus : Melakukan wawancara kepada pasien ketergantungan obat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Seorang remaja pria, 19 tahun, berkewarganegaraan Malaysia dengan riwayat pengkonsumsian kokain, ekstasi dan shabu.Diskusi : Tingginya angka penyalahgunaan kokain membuat meningkatnya angka pasien ketergantungan obat yang dikarenakan efek dari kokain itu sendiri, yaitu euforia. Banyak hal yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan salah satunya adalah pendampingan dan pengawasan dari pihak keluarga.Simpulan dan Saran : Untuk dosis rendah, kokain berguna untuk anastesi dalam pembedahan atau oprasi kecil, khususnya operasi mata, tenggorokan dan hdiung. Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi kokain memerlukan tindakan segera. Intoksikasi kokain adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit sampai jam setelah menggunakan kokain. Pengobatan psikofarmaka pasien pengguna kokain tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus kokain, juga dibutuhkan pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan.

PENDAHULUANPenggunaan kokain dan NAPZA merupakan masalah di banyak negara. Jumlah penyalahguna narkoba di dunia sebesar 200 juta orang (5% dari populasi dunia) yang terdiri dari 160,9 juta orang penyalahguna ganja, 13,7 juta orang penyalahguna kokain, 15,9 juta orang penyalahguna opiat dan 10,6 juta orang penyalahguna heroin (UN Publication,2005). Penggunaan kokain juga masalah bagi Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia telah mencapai 0,06% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah kasus narkoba meningkat dari 3.478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004 atau meningkat rata-rata 28,9% per tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama dengan lembaga penelitian dari salah satu perguruan tinggi negeri pada tahun 2006 hingga 2007 menyebutkan, dari 3,2 juta pengguna NAPZA di Indonesia, 1,1 juta di antaranya adalah mahasiswa. Dari data yang ada diketahui bahwa penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15 24 tahun, sementara generasi muda sendiri adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Dalam beberapa tahun ini pun, menurut kepolisian Tindak Pidana Narkoba, peredaran kokain jumlahnya merangkak naik di Indonesia. Hal ini sesuai dengan hasil jumlah kokain yang berhasil disita, sejak Januari hingga November tahun ini, naik dari 66,97 gram menjadi 5.878,44 gram (Mursyadad, 2009).Sebagian besar pengguna kokain adalah remaja, karena remaja merupakan kelompok rawan yang berisiko terhadap penyalahgunaan alkohol, rokok dan zat adiktif, karena sifatnya yang energik, dinamis dan ingin mencoba hal-hal yang baru, menyenangi petualangan, mudah tergoda oleh tekanan dan pengaruh dari kelompoknya, cepat putus asa mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan kokain. Hal ini di dukung oleh belum matangnya mental untuk lebih memperhitungkan akibat dari suatu perbuatan (Purwanti, 2004).Keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Dinamika dan hubungan-hubungan antar anggota dalam keluarga juga memainkan peranan yang cukup penting bagi remaja. Ketika anak memasuki remaja dimana sangat membutuhkan kebebasan dan mereka mulai meninggalkan rumah, orang tua harus dapat melakukan penyesuaian terhadap keadaan tersebut. Remaja butuh dukungan yang berbeda dari masa sebelumnya. Pengertian dan dukungan orang tua sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja (Soetjiningsih, 2004).

DESKRIPSI KASUSSeorang remaja pria, 19 tahun di bawa ke Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta oleh keluarganya satu bulan tiga hari yang lalu karena diketahui mengkonsumsi obat terlarang. Tempat rehab disana sudah meksimum (red: penuh) untuk menampung orang lagi,tutur remaja yang berasal dari Malaysia tersebut. Remaja ini mengaku bahwa dia mengkonsumsi narkotika jenis kokain, shabu dan ekstasi. Ia mulai mencoba-coba mengkonumsi obat tersebut dengan alasan diajak teman-teman sebayanya saat dia berumur 15 tahun, yaitu saat sedang menduduki bangku sekolah menengah atas (SMA). Menurut ceritanya, ia tidak merasakan perubahan yang signifikan setelah mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu. Hanya saja, beban pikiran yang ia pendam selama ini seakan-akan hilang begitu saja. Remaja ini mengaku melakukan pengkonsumsian kokain dengan cara pompa atau bisa disebut juga dengan bong. Saat melakukannya, ia tidak sendirian, melainkan bersama temannya. Saat diwawancarai, remaja ini juga mengaku pernah melakukan bong dirumahnya sendiri, setelah diwawancarai lebih lanjut, ternyata di Malaysia ia tinggal sendiri, tidak dalam satu rumah dan tidak bersama dengan keluarganya, sehingga ia dengan leluasa bisa mengkonsumsi kokain dirumah.Saat pertama kali masuk ke rehabilitasi di RSKO Jakarta, remaja ini mengaku bahwa keadaan tubuhnya sangat memprihatinkan. Berat badan yang kurang dari rata-rata sehingga tubuhnya dapat dikatakan kurus. Setelah satu bulan di RSKO Jakarta, ia mengaku lebih teratur dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Banyak perubahan yang terlihat, salah satunya kenaikan berat badan. Di RSKO Jakarta juga mengajarkan aspek agama, sehingga remaja ini mengaku bahwa sekarang solatnya menjadi lebih teratur dan memahmi konsep Ketuhanan secara lebih dalamSelain itu, ia banyak mendapat pelajaran dan hal baru selama satu bulan di rehabilitasi dan ini membuat ia jera dan mengaku tidak akan mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu lagi.

DISKUSIKokain adalah alkaloida yang berasal dari tanaman Erythroxylon coca yang tumbuh di Bolivia dan Peru pada lereng-lereng pegunungan Andes di Amerika Selatan. Kedua negara tersebut dianggap penghasil kokain dalam bentuk pasta mentah terbesar di seluruh dunia, sedangkan Negara Kolombia memproses pasta ini menjadi serbuk kokain murni. Dalam peredaran gelap kokain diberi nama cake, snow, gold dust, dan lady serta dijual dalam bentuk serbuk yang bervariasi kemurniannya (Joewana,1989).Pertama sekali, kokain digunakan sebagai anastesi lokal pada pengobatan mata dan gigi. Berbeda dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap jasmani dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti psikostimulan golongan amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memacu jantung, meningkatkan tekanan darah dan suhu badan, juga menghambat perasaan lapar serta menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur. Dalam larutan kadar rendah, kokain menghambat penyaluran impuls dari Sistem Saraf Pusat (SSP) di otak sehingga digunakan untuk anastesi lokal, sedangkan dalm konsentrasi tinggi kokain merangsang penyaluran impuls-impuls listrik. Sifat kokain yang didambakan oleh pecandu adalah kemampuannya untuk meningkatkan suasana jiwa (euphoria) dan kewaspadaan yang tinggi serta perasaan percaya diri akan kapasitas mental dan fisik. Dalam dosis kecil kokain yang dihisap melalui hidung menimbulkan euphoria tetapi disusul segera oleh depresi berat yang menimbulkan keinginan untuk menggunakannya lagi dalam dosis yang semakin besar dan menyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi untuk efek sentral. Pada keadaan kelebihan dosis, timbul rasa eksitasi berlebihan , kesadaran yang berkabut, pernafasan yang tidak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, suhu badan naik, rasa cemas, dan ketakutan, serta kematian biasanya disebabkan pernafasan berhenti (Sasangka,2003).Mekanisme kerja kokain adalah dengan cara menghambat pengembalian norepinefrin, serotonin, dan dopamin kembali ke terminal presinapsis, tempat transmitter tersebut dilepaskan. Penghambatan ini memperkuat dan memperpanjang kerja katekolamin pada SSP dan susunan saraf perifer. Pendapat lain mengatakan, perpanjangan efek dopamin paling banyak terjadi pada sistem yang membawa kenikmatan dalam otak (sistem limbik), yang menghasilkan rasa gembira yang berlebihan akibat pengaruh kokain. Penggunaan kronik akan menghabiskan dopamin. Kekosongan ini akan menimbulkan siklus visius, ingin mendapatkan kokain yang akan menghilangkan depresi berat untuk sementara. Efek kokain pada tingkah laku merupakan akibat dari rangsangan kuat pada korteks dan sambungan otak.

Kokain digunakan sendiri dengan mengunyah, mengendus dengan hidung, merokok dan suntikan intravena. Efek puncak terjadi setelah 15 20 menit sehabis mengendus tepung kokain dan menurun setelah 1 - 1,5 jam. Efek yang cepat tetapi berjangka waktu pendek diperoleh setelah suntikan intravena kokain atau merokok bentuk basa bebas (crack). Karena terjadinya efek sangat cepat, kemungkinan intoksikasi dan ketergantungan paling besar dengan suntukan intravena dan mengisap crack. Absorpsi dilakukan dari segala tempat termasuk selaput lendir. Pada pemberian oral, kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami hidrolisis. Sebagian besar mengalami detoksikasi di hati dan sebagian kecil diekskresi bersama urin dalam bentuk utuh. Diperkirakan hati dapat melakukan detoksikasi kokain sebanyak 1 dosis letal minimal dalam waktu satu jam. Detoksikasi kokain tidak secepat detoksikasi zat anestesi local sintetik.Intoksikasi kokain adalah sindrom mental (organic mental disoder) yang terjadi beberapa menit sampai satu jam setelah menggunakan kokain. Sindrom tersebut dapat menyebabkan gangguan fisik dan perilaku. Lamanya kerja kokaiin dalam tubuh sangat singkat, eliminasi waktu paruh kokain hanya satu jam,kecuali pada kasus-kasus overdosis, sebagian besar kokain sudah hilang dari tubuh pada saat pasien masuk ke ruang gawat darurat dan kamar praktek dokter. Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi memerlukan tindakan segera. Tanda tanda klinis: nadi cepat/ takikardi, pelebaran pupil/ midriasis, meningkatnya tekanan darah, berkeringat, panas dingin, tremor, mual, muntah, meningkatnya suhu badan, nadi tidak teratur/ aritmia, halusinasi visual atau taktil, pingsan/ syncope, nyeri dada & bila overdosis maka dapat terjadi kejang, tertekannya pernapasan, koma dan meninggal (Kay, 2000).

Gejala gejala klinis intoksikasi kokain meliputi: Euforia, disforia Agitasi psikomotor Agresif dan menantang berkelahi Waham paranoid Halusinasi Delirium Eksitasi Penilaian realita yang kurang wajar (poor judgement), gangguan fungsi sosial dan okupasional Meningkatnya kewaspadaan dan aktivitas bergerak terus menerus, memaksakan keinginan, banyak berbicara Mulut kering Meningkatnya kepercayaan diri Selera makan kurang Grandiositas Perilaku repetitif dan stereotipik(Holstage,2005)Umumnya tidak ada tanda-tanda klinis keadaan putus kokain yang tepat untuk menggambarkan perubahan fisiologis yang terjadi setelah penghentian penggunaan berat kokain. Gejala-gejala klinis keadaan putus kokain ditandai dengan adanya perasaan disforik yang menetap selama lebih dari 24 jam setelah menurunnya konsumsi kokain dan diikuti gejala-gejala berikut: Keletihan (fatigue) Insomnia atau hipersomnia Agitasi psikomotor Ide-ide bunuh diri dan paranoid Mudah tersinggung atau iritabel Perasaan depresif(Depkes,2000)

Keadaan putus kokain adalah satu-satunya indikasi yang menunjukkan adanya ketergantungan kokain. Gejala utama keadaan putus kokain adalah menagih kokain (craving). Beratnya kondisi keadaan putus kokain berkaitan dengan jumlah, lama dan cara penggunaan kokain.Snortingmenyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain ringan, penggunaan intravena dan merokokcrack freebase menyebabkan ketergantungan dan keadaan putus kokain berat (Kaplan, 1990).

Gejala-gejala putus kokain mencapai puncaknya setelah beberapa hari, dan berakhir setelah beberapa minggu. Bila gejala-gejala tetap ada setelah lebih beberapa minggu, maka ini menunjukkan adanya indikasi depresi sekunder. Gangguan psikiatris lainnya yang sering menyertai ketergantungan kokain adalah : Gangguan kepribadian, ketergantungan alkohol dan ketergantungan sedativa-hipnotika (Kay, 2000).

Perasaan disforia dan depresi berat merupakan dua gejala yang sering terdapat pada keadaan putus kokain. Dengan ditemukannya dua gejala tersebut perlu dipertimbangkan pula adanya gangguan psikiatris lainnya sebagai diagnosis banding. Pasien sering menderita gangguan kepribadian yang mendasarinya (gangguan kepribadian ambang atau antisosial), sehingga berperilaku manipulatif. Akibatnya pasien sering mengobati keadaan putus kokain pada dirinya sendiri dengan menggunakan kembali kokain. Angka relaps tetap tinggi meskipun ia telah dirawat berkali-kali (Kaplan, 1990).

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Laboratorium : Elektrolit : akut bisa memberikan gambaran hipokalemi sedangkan pada intoksikasi kokain yang berat memberikan gambaran hiperkalemi. Glukosa darah : pada pemeriksaan gula darah memberikan gambaran hipoglikemi Fungsi ginjal : gagal ginjal berhubungan dengan rhabdomyolisis dan trombosis arteri ginjal pernah dilaporkan pada penyalahgunaan kokain. Urinalisis untuk skrining kokain atau zat adiktif lain yang digunakan bersama-sama, Tes kehamilan : semua wanita yang berada dalam usia subur sbaiknya dilkukan tes kehamilan Fungsi hati : kerusakan hati mungkin terjadi pada intoksikasi akut. Sebagai tambahan, pasien yang menggunakan kokain beresiko untuk terinfeksi hepatitis, yang pada akirnya bias menyebabkan perubahan mental. Jumlah sel darah : anemia, lekositosis, dan leucopenia Toksikologi :Urine drug screens: Benzoylecogonine (bentuk metabolic kokain) bisa ditemukan pada urin 60 jam setelah menggunakan kokain. Pada pengguna kokain yang berat bisa ditemukan sampai 22 hari. Enzim jantung : pada pengguna kokain terdapat angka prevalensi yang tinggi untuk terjadinyamyocardial infection, pasien yang dating dengan nyeri dada dan riwayat penggunaan kokain bisa dipikirkan untuk melakukan pemeriksaan enzim jantung.2. Gambaran Radiologi : Chest x-Ray : pneumomediastinum, pneumothorax, pneumonia, emboli paru, atelektasis. CT-Scan. : perdarahan intrkranial dan emboli serta trombosis strok.3. Tes lain : dapat menggunakan analisa gas darah, ECG(Holstege,2003)

PENATALAKSANAANIntoksikasi Kokain Yakinkan dan tenangkan pasien bahwa gejala-gejala hanya terjadi dalam beberapa waktu yang terbatas sebagai akibat masuknya kokain ke dalam tubuh, dan segera setelah itu ia akan menjadi tenang kembali seperti semula. Tempatkan pasien pada suasana yang tenang. Sementara itu, lakukan wawancara tentang frekuensi, jumlah kokain dan rute penggunaan kokain. Ikuti dan kendalikan semua gerakan/aktivitas pasien dan lakukan pengendalian secara tepat. Hati-hati dalam pendekatan pasien-pasien dengan waham paranoid. Jika memungkinkan, minta bantuan keluarga untuk bekerjasama menenangkan pasien. Bila sudah memungkinkan, lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien. Bila terjadi demam, lakukan tindakan secepat mungkin untuk mengatasinya, kompres dan/atau beri antipiretika. Pantaulah tekanan darah dan denyut nadi pasien sesering mungkin. Pastikan apakah pasien juga menggunakan zat adiktif lainnya seperti opioida (misalnya heroin yang digunakan bersama-sama dengan kokain secara intravena yang dikenal dengan istilahspeed ball), sedativa-hipnotika dan alkohol. Isolasi dan fiksasi adalah tindakan terakhir yang kadang-kadang perlu dilakukan. Gejala-gejala psikosis seringkali menghilang setelah satu episode akut penggunaan kokain, tapi dapat juga menetap pada penyalahgunaan berat kokain dan menimbulkan gangguan yang disebut dengan gangguan waham akibat penggunaan kokain (cocaine delusional disorders), terutama pada orang-orang yang sensitif. Pertimbangkan rawat-inap agar dapat dilakukan detoksifikasi. Seorang pasien yang datang ke unit gawat darurat merupakan peluang yang baik untuk melakukan terapi induksi agar pasien bersedia ikut program rehabilitasi. Persiapkan pasien tentang akan terjadinya keadaan putus kokain dan latih pasien untuk menghadapinya.

Terapi psikofarmaka: Bila agitasi, galak, membahayakan lingkungan atau delusi dapat diberikan derivat benzodiazepin ringan oksazepam 10-30 mg per oral atau lorazepam 1-2 mg per oral, dan dapat diulang setelah satu jam. Bila agitasi masih tetap bertahan setelah beberapa dosis benzodiazepin atau timbul gejala toksisitas benzodiazepin (ataksia, disartria, nistagmus), maka dapat diberikan obat antipsikotik berkekuatan tinggi seperti haloperidol atau flufenazin masing-masing 2-5 mg per oral atau i.m. sebagian klinisi kurang menyukai penggunaan antipsikotika karena mengurangi nilai ambang kejang dan mengubah atau menyamarkan gejala-gejala intoksikasi kokain dengan gejala-gejala efek samping antipsikotika. Bila terjadi takhikardia dan hipertensi, dapat diberikan beta-bloker (propanolol) atau klonidin. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kejang, gangguan respirasi dan gejala-gejala overdosis lain merupakan indikasi untuk merawat pasien di unit rawat intensif (ICU).

Keadaan Putus Kokain Pastikan apakah ada risiko bunuh diri. Meskipun gejala-gejala akan hilang dalam beberapa hari, namun pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus di rawat-inap di rumah sakit. Ketika pasien datang beri ketenangan (reassurance) dan terangkan kepadanya bahwa gejala-gejala keadaan putus kokain tersebut akan hilang dalam satu atau dua minggu. Wawancarai bagaimana kokain tersebut masuk ke dalam tubuh, frekuensi dan jumlahnya serta kapan penggunaan kokain terakhir. Tanyakan juga apakah pasien menggunakan zat adiktif lain. Motivasi pasien agar bersedia mengikuti program detoksifikasi atau rehabilitasi. Rujuk pasien agar mengikuti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan (sepertiNarcotic Anonymous, Narcotic Anonymous Family). Evaluasi apakah pasien menderita gangguan psikotik atau menggunakan zat adiktif lain. Terapi psikofarmaka: Agitasi berat sampai perilaku maladaptif dapat dikendalikan dengan pemberian derivat benzodiazepin ringan estazolam 0,5 sampai 1 mg per oral, oksazepam 10-30 mr per oral atau lorazepam 1-2 mg per oral. Antidepresiva dapat diberikan pada pasien-pasien dengan gejala depresif menetap yang umumnya terjadi setelah dua minggu penggunaan kokain dihentikan. Ketergantungan kokain dapat diberikan despiramin (200-250 mg/hari), doksepin atau antidepresiva lain (amitriptilin, imipramin). Kadang-kadang juga diberikan bromokriptin untuk mengendalikan emosinya.(Ahuja,2006)PERAN KELUARGAKeluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan keluarga menjadi sentral dan besar pengaruhnya terhadap penyebab seseorang menjadi ketergantungan kokain dan besar pula pengaruhnya terhadap penyembuhan pecandu kokain.Faktor-faktor keluarga yang menyebabkan anak menjadi pecandu narkoba:1. Keadaan dan kondisi keluarga. Keharmonisan keluarga ikut menentukan mudahnya seseorang terkena narkoba atau tidak. Keluarga yang kurang harmonis, baik antara suami-istri, orang tua-anak, serta anggota keluarga yang lain, sangat memudahkan anggotanya terpikat oleh narkoba. Untuk pencegahan, ciptakan kehidupan keluarga yang harmonis.2. Kurang perhatian. Perhatian tidak cukup hanya dalam bentuk materi saja, tetapi perlu empati. Untuk pencegahan, bina perhatian dan kepedulian antar anggota keluarga.3. Kurangnya komunikasi antar keluarga. Hal ini menyebabkan anggota keluarga mencari orang lain (bukan keluarga) untuk melepaskan segala permasalahan yang dialaminya. Untuk pencegahan, perbaiki komunikasi dalam keluarga!4. Kurang kesatuan. Kurangnya kesatuan dalam keluarga membuat ikatan keluarga menjadi longgar. Dengan demikian, masing-masing anggota keluarga akan mencari pelampiasan di tempat lain. Untuk pencegahan, ajak setiap anggota keluarga untuk lebih mendekatkan diri pada agama dan tuhan5. Orang tua yang otoriter. Orang tua yang selalu mengatur dan memaksakan kehendak, baik dalam menentukan pendidikan atau hal-hal lain, membuat anggota keluarga (anak) merasa tidak bebas. Anggota keluarga akan mencari pelampiasan kepada hal/orang lain. Untuk pencegahan, ciptakan suasana keluarga yang terbuka, demokratis, dan ajarkan kepada anak, agar berani mengemukakan pendapat dan berani mengatakan TIDAK untuk hal/benda-benda asing/negatif (Say No to Drugs).6. Terlalu menuntut prestasi anak. Orang tua yang terlalu menuntut, bisa memicu timbulnya kejengkelan bagi anggota keluarga. Apabila mereka yang dituntut tidak sanggup memenuhi tuntutan tersebut, maka mereka bisa merasa depresi dan lari ke narkoba. Untuk pencegahan, berikan kebebasan anggota keluarga mengemukakan pendapat dan hargai pendapat mereka!7. Terlalu memanjakan anggota keluarga. Kebiasaan menuruti semua kemauan anak tidak baik. Untuk pencegahan, jangan memanjakan siapa pun dalam keluarga dan hindarkan kebebasan yang tidak bertanggung jawab!8. Kurang pengawasan. Salah satu anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba bisa "menulari" anggota keluarga yang lain. Waspadalah! Untuk pencegahan, segera obati penderita kecanduan dan kirim ke tempat rehabilitasi!9. Peran Keluarga dalam Penanggulangan Narkoba. Peran keluarga sangat penting bagi setiap anggota keluarga yang menghadapi suatu masalah. Dukungan keluarga terhadap anggotanya yang terjerat narkoba sangat besar pengaruhnya dalam penyembuhan.Biasanya, para pecandu narkoba suka mencari sensasi, hiperaktif, mudah kecewa, cenderung agresif, dan destruktif. Selain itu, ia juga kurang berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah (cenderung antisosial), kurang cerdas, suka memberontak terhadap peraturan, dan suka berbohong. Kalau anggota keluarga sudah terkena narkoba, jangan jauhi dia, dengar keluhannya dengan sabar namun tetap waspada. Ajak dia berkonsultasi ke dokter untuk memulihkan kesehatannya, apalagi dalam keadaan sakaw.

Jangan biarkan dia bergaul dengan teman-teman yang menjadi pemakai. Lakukan rehabilitasi psikologis, baik di keluarga maupun dengan bantuan psikolog, untuk memulihkan konsep diri dan mengembalikan kepercayaan dirinya sebagai anak yang baik, berguna, dan diterima keluarga.

Lakukan rehabilitasi sosial, dengan didampingi keluarga, untuk belajar keterampilan, latihan kerja, melakukan rekreasi,dan kegiatan positif lainnya agar dia merasa diterima sebagai keluarga dan anggota masyarakat. Keluarga harus terus mendampingi dan mengawasi perubahan yang terjadi. Jaga pergaulannya agar tidak kambuh lagi.

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PENGGUNAAN KOKAINMengkonsumsi narkoba dalam dosis tertentu dapat menimbulkan dampak yang sangat merusak bagi pemakainya, seperti ketagihan dan merusak akal pikiran. Khamar dan narkoba merupakan dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai kesamaan dalam akibat yang ditimbulkannya. Pada zaman Rasulullah SAW, Nabi Muhammad, zat berbahaya yang paling populer memang hanya minuman keras (khamar). Dalam perkembangan dunia Islam, khamar kemudian berganti, bermetamorfosa dan beranakpinak dalam bentuk yang makin canggih, yang kemudian lazim disebut narkotika atau lebih luas lagi narkoba.Untuk itu, dalam analoginya, larangan mengonsumsi minuman keras dan hal-hal yang memabukkan, adalah sama dengan larangan mengonsumsi narkoba.

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS Al-Maidah : 90)Ayat yang kedua:

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).(QS Al-Maidah : 91)Begitupun terdapat dalam hadits, Seorang hamba Allah tetap dalam suatu kelapangan karena agamanya, selama ia tidak minum-minuman keras. Akan tetapi bila ia minum-minuman keras, maka Allah akan menggoyahkan tabirnya, sehingga syetan menjadi kawannya, jadi pendengarnya, jadi penglihatannya, jadi kakinya. Kemudia ia dibawa syetan kepada setiap kejahatan dan ia dipalingkan diri dari setiap kebaikan. ( HR. Thabrani ).Mengingat betapa dahsyatnya bahaya yang akan ditimbulkan oleh narkoba dan betapa cepatnya tertular para generasi muda untuk mengkonsumsi narkoba, maka diperlukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah :1. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat.2. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia menunjukkan bahwa anak-anak nakal dan brandal pada umumnya adalah berasal dari keluarga yang berantakan (broken home).3. Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram sebagaimana haramnya Babi dan berbuat zina.4. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah dan Ibu, di Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum.

KESIMPULAN DAN SARANKokain adalah zat adiktif yang tergolong zat stimulan terhadap susunan saraf pusat (SSP) di samping amfetamin, kafein dan efedrin. Potensi ketergantungan dan intoksikasi terbesar ditimbulkan, bila dilakukan dengan cara suntikan atau merokok dalam bentuk murni ( crank freebase ). Gejala yang timbul saat pemakaian antara lain: mudah marah dan agresif, cemas, depresi, gelisah, cenderung mudah diajak berkelahi dan gairah seksual menurun. Pengaruh kokain pada fisik dan perilaku akibat intoksikasi kokain memerlukan tindakan segera. Intoksikasi kokain adalah sindrom mental organik yang terjadi beberapa menit sampai jam setelah menggunakan kokain. Pengobatan psikofarmaka pasien pengguna kokain tergantung dari gejala-gejala yang timbul, intoksikasi ataupun putus kokain, juga dibutuhkan pengobatan lain seperti terapi kelompok, terapi keluarga atau rujuk ke kelompok-kelompok bantuan yang mendukung upaya penyembuhan. Terlebih dari itu semua, keluarga memiliki peranan yang penting dalam pengobatan ketergantungan kokain, oleh sebab itu perlu adanya dukungan, hubungan dan komunikasi yang baik antar anggota keluarga supaya tercipta lingkungan keluarga yang nyaman bagi pasien. Keluarga menjadi pengingat dan pengawas pasien korban intoksikasi kokain agar tidak terjerumus kembali dalam pengkonsumsian obat ini.

DAFTAR PUSTAKA1. Ahuja Niraj. Psychoactive substance use disorders. A short text book of psychiatry. 4thedition.p 45-6.20062. Badan Pemerintah Daerah DIY. PengukuhanSatgas Anti Napza Candibinangun, 2008.Available at:URL:http://www.slemankab.go.id/3. H., Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung: Mandar Maju.4. Holstege, Christopher P, MD. Cocain-Related Psychiatric Disorders.http://www.emedicine.com. 20055. Kaplan Harold MD et al, Gangguan berhubungan dengan kokain. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7 jilid satu6. Kaplan Harold MD, Benjamin J. Sadock MD. Pocket handbook of clinical psychiatry. Williams & Wilkins. 1990.p 42-47. Kay Jerald MD, Tasman Allan MD. Cocaine use disorders in Psychiatry : behavioral science and clinical essentials. WB Saunders company. Philadelphia.2000 p 248-578. Mursadad A, Rahajeng E. Peranan Konsep Diridan Masalah Kejiwaan Remaja TerhadapTerjadinya Penyalahgunaan Narkotika. MajalahKesehatan Perkotaan 2002;99. Pedoman Terapi Pasien Ketergantungan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya.DEPKES RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. 2000. Penerbit Bakti Husada.10. S., Joewana, 1989, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain, Jakarta: Gramedia 11. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.12. UN Publication. World Drug Report, 2005.Available at: URL:http://www.bnn.go.id/file

2 | Page