Web viewDiantaranya sumber data data tersebut adalah laporan BPS, laporan perusahaan perkebunan, ......
Transcript of Web viewDiantaranya sumber data data tersebut adalah laporan BPS, laporan perusahaan perkebunan, ......
Dampak Perkebunan Besar Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Desa Di Provinsi Jambi
Oleh Ir.Armen Mara,M.Si dan Ir.Yanuar Fitri, M.Si (Dosen Fakultas Pertanian Unja)
RINGKASANPembangunan kebun kelapa sawit di Provinsi Jambi pertama kali
dimotori oleh Perkebunan Besar dengan pola kemitraan dengan perkebunan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan perkebunan besar dan perkebunan rakyat dilihat dari luas lahan, produksi, dan nilai ekspor di Provinsi Jambi (2) Dampak perkebunan besar kelapa sawit terhadap perekonomian desa di lingkungan lokasi perkebunan besar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode kasus ini melakukan analisis secara utuh terhadap objek yang dipelajari, yaitu desa-desa di sekitar Perkebunan Besar Kelapa Sawit yang memperoleh dampak.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkebunan besar dan perkebunan rakyat telah berkembang dengan pesat baik dilihat dari luas areal maupun produksi. Tingkat pendapatan rata-rata masyarakat desa di sekitar perkebunan besar sudah mulai meningkat namun, mulai mengarah menuju ke ketimpangan. Dampak tersebut berhubungan dengan jarak desa dari PKS dimana desa yang paling dekat dengan PKS memiliki dampak paling besar dan demikian sebaliknya untuk desa yang jauh dari PKS. Dampak tersebut ada yang bersifat positif, diantaranya meningkatnya pendapatan dan bersifat negatif diantaranya makin melebarnya ketimpangan pendapatan.
SUMMARYDevelopment of oil palm plantations in Jambi Province was first initiated
by large plantaoration with farmer. This study aims to determine (1) the development of large plantations and oil palm plantations seen from the area of land, production, and export value in Jambi Province (2) Impact of oil palm plantations on the economy of villages in the neighborhood location of large plantations in Jambi Province, mainly seen of household income, rural economic social institutions, and population demographics.
The research method used in this study is a case study. The method of this case do the full analysis of the object being studied, namely the villages around Large Oil Palm Plantations that have an impact.
The results of these studies show that large plantations and estates of the people has grown by leaps and bounds better seen from the total area and production. Average income level of rural communities in the surrounding estates have started to rise however, but began to lead toward inequality. Large oil palm plantations have an impact on the economic, social, and demographic. The impact is started about village closest to the PKS has the most impact and thus contrary to that distant village from the PKS. These impacts are positive there, including rising incomes and increasingly negative among widening income inequality.
1
I. Pendahuluan Pembangunan ekonomi pedesaan merupakan aspek penting dalam
kerangka pembangunan nasional. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagian
besar penduduk Indonesia berada di pedesaan dan sebagian besar pula dari
penduduk miskin ada di pedesaan.Untuk itu, desa akan sulit beranjak dari
kondisi ekonomi yang tertinggal seperti sekarang ini ke kondisi ekonomi yang
lebih baik di masa mendatang.
Perkembangan perkebunanan kelapa sawit di Provinsi Jambi sejak
beberapa tahun belakangan cukup pesat. Hal ini dilihat dari perkembangan
luas lahan, produksi, dan nilai ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya.
Perkembangan kebun kelapa sawit tersebut bahkan melebihi dari
perkembangan kebun karet yang merupakan tanaman tradisional rakyat dan
telah berusia seratus tahun lebih.
Perkembangan perkebunan besar kelapa sawit baik pemerintah
maupun swasta telah berdampak terhadap perekonomian Daerah Provinsi
Jambi secara umum, khususnya dilihat dari peningkatan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) dan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Disamping itu,
perkembangan luas tanaman kelapa sawit di Provinsi Jambi juga berperan
dalam penyerap tenaga kerja, dimana pada tahun 2001 perkebunan kelapa
sawit hanya menyerap tenaga kerja sebesar 108.676 orang sedangkan pada
tahun 2007 penyerapan tenaga kerja meningkat menjadi 161.604 orang atau
meningkat sebesar 2,34 % per tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi,
2008).
Namun, perkembangan luas kebun kelapa sawit yang dimotori oleh
perkebunan besar tersebut berpotensi dalam meningkatkan perekonomian
desa, terutama desa-desa yang berlokasi di sekitar perkebunan besar.
Dampak tersebut terutama berkaitan dengan peningkatan pendapatan petani
melalui hasil perkebunan kelapa sawit model kemitraan, hasil jual beli lahan
dengan pihak perusahaan perkebunan, upah tenaga kerja pedesaan yang
bekerja pada perusahaan perkebunan, penerimaan dari usaha-usaha industri
dan perdagangan yang memanfaatkan peluang usaha, dan kegiatan CSR
2
(Corporate Social Responsibility) yang dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan besar.
Berdasarkan uraian diatas maka muncul masalah penelitian yang akan
diteliti sebagai berikut:
1.Sejauh mana perkembangan perkebunan besar dan perkebunan rakyat kelapa
sawit dilihat dari perkembangan luas lahan, produksi, dan nilai ekspor di
Provinsi Jambi
2. Sejauh mana dampak perkebunan besar kelapa sawit terhadap perekonomian
desa di lingkungan areal perkebunan besar di Provinsi Jambi, terutama dilihat
dari aspek ekonomi, sosial, dan demografi.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1.Sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah dalam menyusun
kebijakan pembangunan perekonomian desa melalui pembangunan
perkebunan besar di Provinsi Jambi
2.Sebagai sumbangan dalam mengembangkan teori ekonomi regional dalam
pembangunan pertanian yang semakin pesat perkembangannya sejak
beberapa tahun terakhir.
II. Tinjauan Pustaka Dampak perkebunan besar kelapa sawit terhadap desa-desa di
lingkungannya dapat dijelaskan dengan pendekatan ekonomi wilayah, yaitu
dengan teori Peroux tentang kutub pertumbuhan (growth pole) dan pusat
pertumbuhan (growth center). Peroux (1955) mengatakan:
“Pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah dalam waktu yang sama,
kemunculannya hanya terjadi dibeberapa tempat atau pusat pertumbuhan
dengan intensitas yang berbeda, Ia berkembang melalui saluran yang
berbeda, dengan akibat akhir yang ditimbulkannya yang berbeda pula
terhadap ke per seluruhan perekonomian”.
Berkaitan dengan perkebunan besar kelapa sawit yang biasanya memiliki PKS
(Pabrik Kelapa Sawit) dengan kapasitas 30 ton per jam sampai dengan 120
ton per jam dengan luas antara kecil dari 10.000 hektar (untuk kapasitas
pabrik 30 ton TBS per jam) sampai dengan lebh dari 20.000 Hektar (untuk
3
kapasitas pabrik besar dari 60 ton TBS per jam) (Soepadiyo Mangoensoekarjo
dkk, 2005) akan menjadi industri pemimpin (leading industries) untuk desa-
desa di lingkungannya.
Menurut John Glasson (1977) suatu leading industry mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut relatif besar
2. Menimbulkan dorongan-dorongan pertumbuhan yang nyata kepada
lingkungannya
3. Mempunyai kemampuan berinovasi yang tinggi
4. Termasuk dalam suatu industri yang sedang bertumbuh dengan cepat.
Belum banyak diketahui bagaimana perkembangan desa-desa di
sekitar lokasi perkebunan yang merupakan dampak dari pembangunan
perkebunan besar. Penelitian ini memfokuskan peneltian terhadap
perkembangan perekonomian desa di sekitar lokasi perkebunan dan
mengetahui lebih jauh aspek-aspek apa saja yang dipengaruhi oleh kegiatan
ekonomi perkebunan besar.
III. Tujuan Penelitian Ada pun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Perkembangan perkebunan besar dan perkebunan rakyat kelapa sawit
dilihat dari perkembangan luas lahan, produksi, dan nilai ekspor di Provinsi
Jambi
2. Dampak perkebunan besar kelapa sawit terhadap perekonomian desa di
lingkungan areal perkebunan besar di Provinsi Jambi, terutama dilihat dari
aspek ekonomi, sosial, dan demografi.
III. Metode Penelitian Penelitian ini mengambil lingkup wilayah Provinsi Jambi dimana
perkebunan besar kelapa sawit yang dikelola perusahaan dan perkebunan
rakyat kelapa sawit telah berkembang sejak beberapa tahun yang lalu.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai dengan Bulan
November 2011.
4
Metode pendekatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kasus (Robert K, Yin, 2004). Dimana desa sebagai objek
penelitian akan dikaji secara utuh dari berbagai aspek yang dianggap
menggeluti perkembangan desa tersebut di Provinsi Jambi, khususnya dilihat
dari kegiatan perkebunan besar kelapa sawit. Dengan demikian, hasil
penelitian bersifat spesifik di desa yang diteliti.
Data sekunder berupa perkembangan luas kebun, produksi TBS dan
CPO, nilai ekspor, kependudukan, dan data-data lain tentang kegiatan
perkebunan besar kelapa sawit dan desa dikumpulkan dari dokumentasi
lembaga terkait. Diantaranya sumber data data tersebut adalah laporan BPS,
laporan perusahaan perkebunan, dokumentasi, dan hasil penelitian ilmiah
yang telah dilakukan sebelumnya.
Data primer khususnya tentang pendapatan Rumah Tangga,
lembaga ekonomi desa, migrasi penduduk dan aktivitas transportasi desa
dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara. Pengumpulan data
dilakukan dengan bantuan kuestioner baik terstruktur (daftar pertanyaan yang
telah dipersiapkan) dan kuestioner terbuka dikumpulkan melalui wawancara
Untuk menentukan lokasi penelitian dipilih secara sengaja di dua lokasi
perkebunan besar kelapa sawit, yaitu desa-desa di lingkungan Perkebunan
Kelapa Sawit PTPN VI Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi dan
desa-desa di lingkungan PT. SAL 1 Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten
Merangin. Pertama ditetapkan beberapa kabupaten yang akan dijadikan lokasi
penelitian dengan kriteria memiliki perkebunan besar pemerintah dan
perkebunan besar swasta, yaitu terpilih Kabupaten Muaro Jambi yang
memiliki perkebunan besar kelapa sawit pemerintah, yaitu PTPN VI Pinang
Tinggi Sungai Bahar dan untuk perkebunan besar swasta terpilih Kabupten
Merangin, yaitu PT.SAL 1 Tabir Selatan.
Selanjutnya telah ditentukan jumlah desa untuk PTPN VI Pinang Tinggi
adalah 4 desa sedangkan jumlah desa untuk PT.SAL 1 sebanyak 3 desa
sampel. Untuk masing-masng desa ditetapkan sampek sebesar 20 orang.
Untuk pengambilan sampel petani responden di masing-masing desa diambil
secara ’simple random sampling” (Mudradjad Kuncoro,2003).
5
Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul akan digunakan metode
statitistik yang sesuai dan akan disajikan sesuai jenis data yang tersedia dan
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini.
Perkembangan kebun kelapa sawit baik untuk perkebunan besar
maupun untuk perkebunan rakyat akan dianalisa dengan menggunakan model
pertumbuhan matimatika.
Aspek ekonomi, sosial, dan demografi desa akan dianalisa secara
statitistik deskriptif menggunakan tabel dan matrik. Khusus untuk aspek
ekonomi, yaitu tingkat pendapatan penduduk akan dianalisa dengan
menggunakan analisa statistik uji nilai tengah (mean). Seterusnya untuk
mengetahui tingkat pemerataan penduduk digunakan rumus Gini Ratio
(Suseno Triyanto Widodo,1990).
V. Hasil dan Pembahasan 5.1. Perkembangan Kebun Kelapa Sawit di Provinsi Jambi5.1.1. Perkembangan Luas Lahan Kebun Kelapa Sawit di Provinsi Jambi
Perusahaan negara yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit di
Provinsi Jambi adalah PTPN VI yang memiliki beberapa pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit (PKS) dan kebun di Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten
Tebo. Perkebunan Swasta Kelapa Sawit banyak terdapat di semua kabupaten
kecuali kabupaten Kerinci. Perkembangan luas lahan kebun kelapa sawit di
Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel berikut.
Perkembangan luas lahan kebun kelapa sawit cukup pesat di Provinsi
Jambi, yaitu berkembang dari luas total 92.688 ha pada tahun 1993 menjadi
484.137 ha pada tahun 2008. Proporsi perkebunan rakyat menempati posisi
terbesar, yaitu sebesar 65% lebih, perkebunan PTPN VI sebesar 3,85%, dan
perkebunan swasta yang teridiri dari beberapa perusahaan memperoleh
proporsi sebesar 30% lebih dari luas total kelapa sawit.
Perkebunan rakyat dan perusahaan swasta kelapa sawit berkembang
cukup pesat sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2008. Sedangkan luas
kebun PTPN VI relatif tidak berkembang bahkan menurun sejak beberapa
tahun terakhir.
6
5.1.2. Perkembangan Produksi Kelapa SawitSejalan dengan perkembangan luas lahan kelapa sawit bahwa
produksi kelapa sawit di Provinsi Jambi pun terus berkembang sejak tahun
1993 sampai dengan tahun 2008. Produksi kelapa sawit yang dihasilkan
tersebut disumbangkan oleh 60% lebih perkebunan rakyat, 5% perkebunan
PTPN VI dan 34% lainnya oleh perkebunan swasta.
Dari data dapat dijelaskan bahwa produksi kelapa sawit pada tahun 2008
adalah sebesar 1.203.257 ton TBS atau meningkat empat kali lipat sejak tahun
1993. Kalau dilihat data tentang jumlah kapasitas PKS yang terpasang pada
tahun yang sama yaitu sebesar 1.530 Ton TBS per jam. Dengan kapasitas
pabrik sebesar tersebut maka dibutuhkan produksi TBS sebesar 11.060.000
per tahun. Sedangkan produksi TBS pada tahun 2008 hanya sebesar
1.203.257 ton. Artinya pabrik pengolahan TBS di Provinsi Jambi masih
kekurangan bahan baku TBS.
5.1.3. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sebagian besar dari hasil perkebunan kelapa sawit yang telah diolah
menjadi CPO (Cruid Palm Oil) dijual keluar negeri atau ekspor. Untuk itu hasil
kebun kelapa sawit tersebut merupakan andalan dalam memperoleh devisa
bagi negara. Negara tujuan ekspor adalah negara-negara Eropah, diantaranya
Belanda dan negara Asia yaitu Pakistan.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2004 nilai ekspor
CPO adalah 41 Juta US $ lebih dan pada tahun 2009 naik menjadi dua kali
lipat yaitu menjadi 88 juta US $ lebih. Oleh karena itu, nilai ekspor kelapa sawit
ini menjadi primadona bagi ekspor komoditas pertanian.
5.1.4. Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Provinsi JambiProduksi kebun kelapa sawit adalah dalam bentuk TBS (Tandan Buah
Segar) kemudian diolah menjadi CPO (Cruid Palm Oil) oleh pabrik PKS
(Pengolahan Kelapa Sawit). Semua PKS di Provinsi Jambi adalah milik
Perkebunan Besar Pemerintah atau Swasta dan perkebunan rakyat menjual
hasil produksinya ke PKS tersebut.
7
Data yang tersedia memperlihatkan bahwa semua perusahaan perkebunan
besar kelapa sawit memiliki pabrik PKS yang letaknya biasanya adalah di
dalam lokasi kebun. Setiap PKS dengan kapasitas terpasang sebesar 30-45
ton TBS/jam akan mampu menampung produksi kebun kelapa sawit dengan
luasa 6.000 ha. Seterusnya PKS dengan kapasitas terpasang sebesar 60 ton
TBS/jam akan mampu menampung produksi dengan kebun kelapa sawit
dengan luasan 12.000 ha.
5.2. Profil PKS dan Perkebunan Besar Kelapa Sawit di Provinsi Jambi5.2.1. Profil PKS dan Kebun PTPN VI Sungai Bahar
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PTPN VI Pinang Tinggi terletak
di Desa Suka Makmur Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi
resmi berdiri pada tahun 1996. PKS PTPN VI di Kecamatan Sungai Bahar
terdapat sebanyak 3 unit, yaitu Unit PKS Pinang Tinggi di Desa Suka Makmur,
Unit PKS Bunut di Desa Markanding, dan Unit PKS Tanjung Lebar di Desa
Tanjung Lebar. Masing-masing memiliki kapasitas pabrik 60 ton/jam.
Sedangkan luas kebun Inti untuk PKS Pinang Tinggi seluas 2.025 ha, PKS
Bunut seluas 3.883.2 ha, dan PKS Tanjung Lebar seluas 1.793 ha atau total
luas kebun inti PTPN VI adalah 1.793 ha. Disamping itu, Ketiga PKS PTPN VI
tersebut memiliki kebun plasma (milik petani) seluas 22.000 ha.
Penggunaan tenaga kerja di PTPN VI memiliki tingkat pendidikan
yang beragam, mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, D3, S1, S2, dan S3.
Proporsi terbesar dari tenaga kerja adalah tingkat SD sebanyak 3.394 orang,
diikuti oleh SLTA sebanyak 2.804 orang, SLTP sebanyak 834 orang, S1
sebanyak 257 orang, D3 sebanyak 113 orang, an sisanya S1,S2, dan S3.
5.2.1.2. PKS dan Luas Kebun Kelapa Sawit PTPN VI Sungai BaharPendirian PTPN VI di Kecamatan Sungai Bahar di latar belakangi oleh
Program Pemerintah Pusat untuk pembangunan wilayah di luar Pulau Jawa
melalui Program Transmigrasi. Kemudian program transmigrasi dipadukan
dengan program pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan pola
kemitraan antara perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Pola kemitraan
tersebut dikenal dengan Pola PIR-Plasma. Dalam program kemitraan antara
8
perkebunan besar dengan program transmigrasi, plasma nya adalah peserta
Program Transmigrasi sehingga akhirnya Pola Perkebunan Kelapa Sawit
PTPN VI Sungai Bahar ini disebut dengan Pola PIR-Trans.
5.2.2. Profil PKS dan Kebun PT. SAL 1 Sungai Delang Kapasitas pabrik PKS PT.SAL 1 yang terletak di Desa Muaro Delang
tersebut 60 ton/jam. Sedangkan luas kebun Inti untuk PKS PT.SAL 1 terdiri
dari tiga lokasi, yaitu Kebun Inti 1 seluas 3.338 ha terletak di Kabupaten
Sarolangun dan Kabupaten Tebo. Kebun Inti 2 seluas 1.741,86 ha terletak di
Kabupaten Merangin. Jadi total luas kebun inti PT.SAL 1 adalah 5.080,16 ha.
Disamping itu, PT. SAL 1 memiliki kebun plasma (milik petani) seluas 15.000
ha.
Secara administrasi kegiatan PT.SAL 1 termasuk kegiatan pabrik,
perkantoran, dan perumahan karyawan terletak di Desa Muaro Delang.
Menurut informasi yang disajikan pada tabel berikut bahwa jumlah karyawan
PT.SAL 1 ada sebanyak 4.834 orang termasuk didalamnya dewan komisaris,
direksi, karyawan pimpinan, karyawan pelaksana, dan trainer. Sama halnya
dengan PTPN VI bahwa PT.SAL 1 di lokasi Muaro Delang telah
memperkerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini tentu
telah menimbulkan dampak terhadap aspek ekonomi, sosial, dan demografi di
wilayah tersebut.
5.3.1.1. Dampak PKS dan Kebun PTPN VI Pinang Tinggi terhadap Desa-Desa dalam Wilayah Grafitasia. Dampak terhadap Aspek Demografi Desa
Kegiatan yang dilakukan oleh PKS Pinang Tinggi berdampak terhadap
beberapa parameter demografi dan dampak tersebut berbeda untuk desa
jaraknya berbeda ke lokasi PKS. Dampak tersebut ada yang nyata dan positif,
nyata dan negatif, dan ada yang tidak nyata. Berikut adalah penjelasan
dampak PKS terhadap masing-masing parameter demografi.
9
Tabel 5.12. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek Demogdafi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS Pinang Tinggi PTPN VI Kecamatan Sungai Bahar tahun 2010
Nama Desa
Jarak
desa dari
PKS(KM)
Jumlah
Penduduk
(Orang)
Jumlah
(KK)
Jumlah
rumah
(Unit)
Penduduk
datang
(orang)
Penduduk
keluar
(orang)
Suka Makmur 0 3.905 729 630 0 0
Marga Mulia 1 3.267 849 717 7 0
Rantau Harapan 9 3.076 768 748 11 0
Bukit Mulia 10 1.079 305 334 23 5
Jumlah 11.327 2.651 2.429 41 5
Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2010 dan data Podes BPS tahun 2010
Dengan menagamati data-data pada tabel berikut maka dapat dijelaskan
semakin dekat dengan lokasi PKS semakin besar jumlah penduduk desa,
makin besar jumlah KK, tetapi tidak begitu nyata dalam jumlah rumah.
Selanjutnya makin dekat dengan lokasi PKS makin sedikit jumlah penduduk
yang datang (masuk) dan makin sedikit pula jumlah penduduk keluar.
b. Dampak PKS Aspek Ekonomi Desa Sebagaimana dampak terhadap aspek demografi diatas kegiatan yang
dilakukan oleh PKS Pinang Tinggi juga berdampak terhadap beberapa
parameter ekonomi dan dampak tersebut berbeda untuk desa jaraknya yang
berbeda ke lokasi PKS. Dampak tersebut ada yang nyata dan positif, nyata
dan negatif, dan ada yang tidak nyata. Berikut adalah penjelasan dampak
PKS terhadap masing-masing parameter ekonomi di desa-desa dalam
lingkungan grafitasi PKS dan Kebun PTPN VI Pinang TInggi.
10
Tabel 5.13. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PTPN VI tahun 2010
Nama DesaJarak desa dari PKS
(KM)
Jumlah pasar desa
Jumlah Toko/
warung/ restoran
Jumlah Mini
Market
Jumlah Kopera
si
Jumlah Kios
Pertanian
Suka Makmur 0 1 57 1 1 10
Marga Mulia 1 0 28. 0 2 4
Rantau Harapan 9 1 11 0 1 4
Bukit Mulia 10 0 12 0 1 0
Jumlah 2 108 1 5 18
Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2010 dan data Podes BPS tahun 2010
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Desa Suka Makmur yang berjarak
0 terhadap lokasi PKS memiliki sebuah pasar desa yang cukup ramai
dikunjungi penduduk pada hari pasar dan terapat juga satu buah mini market.
Desa yang dekat dengan lokasi PKS cenderung memiliki jumlah
toko/restoran/warung, jumlah mini market, dan jumlah kios pertanian yang
lebih banyak dibandingkan dengan desa yang berlokasi jauh dari PKS.
Namun, dampak tersebut tidak begitu nyata terhadap jumlah koperasi.
Tabel 5.14. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PTPN VI tahun 2010 (lanjutan)
Nama DesaJarak desa dari PKS
(KM)
Jumlah Industri
kecil
% Lahan Non pertanian
% KK Pertanian
Suka Makmur 0 21 9,84 58
Marga Mulia 1 21 4,21 90Rantau Harapan 9 15 15,16 95
Bukit Mulia 10 2 5,18 87
Jumlah 59Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2010 dan data Podes BPS tahun 2010
Kegiatan PKS di lokasi Pinang Tinggi juga memiliki dampak terhadap
jumlah industri kecil, % luas lahan non pertanian, dan % KK pertanian di
masing-masing desa. Kegiatan PKS berdampak nyata terhadap jumlah industri
11
kecil, tidak begitu nyata terhadap % lahan non pertanian, dan cukup nyata
terhadap % KK pertaniain.
Tabel 5.15. Jarak desa dari PKS dan aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PTPN VI tahun 2010 (lanjutan)
Nama Desa
Jarak desa dari
PKS(KM)
Pendapatan terendah
(Rp)
Pendapatan tertinggi
(Rp)
Pendapatan Rata-rata
(Rp)
Tingkat ketimpangan (Gini Ratio)
Suka Makmur 0 900.000 18.000.000 5.787.500 0,3800
(Sedang) Marga Mulia 1 2.500.000 11.000.000 4.525.000 0,2767
(Rendah)Rantau Harapan 9 1.200.000 10.500.000 4.500.000 0,2649
(Rendah)
Bukit Mulia 10 1.250.000 7.500.000 4.272.500 0,2015 (Rendah)
Sumber : Diolah dari data primer, 2011
Kegiatan PKS di lokasi Pinang Tinggi juga berdampak terhadap besarnya
pendapatan rata-rata dan tingkat ketimpangan pendapatan. Dimana desa yang
dekat ke lokasi PKS memperoleh pendapatan rata-rata penduduk yang lebih
tinggi tetapi juga memiliki tingkat ketimpangan pendapatan yang lebih tinggi
dan sebaliknya.
c. Dampak PKS terhadap Aspek Sosial Desa
Kegiatan di PKS Pinang Tinggi juga berdampak terhadap aspek sosial,
yaitu terhadap jumlah surat miskin yang dikeluarkan kepala desa dan terhadap
jumlah anggota keluarga yang menjadi buruh tani. Dimana di Desa Suka
Makmur dan Desa Marga Mulia yang berjarak sangat dekat dengan lokasi
PKS cukup banyak jumlah surat miskin yang dikeluarkan kepala desa dan
lebih banyak jumlah anggota keluarga yang menjadi buruh tani.
12
Tabel 5.16. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek sosial desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PTPN VI tahun 2010
Nama Desa Jarak desa dari PKS (KM)
Surat Miskin yg dikeluar-kan desa 1
thn terakhir
Anggota Kel yang menjadi Buruh Tani
Suka Makmur 0 60 150
Marga Mulia 1 150 83Rantau Harapan 9 20 50
Bukit Mulia 10 10 100
Jumlah 240 383Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2011 dan data Podes BPS tahun 2010
5.3.1.2. Dampak PKS dan Kebun PT.SAL 1 terhadap Desa-Desa dalam Wilayah Grafitasi
a. Dampak PKS terhadap aspek demografi Desa
Kegiatan yang dilakukan oleh PKS dan Kebun PT.SAL 1 yang berpusat
di Desa Muaro Delang berdampak terhadap beberapa parameter demografi
dan dampak tersebut dapat dilihat pada masing-masing desa sesuai jaraknya
dari lokasi PKS. Dampak tersebut ada yang nyata dan positif, nyata dan
negatif, dan ada yang tidak nyata. Berikut adalah hasil analisa data dampak
PKS terhadap masing-masing parameter demografi.
Dampak tersebut terihat nyata pada aspek jumlah penduduk desa,
jumlah KK dalam desa, jumlah rumah, jumlah penduduk yang datang dan
jumlah penduduk yang keluar. Dimana desa yang paling dekat dengan lokasi
PKS cenderung memiliki jumlah penduduk, jumlah KK, dan jumlah rumah
yang lebih besar dari desa desa yang jauh dari lokasi PKS. Demikian juga
dengan parameter jumlah penduduk datang dan jumlah penduduk keluar
cenderung lebih besar pada desa yang paling dekat ke lokasi PKS
dibandingkan dengan desa yang jauh.
13
Tabel 5.17. Jarak desa dari PKS dan perubahan aspek demografi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PT.SAL 1 tahun 2010
Nama Desa Jarak dari Pabrik (KM)
Jumlah Penduduk
(orang)
Jumlah KK
(KK)
Jumlah rumah (Unit)
Penduduk datang (orang)
Penduduk keluar (orang)
Muaro Delang 0 5.081 1.011 1.003 6 4
Sinar Gading 1 3.271 834 764 4 3
Sungai Sahut 5 3.223 873 873 0 0
Jumlah 11.575 2.718 2.640 10 7
Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2011 dan data Podes BPS tahun 2010
b. Dampak PKS terhadap Aspek Ekonomi Desa
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh PKS dan Kebun PT.SAL 1
yang berpusat di Desa Muaro Delang juga berdampak terhadap beberapa
parameter ekonomi dan dampak tersebut dapat dilihat pada masing-masing
desa sesuai jaraknya dari lokasi PKS. Dampak tersebut ada yang nyata dan
positif, nyata dan negatif, dan ada yang tidak nyata. Berikut adalah hasil
analisa data dampak PKS terhadap masing-masing parameter demografi.
Dampak tersebut terihat nyata pada aspek jumlah pasar desa, jumlah
toko/restoran/warung dalam desa, jumlah mini market, jumlah kios pertanian.
Dimana desa yang paling dekat dengan lokasi PKS cenderung memiliki
jumlah pasar desa, toko/restoran/warung, jumlah mini market, dan jumlah kios
pertanian yang lebih besar dari desa desa yang jauh dari lokasi PKS. Namun,
sebaliknya pada parameter jumlah koperasi cenderung lebih sedikit pada desa
yang dekat dari pada desa yang jauh dari lokasi PKS.
14
Tabel 5.18. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PT.SAL 1 tahun 2010
Nama DesaJarak desa dari PKS
(KM)
Jumlah pasar desa
Jumlah Toko/
warung / restoran
Jumlah Mini
Market
Jumlah Koperasi
Jumlah Kios
Pertanian
Muaro Delang 0 1 46 1 1 7
Sinar Gading 1 0 4 0 2 3
Sungai Sahut 5 0 10 0 2 1
Jumlah 1 60 1 5 11
Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2011 dan data Podes BPS tahun 2010
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan oleh PKS dan Kebun PT.SAL 1
yang berpusat di Desa Muaro Delang juga berdampak terhadap beberapa
parameter ekonomi lainnya. Dampak tersebut terlihat nyata pada aspek %
lahan non pertanian dan % jumlah KK pertanian tetapi tidak nyata untuk
parameter jumlah industri kecil. Dimana desa yang paling dekat dengan lokasi
PKS cenderung memiliki % lahan non pertaniain dan % jumlah KK pertanian
yang lebih besar dari desa yang jauh dari lokasi PKS. Namun, sebaliknya pada
parameter jumlah industri kecil yang berdampak kurang nyata terhadap
parameter tersebut.
Tabel 5.19. Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PT. SAL 1 tahun 2010 (lanjutan)
Nama Desa Jarak desa dari PKS (KM)
Jumlah Industri
kecil
% Lahan Non pertanian
% KK Pertanian
Muaro Delang 0 10 17,98 70
Sinar Gading 1 15 16,92 70
Sungai Sahut 5 6 10,23 50
Jumlah 31
Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2011 dan data Podes BPS tahun 2010
Selanjutnya hasil analisa dampak PKS dan Kebun PT.SAL 1 yang
berpusat di Desa Muaro Delang berdampak nyata terhadap parameter tinggi
15
pendapatan rata-rata dan tingkat ketimpangan pendapatan penduduk. Namun
dampak tersebut terlihat nyata dan negatif terhadap parameter tingginya
pendapatan rata-rata. Artinya Desa yang lokasinya lebih dekat ke lokasi PKS
cenderung memperoleh pendapatan rata-rata yang lebih besar dari
pendapatan rata-rata penduduk yang lokasinya jauh dari PKS. Namun,
kegiatan PKS juga berdampak terhadap tingkat ketimpangan pendapatan,
dimana desa yang paling dekat dengan lokasi PKS cenderung memiliki tingkat
ketimpangan yang lebih tinggi dari pada desa yang lokasinya jauh dari PKS.
Tabel 5.20. Jarak desa dari PKS dan aspek ekonomi desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PT. SAL 1 tahun 2010 (lanjutan)
Nama DesaPendapatan
terendah (Rp)
Pendapatan tertinggi
(Rp)
Pendapatan Rata-rata
(Rp)
Tingkat ketimpangan (Gini Ratio)
Muaro Delang 1.800.000 15.000.000 5.955.000 0,3066 (sedang)
Sinar Gading 2.000.000 12.000.000 5.670.000 0,2635 (rendah)
Sungai Sahut 2.300.000 10.000.000 5.020.000 0,2968 (rendah)
Sumber : Diolah dari data primer, 2011
c. Dampak PKS terhadap Aspek Sosial Desa
Kegiatan di PKS PT.SAL 1 juga berdampak terhadap aspek sosial, yaitu
terhadap jumlah surat miskin yang dikeluarkan kepala desa dan terhadap
jumlah anggota keluarga yang menjadi buruh tani. Dimana di Desa Muaro
Delang yang berjarak sangat dekat dengan lokasi PKS paling banyak jumlah
surat miskin yang dikeluarkan kepala desa dan paling banyak juga untuk
jumlah anggota keluarga yang menjadi buruh tani.
16
Tabel 5.21 Jarak desa dari PKS dan beberapa aspek sosial desa di Lingkungan Wilayah Grafitasi PKS PT. SAL 1 tahun 2010
Nama Desa Jarak desa dari PKS (KM)
Surat Miskin yg dikeluar-kan desa 1
thn terakhir
Anggota Kel yang menjadi Buruh
TaniMuaro Delang 0 27 215
Sinar Gading 1 8 116
Sungai Sahut 5 10 60
Jumlah 45 391Sumber : Diolah dari data Waclimad, 2011 dan data Podes BPS tahun 2010
VI. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 1. Perkebunan besar dan perkebunan rakyat kelapa sawit dilihat dari luas
lahan, produksi, dan nilai ekspor di Provinsi Jambi telah berkembang
dengan pesat, terutama sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2008.
Namun perkembangan perkebunan besar swasta lebih cepat dari
perkembangan perkebunan besar negara dan perkebunan rakyat.
2. Perkebunan besar kelapa sawit baik Pemerintah maupun swasta
berdampak terhadap perkembangan desa, terutama terhadap aspek
demografi, yaitu meningkatkan jumlah penduduk. Berdampak positif
terhadap perkembangan pasar desa yang terlihat dari jumlah
toko/restoran/warung, mini market, kios pertanian, dan perkembangan
industri kecil. PKS dan perkebunan besar juga meningkatkan pendapatan
rata-rata penduduk. Namun, PKS berdampak terhadap besarnya
ketimpangan pendapatan, dimana desa yang dekat ke lokasi memperoleh
tingkat ketimpangan yang lebih besar dari desa yang jauh.
3. Perkebunan besar kelapa sawit baik Pemerintah maupun swasta juga
berdampak berdampak terhadap perkembangan desa dalam aspek
sosial, yaitu meningkatnya jumlah surat miskin yang dikeluarkan kepala
desa dan bertambahnya jumlah anggota keluarga yang menjadi buruh
tani.
17
6.2. Saran 1. PKS dan Perkebunan besar kelapa sawit dapat dijadikan faktor penggerak
dalam pembangunan desa-desa di Provinsi Jambi, terutama dalam
menggerakkan luas dan produksi perkebunan rakyat kelapa sawit.
2. PKS dan pekebunan besar kelapa sawit dapat dijadikan sebagai faktor
penggerak pembangunan ekonomi, sosial, dan demografi desa. Namun,
perlu dikendalikan sedemikian rupa supaya tidak terjerumus kedalam
masalah ketimpangan pendapatan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ace Partadiredja,1983. Perhitungan pendapatan nasional (edisi ke empat). LP3ES. Jakarta.
Anggiat Heriyanto (2009). Peranan perkebunan kelapa sawit dalam perekonomian wilayah di Provinsi Jambi. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
Anto Dayan, 1991. Pengantar metoda statistik (edisi 15), jilid 1 dan 2. LP3ES. Jakarta.
Bambang Suwarno, 2007. Cara menggunakan dan memaknai analisis jalur (Path Analysis). Alfabeta. Bandung.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2008. Laporan Tahunan. Disbun Provinsi Jambi. Jambi.
Ernan, R, Sunsun, S,Dyah, R,P,2009. Perencanaan dan pembangunan wilayah. Crestpent Press dan YOI. Jakarta.
Glasson, J,1977. Pengantar perencanaan regional, terjemahan oleh Paul Sitohang. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.
Isard, W, Iwan, J,A, Drennan, P,M, Miller, E,R, Saltzman, S, Thorbecke,E, 1998. Methods of interregional and regional analysis. Ashgate. Singapore.
Lardaro, L,1993. Applied Econometrics. Harper Collins College Publishers. New York.
Mudradjad Kuncoro,2003. Metode Riset untuk bisnis dan ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Richardson,H,W,1977. Dasar-dasar ilmu ekonomi regional. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.
Robert K, Yin, 2004. Studi Kasus, desain dan metode. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Francis Ferroux, 1955 dalam Sjafrizal, 2008. Ekonomi regional, teori dan aplikasi. Baduose Media. Padang.
Sjafrizal, 2008. Ekonomi regional, teori dan aplikasi. Baduose Media. Padang.Sjafrizal, 2009. Teknik praktis penyusunan rencana pembangunan daerah.
Baduose Media. Padang.Soepadiyo Mangoensoekarjo dan Haryono Semangun,2005. Manajemen
agrobisnis kelapa sawit. UGM Press. Yogayakarta.18
19
LAPORAN
PENELITIAN KELOMPOK
DAMPAK PERKEBUNAN BESAR KELAPA SAWIT TERHADAP PEREKONOMIAN DESA
DI PROVINSI JAMBI
OLEH
IR.ARMEN MARA, M.Si
IR.YANUAR FITRI, M.Si
Dibiayai Oleh Penerimaan Negara Bukan Pajak dalam DIPA Universitas Jambi
Tahun Anggaran 2011 Sesuai Dengan Surat Perjanjian Penugasan
Pelaksanaan Penelitian pada Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana
Universitas Jambi
Nomor : 241/H21.6/PL/2011
Tanggal: 13 Juni 2011
PROGRAM STUDI S2 AGROBISNIS
20
UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2011
21
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KELOMPOK
1. Judul Penelitian : Dampak Perkebunan Besar Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Desa di Provinsi Jambi
2. Bidang Ilmu Penelitian
: Ilmu Pertanian
3. Ketua Peneliti a.Nama lengkap : Ir.Armen Mara, M.Si b.Jenis kelamin : Laki-laki c.NIP : 195710101988031003 d.Pangkat/Golongan : Pembina/IV/a e.Jabatan fungsional : Lektor Kepala f.Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agrobisnis g.Perguruan Tinggi : Universitas Jambi4. Jumlah Tim Peneliti : 2 Orang5. Lokasi Penelitian : Provinsi Jambi6. Waktu Penelitian : 8 Bulan7. Biaya : Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah)
Jambi, 15 November 2011Mengetahui: Ketua Peneliti Ketua Program Pasca Sarjana Unja
Dr.Suratno,S.Pd, M.Si Ir. Armen Mara, M.SiNIP.196005281989021001 NIP.195710101988031003
Menyetujui: Ketua Lembaga Penelitian Unja
Prof.Dr.Ir.H.R.A.Muthalib,MS NIP. 195910311985031005
22
23
24