Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam...

43
INDIKASI MAYOR MINOR KE-SAHIH-AN SANAD DAN MATAN HADIS A. Pendahuluan Hadis adalah sumber ajaran islam yang kedua setelah Al-qur’an, namun untuk menjadikannya sebagai sumber, atau dasar pengamalan, perlu di klarifikasi terlebih dahulu mana hadis yang bisa kita amalkan dan mana yang tidak bisa kita jadikan sebagai hujjah. Secara historis saja hadis itu sudah mengalami kodifikasi, atau perbaikan di sebabkan banyaknya hadis-hadis yang muncul bukan dari perkataan, perbuatan, taqrir Rasulullah, akan tetapi hadis itu dibuat dan dimunculkan dengan berbagai kepentingan, maka inilah yang dinamakan hadis palsu atau hadis maudu’ , hadis ini tak obahnya seperti hadis sahih, sangat sulit membedakannya terkecuali orang-orang yang memang fasih dan ahli dalam hadis. Hadis yang dapat kita perpegangi, yang menjadi dasar pengamalan, atau sumber dan hujjah yang memang di terima adalah hadis sahih. Mengukur ke-sahih-an hadis hanya terletek pada dua aspek yang pertama, aspek sanad dan yang kedua aspek matan. Dalam hal ini saya akan mencoba menjelaskan spesifik mungkin tentang hadis sahih, bagaimana syarat-syarat dikatakan hadis sahih, bagaiman indikasi mayor dan minor kesahehan sanad dan ke-sahih-an matannya. 1

Transcript of Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam...

Page 1: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

INDIKASI MAYOR MINOR KE-SAHIH-AN SANAD DAN MATAN HADIS

A. Pendahuluan

Hadis adalah sumber ajaran islam yang kedua setelah Al-qur’an, namun

untuk menjadikannya sebagai sumber, atau dasar pengamalan, perlu di

klarifikasi terlebih dahulu mana hadis yang bisa kita amalkan dan mana yang

tidak bisa kita jadikan sebagai hujjah. Secara historis saja hadis itu sudah

mengalami kodifikasi, atau perbaikan di sebabkan banyaknya hadis-hadis yang

muncul bukan dari perkataan, perbuatan, taqrir Rasulullah, akan tetapi hadis itu

dibuat dan dimunculkan dengan berbagai kepentingan, maka inilah yang

dinamakan hadis palsu atau hadis maudu’, hadis ini tak obahnya seperti hadis

sahih, sangat sulit membedakannya terkecuali orang-orang yang memang fasih

dan ahli dalam hadis.

Hadis yang dapat kita perpegangi, yang menjadi dasar pengamalan, atau

sumber dan hujjah yang memang di terima adalah hadis sahih. Mengukur ke-

sahih-an hadis hanya terletek pada dua aspek yang pertama, aspek sanad dan

yang kedua aspek matan. Dalam hal ini saya akan mencoba menjelaskan

spesifik mungkin tentang hadis sahih, bagaimana syarat-syarat dikatakan hadis

sahih, bagaiman indikasi mayor dan minor kesahehan sanad dan ke-sahih-an

matannya.

B. Pengertian Sanad

Kata sanad al-sanad berasal dari kata sanada, yusnadu, sanadan, secara

bahasa berarti mu’tamad (sandaran, tempat bersandar, tempat berpegang, yang

dipercaya, yang sah). Di katakan demikian karena hadis itu bersandar

kepadanya dan dipegangi atas kebenaran.1Sanad juga disebut dengan thariq,

yang artinya jalan, yaitu jalan yang dapat menghubungkan matnul hadis

kepada junjungan Nabi SAW2

1 Usman sya’roni, Otentsitas Hadis Menurut Ahli Hadis Dan Sufi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002),h.9

2 Fatchur Rahman, Mustalahul Hadis (Bandung: Al-Ma’arif, 1981), h.24.

1

Page 2: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Pengertian lain bahwa sanad menurut bahasa adalah al-mu’tamadu yang

artinya sesuatu yang di jadikan pegangan, kenapa dinamakan demikian karena

matan disandarkan kepadanya dan berpegang padanya.3

Sedangkan pendapat al-Badr ibn al-Jamaah dan al-Tibby keduanya

berpandapat bahwa sanad adalah pemberitaan tentang munculnya matan hadis.

Sedangkan ulama lain memberikan pengertian yang berbeda yaitu silsilah atau

rentetan para periwayat yang menukilkan hadis dari sumbernya yang pertama.4

Dari berbagai pengertian di atas dapat pemakalah simpulkan bahwa

sanad ialah suatu mata rantai penghubung matan hadis hingga ke Nabi

Muhammad SAW.

C. Pengertian Matan

Menurut bahasa, kata matan berasal dari bahasa Arab matnun artinya

punggung jalan (muka jalan), tanah yang tinggi dan keras. Matan menurut ilmu

hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad SAW., yang

disebut sesudah habis disebutkan sanad. Matan hadis terbagi tiga, yaitu

ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW.,5

Pendapat lain bahwa dari segi bahasa adalah punggung jalan atau

gundukan, bisa juga bermakan isi dan matan. Dan adapun secara terminologi

adalah akhir dari rentetan perawi dalam sebuah sanad.6

Terkait dalam beberapa pengertian diatas pemakalah dapat simpulkan

bahwa matan adalah teks atau redaksi hadis yang telah di riwayatkan oleh para

perawi mulai dari Nabi Muhammad SAW., sampai kepada periwayat terakhir.

D. Indikasi mayor dan minor ke-sahih-an sanad

1. Indikasi Mayor

Pada awalnya ulama hadis sampai abad ke-3 (tiga) masih belum jelas

memaparkan hadis sahih dengan defenisi, hanya Imam Al-Syafi’I yang

menjelaskan bahwa hadis yang dapat di jadikan hujjah (dalil), hadis ahad 3 Mahmud Al Thohhan, Dasar-Dsar Ilmu Takhrij Dan Studi Sanad (Semarang: Toha

Putra, 1995), h.141.4 Suryadi & Muhammad Alfatih Suryadilaga, Metodologi Penelitian Hadis (Yokyakarta:

Teras,2009), h. 18.5 Bustamin. Dkk Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 59.6 Zeid B. Smeer, Ulmul Hadis Pengantar Studi hadis Praktis (Malang: UIN Press, 2008), h.

59.

2

Page 3: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

tidak akan di terima menjadi hujjah terkecuali memenuhi dua syarat.

Pertama, hadis tersebut di riwayatkan oleh orang yang tsiqah (adil dan

dhabit) kedua, rangkaian sanad-nya bersambung dengan Nabi Muhammaad

Saw, atau dapat juga tidak sampai.7

Penelitian sanad yang dilakukan ulama terdahulu dengan berbagai

kaedah bertujuan untuk mengetahui kualitas suatu hadis apakah hadis

tersebut diterima (maqbul) atau ditolak (mardud).8 Hadis yang kualitasnya

tidak memenuhi syarat-syatrat tertentu, yang dalam hal ini adalah syarat-

syarat yang diterima (maqbul) nya suatu hadis, maka hadis tersebut tidak

dapat digunakan sebagai hujah.

Pemenuhan syarat itu diperlukan, karena hadis merupakan salah satu

sumber ajaran Islam. Penggunaan hadis yang tidak memenuhi syarat akan

mengakibatkan ajaran Islam tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.9

Dengan dilakukannya penelitian sanad, maka akan dapat diketahui apa yang

dinyatakan sebagai Hadis Nabi itu benar-benar dapat dipertanggung

jawabkan ke-sahih-annya berasal dari beliau ataukah tidak.10

Adapun Indikasi Mayor atau tanda-tanda yang paling utama bahwa

sanad dari hadis tersebut di ketahui sahih atau (maqbul) adalah sebagai

berikut:

a. Sanad bersambung

b. Seluruh periwayat dalam sanad bersifat ‘adil

c. Seluruh periwayat dalam sanad bersifat dabit

d. Sanad hadis itu terhindar dari syuzzuz

e. Sanad hadis terhindar dari ‘illat11

Maksud sanad bersambung ialah tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis,

menerima riwayat hadis dari periwayat terdekat sebelumnya, keadaan itu

berlangsung demikian sampai akhir sanad dari hadis tersebut.12

7 Ibid., h. 22.8 Nur al-Din ‘Atay, Manhar al-naqd fi Ulum al-Hadis (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), h.5. 9 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara sumber Widya, 2001) h.34310 M.Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan sanad Hadis (Jakarta: Bulan Bintang ,1988), h. 511 Ibid, h.12612 Subhi as-Salih, Ulumul al-Hadis wa Mustalahuhu (Beirut: Dar al-Ilmi al-

Malayin,1977), h.45. Lihat Fathur Rahman,Ikhtisar Musthalahul Hadis , Bandung: al-

3

Page 4: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Adapun indikasi atau tanda-tanda yang telah pemakalah sebutkan

diatas, adalah tanda-tanda secara garis besar atau indikasi mayor, untuk

lebih jelas pemakalah akan menjelaskan labih rinci atau lebih sefesifik pada

pembahasan yang selanjutnya bagaimana yang di sebut dengan sanadnya

bersambung, dhabith atau kualitas intelektualnya, bagaimana yang disebut

dengan rawi yang adil, terhindar dari syadz dan juga illat,

2. Indikasi Minor

Indikasi minor adalah lawan dari indikasi mayor yang telah pemakalah

sebutkan di atas, bararti indikasi minor adalah tanda-tanda secara garis kecil,

atau bisa juga dikatakan sebagai penjelasan indikasi minor tersebut,

sehingga akan lebih jelas apa yang di maksud dengan bersambung sanad-

nya, bagaimana seharusnya sifat atau tingkah laku rawi supaya bisa

dikatagorikan rawi yang adil, bagimana ukuran kekuatan intelelaktual pe-

rawi atau ke-dhabit-annya sehingga hadis yang diriwayatkanya biasa

dikatagorikan dengan hadis yang sahih dan bukan hadis hasan, dan

bagaimana yang di maksudkan bahwa sanad hadis tersebut terhindar dari

syadz dan illat.

Maka untuk menjelaskan itu kita tidak terlepas dari standar ke-sahih-an

sanad yang telah di tetapkan di atas walaupun hanya secara garis besar,

syarat-syarat di atas telah disepakati para ulama hadis walaupun redaksi

berbeda, adapun indikasi minornya sebagai berikut:

a. Aspek kebersambungan sanad

Tidak selalu terdapat keseragaman pendapat mengenai konsep

kebersambuingan sanad ini. Untuk menunjuk polemik tersebut, misalnya

dapat di majukan dengan konsep yang di gulirkan oleh al-Bukhori. Ia

berpendapat bahwa sanad di anggap bersambung apabila memenuhi

kriteria berikut:

1) Al-liqa’

Yakni adanya interaksi atau pertemuan langsung antara satu

perawi dengan perawi berikutnya, dengan adanya suatu interaksi

Ma’arif .1974), h.122

4

Page 5: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

langsung antara murid dengan gurunya, artinya mendengar atau

menyimak langsung suatu hadis dari gurunya13

2) Al-mu’asharah

Yakni bahwa sanad di anggap bersambung apabila kehidupan

guru dan muridnya terjadi dalam waktu atau kurun yang sama.14

Muslim juga berpendapat dengan hal yang demikian, hanya saja

perbedaan antara al-Bukhori dengan Muslim hanya pada titik

pertemuan langsung antara guru dengan muridnya, al-Bukhori

menetapkan harus adanya pertemuan antara guru dengan murid

walaupun hanya sekali saja. Sedangkan Bagi muslim sebuah sanad di

katakan telah bersambung apabila antara satu dengan perawi

berikutnya memungkinankan mereka bertemu karena keduanya hidup

dalam kurun waktu yang sama sementara letak giografis mereka

tinggal memungkinkan mereka bertemu jika di bandingkan kondisi

saat itu. Dengan demikian, berarti Muslim hanya menekankan

kebersambungan sanad itu pada aspek al-mu’asharah semata. 15

Jika dilihat perbedaan yang dipatok oleh Bukhari dan Muslim

sebagai mana di atas, dapat di katakan bahwa kriteria al-Bukhari yang

layak menduduki peringkat pertama. Dengan mengacu kepada

kebersambungan sanad yang demikian inilah posisi al-Bukhori

menduduki peringkat pertama di bandingkan dengan kitab hadist

karya Muslim maupun kitab-kitab hadist lainnya, bahkan jumhur

ulama juga sepakat menjadikan sahih al-Bukhari sebagai hadis kitab

pertama.16

Dalam periwayatan hadis terdapat dua kegiatan yakni kegiatan

menerima hadis dan kegiatan menyampaikan hadis, dalam kegiatan

menerima hadis menurut al-Qadhi `Iyadh dan Ibn al-Shalah keduanya

13 Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis (Malang: UIN Press, 2010), h. 11214 Ibid.,15 Bustamin, Metodologi Kritik Hadis. h. 23.16 Umi Sumbulah, Kritik Hadis Pendekatan Historis Metodologis (Malang: UIN Press,

2010), h. 46.

5

Page 6: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

berpendapat bahwa seseorang dapat dipandang layak menerima hadis

setelah umurnya mencapai lima tahun17

Akan tetapi Umi Sumbulah lebih memperluas bahwa seorang

yang dapat menerima hadis tidak hanya mengacu kepada batas bawah

umurnya, namun juga mengacu keakuratan kesetiaan hafalannya,

artinya walaupun seseorang itu sudah memenuhi kriteria umur yakni

umur lima tahun belum sepenuhnya dapat diterima tanpa

memperhatikan keakuratan dan kesetiaan hafalannya. Disamping

menyangkut aspek biologis (umur) ternyata para ulama juga tidak

mensyaratkan bahwa seseorang layak menerima hadis harus beragama

Islam, akan tatapi ketika mentransformasikan hadis tersebut atau

mu’addi dia harus berstatus sebagai muslim.18

Argumentasi yang di formulasikan para ulama di atas terkesan

mempermudah periwayatan hadis akan tetepi semua yang mereka

lakukan dengan penuh pertimbangan antara lain:

1. Para ulama mempertimbangkan adanya kekhawatiran akan hilang

dan tidak terkumpulkan sejumlah hadis Rasulullah, karena hadis itu

tidak semua di dengar oleh sahabat yang memeluk agama islam

atau mereka yang telah mencapai usia baligh.

2. Meskipun transformasi hadis tidak mensyaratkan harus baligh dan

muslim, akan tetapi ketika proses al-ada kedua syarat tersebut

harus terpenuhi sehingga kekhawatiran manipulasi dan kesalahan

periwayatan akan di tepis dengan persyaratan baligh dan muslim.19

Dalam mentrasformasikan atau menyebarkan dan menyampaikan

hadis, ada beberapa metode yang biasa dilakukan seseorang dalam

menerima hadis baik di masa sahabat hingga masa-masa berikutnya hingga

kodifikasi hadis itu sendiri, yang kebanyakan para ulama telah

menyepakatinya, dan adapun delapan metode tersebut adalah:

1) Al-sima`,

17 Sumbulah, Kajian Kritis . h.65.18 Ibid., h. 65-66.19 Sumbulah, Kritik Hadis . h. 50.

6

Page 7: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Metode al-sima` ini adalah metode yang dilakukan dengan cara

mentrasformasikan hadis dengan cara seorang murid mendengarkan

bacaan atau kata-kata dari gurunya, dan metode ini terbagi dua yakni

dengan cara pendiktean guru atas muridnya berdasarkan hafalan, dan

yang kedua pendiktean dengan cara tulisan. Namun para ulama tidak

membedakan diantara keduanya baik bobot dan akurasinya bahkan

mereka menyamakannya, dan metode ini yang memiliki bobot akurasi

tertinggi dari metode-metode yang lainnya menurut jumhur ulama.20

Sighat atau lafadz yang di gunakan dalam periwayatan hadis

dengan metode al-sima yang disepakati penggunaannya adalah:

a) Akhbarani dan akhbaranaa اخبرنا اخبرنيb) Haddatsani dan haddatsanaa حدثنا حدثني

c) Sami’tu dan sami’naa سمعنا سمعت

Sedangkan lambang atau sighat yang tidak di sepakati dalam

periwayatan hadis dengan menggunakan metode al-sima’ adalah: qala

lana ( لنا 21.(ذكرلنا) dan dzakara lana (قال

2) Al-qira`ah,

Metode al-qira`ah ada persamaan dan perbedaan dengan metode

al-sima`, metode al-qira`ah adalah yang dilakukan dengan cara seorang

murid membacakan tulisan atau hafalan kepada gurunya, baik ia sendiri

yang membacanya atau orang lain yang membacanya, sedangkan ia

mendengarkannya.22

Terdapat beberapa perbedaan pendapat tentang tentang bobot dan

akurasi metode al-qira`ah antara lain:

a) Pendapat Abu Hanifah, Ibn Abi Dzi’b dan lain-lain mengatakan

bahwa membacakan hadis terhadap guru lebih tinggi akurasinya

dibandingkan mendengarkan bacaan dari guru,

b) Pendapat ulama Hijaz, ulama Kufah, Imam Malik dan sahabat-

sahabat serta guru-gurunya dari ulama madinah, al-Bukhari dan lain-

20 Sumbulah, Kajian Kritis. h. 67.21 Ibid.,h, 68.22 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 51-52.

7

Page 8: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

lain berpendapat cendrung menyamakan bobot akurasi metode al-

qira`ah ini dengan metode al-sima`.

c) Pendapat Jumhur ulama, mereka berpendapat bahwa metode al-

sima` lebih tinggi bobot akurasinya dengan metode al-qira`ah dan

mereka memposisikan metode al-qira`ah ini dalam posisi kedua

setelah metode al-sima.23

Sighat yang di gunakan dalam periwayatan hadis dengan metode

al-qira`ah yang disepakati penggunaannya adalah:

a) qara`tu ‘alaihi عليه قرأت

b) quri`at ‘alahi عليه قرأت

c) haddatsanaa ‘alaihi عليه حدثنا

d) akhbaranaa ‘alaihi عليه أخبرناcontoh Shighat / Lapadz:

بير قال ه بن الز حدثنا الحميدي عبد الل حدثنا سفيان قال حدثنا يحيى بن سعيد األنصاري قال أخبرني محمد بن إبراهيميثي ه سمع علقمة بن وقاص الل يمي أن الت

ه يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي اللعنه على المنبر

ه عليه ه صلى الل قال سمعت رسول اللما لكل ات وإن ي ما األعمال بالن م يقول إن وسل

امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إلى دنيا يصيبها أو إلى امرأة ينكحها فهجرته إلى ما

هاجر إليهsedangkan lafadz atau sighat yang tidak disepakati

penggunaannya dalam metode al-qira`ah adalah: sami’tu, haddatsana,

akhbarana, qala lana dan dzakara lana.24

3) Al-ijazah

23 Ibid.,24 Sumbulah, Kajian Kritis. h. 70.

8

Page 9: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Al-ijazah adalah metode yang penyebaranya dilakukan dengan cara

seorang guru mengijinkan muridnya untuk menyebarkan, mengajarkan

atau mentrasformasikan hadis baik melalui lafadz (bacaan) maupun

dengan tulisan. Misalkan dengan ungkapan “ aku ijinkan kamu

meriwayatkan sahih al- Bukhari.25

Metode al-ijazah terdapat beberapa model, enam yang di tawarkan

oleh Qodhi’Iyadh, dan kemudian Ibn al-Shalah menggenapkan menjadi

tujuh, berikut ini klasifikasinya:

a) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru kepada seseorang atau

beberapa orang-orang tertentu dari beberapa muridnya

b) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru terhadap murid tertentu,

namun hadis dan kitab yang diijazahkan itu tidak tertentu (tidak

jelas)

c) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru terhadap atau ditujukan

kepada kalangan umum (tidak tertentu)

d) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru terhadap atau kepada

orang yang majhul dengan hadis yang majhul pula

e) Pengijazahan yang dilakukan seorang terhadap atau ditujukan

kepada seseorang yang belum ada, seperti pengijazahan kepada anak

yang belum lahir

f) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru terhadap muridnya,

namun yang diijazahkan tersebut adalah hadis yang belum pernah

didengar

g) Pengijazahan yang dilakukan seorang guru terhadap muridnya

dengan ungkapan secara majazi,26

Sighat yang di sepakati penggunaannya dalam metode al-ijazah

adalah:

a) Ajazanaاجزنا b) Ajazali اجزلي c) Anbaani ijazah اجازة انبئني

25 Suryadi, Metodologi Penelitian Hadis. h.70.26 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 54-55.

9

Page 10: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Adapun sighat yang tidak disepakati penggunaannya dalam metode

al-ijazah adalah: Haddatsana, Akhbarana, Qala lana, Dzakara lana,

Anbaani disingkat menjadi abani dan Anbaana disingkat menjadi anba

dan abna27

4) Al-munawalah

Metode ini adalah metode periwayatan hadis yang dilakukan

dengan cara seorang guru menyerahkan kitab atau lembaran catatan

hadis kepada muridnya agar diriwayatkan dengan sanad-nya (guru

tersebut), metode al-munawalah terbagi dua model antara lain:

a) Al-munawalah yang disertai dengan al-ijazah

b) Al-munawalah yang tidak disertai dengan al-ijazah28

Dalam hal ini para ulama lebih menerima model Al-munawalah,

yang disertai al-ijazah. Dan cendrung melarang Al-munawalah tanpa

al-ijazah. Dan adapu sighat yang di gunakan dalam metode ini adalah:

a) Anba`ana dan anba`ani

b) Nawalni dan nawalna29

5) Al-mukatabah/ Al-Kitabah

Metode al-mukatabah adalah metode periwayatan hadis yang

dilakukan dengan cara seorang guru menuliskan hadisnya yang

didengarnya dan kemudian diberikan kepada muridnya, baik yang hadir

maupun yang tidak hadir. Meode ini mempunyai dua model antara lain:

a) Metode menuliskan hadis yang kemudian dibarengi dengan ijazah

agar hadis tersebut diriwayatkan oleh murid yang dituliskan tersebut

contohnya: اجزتك اليك او لك ماكبتت

b) Metode menuliskan hadis namun tidak di barengi dengan ijazah

contoh lafadz-nya: اوجزت وال لك وارسل االحاديث بعض لك اكتب انا برايتها

Sighat yang di pakai dalam periwayatan hadis dengan

menggunakan metode al- mukatabah adalah sebagai berikut:

27 Sumbulah, Kajian Kritis. h. 72.28 Ibid.,29 Ibid., h. 73.

10

Page 11: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

a) Kataba ila pulanun ن فال الى كتب

b) Akhbarani pulanun kitabihi كتابه فالن 30 اخبرنا

6) Al-i`lam

Al-i`lam diformulasikan oleh ulama hadis sebagai sebuah cara

penyebarn hadis yang ditempuh dengan cara seorang guru

mengumumkan atau memberitahukan kepada muridnya bahwa ia telah

mendengar suatu hadis atau kitab hadis, namun tidak ada upaya atau

ungkapan dari seorang guru untuk diriwayatkan oleh muridnya, ulama

berbeda pendapat dengan metode ini, pendapat pertama yang di wakili

Ibn Shalah mengatakan bahwa periwayatan melalui metode ini tidak

dibenarkan, pendapat yang kedua justru menerima periwayatan hadis

melalui metode ini. Dan adapun sighat yang di pakai dalam metode ini

adalah: a’lamani pulanun qala haddatsana31

7) Al-washiyyah

Al-washiyyah adalah suatu bentuk periwayatan hadis yang

dilakukan dengan cara seorang guru berwasiat kepada seseorang ketika

ia meninggal atau sedang bepergian, agar hadis atau kitab hadis yang

diriwayatkan itu diserahkan kepada muridnya dengan lafadz yaitu:32

وصية فالن حدثنى بكذا فالن الى اوصى8) Al-wijadah

Al-wijadah adalah suatu bentuk periwayatan hadis yang dilakukan

dengan cara seorang murid menemukan tulisan hadis yang diriwayatkan

oleh gurunya, mengenai bobot dan akurasinya kebanyakan para ulama

berpendapat bahwa periwayatan dengan metode ini tidak

diperbolehkan, dengan lafadz: فالن بخط فالن dan قرأت بخط وجدت

Dari beberapa metode yang disebutkan di atas bahwa maka akan

muncul sighat, lafadz, atau redaksi yang bermacam-macam dalam

menyampaikan dan menerima hadis, maka dalam hal ini ulama masih

berbeda pendapat tentang mana yang lebih tinggi bobot akurasinya. Akan

30 sya’roni. Otentsitas Hadis. h. 30-31.31 Suryadi, Metodologi Penelitian Hadis.h. 71.32 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 59.

11

Page 12: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

tetapi semua redaksi itu dapat di rangkum menjadi dua kelompok antara

lain:

1) Shighat jazm/mabni maf’ul yaitu lafadz-lafadz yang menggunakan

redaksi langsung antara lain: sami’tu, sami’na, haddatsana, qala li,

akhbarani dan anba’ana.

2) Shighat tamrid/ mabni majhul yaitu lafadz-lafadz yang menunjukkan

kemungkinan mendeengar sendiri dan mungkin juga tidak.33

b. Periwayat bersifat adil

Istilah `adalah (adil) secara etiomologi adalah pertengahan, lurus,

condong kepada kebenaran. Dan adapun secara terminologi ulama hadis

mempunyai rumusan yang berbeda-beda di antaranya adalah rumusan al-

Hakim dan al-Naisaburi bahwa perawi yang adil itu adalah perawi yang

tidak berbuat bid’ah dan maksiyat yang menghancurkan moralitasnya.

Berbeda dengan Ibn Shalah yang menambahkan pendapat di atas, yakni

muslim, baligh, berakal, dan tidak berbuat fasiq. M. Syakir menambahkan

satu unsur lagi yaitu dapat dipercaya.34

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perawi yang

adil itu harus muslim, baligh, berakal, memelihara muru’ah, tidak dapat

berbuat bid’ah tidak berbuat maksiat dan dapat dipercaya beritanya.

Namun masih banyak kriteria lain jika disebutkan akan terkumpul menjadi

15 poin, namun kesemuanya itu di simpulkan menjadi empat poin, yakni:

muslim, mukallaf, melaksankan ketentuan agama, dan senantiasa

memelihara citra diri (muru’ah).35

Ke-adil-an seorang rawi, menurut Syuhudi Ismail, harus

memenuhi syarat :

1) beragama Islam

dimana seorang periwayat hadis ketika ia mengajarkan hadis

tersebut sudah dalam keadaan Islam, karena kedudukan kedudukan

33 sya’roni. Otentsitas Hadis. h. 32-33.34 Sumbulah, Kajian Kritis. h.115.35 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 64.

12

Page 13: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

periwayat hadis sangat mulia, akan tetapi berbeda dengan yang

menerima hadis tidak disyaratkan beragama islam.36

2) Mukallaf

Seoarang pe-rawi juga harus mukallaf, karena persyaratan ini sudah

jelas tertera didalam hadis Nabi bahwa orang gila, orang lupa, dan

anak-anak terlepas dari tanggung jawab.37

3) Melaksanakan ketentuan Agama, yakni teguh dalam melaksanakan

adab-adab syara’

4) Memelihara muru’ah.

Muru’ah merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Fathur Rahman mengutip pendapat yang dikemukakan oleh al-Radi,

‘menjaga muru’ah adalah: tenaga jiwa yang mendorong untuk selalu

bertaqwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan-kebiasaan

melakukan dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah

yang menodai muru’ah.38

Ada beberapa cara yang dipedomani ulama hadis, untuk

menetapkan periwayat yang bersifat adil yaitu : Pertama, popularitas

keutamaan periwayat dikalangan ulama hadis. Kedua, penilaian dari

para kritikus periwayat hadis, yang berisi pengungkapan kelebihan dan

kekurangan yang ada pada diri periwayat hadis, Ketiga, penetapan

kaedah al-jarh wa al-ta’dil, yang dipakai ketika para kritikus periwayat

hadis, tidak sepakat dalam menilai pribadi periwayat tertentu.39

Ada beberapa cara menetapkan ke-adil-an periwayat hadis yang

disebutka para ulama, yaitu:

1. Popularitas

Kenapa popularitas menjadi pilihan utama dan menempati posisi

pertama dalam menetapkan keadilan para perawi hadis di sebabkan

karena popularitas di kalangan ulama hadis, itu membuat citra dia

36Bustamin, Metodologi. h.43.37 Ibid,.38 Rahman,Ikhtisar Mustalahul, h. 120. Lihat Ajjaj ,Usul al-Hadis, h. 30539 Syuhudi, Kaedah. h. 134

13

Page 14: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

sangat tidak di ragukan lagi dan ia tidak mungkin berbohong dengan

popularitasnya.

2. Penilaian terhadap kritikus hadis

3. Penerapan kaedah al-jarh wa al-ta’dil.40

c. Periwayat bersifat dabit

kata dhabith berasal dari kata dhabatha, yadhbithu, dhabthan, secara

bahasa berarti yang kuat, yang kokoh, yang tepat dan sempurna

hafalannya, maka dapat disimpulkan bahwa ungkapan rawi yang dhabit

berarti rawi yang cermat dan rawi yang kuat hafalannya.41

Aspek intelektualitas atau daya berfikir dan mengingat (dhabit) yang

bukan hal yang asing dalam hadist dipahami dalam kapasitas kecerdasan

perawi hadist. Istilah dhabit ini secara etiomologi memiliki arti menjaga

sesuatu. Aspek tersebut merupakan salah satu dari sekian persyaratan asasi

yang tidak dapat di tawar dan yang harus ada pada seorang perawi hadist,

untuk bisa diterima riwayat hadis yang disampaikannya.42

Periwayat yang bersifat dhabit adalah periwayat yang hafal dengan

baik riwayat yang telah didengarnya, dan mampu menyampaikan riwayat

yang telah dihafalnya itu tanpa penambahan dan pengurangan.43

Dalam pengertian terminologi ilmu hadist, kita akan menjumpai dan

menemukan berbagai rumusan defenisi dhabit yang ditawarkan para

ulama. Diantaranya di kemukakan oleh al-Sarkhasi bahwa dhabit dapat

dipahami sebagai tingkat kemampuan dan kesempurnaan intelektualitas

seseorang dalam menerima hadist, mampu memahami secara mendalam

makna yang dikandungnya, menjaga dan menghafalnya sebaik mungkin

hingga pada waktu penyebaran dan periwayatan hadist yang didengarnya

tersebut kepada orang lain, yakni hingga proses penyampaian hadist

tersebut kepada orang lain (ada’al hadith).44

40 Sumbulah, Kajian Kritis. h.116.41 sya’roni, Otentsitas.h. 3642 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 64-6543 Syuhudi, Kaedah, h.135-13644 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 65.

14

Page 15: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Artinya adanya keistiqomahan dan konsistensi seorang perawi mulai

dari proses penerimaan hadis hingga sampai penyebarannya tanpa ada

sesuatu yang ditambahi dan dikurangi, walupun tidak harus secara

redaksional akan tetapi secara lisan masih dapat diterima, dan tidak ada

pembedaan di antar keduanya.45

“Ajjaj al-Khatib menyajikan formulasi dhabit ini sebagai intensitas intelektual seorang rawi tatkala menerima sebuah hadist dan memahaminya sebagai mana yang didenganya, selalu menjaganya hingga saat periwayatannya, yakni hafal dengan sempurna jika ia meriwayatkannya berdasarkan hafalannya, faham dengan baik makna yang dikandungnya, hafal benar-benar dengan tulisannya, dan faham betul akan kemungkinan adanya perubahan (tahrif), penggantian (tabdil) maupun pengurangan (tanqis) jika ia meriwayatkan hadis tersebut berdasarkan tulisannya. Dengan model penggetatan periwayatan hadist semacam ini, maka kan dapat menjaganya dari terjadinya lupa dan kesalahan.”46

Aspek dhabit tersebut memeiliki baberapa unsur, jika kita berpegang

teguh dan berpandangan terhadap dua defenisi di atas, adapun unsur-

unsur tersebut adalah: pendengaran. Pemahaman, penjagaan dan

penyampaian secara sempurna.47

Terdapat beberapa metode yang digunakan oleh para ulama untuk

mengetahui ke-dhabit-an seorang pe-rawi, Ibn al-Shalah mengatakan

bahwa ke-dhabit-an seorang pe-rawi hadis dapat diketahui dengan cara

mengkomparasikannya dengan riwayat hadis dari sejumlah pe-rawi yang

tsiqah yang telah terkenal dengan ke-dhabit-annya, jika riwayat seorang

pe-rawi memiliki kesesuaian dengan riwayat sejumlah pe-rawi lain

meski secara makna, maka riwayatnya dapat dijadikan sebagai dalil

keagamaan, namun bila menyalahi , maka hal itu dapat dijadikan indikasi

bahwa seorang pe-rawi tersebut tidak dhabit.48

Mengenai hal ini, Shuhudi Ismail mengajukan pendapatnya bahwa

ke-dhabit-an seorang pe-rawi dapat diketahui melalui beberapa jalan

antara lain:

45 Sumbulah, Kajian Kritis. h. 117.46 Sumbulah, Kritik Hadis. h.65-66.47 Ibid.,h. 6648 Sumbulah, Kritik Hadis. h.119.

15

Page 16: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

1. Kesaksian para ulama dan popularitasnya di mata para muhadditsun

2. Kesesuaian riwayatnya dengan riwayat yang disampaikan oleh pe-

rawi lain yang telah dikenal dengan ke-dhabit-annya, kesesuian

tersebut boleh jadi hanya secara maknawi, atau mungkin secara

redaksional

3. Apabila seorang pe-rawi sesekali mengalami kekeliruan, maka status

dhabit masih layak dipakaikan padanya, namun apabila kekeliruan

tersebut sering terjadi, maka status dhabit yang di sandangnya akan

hilang atau tanggal dengan sendirinya.49

Para ulama hadis membagi periwayat yang bersifat dhabit ini

kepada dua macam, yaitu:

a) Pertama, dhabit sadri , yakni terpeliharanya hadis yang diterimanya

dalam hafalan, sejak dari menerima sampai kepada menyampaikan

kepada orang lain dan ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan

di mana saja diperlukan dan dikehendaki, dan mampu

meriwayatkannya dengan sempurna.50

b) Kedua, dhabit kitab yaitu terpeliharanya periwayatan melalui tulisan

yang dimilikinya dengan mengingat betul hadis yang ditulis,

menjaga dengan baik dan meriwayatkannya kepada orang lain

dengan benar.51

d. Terhindar dari Syadz

Bahwa penelitan syadz dan illat baik dari aspek sanad dan matan

hadis kebanyakan atau mayoritas ulama berpendapat lebih sulit bila di

dibandingkan dengan penelitian terhadap ke-adil-an dan ke-dhabit -an

pe-rawi, serta kebersambungan sanad.52

Akan tetapi, para ulama muhadditsin juga mengakui bahwa

penelitian illat lebih sulit bila di bandingkan penelitian terhadap aspek

syadz. Hal ini disebabkan ketiadaan buku yang di siapkan oleh para

49 Ibid.,50 Sya’roni, Otentsitas Hadis. h. 37.51 Ibid., h. 36-37.52 Sumbulah, Kritik Hadis. h.69.

16

Page 17: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

ulama khusus membahas aspek tersebut dalam bentuk sebuah kitab.

Begitu juga dengan illat. Dengan berbagai alasan tersebut, akhirnya

mereka membuat kesesepakatan bahwa untuk mengetahui aspek syadz

dan juga aspek illat dalam hadist, sangat dibutuhkan pengetahuan yang

luas, mendalam dan telah sering dan terbiasa melakukan penelitian

hadist.53

Dalam terminologi ilmu Hadist, terdapat tiga pendapat tentang

depenisi syadz, yakni:54

“Pertama: Pendapat al-Syafi’I ia berpendapat bahwa hadist baru dinyatakan syadz bila hadist yang diriwayatkan seorang pe-rawi thiqah bertentangan dengan hadist yang diriwayatka oleh sejumlah pe-rawi yang juga thiqah. Dengan demikian, hadist syadz itu tidaklah disebabkan oleh kesendirian individu pe-rawi dalam sanad hadist (fard mutlaq), dan juga tidak disebabkan pe-rawi yang thiqah ““Kedua: Pendapat yang dikemukakan oleh al-Hafidz Abu Ya’la al-Khalili. Ia mengatakan bahwa sebuah hadist diyatakan mengandung syadz apabila memiliki satu jalur saja, baik hadist tersebut di riwayatkan oleh pe-rawi yang thiqah maupun yang tidak, baik bertentangan atau tidak. Hadist syadz menurut al-Khalili sama dengan hadist yang berstatus fard mutlaq. Alasan yang di ungkupkan al-Khalili adalah hadist yang berstatus fard mutlaq itu tidak memiliki syahid, yang memunculkan kesan bahwa perawinya syadz, bahkan matruk.”“Ketiga: Pendapat yang di kemukan oleh al-Naisaburi bahwa hadis diklaim syadz apabila hadis tersebut diriwayatkan oleh seorang pe-rawi yang tsiqah namun tidak terdapat pe-rawi tsiqah lainya yang juga meriwayatkan hadis tersebut, dengan demikian, kerancuan (syadz) sebuah sanad hadis disebabkan oleh ketidak-tsiqah-an seorang pe-rawi hadis”Dari tiga pendapat di atas maka yang paling banyak di anut dan di

ikuti para ulama muhadditsin adalah pendapat Pendapat al-Syafi’I ia

berpendapat bahwa hadist baru dinyatakan syadz bila hadist yang

diriwayatkan seorang perawi thiqah bertentangan dengan hadist yang

diriwayatka oleh sejumlah pe-rawi yang juga thiqah.55 Penulis dapat

menyimpulkan bahwa Ke-syazz-an suatu hadis itu terletak kepada adanya

53 Ibid.,54 Ibid.,55 Bustamin, Metodologi. h.57.

17

Page 18: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

perlawanan antara suatu hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul

dengan hadis yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajih (kuat)

daripadanya, disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau

kelebihan dalam ke-dhabit-an rawi-nya.

M.Syuhudi Ismail, mengatakan ke-syazz-an sanad hadis baru dapat

diketahui setelah diadakan penelitian sebagai berikut: Pertama, semua

sanad yang mengandung matan hadis yang pokok masalahnya sama

dihimpun dan diperbandingkan. Kedua, para periwayat diseluruh sanad

diteliti kualitasnya. Ketiga, apabila seluruh periwayat bersifat tsiqah dan

ternyata ada seorang periwayat yang sanad-nya menyalahi sanad-sanad

lainnya, maka sanad yang menyalahi itu disebut yang syazz sedang yang

lainnya disebut dengan sanad mahfuz.56

e. Terhindar Dari illat.

Secara etiomologi ata secara bahasa illat berarti sakit. Selain itu

ada juga yang mengartikan dengan “sebab dan kesibukan”.57 Dan Illat

menurut istilah ilmu hadis ialah sebab yang tersembunyi yang

merusakkan kualitas hadis, sehingga bisa mengakibatkan tidak-sahih-nya

suatu hadis.58Ibn Shalah mendefenisikan illat sebagai sebab tersembunyi

yang merusak kualitas hadis, karena keberadaannya menyebabkan hadis

yang pada lahirnya berkualitas sahih menjadi tidak sahih lagi.59

“Sedangkan Ibn Taimiyah berpendapat bahwa hadis yang mengandung illat adalah hadis yang sanad-nya secara lahir tampak baik, namun teryata setelah di teliti lebih lanjut, di dalamnya terdapat pe-rawi yang ghalt (banyak melakukan kesalahan), dan sanad-nya mauquf atau mursal, bahkan ada kemungkinan masuknya hadis lain pada hadis tersebut60”Ulama hadis umumnya mengatakan, illat hadis kebanyakan

berbentuk: Pertama, sanad yang tampak muttasil dan marfu’, ternyata

muttasil dan mauquf. Kedua, terjadi percampuran hadis dengan bagian

hadis lain. Ketiga, terjadi kesalahan penyebutan riwayat, karena ada lebih

56 Syuhudi, Kaedah. h. 14457 Sumbulah, Kritik Hadis. h.73.58 Bustamin, Metodologi. h.58.59 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 73.60 Ibid.,

18

Page 19: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

dari seorang periwayat memiliki kemiripan nama sedang kualitasnya

sama-sama siqat.61

Untuk menjelaskan permasalahan illat al-Suyuthi membuat

klasifikasi sebagai mana yang di kutip Umi Sumbulah antara lain:

1. Sanad tersebut secara lahir tampak sahih, namun ternyata didalamnya

terdapat seorang pe-rawi yang tidak mendengar sendiri dari gurunya

akan hadis yang diriwayatkannya tadi, contohnya hadis dibawah ini:

الاله االانت أستغفرك سبحانك اللهم وبحمدك وأت]]وبإليك االغفرله ما كان في مجلسه ذالك

Al-Bukhari mengomentari hadis tersebut sebagai hadis yang cacat, di

sebabkan Musa ibn ‘Uqbah tidak mendengar sendiri dari dari Suhail,

dengan demikian sanad-nya terputus antara musa dengan suhail.62

2. Sanad hadis tersebut mursal dari seorang rawi yang thiqah dan hafidz,

padahal secara lahir tampak sahih, sebagai contoh hadis di bawah ini:

ارحم ام]]تى اب]]و بك]]ر واش]]دهم فى دين الل]]ه عم]]ر واصدقهم حيأ عثمان واق]]رؤهم ابى بن كعب واعلمهم بالحالل والحرام ومعاذبن حمب]]ل وان لك]]ل ام]]ة امين]]ا

وان امين هذا األمة ابو عبيدة3. Hadis tersebut mahfudh dari sahabat, dimana sahabat ini

meriwayatkan dari pe-rawi yang berlainan negeri, seperti hadis yang

diriwayatkan ulama Madinah dari ulama kufah berikut contoh

hadisnya:

انى ألستغفرالله واتوب اليه فى اليوم مأىة مرةMenurut al-Hakim, jika orang madinah meriwayatkan hadis dari

ulama Kufah, maka hadis tersebut di hukumi terbuang.63

E. Indikasi Mayor dan Minor ke-sahih-an Matan Hadis

61 Syuhudi, Kaedah. h. 14962 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 74-7563 Ibid., h. 75

19

Page 20: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

1. Indikasi Mayor

Untuk mengetahui indikasi mayor dan indikasi minor ke-sahih-an

matan hadis, para ulama telah melakukan penelitian dan kritik secara

seksama terhadap matan-matan hadis. Sehingga dengan penelitian tersebut

dapat menjadi tolak ukur bagi sebuah matan hadis.64

Namun kriteria ke-sahih-an matan hadis berbeda dalam kalangan

muhadditsin, akan tetapi perbedaan itu muncul dengan berbagai alasan dan

pertimbangan masing-masing muhadditsin. Perbedaan itu muncul di

sebabkan oleh perbedaan latar belakang, keahlian alat bantu, dan persoalan,

serta perbedaan masyarakat yang di hadapinya.65

Walaupun para ulama tidak mengungkapkan secara eksplisit

bagaimana sebenarnya penerapan secara praktis kritik matan, namun

mereka memiliki beberapa garis batas yang diperpegangi sebagai tolak ukur

dan standarisasi. Adapun Indikasi mayor ke-sahih-an matan hadis sebagai

mana yang telah di rumuskan oleh ulama hadis adalah sebagai berikut:

1) Terhindar dari Syadz

2) Terhindar dari Illat.66

Syadz yang ada pada sanad berbeda dengan syadz yang ada pada

matan. Allabi menyatakan bahwa sebuah matan hadis di katakan sahih

antara lain:

1. Tidak bertentangan dengan Al-Qur’an Karim yang telah muhkam.

Contohnya hadis di bawah ini:

ة إلى سبعة أبناء ن اليدخل الجن ولد الزArtinya: Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh turunan

Maka hadis di atas bertentangan dengan Al-Qur’an Q.S Al-An’am 164,

yaitu:

64 Sumbulah, Kajian Kritis. h.189.65 Bustamin, Metodologi. h. 62.66 Zeid B. Smeer, Ulmul Hadis Pengantar Studi hadis Praktis. h. 31.

20

Page 21: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Artinya: Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. 2. Tidak bertentangan dengan hadis Rasulullah yang memeiliki bobot

akurasi yang tinggi.

3. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir.

Contoh hadis di bawah ini:

من ولد له ولد فسماه محمدا كان هو ومولودهة فى الجن

Artinya: Barang siapa yang melahirkan seorang anak, kemudian dinamai Muhammad, ia dan anaknya akan masuk surga.Hadis tersebut bertentangan dengan kaedah umum, bahwa mereka yang

masuk surga adalah mereka yang melakukan amalan-amalan saleh, bukan

dengan nama atau gelar.67

4. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah disepakati ulama masa

lalu.

Contohnya hadis di atas bahwa orang masuk surge bukan karena nama

dan gelar melainkan karena amalan-amalan kita di dunia.

5. Tidak bertentangan dengan dalil yang sudah pasti.

Contohnya sama hadis yang di atas yang bertentangan dengan dalil yang

sudah pasti.

6. Tidak bertentangan dengan akal sehat.

Contoh hadis di bawah ini:

لت ]]]وح ط]]]افت ب]]]االبيت سبعاوص]]] فينة ن إن س]]]باالمقام ركعتين

Artinta: Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf tujuh kali keliling Ka’bah dan bersembahyang di maqam Ibrahim dua rakaatMaka hadis ini sangat bertentangan dengan akal sehat.68

67 Agus Sholahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 185-186.

68 Sumbulah, Kajian Kritis. h. 189.

21

Page 22: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Berbeda dengan al-Baghdadi yang yang memberikan argumenntasi

atau pendapat bahwa sebuah hadis tidak dikatan sahih bila bertentangan

dengan rasio, ayat al-Qur’an yang telah muhkam, hadis mutawatir, amaliah

ulama salaf yang disepakati, dalil yang di hukum pasti, serta bertentangan

dengan hadis ahad yang bobot akurasinya lebih kuat.69

Tolak ukur yang di formulasikan oleh dua ulama di atas yaitu Allabi

dan al-Baghdadi masih bersifat umum dan masih bisa dan memungkinkan di

interpretasikan. Dan menurut hemat penulis tolak ukur yang di majukan dua

ulama di atas adalah indikasi mayor dari kesahihan matan hadis70

2. Indikasi Minor

Dari beberapa indikasi mayor yang telah di sebutkan diatas, masih

dapat di interpretasikan maupun penjelasan secara spesifik atau yang disebut

dengan indikasi minor adalah:

a) Terhindar dari syadz

Syadz di samping terdapat pada sanad juga terdapat pada matan,

adapun kerancuan dan syadz pada matan adalah adanya pertentangan dan

ketidaksejalanan riwayat seorang perawi yang menyendiri dengan perawi

yang lebih kuat hafalannya dan ingatannya. Adapun pertentangannya

adalah dalam menukil matan hadis, sehingga terjadi penambahan,

pengurangan, perubahan tempat (maqlub) dan bentuk dan kelemahan dan

cacat lainnya.71

Berikut ini penjelasan tentang kerancuan dan syadz dalam matan

dan di sertai dengan hadis sebagai contoh:

1) Sisipan teks hadis (al-idraj fi al-matn)

Al-idraj fi al-matn (mudraj matn) adalah perkataan sebagian

perawi dari kalangan atau masa sahabat atau penerus sesudahnya,

yang mana qaul atau ucapan tersebut kemudian bersambung dengan

69 Sumbulah, Kritik Hadis. h. 102.70 Ibid.,71 Ibid.,

22

Page 23: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

matan hadis yang asli. Dimana ucapan atau qaul itu bisa bersambung

di awal, ditengah dan di akhir, berikut ini contoh hadisnya:72

ح]]دثنى أب]]و الطه]]ر احم]]د بن عم]]روبن عب]]د الل]]ه بن عمرو بن سرح أخبرنا ابن وهب ق]]ال أخ]]برنى ي]]ونس عن شهاب ق]]ال ح]]دثنى ع]]روة بن الزب]]ير ان عأىس]]ة زوج النبي)ص( أخبرته أنها قالت ك]]ان أول ماب]]دئ ب]]ه رسول الله )ص( من الوحي الرؤيا الصادقة فى النوم فكان اليرى رؤيا إالج]]ائت مث]]ل فل]]ق الص]]بح ثم حبب اليه الخالء فكان يخلو بغار حراء يتحنث فيه وهوالتعبد الليا لي أوالت الع]]دد قب]]ل أن يرج]]ع الى أهل]]ه. رواه

مسلمDalam hadis di atas terdapat lafadz yang bukan lafadz asli hadis

akan tetapi ucapan sahabat adapun lafadznya adalah (وهوالتعبد)

yang sebenarnya ungkapan dan tafsiran al-Zuhri terhadap lafadz (

(يتحنث maka itu yang menyebabkan terjadinya idradj, dan

merupakan indikasi adanya cacat pada matan.73

2) Pembalikan teks hadis (al-qalb fi al-matn)

Maqlub (fi al-matn) adalah terjadinya pembalikan teks sebuah

hadis, hadis ini dapat di fahami secara definitif sebagai hadis yang

perawinya menggantikan suatu bagian darinya dengan orang lain,

dalam sebuah matan hadis secara sengaja maupun terlupa, beikut

contoh hadisnya:74

حدثنى زهير بن ح]]رب ومحم]]دبن المث]]نى جميع]]ا عن يحيى القطان قال زهير ح]]دثنا يح]]يى بن س]]عيد عبي]]د الله أخ]]برني خ]]بيب بن عب]]د الرحم]]ان عن حفص بن عاصم عن عن أبى هريرة عن النبي )ص( قال س]]بعة يظلهم الله فى ظله يوم ال ظل إال ظله األمام العادل وش]]اب نش]]أ بعب]]ادة الل]]ه ورج]]ل قلب]]ه معل]]ق فى المساجد ورجالن تحابا فى الله اجتمع]]ا علي]]ه وتفرق]]ا عليه ورجل دعته امرأة ذات منصب وجمال فقال إني

72 Ibid., h. 104.73 Ibid., h. 104-105.74 Ibid., h. 105.

23

Page 24: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

أخاف الله ورجل تصدق بصدقة فأخفاها ح]]تى ال تعلم يمينه ما تنفق ش]]ماله ورج]]ل ذكرالل]]ه خالي]]ا ففاض]]ت

عيناه. رواه مسلمhadis di atas adalah syadz di sebabkan adanya pembalikan teks yang seharusnya adalah (ال تعلم ش]]ماله م]]ا تنف]]ق يمينه) yang seharusnya member sedekah/ infaq adalah tangan kanan bukan tangan kiri.

3) Memiliki kualitas sama dan tidak bisa di unggulkan salah satunya

(idhtirab fi al-matn)

Mudhtarib hadis adalah hadis yang diriwayatkan dari seorang

perawi atau lebih dengan beberapa teks yang sama kualitasnya,

sehingga di antaranya tidak dapat di unggulkan dan di kompromikan,

walaupun hali ini jarang terjadi pada matan dan sering terjadi pada

sanad, berikut contohnya:75

حدثنا محمد بن عبد ال]]رحيم ح]]دثنا معاوي]]ة بن عم]]رو ح]]]دثنا زائ]]]دة عن األعمش عن مس]]]لم البطين عن سعيد بن جبير عن ابن عباس رضي الل]]ه عنهم]]ا ق]]ال ج]]اء رج]]ل الى الن]]بي )ص( فق]]ال ي]]ا رس]]ول الل]]ه إن أمتي ماتت وعليها صوم شهر أفأقضيه عنها ق]]ال نعم

قال فدين الله أحق أن يقضى. مسلمHadis tersebut magalami idhtirab oleh al-A’masy, ia berpandapat

di dalam hadis tersebut terdapat sekelompok perawi yang

meriwayatkan hadis tersebut dari jalur Ibn Abbas dengan redaksi yang

berbeda yaitu:

عن ابن عب]]اس ق]]الت ام]]رأة للن]]بي ص]]لى الل]]ه علي]]هوسلم إن أختي ماتت عليهاصيام

Namun, di antara sebagian perawinya mentransmisikan hadis

tersebut dari Ibn Abbas dengan redaksi:

عن ابن عب]]اس ق]]الت ام]]رأة للن]]بي ص]]لى الل]]ه علي]]هوسلم إن أمي ماتت وعليها صوم نذر

75 Ibid., h. 106.

24

Page 25: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Dari dua redaksi dapat dipahami bahwa mudhtarib-nya terletak

pada perbedaan dalam ungkapan ukhti dan ummi, sementara kedua

hadis tersebut memiliki kualitas yang sama yang tidak dapat di

unggulkan dan di kompromikan salah satu dari keduanya.76

4) Kesalahan ejaan (al-tashhif wa al-tahrif fi al-matn)

Adapun yang dimaksu dengan tashhif adalah kesalahan yang

terletak pada syakal atau baris. Sedangkan yang dimaksud dengan

tahrif adalah kesalahan yang terletak pada huruf. Walaupun keduanya

tidak terdapat perbedaan yang mencolok, berikut ini contoh tahrif

adalah:77

من صام رمضان وأتبعه شيأمن شوال فكأنما صام الدهركلهSedangkan hadis yang sahih adalah sebagai berikut:

حدثنا أحمد بن منيع حدثنا أبو معاوي]]ة ح]]دثنا س]]عد بن سعيد عن عمر بن ثابت عن أبي أيوب قال قال النبي صلى الله عليه وسلم من صام رمضان ثم أتبع]]ه س]]تا

من شوال فذالك صيام الدهر . الترمذيTahrif yang terjadi pada matan hadis tersebut adalah adanya

perubahan lafadz sittan (ستا) menjadi syai’an (شيئا) yang di

lakukan oleh Abu Bakr al-Shauli. Dan adapun contoh yang mengalami

tashhif adalah sebagai berikut:

رمى أبى يوم األحزاب على اكحل]]ه فك]]واه رس]]ول الل]]ه ص]]لىالله عليه وسلم

Kalimat ubay pada hadis diatas mengalami tashhif dengan kalimat

abiy adapun redaksi yang sahih adalah:78

رمى أبى يوم األحزاب على اكحل]]ه فك]]واه رس]]ول الل]]ه ص]]لىالله عليه وسلم

b) Terhindar dari Illat

76 Ibid., h. 106-107.77 Ibid., h. 107.78 Ibid., h. 107-108.

25

Page 26: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Illat sama halnya dengan syadz artinya keduanya terjadi pada sanad

dan juga pada matan. Adapun yang di maksud illat yang terjadi pada

matan adalah adanya sesuatu yang tersembunyi yang terdapat pada

matan yang secara lahir tampak berkualitas sahih, yang tersembunyi di

sini adalah kalimat yang merupakan teks hadis lain pada hadis tertentu,

yang mana kalimat atau redaksi tersebut bukanlah teks yang di ucapkan

oleh rasulullah, dan matan hadis tersebut sering menyalahi dari hadis-

hadis yang lebih kuat bobot akurasinya.79

Untuk mengungkap dan mengetahui illat pada matan ada beberapa

kriteria dan beberapa cara yang telah di formulasikan oleh al-Salafi yang

di kutip umi sumbulah antara lain:80

1) Mengumpulakan hadis yang semakna dan mengkomparasikan sanad dan matannya sehingga diketahui illat yang terdapat didalamnya. Dan sejalan dengan pendapat Abdullah ibn al-Mubarak ia berpendapat jika engkau berkehendak untuk mengetahui kesahihan hadis yang ada padamu, maka perbandingkan dengan yang lain.

2) Jika seorang perawi bertentangan dengan riwayatnya dengan seorang perawi yang lebih thqah darinya, maka riwayat perawi tersebut di nilai ma’lul, artinya, matan hadis tersebut tidak sahih dan terkena illat.

3) Jika hadis yang diriwayatkan seorang perawi bertentangan dengan hadis yang terdapat dalam tulisannya (kitabnya), atau bahkan hadis yang di riwayatkannya itu terynyata tidak terdapat dalam kitabnya, maka dengan pertentangan tersebut yang menjadikan matan hadis menjadi ma’lul dan tidak sahih lagi

4) Melalui penyeleksian seorang syaikh bahwa ia tidak pernah menerima hadis yang telah diriwayatkannya itu, artinya hadis yang diriwayatkannya itu sebenarnya tidak sampai kepadanya

5) Seorang perawi tidak mendengar hadis langsung dari gurunya6) Hadis yang telah umum dikenal oleh sekelompok orang (kaum),

namun kemudian dating seorang perawi yang hadisnya menyalahi hadis yang telah mareka kenal itu, maka hadis yang mereka kemukakan itu di anggap memiliki cacat

7) Adanya keraguan bahwa tema inti hadis tersebut berasal dari Rasulullah

F. Penutup

79 Ibid., h. 108.80 Ibid., h. 108-109.

26

Page 27: Web view... hanya Imam Al-Syafi’I yang menjelaskan bahwa hadis yang ... keduanya hidup dalam kurun waktu ... kedudukan kedudukan periwayat hadis

Terkait dengan tema makalah ini yakni indikasi mayor dan minor

kesahihan sanad dan matan hadis, ini sangat penting untuk kita ketahui dan

kita fahami secara mendalam, karena hadis adalah sumber kedua setelah Al-

Qur’an yang menjadi dasar hukum dan amalan kita dalm kehidupan ini.

Dengan mengetahui indikasi kesahihan sanad dan matan hadis maka kita kita

mengetahui yang mana hadis yang menjadi acuan dan dasar maupun rujukan

kita, maka akan sangat sia-sia ketika kita beramal ternyata sumber dari amalan

kita tersebut yakni hadis ternyata tidak sahih, dan akan menyalahi dengan

aturan yang telah ditetapkan para ulama bahwa hadis yang bisa diterima dan di

amalkan adalah hadis yang derajatnya sahih.

Mudah-mudahan dengan makalah yang singkat ini bisa memberikan

sumbangan pengetahuan dan menjadi pedoman bagi kita, dan dapat kita

amalkan dan kita aplikasikan dalam kehidupan ini yang tidak lepas dari

ketentuan hukum atau aturan (syari’at islam), yang di landaskan Al-Qur’an dan

Hadis Rasulullah SAW.,

27