adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

101
Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014 1 JURNAL ILMU KESEHATAN Terbit minimal 2 kali dalam setahun bulan Juni dan Nopember, berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis kritis dibidang ilmu kesehatan JUDUL JURNAL : Jurnal Kesehatan Stikes Satria Bhakti Nganjuk JUMLAH ARTIKEL 10 Artikel yang terdiri dari: Artikel dan Penelitian. JUMLAH HALAMAN : 97 halaman (masing-masing artikel maximum 10 halaman) FREKUENSI TERBIT: 6 bulan sekali (kwartal) MUIAI DI TERBITKAN: Juni 2014 dengan nomor: No. Terbitan: Volume 1, Nomor 1, Juni 2014 ALAMAT REDAKSI: Stikes Satria Bhakti Nganjuk, JL. Panglima Sudirman VI Nganjuk KEPENGURUSAN: Pelindung/Penasehat : Ketua Stikes Satria Bhakti Nganjuk Penanggung Jawab: Ketua Dewan Redaksi: Sujatmiko, Skep.,Ns, MKes Dewan Redaksi: 1. Risa Kumalasari Skep.,Ners 2. Risa Nur Hayati, Skep.,Ners 3. Dewi Indriani, SST Telepon/fax : 0358 326110 Email : [email protected] i

Transcript of adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Page 1: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

1

JURNALILMU KESEHATAN

Terbit minimal 2 kali dalam setahun bulan Juni dan Nopember, berisi tulisan yangdiangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis kritis dibidang ilmu kesehatan

JUDUL JURNAL :

Jurnal Kesehatan

Stikes Satria Bhakti Nganjuk

JUMLAH ARTIKEL

10 Artikel yang terdiri dari:

Artikel dan Penelitian.

JUMLAH HALAMAN :

97 halaman (masing-masing

artikel maximum 10 halaman)

FREKUENSI TERBIT:

6 bulan sekali (kwartal)

MUIAI DI TERBITKAN:

Juni 2014 dengan nomor:

No. Terbitan: Volume 1, Nomor 1,

Juni 2014

ALAMAT REDAKSI:

Stikes Satria Bhakti Nganjuk,

JL. Panglima Sudirman VI Nganjuk

KEPENGURUSAN:

Pelindung/Penasehat :

Ketua Stikes Satria Bhakti Nganjuk

Penanggung Jawab:

Ketua Dewan Redaksi:

Sujatmiko, Skep.,Ns, MKes

Dewan Redaksi:

1. Risa Kumalasari Skep.,Ners

2. Risa Nur Hayati, Skep.,Ners

3. Dewi Indriani, SST

Telepon/fax : 0358 326110

Email : [email protected]

i

Page 2: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

2

DAFTAR ISI

cover dalam i

daftar isi ii

kata sambutan iii

sekaur siri iv

1. Pengaruh pemakaian bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala padapasien cedera kepala ringan di ruang bougenvile RSUD. Kertosono (Trisnanto)

1

2. Frekuensi hemodialisa dengan tingkat kecemasan keluarga pasien gagal ginjal kronikdi instalasi hemodialisa RSUD. dr. harjono Ponorogo (Rahayu Budi Utami, Sujiati)

10

3. Pengaruh penyuluhan terhadap mobilisasi dini pasca operasi pembedahan abdomen diruang flamboyan RSUD dr.soeroto ngawi (sujatmiko, muhammad bayu aa)

19

4. Hubungan kualitas pelayanan antenatal dengan tingkat kepuasan ibu hamil di puskesmasngetos kabupaten nganjuk (Sri ngayomi, sst)

5. hubungan pengetahuan ibu post partum dengan tindakan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi seksio sesarea (di ruang bersalin rsud kertosono) (Remita YuliKusumaningrum, SST)

39

6. Mobilisasi terhadap penurunan tingkat nyeri ibu post operasi sectio caesarea di ruangpost anesthesia care unit rsud dr. harjono ponorogo (puji astutik, ida hermawati)

48

7. Pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat nyeri pada pasien gastritis diruang dahlia rsud nganjuk (Sujatmiko, Eni Triwiyat)

58

8. Dukungan emosional keluarga dengan citra tubuh remaja post operasi fraktur diruang flamboyan RSUD dr. harjono Ponorogo (Rahayu Budi Utami, Sunarto)

68

9. Pengaruh senam prenatal yoga terhadap penurunan kecemasan pada ibu hamil di bps.ny.farida desa klurahan kecamatan ngronggot (trisnanto)

78

10. Pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan tindakan pencegahan karies gigi padaanak prasekolah di tarbiyatul athfal pesantren sabilil muttaqien desa sampungkecamatan sampung kabupaten ponorogo (puji astutik, syaiful islam muhammadin)

89

ii

Page 3: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

3

KATA SAMBUTAN

Puji syukur ke hadirat Tuhan Allah SWT, karena berkat pimpinan dan ridhonya

sehingga Jurnal Kesehatan Stikes Satria Bhakti Nganjuk Volume Nomer 1 tahun

2014 ini telah diterbitkan.

Jurnal ini disusun untuk memfasilitasi karya inovatif dosen untuk dipublikasikan,

yang berisikan informasi yang meliputi dunia Kesehatan yang dipaparkan sebagai

hasil studi lapangan maupun studi literatur. Jumal ini diharapkan dapat

digunakan dan memberikan banyak manfaat bagi para pembaca, untuk

peningkatan wawasan di bidang llmu kesehatan

Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi baik mengolah dan

menyunting sehingga jurnal ini dapat disusun dan diterbitkan dengan baik, kami

haturkan penghargaan dan ucapan terima kasih png sebesar-besarnya. Kritik dan

saran yang membangan sangat kami harapkan untuk kemajuan Jurnal ini di masa

yang akan datang.

Ngnjuk, Juni 2014STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

KETUA

iii

Page 4: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

4

Sekapur Sirih dari Redaksi

Puji syukur patut kami panjatkan Allah SWT untuk segala kebaikan yang telah Iaperbuat bagi kami sehingga Jurnal Kesehatan Volume 1 Nomer 1 bulan Juni 2014ini dapat diterbitkan. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepadasahabat-sahabat kami Dosen Kesehatan yang sudah dengan suka relamengirimkan tulisan ilmiah berupa penelitian, maupun artikel untuk dapatdisajikan dalam Jurnal ini.

Di tengah kesibukan redaksi dalam menjalankan tugas masih tersisih waktu untukmenyelesaikan sebuah "proyek" mewujudkan impian, Memang tidak mudah untukmemulai sesuatu, dimana budaya menulis belum begitu kental di kalanganakademisi. Perlahan namun tersendat adalah istilah yang patut kami cupliksebagai ungkapan betapa susahnya merealisasikan sebuah terbitan ilmiah.

Tentu, sesuatu hal yang baru dimulai adalah jauh dari sempurna. Apabilapembaca mendapati begitu banyak kekurangan, kesalahan dan ketidak tepatanbaik mulai dari teknis penulisan, materi maupun penyuntingan, mohondimaafkan dan mohon koreksi disampaikan kepada kami. Kami merentangkantangan untuk menerima semua masukan demi kesempumaan terbitan JurnalKesehatan Nomer berikutnya.

Semoga terbitan Jurnal Kesehatan Volume 1 Nomer 1 ini merupakan langkah awaluntuk sebuah kemajuan di Pendidikan Kesehatan. Semoga pada terbitanberikutnya kami dapat menyajikan tulisan ilmiah yang lebih baik lebih bermutudan memenuhi harapan para pembaca. Di sisi lain, kami ingin menghimbaukepada sahabat-sahabat kami para dosen untuk memberanikan diri menulis karyailmiah agar dapat diterbitkan pada Jurnal Kesehatan selanjutnya. Akhir kata, kamiingin menitipkan sebuah moto: “MARI MENULIS".

Nganjuk, Juni 2014

Dewan Redaksi

iv

Page 5: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

5

PENGARUH PEMAKAIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAPPENURUNAN SKALA NYERI KEPALA

PADA PASIEN CEDERA KEPALA RINGANDI RUANG BOUGENVILE

RSUD KERTOSONO

Trisnanto

Staf Dosen Stikes Satria BhaktiNganjuk

ABSTRACT

Headhace is symptom which often happends in mild headhace injured. The managing ofmild headhace injured can be carried cut by pharmacology or non pharmacology as the usingpillow on the neck. The using pillow on the neck to reduce headhace has not been much know andapplied to the patient who has mild headhache injured in Kertosono Hospital Bougenvile Roomyet. The purpose of this research is to find qut the influence of using pillow on the neck to reduceheadhace scale to the patients who has mild headhace injured in Kertosono Hospitals BougenvileRoom.

The type of research which is used is Pra-experiment with research designed One GroupPre-Post Test Design. The population in this research is patient who has mild headhace injuredwith GCS 15 (totaly concious) and is being treated in Kertosono Hospital Bougenvile Room. Theamount of the sample on this research is 14 respondent and the sample taking technique which isbeing used is Accidental sampling. The analysis statistic uses wilcoxon sign rank test with 95%level of trust.

The research result indicates (that) before using pillow on the neck to a half of therespondent on medium scale is 7 people (50%) and after using pillow on the neck to a half of therespondent on mild and medium painful scale is 7 people, each of them (50%).

There is some significant influence which is shown by the number of ρ = 0,001˂ α =0,05 according to statistic anaylisis. The conclution from this research (is that) there is someinfluence in using pillow on the neck to reduce headhace painful scale to the mild headhaceinjured patient in Kertosono Hospital Bougenvile Room. It is advised to use pillow on the neck tothe mild headhace injured to help to reduce painful headhace.

Keyword: Traumatic headache, the using pillow on the neck, headhace scale.

Page 6: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

6

PendahuluanCedera kepala ringan adalah

hilangnya fungsi neurology ataumenurunnya kesadaran tanpamenyebabkan kerusakan lainnya(Smeltzer, 2002), sedangkan menurutMansjoer (2000), cedera kepala ringanadalah trauma kepala dengan GCS: 14-15 (sadar penuh) tidak ada kehilangankesadaran, mengeluh pusing dan nyerikepala, hematoma, laserasi dan abrasi .Manifestasi nyeri kepala setelah cederakepala dapat berupa jenis tegang,migren, neuralgia oksipital, atausefalgia disotonomik traumatic, danyang paling sering ditemukan adalahnyeri kepala tipe tegang yang bersifatterus menerus, nyeri seperti memakaiikat kepala yang terlalu kencang, tanpaadanya gejala neurologis yang objektif,dapat disertai keluhan lain berupavertigo, kepala ringan, sempoyongan,kecemasan, letih-lesu-lemah(Mansjoer, 2000). Keluhan nyerikepala biasanya timbul dalam 24 jamdari cedera, dan sekitar 6% terjadibeberapa hari atau minggu kemudian.Menurut Gutman dalam Japardi (2002)nyeri kepala terdapat lebih banyak padaminggu-minggu pertama sesudahcedera kepala ringan. Pemakaian bantalpada leher untuk mengurangi nyerikepala belum banyak diketahui danditerapkan pada pasien cedera kepalaringan, khususnya di Ruang BougenvielRSUD Kertosono.

Distribusi kasus cedera kepalaterutama melibatkan kelompok usia10-60 tahun dan lebih didominasi olehkaum laki-laki dibandingkan denganperempuan. Penyebab cedera kepalaterbanyak adalah akibat kecelakaan lalulintas, disusul dengan jatuh ( terutamapada anak-anak) (Fauzi, 2002). Data

dari World Health Organization(WHO) pada tahun 2002 kecelakaanlalu lintas merupakan penyebabkematian urutan kesebelas di seluruhdunia, menelan korban sekitar 1,2 jutamanusia setiap tahun. Di Indonesiajumlah kecelakaan lalu lintas meningkatdari tahun ke tahun. Menurut dataDirektorat Keselamatan TransportasiDarat Departemen Perhubungan(2005), jumlah korban kecelakaan lalulintas pada tahun 2005 terdapat 33.827kasus dengan jumlah kematian 11.610orang (CFR=34,4%). Dari data tahun2005 diatas, didapatkan bahwa setiapharinya terdapat 31 orang meninggalatau dengan kata lain setiap 45 menitterdapat 1 orang yang meninggal akibatkecelakaan lalu lintas. Menurut datarekam medik RSUD Kertosono padatahun 2009-2010 dijumpai cederakepala sebanyak 347 kasus, 265 kasus (73,4%) adalah cedera kepala ringan, 73kasus (21%) cedera kepala sedang, dan9 kasus (2,6%) adalah cedera kepalaberat. Di Ruang Bougenviel sebagianpasien yang dirawat adalah pasientrauma kepala akibat kecelakaan lalulintas. Dalam kurun waktu tiga bulanterakhir ( Januari, Februari, Maret2011) terdapat 45 kasus (85%) cederakepala ringan, 6 kasus (11%) cederakepala sedang, dan 2 kasus (4%) cederakepala berat. Dalam Japardi (2002)penelitian yang dilakukan Jones (1974)secara retrospektif terhadap 3500pasien cedera kepala ringanmenemukan insidensi nyeri kepala,dizziness atau keduanya sebanyak 57%.Gejala-gejala ini tetap ada paling sedikitselama 2 bulan tetapi kemudiansebagian besar menghilang, hanyatinggal 1% pasien dengan gejala setelah1 tahun.

Page 7: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

7

Kontraksi otot secara involunteryang diinduksi secara mental dan fisikmerupakan mekanisme yang penting.Pada kontraksi otot dapatmeningkatkan tekanan intramuskulerdan bisa menyebabkan kompresipembuluh-pembuluh darah kecil danterjadi iskemia. Iskemia otot adalahfaktor penting sebagai penyebab nyerikepala yang disertai kontraksi otot scalpatau leher yang terus menerus. Padanyeri kepala tipe tegang bisa disebabkanakibat stimulasi nosireseptor dalam ototakibat kejang otot postural leher tetapibisa juga akibat iskemia (Alamsyah,1999). Pada pasien dengan nyeri kepalacenderung akan mengalami kecemasandan merasa tidak nyaman , hal tersebutdapat diatasi dengan memberikantindakan farmakologi maupun nonfarmakologi serta memberikanpenjelasan mengenai penyebab,mekanisme, dan perjalanan penyakitdari gejala- gejala yang dialami olehpasien. Salah satu tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyerikepala yaitu dengan memberikan bantalpada leher, yang diharapkan dapatmenurunkan kontraksi otot-otot lehersehingga nyeri kepala bisa berkurang.

Penatalaksanaan nyeri kepalapada cedera kepala ringan dapatdilakukan dengan pemberian obat-obatan (farmakologis) meskipunmanfaatnya relatif terbatas. Selain itudapat dilakukan upaya non farmakologisseperti kompres hangat, traksi leher,colar, dan bantal pada leher yangmempunyai tujuan untuk mengurangikontraksi otot-otot leher yang secarasekunder bisa meningkatkan masalahnyeri (Japardi, 2002). Pengaturanposisi tidur dengan menggunakanbantal pada leher diharapkan dapat

mengurangi nyeri kepala pada pasiencedera kepala ringan. Apabila nyerikepala yang dirasakan penderita dapatberkurang maka penderita dapatmelakukan ambulasi dini. Ambulasi dinisering dapat mencegah gejala neurotik,dan pasien cedera kepala ringan dapatdiijinkan untuk bergerak dan mandirisesegera mungkin (Japardi, 2002).Pemakaian bantal pada leher untukmengurangi nyeri kepala belum banyakdiketahui dan diterapkan pada pasiencedera kepala ringan, khususnya diRuang Bougenviel RSUD Kertosono.Oleh karena itu, penelitian inidilakukan guna mempelajari adanyapengaruh pemakaian bantal pada leherterhadap penurunan skala nyeri kepalapada pasien cedera kepala ringan.

Berdasarkan latar belakangdiatas permasalahan yang akandirumuskan adalah Apakah adapengaruh pemakaian bantal pada leherterhadap penurunan skala nyeri kepalapada pasien Cedera Kepala Ringan diRuang Bougenviel RSUD Kertosono ?

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemakaianbantal pada leher terhadappenurunan skala nyeri kepala padapasien Cedera Kepala Ringan diRuang Bougenviel RSUDKertosono

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi skala nyeri

kepala sebelum memakai bantalpada leher pada pasien cederakepala ringan di ruangBougenvile RSUD Kertosono.

b. Mengidentifikasi skala nyerikepala sesudah memakai bantalpada leher pada pasien cedera

Page 8: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

8

kepala ringan di ruangBougenvile RSUD Kertosono.

c. Menganalisis pengaruhpemakaian bantal pada leherterhadap penurunan skala nyerikepala pada pasien cedera kepalaringan di ruang BougenvileRSUD Kertosono.

Metodologi PenelitianDesain pada penelitian ini

menggunakan pra-eksperimentaldengan One-group Pretest-posttest Designyang dilakukan dengan cara mengukurskala nyeri (pengamatan awal) terlebihdahulu sebelum diberikan intervensi(pemakaian bantal). Setelah itudiberikan intervensi, kemudiandilakukan pengukuran skala nyeri(pengamatan akhir).

Penelitian dilakukan di R.Bougenvile, RSUD Kertosono PadaTanggal 17 Juni 2011 sampai dengan17 Juli 2011. Dalam penelitian inipopulasinya adalah pasien cedera kepalaringan dengan GCS 15 yang dirawat diR Bougenviel RSUD Kertosono. Dalamkurun waktu tiga bulan terakhir (Januari, Februari, dan Maret ) terdapatkasus cedera kepala ringan rata-rata 20orang dengan sampel sebanyak 14orang. Teknik sampling pada penelitianini dilakukan dengan cara samplingaksidental (accidental sampling). Bilakebetulan ditemukan penderita cederakepala ringan yang memenuhi kriteriainklusi, maka penderita tersebutdiambil untuk dijadikan sampel sampaiterpenuhi sejumlah sampel yangdiinginkan.

Dalam penelitian ini kamimenggunakan dua variabel yaituvariabel independent dan dependent.Variabel independen dalam penelitian

ini adalah pemakaian bantal pada leherdan variabel dependen dalam penelitianini adalah skala nyeri kepala. Data yangtelah terkumpul kemudian dianalisisdengan uji statistik Wilcoxon Sign RankTest untuk mengetahui perbedaan suatuperlakuan pada sampel berpasangandengan skala ordinal. Tingkat signifikanyang dipakai adalah α = 0,05

Hasil Penelitian1. Skala nyeri kepala responden

sebelum pemakaian bantalpada leher.

Kriteria Frekuensi Persentase(%)

Tidak nyeri 0 0Nyeri ringan 1 7,1Nyeri sedang 7 50,0Nyeri beratterkontrol

6 42,9

Nyeri berattak terkontrol

0 0

Jumlah 14 100Berdasarkan tabel inimenunjukkan karakteristik skalanyeri kepala sebelum pemakaianbantal pada leher diketahuisetengah responden pada skalanyeri sedang sebanyak 7 orang(50,0%).

2. Skala nyeri kepala respondensesudah pemakaian bantalpada leher.

Kriteria Frekuensi Persentase(%)

Tidak nyeri 0 0Nyeri ringan 7 50,0Nyeri sedang 7 50.0Nyeri beratterkontrol

0 0

Nyeri berat takterkontrol

0 0

Jumlah 14 100

Page 9: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

9

Berdasarkan tabel ini menunjukkanskala nyeri kepala sesudahpemakaian bantal pada leherdiketahui sebagian responden padaskala nyeri ringan dan sedang,masing-masing sebanyak 7 orang(50,0%).

3. Pengaruh pemakaian bantalpada leher terhadappenurunan skala nyerikepala.

Skala Nyeri

TotalTidak

Nyeri

Ringan Sedang

Beratterkon

trol

Berattak

terkontrol

f % f % f % f % f % f %

Sebelum 0 0 1 7,

1 750,0

642,9

0 0 14

100

Total 0 0 1 7,1 7

50,0

642,9

0 0 14

100

Sesudah 0 0 7

50,0

750,0

0 0 0 0 14

100

Total 0 0 750,0

750,0

0 0 0 0 14

100

Hasi uji Wilcoxon sign rank test ρ value = 0,001 ( ρ=0,001 <α=0,05 )

Sumber : Data Primer RSUDKertosono 2011

Pada tabel ini didapatkan bahwasetelah pemakaian bantal padaleher seluruh responden (100%)mengalami penurunan skala nyerikepala. Hasil uji statistik wilcoxonsign rank test didapatkan nilaiprobabilitas ( ρ value ) sebesar0,001 jauh lebih kecil dari standardsignifikan (α) 0,05 maka Hoditolak yang berarti ada pengaruhpemakaian bantal pada leherterhadap penurunan skala nyerikepala pada pasien cedera kepalaringan yang signifikan.

Pembahasan1. Mengidentifikasi skala nyeri

kepala sebelum memakaibantal pada leher padapasien cedera kepala ringan

Berdasarkan hasil data penelitiantabel 3.1 diketahui skala nyeri kepalasebelum memakai bantal pada leherpasien cedera kepala ringan sebagianresponden pada skala nyeri sedangsebanyak 7 orang (50,0%). Hal inididukung oleh hasil uji statistik umur (ρvalue = 0,724), jenis kelamin (ρ value= 0,696), tingkat pendidikan (ρ value= 0,809), karena semua ρ value ˃ αmaka umur, jenis kelamin,dan tingkatpendidikan tidak mempengaruhi tingkatnyeri.

Menurut Mansjoer (2000) cederakepala ringan adalah trauma kepaladengan GCS: 14-15 (sadar penuh) tidakada kehilangan kesadaran, mengeluhpusing dan nyeri kepala, hematoma,laserasi dan abrasi. Rasa kelelahanmenyebabkan sensasi nyeri semakinintensif dan menurunkan kemampuankoping (Smeltzer, Bare, 2002).Sedangkan menurut Japardi (2002)keluhan nyeri kepala biasanya timbuldalam 24 jam dari cedera, dan sekitar6% terjadi beberapa hari atau minggukemudian. Menurut Gutman dalamJapardi (2002) nyeri kepala terdapatlebih banyak pada minggu-minggupertama sesudah cedera kepala ringan.

Dari uraian diatas diatas dapatdisimpulkan bahwa gangguan yangsering terjadi setelah pasien mengalamigangguan cedera kepala ringan dapatberupa nyeri kepala. Hal ini terdapatkesesuaian antara teori dengan faktayang ada bahwa seluruh respondenmengalami keluhan nyeri kepala dansebagian besar responden merasakan

Page 10: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

10

nyeri pada skala sedang. Pada pasienyang mengalami cedera kepala secaratiba-tiba dan apabila pasien sadarmaupun yang sadar setelah mengalamiperiode pingsan baik yang disertaiamnesia maupun tidak, mendadakmerasakan suatu rasa nyeri kepala.Nyeri yang mendadak ini akanmenimbulkan stres ataupun rasa cemaspada individu yang mengalami cederakepala. Nyeri seperti ini biasanyatimbul karena adanya rangsangterhadap organ-organ di daerah kepaladan leher yang peka. Seseorangmerasakan sakit kepala bila salah satubagian di kepalanya dirangsang. Bagianitu mulai dari kulit kepala sampai kebagian dalam tengkorak manusia,semua dapat menyebabkan rasa sakitatau nyeri. Sakit kepala karena tegangatau karena adanya kontraksi ototadalah bentuk sakit kepala yang palingsering dijumpai dan sering dihubungkandengan jangka waktu peningkatan stresseperti pada cedera kepala.

2. Mengidentifikasi skala nyerikepala sesudah memakaibantal pada leher pada pasiencedera kepala ringanBerdasarkan hasil data penelitian

tabel 3.2 diketahui skala nyeri kepalasesudah pemakaian bantal pada leherdiketahui sebagian responden padaskala nyeri ringan sebanyak 7 orang(50,0%), dan sebagian responden padaskala nyeri sedang yaitu sebanyak 7orang (50,0%). Hal ini didukung olehhasil uji statistik umur (ρ value =0,189), jenis kelamin (ρ value =0,577), tingkat pendidikan (ρ value =0,392), karena semua ρ value ˃ α makaumur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan tidak mempengaruhi tingkatnyeri.

Nyeri kepala pada cedera kepalaakut yang sering ditemukan adalahnyeri kepala tipe tegang yang bersifatterus menerus, yang dipicu olehkontraksi otot-otot leher dan kepala.Sedangkan pada kontraksi otot-ototleher secara sekunder bisameningkatkan masalah nyeri. Hal inidapat dicoba diatasi dengan pemberianpemanasan, pijat, traksi leher, collar,bantal pada leher (Japardi, 2002).Menurut Defense and Veterans BrainInjury Center (2009) merekomendasikanmanajemen nyeri kepala dan nyerileher pada gegar otak atau cederakepala ringan dengan cara komprespanas atau dingin, peregangan leher,posisi tidur, pemijatan dan obat-obatan.Posisi tidur yang dianjurkan adalahmemakai bantal yang membuat posisibadan terhadap kepala adalah netral,tidak flexi maupun ekstensi.

Pemberian bantal pada kepala inibisa dimulai selama 6 jam pertama,kemudian dilanjutkan dengan mobilisasidini setenggah duduk pada 12 jam,dilanjutkan duduk penuh dan dilatihberdiri (dapat dilakukan pada penderitadengan GCS 15) (Widiasih, 2001).

Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa terdapat kesesuaianantara teori dan fakta yang ada padaseluruh responden yang mengalamicedera kepala ringan dalam 6 jampertama memakai bantal pada leherdari pasien mulai dimasukan di ruangperawatan bedah mengalami penurunanskala nyeri . Hal ini dimungkinkanfaktor kontraksi otot-otot leher sebagaipemicu nyeri kepala karena tegang padapasien cedera kepala ringan. Posisitertentu dari kepala yang mengalami

Page 11: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

11

cedera juga dapat menyebabkankontraksi otot-otot kepala dan lehersehingga dapat meningkatkan rasa nyerikepala. Pemberian bantal pada leheryang ketebalannya diatur sesuai denganpostur tubuh ( kurus, sedang, dangemuk ) yang dapat menopang leherdan kepala sehingga dalam satu garislurus dengan badan sehingga dapatmengurangi rasa nyeri yang ada.

3. Menganalisis pengaruhpemakaian bantal pada leherterhadap penurunan skalanyeri kepala pada pasienkepala ringan

Berdasarkan tabulasi silang padatabel 3.3 menunjukkan seluruhresponden mengalami penurunan skalanyeri dan hasil uji statistik wilcoxonmenunjukkan bahwa nilai probabilitassebesar 0.001 jauh lebih kecil daristandart signifikan 0.05 maka Hoditolak dan H1 diterima yang berartiada pengaruh pemakaian bantal padaleher terhadap penurunan skala nyerikepala.

Menurut Alamsyah (1999)kontraksi otot secara involunter yangdiinduksi secara mental dan fisikmerupakan mekanisme yang penting.Pada kontraksi otot dapatmeningkatkan tekanan intramuskulerdan bisa menyebabkan kompresipembuluh-pembuluh darah kecil danterjadi iskemia. Iskemia otot adalahfaktor penting sebagai penyebab nyeripada nyeri kepala yang disertaikontraksi otot scalp atau leher yangterus menerus. Pada nyeri kepala tipetegang bisa disebabkan akibat stimulasinosiseptor dalam otot akibat kejang otot

postural leher tetapi bisa juga akibatiskemia.

Guyton dan Hall (1997)mengemukakan iskemia jaringan danspasme otot sebagai penyebabtimbulnya rasa nyeri. Bila aliran darahyang menuju jaringan terhambat, makadalam waktu beberapa menit sajajaringan akan terasa nyeri. Pada spasmeotot, rasa nyeri mungkin disebabkansecara langsung oleh spasme ototkarena terangsangnya reseptor nyeriyang bersifat mekanosensitif. Mungkinjuga rasa nyeri secara tak langsungdisebabkan oleh pengaruh spasme ototyang menekan pembuluh darah danmenyebabkan iskemia. Spasme otot inijuga akan meningkatkan kecepatanmetabolisme jaringan otot, sehinggarelatif memperberat keadaan iskemia,keadaan ini merupakan kondisi yangideal untuk pelepasan bahan kimiapemicu timbulnya rasa nyeri.Sedangkan Carpenito (1998)menyatakan bahwa penggunaan teknikrelaksasi dapat mengurangi keteganganotot, yang akan mengurangi intensitasnyeri. Gunakan bantal dan selimutuntuk mendukung bagian yang nyeriuntuk mengurangi jumlah otot yangtegang . Hal ini sependapat dengan dr.Indra T. SpRM, spesialis rehabilitasidari RS Husada Utama Surabaya(Triasmara Wahyu, 2010)mengemukakan posisi tidur memakaibantal selimut bertujuan untukmengistirahatkan otot-otot lehermaupun tulang belakang. Hal yangperlu diperhatikan ketika tidur adalahsimetris dan ergonomis. Simetrisberarti otot leher kanan dan kiriseimbang, sedangkan ergonomis berartimencapai keseimbangan fungsi otot.

Page 12: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

12

Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa pemakaian bantalpada leher pasien cedera kepala ringandengan GCS 15 terbukti efektif sebagaisalah satu cara untuk mengurangi nyerikepala yang sering didapatkan padacedera tersebut. Pemberian bantal padaleher ini akan mengurangi kontraksiotot-otot leher, kontraksi otot yangberkurang akan menurunkan iskemiaotot. Pada iskemia otot akan terjadimetabolisme anaerobik (metabolismetanpa oksigen). Metabolisme anaerobikakan menghasilkan sejumlah besar asamlaktat yang terkumpul. Mungkin jugaada bahan-bahan kimiawi lainnyaseperti bradikinin dan enzim proteolitikyang terbentuk dalam jaringan akibatkerusakan sel. Adanya bahan-bahankimiawi ini dan adanya asam laktat akanmerangsang ujung serabut saraf nyeri.Jadi pemakaian bantal pada leher dapatdimungkinkan mengurangi spasme padaotot-otot leher dan scalp pada pasiencedera kepala ringan. Denganberkurangnya spasme otot akanmengurangi iskemia jaringan sehinggadapat mengurangi rasa nyeri yang ada.

Kesimpulan1. Skala nyeri kepala pada pasien

cedera kepala ringan sebelumpemakaian bantal pada lehermayoritas responden (50,0%) padaskala sedang (4-6).

2. Skala nyeri kepala pada pasiencedera kepala ringan sesudahpemakaian bantal pada lehermayoritas responden (50,0%) padaskala ringan (1-3).

3. Pemakaian bantal pada lehermemberikan pengaruh yangsignifikan terhadap penurunan skala

nyeri kepala pada pasien cederakepala ringan.

DAFTAR PUSTAKAAlamsyah Ristum. 1999. Spasmofili

sebagai faktor resiko nyerikepala tipe tegang. [Internet].Bersumber dari :˂http://eprints.undip.ac.id/12182/˃ [Diakses tanggal 15 April2011]

Al Fauzi A. 2002. PenangananCedera Kepala di Puskesmas.[Internet]. Bersumber dari :˂http://www.tempo.co.id/medika/arsip/072002/pus-1.htm˃[Diakses tanggal 11 April 2011]

American College of SurgeonCommittee, (2004). AdvancedTrauma Life Support for Doctorsseventh edition, Chicago: FirstImpression

Asmadi. (2008). Teknik ProseduralKeperawatan : Konsep danAplikasi Kebutuhan Dasar Klien,Jakarta: Salemba Medika.

Browndyke. 2002. TelepsychologySolusi.[Internet]. Bersumber dari :˂www.neuropsychologycentral.com/.../mild_head_injury_and_posttraumatic_headache.pdf˃ [Diaksestanggal 2 Maret 2011]

Carpenito Linda Jual. (2000). DiagnosaKeperawatan Aplikasi padaPraktek Klinis. Jakarta: EGC.

Defence and Veterans Brain InjuryCenter, 2009. Concussion / MildTraumatic Brain InjuryRehabilitation Headache and NeckPain. [Internet] Bersumber dari :˂http://www.dvbic.org/images/pdfs/Clincal-

Page 13: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

13

Tools/Headache_and_Neck_Pain.aspx˃ [ Diakses tanggal 2April2011]

Guyton A.C, Hall J.E. (1997). BukuAjar Fisiologi Kedokteran, Jakarta:EGC.

Hidayat A. Aziz Alimul. (2008).Metode Penelitian Keperawatandan Teknik Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika.

Japardi Iskandar. (2002). Sindromapost Concusion. [Internet].Bersuber dari :˂http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1947/1/bedah-iskandar%20japardi45.pdf ˃[Diakses tanggal 11 April 2011]

Mansjoer, Arief. (2000). Kapita SelektaKedokteran Edisi ketiga, jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.

Nursalam. (2009). Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika

Notoatmodjo Soekidjo. (2005).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Price Sylvia A. and Wilson Lorraine M.(2005). Patofisiologi Konsep KlinisProses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC.

Potter, P.A and Perry, A.G. (2005).Buku Ajar FundamentalKeperawatan Konsep, Proses danPraktek Edisi 4. Jakarta: EGC.

Rosjidi Cholik Harun, NurhidayatSaiful. (2009). Buku Ajar

Perawatan Cedera Kepala danStroke. Yogjakarta : ArdanaMedia.

Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G..(2001). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah- Brunner&Suddarth. Jakarta: EGC.

Sugiyono, (2009). Statistika untukpenelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiharto et all, (2006). AnatomiKlinik Untuk MahasiswaKedokteran. Edisi 6. Jakarta:EGC.

Triasmara Wahyu, (2010). Pengaruhbantal pada kualitas tidur anda.[Internet]. Bersumber dari :˂www.halodokterku.blogspot.com/2010/06/pengaruh-bantal-pada-kualitas-tidur.html˃ [Diaksestanggal 1 Februari 2011]

Widiasih Ni Luh, (2001). Observasipengaruh pemberian oksigenmasker 8 lpm dengan oksigen nasal2 lpm terhadap derajat kesadaranpada pasien cedera kepala sedangdi I.R.D. R.S.U.D Dr Soetomo,tidak dipublikasikan, UniversitasAirlangga Program Studi IlmuKeperawatan Surabaya.

WHO,(2003).Theglobalimpact[Internet] Bersumber dari :˂www.who.int/entity/violence_injury_prevention/publications/road_traffic/world_report/chapter2.pdf˃ [Diakses tanggal 17 April2011

Page 14: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

14

FREKUENSI HEMODIALISA DENGAN TINGKAT KECEMASANKELUARGA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI

HEMODIALISA RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

Rahayu Budi Utami, Sujiati

Staf DosenStikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal kronik ataupasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat. Proses hemodialisamembutuhkan waktu lama hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada pasien dankeluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi hemodialisadengan tingkat kecemasan keluarga pasien gagal ginjal kronik di Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan korelasi menggunakancross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 keluarga, 10 keluarga tidakdijadikan sampel karena 6 pasien menjalani hemodialisa kurang dari 6 bulan, dan 4pasien tidak didampingi keluarga. Sampling yang digunakan ialah Non-Probabilitydengan metode purposive sampling.

Hasil penelitian sebagian besar yaitu 22 responden (73,3%) memiliki frekuensihemodialisa pasien Gagal Ginjal Kronik sering dan setengahnya yaitu 15 responden(50%) mengalami cemas sedang. Berdasarkan uji SPSS versi 16 dengan uji spearman’srho didapatkan p value 0,003 pada α= 0,05, dan Correlation Coefficient= 0,531 yangartinya H 1 diterima dan H0 ditolak yang berarti hubungan Frekuensi HemodialisaDengan Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Dari hasil penelitian maka dapat direkomendasikan bahwa pasien akan lebih baikdi tunggui keluarganya untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien

Key word:hemodialisa, keluarga, dan kecemasan

Page 15: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

15

PENDAHULUANHemodialisa bisa digunakan

sebagai pengobatan jangka panjanguntuk gagal ginjal kronis atau sebagaipengobatan sementara sebelumpenderita menjalani pencangkokanginjal. Pasien gagal ginjal kronis yangmenjalani hemodialisa, membutuhkanwaktu 12 jam untuk dialisa setiapminggunya, atau paling sedikit 3-4 jamper kali terapi. Kegiatan ini akanberlangsung terus-menerus sepanjanghidupnya, umumnya pasien akanmengalami gangguan fisik danpsikologis yaitu mengalami gangguandalam proses berfikir dan konsentrasiserta gangguan dalam hubungan sosial,sementara pada keluarga akanmenimbulkan ketakutan, kecemasan,dan putus asa (Hudak & Gallo, 2002).Kecemasan dipengaruhi olehintensitas, cakupan, durasi danfrekuensi, serta jumlah dan sifat daristressor. Frekuensi hemodialisamerupakan salah satu faktor yangmempengaruhi kecemasan keluarga,karena salah satu tugas perkembangankeluarga adalah merawat anggotakeluarga yang sakit termasuk pasienyang gagal ginjal kronik yang dilakukanhemodialisa (Suprayitno, 2004). Darihasil wawancara yang dilakukan penelititanggal 19-20 Oktober 2012 terhadap10 keluarga didapatkan 7 keluargamengeluh jenuh mengantar pasien gagalginjal kronis untuk hemodialisa, merasacemas dengan keadaan pasien, takutdengan kegagalan terapi sedangkan 3keluarga mengatakan sudah tidakberdaya, pasrah dan mulai adaptasiterhadap tindakan Hemodialisa.

Di Indonesia sendiri, angkakejadian gagal ginjal terminal beradapada 100 pasien baru setiap 1 juta

penduduk per tahun pada 2010.Menurut Sayekti (2010), pada tahun2010 sekitar 6,2 persen pendudukIndonesia menderita Gagal GinjalKronik. Dari jumlah tersebut diketahuikurang lebih 70.000 orangmemerlukan hemodialisa. Di JawaTimur, menurut Sinaga (2010) jumlahpasien gagal ginjal di perkirakanmencapai 20.000 orang dan mayoritasharus menjalani hemodialisa untukmelanjutkan hidupnya. Data yangdiperoleh dari Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono Ponorogo padabulan Januari sampai Agustus 2012didapatkan frekuensi rata-ratahemodialisa 142 kali tindakan.Sedangkan jumlah pasien hemodialisasebanyak 30 pasien dengan usia dalamrentang 23-77 tahun. Rata-rata tiapbulan pasien melakukan hemodialisasebanyak 7 kali.

Hemodialisa digunakan bagipasien dengan tahap akhir gagal ginjalkronik atau pasien berpenyakit akutyang membutuhkan dialisis waktusingkat. Unit hemodialisa adalah suatuunit kesehatan yang melakukan prosescuci darah bagi pasien disfungsi ginjal.Prosedur pengobatan yang digunakanuntuk memperbaiki keadaan tersebutadalah melalui hemodialisa(Iskandarsyah, 2006). Proseshemodialisa membutuhkan waktu lamahal tersebut dapat menimbulkankecemasan pada pasien dan keluarga.Jika keluarga mengalami kecemasan,maka akan mempengaruhi psikologispasien, karena tindakan hemodialisasebagian besar pasien diantar olehkeluarga. Masalah- masalah kesehatandalam keluarga saling berkaitan, danapabila salah satu anggota keluargamempunyai masalah kesehatan akan

Page 16: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

16

berpengaruh terhadap anggota keluargalainnya (Sudiharto 2007).

Dengan memahami bahwahemodialisa dilakukan seumur hidup,maka diperlukan beberapa upayaseperti pendidikan kesehatan,bimbingan pola makan danmetabolisme tubuh, serta bimbinganpsikologis dan spiritual untukmembantu penyembuhan pasien.Sementara itu keterlibatan keluargadalam tindakan hemodialisa pada pasiengagal ginjal kronik merupakan suatustressor yang tidak dapat dihindari danakhirnya akan menyebabkan kecemasankeluarga. Karena banyak stressor tidakdihindari, maka promosi kesehatansering difokuskan pada adaptasiindividu, keluarga atau komunitasterhadap stress (Carpenito, 2002).Perawat dapat mengembangkanpromosi kesehatan di instalasihemodialisa dengan memberikanpenyuluhan, motivasi dan dukungankepada keluarga pasien sehingga akanmengurangi tingkat kecemasankeluarga pasien yang menjalanihemodialisa.

Berdasarkan uraian tersebutdiatas, maka peneliti tertarik untukmeneliti tentang hubungan frekuensihemodialisa dengan tingkat kecemasankeluarga pasien gagal ginjal kronik diInstalasi Hemodialisa RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui hubungan frekuensihemodialisa dengan tingkatkecemasan keluarga pasien gagalginjal kronik di Instalasi

Hemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi frekuensi

hemodialisa pasien gagal ginjalkronik di Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono Ponorogo.

b. Mengidentifikasi tingkatkecemasan keluarga pasien gagalginjal kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

c. Menganalisis hubunganfrekuensi hemodialisa dengantingkat kecemasan keluargapasien gagal ginjal kronik diInstalasi Hemodialisa RSUDDr. Harjono Ponorogo.

Metodologi PenelitianPada penelitian ini

menghubungan Frekuensi hemodialisadengan tingkat kecemasan keluargapasien gagal ginjal kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo, sehingga Rancanganpenelitian yang digunakan adalahrancangan korelasi menggunakan cross-sectional yaitu jenis penelitian yangmenekankan waktu pengukuran danobservasi data variabel independen dandependen hanya sekali pada satu saat(Nursalam, 2008).

Penelitian dilaksanakan padatanggal 1 sampai dengan 31 Desember2012. Bertempat di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo. Pada penelitian inipopulasinya adalah seluruh pasien gagalginjal kronik yang menjalanihemodialisa di Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono Ponorogo daribulan Januari sampai Nopember 2012sejumlah 40 pasien. Jumlah sampel

Page 17: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

17

dalam penelitian ini 30 keluarga, 10keluarga tidak dijadikan sampel karena6 pasien menjalani hemodialisa kurangdari 6 bulan, dan 4 pasien tidakdidampingi keluarga. Sampling yangdigunakan ialah Non-Probabilitydengan metode purposive samplingyaitu teknik sampling yang tidakmemberi peluang atau kesempatansama bagi setiap populasi (Sugiyono,2007). Purposive didasarkan pada suatupertimbangan tertentu yang dibuat olehpeneliti sendiri berdasarkan ciri atausifat populasi yang telah diketahui(Notoatmodjo, 2010).

Variabel adalah perilaku ataukarakteristik yang memberikan nilaibeda terhadap sesuatu (Nursalam,2008). Variabel dalam penelitian initerdiri dari variabel bebas (independent),merupakan variabel yang menjadi sebabperubahan dan variabel terikat(dependent) merupakan variabel yangdipengaruhi atau menjadi akibat karenavariabel bebas (Hidayat, 2003).Variabel bebas adalah frekuensihemodialisa, sedangkan variabel terikatadalah tingkat kecemasan keluarga.analisa data menggunakan uji statistikdengan Spearman Rank melalui programSPSS versi 16, dengan α sebesar 5%(0,05). Apabila p value ≤ α (0,05).

Hasil penelitian1. Frekuensi hemodialisa pasien Gagal

Ginjal Kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo

No FrekuensiHemodialisa

Frekuensi

(%)

1 Sering 22 73,32 Cukup 8 26,73 Sedikit 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel respondendidapatkan sebagian besar yaitu22 responden (73,3%) memilikifrekuensi hemodialisa pasien GagalGinjal Kronik sering.

2. Tingkat kecemasan responden diInstalasi Hemodialisa RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

No Tingkatkecemasan

Frekuensi

(%)

1 Tidak cemas 0 02 Ringan 1 3,33 Sedang 15 504 Berat 14 46,75 Panik 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel respondendidapatkan setengahnya yaitu 15responden (50%) mengalamicemas sedang.

3. Hubungan Frekuensi HemodialisaDengan Tingkat KecemasanKeluarga Pasien Gagal GinjalKronik di Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono Ponorogo

Tingkatkecemas

an

Frekuensi Hemodialisa JumlahSedikit Cukup Sering

N % N % N % N %TidakCemas 0 0 0 0 0 0 0 0

Ringan 0 0 1 3,3 0 0 1 3,3Sedang

0 0 5

16,710

33,3

15

50

Berat 0 0 2 6,6 12

40

14

46,7

Panik 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah

0 0 8

26,722

73,3

30

100

p value 0,003 pada α= 0,05Correlation Coefficient= 0,531

Berdasarkan tabel responden hampirsetengah responden yaitu 12responden (40%) memiliki frekuensihemodialisa sering dan tingkatkecemasan berat. Berdasarkan uji

Page 18: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

18

SPSS versi 16 dengan uji spearman’srho didapatkan p value 0,003 padaα= 0,05, dan Correlation Coefficient=0,531 yang artinya H 1 diterima danH0 ditolak yang berarti hubunganFrekuensi Hemodialisa DenganTingkat Kecemasan Keluarga PasienGagal Ginjal Kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo. Keeratan hubungantingkat agak rendah (sedang).

Pembahasan1. Frekuensi Pasien Gagal Ginjal

Kronik di Instalasi HemodialisaRSUD Dr. Harjono PonorogoBerdasarkan hasil penelitian

frekuensi hemodialisa terhadap 30responden didapatkan sebagain besaryaitu 22 responden (73,3%) memilikifrekuensi hemodialisa sering. Hal inidibuktikan dari 22 responden yangmempunyai frekuensi sering didapatkan6 responden (27,2%) berumur 31-35tahun. Berdasarkan uji statistik antarafrekuensi hemodialisa dengan umurresponden didapatkan p value=0,044pada α=0,05.

Hemodialisa bisa digunakan sebagaipengobatan jangka panjang untuk gagalginjal kronis atau sebagai pengobatansementara sebelum penderita menjalanipencangkokan ginjal. Pasien gagal ginjalkronis yang menjalani hemodialisa,membutuhkan waktu 12 jam untukdialisa setiap minggunya, atau palingsedikit 3-4 jam per kali terapi dankegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Hudak &Gallo, 2002). Frekuensi dialisabervariasi, tergantung kepadabanyaknya fungsi ginjal yang tersisa,tetapi sebagian besar penderitamenjalani dialisa sebanyak 3

kali/minggu. Setiap pasien yangmengalami program dialisis regulerakan menjalani preparasi (persiapan)yaitu sesi dialisis 3-4 kali per mingguatau 12-15 jam per minggu (Sukandar,2006).

Umur adalah waktu atau lamamanusia ada/hidup, yang dimulai darilahir dan sampai pada ulangtahunnya(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Umur31-35 tahun masuk dalam tahapanpekembangan dewasa madya. Padatahap ini seseorang mempunyai rasa dantujuan hidup, pencapaian tujuan jangkapanjang, usia produktif, dan menjalinhubungan persahabatan yang bisaberlanjut ke pernikahan. Penyakitakibat faktor keturunan dan gaya hidupbisa muncul pada usia ini (Perry danPotter, 2005).

Usia 31-35 merupakan masaproduktif sehingga apabila adagangguan kesehatan, maka seseorangakan mencari pengobatan dan berusahapatuh dengan program pengobatan.Pasien akan merasakan badan yang tidaknyaman bahkan cenderung mengalamigangguan fisik seperti mudah lelah,sesak, dan mual apabila waktunyahemodialisa, sehingga ada semangatuntuk rutin menjalani hemodialisayang telah diprogramkan. Selain itubagi pasien yang 31-35 tahun yangmampu atau mandiri datang sendiri kerumah sakit untuk menjalanihemodialisa menyebabkan pasientersebut rutin hemodialisa sehinggafrekuensi hemodialisa yang telahdiprogramkan oleh dokter dapatdijalani sesuai jadual. Tuntutankehidupan yang terus meningkatmendorong pasien untuk bisa sembuhatau minimal bisa mandiri, mampu

Page 19: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

19

beraktifitas dan tidak merepotkan oranglain termasuk keluarga.

Frekuensi hemodialisa dalamkategori sering berarti pasienmelakukan hemodialisa secara rutinsesuai jadual yang ditetapkan. Frekuensipelaksanaan hemodialisa pada pasienyang mendapatkan Jamkesmas danJamkesda menyebabkan adanyaperbedaan kedatangan pasien dalammenjalani hemodialisa. Fasilitas pesertaJamkesmas dan Askes 1 minggu 2 kalisehingga dalam satu bulan 8-9 kali.Peserta Jamkesda dan SPM (SuratPernyataan Miskin) hemodialisadilakukan setiap 5 hari sekali sehinggasatu bulan 6-7 kali. Jumlah pasiendengan Askes 9 pasien (3%), SPM 8pasien (26,7%), Jamkesda 3 pasien(10%), Jamkesmas 10 pasien (33,3%).Frekuensi hemodialisa kategori seringberarti terjadi pada pasien pesertaAskes dan Jamkesmas karena jadwalatau fasilitas hemodialisa seminggu 2kali atau 3 hari sekali.2. Tingkat Kecemasan Keluarga

Pasien Gagal Ginjal Kronik diInstalasi Hemodialisa RSUD Dr.Harjono Ponorogo

Berdasarkan hasil penelitian dari30 pasien didapatkan kecemasankeluargayaitu 15 keluarga (50%) cemassedang. Dari 15 keluarga pasien GagalGinjal Kronik didapatkan 7 responden(46,7%) sebagai ibu rumah tangga, danuji statistik didapatkan p value 0,025pada α=0,05.

Kecemasan adalah responemosional berkaitan dengan perasaantidak pasti dan tidak berdaya, tidakmemiliki objek yang spesifik dimanakondisi ini dialami secara subjektif dandikomunikasikan dalam hubunganinterpersonal. Kecemasan disebut juga

ansietas (Stuart and Sudden, 1995,dalam Hidayat 2002), yaitukeprihatinan, kesulitan, ketidak pastianatau ketakutan yang terjadi akibatancaman yang nyata atau dirasakanrespon subjektif terhadap stress (Isaacs, 2005).

Tingkat kecemasan kategorisedang memungkinkan seseorang untukmemusatkan pada hal yang penting danmengesampingkan yang lain. Sehinggaseseorang mengalami perhatian yangselektif namun dapat melakukansesuatu yang lebih terarah Stuart andSudden (1995, dalam Hidayat 2002).

Ibu rumah tangga yangmempunyai keluarga menderita gagalginjal kronik dan harus dilakukanhemodialisa mempunyai bebanpsikologis yang berat. Penyakit yangdiderita pasien adalah penyakitmenahun, dan hemodialisa merupakansatu-satunya cara untuk menyelamatkanatau menyambung hidup pasien.

Keluarga dapat menjadi faktoryang sangat berpengaruh dalammenentukan keyakinan dan nilaikesehatan individu serta dapat jugamenentukan tentang programpengobatan yang dapat mereka terima.Keluarga juga memberi dukungan danmembuat keputusan mengenaiperawatan dari anggota keluarga yangsakit termasuk pasien GGK yangmenjalani hemodialisa. Kecemasankeluarga juga disebabkan biaya yangharus dikeluarkan keluarga untuk biayatransportasi, kondisi pasien yang tidakstabil dan waktu serta tenaga keluargauntuk mengantarkan pasien ke rumahsakit.

Page 20: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

20

3. Frekuensi Hemodialisa denganTingkat Kecemasan KeluargaPasien Gagal Ginjal Kronik diInstalasi Hemodialisa RSUD Dr.Harjono Ponorogo

Berdasarkan tabulasi silangdidapatkan dari 30 responden hampirsetengah responden yaitu 12 responden(40%) memiliki frekuensi hemodialisasering dan tingkat kecemasan berat.Berdasarkan uji SPSS versi 16 denganuji spearman’s rho didapatkan p value0,003 pada α= 0,05, dan CorrelationCoefficient= 0,531 yang artinya adahubungan Frekuensi HemodialisaDengan Tingkat Kecemasan KeluargaPasien Gagal Ginjal Kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo dan hubungan tingkat agakrendah (sedang).

Keterlibatan keluarga dalamtindakan hemodialisa pada pasien gagalginjal kronik merupakan suatu stressoryang tidak dapat dihindari dan akhirnyaakan menyebabkan kecemasan keluarga(Carpenito, 2002). Waktu yangdiperlukan untuk terapi dialisis akanmengurangi waktu yang tersedia untukmelakukan aktivitas sosial dan dapatmenciptakan konflik, frustasi rasabersalah serta depresi didalam keluarga(Brunner dan Suddart, 2002).Kecemasan dipengaruhi olehintensitas, cakupan, durasi danfrekuensi, serta jumlah dan sifat daristressor. Frekuensi hemodialisamerupakan salah satu faktor yangmempengaruhi kecemasan keluarga,karena salah satu tugas perkembangankeluarga adalah merawat anggotakeluarga yang sakit termasuk pasienyang gagal ginjal kronik yang dilakukanhemodialisa (Suprayitno, 2005).Keluarga dijadikan sebagai unit

pelayanan karena masalah kesehatankeluarga saling berkaitan dan salingmempengaruhi sesama anggotakeluarga dan akan mempengaruhi pulakeluarga-keluarga disekitarnya ataumasyarakat secara keseluruhan(Wiyono, 2005). Proses hemodialisamembutuhkan waktu lama hal tersebutdapat menimbulkan kecemasan padapasien dan keluarga. Jika keluargamengalami kecemasan, maka akanmempengaruhi psikologis pasien,karena tindakan hemodialisa sebagianbesar pasien diantar oleh keluarga.Masalah- masalah kesehatan dalamkeluarga saling berkaitan, dan apabilasalah satu anggota keluarga mempunyaimasalah kesehatan akan berpengaruhterhadap anggota keluarga lainnya(Sudiharto 2007).

Keluarga yang mendampingipasien saat menjalani hemodialisa akanmelihat alat-alat hemodialisa yangrumit, mendengarkan berbagai keluhanyang dialami pasien mulai nyeri saatpenusukan jarum terutama pasien yangbelum dipasang AV shunt, pasien sesaknapas saat menjalani hemodialisa, danselain itu keluarga berada pada ruanganyang penuh dengan monitor yangmembuat keluarga merasa takut, cemasdan tidak nyaman. Sebagian besarkeluarga mengalami kecemasan beratyaitu 9 responden (64,3%) pada awalpada pasien menjalani hemodialisa yaitu2-6 bulan pertama. Hal inimenunjukkan bahwa hemodialisamerupakan sumber stress bagi keluargayang menimbulkan kecemasan. Denganketergantungan alat hemodialisa pasienbisa bertahan hidup, sehingga keluargamerasakan bahwa umur harapan hiduppasien sudah kecil atau pasien akanmenderita seumur hidup.

Page 21: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

21

Dengan memahami bahwahemodialisa dilakukan seumur hidup,maka diperlukan beberapa upayaseperti pendidikan kesehatan,bimbingan pola makan danmetabolisme tubuh, serta bimbinganpsikologis dan spiritual untukmembantu penyembuhan pasien.Sementara itu keterlibatan keluargadalam tindakan hemodialisa pada pasiengagal ginjal kronik merupakan suatustressor yang tidak dapat dihindari danakhirnya akan menyebabkan kecemasankeluarga. Karena banyak stressor tidakdihindari, maka promosi kesehatansering difokuskan pada adaptasiindividu, keluarga atau komunitasterhadap stress yang dialami.

KESIMPULAN1. Frekuensi hemodialisa pada pasien

gagal ginjal kronik sebagain besaryaitu 22 responden (73,3%)memiliki frekuensi sering.

2. Tingkat kecemasan pada keluargapasien gagal ginjal kroniksetengahnya yaitu 15 responden(50%) memiliki kecemasan sedang.

3. Ada hubungan frekuensi hemodialisadengan tingkat kecemasan keluargapasien gagal ginjal kronik di InstalasiHemodialisa RSUD Dr. HarjonoPonorogo dengan p value 0.000pada α=0,05 dan CorrelationCoefficient= 0,531 yang artinyahubungan tingkat agak rendah(sedang).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Brunner & Suddarth. (2002).Keperawatan Medikal Bedah AlihBahasa Volume 2. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. (2002). RencanaAsuhan dan DokumentasiKeperawatan. Volume 3. Jakarta :EGC

Engran, B. (2001). Perawatan MedikalBedah Alih Bahasa. Bandung:Yayasan Ikatan Alumni PendidikanKeperawatan Pajajaran.

Hadi, S. (2005). PendekatanHemodialisa pada pasien gagalginjal menahun. Malang: FKUNIBRAW-RSUD dr. SaifulAnwar.

Hastono, P.S. (2006). Basic DataAnalysis for Health Research,Jakarta: Fakultas KesehatanMasyarakat, Universitas Indonesia.

Hidayat, A. A. (2002). RisetKeperawatan dan Tehnik PenulisanIlmiah. Jakarta: Salemba Medika.

Hudak dan Gallo. (2002). KeperawatanKritis.volume 2. Jakarta: EGC.

Isaacs, A. (2005). KeperawatanKesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi3. Jakarta: EGC.

Iskandarsyah. (2006). Perkembanganhemodialisa [internet] bersumber<http://uns.ac.id/files/2012/05/pdf> [diakses tanggal 10September 2012 jam 15.14 WIB].

Kristanto, D. (2011). KonsesusHemodialisa pada gagal ginjalkronik [internet] bersumberdari<http://publikasi.RSUPNDr.Ciptomangunkusumo.com/web>[diakses tanggal 27 Novemberjam 07.17 WIB].

Page 22: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

22

Machfoedz, I. (2009). StatistikDeskriptif. Yogyakarta:Fitramaya.

Maramis. (2005). Ilmu KedokteranJiwa. Surabaya: AirlanggaUniversity Press.

Monks and Knoers. (2002). PsikologisPerkembangan. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Niven, N. (2000). PsikologiKesehatan. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2007). PerilakuKesehatan. Edisi Kedua. Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep danpenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta :Salemba.

Perry dan Potter. (2005).Fundamental of nursing, concept,procces, and practice, edisi bahasaIndonesia. Jakarta : EGC

Price and Wilson. (2007).Patofisiologi. Konsep KlinikProses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC.

Satyawan. (2010). Persepsi pasien gagalginjal yang dilakukan hemodialisa[internet ] bersumberdari<http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article> [diaksestanggal 17 September 2012 jam16.17 WIB].

Sayekti. (2010). Jangan sakit ginjal diIndonesia. [internet] bersumberdari<http://sayekti.wordpress.com/2008/03/13/jangan-sakit-ginjal-diIndonesia/> [diakses tanggal 1September 2012 jam 17.01 WIB].

Sinaga. (2010). Penanganan pasienGagal ginjal kronik [internet]bersumber dari<http://www.rumahsakitmitrakemayoran.com/?p=740> [diaksestanggal 1 September 2012 jam17.15 WIB].

Sudiharto. (2007). AsuhanKeperawatan Keluarga denganPendekatan KeperawatanTranskultural, Jakarta : BukuKedokteran EGC.

Sugiyono ( 2007 ), Statistik UmumPenelitian, Bandung, Alfabeta.

Suprajitno. (2005). AsuhanKeperawatan Keluarga : AplikasiDalam Praktik, Jakarta : BukuKedokteran EGC.

Sukandar, Enday. (2006). Gagal Ginjaldan Panduan Terapi Dialisis.Bandung: Fakultas KedokteranUNPAD/RS. Dr. Hasan Sadikin.

Wiyono, Hariyanto, Subekti, (2005).Asuhan KeperawatanKeluarga.Konsep dan Proses.Malang, Bundara Media

.

Page 23: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

23

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP MOBILISASI DINI PASCAOPERASI PEMBEDAHAN ABDOMEN DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD DR.SOEROTO NGAWI

Sujatmiko, Muhammad Bayu AA

Staf DosenStikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

Early mobilization is efforts to retain independence as early as possible in amanner to maintain the function of guiding the patient’s physiological, Nurses have aimportant role providing information with the actions which will be performed, thepurpose of this research to know the influence of illumination on the mobilization ofvolers. Early abdominal area surgery post operation in Flamboyan room RSUDdr.Soeroto Ngawi.

This is a form Quasy Experimental design research . The population waspatient’s BPH and Hernia in Flamboyan RSUD dr.Soeroto Ngawi as much as 20patient’s with the method Accidental Sampling and the number samples that whichmatch the oriteria of inclusion as much as 16 respondents. The variable independent isthe extension and the variable dependent is the early mobilization. File collection usingobservation and processed using statistical Mann-whitney U-Test with α < 0,05 usingSoftware Product and Service Solution (SPSS version 17.0).

Based on an examination of 8 respondents who were given counseling, showing6 of 75% of the respondents do early mobilization and 2 respondents 25% do not doearly mobilization. While 8 respondent were given without illumination showsentirely 100% do not do early mobilization the result of statistical tests to come by ρ= 0.003 < α =0,05 then H0 rejected and H1 accepted.

The result of this research show that there are influence of early mobilizationafter the extension of abdominal surgery in flamboyan room RSUD dr.Soeroto Ngawi.Expected can improve hospital service and facilities guidance so that it can acceleratethe healing process.

Keyword : extension, eatly mobilization, post operation.

Page 24: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

24

PENDAHULUANTindakan pembedahan

merupakan pengalaman menegangkanbagi hampir semua pasien, karenakurangnya pengetahuan mengenaitindakan perawatan atau tindakanmedis yang akan dilakukan terutamatentang mobilisasi pasien. Karenamobilisasi dini pasca operasi sangatlahpenting diketahui oleh setiap pasien,sesuai dengan Mihardi (2010) yangmendefinisikan mobilisasi dini adalahsuatu upaya mempertahankankemandirian sedini mungkin dengancara membimbing penderita untukmempertahankan fungsi fisiologis.Perawat mempunyai peranan yangpenting dalam setiap tindakanpembedahan baik pada masa sebelum,selama, maupun setelah tindakan. Danhal ini sebaiknya perawat memberikaninformasi atau penyuluhan terkaitdengan tindakan pembedahan yangakan dilakukan pada pasien.Penyuluhan adalah unsur programkesehatan dan kedokteran yangdidalamnya terkandung rencana untukmengubah prilaku perseorangan danmasyarakat dengan tujuan untukmembantu tercapainya programpengobatan, pencegahan penyakit, danpeningkatan kesehatan (Susilo, 2011).Pemberian penyuluhan pra operasisebagai tindakan suportif danpendidikan yang dilakukan perawatuntuk membantu pasien bedah dalammeningkatkan kesehatan sendiri praoperasi dan pasca operasi, karenatindakan pembedahan merupakanacaman pontensial maupun aktual padaintegeritas seseorang yang dapatmembangkitkan reaksi stres fisiologismaupun psiklogis (Majid & Istianah,2011). Dari pengalaman klinik,

peneliti sering menjumpai pasien pascaoperasi pembedahan abdomen yangtidak melakukan mobilisasi segera,karena takut luka jahitan robekataupun penyembuhannya lama. Halini bisa mengurangi rangsang kerjausus (peristaltik usus), hari perawatanlebih lama serta kemungkinan munculkomplikasi pasca pembedahan sepertidekubitus atau kontraktur sendi.Sehingga pelaksanakan mobilisasi perlumendapat penjelasan sebelum tindakanpembedahan dilaksanakan gunameningkatkan kemampuan mendiripasien pasca operasi. Pada studipendahuluan pada tanggal 5 september2012, peneliti menemukan hanyabeberapa saja pasien yang melakukanmobilisasi dini tetapi teknik yangdilakukan juga masih kurang.

Sebelumnya pernah dilakukanpenelitian tentang perilaku mobilisasipada pasien pasca operasi, penelititersebut menyimpulkan bahwa 85%dari 20 pasien pengetahuan pasiententang mobilisasi pasca operasi sangatkurang (Tiwi, 2009). Dari data yangdiperoleh di ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi pembedahan yangmenyangkut luka insisi di abdomendari bulan April sampai Juni 2012terdapat 20 kasus dengan rata-rata tiapbulannya. Peneliti melakukan studipendahuluan terhadap 10 pasien praoperasi dan 10 pasien pasca operasi diruang Flamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi, didapat 70% pasien pascaoperasi tidak melakukan mobilisasi dinidan 30% melakukan mobilisasi dinitetapi teknik yang pasien lakukan jugamasih kurang. Data lain yang diperolehpeneliti adalah dari 2 pasien bisa flatussebelum 8 jam pertama, 5 pasien bisaflatus setelah 8 jam pertama, 3 pasien

Page 25: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

25

bisa flatus setelah 8 jam kedua. Pasienmenyampaikan merasa takut jahitannyarobek dan merasa nyeri apabiladipergunakan untuk mobilisasi. Pasientersebut mengaku tidak mendapatinformasi tentang mobilisasi praoperasi saat berada di ruangFlamboyan, tetapi ada beberapa pasienyang menyampaikan mendapatinformasi mobilisasi saat pasca opeasidi ruang pulih sadar (recovery room).

Perbaikan fungsi danmengembalikan stabilitas kesehatanpasien perlu dilakukan suatupembedahan atau operasi. Setelahoperasi proses keperawatan akandilaksanakan secara berkelanjutan diruang pemulihan, ruang intensif, danruang rawat inap bedah (Muttaqin &Kumala, 2009). Di ruang rawat inapbedah pasien harus sesegera mungkinmelakukan mobilisasi dini untukmengembalikan fungsi fisologisnya(Mihardi, 2010). Mobilisasi dinidipengaruhi oleh gaya hidup,ketidakmampuan, tingkat energi, usia,dan pendidikan. Dampak kurangnyapengetahuan pasien tentang mobilisasidini pasca operasi pembedahanabdomen akan memepengaruhi sikappasien sehingga tidak melakukanmobilisasi dini. Apabila pasien tidakmelakukan mobilisasi dini akan terjadikomplikasi pasca operasi antara lainatelektasis, pneumonia hipostatik,gangguan gastrointestinal, masalahsirkulasi, dan dekubitus (Brunner &Suddarth, 2002). Sehingga wakturawat di rumah sakit jadi lebih lamadan terjadi stres psikis (Majid &Istianah, 2011).

Pengetahuan tentang mobilisasidini pasca operasi pembedahanabdomen sangat penting untuk

menghindarkan dari komplikasi yangbisa terjadi. Dalam hal ini pasien harusmengetahui pentingnya mobilisasi dini,waktu, cara, dan komplikasinya.Sehingga penyuluhan sangat diperlukanuntuk memberikan informasimengenai hal tersebut, dan agar pasiendapat diikutsertakan dalam pembuatanrencana keperawatan. Denganmelibatkan pasien sejak awal, kesulitanpelaksanaan asuhan keperawatanbedah, resiko pembedahan, dankomplikasi pasca operasi dapatdiminimkan (Muttaqin & Kumala,2009). Sebagiamana diketahui bahwapenyuluhan pra operasi merupakanupaya perawat sebagai pendidikdengan tujuan untuk membantutercapainya program pengobatan,rehabilitasi, pencegahan penyakit, danpeningkatan kesehatan (Susilo, 2011).Memberikan penyuluhan kepadapasien dapat meningkatan kemampuanadaptasi pasien pasca operasi sehinggakemandirian segera tercapai dan dapatmempersingkat waktu rawat pasien dirumah sakit (Muttaqin & Kumala,2009).

Berdasarkan uraian pada latarbelakang dapat dirumuskan masalah“Bagaimanakah pengaruh penyuluhanterhadap mobilisasi dini pasca operasipembedahan abdomen di ruangFlamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi?”.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penyuluhanterhadap mobilisasi dini pascaoperasi pembedahan daerahabdomen di ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Page 26: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

26

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi mobilisasi dini

pasien pada kelompok perlakuansebelum diberikan penyuluhan diruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

b. Mengidentifikasi mobilisasi dinipasien pada kelompok kontrolsebelum diberikan penyuluhan diruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

c. Mengidentifikasi mobilisasi dinipasien pada kelompok perlakuansesudah diberikan penyuluhan diruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

d. Mengidentifikasi mobilisasi dinipasien pada kelompok kontrolsesudah diberikan penyuluhan diruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

e. Menganalisis pengaruhpenyuluhan terhadap mobilisasidini pasca operasi abdomen padakelompok perlakuan dankelompok kontrol di ruangFlamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi.

Metodologi PenelitianDesain yang digunakan adalah

rancangan penelitian eksperimental,bentuk Quasy Experimental. Ciri dari tipepenelitian ini adalah mengungkapkanhubungan sebab akibat dengan caramelibatkan kelompok kontroldisamping kelompok eksperimental.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20Nopember sampai 20 Desember 2012.Penelitian dilaksanakan di ruangFlamboyan RSUD dr.Soeroto Ngawi.

Populasi dalam penelitian iniadalah pasien yang akan menjalani

operasi daerah abdomen di ruangFlamboyan RSUD dr. Soeroto Ngawisejumlah 20 pasien. Sample dalampenelitian ini ditentukan berdasarkankriteria inklusi sebanyak 16 responden.Teknik pengambilan sample untukpenelitian ini adalah NonprobabilitySampling, bentuk Accidental Samplingyaitu suatu teknik pengambilan sampelkarena kebetulan dijumpai di tempatdan waktu secara bersamaan padapengumpulan data (Nursalam, 2003).

Variabel peneltian ada dua yaituVariabel independen (variabel bebas)adalah variabel yang menciptakan suatudampak perubahan variabel dependen(Sudigdo, 2008). Dalam penelitian inivariabel independennya adalahpenyuluhan. Dan variabel dependen(variabel terikat) adalah variabel yangdipengaruhi atau menjadi akibat darivariabel independen (Alimul, 2007).Dalam penelitian ini variabel dependenadalah mobilisasi dini pasca operasi.

Dalam penelitian ini teknikanalisa data yang digunakan adalahteknik uji statistik Mann-whitney U-Testdengan mengunakan Software Productand Service Solution (SPSS versi 17.0).Mann-whitney U-Test adalah metodeyang digunakan menguji dua sampelyang berukuran sama atau tidak sama(Supranto, 2001). Dengan derajatkemaknaan ρ ≤ 0,05. Jika hasilpenelitian didapatkan ρ ≤ 0,05 makaH0 ditolak dan H1 diterima, ini berartiterdapat pengaruh yang signifikanantara pemberian penyuluhan terhadapmobilisasi dini pasca operasi.

Page 27: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

27

Hasil Penelitian1. Karakteristik responden berdasarkan

mobilisasi dini pada kelompokperlakuan sebelum diberipenyuluhan di Ruang FlamboyanRSUD dr.Soeroto Ngawi.

MobilisiDini

∑ %

MelakukanTidakMelakukan

08

o100

Total 8 100

Dari tabel menunjukkan bahwaseluruhnya pasien tidak melakukanmobilisasi dini pasca operasisebelum diberi penyuluhan padakelompok perlakuan yaitu 8responden (100%).

2. Karakteristik responden berdasarkanmobilisasi dini pada kelompokkontrol sebelum diberi penyuluhandi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Mobilisi Dini ∑ %MelakukanTidakMelakukan

08

0100

Total 8 100

Dari table menunjukkan bahwaseluruhnya pasien tidak melakukanmobilisasi dini pasca operasi padakelompok kontrol yaitu 8 responden(100%).

3. Karakteristik responden berdasarkanmobilisasi dini pada kelompokperlakuan sesudah diberi penyuluhandi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Mobilisi Dini ∑ %

MelakukanTidakMelakukan

62

7525

Total 8 100

Dari tabel menunjukkan bahwahampir seluruhnya pasienmelakukan mobilisasi dini pascaoperasi sesudah diberi penyuluhanpada kelompok perlakuan yaitu 6responden (75%).

4. Karakteristik responden berdasarkanmobilisasi dini pada kelompokkontrol sesudah diberi penyuluhandi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

MobilisiDini

∑ %

MelakukanTidakMelakukan

08

0100

Total 8 100

Dari tabel menunjukkan bahwaseluruhnya pasien pada kelompokkontrol tidak melakukan mobilisasidini pasca operasi pembedahanabdomen yaitu 8 responden (100%).

5. Pengaruh penyuluhan terhadapmobilisasi dini pasca operasipembedahan abdomen padakelompok perlakuan dan kelompokkontrol di Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Penyuluhan MobilisasiDini

TidakMobilisasi

DiniPre Post Pre Post

KelompokPerlakuan

0 6 8 2

KelompokKontrol

0 0 8 8

ρ value = 0,003 α = 0,05

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa untuk responden padakelompok kontrol seluruhnya tidakmelakukan mobilisasi dini dan padakelompok perlakuan hampir

Page 28: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

28

seluruhnya pasien melakukanmobilisasi dini yaitu 6 responden(75%). Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney U-Test diketahui bahwabesarnya nilai kemaknaan ρ = 0,003< α =0,05 maka H0 ditolak dan H1diterima yang berarti ada pengaruhpenyuluhan terhadap mobilisasi dinipasca operasi pembedahan abdomendi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Pembahasan1. Mobilisasi dini pada kelompok

perlakuan sebelum diberipenyuluhan di Ruang FlamboyanRSUD dr.Soeroto Ngawi padatanggal 20 Nopember sampai 20Desember 2012.

Dari tabel menunjukkanbahwa seluruhnya pasien tidakmelakukan mobilisasi dini pascaoperasi sebelum diberi penyuluhanpada kelompok perlakuan yaitu 8responden (100%). Hal inidipengaruhi oleh ketidaktahuanpasien tentang mobilisasi dinisebelumnya dan tidak diberipenyuluhan pra operasi. Sehinggapasien tidak akan melakukanmobilisasi dini karena ketidaktahuanpasien.

Mobilisasi merupakankemamapuan seseorang untukbergerak secara bebas, mudah, danteratur yang bertujuan untukmemenuhi kebutuhan hidup sehat.Mobilisasi diperlukan untukmeningkatkan kesehatan,memperlambat proses penyakitkhususnya penyakit degeneratif danuntuk aktualisasi (Mubarak, 2008).Pembedahan atau operasi adalahsemua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invansif denganmembuka atau menampilkan bagiantubuh yang akan ditangani(Sjamsuhidajat & Jong, 2004).Pembedahan abdomen antara lainhernia dan Benigna Hipertropi Prostat(BPH). Hernia merupakan protusiatau penonjolan isi suatu ronggamelalui defek atau bagian lemah daridinding rongga bersangkutan. Padahernia abdomen, isi perut menonjolmelalui defek atau bagian lemah darilapisan muskulo-aponeurotikdinding perut. Sedaangkan BPHadalah pembesaran atau hypertropiprostat. Kelenjar prostat membesar,memanjang ke arah depan ke dalamkandung kemih dan menyumbataliran keluar urine, dapatmenyebabkan hydronefrosis danhydroureter (Sjamsuhidajat & Jong,2004).

Manfaat mobilisasi dinimenurut Brunner & Suddarth(2002) adalah dapat menurunkaninsiden komplikasi pasca operasiseperti atelektasis, pneumoniahipostatik, gangguangastrointestinal, dan masalahsirkulasi. Sedangkan menurutBarbara (2006) menjelaskan denganmobilisasi dapat membantumencegah komplikasi sirkulatoriparu-paru dan kardiovaskulermencegah dekubitus, merangsangperistaltik usus, dan menguranginyeri. Mihardi (2010), jugamengungkapkan manfaat mobilisasiantara lain pasien merasa lebih sehatdan kuat karena dengan bergerakotot-otot akan kembali menjadi kuatdan dapat mengurangi rasa sakit.Dengan demikian pasien akanmerasa sehat serta membantu

Page 29: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

29

memperoleh kekuatan,mempercepat kesembuhan, akanmerangsang peristaltik usus kembalinormal.

Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mobilisasi dinipasca pembedahan abdomen diruang Flamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi pada kelompok perlakuanmenunjukan bahwa pasien tidakmelakukan mobilisasi dini, hal inidipengaruhi oleh tidak ketahuanpasien tentang mobilisasi dinisebelumnya dan tidak diberikannyapenyuluhan tentang mobilisasi dini.

2. Mobilisasi dini pada kelompokkontrol sebelum diberi penyuluhandi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi pada tanggal 20Nopember sampai 20 Desember2012.

Dari tabel menunjukkanbahwa seluruhnya pasien tidakmelakukan mobilisasi dini pascaoperasi sebelum diberi penyuluhanpada kelompok kontrol sebelumoperasi yaitu 8 responden (100%).Hal ini dipengaruhi olehketidaktahuan pasien tentangmobilisasi dini sebelumnya dan tidakdiberi penyuluhan pra operasi.Sehimgga pasien tidak melakukanmobilisasi dini

Mobilisasi mengacu padakemampuan seseorang untukbergerak dengan bebas danimobilisasi mengacu padaketidakmampuan seseorang untukbergerak dengan bebas. Mobilisasidini merupakan faktor yangmenonjol dalam mempercepatpemulihan pasca operasi dan dapatmencegah komplikasi pasca bedah.

Banyak keuntungan bisa diraih darilatihan ditempat tidur dan berjalanpada periode dini pasca operasi.Mobilisasi sangat penting dalampercepatan hari rawat danmengurangi resiko-resiko karenatirah baring lama seperti terjadinyadekubitus, kekakuan/peneganganotot-otot di seluruh tubuh dansirkulasi darah dan pernapasanterganggu, juga adanya gangguanperistaltik maupun berkemih.

Manfaat mobilisasi dinimenurut Brunner & Suddarth(2002) adalah dapat menurunkaninsiden komplikasi pasca operasiseperti atelektasis, pneumoniahipostatik, gangguangastrointestinal, dan masalahsirkulasi. Sedangkan menurutBarbara (2006) menjelaskandengan mobilisasi dapat membantumencegah komplikasi sirkulatoriparu-paru dan kardiovaskulermencegah dekubitus, merangsangperistaltik usus, dan menguranginyeri. Mihardi (2010), jugamengungkapkan manfaat mobilisasiantara lain pasien merasa lebihsehat dan kuat karena denganbergerak otot-otot akan kembalimenjadi kuat dan dapatmengurangi rasa sakit. Dengandemikian pasien akan merasa sehatserta membantu memperolehkekuatan, mempercepatkesembuhan, akan merangsangperistaltik usus kembali normal.

Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mobilisasi dinipasca pembedahan abdomen diruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi pada kelompokkontrol menunjukan bahwa pasien

Page 30: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

30

tidak melakukan mobilisasi dini,hal ini dipengaruhi oleh tidakketahuan pasien tentang mobilisasidini sebelumnya dan tidakdiberikannya penyuluhan tentangmobilisasi dini.

3. Mobilisasi dini pada kelompokperlakuan sesudah diberi penyuluhandi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi pada tanggal 20Nopember sampai 20 Desember2012.

Dari tabel menunjukkanbahwa hampir seluruhnya pasienmelakukan mobilisasi dini pascaoperasi sesudah diberi penyuluhanpada kelompok perlakuan yaitu 6responden (75%). Hal inidipengaruhi oleh dilakukannyapenyuluhan tentang mobilisasi dini.Karena dengan penyuluhan dapatmemberikan informasi kesehatankepada pasien sehingga pasien yangsebelumnya tidak tahu menjadi tahudan bisa melaksanakannya.

Menurut Rakhmat (2011)penyuluhan adalah unsur programkesehatan dan kedokteran yangdidalamnya terkandung rencanauntuk mengubah perilakuperseorangan dan masyarakatdengan tujuan untuk membantutercapainya program pengobatan,pencegahan penyakit, danpeningkatan. Pemberian penyuluhanpra operasi sebagai tindakan suportifdan pendidikan yang dilakukanperawat untuk membantu pasienbedah dalam meningkatkankesehatan sendiri pra operasi danpasca operasi, karena tindakanpembedahan merupakan acamanpontensial maupun aktual padaintegeritas seseorang yang dapat

membangkitkan reaksi stresfisiologis maupun psiklogis (Majid &Istianah, 2011).

Keberhasilan dalam pemberianpenyuluhan dapat dipengaruhi dariberapa hal, antara lain : pendidik(pemberi penyuluhan), sasaranpendidikan, teknik penyuluhan,metode penyuluhan, dan mediapenyuluhan (Nursalam & Efendi,2009).

Pada penelitian ini banyakfaktor yang mempengaruhi. Padakelompok yang diberi perlakuandihubungkan dengan umurmenunjukan ρ value = 0.156 artinyatidak ada hubungan antara mobilisasidini dengan umur. Hal inidikarenakan umur tidakmempengaruhi seseorang dalammenerima informasi, karena yangmempengaruhi adalah diberikannyapenyuluhan untuk melakukanmobilisasi dini. Tetapi menurutteori dari Mubarak (2008), umurberpengaruh terhadap kemampuansesorang dalam melakuakanmobilisasi. Pada individu lansia,kemampuan untuk melakukanaktivitas dan mobilisasi menurunsejalan dengan penuaan.

Berdasarkan hubungan antaramobilisasi dini dengan jenis kelaminmenunjukan ρ value = 0,083 artinyatidak ada hubungan antara mobilisasidini dengan jenis kelamin. Hal inidikarenakan jenis kelamin tidakmempengaruhi seseorang dalammenerima informasi mauapun dalammelakukan mobilisasi dini, karenayang mempengaruhi adalahdiberikannya penyuluhan tentangmobilisasi dini dan pasien tahu sertamau melakukannya.

Page 31: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

31

Berdasarkan hubungan antaramobilisasi dini dengan pendidikanmenunjukan ρ value = 0,163 artinyatidak ada hubungan mobilisasi dinidengan pendidikan. Hal inidikarenakan pendidikan tidakmenjamin seseorang dalammelakukan mobilisasi dini. Karenadengan berpendidikan tinggi tetapibukan dalam bidang kesehatan,maka belum tentu tahu tentangmanfaat dan cara melakukanmobilisasi dini dengan benar. Tetapimenurut Notoatmodjo (2003),tingkat pendidikan akanmempengaruhi seseorang dalammenerima informasi baru lebih cepatatau lambat.

Mobilisasi dini adalah suatuupaya mempertahankan kemandiriansedini mungkin dengan caramembimbing penderita untukmempertahankan fungsi fisiologis.Mobilisasi dini dapat dilakukanmeliputi ROM, nafas dalam, danjuga dengan batuk efektif yangpenting untuk mengaktifkan kembalifungsi neuromuskuler danmengeluarkan sekret (Majid &Istianah, 2011). Faktor yangmempengaruhi mobilisasi antaralain, Gaya hidup, ketidakmampuan,tingkat energi, kebudayaan, danusia.

Dari uraian diatas menurutpeneliti dapat disimpulkan bahwapenyuluhan terhadap mobilisasi dinipasca pembedahan abdomen diruang Flamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi bahwa pasien melakukanmobilisasi dini, hal ini dipengaruhioleh diberikannya penyuluhan praoperasi, sehingga pasien jadsi tahudan bisa melakukannya. Sehingga

pasien merasa lebih sehat karenadengan bergerak otot-otot akankembali menjadi kuat dan dapatmengurangi rasa sakit. Dengandemikian pasien akan merasa sehatserta membantu memperolehkekuatan, akan merangsangperistaltik usus kembali normal, danmempercepat kesembuhan.

4. Mobilisasi dini pada kelompokkontrol sesudah diberi penyuluhanpasca operasi di Ruang FlamboyanRSUD dr.Soeroto Ngawi padatanggal 20 Nopember sampai 20Desember 2012.

Dari tabel menunjukkanbahwa seluruhnya pasien padakelompok kontrol tidak melakukanmobilisasi dini pasca operasipembedahan abdomen yaitu 8responden (100%). Hal inidipengaruhi oleh ketidaktahuanpasien tentang mobilisasi dinisebelumnya dan tidak diberipenyuluhan pra operasi. Meskipundengan usia muda, berpendidikantinggi ataupun berjenis kelaminapapun apabila pasien belum pernahmendapatkan informasi tentangmobilasai dini, maka pasien tidakakan melakukan mobilisasi dini.

Menurut Carpenito (2009),Mobilisasi dini merupakan suatuaspek yang terpenting pada fungsifisiologis karena hal itu esensialuntuk mempertahankankemandirian. Manfaat mobilisasi dinimenurut Brunner & Suddarth(2002) adalah dapat menurunkaninsiden komplikasi pasca operasiseperti atelektasis, pneumoniahipostatik, gangguangastrointestinal, dan masalah

Page 32: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

32

sirkulasi. Sedangkan menurutBarbara (2006) menjelaskan denganmobilisasi dapat membantumencegah komplikasi sirkulatoriparu-paru dan kardiovaskulermencegah dekubitus, merangsangperistaltik usus, dan menguranginyeri. Mihardi (2010), jugamengungkapkan manfaat mobilisasiantara lain pasien merasa lebih sehatdan kuat karena dengan bergerakotot-otot akan kembali menjadi kuatdan dapat mengurangi rasa sakit.Dengan demikian pasien akanmerasa sehat serta membantumemperoleh kekuatan,mempercepat kesembuhan, akanmerangsang peristaltik usus kembalinormal.

Dari hasil penelitian dapatdisimpulkan bahwa mobilisasi dinipasca pembedahan abdomen diruang Flamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi pada kelompok kontrolmenunjukan bahwa pasien tidakmelakukan mobilisasi dini, hal inidipengaruhi oleh tidak ketahuanpasien tentang mobilisasi dinisebelumnya dan tidak diberikannyapenyuluhan tentang mobilisasi dini.

5. Pengaruh penyuluhan terhadapmobilisasi dini pasca operasipembedahan abdomen di RuangFlamboyan RSUD dr.Soeroto Ngawipada tanggal 20 Nopember sampai20 Desember 2012.

Berdasarkan tabelmenunjukkan bahwa untukresponden pada kelompok kontrolseluruhnya tidak melakukanmobilisasi dini dan pada kelompokperlakuan hampir seluruhnya pasienmelakukan mobilisasi dini yaitu 6

responden (75%). Hasil analisis ujistatistik Mann-Whitney U-Testdiketahui bahwa besarnya nilaikemaknaan ρ = 0,003 < α = 0,05maka H0 ditolak dan H1 diterimayang berarti ada pengaruhpenyuluhan terhadap mobilisasi dinipasca operasi pembedahan abdomendi Ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi.

Pemberian penyuluhan praoperasi sebagai tindakan suportif danpendidikan yang dilakukan perawatuntuk membantu pasien bedahdalam meningkatkan kesehatansendiri pra operasi dan pascaoperasi, karena tindakanpembedahan merupakan acamanpontensial maupun aktual padaintegeritas seseorang yang dapatmembangkitkan reaksi stresfisiologis maupun psiklogis (Majid &Istianah, 2011). Pendidikankesehatan merupakan serangkaianupaya yang ditujukan untukmempengaruhi orang lain, mulaidari individu, kelompok, keluarga,dan masyarakat agar terlaksanaprilaku hidup sehat (Setiawati &Dermawan, 2008).

Mobilisasi dini adalah suatuupaya mempertahankankemandirian sedini mungkin dengancara membimbing penderita untukmempertahankan fungsi fisiologis.Mobilisasi dini dapat dilakukanmeliputi ROM, nafas dalam, danjuga dengan batuk efektif yngpenting untuk mengaktifkan kembalifungsi neuromuskuler danmengeluarkan sekret (Majid &Istianah, 2011). Kebanyakan daripasien masih punya kekhawatirankalau tubuh digerakkan pada posisi

Page 33: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

33

tertentu pasca operasi akanmempengaruhi luka operasi yangmasih belum sembuh atau baru sajadikerjakan. Padahal tidaksepenuhnya masalah ini perludikhawatirkan, bahkan justruhampir semua jenis operasimembutuhkan mobilisasi sedinimungkin. Dengan catatan rasa nyeridapat ditahan dan keseimbangantubuh tidak lagi menjadi gangguan,dengan bergerak masa pemulihanuntuk mencapai level kondisi sepertipra pembedahan dapat dipersingkat.Hal ini tentunya akan mengurangiwaktu rawat di rumah sakit,menekan pembiyaan serta juga dapatmenguramgi stres psikis.

Memberikan penyuluhan praoperasi pasien dapat meningkatankemampuan adaptasi pasien pascaoperasi sehingga kemandirian segeratercapai dan dapat mempersingkatwaktu rawat pasien di rumah sakit(Muttaqin & Kumala, 2009).Banyakmanfaat dari mobilisasi dini,menurut Brunner & Suddarth(2002) adalah dapat menurunkaninsiden komplikasi pasca operasiseperti atelektasis, pneumoniahipostatik, gangguangastrointestinal, dan masalahsirkulasi.

Dari hasil penelitian tersebutmenunjukan bahwa ada pengaruhpenyuluhan terhadap mobilisasi dinipasca operasi pembedahan abdomendi ruang Flamboyan RSUDdr.Soeroto Ngawi. Denganmemberikan penyuluhan pasienakan mengerti tentang tujuan,manfaat, dan cara melakukanmobilisasi dini dengan benar.Sehingga pasien akan ikut berperan

dalam menurunkan insidenkomplikasi pasca pembedahan.Karena dengan mobilisasi dini pasiendapat meningkatan kemampuanadaptasi pasien pasca operasisehingga kemandirian segeratercapai dan dapat mempersingkatwaktu rawat pasien di rumah sakit.

Kesimpulan1. Dari 8 responden pada pasca

pembedahan abdomen di ruangFlamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi dengan diberi perlakuanpenyuluhan, menunjukkan 6responden (75%) melakukanmobilisasi dini dan 2 responden(25%) tidak melakukan mobilisasidini.

2. Dari 8 responden pada pascapembedahan abdomen di ruangFlamboyan RSUD dr.SoerotoNgawi dengan tanpa diberiperlakuan penyuluhan,menunjukkan seluruhnya (100%)tidak melakukan mobilisasi dini.

3. Dengan menggunakan uji statistikMann-Whitney U-Testmenunjukan nilai ρ = 0,003 < α=0,05 maka H0 ditolak dan H1diterima yang berarti ada pengaruhpenyuluhan terhadap mobilisasidini pasca operasi pembedahanabdomen di Ruang FlamboyanRSUD dr.Soeroto Ngawi.

DAFTAR PUSTAKAAlimul, Aziz H. ( 2007) Metode

Penelitian Kebidanan danTeknik Analisa Data. Jakarta:Salemba Medika.

Carpenito, Lynda Juall (2009)Diagnosa Keperawatan : Aplikasi

Page 34: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

34

Pada Praktik Klinis. Edisi ke-9.Jakarta: EGC.

Catur, (2012). Mobilisasi.[Internet].Bersumber dari :<http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/07/mobilisasi.html> [Diakses tanggal 17Oktober 2012. Jam 18.10].

Brunner & Suddarth. (2002). BukuAjar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi ke-8. Jakarta: EGC.

Hidayat, (2009). Asuhan KeperawatanPasien Dengan Masalah BenignaHipertropi Prostat (BPH).[Internet]. Bersunber dari :<http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/30/askep-bph/>[Diakses tanggal 17 Oktober 2012.Jam 18.10].

Long, C. Barbara (2006). PerawatanMedikal Bedah. Volume ke-2.Bandung: Yayasan Ikatan AlumniPendidikan Keperawatan.

Majid, A. dkk. (2011). KeperawatanPerioperatif. Yogyakarta: GosyenPublishing.

Mihardi, (2010). Pentingnya MobilisasiDini. [Internet]. Bersumber dari :<http://mihardi77.blogspot.com/2010/01/pentingnya-mobilisasi-dini.html> [Diakses tanggal 3September 2012. Jam 15.30].

Muttaqin, A. dan Kumala S. (2009).Asuhan Keperawatan Perioperatif:Konsep, Prose, dan Aplikasi.Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikandan Prilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Pendekatan PraktisMetodologi Riset Penelitian.Jakarta: Info Medika.

Nursalam dan F. Efendi. (2009).Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Setiawati, S. dan A.C. Dermawan.(2008). Proses PembelajaranDalam Pendidikan Kesehatan.Jakarta: TIM.

Sjamsuhidayat, R. dan W. De Jong.(2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi ke-2. Jakarta: EGC.

Sudigdo, S. dan Sofyan I. (2008).Dasar-dasar Metodologi PenelitianKlinis. Cetakan ke-3. Jakarta:Sagung Seto.

Supranto, J. (2001). Stastik : Teori danAplikasi. Edisi ke-6. Jakarta:Erlangga.

Susilo, Rakhmat. (2011). PendidikanKesehatan Dalam Keperawatan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Tiwi. (2009). Pengaruh PenyuluhanPre Operasi Terhadap PrilakuMobilisasi Post Operasi Di RuangBedah. Skripsi. Jombang: STIKESHusada Jombang.

Wilkinson, Judith M. (2006). BukuSaku Diagnosis Keperawatan. Edisike-7. Jakarta. EGC.

Wikipedia, (2012). Hernia. [internet].Bersumber dari :<http://id.wikipedia.org/wiki/Hernia> [Diakses tanggal 17Oktober 2012 Jam 18.10].

Page 35: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

35

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL DENGAN TINGKATKEPUASAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS NGETOS KABUPATEN

NGANJUK

SRI NGAYOMI, SST

Staf DosenStikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

Tolok ukur derajat kesehatan yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan AngkaKematian Bayi (AKB). Tujuan pengawasan wanita hamil adalah mempersiapkan fisikdan mental ibu hamil serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan,dan setelah persalinan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungankualitas pelayanan antenatal dengan tingkat kepuasan ibu hamil di Puskesmas NgetosKabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatupenelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

Sampel dalam penelitian ini ialah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan diPuskesmas Ngetos, dan setiap ibu hamil mempunyai 1 kali kesempatan menjadiresponden. Hasil penelitian kualitas pelayanan antenatal, yaitu sebanyak 38 responden(76%), 12 responden (24%) memberikan penilaian cukup, dan tidak ada respondenyang memberikan penilaian kurang terhadap variabel kualitas pelayanan antenatal.Kepuasan tanggapan cukup puas terhadap kualitas pelayanan antenatal sebanyak 32responden (64%), 15 responden (30%) memberikan tanggapan puas, dan 3 responden(6%) memberikan tanggapan tidak puas terhadap kualitas pelayanan antenatal. Hasilanalisis dengan Kendal tau ( ) diperoleh hubungan positif antara kualitas pelayananantenatal dengan tingkat kepuasan ibu hamil di Puskesmas Ngetos dengan tingkatkorelasi rendah yaitu sebesar 0,325 dan signifikan 0,002.

Dari hasil penelitian dapat diimplikasikan bahwa kualitas pelayanan antenatalperlu memperhatikan tingkas kepuasan ibu hamil dalam masyarakat. Pelayanankesehatan yang baik yaitu dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan parapemakai jasa pelayanan kesehatan, yang apabila berhasil dipenuhi akan dapatmenimbulkan rasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

Key word : kualitas pelayanan, tingkat kepuasan, ibu hamil

Page 36: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

36

PendahuluanTujuan utama organisasi

kesehatan dunia (WHO) yaitu setiaporang mencapai tingkat kesehatansetinggi mungkin. Pada BulanSeptember 2000, para Negara anggotaPBB mengadopsi Millenium DevelopmentGoals (MDGs) yang memberi penekananpada kesehatan ibu serta kehamilan danpersalinan yang aman. Sasarannya ialahmengurangi Angka Kematian Ibu (AKI)sebesar 75% antara tahun 1990 sampai2015. Komitmen terbaru WHOterhadap komponen kesehatan safemotherhood ialah menciptakan masakehamilan yang lebih aman MakingPregnancy Safer (MPS) untuk mengurangiangka kesakitan (morbiditas) dankematian (mortalitas) ibu dan bayi(Varney, 2007).

Tolok ukur derajat kesehatanyaitu Angka Kematian Ibu (AKI) danAngka Kematian Bayi (AKB). MenurutSurvey Demografi dan KesehatanIndonesia (SDKI) tahun 2007,menunjukkan AKI sebesar 253 per100.000 kelahiran hidup (KH), AKBsebesar 35 per 1000 KH, angka inimerupakan jumlah tertinggi di AsiaTenggara. Angka Kematian Ibu diThailand 44/100.000 KH, Malaysia41/100.000 KH, Singapura 6/100.000KH. AKI di Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta sebesar 130 per 100.000KH (Profil Dinkes Propinsi JawaTimur, 2007).

Dalam rangka mempercepatpenurunan Angka Kematian Ibu (AKI)dan Angka Kematian Bayi (AKB), padatahun 2000 Pemerintah Indonesiamencanangkan kehamilan yang aman,salah satunya dengan pemeriksaankehamilan yang teratur. Tujuanpengawasan wanita hamil adalah

mempersiapkan fisik dan mental ibuhamil serta menyelamatkan ibu dananak dalam kehamilan, persalinan, dansetelah persalinan. Bidan mempunyaikewenangan memeriksa dan memantauibu hamil (antenatal) sesuai denganstandar keempat Standar PelayananKebidanan (SPK, 1999) yaitu bidanmemberikan sedikitnya empat kalipelayanan antenatal, mampumemberikan pelayanan antenatalberkualitas. Permintaan masyarakatterhadap pelayanan kesehatanberkualitas terutama ibu dan anaksemakin meningkat dari tahun ketahun. Bidan sebagai pemberipelayanan antenatal harus selaluberusaha meningkatkan kualitaspelayanan (Sofyan, 2006).

Pelayanan kesehatan yang baikyaitu dapat memenuhi kebutuhan dantuntutan kesehatan para pemakai jasapelayanan kesehatan, yang apabilaberhasil dipenuhi akan dapatmenimbulkan rasa puas terhadappelayanan kesehatan yangdiselenggarakan. Kesempurnaan suatupelayanan kesehatan yaitu di satu pihakdapat menimbulkan kepuasan padasetiap pasien sesuai dengan tingkatkepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannyasesuai dengan kode etik dan standarpelayanan profesi yang telah ditetapkan(Saifuddin, 2002). Dobholkar (2000)yang dikutip Purnamayanti (2006)menyimpulkan bahwa kepuasanpelanggan merupakan mediator dalamhubungan kualitas pelayanan dan minatberperilaku. Menurut Tjiptono (2000),kualitas produk memiliki hubunganerat dengan kepuasan pelanggan.Penilaian kualitas pelayanan dikaitkandengan kepuasan pasien yang berfokus

Page 37: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

37

pada aspek fungsi dari prosespelayanan. Proses pelayanan antenatalmerupakan salah satu faktor yangmempengaruhi kepuasaan pelanggan.Penelitian Robert dan Prevost (1998)yang dikutip dari Saifuddin, 2001dikatakan bahwa empati petugasmempengaruhi pemanfaatan pelayananantenatal.

Tolok ukur keberhasilan programKIA (Kesehatan Ibu dan Anak) denganadanya target nasional cakupan K1(Kunjungan pertama) pada triwulanpertama pelayanan antenatal 95% dancakupan K4 ((Kunjungan Keempat)pada triwulan ketiga 95%. Indikatorkualitas pelayanan dapat diukur denganbesarnya angka selisih / kesenjangan /Drop Out (DO) K1-K4.

Pemerintah Daerah (Pemda)Kabupaten Nganjuk mengembangkanberbagai sarana upaya pelayanankesehatan bagi para ibu yang meliputikegiatan KIA yaitu pemeriksaankehamilan, persalinan, nifas, menyusui,dan imunisasi TT (Tetanus Toxoid),dimana salah satu pelayanannya melaluipuskesmas Data profil Dinas KesehatanPropinsi DIY (2007), menunjukkanKabupaten Nganjuk tahun 2006pencapaian cakupan K1 99,7% dan K488,8% angka ini merupakan cakupantertinggi kedua setelah KotaYogyakarta K1 108,6% dan K4 86%,Kabupaten Kulon Progo K1 96,7% danK4 78%, Kabupaten Gunung Kidulcakupan K1 90,6% dan K4 87%. Padatahun 2007 Cakupan K1 mencapai105,6% dan cakupan K4 KabupatenSleman 88,42% ini merupakan cakupantertinggi dibandingkan dengan KotaYogyakarta 85,4% dan KabupatenBantul 84,1%.

Berdasarkan hasil PemantauanWilayah Setempat (PWS) KIA tahun2006, di Puskesmas Mlati II terdapat 2kematian janin dalam kandungan, 1BBLR. Tahun 2007 terdapat 5kematian janin dalam kandungan, 2asfiksia, 1 BBLR dan 1 kelainanbawaan. Sedangkan tahun 2008terdapat 8 kematian janin dalamkandungan, 2 asfiksia, dan 2 BBLR.Cakupan K1 dari tahun ke tahun terjadipeningkatan tahun 2006 sebesar122,03%, tahun 2007 sebesar 175,99%, tahun 2008 sebesar 131,73 %.Cakupan K4 setiap tahunnya jugaterjadi peningkatan yaitu Tahun 2006sebesar 83,1 %, tahun 2007 sebesar126,3 %, tahun 2008 sebesar 130%.Dari data tersebut diatas makadiperlukan adanya peningkatan danpemantauan Antenatal care. Padahal diPuskesmas Ngetos DO K1-K4 setiaptahun bertambah, cakupan K1 dan K4setiap tahunnya mengalamipeningkatan tetapi untuk cakupanpersalinan yang ditolong tenagakesehatan masih kurang tahun 2007sebesar 85,76%, tahun 2008 sebesar96,12% dan juga masih ada kejadiankematian bayi IUFD, BBLR, danAsfiksia.

Hasil studi pendahuluan tanggal 5Januari 2009 dengan melakukanwawancara terhadap koordinator KIAPuskesmas Ngetos belum ada programuntuk mengukur kepuasan pelanggan diKIA, padahal standar ISO 2001 sasaranmutu KIA tentang kepuasan pelangganmeliputi antenatal care, imunisasi,batuk dan diare. Dan juga darikualifikasi lulusan bidan D III sendiridari 12 bidan untuk jenjang lulusan DIII 4 orang, dalam proses pendidikan DIII Kebidanan sebanyak 6 orang, dan

Page 38: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

38

yang masih D I sebanyak 2 orang.Padahal standar kompetensi tahun 2010adalah bidan dengan standar kuaifikasilulusan D III.

Berdasarkan latar belakang diataspeneliti tertarik mengadakan penelitianhubungan kualitas pelayanan antenataldengan tingkat kepuasan ibu hamil diPuskesmas Ngetos Kabupaten Nganjuktahun 2011.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan kualitaspelayanan antenatal dengan tingkatkepuasan ibu hamil di PuskesmasNgetos Kabupaten Nganjuk Tahun2011

2. Tujuan Khususa Diketahui kualitas pelayanan

antenatal pada ibu hamil diPuskesmas Ngetos KabupatenNganjuk.

b Diketahui tingkat kepuasan ibuhamil di Puskesmas NgetosKabupaten Nganjuk.

Metodologi PenelitianPenelitian ini mengkorelasikan

kualitas pelayanan antenatal dengantingkat kepuasan ibu hamil. Penelitianini menggunakan pendekatan crosssectional, yaitu suatu penelitian untukmempelajari dinamika korelasi antarafaktor-faktor risiko dengan efek,dengan cara pendekatan, observasi ataupengumpulan data sekaligus pada suatusaat (point time approach), artinya tiapsubjek penelitian hanya diobservasisekali saja dan pengukuran dilakukanterhadap status karakter atau variabelsubjek pada saat pemeriksaan(Notoatmodjo, 2003). Pada variabel

ini, data variabel independen (kualitaspelayanan antenatal) dan dependen(tingkat kepuasan ibu hamil)dikumpulkan dalam waktu hampirbersamaan.

Variabel dalam penelitian ini adadua macam yaitu Variabel independenadalah variabel yang menjadi sebabtimbulnya atau berubahnya variabeldependen (Sugiyono, 2006). Dalampenelitian ini, variabel independenadalah kualitas pelayanan antenatal.Variabel dependen adalah variabel yangdipengaruhi atau yang menjadi akibatkarena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini,variabel dependen adalah tingkatkepuasan ibu hamil. Variabelpengganggu : tingkat pendidikan,pengetahuan, sikap, budaya, sosialekonomi (pekerjaan, pendapatan), dansituasi yang dihadapi, yang dikendalikansebagai berikut (1) Tingkat pendidikandikendalikan dengan memilih sampelpenelitian dengan pendidikan minimaltamat SMP. Pendidikan memberikansuatu nilai-nilai tertentu bagi manusiaterutama dalam membuka pikirannyaserta menerima hal-hal baru.; (2)Budaya dikendalikan dengan memilihsampel yang tinggal di wilayahKabupaten Sleman sehingga memilikikesamaan budaya; (3) Pengetahuan,sikap, dan situasi yang dihadapi, sertasosial ekonomi yang meliputi pekerjaandan pendapat tidak dikendalikan.

Populasi dalam penelitian iniadalah ibu hamil yang memeriksakankehamilan di Puskesmas NgetosKabupaten Nganjuk Bulan Januari - Meitahun 2011, sebanyak 116 ibu hamil.Sampel dalam penelitian ini ialah ibuhamil yang memeriksakan kehamilan diPuskesmas Ngetos, dan setiap ibu hamil

Page 39: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

39

mempunyai 1 kali kesempatan menjadiresponden. Tempat penelitian adalahPuskesmas Ngetos Kabupaten Nganjukdan Penelitian dilakukan pada tanggal 1Juni – 1 Juli 2011.

Hasil Penelitian1. Kualitas Pelayanan Antenatal

No KualitasPelayananAntenatal

Frekuensi(n)

%

1. Baik 38 762. Cukup 12 243. Kurang - -

Jumlah 50 100

Sumber : data primerBerdasarkan tabel hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besarresponden memberikan penilaianbaik terhadap variabel kualitaspelayanan antenatal, yaitu sebanyak38 responden (76%), 12 responden(24%) memberikan penilaiancukup, dan tidak ada respondenyang memberikan penilaian kurangterhadap variabel kualitas pelayananantenatal.

2. Tingkat Kepuasan Ibu hamilNo Tingkat Kepuasan

Ibu hamilFrekuensi

(n)%

1. Puas 15 302. Cukup Puas 32 643. Kurang Puas 3 6

Jumlah 50 100

Sumber : data primerBerdasarkan tabel hasil dariresponden yang memberikantanggapan cukup puas terhadapkualitas pelayanan antenatalsebanyak 32 responden (64%), 15responden (30%) memberikantanggapan puas, dan 3 responden(6%) memberikan tanggapan tidakpuas terhadap kualitas pelayananantenatal.

3. hubungan antara kualitas pelayananantenatal dan tingkat kepuasan ibuhamil, dengan hasil penelitiansebagai berikut

Baik Cukup Kurang Totaln % n % n % n %

1.

Puas 13

26

2 4 - - 15

30

2.

Cukup Puas 25

50

7 14 - - 32

64

3.

Kurang Puas - - 3 6 - -3 6

Jumlah 38

76

12

24 - - 50

100

Sumber : data primerBerdasarkan tabel hasil analisishubungan kualitas pelayananantenatal dengan tingkat kepuasanibu hamil diperoleh bahwa dari 38responden (76%) yang memberikanpenilaian baik terhadap kualitaspelayanan antenatal ada 25responden (50%) merasa cukuppuas dan 13 responden (26%)merasa puas terhadap kualitaspelayanan antenatal, 3 responden(6,0%) menilai kualitas pelayananantenatal cukup dan merasa kurangpuas terhadap kualitas pelayananantenatal.Hasil analisis dengan Kendal tau () diperoleh hubungan positif antarakualitas pelayanan antenatal dengantingkat kepuasan ibu hamil diPuskesmas Ngetos dengan tingkatkorelasi rendah yaitu sebesar 0,325dan signifikan 0,002.Untuk membuktikan bahwa sampeltersebut dapat diberlakukan padapopulasinya, yakni ibu hamil yangberkunjung di Puskesmas Ngetostahun 2011, maka perlu ujisignifikansi dengan rumus Z.Dalam hal ini taraf kesalahan 5 %.

Page 40: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

40

Z= 19

522

NN

N

=

150509

55022

325,0

=3,611

Harga Z hitung tersebut diatasselanjutnya dibandingkan denganharga Z tabel. Untuk uji dua fihak,maka taraf kesalahan 0,5%.Selanjutnya harga Z dapat dilihatpada kurva normal dengan Z =0,495. Pada tabel kurva, angkayang mendekati adalah 4951.Berdasarkan angka tersebut, makaharga Z = 2,58. Untuk dapatmemberikan tafsiran, bila Z hitunglebih besar dari tabel, makakoefisien korelasi yang ditemukansignifikan. Ternyata Z hitung 3,611lebih besar dari Z tabel 2,58.Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa korelasi antarakualitas pelayanan antenatal dengantingkat kepuasan ibu hamil sebesar0,325 adalah signifikan.Jadi semakin baik kualitas pelayananantenatal yang diberikan, sehinggadapat memberikan kepuasan padaibu hamil sesuai dengan keinginanibu di Puskesmas Ngetos Tahun2011. Demikian pula sebaliknya.

PembahasanPuskesmas Ngetos Kabupaten

Nganjuk merupakan Puskesmas yangmelayani pasien rawat jalan dan rawatinap, dan di wilayah Puskesmas Ngetosterdapat tujuh BPS. Cakupan KI dan K4dari tahun ketahun meningkat tetapipertolongan yang dilakukan diPuskesmas Ngetos Kabupaten Nganjukmasih kurang karena kurangnya

promosi pertolongan persalinan diPuskesmas.

Berdasarkan hasil analisis adahubungan positif antara kualitaspelayanan antenatal dengan tingkatkepuasaan ibu hamil di PuskesmasNgetos Kabupaten Nganjuk.

Kualitas pelayanan antenatalterdiri dari 5 indikator, yaitu Tangiblesatau bukti langsung / fisik (kondisifasilitas dan penampilan bidan),keandalan bidan, daya tanggap bidan,jaminan (pengetahuan, dan kompetensibidan), dan empati bidan.

Sebagian besar respondenmemberikan penilaian baik terhadapkualitas pelayanan antenatal, sebagianbesar merasa cukup puas terhadapkualitas pelayanan antenatal, selain ituada juga responden memberikanpenilaian cukup terhadap kualitaspelayanan antenatal dan merasa kurangpuas terhadap terhadap kualitaspelayanan antenatal yang diberikan,meskipun jumlahnya sedikit. Sebagianbesar responden berpendidikan SMA,menurut Soekanto (2002), pendididkanadalah upaya untuk memberikanpengetahuan sehingga terjadi perubahanperilaku yang meningkat. Pendidikanmemberikan suatu nilai-nilai tertentubagi manusia terutama dalam membukapikirannya serta menerima hal-hal baru.Semakin tinggi pendidikan seseorangmaka pengetahuan yang diperoleh akansemakin banyak, sehingga sikap danperilakunya akan semakin baik sehinggaakan memanfaatkan pelayanankesehatan. Menurut “Saifuddin, 2002”pelayanan kesehatan adalah memenuhikebutuhan dan tuntutan kesehatan parapemakai jasa pelayanan kesehatan, yangapabila berhasil dipenuhi akan dapatmenimbulkan rasa puas terhadap

Page 41: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

41

pelayanan kesehatan yangdiselenggarakan.

Menurut “Azwar, 1994”,pelayanan kesehatan dikatakan bermutupapabia semua persyaratan pelayanankesehatan dapat memuaskan pasien dansalah satu ukuran adalah pengetahuandan kompetensi pemberi pelayanan itusendiri. Penelitian yang dilakukan oleh“Mulyono, 2002” dikatakan bahwafasilitas dan penampilan petugasberpengaruh terhadap kepuasanpengguna pelayanan, artinya semakinlengkap suatu fasilitas dan semakin baikpenampilan petugas dapat memberikankepuasan pada pengguna pelayanan.Mutu pelayanan yang dapatmemberikan kepuasan adalahtersedianya fasilitas pelayanan yangdapat memenuhi kebutuhan dari klien.Fasilitas dalam hal ini kelengkapan alatyang digunakan di ruang KIAPuskesmas Ngetos Kabupaten Nganjukberdasarkan hasil observasi yangdilaksanakan bahwa kelengkapan alatcukup memadai, dan penilaianresponden terhadap kualitas pelayananantenatal adalah baik, kelengkapan alatsesuai dengan prasyarat empat StandarPelayanan Kebidanan (1999), yaitu alattersedia dalam keadaan baik danberfungsi, antara lain : stetoskop,tensimeter, meteran kain (metlin),timbangan, pengukur lingkar lenganatas, stetoskop janin.

Menurut Depkes (2001),kemampuan Puskesmas dalammemberikan pelayanan yang pasti yaituandal dan akurat akan menimbulkankepuasan kepada pasien. Menurut“Supranto, 2001” mengatakankemampuan pihak pemberi pelayananuntuk membantu merespon kebutuhan/ keinginan konsumen, dalam hal ini

mempunyai daya tanggap yang baikdapat memberikan kepuasan padakonsumen. Penelitian Robert danPrevost yang dikutip dari “Saifuddin2002” dikatakan bahwa empati petugasmempengaruhi pemanfaatan pelayananantenatal. Menurut “Manuaba, 1998”pelayanan antenatal adalah pelayananpemeriksaan untukmengoptimalisasikan kesehatan fisikdan mental ibu saat hamil dan dalammenghadapi persalinan serta untukpersiapan pemberian ASI danpengembalian kesehatan reproduksi.Kesehatan fisik dan mental ibu hamilsangat menpengaruhi kehamilansehingga sangat diperlukan peran bidansebagai pemberi pelayanan didalammengantisipasi adanya masalahtersebut. “Nasution, 2001” mengatakankemampuan petugas dalam memahamikeinginan dan harapan pasien dapatmemberikan kepuasan bagi penerimapelayanan.

Melihat hasil tersebut di atas,dapat dikatakan bahwa semakin baikkualitas pelayanan antenatal makatanggapan ibu hamil akan semakin puasterhadap pelayanan yang diberikan.

Kesimpulan1. Ibu hamil yang memeriksakan

kehamilan di Puskesmas NgetosKabupaten Nganjuk Tahun 2011,sebagian besar memberikanpenilaian baik terhadap kualitaspelayanan antenatal yang diberikanoleh Bidan sebanyak 76 % ibu hamil

2. Ibu hamil yang memeriksakankehamilan di Puskesmas NgetosKabupaten Nganjuk Tahun 2011sebagian besar memberikantanggapan cukup puas terhadapkualitas pelayanan antenatal yang

Page 42: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

42

diberikan oleh bidan, sebanyak 64%ibu hamil

3. Ada hubungan yang positif antarakualitas pelayanan antenatal dantingkat kepuasan ibu hamil diPuskesmas Ngetos KabupatenNganjuk Tahun 2011 dengan nilaikorelasi rendah yaitu sebesar 0,325dan signifikan 0,002.

Daftar PustakaArikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta

Azwar Azrul. (1994). ProgramMenjaga Mutu PelayananKesehatan. Jakarta : IDI

________. (1999). Buku StandarPelayanan Kebidanan.

Depkes RI. (1995). PedomanPelayanan Antenatal di TingkatDasar. Jakarta

Depkes RI. (1998). PedomanPelayanan Kebidanan Dasar.Jakarta

Depkes RI. (2001). Rencana StrategisNasional Making Pregnancy Safer(MPS). Jakarta

Gerson Ricard. (2004). MengukurKepuasan Pelanggan. Jakarta :PPM

Kuswadi. (2004). Cara MengukurKepuasan Karyawan. Jakarta : PTGramedia

Kusika S.Y. (2005). Faktor-FaktorYang Berhubungan denganKepuasan Ibu Hamil terhadapPelayanan Antenatal. Skripsi.Yogyakarta : Universitas GadjahMada

Manuaba I. B. G. (1998). IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan,dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Nasution M. N. (2001). ManajemenMutu terpadu (TMQ). Jakarta :Ghalia Indonesia

Notoatmodjo S. (2002). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Purnamayanti N. M. D. (2006).Tingkat Kepuasan PasienTerhadap Bidan delima dan BidanNon Delima. Skripsi. Yogyakarta: UGM

Riwidigdo H. (2007). StatistikaKesehatan. Yogyakarta : MitraCendikia Press

Saifuddin A. B. (2002). Buku AcuanNasional Pelayanan KesehatanMaternal da Neonatal. Jakarta :JN PKKKR-POGI dan YBPSP

Sastroasmoro S. (2002). Dasar-DasarMetodologi Penelitian Klinis.Jakarta : sagung Seto.

Soekanto S. (2002). Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta : RajaGrafindo Prakasa

Sofyan M., dkk. (2006). 50 tahun IBIMenyongsong Masa Depan.Jakarta : PP IBI

Sugiyono. (2006). Statistika UntukPenelitian. Bandung : CVAlfabeta

Supranto J. (2006). PengukuranTingkat Kepuasan Pelanggan.Jakarta : Rineka Cipta

Tjiptono F., Chandra G (2000).Service, Quality & Statisfaction.Yogyakarta : Andi

Triatmojo. (2006). MengukurKepuasan Pelanggan. http:wordpress.com

Varney H., Dkk.(2007). Buku AjarAsuhan Kebidanan. Jakarta :EGC

Page 43: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

43

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN TINDAKANMOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA OPERASI

SEKSIO SESAREA(Di Ruang Bersalin RSUD Kertosono)

Remita Yuli Kusumaningrum, SST

ABSTRACT

Mobilization is an individual’s ability to move freely, easily, and organized with the aimto fulfill activity needs to keeping health. The purpose of this research was to determine therelationship of knowledge of post partum mothers postoperative sectio caesarea with earlymobilization measures in the maternity room Kertosono hospitals.

This research was a cross sectional correlation. This research was in the maternity roomKertosono hospital on Desember 1 to 31 2012. The population in this research were all postpartum mothers postoperative sectio caesarea in a maternity room Kertosono hospital. The samplesin this research were post partum mothers postoperative sectio caesarea that met the inclusioncriteria in the maternity room Kertosono hospital number of 50 respondents. Sampling techniquewas used in accidental sampling. Variable post partum mothers knowledge postoperative sectiocaesarea. The dependent variable of this research is action early mobilization of patients aftersectio caesarea surgery. Data collection using questionnaires and observation. Data processingtechniques using statistical test Spearman rank test with a α = 0,05 and using SPSS forWindows version 16.0.

From the results research of 50 respondents, the mayority of respondents it is 27respondents (54%) had less knowledge and most of the respondents it is 32 respondents (64%)had less action early mobilization. In the statistical test results obtained Spearman Rank Test pvalue = 0,001 ≤ α = 0,05 and r = 0,457 then H1 is accepted means there is a knowledge ofpost partum mothers with early mobilization measures in patients whit postoperative sectiocaesarea in the Maternity Kertosono hospital and moderate levels of relationship.

These result prove that there is a knowledge of post partum mothers whit earlymobilization measures in patients whit postoperative sectio caesarea in the Maternity RoomKertosono hospital. So the need for education and training programs early mobilization inpatients postoperative sectio caesarea.

Keywords : Knowledge, action, early mobilization, post partum mothers.

Page 44: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

44

PENDAHULUANMobilisasi merupakan

kemampuan individu untuk bergeraksecara bebas, mudah, dan teraturdengan tujuan untuk memenuhikebutuhan aktivitas gunamempertahankan kesehatannya(Hidayat, 2006). Mobilisasi dinidiperlukan pasien pasca operasi seksiosesarea untuk meningkatkan sirkulasidarah, mencegah tromboplebitis,memberi nutrisi untuk penyembuhanluka dan meningkatkan kelancaranfungsi ginjal. Pengetahuan (Knowledge)adalah hasil tahu dari manusia yangsekedar menjawab pertanyaan “what”misalnya apa air, apa manusia, apaalam, dan sebagainya (Notoatmodjo,2005). Dengan tingginya pengetahuantentang mobilisasi dini maka orang akansemakin tahu pentingnya mobilisasidini, sehingga mereka akan melakukanmobilisasi dini. Berdasarkan observasipada tanggal 1 – 15 Agustus 2012 diRSUD Kertosono, ibu pasca operasiseksio sesarea cenderung diam terbaringdi tempat tidur setelah enam jamtindakan pembedahan. Berdasarkanwawancara, mereka takut bergerakkarena rasa nyeri dan takut jahitannyaputus.

WHO memperkirakan bahwamungkin rata – rata bedah caesar adadiantara 10% dan 15% dari seluruhkelahiran di negara – negaraberkembang (Cunningham, 2005).Berdasarkan survei demografi dankesehatan Indonesia pada tahun 2009-2010 mencatat angka persalinan seksiosesarea secara nasional berjumlah kuranglebih 20,5% dari total persalinan.Secara umum jumlah persalinan dirumah sakit pemerintah adalah 20 –25% dari total persalinan, di rumah

sakit swasta jumlahnya sangat tinggiyaitu sekitar 30 – 80% dari totalpersalinan (Depkes RI, 2006). Angkajumlah ibu yang melahirkan denganseksio sesarea di propinsi Jawa Timuradalah 28,98% dengan indikasi medis,40,43% akibat faktor partus dengankomplikasi dan kegagalan 0,9%(Mutiara, 2004). Berdasarkan data daricatatan rekam medik RSUD Kertosonopada bulan Januari sampai September2012 ada 926 kasus seksio sesarea denganberbagai macam indikasi. Rata – rataperbulan ada 103 kasus seksio sesarea.Dari studi pendahuluan yang telahdilakukan di Ruang Bersalin RSUDKertosono pada tanggal 1 - 15 Agustus2012, dari 30 orang pasien pascaoperasi seksio sesarea dengan generalanestesi, pada 6 jam setelah operasi,ada 9 pasien yang melakukan nafasdalam, miring kanan dan miring kiri, 5pasien menyusui anaknya, 4 pasienbersedia duduk dan 12 hanya diamterbaring ditempat tidur.

Mobilitas seseorang dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor,diantaranya gaya hidup, prosespenyakit/cedera, kebudayaan, tingkatenergi, usia dan status perkembangan(Hidayat, 2006). Penting bagi pasienuntuk melakukan proses pemulihansecara hati – hati, aman dan kapansaatnya memulai tahapan kebugaran.Kurang pengetahuan akan pentingnyamobilisasi, menyebabkan banyak daripasien pasca operasi seksio sesarea tidaksegera melakukan mobilisasi dini.Manfaat dari mobilisasi dini antara lainpasien merasa lebih sehat dan kuatdengan aerly ambulation, mobilisasi dinimemungkinkan kita mengajarkansegera untuk ibu merawat anaknya,mencegah terjadinya trombosis dan

Page 45: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

45

tromboemboli. Apabila mobilisasi dinitidak dilakukan akan berdampakpeningkatan suhu tubuh, perdarahanyang abnormal dan involusi uterusyang tidak baik akan menghambatpengeluaran darah dan sisa plasentasehingga menyebabkan terganggunyakontraksi uterus, akan menyebabkanterjadinya trombosis dantromboemboli.

Penjelasan tentang pentingnyamobilisasi sebaiknya diberikan padapasien sebelum operasi dilaksanakandan pasca operasi setelah pengaruhanestesi hilang, guna meningkatkanpengetahuan dan kemampuan sertakepatuhan pasien pasca pembedahandalam melaksanakan mobilisasi secarabertahap. Menjalin komunikasi denganpasien, memberikan informasi sertapenjelasan pada pasien yang akandilakukan tindakan pembedahan dansetelah pembedahan dengan tujuanmeningkatkan kemampuan adaptasipasien dalam menjalani rangkaianprosedur pembedahan, sehingga pasiendiharapkan lebih kooperatif dalamperawatan pasca operasi danmengurangi resiko komplikasi pascaoperasi. Dengan adanya penjelasan,perilaku pasien pasca operasi seksiosesarea dapat berubah dariketidaktahuan menjadi paham akanperawatan dirinya, khususnya mengenaimobilisasi dini pasca operasi seksiosesarea.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian dengan judul “ PengetahuanIbu Post Partum Dengan TindakanMobilisasi Dini Pada Pasien PascaOperasi Seksio sesarea di Ruang BersalinRSUD Kertosono.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuanibu post partum pasca operasi seksiosesarea dengan tindakan mobilisasidini di ruang bersalin RSUDKertosono.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi pengetahuan

ibu post partum pasca operasiseksio sesarea tentang mobilisasidini di ruang bersalin RSUDKertosono.

b. Mengidentifikasi tindakanmobilisasi dini pasien pascaoperasi seksio sesarea di RSUDKertosono.

c. Menganalisis hubunganpengetahuan ibu post partumdengan tindakan mobilisasi dinipada pasien pasca operasi seksiosesarea di ruang bersalin RSUDKertosono.

METODologi PENELITIANPenelitian ini menggunakan

rancangan penelitian korelasional denganpendekatan cross sectional. Penelitian iniadalah jenis penelitian yangmenekankan waktupengukuran/observasi data variabelindependen dan dependen hanya satukali pada satu saat.

Penelitian akan dilakukan diRuang Bersalin RSUD Kertosono padatanggal 5 – 31 Januari 2013. Populasidalam penelitian ini adalah semua ibupost partum pasca operasi seksio sesareadi ruang bersalin RSUD Kertosonopada tanggal 5 – 31 Januari 2013sebanyak 108 orang. Jumlah sampeldalam penelitian ini sebanyak 50responden. sedangkan 58 orang lainnyatidak dijadikan responden karena 20

Page 46: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

46

orang sudah pernah dilakukan tindakanoperasi seksio sesarea, 25 orang bukanmerupakan persalinan yang pertama,13 orang berumur diatas 35 tahun dan30 orang mendapatkan spinal anestesi.Sampel diambil dengan teknik accidentalsampling yaitu suatu teknik penempatansampel dengan cara mengambil semuaibu pasca operasi seksio sesarea di RuangBersalin RSUD Kertosono yangmemenuhi kriteria inklusi.

Variabel dalam penelitin ini adadua yaitu Variabel independen adalahvariabel yang menjadi sebab timbulnyaatau berubahnya variabel dependen(terikat). Variabel bebas dalampenelitian ini adalah pengetahuan ibupost partum pasca operasi seksio sesareadan Variabel terikat dalam penelitianini adalah tindakan mobilisasi dinipasien pasca operasi seksio sesarea.

Untuk mengetahui hubunganpengetahuan pasien pasca operasi seksiosesarea dengan mobilisasi dinidigunakan uji statistik corelationspearman rank (rho) dengan bataskemaknaan (α) = 0,05. Jika p value ≤ α(0,05) maka Ha diterima dan adahubungan pengetahuan ibu post partumdengan tindakan mobilisasi dini padapasien pasca operasi seksio sesarea diruang bersalin RSUD Dr. soerotoNgawi. Jika p value > α (0,05) makaHa ditolak dan tidak ada hubunganpengetahuan ibu post partum dengantindakan mobilisasi dini di RuangBersalin RSUD Kertosono.

HASIL PENELITIAN1. Pengetahuan ibu post partum

pasca operasi seksio sesareatentang mobilisasi dini.No Kriteria

PengetahuanJumlah

respondenProsentase

(%)1 Baik 9 18

2 Cukup 14 28

3 Kurang 27 54

Jumlah 50 100

Berdasarkan Tabel menunjukkanbahwa dari 50 responden, sebagianbesar responden yaitu 27responden (54%) memilikipengetahuan kurang dan sebagiankecil yaitu 9 responden (18%)memiliki pengetahuan baik.

2. Tindakan mobilisasi dini ibupost partum pasca operasiseksio sesarea.

No Kriteriatindakan

Jumlahresponden

Prosentase(%)

1 Baik 7 14

2 Cukup 11 22

3 Kurang 32 64

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer, 2012Berdasarkan Tabel menunjukkanbahwa dari 50 responden, sebagianbesar responden yaitu 32responden (64%) memilikitindakan mobilisasi dini kurang dansebagian kecil yaitu 7 responden(14%) memiliki tindakanmobilisasi dini baik.

Page 47: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

47

3. Pengetahuan ibu post partumtentang mobilisasi dinidengan tindakan mobilisasidini pada pasien pasca operasiseksio sesarea

pengetahuan

tindakanTotalBaik

(%)Cukup (%)

Kurang (%)

F % F % F % F %Baik 3 6 1 2 5 1

0 9 18

Cukup 2 4 9 18 3 6 1

4 28

kurang 2 4 1 2 24

48

27 54

total 7 14

11

22

32

64

50

100

hasil α = 0,05 dan r = 0. 457

Berdasarkan tabel menunjukkandari 50 responden, hampirsetengah responden yaitu 24responden (48%) memilikipengetahuan kurang dan tindakankurang. Berdasarkan uji statistikSpearman Rho didapatkan p value= 0,001 < α = 0,05 dan koefisienkorelasi ( r ) = 0,457, maka H1diterima, yang artinya adahubungan pengetahuan ibu postpartum dengan tindakan mobilisasidini pada pasien pasca operasiseksio sesarea di Ruang BersalinRSUD Kertosono dan tingkathubungannya sedang.

Pembahasan1. Pengetahuan ibu post partum

pasca operasi seksio sesareatentang mobilisasi dini

Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa dari 50responden, sebagian besarresponden yaitu 27 responden(54%) memiliki pengetahuankurang, dari 27 responden yangmemiliki pengetahuan kurang,

sebagian besar yaitu 17 responden(63%) berumur 20 – 25 tahun,sebagian besar yaitu 16 responden(59,3%) berpendidikan SLTA,sebagian besar yaitu 15 responden(55,6%) pekerjaan swasta, danhampir seluruhnya yaitu 23responden (85,2%) tidak pernahmendapatkan informasi tentangmobilisasi dini. hal ini dibuktikandari hasil uji statistik p value umurdengan pengetahuan p = 0,000, pvalue pendidikan denganpengetahuan p = 0,019, p valuepekerjaan dengan pengetahuan p =0,000, p value informasi denganpengetahuan p = 0,002 karena pvalue umur, p value pendidikan, pvalue pekerjaan, p value informasi ≤α (0,05) maka pengetahuandipengaruhi umur, pendidikan,pekerjaan, pernah tidaknyamendapatkan informasi.

Sesuai pendapat Nursalamdan Pariani (2001) pendidikandapat mempengaruhi seseorangtermasuk juga perilaku akan polahidup terutama dalam memotivasiuntuk sikap berperan serta dalampembangunan kesehatan.Pengetahuan juga dipengaruhi olehusia semakin cukup umur, tingkatkematangan dan kekuatan seseorangakan lebih matang dalam berfikirdan bekerja. Dari segi kepercayaanmasyarakat, seseorang yang lebihdewasa akan lebih dipercaya dariorang yang belum cukup dewasa.Hal ini sebagai akibat daripengalaman dan kematanganjiwanya. Makin tua umur seseorangmakin konstruktif dalammenggunakan koping terhadapmasalah yang dihadapi. Pengetahuan

Page 48: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

48

juga dipengaruhi oleh pekerjaan.Pekerjaan adalah kebutuhan yangharus dilakukan untuk menunjangkehidupannya dan kehidupankeluarganya. Bekerja padaumumnya adalah kegiatan yangmenyita waktu. Bekerja akanmempunyai pengaruh terhadapkehidupan keluarga (Nursalam danPariani, 2001). Selain itupengetahuan dipengaruhi olehPengalaman yang merupakansumber pengetahuan ataupengalaman itu merupakan suatucara untuk memperoleh kebenaranpengetahuan. Hal ini dilakukandengan cara mengulang kembalipengalaman yang diperoleh dalammemecahkan permasalahan yangdihadapi pada masa yang lalu(Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitiandiatas maka pengetahuan sangatdipengaruhi oleh umur,pendidikan, pekerjaan, dan pernahtidaknya seseorang mendapatkaninformasi. Pada penelitian inimenunjukkan sebagian besarresponden mempunyai pengetahuankurang, ini karena sebagian besarresponden berumur 20 – 25 tahundan berpendidikan SLTA, dimanapada umur 20 – 25 tahunmerupakan usia dewasa muda,belum mempunyai banyakpengalaman, ditambah lagipekerjaan swasta sehingga merekatidak pernah mendapatkaninformasi tentang mobilisasi dini.

2. Tindakan mobilisasi dini padaibu post partum pasca operasiseksio sesarea.

Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa dari 50

responden, sebagian besarresponden yaitu 32 responden(64%) memiliki tindakan mobilisasidini kurang, dari 32 respondenyang memiliki tindakan mobilisasidini kurang, sebagian besar yaitu 17responden (53%) berumur 20 – 25tahun, sebagian besar yaitu 17responden (53%) berpendidikanSLTA, sebagian besar yaitu 16responden (50%) pekerjaan swasta,hampir seluruhnya yaitu 25responden (78,1%) tidak pernahmendapatkan informasi tentangmobilisasi dini. Hal ini dibuktikandari hasil uji statistik p value umurdengan tindakan p = 0,035, p valuependidikan dengan tindakan p =0,041, p value pekerjaan dengantindakan p = 0,048, p valueinformasi dengan tindakan p =0,004, karena p value umur, p valuependidikan, p value pekeraan, pvalue informasi ≤ α (0,05) makatindakan mobilisasi dini ibu postpartum pasca operasi seksio sesareadipengaruhi umur, pendidikan,pekerjaan, pernah tidaknyamendapatkan informasi tentangmobilisasi dini.

Sesuai pendapatNotoatmodjo (2003) tindakandipengaruhi oleh pendidikan,pengetahuan, sosial danpengalaman. Pendidikan dapatmempengaruhi seseorang termasukjuga perilaku akan pola hidupterutama dalam memotivasi untuksikap berperan serta dalampembangunan kesehatan (Nursalamdan Pariani, 2001), Pengalamanmerupakan sumber pengetahuanatau pengalaman itu merupakansuatu cara untuk memperoleh

Page 49: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

49

kebenaran pengetahuan. Hal inidilakukan dengan cara mengulangkembali pengalaman yang diperolehdalam memecahkan permasalahanyang dihadapi pada masa yang lalu(Notoatmodjo, 2003). Sesuaipendapat Notoatmodjo (2002)semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang semakin mudahmenerima informasi sehinggasemakin banyak pengetahuan yangdimiliki, sebaliknya pendidikanyang kurang akan menghambatperkembangan sikap seseorangterhadap nilai yang baru. Sesuaipendapat Asmadi (2008) yangmempengaruhi mobilisasi adalahcemas (ansietas). Ansietasmerupakan gejolak emosi seseorangyang berhubungan dengan sesuatudiluar dirinya dan mekanisme diriyang digunakan dalam mengatasipermasalahan. Rasa cemas bisamuncul karena kurangnyapengetahuan.

Dengan demikian tindakanmobilisasi dini ibu post partumpasca operasi seksio sesareadipengaruhi oleh umur,pendidikan, pekerjaan dan pernahtidaknya mendapatkan informasitentang mobilisasi dini. Padapenelitian ini, sebagian besarresponden berumur 20 – 25 tahun,pendidikan SLTA, pekerjaan swastadan mereka tidak pernahmendapatkan informasi tentangmobilisasi dini. Seseorang denganumur sekian belum matang dalamberpikir dan bekerja serta belummempunyai banyak pengalamansehingga belum bisa menilai baikdan tidaknya melakukan tindakan

mobilisasi dini pasca operasi seksiosesarea.

3. Pengetahuan ibu post partumtentang mobilisasi dinidengan tindakan mobilisasidini pada pasien pasca operasiseksio sesarea

Berdasarkan uji statistikSpearman Rho didapatkan p value =0,001 ≤ α = 0,05 dan koefisienkorelasi ( r ) = 0,457, maka H1diterima, yang artinya adahubungan pengetahuan ibu postpartum dengan tindakan mobilisasidini pada pasien pasca operasi seksiosesarea di Ruang Bersalin RSUDKertosono dan tingkathubungannya sedang.

Pengetahuan dipengaruhioleh pendidikan, usia, pekerjaandan pengalaman (Nursalam danPariani, 2001). SedangkanTindakan dipengaruhi olehpendidikan, pengetahuan, sosial danpengalaman (Notoatmodjo, 2003).Dengan pengetahuan, seseorangakan lebih matang dalam berpikirdan bekerja, mampu berpikirkontruktif dalam menggunakankoping terhadap masalah yangdihadapi dan mempunyai polahidup terutama dalam memotivasiuntuk sikap berperan serta dalampembangunan kesehatan. Denganpendidikan dan pengetahuan yangcukup, serta mempunyai banyakpengalaman, seseorang akan lebihmampu menilai baik dan tidaknyamelakukan tindakan mobilisasi dini.Sesuai pendapat Asmadi (2008)yang mempengaruhi mobilisasiadalah cemas (ansietas). Ansietasmerupakan gejolak emosi seseorang

Page 50: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

50

yang berhubungan dengan sesuatudiluar dirinya dan mekanisme diriyang digunakan dalam mengatasipermasalahan. Rasa cemas bisamuncul karena kurangnyapengetahuan. Kurang pengetahuanakan pentingnya mobilisasi dini,menyebabkan banyak dari ibu postpartum pasca operasi seksio sesareatidak segera melakukan mobilisasidini.

Berdasarkan hasil penelitiandiatas maka, pengetahuan ibu postpartum tentang mobilisasi dini dantindakan mobilisasi dini ibu postpartum pasca operasi seksio sesarea,sangat dipengaruhi oleh umur,pendidikan, pekerjaan, pernahtidaknya mendapatkan informasi.Seseorang dengan umur 20 – 25tahun adalah termasuk usia dewasamuda, dimana pada umur sekianbelum matang dalam berpikir danbekerja, belum bisa menilai baikdan tidaknya melakukan mobilisasidini pasca operasi seksio sesarea.Semakin dewasa umur seseorangtentunya akan berbeda pola pikirdan perilakunya. Pendidikan jugaakan mempengaruhi seseorangtermasuk juga perilaku akan polahidup terutama dalam memotivasiuntuk sikap berperan serta dalampembangunan kesehatan. Padapenelitian ini sebagian besarresponden berpendidikan SLTA,sehingga pengetahuan danpengalaman mereka masih kurang,karena semakin tinggi tingkatpendidikan semakin mudahmenerima informasi sehinggabanyak pengetahuan yang dimiliki,sebaliknya pendidikan yang kurangakan menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai yangbaru. Pekerjaan jugamempengaruhi pengetahuanseseorang, sebagian besarresponden mempunyai pekerjaanswasta, dimana lingkungan tempatmereka bekerja tidak pernah adainformasi tentang mobilisasi dinisehingga pengetahuan merekatentang mobilisasi dini masihkurang, dengan demikian merekacenderung tidak melakukannya.

Kesimpulan1. Sebagian besar responden yaitu 27

responden (54%) memilikipengetahuan kurang tentangmobilisasi dini di Ruang BersalinRSUD Kertosono.

2. Sebagian besar responden yaitu 32responden (64%) memiliki tindakankurang dalam melakukan mobilisasidini di Ruang Bersalin RSUDKertosono.

3. Ada hubungan pengetahuan ibu postpartum dengan tindakan mobilisasidini pada pasien pasca operasi seksiosesarea di Ruang Bersalin RSUDKertosono, dimana Hasil ujispearman rho didapatkan p value0,001 ≤ α = 0,05 dan r = 0,457dan tingkat hubungannya sedang.

DAFTAR PUSTAKAAncheta dan Simphin. (2005).

Persalinan. Jakarta : EGC.Arikunto. (2006). Manajemen

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.Asmadi. (2008). Teknik Prosedural

Keperawatan Konsep dan AplikasiKebutuhan Dasar Klien. Jakarta :Salemba Medika.

Page 51: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

51

Carpenito. (2000). Rencana Asuhandan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta : EGC.

Chrissie G dan Mundy. (2004).Pemulihan Pasca Operasi Caesar.Jakarta : Erlangga.

Cunningham, dkk. (2005). ObstetriWilliams. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2006). PedomanPelayanan Kesehatan Perinatal diPuskesmas. Jakarta : Depkes RI.

Dewi. (2007). Operasi Caesar,Pengantar dari A sampai Z. Jakarta :EDSA Mahkota.

Hidayat, A.A. (2003). Buku SakuPratikan Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : EGC.

. (2006). PengantarKebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :Salemba Medika.

. (2007). MetodePenelitian Penulisan Ilmiah. Jakarta:Salemba Medika.

Manuaba, I. B. G. (1999). IlmuKebidanan Penyakit Kandungan danKeluarga Berencana UntukPendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Mochtar, R. (2000). SinopsisObstetric. Jakarta : EGC.

Notoadmodjo, S. (2005). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Nursalam, dan Pariani, S. (2001).Pendekatan Praktis MetodologiRiset Keperawatan. CV, InfoMedika.

Nursalam. (2003). Konsep DanPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.

. (2008). Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta :Salemba medika.

Prawirohardjo, S. (2002) BukuPanduan Praktis PelayananKesehatan Maternal danNeonata.. Jakarta : Yayasan BinaPustaka.

Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Setiadi. (2007). Konsep dan PenulisanRiset Keperawatan. Yogyakarta :Graha Ilmu.

Soelaiman. (2000). Obstetri Fisiologi.Bandung : EGC.

Sugiyono. (2007). Statistik UntukPenelitian. Bandung : Alfabeta.

Susilo, R. (2011). PendidikanKesehatan dalam Keperawatan.Yogyakarta : Nuha Medika

Page 52: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

52

MOBILISASI TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI IBU POSTOPERASI SECTIO CAESAREA DI RUANG POST ANESTHESIA

CARE UNIT RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

Puji Astutik, Ida Hermawati

ABSTRAK

Kemajuan dibidang kedokteran memberi dampak pada praktik obstetrik modernyaitu kelahiran lewat perut lebih mudah dipilih bila kelahiran pervaginam akanmembahayakan ibu, anak, atau keduanya. Salah satu dampak post operasi sectio caecareaadalah nyeri, hal ini terjadi karena adanya luka sebagai akibat terputusnya continuitasjaringan. Salah satu cara untuk memperlancar sirkulasi darah agar mempercepatpenyembuhan luka adalah dengan melakukan mobilisasi. Tujuan penelitian yaitupengaruh mobilisasi terhadap penurunan tingkat nyeri ibu post sectio caecarea di ruangPost Anesthesia Care Unit RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Desain penelitian pra-eksperimen dengan pendekatan rancangan One GroupPretest-Postest. Populasinya adalah seluruh ibu post sectio caecarea di ruang Post AnesthesiaCare Unit RSUD Dr. Harjono Ponorogo selama 2 minggu pada tanggal 1-11Desember 2012. Teknik pengambilan sampel dengan concecutive sampling, dan jumlahsampel 53 ibu. Variabel bebas (independent) adalah mobilisasi sedangkan variabel terikat(dependent) adalah nyeri. Data diolah dengan Wilcoxon melalui spps 16.

Hasil penelitian didapatkan tingkat nyeri sebelum mobilisasi sebagian besaryaitu 36 responden (67,9%) mengalami tingkat nyeri berat, sesudah mobilisasisebagian besar yaitu 29 responden (54,7%) mengalami tingkat nyeri sedang. Adapengaruh mobilisasi terhadap penurunan tingkat nyeri pasien post operasi sectio caecareadengan p value =0,000 dan α=0,05.

Mobilisasi dilakukan dengan santai dan bertahap sehingga pasien dapatmengukur kekuatan pada dirinya. Peran perawat sangat dibutuhkan dalam mobilisasiklien pasca bedah sesaria. Perawat profesional berada pada posisi yang dapatmemberikan kegiatan perawatan utama pada klien dan memberikan motivasi pada klienuntuk mobilisasi.

Kata Kunci: Mobilisasi, Post sectio caecarea , nyeri

Page 53: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

53

PENDAHULUANKemajuan dibidang kedokteran

memberi dampak pada praktik obstetrikmodern yaitu kelahiran lewat perutlebih mudah dipilih bila kelahiranpervaginam akan membahayakan ibu,anak, atau keduanya. Perbaikan yangmeluas dalam hal anestesia, teknikpembedahan, antibiotika dan transfusidarah telah menurunkan morbiditas danmortalitas akibat sectio caecarea,sehingga menjadikannya sebagai pilihanyang relatif aman (Hacker, 2001).Namun demikian tetap ada komplikasiibu post sectio caecarea mencakupkomplikasi periodik masa nifas yangnormal dan komplikasi setiap prosedurpembedahan utama (Hacker, 2001).Salah satu dampak post operasi sectiocaecarea adalah nyeri, hal ini terjadikarena adanya luka sebagai akibatterputusnya continuitas jaringan(Dongoes, 2002). Salah satu cara untukmemperlancar sirkulasi darah agarmempercepat penyembuhan lukaadalah dengan melakukan mobilisasi(Garrison, 2004). Hasil studipendahuluan pada tanggal 25September 2012 terhadap 10 pasien,didapatkan 7 pasien (70%) post operasisectio caecarea yang dirawat engganmelakukan mobilisasi dini denganalasan nyeri luka operasi.

Menurut Jones (2005) dalamtahun 30 tahun belakangan, peristiwaoperasi sectio caecarea meningkatdengan pesat. Di Australia dan Inggris,sectio caecarea sekitar 10 sampai 15%,Amerika Serikat, sekitar 16% sampai20%. Dari hasil laporan Rumah SakitHarapan Kita Jakarta tercatat bahwapada tahun 2005 jumlah persalinandengan sectio caecarea 24% (Abdullah,2006). Secara nasional sectio caecarea

berkisar antara 10 sampai 40 persendari semua kelahiran (Hacker, 2001).Berdasarkan data yang diperoleh dariRSUD Dr. Harjono Ponorogomenunjukkan jumlah persalinan yangdilakukan dengan sectio caecarea padabulan Januari sampai dengan Desember2011 sejumlah 1.041 tindakan,sedangkan Januari sampai dengan Juli2012 sejumlah 827 tindakan seksiosesaria sehingga rata-rata sebulan 119pasien.

Operasi sectio caecareamenyebabkan stress pada daerahoperasi. Stress ini akibat nutrisi yangtidak adekuat, gangguan sirkulasi, danperubahan metabolisme akanmeningkatkan resiko lambatnyapenyembuhan luka sehinggamenyebabkan nyeri tetap (Potter,2005). Seringkali dengan keluhan nyeridi daerah operasi, klien tidak maumelakukan mobilisasi. Berbagai faktoryang mempengaruhi mobilisasi postoperasi sectio caecarea yaitu tingkatkesadaran pasien, kekuatan (energi)yang dimiliki pasien, nyeri, kurangnyapengetahuan, ketakutan danpengalaman (Hidayat, 2006).Mobilisasi merupakan faktor yangmenonjol dalam mempercepatpemulihan pasca sectio caecarea .Mobilisasi bisa mencegah terjadinyatrombosis dan tromboemboli, selain itumobilisasi akan mencegah kekakuanotot dan sendi sehingga jugamengurangi nyeri, menjaminkelancaran peredaran darah,memperbaiki pengaturan metabolismetubuh, mengembalikan kerja fisiologisorgan-organ vital yang pada akhirnyaakan mempercepat penyembuhan lukabekas operasi (Kusmawan, 2008).Kebanyakan dari pasien masih

Page 54: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

54

mempunyai kekhawatiran jika tubuhdigerakkan pada posisi tertentu pascaoperasi akan menambah nyeri. Keadaanpasien yang tidak mau melakukanmobilisasi akan menimbulkan masalahadanya potensi penurunan kekuatanotot-otot perut karena adanya sayatanpada dinding perut (Kusmawan,2008). Secara umum imobilisasi dapatmengganggu metabolisme secaranormal, mengingat immobilisasi dapatmenyebabkan turunnya kecepatanmetabolisme dalam tubuh. Hal tersebutdapat dijumpai pada menurunnya basalmetabolisme rate (BMR) yangmenyebabkan berkurangnya energiuntuk perbaikan sel-sel tubuh, sehinggadapat mempengaruhi oksigenasi sel.Perubahan pada sistem integumen yangterjadi berupa penurunan elastisitaskulit karena menurunnya sirkulasidarah (Hidayat, 2006).

Peran perawat sangat dibutuhkandalam mobilisasi klien pasca bedahsesaria. Perawat profesional beradapada posisi yang dapat memberikankegiatan perawatan utama pada kliendan memberikan motivasi pada klienuntuk mobilisasi. Selain itu perawatperlu melakukan observasi tingkatannyeri post operasi sectio caecarea untukmenentukan skala nyeri. Perawatmempunyai tanggung jawab yang besardalam memberikan berbagai pelayananuntuk memelihara dan meningkatkankesehatan dari sebelum terjadi masalahbaru atau komplikasi akibat darimasalah yang lama (Perry dan Potter,2005). Berdasarkan latar belakang diatas tentang pentingnya mobilisasi pascaseksio sesaria, maka peneliti inginmengetahui pengaruh mobilisasiterhadap penurunan nyeri ibu post

sectio caecarea di Post Anesthesia CareUnit RSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh mobilisasiterhadap penurunan tingkat nyeriibu post sectio caecarea di ruangPost Anesthesia Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi tingkat nyeri

ibu post sectio caecarea sebelummobilisasi di ruang PostAnesthesia Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo

b. Mengidentifikasi tingkat nyeriibu post sectio caecareasesudah mobilisasi di ruangPost Anesthesia Care UnitRSUD Dr. Harjono Ponorogo.

c. Menganalisis pengaruhmobilisasi dengan tingkat nyeriibu post sectio caecarea di ruangPost Anesthesia Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo.

METODE PENELITIANDesain penelitian pada penelitian

ini dengan menggunakan pra-eksperimendengan pendekatan rancangan OneGroup Pretest-Postest dalam rancangan initidak ada kelompok pembanding(kontrol), tetapi paling tidak sudahdilakukan observasi pertama (Pretest)yang memungkinkan peneliti dapatmenguji perubahan-perubahan yangterjadi setelah adanya eksperimen atauperlakuan (Arikunto, 2010).

Penelitian dilaksanakan tanggal1-11 Desember 2012 bertempat di diruang Post Anesthesia Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo. Padapenelitian ini populasinya adalah

Page 55: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

55

seluruh ibu post sectio caecarea di ruangPost Anesthesia Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo rata-rata per bulansejumlah 60 orang dengan Jumlahsampel 52 orang. teknik sampling yangdigunakan ialah Non-Probability denganmetode concecutive sampling yaitupemilihan sampel dengan menetapkansubyek yang memenuhi kriteriapenelitian dimasukkan dalam penelitiansampai kurun waktu tertentu sehinggajumlah pasien yang dibutuhkanterpenuhi. Variabel dalam penelitian initerdiri dari variabel bebas (independent),merupakan variabel yang menjadi sebabperubahan dan variabel terikat(dependent) merupakan variabel yangdipengaruhi atau menjadi akibat karenavariabel bebas (Hidayat, 2003).Variabel bebas (independent) adalahmobilisasi sedangkan variabel terikat(dependent) adalah nyeri.

Untuk menganalisa datadigunakan Uji Statistik Wilcoxonmelalui program SPSS versi 16 denganα= 0,05 (5%). Apabila p value ≤ α(0,05), maka hipotesa penelitian (Ha)diterima, H0 ditolak berarti adapengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post Sectio Caesareadi ruang Post Anesthesi Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo, jika p value > α(0,05), maka hipotesa penelitian (Ha)ditolak, H0 diterima berarti tidak adapengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post Sectio Caesareadi ruang Post Anesthesi Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo (Hastono,2006).

HASIL PENELITIAN1. Tingkat nyeri sebelum mobilisasi

di Ruang Post Anesthesi Care UnitRSUD Dr. Harjono Ponorogo.

No Tingkat Nyeri Frekuensi

(%)

1 Tidak Nyeri 0 02 Ringan 0 03 Sedang 17 32,74 Berat 35 67,35 Sangat Berat 0 0

Jumlah 52 100Berdasarkan tabel dari 52responden didapatkan sebagianbesar yaitu 35 responden(67,3%) mengalami tingkat nyeriberat.

2. Tingkat nyeri setelah mobilisasi diRuang Post Anesthesi Care UnitRSUD Dr. Harjono Ponorogo

No TingkatNyeri

Frekuensi (%)

1 TidakNyeri

0 0

2 Ringan 24 46,23 Sedang 28 53,84 Berat 0 05 Sangat

Berat0 0

Jumlah 52 100

Berdasarkan tabel dari 52responden didapatkan sebagianbesar yaitu 28 responden(53,8%) mengalami tingkat nyerisedang.

3. Pengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post SectioCaesarea di Ruang Post AnesthesiCare Unit RSUD Dr. HarjonoPonorogo

Page 56: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

56

Tingkat nyeriSebelum

mobilisasi

Tingkat nyeri setelah mobilisasiTidaknyeri Ringan Sedang Berat Sangat

Berat Jumlah

Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi FrekuensiTidak Nyeri 0 0 0 0 0 0

Ringan 0 0 0 0 0 0Sedang 0 16 1 0 0 17Berat 0 8 27 0 0 35

Sangat Berat 0 0 0 0 0 0Jumlah 0 24 28 0 0 52

P value = 0,000 α=0,05

Berdasarkan tabel didapatkanbahwa sebagian besar yaitu 27responden (51,9%) mengalamipenurunan nyeri dari tingkatberat ke tingkat sedang.Berdasarkan SPSS versi 16, padataraf kepercayaan 95% (α=0,05),didapatkan p-value atau Sig. (2-tailed) pada tabel uji statistikWilcoxon Signed Ranks Test adalah pvalue 0,000 dengan α=0.05(0,000 < 0,05) yang artinya H1diterima dan H0 ditolak sehinggaada pengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post SectioCaesarea di Ruang Post AnesthesiCare Unit RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

Pembahasan1. Tingkat nyeri ibu post sectio

Caesarea sebelum dilakukanmobilisasi di Ruang PostAnesthesi Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo

Berdasarkan tabel 4.1hasil penelitian dari 52 respondendidapatkan sebagian besar yaitu 35responden (67,3%) mengalamitingkat nyeri berat. Hal inididukung oleh sebagian besarfrekuensi melahirkan pertama yaitu26 responden (74,3%) denganskala nyeri 7-9. Hasil uji statistik

dengan spearman rank antarafrekuensi melahirkan dengantingkat nyeri sebelum mobilisasididapatkan p value = 0,026 denganα=0,05 dan keeratan hubungan(correlation coefficient)= -0,308

Berbagai faktor yangmempengaruhi mobilisasi postoperasi sectio caecarea yaitu tingkatkesadaran pasien, kekuatan (energi)yang dimiliki pasien, nyeri,kurangnya pengetahuan, ketakutandan pengalaman (Hidayat, 2006).Pada ibu yang mempunyai frekuensimelahirkan pertama berarti belummempunyai pengalaman dalampenatalaksanaan nyeri. Salah satudampak post operasi sectio caecareaadalah nyeri, hal ini terjadi karenaadanya luka sebagai akibatterputusnya continuitas jaringan(Dongoes, 2002). Operasi sectiocaecarea menyebabkan stress padadaerah operasi. Stress ini akibatnutrisi yang tidak adekuat,gangguan sirkulasi, dan perubahanmetabolisme akan meningkatkanresiko lambatnya penyembuhanluka sehingga menyebabkan nyeritetap (Potter, 2005). Seringkalidengan keluhan nyeri di daerahoperasi, klien tidak mau melakukanmobilisasi.

Pada saat sel saraf rusak akibattrauma jaringan akibat operasi,maka terbentuklah zat-zat kimiaseperti Bradikinin, serotonin danenzim proteotik. Kemudian zat-zattersebut merangsang dan merusakujung saraf reseptor nyeri danrangsangan tersebut akandihantarkan ke hypothalamusmelalui saraf asenden. Sedangkandi korteks nyeri akan di persiapkan

Page 57: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

57

sehingga individu mengalaminyeri. Selain dihantarkan kehypotalamus nyeri dapatmenurunkan stimulasi terhadapreseptor mekanin sensitive padatermosensitif sehingga dapat jugamenyebabkan atau mengalaminyeri (Ikhwan, 2012).

Toleransi terhadap nyeriberbeda pada setiap individu.Orang yang mempunyai tingkattoleransi tinggi terhadap nyeritidak akan mengeluh nyeri denganstimulus kecil, sebaliknya orangyang toleransi terhadap nyerinyarendah akan mudah merasa nyeridengan stimulus nyeri kecil. Klienbisa mengungkapkan nyerinyadengan berbagai cara, mulai dariekspresi wajah, vokalisasi dangerakan tubuh. Ekspresi yangditunjukan klien itulah yangdigunakan perawat untukmengenali pola perilaku yangmenunjukkan nyeri. Perawat harusmelakukan pengkajian secara telitiapabila klien sedikitmengekspresikan nyerinya, karenabelum tentu orang yang tidakmengekspresikan nyeri itu tidakmengalami nyeri. Pasienmengalami nyeri berat denganskala 7-9. Pada keadaan ini secaraobyektif pasien terkadang tidakdapat mengikuti perintah tapimasih respon terhadap tindakan,dapat menunjukkan lokasi nyeri,tidak dapat mendeskripsikannya,tidak dapat diatasi dengan alihposisi nafas panjang dan distraksi.

Hasil uji statistik antarafrekuensi melahirkan dengan nyerisebelum mobilisasi, didapatkanhubungan dengan arah negatif

artinya pasien yang melahirkananak pertama mempunyai tingkatnyeri kategori berat. Sebagianbesar responden melahirkan anakpertama, sehingga mengalaminyeri tingkat berat. Melahirkananak pertama berarti belum punyapengalaman merasakan nyeri.Seseorang yang pernah berhasilmengatasi nyeri dimasa lampau,dan saat ini nyeri yang samatimbul, maka ia akan lebih mudahmengatasi nyerinya. Mudahtidaknya seseorang mengatasi nyeritergantung pengalaman di masalalu dalam mengatasi nyeri.Pengalaman mengatasi nyeri akanmemudahkan seseorang untukberadaptasi dengan luka operasi,mempersepsikan nyeri denganbiasa dan mampu mencari caramengurangi nyeri dengan caranyasendiri. Beberapa pasien dapatmengurangi nyeri dengan ngobroldengan pasien yang beradadisekitarnya, berusaha mensyukurinikmat atas karunia anak, danmenyadari bahwa setiap luka pastimenimbulkan nyeri.

2. Tingkat nyeri ibu post sectioCaesarea sesudah dilakukanmobilisasi di Ruang PostAnesthesi Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo

Berdasarkan hasilpenelitian dari 52 respondendidapatkan sebagian besar yaitu 28responden (53,8%) mengalamitingkat nyeri sedang. Hal inididukung hampir setengah yaitu12 responden (42,9%) pendidikanSMP. Hasil uji statistik denganspearman rank antara pendidikan

Page 58: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

58

dengan tingkat nyeri sesudahmobilisasi didapatkan p value =0,001 dengan α=0,05 dankeeratan hubungan (correlationcoefficient) = -0,452

Intensitas nyeri adalahgambaran tentang seberapa parahnyeri dirasakan oleh individu,pengukuran intensitas nyeri sangatsubjektif dan individual dankemungkinan nyeri dalamintensitas yang sama dirasakansangat berbeda oleh dua orangyang berbeda oleh dua orang yangberbeda. Pengukuran nyeri denganpendekatan objektif yang palingmungkin adalah menggunakanrespon fisiologik tubuh terhadapnyeri itu sendiri. Namun,pengukuran dengan tehnik ini jugatidak dapat memberikan gambaranpasti tentang nyeri itu sendiri(Tamsuri, 2007). Tingkat nyerisedang dapat digambarkan secaraobyektif pasien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkanlokasi nyeri, dapatmendeskripsikannya, dapatmengikuti perintah dengan baik(Perry dan Potter, 2005).Hasil uji statistik antara dataumum yaitu pendidikan dengannyeri sesudah mobilisasi,didapatkan hubungan dengan arahnegatif artinya pasien yangmempunyai pendidikan SMPmempunyai tingkat nyeri kategorisedang. Tingkat nyeri pasiensetelah mobilisasi dalam kategorisedang, hal ini kemungkinandipengaruhi oleh kemampuanpasien melaksanakan instruksi daripeneliti untuk melakukanmobilisasi. Kemampuan seseorang

dapat dipengaruhi olehpendidikan. Dalam KamusLengkap Bahasa Indonesia(Purwodarminto, 2001),disebutkan bahwa pendidikanadalah proses pengubahan sikapdan perilaku seseorang ataukelompok dalam usahamendewasakan manusia melaluiupaya pengajaran dan pelatihan.Pendidikan merupakan rangkaianpembelajaran, pemahaman,informasi dan kemampuan selamahidup, sehingga mampumengubah seseorang agarmemiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia serta berbagai ketrampilandengan berbagai cara untukmempersiapkan masa depannya(Diknas, 2010).Pendidikan SMP memungkinkanpasien kurang dapat menerimainformasi dan melaksanakaninstruksi yang diberikan olehpeneliti, sehingga penurunantingkat nyeri dalam kategorisedang. Seseorang yangmempunyai pendidikan tinggiakan mempunyai pengetahuanyang tinggi, sehingga denganpengetahuan yang dimilikinyapasien melaksanakan mobilisasidengan semaksimal mungkinkarena mempunyai keyakinanakan dapat menurunkan nyeriyang dialaminya.Meskipun mobilisasi dilakukandengan bantuan dan instruksi daripeneliti, namun apabila pasientidak mempunyai motivasi untukmelaksanakan mobilisasi juga akanmempengaruhi keberhasilan

Page 59: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

59

dalam menurunkan tingkat nyeripost operasi sectio caesarea.Motivasi untuk segera bisa pindahdari ruang Post Anesthesi Care Unitdan bisa bertemu dengan bayi dankeluarganya menyebabkan pasienberupaya agar nyeri yangdialaminya menurun. Salah satuindikator untuk memindah pasienke ruang rawat inap adalah nyeriyang sudah berkurang. Apabilapasien masih kesakitan, makakemungkinan terjadi infeksisehingga belum bisa dipindah keruang rawat inap.

3. Pengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu postSectio Caesarea di Ruang PostAnesthesi Care Unit RSUD Dr.Harjono Ponorogo

Berdasarkan tabel 4.3didapatkan bahwa sebagian besaryaitu 27 responden (51,9%)mengalami penurunan nyeri daritingkat berat ke tingkat sedang.Berdasarkan SPSS versi 16, padataraf kepercayaan 95% (α=0,05),didapatkan p-value atau Sig. (2-tailed) pada tabel uji statistikWilcoxon Signed Ranks Test adalah pvalue 0,000 dengan α=0.05(0,000 < 0,05) yang artinya H1diterima dan H0 ditolak sehinggaada pengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post SectioCaesarea di Ruang Post AnesthesiCare Unit RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

Mobilisasi merupakankemampuan seseorang untukbergerak dengan bebas danmerupakan faktor yang menonjoldalam mempercepat pemuihan

pasca bedah, mobilisasi dinimerupakan suatu aspek yangterpenting pada fungsi fisiologiskarena hal itu esensial untukmempertahankan kemandirian.Dengan demikian mobilisasi diniadalah suatu upayamempertahankan kemandiriansedini mungkin dengan caramembimbing penderita untukmempertahankan fungsi fisiologi(Carpenito, 2000). Sedangkanmobilisasi post sectio caesarea adalahsuatu pergerakan, posisi atauadanya kegiatan yang dilakukan ibusetelah beberapa jam melahirkandengan persalinan caesarea (Lailia,2012).

Manfaat mobilisasi adalahpasien merasa lebih sehat dan kuatdengan early ambulation. Denganbergerak, otot-otot perut danpanggul akan kembali normalsehingga otot perutnya menjadikuat kembali dan dapatmengurangi rasa sakit (nyeri) postoperasi SC Mobilisasi merupakanfaktor yang menonjol dalammempercepat pemulihan pascasectio caecarea . Mobilisasi bisamencegah terjadinya trombosis dantromboemboli, selain itumobilisasi akan mencegahkekakuan otot dan sendi sehinggajuga mengurangi nyeri, menjaminkelancaran peredaran darah,memperbaiki pengaturanmetabolisme tubuh,mengembalikan kerja fisiologisorgan-organ vital yang padaakhirnya akan mempercepatpenyembuhan luka bekas operasi(Kusmawan, 2008).

Page 60: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

60

Mobilisasi yangdilakukan pasien post operasidilakukan dengan santai danbertahap sehingga pasien dapatmengukur kekuatan pada dirinya.Banyaknya pasien post sectiocaecarea diruang Post Anesthesi CareUnit memungkinkan sesama pasiendapat saling memberi motivasiuntuk tetap berlatih mobilisasi agarnyeri segera berkurang. Padadasarnya setiap orang mempunyaikemampuan untuk menolongdirinya sendiri, dengan kekuatanyang berasal dari dirinya berupalatihan mobilisasi, maka nyeri yangdialami setelah operasi dapatberkurang. Tidak semua keluhannyeri diatasi dengan obat, karenadengan mobilisasi selain nyeriberkurang juga dapatmempercepat proses involusiuteri.

Kebijakan rumah sakit yangbelum mempunyai StandartOperasional Prosedur tentangmobilisasi pada ibu post sectiocaecarea mempengaruhi kemauandan keterampilan perawat dalammelakukan mobilisasi pada ibu postsectio caecarea. Peran perawatsangat dibutuhkan dalam mobilisasiklien pasca bedah sesaria, karenaperawat yang dapat melakukanperawatan utama pada klien danmemberikan motivasi pada klienuntuk mobilisasi. Selain ituperawat perlu melakukan observasitingkatan nyeri post operasi sectiocaecarea untuk menentukan skalanyeri. Perawat mempunyaitanggung jawab yang besar dalammemberikan berbagai pelayanan

untuk memelihara danmeningkatkan kesehatan pasien.

Kesimpulan1. Tingkat nyeri sebelum mobilisasi

pada ibu post Sectio Caesarea diRuang Post Anesthesi Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo 35responden (67,3%) nyeri tingkatberat

2. Tingkat nyeri sesudah mobilisasipada ibu post Sectio Caesarea diRuang Post Anesthesi Care Unit RSUDDr. Harjono Ponorogo 28responden (53,8%) nyeri tingkatsedang.

3. Ada Pengaruh mobilisasi terhadappenurunan nyeri ibu post SectioCaesarea di Ruang Post Anesthesi CareUnit RSUD Dr. Harjono Ponorogodengan p value 0,000 pada α=0,05

Daftar PustakaAbdullah (2006). Perkembangan operasi

sectio caesarea [internet] bersumber<repository.usu.ac.id/bitstream/.../Chapter%20II.pdf > [diakses 2Oktober 2012 Jam 05.27 WIB].

Arikunto, S. (2010). ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka CiptaBrunner & Suddarth. (2001).

Keperawatan Medikal BedahAlih Bahasa Volume 2. Jakarta :EGC.

Cuningham, Gant, Leveno, Gilstrap III,Hauth, and Wenstrom (2006).Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Doenges, Moorhouse, Geissler (2000),Rencana asuhan Keperawatan.Pedoman untuk Perencanaanpendokumentasian Perawatanpasien. Edisi Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC

Page 61: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

61

Carpenito, L.J (2002). RencanaAsuhan dan DokumentasiKeperawatan. Volume 3. Jakarta,EGC.

Gruendemann dan Fernsebner (2006).Keperawatan Peri operatif.Volume 1. Jakarta. EGC

Hacker dan Moore (2001). EsensialObstetri dan Ginekologi. Jakarta:Hipokrates

Hastono, P.S. (2006) Basic DataAnalysis for Health Research.Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Indonesia, Jakarta

Hidayat, A.A. (2003). RisetKeperawatan Dan TeknikPenulisan Ilmiah. Jakarta:Salemba Medika.

---------------------------(2006).Pengantar Kebutuhan DasarManusia Aplikasi Konsep danProses Keperawatan. Jakarta,Salemba Medika.

Kasdu (2003). Mobilisasi post SC.[internet] bersumber dari<http://digilib.ums.ac.id/.pdf> [Di akses 7 September 2012 jam17.20 WIB].

Kozier B., 1995. Fundamental ofNursing;Concepts,Process, andPractice . Edisi Bahasa Indonesia:EGC: Jakarta

Kusmawan (2008) Pentingnya BergerakPasca Operasi [Internet].Bersumber dari<http://spesialisbedah.com>[diakses tanggal 2 September2012 jam 11.47 WIB]

Lailia (2009) Pentingnya MobilisasiDini [Internet]. Bersumber dari<http://indonesiannursing.com

> [diakses tanggal 7September 2012 jam 17.31WIB]

Mochtar, R. (1998) Sinopsis ObstetrikOperatif, Obstetri Sosial. Jakarta: EGCNotoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan. EdisiKedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, (2008). Konsep danpenerapan Metodologi penelitianilmu keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Oxorn dan Forte. (2003). IlmuKebidanan Patologi dan FisiologiPersalinan. Yogyakarta: AndiOffset

Potter, Patricia A. (2005). Buku AjarFundamental KeperawatanKonsep, Proses, dan Praktik Edisi4 Volume 1, Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G (2002).Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah Edisi 8,Jakarta, EGC.

Sugiyono.(2007). Statistika untukpenelitian. Bandung: CV Alfabeta

Tamsuri, A. (2007). Konsep danpenatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu

Kebidanan.Jakarta: PT BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo

------------------------- (2010). IlmuBedah Kebidanan.Jakarta: PTBina Pustaka SarwonoPrawirohardjo

Yetti, K. (2012). Manajemen Nyeri[internet] bersumber dari<http://indonesiannursing.com/2012/05/manajemen-nyeri/ >[ Di akses 1 September 2012jam 19.20 WIB]

Page 62: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

62

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAPTINGKAT NYERI PADA PASIEN GASTRITIS

DI RUANG DAHLIA RSUD NGANJUK

Sujatmiko, Eni Triwiyat

ABSTRACT

Complaints of pain in patients with gastritis are actual problems often faced nurse inproviding nursing care to patients gastritis. One alternative is to relieve pain lavenderaromatherapy techniques. The purpose of this study was to the effect of giving lavenderaromatherapy on the level of pain patients gastritis in the dahlia hospital Nganjuk.

Pre-Experimental Research Design using the method of one group pretest-posttest.Population is all gastritis patients in Dahlia Hospitals Nganjuk. Sampling technique usingaccidental sampling obtained a sample of 12 respondents. The instrument uses the interview.Analysis of data using Wilcoxon statistical test α = 0.05.

Results showed that prior to being aromatherapy lavender, half of the respondents ie 6respondents (50%) had moderate pain. After given aromatherapy lavender, most respondents are7 respondents (58.5%) had mild pain. Wilcoxon test results obtained significance value of 0.002≤ 0.05. So it can be concluded that there are effects of giving lavender aromatherapy on thelevel of pain patients gastritis in the dahlia hospital Nganjuk.

Giving lavender aromatherapy may decrease pain gastritis patients. Therefore lavenderaromatherapy delivery techniques should be properly addressed in order to provide effectiveresults. Nurses need to be trained how aromatherapy lavender giving a true and proper.

Keywords: Effect of aromatherapy lavender, level of pain, gastritis patients.

Page 63: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

63

PENDAHULUANNyeri adalah sensori subyektif

dan emosional yang tidakmenyenangkan yang didapat terkaitdengan kerusakan jaringan aktualmaupun potensial, ataumenggambarkan kondisi terjadinyakerusakan (Tamsuri, 2007). Rasanyeri merupakan masalah yang seringterjadi dan bagian yang tidakterpisahkan dari kehidupan manusia.Rasa nyeri yang terjadi pada tubuhmanusia sebenarnya merupakan responpertahanan untuk memberitahukanadanya kerusakan yang berbahaya padajaringan tubuh (Tortora & Derrickson,2009). Gastritis merupakan peradanganpada dinding lambung terutama padamukosa dan submukosa lambung,ditandai dengan nyeri ulu hati setelahmakan dan nyeri tekan pada bagianepigastrium (Bruner, 2006). Keluhannyeri pada pasien gastritis merupakanmasalah aktual yang sering dihadapiperawat dalam memberikan asuhankeperawatan pada pasien gastritis. Salahsatu alternatif meredakan nyeri adalahdengan teknik aromaterapi lavender.Aromaterapi lavender memilikikeunggulan dibandingkan dengan jenisaromaterapi lainnya yaitu ekonomis,mudah diperoleh, aman dipergunakan,tidak memerlukan waktu lama danpraktis karena tidak memerlukanperalatan yang rumit. Kombinasi terapilavender dengan pengobatan medisakan meningkatkan kondisi klien(Zeltner, 2005).

Badan penelitian kesehatandunia WHO mengadakan tinjauanterhadap beberapa negara dunia danmendapatkan hasil persentase dariangka kejadian gastritis di dunia,diantaranya Inggris 22%, China 31%,

Jepang 14,5%, Kanada 35%, danPerancis 29,5%. Di dunia, insidengastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlahpenduduk setiap tahun. Insidenterjadinya gastritis di Asia Tenggarasekitar 583.635 dari jumlah penduduksetiap tahunnya. Persentase dari angkakejadian gastritis di Indonesia menurutWHO adalah 40,8%. Berdasarkanprofil kesehatan Indonesia tahun 2009,gastritis merupakan salah satu penyakitdi dalam sepuluh penyakit terbanyakpada pasien rawat inap di rumah sakit diIndonesia dengan jumlah 30.154 kasus(4,9%). Menurut Maulidiyah (2006),di Jawa Timur angka kejadian gastritissebesar 31,2%. Berdasarkan laporantahunan Rumah Sakit Umum DaerahNganjuk didapatkan data penderitagastritis bulan Januari-September 2012sebanyak 1.348 orang (4,30%) dari31.384 pasien yang berkunjung.Penyakit gastritis menempati urutankelima setelah penyakit ISPA, penyakitkulit, rematik dan penyakit pernafasanyang lain. Berdasarkan studipendahuluan yang dilakukan penelitipada tanggal 12-15 September 2012 diRuang Dahlia RSUD Nganjuk,didapatkan 6 pasien gastritis.Berdasarkan 6 pasien tersebut, 5 pasienditangani dengan upaya farmakologis,yaitu pemberian obat-obatan analgesikuntuk meredakan nyeri gastritis,sedangkan 1 pasien dilakukan masasedan kadang - kadang tidur jikamerasakan nyeri.

Nyeri disebabkan karenaterangsangnya nosiseptor yang terdapatdi dalam jaringan tubuh. Rangsangtermal, mekanis atau kimia yang kuatdapat menyebabkan teraktivasinyanosiseptor. Kerusakan jaringanmenyebabkan terlepasnya mediator-

1

Page 64: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

64

mediator kimiawi sepertiprostaglandin, kinin dan ion potassiumyang dapat merangsang nosiseptor(Tortora & Derrickson, 2009).Terdapat berbagai teori yang berusahamenggambarkan bagaimana nosiseptordapat menghasilkan rangsang nyeri.namun teori gerbang kendali nyeri (gatecontrol theory) dianggap paling relevan(Tamsuri, 2007). Gate control theorydari Melzack dan Wall (dalam Potter,2005) mengusulkan bahwa impuls nyeridapat diatur atau dihambat olehmekanisme pertahanan di sepanjangsistem saraf pusat. Teori inimenjelaskan bahwa substansi gelatinosa(SG), yaitu suatu area dari sel selkhusus pada bagian ujung dorsal serabutsaraf sumsum tulang belakang (SpinalCord) mempunyai peran sebagaimekanisme pintu gerbang (gatingmechanism). Mekanisme pintu gerbangini dapat memodifikasi dan merubahsensasi nyeri yang datang sebelummeraka sampai di kortek serebi danmenimbulkan persepsi nyeri (Potter,2005).

Perawat mempunyai peranandalam penatalaksanaan nyeri yaitumembantu meredakan nyeri denganmemberikan intervensi penghilangnyeri (termasuk pendekatanfarmakologis dan non farmakologis)(Bruner, 2006). Penanganan nyeri bisadilakukan secara farmakologis yaknidengan pemberian obat-obatan.Sedangkan secara non farmakologismelalui distraksi, relaksasi dan stimulasikulit kompres hangat atau dingin,latihan nafas dalam, terapi musik,aromaterapi, imajinasi terbimbing,relaksasi (Rezkiyah, 2011). Fenomenayang terjadi dalam pemberianpelayanan kesehatan pada pasien

gastritis sering menggunakan terapifarmakologi (obat – obat) dalammenangani nyeri, padahal pemberianobat - obat atau analgetik yang terusmenerus akan menimbulkanketergantungan (Sodikin, 2006). Selainpenggunaan terapi farmakologi, masihbanyak juga terapi non farmakologiyang bisa dilakukan oleh perawat dalammengatasi nyeri yang salah satunyaadalah dengan pemberian aromaterapi.Aromaterapi adalah metode yangmenggunakan minyak atsiri untukmeningkatkan kesehatan fisik danemosi. Lavender memiliki zat aktifberupa linalool dan linalyl acetate yangdapat berefek sebagai analgesik(Wolfgang & Michaela, 2008). Ketikasuatu jaringan mengalami cedera, ataukerusakan mengakibatkan dilepasnyabahan-bahan yang dapat menstimulusreseptor nyeri seperti serotonin,histamin, ionkalium, bradikinin,prostaglandin, dan substansi P yangakan mengakibatkan respon nyeri(nosiceptor). Gate control theory dariMelzack dan Wall (dalam Potter, 2005)mengusulkan bahwa impuls nyeri dapatdiatur atau dihambat oleh mekanismepertahanan di sepanjang sistem sarafpusat. Teori ini mengatakan bahwaimpuls nyeri dihantarkan saat sebuahpertahanan dibuka dan impuls dihambatsaat sebuah pertahanan tertutup. Upayamenutup pertahanan tersebutmerupakan dasar teori menghilangkannyeri (Potter, 2005). Suatukeseimbangan aktivitas darineuronsensori dan serabut kontroldesenden dari otak mengatur prosespertahanan. Neuron delta-A dan Cmelepaskan substansi C melepaskansubstansi P untuk mentranmisi impulsmelalui mekanisme pertahanan. Selain

Page 65: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

65

itu, terdapat mekanoreseptor, neuronbeta-A yang lebih tebal, yang lebihcepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabilamasukan yang dominan berasal dariserabut beta-A, maka akan menutupmekanisme pertahanan (Potter, 2005).Pesan yang dihasilkan akanmenstimulasi mekanoreseptor, apabilamasukan yang dominan berasal dariserabut delta-A dan serabut C, makaakan membuka pertahanan tersebut danklien mempersepsikan sensasi nyeri.Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan keotak, terdapat pusat kortek yang lebihtinggi diotak yang memodifikasi nyeri.Alur saraf desenden melepaskanopiatendogen, seperti endorfin dandinorfin, suatu pembunuh nyeri alamiyang berasal dari tubuh. Neuromedulatorini menutup mekanisme pertahanandengan menghambat pelepasansubstansi P (Potter, 2005).

Berdasarkan latarbelakang danfenomena di atas, maka peneliti tertarikuntuk melakukan penelitian denganjudul “Pengaruh PemberianAromaterapi Lavender terhadapTingkat Nyeri Pada Pasien Gastritis diRuang Dahlia RSUD Nganjuk”

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruhpemberian aromaterapi lavenderterhadap tingkat nyeri pada pasiengastritis di Ruang Dahlia RSUDNganjuk.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi tingkat nyeri

pada pasien gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk sebelumdiberi aromaterapi lavender.

b. Mengidentifikasi tingkat nyeripada pasien gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk sesudahdiberi aromaterapi lavender.

c. Menganalisa pengaruhpemberian aromaterapilavender terhadap tingkat nyeripada pasien gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk.

Metodologi PenelitianDalam penelitian ini, desain

penelitian menggunakan jenispenelitian eksperimen dengan bentukPra Eksperimental dengan metode onegroup pretest-posttest design yaitumengungkapkan hubungan sebab akibatdengan cara membandingkan keadaansebelum dengan sesudah diberiperlakuan. Metode ini hanyamelibatkan satu kelompok subjek.Kelompok subjek diobservasi sebelumdilakukan intervensi, kemudiandiobservasi lagi setelah intervensi.

Penelitian ini dilakukan padatanggal 14 Januari s/d 14 Pebruari2013 di Ruang Dahlia RSUD Nganjuk.Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh pasien gastritis di Ruang DahliaRSUD Nganjuk. Sebagai dasar jumlahpopulasi penelitian adalah jumlah rata-rata populasi Januari – Pebruari 2013sebanyak 12 pasien / bulan. Sampeldalam penelitian ini adalah pasiengastritis yang mengalami nyeri di RuangDahlia RSUD Nganjuk yang ditemukanselama bulan Januari-Pebruari 2013sebanyak 12 pasien. Teknik samplingdalam penelitian ini adalah accidentalsampling, yaitu mengambil respondensebagai sampel berdasarkan kebetulan,yaitu siapa saja yang secara kebetulanbertemu dengan peneliti dapatdigunakan sebagai sampel bila orang

Page 66: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

66

yang kebetulan ditemui cocok sebagaisumber data.

Variabel dalam penelitian inimeliputi Variabel Independen yaitupemberian aromaterapi lavender danvariabel dependennya adalah:penurunan nyeri gastritis. Pengukurantingkat nyeri yang dimaksud adalahperbandingan antara tingkat nyeri awal(sebelum diberi aromaterapi lavender)dengan tingkat nyeri akhir (sesudahdiberi aromaterapi lavender).Sedangkan klasifikasi tingkat nyeri yangdigunakan adalah skala nyeri Smeltzer,yang meliputi: tidak nyeri, nyeriringan, nyeri sedang, nyeri berat, dansangat nyeri.

Untuk mengetahui adanyapengaruh pemberian aromaterapilavender terhadap tingkat nyeri, makadilakukan analisis menggunakan ujistatistik dengan pendekatan pre and posttest dengan teknik uji Wilcoxon. Bila p-value ≤ α (0,05), maka Ha diterima,berarti ada perbedaan tingkat nyeripada pasien gastritis sebelum dansesudah diberi aromaterapi lavender.

HASIL PENELITIAN1. Tingkat Nyeri Pasien Gastritis di

Ruang Dahlia RSUD NganjukSebelum diberi AromaterapiLavender

No TingkatNyeri Frekuensi Persentase

1. Tidak nyeri 0 0

2. Nyeriringan 4 33,3

3. Nyerisedang 6 50

4. Nyeri berat 2 16,7

5.Nyerisangatberat

0 0

Jumlah 12 100Sumber : Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa dari 12 responden, setengahresponden mengalami nyeri sedangsebelum diberi aromaterapilavender, yaitu sebanyak 6responden (50%).

2. Tingkat Nyeri Pasien Gastritis diRuang Dahlia RSUD NganjukSesudah diberi AromaterapiLavender

No TingkatNyeri Frekuensi Persentase

1. Tidaknyeri 7 58,3

2. Nyeriringan 4 33,3

3. Nyerisedang 1 8,3

4. Nyeriberat 0 0

5.Nyerisangatberat

0 0

Jumlah 12 100Sumber : Data Primer (diolah)

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa dari 12 responden, sebagianbesar responden mengatakan tidaknyeri sesudah diberi aromaterapilavender, yaitu sebanyak 7responden (58,3%).

3. Pengaruh Pemberian AromaterapiLavender terhadap Tingkat Nyeripada Pasien Gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk

JmlResponden

%

Tingkat nyeripasien gastritisSebelum diberiaromaterapilavender -Tingkat nyeripasien gastritisSesudah diberiaromaterapilavender

RankingNegatif 11 91,7

RangkingPositif 0 0

Tetap /Impas 1 8,3

Total 12 100

ρ-value = 0,002

Page 67: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

67

Berdasarkan tabel diketahui bahwahampir seluruh responden yaitu 11responden (91,7%), mengalamipenurunan tingkat nyeri sesudahdiberi aromaterapi lavender. Darihasil uji Wilcoxon didapatkan nilai ρ-value 0,002 ≤ 0,05. Sehinggadapat disimpulkan bahwa terdapatpengaruh pemberian aromaterapilavender terhadap tingkat nyeri padapasien gastritis di Ruang DahliaRSUD Nganjuk.

Pembahasan1. Tingkat Nyeri Pasien Gastritis

di Ruang Dahlia RSUDNganjuk Sebelum diberiAromaterapi Lavender

Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa setengahresponden mengalami nyeri sedangsebelum diberi aromaterapilavender, yaitu sebanyak 6responden (50%). Apabiladikaitkan dengan faktor umurresponden, diketahui bahwasebagian besar responden memilikiumur 41-50 tahun yaitu sebanyak7 responden (58,3%). Sedangkanbila dikaitkan dengan faktor jeniskelamin, diketahui bahwa sebagianbesar responden adalah perempuanyaitu sebanyak 9 responden (75%).Berdasarkan uji Chi Square didapatkanρ-value umur = 0,003 dan ρ-valuejenis kelamin = 0,018.

Usia dan jenis kelaminmemiliki kaitan dengan kejadiangastritis. Rahmi (2010) menyatakanbahwa usia tua memiliki resiko yanglebih tinggi untuk menderitagastritis dibandingkan dengan usiamuda. Hal ini menunjukkan bahwaseiring dengan bertambahnya usia

mukosa gaster cenderung menjaditipis sehingga lebih cenderungmemiliki infeksi Helicobacter pyloriatau gangguan autoimun daripadaorang yang lebih muda. MenurutZhaoshen L dkk (2010), kasusgastritis umumnya terjadi padapenduduk yang berusia lebih dari60 tahun. Sedangkan menurutpenelitian Maulidiyah (2006),57,8% responden penelitiannyayaitu penderita gastritis berusia ≥40 tahun dan 77,8% respondenmempunyai jenis kelaminperempuan. Selanjutnya penelitianYunita (2010), menemukan bahwa70% dari responden penelitian yangmenderita gastritis adalah berjeniskelamin perempuan.

Berdasarkan paparan di atas,peneliti menyusun opini bahwakejadian nyeri gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk dipengaruhioleh faktor usia dan jenis kelaminpasien. Hal ini ditunjukkan daridominasi pasien usia 41-50 tahundan berjenis kelamin perempuan.Faktor usia yang semakin lanjutakan menurunkan kualitas banyakfungsi organ tubuh manusia,termasuk salah satunya adalahkualitas organ lambung (gastric),sehingga lambung rentan untukterserang ganguan atau penyakitgastritis. Sedangkan faktor jeniskelamin perempuan umumnyadikaitkan dengan perilaku emosidan perasaan yang sensitif. Hal inimemicu produksi asam lambungyang berlebihan dan lebih berisikoterserang nyeri gastritis.

Page 68: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

68

2. Tingkat Nyeri Pasien Gastritisdi Ruang Dahlia RSUDNganjuk Sesudah diberiAromaterapi Lavender

Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa sebagian besarresponden mengatakan tidak nyerisesudah diberi aromaterapilavender, yaitu sebanyak 7responden (58,3%). Hal inimenunjukkan bahwa aromaterapilavender yang diberikan dalamwaktu tertentu dapat menurunkanpersepsi nyeri pasien.

Menurut Geddes & Grosset(2000), aromaterapi merupakansebuah metode penyembuhandengan menggunakan minyakesensial yang sangat pekat yangseringkali sangat wangi dan diambildari sari-sari tanaman. Yunita(dalam Frayusi, 2012) menyatakanbahwa dari beberapa macamminyak esensial, minyak lavenderpaling populer digunakan karenajarang menimbulkan alergi dandapat digunakan langsung pada kulitLavender membantu meningkatkankekebalan tubuh dan bersifatanalgesik yaitu mengurangi rasanyeri. Mekanisme kerjaaromaterapi lavender menurutLyrawati (2009) adalah aromalavender masuk melalui ronggahidung melewati silia, bulu-buluhalus yang dibawa oleh impulslistrik. Kemudian di otak terjadisekresi serotonin, di dalam medulaspinalis mensekresi enkefalin, laluterjadilah hambatan presinaptikserabut nyeri tipe A & C. Kordadorsalis melakukan inhibisipresinaptik hambatan seluruhkalsium ujung saraf, sehingga

terjadi pengaktifan sistem analgesikyang dapat menekan sinyal nyeri.

Berdasarkan paparan di atas,maka peneliti menyusun opinibahwa penatalaksanaan asuhankeperawatan dengan aromaterapilavender di Ruang Dahlia RSUDNganjuk terbukti berhasilmenurunkan nyeri pasien gastritis.Pemberian aromaterapi lavenderterbukti efektif setelah diberikanpada pasien selama 45 menit.Ketika pasien nyeri gastritismenghidup aroma lavender, makaia akan merasa rileks, otot-ototyang awalnya tegang akanmengendur dan otak akanmengaktifkan sistem analgesiknyasehingga pasien berkurang rasanyerinya. Terapi ini perlu untukterus disempurnakan sehingga dapatdisusun suatu standar operasionalprosedur aromaterapi lavender bagipasien nyeri di RSUD Nganjuk.

3. Pengaruh PemberianAromaterapi Lavenderterhadap Tingkat Nyeri padaPasien Gastritis di RuangDahlia RSUD Nganjuk

Berdasarkan hasil penelitianini menunjukkan bahwa hampirseluruh responden yaitu 11responden (91,7%), mengalamipenurunan tingkat nyeri sesudahdiberi aromaterapi lavender. Hasiluji Wilcoxon didapatkan ρ-value0,002. Dimana nilai tersebut ≤ 0,05. Sehingga dapat disimpulkanbahwa terdapat pengaruhpemberian aromaterapi lavenderterhadap tingkat nyeri pada pasiengastritis di Ruang Dahlia RSUDNganjuk.

Page 69: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

69

Hasil penelitian inimelengkapi hasil-hasil penelitiansebelumnya tentang pengaruharomaterapi lavender dalammenurunkan nyeri. Hasil penelitianPradipta (2011) menemukan bahwarata-rata waktu toleransi nyerisetelah menghirup minyak lavendersebesar 107 detik lebih besardaripada rata-rata waktu toleransinyeri sebelum menghirup minyaklavender sebesar 73 detik. Hal inimengindikasikan bahwa terjadipenurunan nyeri setelah diberiaromaterapi lavender. Selanjutnyahasil penelitian Pratiwi, dkk (2012)menemukan bahwa pemberianaromaterapi lavender dapatmenurunkan intensitas nyeri pasienluka post sectio caesarea di RS AlIslam Bandung, dari yang awalnyakategori nyeri berat menjadi nyerisedang. Sedangkan hasil penelitianFrayusi (2012) yang menggunakanaromaterapi lavender dengan caraoles di kulit pada klien infarkmiokardium di RSUP Dr M DjamilPadang menemukan bahwawewangian bunga lavender(lavandula angustifolia) dapatmenurunkan skala nyeri lebih besardibandingkan dengan respondenyang tidak mendapat terapiwewangian bunga lavender.

Berdasarkan paparan di atas,peneliti menyusun opini bahwaasuhan keperawatan denganpemberian aromaterapi lavenderdapat menurunkan tingkat nyeripasien gastritis di Ruang DahliaRSUD Nganjuk. Oleh sebab ituteknik pemberian aromaterapilavender harus benar-benardiperhatikan agar memberikan hasil

yang efektif. Perawat perlu diberipelatihan cara pemberianaromaterapi lavender yang benardan tepat. Dengan demikianpemberian pengobatan analgesik dirumah sakit dapat diminimalkandengan aromaterapi lavender yangtidak memiliki efek samping bagipasien.

Simpulan1. Sebelum diberi aromaterapi

lavender, setengah pasien gastritis diRuang Dahlia RSUD Nganjukmengalami nyeri sedang, yaitusebanyak 6 responden(50%).

2. Sesudah diberi aromaterapilavender, sebagian besar pasiengastritis di Ruang Dahlia RSUDNganjuk mengalami nyeri ringan,yaitu sebanyak 7 responden(58,5%).

3. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai ρ-value 0,002 ≤ 0,05. Sehinggadapat disimpulkan bahwa terdapatpengaruh pemberian aromaterapilavender terhadap tingkat nyeri padapasien gastritis di Ruang DahliaRSUD Nganjuk.

DAFTAR PUSTAKAAlimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan

dan Teknik Penulisn Ilmiah. Jakarta:Salemba Medika.

Anas, Tamsuri. 2007. Konsep danPenatalaksanaan Nyeri. CetakanPertama. Jakarta: EGC.

Arikunto, Suharsimi. 2006. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

A. Halim, Mubin. 2001. PanduanPraktik Ilmu Penyakit Dalam

Page 70: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

70

Diagnosis dan Terapi. Jakarta:EGC.

Black, M.J, Ester M & Jacobs. 1997.Medikal Surgical Nursing; ClinicalManagement For Continvity ofCare. Tokyo: WB SaunderCompany.

Bourbonnais, R. and M. G. Paice.1990. Oxidation of nonphenolicsubstrates : an expanded role forlaccase in lignin biodegradation.FEBS Letters., 267: 99-102.

Baughman, D. C. 2000. KeperawatanMedikal-Bedah: Buku Saku untukBrunner dan Suddarth. Jakarta:EGC

Brunner & Suddart. 2006. Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah.Jakarta: EGC.

Charlne, J Reeves. 2001. KeperawatanMedikal Beda Edis Pertama. Jakarta:Salemba.

Davis C, Marie C, Kerri H, Mark J,Julie F. 2005. The Effect OfAromatherapy Massage with Musicon the Strss and Anxiety Levels ofEmergency Nurses. AustralasianEmegency Nursing Journal. 8: 43-50

Deveraux, C. 2003. Aromatheraphy:Essential Oil and How to UseThem. United States: TutlePublishing, pp: 73-75

Field T, Diego M, Hernandez-reif M,Cisneros W, Feijo L, Vera Y, Gil K,Grina D, Claire He Q. 2005.Lavender Fragrance cleansing gelseffect on relaxation. InternationalJournal of Neurosciene, 115 (2):207-222.

Frayusi, Anif. 2012. PengaruhPemberian Terapi WewangianBunga Lavender Secara OlesTerhadap Skala Nyeri Pada Klien

Infark Miokardium Di Cvcu RsupDr M Djamil Padang Tahun 2011.Skripsi. Universitas Andalas.

Geddes And Grosset. 2000. Terapi –Terapi Alternatif. Yogyakarta:LOTUS.

Guyton, Arthur C, John E. Hall. 2006.Buku Ajar Fisiologi KedokteranEdisi 11. Jakarta :EGC.

Howard S, Hughes BM Expectancies.2007. Not aroma, explain impact oflavender aromatherapy .NewEngland Journal of Medicine.5(365):479-485.

Howe, L.G & F.I.H Whitehead. 1997.Local Anesthesia in Dentistry. AlihBahasa Lilian Yuwono. Jakarta:Penerbit Hipokrates.

Kozier. 2004. Fundamental OfNursing. Edisi ketujuh. Vol. 2.Jakarta : EGC.

Long, C.B. 2004. Adult Nursing aNursing Process Approach. UK:Mosby. Alih Bahasa Oleh YayasanIkatan Alumni PendidikanKeperawatan. Bandung.

Maulidiyah. 2006. Hubungan antaraStres dan Kebiasaan Makan denganTerjadinya Kekambuhan PenyakitGastritis.http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?Id=gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah.[15 Oktober 2012].

Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. MetodePenelitan Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperwatan, Jakarta, SalembaMedika.

Potter dan Perry. 2005. Fundamentalof Nursing, Mosby USA.

Priharjo, R. 1996. Perawatan nyeri:Pemenuhan Aktivitas Istirahat Pasien.Jakarta: EGC.

58

Page 71: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

71

Smeltzer, S. & Bare B. 2002. Buku AjarKeperawatan Medikal BedahBrunner Suddarth. Volume 2Edisi 8. Jakarta : EGC.

Sodikin. 2006. Penanganan Nyeri NonInvasif, Majalah KeperawatanBina Sehat,ed.004/BS/PPNI/2001. Jakarta:Yayasan Kesejahteraan WargaPerawatan Pusat.

Sugiyono. 2008. Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta.

Tara, Elizabeth dan Eddy Soetrisno.2006. Buku Pintar TerapiHipertensi. Jakarta: Restu Agung& Taramedia.

Taylor, C, Carol L & Pricilla.L. 1997.Fundamental Of Nursing; TheArt and Science of Nursing.Philadelphia: Lippicott.

Tortora GJ, Derrickson B. 2009.Principles of Anatomy andPhysiology. 12thed. Hoboken:John Wiley and Sons inc. USA.

Wolfgang, Steflitsch & Michaela. 2008.Aromatherapie. Springer.Vienna

.

Page 72: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

72

DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN CITRA TUBUHREMAJA POST OPERASI FRAKTUR DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD Dr. HARJONO PONOROGO

Rahayu Budi Utami, Sunarto

Abstrak

Perubahan dalam penampilan, struktur atau bagian fungsi tubuh adalah stressoryang sangat jelas mempengaruhi citra tubuh. Remaja yang mengalami tindakan operasifraktur akan mempengaruhi citra tubuhnya karena masa remaja membawa pergolakanfisik, emosional, dan sosial sepanjang maturasi seksual. Anak-anak yang memasuki masaremaja dengan perasaan negatif menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebihmenyulitkan lagi, sehingga dukungan emosional keluarga mempunyai konstribusidalam mengatasi gangguan citra tubuh pada remaja yang mengalami fraktur . Tujuanpenelitian adalah mengetahui Mengetahui dukungan emosional keluarga dengan citratubuh pada remaja post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

Desain penelitian korelasi dengan retrospective study. Penelitian dilakukan 1sampai 31 Desmber 2012. Populasi adalah seluruh adalah seluruh remaja post operasifraktur di RSUD Dr. Harjono Ponorogo selama 1bulan, sampel sejumlah 34responden dengan pengambilan sampel concecutive sampling . Variabel bebas adalahdukungan emosional keluarga dan variabel terikat adalah citra tubuh remaja. Ujistatistik menggunakan spearman rank melalui SPSS.

Hasil penelitian didapatkan dukungan emosional keluarga dalam kategori baikyaitu 18 orang (52,9%), citra tubuh remaja post operasi fraktur dalam kategori baiksejumlah 16 orang (47,0%) dan ada hubungan dukungan emosional keluarga denganCitra tubuh remaja post operasi fraktur di ruang Flamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo dengan p value =0,000 pada α=0,05, dan Correlation Coefficient= 0,655

Efek dari dukungan sosial dari keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraanberfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuatterbukti berhubungan dengan peningkatan citra tubuh remaja yang mengalami fraktur.Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif menghadapi periodeyang sulit saat menjalani operasi fraktur dan perawatan serta pengobatan setelahfraktur, sehingga dukungan emosional keluarga mempunyai konstribusi dalammengatasi gangguan citra tubuh pada remaja yang mengalami fraktur.

Kata Kunci: Dukungan Emosional, Keluarga, Citra Tubuh, Remaja

Page 73: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

73

PENDAHULUANMasa remaja merupakan masa peralihandari masa anak-anak menuju dewasa.Pada masa ini banyak terjadi perubahanbaik dalam hal fisik maupun psikis.Perubahan dalam penampilan, strukturatau bagian fungsi tubuh adalah stressoryang sangat jelas mempengaruhi citratubuh (Perry dan Potter, 2005).Remaja yang mengalami tindakanoperasi fraktur akan mempengaruhicitra tubuhnya karena masa remajamembawa pergolakan fisik, emosional,dan sosial sepanjang maturasi seksual.Distress yang besar dirasakan tentangketidak sempurnaan tubuh akibattrauma yang tiba-tiba termasuk postoperasi fraktur, maka remaja akanmerasakan masalah yang meliputiperasaan negatif terhadap citra tubuh,perasaan tidak berdaya, gangguanmobilitas fisik dan ketakutan kegagalanoperasi (Dongoes, 2002). Hilangnyacitra diri dapat menyebabkan remajamengalami rendah diri, menarik diridan pada akhirnya dapat terjadi bunuhdiri. Perkembangan sangat berkaitanerat dengan pembentukan identitas.Anak-anak yang memasuki masa remajadengan perasaan negatif menghadapiperiode yang sulit ini bahkan lebihmenyulitkan lagi, sehingga dukunganemosional keluarga mempunyaikonstribusi dalam mengatasi gangguancitra tubuh pada remaja yangmengalami fraktur (Perry dan Potter,2005). Dari hasil studi awal tanggal 17Oktober 2012 dengan 8 remaja postoperasi fraktur di RSUD Dr. HarjonoPonorogo didapatkan 6 remaja kurangmendapat dukungan emosional darikeluarga karena keluarga biasanyacenderung memikirkan biayapengobatan, memenuhi kebutuhan

sehari-hari (nutrisi, aktivitas, eliminasi,dan istirahat tidur) sebab masalahtersebut yang tampak jelas terlihatkeluarga. Keluhan akibat fraktur yangmenyangkut perubahan tubuh dianggapwajar oleh keluarga karena setiapoperasi akan menimbulkan gangguan.Perilaku remajanya adalah percobaanbunuh diri, minder, tidak mau di lihatoleh temannya.

Badan kesehatan dunia(WHO) mencatat tahun 2009 terdapatlebih dari 7 juta orang meninggaldikarenakan insiden kecelakaan dansekitar 2 juta orang mengalamikecacatan fisik. Salah satu insidenkecelakaan yang memiliki prevalensicukup tinggi yakni insiden frakturekstremitas bawah yakni sekitar 46,2%dari insiden kecelakaan yang terjadi.Berdasarkan data dari DepartemenKesehatan RI tahun 2009 didapatkansekitar delapan juta orang mengalamikejadian fraktur dengan jenis frakturyang berbeda dan penyebab yangberbeda. Dari hasil survey tim depkesRI didapatkan 25% penderita frakturyang mengalami kematian, 45%mengalami cacat fisik, 15% mengalamistress psikologis karena cemas danbahkan depresi, dan 10% mengalamikesembuhan dengan baik (Depkes RI,2009). Jumlah klien post operasifraktur kelompok usia remaja yangdirawat di RSUD Ponorogo pada tahun2011 sebanyak 537 kasus dan yangberusia remaja (15-20 tahun) sejumlah21 remaja. Pada bulan Juli 2012didapatkan 37 remaja yang mengalamifraktur. Berdasarkan protap ruangFlamboyan RSUD Dr. HaerjonoPonorogo, mobilisasi dini post operasifraktur cruris, femur, radius, ulna, danclavikula dapat dilakukan segera setelah

Page 74: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

74

pasien sadar. Sedangkan mobilisasi postoperasi persendian misalnya postoperasi supra conduler humerimembutuhkan waktu 1 x 24 jamsetelah pasien sadar.

Efek dari dukungan sosial darikeluarga terhadap kesehatan dankesejahteraan berfungsi bersamaan.Secara lebih spesifik, keberadaandukungan sosial yang adekuat terbuktiberhubungan dengan menurunyamortalitas, lebih mudah sembuh darisakit, fungsi kognitif, fisik dankesehatan emosi (Setiadi, 2008).Remaja dapat merasakan aman danmerasa tidak cemas bila mengetahuibahwa ia mempunyai jaringandukungan sosial sangat berfungsi dariteman-teman dan keluarga yang siapmembantu jika kebutuhan itu muncul,ia juga merasa dapat berhubungandengan mereka dan mendiskusikandengan mereka tentang perhatian-perhatian personalnya. Dampak jikaremaja tidak mendapat dukungan darikeluarga dapat menyebabkan stressyang tidak terkontrol yang berakibatpada hilangnya citra diri. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorangmerasakan hilang perasaan memilikidapat diperbaiki dengan bentukdukungan yang mengembangkanhubungan personal (Niven, 2000).

Perawat harus mengembangkanhubungan saling percaya dengan pasienagar dapat mengekspresikankeprihatinan dan ansietas sertamembantu pasien memeriksa perasaanpasien mengenai perubahan citradirinya. Perawat dapat mengatasi setiapkesalahpahaman yang mungkin dialamipasien dan membantu merekamenyelesaikannya dengan penyesuaianyang perlu dilakukan berkaitan dengan

perubahan kapasitas fisik dan citra diri(Gruendeman dan Barbara, 2009).Perawat dapat melibatkan keluargauntuk memberikan dukungan padaremaja post operasi fraktur sehinggamasalah gangguan citra tubuh dapatdiminimalkan.

Berdasarkan masalah diatas makapenulis tertarik untuk melakukanpenelitian tentang hubungan dukunganemosional keluarga dengan citra tubuhremaja post operasi fraktur di RSUDDr. Harjono Ponorogo.

Tujuan1. Tujuan Umum

Mengetahui dukungan emosionalkeluarga dengan citra tubuh padaremaja post operasi fraktur di ruangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi dukungan

emosional keluarga pada remajapost operasi fraktur di ruangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo

b. Mengidentifikasi citra tubuhremaja post operasi fraktur diruang Flamboyan RSUD Dr.Harjono Ponorogo

c. Menganalisis hubungan dukunganemosional keluarga dengan citratubuh pada remaja post operasifraktur di ruang FlamboyanRSUD Dr. Harjono Ponorogo.

Metodologi PenelitianJenis penelitian ini menggunakan

retrospective study yaitu penelitian yangberusaha melihat ke belakang,pengumpulan data dimulai dari efekatau akibat yang terjadi (Notoatmodjo,2010). Penelitian dilaksanakan tanggal

Page 75: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

75

1-30 Desember 2012 bertempat diRuang Flamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo.

Pada penelitian ini populasinyaadalah seluruh remaja post operasifraktur di RSUD Dr. HarjonoPonorogo selama 1 bulan sejumlah 37pasien yaitu pada Nopember 2012.Sampel dalam penelitian ini adalahsebagian remaja post operasi fraktur diRSUD Dr. Harjono Ponorogo. Dalampenelitian ini, teknik sampling yangdigunakan ialah Non-Probability denganmetode concecutive sampling yaitupemilihan sampel dengan menetapkansubyek yang memenuhi kriteriapenelitian dimasukkan dalam penelitiansamapai kurun waktu tertentu sehinggajumlah pasien yang dibutuhkanterpenuhi.

Variabel dalam penelitian initerdiri dari variabel bebas (independent),merupakan variabel yang menjadi sebabperubahan, atau variabel ini bebasmempengaruhi variabel lain danvariabel terikat (dependent) merupakanvariabel yang dipengaruhi atau menjadiakibat karena variabel bebas (Hidayat,2003). Variabel bebas (independent)adalah dukungan emosional keluargasedangkan variabel terikat (dependent)adalah citra tubuh.

Skala data yang digunakan untukvariabel independen dan dependenmenggunakan jenis data kategorikberupa skala ordinal, maka analisa datamenggunakan uji statistik denganSpearman Rank melalui program SPSSversi 16, dengan α sebesar 5% (0,05).Apabila p value ≤ α (0,05), makahipotesa penelitian (Ha) diterima, Hoditolak berarti ada hubungan dukunganemosional keluarga dengan citra tubuhremaja post operasi fraktur di RSUD

Dr. Harjono Ponorogo, jika p value > α(0,05), maka hipotesa penelitian (Ha)ditolak, Ho diterima berarti tidak adadukungan emosional keluarga dengancitra tubuh remaja post operasi frakturdi ruang Flamboyan RSUD Dr.Harjono Ponorogo (Hastono, 2006).

Hasil penelitian1. Dukungan emosional

keluarga di ruang FlamboyanRSUD Dr. Harjono Ponorogo

No Dukungan

Frekuensi

Persentase(%)

1 Baik 18 52,9

2 Cukup 13 38,2

3 Kurang 3 8,9

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel dari 34responden didapatkan sebagianbesar yaitu 18 responden(52,9%) dukungan emosionaldalam kategori baik.

2. Citra tubuh remaja postoperasi fraktur di ruangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo

No Citratubuh

Frekuensi

Persentase(%)

1 Baik 16 47,0

2 Cukup

14 41,2

3 Kurang

4 11,8

Jumlah

34 100

Berdasarkan tabel dari 34responden didapatkan hampirsetengahnya yaitu 16 responden(47,0%) citra tubuh dalamkategori baik.

Page 76: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

76

3. Hubungan Dukunganemosional keluarga dengancitra tubuh remaja postoperasi fraktur di RuangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo

DukunganKeluarg

a

Citra Tubuh JumlahBaik Cukup Kurang

N % N % N % N %Baik

1235

,3

4 11,7 2 5,9 1852,9

Cukup4

11,7

8 23,5 1 2,9 1338,2

Kurang 0 0 2 5,9 1 2,9 3 8,9Jumlah

1647

,0

14 41,2 4 11,8

34100

α= 0,05 p value 0,000Correlation Coefficient= 0,655

Tabel tabulasi silangdidapatkan dari 34 responden 12responden (35,3%) mendapatkandukungan keluarga baik dan citratubuh baik. Berdasarkan ujistatistik dengan spearman rank padaα=0,05, didapatkan p-value adalah0.000, angka ini lebih kecil dariα=0.05 (0,000 < 0,05) yangartinya H1 diterima, H0 ditolakberarti ada hubungan dukunganemosional keluarga dengan citratubuh remaja post operasi frakturdi ruang Flamboyan RSUD Dr.Harjono Ponorogo. NilaiCorrelation Coefficient= 0,655 yangartinya keeratan hubungan antaradukungan emosional keluargadengan citra tubuh remaja dalamkategori cukup.

Pembahasan1. Dukungan emosional keluarga

di ruang Flamboyan RSUD Dr.Harjono Ponorogo.Berdasarkan hasil penelitian dari 34responden didapatkan sebagian besar

yaitu 18 responden (52,9%)dukungan emosional dalam kategoribaik. Faktor yang mendukung adalahdari 18 responden didapatkan 11responden (61,1%) lama dirawatsebelum operasi 1-3 hari sebelumdilakukan operasi, dan uji statistiklama dirawat dengan dukungandidapatkan p value = 0,013 dengancorrelation coefficient = -0,421.Artinya ada hubungan lama harirawat dengan dukungan keluargadengan arah negatif, sehinggasemakin pendek hari rawat dukungansemakin baik.

Jika stres mengurangi perasaanseseorang akan hal dimiliki dandicintai, dukungan emosional dapatmenggantikannya atau menguatkanperasaan-perasan ini. Stres yang tidakterkontrol dapat berakibat padahilangnya citra diri. Jika hal initerjadi, jaringan pendukungmemainkan peran yang berarti dalammmeningkatkan pendapat yangrendah terhadap diri sendiri.Kejadian-kejadian yang berakibatseseorang merasakan hilang perasaanmemilki dapat diperbaiki denganbentuk dukungan yangmengembangakan hubungan personalyang baik. Jadi dukungan sosial hanyadapat lebih efektif bila hubunganinterpersonal seseorang memberikansumber-sumber yang memenuhikeperluan koping dari suatu kopingyang penuh stres. Stres dipermudaholeh kehilangan, terancamkehilangan, dari sumber-sumber,apakah personal, fisik atau fisiologis(Niven, 2000).

Setiap bentuk dukunganemosional keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain: 1) Informatif, yaitu

Page 77: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

77

bantuan informasi yang disediakanagar dapat digunakan oleh seseorangdalam menanggulangi persoalan yangdihadapi meliputi pemberiannasehat, pengarahan, ide-ide daninformasi yang berkaitan denganmasalah klien, 2) Perhatianemosional, berupa bantuan afeksidari orang lain. Dukungan ini berupadukungan simpatik dan empati,cinta, kepercayaan, danpenghargaan, 3) Bantuaninstrumental, bantuan ini bertujuanuntuk mempermudah seseorangdalam melakukan aktifitasnya, dan 4)Bantuan penilaian, yaitu suatu bentukpenghargaan yang diberikan keluargakepada klien. Penilaian ini bersifatpositif dan negative yangpengaruhnya sangat berarti bagi klien(Setiadi, 2008). Lama hari rawatsebelum dilakukan operasi elektif(waktu tunggu) merupakan salah satuindikator mutu pelayanan rumahsakit. Idealnya waktu tunggu operasiadalah 1-3 hari (Depkes, 2005).

Ketakutan akan kegagalanoperasi yaitu kecacatan dan tidakberfungsinya bagian tubuh secarasempurna atau seperti sediakalamembuat pasien tidak berdaya,butuh bantuan keluarga untukmembantu perasaan yang dialamioleh pasien. Remaja membutuhkanjatidiri untuk mendapatkanaktualisasi sehingga gangguan padadirinya tidak dapat diselesaikansendiri. Dukungan emosional yangdiberikan oleh keluarga memberikanefek positif bagi pasien.

Lama hari rawat sebelumdilakukan operasi 1-3 harimerupakan lama hari rawat palingpendek, sehingga keluarga

memenuhi kebutuhan respondenuntuk kesembuhannya. Apabilakeluarga merasa puas bahwa lamahari rawat sesuai standart, makakeluarga mempunyai perasaan positifterhadap rumah sakit, dan dari segipsikologis akan memberi dampakpada dukungan emosional padapasein

Dukungan yang diberikankeluarga dalam kategori baik, artinyakeluarga memperhatikan, memenuhidan memberi motivasi bagi pasienuntuk bisa adaptasi dengan keadaanyang dihadapi. Keluarga meluangkanwaktu untuk menemani pasien danmenjadi pendengar yang baik apabilapasien mengeluh terhadappenyakitnya. Salah satu tugaskeluarga adalah merawat anggotakeluarga yang sakit, sehinggadukungan emosional keluargamerupakan wujud kepeduliankeluarga dalam merawat pasien yangmenjalani operasi fraktur.

Bentuk dukungan emosionaltidak membutuhkan biaya artinyadengan sikap keluarga yang ramah,perhatian, menunjukkan kasih sayangdan ikut merasakan penderitaanpasien serta memberi semangat akanmeningkatkan kekuatan pada diripasien untuk bisa mengatasi masalahyang timbul akibat fraktur.

2. Citra tubuh remaja post operasifraktur di ruang FlamboyanRSUD Dr. Harjono Ponorogo

Berdasarkan penelitiandidapatkan dari 34 respondendidapatkan hampir setengahnya yaitu16 responden (47,0%) citra tubuhdalam kategori baik. Faktor yangmendukung adalah dari 16

Page 78: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

78

responden yang memiliki citra tubuhbaik didapatkan 11 responden(68,8%) pendidikan SMA, dan ujistatistik pendidikan dengan citratubuh didapatkan p value = 0,002dengan correlation coefficient = 0,515.Artinya ada hubungan pendidikandengan citra tubuh remaja.

Body image (citra tubuh) adalahsikap seseorang terhadap tubuhnyabaik disadari atau tidak, menyangkutpersepsi sekarang dan masa lalu.Persepsi seseorang terhadapbagaimana seharusnya ia bersikapyang dilandaskan pada target yanghendak dicapai, keinginan,keberhasilan dan penilaian(Carpenito, 2008 ). Body image(citra tubuh) sangat dinamis karenasecara konstan berubah seiringdengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra tubuh harusrealistis karena semakin dapatmenerima dan menyukai tubuhnyaindividu akan lebih bebas dan merasaaman dari kecemasan. Individu yangmenerima keadaan tubuhnya apaadanya akan memiliki harga diritinggi dari pada individu yang tidakmenyukai tubuhnya.

Masa remaja merupakan masaperalihan dari masa anak-anakmenuju dewasa. Pada masa inibanyak terjadi perubahan baik dalamhal fisik maupun psikis. Perubahandalam penampilan, struktur ataubagian fungsi tubuh adalah stressoryang sangat jelas mempengaruhicitra tubuh (Perry dan Potter,2005). Remaja yang mengalamitindakan operasi fraktur akanmempengaruhi citra tubuhnyakarena masa remaja membawapergolakan fisik, emosional, dan

sosial sepanjang maturasi seksual.Distress yang besar dirasakantentang ketidak sempurnaan tubuhakibat trauma yang tiba-tibatermasuk post operasi fraktur,maka remaja akan merasakanmasalah yang meliputi perasaannegatif terhadap citra tubuh,perasaan tidak berdaya, gangguanmobilitas fisik dan ketakutankegagalan operasi (Dongoes, 2002).

Pendidikan berarti bimbinganyang diberikan oleh seseorangterhadap perkembangan orang lainmenuju ke arah suatu cita-citatertentu. Makin tinggi tingkatpendidikan seseorang maka makinmudah dalam menerima informasi,sehingga semakin banyak pulapengetahuan yang dimiliki.Pengetahuan sangat erat kaitannyadengan pendidikan dimanadiharapkan seseorang denganpendidikan tinggi, maka orangtersebut akan semakin luaspengetahuannya. Namun perluditekankan bahwa seseorangberpendidikan rendah tidak berartimutlak berpengetahuan rendah,karena pendidikan dapat dilakukansecara formal maupun informal(Notoatmodjo, 2007). Pendidikandilakukan melalui proses belajarmengajar atau pengalaman belajar.Mereka yang berpendidikan tinggiumumnya pengetahuan dankemampuannya dalam penerimaandiri lebih baik dibandingkan yangberpendidikan rendah (Machfoedz,dkk, 2005). Proses pendidikanadalah rangkaian tindakansistematik, berurutan, danterencana. Proses ini melibatkanpengajar dan peserta didik untuk

Page 79: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

79

melakukan kegiatan belajar mengajaryang hasilnya berupa peningkatanpengetahuan dan perubahan perilakuyang telah telah ditentutan(Bastable, 2002)

Citra tubuh pada remaja dalamkategori baik, hal ini menunjukkanbahwa pasien bisa adaptasi denganperubahan yang terjadinya padadirinya. Adanya dukungan darikeluarga dan teman-teman merekamenjadikan remaja mempunyaipandangan positif terhadap dirinya.Selain itu, pendidikan respondenSMA memungkinkan respondenmengikuti perkembangan informasi.Perkembangan teknologimemungkinkan remaja masa kinimemperoleh informasi yangdibutuhkan termasuk segala haltentang operasi fraktur. Banyaknyasumber informasi danperkembangan teknologi kedokteranterutama orthopedi, maka akanmenimbulkan suatu keyakinan padaremaja bahwa dirinya bisa sembuh,tidak akan cacat, dan mampu bisakembali sekolah atau aktivitaslainnya.

Setiap tindakan operasi pastimempunyai resiko kegagalanmeskipun prosentasenya tidak sama,namun demikian apabila remajasudah mempunyai keyakinan bahwadirinya bisa sembuh dan pulih, makaakan meningkatkan motivasi remajauntuk mematuhi programpengobatan yang telah ditetapkandokter dan perawat, misalnyakepatuhan minum obat, latihan(mobilisasi), makan makanan yangbergizi dan menjaga kebersihan diri.Kepatuhan dari remaja inilah yang

akan membantu prosespenyembuhan fraktur.

3. Hubungan Dukunganemosional keluarga dengancitra tubuh remaja post operasifraktur di ruang FlamboyanRSUD Dr. Harjono Ponorogo

Tabel tabulasi silang didapatkandari 34 responden 12 responden(35,3%) mendapatkan dukungankeluarga baik dan citra tubuh baik.Berdasarkan uji statistik denganspearman rank pada α=0,05,didapatkan p-value adalah 0.000,angka ini lebih kecil dari α=0.05(0,000 < 0,05) yang artinya H0ditolak dan H1 diterima sehinggaada hubungan dukungan emosionalkeluarga dengan citra tubuh remajapost operasi fraktur di ruangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo. Nilai CorrelationCoefficient= 0,655 yang artinyakeeratan hubungan antara dukunganemosional keluarga dengan citratubuh remaja dalam kategori cukup.

Remaja atau adolescence berasaldari kata adolescence yang berartidewasa. Masa remaja merupakanmasa peralihan dari masa anak-anakmenuju dewasa. Pada masa inibanyak terjadi perubahan baik dalamhal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapatmengganggu batin remaja. Kondisiini menyebabkan remaja dalamkondisi rawan dalam menjalaniproses pertumbuhan danperkembanganya (Hurlock, 2002).

Remaja dapat merasakan amandan merasa tidak cemas bilamengetahui bahwa ia mempunyaijaringan dukungan sosial sangat

Page 80: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

80

berfungsi dari teman-teman dankeluarga yang siap membantu jikakebutuhan itu muncul, ia jugamerasa dapat berhubungan denganmereka dan mendiskusikan denganmereka tentang perhatian-perhatianpersonalnya. Dampak jika remajatidak mendapat dukungan darikeluarga dapat menyebabkan stressyang tidak terkontrol yang berakibatpada hilangnya citra diri. Kejadian-kejadian yang berakibat seseorangmerasakan hilang perasaan memilikidapat diperbaiki dengan bentukdukungan yang mengembangkanhubungan personal (Niven, 2000).

Meskipun perkembangan citratubuh dimulai pada saat lahir,namun relevansinya memuncakselama remaja. Sifat cidera tubuhdalam persepsi remaja dianggap halyang sangat penting. Citra tubuhremaja yang berubah seringmembuat mereka tidak nyaman padatubuh mereka sendiri. Adanyaintervensi medis atau bedah danhospitalisasi semakin meningkatkankekhawatiran mereka tentangkenormalan (Wong, 2009).

Efek dari dukungan sosial darikeluarga terhadap kesehatan dankesejahteraan berfungsi bersamaan.Secara lebih spesifik, keberadaandukungan sosial yang adekuatterbukti berhubungan denganpeningkatan citra tubuh remaja yangmengalami fraktur. Anak-anak yangmemasuki masa remaja denganperasaan negatif menghadapiperiode yang sulit saat menjalanioperasi fraktur dan perawatan sertapengobatan setelah fraktur, sehinggadukungan emosional keluargamempunyai konstribusi dalam

mengatasi gangguan citra tubuhpada remaja yang mengalamifraktur.

Simpulan1. Dukungan emosional keluarga

dalam kategori baik yaitu 18 orang(52,9%).

2. Citra tubuh remaja post operasifraktur dalam kategori baik sejumlah16 orang (47,0%).

3. Ada hubungan dukungan emosionalkeluarga dengan Citra tubuh remajapost operasi fraktur di ruangFlamboyan RSUD Dr. HarjonoPonorogo dengan p value =0,000pada α=0,05, dan CorrelationCoefficient= 0,655

Daftar PustakaAbraham (2007). Pentingnya konsep diri

remaja [internet] bersumber dari> [diakses tanggal 10 September2012 jam 21.17 WIB].

Arikunto, S. (2010). ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktik Edisi Revisi 2010, Jakarta :Rineka Cipta.

Becker dan Bartle (2008). Ilmu bedah.Jakarta Binarupa Aksara.

Carpenito, L.J (2002). RencanaAsuhan dan DokumentasiKeperawatan. Volume 3. Jakarta,EGC.

Carter (2009), ART tidakmenyebabkan resiko patahtulang,[Internet]. Bersumber dari<http://www.spiritia.or.id >[Diakses 7 September 2012, jam21.11]

Doenges, Moorhouse, Geissler (2000),Rencana asuhan Keperawatan.Pedoman untuk Perencanaanpendokumentasian Perawatan

Page 81: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

81

pasien. Edisi Bahasa Indonesia,Jakarta, EGC

Depkes RI (2009). Laporan KesehatanNasional . Disampaikan padakegiatan internal DepartemenKesehatan [internet] bersumberdari<http//www.depkes.RI.go.id >[diakses tanggal 3 September2012 jam 22.07 WIB].

Gruendemann dan Fernsebner (2006).Keperawatan Peri operatif.Volume 1. Jakarta. EGC.

Hastono, P.S. (2006) Basic DataAnalysis for Health Research.Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas Indonesia, Jakarta.

Hidayat, A.A. 2003. RisetKeperawatan dan Teknik PenulisanIlmiah.

Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E.. (2002). PsikologiPerkembangan. Jakarta: Erlangga.

Mansjoer, A.. (2000). Kapita SelektaKedokteran. Jakarta: MediaAusculapius

Niven, N. (2000), Psikologis KesehatanEdisi 2, Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan PedomanSkripsi, Tesis, dan InstrumenPenelitian Keperawatan, Jakarta :Salemba Medika

Potter dan Perry. (2005). Buku AjarFundamental KeperawatanKonsep, Proses, dan Praktik Edisi4 Volume 1, Jakarta : EGC.

Rothrock (2000). Perencanaan AsuhanKeperawatan Perioperatif.. Edisibahasa Indonesia. Jakarta, EGC.

Sarwono, S. (2006). PsikologiPerkembangan Edisi revisi.Jakarta: PT Grafindo Persada.

Setiadi (2008) Konsep dan ProsesKeperawatan Keluarga,Yogyakarta, Graha Ilmu

Sugiyono. (2007), Statistik UntukPenelitian, Bandung : Alfabeta

Sunaryo. (2004). Psikologi UntukKeperawatan, Jakarta : BukuKedokteran EGC

Stuart & Sundeen. (2000).Keperawatan Jiwa Alih Bahasa.Jakarta : EGC

Syahrizal (2012). Konsep Diri Remaja[internet ] bersumber dari<http://tusnisyafrizal.blogspot.com/2012/01/konsep-diri.htm >[diakses tanggal 3 September 2012jam 22.17 WIB]

.

Page 82: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

82

PENGARUH SENAM PRENATAL YOGA TERHADAP PENURUNANKECEMASAN PADA IBU HAMIL DI BPS. NY.FARIDA

DESA KLURAHAN KECAMATAN NGRONGGOT

TRISNANTO

Staf DosenStikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRAK

Kehamilan dan persalinan merupakan masa yang berat bagi ibu baik secara fisikmaupun mental sehingga tidak jarang ibu hamil mengalami berbagai kecemasan.Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk membantu ibu hamil mempertahankankondisi kesehatan fisik dan mentalnya terutama dari upaya preventif, sepertipemeriksaan rutin kehamilan, peningkatan status gizi dan imunisasi. Latihan yogamerupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh manfaat secaraholistik bagi ibu dan janin dalam kandungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh senam prenatal yoga terhadap penurunan kecemasan pada ibu hamil.

Desain dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental design tipe one group pre testand post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yangmemeriksakan kehamilannya di BPS Ny. Farida dengan jumlah sampel sebanyak 18responden yang diambil dengan menggunakan teknik sampling Purposive Sampling.Kecemasan diukur dengan menggunakan skala ZSAS dan data diolah menggunakanpaired t-test dengan signifikansi α ≤0.05.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum senam prenatal sebagian responden dalamkategori tingkat kecemasan sedang, yaitu sebanyak 15 responden (50%) dan sebagiankecil responden dalam kategori tingkat kecemasan berat, yaitu sebanyak 2 responden(11%) dengan skor rata-rata kecemasan sebesar 61.72. Sesudah senam prenatal yogasebagian besar responden dalam kategori tingkat kecemasan ringan, yaitu sebanyak 12responden (67%) dan sebagian kecil responden dalam kategori tingkat kecemasannormal, yaitu sebanyak 3 responden (17%) dan tidak satupun responden dalamkategori tingkat kecemasan berat dengan skor rata-rata kecemasan sebesar 51.44. Hasiluji statistik menggunakan uji paired t-test menunjukkan signifikansi output p = 0.000 α ≤0.05 yang berarti H1 diterima.

Senam prenatal yoga mampu meningkatkan respon psikologis yang positifsehingga ibu hamil menjadi rileks dan lebih tenang dalam menjalani kehamilan danmenghadapi proses persalinan.

Kata kunci : senam prenatal yoga, ibu hamil, kecemasan

Page 83: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

83

PENDAHULUANKehamilan dan persalinan

adalah suatu peristiwa besar bagiseorang perempuan. Kehamilan yangberlangsung selama 9 bulan merupakanmasa yang berat bagi ibu baik secarafisik maupun mental. Proses kehamilanpada umumnya mendatangkan suatukebahagiaan tersendiri bagi wanitanamun tidak jarang ibu hamilmengalami berbagai kecemasan.Kecemasan ibu hamil adalah suatukondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkanyang mengancam dimana objekkecemasan itu tidak jelas atau samar-samar yang dikarenakan adanyaperubahan-perubahan fisiologis. Agarkehamilannya lebih sehat dan nyaman,serta dapat menjalani proses persalinandengan lebih mudah, ibu hamil perlumelakukan persiapan fisik yang baik.Latihan yoga merupakan salah satulatihan yang tepat untuk meningkatkankondisi mental dan fisik yang padaakhirnya dapat menurunkan kecemasan(Wiadnyana, 2011). Hasil studipendahuluan pada tanggal 10 – 16 April2011 oleh peneliti di BPS (BidanPraktek Swasta ) Ny.Farida didapatkanfakta dari 7 ibu hamil baik primigravidamaupun multigravida, sebanyak 5responden (70%) mengatakan cemasdan khawatir dengan persalinan yangakan mereka hadapi nantinya, danhanya 2 responden (30%) yangmengatakan bahwa perasaannya biasasaja dalam menghadapi persalinanmereka nanti. Semua respondentersebut mengatakan belum pernahmengetahui dan melaksanakan latihansenam yoga baik di rumah maupun padasaat kunjungan kehamilan.

Menurut hasil penelitianAntoinette M. Lee dari UniversitasHong Kong, yang dipublikasikan di TheMedical Journal Obstetrics and Gynecologyakhir 2007 lalu, lebih dari separuh (57persen) perempuan hamil terkenagangguan kecemasan. Hasil SurveyDinas Kesehatan Provinsi Jawa Timurpada ibu hamil dan menyusui di 112puskesmas 14 kabupaten Provinsi JawaTimur menunjukkan, 798 orang atau(27%) dari 2.928 responden ibu hamildan menyusui, menunjukkan tandagangguan psikiatri berupa kecemasanatau ansietas (Depkes, 2007).Berdasarkan studi pendahuluan tingkatkecemasan mengggunakan skala ZungSelf-rating Anxiety Scale (ZSAS) yangdilakukan peneliti pada tanggal 10 – 16April 2011 terhadap 7 ibu hamil baikprimigravida maupun multigravidayang memeriksakan kandungannya diBPS (Bidan Praktek Swasta) Ny. Faridadidapatkan bahwa 5 responden (70%)dalam kategori cemas skala sedang, danhanya 2 responden (30%) dalamkategori cemas skala ringan.

Kecemasan yang diikuti adanyaperasaan bimbang, ada kalanya kurangdisadari sehingga bertahan lama dalamdirinya yang semakin lama akanmemiliki frekuensi dan intensitas yanglebih tinggi. Kecemasan wanita padamasa kehamilan dapat dipengaruhi olehbeberapa faktor lain antara lain keadaanpribadi ibu hamil, tingkat pengetahuanwanita hamil tentang kelahiran danpersalinan, status pernikahan, statussosial ekonomi, kecemasan terhadapbayi yang dikandung, dan juga ada /tidaknya dukungan keluarga.Kecemasan pada ibu hamil ini akanmempengaruhi perkembangan emosibayi dan bayi yang dilahirkan bisa

Page 84: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

84

premature dan berat badan kurang. Ibuhamil yang dilanda kecemasan jugacenderung mengalami depresi setelahmelahirkan. Dalam waktu pendek,tingkat stress yang tinggi akan dapatmenyebabkan beberapa gejala sepertirasa lemas, kurang tidur, perasaancemas, nafsu makan terganggu atauterlalu banyak makan, sakit kepala, dansakit punggung. Dan jika tetap takdiatasi, dapat menimbulkan masalahkesehatan yang lebih serius sepertitekanan darah tinggi, sakit jantung, danjuga menurunkan kekebalan tubuhterhadap infeksi.

Banyak upaya yang dapatdilakukan untuk membantu ibu hamilmempertahankan kondisi kesehatanfisik dan mentalnya terutama dari upayapreventif, seperti pemeriksaan rutinkehamilan, peningkatan status gizi danimunisasi. Latihan yoga merupakansalah satu upaya yang dapat dilakukanuntuk memperoleh manfaat secaraholistik bagi ibu dan janin dalamkandungan. Dengan berlatih yoga,maka akan diperoleh kebugaran fisikdan perasaan hati yang damai sertamenyelaraskan jiwa dan raga, sehinggadapat tercapai ketenangan pikiran danhati yang secara langsung akanmempengaruhi bayi dalam kandungan.

Berdasarkan uraian diatas,peneliti tertarik untuk meneliti tentangpengaruh senam prenatal yoga terhadappenurunan kecemasan pada ibu hamil diBPS. Ny.Farida.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Menganalisis pengaruh senamprenatal yoga terhadap penurunankecemasan pada ibu hamil di BPS.

Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi tingkat

kecemasan pada ibu hamilsebelum senam prenatal Yoga diBPS. Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

b. Mengidentifikasi tingkatkecemasan pada ibu hamilsesudah senam prenatal Yoga diBPS. Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

c. Menganalisis pengaruh senamprenatal yoga terhadappenurunan kecemasan pada ibuhamil di BPS. Ny. Farida DesaKlurahan Kecamatan Ngronggot

METODOLOGI PENELITIANDalam penelitian ini, desain yang

digunakan adalah pre-eksperimental designtipe one group pre test and post test design,yaitu mengungkapkan hubungan sebabakibat dengan cara melibatkan satukelompok subyek. Kelompok subyekdiobservasi sebelum dilakukanintervensi, kemudian diobservasi lagisetelah intervensi. Penelitian inidilaksanakan di BPS Ny. Farida DesaKlurahan Kecamatan Ngronggot,adapun waktu penelitian dilaksanakandari tanggal 8 – 22 Juni 2011.

Populasi dalam penelitian iniadalah semua ibu hamil yangmemeriksakan kehamilannya di BPSNy. Farida. Rata-rata per bulansebanyak 30 ibu. Sampel dalampenelitian adalah sebagian ibu hamilyang memeriksakan kehamilannya diBPS Ny. Farida. Teknik sampling yangdigunakan dalam penelitian ini adalahPurposive Sampling, yaitu cara

Page 85: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

85

pengambilan sampel untuk tujuantertentu, yang memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi

Variabel dalam penelitian ini adadua yaitu variabel Independen (VariabelBebas), yaitu senam yoga dan Variabeldependen dalam penelitian ini adalahpenurunan tingkat kecemasan pada ibuhamil. Untuk mengetahui pengaruhsenam yoga terhadap penurunankecemasan pada ibu hamil, maka datadikelompokkan menjadi 2 kategori,yaitu kecemasan sebelum senam yogadan kecemasan sesudah senam yoga.Setelah data terkumpul dari hasilobservasi sebelum dan sesudahperlakuan di dapat, maka dilakukanpengolahan data untuk menghitungefektifitas treatment menggunakan pairedt-test dengan bantuan program SPSS16.00 for Windows dengan signifikansiα = 0.05. (Sugiono,2002) Bila nilai sigoutput p ≤ 0,05, maka ada pengaruhsenam yoga terhadap penurunankecemasan pada ibu hamil di BPS Ny.Farida, maka kesimpulannya H1diterima. Dan bila sig output p > 0,05maka tidak ada pengaruh senam yogaterhadap penurunan kecemasan padaibu hamil di BPS Ny. Farida, makakesimpulannya H1 ditolak (Sugiyono,2002 ).

Hasil Penelitian1. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil

Sebelum Senam Prenatal Yoga diBPS. Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

No.

TingkatKecemasan Frekuensi Persentase

1 Normal 0 02 Ringan 7 393 Sedang 9 504 Berat 2 11

Total 18 100

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa sebagian responden dalamkategori tingkat kecemasan sedang,yaitu sebanyak 9 responden (50%)dan sebagian kecil responden dalamkategori tingkat kecemasan berat,yaitu sebanyak 2 responden (11%),dan tidak satupun responden (0%)dalam kategori tingkat kecemasannormal.

2. Tingkat Kecemasan Pada Ibu HamilSesudah Senam Prenatal Yoga DiBPS. Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

No. TingkatKecemasan Frekuensi Persentase

1 Normal 3 172 Ringan 12 663 Sedang 3 174 Berat 0 0

Total 18 100

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa sebagian besar respondendalam kategori tingkat kecemasanringan, yaitu sebanyak 12responden (67%) dan sebagian kecilresponden dalam kategori tingkatkecemasan normal dan sedang,yaitu masing-masing sebanyak 3responden (17%) dan tidak satupunresponden (0%) dalam kategoritingkat kecemasan berat.

3. Pengaruh Senam Prenatal YogaTerhadap Penurunan KecemasanPada Ibu Hamil Di BPS. Ny. FaridaDesa Klurahan KecamatanNgronggot

TingkatKecemasan

Pre test Post test∑ % ∑ %

Normal 0 0 3 17Ringan 7 39 12 66Sedang 9 50 3 17Berat 2 11 0 0

Skor rata - rata 61.72 51.44

p = 0.000 α = 0.05

Page 86: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

86

Berdasarkan tabel menunjukkanbahwa sebelum senam prenatal yogasebagian responden dalam kategoritingkat kecemasan sedang, yaitusebanyak 15 responden (50%) dansebagian kecil responden dalamkategori tingkat kecemasan berat,yaitu sebanyak 2 responden (11%)dengan skor rata-rata kecemasansebesar 61.72 dan sesudah senamprenatal yoga menunjukkan bahwasebagian besar responden dalamkategori tingkat kecemasan ringan,yaitu sebanyak 12 responden (67%)dan sebagian kecil responden dalamkategori tingkat kecemasan normal,yaitu sebanyak 3 responden (17%)dan tidak satupun responden dalamkategori tingkat kecemasan beratdengan skor rata-rata kecemasansebesar 51.44.

Hasil uji statistikmenggunakan uji paired t-testmenunjukkan signifikansi output p =0.000, maka p < α 0.05, sehinggaH1 diterima yang berarti adapengaruh senam prenatal yogaterhadap penurunan kecemasanpada ibu hamil di BPS. Ny. FaridaDesa Klurahan KecamatanNgronggot.

Pembahasan1. Tingkat Kecemasan Pada Ibu

Hamil Sebelum Senam PrenatalYoga di BPS. Ny. Farida DesaKlurahan KecamatanNgronggot

Berdasarkan hasil penelitianyang dilaksanakan di BPS Ny. FaridaDesa Klurahan KecamatanNgronggot terhadap 18 responden,menunjukkan bahwa sebelum senamprenatal yoga, sebagian responden

dalam kategori tingkat kecemasansedang, yaitu sebanyak 15responden (50%) dan sebagian kecilresponden dalam kategori tingkatkecemasan berat, yaitu sebanyak 2responden (11%). Kecemasanmerupakan perasaan subyektif yangdialami oleh individu. Hal inidisebabkan oleh situasi-situasi yangmengancam sehingga menyebabkanketidakberdayaan individu (Kaplan,2000). Persalinan merupakan saatyang sangat dinanti-nantikan olehibu hamil, tetapi disisi lainmenghadapi proses kehamilan danpersalinan ini merupakan salah satufaktor yang dapat menimbulkankecemasan. Variasi tingkatkecemasan yang dirasakan olehresponden dimungkinkan karenaperbedaan kemampuan individudalam merespon kecemasan, hal inidapat dihubungkan dengankarakteristik yang dimiliki olehsetiap responden. Variasi tingkatkecemasan yang dialami oleh ibuhamil dimungkinkan terjadi karenabeberapa faktor antara lain: usia,pengalaman kehamilan / paritas,usia kehamilan dan pendidikan.Tingkat pengetahuan danpengalaman tentang kehamilan danproses persalinan juga turutmenentukan tinggi rendahnyakecemasan yang terjadi.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa sebagian besar respondenadalah berumur 20-30 tahun, yaitusebanyak 10 responden (56%).Seseorang yang lebih dewasabiasanya lebih mampumengendalikan emosi dan lebihtenang dalam menghadapi suatupermasalahan. Namun demikian

Page 87: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

87

umur tidak bisa serta mertadihubungkan dengan kemampuanseseorang menghadapi stressorterlebih yang berkaitan denganstatus kesehatan anggotakeluarganya, hal inilah yangmenyebabkan meskipun sebagianbesar responden berusia dewasa,namun sebagian besar jugamengalami kecemasan dalamrentang yang berbeda.

Ditinjau dari riwayat paritasmenunjukkan bahwa sebagian besarresponden adalah primipara, yaitusebanyak 12 responden (67%).Setiap ibu hamil yang akanmelahirkan anak pertama akanmerasakan kecemasan yang lebihtinggi dibandingkan dengan ibuhamil yang sudah pernah melahirkananak pertamanya. Kehamilan yangterjadi pada seorang wanita terutamakehamilan pertama dapatmenimbulkan ketidakseimbanganpsikologis, terutama dari segi emosi.Secara umum hal itu ditandai denganadanya rasa bimbang, tertekan, dancemas. Hal-hal yang dicemaskanoleh ibu hamil antara lain berkaitandengan persalinan yang akan dijalani,dan kesehatan diri sendiri serta bayiyang dikandung (Ambaryani, 2001).Bagi klien yang sudah pernahmengalami kehamilan, pengalamankehamilan dan persalinansebelumnya dapat dijadikangambaran dan merupakan suatubekal untuk menghadapi persalinanberikutnya, walaupun tidak jarangtetap muncul ketakutan dankecemasan. Dalam penelitian initerdapat 6 responden (23%) yangsudah pernah mengalami kehamilandan persalinan. Meskipun demikian,

responden masih mengalamikecemasan. Hal ini dimungkinkankarena trauma nyeri persalinan danriwayat kehamilan dan persalinanyang dialami sebelumnya.

Ditinjau dari pendidikanmenunjukkan bahwa sebagian kecilresponden adalah berpendidikan SD,yaitu sebanyak 5 responden (28%).Pendidikan diperlukan untukmendapat informasi misalnya hal –hal yang menunjang kesehatansehingga dapat meningkatkankwalitas hidup (Notoatmodjo,2007). Responden yangberpendidikan tinggi lebihmengetahui tentang kehamilan danpersalinan sehingga memungkinkanbagi pasien untuk memilikipemahaman dan gambaran positifdalam benak pemikirannya.Sementara responden berpendidikanrendah diasumsikan kurang memilikipengetahuan terhadap kehamilandan persalinan, sehingga merekamemiliki gambaran negatif tentangpersalinan dalam benakpemikirannya, dan hal inilah yangmembuat mereka lebih cemas.

Ditinjau dari usia kehamilanmenunjukkan bahwa sebagian besarresponden adalah dalam usiakehamilan trimester III, yaitusebanyak 12 responden (67%). Padausia kandungan tujuh bulan ke atas,tingkat kecemasan ibu hamilsemakin akut dan intensif seiringdengan mendekatnya kelahiranbayinya. Di samping itu, trimesterini merupakan masa riskanterjadinya kelahiran bayi prematuresehingga menyebabkan tingginyakecemasan pada ibu hamil(Manuaba, 2001). Perasaan-perasaan

Page 88: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

88

yang muncul dalam bentukkecemasan ini antara lain berkaitandengan keadaan janin yangdikandungnya, ketakutan dankecemasan dalam menghadapipersalinan, serta perubahan –perubahan fisik dan psikis yangterjadi. Hal ini menunjukkan bahwasemakin mendekati persalinan, ibuhamil akan semakin cemas meskidalam rentang kecemasan yangberbeda.

2. Tingkat Kecemasan Pada IbuHamil Sesudah Senam PrenatalYoga Di BPS. Ny. Farida DesaKlurahan KecamatanNgronggot

Berdasarkan hasil penelitianyang dilaksanakan di BPS Ny. FaridaDesa Klurahan KecamatanNgronggot terhadap 18 respondenmenunjukkan bahwa sesudah senamprenatal yoga, menunjukkan bahwasebagian besar responden dalamkategori tingkat kecemasan ringan,yaitu sebanyak 12 responden (67%)dan sebagian kecil responden dalamkategori tingkat kecemasan normal,yaitu sebanyak 3 responden (17%)dan tidak satupun responden dalamkategori tingkat kecemasan berat.Kaplan (2000) mengatakan bahwakecemasan merupakan suatu responemosional yang tidak menyenangkanpenuh kekhawatiran, suatu rasatakut yang tidak terekpresikan dantidak terarah karena sumberancaman atau pikiran tentangsesuatu yang tidak akan datang dantidak jelas dan tidak teridentifikasi.Kecemasan merupakan salah satubentuk emosi yang mempunyaiperan utama dalam prosespenyesuaian Individu, yaitu suatu

sebagai indikator respon terhadapstress dan sebagai suatu untukmunghadapi stress selanjutnya.Kecemasan dalam batas-batastertentu ternyata dianggap cukupsignifikan jika sebagai peringatanadanya ancaman, sehingga untuk ituindividu dapat mempersiapkanproses penyesuaian diri yang lebihefektif.

Penurunan rasa cemas dantakut merupakan hal yang sangatpenting selama masa kehamilan danpersalinan karena stress emosional ditambah dengan stress fisikmeningkatkan resiko persalinan.Adanya penurunan tingkatkecemasan sesudah senam prenatalyoga ini membuktikan bahwa senamprenatal yoga dapat memfasilitasipenurunan stress dan kecemasan.Namun demikian, karena sifat darikecemasan sangat individual dansetiap individu memilikikemampuan menghadapi stressberlainan dan derajat toleransi yangberbeda bila berhadapan dengansituasi stress terutama tentangkehamilan dan persalinanmenyebabkan masih ada respondenyang mengalami kecemasan.

3. Pengaruh Senam Prenatal YogaTerhadap PenurunanKecemasan Pada Ibu Hamil DiBPS. Ny. Farida Desa KlurahanKecamatan Ngronggot

Berdasarkan hasil penelitianyang dilaksanakan di BPS Ny. FaridaDesa Klurahan KecamatanNgronggot terhadap 18 respondenmenunjukkan bahwa sebelum senamprenatal yoga sebagian respondendalam kategori tingkat kecemasansedang, yaitu sebanyak 15

Page 89: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

89

responden (50%) dan sebagian kecilresponden dalam kategori tingkatkecemasan berat, yaitu sebanyak 2responden (11%) dengan skor rata-rata kecemasan sebesar 61.72 dansesudah senam prenatal yogamenunjukkan bahwa sebagian besarresponden dalam kategori tingkatkecemasan ringan, yaitu sebanyak 12responden (67%) dan sebagian kecilresponden dalam kategori tingkatkecemasan normal, yaitu sebanyak3 responden (17%) dan tidaksatupun responden dalam kategoritingkat kecemasan berat dengan skorrata-rata kecemasan sebesar 51.44.

Hasil uji statistikmenggunakan uji paired t-testmenunjukkan signifikansi output p =0.000, maka p < α 0.05, sehinggaH1 diterima yang berarti adapengaruh senam prenatal yogaterhadap penurunan kecemasan padaibu hamil di BPS. Ny. Farida DesaKlurahan Kecamatan Ngronggot.Mekanisme perbedaan tingkatkecemasan dapat dijelaskan denganteori gate kontrol yang menyatakanbahwa masukan rangsangan stres,tidak hanya dapat dikendalikandengan cara biokimia, tetapi bisajuga dengan motivasi, dan proseskognisi (Sholeh, 2005).

Yoga melatih otot-otot tubuhyang disertai cara olah napas.Melalui gerak tubuh yang disertaiteknik pengaturan napas danpemusatan konsentrasi, fisik ibuakan lebih sehat, bugar dan kuat.Emosi ibu pun akan lebih seimbang.Setiap gerakan efek positip bagikesehatan sang ibu termasuk saatproses persalinan tiba. Yoga jugamembuat calon ibu lebih rileks, dan

kondisi ini baik untuk janin. Saatmelakukan yoga seorang ibu harusmerasa enjoy dan tidak stres, karenadapat merugikan bagi ibu danmengganggu pertumbuhan janin.Teknik relaksasi yang juga selalumenyertai latihan yoga, ternyatamampu mengatasi kegalauanperasaan seperti rasa cemas atausedih, serta menggantinya denganrasa tenang, bahagia serta bersikappositif. Ibu hamil yang tenang akanmenerima dan membuka diriterhadap seluruh proses yang terjadiselama hamil hingga saat kelahiran(Wiadnyana, 2010).

Penurunan kecemasan inisesuai dengan pendapat Sholeh(2005) bahwa dimungkinkan terjadikarena adanya respon emosionalpositif yang ditransmisikan ke sistemlimbik dan korteks cerebral dengantingkat koneksitas yang kompleksantara batang otak-talamus-hipotalamus-prefrontal kiri dankanan-hipokampus dan amigdala.Transmisi ini akan mengakibatkankeseimbangan antara sintesis dansekresi neurotransmitter, GABA(Gamma Amino Butyric Acid) danantagonis GABA yang diproduksioleh hipokampus dan amigdala,dopamin, serotonin dannorepinefrin yang dihasilkan olehprefrontal, asetilkolin, endorfin danencephalin oleh hipotalamus.

Menurut Guyton & Hall(1997), susunan syaraf pusatmentransmisikan informasineurologi menjadi respons biologikdan fisiologik melalui berbagaihormon, neuropeptida, danneurotransmitter, hypothalamicpituitary adrenal axis (HPAA) dan

Page 90: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

90

sistem syaraf otonom terbuktimerupakan alur yang sangatberperan dalam reaksi emosional,optimis dan stres dan berhubungandengan respon imun. Berbagaikondisi stres, dapat menyebabkanaktivasi HPAA, walaupun berasaldari sirkuit persyarafan dandiperantarai neurotransmitter yangberbeda, tergantung pada suasanaemosional, tenang, optimis, senangatau cemas, susah atau stres.Rangsang psikis ditransmisikanmelalui sistem limbik dan korteksfrontal. Rangsang psikis positif yangdihasilkan dari kegiatan senam yoga,mendatangkan persepsi positif,dimana amigdala akan mengirimkaninformasi kepada Locus Coeruleus(LC) yang mengaktifkan reaksisyaraf otonom. Lewat hipotalamus,mensekresi transmitter, endorfin,dan encephalin, yang berfungsisebagai penghilang rasa sakit danpengendali CRF yang berlebihan.Akibatnya HPAA (hypothalamicpituitary adrenal axis) dalammensekresi ACTH (AdrenoCorticotropic Hormon) juga stabilterkendali, demikian pula kortisol,adrenalin dan noradrenalin sertakatekolamin menjadi stabil (Sholeh,2005).

Pengaktifan reaksi syarafotonom oleh LC mampumenghambat syaraf simpatis danparasimpatis sehingga menyebabkanproduksi neurotransmitterterhambat. Penurunan aktivitassimpatis ditandai dengan penurunantekanan darah, penurunan nadi,penurunan tekanan arteri,penurunan respirasi, tonus otot danlaju metabolik. Sedangkan

penurunan aktivitas syarafparasimpatis bersifat setempatditandai dengan penurunanfrekuensi jantung, penurunanperistaltik gastro intestinal danpenurunan hiperasiditas lambung.Pengontrolan aktivitas simpatis danparasimpatis oleh hipotalamus yangdiatur oleh pola emosi diatasmengambarkan perubahan fisiologisyang merupakan beberapa tandauntuk menentukan penurunantingkat kecemasan.

Rasa percaya diri danoptimisme, merupakan responemosi positif (positive thinking) yangdapat menghindarkan reaksi stressdan kecemasan, karena mendorongindividu untuk berfikir lebih realistisdan siap menghadapi segalapersoalan hidup dengan tetapbersikap konstruktif. Dalam sikapoptimis, orang akan terjaga dantetap dalam kondisi homeostasis.Homeostasis terjadi karena adanyamekanisme umpan balik yangmembatasi reaksi berlebihan danmempertahankan dalam kondisinormal. Kegagalan homeostasisterutama disebabkan oleh kegagalanmekanisme umpan balik, yang dapatmenyebabkan timbulnya stres dankecemasan yang berlebihan.

Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa perasaan rileksdan tenang setelah senam yogadisebabkan karena senam yoga selainmempengaruhi pelepasan endorfin,berdampak pada sistem hormonalyaitu menurunkan sekresikatekolamin seperti epinefrin dannorepinefrin di medula adrenal.Penurunan katekolamin berdampakpada kondisi fisik seperti

Page 91: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

91

menurunkan denyut jantung,menurunkan kecepatan pernafasan,dan menurunkan ketegangan ototyang akan menyebabkan perasaannyaman, terkontrol serta rileks.

Hasil penelitian yangmenunjukkan adanya penurunankecemasan ibu hamil secarasignifikan membuktikan bahwasenam prenatal yoga mampumeningkatkan respon psikologisyang positif sehingga ibu hamilmenjadi rileks dan lebih tenangdalam menjalani kehamilan danmenghadapi proses persalinan,meskipun demikian, ada banyakfaktor yang mempengaruhikecemasan pada ibu hamil.sehinggamungkin saja penurunan kecemasanini tidak hanya dipengaruhi olehsenam prenatal yoga.

Kesimpulan1. Sebelum Senam Prenatal sebagian

responden dalam kategori tingkatkecemasan sedang, yaitu sebanyak15 responden (50%) dan sebagiankecil responden dalam kategoritingkat kecemasan berat, yaitusebanyak 2 responden (11%) denganskor rata-rata kecemasan sebesar61.72

2. Sesudah Senam Prenatal Yogasebagian besar responden dalamkategori tingkat kecemasan ringan,yaitu sebanyak 12 responden (67%)dan sebagian kecil responden dalamkategori tingkat kecemasan normal,yaitu sebanyak 3 responden (17%)dan tidak satupun responden dalamkategori tingkat kecemasan beratdengan skor rata-rata kecemasansebesar 51.44.

3. Ada pengaruh senam prenatal yogaterhadap penurunan kecemasan padaibu hamil di BPS. Ny. Farida DesaKlurahan Kecamatan Ngronggotdengan hasil uji statistikmenggunakan uji paired t-testmenunjukkan signifikansi output p =0.000 α ≤ 0.05 yang berarti H1diterima.

DAFTAR PUSTAKAAziz, Alimul H. (2004). Pengantar Riset

Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika

___________ (2007) RisetKeperawatan dan Teknik PenulisanIlmiah, Jakarta : Salemba Medika.

Depkes, RI. (2007). Riset KesehatanDasar Nasional tahun 2007.(Error! Hyperlink reference notvalid. tanggal 14 Mei 2011)

Hajir, R. (2010) . Easy Yoga. Jakarta :Bukune.

Kaplan, Sadock (2004). Buku AjarPsikiatri Klinik. Jakarta : EGC

Mansjoer. (2001). Kapita SelektaKedokteran Fkui Jakarta : MediaAesculapius

Manuaba,. (2001). Kapita SelektaPenatalaksanaan Rutin ObstetriDan Ginekologi Dan KB, Jakarta :EGC

Notoatmodjo, S (2003). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.

Page 92: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

92

_________(2008). Konsep DanPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan, Jakarta : CvInfo Medika

_________(2011). ManajemenKeperawatan : Aplikasi DalamPraktik Keperawatan ProfessionalEdisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam dan Siti Pariani. (2001).Pendekatan Pratis MetodologiRiset Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika.

Sindhu, Pujiastuti. (2009) Hidup SehatDan Seimbang Dengan Yoga.Mizan Pustaka. Bandung

Sugiyono. (2006). Statistika UntukPenelitian. Bandung : Alfabeta

Wiadnyana, (2011) The Power OfYoga. Gramedia Widiasarana.Jakarta.

Widianti. (2010). Senam Kesehatan.Yogyakarta : Mulia Merdeka.

Wiknjosastro, Hanifa. (2005) IlmuKebidanan. Yayasan Bina PustakaSarwono Prawiroharjo . Jakarta :YBPSP

Page 93: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

93

PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES GIGI DENGAN TINDAKANPENCEGAHAN KARIES GIGI PADA ANAK PRASEKOLAH

(di Tarbiyatul Athfal Pesantren Sabilil MuttaqienDesa Sampung Kecamatan Sampung

Kabupaten Ponorogo)

Puji astutik, SYAIFUL ISLAM MUHAMMADIN

Staf DosenStikes Satria Bhakti Nganjuk

ABSTRACT

Tooth caries represent chronic disease which attacking many at children. Most effectiveprecaution to tooth caries is with keep cleaning tooth and mouth. Intention of this research is toknow correlation knowledge of mother about tooth caries with precaution of tooth caries at childof preschool in Tarbiyatul Athfal Pesantren Sabilil Muttaqien Countryside of Sampung District ofSampung Sub-Province of Ponorogo.

Research type is correlational with approach of cross sectional. Research executed on the 10-15 December 2012. Its population 67 peoples and sampling technique is sampling purposive,amount of sampel 40 people. Data collecting with quesioner and processed with statistical testspearman Rho SPSS 16 for window with α = 0,05.

From result of research, counted 27 responder ( 67,5%) owning knowledge of goodness,counted 24 responder ( 60%) owning precaution enough and counted 14 responder ( 35%)owning knowledge of goodness and precaution enough. Result of statistical test got ρ value =0,003 < α = 0,05 with correlation coefficient 0,456. This show there is correlation knowledgeof mother about tooth caries with precaution of tooth caries at child of preschool in TarbiyatulAthfal Pesantren Sabilil Muttaqien Countryside of Sampung District of Sampung Sub-Province ofPonorogo with correlation rather low and have the character of to weaken.

To degrade occurence of tooth caries needed knowledge of mother about tooth caries and goodprecaution effort. Responder can improve knowledge with searching information about treatmentof mouth and tooth from various media, and also improve preventive effort of tooth caries at childof preschool like reminding child to brush teeth and lessen to eat food having the character ofcariogenic.

Keyword : Knowledge, Precaution, Mother, Caries Tooth, Child of Preschool

Page 94: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

94

PendahuluanKaries gigi adalah suatu penyakit

jaringan keras gigi (email, dentin dansementum) yang bersifat kronik progresifdan disebabkan aktivitas jasad renikdalam karbohidrat yang dapat diragikanyang ditandai dengan demineralisasijaringan keras dan diikuti kerusakan zatorganiknya (Mansjoer, 2001). Kariesgigi merupakan penyakit jaringan kerasgigi yang paling sering ditemui.Penyakit ini ditandai dengan adanyakerusakan pada jaringan keras gigi itusendiri (Mozarta, 2012). Ada beberapaalasan mengapa seringkali orang tuakurang memperhatikan kebersihan dankesehatan gigi anak. Alasan yang palingbanyak ditemukan adalah masih banyakorang tua yang beranggapan bahwa gigipada anak adalah gigi susu, jadi tidakusah dirawat karena nanti juga akanberganti dengan gigi tetap. Padahalsebenarnya justru pada masa gigi susuitulah anak harus mulai diajarkan untukmenjaga kebersihan dan kesehatangiginya (Deven, 2010). Hasil observasistudi pendahuluan perilaku ibu tentangperawatan gigi pada anak prasekolah diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa Sampung KecamatanSampung Kabupaten Ponorogo padatanggal 18 Oktober 2012 terhadap 10ibu, didapatkan bahwa mayoritas ibucenderung kurang memperhatikantentang perawatan kesehatan gigi padaanak.

Organisasi kesehatan dunia(WHO) mengatakan bahwa angkakejadian karies gigi pada anak padatahun 2003 mencapai 60-90%, diIndonesia disinyalir sekitar 85% anakbalita sudah mengalami karies(Pithaloka, 2012). Berdasarkan RisetKesehatan dasar (Riskesdas) yang

dilakukan pada tahun 2007, 89% anakdi bawah usia 12 tahun mengalamikaries gigi. Riset yang samamenunjukkan, pasien penderita kariesberjenis kelamin perempuan sebanyak24,5% dan berjenis kelamin laki-lakisebanyak 22,5% (Angganararas, 2011).Prevalensi karies gigi pada anak usiaprasekolah di Jakarta tahun 1988sebanyak 85,17%. Tahun 2011, angkakejadian karies pada anak usia 3-5 tahunsebesar 81,2% (Halmien, 2012). Datadi Tarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa Sampung KecamatanSampung Kabupaten Ponorogodidapatkan data 50 anak (74,6%) dari67 anak mengalami karies gigi.

Karies gigi anak-anak disebabkanoleh karena tidak mendapatkanperawatan gigi, misalnya menghindarigosok gigi (Setyaningsih, 2012).Prevalensi karies gigi pada anak cukuptinggi. Pendidikan bagi orangtua untukmemperhatikan kesehatan gigi danmulut anak perlu ditingkatkan(Halmien, 2012). Ini merupakanpenyakit multifaktorial dengan empatfaktor utama yang salingmempengaruhi, antara lain: hospes(terutama lidah dan gigi), mikroflora,substrat atau diet, dan waktu.Demineralisasi yang memulaipembentukan karies disebabkan olehsekresi asam oleh bakteri yangmengkolonisasi gigi yang rentan danfermen diet karbohidrat. Faktorsekunder lain yang penting adalahpraktik oral hygiene, aliran saliva danadanya fluorida di dalam air dan botol(Rudolph, 2007). Dampak yangterjadi bila sejak awal sudah mengalamikaries gigi adalah selain fungsi gigisebagai pengunyah terganggu, anak jugaakan mengalami gangguan dalam

Page 95: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

95

menjalankan aktivitasnya sehari-harisehingga anak tidak mau makan danakibat yang lebih parah dapat terjadimalnutrisi, anak tidak dapat belajarkarena kurang berkonsentrasi sehinggaakan mempengaruhi kecerdasan(Ardiyanti, 2007).

Bagi para orang tua di rumah,pendidikan kesehatan gigi sudah harusdimulai sejak gigi pertama ada dalammulut anak. Caranya dengan selalumembersihkan gigi anak setiap selesaiminum susu atau selesai makan. Tidakperlu menggunakan sikat gigi, namunbisa dilakukan dengan menggunakankain kassa lembut yang dibasahi denganair hangat. Ketika ibu membersihkangigi dengan kain lembut yang dibasahiair hangat, anak merasa bahwa kegiatanmembersihkan gigi adalah kegiatan yangmenyenangkan dan itu akan terekamdalam memori anak (Deven, 2010).Orang tua harus menjadi penanggungjawab utama sampai anak telahmengembangkan keterampilan motorikhalus untuk melakukan tugasnya secaramemuaskan sekitar umur enam tahun(Rudolph, 2007). Hygiene mulut dapatmembantu mempertahankan statuskesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir(Potter, 2006). Namun tidak semuaanak senang gosok gigi, beberapa anakkadang harus dipaksa bahkan dengankemarahan agar mereka maumembersihkan gigi mereka. Kesehatangigi anak usia prasekolah dipengaruhioleh perilaku ibu khususnya dalammenjaga kebersihan gigi dan diperlukanpeningkatan pengetahuan dan sikap ibutentang cara merawat gigi pada anak.Dari uraian di atas peneliti inginmeneliti hubungan antara pengetahuanibu tentang karies gigi dengan tindakan

pencegahan karies gigi pada anakprasekolah.

Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antarapengetahuan ibu tentang karies gigidengan tindakan pencegahan kariesgigi pada anak prasekolah diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa SampungKecamatan Sampung KabupatenPonorogo.

2. Tujuan Khususa. Mengidentifikasi pengetahuan ibu

tentang karies gigi pada anakprasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungKabupaten Ponorogo.

b. Mengidentifikasi tindakan ibudalam pencegahan karies gigipada anak prasekolah diTarbiyatul Athfal PesantrenSabilil Muttaqien Desa SampungKecamatan Sampung KabupatenPonorogo.

c. Menganalisis hubungan antarapengetahuan ibu tentang kariesgigi dengan tindakan pencegahankaries gigi pada anak prasekolahdi Tarbiyatul Athfal PesantrenSabilil Muttaqien Desa SampungKecamatan Sampung KabupatenPonorogo.

Metdologi penelitianRancangan pada penelitian ini

digunakan adalah korelasional yangbertujuan mengungkapkan hubungankorelatif antar variabel. Peneliti dapatmencari, menjelaskan suatu hubungan,memperkirakan, menguji berdasarkanteori yang ada (Nursalam, 2008).

Page 96: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

96

Pengukuran variabel dependen danindependen menggunakan CrossSectional. Penelitian Cross Sectionaladalah suatu penelitian untukmempelajari dinamika korelasi antarafaktor-faktor resiko dengan efek,dengan cara pendekatan, observasi ataupengumpulan data sekaligus pada suatusaat (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan padatanggal 10 - 15 Desember 2012. Lokasiyang digunakan sebagai objek penelitianadalah di Tarbiyatul Athfal PesantrenSabilil Muttaqien Desa SampungKecamatan Sampung KabupatenPonorogo. Pada penelitian inipopulasinya adalah semua ibu yangmempunyai anak prasekolah diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa Sampung KecamatanSampung Kabupaten Ponorogosebanyak 67 orang. Sampel dalampenelitian ini adalah ibu yangmempunyai anak prasekolah diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa Sampung KecamatanSampung Kabupaten Ponorogo yangmemenuhi kriteria inklusi penelitiansejumlah 40 responden. Sebanyak 27responden masuk kriteria eksklusidengan alasan 12 orang bekerja di luarnegeri dan 15 orang tidak lengkapdalam mengisi kuesioner. Samplingdalam penelitian ini menggunakanpurposive sampling yaitu metode yangmemilih sampel diantara populasi sesuaiyang dikehendaki peneliti sehinggasampel tersebut dapat mewakilikarakteristik populasi yang dikenalsebelumnya.

Jenis variabel yang digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini adadua yaitu variabel Independen, yaitupengetahuan ibu tentang karies gigi dan

variabel dependen pada penelitian iniadalah tindakan pencegahan karies gigi.Untuk menganalisis hubungan antarapengetahuan ibu tentang karies gigidengan tindakan pencegahan karies gigidigunakan uji statistik Spearman rank.Tingkat kemaknaan (α) pada penelitianini adalah nilai α = 0,05 (5%). Jika ρ ≤α maka hipotesis alternatif (H1)diterima dan hipotesis nihil (H0)ditolak, berarti ada hubungan antarakedua variabel. Jika ρ > α makahipotesis nihil (H0) diterima danhipotesis alternatif (H1) ditolak,berarti tidak ada hubungan antarakedua variable

Hasil Penelitian1. Pengetahuan ibu tentang karies gigi

di Tarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa SampungKecamatan Sampung Ponorogo

Pengetahuan ibutentang karies

gigiFrekuensi Persentase

(%)

BaikCukupKurang

27130

67,532,5

0Jumlah 40 100

Dari tabel 4.1 didapatkan dari 40responden yang diteliti, sebagianbesar yaitu sebanyak 27 responden (67,5%) memiliki pengetahuan baiktentang karies gigi.

2. Tindakan pencegahan karies gigi diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa SampungKecamatan Sampung Ponorogo

Tindakanpencegahan Frekuensi Persentase

(%)

Baik 14 35

Cukup 24 60

Kurang 2 5Jumlah 40 100

Page 97: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

97

Dari tabel dapat diketahui dari40 responden yang diteliti, sebagianbesar yaitu sebanyak 24 responden(60%) memiliki tindakanpencegahan yang cukup terhadapkaries gigi pada anak prasekolah.

3. Hubungan pengetahuan ibu tentangkaries gigi dengan tindakanpencegahan karies gigi pada anakprasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungPonorogo

PengetahuanIbu tentangKaries Gigi

Tindakan Pencegahan Karies Gigi

Baik Cukup Kurang TotalFrekuensi

Frekuensi

Frekuensi

Frekuensi

Baik 13 14 0 27Cukup 1 10 2 13Kurang 0 0 0 0Total 14 24 2 40

Dari tabel didapatkan hampirsetengahnya yaitu sebanyak 14responden (35%) memilikipengetahuan baik tentang karies gigidan tindakan cukup dalampencegahan karies gigi.

Dari hasil uji statistik yangmenggunakan Spearman rho denganprogram SPSS 16 for windows untukmenganalisis pengetahuan ibutentang karies gigi dengan tindakanpencegahan karies gigi pada anakprasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungKabupaten Ponorogo didapatkanhasil nilai probability (ρ) = 0,003dengan α = 0,05 dan koefisienkorelasi (r) = 0,456. Jadi ρ ≤ α, halini berarti hipotesis penelitian (H1)diterima yang menyatakan adahubungan antara pengetahuan ibutentang karies gigi dengan tindakan

pencegahan karies gigi pada anakprasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungKabupaten Ponorogo dengan tingkatkeeratan hubungan agak rendah dansifat hubungan yang lemah.

Pembahasan1. Pengetahuan ibu tentang karies gigi

di Tarbiyatul Athfal PesantrenSabilil Muttaqien Desa SampungKecamatan Sampung Ponorogo

Dari hasil penelitian didapatkanbahwa sebagian besar respondenmempunyai pengetahuan baik,yaitu sebanyak 27 responden(67,5%). Pengetahuan ibu tentangkaries gigi diantaranya dipengaruhioleh usia, pendidikan, dan jumlahanak. Sebagian besar respondenyaitu sebanyak 22 responden (55%)berusia 31-40 tahun, hampirsetengahnya yaitu 18 responden(45%) berpendidikan SMA, sertahampir setengahnya yaitu 14responden (35%) memiliki 2 oranganak. Hasil uji statistik usia denganpengetahuan diperoleh ρ value =0,036, pendidikan denganpengetahuan ρ value = 0,000, danjumlah anak dengan pengetahuan ρvalue = 0,002.

Semakin tinggi usia seseorangmaka tingkat pengetahuannya akanbertambah seiring denganpengalaman hidup (Notoatmodjo,2003). Pengetahuan merupakanhasil dari tahu dan hal ini terjadisetelah orang melakukanpenginderaan terhadap suatu obyektertentu. Penginderaan terjadimelalui panca indera manusia(Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan

Page 98: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

98

merupakan domain yang sangatpenting untuk terbentuknyatindakan seseorang. Salah satufaktor lain yang mempengaruhipengetahuan adalah pendidikan,baik formal maupun informal.Semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang semakin mudahmenerima informasi sehinggapengetahuan yang dimiliki jugabertambah. Tujuan pendidikanadalah untuk menambah danmeningkatkan pengetahuanseseorang, sehingga semakin tinggitingkat pendidikan seseorangsemakin tinggi pula pengetahuanyang dimiliki. Seseorang yangmemiliki tingkat pemahaman yanglebih baik akan lebih mudahmemperoleh informasi dengantepat sehingga pengetahuannya akanbertambah (Notoatmodjo, 2003).

Dengan bertambahnya usiaseseorang diharapkan akanbertambah pula tingkatpengetahuan yang dimilikinyakarena diasumsikan usia tua telahbanyak mendapatkan informasiterutama yang berkaitan denganperawatan gigi dan mulut yangdidapatkan selama hidupnya. Halini merupakan pembelajaran yangbisa meningkatkan pengetahuanyang dimilikinya. Pengalaman yangada sebelumnya memberikanpemahaman yang lebih baiksehingga pengetahuannyabertambah, seperti ibu yangmemiliki 2 anak diharapkan akanmemiliki pengetahuan yang lebihbaik mengenai perawatan gigi danmulut anak karena sudahberpengalaman mengasuh anaksebelumnya.

2. Tindakan pencegahan karies gigi diTarbiyatul Athfal Pesantren SabililMuttaqien Desa SampungKecamatan Sampung Ponorogo

Dari hasil penelitian didapatkanbahwa sebagian besar respondensebanyak 24 responden (60%)memiliki tindakan yang cukupdalam pencegahan karies gigi padaanak prasekolah. Tindakanpencegahan karies gigi pada anakprasekolah dipengaruhi olehpendidikan, pekerjaan dan jeniskelamin anak. Hampir setengahnyaresponden yaitu sebanyak 10responden (25%) berpendidikanSMA, sebagian besar respondenyaitu sebanyak 23 responden(57,5%) bekerja sebagai ibu rumahtangga dan hampir setengahnyayaitu 13 responden (32,5%)memiliki anak prasekolah berjeniskelamin perempuan. Hasil ujistatistik pendidikan dengantindakan pencegahan karies gigianak prasekolah diperoleh ρ value =0,031. Hasil uji statistik pekerjaandengan tindakan pencegahan kariesgigi anak prasekolah diperoleh ρvalue = 0,001, dan hasil uji statistikjenis kelamin anak dengan tindakanpencegahan karies gigi anakprasekolah diperoleh ρ value =0,014.

Tindakan seseorang dipengaruhioleh faktor eksternal salah satunyaadalah lembaga pendidikan.Menurut Notoatmodjo (2003),lembaga pendidikan adalah suatusistem yang mempunyai pengaruhdalam pembentukan tindakankarena meletakkan dasar pengertiandan konsep moral dalam diriindividu. Tindakan seseorang juga

Page 99: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

99

dipengaruhi oleh faktor internaldari dalam diri orang tersebut, salahsatunya adalah motivasi. Motivasimerupakan dorongan yang timbulpada diri seseorang baik secarasadar maupun tidak sadar untukmelakukan tindakan tertentu(Notoatmodjo, 2003). Seseorangyang berpendidikan tinggi adakalanya kurang memiliki motivasiterutama dalam perawatan gigi danmulut sehingga tindakanpencegahannyapun kurangdilaksanakan.

Selain itu faktor eksternal lainyang berpengaruh terhadaptindakan seseorang adalah mediamassa. Di zaman sekarang inimedia tersebut merupakan bagiandari hidup kita sehingga semakinbanyak informasi terutama yangberkaitan dengan kesehatan akanmempengaruhi tindakan seseorang.Orang akan termotivasi untukmencoba atau melakukan tindakanyang baru dilihatnya atau dibacanyadari sebuah media jika tertarikdengan isi pesan yang disampaikanterutama yang berkaitan dengankesehatan. Ibu yang bekerja sebagaiibu rumah tangga biasanya lebihbanyak memiliki waktu untukkegiatan seperti menonton televisisehingga lebih banyak informasiyang didapatkan terutama yangberhubungan dengan kesehatan gigidan mulut. Selain itu anakperempuan cenderung lebih rajindalam hal perawatan diri khususnyagigi dan mulut sehingga ibu kurangbegitu mengawasinya dalam halperawatan gigi dan mulut.

3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentangKaries Gigi dengan TindakanPencegahan Karies Gigi Pada AnakPrasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungPonorogo

Tabulasi silang pengetahuan ibutentang karies gigi dengan tindakanpencegahan karies gigi anakprasekolah didapatkan hampirsetengahnya yaitu sebanyak 14responden (35%) memilikipengetahuan yang baik tentangkaries gigi dan tindakan pencegahankaries gigi cukup. Dari hasil ujianalisis Spearman rho dengan SPSS16 for windows didapatkan nilaiprobability (ρ value) = 0,003 denganα = 0,05. Dengan demikian ρ ≤ αberarti H1 diterima, artinya adahubungan antara pengetahuan ibutentang karies gigi dengan tindakanpencegahan karies gigi pada anakprasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungKabupaten Ponorogo. Nilaikoefisien korelasinya adalah 0,456yang berarti tingkat keeratanhubungannya agak rendah dan sifathubungannya lemah.

Berdasarkan penelitian NilaSilvana (2010), dari 104 anak balitasebanyak 65% mengalami kariesgigi. Terdapat hubungan yangsignifikan antara pengetahuan ibutentang karies gigi dengan kejadiankaries gigi anak. Demikian pulaFankari (2004) menjelaskan bahwapenyebab timbulnya masalahkesehatan gigi dan mulut padamasyarakat salah satunya adalahfaktor perilaku atau sikap

Page 100: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

100

mengabaikan kesehatan gigi danmulut karena pengetahuan yangkurang tentang kesehatan gigi danmulut.

Dari hal tersebut jelas bahwakejadian karies gigi pada anakprasekolah erat kaitannya denganpengetahuan ibu tentang karies gigidan tindakan pencegahannya. Anakmasih tergantung oleh orangdewasa terutama ibu yangmengasuhnya dalam menjagakebersihan dan kesehatan giginyakarena pengetahuan anak yangmasih kurang. Anak usia prasekolahmasih belum memahami bagaimanamemelihara kebersihan dankesehatan gigi dan mulut.Pendidikan yang tinggi belum tentumemiliki tindakan yang baik dalampencegahan karies gigi anakprasekolah. Hal ini karenakurangnya motivasi dan kemauandalam diri ibu sebagai pengasuh.Dari sini perlu diberikanpenyuluhan kesehatan kepada ibuuntuk meningkatkan motivasinyadalam melatih anak atau melakukantindakan pencegahan karies gigipada anak prasekolah. Pengetahuanyang baik tanpa adanya motivasiyang tinggi untuk melakukan suatutindakan maka tetap saja hasil yangdiharapkan tidak akan tercapai.

Simpulan1. Hampir seluruhnya pengetahuan ibu

tentang karies gigi di TarbiyatulAthfal Pesantren Sabilil MuttaqienDesa Sampung Kecamatan SampungPonorogo adalah baik, yaitusebanyak 27 responden (67,5%).

2. Hampir seluruhnya tindakanpencegahan karies gigi anak

prasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungPonorogo adalah cukup, yaitusebanyak 24 responden (60%).

3. Ada hubungan antara pengetahuanibu tentang karies gigi dengantindakan pencegahan karies gigi padaanak prasekolah di Tarbiyatul AthfalPesantren Sabilil Muttaqien DesaSampung Kecamatan SampungKabupaten Ponorogo dengan ρ value= 0,003 dan r = 0,456.

Daftar PustakaAngganararas, N.R. (2011). Karies

Musuh Utamanya.

Ardiyanti, T. (2007). Melatih AnakMenjaga Kebersihan dan KesehatanGigi Sejak Dini

Arikunto, S. (2010). ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia TeoriDan Pengukurannya. Yogyakarta :Pustaka Belajar

Deven, M. (2010). Melatih AnakMenjaga Kebersihan dan KesehatanGigi Sejak Usia Dini. [Internet].Bersumber dari :<www.keluargasehat.wordpress.com>. [Diakses tanggal 3September 2012 jam 10.13]

Effendy, N. (1997). Dasar-DasarKeperawatan KesehatanMasyarakat. Jakarta : EGC

Friedman, M.N. (1998). KeperawatanKeluarga, Teori dan Praktek.Jakarta : EGC

Halmien. (2012). Karies Gigi BalitaCukup Tinggi. [Internet].

Page 101: adysetiadi.files.wordpress.com Date 20140710232526Z

Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1, Juni 2014

101

Bersumber dari :<http://banjarmasin.tribunnews.com>. [Diakses tanggal 15September 2012 jam 14.20]

Hidayat, A.A. (2007). MetodePenelitian Keperawatan danTeknik Analisis Data. Jakarta :Salemba medika

Kasdianto. (2009). HubunganPengetahuan Cleaning ServiceDengan Tindakan PengelolaanSampah Medis dan Non Medis DiRSUD Kabupaten Madiun. Skripsi.Nganjuk : STIKES Satria Bhakti, :11-13

Mansjoer, A. (2001). Kapita SelektaKedokteran. Jilid 1. Jakarta :Media Aesculapius

Markum, A.H. (1999). Buku Ajar IlmuKesehatan Anak. Jilid I. Jakarta :Gaya Baru

Mozartha, M. (2012). Penyebab,Gejala, Pencegahan danPengobatan Karies Gigi. [Internet].Bersumber dari :<http://hanifatunnisaa.wordpress.com>. [Diakses tanggal 14September 2012 jam 14.45]

Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu PerilakuKesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

_____________. (2010). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

_____________. (2003). PendidikanDan Perilaku kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep danPenerapan Metodologi PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika

Pithaloka, P. (2012). Konsultasi Gigi.[Internet]. Bersumber dari :<www.facebook.com/permalink.php?>. [Diakses tanggal 15September jam 14.35]

Potter.dkk. (2006). Buku AjarFundamental KeperawatanKonsep,Proses dan Praktik. Vol.2.Jakarta : EGC

Rudolph, A.M. (2007). Buku AjarPediatri. Vol.2. Edisi : 20. Jakarta: EGC

Setyaningsih, N. (2012). ResikoKerusakan Gigi Pada Anak.[Internet]. Bersumber dari :<http://www.dentiadental.com>.[Diakses tanggal 3 September 2012jam 10.10]

Sugiyono. (2009). Statistik UntukPenelitian. Bandung : Alfa Beta

Suryanah. (1996). Keperawatan AnakUntuk Siswa SPK. Jakarta : EGC

Wasis. (2008). Pedoman Riset PraktisUntuk Profesi Perawat. Jakarta :EGC