, dalam pengertian informasi yang - core.ac.uk file- 1 - I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran...
-
Upload
nguyendang -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of , dalam pengertian informasi yang - core.ac.uk file- 1 - I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran...
- 1 -
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran seorang ibu untuk mengetahui penyajian yang terbaik untuk anak-
anaknya merupakan hal yang penting. Pemahaman yang baik dari seorang ibu
tentunya akan memberikan pemahaman yang baik pula kepada anak-anaknya
dalam mengkonsumsi makan atau minuman tertentu atau memberikan
pemahaman mengapa suatu makanan tertentu perlu dan tidak perlu untuk
dikonsumsi. Pemahaman yang baik mengenai kandungan suatu makanan atau
minuman harus dimiliki terutama oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita, karena
usia balita merupakan masa yang rentan terhadap gangguan kesehatan pada masa
pertumbuhan anak. Oleh karena itu, seorang ibu yang memiliki anak balita harus
berperilaku protective terhadap asupan gizi dan kesehatan anak.
Para ibu umumnya memiliki kecenderungan untuk loyal terhadap merek
susu pertumbuhan tertentu. Ketika seorang ibu melahirkan anaknya, biasanya
dokter anak memperkenalkan merek susu tertentu untuk dikonsumsi bayi yang
baru dilahirkan tersebut. Hal ini sering terjadi terutama apabila sang ibu tidak
memiliki kemampuan untuk menyusui anaknya. Namun seiring dengan
bertumbuhnya anak, pemilihan atau penggantian merek susu formula merupakan
pilihan sang ibu, karena selain disesuaikan dengan nutrisi kebutuhan anak,
pemilihan dan penggantian merek susu juga didasarkan pada kesukaan anak
terhadap susu.
Pemilihan produk susu tertentu tidak lepas dari peran strategi yang
diterapkan suatu perusahaan susu. Salah satu unsur pemasaran yang mendukung
hal tersebut adalah promosi. Dalam kegiatan promosi terdapat aktivitas
- 2 -
periklanan, yang saat ini perkembangannya semakin pesat, terlebih didukung oleh
kemajuan teknologi. Iklan merupakan unsur yang penting dalam meningkatkan
penjualan suatu produk. Melalui iklan, produk dikomunikasikan kepada
masyarakat, sekaligus melakukan bujukan dan rayuan untuk membeli produk
secara tersirat maupun tersurat. Dewasa ini media penyiaran melalui televisi telah
menjadi media yang sangat penting dan dominan bagi pemasang iklan.
Televisi dikenal sebagai media penyampai pesan berbasis audio-visual,
yang ditayangkan secara massal sehingga dapat mencapai pemirsa dalam jumlah
besar pada saat bersamaan. Oleh karena itu, program televisi biasanya dirancang
untuk mass distribution for common experience, dalam pengertian informasi yang
disiarkan dapat diterima oleh sejumlah pemirsa pada saat bersamaan, sehingga
para pemirsa akan memiliki pengalaman belajar yang sama. Melalui media
televisi, iklan dapat divisualisasikan dengan gambar bergerak, suara, dan musik.
Namun di samping itu, media televisi memiliki kelemahan, yaitu durasi
penayangan yang terbatas dan membutuhkan biaya yang relatif besar.
Iklan televisi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran, oleh karena
itu keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran merupakan
pencerminan dari keberhasilan komunikasi. Pesan iklan televisi dirancang
sedemikian rupa dan dieksekusi dengan teknik tertentu untuk dapat mencapai
sasaran, yaitu membuat konsumen sadar (aware) terhadap suatu produk dan
akhirnya bertujuan untuk meningkatkan tingkat penjualan (Kasali, 2007).
Dalam suatu iklan televisi, terdapat rangkaian teknik dan strategi beriklan
seperti struktur pesan, daya tarik pesan, maupun eksekusi kreatif iklan, di mana
pesan iklan tidak lagi hanya sekedar memberi informasi mengenai produk atau
- 3 -
jasa yang ditawarkan, tetapi pesan juga diarahkan untuk mempersuasi khalayak
secara langsung maupun tidak langsung melalui pesan yang menghibur, baik
dalam segi gambar, suara, maupun musik.
Menurut Sumarwan (2003), sikap konsumen merupakan faktor penting
yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait
dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Kepercayaan
konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu
produk memiliki berbagai atribut dan manfaat dari atribut tersebut. Kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan
persepsi konsumen.
Sikap kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran.
Sebuah kampanye iklan dirancang untuk menaikkan penjualan dengan
meningkatkan sikap konsumen (Engel et all, 1994). Konsumen mendapatkan
pengetahuan serta kepercayaan terhadap produk melalui iklan produk tersebut.
Dengan adanya iklan, konsumen dapat merespon suatu iklan dengan sikap dan
persepsi yang berbeda-beda.
Pembelian suatu merek susu tertentu merupakan salah satu bentuk perilaku
manusia, yang dalam teorinya dikenal sebagai perilaku konsumen. Menurut Olson
(1999), salah satu konsep penting dalam studi perilaku konsumen adalah sikap
konsumen. Sikap konsumen akan menentukan perilaku pembeliannya, sehingga
untuk mempengaruhi perilaku ini, dilakukan terlebih dahulu pengaruh kepada
sikapnya. Sikap merupakan ekspresi yang menunjukkan apakah seseorang
menginginkan atau tidak terhadap suatu obyek, seperti produk, kategori produk,
dan merek (Schiffman dan Kanuk, 1994). Sikap seorang ibu terhadap suatu merek
- 4 -
susu tertentu terbentuk dari pengalaman langsung sang ibu terhadap produk susu,
informasi yang diperoleh dari orang lain, dan pengenalan melalui media massa
(iklan). Sikap yang positif terhadap suatu merek susu tertentu dapat mendorong
sang ibu untuk melakukan pembelian. Perilaku pembelian suatu merek susu
tertentu juga berawal dari persepsi konsumen terhadap susu. Persepsi dapat
dipengaruhi oleh rangsangan primer dan sekunder, dimana rangsangan primer
berasal dari produk susu itu sendiri dan rangsangan sekunder ditimbulkan oleh
informasi tentang susu.
Susu menjadi salah satu nutrisi penting bagi tumbuh kembang anak.
Namun, perlu diwaspadai ketika kandungan yang terdapat di dalamnya justru
mengancam kesehatan. Manisnya susu telah menjadi kesukaan anak-anak. Dan
yang kemudian perlu diwaspadai adalah dampak di balik rasa yang manis ini,
yaitu jika berlebihan, hal tersebut dapat membahayakan kesehatan sang buah hati.
Berdasarkan ketentuan WHO (2003), asupan gula tambahan yang
direkomendasikan disarankan tidak melebihi 10% dari total energi yang
dikonsumsi, untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Angka ini
memberikan informasi bahwa jika dikonversikan ke Angka Kecukupan Gizi
(AKG) Indonesia tahun 2004, maka untuk anak usia 1-3 tahun tidak disarankan
mengkonsumsi lebih dari 25g gula tambahan per hari (setara 5 sendok teh atau
setara dengan 100 kkal) dan usia 4-6 tahun tidak melebihi 38g gula tambahan per
hari (setara 8 sendok teh atau setara dengan 150 kkal).
Anak-anak sangat menyukai rasa manis, yang dipenuhi lewat asupan
makanan sehari-hari, di mana kandungan rasa manis yang dikonsumsi anak-anak
umumnya berasal dari asupan susu yang diminum secara rutin setiap hari. Rasa
- 5 -
manis yang terkandung di dalam susu merupakan komponen gula. Konsumsi gula
yang berlebihan pada anak akan memicu terjadinya obesitas. Apabila obesitas
tersebut dibiarkan, maka tubuh anak akan terancam penyakit diabetes. Oleh
karena itu, demi menjaga kesehatan anak-anak, produk susu yang mengandung
pemanis tambahan perlu dibatasi pengkonsumsiannya.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), permasalahan
gizi merupakan fenomena yang dapat menjadi ancaman serius, karena fenomena
tersebut terjadi di berbagai strata sosial, ekonomi, dan pendidikan, terjadi di kota
maupun desa-desa, dan lain sebagainya. Hal ini diketahui melalui hasil Riset
Kesehatan Dasar (2010), bahwa 14% anak usia balita (bawah lima tahun)
mengalami gizi lebih, di mana besarannya hampir sama dengan balita kurus. Pada
kelompok usia di atas 15 tahun, prevalensi obesitas telah mencapai 19%. Analisis
lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi balita gizi
lebih pada keluarga yang termiskin (13,7%) dengan keluarga terkaya (14%). Hal
ini dikemukakan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.
PH, pada puncak peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) di Jakarta. (Disampaikan
pada pidato Menteri Kesehatan dalam Hari Gizi Nasional 25 Januari 2011).
Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah-masalah gizi
kurang, terutama yang kronis dan akut pada beberapa kelompok masyarakat. Di
sisi lain, Bangsa Indonesia juga harus segera memerangi masalah gizi lebih
sebagai salah satu faktor resiko utama penyakit degeneratif. Menurut Menkes,
permasalahan gizi dan kesehatan telah bergeser, gaya hidup telah berubah, kondisi
lingkungan juga berubah. Oleh karena itu, sudah saatnya melakukan penyesuaian
seiring dengan perubahan yang telah terjadi. Apabila gizi seimbang dapat
- 6 -
diterapkan oleh seluruh masyarakat, maka masalah gizi kurang dapat dihindari
dan masalah gizi lebih dapat dicegah.
Anak-anak membutuhkan makanan yang diperlukan sebagi tenaga,
pertumbuhan fisik yang sempurna, dan pekembangan mental. Anjuran piramida
gizi untuk memenuhi gizi seimbang (terutama bagi anak usia 2-10 tahun) adalah
makanan yang bersumber dari buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran, daging dan
protein, susu dan minyak, serta gula dan garam dalam kadar yang tepat dan
seimbang. Namun saat ini, anak-anak lebih gemar mengkonsumsi makanan
dengan kadar gula dan lemak tinggi, seperti es krim, coklat, permen, burger, roti
krim, biskuit, minuman berkarbonat, dan lain sebagainya. Anak-anak ini
sebaiknya lebih banyak diberi makanan yang mengandung sumber gula primer
seperti laktosa, glukosa, dan fruktosa yang umumnya terkandung di dalam susu
segar, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Namum kesadaran orang tua masih
rendah sehingga membiarkan anaknya menikmati makanan yang mengandung
gula tambahan, seperti sirup jagung solid, sukrosa, dan sirup glukosa solid dalam
kadar tinggi.
Dampak dari kelebihan gula tambahan ini tidak saja menyebabkan
kelebihan berat badan pada anak, tetapi juga menyebabkan anak mengalami
kerusakan gizi, kekurangan nutrien, dan bahkan dapat menyebabkan penyakit
kronis seperti gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, diabetes melitus,
hypertensi, dyslipidemia, steatisis hepatic, gangguan gastrointestinal, dan
obstruksi pernafasan pada waktu tidur. Gangguan psikososial menjadi masalah
pada anak yang mengalami obesitas. Pengaruh hormon leptin dan aktivitas fisik
- 7 -
yang rendah merupakan faktor pendukung terjadinya obesitas selain faktor asupan
makanan (Atmarita, et. al. 2009)
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Sekartini Rini, Tati Bardosono,
Dian Novita dan Tjhin Wiguna dari Medical Research Unit Fakultas Kedokteran
Indonesia (2011) terhadap 100 anak usia 3-6 tahun di Jakarta, menyatakan bahwa
20% anak mengalami obesitas di TK dan 17,1% di PAUD. Angka pravelensi
anak-anak usia dini yang mengalami kegemukan dan obesitas ini lebih tinggi dari
hasil penelitian RISKESDAS (2007), yaitu bahwa sebesar 12,2% (anak di bawah
usia 5 tahun) dan RISKESDAS (2010), yaitu sebesar 14% (19,6% untuk wilayah
Jakarta). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa asupan gula
harian (sukrosa, glukosa, fruktosa, dan laktosa) memberikan kontribusi lebih dari
10% terhadap total kalori. Asupan gula terbanyak adalah sukrosa 49,45 (11,10 –
136,90) gram, di mana gula tersebut berasal dari konsumsi susu. Asupan gula
tambahan yang melebihi 10% terhadap total kalori tersebut telah melebihi ambang
batas yang direkomendasikan WHO. Oleh karena itu, orang tua harus
memperhatikan dan mewaspadai asupan gula tambahan pada anak agar tidak
berlebihan. Selain itu, orang tua juga harus mempelajari nilai gizi setiap makanan
dan minuman yang diberikan kepada anak, walaupun makanan dan minuman yang
dinilai sehat sekalipun.
Memilih susu bagi anak tidak boleh dipandang sebelah mata. Peran orang
tua sangatlah penting saat memutuskan asupan yang terbaik untuk anak. Apalagi
saat ini di pasaran tersedia berbagai produk susu dengan kandungan yang
beragam. Apabila tidak menyadari dan memahami informasi terkait nutrisi atau
- 8 -
nilai gizi di dalamnya, susu yang awalnya bermanfaat bagi kesehatan malah dapat
memberikan dampak negatif pada kesehatan anak.
Susu dianggap sebagai makanan alami paling sempurna, karena susu
mengandung hampir semua zat esensial untuk nutrisi manusia. Susu merupakan
komoditas yang telah menjadi standar hidup yang layak. Permintaan terhadap susu
setiap saat terus meningkat dan berkembang (AC Nielsen, 2009). Perkembangan
ini tentunya merupakan implikasi dari semakin baiknya kondisi perekonomian
Bangsa Indonesia dan tentunya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Susu bubuk merupakan jenis susu yang paling banyak dikonsumsi karena
kemudahan dalam proses penyajian, secara fisik terdapat penambahan unsur-unsur
gizi yang dibutuhkan, serta mempunyai daya tahan yang relatif tinggi, sehingga
menjamin proses distribusi sejauh mungkin. Industri susu bubuk mengklasifikasi
pasarnya menjadi tujuh segmen berdasarkan usia pemakainya, di mana hampir
semua segmen pasarnya mengalami peningkatan (AC Nielsen, 2009). Dengan
pasar yang terbagi menjadi golongan yang lebih kecil menyebabkan produsen-
produsen susu berusaha lebih fokus dalam pengembangan produknya, sehingga
setiap produsen pada akhirnya bersaing di dalam lingkaran batasan konsumen
yang jelas.
“Susu pertumbuhan” adalah salah satu produk susu yang dikembangkan
dan diperuntukkan bagi anak usia balita. Produk ini dikembangkan karena adanya
perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan pola hidup masyarakat, di
mana saat ini telah banyak para ibu yang memiliki aktivitas atau pekerjaan yang
jauh di luar rumah. Namun demikian, sesungguhnya produk tersebut juga
- 9 -
diciptakan dalam rangka memberikan makanan tambahan pada balita
(Vidjongtius, 2003 dalam Sudarmadi, 2003).
Menurut Codex Standard for Sugars (1999), gula adalah salah satu bentuk
karbohidrat yang sangat sederhana, baik gula alami maupun gula tambahan. Gula
alami adalah gula yang terdapat secara alami dalam makanan yang belum
diproses, seperti susu yang mengandung laktosa, serta buah-buahan, sayuran, dan
madu yang mengandung glukosa dan fruktosa, sedangkan gula tambahan adalah
gula yang ditambahkan pada makanan dan minuman, baik pada saat proses
produksi, pemasakan, dan persiapan makanan, ataupun gula yang ditambahkan ke
dalam makanan oleh konsumen. Gula tambahan dapat berupa glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, glukosa sirup, maltosa sirup, corn syrup, fruktosa sirup, dan
maltodekstrin. Adapun fungsi gula adalah sebagai pemanis, sebagai filler
(pengisi), untuk memperoleh kalori yang lebih besar, dan sebagai pengawet.
Pada umumnya, industri susu menambahkan gula sebagai pengisi dengan
tujuan untuk menghilangkan sebagian lemak dari makanan (untuk memperoleh
makanan yang rendah lemak). Penambahan gula sebagai pengisi ini juga bertujuan
untuk meningkatkan rasa makanan. Selain itu, produsen susu juga menghilangkan
protein alami dari makanan, kemudian menambahkan gula sebagai alternatif yang
lebih murah, yang pada akhirnya mengurangi nilai gizi makanan.
Jumlah kandungan gula tambahan di dalam susu pertumbuhan jika
berlebihan akan menimbulkan akibat yang sangat buruk bagi perkembangan anak,
apalagi dengan aktivitas fisik yang rendah (Subarja, et.al 2000). Produsen susu
biasanya menggunakan gula tambahan ini sebagai filler untuk mengurangi cost
produk, karena saat ini dairy ingredient selalu mengalami peningkatan harga.
- 10 -
Menurut pendapat Dr. dr. Rini Sekartini, Sp A(K), orang tua harus
mewaspadai asupan gula tambahan pada susu pertumbuhan yang dikonsumsi
anaknya agar tidak berlebihan, dimana konsumsi harian anak untuk usia 1-3 tahun
terbanyak berasal dari susu. Berdasarkan hasil penelitian, di dalam 3 gelas susu
anak yang biasa diminum rutin dalam satu harinya terkandung hingga 12 sendok
teh gula tambahan, dimana batas ini sudah melebihi ambang batas gula tambahan
yang diatur dalam WHO. Maka diciptakanlah inovasi baru dari Anmum Essential
dengan memperkenalkan penyempurnaan formulasi terbaru Anmum Essential
Tanpa Gula Tambahan, yang merupakan salah satu solusi tentang bahaya gula
tambahan berlebih pada susu pertumbuhan dan merupakan inovasi pertama di
Indonesia untuk kategori susu pertumbuhan.
PT Fonterra Brands Indonesia merupakan salah satu produsen susu di
Indonesia yang memperoleh kesempatan untuk melakukan inovasi ini. Gula dalam
formula susu yang didesain hanya mengandung laktosa, di mana laktosa
merupakan gula yang secara alami terdapat di dalam susu. Formula susu ini
didesain tanpa mengurangi bahan-bahan bergizi yang dibutuhkan anak sehingga
produk susu menjadi lebih bermanfaat. Dan ini merupakan inovasi pertama di
Indonesia untuk kategori susu pertumbuhan.
Berdasarkan informasi tersebut di atas, maka sikap ibu terhadap iklan susu
pertumbuhan tanpa gula tambahan merupakan hal yang sangat penting untuk
diteliti, terutama hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan para ibu dalam
memilih produk susu pertumbuhan. Analisis terhadap sikap dan persepsi akan
iklan tersebut dapat memberikan informasi kepada produsen susu untuk
merancang strategi pemasaran produk susunya. Terutama dalam melakukan
- 11 -
advertising (iklan), serta promosi dan strategi untuk memberikan komunikasi
yang tepat dan efektif dalam meningkatkan penerimaan para ibu terhadap produk
produk baru susu pertumbuhan tanpa gula tambahan.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini berawal dari keprihatinan rendahnya
pengetahuan Ibu tentang bahaya gula tambahan berlebih terhadap kesehatan anak.
Atas alasan ini, PT Fonterra Brands Indonesia ingin mencoba membangun sikap
konsumen yang positif terhadap inovasi baru “Anmum Essential Tanpa Gula
Tambahan” melalui iklan televisi. Pesan yang ingin disampaikan dalam Iklan
Televisi ini adalah sebuah himbauan untuk mencermati asupan gula tambahan
berlebih pada susu anak, mengingat susu pertumbuhan yang beredar saat ini
mengandung gula tambahan berlebih.
Dengan diperkenalkannya produk baru ini melalui iklan televisi, maka
semakin menambah marak pasar susu pertumbuhan yang ada di Indonesia,
akibatnya persaingan ketat dalam kategori ini pun tidak dapat dihindari. Hal ini
menjadi menarik untuk diketahui apakah inovasi yang telah dilakukan sudah
memberikan solusi bagi Ibu tentang bahaya gula tambahan berlebih, dan apakah
hal ini akan mempengaruhi Ibu sebagai pengambil keputusan dalam membentuk
niat membeli.
Dari penjelasan di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sikap Ibu terhadap kelebihan gula tambahan dalam susu
pertumbuhan ?
- 12 -
2. Bagaimana kesadaran Ibu dan tingkat pengetahuan Ibu tentang bahaya atau
akibat kelebihan gula tambahan terhadap kesehatan anak ?
3. Bagaimana sikap Ibu terhadap iklan televisi “Susu Pertumbuhan Anmum
Essential Tanpa Gula Tambahan” yang telah ditayangkan ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi niat membeli Ibu terhadap susu
pertumbuhan tanpa gula tambahan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa pertanyaan penelitian di atas, maka ditetapkan
tujuan penelitian ini, sebagai berikut :
1. Menganalisis sikap Ibu terhadap kelebihan gula tambahan dalam susu
pertumbuhan
2. Menganalisis kesadaran Ibu dan tingkat pengetahuan Ibu tentang bahaya
atau akibat kelebihan gula tambahan terhadap kesehatan anak
3. Menganalisis sikap Ibu terhadap iklan televisi “Susu Pertumbuhan Anmum
Essential Tanpa Gula Tambahan” yang telah ditayangkan
4. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi niat membeli Ibu terhadap susu
pertumbuhan tanpa gula tambahan
- 13 -
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Manajemen PT Fonterra Brands Indonesia, dalam menyusun strategi untuk
membangun sikap konsumen yang positif terhadap inovasi baru “Anmum
Essential Tanpa Gula Tambahan” melalui iklan televisi..
2. Institusi pendidikan, khususnya sebagai bahan pustaka dan sebagai
pembanding dalam penelitian sikap terhadap iklan televisi.
3. Penulis, sebagai proses pembelajaran dan aplikasi teori yang diperoleh selama
kuliah. Penulis juga berharap penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan,
wawasan dan pengalaman praktis dalam bidang manajemen pemasaran.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Jakarta. Responden yang menjadi
sumber informasi adalah para Ibu yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan
untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Kajian penelitian difokuskan pada
produk susu pertumbuhan tanpa gula tambahan yang iklannya ditayangkan di
televisi, yang mencakup add test berupa TVC dari komunikasi “Susu
Pertumbuhan Tanpa Gula Tambahan”.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB