karyailmiah.sttjakarta.ac.idkaryailmiah.sttjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Prosiding... ·...

20
=J'*'i= =l' =-==et*-::$ F€€==s*=€g * r= :€- €'

Transcript of karyailmiah.sttjakarta.ac.idkaryailmiah.sttjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/Prosiding... ·...

€ =J'*'i= =l'=-==et*-::$F€€==s*=€g

*r=:€-€'

PNO$IIIM$IIIffi II{$IITIIT:

f,A$ITII(TIIN fifiil I,ITIINffI ff[fi[Jfi

PERSETIA bekeriasama dengan STT Abdi Sabda

ulnm

WPERSET] STTAbdi Sabda Medan

fakarta20L5

Prosiding Studi Institut :

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREJASTTAbdi Sabda Medan, 22'25 April,Z0l4

ISBN: 978-97 9 -3L30 -L6-3

EditorrYusak Soleiman, Ph.D

H. Ongirwalu, M.ThDanang Kurniawan, S.Si

Tataletak dan SampulDanang Kurniawan, S.Si

Sampul: Bangunan Gereja Protestan Batavia [Nieuwe Hollandse

Kerk). Gereja.ini lokasinya kini berada di Museum

Wayang [berdekatan dengan Balai Kota Jakarta).

PERSETIAPerhimpunan Sekolah-sekolah Teologi di Indonesia

Association of Theological Schools in Indonesia

]1. Proklamasi 2T,Jakarla 10320, IndonesiaTel/Fax. + 62 (0)2 1.39 15 089 Web : wwwpersetia.com

Email: [email protected], persetia@ gmail.com

Itil?flPfiilflfiilTfin

ffehadiran gereja selalu mengambil tempat dalam ruang [space)

fl aan waktu (time). Kontekstualitas gereja senantiasa ditentukanlfoleh kehadiran di dalam ruang dan waktu tersebut' Dalam studiteologi di sekolah-sekolah teologi kehadiran ruang atau gedung

gereia seringkali terabaikan. Rekan-rekan kita para arsiteh arkeo-log, bahkan ahli tata-kota dapat membantu kita memahami dengan

lebih baik makna dan fungsi kehadiran ruang/gedung gereia di

dalam ruang yang lebih luas.

Studi Institut kali ini merupakan percakapan awal darisebuah percakapan panjang interdisiplin yang perlu dilakukanpara teolog dengan rekan-rekan dari berbagai ilmu lainnya. Kali

ini rekan-rekan dari disiplin arsitektur dan ahli cagar budaya me-

nolong kita untuk mendapatkan perspektif mengenai bangunangedung gereja. Tinjauan dari segi historis dan liturgis memperkaya

ut

peserta dan pembaca prosiding untuk melihat warisan sekaligustoggak peradaban yang ditandai dengan berbagai bangunan dann r ang-ruang kehadiran gereja,

Memang ketika kita kanakkanah kita menyanyikan bahwagereja bukanlah gedungnya, melainkan orangnya [atau lebih tepatpersekutuannya), lt{amun ketika kita semakin dewasa kita semakinmeyadarl kepentingan adanya ruang atau bangunan yang dapatmemberlkan berbagai makna baik untuk komunitas sendiri, mau-pun komunltas yang lebih luas.

jakarta,2015

Yusak Soleiman, Ph.D

MMMPfiilITMP[Mlffifiilfl

oras dan Selamat datang kepada peserta Studi Institut PERSE-

TIA'Arsitektur dan Liturgi Gereja" di STT Abdi Sabda Medan

dan di Retreat Center GBKB pada tanggal22-25 April 2014 diSibolangit Sumatera Utara. Dengan semangat Paskah yang barukita rayakan, biarlah kita dituntun Roh Kudus sehingga kita semua

penuh dengan sukacita dan penuh semangat mengikuti, serta

berbagi pengetahuan dan pengalaman, khususnya tentang arsitek-

tur dan liturgi gereja. Sehingga pertemuan ini benar-benar dapat

merumuskan pokok-pokok pikiran tentang arsitektur gereja dan

liturginya untuk dapat diimplementasikan baik dalam kurikulum

teologi maupun dalam pelayanan gereja kita masing-masing.

Mu'upirkarr l<r.lrrtnggaatn tersendiri bagi kami STT Abdi Sabda kare-

n;r rlipcrcityit urttuk menjadi host dalam kegiatan nasional ini, kami

lrcrupaya scbaik mungkin melayani bapa/ibu/sdra/i, dan kami me-

ruyirtlari ahan l<eterbatasan yang ada di sana sini, kekurangan dalam

llcnyambutan kami, kiranya dapat dimaklumi.

Dalam buku panduan [selanjutnya termuat da]am prosiding) ini

kami melampirkan tujuan dari Studi Institut, jadwal kegiatan dan

tata ibadah yang digunakan selama pertemuan ini,

Akhirnya dengan pertemuan kita selama empat hari ini, di samping

kita akan lebih mengenal dan berbagi informasi satu sama lain, kita

juga akan diteguhkan bahwa Tuhan Yesus menghadiri dan men-

guatkan kita semua. "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul

dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat.

1B:20)

Medan, 21 April2014Ketua Pelaksana,Pdt. Dr. Johnriahman Sipayung

[*[T*n III

JUDUT

KATA PENGANTAR

SALAM PANITIA PELAKSANA

KERANGKAACUAN STUDI INSTITUT PERSETIA:

JADWAT ACARA STUDI INSTITUT PERSETIA

I

ii

v

xi

xvi

RUMAHKEMBALibadatJ

PERJALANANARSIT

Nadia Purwestri, ST:

EKTUR GEREJA DI INDONESIA -Pusat Dokumentasi Arsitektur

0 - 600 Pra Sejarah

600 - 1200 Masa Hindu dan Budha

12A0 - 1600 Masa Islam

1200 - 1600 Pengaruh Kebudayaan Cina

1600 - 1945 Masa Kolonial

1945 * 1970 Pasca Kemerdekaan

1974 * 1990 Masa Pembangunan Indonesia

(Regionalisme; Keterakaran dan LokalitasJ

IBADAT YANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUNI (Yohanes 2: L3-22 dan refleksi sejarah rumah

13

14

76

17

79

27

5t

43

vll

DBlAlt{ ARfITEKTUR GERETA MASA KINI - DIPL.-lng HanAwal,lAl

Powort l,olnt

DOKUMENTASI DAN PEMUGAMN BANGUNAN CAGARBUDAYA - Febriyanti Suryaningsih, ST. - Pusat DokumentasiArsltsktur

l, Pelestarlan Cagar Budaya

ll. Dokumentasi Cagar Budaya

lll. Pemugaran

ARSITEKTUR GHREIA DI INDONESIAT antara Universal danLokalitas - Bambang Eryudhawan

Power Point

Rumah Adat dan Arsitel<tur Gereja Sumba

TEMPAT, RUANGAIAU GIDUNG IBADAT?

[tinjauan sejarah dalam The Cambridge History of Christianity(200& 9 volume) dan pengamatan di Indonesia) - Pdt. YusakSoleiman, Ph,D

Gedung ibadat dalam tradisi Kekristenan Timur dan Barat

Bangunan rumah ibadat pada abad-abad pertengahan (diBaratJ

Bangunan rumah ibadat pada masa modern perdana

fberbarengan dengan masa ekspansi Kekristenan Barat keAsia, Afrika, dan Amerika)

47

5B ARSITEKTUR GEREJA DAN

Apakah ada'teologi gereja'?

LITURGI - A. Heuken SJ_ rsr137

7t

7t

77

82

Sejarah singkat arsitektur gereja

Apa yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu gereja

Kekhasan gereia Katolik dan Protestan

GEREIA SEBAGAI TEMPAT BERIBADAH

Ester Pudjo Widiasih, Ph. D,

Dasar teologis dan historis arsitektur gereja

Prinsip-prinsip liturgis gedung gereja

Pusat liturgis ruang ibadah

Devosi, pendidikan, dan misi gereja

133

746

152

153

L54

L62

\72

175

DISKURSUS

Kelompok 1

Kelompok 2

DALAM KELOMPOK

t77

t82

DAFTARPESERTA Taz

Pekerjaan rumah pada abad XX dan XXI

Beberapa pertanyaan reflektif: kontinuitas, orisinalitas, dan

113

724

725kreativitas

rrlll

RUMAH IBADAT YANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI

3. Kekhasan gereia Katolik dan protestan

M. Luther menerima banyak gereja Katolik dan tidakmengubah mereka; demikian pula cereja Anglikan. Di daerah umat.umat Kalvinis patung, altar dan segala hiasan dirusak dan dibuang,gereja tampak sederhana.

Kekhssan interior Katolik dan Protestsn

AI{SITEKTUR DAN LITURGI GEREIA

ffiMJil ffiflilffilI TfiffiPf,I [fiil[f,[TllEster Pudjo Widiasih, ph. D.

Pendahuluan

alah satu bentuk identifikasi sebuah agama adalah tempatibadah, yang dapat berupa sebuah gedung buatan manusia

V atau sebuah tempat di alam terbuka yang dianggap keramagl<arena biasanya tempat beribadah mempunyai simbol khusus yangdihubungkan dengan sebuah agama. pada umumnya masyarakat

'kan mengetahui sebuah gedung adarah tempat beribadah umat

Muslim apabila terrihat kubah dan/atau bedug, sedangkan tempatberibadah umat Kristen teridentifikasi merarui sarib dan/ataurnenara Ionceng. Simbol tertentu yang ada pada sebuah tempatibadah seringkali memang terhubung dengan teologi yang kuatrnewarnai sebuah agama. Salib, misalnya, merupakan salah satuwujud nyata yang merefleksikan soteriologi kekristenan. Selain

Katolik

Altar*, Tabernakel, Lampuabadi

Wadah baptis, dekat pintu ma-suk atau altar

Organ di balkon di belakang

Kamar pengakuan dosa

Gambar Jalan SalibBangku khusus untuk petugasliturgi (lektor, dirigen, pengum-pul kolek1e... ) di ruang imanBangku untuk duduk dan berlu-tut

Protestan

Mimbar - Meja PerjamuanSuci dari kayu dekat mimWadah baptis di sampingaltar

Organ biasanya di muka

Bangku untuk penatua De.wan Gereja mimbar dekatmimbar

Bangku untuk duduk sajaatau kursi-kursi

Altar sebaiknya dari batu dengan relikui beberapa martir didalamnya. Kebiasaan ini berasal dari masa Ekaiisti dirayakandalam katakombe, tempat pemakaman orang martir.

153

RUMAH IBADAT YANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 1

[tu, simbol penanda sebuah agama seringkali berfungsi dalam

praktik ibadah atau tempat untuk melaksanakan ritual khusus

sebuah agama. Gedung tempat beribadah tentunya berfungsi secara

khusus sebagai situs umat untuk berhubungan dengan Sang llahi.

Sebuah gua atau gunung tertentu yang dipercaya sebagai tempat

berdiamnya Sang Ilahi menjadi ruang suci untuk melaksanakan

ritual suci. Bedug {bahkan pengeras suara di masjidJ dan lonceng

berfungsi secara langsung untuk memanggil umat beribadah dan

menandai dimulainya sebuah peristiwa perjumpaan manusia

dengan Sang Khalik. Singkatnya, penampakan sebuah tempat

ibadah dengan atribut sirnbolisnya berfungsi tidak hanya sebagai

identifikasi sebuah agama, namun juga memungkinkan teriadinya

peribadahan berlangsung dan terlibat dalam proses peribadahan

tersebut. Atas dasar inilah, dalam makalah ini sa5,a akan memb

hubungan antara arsirektur gereia dengan praktik beribadah

Kristen.

Dasar teologis dan historis arsitektur gereia

Kekristenan, sama seperti Yudaisme, dari mana agama

Kristen berasal, memercayai Allah yang menyatakan diri dalam

ruang dan waktu khusus kepada manusia. Penyelamatan Allah

pun terjadi melalui peristiwa-peristiwa khusus dalam seiarah

dunia ini. Alkitab mencatat penyelamatan hangsa Israel terjadi

dalam seiarah penjaiahan yang dilakukan oleh Firaun, Perayaan

Paskah bangsa Israel memperingati peristiwa Allah yang men

umat-Nya membebaskan diri dari jajahan di tanah Mesir menuju

tanah terianji, Kanaan. Dalam Perjanjian Lama kita juga sering

ARSITEKTURDAN LITURGI GEREIA I55rnenjadikan tempat tersebut dikhususkan dan kemudian dianggapl<udus. Peristiwa Yakub bertemu langsung dengan Alrah, misarnya,dinarnai Betel [Rumah Allah], supaya umat Allah tetap mengingatlleristiwa penting tersebut. Dengan demikian, sebuah tempatmenjadi penting dan disebut suci karena ada peristiwa khusus,yaitu perjumpaan Allah dengan umat-Nya. Alkitab selanjutnya jugamemaparkan keinginan Allah agar umat_Nya membangun suatuhangunan tertentu yang menandai kehadiran_Nya bersama dengantumat-Nya. Pada waktu bangsa Israel masih berkelana di padanggurun, bangunan khusus tersebut adalah sebuah kemah yangrnenaungi rabut Perjanjian. seterah bangsa Israel menetap, merekarnembangun sebuah Bait Suci yang megah dan bersifat permanen.l)alam Bait Suci tersebut peribadahan diwujudkan denganpersembahan kurban bakaran.

Titik kulminasi penyelamatan Allah adalah Allahherinkarnasi dalam diri yesus Kristus. Di dalam yesus darihlazaret, Allah tidak hanya berada di awang-awang, tetapi berdiamrli sebuah wilayah khusus di atas bumi dan berinteraksi secarala,gsung dengan manusia. peristiwa inkarnasi menjadi dasar daripcmahaman teologis Allah yang imanen, yang bersama dengannranusia, dan selanjutnya mendasari juga penghargaan atas ruang,w;rktu, dan budaya, sebab Allah memakai cara manusiawi untuktnenyatakan diri-Nya. Oleh karena itu, dalam sepanjang sejarahkcl<ristenan pernyataan diri Allah dan hubungan antara Allahtlan manusia banyak diungkapkan dengan berbagai bentuk karyaIrudaya, khususnya seni, termasuk di antaranya seni arsitektur.$rbagai produk budaya yang bersinggungan dengan keagamaan,iu'sitektur gereja bukan hanya sekedar gedung untuk bernaung,

Dalam sejarah kekristenan dapat dilihat arsitektur gerejadapati kisah penampakan diri Allah di suatu tempat tertentu,

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 156

merefleksikan pemahaman teologis dan tata cara beribadah

komunitas Kristen yang beribadah di dalamnya' selain ia juga

memperlihatkan tekhnik membangun dan ekspresi seni pada suatu

zaman.Pada abad-ab ad awal kekri stenan, ko munita s p engikut

Kristusberkumpulclirumah-rumahyangtelahdialih-fungsikanmeniadi tempat beribadah. Kesan yang didapatkan dari tata cara

jemaat perdana beribadah dan bentuk gedung di mana mereka

beribadah adalah suasana keintiman persekutuan' Umat awam

bersama dengan pelabat gereja menjadi pelaku utama ibadah'

Gereja rumah mernperlihatkan pemahaman teologis iemaat tentang

Allah yang berada di tengah-tengah persekutuan dan bertindak

sebagai nyonya/tuan rumah. Ketika kekristenan menjadi agama

resmi Kekaisaran Romawi, gedung publik pun digunakan sebagai

gereja yang memayungi ibadah yang mengadopsi kebesaran

Kaisar Romawi. Gedung gereja yang baru dibangun dengan megah'

sebagaimana l<emegahan bangunan publik pada waktu itu' bahkatt

melebihi gedung publik, karena gedung tersebut diperuntukkan

bagi Allah. lbadah yang sederhana mulai dipengaruhl oleh tata

ritual kenegaraan dan keagamaan Romawi' yang juga menampill<att

kemegahan dengan prosesi para pejabat gere,a' Allah digambarkrttt

sebagai sosok yang berkuasa melebihi Kaisar Roma' karena la

aclalah Raia Semesta. Seiring dengan perkembangan teologi yang

lebih menekankan sisi keilahian Yesus Kristus' seni visual pun

melukiskanYesuslebihseringsebagaiPantokratordanbukanlagi

sebagaiGembalasepertiikonografiabad-abadPerdana.Abad-alrlrrl

Pertengahan memperlihatkan gedung-gedung gereja' khususny;t

katedral dan gedung gereja monastic, yang sangat megah' dengitrt

struktur bangunan yang tinggi, kokoh, dan indah' seakan-akan

hendah memproklamirkan kekuasaan Allah yang tak terbatas drrrt

ARSITEKTUR DAN LITURGI GERE]A I.;/sumber segala keindahan. Melalui arsitektur gereja yang tinggi,,egah, dan indah, kesan teorogis yang hendak disarnpaikan adalahAllah yang transenden, yang bertindak sebagai penguasa semesta.

Reformasi mengubah penampilan gedung gereja, khususnyayang dibangun berdasarkan pengaruh yohanes calvin dan urrichZwingli' Kesederhanaan bentuk dasar dan ornamen gereja menjadikekhasan dari kelompok kekristenan ini. Dibandingkan dengankelompok calvinist, kerompok Lutheran lebih rela mempertahankankeindahan gerela yang sudah ada. Martin Luther bahkan menolakaksi penghancuran patung dan altaryang dilakul<an oleh rekanrefonnator lainnya. penekanan pada kehadiran Allah dalam.sabda dan kecurigaan pada ibadah Gereja Roma yang dianggaprnenyebarkan penyembahan berhala dengan adanya patung_patungnremicu terjadinya ikonoklasme di banyak tempat yang memelukl)rotestantisme. Di banyal< gereja protestan, bagian interior gereja1',un dicat putih dan jendela-jendela dibersihkan dari kaca patri,sehingga cahaya matahari dapat masul< ke dalam gedung clenganlcluasa untuk memudahkan orang yang beribadah rnembaca Arkitabrlengan lebih jelas. penekanan pada sabda juga n_renyebabkangedung gereja yang baru diatur seclemikian rupa sehingga orangtlapat mendengar khotbah dengan bail<. Muncullah gedung gerejayang menyerupai gedung pertemuan biasa, yang berpusat padarrrimba[ dengan balkon yang memungkinkan umat melihat dan,e'r-rdengarkan pengkhotbah dengan baik. umat lebih sering dudukrliam selama ibadah, kecuali saat bernyanyi bersama, di bangku_lr.rngku panjang yang solid.

Untuk m engekspresikan kehadiran Allah clalam pemberitaanlirrnan, terutama khotbah, dan otoritas yang diberikan kepadapcngkhotbah, mimbar dibangun dengan ukuran yang besa4 tinggi,

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 158

dan tak jarang diberi ukiran yang indah' Perubahan juga dapat

disaksikan dari peralatan sakramen baptisan dan perjamuan kudus

yang digunakan. Oleh karena baptisan bukan lagi meniadi ritual

priva! bejana baptisan dipindahkan ke ruang sekitar mimbal

supaya umat yang hadir dapat turut meniadi saksi diterimanya

seseorang ke dalam keluarga Allah' Akibatnya, beiana baptisan

menjadi semakin kecil dan portable' Peralatan periamuan

kudus menjadi }ebih sederhana, karena penoiakan atas ajaran

transubstansiasi dan atas pengurbanan Yesus Kristus kembali'

Altar yang indah dan kokoh meniadi sebuah meja sederhana' yang

di banyak gerela Protestan [Caivinist] dapat disingkirkan apabila

perjamuan kudus tidak dilayankan. Dari arsitektur gereja-gereia

Protestan, kita dapat melihat Allah yang hadir secara nyata dalam

firman-Nya di tengih-tengah umatyang treribadah' Akan tetapi'

apabilakitamemperhatikanteks-teksliturgissertaajaranparareformato6 khususnya Calvin, yang menekankan transendensi Allah

dan keberdosaan manusia serta parlisipasi a}<tif umatyang terbatas

pada menyanyi trersama, penataan ruang ibadah yang intim

tersebut tidak sepenuhnya menyatakan Allah yang imanen dalam

aktivitas peribadahan.

Romantisisme yang terjadi di Eropa dan dan Amerika Utara

menyebabkan gedung-gedung gereia yang dibangun pada abad

19 menyerupai arsitektur gotik pada Abad-abad Pertengahan'

Perkembangan ini dibarengi dengan kesukaan sebagian orang

dengan tata cara peribadahan Abad-abad Pertengahan' khususnya

di kalangan kelompok the Oxford Movement di gereja Anglikan'

KelompokinitidakhanyamenekankanAllahyanghadirmelalui

sabda, tetapi iuga melalui sakramen dan keindahan ritual' Allah I

ARSITEKTURDAN LITURGI GEREJA 159

yang berbentuk longitudinal yang megah dengan menara yangmenjulang tinggi, dan alunan rnusik dari Abad-abad pertengahan.Di lain pihak, munculgerakan Kebangunan Rohani, khususnyadi Amerika serikat. Ibadah-ibadah Kebangunan Rohani menarikperhatian banyak orang, sehingga rnembutuhkan sebuahruangan yang luas untuk menampung ratusan orang. Hal inimempengaruhi munculnya arsite}tur gereja yang menyerupaiauditorium dengan kursi-kursi yang disusun berjenjang dari bawahke atas. Ibadah trerpusatkan pada upaya untuk membangkitkanrasa penyesalan pada diri seseorang akan dosa_dosanya yangbermuara pada pertobatan. Gaya berkhotbah menjadi pentinguntuk mengrpayakan pertobatan tersebuf sehingga pengkhotbahtidak lagi berkhotbah di atas mimbar besat tetapi di ruang sekitarmimbar di depan umat. Mimbar ditinggikan seperti sebuahpanggung. Paduan suara memiliki peran yang penting untukmenyanyikan nyanyian emosional untuk menggiring orang padapertobatan. Oleh sebab itu, paduan suara dan organ pipa yangbesar biasanya ditempatkan di platform bertingkat yang tinggi dibelakang mimbar dan menghadap umat.

Ciri khas berikutnya adalah peran serta orang_orang yangprofesional di bidangnya masing-masing untuk mendukung ibadah,misalnya pemusi[ penyanyi, penata cahaya, dan penata suara. Theoxford Movement dan Gerakan Kebangunan Rohani memiliki sifatyang sama, yaitu mempraktikkan gaya ibadah yang menekankanperasaan [emosi], individualistih dan profesionalitas petugasibadah, yang menyebabkan peran umat dalam peribadahan kurang.umat cenderung menjadi penonton. Karakteristik ini terlihat darigedung gereja yang dibangun oleh kelompok Oxford Movementyang memiliki area mimbar dan meja perjamuan {chancel)yangyang transenden kembali terlihat melalui bangunan gedung gereJa

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI

panjang dan terpisah dari umat, serta arsitektur gereja kelompok

Kebangunan Rohani yang menyerupai gedung konser dengan

panggung dan area paduan suara yang luas.

Pada parohan kedua abad 20 berkembang the Liturgical

Movement (Gerakan Liturgis) yang mempromosikan pembaruan

ibadah yang berpusat pada ibadah sebagai hasil karya umat yang

dipersembahkan kepada Allah. umat diharapkan berpartisipasi

secara aktif dalam ibadah' Dengan kata lain, ibadah trukan

merupakan karya salah satu golongan saia, tetapi semua orang yan$

hadir. Lebih lanjut, ibadah dipahami sebagai alitivitas komunal yan$,

mewuiudnyatakan arti gereja sesungguhnya, yaitu persekutuan

orang.orangyangtelahdipanggilAllahuntukmenjalankanmisiAllah di dunia. Allah dipercaya hadir dalam ibadah dan men

diri-Nya melalui pemberitaan firman dan pelayanan sakramen,

serta dalam berbagai kegiatan ritual dan beragam ungkapan seni'

Pemahaman mendasar tentang ibadah ini pun diwujudkan rrr

dalam arsitektur gereja. Peter Hammond, seorang imam Gereja

Anglikan dari Inggris, yangjuga seorang dosen seiarah seni, l

menuliskan:

The church building is the house of the Church, in the biblicalsense of that word, the house of the people who are th

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREJA rc1,

Bagi Hammond, gereja pertama-tama adalah umatAllahyang merupakan bait Allah yang hidup. ]ika demikian, gedunggereia merupakan rumah umatAllah, yang bertemu di dalamnyasebagai sebuah persekutuan yang melakukan ibadah dan menerimasabda Tuhan di sekitar meja Tuhan. Gerakan Liturgis lebihcondong rnenamai gereja sebagai rumah umat yang bersekutuuntuk berliturgi kepada Allah, karena gereja bukanlah semata-mata rumah Allah, sebagaimana yang dipahami dengan pendiriangedung-gedung gereja yang sangat megah dan indah pada Abad_abad Pertengahan. Gerakan Liturgis menekankan pentingnya umatdapat berpartisipasi dalam ibadah secara akti{, penuh, dan sadar.Dengan demikian, fungsi gedung gereja sebagai tempat ibadah yangsederhana lebih ditekankan, ketimbang bangunan gedung yangmegah dan indah.

Gerakan Liturgis mengingatkan kita bahwa Gereja bukanrahsemata-mata gedungnya. Berbeda dengan kesaksian perjanjianLama yang menegaskan pentingnya Bait Suci sebagai tempatibadah utama bangsa Yahudi, perjanjian Baru justru menekankanbahwa Yesus Kristus-]ah Bait suci yang sejati [yoh z:L3-22).TuhanYesus Kristus juga mengajarkan bahwa menyembah Allah tidakdibatasi oleh tempat tertentu, tetapi dapat dilakukan dalam roh dankebenaran {Yoh 4:22-24J. perjanjian Baru bahkan menyebutkanbahwa umat beriman adalah baitAllah dan Roh Kudus diam clidalam diri dan persekutuan umat berirnan. Dengan kata lain,gereja, yang merupakan persekutuan umat Allah, adalah BaitAltah' Hal ini dimungkinkan karena dalam gereja yesus Kristus,melalui Roh Kudus, berdiam, dan karena gereja dibangun atasdasar batu penjuru, yaitu yesus Krisrus sendiri (Et Z:19_ZZ), Olehkarena gedung gereja menjadi tempat berkumpulnya umat Allah

the temple of the living God, the habitation of the Spirit; a

spiritual house built of living stones' It has no meaning apart

from the community which it serves' It is and foremost a

building in which tlie people of God meet todo certain"thingslto perdrm the varioui communal activities-known colle-ctivelyur iiturgy, or public service. This is what a church is for:' lt isa building for corporate worship; above all, a room for the

Eucharisiic assembly. Reduced to its bare essentials, it is a

building to house a congregation gathered round an altar.

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 1

dan tempat periumpaan Allah dengan umat-Nya, ia meniadi

penting untuk diperhatikan. Wuiud gedung gereja memperlihatkan

identitas urnat, pemahaman teologis umat tentang Allah, bahkan

.,wajah Allah," selain ia juga memfasilitasi kegiatan peribadahan

serta aktivitas misi persekutuan umat Allah tersebut. Di bawah ini

akan dibahasa secara khusus prinsip-prinsip liturgi bagi arsitektur

gereja.

Prinsip-prinsip liturgis gedung gereia

Seorang pakar ilmu liturgi, |ames'White, menyatakan,

"Church architecture not only reflects the ways Christians worship

but also shapes worship oll not uncommonly, misshapes it." secara

tidak sadar sebenarnya bagaimana kita beribadah ditentukan oleh

gedung gereia. Misalnya, prosesi memerlukan sebuah ruang yang

cukup luas. oleh karena itu, prosesi akan sulit dilakukan dalam

sebuah gedung gereia yang merupakan sebuah ruko yang tidak

begitu luas, yang menyebabkan ibadah di ruko tidak menggunakan

prosesi. Penggunaan drum set sebenarnya tidak cocok digunakan

untuk mengiringi nyanyian jemaat di sebuah gedung gereja yang

bergema. Apabila drum tetap digunakan, harus ada upaya mere

suaranya sehingga tidak terlalu bergaung.

Keadaan akustik ruangan mempengaruhi pemilihan ienis

nyanyian dan alat musik yang digunakan. Kedua contoh tersebut

menunjukkan bagaimana keadaan gedung menentukan apa

yang dapat atau tidak dapat dilakukan dalam ibadah, bahkan

menentukan bentuk dan gaya liturgi kita. Namun, selain itu, gedu

gereja juga dapat memperlihatkan arti ibadah bagi umat yang ada

di dalamnya. Sebuah gedung gereja yang sangat megah dengan

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREIA rc3ornamen interior yang berwarna keemasan dan dibangun denganbiaya yang cukup banya[ misalnya, merefleksikan ibadah sebagaiperayaan kemenangan. Akan surit berkhotbah tentang hidup dalamkesederhanaan di dalam gereja seperti ini. Atau, arti imamat amorang percaya tidak akan terlihat di gereja yang memiliki areamimbar/meja perjamuan yang panjang dan terpisah dari tempatduduk umat, bahkan kedua area tersebut dipisahkan oleh pagar.Dengan demikian, arsitektur gerej a sepatutnya memperhatikanmakna ibadah dan cara jemaat setempat beribadah, sehinggagedung gereja dapat memfasilitasi dan merefleksikan riturgi jemaattersebut. Saya akan memaparkan prinsip_prinsip liturgis yangmenentukan pengaturan ruang gedung gereja, berdasarkan apayang terjadi dalam ibadah.

1'. Liturgi merupakan sebuah persekutuan umatAlahdan perjumpaan sesama umat

Ibadah kristiani selalu bersifat komunal. Memang benalkehidupan seorang Kristen sebenarnya merupakan ibadah yangnyata' Ir{amun, ketika kita berbicara mengenai ibadah sebagaisebuah aksi ritual, ibadah tersebut dapat terserenggara apabila adabeberapa atau banyak orang yang berkumpul, Hal ini tergambardalam istilah titurgi. Liturgi berasar dari kata raos [bangsa atauorang banyak] dan ergon (pekerjaan]. Secara etimologis, liturgiberarti pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, Jadi, lirurgimerupakan aksi peribadahan atau membaktian diri umatAllahkepada Allah, yang bersekutu sebagai respons dari panggilanAllah yang menyelamatkan. Ibadah atau liturgi kristiani bukanlahtindakan devosi personar. Oreh sebab itu, ruang ibadah hendaknyamemungkinkan terjadinya perkumpulan umat, Jumlah orang yang

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI

berkumpui mungkin hanya sedikit, tapi iuga mungkin hingga

ratusan orang. Sebaiknya, ruang ibadah dapat memfasilitasi

perkumpulan banyak orang tersebut dan menolong mereka untuk

merasakan suasana persekutuan sebagai satu Tubuh Kristus' dan

bukan hanya perkumpulan pribadi-pribadi yang melakukan doa

devosi sendiri-sendiri. Untuk itu, ruang ibadah sedapat mungkin

menampilkan intimasi [kebersamaanJ' Arsitektur gerej a yang

memisahkan orang yang ada di dalamnya, misalnya dengan

kehadiran tiang-tiang besar yang menghalangi interaksi pandang

umat yang berkumpul atau memisahkan area mimbar/meja altar

dengan area umat, bukan merupakan bentuk gedung yang ideal'

Untuk menciptakan suasana akrab dan kekeluargaan'

saya lebih memilih arsitektur bergaya rumah' atau merefleksikan

suasana rumah, daripada arsitektur berbentuk kuil atau candi

atau gedung pertuniukan dengan panggung luas yang iauh lebih

tinggi kedudukannya dari tempat duduk umat' Penanda kehadiran

Sang llahi dalam rumah itu, misalnya, dapat disimbolkan dengan

penataan cahaya yang menerangi area mimbar/meja altar dan

sedikit peninggian area tersebut, atau kehadiran simbol-simbol

tertentu yang mengungkapkan kehadiran Allah' Tempat duduk

pun diatur sedemikian rupa supaya sebanyak mungkin orang

dapat saling melihat, misalnya dengan mengaturnya dalam bentuk

setengahmelingkar,Areatempatdudukumatakanlebihbaikbila

memungkinkan terjadinya interaksi antar umat dengan leluasa'

misalnya untuk bersalaman'

Sebagai ruang bersama, ruang ibadah harus dapat diakses

dengan mudah oleh orang yang beribadah' Hal ini berkaitan

dengan dimensi hospitalitas dalam liturgi' Oleh sebab itu' ruang

ibadah yang hanya dapat dicapai dengan melalui tangga harus

ARSITEKTURDAN LITURGI GERE]A 165dilengkapi dengan jalur melandai (ram) dan/atau lift, sehinggaorang-orang yang surit berjalan atau yang membutuhkan kursiroda dapat berada di daram ruang tersebut. Demikian pura areamimbar yang bertangga perlu diberi jalur melandai, supaya dapatdiakses oleh orang yang berkursi roda. serain itu, perru diadakantempatfarea di dalam gereja dan di ruang parkir bagi merekayang mengalami hambatan fisik. Artinya, seluruh kompleks gerejasebaiknya handicap accessible. Dengan demikian, gereja menjadiruang yang terbuka bagi siapa saja dan orang-orang yang beribadahdi dalamnya merasa diterima, merasa berada di rumah (feeting athome), dan dapat berpartisipasi dalam ibadah. selain ruang ibadahsebagai tempat berkumpul, mungkin diperlukan tempat berkumpulIainnya, misalnya halaman, area pintu utama, dan aula, yang dapatdigunakan sebagai area bercakap-cakap.

2. Liturgi merupakan perjumpaanjemaat dengan Allah

seperti telah saya sebutkan seberumnya, liturgi merupakan saatperjumpaan antaraAllah dengan umat_Nya yang berkumpulsebagai jemaat (gereja, persekutuanJ terjadi. perjumpaan inibersifat dialogis. umat kristiani percaya bahwa Alrah berbicarakepada umat-Nya, mendengarkan keluhan dan pujian mereka,menyelamatkan dan menguatkan, serta menyatakan diri dan karyapenyelamatan-Nya dalam sakramen. ]emaat pun meresponsnyamelalui berbagai aksi liturgis, khususnya dengan doa yangdiucapkan, nyanyian, pengucapan pengakuan iman, pemberianpersembahan, dsb. perjumpaan dan percakapan tersebutberdimensi simboris. Harus kita akui penyataan diri Alrah terjadimelalui tindakan manusiawi, Umat pun belum berhadapan

dengan lelas. Dengan dernikian, kontak mata dapatterjadi yang

memungkinkan komunikasi dua arah' Oleh karena itu' sedapat

mungkin tidak ada penghalang antara pengkhotbahlpembaca

dengan umat" Pembaca/pengkhotbah mungkin perlu sedikit lebih

RUMAH IBADAT YANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 1

dengan Allah muka dengan muka' Dialog dengan Allah teriadi

melalui simbol dan tindakan simbolis' Gedung gereja sendiri iuga

merupakan simbol perjumpaan tersebut'

Allah menyatakan diri-Nya dalam liturgi secara khusus

melalui pemberitaan firman dan pelayanan sakramen' Gereia

Protestan umumnya percaya bahwa sabda Allah secara khusus

diterima rnelalui pembacaan Allah dan khotbah (rneskipun

bisa iuga melalui nyanyian dan teks atau aksi liturgis lainnyal'

Pembaca Alkitab dan pengkhotbah perlu dapat melihat umat yang

mendengarkan. Sebaliknya, umat pun perlu dapat melihat mereka

ARSITEKTURDAN LITURGI GEREJA 767

ini membayangkan sebuah ruang yang memfasilitasi keakraban.

Di sekitar meja perjamuan dan bejana pembaptisan diperlukanarea yang cukup luas untuk memungkinkan berkumpulnya

sekelompok orang. Di gereja Protestan, bejana baptis dan meja

perjamuan biasanya diletakkan di daerah sekitar mimbar. Bejana

dan meja itu sering bersifat portable dan akan dibawa masuk ke

dalam ruang ibadah apabila terjadi baptisan dan perjamuan kudus.

Apabila sakramen merupakan salah satu tanda keberadaan gereja,

bukankah sudah semestinya bejana baptisan dan meja perjamuan

(altar) itu tetap ada di dalarn ruang ibadah, sehingga jemaat selalu

diingatkan dan dapat melihat penyelamatan Allah melalui keduan

sakramen tersebut?

3. Liturgi merupakan aksi persekutuanSeperti telah disinggung sebelumnya liturgi berarti

karya atau tindakan persekutuan umat Tuhan dalam merespons

panggilan dan karya penyelamatan Allah. Dengan kata lain, liturgiterdiri dari serentetan aksi. Oleh karena aksi dalam liturgi bersifatrepetitif dan mengandung makna, maka dapat dikatakan liturgimerupakan ritual. Ada aksi ritual yang dilakukan oleh seluruh

orang yang hadir dalam peribadahan tersebut, tetapi ada aksi ritualyang hanya dilakukan oleh para petugas tertentu. Untuk aksi ritualyang dilakukan oleh petugas tertentu biasanya teriadi di area yang

menjadi pusat perhatian semua umatyang hadi4 misalnya di area

mimbar/meja altar. Oleh sebatr itu, area ini merupakan tempat

terbuka yang dapat dilihat dari berbagai arah serta dapat diakses

dengan mudah.

tinggi dari umat, supaya dapat dilihat bahkan dari tempat duduk

yang ada di belakang' Akan tetapi' pengkhotbahlpembaca iangal

kedudukannya terlalu tinggi, karena hal ini akan mengaburkan

persekutuan imamat am orang percaya' Secara pralctis' mimbar

yang terlampau tinggi dapat menladi penghalang komunikasi'

khususnya bagi umat yang duduk di barisan depan' sebab

pengkhotbah tidak dapat memandang mata umat' Selain masalah

komunikasi dua arah melalui pandangan, ruang ibadah harus

kondusif bagi pendengaran' Untuk itu' ruang ibadah perlu mem

akustik yang baik untuk berbicara dan mendengarkan khotbah'

Allah menyatakan diri melalui sakrarnen baptisan dan

perjamuan kudus' Pelayanan sakramen memerlukan senfihan'

Pendeta perlu menyentuh orang yang dibaptis dan rnemberikan

dan anggur perlarnuan kudus' Sentuhan tersehut dapat

sebagai perpanjangan tangan sentuhan Allah pada umat-Nya'

RUMAHIBADATYANGDIRUNTUHKANDANDIBANGUNKEMBALI ]

Beberapa aksi dalam ibadah yang membutuhkan area

khusus adalah sePerti berikut ini:

a.ProsesiDibutuhkan area yang cukup luas untuk mengadakan prosesi'

Ada iemaat yang pada saat tertentu melakukan prosesi dari

luar ruang ibadah, bahkan mengelilingi kompleks gereia dan/

atau menYusuri kamPung'

b.Ritual khusus

Ritual khusus, seperti baptisan dan perjamuan kudus' mencuci

kaki, sidi, peneguhan, dan lainnya, membutuhkan area yang I

dapat diakses dengan rnudah dan dapat memuat sekelompok

orang. Rituat baptisan kemungkinan dilaksanakan unuk

beberapa orang dan melibatkan orang lainnya selain yang

dibaptis. Umat pun harus dapat menyaksikan dengan ielas

baptisan tersebut. Gereia-gereja tua, juga telah ditiru di gereia'

gereja masa kini, banyak yang menempatkan beiana baptisan

di area dekat pintu utama, karena kepercayaan bahwa baptisau

merupakan titik awal menjadi anggota gereja' Apabila beiana

baptisan diietakkan di area pintu masuk utama, perlu ada

area yang cukup luas di sekitar beiana' Umat yang lainnya bisa

berpalingdaritempatdudukmerekaatauberdiridiseputarbejana untuk menyaksikan baptisan dan menyambut anggota

jemaatyangbaru'Karenadahulubaptisanbiasanyadilakukan

secara privat dan tidak perlu di hadapan umat dalam ihadah

hari Minggu, ada suatu bangunan khusus di dekat gereja

yang bernama baptistery' Cereja yang baru dibangun saat

ini tidak lagi memiliki baptistery, karena umumnya baptisan

dilakukan dalam ibadah hari Minggu. Meskipun tidak memilikibaptistery ruang ibadah sebaiknya memiliki area khusus

untuk meletakkan bejana [atau bahkan kolamJ baptisan yang

memungkinkan bejana tersebut dapat dilihat dengan jelas olehumat.

Perjamuan kudus memerlukan mela yang cukup besar

untuk meletakkan perabot perjamuan. Untuk rlewujudkanpemahaman teologis mengenai berkumpul di sekitar meja

Tuhan, meja dapat diletakkan di tengah,tengah umat, atau area

di seputar meja cukup luas sehingga umat dapat berkumpuldi sekitarnya. Beberapa gereja Protestan di Indonesia

mempratikkan perjamuan kudus dengan cara maju ke depan

atau duduk di sekitar meja perjamuan. Bagi gereja ini, area

di sekitar meja harus luas dan dapat diakses dengan mudah

[sebaiknya tanpa tangga atau ada jalan melandaiJ.

Upacara pernikahan dan kematian juga memerlukan area

yang cukup luas dalam ruang ibadah, khususnya untuk tempatduduk pengantin dan untuk meletakkan peti jenazah. Apabila

ruaflg gereja tidak terlampau luas, kursi atau bangku tempatduduk umat tentu perlu dikurangi untuk menyediakan area

yang dibutuhkan. Perlu dipikirkan pula tempat duduk khusus

untuk anggota keluarga yang hadir.

c. Beryanyi dan bermain alat musikSalah satu elemen penting dalam ibadah adalah nyanyian

jemaat, yang memiliki berbagai fungsi, salah satunya adalah

mengungkapkan suatu bagian ibadah, misalnya pengakuan

dosa, Dapat dikatakan aktivitas bernyanyi bukan aksi

tempelan, tetapi salah satu aktivitas utama. Bernyanyi dan

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREJA 169

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI T7CI

bermusik memerlukan akustik yang baik, yang dapat menolong

umat dapat mendengar iringan alat musih suara orang lain,

dan suaranya sendiri. Memang, volume suara dapat diperkuat

dengan mempergunakan sistem pengeras suara. Namun,

alangkah lebih baikbila akustik ruang ibadah menunjang

kegiatan bernyanyi bersama. Penggunaan pengeras suara pun

perlu memperhatikan kaidah bernyanyi bersama dan keadaan

akustik ruangan" Arsitektur gereia iuga perlu memperhatikan

akustik yang baik untuk menyanyikan berbagai macam

genre nyanyian [rnusikJ' Misalnya, nyanyian Gregorian akan

terdengar lebih indah di dalam ruangan yang bergema paniang

[misalnya bentuk gereja katedral). Sebaliknya, pemakaian

drum dan alat-alat perkusi lainnya cocok digunakan di ruangan

yang bergema minimal atau tidak bergema sama sekali'

Bernyanyi dalam liturgi biasanya diiringi oleh alat musik'

Oleh karena itu, diperlukan area khusus dalam ruang ibadah

untuk meletakkan alat-alat musik yang dipakai' Di area

tersebut dapat pula digunakan sebagai area di mana pemandu

nyanyian jemaat dan paduan suara ditempatkan. Tuiuannya

adalah supaya para pemusik, pemandu nyanyian jemaat dan

pemimpin paduan suara/vocal group dapat berkomunikasi

dengan baik. Paduan suara sebaiknya ditempatkan di suatu

area khusus yang tetap. Sebaiknya, area ini tidak diletakkan

di balkon atau di belakang (punggungJ umat, sehingga ketika

paduan suara berfungsi sebagai kelompok yang memberi

kesaksian, umat dapat melihat wajah para penyanyi' Area ini

juga sebaiknya tidak terpisah iauh dari tempat duduk umat,

sehingga ketika paduan suara berfungsi sebagai kantoria, suar0

para penyanyi dapat menyatu dengan suara umat, bahkan

ARSITEKTURDAN LITURGI GEREJA L77

mendukung umat dalam bernyanyi. Saya memilih area kananlkiri mimbar-meja altar sebasai area musik dengan pemusikdan penyanyi menghadap ke arah mimbar dan umat.

Apabila digunakan alat musik perkusi, seperti jirnbe danjenis gendang lainnya, atau pong-pong [alat musik bamboodari Maluku yang dipukulkan ke lantaiJ, diperlukan lantai yangsolid dan tidak berlubang, untuk dapat memantulkan suara.Apabila drum set digunakan, sebaiknya dipikirkan cara untukmeredam bunyi drum agar tidak mendominasi. Mungkin drumperlu dikitari dengan dinding plastik yang transparan dan/atau bagian bawah drum dialasi karpet. Suara musik akanlebih merdu terdengar dan menjangkau tempat yang jauh, biladi belakang penyanyi/alat musik ada dinding yang berfungsimemanfulkan suara ke depan.

d, Menari, gerakan, dramaApakah gereja Anda melibatkan tarian dan drama dalam

ibadah? fika jawabannya adalah ya, berarti diperlukan areayang memungkinkan sekelompok penari dan pemain dramaberaksi dengan cukup leluasa. Ada pula gereja yang melibatkansemua pelaku ibadah untuk melakukan gerakan tertentu ataubahkan menari sederhana. Ada gereja yang melibatkan gerakanberlutut [bahkan menelungkup) sebagai aksi doa. Untuk halini, bukan hanya area yang cukup luas, tetapi juga tempatdudukyang fleksibel agar umat dapat bergerak dengan bebas.Bangku membatasi gerak orang. Oleh sebab itu, bayak gereja,khususnya yang menyadari perlunya keterlibatan umat secaraaktif, juga dalam gerakan tubuh, yang memilih menggunakankursi dari pada bangku panjang,

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBAL]

e. Seni visualSeni visual, misalnya ikon, patung, film' iuga tampilan

multimedia, memang bukan merupakan aktivitas yang

dilakukan umat secara langsung' Tetapi' hasil kegiatan seni

visual ini ada dan diperlukan, bahkan seringkali menladi

bagian penting ibadah. Oleh karena itu' ruang ibadah perlu

memfasilitasi kebutuhan liturgis akan seni visual ini' Misalnya'

perlu diputuskan di mana letak layar yang memungkinkan

umat dapat melihat dengan nyaman, iuga di mana ikon' patu

tinggi, dan ada ornamen ukiran. oleh karena pengkhotbah dlanggapwakil Allah yang menyatakan sabda Allah, tidak sembarangan orangdapat menaiki dan berdiri di mimbar. Hanya orang-orang tertentu,biasanya yang tertahbis, yang dapat melakukannya. Mimbardianggap suatu tempat yang angker, Kekhususan dan keangkeranmimbar ini menimbulkan kesan angker juga bagi para pengkhotbah,terutama para pendeta. Akibatnya, pendeta dianggap sosok yanglebih tinggi dari umat awam.

Selain mimbar besa4, di banyakgereja ada mimbaryang lebih kecil. Biasanya pembacaan Alkitab, beberapa doatertentu, pendarasan Mazmuq atau bagian-bagian liturgis lainnyadisampaikan oleh petugas yang bukan pelayan firman di mimbarkecil ini. Demikian pula, ada pemimpin nyanyian jemaat yangmemandu umat untuk bernyanyi di mimbar kecil tersebut. praktiksemacam ini menimbulkan pertanyaan, apakah isi Alkitab yangdibacakan lebih rendah daripada firman Allah yang disampaikanmelalui khotbah; atau, apakah ayar-ayat Alkitab yang ditracakanmerupakan pseudo sabda Allah dibandingkan khotbah, sehinggapembacaan Alkitab tidak layak dilakukan di mimbar besar?Ataukah, karena yang membaca biasanya bukan orangyangditahbis, ia tidak layak [bahkan kurang suciJ untuk berdiri dimimbar besar? Pertanyaan lainnya adalah, jika khotbah merupakanbagian yang terpenting bagaimana bagian liturgis lainnya, yangjuga merupakan dialog antara Allah dengan umat-Nya? Apakahpengakuan iman kurang penting sehingga dipimpin pengucapannyadari mimbar kecil? Pertanyaan-pertanyaan di atas perlulahdipertimbangkan oleh gereja untuk menentukan pengaturanruang ibadah, pengadaan mimbar dan pembaruan ibadah besertadengan pemahamannya, Saat ini, muncul pendapat bahwa

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREJA l7:t

lukisan, kaca patri, kain-kain, banneS dan karya seni visual I

lainnya akan diletakkan sesuai dengan makna dan fungsinya,

yang dapat menolong umat mengalami perjumpaan dengan

AIIah.

Pusat liturgis ruang ibadah

James \rVhite mendafarkan ada tiga atau empat pusat

liturgis dalam sebuah ruang ibadah, yaitu mimbar [ambo)' beiana

baptisan, dan meia perjamuan (altarl' Ada yang menambahkan '

kursi tempat duduk pelayan firman' yang dipahami mewakili

kehadiran Allah dalam ibadah' PendapatWhite mungkin tidak

disetufui di kalangan gereia-gereja Protestan' karena keyakinan

akan khotbah sebagai pusat dan titik puncakperibadahan telah

mengaburkan kepentingan pembacaan Alkitab sebagai salah satu i

bentuk pelayanan sabda dan pelayanan sakramen' Hal ini dapat

dilihat dari peratrot liturgis yang dipakai dan pengaturan ruang

ibadah. OIeh karena khotbah adalah mahkota ibadah' mimbar di

hampir semua gereia Protestan arus utama di Indonesia berbent

kokoh, besar (ada yang mengambil separuh lebar ruang ibadah)'

RUMAH IBADAT YANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI 1

khotbah bukanlah puncak ibadah' Periamuan kudus [ekaristi) juga

merupakan puncak ibadah lainnya' Di gereia-gereja Kharismatikl

Pentakostal, altar call [panggilan untuk bertobat) iuga merupakan

puncak ibadah' Oleh karena itu, di gereia-gereja seperti ini' mimbar

cenderung berukuran lebih kecil dan tidak monumental' meskipun

tetap bisa melibatkan ukiran yang apik dan bermakna'

Mengutip teologi para leluhur gereja' para reformator

menekankan bahwa gereia yang seiati dapat terlihat apabila

firman Allah diberitakan dan sakramen dilayankan dengan

benar. Sayangnya, kebanyakan gereia Protestan saat ini' kurang

menekankan arti sakramen dan kurang mendasarkan aiarannya

pada praktik sakramen. Hal ini terlihat dari absennya perabot

perjamuan, yaitu beiana baptisan dan meia perjamuan' dari area

mimbar. Pengaruh Gerakan Liturgis mengakibatkan minat akan 't

sakramen menguat. Pengikut Gerakan ini melihat pentingnya

kehadiran beiana baptisan dan meia perjamuan (meia altar) untuk

mengingatkan akan penyelamatan Allah yang dianugerahkan

kepada umat-Nya melalui kedua sakramen tersebut' Untuk

menyaiikan atau memperlihatkan secara langsung makna ba

yaitu sebagai simbolisasi mati dan bangkit bersama Kristus'

pemandian/penyucian, dan kelahiran baru' beiana baptisan

menjadi semakin besa{, sehingga dapat memuat air yang banyak'

bahkan ada yang membangun kolam dalam gereia [biasanya dekat

dengan pintu masuk utama)' Banyak gereia saat ini iuga secara

rctap meletakkan meia periamuan di area mimbac yang biasanya

di tengah, entah itu menyatu atau terpisah dengan mimbar yang

juga berada di tengah. Ada gereia yang meletakkan meia di tengah'

tengah tempat duduk umat untuk me nuniukkan umat Tuhan yang

duduk di sekitar meia Tuhan'

AITSITEKTUR DAN L]TURGI GEREJA

Devosi, pendidikan, dan misi gereja

Selain ibadah hari Minggu dln ibadah lainnya, gereja

rnemiliki berbagai aktivitas yang memerlukan tempat. Yang

dibutuhkan mungkin bukan selalu berbentuk ruang tertutup, tetapit.etap memerlukan area beraktivitas. Beberapa aktivitas tersebutcliantaranya adalah yang berhubungan dengan devosi, pendidikan,

clan pelaksanaan misi gereja. Tempat devosi membayangkan sebuah

l<egiatan meditatif dan reflektif, yang memungkinkan seseorang

dapat berdoa dan berefleksi dengan teduh. Tempat devosi dapat

berupa taman, goa, area di sekitar pohon besal atau ruang khusus

yang tenang dan temaram, atau di mana saja, asalkan area tersebutdapat mendorong umat bermeditasi.

Gereja juga merupakan sebuah institusi yang melaksanakan

pendidikan bagi setiap kelompok warga jemaat. Oleh sebab itu,diperlukan ruangan yang memfasilitasi kebutuhan tersebut, Apabila

tanah/kompleks gereja tidak memungkinkan untuk membangun

beberapa ruang, ruang ibadah yang memakai perabot yang fleksibel

(khususnya tempat duduk umatJ dapat diubah menjadi tempatpendidikan. Namun, yang perlu kita ingat adalah bahwa aktivitaspendidikan yang dilakukan oleh gereja biasanya berbentukperibadahan. lika demikian, ruang pendidikan, khususnya sekolah

minggu, perlu ditata sedemikian rupa yang memberi kesan ruang

ibadah dan bukan ruang sekolah. Contohnya, hadirkan simbol-

simbol ibadah yang ada di ruang ibadah utama [biasanya Alkitab,lilin, dan bunga], tempat duduk yang diatur untuk memfasilitasi

terjadinya persekutuan, dan simbol-simbol masa dalam Tahun

Liturgi yang sedang dirayakan.

tTti

RUMAH IBADATYANG DIRUNTUHKAN DAN DIBANGUN KEMBALI

Gereia merupakan wujud nyata dari identitas jemaat

setempat, secara khusus teologi, cara beribadah, dan pemahaman

diri jemaat tentang misi Allah yang harus diiaksanakan'

ARSITEKTUR DAN LITURGI GEREIA

ffiI,$mr$fi1

Titik tolak pernikiran arsitektur gereja Indonesia;L. Arsitektur gereja Indonesia adalah arsitektur gereja yang

berangkat pada arsitektur vernakular di Indonesia anarsitetr<tur kekinian, serta konteks sosial budaya, ekonomi,kondisi geografis, iklim, kelestarian alam, dan bersifatinklusif.

2. Arsitektur gereja dirancang berdasarkan pada visi, misi danproyeksi gereja, pedoman umum, dan turut memperhatikankeindahan, fungsi dan kekokohan bangunan gereja.

Pedoman Umum1. Memiliki acuan arsitektural yang konkret dan proporsional

mengenai tata ruang dalam ibadah, semisal aisle, ukuran danpenataan perabof warna simbolis, desain, pintu, dsb.

777