· Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

8
Menimbang Mengingat MENTEFII I(EUAfiIGAN IIEPUHLI'{ INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 13 IPMK.OB l2OL3 TENTANG TATA CARA PEMBIAYAAN PROYEK/ KEGIATAN MELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2oLI tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga syariah Negara, penerbitan surat Berharga Syariah Negara dapat digunakan untuk membiayai proyek yang sebagian atau seluruh pembiayaannya diusulkan untuk dibiayai melalui penerbitan surat Berharga syariah Negara, baik proyek yang akan dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan; b. bahwa dalam rangka koordinasi dengan kementerian negara/lembaga terkait dan antar unit di lingkungan Kementerian Keuangan, perlu mengatur tata cara untuk mempersiapkan proyek yang dibiayai melalui penerbitan Surat Berharga syariah Negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi dan unit terkait; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata cara Pembiayaan Proyek lKegiatan Melalui Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara; 1. undang-Undang Nomor L9 Tahun 2oo\ tentang surat Berharga syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2oo8 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a852); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2olo tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara /Leurbaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2olo Nomor L52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 3. Peraturan Pemerintah Nornor 56 Tahun 2oLI tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berharga syariah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2orl Nomor r37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5265); ^ /n

Transcript of  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

Page 1:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

Menimbang

Mengingat

MENTEFII I(EUAfiIGANIIEPUHLI'{ INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 13 IPMK.OB l2OL3TENTANG

TATA CARA PEMBIAYAAN PROYEK/ KEGIATANMELALUI PENERBITAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf aPeraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2oLI tentangPembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berhargasyariah Negara, penerbitan surat Berharga SyariahNegara dapat digunakan untuk membiayai proyek yangsebagian atau seluruh pembiayaannya diusulkan untukdibiayai melalui penerbitan surat Berharga syariahNegara, baik proyek yang akan dilaksanakan maupunyang sedang dilaksanakan;

b. bahwa dalam rangka koordinasi dengan kementeriannegara/lembaga terkait dan antar unit di lingkunganKementerian Keuangan, perlu mengatur tata cara untukmempersiapkan proyek yang dibiayai melalui penerbitanSurat Berharga syariah Negara sebagaimana dimaksuddalam huruf a, sesuai dengan kewenangan dan tanggungjawab masing-masing instansi dan unit terkait;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang Tata caraPembiayaan Proyek lKegiatan Melalui Penerbitan SuratBerharga Syariah Negara;

1. undang-Undang Nomor L9 Tahun 2oo\ tentang suratBerharga syariah Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2oo8 Nomor 70, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor a852);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2olo tentangPenyusunan Rencana Kerja Anggaran KementerianNegara /Leurbaga (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2olo Nomor L52, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5178);

3. Peraturan Pemerintah Nornor 56 Tahun 2oLI tentangPembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat Berhargasyariah Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2orl Nomor r37, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5265);

^ /n

Page 2:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

Menetapkan :

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

-2-4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor IL2IPMK. O2l2Ot2

tentang Petunjuk Penyusunan Dan Penelaahan RencanaKerja Dan Anggaran Kementerian Negaraf Lernbaga;

MEMUTUSI(AN:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARAPEMBIAYAAN PROYEK/KEGIATAN MELALUI PENERBITANSURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

2. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasion aIl Kepala BadanPerencanaan Pembangunan Nasional yang selanjutnyadisebut Menteri Perencanaan adalah menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangperencanaan pembangunan nasional.

3. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerianadalah perangkat pemerintah yang membidangi urusantertentu dalam pemerintahan

4. Lembaga adalah organisasi non Kementerian dan instansilain pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakantugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 danlatau peraturanperundang-undangan lainnya.

5. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkatSBSN atau dapat disebut Sukuk Negara adalah suratberharga negara yang, diterbitkan berdasarkan prinsipsyariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap asetSBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

6. Proyek adalah kegiatan sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara yang merupakan bagian dari program yangdilaksanakan oleh : Kementerianf Lembaga yangpembiayaannya bersumber dari penerbitan SBSN dalamAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara

7. Surat Berharga Syariah Negara Berbasis Proyek (ProjectBased Sukukl yang selanjutnya disebut SBSN PBS adalahsumber pendan aerrl melalui penerbitan SBSN untukmembiayai , kegiatan tertentu yang dilaksanakan olehKenrenterian Negara lLemboga.

,

L/

Page 3:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

-3-8. Pemrakarsa Proyek adalah Kementerianflembaga yang

menyarnpaikan usulan Proyek.

9. Dokumen Penetapan Pembiayaan adalah dokumenkesepahaman antara Kementerian Keuangan danPemrakarsa Proyek yang memuat penetapan Proyek

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnyadisingkat APBN adalah rencana keuangan tahunanpemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat.

11. Rencana Kerja dan Anggaran Kementefianflembaga yangselanjutnya disingkat n*n-rTL adalah dokumen i.ncanakeuangan tahunan Kementerranf Lembaga yang disusunmenr-lrut bagian anggaran Kementerian f Lembaga.

L2. Batas Maksimum Penerbitan SBSN PBS yang selanjutnyadisebutkan Batas Maksimum Penerbitan adalah nilaimaksimum nominal penerbitan SBSN yang digunakan untukpembiayaan Proyek yang penetapannya dilakukan olehMenteri.

13. Daftar Prioritas Proyek adalah daftar proyek yang disusunoleh Menteri Perencanaan yang pembiayaannya diusulkanmelalui SBSN pada tahun anggaran tertentu.

L4. Direktur Jenderal ,Pengelolaan Utang yang selanjutnyadisebut Direktur Jenderal adalah pimpinan unit eselon I dilingkungan Kementerian Keuangan yang membidangipengelolaan utang.

BAB II

PERSIAPAN PEMBIAYAAN PROYEKMELALUI PENERBITAN SBSN

Pasal 2

Setiap awal tahun anggaran sebelum dilakukan penJrusunanpagu indikatif Rancangan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (RAPBN), diselenggarakan pembahasan rencanapembiayaan Ployek melalui SBSN PBS untuk tahun

Pembahasan rencana pembiayaan Proyek sebagaimanadimaksudpadaayat(1),.palingkurangme1ibatkan:a. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU);b. Direktorat Jenderal Anggaran (DJA); danc. Badan Kebijakan Fiskal (BKF).

Pembahasan rencana pembiayaan Proyek sebagaimanadimaksud pada ayat (21, dilakukan berkoordinasi denganKementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BadanPerencanaan Pembangunan NasionalPerencanaan)

(Kementerian

(1)

(21

(3)

,{

Page 4:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

MENTER} KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

-4-Pasal 3

(1) Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (3), disusun Batas Maksimum Penerbitan SBSNPBS

(21 Penyusunan Batas Maksimum Penerbitan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh unit eselon II padaDJPU yang menangani strategi pengelolaan utang.

(3) Batas Maksimum Penerbitan yang telah disusunsebagaimana dimaksud ayat (2l', diajukan Direktur Jenderalkepada Menteri untuk ditetapkan.

(41 Batas Maksimum Penerbitan yang telah ditetapkan Menterisebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan kepadaMenteri Perencanaan sebagai dasar penyusunan DaftarPrioritas Proyek.

BAB IIIPENGANGGARAN PEMBIAYAAN PROYEK

MELALUI StsSN PBS

Bagian Kes

,Pengalokasian Proyek dalam APBN

Pas al 4

Berdasarkan Daftar Prioritas Proyek yang disampaikan olehMenteri Perencanaan sebagai tindak lanjut atas penyampaianBatas Maksimum Penerbitan sebagaimana dimaksud dalamPasal 3 ayat (4), Direktur Jenderal berkoordinasi dengan DirekturJenderal Anggaran untuk mengalokasikan Daftar PrioritasProyek dimaksud dalam RAPBN.

Pasal 5 '

(1) Dalam rangka pengalokasian Daftar Prioritas Proyek. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, DJPU berkoordinasi

dengan DJA dan BKF' untuk menyusLln programpembiayaan sebagai bagian dari proses penyusunan RAPBN.

(21 Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)disampaikan Direktur Jenderal kepada DJA sebagai usulanpembiayaan. untuk dicantumkan dalam RAPBN.

(3) Berdasarkan usulan pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (2\,,DJA:

a. memasukkan Proyek yang telah tercantum dalam DaftarPrioritas Proyek ke dalam daftar kegiatan di RAPBN; dan

b, mencantumkan besaran pembiayaan Proyek ke dalampostur pembiay aan APBN.

^/

Page 5:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

(1)

(2)

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

-5-Bagian Kedua

Penetapan Pembiayaan

Pasal 6

Dengan telah dialokasikannya Proyek dalam APBN, DirekturJenderal atas nama Menteri, dan Pemrakarsa proyekmelakukan penandatanganan Dokumen PenetapanPembiayaan.

Dokumen Penetapan Pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), paling kurang memuat:a. nomenklatur Femrakarsa Proyek;b. satuan kerja;c. lokasi Proyek;d. pagu/nilai pembiayaan;e. kategori pembiayaan; danf. jenis kontrak pekerjaan tahun tunggal atau tahun jamak.

Dokumen Penetapan Pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dilampiri dengan:a. Kerangka Acuan Kerja;b. Rencana Anggaran Belanja;c. Rencana Kerja Pelaksanaan Kegiatan; dand. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang

disiapkan oleh Pemrakarsa Pioyek dengan format SPTJMsebagaimana tercantum dalam Lampiran yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari PeraturanMenteri ini.

Untrrk Proyek dengan jenis kontrak sebagaimana dimaksudpada ayat (21 huruf f , selain mengikuti ketentuansebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan (3), harusmemperhatikan prosedur pengusulan jenis kontrak sesuaiketentuan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Pendokumenan Pembiayaan Proyek

Pasal 7

(1) Direktur Jenderal c.e, Direktur Pembiayaan Syariah DJPU,menetapkan nomor register pembiayaan Proyek berdasarkanDokumen Penetapan Pembiayaan yang telah ditandatanganisebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).

(3)

(4)

Page 6:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

(1)

(21

MENTERI KEUANGANREPUBLIK INDONESIA

,6_(21 Dokumen Penetapan Pembiayaan yang telah mendapat

penetapan nomor register sebagaimana dimaksud pada ayat(1), disampaikan oleh Direktur Jenderal kepada DirekturJenderal Anggaran untuk dilakukan proses penerbitandokumen pelaksanaan anggararL.

BAB IV

PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PROYEKMELALUI SBSN PBS

Pasal 8

Dengan diterbitkannya dokumen pelaksanaan anggaransebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), PemrakarsaProyek berkoordinasi dengan DJPU dalam rangka persiapanpelaksanaan pembiayaan Proyek

Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) palingkurang meliputi:a. jadwal pelaksanaan Proyek;

b. jadwal penarikan dana; danc. mekanisme pelaporan, monitoring dan evaluasi.

Pasal 9

Pemrakarsa Proyek melaksanakan Proyek berdasarkanperaturan perundang-undangan di bidang pelaksanaan APBN.

Pasal 10

Penerbitan SBSN dalam rangka pelaksanaan pembiayaan Proyekdilakukan dengan mempertimbangkan realisasi pelaksanaanProyek yang meliputi:

a. perkembangan pencapaian pelaksanaan fisik proyek; dan

b. penyerapan anggaran.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 1 1

Pembiayaan Proyek melalui penerbitan SBSN yang dilaksanakansebelum Peraturan Menteri ini berlaku, dapat tetap dilaksanakansepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

k/

Page 7:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

MENTERI KEUANCANREPUBLII( INDONESIA,

-7 -

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal L2

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannyadalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 1 Agustus 2013MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MUHAMAD CHATIB BASRI

Diundangkan di Jakartapada tanggal 6 Agustus 20 13MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OI3 NOMOR 1OO5Salinan sesuai dengan aslinya

MENTERIAN

8lf?U {Jtitij;,,f

GNIP 19

KEPALA BrR_gIJl4UYrrt:.: ..:.- -.tt

6BP4IffiAGIAN T.U.

Page 8:  · Created Date: 8/19/2013 10:47:50 AM

LAMPIRANPERATURAN MENTERI KEUANGANNoMoR 1 1 3 lPMK.O9/2or3TENTANG TATA CARA PEMBIAYAANPROYEK/KEGIATAN MELALUIPENERBITAN SURAT BERHARGASYAzuAH NEGARAMFNTET.II IGUANGAFI

REPUBLII( INDONESIA

KOP SURATKEMENTERIAN/LEMBAGA

(Pemrakarsa Proyek)

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAKNo. I l2O

Saya yang bertanda

Nama

tangalr dibawah ini:

Tempat lT*rgeal lahir

Pangkat/ Golongan

Jabatan

Unit Instansi

Dengan ini menyatakan bertanggung jawab secara penuh atas:1. Kebenaran data dan informasi yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja,

Rencana Anggaran Belanja dan Rencana Kerja Pelaksanaan; dan2. Pelaksanaan proyeklkegiatan ... (sesuai nomenklatur proyek/kegiatan)yang pendanaannya berasal dari penerbitan SBSN.

Apabila di kemudian hari pelaksanaan proyek/kegiatan yang dibiayai dengan SBSNterdapat penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, maka sayabersedia untuk bertanggung jawab.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan kesadaran sendiri dan tanpa ada.paksaan dari pihak manapun.

Materai

Rp6000

Ttd.

Cap basah

instansi

Jakarta, (tanggal) (bulan) (tahun)Yang membuat pernyataan

(Nama lengkap)NIP.

Salinan sesuai dengan aslinyaKEPALA BIRO UMUM

u..b,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

MUHAMAD CHATIB BASRIKEPALA BAGIAN T.U.

k/