- CR - Appendisitis Akut
-
Upload
gusti-putu-indra-wirawan -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of - CR - Appendisitis Akut
I. PENDAHULUAN
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak
terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock
ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
II. LAPORAN KASUS
Perempuan, usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian
kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus dan
bertambah berat jika dibawa berjalan atau pada saat batuk. Nyeri disertai
dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Nyeri juga disertai dengan perasaan
mual tapi tidak sampai muntah. BAB sering keras. BAK tidak ada keluhan.
Menstruasi tidak ada keluhan, terakhir menstruasi ± 2minggu SMRS. OS
sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tahun 2011 anak OS
pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan dinyatakan menderita penyakit
usus buntu dan sudah dilakukan operasi pengangkatan usus buntu.
Status Present
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 78 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Suhu : 37,8 o C
STATUS PENDERITA
Masuk RSAY : 21 Juni 2012
Pukul : 11.30 WIB
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama penderita : Ny. y
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 38 Tahun
- Agama : Islam
- Suku : Jawa
- Status : Menikah
- Alamat : Yosorejo
II. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS
Keluhan tambahan : Demam, mual
Riwayat Penyakit Sekarang
± 1 hari SMRS OS mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah. Nyeri
dirasakan terus menerus dan bertambah berat jika dibawa berjalan atau pada
saat batuk. Nyeri disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Nyeri juga
disertai dengan perasaan mual tapi tidak sampai muntah. BAB sering keras.
BAK tidak ada keluhan. Menstruasi tidak ada keluhan. OS kemudian berobat
ke dokter setempat dan oleh dokter tersebut dikatakan OS menderita usus buntu
dan disarankan memeriksakan diri ke RSAY. ± 1 jam SMRS OS merasakan
keluhan semakin memberat dan kemudian memeriksakan diri ke IGD RSAY.
Untuk orang yang aku cintai SHT 2
Riwayat Penyakit Dahulu
OS belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat darah
tinggi dan kencing manis tidak ada. Riwayat maag tidak ada. Riwayat
menstruasi abnormal tidak ada, terakhir menstruasi ± 2minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tahun 2011 anak OS pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan dinyatakan
menderita penyakit usus buntu dan sudah dilakukan operasi pengangkatan usus
buntu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6
- HR : 76 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 37,8 ºC
- Tekanan Darah : 150/80
Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)
- Oedem umum : (-)
- Turgor : Cukup
- Pembesaran KGB generalisata : (-)
ABDOMEN
- Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak terlihat adanya massa
Untuk orang yang aku cintai SHT 3
- Palpasi : Nyeri tekan titik Mac Burney (+), nyeri lepas (-), hepar
dan lien tidak teraba, tegang (-), massa (-)
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) menurun.
- Pemeriksaan Khusus : Rovsing Sign (+), Obturator Sign (+),
Psoas Sign (+), Blumberg Sign (+),
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (21 Juni 2012)
1. Hematologi
WBC : 11700 (5.000-10.000/ uL)
HGB : 12,4 (14,8-18 g/dL)
HCT : 38,9 (41-54 %)
MCV : 37,7 (80-92 Fl)
MCH : 27,9 (27-31 pg)
MCHC : 31,9 (32-36 g/dL)
PLT : 208000 (150-450 rb/uL)
2. Tes Fungsi Hati
SGOT : 14,8 (< 35 U/L)
SGPT : 11,7 (< 31U/L)
3. Test Fungsi Ginjal
Ureum : 15,3 (19-44 mg/dL)
Creatinin : 1,15 (0,9-1,3mg/dL)
Status Lokalis
Regio Abdomen
- Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak terlihat adanya massa
- Palpasi : Nyeri tekan titik Mac Burney (+), nyeri lepas (-), hepar
dan lien tidak teraba, tegang (-), massa (-)
Untuk orang yang aku cintai SHT 4
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+) menurun.
- Pemeriksaan Khusus : Rovsing Sign (+), Obturator Sign (+),
Psoas Sign (+), Blumberg Sign (+)
V. DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis Akut
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Salpingitis akut
- Kehamilan ektopik
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN
Darah Lengkap
USG abdomen
VIII. PENGOBATAN
Non medikamentosa :
Rawat inap
Puasa
Persiapkan untuk Appendektomi
IVFD RL gtt xx/menit
Medikamentosa :
Cefotaxim 2x1 gr vial IV
Gentamisin 2x80mg amp IV
Metronidazole 2x500mg fl drip IV
Ranitidine 2x1 amp IV
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Untuk orang yang aku cintai SHT 5
III. PEMBAHASAN
A. Definisi Appendisitis
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi
lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis (Kumar, 2007).
Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50%
ditemukan adanya faktor obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasi
jaringan limfoid submukosa 60%, fekalith 35%, benda asing 4%, dan sebab
lainnya 1% (Collin, 1990).
B. Gejala Appendisitis (Schrock, 1995)
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:
1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh
abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama.
Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang
berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi
sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri
menetap dan secara progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan
merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.
4. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan
terdapat nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita
hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan
dengan biasanya.
Untuk orang yang aku cintai SHT 6
5. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin
ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak
retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan
rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks
mempengaruhi letak rasa nyeri.
C. Diagnosis Appendisitis
Diagnosa yang dilakukan antara lain:
1. Anamnesis (Sjamsuhidajat, 2005).
Ditanyakan ke pada pasien sesuai dengan gejala yang telah diuraikan
diatas. Juga patut dicurigai jika ada gejala yang mengarah ke penyakit
yang lain.
2. Pemeriksaan Fisik (Sjamsuhidajat, 2005 dan Sabiston, 1994)
a. Inspeksi pada appendicitis akut tidak ditemukan gambaran yang
spesifik dan terlihat distensi perut.
b. Palpasi pada daerah perut kanan bawah, apabila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan
perut kanan bawah merupakan kunci diagnosa appendicitis. Pada
penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan
bawah yang disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Apabila tekanan di
perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan
bawah yang disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
c. Pemeriksaan rektum, pemeriksaan ini dilakukan pada appendicitis
untuk menentukan letak appendiks apabila letaknya sulit diketahui.
Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan
appendiks yang meradang terletak di daerah pelvic.
d. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas
dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi
Untuk orang yang aku cintai SHT 7
panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas
mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Pada uji
obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada
posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan
obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka
tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
3. Pemeriksaan Penunjang (Soeparman, 1998)
a. Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas
75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat
melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian
yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi
USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100%
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-
97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut
bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
Untuk orang yang aku cintai SHT 8
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
appendicitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
D. Diagnosa Banding Appendisitis (Schwartz,2000 dan Sjamsuhidajat, 2005)
Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendicitis
karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama
dengan appendicitis, diantaranya:
1. Gastroenteritis ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare
mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, hiperperistaltis sering
ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan
appendicitis akut.
2. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau
gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan
perasaan mual dan nyeri tekan perut.
3. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan
diperoleh hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, dan
hematokrit yang meningkat.
4. Infeksi Panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan
appendicitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dan
nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita
biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.
5. Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat
memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.
Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.
Untuk orang yang aku cintai SHT 9
6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan
keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di
luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di
pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.
7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan
appendicitis akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip
pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan
bedah yang sama.
8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi
gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.
Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai
appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria,
dan terjadi demam atau leukositosis.
E. Penatalaksanaan Appendisitis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan Konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita
appendicitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan
elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik (Dudley, 1992).
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan
yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat
mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan
drainage (mengeluarkan nanah) (Oswari, 2000).
Untuk orang yang aku cintai SHT 10
F. Komplikasi Appendisitis
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan
terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%,
paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada
anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-
5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua (Sabiston, 1994). Anak-
anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek
dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,
sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah (Sjamsuhidajat,
2005). Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.
Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum (Schrock,1995).
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam (Schwartz, 2000).
Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran
klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C,
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis (Schrock,1995).
Untuk orang yang aku cintai SHT 11
3. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus
paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa
sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis (Price, 1995 dan Smeltzer, 2002).
Untuk orang yang aku cintai SHT 12
DAFTAR PUSTAKA
Addins, D., et al, 1996. The Epidemiology of Apendicitis and Appendectomy in the United States. Am J Epidemiol, Vol 13. http://www.paho.org
Ballester, et al, 2009. The Epidemiolgy of Appendicitis in Valencia (Spanyol). Journal of Digestive Surgery, Volume 26, Issue 5, 2009. http://www.gastroenterologi.com
Bisset, A., 1997, Appendicectomy in Scotland: a 20-year epidemiological comparison. Journal of Public Health, Volume 12, No 2. http://jpubhealth.oxford journal.org
Collin, B, et al, 1990. Acute Appendicitis Risks of Complications. Official Journal of The American Academy, Vol 106 No 1. http://www.aafp.org
Dombal, J., 1994. Acute Appendicitis in United States. http://aje.oxfordjournals.org
Untuk orang yang aku cintai SHT 13