- CR - Appendisitis Akut

19
I. PENDAHULUAN Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. II. LAPORAN KASUS Perempuan, usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus dan bertambah berat jika dibawa berjalan atau pada saat batuk. Nyeri disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Nyeri juga disertai dengan perasaan mual tapi tidak sampai muntah. BAB sering keras. BAK tidak ada keluhan. Menstruasi tidak ada keluhan, terakhir menstruasi ± 2minggu SMRS. OS sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tahun 2011 anak OS pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan dinyatakan menderita penyakit usus buntu dan sudah dilakukan operasi pengangkatan usus buntu. Status Present Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos Mentis

description

- CR - Appendisitis Akut

Transcript of - CR - Appendisitis Akut

Page 1: - CR - Appendisitis Akut

I. PENDAHULUAN

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam

kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan

laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak

terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock

ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.

II. LAPORAN KASUS

Perempuan, usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada perut bagian

kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus dan

bertambah berat jika dibawa berjalan atau pada saat batuk. Nyeri disertai

dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Nyeri juga disertai dengan perasaan

mual tapi tidak sampai muntah. BAB sering keras. BAK tidak ada keluhan.

Menstruasi tidak ada keluhan, terakhir menstruasi ± 2minggu SMRS. OS

sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Tahun 2011 anak OS

pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan dinyatakan menderita penyakit

usus buntu dan sudah dilakukan operasi pengangkatan usus buntu.

Status Present

Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 150/80 mmHg

Nadi : 78 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Suhu : 37,8 o C

Page 2: - CR - Appendisitis Akut

STATUS PENDERITA

Masuk RSAY : 21 Juni 2012

Pukul : 11.30 WIB

I. IDENTITAS PASIEN

- Nama penderita : Ny. y

- Jenis kelamin : Perempuan

- Umur : 38 Tahun

- Agama : Islam

- Suku : Jawa

- Status : Menikah

- Alamat : Yosorejo

II. ANAMNESIS

Riwayat Penyakit

Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah sejak ± 1 hari SMRS

Keluhan tambahan : Demam, mual

Riwayat Penyakit Sekarang

± 1 hari SMRS OS mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah. Nyeri

dirasakan terus menerus dan bertambah berat jika dibawa berjalan atau pada

saat batuk. Nyeri disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi. Nyeri juga

disertai dengan perasaan mual tapi tidak sampai muntah. BAB sering keras.

BAK tidak ada keluhan. Menstruasi tidak ada keluhan. OS kemudian berobat

ke dokter setempat dan oleh dokter tersebut dikatakan OS menderita usus buntu

dan disarankan memeriksakan diri ke RSAY. ± 1 jam SMRS OS merasakan

keluhan semakin memberat dan kemudian memeriksakan diri ke IGD RSAY.

Untuk orang yang aku cintai SHT 2

Page 3: - CR - Appendisitis Akut

Riwayat Penyakit Dahulu

OS belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat darah

tinggi dan kencing manis tidak ada. Riwayat maag tidak ada. Riwayat

menstruasi abnormal tidak ada, terakhir menstruasi ± 2minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tahun 2011 anak OS pernah mengeluhkan keluhan yang sama dan dinyatakan

menderita penyakit usus buntu dan sudah dilakukan operasi pengangkatan usus

buntu.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6

- HR : 76 x/menit

- Respirasi : 20 x/menit

- Suhu : 37,8 ºC

- Tekanan Darah : 150/80

Status Generalis

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh

- Pucat : (-)

- Sianosis : (-)

- Ikterus : (-)

- Perdarahan : (-)

- Oedem umum : (-)

- Turgor : Cukup

- Pembesaran KGB generalisata : (-)

ABDOMEN

- Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak terlihat adanya massa

Untuk orang yang aku cintai SHT 3

Page 4: - CR - Appendisitis Akut

- Palpasi : Nyeri tekan titik Mac Burney (+), nyeri lepas (-), hepar

dan lien tidak teraba, tegang (-), massa (-)

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi : Bising usus (+) menurun.

- Pemeriksaan Khusus : Rovsing Sign (+), Obturator Sign (+),

Psoas Sign (+), Blumberg Sign (+),

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (21 Juni 2012)

1. Hematologi

WBC : 11700 (5.000-10.000/ uL)

HGB : 12,4 (14,8-18 g/dL)

HCT : 38,9 (41-54 %)

MCV : 37,7 (80-92 Fl)

MCH : 27,9 (27-31 pg)

MCHC : 31,9 (32-36 g/dL)

PLT : 208000 (150-450 rb/uL)

2. Tes Fungsi Hati

SGOT : 14,8 (< 35 U/L)

SGPT : 11,7 (< 31U/L)

3. Test Fungsi Ginjal

Ureum : 15,3 (19-44 mg/dL)

Creatinin : 1,15 (0,9-1,3mg/dL)

Status Lokalis

Regio Abdomen

- Inspeksi : Perut datar, simetris, tidak terlihat adanya massa

- Palpasi : Nyeri tekan titik Mac Burney (+), nyeri lepas (-), hepar

dan lien tidak teraba, tegang (-), massa (-)

Untuk orang yang aku cintai SHT 4

Page 5: - CR - Appendisitis Akut

- Perkusi : Timpani

- Auskultasi : Bising usus (+) menurun.

- Pemeriksaan Khusus : Rovsing Sign (+), Obturator Sign (+),

Psoas Sign (+), Blumberg Sign (+)

V. DIAGNOSIS KERJA

Appendisitis Akut

VI. DIAGNOSIS BANDING

- Salpingitis akut

- Kehamilan ektopik

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANJURAN

Darah Lengkap

USG abdomen

VIII. PENGOBATAN

Non medikamentosa :

Rawat inap

Puasa

Persiapkan untuk Appendektomi

IVFD RL gtt xx/menit

Medikamentosa :

Cefotaxim 2x1 gr vial IV

Gentamisin 2x80mg amp IV

Metronidazole 2x500mg fl drip IV

Ranitidine 2x1 amp IV

IX. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungtionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

Untuk orang yang aku cintai SHT 5

Page 6: - CR - Appendisitis Akut

III. PEMBAHASAN

A. Definisi Appendisitis

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh

fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi

lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi membran mukosa

appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,

Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis (Kumar, 2007).

Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50%

ditemukan adanya faktor obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasi

jaringan limfoid submukosa 60%, fekalith 35%, benda asing 4%, dan sebab

lainnya 1% (Collin, 1990).

B. Gejala Appendisitis (Schrock, 1995)

Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:

1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh

abdomen atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama.

Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang

berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi

sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan. Rasa nyeri

menetap dan secara progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.

2. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan

merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.

4. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan

terdapat nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita

hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan

dengan biasanya.

Untuk orang yang aku cintai SHT 6

Page 7: - CR - Appendisitis Akut

5. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin

ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak

retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan

rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks

mempengaruhi letak rasa nyeri.

C. Diagnosis Appendisitis

Diagnosa yang dilakukan antara lain:

1. Anamnesis (Sjamsuhidajat, 2005).

Ditanyakan ke pada pasien sesuai dengan gejala yang telah diuraikan

diatas. Juga patut dicurigai jika ada gejala yang mengarah ke penyakit

yang lain.

2. Pemeriksaan Fisik (Sjamsuhidajat, 2005 dan Sabiston, 1994)

a. Inspeksi pada appendicitis akut tidak ditemukan gambaran yang

spesifik dan terlihat distensi perut.

b. Palpasi pada daerah perut kanan bawah, apabila ditekan akan terasa

nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan

perut kanan bawah merupakan kunci diagnosa appendicitis. Pada

penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan

bawah yang disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Apabila tekanan di

perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan

bawah yang disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

c. Pemeriksaan rektum, pemeriksaan ini dilakukan pada appendicitis

untuk menentukan letak appendiks apabila letaknya sulit diketahui.

Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan

appendiks yang meradang terletak di daerah pelvic.

d. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas

dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi

Untuk orang yang aku cintai SHT 7

Page 8: - CR - Appendisitis Akut

panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha

kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas

mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Pada uji

obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada

posisi terlentang. Bila appendiks yang meradang kontak dengan

obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka

tindakan ini akan menimbulkan nyeri.

3. Pemeriksaan Penunjang (Soeparman, 1998)

a. Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive

protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah

leukosit antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas

75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.

CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan

meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat

melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan

spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.

b. Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan

Computed Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG

ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada

appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian

yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang

mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi

USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan

92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100%

dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-

97%.

c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan

kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut

bawah.

d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa

peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.

Untuk orang yang aku cintai SHT 8

Page 9: - CR - Appendisitis Akut

e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk

memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.

f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan

pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.

g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti

appendicitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan

appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.

D. Diagnosa Banding Appendisitis (Schwartz,2000 dan Sjamsuhidajat, 2005)

Banyak masalah yang dihadapi saat menegakkan diagnosis appendicitis

karena penyakit lain yang memberikan gambaran klinis yang hampir sama

dengan appendicitis, diantaranya:

1. Gastroenteritis ditandai dengan terjadi mual, muntah, dan diare

mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan, hiperperistaltis sering

ditemukan, panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan

appendicitis akut.

2. Limfadenitis Mesenterika, biasanya didahului oleh enteritis atau

gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut kanan disertai dengan

perasaan mual dan nyeri tekan perut.

3. Demam dengue, dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis dan

diperoleh hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, dan

hematokrit yang meningkat.

4. Infeksi Panggul, salpingitis akut kanan sulit dibedakan dengan

appendicitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendicitis dan

nyeri perut bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita

biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.

5. Gangguan alat reproduksi perempuan, folikel ovarium yang pecah dapat

memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi.

Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam.

Untuk orang yang aku cintai SHT 9

Page 10: - CR - Appendisitis Akut

6. Kehamilan ektopik, hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan

keluhan yang tidak jelas seperti ruptur tuba dan abortus. Kehamilan di

luar rahim disertai pendarahan menimbulkan nyeri mendadak difus di

pelvic dan bisa terjadi syok hipovolemik.

7. Divertikulosis Meckel, gambaran klinisnya hampir sama dengan

appendicitis akut dan sering dihubungkan dengan komplikasi yang mirip

pada appendicitis akut sehingga diperlukan pengobatan serta tindakan

bedah yang sama.

8. Ulkus peptikum perforasi, sangat mirip dengan appendicitis jika isi

gastroduodenum mengendap turun ke daerah usus bagian kanan sekum.

Batu ureter, jika diperkirakan mengendap dekat appendiks dan menyerupai

appendicitis retrocaecal. Nyeri menjalar ke labia, skrotum, penis, hematuria,

dan terjadi demam atau leukositosis.

E. Penatalaksanaan Appendisitis

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi

penanggulangan konservatif dan operasi.

1. Penanggulangan Konservatif

Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak

mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita

appendicitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan

elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik (Dudley, 1992).

2. Operasi

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan

yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).

Penundaan appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat

mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks dilakukan

drainage (mengeluarkan nanah) (Oswari, 2000).

Untuk orang yang aku cintai SHT 10

Page 11: - CR - Appendisitis Akut

F. Komplikasi Appendisitis

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis. Faktor

keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita

meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan

diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan

terlambat melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan

angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi appendicitis 10-32%,

paling sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada

anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-

5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua (Sabiston, 1994). Anak-

anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek

dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi,

sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah (Sjamsuhidajat,

2005). Adapun jenis komplikasi diantaranya:

1. Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa

lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula

berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.

Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh

omentum (Schrock,1995).

2. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri

menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama

sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam (Schwartz, 2000).

Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran

klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C,

tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama

polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi bebas

maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis (Schrock,1995).

Untuk orang yang aku cintai SHT 11

Page 12: - CR - Appendisitis Akut

3. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila

infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya

peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus

paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria. Peritonitis disertai rasa

sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan

leukositosis (Price, 1995 dan Smeltzer, 2002).

Untuk orang yang aku cintai SHT 12

Page 13: - CR - Appendisitis Akut

DAFTAR PUSTAKA

Addins, D., et al, 1996. The Epidemiology of Apendicitis and Appendectomy in the United States. Am J Epidemiol, Vol 13. http://www.paho.org

Ballester, et al, 2009. The Epidemiolgy of Appendicitis in Valencia (Spanyol). Journal of Digestive Surgery, Volume 26, Issue 5, 2009. http://www.gastroenterologi.com

Bisset, A., 1997, Appendicectomy in Scotland: a 20-year epidemiological comparison. Journal of Public Health, Volume 12, No 2. http://jpubhealth.oxford journal.org

Collin, B, et al, 1990. Acute Appendicitis Risks of Complications. Official Journal of The American Academy, Vol 106 No 1. http://www.aafp.org

Dombal, J., 1994. Acute Appendicitis in United States. http://aje.oxfordjournals.org

Untuk orang yang aku cintai SHT 13