Post on 22-Jan-2023
1
TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
YANG BERKEADILAN BAGI GENERASI YANG AKAN DATANG1
Oleh: Maret Priyanta2
I. PENDAHULUAN
Masalah lingkungan telah menjadi salah satu perhatian masyarakat
dunia saat ini. Penurunan kualitas, daya tampung dan daya dukung
lingkungan berangsur-angsur terjadi secara alamiah, namun disisi lain
pencemaran dan perusakan lingkungan yang bersumber akibat kegiatan
manusia memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penurunan
kualitas dan fungsi lingkungan dalam mendukung kehidupan manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Salah satu permasalahan global yang harus dihadapi semua negara di
dunia saat ini adalah pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim.
Pemanasan global menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
organisme hidup, termasuk organisme pembawa penyakit, kenaikan suhu
oleh kegiatan transportasi, penggunaan AC (air conditioner) dan penyusutan
luas lahan hijau (Otto Soemarwoto, 2004: 63-63). Hal tersebut memberikan
dampak terhadap lingkungan secara global dan salah satu upaya dalam
menyelesaikannya adalah melalui kerjasama internasional dan komitmen
negara-negara di dunia termasuk peran negara dalam menyusun serta
menerapkan suatu kebijakan negaranya dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan permasalahan perubahan iklim.
Fourth Assessment Report yang dikeluarkan oleh Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), menyatakan bahwa aktivitas manusia selama
1 Makalah disajikan dalam Konferensi dan Dialog Nasional dalam rangka Satu Dasawarsa
Amandemen UUD 1945 “NEGARA HUKUM INDONESIA KE MANA AKAN
MELANGKAH?” diselenggarakan di Hotel Bidakara, Jakarta pada tanggal 9-10 Oktober 2012 2 Dosen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung.
2
250 tahun terakhir yang membuat planet Bumi semakin panas. Peningkatan
konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir.
IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan
manusia. Kegiatan manusia menjadi kontributor terbesar dari gas-gas rumah
kaca tersebut yang dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar
fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, pembangkit tenaga
listrik, serta pembabatan hutan.
Perubahan iklim sebagai permasalahan global secara langsung maupun
tidak langsung akan berdampak kepada negara Indonesia, namun selain
harus menghadapi permasalahan global tersebut, Indonesia juga harus
menghadapi permasalahan lingkungan dalam negeri akibat kegiatan usaha
manusia yang memberikan dampak terhadap lingkungan termasuk yang
berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pemanasan global.
Bidang-bidang pengelolaan kehutanan, perkebunan, mineral dan batu bara
serta bidang-bidang lain yang mengelola sumber daya alam menjadi
permasalahan yang penting bagi bangsa Indonesia, karena pengelolaannya
sangat berdampak bagi segala aspek kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya. Secara umum kualitas lingkungan di seluruh Indonesia semakin
mengalami degradasi. Pencemaran dan kerusakan lingkungan terjadi di
berbagai wilayah dan berbagai sebab yang menyebabkan bencana
lingkungan. Hutan dan lahan yang rusak telah menyebabkan dampak yang
luas. (Imamulhadi, 2011: 1)
Masalah pengelolaan lingkungan di Indonesia, disebabkan oleh
berbagai macam hal, salah satunya adalah peran negara melalui hukum
positif dalam bentuk perundang-undangan yang mengatur pengelolaan
sumber daya alam di Indonesia. Masalah lingkungan yang beraneka ragam
corak dan intensitasnya itu, pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 4
(empat) golongan menurut sumbernya yaitu : masalah lingkungan yang
3
bersumber kepada kependudukan, kemiskinan, kekotoran dan kerusakan
serta kebijaksanaan. (Danusaputro, 2001 : 52). Kebijaksanaan dalam
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan mempunyai peran
yang penting dalam pelestarian fungsi lingkungan di Indonesia, sehingga
fungsi hukum dalam memberikan ketertiban, kepastian dan keadilan bagi
masyarakat, lingkungan dan generasi yang akan datang menjadi sangat
penting. Namun ketidakharmonisan penyusunan undang-undang
menyebabkan banyaknya undang-undang yang sektoral yang kurang
mengedepankan perlindungan lingkungan sehingga terjadi banyak
permasalahan dalam sinkronisasi peraturan pelaksananya.
Pada dasarnya perlindungan lingkungan menjadi tanggung jawab
bersama seluruh warga negara Indonesia, namun negara mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab berdasarkan konsitusi. Dalam kondisi
lingkungan yang telah mengalami penurunan yang cukup memprihatinkan
akibat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan berkelanjutan,
negara harus dapat memberikan solusi dan penegasan mengenai
permasalahan perlindungan lingkungan melalui berbagai macam upaya
termasuk pengaturan yang jelas dan tegas dalam peraturan perundang-
undangan baik dalam konstitusi, undang-undang maupun peraturan
pelaksanan lainnya.
Pengelolaan lingkungan saat ini belum mencerminkan keadilan. Konsep
keadilan dalam negara Indonesia berpedoman kepada pancasila sebagai
falsafah negara yang mengedepankan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan dalam aspek lingkungan harus diartikan sebagai keadilan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan yang telah memberikan fungsinya dalam mendukung
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Keadilan lingkungan saat ini
tercermin dalam keadilan berdasarkan undang-undang yang sektoral yang
4
mengedepankan kepentingan-kepentingan sektor. Sehingga negara
mempunyai peran yang besar dalam memberikan keadilan bagi lingkungan
dan masyarakat dalam konsep negara kesatuan yang berwawasan nusantara.
(Danusaputro, 1984:102)
Dalam konsep Pembangunan berkelanjutan yang disepakati dalam
Konferensi Rio de Janeiro Tahun 1992 mengedepankan pembangunan yang
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-
generasi mendatang memenuhi kebutuhannya sendiri (Hardjasoemantri,
2004) sehingga terjaminnya keadilan lingkungan bagi generasi yang akan
datang. Lingkungan merupakan warisan bagi seluruh umat manusia
(common heritage of mankind), sehingga perlindungannya menjadi hal yang
utama bagi setiap umat manusia untuk kepentingan generasi yang akan
datang.
II. TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
Lingkungan hidup pada hakekatnya merupakan suatu ekosistem, maka
hukum yang mengatur segi-segi lingkungan hidup harus pula dipandang
sebagai suatu sistem. Sistem hukum terdiri atas sub sistem – sub sistem
hukum, yang antara lain adalah sub sistem hukum lingkungan. (Sunaryati
Hartono,1991:46) Sub sistem Hukum Lingkungan terdiri dari asas-asas,
kaidah-kaidah dan juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna
mewujudkannya dalam kenyataan. (Kusumaatmadja,1976:14) Sistem hukum
merupakan juga suatu kesatuan hukum yang terpadu dan tersusun dari
bagian-bagian kelengkapannya menurut suatu tujuan yang pasti.
(Danusaputro, 1982:6). Hukum Lingkungan di Indonesia dalam arti sempit,
meliputi peraturan perundang-undangan yang disecara hierarki dimana
ketentuan yang paling bersumber dengan ketentuan yang lebih atas
derajatnya (Kelsen,1973:134) yang dalam implementasinya di Indonesia
5
diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan terdiri atas Undang Undang
Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-undang/ Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota.
Kekuasaan dalam negara bersumber dari berbagai macam teori
diantaranya teori kedaulatan negara yang menegaskan bahwa kedaulatan
ada pada negara. negaralah yang membuat dan menetapkan hukum dan teori
kedaulatan hukum kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara itu adalah
hukum itu sendiri. Penguasa maupun rakyat atau warganegara, termasuk
negara itu sendiri semuanya tunduk kepada hukum (Soehino, 1993: 154-156)
Dalam kaitannya dengan kekuasaan, negara diberikan tanggung jawab dalam
upaya mencapai kesejahteraan masyarakat termasuk perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
Secara internasional berdasarkan Prinsip 21 Declaration of the United
Nation Conference on the Human Environment, Stockholm 1972 telah
dirumuskan prinsip tanggung jawab negara (state of responsibility). Lebih
lanjut prinsip ini kemudian dikukuhkan dan ditegaskan dalam Prinsip Kedua
Konferensi di Rio de Janeiro 1992 (Declaration of the United Nation
Conference on the Human Environment and Development Rio de Janeiro
1992.). Berdasarkan prinsip ini negara memiliki kedaulatan terhadap
pengelolaan sumber-sumber daya alam di wilayahnya, namun negara
berkewajiban untuk melindungi dan melestarikan fungsi lingkungan dalam
yurisdiksi dan hak berdaulatnya dari bahaya kerusakan dan kehancuran.
Kedaulatan dan hak berdaulat tersebut merupakan kekuasaan tertinggi bagi
negara tersebut. (Kusumaatmadja dan Etty Agoes, 2003 :18)
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat menyatakan
bahwa negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
6
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Berkenaan dengan pernyataan melindungi segenap bangsa dan tumpah
darah Indonesia dari sudut pandang hukum lingkungan, bahwa negara
mempunyai tanggung jawab terhadap pelestarian fungsi dan perlindungan
terhadap lingkungan baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan
sumberdaya budaya. Adapun pendekatannya melalui konsep wawasan
nusantara yang menekankan bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segal
isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup
dan kesatuan matra seluruh bangsa serta menjadi modal dan milik bersama
bangsa. (Danusaputro, 1982:105) Lebih lanjut Pasal 28 H ayat (1) Undang-
Undang Dasar 1945 Amandemen Kedua.menegaskan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hak
mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat merupakan hak asasi yang
dilindungi oleh konstitusi di Indonesia dan pencantuman hak asasi manusia
dalam konstitusi suatu negara merupakan salah satu ciri negara modern.
(Wheare, 1975: 33)
Dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat, konstitusi mengatur
bahwa bumi dan air dan kekayaaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Salah satu upaya dalam rangka kesejahteraan masyarakat adalah
melalui pembangunan dengan mengelola lingkungan. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya pemanfaatan secara berlebihan sehingga
mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan, sehingga dalam
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan harus tetap dibatasi oleh hak
setiap orang mendapat lingkungan yang bersih dan sehat dan tanggung
jawab pemerintah dalam rangka mencapai tujuan negara untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
7
Dalam sistem hukum di Indonesia, perlindungan lingkungan tidak diatur
secara tegas baik langsung dalam batang tubuh konstitusi maupun
pengaturan secara tegas melalui pasal-pasalnya yang memerintahkan secara
delegasi penyusunan undang-undang tentang perlindungan lingkungan yang
menjadi dasar bagi seluruh peraturan perundang-undangan berkenaan
dengan pengelolaan lingkungan. Dalam sejarah perkembangan pengaturan
hukum lingkungan melalui undang-undang, saat disahkannya Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebenarnya telah menempatkan aturannya
sebagai dasar bagi aturan pengelolaan lingkungan lainnya. Secara tegas
dinyatakan dalam penjelasan undang-undang tersebut bahwa:
“…undang-undang ini akan menjadi landasan untuk menilai dan
menyesuaikan semua peraturan perundang-undangan yang memuat
ketentuan tentang segi-segi lingkungan hidup yang kini telah berlaku
yaitu peraturan perundang-undangan mengenai pengairan,
pertambangan dan energi, kehutanan, perlindungan dan pengawetan
alam, industri, pemukiman, tata ruang, tata guna tanah, dan lainnya.
Dengan demikian semua peraturan perundang- undangan tersebut di atas
dapat terangkum dalam satu sistem hukum lingkungan Indonesia”
Artinya, pada awal pembentukannya telah direncanakan untuk
disusunnya suatu sistem hukum lingkungan nasional yang menjadikan
aturan tentang lingkungan sebagai dasar bagi aturan bidang-bidang
pengelolaan lingkungan lainnya sehingga dinyatakan sebagai hukum
lingkungan nusantara dengan pendekatan yang holistik dan multisektoral.
Perkembangan lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan hidup dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tidak
8
menempatkan pengaturannya sebagai dasar bagi aturan lainnya bidang
lingkungan lainnta sehingga menyebabkan banyaknya undang-undang
sektoral yang lebih berorientasi kepada pengelolaan dan kepentingan
ekonomi tanpa memperhatikan aspek perlindungan dan kepentingan
generasi yang akan datang.
Negara bertanggung jawab dalam upaya menyelesaikan permasalahan
hukum lingkungan di Indonesia, dengan berbagai undang-undang yang tidak
harmonis dan aturan pelaksananya yang tidak sinkron dimungkinkannya
secara hukum penempatan aturan secara tegas berkenaan dengan kewajiban
seluruh warga negara untuk melindungi lingkungan dalam konstitusi.
Pengaturan dalam konstitusi tersebut harus menjadi dasar bagi seluruh
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan.
Penempatan lingkungan dalam konsitusi telah di mulai di berbagai negara
di dunia. Salah satu negara yang memiliki komitmen dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup adalah Republik Ekuador. Konstitusi Ekuador
yang disahkan oleh Constitutional Assembly pada 10 April 2008 dan mulai
berlaku setelah mendapat persetujuan rakyat melalui referendum dapat
dikatakan sebagai konstitusi yang pertama kali menegaskan adanya hak alam
sebagai subyek hukum dalam kehidupan manusia dalam wadah negara
konstitusional. Dalam title II tentang Fundamental Right” Article of Right
Entitlement ditegaskan bahwa “ Person and people have the fundamental
rights quaranteed in this constitution and in the international human rights
instrument. Nature is subject to those rights given by constitution and law”
(Assidiqie, 2009:173)
Lebih lanjut pengaturan dalam konstitusi Ekuador tentang hak-hak yang
diiliki lingkungan, dalam Chapter: Rights for Nature antara lain menegaskan
hal-hal sebagai berikut:
9
1. Alam merupakan tempat kehidupan bersama, tumbuh dan mengalami
reproduksi, juga mempunyai hak asasinya sendiri, disamping hak asasi
manusia;
2. Setiap orang, masyarakat, atau bangsa membutuhkan pengakuan akan
hak-haknya atas alam dihadapan hukum dan pemerintahan;
3. Negara harus memberikan dorongan kepada setiap orang dan badan
hukum untuk melindungi alam dan harus mempromosikan sikap
penghormatan kepada semua elemen dalam satu kesatuan ekosistem;
4. Negara harus melakukan prinsip kehati-hatian dan mengadakan
pembatasan dalam semua aktivitas yang dapat mengarah kepada
pemusnahan spesies, perusakan ekosistem atau menyebabkan perubahan
permanen pada sirkul alam;
5. Setiap orang pribadi, masyarakat, kelompok dan bangsa mempunyai
keuntungan dari alam dan memupuk kekayaan alam untuk kehidupan
bersama. Alam disekitarnya tidak boleh dirusak dan dikurangi daya
dukung dan fungsinya bagi kehidupan bersama.
Dengan ketentuan right of nature dalam konstitusi Ekuador, dikatakan
bahwa ekuador yang dinyatakan sebagai konstitusi hijau di dunia saat ini.
Ketentuan mengenai hak-hak lingkungan alam yang diadopsi ke dalam
ketentuan Konstitusi Ekuador tersebut tidak lagi bersifat tempelan dan
menempatkan alam sebagai suplemen dalam hubungan dengan manusia,
tetapi justru menempatkan alam sebagai subyek hak-hak konstitusional.
(Assidiqie, 2009:75) Hal yang menarik dalam konstitusi Ekuador adalah
berkenaan dengan pernyataan Lingkungan sebagai subyek hukum. Di
Indonesia konsep Lingkungan sebagai subyek hukum berkembang dalam
tataran praktis yaitu dalam tataran yurisprudensi. Lingkungan sebagai
subyek hukum mengandung arti bahwa Lingkungan mempunyai hak dan
10
kewajiban hukum, dalam hal ini melakukan gugatan atau tuntutan dalam
konsep legal standing yang dalam hal ini telah diatur dalam Pasal 92 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup tentang Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup.
Terdapat masalah apabila konstitusi mengatur hal-hal yang bersifat
terlalu teknis, hal ini terkait dengan muatan sebuah konstitusi, namun
masalah Lingkungan bukanlah masalah yang akan selesai dalam tataran
undang-undang di Indonesia. Pemanfaatan sumber daya alam mempunyai
hubungan yang erat dengan faktor-faktor lainnya seperti ekonomi, politik,
investasi sehingga banyak aspek yang berkepentingan dan saling
mempengaruhi sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam
pembentukan dan ketidaksinkronan dalam pelaksanaannnya. Sehingga
diperlukan pendekatan dalam pengelolaan lingkungan hidup, menggunakan
metode kerja Komprehensif-integral (utuh menyeluruh) dengan selalu
menyelenggarakan keselarasan dan kelestarian. (Danusaputro, 2001: 206)
Konstitusi di Indonesia dipahami sebagai suatu naskah tertulis, tertinggi
dan berlaku serta dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Suatu hal
yang positif apabila konstitusi memut hal-hal maupun hak-hak berkenaan
dengan perlindungan dan kewajiban warga negaranya dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Penegasan hal tersebut dalam konstitusi mencegah
permasalahan tumpang tindih peraturan perundang-undangan serta
membuat peraturan perundang-undangan menjadi harmonis karena aspek
dan kewajiban perlindungan bersumber langsung kepada konstitusi negara
Republik Indonesia.
11
III. FUNGSI HUKUM DALAM MEMBERIKAN KEADILAN SERTA
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN BAGI GENERASI YANG AKAN DATANG
Pengertian hukum dan fungsi hukum dalam masyarakat dapat
dikembalikan pada pertanyaan dasar tentang tujuan hukum itu sendiri.
Tujuan pokok hukum adalah ketertiban (order), kebutuhan akan ketertiban
merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya suatu masyarakat yang
teratur. Manusia, masyarakat dan hukum merupakan pengertian yang tidak
dapat dipisah-pisahkan (ubi societas ibi ius). (Kusumaatmadja, 1972:2-3)
Dalam konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat di
Indonesia, pembaharuan masyarakat dilakukan melalui perundang-
undangan. Konsepsi hukum yang melandasi kebijaksanaan hukum dan
perundang-undangan (recht politik) dapat dijelaskan menurut perisitilahan
dan konsepsi atau teori modern, namun pada hakikatnya konsep tersebut
lahir dari masyarakat Indonesia sendiri berdasarkan kebutuhan yang
mendesak dan dipengaruhi faktor-faktor yang berakar dalam sejarah
masyarakat dan bangsa Indonesia. (Kusumaatmadja, 1972:10) Sejalan
dengan hal tersebut, tujuan pasti daripada sistem hukum adalah tujuan yang
terkandung dalam hukum itu sendiri yaitu ketertiban, keseimbangan dan
keserasian serta keadilan (Danusaputro, 1984: 6))
Keadilan dalam konsep hukum bukan merupakan tujuan utama, namun
filsafat hukum memberikan tempat yang istimewa kepada keadilan. Hukum
harus adil supaya berlaku. Kelsen menitikberatkan keadilan sebagai tujuan
hukum. Oleh karena hidup bersama dibangun melalui keadilan, maka
keadilan itu dapat disebut prinsip hukum atau juga ide hukum atau finalitas
hukum. Sesuai dengan ajaran Kant keadilan itu bertitik tolak dari martabat
manusia. suatu aturan yang adil memajukan kebaikan dalam hidup bersama
dan dengan ini mengembangkan manusia. Fungsi hukum ialah memelihara
12
kepentingan umum dalam masyarakat, menjaga hak-hak manusia,
mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. (Huijbers, 1982: 288-289).
Wujud keadilan yang berlaku saat ini di Indonesia adalah keadilan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Maksudnya sesuatu yang
dianggap adil apabila sesuai dengan peraturan perundang-undangan
walaupun tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan keadilan
lingkungan. Implementasi peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pengelolaan sumber daya alam yang sifatnya sektoral
menyebabkan keadilan yang menjadi salah satu tujuan hukum bersifat
sektoral dengan tidak memperhatikan kepentingan dan keberlanjutan sektor
atau bidang lainnya.
Keadilan bagi lingkungan lebih tidak mendapatkan perhatian dari aspek
hukum, walaupun lingkungan telah menjalankan fungsi atau kewajibannya
dalam mendukung kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Saat ini
peraturan perundang-undangan dalam bidang pengelolaan lingkungan lebih
mengutamakan pemanfaatan dengan mengeksploitasi sebanyak-banyaknya
sumber daya alam tampa memperhatikan aspek keberlanjutan dan
pelestarian fungsi lingkungan bagi kepentingan generasi yang akan datang.
Dalam laporan Komisi Brundland “Our Common Future” pada tahun 1987.
(Hardjasoemantri, 2004) WCED mendekati masalah lingkungan dan
pembangunan dari enam sudut pandang antara lain keterkaitan
(interdependency), berkelanjutan (sustainability), pemerataan (equity),
sekuriti dan resiko lingkungan, pendidikan dan komunikasi, dan kerjasama
internasional. Proses pembangunan berkelanjutan bertumpu pada kondisi
sumberdaya alam, kualitas lingkungan dan faktor kependudukan. Mengingat
ketiga faktor diatas maka upaya pembangunan berwawasan lingkungan
perlu memelihara keutuhan fungsi tatanan lingkungan agar lingkungan dapat
secara berlanjut menopang proses pembangunan secara terus menerus dari
13
generasi ke generasi untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
(Djajadiningrat, 1994)
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan dan berwawasan keadilan
antar generasi yang mengandung makna bahwa seluruh kegiatan atau usaha
manusia, tidak hanya untuk kepentingan generasi sekarang, tetapi juga harus
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dan kepentingan generasi yang
akan datang serta keadilan dalam satu generasi yang menekankan pada
pentingnya keadilan dalam satu generasi guna memenuhi kebutuhan dasar
manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Sebagai suatu konsep pembangunan, definisi dan pengertian
pembangunan berkelanjutan seringkali dianggap tidak jelas dan/ atau
mengambang. Atas dasar hal tersebut, Bruce Mitchell, B. Setiawan dan Dwita
Hadi Rahmi mengkategorikan berbagai pandangan atas makna konsep
pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang, antara lain:
1. Pembangunan diprioritaskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar
manusia saat ini, dan menjamin kelangsungan pembangunan ekonomi
itu sendiri;
2. Lebih menekankan pada pemerataan antar generasi daripada lintas
generasi; dan
3. Negara-negara berkembang enggan memenuhi saran negara-negara
maju untuk merubah kegiatan ekonominya demi melindungi
lingkungan global. Para pemimpin negara berkembang berpendapat
bahwa rakyat mereka mempunyai hak yang sama untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, dan mereka seharusnya tidak dilarang
untuk melakukan sesuatu yang dahulu juga dilakukan masyarakat
negara maju untuk mencapai satu tingkat kemapanan ekonomi seperti
sekarang.
14
Indonesia menghadapi masalah penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan seperti di atas. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
kelangsungan pembangunan ekonomi yang selama ini mengandalkan
ketersediaan sumber daya alam, menyebabkan timbulnya berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan dan pemanfaatan
sumber daya alam. Di sisi lain, makna konsep pembangunan berkelanjutan
itu sendiri belum dipahami dengan baik oleh stake holders di Indonesia. (Ida
Nurlinda, 2009:193-195)
Dalam kaitannya dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan
keadilan antar generasi, bahwa negara berdasarkan kedaulatan yang
dimilikinya dapat menerapkan hukum melalui peraturan perundang-
undangan yang berorientasi kepada perlindungan lingkungan yang
berkeadilan. Dalam konsep hukum sebagai sarana pembangunan, dinyatakan
bahwa hukum dalam pembangunan harus berdiri di depan dalam
menentukan arah pembangunan. Dalam konsep ini pembangunan tidak
hanya pembangunan fisik, namun termasuk pembangunan sumber daya
manusia dan seluruh aspek kehidupan dalam suatu negara. Di Indonesia saat
ini hukum sebagai sarana pembangunan masyarakat diimplementasikan
dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang akan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah nasional
maupun daerah.
Dalam memberikan peran dalam perlindungan lingkungan serta upaya
memberikan keadilan bagi generasi yang akan datang, fungsi hukum menjadi
sangat penting. Dalam mengatasi berbagai permasalahan tidak harmonisnya
peraturan perundang-undangan pada berbagai tingkatan dan berbagai
bidang menyebabkan negara harus melakukan upaya yang significan melalui
peran konstitusi yang memberikan penegasan dan menjadi sumber seluruh
15
peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia.
IV. KESIMPULAN
Hukum berfungsi memberikan ketertiban dan keadilan dalam
masyarakat. Lingkungan sebagai warisan seluruh umat manusia merupakan
hak bagi generasi masa kini dan masa yang akan datang. Dalam upaya
mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh
peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis sehingga menyebabkan
ketidaksinkronan dalam implementasinya, serta mengatasi ego sektoral
dalam berbagai bidang yang mengelola sumber daya alam, negara harus
bertanggungjawab melalui konstitusi negara yaitu Undang-Undang Dasar
1945.
Konstitusi di Indonesia merupakan suatu naskah tertulis, tertinggi dan
berlaku serta dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Penegasan
perlindungan lingkungan yang berkeadilan bagi lintas generasi dalam
konstitusi (konsep green constitution) yang setidaknya akan mengurangi dan
mengatasi permasalahan tumpang tindih peraturan perundang-undangan
dan mendorongnya menjadi harmonis karena aspek perlindungan, hak dan
kewajiban perlindungan terhadap lingkungan bersumber langsung kepada
konstitusi negara Republik Indonesia.
Daftar Pustaka
Asshidiqie, Jimly, 1994, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia, PT.Ichtiar Baru Van Hoeve.
----------------------, 2009 Kini Saatnya ,Membumikan Konstitusi Hijau, Kuliah
Umum dan diskusi publik yang bertajuk ”Konstitusi Hijau dan
Hak Asasi Manusia”, sebagai bagian dari hak konstitusional
16
warga negara dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
kekayaan alam di Indonesia., Sarekat Hijau Indonesia (SHI).
--------------------, 2009, Green Constitution “Nuansa Hijau Undang-Undang
Dasar Negara esRepublik Indonesia Tahun 1945, Rajawali Press,
Danusaputro, Munadjat 1984, Hukum Lingkungan Nusantara Buku V: Sektoral
Jilid 2, Cetakan Pertama, Putra A Bardin.
---------------------------, 2001, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, Cetakan
Ketiga, Putra A Bardin.
Djajadiningrat, Surna T. , 1994, Artikel: Pembangunan Berkelanjutan dan
Berwawasan Lingkungan, , Jurnal Hukum Lingkungan, ICEL
Hardjasoemantri, Koesnadi, 1999, Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh
Cetakan Keenam Belas, Gadjah Mada Univesity Press.
---------------------, 2004, Kuliah umum Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum
UNLAM, Tanggal 31 Mei 20
Huijbers,Theo, 1982, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius.
Ida Nurlinda, 2009, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria “Perspektif Hukum”,
Rajawali Press.
Imamulhadi, 2011, Penegakan Hukum Lingkungan : Berbasis Kearifan
Masyarakat Adat Nusantara, UNPAD PRESS.
Kelsen, Hans, 1973, General Theory of Law and State, Translated By Anders
Wedberg, Russell and Russell, New York.
Kusumaatmadja, Mochtar, 1972, Fungsi Dan Perkembangan Hukum dalam
Pembangunan Nasional, Bina Cipta.
---------------------------------, 1976, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional, Bina Cipta.
-------------------------------- dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum
Internasional, Alumni, Bandung.
17
Mitchell, Bruce, et. Al., 2000, Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan, Edisi
Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Penyebab Utama Perubahan Iklim,
http://www.perubahaniklim.net/penyebab-utama-perubahan-
iklim.htm
Perubahan Iklim, Pencegahan Deforestasi dan Indonesia, Down to Earth No.74,
Agustus 2007 <dalam http://dte.gn.apc.org/74icl.htm>
Soehino, 1993, Ilmu Negara, Liberty, Yogyakarta, Cetakan Ketiga.
Soemarwoto, Otto, 2004, Atur Diri Sendiri : Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Gadjah Mada University Press,Cetakan
Ketiga
Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
PT Alumni Bandung.
Wheare, K.C, 1975, Modern Constitution, Oxford University Press, London,