Post on 02-Mar-2023
LAPORAN PENGABDIAN
Pelatihan Pembuatan MP-ASI WHO Berbasis Pangan Lokal Bagi
Kader Posyandu dan Ibu BADUTA Posyandu Dahlia III
Kelurahan Jatisari Kecamatan Mijen
Pengusul :
Lilies Wahyu Ariani, M.Sc., Apt NIY. 040814042
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan
Pharmasi Semarang” Tahun Anggaran 2019
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
RINGKASAN .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... vi
BAB II SOLUSI DAN LUARAN ............................................................. viii
BAB III METODE PELAKSANAAN ....................................................... ix
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................... xii
BAB V BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ........................................... xv
BAB VI PENUTUP .................................................................................... xvi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xxi
LAMPIRAN ................................................................ ............................... xxii
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Pertanggung
jawaban kegiatan Pengabdian Masyarakat. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas kuliah Profesi Apoteker.
Penulis berusaha untuk menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan selama
pengabdian masyarakat, berikut analisis manfaat edukasi dan pelatihan tentang
MPASI serta praktek pembuatannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi pembaca pada
khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Semarang, Juli 2019
Penulis
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 iv
RINGKASAN
Malnutrisi banyak terjadi pada usia 6 bulan ke atas dikarenakan pada usia
ini terjadi peralihan dari ASI ke Makanan Pendamping ASI (MPASI). Salah satu
upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak adalah dengan memberikan
makanan yang terbaik bagi Baduta. Pada baduta, kurang gizi akan menimbulkan
gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang apabila tidak
diatasi secara dini akan berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga dapat diistilahkan sebagai
periode emas sekaligus kritis. Berdasarkan hasil pengkajian gizi Balita yang
dilakukan sebelumnya ternyata masih dijumpai beberapa masalah gizi khususnya
pada kelompok umur Baduta. Penyebab utamanya adalah masih terbatasnya
pengetahuan ibu tentang gizi Baduta dan keterampilan ibu dalam menyiapkan
makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan pangan lokal yang tersedia.
Kader Posyandu yang selama ini sudah berperan aktif dirasakan masih lemah
dalam memberikan edukasi ASI dan MP-ASI. Padahal kader Posyandu sangat
potensial perannya sebagai agen perubahan. Kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat Pelatihan Pembuatan MP-ASI WHO Berbasis Pangan Lokal Bagi
Kader Posyandu dan Ibu Baduta ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan kader posyandu dan ibu BADUTA dalam menyiapkan MP-ASI.
Pada awal kegiatan, peserta akan digali tentang pengetahuan dan kemampuan
pembuatan MP-ASI terlebih dahulu kemudian dilakukan evaluasi akhir untuk
melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta. Secara garis besar
kegiatan ini berfungsi untuk membentuk perilaku gizi yang baik pada keluarga
diperlukan kegiatan pendampingan keberlanjutan. Luaran yang diharapkan dapat
dicapai adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan
ibu baduta serta publikasi artikel ilmiah pengabdian di jurnal nasional tidak
terakreditasi.
Kata kunci : MP-ASI, pelatihan , kader posyandu, ibu baduta
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Usia di bawah dua tahun (Baduta) merupakan kelompok rawan gizi yang
akan menentukan kualitas hidup selanjutnya. Oleh karena itu pemenuhan gizi
pada kelompok tersebut harus diupayakan dengan sungguh-sungguh. Salah satu
upaya untuk meningkatkan kesehatan dan gizi anak adalah dengan memberikan
makanan yang terbaik bagi Baduta. WHO & UNICEF (2003) merekomendasikan
pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak Baduta adalah: (1)
mulai menyusu dalam 1 jam setelah lahir; (2) pemberian ASI secara eksklusif
sampai usia 6 bulan; (3) memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai
usia 6 bulan; (4) Meneruskan pemberian ASI sampai Usia 2 tahun atau lebih. MP-
ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan karena pada masa tersebut
produksi ASI semakin menurun sehingga supply zat gizi dan ASI tidak lagi
memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat. Posyandu DAHLIA III
kelurahan Jatisari kecamatan Mijen terbagi menjadi posyandu lansia dan
posyandu balita. Kegiatan posyandu balita sendiri adalah penimbangan berat
badan dan tinggi badan balita, pengukuran lingkar kepala, pengukuran lingkar
lengan, pemberian vitamin dan pemberian makanan sehat oleh kader posyandu.
Lokasi posyandu sendiri terpaut ±30 km dari perguruan tinggi tim pengabdian
kepada masyarakat. Meskipun terhitung tidak terlampau jauh dari perkotaan, di
sana masih dijumpai permasalahan dalam hal pemberian makanan pada Baduta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua posyandu DAHLIA III dan kader
posyandu didapatkan informasi antara lain :
1. Masih ada baduta yang usianya belum mencapai 6 bulan sudah diberikan
MP-ASI secara dini
2. Kader posyandu membuat makanan sehat untuk dibagikan ke balita hanya
ala kadarnya atau sesukanya si pembuat makanan
3. Kader posyandu jarang melakukan variasi makanan sehat bagi peserta
posyandu balita
4. Kader posyandu jarang mendapatkan pelatihan atau seminar tentang
kesehatan untuk meingkatkan pengetahuan mereka
5. Terdapat baduta yang memiliki berat badan tidak memenuhi persyaratan
pada KMS
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 vi
6. Terdapat baduta yang dari bulan ke bulan memiliki berat badan
stagnan/tetap
7. Pendidikan ibu baduta/ balita adalah menengah ke bawah
Tujuh hal tersebut adalah hasil analisis situasi yang merupakan gambaran
bagi tim pengabdian betapa pentingnya melakukan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu kontributor terhadap rendahnya asupan
energi dan protein pada anak adalah pemberian makanan yang kurang memadai
(Kumar, et al., 2006). Kader Posyandu merupakan tenaga kesehatan yang paling
dekat dengan masyarakat yang selama ini berperan aktif dalam penimbangan
balita dan pencatatan/ pengisian KMS, namun masih dirasakan lemah dalam
memberikan edukasi ASI dan MP-ASI. Kader kesehatan masyarakat
bertanggungjawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan yang
ditunjuk oleh pusatpusat pelayanan kesehatan. Di harapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja
dari sebuah tim kesehatan (Meilani, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2017), bahwa salah satu peran kader posyandu di lihat dari sisi
diseminasi informasi/inovasi adalah berupa tindakan kader posyandu kepada
masyarakat melalui komunikasi tatap muka, antar personal, komunikasi antar
kelompok, bahkan komunikasi dengan bantuan media. Oleh karena itu dalam
mendukung pengembangan skill/ keterampilan para kader perlunya pelatihan
pengembangan diri di bidang lain. Tujuan umum dari kegiatan Pengabmas adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dan ibu Baduta dalam dalam
mengolah makanan anak. Tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :
1. Tersedianya panduan pelatihan pengolahan makanan anak baduta
2. Tersedianya resep makanan anak baduta yang bersumber dari bahan
pangan lokal
3. Terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan
B. Permasalahan Mitra
Berdasarkan analisis situasi mitra, maka dapat dijabarkan bahwa
permasalahan mitra adalah :
1. Kurangnya pelatihan kader posyandu dalam di bidang kesehatan
2. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan ibu baduta
dalam menyiapkan MP-ASI
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 vii
BAB II
SOLUSI DAN LUARAN
Solusi yang direncanakan bagi permasalahan mitra adalah :
1. Mengadakan pelatihan bagi para kader posyandu dan ibu baduta tentang
MPASI
2. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan dengan bantuan media
komunikasi yang menarik
3. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan dengan mengajarkan pembuatan
MPASI cookies berbahan dasar pangan lokal yaitu kopi
Jika kegiatan telah terlaksana maka rencana luaran yang ditergetkan adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan kader posyandu dan ibu baduta dalam penyiapan
MP-ASI
2. Meningkatnya keterampilan kader posyandu dan ibu baduta dalam penyiapan
MP-ASI
3. Artikel ilmiah pengabdian masyarakat pada jurnal pengabdian, jurnal nasional
tidak terakreditasi
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 viii
BAB III
METODE PELAKSANAAN
a. Waktu, lokasi dan peserta kegiatan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 6 dan 7 Juli
2019. Hari pertama bertempat di rumah ketua RW III Kelurahan Jatisari
Kecamatan Mijen dan hari kedua di lokasi Posyandu Dahlia III Kelurahan
Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang. Sasaran utama kegiatan pelatihan
ini adalah kader posyandu dan ibu baduta.
b. Metode kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi ceramah, tanya jawab,
dan demonstrasi. Ceramah dan tanya jawab dilakukan pada saat proses
pelatihan teori di hari pertama. Metode demonstrasi pengolahan makanan
dilakukan ketika praktik mengolah makanan anak baduta. Kegiatan ini
melibatkan dosen dengan berbagi tugas sebagai fasilitator, pembimbing
praktik dan demonstrasi serta kepanitiaan. Bahan dan alat yang digunakan
untuk menunjang pelaksanaan pelatihan ini yaitu modul pelatihan, laptop,
speaker aktif, kertas plano, spidol, kompor dan tabung gas, oven, bahan
makanan, peralatan makan dan peralatan memasak. Modul yang digunakan
dalam pelatihan ini menggunakan metode MP-ASI WHO yang diadopsi dari
Modul Pelatihan Manajemen MP-ASI Berbasis WHO yang diselenggarakan
oleh PERINASIA tahun 2016.
Pada hari pertama penyampaian teori dengan bantuan media, sebelum dan
setelah pemberian materi, peserta diberikan kuosioner pre-test untuk
mengetahui prevalensi pengetahuan peserta mengenai gizi baduta dan MPASI.
Rata-rata skor pre-test, post-test dan prevalensi peningkatan pengetahuan
peserta dalam memahami materi yang telah disampaikan.
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 ix
Gambar 1. Bagan alur kegiatan
c. Bahan dan Cara pembuatan
1). Coffe Cookies
Bahan-Bahan Coffe Cookies :
1. Mentega 65 gram
2. Maizena 30 gram
3. Cokelat bubuk 7 gram
4. Gula halus 80 gram
5. Tepung terigu 140 gram
6. Kopi hitam 2 sachet
7. Telur 40 gram
8. Baking powder ¼ sdt
9. Perisa vanilla ¼ sdt
1. Kopi ditambahkan 4 sendok air panas.
2. Campur mentega dengan gula halus hingga rata.
3. Masukkan telur dan larutan kopi lalu aduk rata.
4. Masukkan perisa vanilla dan baking powder.
5. Masukkan cokelat bubuk dan maizena.
6. Masukkan tepung terigu secara bertahap, aduk hingga tercampur rata.
7. Ambil 1 sdt adonan, lalu bentuk oval.
8. Tata dalam Loyang yang dilapisi baking paper, dan adonan dibentuk
seperti kopi menggunakan spatel.
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 x
2). Macaroni schotel
Bahan – bahan macaroni schotel, antara lain :
1. Makaroni yang sudah direbus 250 gram
2. Keju parut 50 gram
3. Tepung terigu 25 gram
4. Mentega 55 gram
5. Telur ayam 2 butir
6. Garam ½ sdt
7. Gula ½ sdt
8. Bubuk blackpaper ½ sdt
9. Pala ½ sdt
10. Bawang Bombay 1 siung
11. Daging cincang 100 gram
12. Susu segar atau full cream 300 ml
Langkah – langkah membuat macaroni schotel, antara lain :
1. Tumis bawang Bombay dengan 2 sdm mentega sampai harum, masukkan
daging cincang, garam, gula, bubuk blackpaper dan pala, aduk – adek
sampai matang.
2. Masukkan susu segar atau full cream
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xi
BAB IV
PEMBAHASAN
Masyarakat Pelatihan Pembuatan MP-ASI WHO Berbasis Pangan Lokal
Bagi Kader Posyandu dan Ibu Baduta ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan ibu BADUTA dalam
menyiapkan MP-ASI. Pada awal kegiatan, peserta akan digali tentang
pengetahuan dan kemampuan pembuatan MP-ASI terlebih dahulu kemudian
dilakukan evaluasi akhir untuk melihat peningkatan pengetahuan dan
keterampilan peserta. Secara garis besar kegiatan ini berfungsi untuk membentuk
perilaku gizi yang baik pada keluarga diperlukan kegiatan pendampingan
keberlanjutan. Luaran yang diharapkan dapat dicapai adalah meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan ibu baduta serta publikasi
artikel ilmiah pengabdian di jurnal nasional tidak terakreditasi.
Menurut SNI (2011), cookies merupakan salah satu bentuk biskuit dimana
terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain, dengan proses
pencetakan dan pemanggangan. Cookies banyak disukai oleh masyarakat karena
rasanya yang enak dan cenderung manis, tekstur renyah namun lembut di mulut
serta proses pembuatannya relatif mudah. Cookies juga dapat disimpan dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga lebih praktis, dapat dikonsumsi berulang-
ulang dan kapan saja. Cookies dapat disajikan sebagai kudapan atau selingan.
Kecukupan zat gizi yang diperoleh dari makanan selingan berada pada kisaran 10
– 20 dari kebutuhan sehari (Almatsier, 2009).
Tahapan proses pembuatan cookies secara garis besar adalah pembuatan
adonan, pencetakan adonan, dan pemanggangan cookies menggunakan oven.
Pembuatan cookies menggunakan beberapa bahan seperti bahan pengikat, bahan
pelembut, bahan pengembang, dan bahan penambah cita rasa. Bahan pengikat
yang digunakan adalah tepung maizena, bahan pelembutnya anta lain gula halus,
tepung terigu dan mentega. Bahan pengembang yang digunakan berupa telur,
baking powder dan bahan penambah cita rasa berupa perisa vanila, coklat bubuk
dan kopi.
Tahap pertama pembuatan cookies adalah pencampuran mentega dan gula
halus, lalu masukkan telur dan larutan kopi diaduk secara merata, kemudian
penambahan perisa vanila, baking powder. Campuran bahan tersebutdicampur
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xii
secara merata, tujuannya adalah agar tidak terjadi penumpukan bahan pada bagian
tertentu adonan. Tahap selanjutnya adalah dengan menambahkan cokelat bubuk,
tepung maizena dan tepung terigu, bahan tersebut dicampur hingga adonan
menjadi kalis. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan tangan karena
adonan mulai padat. Selanjutnya adonan dicetak berbentuk biji kopi, yang
kemudian ditata pada loyang yang telah dilapisi kertas kue. Loyang tidak dilapisi
dengan margarin karena dikhawatirkan dapat meningkatkan kadar lemak dan
natrium pada cookies yang dihasilkan. Tahap akhir dari pembuatan cookies adalah
tahap pemanggangan menggunakan oven pada suhu 180 oC selama 5 menit.
Pemilihan kopi sebagai bahan penambah cita rasa, hal ini sesuai dengan
ppendapat Janwar (2014) bahwa adanya penambahan bubuk kopi pada pembuatan
susu paesturisasi meningkatkan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, namun
penambahan bubuk kopi terlalu banyak semakin menurunkan tingkat kesukaan
panelis. Ridwansyah (2003) manyatakan bahwa pengolahan kopi yang melalui
tahap penyangraian dan penggilingan mempengaruhi warna dan citarasa kopi
yang dihasilkan. Penambahan bubuk kopi memberikan pengaruh aroma kopi yang
lebih khas pada cookies kopi. Menurut Ridwansyah (2003) bahwa aroma kopi
dihasilkan oleh terbentuknya senyawa volatil, karamelisasi karbohidrat, dan
terbentuknya gas CO2 sebagai hasil oksidasi. Proses pembentukan aroma produk
pangan terjadi pada saat pencampuran bahan (mixing) sampai menjadi adonan dan
akan berlangsung sampai proses pemanggangan sehingga terbentuklah aroma
yang khas (Sunarwati et al., 2012). Selain itu adanya kandungan protein dan gula
reduksi dalam bahan pangan menyebabkan terjadinya reaksi maillard dan saat
adonan dipanggangkan menghasilkan senyawa-senyawa aromatik sehingga
menghasilkan aroma yang khas pada cookies.
Perjalanan dua tahun usai harus diperkenalkan makan selain ASI, anak
harus mulai diperkenalkan dengan citarasa gurih sebelum nanti mengenal rasa
manis, asin, dan lain-lain. Dengan mengenal lebih dulu rasa gurih, hal tersebut
akan akan menstimulasi indra perasa anak lebih baik dan membiasakannya
memilih gurih dibanding rasa lain. Perpaduan keju dengan macaroni yang dikukus
tersebut akan menghasilkan MPASI yang mengenyangkan bagi anak sekaligus
kudapan pengganjal lapar. Keju dalam macaroni mengandung kalori dan
karbohudart yang merupakan pengganti karbohidrat menjadi sumber energi.
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xiii
Salah satu makanan yang paling banyak diminati dan dikonsumsi adalah
pasta. Pasta adalah jenis makanan yang terbuat dari adonan tepung gandum tanpa
ragi dan air. Gandum yang digunakan adalah jenis durum semolina yang
dikatakan memiliki gluten yang cukup tinggi. Gluten ini akan mengeluarkan
warna kuning dan memudahkan adonan cepat bereaksi dengan air. Banyak macam
pasta, salah satunya seperti macaroni schotel, macaroni schotel adalah masakan
yang diperkenalkan oleh Belanda selama menduduki di Indonesia. Oleh karena
itu, “schotel” atau “schaal” berasal dari Bahasa Belanda yang mengacu pada
wadah yang digunakan untuk membuat hidangan ini. Biasanya dibuat dengan keju
dan daging atau tuna, kadang diberi tambahan kentang dan tahu untuk
menciptakan rasa yang lebih Asia.
Pada umur 12 – 24 bulan, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar)
diberikan 3 – 4 kali sehari dan juga 1 – 2 kali makanan selingan. Frekuensi
MPASI makan anak harus sering karena anak terpaksa memakan makanan sedikit
demi sedikit, waktu makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu makan keluarga
supaya anak lebih semangat belajar makan. Namun jangan terlalu dekat waktu
jam tidur anak.
Pemilihan tekstur makanan MPASI ini disesuaikan juga dengan proses
pencernaan makanan. Proses pencernaan makanan ada dua tahap, yaitu
pencernaan mekanik oleh kegiatan oro-motorik gigi –geligi dan pencernaan
kimiawi oleh reaksi enzimatik enzim pemecah makanan. Reaksi enzimatik akan
sempurna jika luas permukaansentuh antar-partikel makin efisien, sehingga
ukuran partikel bahan makanan yang tertelan sebaiknya sudah kecil.
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xiv
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan pengabdian secara garis besar adalah kegiatan ini
berfungsi untuk membentuk perilaku gizi yang baik pada keluarga dan diperlukan
kegiatan pendampingan keberlanjutan. Luaran yang diharapkan dapat dicapai
adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dan ibu
baduta serta publikasi artikel ilmiah pengabdian di jurnal nasional tidak
terakreditasi.
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xv
BAB VI
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. BIAYA KEGIATAN
NO Material Justifikasi
Kuantitas Harga Satuan Jumlah Pemakaian
1 Resep Pasta Red Bel 1 Rp 23,500 Rp 23,500
Cookies
BP 1 Rp 2,500 Rp 2,500
Cokelat 1 Rp 17,500 Rp 17,500
Tepung maizena 1 Rp 3,500 Rp 3,500
BP 1 Rp 2,000 Rp 2,000
Contong 1 Rp 1,000 Rp 1,000
Tepung segitiga 1 Rp 4,500 Rp 4,500
Telur ¼ kg 1 Rp 6,000 Rp 6,000
Kertas Minyak 5 Rp 1,500 Rp 7,500
Piring kertas 1 Rp 1,200 Rp 1,200
2 Toko
Standing pouch 1 Rp 20,000 Rp 20,000 Kemuning
3 Resep
macaroni Makaroni 2 Rp 25,500 Rp 51,000 schootel
Keju cheddar 2 Rp 10,000 Rp 20,000
Cup macaroni 50 Rp 700 Rp 35,000
4 Resep Contong 5 Rp 1,000 Rp 5,000
cookies
Kertas kado 1 Rp 1,500 Rp 1,500
Segitiga 1 Rp 8,500 Rp 8,500
Chip warna 2 Rp 8,000 Rp 16,000
Pop corn 1 Rp 5,000 Rp 5,000
Full cream 1 Rp 5,500 Rp 5,500
Maizena 1 Rp 3,500 Rp 3,500
Meg 100GR 2 Rp 5,500 Rp 11,000
Bordeaux 3 Rp 8,500 Rp 25,500
BP 1 Rp 2,000 Rp 2,000
Pasta red bell 1 Rp 24,500 Rp 24,500
Spuit topi 2 Rp 2,000 Rp 4,000
Alu OX250 2 Rp 11,500 Rp 23,000
Telur 1 Rp 12,000 Rp 12,000
5 Resep Seking mini chik 1 Rp 37,900 Rp 37,900 sayuran
sehat
Selada cadut 1 Rp 7,900 Rp 7,900
Wortel 0.344 Rp 19,300 Rp 6,639
Bawang bombay 0.314 Rp 37,100 Rp 11,649
Tomat 0.43 Rp 20,900 Rp 8,987
Bawang putih 0.7 Rp 35,000 Rp 24,500
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019
xvi
Stanny gula 1 Rp 16,200 Rp 16,200 halus
Bakso urat 0.194 Rp 50,700 Rp 9,836
Daging giling 0.176 Rp 134,900 Rp 23,742
Bakso urat 0.184 Rp 50,700 Rp 9,329
Cabe rawit 0.086 Rp 59,400 Rp 5,108
merah
Jeruk nipis 0.246 Rp 25,200 Rp 6,199
6 Doorprize Tempat minum 2 Rp 11,000 Rp 22,000
Tempat minum 2 Rp 10,000 Rp 20,000
Tempat tissue 2 Rp 5,000 Rp 10,000
Tempat makan 2 Rp 12,000 Rp 24,000
Celengan 1 Rp 14,500 Rp 14,500
Tempat makan 1 Rp 15,000 Rp 15,000
Botol minum 2 Rp 16,000 Rp 32,000
Kertas payung 3 Rp 1,100 Rp 3,300
7 TOKO SAE Blender & kertas
1 Rp 144,000 Rp 144,000 kado
8 Resep Daging giling 0.586 Rp 134,950 Rp 79,081 makaroni
Plastik 1 Rp 200 Rp 200
CENDANA
9 digital MMT 1 Rp 62,500 Rp 62,500 printing
10 Snack Puding rainbow,
Pengabdian
mandarin spc 70 Rp 8,500 Rp 595,000 (tim, Kader
posyandu, lunpia, bakso, air dan ibu
Roti pollo fla
BADUTA) 30 Rp 3,500 Rp 105,000
mangga
11 Jajanan anak Fuly 1 Rp 37,500 Rp 37,500
kecil
Consenek 1 Rp 13,500 Rp 13,500
(BADUTA)
Ring 1 Rp 13,500 Rp 13,500
Riana 1 Rp 13,500 Rp 13,500
Drum 1 Rp 13,500 Rp 13,500
12 Rental Mobil (per hari
mobil+sopir menuju lokasi-->
survey,
pengabdian hari 3 Rp 500,000 Rp 1,500,000 pertama,
pengabdian hari
kedua) + sopir
13 Apotek Sarung tangan 2 Rp 75,000 Rp 150,000 Cangkiran
tutup kepala 2 Rp 60,000 Rp 120,000
tissue kering 5 Rp 20,000 Rp 100,000
masker hijab 2 Rp 75,000 Rp 150,000
tissue basah 5 Rp 13,000 Rp 65,000
14 Toko buah Mangga 2 Rp 29,000 Rp 58,000
jambu 2 Rp 15,000 Rp 30,000
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xvi i
Anggur merah 2 Rp 36,000 Rp 72,000
15 Rental oven sewa oven 1 Rp 250,000 Rp 250,000
16 Fotocopy print brosur
amanah resep cookies 70 Rp 2,000 Rp 140,000
print brosur
resep makaroni
scootel 70 Rp 2,000 Rp 140,000
Kas
17 posyandu
kas 1 Rp 250,000 Rp 250,000 dahlia III
(sukarela)
18 Fotocopy kertas A4 (rim) 2 Rp 40,000 Rp 80,000 amanah
jilid laporan 12 Rp 15,000 Rp 180,000
Total Rp 5,013,271
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019
xvi
ii
B. JADWAL KEGIATAN PENGABDIAN
Pelaksanaan kegiatan pelatihan Pembuatan MP-ASI WHO Berbasis
Pangan Lokal Bagi Kader Posyandu dan Ibu BADUTA Dahlia III Kelurahan
Jatisari Kecamatan Mijen diadakan pada hari Sabtu dan Minggu Tanggal 6 – 7
Juli 2019.
Tanggal 6 Juli 2019
15.30-16.30 : Registrasi daftar hadir dan pengukuran berat badan dan
lingkar lengan badan
16.00-16.30 : Pengisian pretest bagi peserta yang sudah mengisi daftar
Hadir
16.30-17.30 : Pemaparan materi
17.30 : penutupan
Tugas tim :
Pemaparan materi MPASI
Rika Sebtiana K : Sambutan dan membuka acara
Ririn Suharsanti : Menyampaikan materi
M Ryan Radix : Memandu Tanya jawab peserta
Achmad wildan : Membagikan dan menerangkan brosur resep saat registrasi
Erlita Verdia M : Memandu peserta untuk pretest dan post test
Ahmad Fuad Masduqi : Dokumentasi
Yustisia Dian A : Pembagian Doorprize
Lilies Wahyu A : Persiapan alat bahan
Dyan Wigati : Membantu kader pada penimbangan baduta
Erna Prasetyaningrum : Membantu kader pada pengukuran lingkar lengan baduta
Tanggal 7 Juli 2019
15.30-16.30 : Registrasi daftar hadir dan pengukuran berat badan dan
lingkar lengan badan
16.00-16.30 : Pengisian pretest bagi peserta yang sudah mengisi daftar
Hadir
16.30-17.30 : Pelatihan pembuatan cookies dan macaroni scootel
17.00-17.30 : diselingi post test sebelum ditutup
17.30 : penutupan
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xix
Tugas tim :
Memberi pelatihan membuat macaroni scootel oleh :
- Ririn Suharsanti
- Erliat Verdia M
- M Ryan Radix
- Erna Prasetyaningrum
- Lilies Wahyu Ariani
- Rika Sebtiana
- Achmad Wildan
- Achmad Fuad Masduqi
- Yustisia Dian A
- Dyan Wigati
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xx
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 2973: 2011. Biskuit. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional.
Dewi, D.S. 2017. Peran Komunikator Kader Posyandu dalam Meningkatkan
Status Gizi Balita di Posyandu Nuri Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, 5 (1) 2017 : 272-282 ISSN 2502-
597X
Kumar, D., Goel, N.K., Mittal, P.C. et al., 2006. Influence of infant-feeding practices on nutritional status of under-five childrenIndian J Pediatr (2006) 73:
417.doi:10.1007/BF02758565.
Meilani, N. Setiyawati, N. dan Estiwidani, D. S. 2009. Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Fitramaya.
World Health Organization, UNICEF. Global strategy for infant and young child feeding. Geneva: World Health Organization;2003
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Medan : Universitas Sumatra Utara Press.
Janwar, A.A. 2014 Pengaruh Penambahan Kopi (Coffea spp.) terhadao Kualitas Susu Paesturisasi. [Skripsi]. Makassar : Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Sunarwati, DA., Rosidah dan Saptarina. 2012. Pengaruh Subtitusi Tepung Sukun terhadap Kualitas Brownies Kukus. Food Scince and Culinary Education Journal (1): 14-18.
https://www.blueband.co.id/tips/mengolah-makaroni-jadi-hidangan-lezat-nan-bergizi/
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019 xxi
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN PENGABDIAN
Penyampaian materi kepada peserta
Peserta pelatihan
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019
xxi
i
Pembagian doorprize pada peserta
Proses pembuatan MPASI
Bahan pembuatan MPASI
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019
xxi
ii
Foto bersama peserta
Pemberian kenang-kenangan kepada ketua posyandu
LAPORAN PENGABDIAN STIFAR 2019
xxi
v