Post on 24-Jul-2015
description
PROPOSAL PENELITIAN
Nama : YUSNELI
Nim : TE. 090432
Fakultas : TARBIYAH
Jurusan : TADRIS / BAHASA INGGRIS
Judul : MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA MENULIS TEKS
BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN “MAKE A MATCH” DI KELAS IX A DI SMP
N 1 MUARA SABAK TIMUR.
1. Latar Belakang
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh manusia
untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat, hal ini
berarti untuk mengembangkan kepribadian yang dimiliki oleh manusia yang dilakukan sesuai
dengan proses pendidikan
“Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan dirinya secara dekat dalam
kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dari
perubahan ini dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan”1
Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris (language skill) merupakan sebuah syarat mutlak
yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris
(Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi
1 Prof.Dr. Oemar Hamalik, proses belajar mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,2001. Hlm.79
pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang
diharapkan setelah menamatkan studi, Mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi
individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan
berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh
unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan
tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing
(menulis) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah
bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk
diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh
penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi
sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai
bahasa asing dan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering
timbul pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah
retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara
akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam
teks berbentuk procedure dan report adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus
dikuasai oleh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek
sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah
penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi
pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :
Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk
procedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai
menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan
oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa
masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil
pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan
ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau
gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran
tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektif.
Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil
dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sebagai
upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi
pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu
mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip
PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus
dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter,
tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan
menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.
Setelah penulis mengamati kegiatan belajar mengajar disekolahan tersebut, penulis ingin
mencoba menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning dan pendekatan
Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match.
Penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan
Kemampuan Siswa Menulis Teks Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran
Make a Match di Kelas IX A SMP N 1 MUARA SABAK TIMUR”
2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1) Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini
adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran Make a Match dapat
meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure di Kelas IX
A SMP N 1 Muara Sabak Timur?”
2) Pemecahan Masalah
Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran,
yaitu pemrosesan informasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang
diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara
ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut manusia dibagi
menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi
yang dibacanya/ dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa
yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan manusia kinestetik, di mana ia akan
sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu
“dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain tersebut melakukan hal tadi
(http://www.medikaholistik.com).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis mencoba model pembelajaran Make a Match atau
mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima. Model
Pembelajaran Make a Match merupakan implementasi dari Metode Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Hal ini senada dengan pendapat Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran
kontekstual adalah;
(1) real word learning;
(2) mengutamakan pengalaman nyata;
(3) berpikir tingkat tinggi;
(4) berpusat pada siswa;
(5) siswa aktif, kritis dan kreatif;
(6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan;
(7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction;
(8) memecahkan masalah;
(9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton;
(10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri
harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak
membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan
pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat
dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara
bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari
maupun pengalaman dalam lingkungan.
3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula dan
mengingat keterbatasan, kemampuan dan waktu yang penulis miliki, serta agar
penelitian ini terarah dan mencapai sasaran, maka perlu dilakukan pembatasan
masalah, yaitu:
1. Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada perbaikan kualitas
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyusun teks Bahasa Inggris berbentuk procedure
2. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dalam belajar
bahasa inggris di kelas Sembilan di Sekolah Menegah Pertama Negri 1 Muara
Sabak Timur.
3. Menggunakan model pembelajaran Make A Match yang merupakan implementasi
dari metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure.
2. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien
dan menyenangkan.
3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan
mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya dengan sederhana secara tertulis.
5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi Peneliti
1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk
meningkatkan kompetensi menulis siswa.
2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.
3. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna
mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik dan meningkatakan kualitas
profesionalisme guru.
b. Manfaat Bagi Siswa
1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika
dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat,
lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam
teks berbentuk procedure
2. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana
4. Meningkatkan kompetensi menulis dan prestasi belajar Bahasa Inggris.
c. Manfaat Bagi Sekolah
Melalui model pembelajaran make a match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa
Inggris di SMP N 1 Muara Sabak Timur.
6 Kerangka Teori
Sebagai upaya memperjelas pemahaman dalam penelitian demi menghindari kesalahan dalam
penyusunan penelitian, di bawah ini adalah penjelasan mengenai definisi operasional yang
digunakan penulis.
a. Kemampuan siswa dalam menyusun teks
Siswa mampu mengimplementasikan ide dan gagasannya dalam menyusun kalimat
acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
b. Procedure text
Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah-
langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38).
c. Model Pembelajaran Make a Match
Penerapan model pembelajaran ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
6. Metodologi Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Selanjutnya penelitian ini
akan ditulis secara deskripsi. Ruang lingkup penelitian ini adalah
mengenai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Teks
Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran Make A Match Di
Kelas IX A Di SMP N 1 Muara Sabak Timur.
2. Jenis Dan Sumber Data
a. Jenis Data
Adapun jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah
terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.
1) Data Primer
“Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
memerlukannya”2
“Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari individu-
individu yang diselidiki atau data tangan pertama yang dilakukan dengan
mengadakan kuliah kerja (kerja lapangan=fieldwork) yang berupa “case study”
atau pencacahan lenngkap.”3
Data ini berupa informasi atau keterangan yang berkenaan dan
langsung berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitioan ini.
2) Data Sekunder
“Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan
oleh orang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.”4
Data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sejarah dan letak georafis Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara
Sabak Timur.
b. Struktur organisasi Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak
Timur.
c. Keadaan guru dan siswa Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara
Sabak Timur.
d. Fasalitas (sarana dan prasarana) yang ada di Sekolah Menengah Pertama
Negri 1 Muara Sabak Timur.
e. Kurikulum yang ada di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara
Sabak Timur.
b. Sumber Data
2 Iqbal Hasan, analisys data penelitian dengan statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara,2006, hal 193 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 234 Iqbal Hasan, analisys data penelitian dengan statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara,2006,hal 19
“sumber data adalah subjek darimana data diperoleh”5
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari:
a. Orang, sebagai sumber data karena metode dalam pengumpulan data ini
menggunakan metode wawancara untuk data sejarah dan struktur organisasi
di Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak Timur, orang dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bahasa inggris dan siswa kelas IX.
b. Materi, sumber data yang disebut sebagai dokumen dari sekolah.
c. Kejadian, adalah situasi dan kondisi yang peneliti kerjakan.
3. Tempat dan Subjek Penelitian
a. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negri
1 Muara Sabak Timur. Penelitian ini dilakukan di sekolah ini karena beberapa
alasan. Pertama, sekolah ini telah menjadikan pelajaran bahasa inggris sebagai
salah satu pelajaran yang pokok, mengikuti kurikulum nasional. Kedua, peneliti
pernah bersekolah disekolah tersebut hingga sedikit banyaknya peneliti
mengetahui program pembelajaran yang diajarkan disekolah tersebut.
b. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bahasa inggris
dan siswa. Subjek penelitian ini menggunakan sumber primer pada penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
a. Observasi
5 Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, Jakarta: Rineka Cipta,2006. Hal 129
“Pengamatan/observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.”6
“Observasi diartiakan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.”7
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung
terhadap guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris dan korelasinya kepada
siswa yang menerima pelajaran.
b. Wawancara
“Wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan menunjukkan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Cirri utama
wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi
dan sumbernya.”8
Wawancara yang peneliti lakukan disini adalah wawancara yang
bersifat bebes terpimpin, maksudnya adalah peneliti membawa pedoman ketika
wawancara berlangsung, yaitu pertanyaan secara garis besar tentang hal-hal
yang akan ditanyakan oleh peneliti. Wawancara dalam penelitian ini digunaka
untuk mendapatkan data dengan cara bertatap muka secara langsung dengan
sumber data. Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang
keadaan Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Muara Sabak Timur, struktur
organisasi, sejarah sekolah dan juga metode yang guru Bahasa Inggris gunakan
dalam mengajar penulisan teks berbentuk prosedur Bahasa Inggris. Teknik ini
merupaka informasi tambahan yang digunakan untuk menguatkan penelitian
dengan teknik observasi.
6 Anas Sudijono, pengantar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2006,hal 767 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 1588 Nurul Zuriah. Metodologi penelitian social dan pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,2005. Hal 20
c. Dokumentasi
“Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, majalah, catatan
harian dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian.”9
“Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya
berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
langgar dan sebagainya”10
5. Analisis Data
Dalam menganalisa data pada penelitian ini, penulis memperhatikan suatu data
yakni data yang bersifat kualitatif. Untuk data yang bersifat kualitatif atau data yang
bersifat non angka dari liputan-liputan hasil observasi, wawancara serta telaah
pustaka, selanjutnya penulis menganalisa dengan menggunakan kerangka berfikir.
Adapun analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Domain
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran atau
pengertian yang bersifat umum dan relativ menyeluruh apa yang tercakup
disuatu fokus atau pokok permasalahan yang tengah dihadapi.11
Pada bagian ini yang akan dianalisa adalah domain yaitu gambaran
umum tentang kemampuan guru dalam menterjemahkan dan menyusun kalimat
dalam bahasa Inggris di SMP N 1 Muara Sabak Timur.
b. Analisis Taksonomi
9 Drs.Margono,Metodologi penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997, hal 18110 Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktis, Jakarta: Rineka Cipta,2006. Hal 23611 Faisal Sanafiah,(1990),penelitian kuantitatif, Dasar-dasar aplikasi IKIP Malang: YA-3 Malang.
Analisis taksonomi adalah fokus penelitian yang ditetapkan terbatas
pada domain tertentu yang sangat berguna dalam upaya mendiskripsikan atau
menjelaskan penomena atau fokus yang menjadi sasaran semula dalam
penelitian.12
Melalui analisis ini penulis gunakan untuk menganalisa fokus yang
menjadi sasaran penelitian yaitu menjelaskan secara mendalam tentang faktor-
faktor yang menjadi kesuliatan guru dalam menterjemahkan dan menyusun
kalimat dalam bahasa Inggris.
c. Analisis kompensial
Analisis kompensial adalah analisis yang dilakukan setelah penelitian
mempunyai cukup banyak fakta atau informasi dari hasil wawancara atau
observasi yang melacak kontrak-kontrak antar warga suatu domain.13
Analisis ini penulis gunakan untuk menganalisa data yang kontraks
antara data yang satu dengan data yang lain, khususnya data yang diperoleh dari
lapangan yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dengan analisis ini,
seluruh data yang diperoleh melalui wawancara dilapanngan dianalisis untuk
mengambil kesimpulan.
7 Kajian Pustaka
a. Teks Procedure
Teks procedure merupakan salah satu Genre text selain dari beberapa genre yang dipelajari di
tingkat SMP. Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah-
langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks
12 Ibid, hal 9813 Ibid, hal 103
procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu
barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory.
Teks procedure umumnya memiliki struktur :
1. Goal, tujuan kegiatan,
2. Materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu barang/melakukan
suatu aktifitas yang sifatnya opsional,
3. Steps, serangkaian langkah.
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),
sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontekstual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat. Hal ini senada dengan Mulyasa (2003: 188) siswa memiliki rasa ingin
tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu tugas guru
yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan agar
dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa sehingga tumbuh minat atau siswa
termotivasi untuk belajar. Mulyasa (2006:103) juga mengemukakan : pentingnya lingkungan
belajar dalam pembelajaran kontekstual;
1. Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru
akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan;
2. Pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan
baru mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya;
3. Umpan balik amat penting bagi siswa;
4. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
c. Cooperative Learning (CL)
Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan
mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan
tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat,
percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut
Anita Lie (1:10) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative learning, :
Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas
Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat
orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar
karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri
seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya
sendiri.
Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam
pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan
kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan
tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh
siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut
antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi
tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan
penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan
(tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan
berkompromi (tingkat mahir).
Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti.
Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama,
belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat
pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk
pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya.
Penulis sepakat bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap terlalu berat jika
akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMP N 1 Muara Sabak Timur Kelas IX A.
Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa
mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
model pembelajaran Make A Match.
d. Model Pembelajaran Make a Match
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan model
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah
satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik
yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas
waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu
yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat
berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat
prosedur B dan seterusnya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
e. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran Writing agar dapat
menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode
pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui Teknik
Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan
bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan model pembelajaran Make a Match.
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-
langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Pemegang kartu
yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan berpasangan dengan kalimat
berikutnya yang dipegang oleh siswa di kelompok lain yang memegang kalimat
procedure B dan seterusnya.
4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
5. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
7. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang
cocok.
8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006
Drs.Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta,1997
Drs.Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997
Faisal Sanafiah,(1990), Penelitian Kuantitatif, Dasar-dasar Aplikasi IKIP Malang: YA-3
Malang.
Iqbal Hasan, Analisys Data Penelitian dengan Statistik, Yogyakarta : Bumi Aksara, 2006
Nurul Zuriah. Metodologi Penelitian Social dan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Prof.Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta,
2006.
Anonym, http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/14. on march 17,2012.15:07
Brislin, 1976