Post on 30-Apr-2021
VARIASI BAHASA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
INSTAGRAM SISWA SMA DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Oleh :
Tasya Nanda Chinita
(1113013000006)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ABSTRAK
TASYA NANDA CHINITA. NIM: 1113013000006. Skripsi “Variasi Bahasa
Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A. 2020.
Skripsi ini meneliti tentang variasi bahasa penggunaan media sosial
Instagram siswa SMA dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi bahasa siswa dalam
menggunakan media sosial Instagram. Metode yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui data yang
didapat dari status Instagram yang ditulis oleh siswa SMA. Teknik pengumpulan
data dalam skripsi ini adalah teknik observasi dan dokumentasi, lembar
dokumentasi dianalisis. Instrumen dalam penelitian ini adalah meminta,
mengumpulkan, serta mengamati status Instagram siswa dan dokumentasi
penulisan status di media sosial Instagram dalam bentuk Screen Shoot.
Simpulan penelitian meliputi variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam santai dan jenis ragam akrab. Variasi bahasa
penggunaan media sosial Instagram yang digunakan siswa SMA yaitu variasi
bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual. Hal ini terlihat dari kata atau kalimat keterangan foto (caption) yang
dituliskan pengguna akun dalam unggahannya. Berdasarkan persentase sebanyak
40 siswa atau 89,18% hubungan kekerabatannya yang terlihat dari unggahan
pengguna akun Instagram. Hal ini terlihat dari kata atau kalimat keterangan foto
(caption) yang dituliskan pengguna akun dalam unggahannya. Implikasi dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA yaitu siswa dapat menerapkan
materi menulis karangan narasi salah satu contohnya menulis cerpen. Siswa dapat
menentukan topik pembahasaan dalam cerpen yang dibuatnya, mengetahui untuk
siapa cerpen itu dibuat, serta maksud dalam cerpen tersebut. Dengan demikian,
pemilihan kata dapat disesuaikan dengan variasi bahasa yang digunakan
berdasarkan tema dari cerpen yang akan dibuat.
Kata Kunci: Variasi Bahasa, Media Sosial, Instagram.
i
ABSTRACT
TASYA NANDA CHINITA. NIM: 1113013000006. Thesis "Language
Variation in the Use of Social Media Instagram High School Students and Its
Implications in Learning Indonesian Language and Literature". Indonesian
Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dr.
Nuryani, M.A. 2020
This thesis examines the language variations in the use of social media
Instagram for high school students and their implications for learning Indonesian
language and literature. This study aims to determine the language variations of
students using Instagram social media. The method used in this research is
descriptive qualitative research. Data was collected through data obtained from
Instagram status written by high school students. Data collection techniques in
this thesis are observation and documentation techniques, the documentation
sheets are analyzed. The instruments in this study were asking, collecting, and
observing students' Instagram status and documentation of status writing on
Instagram social media in the form of a Screen Shoot.
The conclusions of this research include the variety of language in terms
of formality which is included in the relaxed type and the familiar type. The
language variations in the use of Instagram social media used by high school
students are language variations in terms of formality which are included in the
casual or casual types. This can be seen from the caption written by the account
user in their upload. Based on the percentage of 40 students or 89.18%, the
kinship relationship can be seen from the uploads of Instagram account users.
This can be seen from the caption written by the account user in their upload. The
implication in learning Indonesian language and literature in high school is that
students can apply narrative writing material, for example writing short stories.
Students can determine the topic of discussion in the short story they make, find
out who the short story was made for, and the purpose of the short story. Thus,
the choice of words can be adjusted to the variations in the language used based
on the theme of the short story to be made.
Keywords: Language Variation, Social Media, Instagram.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad Saw sebagai suri teladan bagi kita.
Skripsi ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S1 Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Variasi Bahasa
Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini;
3. Dr. Nuryani, MA dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi sampai
selesai;
4. Dona Aji Kurnia Putra, M.A. dan Dr. Elvi Susanti, M.Pd., penguji I dan II
yang telah memberikan masukan dan arahan dengan penuh kesabaran
selama ujian munaqasah sampai selesai;
5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan selam peneliti menyelesaikan studi
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
7. Murid-murid LBB Delta yang telah memberikan kesempatan dan bantuan
kepada penulis untuk melakukan penelitian;
8. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kepada orang tua,Ibu Suhadah
Nurindah Sari, yang tiada hentinya memanjatkan doa untuk keberhasilan
putrinya, kepada adik Eiffelia Nanda Chinita yang senantiasa memberikan
dukungan dan doa;
9. Teruntuk orang tercinta Sahroji, S.IP yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan setia mendampingi selama proses penyelesaian skripsi ini;
10. Sahabat terkasih Fanny Widyanti, Anisa Fadhilah, Inah Janatin, Riry
Agnes Amalia , Ferara Feronica, Maulida Rahmah yang selalu setia
memberikan bantuan, canda, dan tawa serta kawan seperjuangan PBSI
angkatan 2013.
iii
Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis berdoa dan berharap
semoga seluruh pengorbanan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Amiiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik serta masukan yang membangun
sangat peneliti harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta
dunia pendidikan.
Tangerang, Maret 2020
Tasya Nanda Chinita
iv
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACK ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORETIS ..................................................................... 8
A. Landasan Teori ......................................................................................... 8
1. Teori Sosiolinguistik .......................................................................... 8
2. Teori Variasi Bahasa ........................................................................ 18
3. Teori Instagram ................................................................................ 35
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 40
A. Metodologi Penelitian ............................................................................ 40
B. Subjek Penelitian .................................................................................... 41
C. Objek Penelitian ..................................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 41
v
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 42
A. Analisis Data .......................................................................................... 42
B. Implikasi Hasil Analisis ......................................................................... 92
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 94
A. Simpulan ................................................................................................ 94
B. Saran ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Logo Instagram
Gambar 2 : Halaman Awal Instagram
Gambar 3 : Feed Instagram
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Pengesahan Skripsi
Lampiran 2 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 : Gambar Caption Status Instagram Siswa
Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta
didik di dalam kelas. Pada saat pembelajaran di kelas interaksi tercipta sebagai
suatu upaya menyampaikan materi pembelajaran serta mengemukakan ide,
gagasan atau pemikiran yang ingin disampaikan guru atau peserta. Variasi yang
diguanakan biasanya variasi bahasa formal dan sesekali terselip variasi bahasa
non formal tergantung konteks untuk mencairkan suasana kelas pada saat
pembelajaran.
Pada kurikulum 2013 peserta didik ditekankan untuk dapat memecahkan
suatu masalah (Problem Solving) dalam memahami suatu materi pembelajaran.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia salah satu aspeknya adalah menulis
dimana peserta didik mengungkapkan perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran
tentang sesuatu. Sampai saat ini belum semua peserta didik mampu
mengungkapkan perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran mereka dengan bahasa
yang baik. Masih terdapat beberapa keragaman bahasa yang digunakan dalam
menulis.
Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari mahluk-makhluk yang lain. Bahasa menjadi alat untuk
manusia dalam berkomunikasi menyampaikan ide, gagasan, pendapat, rasa atau
perasaan apapun yang manusia ingin sampaikan secara verbal kepada orang lain.
Bahasa juga merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak
suku dari berbagai pulau.
Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi.
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antarindividu melalui
sistem simbol, tanda, atau tingkah laku.1
1 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, (Sosiolinguistik:Perkenalan Awal, Jakarta:PT. Rineka
Cipta,2010) hlm. 17.
1
2
Adanya keragaman bahasa yang digunakan biasanya terjadi tergantung
pada konteks pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pada proses komunikasi, apalagi pada masyarakat bilingual atau
multilingual, setiap penutur pasti mengadakan pergantian bahasa atau ragam
bahasa. Setiap penutur tentu tidak akan hanya setia menggunakan satu bahasa
saja. Sesekali juga melakukan peralihan bahasa dari ragam atau variasi bahasa
lain seperti bahasa dalam ragam santai yang terjalin antara sesama usia atau
teman sejawat.
Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu
linguistik. Linguistik inilah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-
hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan
antarmanusia.2 Kajian sosiolinguistik cenderung berfokus pada variasi bahasa
yang muncul di masyarakat yang biasanya dapat ditelusuri karena keberadaan
berbagai stratifikasi sosial dalam masyarakat.3 Pada proses berkomunikasi dalam
masyarakat sering terjadinya proses perubahan bahasa yang digunakan dengan
bahasa yang pada umumnya dalam masyarakat. Penggunaan bahasa mempunyai
peranan yang juga mempengaruhi adanya variasi bahasa atau ragam bahasa yang
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi di zaman modern seperti
saat ini, berinteraksi bukan hanya dengan cara bertatap muka saja tetapi juga
dapat melalui media sosial seperti instagram, facebook, dan twitter. Dengan
belajar Bahasa Indonesia, siswa akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan
orang lain.
Komunikasi dapat dibedakan menjadi non-verbal dan verbal.
Komunikasi non-verbal berlangsung tanpa suara, misalnya gerakan tangan, pluit,
tanda-tanda, kedipan lampu, dan sebagainya. Sedangkan komunikasi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya baik lisan
maupun tulisan. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah
penggunaan bahasa dalam media sosial elektronik.
2 PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993)
hlm. 1. 3 Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009) hlm. 230.
3
Berdasarkan perkembangannya di era modern media sosial menjadi cara
untuk dapat berkomunikasi dengan seseorang yang jaraknya jauh tanpa harus
bertatap muka. Media sosial dapat digunakan untuk berinteraksi dengan semua
orang yang ada di dunia ini. Selain itu juga menjadi sebuah media untuk
seseorang dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya. Bahkan
mengeksplor kegiatan sehari-hari juga dapat dilakukan melalui media sosial.
Instagram merupakan salah satu media sosial yang populer di era ini.
Media sosial sendiri adalah “sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat
di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media
online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan
teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif”.4
Gambar 1.1 Logo Instagram
Penggunaan instagram dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
melalui gawai atau pun laptop pada situs instagram web. Secara mudah para
pengguna instagram dapat membagikan kegiatan-kegiatan keseharian mereka
yang mereka unduh di feeds masing-masing akun. Fitur-fitur yang terdapat di
instagram anatara lain status yang disertai foto atau video yang dapat mereka
bagikan, instastory, snapchat atau snapgram, serta siaran langsung (Live).
4 Wikipedia, Media Sosial, 2018, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial) diunduh pada 13
Maret 2018 pukul 13.00 WIB.
4
Semua fitur itu mereka gunakan sebagai mendukung kegiatan mereka dalam
mengekspresikan perasaan yang ingin mereka bagikan. Instagram menjadi
semakin menarik karena pengguna dapat dengan mudah mem-follow idola
mereka dan mengetahui kegiatan apa saja yang di posting oleh idola mereka
sehingga mereka semakin dekat dengan idola mereka masing-masing.
Gambar 1.2 Halaman Awal Instagram
Waktu yang dihabiskan oleh pengguna instagram saat ini sebagian besar
adalah untuk bermain media sosial dibandingkan untuk belajar dan berkumpul
bersama keluarga. Sedangkan untuk alasan mereka menggemari media sosial
adalah untuk mendapat perhatian, meminta pendapat, dan menumbuhkan citra
mereka. Layaknya sebuah buku harian, instagram seolah-olah disulap menjadi
catatan hidup pengguna yang menjadi saksi sejarah hal-hal yang mereka lalui
dalam kehidupan mereka. Tidak sedikit orang yang mengabadikan momen-
momen penting dalam hidupnya yang kemudian merekan simpan dalam
instagram mereka yang nantinya akan mereka bisa ingat pada masa depan.
Banyak dari mereka yang menjadikan media sosial Instagram sebagai
tempat membagi kegiatan, kesenangan hingga keluh kesah. Tapi berbeda dengan
diari yang bersifat tertutup dan hanya bisa dilihat oleh pemiliknya, berbagi di
Instagram maupun media sosial lainnya bersifat terbuka dan dapat dilihat oleh
5
jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Tidak ada batas-batas maupun privasi di
dalamnya, apapun yang kita bagikan akan dapat dilihat oleh orang lain, begitu
pula sebaliknya apapun yang dibagikan oleh orang lain dapat kita lihat. Namun,
saat ini para pengguna instagram bisa mengunci akun mereka dengan privasi
akun agar tidak sembarang orang dapat melihat feed mereka dan hanya orang-
orang yang mereka follback yang dapat melihat akun mereka.
Gambar 1.3 Feed Instagram
Penulisan di media sosial instagram tidak terkait dengan aturan
penggunaan bebas menuliskan apapun yang ingin mereka tuliskan pada status
akun mereka masing-masing. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah
penulisan status mereka di media sosial tidak mengandung unsur sara dan dapat
memecahkan persatuan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah pengguna akun
instagram dapat menuliskan apa saja yang ingin mereka sampaikan di akun
instagram mereka dengan begitu perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran tentang
suatu hal. Oleh sebab itu, maka variasi bahasa yang digunakan dalam instagram
pun beragam.
Penggunaan bahasa yang beragam ditulis sebagai keterangan yang
menjelaskan foto atau video yang diunggah menjadi daya tarik untuk pengguna
6
lain yang membacanya. Status yang mereka tuliskan sebagai ungkapan atau
mungkin hanya cuitan yang ingin mereka tuliskan saja. Dengan demikian
peneliti tertarik untuk meneliti ragam atau variasi bahasa yang terdapat dalam
unggahan foto atau video di Instagram.
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti jelaskan di atas, maka
peneliti tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa
Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditemukan beberapa faktor yang terjadi
menimbulkan terjadinya variasi bahasa antara lain sebagai berikut :
1. Penggunaan bahasa yang digunakan siswa dalam media sosial instagram
merupakan ungkapan dari keseharian yang mereka alami dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Siswa yang heterogen yang kemudian menyebabkan timbulnya variasi
bahasa yang digunakan dalam media sosial instagram.
3. Interaksi yang digunakan dalam proses tuturan di media sosial instagram
disesuaikan dengan konteks dan topik pembicaraan sehingga timbulnya
penggunaan bahasa tidak baku atau ragam santai yang terjadi dalam
proses berkomunikasi di media sosial instagram.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah
hanya pada masalah “Variasi bahasa penggunaan media sosial instagram siswa
SMA dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia“.
D. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang akan muncul dengan adanya penelitian ini yaitu
bagaimana variasi bahasa penggunaan media sosial instagram siswa SMA dan
implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui variasi
bahasa siswa dalam menggunakan media sosial instagram . Dari penelitian yang
dilakukan, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi :
1. Peneliti sebagai bahan pembelajaran secara nyata yang dapat menambah
pengetahuan dan membandingkan teori-teori yang telah dipelajari menjadi
sebuah pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pihak lain yang memerlukan bahan reverensi sehingga dapat menambah
pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan variasi bahasa dalam media
sosial instagram.
Sedangkan secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi :
1. Mahasiswa, untuk dapat menambah wawasan dan menjadikan penelitian ini
sebagai bahan pembelajaran, juga dapat dijadikan reverensi bahan penelitian.
2. Guru, untuk menjadi bahan reverensi dalam melakukan pembelajaran yang
dapat diaplikasikan kepada siswa di kelas.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. LANDASAN TEORI
1. Teori Sosiolinguistik
Ada beberapa pendapat para ahli yang mendefinisikan pengerian dari
sosiolinguistik. Menurut Nababan, bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas
manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang
mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik.
Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan
unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia.
Istilah sosiolinguistik jelas terdiri dari dua unsur: sosio- dan linguistik.
Kita mengetahui arti linguistik, yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan
bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat) dan
hubungan antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat dan pembentukan
unsur-unsur itu. Unsur sosio- adalah seakar dengan sosial, yaitu yang
berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi-
fungsi kemasyarakatan. Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari
bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.
Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari atau membahas aspek-
aspek kemasyarakatan atau bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi)
yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan
(sosial). Sosiolinguistik itu sebagai suatu studi antardisiplin, sebagai mana yang
digambarkan oleh unsur-unsur istilah sosio- dan linguistik.
Masalah utama yang dibahas oleh, atau dikaji dalam, sosiolinguistik ialah:
1. Mengkaji dalam konteks sosial dan kebudayaan;
2. Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa
dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya;
3. Mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.5
5PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993)
hlm. 1-3.
8
9
Adapun masalah atau topik-topik dalam sosiolinguistik tersebut dibicarakan oleh
Nababan, yaitu :
1) Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa,
2) Repertoire bahasa,
3) Masyarakat bahasa,
4) Kedwibahasaan dan kegandaan,
5) Fungsi masyarakat bahasa dan profil sosiolinguistik,
6) Penggunaan bahasa/etnografi berbahasa,
7) Sikap bahasa,
8) Perencanaan bahasa,
9) Interaksi sosiolinguistik, serta
10) Bahasa dan kebudayaan.
Sosiolinguistik timbul dalam tahun 1960-an setelah semakin terasa bahwa
pandangan linguistik mengenai bahasa, walaupun esensial sebagai dasar
pembicaraan atau pengkajian bahasa, adalah terlalu sempit untuk menerangkan
tindak laku berbahasa manusia.6
Sosiolinguistik mempunyai relevansi pada pengajaran bahasa oleh karena
itu: (a) bahasa memang dipakai dalam masyarakat; (b) bahasa seharusnya
diajarkan dalam konteks atau latar belakang kemasyarakatan; dan (c) tujuan
pengajaran bahasa bersumber pada keperluan masyarakat dan pengggunaan
bahasa di masyarakat.
Dengan begitu sumbangan sosiolinguistik kepada pengajaran bahasa ialah:
(a) penekanan kebermaknaan bahasa dalam pengajaran bahasa; (b) pengertian
yang lebih mendalam tentang ragam bahasa; (c) tujuan pengajaran bahasa yang
bersumber pada penggunaan bahasa dalam masyarakat; dan (d) bentuk-bentuk
bahasa yang diajarkan disesuaikan dengan bentuk-bentuk bahasa yang terdapat
(=yang berfungsi) dalam masyarakat.
Nababan memaparkan bahwa sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu
sosio dan linguistik. Sosio atau sosial dapat diartikan hubungan dengan
masyarakat, fungsi kemasyarakatan, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan
6 Ibid, hlm. 3.
10
kemasyarakatan. Sedangkan linguistik dapat berarti ilmu yang mempelajari atau
membicarakan tentang bahasa, termasuk unsur dan hakekat pembentukannya.
Dari dua kata tersebut disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang
memoelajari atau membahas tentang aspek-aspek bahasa masyarakat, yang
didalamnya mengkaji perbedaan-perbedaan variasi yang terdapat dalam bahasa
itu sesuai dengan faktor atau penyebab bahasa itu ada di masyarakat.
Topik atau bahasan yang terdapat dalam sosiolinguistik dituliskan Nababan
berkaitan dengan bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa; repertoar bahasa;
masyarakat bahasa; kedwibahasaan; fungsi kemasyraakatan bahasa; pengguna
bahasa; sikap bahasa; perencanaan bahasa; interaksi sosiolinguistik;serta bahasa
dan kebudayaan.
Menurut Aslinda dan Leni dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Sosiolinguistik. Kata sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi
dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai
manusiaa dalam masyarakat dan mengenai lembaga-lembaga serta proses sosial
yang ada di dalam masyarakat linguistik adalah ilmu bahasa atau bidang yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, sosiolinguistik
merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa di dalam
masyarakat.
Appel mengatakan, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial
dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan
tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk
interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret. Dengan demikian, dalam
sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai sarana
interaksi/komunikasi di dalam masyarakat.
Dalam konferensi sosiolinguistik pertama di Universitas of California,
dirumuskan tujuh masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik. Ketujuh
masalah tersebut adalah:7
a. Identitas sosial penutur;
b. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat;
7 Aslinda dan Leni, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung:PT. Refika Aditama,2007) hlm. 6-7.
11
c. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur;
d. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial;
e. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk
ujaran;
f. Tingkatan variasi dan ragam linguistik; serta
g. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.
Adapun masalah atau topik-topik dalam sosiolinguistik tersebut dibicarakan
oleh Nababan, yaitu :
1) Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa,
2) Repertoire bahasa,
3) Masyarakat bahasa,
4) Kedwibahasaan dan kegandaan,
5) Fungsi masyarakat bahasa dan profil sosiolinguistik,
6) Penggunaan bahasa/etnografi berbahasa,
7) Sikap bahasa,
8) Perencanaan bahasa,
9) Interaksi sosiolinguistik, serta
10) Bahasa dan kebudayaan.8
Dalam bukunya Aslinda dan Leni Syafyahya memaparkan sosiolinguistik
merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi mengkaji
objek ilmiah mengenai manusia dalam masyarakat. Sedangkan linguistik
merupakan ilmu bahasa yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dapat
disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang
mempelajari bahasa dalam masyarakat.
Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan di dalam masyarakat seseorang
dipandang secara sosial. Oleh karena itu, bahasa dan pemakaiannya tidak
diamati jelas secara individu tetapi dihubungkan dengan kegiatannya di dalam
masyarakat atau dipandang secara sosial. Dipandang secara sosial, bahasa dan
pemakaiannya dipengaruhi faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor
linguistik mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas fonoligi,
8 Ibid,hlm.7.
12
morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan faktor nonlinguistik
mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas stasus sosial, tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, dan lainnya. Sedangkan faktor situasional yang
mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas siapa yang berbicara,
dengan bahasa apa, kepada siapa, di mana, dan masalah apa.
Sumarsono dan Paina Partana dalam bukunya yang berjudul
Sosiolinguistik menjelaskan bahwa ditinjau dari nama, sosiolinguistik (dalam
buku di singkat SL) menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu
sosiolingustik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio-
adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik
adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kodisi kemasyarakat
(dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi).
Halliday dalam Sumarsono menyebut sosiolinguistik sebagai linguistik
institusional (institutional linguistics), berkaitan dengan pertautan bahasa dengan
orang-orang yang memakai bahasa itu (deals with the relation between a
language and tho use it).
Pride dan Holmes dalam Sumarsono merumuskan sosiolinguistik secara
sederhana : ...the study of language as part of culture and society”, yaitu kajian
bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat (language in culture),
bahasa bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri (language and cullture).
Pada tahun yang sama, Fishman, tokoh penting sosiolingistik “merevisi”
istilah sosiolinguistik menjadi sosiologi bahasa (sociology of language) dengan
definisi sebagai berikut:9
“ The sociology of laguage focusses upon the entire gamut of topics
related to the social organization of language behavior, including not
only language usage per se, but also language attitudes, overt behavior
toward language and language users.”
Sosiologi menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan
organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja,
melaikan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa.
Batasan semacam ini ingin menarik sosiolinguistik ke bidang sosiologi daripada
9 Sumarsono dan Paina, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar,2002) hlm 2.
13
ke linguistik. Dalam kajian sosiolinguistik memang ada kemungkinan orang
memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa,
tetapi bisa pula berlaku sebaliknya: memulai dari bahasa kemudian mengaitkan
dengan gejala-gejala kemasyarakatan.
Sikap seperti ini tampak pada Dell Hymes ketika dia berkata :
“Sociolinguistics could be taken to refer to use of linguistic data and
analysis in other discipline concerned with social life and conversely, to
use of social data and analysis in linguistics”.
Sosiolinguistik dapat mengacu kepada pemakaian data kebahasaan dan
menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial dan
sebaliknya, mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam
linguistik. Rumusan di atas dikonkretkan oleh Fosold penulis dua buku, yaitu
The Sociolinguistics of Society dan The Sociolinguistics of Language .
Rumusan sederhana mirip dengan rumusan Pride dan Holmes adalah
batasan yang dikemukakan oleh Trudgill :”Sociolinguistics...is that part of
linguistics which is concerned with language as a social and cultural
phenomenon”. (Sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan
dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala kebudayaan).
Kushartanti dalam bukunya yang berjudul “Pesona Bahasa” menjelaskan
bahwa variasi bahasa tergolong atas :
1. Variasi bahasa menurut pemakainya, keberadaan yang terjadi karena
faktor kedaerahan, dalam hal ini perbedaan daerah pemakainya. Selain
karena faktor daerah, perbedaan dalam sebuah bahasa dapat juga terjadi
karena faktor lain, seperti latar belakang pendidikan pemakainya,
pekerjaannya, atau karena faktor derajat kesenian situasinya.
2. Variasi bahasa menurut pemakaiannya, suatu bahasa dipakai oleh
masyarakat penuturnya untuk keperluan komunikasi sesuai dengan
keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi
meliputi tiga hal medan (field), suasana (tenor), dan cara(mode).
3. Variasi bahasa dalam pemakaian bahasa, yakni bahasa yang digunakan
dan diperlihatkan ciri keakraban atau keintimannya.
14
4. Variasi bahasa dalam masyarakat multibahasa meliputi bahasa baku,
vernacular, lingua franca, pijin, dan kreol.10
Kushartanti menggolongkan variasi bahasa atas variasi bahasa
menurut pemakainya, variasi bahasa menurut pemakaiannya, variasi
bahasa dalam pemakaian bahasa, dan variasi bahasa dalam masyarakat.
Pengaitan antara gejala bahasa dan kebudayaan juga terlihat pada
batasan yang diberikan oleh Criper dan Widowson:11
“Sociolinguistics is the study of language in operations; its purpose is to
show how the conventions of language use relate to other aspects of
culture”.
Sosiolinguistik merupakan kajian bahasa dalam pemakaian (in operation).
Tujuannya untuk menunjukkan kesepakatan-kesepakatan atau kaidah-kaidah
penggunaan bahasa (yang disepakati oleh masyarakat), dikaitkan dengan aspek-
aspek kebudayaan dalam masyarakat itu.
Batasan Hymes di atas mendapat dukungan dari Hudson, yang mengatakan
sosiolinguistik itu merupakan “the study of language in relation to society”
(kajian tentang bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat), dan pada
kesempatan lain ia mengatakan (dengan nada mendukung Fishman) sosiologi
bahasa merupakan kajian mengenai masyarakat dalam hubungannya dengan
bahasa.
Di Indonesia, Nababan senada dengan Halliday dalam pertanyaan
“Sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan
penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat”. Apapun warna batasan di atas,
sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan
antara bahasa dan masyarakat.
Ilmu sosio-linguistik mengajarkan bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi untuk menyampaikan maksud, pikiran, atau perasaan. Ini sejalan
dengan apa yang disebut “interpretsi psikodinamis mengenai belajar bahasa”
yang menganggap bahasa sebagai tingkah laku antar manusia yang bertujuan
10
Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009) hlm. 60-63. 11
Ibid, hlm.3-4.
15
dan yang melibatkan penggunaan gerak tubuh (kinestetika) dan prosodi (para
language). 12
Sosiolingustik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam
hubungannya dengan masyarakat. Sosiolinguistik bersifat sebagian empiris dan
sebagian teoritis, yaitu sebagiannya merupakan masalah kegiatan mencari dan
mengumpulkan fakta dan sebagiannya lagi merupakan masalah kegiatan
berpikir. Sosiolinguistik sebagai „kajian bahasa dalam kaitannya dengan
masyarakat‟ yang secara sengaja menunjukan bahwa sosiolinguistik merupakan
bagian dari kajian bahasa. Jadi nilai sosiolinguistik terletak pada penjelasan yang
diberikannya terhadap hakikat bahasa pada umumnya atau pada ciri-ciri suatu
bahasa tertentu. 13
Downes dalam Basuki Suhardi merumuskan bahwa “Sociolinguistics is
that brach of linguistics which studies just those properties of language and
languages which require reference to social, including contextual, factors in
their explanation” (Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji
hanya bagian bahasa yang penjelasannya memerlukan acuan faktor-faktor sosial,
termasuk faktor-faktor kontekstual). 14
Hudson memberikan batasan sosiolinguistik sebagai,”... the study of
language in relation to society” (kajian tentang bahasa dalam kaitannya dengan
masyarakat).
Trudgill menyimpulkan, “Sociolinguistics, then, is that part of linguistics
which is concerned with language as a social and cultural phenomenon. It
investigates the field of language and society and has close connections with the
social sciences, especially social psychology, anthropology, human geography,
and sociology” (Jadi, sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang
berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan budaya. Sosiolinguistik
menyelidiki bidang bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik erat berhubungan
12 Soedjono, Perkembangan Linguistik di Indonesia, (Jakarta: Arcan, 1985), hlm. 17.
13 Rochayah dan Misbach Djamil, Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa,1995) hlm. 1-2. 14
Basuki Suhardi, Pedoman Penelitian Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2009) hlm 7.
16
dengan ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi sosial, antropologi, geografi
manusia, dan sosiologi).
Istilah sociolinguistics pertama kali dipakai oleh Haver C. Currie pada
tahun 1952. Ternyata anggapan ini terpaksa harus ditinggalkan karena istilah
sociolinguistics sudah dipakai oleh Thomas C. Hodson pada tahun 1939 dalam
tulisannya, “ Sociolinguistics in India” dalam majalah Man in India,19:94). 15
Sementara itu, Fishman merumuskan bahwa sosiolinguistik berusaha
menemukan bukan hanya norma-norma atau kaidah-kaidah kemasyarakatan
yang dapat dijelaskan dan menjadi kendala bagi perilaku terhadap perilaku
bahasa dalam masyarakat bahasa, melainkan juga berusaha menentukan nilai
simbolis dari ragam bahasa bagi para pemakainya.
Dalam tulisannya yang lain Fishman, seorang penganjur pemakaian
bahasa istilah sosiologi bahasa, membedakan sosiologi bahas menjadi sosiologi
bahasa deskriptif dan sosiologi bahasa dinamis. Sosiologi bahasa deskriptip
mencoba mengungkapkan norma-norma pemakain bahasa bagi masyarakat dan
jaringan-jaringan masyarakat tertentu. Sosiologi bahasa dinamis berusaha
menjelaskan mengapa dan bagaimana organisasi pemakaian bahasa dan perilaku
terhadap bahasa secara selektif dapat berbeda di dalam jaringan-jaringan sosial
atau masyarakat yang ada pada dua kejadian yang berbeda. Sosiologi bahasa
dinamis juga berusaha menjelaskan mengapa jaringan-jaringan masyarakat atau
sosial yang dulunya mirip atau serupa dalam hal pemakaian bahasa dan
perilakunya terhadap bahasa sekarang dapat menjadi sangat berbeda.
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan
linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat.
Sosiolinguistik itu adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam
masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di
dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu
terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga
sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka
15 Ibid, hlm. 9.
17
bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam
masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa
sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan
bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa
dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri
dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan
ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa. Pengkajian
bahasa dengan dimensi kemasyarakatan...disebut sosiolinguistik.
Sociolinguistics is the study of the charactheristics of language varieties, the
charactheristics of their functions, and the charactheristics of their speakers as
these three constantly interact, change and change one another within a speech
community.
The scope of enquiry
“ Sociolinguistic is the field that studies the relation between language
and society, between the uses of language and the social structures in which the
users of language live. It is a field of study that assumes that human society in
made up of many related patterns and behaviours, some of which are
linguistic.”
Sosiolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa dan sosial
masyarakat, antara bahasa dan struktur sosial dalam perkembangan bahasa.
Studi ini berasumsi bahwa masyarakat sosial terdiri dari banyak hubungan yang
membentuk pola dan tingkah laku, beberapa diantaranya linguistik. 16
“One of the principal uses of language is to communicate meaning, but it
is also used to establish and to maintain social relationships. Watch a mother
with a young child. Most of their talk is devoted to nurturing the social bond
between them. Listen to two friends talking. Much of their conversation
functions to express and refine their mutual cpmpact of companionship. When
you meet strangers, the way they talk informs you about their social and
16 Oxford University Perss, 1998,hlm. 3.
18
geographical backgrounds, and the way you talk sends subtle or blatant signals
about what you think of them. It is these aspects of language use that
sociolinguistic study.”
Salah satu dari tujuan pengunaan bahasa adalah untuk komunikasi, tapi
bahasa juga bertujuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan sosial.
Contohnya melihat hubungan antara ibu dengan anak. Mereka berbicara
bertujuan untuk mendidik ikatan sosial antara mereka. Mendengarkan dua orang
teman berbicara. Percakapan mereka berfungsi untuk mengekspresikan dan
menjalin hubungan timbal balik untuk persahabatan mereka. Ketika kamu
bertemu dengan orang lain, cara mereka berkomunikasi kepada kita tentang
kehidupan sosial dan latar belakang sosial tempat mereka berasal, dan cara kamu
berbicara mengirimkan sinyal secara langsung atau pun tidak langsung
menggambarkan pendapat kamu tentang mereka. Aspek dari penggunaan itulah
yang dibahas dalam studi sosiolinguistik.
2. Teori Variasi Bahasa
Kita menganggap bahwa hasil pekerjaan yang dibuat oleh alat
elektronika seperti spektograf itu “tidak berbeda” dari satu waktu ke waktu yang
lain, dengan kata lain, bahwa gambaran dari suatu bunyi yang dihasilkan
berturut-turut oleh alat itu adalah sama.
Jika kita bandingkan dengan lafal bunyi /a/ atau perkataan/tuliskan/
dalam oercakapan dua orang yang berlainan, kita akan lebih jelas melihat
perbedaan-perbedaannya. Apalagi kalau kedua orang yang lafalnya atau
bahasanya kita bandingkan itu datang atau berasal dari (a) daerah yang
berlainan, (b) kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, (c) situasi berbahasa
dan tingkat formalitas yang berlainan, atau pun (d) tahun atau za man yang
berlainan, maka akan lebih terah dan nyata perbedaannya. Contoh lain, yang
disebut “kates” di suatu daerah dinamakan “pepaya” di daerah lain.17
Perbedaan-perbedaan bahasa yang kita sebut di atas menghasilkan
ragam-ragam bahasa yang disebut dengan istilah-istilah yang berlainan. Ragam
17PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993)
hlm. 13-14.
19
bahasa yang sehubungan dengan daerah atau lokasi geografis disebut dialek.
Ragam bahasa yang sehubungan dengan kelompok sosial disebut sosiolek,
ragam bahasa yang sehubungan dengan situasi berbahasa/atau tingkat formalitas
disebut fungsiolek, dan ragam bahasa yang dihasilkan oleh perubahan bahasa
sehubungan dengan perkembangan waktu yang disebut bahasa yang lain-lain,
atau kalau perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dala satu
bahasa, kita dapat sebut ragam itu secara analog kronolek.
Kajian Variasi Dalam Linguistik Umum
Nababan dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik : suatu pengantar
, membagi variasi dalam bahasa atas dua macam berdasarkan sumber perbedaan
itu, yaitu (1) variasi internal (atau variasi sistemik) dan (2) variasi eksternal
(atau variasi ekstrasistemik). Variasi yang berhubungan dengan faktor-faktor di
luar sistem bahasa itu sendiri kita sebut sini variasi eksternal. Keempat macam
variasi yang kita sebut diatas, yaitu yang sehubungan daerah asal penutur,
kelompok sosisal, situasi berbahasa, dan zaman penggunaan bahasa itu, adalah
termasuk variasi eksternal, sebab faktor-faktor “penyebab” atau korelatif itu
adalah di luar sistem bahasa itu sendiri. Dalam analisis linguistik umum dalam
tahun 1940 dan 1950-an, perbedaan-perbedaan seperti ini sering disebut “variasi
bebas” (free variation).
Variasi bahasa yang “disebabkan” atau sehubungan dengan faktor-faktor
bahasa itu sendiri, khususnya unsur-unsur mendahului dan/atau mengikuti unsur
yang diperhatikan (=yang berbeda) itu, kita sebut di sini variasi internal. Jadi,
faktor-faktor yang sehubungan dengan perbedaan-perbedaan ini ialah keliling
bahasa (linguistic environment) dari unsur itu.18
Oleh karena letak sesuatu unsur
dalam suatu retakan unsur-unsur disebut “distribusi”, maka faktor korelatif
seperti ini dapat kita sebut juga “faktor distribusi”. Umpamanya dalam bahasa
Inggris /p/ jika didahului oleh bunyi /s/, umpamanya dalam kata Speak, tidak
diucapkan dengan hembusan nafas yang kuat (aspirasi), sedangkan /p/ dalam
kata peak dilafalkan aspirasi.
18 Ibid, hlm 14
20
Variasi-variasi internal ini dapat kita anggap lebih hakiki, atau lebih
dalam, lebih mendasar; oleh karena itu juga dapat disebut variasi sistemik,
artinya variasi yang merupakan ciri “alamiah” (natural) dari sistem bahasa itu.
Dalam buku Nababan ini memaparkan berkaitan dengan variasi bahasa
yang berbeda-beda sesuai dengan linguistik historis/diakronik yang memusatkan
perhatihannya pada perbedaan variasi bahasa berdasarkan sejarah sehingga
membentuk istilah silsilah bahasa. Kemudian Nababan membaginya dalam dua
macam yaitu variasi bahasa internal atau sistemik dan variasi bahasa eksternal
atau ekstrasistemik.
Variasi bahasa internal itu lebih dianggap hakiki atau mendalam serta
mendasar sesuai dengan sistem bahasa itu sendiri. Contohnya dalam bahasa
Inggris /p/ jika didahului oleh bunyi /s/, umpamanya dalam kata Speak, tidak
diucapkan dengan hembusan nafas yang kuat (aspirasi), sedangkan /p/ dalam
kata peak dilafalkan aspirasi. Sedangkan variasi bahasa eksternal itu di luar dari
sistem bahasa itu sendiri. Variasi bahasa eksternal berkaitan dengan perbedaan-
perbedaan faktor penyebab yang ada di luar sistem bahasa itu sendiri seperti
faktor asal daerah penutur, kelompok sosial, situasi berbahasa, dan zaman
penggunaan bahasa itu sendiri. Contohnya yang disebut “kates” di suatu daerah
dinamakan “pepaya” di daerah lain.
Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan dalam bukunya variasi bahasa
adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing
memilki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya membedakan
variasi bahasa berdasarkan kriteria, (a) latar belakang geografis dan sosial
penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Halliday
membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut dialek dan
pemakai yang disebut register. Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh
Alwasilah meskipun para penutur memakai bentuk-bentuk yang berbeda, tetapi
bentuk-bentuk itu merupakan satu bahasa yang sama, misalnya idiolek, dialek
sosiolek, dan register/style.19
19 Aslinda dan Leni, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung:PT. Refika Aditama,2007) hlm.17.
21
Dalam komunikasi yang sebenarnya, setiap penutur bahasa tidak pernah
setia pada satu ragam/dialek tertentu saja. Karena setiap penutup pasti
mempunyai kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh
karena itu, dapat dipastikan setiap penutur memiliki dua dialek, yaitu dialek
sosial dan dialek regional temporal. Contohnya, di Minangkabau anak-anak di
ranah Minang menggunakan bahasa Minang, tetapi di sekolah menggunakan
bahasa Indonesia.
Chaer dan Agustina membedakan variasi-variasi bahasa, antara lain:20
1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur
Variasi dari segi penutur adalah variasi yang bersifat individu dan variasi
bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif berbeda pada satu
tempat wilayah atau area. Variasi bahasa yang bersifat individu disebut dengan
idiolek, sedangkan variasi bahasa dari sekelompok individu disebut dialek.
Menurut konsep, dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok individu
yang merupakan anggota masyarakat dari suatu daerah tertentu atau kelas sosial
tertentu. Dialek berdasarkan wilayah disebut dengan dialek geografis, sedangkan
dialek berdasarkan kelas sosila disebut dialek sosial (sosiolek). Dengan kata lain,
perbedaan daerah dan sosial ekonomi penutur dapat menyebabkan adanya
variasi bahasa. Labov membedakan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat
golongan, status, dan kelas sosial penuturnya atas: akrolek, basilek, vulgar,
slang,kolokial, jargon, argon, dan ken.
2. Variasi Bahasa dari Segi Penggunaan
Variasi bahasa dari segi penggunaannya oleh Nababan disebut dengan
variasi bahasa berkenaan dengan fungsinya/fungsiolek, ragam, atau register.
Variasi bahasa dari segi penggunaan berhubungan dengan bidang pemakaian,
contohnya dalam kehidupan sehari-hari, ada variasi di bidang militer, sastra,
jurnalistik, dan kegiatan keilmuan lainnya. Perbedaan variasi bahasa dari segi
penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang akan memiliki sejumlah
kosa kata khusus yang tidak ada dalam kosa kata bidang ilmu lainnya.
20 Ibid, hlm 17-18.
22
Alwasih mengatakan register adalah satu ragam tertentu yang digunakan
untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional.
Pembicaraan register biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Dialek
berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan,
sedangkan register berhubungan dengan masalah bahasa digunakan untuk
kegiatan apa. Dengan kata lain, register dapat dibatasi lebih sempit dengan
acuan pada pokok ujaran atau pokok pembicaraan.
3. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan
Joos membedakan variasi bahasa berdasarkan keformalan atas lima bagian,
yaitu :21
a. Ragam baku/Frozen, digunakan dalam suasana resmi dan khidmat. Ragam
frozen disebut juga dengan ragam baku karena pola dan kaidahnya sudah
ditetapkan secara tetap dan tidak dapat diubah. Contohnya, ragam bahasa
pada dokumen-dokumen bersejarah. Gleason membatasi ragam frozen ini
sebagai ragam bahasa prosa tertulis dan gaya bahasa orang yang tidak
dikenal. Di samping itu, Gleason juga membatasi bahwa ragam bahasa
frozen ini pada ujaran dalam pidato.
b. Ragam bahasa resmi/formal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
buku-buku pelajaran, rapat dinas, dan surat-menyurat resmi. Ragam bahasa
resmi sama dengan ragam bahasa standar atau ragam bahasa baku yang
digunakan dalam situasi resmi.
c. Ragam bahasa usaha/konsultatif adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat. Ragam bahasa usaha ini
berada di antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa santai. Untuk
pembicaraan dalam ragam usaha ini si pembicara tidak perlu ada
perencanaan yang ekstensif tentang apa yang diungkapkan, dan sebenarnya
memang tidak mungkin direncanakan.
d. Ragam bahasa santai/casual adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi santai. Kosa kata dalam ragam bahasa santai ini banyak dipenuhi oleh
21 Ibid, hlm. 19.
23
unsur leksikal dialek. Ragam bahasa santai ini sering digunakan dalam
situasi tidak resmi untuk berbicara dengan keluarga dan teman-teman.
e. Ragam bahasa akrab/intimete adalah ragam bahasa yang digunakan antara
teman yang sudah akrab dan keluarga. Ciri ragam bahasa akrab ini adalah
banyaknya pemakaian kode bahasa yang bersifat pribadi, tersendiri, dan
relatif tetap dalam kelompoknya. Contohnya, seorang teman akrab akan
menyapa teman karibnya dengan kata sapaan khusus yang tidak diketahui
oleh teman-teman lainnya. Dalam ragam akrab ini, penggunaan bahasanya
sering tidak lengkap dan pendek-pendek. Hal ini terjadi karena para peserta
tutur sudah saling pengertian.
Pemilihan berbagai ragam bahasa tersebut berdasarkan dalil penting
sosiolinguistik, yaitu siapa yang berbicara, kepada siapa, tentang apa, kapan,
dan bagaimana, artinya tergantung pada situasi apa.
4. Variasi dari Segi Sarana
Variasi bahasa dari segi sarana dilihat dari sarana yang digunakan.
Berdasarkan sarana yang digunakan, ragam bahasa terdiri atas dua bagian, yaitu
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan disampaikan
secara lisan dan dibantu oleh unsur-unsur suprasegmental, sedangkan ragam
bahasa tulis unsur suprasegmental tidak ada. Pengganti unsur suprasegmental
dalam bahasa tulis adalah dengan menuliskan unsur tersebut dengan simbol dan
tanda baca. 22
Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan bahwa variasi bahasa
merupakan bentuk-bentuk bagian atau variasi dalam bahasa yang masing-masing
memiliki pola umum bahasa induknya. Mengutip dari Hartman dan Stork,
Aslinda dan Leni membedakan variasi bahasa berdasarkan latar belakang
geografi penutur, medium yang digunakan, dan pokok pembicaraan. Mengutip
dari Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut
dialek dan register.
22 Ibid, hlm. 20-21.
24
Pada proses komunikasi setiap penutur bahasa tidak pernah setia dengan
satu ragam/dialek tertentu karena setiap penutur bahasa pasti mempunyai
kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu,
dapat dipastikan memiliki dua dialek, yaitu dialek sosial dan dialek regional
temporal. Contohnya, di Batak anak-anak di lingkungannya menggunakan
bahasa batak tetapi, di sekolah mereka menggunakan bahasa Indonesia.
Sumarsono dan Paina Partana dalam bukunya yang berjudul
Sosiolinguistik menjelaskan tentang variasi bahasa yang dibagi menjadi dua,
yaitu :23
A. Variasi Dalam Ragam Baku
Jangan mengira, ragam baku itu monolitik. Dalam ragam baku juga
selalu ada kemungkinan akan adanya variasi. Anggap saja, variasi itu adanya
bentuk yang lebih dari satu.
Setidak-tidaknya ragam baku dapat kita bedakan antara baku lisan (RBL)
dan baku tulis (RBT). Dapat dipahami, RBT lebih mudah didefinisikan
karena relatif sedikit lebih stabil dari pada RBL. RBL lebih kurang stabil
karena lafal itu seolah „berayun”, sehingga kita sukar menentukan “titik”
yang pasti. Ini juga menyarankan, ada variasi lain dalam RBL. Berikut ini
akan diberikan beberapa contoh.
Kata logika, logis, sosiologi adalah baku dalam RBT. Dalam lafal RBL
yang tampak baku adalah [lokhika], [lokhis], [sosiolokhi], sedangkan lafal
[logika], [logis],[sosiologi] dianggap kurang baku. Dalam RBT kata bank
adalah baku, sementara dalam RBL yang berlaku adalah lafal seperti bang.
Kata tahun yang baku dalam RBT menjadi tidak baku dalam RBL, karena
RBL hanya mengakui lafal tanpa /h/.
Kita kadang-kadang melihat, RBT maupun RBL mengakui dua bentuk
yang sama-sama baku, misalnya mengecek dan mencek. Tetapi yang banyak
ialah variasi dalam RBL: kata RBT merdeka [merdEka]; dalam RBL bisa
23Sumarsono dan Paina, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar,2002) hlm
31-32.
25
menjadi [merdeka] atau [merdeka], menolak menjadi [menolak],[menola?],
[menOlak].
Memang bisa jadi RBT mempunyai variasi bentuk, tetapi RBL hanya
mempunyai satu. Misalnya, RBT mempunyai struktur seratus rupiah atau
Rp. 100,00 (rupiah seratus), sedangkan dalam RBL hanya yang pertama
yang diakui.
B. Ragam baku dan Ragam Umum
Masyarakat umum yang awam terhadap seluk beluk bahasa jelas tidak
tahu banyak tentang bahasa atau ragam baku, tidak tahu banyak kaidah
ragam baku. Apalagi kalau menyangkut RBT, sementara banyak angggota
masyarakat yang tidak banyak membaca, bahkan banyak yang buta huruf.
Mereka seolah-olah berjalan sendiri menurut iramanya sendiri. Kaidah
mereka berbeda dengan kaidah yang ditentukan oleh yang mempunyai
wewenang (otoritas) untuk menentukan mana bentuk yang baku dan mana
yang tidak baku. Semua ini menyebabkan yang sudah umum dan bisa
dipakai oleh masyarakat luas dapat tidak dianggap baku oleh yang
mempunyai otoritas, sebaliknya yang ditentukan baku jarang digunakan oleh
masyarakat. Akibatnya di dalam bahasa itu selalu hidup dua bentukan.
Misalnya bentuk-bentuk yang dibakukan ialah sistem dan analisis., tetapi
yang umum dipakai ialah sistem dan analisa. Di sini kita tidak bisa
meengatakan, ragam yang memakai bentuk-bentuk terakhir itu adalah dialek.
Lain halnya dengan contoh berikut. Kata mencolok, dalam arti „mudah
terlihat oleh banyak orang‟, adalah baku, kata menjolok dalam arti
„mengambil sesuatu dengan jolok‟ juga baku. Tetapi kalau di sesuatu
daerah, seperti di Bali, orang menggunakan kata menjolok untuk makna yang
dimiliki oleh kata mencolok, jelas ia bukan baku dan bisa dianggap menjadi
bagian dari BI dialek di daerah itu.
Semua itu tidak berarti, yang baku itu selalu tidak umum, dan yang
umum selalu tidak baku. Masih banyak sekali, bahkan sebagian besar,
bentuk-bentuk yang baku atau dibakukan itu juga diterima dan dipakai oleh
masyarakat umum.
26
Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut
pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta
menurut medium pembicaraan. 24
Sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama
oleh sama penutur bahasa tersebut. Namun, karena penutur bahasa tersebut,
meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia
homogen, wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak
seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini
bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi
juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. 25
Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama,
variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau
ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi
dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.26
Hortman dan Stork dalam Chaer dan Agustina membedakan variasi
berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b)
medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Halliday dalam Chaer dan
Agustina membedakan variasi bahasa berdasarkan (a) pemakaian yang
disebut dialek, dan (b) pemakai yang disebut register. Kemudian, Chaer dan
Agustina membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi
penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi keformalan, dan variasi
dari segi sarana.
Variasi bahasa dilihat dari segi penutur terdiri dari (1) idiolek yaitu
variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang berkenaan dengan warna
suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya, (2) dialek
yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang
berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu, (3) kronolek atau
24 KBBI, 2003, hlm. 920.
25 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hlm. 61.
26 Ibid, hlm 62.
27
dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial
pada masa tertentu, dan (4) sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa
yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.
Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau
fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa
berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan
untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang
kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata.
Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus
atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun, variasi
berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan
sintaksis.
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan
Agustina membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya
(Style) yaitu gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal),
gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan
gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang
paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-
upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata
cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat
keputusan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan
dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah
keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha atau ragam
konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan
biasa di sekolah, dan raat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau
produksi. Ragam santai atau ragam kasual yaitu variasi bahasa yang
digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan
keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi,
dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang
biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti
antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib.
28
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Dalam hal ini, dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis
atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,
misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Masyarakat bilingual atau
multilingual yang memiliki dua bahasa atau lebih harus memiliki bahasa atau
variasi bahasa mana yang harus digunakan dalam sebuah situasi.
Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika
orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya
terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau
variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu
terdapat satu model yang menjadi acuannya.27
Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat
intisari atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang
jauh dari inti yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi
dari acuannya, melainkan merupakan model lain yang baru sama sekali.
Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor
kebutuhan penutur atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan
situasi. Tidak tepat kiranya apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam
bahasa seperti yang digunakan dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya,
komunikasi atara penumpang dan abang becak berbeda komunikasi antar
menteri dalam sidang kabinet. Dengan demikian, terdapat berbagai variasi
pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat aneka ragam bahasa
sesuai dengan fungsi dan situasinya.
Macam-Macam Ragam Bahasa
Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap
komunikasi antarmanusia, maka tersedia bermacam-macam ragam bahasa ;
Pertama dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan
(1) daerah, (2) pendidikan, dan (3) sikap.
1) Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialek. Ragam
ini antara lain dapat disebut ragam bahasa dialek Jawa, dialek Bali,
27 Ibid, hlm.122.
29
dialek Manado, dialek Medan, dialek Banjarmasin, dialek sunda,
dialek Minang, dialek jakarta, dan lain-lain. Ragam bahasa itu
tercipta karena pengaruh kuat bahasa ibu sebagai pembeda masing-
masing ragam dialek. Dalam situasi nonresmi nyatalah bahwa ragam
bahasa ini relatif sering digunakan dalam proses komunikasi
antarbudaya.
2) Ragam bahasa ditinjau dari segi pendidikan pembicara/penulis dapat
dibedakan menjadi ragam cendikiawan dan ragam noncendikiawan.
Pembedaan ini didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan
nonformal pembicara/penulis.
3) Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bergantung
kepada setiap sikap terhadap lawan komunikasi. Ragam ini
dipengaruhi oleh antara lain pokok pembicaraan, tujuan dan arah
pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya. Segi-segi itulah
yang membedakan ragam ini menjdi resmi dan nonresmi.28
Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan (1)
pokok persoalan, (2) sarana, dan (3) gangguan campuran.29
1) Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan
dengan lingkungan yang dipilih dan dikuasai, bergantung pada
luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, pengalaman, dan
sebagainya. Ragam ini menyangkut masing-masing bidang ,
misalnya teknologi, politik, ekonomi, perdagangan, seni, olahraga,
perundangan, agama, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang
menyangkut hal pemilihan kata, ungkapan khusus, dan kalimat
khusus sehingga hal ini memberi kesan bahwa terdapat berbagai
ragam bahasa yang berbeda satu sama lain bergantung pada pokok
persoalannya.
2) Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam
lisan dan ragam tertulis (tulisan). Ada berbagai hal yang
28 Ibid, hlm. 127-128.
29 Ibid, hlm. 128.
30
membedakan bahasa lisan dengan bahasa tulisan. Unsur-unsur aksen,
tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, serta irama kalimat sulit
dilambangkan dengan ejaan ke dalam tulisan. Itulah sebabnya, ragam
tertulis harus selalu mengingat keutuhan dan kelengkapan fungsi
gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek. Hubungan diantara
fungsi-fungsi itu harus eksplisit nyata. Hal ini juga berhubungan
dengan fungsi dan situasi pemakainya.
3) Ragam bahasa dalam pemakaiannya, sering terjadi gangguan
percampuran unsur (kosakata misalnya) daerah maupun asing. Antara
bahasa daerah bahasa Indonesia terjadi kontak aktif yang
mempengaruhi perkembangan kosakata, demikian juga pengaruh
bahasa asing terhadap bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang
terpengaruh karena gangguan percampuran bahasa asing terhadap
bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang terpengaruh karena gangguan
percampuran unsur-unsur itu mendorong pembicara/penulis untuk
bersikap bijaksana dalam memilih.30
RAGAM BAHASA
Istilah ragam bahasa (atau ragam saja) dapat digunakan untuk memacu
ke manifestasi ragam tersebut, sama seperti cara kita menganggap „musik‟
sebagai fenomena umum dan kemudian membeda-bedakan „ragam musik‟
yang berbeda, yang membuat satu ragam bahasa berbeda dengan lainnya
adalah butir bahasa yang tercakup di dalamnya, jdi kita dapat mendefinisikan
suatu ragam bahasa sebagai satu kumpulan butir bahasa dengan distribusi
sosial yang serupa.31
Kita akan melihat bahwa hal ini konsisten dengan definisi yang
menganggap bahwa semua bahasa pada penutur atau masyarakat
multilingual sebagai ragam tunggal karena semua pokok-pokok kebahasaan
yang bersangkutan mempunyai distribusi sosial yang serupa, yaitu bahwa
30 Ibid, hlm. 129-130. 31
Rochayah dan Misbach Djamil, Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa,1995) hlm. 31.
31
pokok tersebut digunakan oleh penutur atau masyarakat yang sama.32
Ini
berarti bahwa suatu ragam dapat lebih luas daripada „bahasa‟ awam,
termasuk sejumlah bahasa yang berbeda. Sebaliknya menurut definisi
tersebut suatu ragam dapat hanya berisi sejumlah pokok saja atau bahkan
dalam kasus ektrim dapat berisi hanya satu pokok jika didefinisikan menurut
penutur atau masyarakat yang dikaitkan dengannya. Misalnya, kita dapat
mendefinisikan suatu ragam yang berisi pokok-pokok yang hanya digunakan
oleh keluarga atau desa tertentu. Jadi, suatu ragam dapat jauh lebih kecil dari
„bahasa‟ atau bahkan lebih kecil daripada „dialek‟.
Dendy Sugono dalam buku “ Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani” menjelaskan negara kita meliputi wilayah yang luas, bangsa kita
terdiri atas berbagai suku, dan masyarakat kita bercorak majemuk. Oleh
karena itu, bahasa Indonesia mempunyai beberapa ragam. Berdasarkan
golongan dan jenis pemakaiannya.33
Anton Moeliono memilah ragam bahasa
Indonesia berturut-turut berdasarkan golongan terdiri atas ragam daerah,
ragam pendidikan, dan ragam sikap. Kemudian berdasarkan jenis
pemakaiaanya terdiri atas ragam pokok persoalan, ragam sarana, dan ragam
gangguan percampuran.34
Ragam Bahasa
32 Ibid, hlm. 34.
33 Dendy Sugono, Bahasa Indonesia menuju Masyarakat Madani,(Jakarta: Progres, 2003)hlm.
151. 34
Anton M. Moeliono, Kembara Bahasa Kumpulan Karangan Tersebar, (Jakarta:PT.
Gramedia,1989)hlm. 141.
32
1. Golonga
n penutur
• Ragam Daerah : Logat
• Ragam Pendidikan : Formal dan Tak formal
• Ragam Sikap : gaya resmi, adab, dingin, akrab, santai, dsb. dengan mempertahankan siapa yang disapa
• dalam suasana yang bagaimana
• pokok yang dibicarakan, dan
• tujuan yang hendak dicapai.
2. golongan pemakaian
• pokok persoalan : ilmu, seni, agama, dsb.
• . Sarana : lisan, tulis, audiorekaman,audio-videorekaman.
• gangguan percampuran.
Seperti yang dijelaskan di atas dalam bukunya “ Kembara Bahasa” Anton Moeliono
memaparkan bahwa ragam bahasa dapat ditinjau menurut golongan penutur bahasa dan
menurut pemakaian jenis bahasa. Ragam dari sudut pandangan penutur dapat diperinci
menurut patokan yaitu daerah, taraf pendidikan formal, dan sikap penutur. Ragam
bahasa menurut jenis pemakaiannya digolongkan sebagai berikut ragam dari sudut
pandang bidang atau pokok persoalan, ragam menurut sarana, dan ragam yang
mengalami gangguan percampuran.
Bahasa daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek. Bahasa yang
menyebar luas selalu mengenal logat.logat di setiap wilayah berbeda-beda itulah yang
menyebabkan ragam bahasa terjadi di Indonesia.
33
Ragam bahasa menurut tingkat pendidikan formal, yang menyilangi ragam dialek,
menunjukan perbedaan yang jelas antara kaum yang bersekolah dan yang tidak.
Perbedaan kedua ragam itu nampak, anatara lain dalam bidang tata bunyi. Bunyi /f/ dan
gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya tidak selalu dapat dalam ujaran orang yang tidak
atau hampir tidak sekolah. Bentuk film dan kompleks yang dikenal dalam ragam orang
yang berpendidikan, bervariasi dengan pilem dan komplek dalam ragam orang yang
tidak mujur dalam menikmati pengajaran di sekolah.35
Pelafalan bunyi dalam beberapa kata dapat juga mempengaruhi adanya ragam
bahasa, sesuai dengan konteks tingkat pendidikan baik itu secara formal dalam dunia
pendidikan maupun bukan dalam dunia pendidikan. Pembentukan suatu kalimat juga
terlihat untuk ragam bahasa orang yang berpendidikan formal atau tidak.
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia
yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang
dapat disebut gaya atau langgam, pemilihannya bergantung pada sikap penutur
terhadap orang yang diajaknya berbicara atau terhadap pembacanya. Sikapnya itu
dipengaruhi oleh antara lain, umur dan kedudukan orang yang disapanya, pokok
persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan informasinya.36
Perbedaan berbagai
gaya atau langgamnya itu tercermin dalam kosa kata dan tata bahasa. Perhatikanlah
misalnya, gaya bahasa kita jika kita memberikan laporan kepada atasan, menulis surat
cinta, memberi instruksi kepada bawahan, atau mengobrol dengan sahabat karib.
Setiap penutur bahasa hidup dan bergerak dalam sejumlah lingkungan masyarakat
yang adat-istiadatnya atau tata cara pergaulannya dapat berbeda. Orang yang ingin turut
ikut serta dalam bidang tertentu atau yang ingin membicarakan pokok persoalan yang
berkaitan dengan lingkungannya itu harus memilih salah satu ragam yang dikuasainya
dan yang cocok dengan bidang atau pokok itu.
Pokok-pokok persoalan yang dibicarakan misalnya berkaitan dengan ilmu-ilmu
tertentu seprti, bahasa, sastra, olahraga, politik, agama, akidah, budaya, adat-istiadat,
teknologi, petanian,atau perdagangan. Ragam bahasa yang disampaikan terkait dengan
35 Ibid, hlm. 144.
36 Ibid, hlm.145.
34
persoalan yang ingin dibahas, ragam apa yang cocok digunakan, dan ragam bahasa yang
dikuasai sesuai dengan bidang persolan.
Ragam bahasa menurut jenis sarananya lazim dibagi atas ragam lisan atau ujaran
dan ragam tulisan. Tiap-tiap golongan masyarakat bahasa memiliki ragam lisan, tetapi
tidak semua lapisan mengenal aturan memakai ragam tulisan. Ada dua jenis perbedaan
pokok yang menandai kedua ragam itu. Pertama, jika kita menggunakan sarana tulisan,
kita berpraanggapan bahwa orang yang kita ajak berbahasa tidak ada dihadapan kita.
Akibatnya, bahasa kita perlu lebih terang dan jelas karena uraian kita tidak dapat
disertai oleh gerak isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda penegasan di pihak kita
atau tanda pemahaman di pihak pembaca kita. Itulah sebabnya, kalimat dalam ragam
tulisan lebih eksplisit sifatnya. Kalimat dalam ragam tulisan penutur yang cermat tidak
jarang dikaji, dinilai, dan disunting sebelum terwujud dalam bentuk akhirnya. Kedua,
ragam tulisan tidak dapat menggambarkan dengan sempurna tinggi-rendahnya nada atau
panjang-pendeknya suara yang berperan dalam ragam lisan dan yang sering
memberikan nuansa arti sehingga penulis acap kali perlu merumuskan kembali
kalimatnya jika ia ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya atau
ungkapan perasaan yang sama telitinya.
Mosaik ragam bahasa di atas mencerminkan khazanah bahasa kita yang jalin-
menjalin. Jalinan itu akan menjadi terang dengan contoh berikut. Orang dari Ujung
Pandang (logat), lulusan universitas (pendidikan formal) menulis karangan (sarana)
tentang adat orang Toraja (bidang) untuk majalah (bidang) sekolah siswa SMA (sikap).
Lagi, pemuda Jakarta (logat) mengobrol (sarana) dengan santai (sikap) tentang
pertandingan sepak bola (bidang) dengan teman karibnya (sikap).
Specialiezed Varieties or Registers And Domains
“Dialect concerns variations that are located regionally or socially. Style refers
to differences in degreeof formality. A third set of variations concers the spesial variety
(or register) especially marked by a special set of vocabulary (technical terminology)
associated with a profession or occupation or other defined social group and forming
part of its jargon.”37
37 Oxford University Press,1998,hlm.33-34.
35
Variasi dari setiap kata-kata khusus yang hanya bisa dipahami oleh orang yang
bekerja atau profesi seseorang di suatu bidang tertentu. Misalnya pada kata hacking dan
surfing yang lebih dipahami oleh orang-orang yang berprofesi sebagai ahli ilmu
teknologi komputer.
“A register is a variety of language most likely to be used in a specific
situation and with particular roles and statuses involved.”
Register adalah variasi bahasa yang lebih biasa digunakan dalam sebuah
situasi khusus dengan melibatkan peran dan status. Register ditandai dengan
pemilihan kosa kata dan aspek lain dari gaya bahasa.
“A particular variety of language is appropriate to the domain. In a
multilingual community, different laguanges many well be considered
appropriate for different domain. In a multilingual family, diffrent role-
relationships might involve defferent language choice. For instance, husband,
and wife might use one language to each other, but father and childern might
use anither.”
Sebuah kegunaan dari pengelompokkan situasi sosial adalah untuk
menganalisisnya dalam tiga karakteristik yaitu tempat, peran, dan topik. Ketiga
karakteristik tersebut bersama membentuk sebuah set domain. Misalnya, contoh
domain adalah rumah sebagai tempat. Domain biasanya dinamai berdasarkan
sebuah tempat atau aktivitas. Hubungan peran menyatu dengan rumah yaitu
orang yang terlibat dalam peristiwa komunikasi termasuk anggota keluarga
(ayah, ibu, anak, dan lainnya). Dalam sebuah topik tergantung dari pola budaya,
seperti aktivitas dalam keluarga. Variasi dalam bahasa sesuai dengan domain
perbedaan hubungan peran melibatkan pemilihan bahasa yang dipilih.
3. Teori Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi media sosial yang memungkinkan
pengguna untuk mengambil foto dan video, menerapkan filter digital
(pemberian efek pada foto) dan membagikannya ke berbagai media sosial
termasuk instagram itu sendiri.38
Foto atau video yang dibagikan nantinya
38 Michelle Wifalin, Efektivitas Instagram Common Grounds, Jurnal E-Komunikasi Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, pp. 2.
36
akan terpampang di feed pengguna lain yang menjadi follower Anda. Sistem
pertemenan di Instagram menggunakan istilah following dan follower seperti
di twitter. Following berarti Anda mengikuti pengguna, sedangkan follower
berarti pengguna lain yang mengikuti Anda. Selanjutnya setiap pengguna
dapat berinteraksi dengan cara memberikan komentar dan memberikan
respon suka terhadap foto yang dibagikan.
Instagram berasal dari pengertian dari keseluruhan fungsi aplikasi ini.
Kata "insta" berasal dari kata "instan", seperti kamera polaroid yang pada
masanya lebih dikenal dengan sebutan "foto instan". Instagram juga dapat
menampilkan foto-foto secara instan, seperti polaroid di dalam tampilannya.
Sedangkan untuk kata "gram" berasal dari kata “telegram” yang cara
kerjanya untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat.
Sama halnya dengan Instagram yang dapat mengunggah foto dengan
menggunakan jaringan Internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan
dapat diterima dengan cepat. Oleh karena itulah Instagram merupakan
gabungan dari kata instan dan telegram.39
Pada tanggal 9 April 2012, diumumkan bahwa Facebook setuju
mengambil alih Instagram dengan nilai hampir $1 miliar dalam bentuk tunai
dan saham. Pada tanggal 11 Mei 2016, Instagram memperkenalkan tampilan
baru sekaligus ikon baru dan desain aplikasi baru. Terinspirasi oleh ikon
aplikasi sebelumnya, ikon baru merupakan kamera sederhana dan pelangi
hidup dalam bentuk gradien.
Beberapa fitur-fitur yang ada di Instagram adalah:
1) Kamera
Fitur kamera memungkinkan pengguna instagram tidak hanya
bisa mengunggah foto dari galeri. Tetapi dapat juga langsung
membidik atau merekam momen dari dalam aplikasi kemudian
mengedit, memberi caption baru membagikannya.
2) Editor
39 Wikipedia, Instagram, 2016, (https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram).
37
Editor adalah fitur yang memungkinkan pengguna untuk
memoles foto yang dijepret lewat kamera perangkatnya. Di sini akan
dijumpai 10 tool editor tingkat lanjut untuk mengatur kembali
pencahayaan, kontras dan saturasi semudah menggerakkan jemari
tangan. Di update terbaru Instagram tidak lagi mengharuskan foto
berwujud kotak, tapi sudah mendukung pilihan portrait dan juga
landscape. Memberikan keleluasaan kepada pengguna saat ingin
membagikan foto dengan sudut tangkapan lensa yang lebih lebar.
3) Tag dan Hashtag
Fitur ini sebagaimana jejaring sosial pada umumnya memiliki
fungsi untuk menandai teman atau mengelompokkan foto dalam satu
label.
4) Caption
Caption berfungsi layaknya deskripsi, di sinilah pengguna bisa
memberikan sepatah dua patah kata soal foto yang diunggah. Di
samping tentunya menambahkan hashtag.
5) Integrasi ke media sosial
Instagram juga memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto
atau video ke jejaring sosial lain seperti Facebook, Twitter, Tumblr
dan Flicrk. Bila tool ini diaktifkan maka setiap kali foto dibagikan,
secara otomatis Instagram juga akan membagikannya ke jejaring
sosial yang sudah terhubung.
6) Instastory
Instastory adalah fitu terbaru dari Instagram, yang mengambil
format snapchat dimana unggahan hanya akan bertahan selama 1 hari
dengan durasi maksimal 10 detik.
7) Explore
Fitur yang menampilkan konten yang dilihat following atau
follower pengguna.
38
B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sudah terdapat
beberapa penelitian terkait dengan Variasi Bahasa. Penelitian yang dilakukan
oleh Lutfiatun Latifah dengan judul skripsi “Variasi Bahasa dilihat dari Segi
Pemakai pada Ranah Sosial Masyarakat Tutur Perbatasan Jawa Tengah-Jawa
Barat di Majenang Kabupaten Cilacap” tahun 2017. Hasil penelitian ini adalah
terdapat 60 data keseluruhan yang diklasifikasikan menjadi 5 bentuk yang dapat
ditemukan. Bentuk tersebut diantaranya adalah kelamin, status sosial, umur, rol,
dan yang terakhir monolingual. Bentuk yang paling banyak ditemukan adalah
rol, dan yang paling sedikit adalah status sosial. Variasi bahasa yang dilihat dari
segi pemakai ranah sosial masyarakat tutur perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat
di Majenang Kabupaten Cilacap ini mempunyai kelebihan yang pertama seperti
yang telah disebutkan bahwa penelitian ini mencakup dua bahasa sekaligus yang
masih sangat jarang diangkat oleh penelitian yang serupa. Kedua, penelitian ini
merupakan penelitian yang bertujuan untuk melestarikan asset bahasa bangsa.
Ketiga, penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan teori yang masih
segar dalam variasi bahasa, karena kebanyakan penelitian yang lain
menggunakan pakar yang sudah lebih dahulu mengemukakan teorinya seperti
Agustina dan Ferguson. Atas ketiga kelebihan tersebut diharapkan dapat menjadi
nilai tambah bagi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. 40
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rias Dwi Setiawati dengan judul
skripsi “Variasi Bahasa dalam Situasi Tidak Formal pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Tadulako” tahun 2019.
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian menunjukkan bahwa pada
mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia di Universitas Tadulako,
di temukan beberapa variasi bahasa yaitu : 1) variasi bahasa dari segi penutur,
yaitu dialek; 2) variasi bahasa dari segi keformalan, yaitu ragam santai atau
ragam kasual. Faktor penyebab terjadinya variasi bahasa tersebut yaitu : 1) latar
40Lutfiatun Latifah, Variasi Bahasa dilihat dari Segi Pemakai pada Ranah Sosial Masyarakat Tutur Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Majenang Kabupaten Cilacap Skripsi, Universitas Sebelas Maret Purakarta, 2017.
39
belakang geografis dan sosial penutur, 2) medium pembicaraan, 3) pokok
pembicaraan. 41
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Utami Rahayu dengan judul
skripsi Analisis Ragam Bahasa Pada Pesan Kesehatan Di Puskesmas Tengaran
pada tahun 2017. Berdasarkana analisis data dapat disimpulkan bahwa lima
pembahasan terdapat jenis ragam bahasa tertentu, bentuk imbuhan, penggunaan
kata baku, penggunaan PUEBI, dan bentuk dialek. Dari analisis itu ditemukan
bahwa jenis ragam bahasa pada pesan kesehatan di Puskesmas Tengaran berjenis
ragam bahasa fungsional. Tulisan pesan kesehatan ini jika dilihat banyak
menggunakan imbuhan atau proses afiksasi baik berupa prefiks, sufiks dan
konfiks. Pesan kesehatan ini juga terdapat kesalahan PUEBI-nya. Kesalahan itu
banyak terletak pada penggunaan huruf besar dan tanda baca yang kurang tepat.
Dalam pesan kesehatan ini juga ditemukan ragam bahasa dialek yang seharusnya
tidak boleh ada dalam ragam bahasa tulis. 42
Berdasarkan penelitian yang sudah dipaparkan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang meneliti tentang “ Variasi Bahasa
Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” yang akan peneliti lakukan.
41 Rias Dwi Setiawati, Variasi Bahasa dilihat dari Segi Pemakai pada Ranah Sosial
Masyarakat Tutur Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Majenang Kabupaten Cilacap Tahun 2019 Skripsi, FKIP Universitas Tadulako, 2019.
42 Utami Rahayu, Analisis Ragam Bahasa Pada PesanKesehatan di Puskesmas
Tengaran, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah metode penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor dalam Margono penelitian kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data dekstriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sementara itu Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristiwanya .43
Penelitian ini merupakan penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang
menyelidiki suatu fenomena sosial dalam masalah manusia.44
Berdasarkan
pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data berupa sebuah deskripsi tergantung
kepada pengamatan yang diamati.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Metode deskriptif
adalah metode untuk menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta atau
gejala-gejala secara sistematis. Sudaryanto berpendapat bahwa metode
deskriptif adalah metode atau cara kerja dalam penelitian yang semata-mata
hanya berdasar fakta empiris berupa bahasa yang sifatnya seperti apa adanya.
Penelitian ini mendiskripsikan “ Variasi Bahasa Penggunaan Media Sosial
Instagram Siswa SMA dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia”.
43 S.Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Hlm.36.
44 Prof. Dr. Emzier, Metodologi Peneltian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 147.
40
41
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dan objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan
tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif.
Pengertian subjek dan objek penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai
berikut: “subjek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang
ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa subjek penelitian menjadi sangat penting
dalam sebuah penelitian, hal ini berhubungan dengan judul penelitian dan
data yang diperlukan. Objek penelitian juga penting karena objek penelitian
digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Jika
penentuan objek penelitian tidak mendukung judul dan data penelitian maka
menjadi kendala besar dan mempengengaruhi hasil penelitian tersebut.45
Subjek penelitian difokuskan pada pelajar SMA yang menggunakan
apilikasi Instagram. Subjek penelitian ini mencakup pelajar SMA yang
mengikuti bimbingan belajar di LBB Delta daerah Jakarta Barat. Pelajar
SMA tersebut lebih dekat dengan peneliti sehingga peneliti dengan intens
memperhatikan status Instagram yang mereka buat.
Adapun objek penelitian adalah pelajar SMA yang menggunakan
aplikasi istagram. Objek penelitian difokuskan pada status Instagram pelajar
SMA yang di dalamnya terdapat unsur variasi bahasa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan adalah teknik yang tepat
sehingga benar-benar didapat dari data yang valid dan reliabel. Teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut46
:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan sistematis
dari fenomenafenomena yang diselidiki.47
Observasi merupakan cara
45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung; Alfabeta,2015 ), hlm. 24
46 Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula, (
Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 12
42
untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara
cermat dan terencana. Objek yang dimaksud disini bisa beruwujud
orang (misalnya peserta didik), kegiatan, keadaan, benda, dan lain-
lain. Penilaian yang dilakukan dengan teknik pengamatan adalah
penilaian dengan cara melakukan pengamatan terhadap objek secara
langsung, cermat, dan sistematis dengan mendasarkan diri pada
rambu-rambu tertentu.48
Observasi juga didefinisikan sebagai suatu
proses melihat, mengamati, dan mencermati. Observasi adalah
kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan atau diagnosis.49
Observasi dalam sebuah penelitian
sangatlah penting, karena dalam pengambilan data untuk penelitian
haruslah akurat dan tidak diperbolehkan memanipulasinya. Dengan
demikian observasi menjadi tekhnik pengumpulan data paling utama
dalam penelitian ini.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. 11
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
ditunjukkan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat berupa
catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen
rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dll.50
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah
berdasarkan pengumpulan data-data yang didapat dari status
instagram yang ditulis oleh pelajar SMA yang didalamnya terdapat
variasi bahasa dalam bentuk foto screen shoot (layar tangkap).
47 H. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.168.
48 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2014), h. 93. 49
Uhar Saputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, ( Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 209 .
50 Sukandarumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), h. 100.
43
D. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian harus segera dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan. Laporan yang dimaksud berupa karangan yang betul-betul narasi
bukan jenis karangan bertemakan bebas. Tujuan analisis data ialah untuk
mengungkapkan data apa yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu
diuji, pertanyaan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan
untuk mendapatkan informasi baru, dan kesalahan apa yang harus
diperbaiki.51
Teknik analisis data yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data dekstriptif berupa kata-
kata tertulis. Data dalam penelitian ini berupa data-data berdasarkan status
instagram pelajar SMA yang didalamnya terdapat unsur variasi bahasa.
Penulis akan menganalisis kalimat dalam status Instagram kemudian
memberikan penjelasan terkait dengan konteks status Instagram tersebut
dalam variasi bahasa. Penulis mengolah data dalam lembar dokumentasi
menggunakan rumus sebagai berikut : : P = F
X 100% N
Keterangan : F = frekuensi yang dicari presentasenya.
N = Number of Cases ( jumlah frekuensi/
banyaknya individu).
P = angka presentase52
51 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h.83. 52
Anas Sudijono, Pengantar Statistika Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Data
Analisis data yang digunakan penulis berupa screen shot status instagram
yang penulis paparkan menjadi deskripsi. Berikut adalah analisis data yang
penulis dapatkan :
1. Variasi Bahasa dari Segi Keformalannya yang Termasuk ke dalam
Jenis Ragam Santai atau Kasual
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@tsunarti20. Dalam unggahannya akun @tsunarti20 menulis caption
“kangen kapan main bareng lagi”. Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun bersama dengan teman-temannya ketika di sekolah mereka
sedang mengadakan sebuah acara, terlihat mereka menggunakan baju
44
45
adat. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @tsunarti20 mengungkapkan rasa rindunya kepada teman-
temannya yang berada di foto yang ia unggah, hal tersebut terlihat dari
kata “kangen” selain itu juga pemilik akun berharap bertemu dengan
teman-temannya yang berada di foto tersebut. Selain itu pemilik akun
@tsunarti20 juga menuliskan hashtag dengan simbol tagar (#) yang
tertulis latepost yang berarti postingan dari kejadian sudah terlewat,
seperti kemari, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu atau seterusnya.
Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun @tsunarti20
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke
dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan
kekerabatan yang dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan
orang yang ada di foto tersebut sebagai mitra tutur, selain itu pemilihan
kalimat tidak menunjukkan ragam akrab karena caption tersebut hanya
sebuah ungkapan kepada teman.
46
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@rbiahtl_adwyh02. Dalam unggahannya akun @rbiahtl_adwyh02
menulis caption “keluarga baru....XIPB SMAN 84 JAKARTA”. Pada
foto yang dinggah tampak pemilik akun bersama dengan teman-teman
sekelasnya di sekolah SMA. Pemilik akun diterima di SMAN 84 Jakarta
jurusan IPB (Ilmu Pengetahuan Bahasa). Teman baru yang pemilik akun
maksud adalah teman-teman di SMA yang sama-sama jurusan IPB.
Selain itu, pemilik akun @rbiahtl_adwyh02 menandai salah satu
temannya yaitu dengan nama akun instagram @zehnsprache84. Pemilik
akun menggunakan hashtag dengan simbol tagar (#) yang tertulis
XIPB84‟20 yang berarti kelas X (sepuluh) IPB SMAN 84 angkatan 20.
Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@rbiahtl_adwyh02 menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya
yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat
dari hubungan kekerabatan yang dekat antara pemilik akun sebagai
penutur dengan orang yang ada di foto tersebut sebut sebagai mitra tutur,
serta situasi dalam foto tersebut dalam keadaan santai atau tidak formal.
47
Keterangan (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@ahauras. Dalam unggahannya akun @ahauras menulis caption “Last”.
Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama dengan teman-
temannya sedang berada di sekolah mereka sedang memperingati hari
Kartini terlihat dari baju yang mereka gunakan. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @ahauras
mengungkapkan foto tersebut sudah lama namun baru diunggah pemilik
akun, hal tersebut terlihat dari kata “Last”. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan variasi bahasa
dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang dekat antara
pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto tersebut
sebut sebagai mitra tutur serta orang lain yang melihat unggahan
tersebut.
48
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@ahauras. Dalam unggahannya akun @ahauras menulis caption “Tak
peduli apa yang dikatakan orang-orang dengan kebersamaan yang selama
ini kita lalui dengan bersama, janganlah melupakan kenangan demi
kenangan yang pernah kita buat. Ayo kita tunjukin kalo anak IBB bisa
lebih sukses!!! Ps: sorry yang ga ke tag. Abis ga bisa lebih dari 20”.
Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama dengan teman-
temannya ketika di sekolah. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan,
terlihat bahwa pemilik akun @ahauras mengungkapkan apapun yang
dikatakan orang lain selama semuanya dilalui dengan bersama-sama dan
tidak melupakan kenangan yang pernah dilakukan ia mengajak teman-
temannya untuk menunjukkan bahwa anak IBB (Ilmu Bahasa dan
Budaya) bisa lebih sukses dari yang lainnya, terlihat. Penulisan di
statusnya ini menggunakan istilah ps yang berarti dari postscript itu
sendiri adalah tulisan tambahan setelah selesai menulis surat,
dikarenakan kemungkinan penulis lupa menulis sesuatu. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang
dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto
tersebut sebut sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption
tersebut ditujukan kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang
diunggahnya.
49
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @febyrosa20. Dalam unggahannya akun @febyrosa20
menulis caption “ketemu ga ketemu pembahasan wajib kita pasti
kardashians family”. Pada foto yang diunggah pemilik akun
terlihat sedang bersama dengan temannya ketika sedang
berlangsungnya suatu acara di sekolahnya. Pemilik akun dan
temannya menggunakan baju kebaya. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @febyrosa20
memberitahukan bahwa walaupun mereka tidak bertemu tetapi
pembahasan obrolan mereka yang wajib adalah tentang keluarga
kardashian. Terlihat yang ada di foto tersebut adalah teman
perempuan yang dimaksud oleh pemilik akun yang disebut “kita.
Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@febyrosa20 menggunakan variasi bahasa dari segi
50
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan kata yang disingkat-
singkat dan pemilihan kalimat yang menunjukkan ragam akrab
karena caption tersebut diungkapan untuk teman dekat yang ada
di foto tersebut.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@fasyafas. Dalam unggahannya pemilik akun @fasyafas menulis
caption “mudah saja untu menilai laki-laki, lihat saja dari jam berapa ia
menunaikan shalat subuh”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik
akun sedang berfoto bersama temannya di dalam kelas dengan
menggunakan baju seragam putih abu-abu. Berdasarkan pemilihan kata
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @fasyafas mengungkapkan
kalau ingin menilai laki-laki kita harus menegtahui jam berapa laki-laki
tersebut menunaikan shalat subuh. Berdasarkan pemaparan di atas
51
caption dari pemilik akun @fasyafas menggunakan variasi bahasa dari
segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual karena status tersebut ditujukan kepada teman karib atau teman
dekat dari siswa tersebut yang sudah saling mengetahui maksud dari
penulisan tersebut. Bahasa tersebut juga digunakan dalam situasi tidak
resmi.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@fasyafas Dalam unggahannya akun @fasyafas menulis caption “Hal
yang paling baik untuk mengetahui bahwa kamu bisa mempercayai
orang adalah mencoba mempercayai mereka”. Pada foto yang diunggah
tampak pemilik akun sedang berada di lapangan sekolah bersama dua
temannya. Temannya yang berada di tengah sedang memegang bunga.
Mereka menggunakan baju seragam putih abu-abu. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @fasyafas
mengungkapkan bahwa jika ingin mengetahui kita bisa mempercayai
52
orang lain atau tidak maka mulailah dari memberikan kercayaan kepada
merek. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@fasyafas menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual karena status tersebut
ditujukan kepada teman karib atau teman dekat yang ditujukan untuk dua
orang temannya yang ada dalam foto tersebut yang sudah saling
mengetahui maksud dari penulisan tersebut. Bahasa tersebut juga
digunakan dalam situasi tidak resmi.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@renilestaaari. Dalam unggahannya akun @renilestaaari menulis
caption “Bahasaku”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun
bersama dengan teman-teman dan wali kelas di sekolah mereka. Terlihat
dari foto tersebut mereka menggunakan baju seragam putih abu-abu dan
wali kelas mereka menggunakan baju seragam dengan warna biru
53
dongker, dengan posisi foto yang sudah diatur rapih dengan background
gedung sekolah mereka. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan,
terlihat bahwa pemilik akun @renilestaaari memberitahukan bahwa foto
tersebut adalah teman-teman kelasnya dari jurusan bahasa, hal tersebut
terlihat dari kata “bahasaku” yang mengungkapkan pemilik akun adalah
bagian dari kelas bahasa di sekolah tersebut. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @renilestaaari menggunakan variasi
bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam
santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang dekat
antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto
tersebut sebagai mitra tutur, selain itu pemilihan kalimat tidak
menunjukkan ragam akrab karena caption tersebut hanya sebuah
ungkapan kepada teman.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@rbiahtl_adwyh02. Dalam unggahannya akun @rbiahtl_adwyh02
54
menulis caption “Sparta Summer Festival”. Pada foto yang diunggah
terlihat kemeriahan suasanadari acara yang diselenggarakan oleh
sekolah. Pemilik akun berada di acara tersebut dan mendokumentasikan
kemeriahan dari kegiatan tersebut. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @rbiahtl_adwyh02
memberitahukan bahwa foto tersebut adalah foto pada saat acara “Sparta
summer Festival” yang diadakan oleh sekolahnya. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @rbiahtl_adwyh02
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke
dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari pemilihan
kalimat tidak menunjukkan ragam akrab karena caption tersebut hanya
sebuah ungkapan kepada teman.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@maharaniekaa . Dalam unggahannya akun @maharaniekaa
menulis caption “foto 2x2”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik
akun menggunakan baju seragam pramuka. Berdasarkan pemilihan kata
55
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @maharaniekaa
mengungkapkan foto yang diunggahnya difoto 2 kali 2 foto yang berarti
jumlah foto menjadi 4 dalam 1 bingkai foto (frame). Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @febyrosa menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang
sangat dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada
di foto tersebut sebut sebagai mitra tutur, karena pada konteksnya
caption tersebut ditujukan kepada teman-temannya yang ada di dalam
foto yang diunggahnya ditujukan kepada teman karib atau teman dekat
dari siswa tersebut yang sudah saling mengerti maksud dari penulisannya
tersebut.
56
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@rayiputri. Dalam unggahannya akun @rayiputri menulis caption
“mbanya yang di kanan bisa geseran?”. Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun sedang duduk sebuah bangku dengan menggunakan baju
seragam batik, rok abu-abu, dan kerudung putih. Pada saat difoto
temannya yang berada di ujung sebelah kanan masih bisa menggeser
posisi duduknya sedikit lebih di ujung bangku. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @rayiputri
mengungkapkan foto yang diunggahnya untuk temannya yang berada di
posisi ujung kanan, terlihat dari kata yang digunakan “mbanya yang
kanan bisa geseran?‟. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @rayiputri menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual
karena status tersebut ditujukan kepada teman karib atau teman yang
sangat dekat dari siswa tersebut yang sudah saling mengetahui maksud
dari penulisan tersebut. Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak formal untuk berbincang-bincang dengan teman yang sangat dekat.
57
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @ahauras. Dalam unggahannya akun @ahauras menulis
caption “Siapa kita?IBB LAH!1!1!”. Pada foto yang diunggah
tampak pemilik akun sedang berfoto dengan teman-teman
sekelasnya di sekolah. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @ahauras
mengungkapkan foto yang diunggahnya adalah teman sekelasnya
di sekolah. Pemilik akun menanyakan siapa kita (yang dimaksud
dalam foto yang diunggahnya) kemudian ia menjawab IBB yang
berarti Ilmu Bahasa dan Budaya. Berdasarkan pemaparan di atas
caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan variasi bahasa
dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam
santai atau kasual karena status tersebut ditujukan kepada teman
karib atau teman yang sangat dekat dari siswa tersebut yang
sudah saling mengetahui maksud dari penulisan tersebut. Variasi
bahasa yang digunakan dalam situasi tidak formal untuk
berbincang-bincang dengan teman yang sangat dekat.
58
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @rayiputri. Dalam unggahannya akun @rayiputri menulis
caption “HBD”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun
sedang berfoto dengan teman-temannya saat merayakan acara
ulang tahun salah satu temannya. Berdasarkan pemilihan kata
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @rayiputri
mengucapkan Happy Brithday yang ia singkat menjadi HBD
untuk salah seorang temannya yang berulang tahun. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @rayiputri
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual karena status
tersebut ditujukan kepada teman karib atau teman yang sangat
dekat dari siswa tersebut yang sudah saling mengetahui maksud
dari penulisan tersebut. Variasi bahasa yang digunakan dalam
situasi tidak formal untuk berbincang-bincang dengan teman
yang sangat dekat serta penggunaan kata yang disingkat.
59
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @listyadwinurcahya. Dalam unggahannya akun
@listyadwinurcahya menulis caption “12-11-10 kita siapa? We
are....we are LANGUAGE”. Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun sedang berfoto dengan teman-teman sekelasnya di
sekolah dengan menggunakan baju seragam batik. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
@listyadwinurcahya mengungkapkan bahwa yang ada di dalam
foto tersebut adalah teman-temannya di sekolah jurusan bahasa.
Terlihat dari kalimat “We are LANGUAGE” yang dalam arti
bahasa Indonesia adalah kita adalah bahasa. Pada saat foto itu
diambil mereka berada pada jenjang kelas 12 namun mereka
sudah menjadi satu kelas jurusan bahasa semenjak kelas 11 dan
10. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@ahauras menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya
yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual karena
status tersebut ditujukan kepada teman karib atau teman yang
sangat dekat dari siswa tersebut yang sudah saling mengetahui
maksud dari penulisan tersebut. Variasi bahasa yang digunakan
dalam situasi tidak formal untuk berbincang-bincang dengan
teman yang sangat dekat.
60
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@sephimhrn. Dalam unggahannya akun @sephimhrn menulis caption
“X-IPB”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama dengan
teman-temannya ketika di sekolah. Mereka menggunakan baju seragam
olahraga dan berfoto di lapangan sekolah mereka. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @sephimhrn
mengungkapkan dalam foto tersebut adalah siswa-siswi kelas X
(sepuluh) jurusan IPB (Ilmu Bahasa dan Budaya). Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @sephimhrn menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari situasi dalam foto tersebut
dalam situasi santai dan ditujukan untuk teman.
61
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@sephimhrn. Dalam unggahannya akun @sephimhrn menulis caption
“Fake people showing fake love to me” Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun sedang berfoto menggunakan 1 bingkai yang berisi 4 foto
menggunakan kerudung putih. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @sephimhrn mengungkapkan
bahwa seorang yang palsu juga akan memalsukan cintanya atau juga bisa
berarti orang yang berpurapura akan pura-pura juga mencintai.
Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun @sephimhrn
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke
dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan
kekerabatan yang dekat antara pemilik akun serta penggunaan bahasa
yang sudah dimengerti oleh mitra tuturnya yaitu tertuju untuk orang-
orang yang melihat unggahan tersebut.
62
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@kireinakhanza. Dalam unggahannya akun @kireinakhanza menulis
caption “Maafkeun kekhilafanku ya guys. Gabut parah”. Pada foto yang
diunggah tampak pemilik akun sedang berada di kamarnya dengan
menggunakan baju biru dongker. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @kireinakhanza mengungkapkan
bahwa ia dalam situasi yang membosankan karena tidak mengerjakan
kegiatan apapun. Caption di atas juga menggunakan kata “keun‟ yang
terdapat dalam bahasa sunda yang berarti “kan” ini menunjukkan adanya
unsur kedaerahan dalam caption tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas
caption dari pemilik akun @kireinakhanza menggunakan variasi bahasa
dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang lebih dekat
dengan pemilik akun dan orang-orang yang melihat unggahan tersebut.
Selain itu adanya unsur kedaerah yang terdapat pada caption tersebut.
63
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @febyrosa20. Dalam unggahannya akun @febyrosa20
menulis caption “They why, when our purishment came to them,
did they not humble themselves? But their hearts became
hardened, and Satan made attractive to them that which they were
doing. –Qs. Al An‟am 6:43”. Pada foto yang diunggah pemilik
akun terlihat sedang menggunakan mukena. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
@febyrosa20 mengungkapkan ayat Al-Qur‟an yang dikutipnya
pada Surat Al-An‟am yaitu surat ke 6 ayat 43 yang artinya “lalu
mengapa, ketika kami datangkan hukuman kepada mereka,
mereka tidak merendahkan dii mereka sendiri? Tetapi hati
mereka menjadi keras dan sulit untuk menarik apa yang telah
mereka lakukan”. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @febyrosa20 menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
64
kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan kata yang ditujukan untuk
teman dekat pemilik akun.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @febyrosa20. Dalam unggahannya akun @febyrosa20
menulis caption “yang satu pendiem di dunia nyata yang satunya
lagi pendiem di dunia khayalan”. Pada foto yang diunggah
pemilik akun terlihat sedang bersama dengan temannya ketika
sedang berlangsungnya suatu acara.. Berdasarkan pemilihan kata
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @febyrosa20
mengungkapkan bahwa mereka berdua sama-sama mempunyai
sifat pendiam yang menjadi bedanya adalah yang satu pendiem di
dunia nyata atau kehidupan sehari-hari sedangkan yang satu lagi
dalam dunia khayalan atau imajinasi. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @febyrosa20 menggunakan
65
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam
jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan
kata yang digunakan dalam situasi santai serta tertuju untuk
teman dekat pemilik akun.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @skknh. Dalam unggahannya akun @skknh menulis
caption “Contest traditional fashion”. Pada foto yang diunggah
pemilik akun terlihat sedang bersama dengan temannya ketika
sedang berlangsungnya suatu acara di sekolah mereka. Pemilik
akun menggunakan baju batik dan temannya memakai baju adat
Palembang. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat
bahwa pemilik akun @skknh mengungkapkan bahwa foto
tersebut diambil saat acara “Contest traditional fashion” yang
diselenggarakan untuk memperingati bulan bahasa di SMAN 84
66
Jakarta. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@skknh menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya
yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini
terlihat dari penggunaan kata yang ditujukan untuk teman dekat
pemilik akun serta digunakan dalam situasi santai.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @cindyvebiola. Dalam unggahannya akun @cindyfebiola
menulis caption “Selamat hari kemerdekaan Indonesia”. Pada
foto yang diunggah pemilik akun terlihat sedang bersama dengan
teman-temannya ketika di sekolah mereka memperingati hari
kemerdekaan Indonesia. Pemilik akun dan teman-temannya
menggunakan baju olahraga. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @cindyvebiola
mengucapkan selamat hari kemerdekaan indonesia. Berdasarkan
67
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @cindyvebiola
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat
dari penggunaan kata yang diguakan dalam situasi santai.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @fasyafas. Dalam unggahannya akun @fasyafas menulis
caption “Do not desire the friendship of the one who does not
wish to be your friend. (Ali bin Abi Thalib)”. Pada foto yang
diunggah pemilik akun terlihat pemilik akun sedang berfoto
sendiri sembari duduk dengan wajah tidak menghadap kamera.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @fasyafas mengungkapkan bahwa jangan
menginginkan persahabatan yang orang tersebut tidak ingin
menjadi sahabatmu. Caption tersebut pemilik akun mengutip dari
kata-kata Ali bin Abi Thalib yang mengandung pesan
bersahabatlah dengan orang yang menginginkanmu menjadi
68
sahabatnya jangan bersahabat dengan orang yang tidak
menginginkanmu untuk menjadi sahabatmu. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @fasyafas
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat
dari penggunaan kata yang ditujukan untuk teman dekat pemilik
akun.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @fasyafas. Dalam unggahannya akun @fasyafas menulis
caption “Namanya juga udah kentel, mau dipisah juga ga bakal
bisa”. Pada foto yang diunggah pemilik akun terlihat sedang
bersama dengan 2 orang temannya menggunakan baju bebas.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @fasyafas mengungkapkan bahwa mereka adalah
teman-teman pemilik akun yang sudah sangat dekat sehingga
69
susah untuk dipisahkan. Terlihat dari kalimat “udah lengket,
dipisah ga bakal bisa” menunjukkan betapa dekatnya mereka
bertiga yang sulit dipisahkan oleh apapun. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @fasyafas
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal ini terlihat dari
penggunaan kata yang disingkat-singkat dan mintra tutur yang
sudah saling mengetahui maksud dari penutur.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@irmaa.agstn. Dalam unggahannya akun @irmaa.agstn menulis caption
“If im happy you must happy too”. Pada foto yang diunggah terlihat
pemilik aku sedang berfoto menggunakan baju putih dengan
menunjukkan ekspresi muka bahagia. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @irmaa.agstn menuliskan jika
70
dia bahagia maka kamu juga harus bahagia, terlihat sesuai dengan
ekspresi yang terlihat dalam foto. Pemilik akun mengungkapkan rasa
bahagia untuk semua teman-temannya yang malihat unggahan foto
tersebut. Penulisan di statusnya ini menggunakan istilah ps yang berarti
dari postscript itu sendiri adalah tulisan tambahan setelah selesai menulis
surat, dikarenakan kemungkinan penulis lupa menulis sesuatu.
Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun @ahauras
menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke
dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan
kekerabatan yang sangat dekat antara pemilik akun sebagai penutur
dengan orang yang ada di foto tersebut sebut sebagai mitra tutur, karena
pada konteknya caption tersebut ditujukan kepada teman-temannya yang
ada di dalam foto yang diunggahnya.
71
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@rbiahtl_adwyh02. Dalam unggahannya akun @rbiahtl_adwyh02
menulis caption “This is us, we fighters every obstacle the new beginning
began. Since 10 september 2018”. Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun bersama dengan teman-temannya ketika di sekolah
menggunakan baju seragam putih. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @rbiahtl_adwyh02
mengungkapkan agar berjuang untuk dapat melewati rintangan yang ada
diawal karena perjuangan ini baru dimulai. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @rbiahtl_adwyh02 menggunakan variasi
bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam
santai atau kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan kalimat yang
disampaikan pada saat situasi santai serta adanya hubungan yang dekat
dengan pemilik aku yaitu teman-temannya yang ada difoto tersebut.
72
Caption di atas diunggah oleh pemilik akun @ahauras. Dalam
unggahannya akun @ahauras menulis caption “Young kid that shined
bight”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun sedang berfoto
dengan background bandi Prambanan. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @ahauras mengungkapkan anak
muda yang bersinar terang sesuai dengan foto yang diunggah terlihat
pemilik akun tampak terang sebab matahari yang cerah. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari hubungan pemilihan kata
yang sudah dimengeti oleh taman-teman yang melihat unggahan
tersebut. Sebab adanya hubungan kekerabatan yang dekat.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@elizbthmaria_. Dalam unggahannya akun @elizbtmaria_ menulis
caption “Love is when the other persons hapiness is more important that
you own”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama
dengan temannya seorang laki-laki. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @elizbthmaria_ mengungkapkan
73
bahwa cinta lebih mementingkan kebahagiaan orang lain daripada
kebahagiannmu sendiri. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @ahauras menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual.
Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang dekat antara pemilik
akun dengan seorang laki-laki di sampingnya. Serta menggunakan
bahasa yang digunakan dalam keadaan santai.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@megaasph. Dalam unggahannya akun @megaasph menulis caption
“The good die young and kids grow up wat too fast.-12:36am”. Pada foto
yang diunggah tampak beberapa foto yang tidak terpajang. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @megaasph
mengungkapkan bahwa anak muda yang baik meninggal dan anak-anak
tumbuh dengan cepet. Waktu berputar dengan cepat dan keadaan
berubah dengan cepat pula hingga kita luput darinya. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
74
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan kalimat yang
sudah dimengerti oleh orang lain yang melihat unggahan tersebut. Seta
adanya hubungan kekerabatan yang dekat mitra tuturnya yaitu orang
yang mehat unggahan tersebut.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@sephimhrn. Dalam unggahannya akun @sephimhrn menulis caption
“Cungkring”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun sedang
berada di Kuta Mandalika di Lombok. Pemilik akun berfoto hingga
tulisan Kuta Mandalika sehingga foto yang diambil terlihat cukup jauh
jaraknya sehingga pemilik akun terlihat kecil atau kurus dengan hasil
foto seperti itu. terlihat dari pemilihan kata yang digunakan “Cungkring”
yang berarti “kurus atau kecil”. Berdasarkan pemaparan di atas caption
dari pemilik akun @sephimhrn menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual.
Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang dekat serta penggunaan
kata yang singkat namun telah dimengerti maksud kata tersebut.
75
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @niningaisah09. Dalam unggahannya akun
@niningaidah09 menulis caption “Aku tak sebaik yang kau kira,
dan aku tak seburuk yang kau pikirkan...”. Pada foto yang
diunggah pemilik akun terlihat sedang berfoto dengan
menggunakan baju merah muda dan kerudung putih dengan gaya
kedua tangannya yang menyanggah dagu. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
@niningaidah09 mengungkapkan bahwa penilaian baik tentang
dirinya tak sebaik apa yang orang lain ketahui, dan penilaian
buruk tentang dirinya tdak seburuk yang orang lain ketahui.
Sesuai dengan foto yang diunggah pemilik aku yaitu foto dirinya
sendiri sebagai cermin baik dirinya belum tentu sebaik yang
orang lain nilai dan buruk dirinya belum tentu seburuk yang
orang lain nilai. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @niningaidah09 menggunakan variasi bahasa dari
segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai
76
atau kasual. Hal ini terlihat dari penggunaan kata yang ditujukan
untuk teman dekat.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@kireinakhanza. Dalam unggahannya akun @kireinakhanza menulis
caption “You made me realized every „ I love you” not real”. Pada foto
yang diunggah tampak pemilik akun sedang berada di sebuah ruangan
dengan menggunakan kerudung biru. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @kireinakhanza mengungkapkan
bahwa ada seorang yang menyadarkan pemilik akun ini bahwa setiap
kata “Aku sayang kamu” itu tidak nyata. Dalam artian bila ada seorang
yang mengatakan “Aku sayang kamu” itu tidak sesuai dengan arti nyata
kata tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@kireinakhanza menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya
yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat
dari situasi yang terlihat foto tersebut dalam keadaan yang tidak formal
atau santai.
77
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@ahauras. Dalam unggahannya akun @ahauras menulis caption “It’s a
beautiful sky”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun mengambil
gambar langit yang berawan dan pohon yang hijau. bersama dengan
teman-temannya ketika di sekolah. Berdasarkan pemilihan kata yang
dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @ahauras mengungkapkan
bahwa langit yang ia foto begitu indah, terlihat dari kata “Beautiful sky”
dalam bahasa Indonesia berarti langit yang indah. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @ahauras menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari suasana yang terlihat dari
unggahan foto dalam situasi santai. Serta ditujukkan untuk orang lain
yang melihat unggahan tersebut.
78
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @salsabilaaa03. Dalam unggahannya akun @salsabilaaa03
menulis caption “Jalipong Traditional Dance”. Pada foto yang
diunggah tampak 3 orang sedang memakai pakaian tradisional
untuk tarian 1 orang memakai pakaian untuk menari jaipong dan
2 orang memakai pakaian untuk menari jali-jali. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
@salsabilaaa03 memberitahukan foto yang diunggahnya
merupakan pakaian untuk menari jali-jali tarian khas Betawi dan
jaipong tarian khas jawa Barat. Terlihat dari kata “Jalipong” yaitu
gabungan antara jali-jali dan jaipong. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @salsabilaaa03 menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam
jenis ragam santai atau kasual karena status tersebut ditujukan
kepada teman karib atau teman dekat dari siswa tersebut yang
sudah saling mengerti maksud dari penulisan tersebut dengan
situasi yang tidak formal.
79
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @uput0311. Dalam unggahannya akun @uput0311 menulis
caption “HBD mamakeeee @anisafriliani”. Pada foto yang
diunggah tampak pemilik akun mengunggah foto temannya
dengan nama akun @anisafriliani yang sedang menggunakan
kerudung putih. Pemilik akun mengucapkan HBD yang berarti
singkatan dari Happy Brithday yang dalam bahasa Indonesia
mempunyai arti selamat ulang tahun. Berdasarkan pemilihan kata
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @uput0311
mengungkapkan foto yang diunggahnya untuk temannya yang
ditandai dengan simbol @ dalam istilah instagram simbol @
berarti menandai seseorang dengan nama akun instagram mereka
masing-masing, dalam caption ini pemilik akun menandai
temannya yang berulang tahun dengan nama instagram
@anisafriliani. Berdasarkan pemaparan di atas unggahan di status
ini menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya yang
80
termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual karena status
tersebut ditujukan kepada teman karib atau teman dekat dari
siswa tersebut yang sudah saling mengerti maksud dari penulisan
tersebut dengan situasi yang tidak formal.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @kireinakhanza. Dalam unggahannya akun
@kireinakhanza menulis caption “Si penabur kebahagiaan”. Pada
foto yang diunggah tampak pemilik akun menggunakan baju
kebaya bersama teman-temannya. Berdasarkan pemilihan kata
yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @kireinakhanza
mengungkapkan teman-temannya selalu memberikan
kebahagiaan. Terlihat dari ungkapan yang dituliskannya „Si
81
penabur bahagia”. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @fasyafas menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau
kasual karena status tersebut ditujukan kepada teman karib atau
teman dekat dari siswa tersebut yang sudah saling mengetahui
maksud dari penulisan tersebut. Bahasa tersebut juga digunakan
dalam situasi tidak resmi.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@husnulkh_28. Dalam unggahannya akun @husnulkh_28 menulis
caption “with friends at school”. Pada foto yang diunggah pemilik akun
terlihat sedang bersama dengan temannya ketika di sekolah pemilik akun
dan temannya menggunakan baju seragam pramuka. Berdasarkan
pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
@husnulkh_28 memberitahu bahwa dia sedang berada di sekolah dengan
temannya ketika foto tersebut diambil, terlihat dari kata yang
82
dituliskannya “with friends at school” yang artinya bersama teman di
sekolah. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik akun
@husnulkh_28 menggunakan variasi bahasa dari segi keformalannya
yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat
dari penggunaan kata yang ditujukan oleh teman di sekolah yang
hubungannya dekat dan dalam situasi yang santai atau nonformal.
2. Variasi Bahasa dari Segi Keformalannya yang Termasuk Ke Dalam
Jenis Ragam Akrab
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@uput0311. Dalam unggahannya akun @uput0311 menulis caption
“Latepost”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama
dengan kedua temannya yang sedang duduk di sekolah dengan
menggunakan baju seragam putih abu-abu dan kerudung putih.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun
83
@uput0311 mengungkapkan foto yang diunggahnya sudah lama namun
baru diunggah, terlihat dari kata “latepost” salah satu istilah yang
digunakan dalam instagram yang berarti foto yang diunggah sudah lama
namun baru diunggah di instagram. Berdasarkan pemaparan di atas
caption dari pemilik akun @uput0311 menggunakan variasi bahasa dari
segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal ini
terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat dekat antara pemilik
akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto tersebut sebut
sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption tersebut ditujukan
kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang diunggahnya
ditujukan kepada teman karib atau teman dekat dari siswa tersebut yang
sudah saling mengerti maksud dari penulisannya tersebut.
84
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@febyrosa. Dalam unggahannya akun @febyrosa menulis caption “2/3
.... (ps: itu yang ga ke tag wa gatau nama ig nya ”. Pada foto yang
diunggah tampak pemilik akun bersama dengan teman-temannya di
sekolah dengan menggunakan baju kebaya saat memperingati hari
Kartini. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @febyrosa mengungkapkan foto yang diunggahnya adalah
foto yang ke 2 dari 3 foto yang diunggah. Berdasarkan pemaparan di atas
caption dari pemilik akun @febyrosa menggunakan variasi bahasa dari
segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal ini
terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat dekat antara pemilik
akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto tersebut sebut
85
sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption tersebut ditujukan
kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang diunggahnya
ditujukan kepada teman karib atau teman dekat dari siswa tersebut yang
sudah saling mengerti maksud dari penulisannya tersebut.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@kireinakhanza. Dalam unggahannya akun @kireinakhanza menulis
caption “tembok loncat indah”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik
akun bersama dengan teman-temannya, 2 orang menggunakan baju
seragam putih abu-abu dan 3 orang menggunakan baju adat yang biasa
digunakan untuk menari saman. Foto yang diunggah menggunakan
86
background tembok sekolahnya yang biasa digunakan untuk memanjat
keluar dari sekolah. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat
bahwa pemilik akun @kireinakhanza memberitahu foto yang
diunggahnya merupakan tempat adanya tembok yang digunakan untuk
keluar dari sekolahnya. Terlihat dari kata yang digunakan “tembok loncat
indah” yang berarti tembok tersebut digunakan untuk memanjat jika
ingin keluar dari sekolahnya. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @kireinakhanza menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal ini
terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat dekat antara pemilik
akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto tersebut sebut
sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption tersebut ditujukan
kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang diunggahnya
ditujukan kepada teman karib atau teman dekat dari siswa tersebut yang
sudah saling mengerti maksud dari penulisannya tersebut.
87
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@febyrosa. Dalam unggahannya akun @febyrosa menulis caption
“kapal oleng kapten (ps: itu disensor bikaus banyak bulu tangan yang
terpampang nyata)”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun
sedang duduk di kelasnya dengan menggunakan kerudung putih dengan
posisi tangan kiri memapah wajahnya lalu ia bersandar di tempok yang
ada di sampingnya. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat
bahwa pemilik akun @febyrosa mengungkapkan foto yang diunggahnya
merupakan ekspresi pemilik akun yang sedang lelah, terlihat dari posisi
ia pada saat berfoto atau juga berarti bahwa posisinya dalam foto seperti
kapal oleng, terlihat dari foto dengan posisi miring. Penulisan di
statusnya ini menggunakan istilah ps yang berarti dari postscript itu
sendiri adalah tulisan tambahan setelah selesai menulis surat,
dikarenakan kemungkinan penulis lupa menulis sesuatu Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @febyrosa menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam akrab. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat
dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto
tersebut sebut sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption
tersebut ditujukan kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang
diunggahnya ditujukan kepada teman karib atau teman dekat dari siswa
tersebut yang sudah saling mengerti maksud dari penulisannya tersebut.
88
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@febyrosa. Dalam unggahannya akun @febyrosa menulis caption “L for
love.... ga deng itu salam literasi”. Pada foto yang diunggah tampak
pemilik akun bersama dengan teman-temannya sedang berada di sekolah
dengan menggunakan baju seragam pramuka pemilik akun dan teman-
temannya berfoto kemudian tangan mereka membentuk huruf L yang
berarti Literasi. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat
bahwa pemilik akun @febyrosa mengungkapkan keterangan gambar
yang diunggahnya bisa bermakna love tetapi sebenarnya bermakna
Literasi. Terlihat dari kata “L for Love” namun ia menuliskan lagi
dengan kata ga deng itu berarti salam literasi. Penulisan di caption ini
menggunakan kata ga deng yang tidak formal yang digunakan dalam
bahasa keseharian. Ga deng berarti tidak atau bukan. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @febyrosa menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
89
ragam akrab. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat
dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto
tersebut sebut sebagai mitra tutur, karena pada konteknya caption
tersebut ditujukan kepada teman-temannya yang ada di dalam foto yang
diunggahnya.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @rayiputri. Dalam unggahannya akun @rayiputri menulis
caption “(“You go girls”) squad”. Pada foto yang diunggah
pemilik akun terlihat sedang bersama dengan teman-temannya
ketika sedang berlangsungnya suatu acara. Pemilik akun dan
teman-temannya menggunakan baju bebas namun tetap sopan.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @rayiputri memberitahu bahwa yang ada di foto
tersebut adalah kelompok teman-teman dekatnya yang semua
adalah perempuan yang diberi nama “you go girls”, terlihat dari
90
kata “squad” yang dalam penulisan bahasa Inggris grils yang
artinya perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @rayiputri menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal
ini terlihat dari penggunaan kata yang disingkat-singkat dan
pemilihan kalimat yang menunjukkan ragam akrab karena
caption tersebut diungkapan untuk teman yang sangat akrab yang
ada di foto tersebut.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik akun
@herviana20. Dalam unggahannya akun @herviana20 menulis caption
“Mom”. Pada foto yang diunggah tampak pemilik akun bersama dengan
seorang wanita dengan menggunakan baju hitam. Berdasarkan pemilihan
kata yang dituliskan, terlihat bahwa pemilik akun @herviana20
91
memberitahukan bahwa wanita yang berfoto dengannya adalah ibunya,
terlihat dari kata “Mom” yang berarti ibi atau mama. Berdasarkan
pemaparan di atas caption dari pemilik akun @herviana menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis
ragam akrab. Hal ini terlihat dari hubungan kekerabatan yang sangat
dekat antara pemilik akun sebagai penutur dengan orang yang ada di foto
tersebut dan penggunaan kata yang disingkat-singkat menunjukkan
hubungan yang sangat akrab.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @febyrosa20. Dalam unggahannya akun @febyrosa20
menulis caption “My luvv yang unch unch”. Pada foto yang
diunggah pemilik akun terlihat sedang bersama dengan teman-
temannya di sekolah. Pemilik akun menggunakan baju kemeja
92
dengan celana dan teman-temannya menggunakan baju batik dan
rok abu-abu. Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat
bahwa pemilik akun @febyrosa20 mengungkapkan rasa
sayangnya dengan teman-teman yang ada di foto tersebut, terlihat
dari kata “my luvv” yang dalam penulisan bahasa Inggris my love
yang artinya cintaku atau sayangku. Berdasarkan pemaparan di
atas caption dari pemilik akun @febyrosa20 menggunakan
variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam
jenis ragam akrab. Hal ini terlihat dari penggunaan kata yang
disingkat-singkat dan pemilihan kalimat yang menunjukkan
ragam akrab karena caption tersebut diungkapan untuk teman
yang sangat akrab yang ada di foto tersebut.
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @febyrosa20. Dalam unggahannya akun @febyrosa20
menulis caption “Gurrlls”. Pada foto yang diunggah pemilik
93
akun terlihat sedang bersama dengan teman-temannya ketika
sedang berlangsungnya suatu acara. Pemilik akun dan teman-
temannya menggunakan baju bebas namun tetap sopan.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @febyrosa20 mengungkapkan yang ada di foto
tersebut adalah teman perempuannya terlihat dari kata “gurrlls”
yang dalam penulisan bahasa Inggris girls yang artinya
perempuan. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari pemilik
akun @febyrosa20 menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal
ini terlihat dari penggunaan kata yang disingkat-singkat dan
pemilihan kalimat yang menunjukkan ragam akrab karena
caption tersebut diungkapan untuk teman yang sangat akrab yang
ada di foto tersebut.
94
Keterangan foto (Caption) di atas diunggah oleh pemilik
akun @frhcmt. Dalam unggahannya akun @frhcmt menulis
caption “Delta squad xoxo”. Pada foto yang diunggah pemilik
akun terlihat sedang bersama dengan teman-temannya ketika
sedang berada di suatu tempat. Pemilik akun dan teman-
temannya menggunakan baju bebas namun tetap sopan.
Berdasarkan pemilihan kata yang dituliskan, terlihat bahwa
pemilik akun @frhcmt mengungkapkan yang ada di foto tersebut
adalah teman perempuannya yang sama-sama menjadi 1
kelompok belajar saat mereka bimbel. Delta merupak lembaga
bimbingan belajar yang menjadikan mereka 1 kelompok atau 1
kelas saat belajar di Delta. Oleh karena itu, pemilik akun menulis
caption tersebut. Terlihat dari kata “Delta squad” yang artinya
kelompok Delta. Berdasarkan pemaparan di atas caption dari
pemilik akun @frhcmt menggunakan variasi bahasa dari segi
keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam akrab. Hal
ini terlihat dari penggunaan kata yang disingkat-singkat dan
pemilihan kalimat yang menunjukkan ragam akrab karena
caption tersebut diungkapan untuk teman yang sangat akrab yang
ada di foto tersebut.
3. Implikasi Hasil Analisis Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta
didik di dalam kelas. Pada saat pembelajaran di kelas interaksi tercipta
sebagai suatu upaya menyampaikan materi pembelajaran serta
mengemukakan ide, gagasan atau pemikiran yang ingin disampaikan guru
atau peserta. Variasi yang diguanakan biasanya variasi bahasa formal dan
sesekali terselip variasi bahasa non formal tergantung konteks untuk
mencairkan suasana kelas pada saat pembelajaran.
95
Pada kurikulum 2013 peserta didik ditekankan untuk dapat memecahkan
suatu masalah (Problem Solving) dalam memahami suatu materi
pembelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia salah satu aspeknya
adalah menulis dimana peserta didik mengungkapkan perasaan, gagasan, ide,
dan pemikiran tentang sesuatu. Adanya keragaman bahasa yang digunakan
biasanya terjadi tergantung pada konteks pembicaraan atau topik yang
sedang dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan
disesuaikan dengan siapa mitra tutur kita, tujuan pembicaaran, dan hubungan
dengan mitra tutur.
Pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA siswa bisa
menerapkan materi menulis karangan narasi salah satu contohnya menulis
cerpen. Siswa dapat menentukan topik pembahasaan dalam cerpen yang
dibuatnya, untuk siapa cerita dalam cerpen tersebut dibuat serta maksud
dalam penulisan cerpen tersebut. Dengan demikian, siswa dapat
menggunakan pemilihan kata yang tepat agar variasi bahasa yang digunakan
sesuai dengan tema dari cerpen yang akan dibuat dalam proses pembelajaran
di sekolah dan disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Dari analisis yang dilakukan, penulis menemukan kemampuan menulis
siswa SMA sudah cukup baik, dilihat dari penggunaan kata-kata dan konteks
dalam penggunaan penggunaan kalimat yang dapat membangun sebuah
karangan. Variasi bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks
pembicaraan yang ingin dituju oleh penutur sesuai dengan konteks untuk
siapa bahasa itu dituju. Berdasarkan hasil yang ditemukan hubungan
kekerabatan dengan penggunaan bahasa santai atau kasual lebih banyak
digunakan oleh siswa SMA dalam membangun semuah konteks
pembicaraan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis yang telah penulis
jelaskan di bab sebelumnya, kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan
penelitian mengenai variasi bahasa penggunaan media sosial Instagram
siswa SMA maka, simpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Variasi bahasa penggunaan media sosial Instagram yang digunakan
siswa SMA yaitu variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk
ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari kata atau
kalimat keterangan foto (caption) yang dituliskan pengguna akun dalam
unggahannya. Berdasarkan persentase sebanyak 40 siswa atau 89,18%
hubungan kekerabatannya yang terlihat dari unggahan pengguna akun
Instagram lebih banyak ditujukkan untuk teman dekat pemilik akun
tersebut yang biasanya terlihat dari foto yang diunggahnya bersamaan
dengan keterangan foto (caption) yang dituliskan pengguna akun.
2. Implikasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA yaitu
siswa dapat menerapkan materi menulis karangan narasi salah satu
contohnya menulis cerpen. Siswa dapat menentukan tema pembahasaan
dalam cerpen yang dibuatnya, mengetahui untuk siapa cerita dalam
cerpen itu dibuat serta maksud dalam penulisan cerpen tersebut. Dengan
demikian, bahasa yang digunakan dapat berupa ragam santai yang mudah
dimengerti oleh pembacanya serta mempengaruhi pemilihan kata-kata
yang digunakan dalam situasi nonformal atau dalam situasi santai.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, peneliti memberikan saran
sebagai berikut :
96
97
1. Bagi pengguna Instagram khususnya siswa SMA, diharapkan
menggunakan Instagram dengan bijak. Bahasa tulis yang digunakan
dalam Instagram mencerminkan cara seseorang berbahasa, oleh sebab itu
gunakan bahasa yang baik sesuai dengan konteks atau situasi dalam
menuliskan suatu keterangan foto (caption). Dengan memilih bahasa
yang baik, maka para siswa SMA akan memiliki kepribadian yang baik
pula.
2. Bagi para guru, diharapkan memberikan pemahaman yang cukup bagi
para siswa agar mereka menggunakan bahasa yang baik dalam
berkomukasi di sosial media. Sehingga bangsa Indonesia akan tetap
melahirkan pemuda-pemudi yang memiliki kepribadian yang santun
dalam berbahasa sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aga, Perwira, Asa Variasi Bahasa Sapaan Pedagang Pasar Klitikan Di Semanggi
Surakarta Pada Bulan Desember 2012, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Ainurrahma, Isti, Palafalan dan Penulisan Ragam bahasa Asongan di Terminal
Minak Koncar kabupaten Lumajang, Skripsi, Universitas Jember, 2013.
Alma Buchari, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula, Bandung: Alfabeta, 2013
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, Bandung:PT. Refika
Aditama,2007.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik:Perkenalan Awal, Jakarta:PT.
Rineka Cipta,2010.
Dardjowidjojo, Soedjono, Perkembangan Linguistik di Indonesia, Jakarta: Arcan,
1985.
Elisheva dan Yonatan, The Social Study of Language, New York: Oxford
University Perss, 1998
H. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Iwan, Indrawan, Jendra, Made, Sociolinguistic The Study of Societies’ Language,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012
KBBI, Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa,2003.
Kushartanti, Pesona Bahasa, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009.
Latifah Lutfiatun, Variasi Bahasa dilihat dari Segi Pemakai pada Ranah Sosial
Masyarakat Tutur Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Majenang
Kabupaten Cilacap Skripsi, Universitas Sebelas Maret Purakarta, 2017.
Liek Wilardjo, Ragam Bahasa Keilmuan, dalam Bahasa Indonesia menuju
Masyarakat Madani (Dendy Sugono:Ed), Jakarta: Progres, 2003.
M. Moeliono, Anton, Kembara Bahasa Kumpulan Karangan Tersebar,
Jakarta:PT. Gramedia,1989.
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
96
97
Nababan,PWJ, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,1993.
Pateda, Mansoer, Sosiolinguistik, Bandung: Angkasa, 1987.
Prof. Dr. Emzier, Metodologi Peneltian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008
Rahayu, Utami, Analisis Ragam Bahasa Pada PesanKesehatan di Puskesmas
Tengaran, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.
Rochayah dan Misbach Djamil, Sosiolinguistik, Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa,1995.
Saputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, Bandung:
PT Refika Aditama, 2012
Setiawati Dwi Rias, Variasi Bahasa dilihat dari Segi Pemakai pada Ranah Sosial
Masyarakat Tutur Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat di Majenang
Kabupaten Cilacap Tahun 2019 Skripsi, FKIP Universitas Tadulako,
2019.
Suhardi, Basuki, Pedoman Penelitian Sosiolinguistik, Jakarta: Pusat Bahasa,
2009.
Sukandarumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012
Sugihastuti, Rona Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Sumarsono dan Paina Partana, Sosiolinguistik, Yogyakarta: SABDA dan Pustaka
Pelajar,2002.
Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pengembang Bahasa
, Departement Pendidikan Nasional, 2003.
Wifalin, Michelle, Efektivitas Instagram Common Grounds, Jurnal E-
Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra
Surabaya, pp. 2.
Wikipedia, Media Sosial, 2018, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial)
diunduh pada 13 Maret 2018 pukul 13.00 WIB.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : X1/Ganjil
Materi Pokok : Cerita pendek
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit (2X pertemuan)
A. Kompetensi Inti
K1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja
sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
K3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, cerita
pendekal, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan cerita pendekal pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
K4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
KOMPETENSI DASAR DAN IPK DARI KI 3
3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita
pendek dalam buku kumpulan cerita pendek Indikator Pencapaian Kompetensi
3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun
cerita pendek
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan
struktur dan kaidah
KOMPETENSI DASAR DAN IPK DARI KI 4
4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek
dengan memerhatikan unsur-unsur
pembangun cerpen.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.9.1 Menentukan topik tentang kehidupan
dalam cerita pendek
4.9.2 Menulis cerita pendek dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun.
C. Tujuan pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann pedagogik genre, saintifik, dan CLIL
dengan model saintifik peserta didik dapat menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek,
menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan kaidah, menentukan topik tentang
kehidupan dalam cerita pendek, dan menulis cerita pendek dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun.
D. Materi
Struktur Cerita Pendek
Abstrak-Orientasi-Komplikasi-Resolusi-Evaluasi-Koda
Unsur-unsur Cerita Pendek
Tema, tokoh, penokohan, alur, latar, gaya bahasa, sudut pandang, amanat.
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Kolaboratif
2. Model Pembelajaran : Menulis Terbimbing
3. Metode : diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan
G. Media/Alat, dan Bahan Sumber Belajar
1. Media/Alat : Lembar Kerja, Papan Tulis/White Board, LCD
2. Sumber Belajar :
a. Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
b. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
c. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK.
Bandung: Yrama Widya
F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (@2 ×45 menit)
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah
Tuhan dan saling mendoakan. 2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan
dengan pembelajaran sebelumnya (tanya jawab). 3. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari 4. Peserta didik mendiskusikan informasi
dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang
akan dipelajari, metode dan
media, langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran
Religius
Rasa ingin tahu
10 menit
Kegiatan
Inti
Inti
1. Siswa duduk secara berkelompok. Masing-masing
kelompok terdiri atas 4 orang. Setiap kelompok
diberikan lembar kerja (kerangka karangan) untuk
draf kasar yang memuat unsur-unsur cerita pendek
2. Siswa mengamati powerpoint atau video interaktif
tentang struktur dan unsur-unsur cerpen (materi
hanya berupa ulasan).
3. Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi
yang telah dibahas.
Pramenulis
1. Siswa mengamati gambar peristiwa yang disajikan
guru dalam proyektor.
2. Siswa mengembangkan ide cerita dari gambar
peristiwa yang diamati secara berkelompok dengan
mempertanyakan unsur-unsur cerpen dengan
bimbingan guru.
3. Siswa mengomunikasikan ide cerita dengan teman
kelompoknya dan saling memberi saran.
4. Siswa bersama kelompoknya menyusun kerangka
karangan (draf kasar cerita) sesuai topik gambar
peristiwa berdasarkan unsur-unsur dalam cerpen
Pendrafan
1. Siswa bersama kelompoknya kembali merinci
kerangka karangan (draf kasar cerita) yang akan
dibuat cerpen utuh. Dalam proses pendrafan ini,
siswa menggunakan masukan dari kelompoknya.
2. Siswa mulai menulis cerita pendek utuh secara
individu berdasarkan kerangka karangan (draf
kasar cerita) yang telah disusun bersama
kelompoknya. Dengan kreativitas dan imajinasi
Literasi
Rasa ingin tahu
Kerja sama
(Collaborative)
Berpikir kritis
(Critical
thinking)
Kreativitas
(Creativity)
70 menit
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
masing-masing, siswa boleh menambahkan, atau
mengubah akhir cerita.
3. Siswa dibimbing oleh guru dari mulai tahap
menulis awal cerpen, tengah, hingga akhir cerpen.
Komunikatif
(Communicative)
Kegiatan
Penutup
KeKegiatan guru bersama peserta didik
1. Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran; dan
Kegiatan guru
1. Melakukan penilaian.
2. Memberikan tugas kepada peserta didik untuk
banyak membaca cerita pendek lainnya dan
memilih satu cerita pendek untuk diidentifikasi
pernyataan umum dan tahapan-tahapannya secara
individu
3. Menyampaikan rencana pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya.
4. Menutup kegiatan belajar mengajar.
Kreativitas
(Creativity)
HOTS
10 menit
Pertemuan 2 (@2 ×45 menit)
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah
Tuhan dan saling mendoakan. 2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan
dengan pembelajaran sebelumnya (tanya jawab). 3. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari 4. Peserta didik mendiskusikan informasi
dengan proaktif tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5. Peserta didik menerima informasi tentang hal-hal yang
akan dipelajari, metode dan
media, langkah pembelajaran dan penilaian pembelajaran
Religius
Rasa ingin tahu
10 menit
Kegiatan
Inti
Inti
1. Siswa kembali duduk dengan kelompoknya
Literasi
70 menit
Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
masing-masing.
2. Cerita pendek dan peta konsep dikembalikan
kepada siswa
3. Siswa mengamati powerpoint atau video interaktif
tentang materi cerpen (penulisan kreatif cerpen).
4. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
tentang kiat-kiat kreatif menulis cerpen dan dan
bagaimana menulis cerpen yang baik.
5. Siswa dan guru membahas kesalahan dan
kekurangan cerita pendek yang ditulis siswa
Perbaikan
Siswa dalam kelompoknya masing-masing
membaca karyanya dan meminta masukan dari
teman kelompoknya.
Siswa memperbaiki tulisan sesuai masukan dari
teman kelompok.
Penyuntingan
Siswa dan guru membahas dan menyunting
kesalahan teknis dalam cerpen. Seperti ejaan,
penulisan kalimat yang rancu dan sebagainya.
Publikasi
Siswa menyampaikan hasil cerpen utuhnya di
depan kelas.
Siswa yang lain memberikan tanggapan terhadap
hasil cerita pendek yang ditulis siswa.
1. Bersama kelompoknya, siswa menempelkan
karyanya di mading kelas.
Rasa ingin tahu
Kerja sama
(Collaborative)
Berpikir kritis
(Critical
thinking)
Kreativitas
(Creativity)
Komunikatif
(Communicative)
Kegiatan
Penutup
KeKegiatan guru bersama peserta didik
1. Membuat rangkuman/ simpulan pelajaran.
2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran; dan
Kegiatan guru
1. Melakukan penilaian.
2. Menyampaikan rencana pembelajaran yang akan
dilakukan selanjutnya, yaitu struktur dan unsur
kebahasaan cerita pendek.
3. Menutup kegiatan belajar mengajar.
Kreativitas
(Creativity)
HOTS
10 menit
H. Penilaian
1. Teknik Penilaian:
a. Penilaian Sikap :Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik/ Portofolio
2. Bentuk Penilaian:
a. Observasi :lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes tertulis :uraian dan lembar kerja
c. Unjuk kerja :lembar penilaian presentasi
d. Portofolio :pedoman penilaian portofolio
3. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor
sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai
ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
4. Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan
sebagai berikut:
a. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman
sebagai pengetahuan tambahan
b. Siswa yang mencapai nilai diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman sebagai
pengetahuan tambahan.
LAMPIRAN: MATERI CERITA PENDEK
1. Struktur Teks Cerpen
1) Abstrak (sinopsis).
2) Orientasi (pengenalan cerita).
3) Komplikasi (puncak konflik).
4) Evaluasi (komentar).
5) Resolusi (penyelesaian akhir).
6) Koda (komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita).
Abstrak, evaluasi dan koda bersifat opsional. Artinya sebagian besar cerpen tidak mengharuskan
ada abstrak, evaluasi dan koda.
2. Unsur-unsur Pembangun Cerpen
1) Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema jarang dituliskan secara tersurat
oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan tema cerita fiksi, seorang pembaca harus
mengenali unsur-unsur intrinsik yang dipakai oleh pengarang untuk mengembangkan cerita
fiksinya.
2) Tokoh
Tokoh merupakan pelaku pada sebuah cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa dalam cerita.
3) Penokohan (Perwatakan)
Penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita. Metode yang digunakan untuk menetukan karakter suatu tokoh ada 2
(dua) macam yaitu sebagai berikut.
(1) Metode analitik
Metode analitik adalah metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh dengan cara
memaparkan ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung.
(2) Metode dramatik
Metode dramatik adalah suatu metode yang digunakan untuk menetukan karakter tokoh dengan
cara tidak langsung menggambarkan sifat tokoh. Penggambaran tokoh dilakukan melalui
percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain. Metode ini dapat juga disebut sebagai metode reaksi
tokoh lain (berupa pandangan, pendapat, sikap, dan sebagainya).
4) Alur (Plot)
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, tiap kejadian dihubungkan secara sebab akibat,
peristiwa satu disebabkan oleh peristiwa lain atau peristiwa satu menyebabkan peristiwa lain.
Dalam membuat alur atau plot penulis harus memperhatikan karakter tokoh yang akan di
ceritakan. Biasanya semakin baik karakter tokoh maka semakin besar konflik yang akan timbul.
5) Setting atau Latar
Setting adalah latar atau tempat kejadian, waktu kejadian sebuah cerita. Setting bisa
menunjukkan tempat, waktu, suasana batin, saat cerita itu terjadi.
2) Sudut Pandang (Point of View)
Point of view adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarag terdiri atas
dua macam, yaitu berperan langsung sebagai orang pertama (sebagai tokoh yang terlibat dalam
cerita yang bersangkutan) dan sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
3) Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam karya sastra mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat penyampaian
maksud pengarang dan sebagai penyampaai perasaan. Artinya, melalui karya sastra seorang
pengarang bukan hanya sekedar bermaksud memberitahukan kepada pembaca mengenai apa
yang dilakukan dan dialami tokoh dalam ceritanya, melainkan bermaksud pula untuk mengajak
pembacanya untuk ikut merasakan apa yang dilakukan oleh tokoh cerita.
4) Amanat atau Pesan
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan
sebagainya. Pesan merupakan hal penting dalam sebuah cerpen, karena dengan pesan yang baik
pengarang dapat menyajikan cerita yang baik sehingga tokoh-tokoh dalam ceritanyapun dapat
diteladani.
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Nama Satuan pendidikan : SMA NEGERI 2 Tangerang
Tahun pelajaran : 2018/2019
Kelas/Semester : XI / 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia– Wajib
NO WAKTU NAMA KEJADIAN/
PERILAKU
BUTIR
SIKAP
POS/
NEG
TINDAK
LANJUT
1
2
3
4
5
2
7
8
9
10
11
INSTRUMEN PENUGASAN 1
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia – Wajib
Kelas : XI
Kompetensi dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
dalam buku kumpulan cerita pendek
Indikator : 3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan
kaidah
Materi : Cerita pendek
Contoh Tugas:
Carilah sebuah cerpen, kemudian analisislah unsur-unsur dan struktur teksnya!
INSTRUMEN PENUGASAN 2
Satuan Pendidikan : SMA N 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia – Wajib
Kelas : XI
Kompetensi dasar : 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.
Indikator : 4.9.1 Menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita
pendek
4.9.2 Menulis cerita pendek dengan memperhatikan unsur-
unsur pembangun.
Materi : Cerita pendek
Contoh Tugas:
1. Buatlah sebuah cerita pendek berdasarkan pengalaman hidup yang kamu alami sendiri ataupun
pengalaman orang lain.
2. Tentukanlah topiknya yang menarik dan dianggap khas atau langka.
3. Catatlah kata-kata kunci yang berkaitan dengan topic, lalu susunlah menjadi kerangka cerpen
secara kronologis.
4. Kembangkanlah kerangka itu menjadi cerpen yang utuh dengan menggunakan kekuatan emosi.
5. Lakukanlah silang baca dengan teman sebangku untuk saling memberikan koreksi berkaitan
dengan pilihan kata,ejaan, dan tanda bacanya.
RUBRIK PENILAIAN PENUGASAN
Nama Peserta didik/kelompok : …………………………………………………
Kelas : …………………………………………………
Tanggal Pengumpulan : ...............................................................
No Kategori Skor Alasan
1. 1. Apakah cerita pendek yang ditulis
lengkap dengan unsur-unsurnya?
2. 3. Apakah terdapat uraian
tentang memenuhi strukturnya?
3. Apakah bahasa yang digunakan untuk
menginterpretasikan lugas, sederhana,
runtut dan sesuaidengan kaidah EYD?
Jumlah
Kriteria:
5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang
INSTRUMEN TES TERTULIS
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia – Wajib
Kelas : XI
Kompetensi dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
dalam buku kumpulan cerita pendek
Indikator : 3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan
kaidah
Materi : Cerita pendek
Tes Tertulis
Disediakan teks cerita pendek
1. Identifikasilah unsur-unsur dan struktur cerpen!
2. Kemukakan komentarmu terhadap teks cerita pendek tersebut
RUBRIK PENILAIAN
Soal Aspek yang Dinilai Skor
1 Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan struktur
cerpen dengan sangat tepat
4
a. Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan struktur
cerpen dengan tepat
3
b. Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan struktur
cerpen dengan kurang tepat
2
c. Peserta didik mengidentifikasi unsur-unsur dan struktur
cerpen dengan tidak tepat
1
Soal Aspek yang Dinilai Skor
3 Peserta didik mengemukakan komentar dengan sangat tepat 4
d. Peserta didik mengemukakan komentar dengan tepat 3
e. Peserta didik mengemukakan komentar dengan kurang tepat 2
f. Peserta didik mengemukakan komentar dengan tidak tepat 1
INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN
Satuan Pendidikan : SMA N 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia – Wajib
Kelas : XI
Kompetensi dasar : 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.
Indikator : 4.9.1 Menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita
pendek
4.9.2 Menulis cerita pendek dengan memperhatikan unsur-
unsur pembangun.
Materi : Cerita pendek
1. Lembar Soal Keterampilan
1. Buatlah sebuah cerita pendek dengan memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah
kebahasaannya..
2. Rubrik Penilaian
Soal Aspek yang Dinilai Skor
1 Peserta didik membuat cerita pendek dengan
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah kebahasaannya
dengan sangat baik
4
g. Peserta didik membuat cerita pendek dengan
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah kebahasaannya
dengan baik
3
h. Peserta didik membuat cerita pendek dengan
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah kebahasaannya
dengan kurang baik
2
i. Peserta didik membuat cerita pendek dengan
memperhatikan struktur, unsur, dan kaidah kebahasaannya
dengan tidak baik
1
INSTRUMEN PENILAIAN PORTO FOLIO
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 2 Tangerang
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia – Wajib
Kelas : XI
Materi : Menganalisis Cerita pendek
Kompetensi dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek
dalam buku kumpulan cerita pendek
4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan
memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Indikator : 3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek
3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan struktur dan
kaidah
4.9.1 Menentukan topik tentang kehidupan dalam cerita
pendek
4.9.2 Menulis cerita pendek dengan memperhatikan unsur-
unsur pembangun.
Tugas I
1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu peserta didik (warna map sesuai
dengan kelas masing-masing/tiap kelas beda warna map
2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat pada kertas folio
bergaris.
3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir
PEDOMAN PENSKORAN:
KRITERIA YANG DINILAI SKOR
MAKSIMAL
Peserta didik menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan lengkap,
dan tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu
4
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian
besar benar tapi kurang lengkap, serta dikumpulkan tepat waktu
3
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun sebagian
besar salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu
2
Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas
yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak dikumpulkan tepat
waktu
1
Peserta didik tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena
tidak pernah mengumpulkan tugas
0
LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO
Jenis Tugas :
Kelas : XI
Semester/ Tahun Pelajaran : 1/ 2018 - 2019
No Nama Peserta
didik
Tugas
KD Nilai
Tanda Tangan Ket.
(Tgl
Pengumpulan) Peserta
Didik Guru
KISI-KISI SOAL HOTS
Tahun Pelajaran 2012/2017
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI
Semester : 1 (dua)
Kurikulum : 2013
No Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Kelas/
Semester Indikator Soal
Level
Kognitif
Bentuk
Soal
Nomor
Soal
1 3.9
Menganalisis
unsur-unsur
pembangun
cerita pendek
dalam buku
kumpulan cerita
pendek
Menentukan
unsur-unsur
pembangun
cerita pendek
XI/1 Disajikan cerita
pendek, peserta didik
dapat menentukan
unsur-unsur
pembangun cerita
pendek
C4 Uraian 1
2 Menelaah teks
cerita pendek
berdasarkan
struktur dan
kaidah
XI/1 Disajikan cerita
pendek, peserta didik
dapat menelaah teks
cerita pendek
berdasarkan struktur
dan kaidah
C5 uraian 2
3 4.9
Mengkonstruksi
sebuah cerita
pendek dengan
memerhatikan
unsur-unsur
pembangun
cerpen.
Menentukan
topik tentang
kehidupan
dalam cerita
pendek
XI/1 Disajikan cerita
pendek peserta didik
dapat menentukan
topik tentang
kehidupan dalam
cerita pendek
C2 uraian 3
4 Menulis cerita
pendek dengan
memperhatikan
unsur-unsur
pembangun.
XI/1 Disajikan cerita
pendek peserta didik
dapat menulis cerita
pendek dengan
memperhatikan unsur-
unsur pembangun.
C5 uraian 4
KARTU SOAL HOTS
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI / 1 (satu)
Kurikulum : 2013
Kompetensi Dasar : Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-
unsur pembangun cerpen.
Materi : Cerita pendek
Indikator Soal Nomor 1 : Disajikan cerita pendek, peserta didik dapat menentukan unsur-unsur
pembangun cerita pendek dengan benar
Indikator Soal Nomor 2 : Disajikan cerita pendek, peserta didik dapat menelaah teks cerita
pendek berdasarkan struktur dan kaidah dengan benar
Indikator Soal Nomor 3 : Disajikan cerita pendek peserta didik dapat menentukan topik tentang
kehidupan dalam cerita pendek dengan baik
Indikator Soal Nomor 4 : Disajikan cerita pendek peserta didik dapat menulis cerita pendek
dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun.dengan benar.
Boyolali, 2 Juli 2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Boyolali Guru Mata Pelajaran,
Suyanta, S.Pd., M.Pd. Muh Zuhri, S.Pd., M.Pd.
NIP 196505041989031014 NIP 197207081998011001
RIWAYAT PENULIS
Tasya Nanda Chinita, lahir di Tangerang 29 april 1996.
Anak perempuan pertama dari tiga bersaudara. Terlahir
dari pasangan suami istri yang bernama Agus
Hermawan dan Suhadah Nurindah Sari. Memiliki 1 adik
perempuan yang bernama Eiffelia Nanda Chinita dan 1
adik laki-laki yang bernama Alkhafis Wicaksono.
Bertempat tinggal di Jl. Maulana Hasanudin Gg. SDN
Poris Gaga No. 51 Poris, Tangerang.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Cibunar 2 Parungpanjang Bogor,
melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Parungpanjang, kemudian
menempuh pendidikan menengah atas di MAN Parungpanjang Bogor. Stelah itu,
penulis melanjutkan pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penulis memiliki hobi jalan-jalan, wisata kuliner, dan menonton film.
Menyelesaikan studi S1 dengan mengangkat judul “ Variasi Bahasa Penggunaan
Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia”.