Post on 06-Mar-2019
12
BAB 2
VALUE PROPOSITION
(DEVELOPMENT & JUSTIFICATION)
2.1 Market & Industri Analysis
2.1.1 Fashion
Membahas mengenai fashion selain merupakan tren
mode mengenai pakaian, sepatu dan juga aksesoris, fashion juga tidak
bisa di pisahkan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya
manusia. Fashion merupakan salah satu gaya yang digunakan
masyarakat dalam menunjukkan identitas diri mereka.
Menurut Simmel (1957) dalam jurnal fashion, "dua
kecenderungan sosial yang penting dalam membentuk fashion. Dan
bila salah satu kecenderungan itu hilang maka fashion tak akan
terbentuk". Kecenderungan yang pertama adalah kebutuhan untuk
menyatu dan yang kedua adalah kebutuhan untuk terisolasi. Menurut
Simmel (1957), "individu haruslah memiliki hasrat untuk menjadi
bagian dari sesuatu yang lebih besar, masyarakat dan individu juga
harus memiliki hasrat menjadi sesuatu yang terlepas dari bagian itu".
Manusia rupanya perlu untuk menjadi sosial dan individual pada saat
yang sama, dan fashion serta pakaian merupakan cara bagi hal itu di
13
negosiasikan. Dan saat kebutuhan untuk membedakan dirinya atu
kelompoknya dari yang lain lebih besar maka fashion akan
berkembang lebih cepat. Kebalikannya, bila masyarakat kurang lebih
stabil maka fashion kurang memungkinkan untuk berubah.
Menurut Posner, H. (2011), “The fashion market is broken
down into specific sectors so that companies are better able to analyze
market data and monitor their business result more effectively”. Dari
informasi pasar mengenai fashion, analisis fashion tersebut dapat
menerbitkan laporan pasar dan analisis data pada sebagian besar sektor
utama pasar fashion internasional. Informasi ini sangat membantu
dalam menilai ukuran relatif pasar tertentu atau memperkirakan
pontensial pasar pada masa depan. Misalnya aksesoris, aksesoris
berperan penting memberikan kontribusi persentase yang tinggi dari
omset penjualan berbagai merek. Penjualan global fashion dan
aksesoris kulit barang melintasi merek LVMH, termasuk Louis
Vuitton, Fendi, Christian Dior dan Marc Jacobs.
2.1.2 Wayang
Wayang adalah pedalangan dan drama tradisional Indonesia,
sejak zaman prasejarah hingga kini. Wayang berasal dari kata bayang,
mulai pada zaman purbakala sebagai upacara memanggil arwah
dengan memasang lampu minyak kelapa dan menayangkan bayangan
pada kain putih yang dibentangkan. Sejalan dengan perputaran waktu,
wayang mengalami perkembangan makna dan fungsi, sebagai hiburan,
14
sarana pendidikan, ajaran moral, norma kehidupan beragama, dan
sebagai media informasi.
Sejak abad ke-9 dan ke-10, wayang sebagai media untuk
pementasan lakon yang diciptakan bertemakan sastra epos
Ramayanadan Mahabharata dan kemudian pada abad pertengahan
diciptakan lakon bertemakan Islam.
Wayang juga merupakan seni pertunjukan berupa drama yang
khas. Sejak abad ke-19 sampai dengan sekarang, Wayang telah
menjadi pokok bahasan serta dideskripsikan oleh para ahli. Macam-
macam kajian tentang wayang dapat diketahui dari bibliography
beranotasi, dibuat oleh V.M.C Van Groenendael, terbit tahun 1978
berjudul Annotated Bibliography of Wayang Litetarure and the Art of
the Dalang. Fungsi dari wayang adalah sebagai sarana pengukuhan
status sosial, karena yang bisa menanggap wayang adalah orang
terpandang, dan mampu menyediakan biaya besar. Wayang juga
menanamkan solidaritas sosial, sarana hiburan, dan pendidikan,
menurut Sumaryoto, (1990). Secara umum, pengertian wayang adalah
suatu bentuk pertunjukan tradisional yang disajikan oleh seorang
dalang, dengan menggunakan boneka atau sejenisnya sebagai alat
pertunjukan (Sedyawati; Darmono, 1983).
15
2.1.3 Pengrajin
Pengrajin ialah orang yang pekerjaannya membuat barang-
barang kerajinan. Ada pengrajin pahat, pengrajin batik, pengrajin
wayang, pengrajin emas, dan sebagainya. Barang yang dihasilkan tidak
dibuat dengan mesin, melainkan dengan tangan. Seni pahat yang ada di
Indonesia mula-mula dapat dilihat dari perkembangan seni ukir yang
ada di Indonesia. Pengrajin Seni pahat memiliki ciri yang agak sedikit
berbeda dengan seni ukir. Memang bahan yang digunakan sama persis
dengan yang digunakan oleh seni ukir. Tetapi di dalam seni
pahat, bukan hanya sekedar melukis di atas batu, kayu, atau bahan
lainnya. Dalam seni pahat dapat membuat suatu bentuk yang sesuai
dengan yang diinginkan.
Gambar 2. 1 Pengrajin Pahat
2.1.4 Analisis PESTEL
Analisis PESTEL merupakan analisis eksternal makro-
lingkungan yang akan mempengaruhi semua perusahaan. Secara
khusus, PESTEL analysis, adalah tool untuk memahami segala resiko
16
terkait dengan pertumbuhan atau penurunan usaha, dan juga posisi,
potensi serta arahan strategis untuk bisnis maupun organisasi.
Gambar 2. 2 Analisis PESTEL
Analisis PESTEL mencakup beberapa faktor , meliputi;
1. Politic (Politik): Faktor-faktor politik pada dasarnya untuk apa gelar
campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Secara khusus,
faktor-faktor politik meliputi bidang-bidang seperti kebijakan pajak,
hukum perburuhan, hukum lingkungan, pembatasan perdagangan,
tarif, dan stabilitas politik. Faktor-faktor politik juga dapat mencakup
barang dan jasa yang pemerintah ingin menyediakan atau disediakan
(barang jasa) dan yang pemerintah tidak ingin diberikan (kekurangan
17
barang atau jasa). Selain itu, pemerintah memiliki pengaruh besar pada
kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur suatu bangsa. Pemerintah
mendukung penuh para pengrajin kulit seperti mengadakan
pengolahan kulit dan menyediakan alat untuk menjahit kulit kepada
para pengrajin tas kulit.
2. Economic (Ekonomi) : Faktor ekonomi meliputi pertumbuhan
ekonomi, suku bunga, nilai tukar dan tingkat inflasi. Faktor-faktor ini
memiliki dampak besar pada bagaimana bisnis beroperasi dan
membuat keputusan. Misalnya, suku bunga mempengaruhi biaya
perusahaan modal dan karena itu sejauh mana bisnis tumbuh dan
berkembang. Kurs mempengaruhi biaya ekspor barang dan pasokan
dan harga barang impor dalam perekonomian. Tidak berpengaruh pada
perusahaan karena produk fashion merupakan luxury market.
3. Social (Sosial) : Faktor sosial meliputi aspek budaya dan termasuk
kesadaran kesehatan, laju pertumbuhan penduduk, distribusi usia,
sikap karir dan penekanan pada keselamatan. Tren faktor sosial
mempengaruhi permintaan untuk produk perusahaan dan bagaimana
perusahaan yang beroperasi. Sebagai contoh, populasi yang menua
dapat diartikan lebih kecil dan kurang bersedia tenaga kerja (sehingga
meningkatkan biaya tenaga kerja). Selain itu, perusahaan dapat
mengubah berbagai strategi manajemen untuk beradaptasi dengan tren
sosial (seperti merekrut pekerja yang lebih tua). Perusahaan harus
18
mampu lebih mensejahterakan para pengrajin dan karyawan agar
perusahaan mendapatkan kesan yang bagus di mata masyrakat.
4. Technology (Tekhnologi) : Faktor teknologi meliputi aspek teknologi
seperti R&D kegiatan, otomatisasi, insentif teknologi dan tingkat
perubahan teknologi. Mereka dapat menentukan hambatan masuk,
minimal tingkat produksi yang efisien dan pengaruh outsourcing
keputusan. Selain itu, pergeseran teknologi dapat mempengaruhi biaya,
kualitas, dan menyebabkan inovasi. Perusahaan harus mampu
menyediakan dana lebih untuk R&D agar dapat mempunyai teknologi
baru, bahan mentah baru atau cara pengerjaan baru yang lebih efisien.
5. Legal (Hukum) : Faktor hukum meliputi hukum diskriminasi, hukum
konsumen, hukum anti trust, hukum ketenagakerjaan, dan hukum
kesehatan dan keselamatan. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
bagaimana perusahaan beroperasi, biaya, dan permintaan untuk
produk-produknya. Perusahaan harus mematenkan semua jenis produk
untuk menghindari proses pembajakan mulai dari produk, logo dan
simbol produk.
6. Enviromental (Lingkungan) : Faktor lingkungan meliputi aspek
ekologi dan lingkungan seperti cuaca, iklim, dan perubahan iklim,
yang mungkin terutama mempengaruhi industri seperti pariwisata,
pertanian, dan asuransi. Selain itu, kesadaran akan potensi dampak
perubahan iklim mempengaruhi bagaimana perusahaan beroperasi dan
produk yang mereka tawarkan, baik menciptakan pasar baru dan
19
mengurangi atau menghancurkan yang sudah ada.Perusahaan dapat
terus menyesuaikan produk sesuai tren fashion yang berkembang di
pasar
2.1.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi dari kekuatan (Strength), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat) dalam suatu
spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang lebih
spesifik dari spekulasi bisnis dapat mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan
tersebut. Menurut Thompson, Strickland dan Gamble (2011), hal-hal
yang perlu diidentifikasi, melalui keempat elemen yang berada dalam
analisis SWOT adalah :
1 . Kelebihan (Strength): Mengidentifikasi sumber kelebihan dan
kapabilitas kompetitif perusahaan tersebut.
2 . Kelemahan (Weakness) : Mengidentifikasi sumber kelemahan
dan kekurangan kompetitif dari suatu perusahaan.
3. Peluang(Opportunity): Mengidentifikasi peluang pasar dari
suatu perusahaan.
4. Ancaman (Threat): Mengidentifikasi ancaman eksternal yang
akan dihadapi oleh perusahaan tersebut.
20
Analisis yang dilakukan menggunakan SWOT dalam Bisnis ini
dapat dilihat sebagai berikut :
Strength :
1. Mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan produk lain.
2. Sebagai pioneer yang menyangkut budaya wayang pada
fashion.
3. Memiliki tingkat kesulitan pada pembuatan produk yang
tinggi.
4. Memakai sistem perakitan produk yang tidak mudah
diikuti oleh kompetitor.
5. Mempunyai produk yang berkualitas tinggi.
Weakness :
1. Mempunyai product life cycle yang panjang.
2. Kurangnya ketersediaan teknologi pada industri kulit
membuat kalahnya daya saing dalam segi kualitas kulit
lokal dengan kulit import.
Opportunity :
1. Masih jarangnya budaya wayang dimanfaatkan untuk
produk-produk aksesoris sepeti tas dan lain sebagainya.
2. Dengan jumlah penduduk 250.000.000 jiwa Indonesia
merupakan pasar yang luas.
3. Pengembangan produk kulit mudah untuk diperkenalkan
kepada masyrakat.
21
Threats :
1. Sudah banyak kompetitor yang bergerak pada industri
kulit.
2. Entry barrier pada industr kulit tergolong rendah
2.1.6 Analisis Five Forces Porter
Five Forces Model Porter merupakan salah satu yang paling
sering digunakan dalam strategi bisnis. Model ini telah banyak
digunakan dalam berbagai macam kesempatan. Model Porter ini
sangat kuat baik dari dalam maupun luar industri. Porter five forces
dikembangkan pertama kali oleh Michael porter. Porter five forces
adalah suatu tool untuk menganalisis lingkungan yang kompetitif yang
berpengaruh pada pemasaran suatu produk. Michael E. Porter
merupakan salah satu marketing merupakan salah satu ahli marketing
terkenal.
Menurut Porter, Hakikat suatu industri dapat dilihat sebagai
kombinasi atas lima kekuatan, yaitu:
1. The Threat of a Substitute Product.
2. The Threat of the Entry of New Competitors.
3. The Bargaining Power of Customers
4. The Bargaining Power of Suppliers
5. The intensity of Competitive Rivalry
22
Analisis yang dilakukan menggunakan 5 Forces Porter dalam
Bisnis ini dapat dilihat sebagai berikut :
1. The Threat of a Substitute Product: Merupakan ancaman dari
produk sejenis yang bisa dijadikan sebagai barang substitusi
atau barang pengganti. Ancaman produk pengganti kuat
Karena, semakin banyak barang pengganti maka akan semakin
besar peluang bagi costumer untuk beralih ke produk dari
perusahaan lain. Faktor yang memperngaruhi faktor ini antara
lain switching cost, kecenderungan untuk substitusi,
diferensiasi produk, dan lainnya.
Ancaman dari produk pengganti dalam industri fashion
terutama yang berbahan dasar kulit lemah dikarenakan :
a. Produk yang berkualitas sulit di dapat.
b. Produk memiliki harga yang relatif mahal.
c. Konsumen belum tentu merasa nyaman apabila
menggunakan produk lain.
2. The Threat of the Entry of New Competitors: Banyaknya
kemunculan dari perusahaan – perusahaan baru yang menjual
atau menghasilkan produk yang sejenis dengan produk yang
kita hasilkan. Faktor yang berpengaruh pada force jenis ini
adalah ekuitas merek, hambatan masuk, distribusi, skill atau
core competence tertentu, economies of scope, cost advantage,
dan lainnya. Industri fashion salah satu industri yang
23
mempunyai entry barrier yang rendah karena cukup mudah
untuk memulai bisnis di bidang ini. Seperti :
a. Banyaknya merek yang ada di pasar sehingga tidak ada
suatu merek yang sangat mendominasi pasar.
b. Modal yang dibutuhkan untuk memulai produksi industri
fashion tidaklah tinggi.
c. Tidak adanya aturan pemerintah yang terlalu berpengaruh
terhadap industri fashion.
d. Pemain baru dapat dengan mudah memasarkan produk
mereka.
e. Pendatang baru dapat dengan mudah mendapatkan
keuntungan yang besar seperti adanya barang-barang tiruan
yang beredar di pasar.
f. Pada akhirnya para pemain lama kurang termotivasi untuk
membuat produk-produk baru karena dapat dengan mudah
ditiru oleh para pemain baru atau competitor.
3. The Bargaining Power of Customers: Sebuah produk tentunya
akan menjadi sia-sia jika tidak berhasil memikat hati para
customer. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa produsen atau
perusahaan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup
tinggi kepada customer. Faktor ini dipengaruhi oleh julah
pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli,
24
ketersediaan barang, besar order pembeli, sensitivitas harga,
tingkat diferensiasi, dan sebagainya.
Daya tawar pembeli lemah karena :
a. Reputasi merek dari produk yang dibeli oleh konsumen
merupakan hal yang penting bagi mereka.
b. Kualitas produk yang perusahaan berikan merupakan salah
satu yang terbaik.
c. Adanya sistem purna jual sehingga pembeli merasa
nyaman dan tidak takut produknya mengalami kerusakan
karena adanya garansi dan pelayanan perawatan setelah
membeli produk.
d. Daya Pembeli dalam industri fashion yang berbahan dasar
kulit lemah.
4. The Bargaining Power of Suppliers: Untuk memperoleh bahan
baku atau bahan-bahan pendukung lainnya, perusahaan
membutuhkan pihak pemasok. Faktor yang mempengaruhi
faktor ini adalah switching cost ke pemasok lain, jumlah
pemasok, konsentrasi pemasok, ketersediaan substitusi input,
tingkat diferensiasi input, hingga tingkat hubungan dengan
pemasok.
25
Daya pemasok dalam industri fashion lemah, karena:
a. Bahan baku mudah didapatkan, karena bahan baku yang
digunakan adalah kulit sapi yang tersedia banyak di pasar.
b. Switching cost untuk berpindah ke pemasok lainnya
rendah, banyaknya pengrajin kulit dan wayang serta perak
yang berada di daerah Jogjakarta.
c. Ketersediaan bahan baku yang berlimpah karena bahan
mentah yang kita pakai adalah kulit sapi.
d. Daya tawar pemasok dalam industri fashion yang berbahan
dasar kulit lemah.
5. The Intensity of Competitive Rivalry: Sebuah produk yang telah
mendapatkan tempat di hati masyarakat tentunya akan
membuat produsen atau perusahaan lain mengembangkan
usaha sejenis dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang
terjangkau. Semakin banyak pesaing, maka akan semakin besar
pula peluang sebuah perusahaan untuk tersaingi. Force yang
kelima ini dipengaruhi oleh jumlah pesaing, perbedaan kualitas,
loyalitas pelanggan, diferensiasi produk, perbedaan harga, exit
barriers, dan sebagainya.
Ancaman kompetitor dalam industri fashion kuat karena :
a. Para pelaku bisnis secara aktif selalu melakukan langkah
baru dalam meningkatkan pangsa pasar dan kinerja bisnis
26
mereka. Seperti mengeluarkan produk-produk baru setiap
musim, dan mengadakan event tertentu seperti pameran
untuk meningkatkan pangsa pasar mereka.
b. Permintaan konsumen bisa dikatakan mengalami
pertumbuhan yang lambat karena intensitas konsumen
untuk membeli produk fashion terutama tas tidak sesering
permintaan produk seperti bahan pokok sehari-hari.
c. Permintaan konsumen terhadap produk bisa mengalami
penurunan drastis apabila produk yang dikeluarkan tidak
mengikuti tren fashion yang diminati pasar sehingga apat
menimbulkan persediaan strok barang yang berlebih.
d. Dalam industri fashion banyak terdapat pesaing yang
mempunyai kekuatan dan daya saing yang berimbang oleh
karena itu sangat penting membuat produk yang
mempunyai keunikan dibanding kompetitor lainnya.
e. Konsumen dalam industri fashion dapat dengan mudah
berpindah dari merek yang satu ke yang lainnya.
f. Kompetitor dapat dengan mudah melakukan langkah
agresif seperti mengadakan diskon special, pemotongan
harga atau melakukan merger dengan competitor lain
untuk mendapatkan kekuatan yang lebih besar.
g. Pelaku bisnis besar yang berasal dari luar industri dapat
dengan mudah mengakusisi perusahaan lemah dan
27
mengubahnya menjadi perusahaan yang jauh lebh kuat dari
sebelumnya.
h. Ancaman kompetitor dalam industri fashion berbahan
dasar kulit kuat.
2.1.7 Analisis Market Survey
Dalam mengetahui kebutuhan dari masyarakat dan dapat
meyakinkan bahwa bisnis ini mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat, maka dilakukan survei kepada 48 orang melalui
kuesioner dan yang disebarkan keberbagai tempat di sekitar Jakarta.
Adapun perinciannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kuesioner usia
Usia
25 – 35 tahun 6 12.5%
35 – 45 tahun 19 39.5%
> 45 tahun 23 48%
Total 48 100%
28
Tabel 2.2 Kuesioner pendapatan perbulan
Pendapatan Per bulan
<10.000.000 8 16.6%
10.100.000-20.000.000 10 21%
20.100.000-30.000.000 2 4.2%
30.100.000-40.000.000 3 6.2%
>40.100.000 25 52%
Total 48 100%
Tabel 2.3 Kuesioner pengeluaran perbulan
Pengeluaran per bulan
<10.000.000 8 16.6%
10.100.000-20.000.000 8 16.6%
20.100.000-30.000.000 4 8.3%
30.100.000-40.000.000 10 21%
>40.100.000 18 37.5%
Total 48 100%
Tabel 2.4 Kuesioner pekerjaan
Pekerjaan
Pegawai Negeri 7 14.6%
Pegawai swasta 16 33.4%
Wiraswasta 13 27%
29
Ibu Rumah tangga 12 25%
Total 48 100%
Tabel 2.5 Kuesioner minat masyarakat akan fashion
Minat masyarakat akan fashion
Tidak suka 0 0%
Biasa saja 4 8.3%
Suka sekali 44 91.7%
Total 48 100%
Tabel 2.6 Kuesioner minat masyarakat akan shooping
Minat masyarakat akan shooping
Sebulan sekali 7 14.6%
Weekend 12 25%
Setiap hari 1 2%
Lain-lain 28 58.4%
Total 48 100%
Tabel 2.7 Kuesioner tempat yang biasa untuk membeli produk
Tempat yang biasa untuk membeli produk
Rekan 4 8.3%
Ke outlet langsung 30 62.5%
Online 2 4.2%
Lain-lain 12 25%
30
Total 48 100%
Tabel 2.8 Kuesioner tempat yang biasa untuk membeli produk
Produk yang diminati masyarakat
Tas 14 29.2%
Sepatu 12 25%
Pakaian 22 45.8%
Jaket 0 0%
Dompet 0 0%
Lain-lain 0 0%
Total 48 100%
Tabel 2.9 Kuesioner minat masyarakat akan produk kulit
Minat masyarakat akan produk kulit
Tidak suka 0 0%
Biasa saja 20 41.7%
Suka 28 58.3%
Total 48 100%
Tabel 2.10 Kuesioner jeniskulit untuk fashion
Jenis kulit untuk fashion
Domba 18 37.5%
Sapi 22 45.8%
31
Ular 3 6.3%
Lain-lain 5 10.4%
Total 48 100%
Tabel 2.11 Kuesioner produk kulit yang cocok dijadikan fashion
Produk kulit yang cocok untuk dijadikan fashion
Tas 27 56.3%
Ikat pinggang 1 2%
Sepatu 18 37.5%
Jaket 2 4.2%
Lain-lain 0 0%
Total 48 100%
Tabel 212 Kuesioner kriteria membeli produk kulit
Kriteria membeli produk kulit
Model 25 52%
Merek 8 16.7%
Jenis kulit 2 4.2%
Harga 13 27.1%
Lain-lain 0 0%
Total 48 100%
Tabel 2.13 Kuesioner harga produk terbuat dari kulit
Harga produk terbuat dari kulit
32
1.500.000 – 3.500.000 36 75%
3.600.000 – 5.000.000 10 20.8%
5.100.000 – 10.000.000 2 4.2%
Total 48 100%
Tabel 2.14 Kuesioner rentan pemakaian
Rentan pemakaian
Setiap hari 16 33.3%
Event tertentu 200 41.7%
Tidak sama sekali 0 0%
Lain-lain 12 25%
Total 48 100%
Tabel 2.15 Kuesioner kebudayaan yang disukai
Kebudayaan yang disukai
Batik 30 62.5%
Wayang 4 8.33%
Songket 9 18.75%
Ulos 5 10.42%
Lain-lain 0 0%
Total 48 100%
Tabel 2.16 Kuesioner wayang diaplikasikan ke kulit
Wayang diaplikasikan ke kulit
33
Tidak cocok 25 52.1%
Bagus 5 10.4%
Unik 18 37.5%
Lain-lain 0 0%
Total 48 100%
Tabel 2.17 Kuesioner wayang dijadikan produk tas
Wayang di jadikan produk tas
Cocok 21 43.75%
Tidak cocok 27 56.25%
Total 48 100%
Konsumer yang menjadi target survei adalah para sosialita
wanita yang memiliki hobi berbelanja, mengoleksi, dan yang suka
sekali dengan fashion yang berbeda dari yang lainnya dan unik. Dari
hasil survei menyatakan bahwa masyarakat belum tahu adanya produk
tas wayang yang dipahat dan berbahan dasarkan kulit.
Maka KULTUR&CO akan membuat suatu produk tas yang
unik, elegan, eksekutif, dan memiliki kualitas produk yang bagus yang
mempunyai nilai tambah tersendiri di mata pelanggan.
34
2.2 Business Model Canvas
Menurut buku Business Model Generation (Osterwalder & Pigneur,
2010), model bisnis digunakan untuk menggambarkan dasar pemikiran
tentang bagaimana organisasi membuat, memberikan dan menangkap hal-hal
seperti ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Proses pembuatan model bisnis
adalah bagian dari strategi bisnis yang dipakai dalam membentuk suatu inti
dari suatu bisnis untuk membangun berbagai aspek seperti proses operasional,
strategi, apa yang bisa ditawarkan, maksud dan tujuannya, infrastuktur dan
lainnya.Perusahaan perlu menggambarkan secara detail seperti apa model
bisnis yang dimiliki dengan menggunakan framework Business Model
Canvas. Framework ini akan mempermudah dalam menggambarkan rumusan
dari model bisnis yang dimiliki.
Gambar 2. 3 Business Model Canvas
Business Model Canvas sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu :
35
2.2.1 Customer Segments
Customer segments merupakan pembedaan kelompok manusia atau
organisasi untuk menentukan tujuannya. Untuk memberikan kepuasan
kepada para pelanggan dibutuhkan segmentasi agar dapat lebih fokus
dalam mengembangkan strategi bisnis untuk segmen pelanggan
tertentu sesuai dengan karakteristik, kebiasaan dan kebutuhannya.
Segementasi kelompok pelanggan dapat dibedakan jika :
Memiliki kebutuhan yang berbeda
Mendapatkan nilai melalui Channel yang berbeda
Membutuhkan jenis hubungan dan interaksi yang berbeda
Memiliki perbedaan dalam segi pendapatan
Bersedia untuk membayar lebih untuk mendapatkan sesuatu
36
Tipe dari segmentasi pelanggan meliputi :
Mass Market
Untuk Mass Market tidak ada segmentasi khusus ataupun value
proposition karena dapat mencakup secara umum.
Niche Market
Mempunyai segmentasi dan spesialisasi khusus sesuai dengan
karakteristik dari konsumennya.
Segmented
Diperlakukan dengan menambahkan segmentasi khusus ke
dalam segmentasi yang sudah ada karena mempunyai
kebutuhan dan masalah yang berbeda seperti perbedaan umur,
jenis kelamin, pendapatan.
Diversified
Melayani berbagai segmentasi pelanggan dengan kebutuhan
dan karakteristik yang berbeda.
Multi-sided Platform / Market
Untuk dapat menjalankan bisnis secara lancar maka diperlukan
segmentasi yang saling bergantung dan menguntungkan.
Sebagai contoh, kartu kredit yang diberikan bank dapat
membantu para pelaku bisnis yang menerima pembayaran
melalui kartu kredit.
37
2.2.2 Value proposition
Kumpulan dari produk dan layanan yang bisa ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan. Value proposition
memberikan nilai lebih yang tercipta dari berbagai elemen seperti
sesuatu yang baru, kustomisasi, disain, merek, harga, akses dan
kenyamanan. Value proposition terdiri dari Quantitative - price and
efficiency atau Qualitative-overall customer experience and outcome.
Value proposition merupakan salah satu alasan pelanggan dapat
pindah ke tempat/toko lain. Contoh dari value proposition adalah
peningkatan pelayanan, harga, merek, penampilan ataupun
kustomisasi dan kenyamanan.
38
2.2.3 Channel
Channel merupakan media suatu perusahaan membangun dan menjalin
hubungan untuk mencapai segmentasi pelanggan dalam memberikan
value proposition. Tipe dari Channel adalah sebagai berikut :
Direct – Sales Force
Direct – Web sales
Direct - Own Stores
Indirect – Partners
Indirect – Stores
Indirect – Wholesaler
Fase dari proses yang terjadi di dalam Channel adalah sebagai
berikut:
1. Awareness: Bagaimana cara membuat pelanggan aware
terhadap merek dan produk dari perusahaan.
39
2. Evaluation: Bagaimana cara perusahaan membahas dan
mengevaluasi value proposition yang diberikan kepada para
pelanggan.
3. Purchase: Bagaimana cara membuat para pelanggan membeli
produk dan pelayanan yang disediakan.
4. Delivery: Bagaimana cara perusahaan memberikan value
proposition kepada para pelanggan.
5. After sales: Bagaimana perusahaan dapat mendukung dan
membuat pelayanan atau promosi untuk para pelanggan agar
tetap setia dan datang kembali untuk membeli.
2.2.4 Customer Relationship
Untuk menjamin kelangsungan dan keberhasilan suatu bisnis, perlu
diidentifikasikan hubungan yang ingin dibuat sesuai dengan
segmentasinya. Terdapat beberapa tipe dari hubungan perusahaan
dengan para pelanggan yaitu sebagai berikut :
40
1. Personal Assistance
Hubungan yang berdasarkan interaksi antar manusia.
Pelanggan berinteraksi langsung dengan pegawai toko yang
membantu dalam proses pemilihan, pembelian ataupun
pembayaran.
2. Dedicated Personal Assistance
Hubungan ini terjadi dengan memberikan atau menyediakan
personal assistance khusus untuk pelanggan tertentu. Dilakukan
dalam jangka waktu yang lama dan dapat mengetahui apa saja
kebiasaan dan apa yang disuka oleh pelanggan tersebut dan
memberikan/memenuhi semua kebutuhannya.
3. Self-services
Pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bantuan dari pihak perusahaan. Tentu saja perusahaan
memberikan suatu alat, sistem, ataupun fasilitas agar pelanggan
dapat melakukannya sendiri secara mudah dan efektif.
4. Automated services
Mirip dengan self service tapi memberikan saran atau
rekomendasi secara sistematis kepada pelanggan dengan
melihat transaksi sebelumnya apa yang dibeli, apa yang dilihat
untuk dapat menghasilkan suatu rekomendasi yang dibutuhkan
pelanggan.
41
5. Communities
Membentuk suatu komunitas yang dimaksudkan untuk
mendukung proses bisnis dan memberikan masukan atau saran
yang dapat meningkatkan kualitas dari bisnis itu sendiri.
Biasanya terbentuk melalui komunitas online ataupun
komunitas langsung.
6. Co-creation
Pelanggan dapat memberikan masukan secara langsung apa
saja kekurangan dan yang butuh diperbaiki ataupun yang butuh
dikembangkan dari bisnis yang sedang berjalan agar dapat
memberikan yang terbaik untuk semua pelanggan
2.2.5 Revenue Streams
Cara yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari
bisnis yang berjalan sesuai segmentasi pelanggan yang ada dengan
menjual produk atau jasa dengan harga yang sesuai ataupun dengan
42
cara lainnya. Ada beberapa cara untuk mendapatkan revenue streams
yaitu :
1. Asset sale
Kebanyakan bisnis menjual produknya sendiri untuk
mendapatkan keuntungan bagi perusahaannya.
2. Usage fee
Keuntungan tercipta dari pemakaian jasa yang dimiliki oleh
perusahaan. Semakin sering jasa itu dipakai oleh pelanggan
maka semakin besar revenue streams yang didapat.
3. Subscription fee
Tercipta dari penjualan jasa yang berlangsung terus–menerus
atau dengan tahapan. Contoh : membership yang harus dibayar
setiap bulannya.
4. Lending/Renting/Leasing
Memberikan izin pihak lain untuk menggunakan asset dari
perusahaan dan perusahaan mendapatkan bayaran atau
keuntungan sebagai gantinya. Contoh : penyewaan mobil.
5. Licensing
Memberikan akses khusus kepada pelanggan ataupun pihak lain
untuk menggunakan nama, produk ataupun fasilitas perusahaan
43
dan sebagai gantinya, pengguna harus membayar biaya untuk
mendapatkan izin atau lisensi.
2.2.6 Key Resources
Sumber daya yang diperlukan agar dapat memberikan nilai tambah
kepada pelanggan dan juga dianggap sebagai sebagai asset perusahaan
untuk mendukung bisnis yang berjalan. Sumber daya yang dibutuhkan
ditentukan sesuai dengan model bisnis yang dilakukan. Sumber daya
ini meliputi:
1. Physical: Meliputi asset yang bersifat fisikal seperi bangunan,
kendaraan, mesin, POS (Point of Sale) dan jaringan distribusi.
2. Human: Sumber daya manusia adalah yang pasti akan
dibutuhkan untuk semua perusahaan dan bisnis.
3. Intellectua: Meliputi mereks, pengetahuan, hak cipta lisensi,
parnertship ataupun database pelanggan. Sulit untuk
44
dikembangkan tetapi jika berhasil akan menciptakan nilai yang
penting.
4. Finance: Untuk membangun suatu bisnis tentu saja
membutuhkan uang dan modal untuk sebagai pondasi utama.
Bisa diperoleh dari pemilik bisnis ataupun dari pinjaman bank.
2.2.7 Key Activities
Berisikan berbagai aktivitas utama yang dilakukan dalam suatu
perusahaan atau organisasi. Aktivitas pada bagian ini tentunya adalah
aktivitas yang dapat menjadi nilai lebih dan menguntungkan. Sebagai
contoh: pembentukan supply chain yang lebih efisien. Key Activities
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Production: Aktivitas ini berhubungan dengan merancang,
membuat dan mengirim suatu produk dengan kuantitas yang
lebih besar dan kualiatas yang lebih baik.
2. Problem Solving: Aktivitas ini memberikan solusi dari masalah
yang dimiliki pelanggan. Biasanya berhubungan dengan
pelayanan, produk ataupun kenyamanan.
45
3. Platform / Network: Bisnis dirancang dan dibuat sesuai dengan
landasan ataupun jaringan yang berhubungan dengan key
activities seperti mereks ataupun perangkat lunak yang
digunakan.
2.2.8 Key Partnerships
Untuk dapat mengoptimalkan proses operasional dan
mengurangi resiko yang ada, perusahaan atau organisasi biasanya
membentuk hubungan pembeli dengan supplier. Terdapat empat
macam tipe partnership yaitu :
1. Strategi aliansi antara non-competitor
2. Strategi bisnis dengan competitor
3. Joint-ventures untuk membangun bisnis yang baru
4. Hubungan pembeli dan supplier untuk mendapatkan stok barang.
46
2.2.9 Cost Structure
Menggambarkan pengeluaran atau biaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan suatu bisnis. Pengeluaran tersebut dapat dengan
mudah dianalisis dan dihitung setelah menentukan key resources,
key activities dan key partners. Pengeluaran tersebut mempunyai
dua kelas bisnis yaitu:
1. Cost-driven: Menciptakan proses operasional yang efisien
dan meminimalisasikan pengeluaran yang ada.
2. Value-driven: Tidak terlalu memperhatikan pengeluaran
tetapi lebih fokus pada menciptakan dan memberikan nilai
lebih kepada para pelanggannya.
Cost structure memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:
1. Fixed-Costs: Pengeluaran tetap yang tidak berubah-ubah
sesuai dengan sistem yang berjalan. Contoh : gaji pegawai dan
sewa tempat.
47
2. Variable-Costs: Pengeluaran yang berubah–ubah sesuai dengan
jumlah penjualan dan produksi.
3. Economics of Scales: Pengeluaran berkurang sesuai dengan
meningkatnya permintaan dan produksi.
4. Economics of Scope: Pengeluaran berkurang karena adanya
kerjasama dengan bisnis lain yang berhubungan langsung
dengan produk yang dihasilkan.
2.3 Implementation Plan
KULTUR&CO adalah perusahaan yang bergerak dibidang fashion.
Dimana KULTUR&CO mempunyai lokasi kantor di daerah kemang.
KULTUR&CO selain menjual tas, perusahaan pun dapat menerima service
tas baik dari merek KULTUR&CO sendiri maupun merek lain yang berbahan
kulit juga. Dari hasil survei banyak masyarakat yang berpendapat tidak cocok
kebudayaan wayang di aplikasikan ke dalam kulit. Namun disini penulis
ingin membuat suatu produk tas yang mengimplementasikan kebudayaan
wayang kedalam kulit dan menggunakan tehnik pahat. Dimana produk ini
akan memberikan value yang lebih dari tas-tas pada umumnya.
2.4 Marketing Mix
Menurut Kotler (2010), marketing mix merupakan suatu kumpulan
alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi
penjualan. Komponen dari bauran pemasaran yang paling sering digunakan
48
dikenal dengan 4P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan
promosi (promotion). Berikut ini adalah penjelasan dari keempat komponen
bauran tersebut :
2.4.1 Produk (Product)
Produk adalah suatu benda atau jasa yang ditawarkan oleh
sebuah perusahaan atau bisnis kepada konsumen untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan dari konsumen tersebut. Sebuah produk
harus dapat memenuhi keperluan dan kebutuhan dari konsumen.
Faktor-faktor seperti desain, merek, kualitas, banyaknya pilihan,
fungsi penggunaan, positioning, dan pengembangan dari sebuah
produk harus sangat diperhatikan untuk menarik perhatian pelanggan.
2.4.2 Harga (Price)
Harga merupakan sebuah patokan dasar seberapa besar jumlah
yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli suatu barang atau
jasa. Strategi dalam penetapan harga sangat penting karena faktor
harga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk.
Harga juga merupakan faktor yang menunjukan bagaimana posisi
sebuah produk didalam pasar, dan mempengaruhi dalam
memaksimalkan penjualan atau laba.
49
2.4.3 Tempat (Place)
Pemilihan tempat sangat penting dalam strategi penyampaian
sebuah produk atau jasa kepada konsumen. Strategi ini meliputi letak
tempat yang strategis, transportasi, distribusi produk atau jasa, sampai
dengan dekorasi ruang yang dapat mempengaruhi daya beli dari
konsumen.
2.4.4 Promosi (Promotion)
Promosi adalah cara yang dilakukan perusahaan untuk
memperkenalkan produk atau jasa kepada konsumen beserta upaya-
upaya dalam mempengaruhi konsumen untuk membeli. Terdapat
berbagai cara untuk melakukan promosi seperti melalui media cetak,
media elektronik, media letak, media luar ruang, personal selling,
direct selling, word of mouth, dan sebagainya. Dalam melakukan
promosi, perusahaan harus bisa mengidentifikasi segmen pasar dan
memiliki kemampuan dalam mempengaruhi pasar, sehingga daya beli
dari konsumen dapat lebih mudah didapat.
2.5 Segmenting, Targeting, dan Positioning
2.5.1 Segmenting
Menurut Kotler (2008) Sebuah pasar yang terdiri dari
konsumen yang beranekaragam (heterogen), sehingga untuk dapat
melakukan kegiatan pemasaran dengan baik dan mencapai tujuan
50
perusahaan, perlu dilakukan pengelompokkan menjadi konsumen yang
homogen dengan berbagai cara. Pembagian pasar menjadi kelompok-
kelompok konsumen dapat disegmentasikan berdasarkan kesamaan
variabel Kotler, (2008), antara lain:
1. Geographic: Pembagian pasar berdasarkan kesamaan variabel
seperti negara, kota, dan iklim.
2. Demographic: Pembagian pasar berdasarkan kesamaan variabel
seperti kelas sosial, gaya hidup, dan kepribadian.
3. Behavioral: Pembagian pasar berdasarkan kesamaan variabel
seperti respon konsumen terhadap produk, pemakaian produk dan
pengetahuan konsumen akan produk.
2.5.2 Targeting
Menurut Kotler (2008) target pasar adalah “a set of buyer
sharing common needs or characteristics that the company decided to
serves”. Setiap konsumen memiliki keinginan dan karakter yang
berbeda. Oleh karena itu, setelah membagi konsumen menjadi
kelompok-kelompok yang lebih homogen (segmenting), perusahaan
perlu memilih segmen pasar mana yang akan dimasuki (targeting).
Hal ini berguna untuk mempermudah penyusunan strategi pemasaran
yang akan digunakan.
51
2.5.3 Positioning
Menurut Kotler (2008, hal191), product positioning adalah
“the way the product is defined by consumers on important attributes–
the place occupies in consumers’s mind relative to competing
product”. Setelah perusahaan menetapkan target pasar dan mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh para konsumennya, maka perusahaan dapat
menyesuaikan serta menetapkan posisi produknya di pasar (market
positioning). Tujuan dari positioning yaitu untuk menanamkan suatu
citra produk di benak konsumen sehingga produk tersebut terlihat
menonjol dibandingkan dengan produk pesaing.
2.6 Analisis Keuangan dan Ratio
Menurut Stephen, et al,(2002) Analisis keuangan merupakan prediksi
dari kelangsungan hidup, stabilitas dan profitabilitas dari suatu bisnis. Rasio
keuangan merupakan indikator yang sangat berguna untuk mengetahui kinerja
dan keadaan keuangan perusahaan. Kebanyakan rasio keuangan dapat
dihitung berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
perusahaan.
Menurut Titman, Keown, dan Martin (2011) terdapat 5 klasifikasi
rasio keuangan yang umumnya dipakai dalam melakukan evaluasi terhadap
kinerja perusahaan, yang salah satunya sebagai berikut:
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratios)
52
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba/profit
dibandingkan dengan penjualannya
a. Marjin Laba Kotor (Gross Margin)
Rasio ini digunakan untuk membandingkan antara laba kotor
(gross profit) dengan penjualan. Sehingga dapat diketahui
berapakah laba kotor yang diterima perusahaan per satu rupiah
penjualan
b. Marjin Laba Usaha (Operating Margin)
Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa banyak laba
usaha (operating income) yang dihasilkan oleh perusahaan
dibandingkan dengan setiap penjualan yang terjadi.
c. Marjin Laba Bersih (Profit Margin)
Profit margin merupakan ukuran dari laba bersih yang didapat
perusahaan dari setiap penjualan yang terjadi.
d. Pengembalian atas Aktiva (Return on Assets)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk menperoleh laba bersih dengan memberdayakan aset
yang dimilikinya.
e. Return On Equity
Merupakan salah satu dari rasio profitabilitas dimana rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
53
sendiri. Rasio profitabilitas ini sangat diperhatikan oleh calon
maupun pemegang saham karena akan berkaitan dengan harga
saham serta dividen yang akan diterima. Oleh sebab itu, Return
On Invesment dapat diartikan sebagai berikut :