uud

Post on 05-Dec-2015

216 views 0 download

description

tugas

Transcript of uud

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sekarang-sekarang ini banyak orang-orang indonesia yang melakukan

perkawinan campuran atau boleh dibilang menikah dengan orang yang berbeda

kewarganegaraan. Tentu saja ini akan menimbulkan masalah yang besar sekali

yaitu mengenai status kewarganegaraan si anak yang dilahirkan itu nantinya

akan mengikuti kewarganegaraan si ibu atau si bapaknya dan permasalahan ini

mengacu pada UU No.26 Tahun 1958 yang mengatur tentang

kewarganegaraan.Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara

adalah adanya unsur warganegara yang diatur menurut ketentuan hukum

tertentu, sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan dari negara

dari negara lain.

Banyaknya permasalahan menyangkut tentang status kewarganegaran

yang menimpa masyakakat indonesia itu sendiri. Maka, dengan adanya Prestasi

besar yang ditorehkan oleh bangsa indonesia dibidang peratuaran perundangan.

Peraturan perundang-undangan yang di maksud adalah di undangkannya undang

no 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan republik indonesia untuk

menggantikan undang-undang no.62 tahun 1958 yang dinilai oleh khalayak

sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum masyaratkat indonesia baik

dalam kontes nasional maupun global.

I.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi tentang

kewarganegaraan Indonesia beserta UU yang berlaku di negara Indonesia agar

kita dapat mengetahui tentang bagaimana cara menjadi warga negara Indonesia

yang baik.

1

I.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kewarganegaraan?

2. Apa isi dari undang-undang kewarganegaraan?

3. Mengapa peraturan undang-undang kewarganegaraan sebelumnya yang

mengatur mengenai kewarganegaraan dengan sendirinya tidak berlaku?

4. Berapa kali Undang-Undang kewarganegaraan diubah?

5. Apa contoh dan solusi dari masalah kewarganegaraan?

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN DAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

PengertianKewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau

ikatan antara Negara dan warganegara.Kewarganegaraan diartikan segala jenis

hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban Negara itu

untuk melindungi orang yang bersangkutan.AdapunmenurutUndang-

UndangKewarganegaraanRepublik Indonesia,Kewarganegaraan merupakan segala

ikhwal yang berhubungan dengan negara atau keanggotaan seseorang dalam kontrol

satuan politik tertentu (secarakhusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk

berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang

demikiandisebutwarganegara.Seorangwarga Negara berhakmemilikipaspordarinegara

yang dianggotainya.Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan

(bahasa Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten

disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan

satuan politik. Dalamotonomidaerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-

masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-

bedabagiwarganya.. (warta warga,2011,

2

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-

pendidikan-kewarganegaraan-2/)

Kewarganegaraanmemilikikemiripandengankebangsaan (bahasaInggris: nationality).

Yang membedakanadalahhak-hakuntukaktifdalamperpolitikan.Ada

kemungkinanuntukmemilikikebangsaantanpamenjadiseorangwarganegara (contoh,

secara hokum merupakansubyeksuatu Negara

danberhakatasperlindungantanpamemilikihakberpartisipasidalampolitik).Jugadimungkin

kanuntukmemilikihakpolitiktanpamenjadianggotabangsadarisuatunegara.

(wartawarga,2011http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-

kewarganegaraan-dan-pendidikan-kewarganegaraan-2/)

Di bawahteorikontraksosial, status

kewarganegaraanmemilikiimplikasihakdankewajiban.Dalamfilosofi

"kewarganegaraanaktif", seorangwarga Negara

disyaratkanuntukmenyumbangkankemampuannyabagiperbaikankomunitasmelaluipartisi

pasiekonomi, layananpublik, kerjasukarela,

danberbagaikegiatanserupauntukmemperbaikipenghidupanmasyarakatnya. Dari

dasarpemikiraninimunculmatapelajaranKewarganegaraan (bahasaInggris: Civics) yang

diberikan di sekolah-sekolah. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan)

Pengertiankewarganegaraandibedakanmenjadidua, yaitusebagaiberikut:

a. Kewarganegaraandalamartiyuridisdansosiologis

- Kewarganegaraandalamartiyuridisditandaidenganadanyaikatan hokum anatara

orang-orang dengannegara.

- Kewarganegaraandalamartisosiologis, tidakditandaidenganikatanhukum,

tetapiikatan emosional, sepertiikartanperasaan, ikatanketurunan, ikatannasib,

ikatansejarah, danikatantanah air.

b. Kewarganegaraandalamartiformildanmateril.

- Kewarganegaraandalamartiformilmenunjukkanpadatempatkewarganegaraan.

Dalam sistematikahukum, masalahkewarganegaraanberadapada hokum publik.

3

- Kewarganegaraandalamartimaterilmenunjukkanpadaakibat hokum dari status

kewarganegaraan, yaituadanyahakdankewajibanwarganegara.

Berdasarkan prinsip ‘ius soli’, seseorang yang dilahirkan di dalam wilayah

hukum suatu negara, secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari

negara tempat kelahirannya itu. Negara Amerika Serikat dan kebanyakan negara di

Eropa termasuk menganut prinsip kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini, sehingga

siapa saja yang dilahirkan di negara-negara tersebut, secara otomatis diakui sebagai

warga negara. Oleh karena itu, sering terjadi warga negara Indonesia yang sedang

bermukim di negara-negara di luar negeri, misalnya karena sedang mengikuti

pendidikan dan sebagainya, melahirkan anak, maka status anaknya diakui oleh

Pemerintah Amerika Serikat sebagai warga negara Amerika Serikat. Padahal kedua

orangtuanya berkewarganegaraan Indonesia. (http://www.isomwebs.com/2012/makalah-

kewarganegaraan/)

Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ‘ius

sanguinis’ yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status

orangtua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orangtuanya

berkewarganegaraan suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya

dianggap sama dengan kewarganegaraan orangtuanya itu. Akan tetapi, sekali lagi,

dalam dinamika pergaulan antar bangsa yang makin terbuka dewasa ini, kita tidak dapat

lagi membatasi pergaulan antar penduduk yang berbeda status kewarganegaraannya.

Sering terjadi perkawinan campuran yang melibatkan status kewarganegaraan yang

berbeda-beda antara pasangan suami dan isteri. Terlepas dari perbedaan sistem

kewarganegaraan yang dianut oleh masing-masing negara asal pasangan suami-isteri

itu, hubungan hukum antara suami-isteri yang melangsungkan perkawinan campuran

seperti itu selalu menimbulkan persoalan berkenaan dengan status kewarganegaraan

dari putera-puteri mereka.(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/).

Oleh karena itulah diadakan pengaturan bahwa status kewarganegaraan itu

ditentukan atas dasar kelahiran atau melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan.

Dengan cara pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan karena

kelahirannya. Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama yang

menganut prinsip ‘ius soli’ sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang bersangkutan

4

secara langsung mendapatkan status kewarganegaraan, kecuali apabila yang

bersangkutan ternyata menolak atau mengajukan permohonan sebaliknya. Cara kedua

untuk memperoleh status kewarganegaraan itu ditentukan melalui proses

pewarganegaraan (naturalisasi).

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Melalui proses pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan permohonan

kepada instansi yang berwenang, dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat

mengabulkan permohonan tersebut dan selanjutnya menetapkan status yang

bersangkutan menjadi warganegara. Selain kedua cara tersebut, dalam berbagai

literature mengenai kewarganegaraan, juga dikenal adanya cara ketiga, yaitu melalui

registrasi. Cara ketiga ini dapat disebut tersendiri, karena dalam pengalaman seperti

yang terjadi di Perancis yang pernah menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru

dunia, banyak warganya yang bermukim di daerah-daerah koloni dan melahirkan anak

dengan status kewarganegaraan yang cukup ditentukan dengan cara registrasi saja. Dari

segi tempat kelahiran, anak-anak mereka itu jelas lahir di luar wilayah hukum negara

mereka secara resmi. Akan tetapi, karena Perancis, misalnya, menganut prinsip ‘ius

soli’, maka menurut ketentuan yang normal, status kewarganegaraan anak-anak warga

Perancis di daerah jajahan ataupun daerah pendudukan tersebut tidak sepenuhnya dapat

langsung begitu saja diperlakukan sebagai warga negara Perancis. Akan tetapi, untuk

menentukan status kewarganegaraan mereka itu melalui proses naturalisasi atau

pewarganegaraan juga tidak dapat diterima. Karena itu, status kewarganegaraan mereka

ditentukan melalui proses registrasi biasa. Misalnya, keluarga Indonesia yang berada di

Amerika Serikat yang menganut prinsi ‘ius soli’, melahirkan anak, maka menurut

hukum Amerika Serikat anak tersebut memperoleh status sebagai warga negara AS.

Akan tetapi, jika orangtuanya menghendaki anaknya tetap berkewarganegaraan

Indonesia, maka prosesnya cukup melalui registrasi saja.

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-

pendidikan-kewarganegaraan-2/)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat

diperoleh melalui tiga cara, yaitu:

5

(i) kewarganegaraan karena kelahiran atau ‘citizenship by birth’

(ii) kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau ‘citizenship by naturalization’

(iii) kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau ‘citizenship by registration’. Ketiga

cara ini seyogyanya dapat sama-sama dipertimbangkan dalam rangka pengaturan

mengenai kewarganegaraan ini dalam sistem hukum Indonesia, sehingga kita tidak

membatasi pengertian mengenai cara memperoleh status kewarganegaraan itu hanya

dengan cara pertama dan kedua saja sebagaimana lazim dipahami selama ini.

Kasus-kasus kewarganegaraan di Indonesia juga banyak yang tidak sepenuhnya

dapat diselesaikan melalui cara pertama dan kedua saja. Sebagai contoh, banyak

warganegara Indonesia yang karena sesuatu, bermukim di Belanda, di Republik Rakyat

Cina, ataupun di Australia dan negara-negara lainnya dalam waktu yang lama sampai

melahirkan keturunan, tetapi tetap mempertahankan status kewarganegaraan Republik

Indonesia. Keturunan mereka ini dapat memperoleh status kewarganegaraan Indonesia

dengan cara registrasi biasa yang prosesnya tentu jauh lebih sederhana daripada proses

naturalisasi. Dapat pula terjadi, apabila yang bersangkutan, karena sesuatu sebab,

kehilangan kewarganegaraan Indonesia, baik karena kelalaian ataupun sebab-sebab lain,

lalu kemudian berkeinginan untuk kembali mendapatkan kewarganegaraan Indonesia,

maka prosesnya seyogyanya tidak disamakan dengan seorang warganegara asing yang

ingin memperoleh status kewarganegaraan Indonesia.

(http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563)

Lagi pula sebab-sebab hilangnya status kewarganegaraan itu bisa saja terjadi

karena kelalaian, karena alasan politik, karena alasan teknis yang tidak prinsipil,

ataupun karena alasan bahwa yang bersangkutan memang secara sadar ingin

melepaskan status kewarganegaraannya sebagai warganegara Indonesia. Sebab atau

alasan hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan pertimbangan yang penting,

apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status kewarganegaraan

Indonesia. Proses yang harus dilakukan untuk masing-masing alasan tersebut sudah

semestinya berbeda-beda satu sama lain. Yang pokok adalah bahwa setiap orang

haruslah terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga

terhindar dari kemungkinan menjadi ‘stateless’ atau tidak berkewarganegaraan.

6

(http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563)

Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh membiarkan

seseorang memilki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya diperlukan

perjanjian kewarganegaraan antara yans sah. negara-negara modern untuk menghindari

status dwi-kewarganegaraan tersebut. Oleh karena itu, di samping pengaturan

kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan melalui proses pewarganegaraan

(naturalisasi) tersebut, juga diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu

melalui registrasi biasa. Di samping itu, dalam proses perjanjian antar negara, perlu

diharmonisasikan adanya prinsip-prinsip yang secara diametral bertentangan, yaitu

prinsip ‘ius soli’ dan prinsip ‘ius sanguinis’ sebagaimana diuraikan di atas.

(http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563)

Kita memang tidak dapat memaksakan pemberlakuan satu prinsip kepada suatu

negara yang menganut prinsip yang berbeda. Akan tetapi, terdapat kecenderungan

internasional untuk mengatur agar terjadi harmonisasi dalam pengaturan perbedaan itu,

sehingga di satu pihak dapat dihindari terjadinya dwi-kewarganegaraan, tetapi di pihak

lain tidak akan ada orang yang berstatus ‘stateless’ tanpa kehendak sadarnya sendiri.

Karena itu, sebagai jalan tengah terhadap kemungkinan perbedaan tersebut, banyak

negara yang berusaha menerapkan sistem campuran dengan tetap berpatokan utama

pada prinsip dasar yang dianut dalam sistem hukum masing-masing.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ‘ius sanguinis’,

mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui

prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih

berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara

Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia.

( http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha

untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya, dapat saja

diterima sebagai warganegara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap

7

tidak sesuai dengan prinsip dasar yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu

dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa,

bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai

orang asing sama sekali.( http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN

Menurut undang-undang ini Kewarganegaraan Republik Indonesia diperoleh:

a. karena kelahiran.

b. karena pengangkatan.

c. karena dikabulkan permohonan.

d. karena pewarganegaraan.

e. karena atau sebagai akibat dari perkawinan.

f. karena turut ayah/ibu-nya.

g. karena pernyataan.

a. Karena Kelahiran

Dalam undang-undang ini kewarganegaraan Republik Indonesia diperoleh

karena kelahiran berdasarkan keturunan dan berdasarkan kelahiran di dalam wilayah

Republik Indonesia untuk mencegah adanya orang yang tanpa kewarganegaraan. Bahwa

keturunan dipakai sebagai suatu dasar adalah lazim. Sudah sewajarnya suatu negara

menganggap seorang anak sebagai warganegaranya dimanapun ia dilahirkan, apabila

orang tua anak itu warganegara dari negara itu. Dalam pada itu tidak selalu kedua orang

tua anak itu bersamaan kewarganegaraan, dan tidak selalu anak itu mempunyai

8

hubungan hukum kekeluargaan dengan kedua orang tuanya. Oleh karena itu, maka salah

seorang dari orang tuanya itu harus didahulukan.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Dalam hal kewarganegaraan undang-undang ini menganggap selalu ada

hubungan hukum

kekeluargaan antara anak dan ibu; hubungan hukum kekeluargaan antara anak dan ayah

hanya ada apabila anak itu lahir dalam atau dari perkawinan sah atau apabila anak itu

diakui secara sah oleh ayahnva. Apabila ada hubungan hukum kekeluargaan antara anak

dan ayah, maka ayah itulah yang menentukan kewarganegaraan anak, kecuali jika ayah

itu tidak dapat menentukan kewarganegaraan anaknya karena ia tidak mempunyai

kewarganegaraan atau karena kerwarganeigaraannya tidak diketahui, dalam hal mana

ibunya yang menentukan Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan antara

dengan ayah, maka yang menentukan kewarganegaraan anak ialah ibunya.

(http://gumay.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.html)

Kelahiran di dalam wilayah Republik Indonesia sebagai dasar untuk

memperoleh kewarganegaran Republik Indonesia dalam undang-undang ini hanya

dipakai untuk menghindarkan adanya orang tanpa kewarganegaraan yang lahir di dalam

wilayah Repubik Indonesia dan hanya dipakai selama perlu untuk menghindarkan itu.

b. Karena pengangkatan

Pengangkatan anak adalah biasa di Indonesia. Sah atau tidak sahnya

pengangkatan anak itu ditentukan oleh hukum mengangkat anak. Adakalanya anak yang

diangkat itu anak asing, akan tetapi karena betul-betul diperlakukan sebagai anaK

sendiri, tidak diketahui atau dirasakan lagi asal orang itu. Maka hendaknya kepada anak

demikian itu diberikan status orang tua yang mengangkatnva. Sebagai jaminan bahwa

pengangkatan itu sungguh-sungguh pengangkatan sebagai digambarkan di atas dan

supaya anak asing yang diangkat itu betul-betul masih bisa merasa warganegara

9

Indonesia, maka pemberian kewarganegaraan Republik Indonesia kepada anak angkat

itu hendaknya dibatasi pada anak yang masih muda sekali

(http://gumay.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.html)

c. Karena permohonan

Ada kemungkinan seorang anak karena berlakunya suatu aturan turut

kewarganegaraan ayahnya, sedangkan sesungguhnya ia merasa lebih berdekatan dengan

ibunya, yang berkewarganegaraan Republik indonesia. Hendaknya kepada anak itu

diberi kesempatan untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, apabila ia

dianggap sudah bisa menentukan kewarganegaraannya sendiri. Pemberian kesempatan

itu hendaknya dibatasi pada anak di luar perkawinan, karena dalarn perkawinan orang

tua dan anak pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan yang statusnya ditentukan oleh

Bapaknya. Dalam pada itu karena orang yang bersangkutan sekian lamanya orang asing,

maka kesempatan itu berupa suatu permohonan. Tentang memperoleh kewarganegaraan

dengan permohonan ini.

(http://gumay.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.html)

Negara yang memperkenankan orang dari luar bertempat tinggal menetap di

dalam wilayahnya, pada suatu saat selayaknya menerima keturunan dari orang luar itu

dalam lingkungankewargaannya. Sampai dimana dan dengan cara bagaimana iussoli

dilakukan terhadap orang-orang yang tidak tanpa kewarganegaraan ini itulah tergantung

pada keadaan negara masing-masing. Karena kewarganegaraan itu janganlah

dipaksakan kepada orang yang sudah mempunyai kewarganegaraan lain, maka

pemasukan dalam lingkungan kewarganegaraan Republik Indonesia itu hendaknya

datang dari keinginan orang itu sendiri. Karena alasan-alasan seperti di atas maka

kesempatan yang diberikan itu berupa permohonan.Orang-orang yang diberi

kesempatan itu, menurut undang-undang ini ialah mereka yang lahirdari seorang

penduduk atau yang kernudian menjadi penduduk, yang juga lahir di Indonnesia.Syarat

selanjutnya ialah bahwa ia tidak menjadi berkelebihan kewarganegaraan.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

10

d. Karena Pewarganegaraan

Kepada seorang asing yang sungguh ingin menjadi warganegarar Republik

Indonesia hendaknya diheri kesempatan untuk melaksanakan keinginan itu. Tentu saja

kepentingan Indonesia tidak boleh terganggu oleh pemberian pewarganegaraan itu.

Supaya pemberian pewarganegaraan tidak bertentangan dengan maksud pemberian itu,

maka diadakan syarat-syarat yang kesemuanya bersifat objectief. Karena pemberian

kewarganegaraan itu termasuk kebijaksanaan kekuasaan executief, maka yang

memberikan pewarganegaraan itu ialah Pemerintah, dalam hal ini Menteri Kehakiman

dengan persetujuan Dewan Menteri. Tentu saja Pemerintah dalam hal pemberian

pewarganegaraan itu bertanggung jawab kepada Parlemen, dan tidak boleh menyimpang

dari syarat-syarat yang ditentukan. Tentang hal ikhwal pewarganegaraan selanjutnya

dipersilahkan membaca pasal 5 yang kiranya sudah cukup jelas. Itu adalah

pewarganegaraan biasa atas permohonan orang yang ingin menjadi warganegara

Republik lndonesia. Ada kemungkinan bahwa guna kepentingan Indonesia sendiri perlu

seorang diwarganegarakan, atau seorang asing, karena telah berjasa terhadap Republik

Indonesia selayaknva diwarganegarakan. Dalam hal ini syarat-syarat yang ditentukan

untuk permohonanpewarganegaraan biasa tentu saja tidak berlaku..

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

e. Karena atau sebagai akibat dari perkawinan

Undang-undang ini berpendirian bahwa dalam perkawinan kedua mempelai

sedapat-dapatnya mempunyai kewarganegaraan yang sama. Apabila hal itu akan

menimbulkan kelebihan kewarganegaraan atau tanpa kewarganecraraan atau

menghilangkan kewarganegaraan seorang yang dirasakan berat, maka azas kesatuan

kewarganegaraan itu dilepaskan. Soal perkawinan yang juga ada hubungan dengan soal

kehilangan kewarganegaraan, akan diterangkan lebih lanjut di bawah.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

f. Karena turut ayah atau ibunya

11

Pada dasarnya anak yang belum dewasa turut mernperoleh kewarganegaraan

Republik Indonesia dengan ayahnya atau ibunya, apabila tidak ada hubungan hukum

kekeluargaan denganayahnya. Kedudukan anak akan ditentukan lebih lanjut di bawah.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

g. Karena pernyataan

Selain dari kepada seorang perempuan asing yang kawin dengan seorang

warganegara Republik Indonesia untuk memperoleh kewarganegaraan Republik

Indonesia lebih dulu dari satu tahun setelah perkawinannya berlangsung dan kepada

orang-orang untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia yang

hilang karena turut orang, lain, Undang-undang ini hanya memberi kemungkina untuk

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pernyataan kepada orang-

orang, yang berhubung dengan keadaaan peralihan dimana ada vacuum dalam peraturan

kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak bisa menjadi warganegara Republik

Indonesia. ((http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN

Selain dari akibat dari perkawinan dan turut ayah/ibu, yang akan diterangkan di

bawah, hal-hal yang menyebabkan kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia,

dalam undang-undang ini dicantumkan dalam pasal 17. Kehilangan kewarganegaraan

Republik Indonesia itu dapat disebabkan oleh karena orang yang bersangkutan

memperoleh kewarganegaraan baru dengan kemauannya sendiri atau karena ia ingin

mempunyai kewarganegaraan saja sedangkan ia tidak bertempat tinggal di Indonesia,

atau karena perbuatan-perbuatan yang dapat menunjukkan bahwa orang yang

bersangkutan tidak atau kurang menghargakan kewarganegaraan Republik Indonesia.

Dalam pada itu memperoleh kewarganegaraan lain dengan kemauannya sendiri tidak

selalu dengan sendirinya mengakibatkan kehilangan kewarganegaraan Republik

Indonesia pasal 17 huruf.(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

KEWARGANEGARAAN KARENA TURUT KEWARGANEGARAAN ORANG

LAIN

12

a. Perkawinan

Seperti telah diterangkan di atas undang-undang ini mengutamakan azas

kesatuan kewarganegaraan dari kedua mempelai, azas mana tidak dijalankan apabila

menimbulkan kelebihan kewarganegaraan atau tanpa kewarganegaraan, atau dirasakan

berat apabila mengasingkan begitu saja seorang warganegara yang kawin dengan orang

asing.( http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-

pendidikan-kewarganegaraan-2/ )

b. Kedudukan anak

Pada umumnya anak yang belum dewasa — yaitu belum berumur 18 tahun dan

belum kawin –turut ayahnva atau turut ibunya, jika tidak ada hubungan hukum

kekeluargaan dengan ayahnya. Dalam satu hal perubahan status seorang ibu berlaku

buat semua anaknya; yaitu kalau ibu itu sudah janda karena suaminya meninggal dunia

dan perubahan status itu disebabkan karena suatu perbuatan yang memerlukan

pertimbangan sungguh-sungguh, yaitu karena pewarganegaraan. Karena memperoleh

kewarganegaraan baru dapat dikatakan ada arti yang rieel kalau orang itu bertampat

tinggal di negara yang memberikan kewarganegaraan baru itu, maka anak tersebut baru

turut memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia setelah ia berada di Indonesia.

(://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-pendidikan-

kewarganegaraan-2/ )

c. Kembali asal

Seorang yang berubah kewarganegaraan karena kebawa oleh orang lain atau

mengikuti orang lain pada pokoknya hendaknya diberi kesempatan untuk kembali asal

bilamana orang itu tidak lagi turut orang lain itu. Maka seorang perempuan yang

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia karena turut suaminya, pada

waktunya boleh melepaskan kewarganegaraan Republik Indonesia itu lagi, seorang

yang kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia karena turut suami/istrinya boleh

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia lagi

13

(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-

pendidikan-kewarganegaraan-2/)

Contoh dalam kehidupan sehar-hari yang dapat kita ambil yaitu sekarang-sekarang ini

banyak orang-orang indonesia yang melakukan perkawinan campuran atau boleh

dibilang menikah dengan orang yang berbeda kewarganegaraan. Tentu saja ini akan

menimbulkan masalah yang besar sekali yaitu mengenai status kewarganegaraan si anak

yang dilahirkan itu nantinya akan mengikuti kewarganegaraan si ibu atau si bapaknya

dan permasalahan ini mengacu pada UU No.26 Tahun 1958 yang mengatur tentang

kewarganegaraan. (http://herman-notary.blogspot.com/2009/03/status-hukum-anak-

hasil-perkawinan.html)

Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan

hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya

sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah sehingga anak

memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau perkawinan tersebut tidak sah,

sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan hukum

dengan ibunya.

PERMASALAHAN YANG MENYANGKUT DENGAN UNDANG-UNDANG

KEWARGANEGARAAN

Masalah tentang kewarganegaraan memang merupakan konsep yang

bersifatkonstektual yang dipengaruhi oleh kondisi negara yang tidak steril terhadap

perubahan masyarakat dan pemerintah di negara tersebut. Kenyataan ini tidaklah

mengherankan karena masalah kewarganegaraan terkait dengan masalah manusia dalam

arti penduduk, rakyat, warga dan pemerintah. (abdul azaz wahab,2011: 196).

Di dalam sistem hukum indonesia, Prof. Sudargo Gautama menyatakan

kecondongannya pada sistem hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam keluarga,

bahwa semua anak–anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu

orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke macht) tunduk pada hukum yang sama.

Kecondongan ini sesuai dengan prinsip dalam UU Kewarganegaraan No. 62 Tahun

14

1958.(http://gumayjelek.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-

indonesia.html)

UU No.62 Tahun 1958 yang berisikan prinsip kewarganegaraan tunggal, sehingga anak

yang lahir dari perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang

dalam UU tersebut ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan

ayahnya. Pengaturan ini menimbulkan persoalan apabila di kemudian hari perkawinan

orang tua pecah, tentu ibu akan kesulitan mendapat pengasuhan anaknya yang warga

negara asing apalagi jika anak-anak masih dibawah umurdan akhirnya UU inipun

dinilai tidak sanggup lagi mengatasi masalah kewarganegaan dalam perkawinan

campuran dan lahirlah UU Kewarganegaraan yang baru.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Dengan lahirnya UU Kewarganegaraan yang baru, sangat menarik untuk dikaji

bagaimana pengaruh lahirnya UU ini terhadap status hukum anak dari perkawinan

campuran.Definisi anak dalam pasal 1 angka 1 UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak adalah : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

(http://gumay.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.html)

Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang - Undang Nomor 12

tahun 2006 hadir sebagai pengganti Undang - Undang Nomor 62 tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia. Dimana Undang - Undang Kewarganegaraan

yang lama masih banyak sekali terdapat pasal-pasal yang bersifat diskriminatif. Undang

- Undang Nomor 12 Tahun 2006 diharapkan mampu mengurangi praktek-praktek

diskriminasi baik diskriminasi terhadap anak, diskriminasi gender maupun diskriminasi

etnis.(http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563)\

Dengan adanya perubahan ketentuan yang terdapat dalam Undang - Undang

Nomor 62 tahun 1958 dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, kearah

penghapusan segala bentuk diskriminasi. Implikasi Praktisnya adalah pelaksanaan

Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru yaitu Undang - Undang Nomor 12 Tahun

2006 memerlukan berbagai Peraturan Pemerintah, Petunjuk Pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pelaksanaan tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara

15

Pemerintahdanmasyarakat.(http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?

act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563)

Pada 11 Juli 2006, DPR mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang

baru. Lahirnya undang-undang ini disambut gembira oleh sekelompok kaum ibu yang

menikah dengan warga negara asing, walaupun pro dan kontra masih saja timbul,

namun secara garis besar Undang-undang baru yang memperbolehkan dwi

kewarganegaraan terbatas ini sudah memberikan pencerahan baru dalam

mengatasipersoalan-persoalan yang lahir dari perkawinancampuran.

(http://gumayjelek.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.html)

Jadi yang membedakan UU kewarganegaraan yang baru dengan yang lama yaitu

Di dalam UU Nomor 62 Tahun 1958,  anak yang lahir dari “perkawinan

campur” hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan dan ditentukan hanya mengikuti 

kewarganegaraan ayahnya. Ketentuan dalam UU Nomor 62 Tahun 1958, dianggap tidak

memberikan perlindungan hukum yang cukup bagi anak yang lahir dari perkawinan

campur dan diskriminasi hukum terhadap WNI Perempuan. Dalam ketentuan UU

kewarganegaraan ini, anak yang lahir dari perkawinan campuran bisa menjadi

warganegara Indonesia dan bisa menjadi warganegara asing.

(http://nazien46.blogspot.com/2011/10/download-artikel-lengkap-hukum.html)

Serta pada UU kewarganegaraan yang baru ( 12 tahun 2006 ) ini lebih memberikan

jaminan perlindungan bagi warga negara Indonesia. WNI yang kawin campur, dapat

tetap berstatus WNI termasuk anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan campur

tersebut. Anak-anak hasil kawin campur boleh memiliki kewarganegaraan ganda  dan

setelah anak berumur 18 tahun, anak memilih sendiri kewarganegaraannya (asas

kewarganegaraan ganda terbatas).  Pernyataan untuk memilih tersebut harus

disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah

kawin.  Jadi, Undang – undang baru ini lebih memberikan perlindungan, dan status

kewarganegaraan anak yang dilahirkan dari “perkawinan campur” juga jadi lebih jelas.

(http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/)

Adapun penjelasan isi dari undang-undang kewarganegaraan adalah sebagi berikut :

16

PENJELASAN ATAS UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM

Warganegaramerupakansalahsatuunsurhakikidanunsurpokoksuatunegara.

Status

kewarganegaraanmenimbulkanhubungantimbalbalikantarawarganegaradanne

garanya.Setiapwarganegaramempunyaihakdankewajibanterhadapnegaranya.

Sebaliknya,

negaramempunyaikewajibanmemberikanperlindunganterhadapwarganegaran

ya.

SejakProklamasiKemerdekaanRepublik Indonesia,

ihwalkewarganegaraandiaturdalamUndang – UndangNomor 3 Tahun 1946

tentangWarga Negara danPenduduk Negara. Undang-

UndangtersebutkemudiandiubahdenganUndang – UndangNomor 6Tahun

1947 tentangPerubahanUndang – UndangNomor 3 Tahun 1946

dandiubahlagidenganUndang –UndangNomor 8 Tahun 1947

tentangMemperpanjangWaktuuntukMengajukanPernyataanBerhubungdenga

nKewarganegaraan Negara Indonesia danUndang – UndangNomor 11 Tahun

1948

tentangMemperpanjangWaktuLagiuntukMengajukanPernyataanBerhubungd

enganKewargaan Negara Indonesia. Selanjutnya,

ihwalKewarganegaraanterahirdiaturdenganUndang – UndangNomor 62

Tahun 1958 tentangKewarganegaraanRepublik Indonesia

sebagaimanatelahdiubahdenganUndang- UndangNomor 3 Tahun1976

tentangPerubahanPasal 18 Undang – UndangNomor 62 Tahun1958

tentangKewarganegaraanRepublik Indonesia

Undang- UndangNomor 62 Tahun 1958 tersebutsecarafilosofis, yuridis,

dansosiologissudahtidaksesuailagidenganperkembanganmasyarakatdanketata

negaraanRepublik Indonesia.

17

Secarafilosofis, Undang – Undangtersebutmasihmengandungketentuan –

ketentuan yang belumsejalandenganfalsafahPancasila, antaralain,

karenabersifatdiskrimintif,

kurangmenjaminpemenuhanhakasasidanpersamaanantarwarganegara,

sertakurangmemberikanperlindunganterhadapperempuandananak-anak.

Secarayuridis, landasankonstitusionalpembentukanUndang –

UndangtersebutadalahUndang- UndangDasarSementaraTahun 1950 yang

sudahtidakberlakusejakDekritPresiden 5 Juli 1959 yang

menyatakankembalikepadaUndang- UndangDasar 1945.

Dalamperkembangannya, Undang – UndangDasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 telahmengalamiperubahan yang

lebihmenjaminperlindunganterhadaphakasasimanusiadanhakwarganegara.

Secarasosiologis, Undang – Undangtersebutsudahtidaksesuailagi

denganperkembangandantuntutanmasyarakat Indonesia

sebagaibagiandarimasyarakatinternasionaldalampergaulan global, yang

menghendakiadanyapersamaanperlakuandankedudukanwarganegara di

hadapanhukumsertaadanyakesetaraandankeadilan gender.

Berdasarkanpertimbangantersebut di atas, perludibentukUndang –

UndangKewarganegaraan yang barusebagaiperlaksanaanPasal 26 Ayat (3)

Undang – UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

mengamanatkan agar hal –

halmengenaiwarganegaradanpendudukdiaturdenganUndang – Undang.

UntukmemenuhituntutanmasyarakatdanmelaksanakanamanatUndang –

UndangDasarsebagaimanatersebutdiatas, Undang –

Undanginimemperhatikanasas – asaskewarganegaraanumumatau universal,

yaituasasiussanguinis , ius soli, dancampuran.

Adapunasas – asas yang dianutdalamUndang – Undanginisebagaiberikut :

1. Asasiussanguinis (law of the blood) adalahasas yang

menentukankewarganegaraanseseorangberdasarkanketurunan,

bukanberdasarkannegaratempatkelahiran.

18

2. Asasius soli (law of the soil) secaraterbatasadalahasas yang

menentukankewarganegaraanseseorangberdasarkannegaratempatkela

hiran, yang diberlakukanterbatasbagianak –

anaksesuaidenganketentuan yang diaturdalamUndang – Undangini.

3. Asaskewarganegaraantunggaladalahasas yang

menentukansatukewarganegaraanbagisetiap orang.

4. Asaskewarganegaraangandaterbatasadalahasas yang

menentukankewarganegaraanganbagianak –

anaksesuaidenganketentuan yang diaturdalamUndang – Undangini.

Undang – Undanginipadadasarnyatidakmengenalkewarganegaraanganda

(bipatride) ataupuntanpakewarganegaraan(apatride). Kewarganegaraanganda

yang diberikan di berikankepadaanakdalamUndang –

Undanginimerupakansuatupengecualian

(httpwww.embassyofindonesia.orgconsularpdfUU_no_12_th_2006_penjelasan.p

df)

Selainasastersebut di atas,

beberapaasaskhususjikamenjadidasarpenyusunUndang –

UndangtentangKewarganegaraanRepublik Indonesia,

1. Asaskepentingannasionaladalahasas yang

menentukanbahwaperaturankewarganegaraanmengutamakankepentin

gannasional Indonesia, yang

bertekadmempertahankankedaulatansebagaimananegarakesatuan

yang memilikicita – citadantujuannyasendiri.

2. Asasperlindunganmaksimumadalahasas yang

menentukanbahwapemerintahwajibmemberikanperlindunganpenuhke

padasetiapWarga Negara Indonesia dalamkeadaanapapunbaik di

dalammaupun di luarnegri.

3. Asaspersamaan di dalamhukumdanpemerintahanadalahasas yang

menentukanbahwasetiapWarga Negara Indonesia

mendapatkanperlakuan yang sama di dalamhukumdanpemerintahan.

19

4. Asaskebenaransubstantifadalahprosedurpewarganegaraanseseorangti

dakhanyabersifatadministratif, tetapijugadisertaisubstansidansyarat –

syaratpermohonan yang dapatdipertanggungjawabkankebenarannya.

5. Asasnon-diskriminatifadalahasas yang

tidakmembedakanperlakuandalamsegalahalikhwal yang

berhubungandenganwarganegaraatasdasarsuku, ras, agama,

golongan, jeniskelamin, dan gender.

6. Asaspengakuandanpenghormatanterhadaphakasasimanusiaadalahasas

yang dalamsegalahalikhwal yang

berhubungandenganwarganegaraharusmenjamin, melindungi,

danmemuliakanhakasasimanusiapadaumumnyadanhakwarganegarapa

daumumnya.

7. Asasketerbukaanadalahasas yang

menentukanbahwadalamsegalahalikhwal yang

berhubungandenganwarganegaraharusdilakukansecaraterbuka.

8. Asaspublisitasadalahasas yang menentukanbahwaseseorang yang

memperolehataukehilanganKewarganegaraanRepublik Indonesia

diumumkandalamBeritaRepublik Indonesia agar

masyarakatmengetahuinya.

Pokokmaterimuatan yang diaturdalamUndang – Undanginimeliputi :

a. Siapa yang menjadiWarga Negara Indonesia;

b. SyaratdantatacaramemperolehKewarganegaraanRepublik Indonesia;

c. KehilanganKewarganegaraanRepublik Indonesia;

d. SyaratdantatacaramemperolehkembaliKewarganegaraanRepublik

Indonesia;

e. Ketentuanpidana.

DalamUndang – Undangini, pengaturanmengenaianak yang

lahirdiluarperkawinan yang sahsemata –

matahanyauntukmemberikanperlindunganterhadapanaktentang status

kewarganegaraansaja.

20

DenganberlakunyaUndang – Undangini,Undang – UndangNomor 62

Tahun 1958 tentangKewarganegaraanRepublik Indonesia

sebagaimanadiubahdenganUndang – UndangNomor 3 Tahun 1976

tentangPerubahanPasal 18 Undang – UndangNomor 62 Tahun 1958

tentangKewarganegaraanRepublik Indonesia dicabutdandiyatakantidakberlaku.

Selainitu, semuaperaturanperundang – undangansebelumnya yang

mengaturmengenaikewarganegaraan,

dengansendirinyatidakberlakukarenatidaksesuaidenganprinsip – prinsip yang

diamanatkandalamUndang – UndangDasar Negara RepublikIndonesiaTahun

1945.Peraturanperundang- undangantersebutadalah :

1. Undang – Undangtanggal 10 Februari 1910

tentangPeraturantentangKekaulanegaraanBelandaBukanBelanda

(Stb. 1910 – 296 jo. 27 - 458);

2. Undang – UndangTahun 1946 Nomor 3 tentangWarganegara,

Penduduk Negara jo. Undang – UndangTahun 1947 Nomor 6 jo.

Undang – UndangTahun 1947 Nomor 8 jo. Undang – UndangTahun

1948 Nomor 11;

3. PersetujuaanPerihalPembagianWarga Negara antaraRepublik

Indonesia SerikatdanKerajaanBelanda (Lembaga Negara Tahun 1950

Nomor 2);

4. KeputusanPresidenNomor 7 Tahun 1971

tentangPernyataanDigunakaannyaKetentuan –

ketentuandalamUndang – UndangNomor 3 Tahun 1946

tentangWarganegaradanPenduduk Negara Republik Indonesia

untukMenetapkanKewarganegaraanRepublik Indonesia

bagiPendudukIrian Barat; dan

5. Peraturanperundang – undangan lain yang

berkaitandengankewarganegaraan.

BAB 1

KETENTUAN UMUM

21

PASAL 1

1. Warga negara adalah warga satu negara yang ditetapkan berdasarkan

peraturanperundang-undangan

2. Kewarganegaraan adalah segala hal ihwan yang berhubungan dengan warga

negara

3. Pewarga negaraan adalah tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarga

negaran republik indonesia.

4. Mentri adalah mentri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang

kewarganegaraan republik indonesia

5. Pejabat adalah orang yang menduduki jabatan tertentu yang ditunjuk oleh mentri

untuk menangani masalah kewarganegaraan republik indonesia

6. Setiap orang adalah orang perseorangan, termasukkorporasi

7. Perwakilan republik indonesia adalah kedutaan besar republik indonesia,

konsulat jendral republik indonesia, konsulat republik indonesia, atau perutusan

tetap republik indonesia

PASAL 2

Yang menjadi waraga negara indonesia adalah orang-orang warga indonesia asli

dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai

warga negara.

PASAL 3

Kewarganegaraan republik indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan

persyaratan yang ditemukan dalam undang-undang ini

BAB II

WARGA NEGARA INDONESIA

Pasal 4

Warga negara indonesia adalah :

22

a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan /atau

berdasarkan perjanjian pemerintah republik indonesia dengan negara lain

sebelum undang-undang ini berlaku sudah menjadi warga negara indonesia;

b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seseorang ayah dan ibu

warga negara indonesia;

c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seseorang ayah dan ibu

warga negara indonesia;

d. Anak yang lahir dari perkawinan yang syah dari seorang ayah warga negara

asing dan ibu warga negara indonesia;

e. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

indonesia, tetapi tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal

ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada kepada anak tersebut;

f. Anak yang lahir dalam tegang waktu tiga ratus hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga ngara

indonesia

g. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

indonesia

h. Anak yang lahirdi luar pekawinan yang sah dari seorang ibu warga negara

asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara indonesia sebagai

anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak itu berusia 18 tahun atu

belum kawin;

i. Anak yang lahir di wilayah negara repubik indonesia republik indonesia

yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;

j. Anak yang baru lahir yang ditemukan diwilayah negara republik indonesia

selama ayah dan ibunya tidak diketahui;

k. Anak yang lahir di wilayah republik indonesia apabila ayah dan ibunya tidak

mempunyai kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaannya;

l. Anak yang lahir di luar wilayah indonesia dari seorang yah dan ibu warga

negara indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut

dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

23

m. Anak dari seorang ayah dan ibu yang telah dikabulkan pemohonan

kewarganegarannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum

mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Pasal 5

1. Anak warga negara indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah, sebelum

berusia 18 tahun dan belum kawin diakui secara syah oleh ayahnya yang

berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai warga negara indonesia.

2. Anak warga negara indonesia yangbelum berusia 5 tahun diangkat secara sah

sebagai anak oleh warga negara asing bedasarkan penetapan pengadilan tetap

diakui sebagai warga negara indonesia.

Pasal 6

1. Dalm status kewarganegaraan republik ndonesia terhadap anak sebagaimana

dimaksud dalam pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i, dan pasal 5 berakibat

anak kewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 tahun atau sudah kawin anak

tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya

2. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sebagaimana yang dimagsudkan

dalam ayat (1) dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat dengan

melampirkan dokumen sebagainama ditentukan di dalm perungang-undangan.

3. Pernyataan untuk memilih kewargnegaraan sebagaimana dimaksud dalm ayat

(2) disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah anak berusia 18

tahun atau sudah kawin.

Pasal 7

Setiap orang yangbukan warga negara indonesia diperlukan sebagai orang asing.

BAB III

SYARAT DAN TATA CARA MENPEROLEH KEWARGANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

24

Pasal 8

Kewarganegaraan republik indonesia dapat juga diperoleh melalui

pewarganegaraan.

Pasal 9

Permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1. Telah berusia 18 tahun atau sudah awin

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertepat tinggal di indonesia

paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak

berturut-turut

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Dapat berbahasa indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan

undang-undang dasar reoublik indonesia tahun 1945

5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam

dengan pidana 1 tahun

6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan republik indonesia, tidak menjadi

kewarganegaraan ganda

7. Mempunyai pekerjaan dan /atau berpenghasilan tetap dan

8. Membanyar uang pewarganegaraan ke kas negara

Pasal 10

(1) Permohonan pewraganegraan diajukan di indonesia oleh pemohon secara

tertulis dalam bahas indonesia diatas kertas bermaterai cukup kepada

presiden melalui menteri

(2) Berkas permohonan pewrganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di

sampaikan kepada pejabat

Pasal 11

25

Menteri meneruskan permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10

disertai dengan kepada presiden dalam waktu paling lambat 3 bulan terhitung

sejak tanggal permohonan diterima

Pasal 12

Permohonana pewarganegaraan dikenai biaya

(1) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatyr dengan Peraturan

Pemerintah

Pasal 13

(1) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarganegaraan.

(2) Pengabulan permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan dengan Keputusan Presiden

(3) Keputusan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (2)di tetapkan paling

lambat 3 bulan terhitung sejak permohonan diterima ole Menteri dan

diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 hari terhitung sejak

Keputusan Presiden.

(4) Penolakan permohonana pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Mnteri kepada yang

bersangkutan paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan

diterima oleh Menteri.

Pasal 14

Ketupusan presiden mengenai pengabulan terhaap permohonan

pewarganegaraan berlaku efektif sejak tanggal pemohon mengucapkan

sumpah atau menyatakan janji setia

(1) Paling lambat 3 bulan terhitung sejak keputusan presiden dikirim kepada

pemohon, pejabat, pemanggil pemohon untuk mengucapkn sumpah atau

menyatakan janji setia.

(2) Dalm hal setelah dipanggil secara tertuis oleh pejabat untuk mengucapkan

sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan

26

ternyata pemohon tidak hadi tanpa alasan yang sah, keputusan presiden

tersebut batal demi hukum

(3) Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan

janji setia pada waktu yang telah ditentukan sebagai akibat kelalaian pejabat,

pemohon dapat nengucapakan sumpah atau menyatakan janji setia

dihadapan pejabat lain yang ditunjuk menteri

Pasal 15

(1) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud

dalam pasal 14 ayat (1) dilakukan dihadapan pejabat.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membuat berita acara

pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia.

(3) Paling almbat 14 hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau

pernyataan janji setia kepada menteri.

Pasal 16

Sumpah atau pernyataan janji setia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)

adalah :

Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpahnya sebagai berikut:

Demi Allah/demi Tuhan Ynag Maha Esa, saya bersumpah melepaskan seluruh

kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui tunduk, dan setia kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Thaun 1945 dan akan membelanya dengan sungguh-sungguh serta akan

menjalankan kewajiban yang dibebankan Negara kepada saya sebagai Warga Negara

Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

Yang menyatakan janji setia, lafal janji setianya sebagai berikut:

Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui,

tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membelanya dengan

sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan Negara kepada

saya sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas.

Pasal 17

27

Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, pemohon wajib

menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya kepada kantor

imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal

pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia.

Pasal 18

1. Salinan Keputusan Presidententang pewarganegaraan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (1) dan berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan

janji setia dari Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) menjadi

bukti sah kewarganegaraan Republik Indonesia seseorng yang memperoleh

kewarganegaraan.

2. Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 19

(1) Warga Negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia

dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan

pernyataan menjadi warga Negara di hadapan Pejabat.

(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila yang

bersangkutan sudah bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia

paling singkat 5 (lima) tahun tidak berturut-turut atau paling singkat 10

(sepuluh) tahun tidak berturut-turut, kecuali dengan perolehan kewarganegaraan

tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

(3) Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang diakibatkan oleh Kewarganegaraan ganda sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

28

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menyampaikan pernyataan untuk

menjadi Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 20

Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia atau dengan alasan

kepentingan negara dapat diberi Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden

setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

keciali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan

berkewarganegaraan ganda.

Pasal 21

(1) Anak yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin, berada

dan bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu

yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya

berkewarganegaraan Republik Indonesia.

(2) Anak warga Negara asing yang belum berusia 5 (lima) tahun yang diangkat

secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh Warga Negara

Indonesia memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia.

(3) Dengan hal anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memperoleh

kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.

Pasal 22

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mengajukan dan memperoleh

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB IV

KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

29

Pasal 23

a. Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika bersangkutan:

b. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;

c. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang

yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu;

d. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya

sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah

kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang

Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;

e. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;

f. Secara sukarela masuk dalam dinas Negara asing, yang jabatan dalam dinas

semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan hanya dapat dijabat Warga Negara Indonesia;

g. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara

asing atau bagian dari Negara asing tersebut;

h. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat

ketatanegaraan untuk suatu Negara asing;

i. Mempunyai paspos atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat

yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari

Negara lain atas namanya; atau

j. Bertempat tinggal di luar wilayah Negara Republik Indonesia selama 5 (lima)

tahun bterus-menerus bukan dalam rangka dinas Negara, tanpa alasan yang sah

dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi Warga

Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun ini berakhir, dan setiap 5

(lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin

tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilam Republik Indonesia

yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal

Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis

kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa

Kewarganegaraan.

30

Pasal 24

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf d tidak berlaku bagi

merekayang mengikuti program pendidikandi Negara lain yang mengharuskan

mengikuti wajib militer

Pasal 25

(1) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ayah tidak

dengan sendirinya berlaku terhadapanaknya yang mempunyai hubungan

hukumdengan ayahnyasampai dengan anak tersebut berusia 18(delapan belas)

tahub atau sudah kawin

(2) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia bagi seorang ibu tidak dengan

sendirinya berlaku terhadap anaknyabyang tidak mempunyai hubungan hukum

dengan ayahnya sampai dengan anak tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun

atau sudah kawin

(3) Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia karena memperoleh

kewarganegaraan lain bagi seorang ibu yang putus perkawinannya, tidak dengan

sendirinya berlaku dengan anaknya sampai dengan anak tersebut berusia

18(delapan belas) tahun atau sudah kawin

(4) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) berakibat anak

berkewarganegaraan ganda, setelah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah

kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 6

Pasal 26

(1) Perempuan Warga Negara Indonesiayang kawin dengan laki – laki warga

Negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut

hukum – hukum Negara asal suaminya, kewarganagaraan istri mengikuti

kewarganegaraan suamisebagai akibat perkawinan tersebut

(2) Laki – laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga

Negara asing kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut

31

hukum Negara asal istrinya, kewarganegaraan istri sebagai akibat perkawinan

tersebut

(3) Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki – laki sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat

mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau

Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal

perempuan atau laki – laki tersebut, kecualipengajuan tersebut mengakibatkan

kewarganegaraan ganda

(4) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh

perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki – laki sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) setelah 3 (tiga)tahun sejak tanggal perkawinannya

berlangsung.

Pasal 27

Kehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istriyang terikat perkawinan yang sah

tidak menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan dari istri atau suami.

Pasal 28

Setiap orang yang memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan

keterangan yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar atau

terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenangdinyatakan batal

kewarganegaraannya

Pasal 29

Mentri mengumumkan nama orang yang kehilangan kewarganegaraan Republik

Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia

Pasal 30

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara kehilangan dan pembatalan

kewarganegaraan diatur dalam Peraturan Pemerintah

32

BAB V

SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEMBALIKEWARGANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

Pasal 31

Seseorang yang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh

kembali kewarganegaraannya melalui prosedur pewarganegaraan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9 sampai dengan pasal 18 dan pasal 22.

Pasal 32

(1) Warga Negara Indonesiayang kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 huruf i, dan pasal 26 ayat (1) dan ayat (2)

dapat memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan

mengajukan permohonan tertulis kepada Mentri tanpa melalui prosedur

sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 sampai dengan pasal 17.

(2) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertempat tinggal di

luar wilayah Negara Republik Indonesia, permohonan disampaikan melalui

Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal

pemohonnya.

(3) Permohonan untuk memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia

dapat diajukan oleh perempuan atau laki – laki yang kehilangan

kewarganegaraannya akibat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26

ayat (1) dan ayat (2) sejak putusnya perkawinan.

(4) Kepala Perwakilan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

meneruskan permohonan tersebut kepada mentri dalam waktu paling lama 14

(empat belas) hari setelah menerima permohonan.

Pasal 33

Persetujuan atau penolakan permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan oleh Mentri atau Pejabat

terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan.

33

Pasal 34

Mentri mengumumkan nama orang yang memperoleh kembali Kewarganegaraan

Republik Indonesia dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara memperoleh kembali

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 36

(1) Pejabat yang karena kelalaiannya melaksanakan tugas dan kewajibannya

sebagaimana ditentukan dalam Undang – Undang ini sehingga mengakibatkan

seseorang kehilangan hak untuk memperoleh atau memperoleh kembali dan/atau

kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

karena kesengajaan , dipidana dengan pidana penjara paling lama 3(tiga) tahun.

Pasal 37

Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan palsu,termasuk

keterangan diatas sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau

dokumen dengan maksud untuk memakai atau menyuruh memakai keterangan atau

surat atau dokumen yang dipalsukan untuk memperoleh Kewarganegaraan Republik

Indonesia atau memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun

dan denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00.

34

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan keterangan palsu,termasuk

keterangan diatas sumpah, membuat surat atau dokumen palsu, memalsukan surat atau

dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 tahun dan denda paling sedikit Rp

250.000.000,00 dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00.

Pasal 38

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dilakukan

korporasi, pengenaan pidana dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurus yang

bertindak untuk dan atas nama korporasi.

Korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana dengan pidana denda

paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan dicabut izin usahanya.

Pengurus korporasi sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah).

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39

(1) Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara

Indonesia, atau permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik

Indonesia yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Undang-Undang ini

berlaku dan telah diproses tetapi belum selesai, tetep diselesaikan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958

tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

(2) Apabila permohonan atau pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah

diproses tetapi belum selesai pada saat peraturan pelaksanaan Undang-Undang

35

ini ditetapkan, permohonan atau pernyataan tersebut diselesaikan menurut

Undang-undang ini.

Pasal 40

Permohonan pewarganegaraan, pernyataan untuk tetap menjadi Warga Negara

Indonesia, atau permohonan memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik

Indonesia.Yang telah diajukan kepada Menteri sebelum Undang-Undang ini berlaku dan

belum diproses, diselesaikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal 41

Anak yang lahir sebagaiman dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h,

huruf I dan anak yang diakui atau diangkat secara sah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 sebelum Undang-Undang ini diundangkan dan belum berusia 18 (delapan belas)

tahun atau belum kawin memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia berdasarkan

Undang-Undang ini dengan mendaftarkan diri, kepada Menteri melalui Pejabat atau

perwakilan Republik Indonesia paling lambat 4 (empat) tahun setelah Undang-Undang

ini diundangkan.

Pasal 42

Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar wilayah Negara

Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun atau lebih tidak melepaskan diri kepada

Perwakilan Republik Indonesia dan telah kehilangan Kewarganegaraan Republik

Indonesia sebelum Undang-Undang ini diundangkan dapat memperoleh kembali

kewarganegaraan dengan mendaftarkan diri di Perwakilan Republik Indonesia dalam

waktu paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan sepanjang

tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

36

Pasal 43

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 41 dan Pasal 42 diatur dengan Peraturan Menteri yang harus ditetaokan paling

lambat 3 (tiga) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUPAN

Pasal 44

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958, tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 113,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) sebagaiman telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1978 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 62 Tahun1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3077) dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku;

b. Peraturan pelaksanaan UNDANG-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-

Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti

berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 45

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 6

(enam) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 46

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(httpwww.indonesia.huuserfilesUndang-Undang_No_62_Tahun_1958.pdf)

37

BAB III

PENUTUP

Kesimpualan

Kewarganegaraanmerupakansegala ikhwal yang berhubungan dengan negaraatau

keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik tertentu yang dengannya membawa

hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Undang-undangkewarganegaraan berisitentangsegala yang mengenaiwarga Negara

mengaturdanmemberiperaturanhakasasimanusia,,perundang-

undangandibuatuntukmengaturdanmenata Negara Indonesia, undang-

undangtelahdiubahkarena tidak terlalu menjamin hak manusia seperti halnya

38

DaftarPustaka

prof.dr.abdul azaz wahab,M.A.(Ed).2011.Teori &

LandasanPendidikankewarganegaraan, Bandung: Alfa Beta

Embassy of indonesia,2006. Isi undang-undang kewarganegaraan republik indonesia

diunduh dari :

http://www.embassyofindonesia.orgconsularpdfUU_no_12_th_2006_penjelasan.pdf

pada Sabtu,13 April 2013 pukul 12.00 WIB

Gumay,2011. Masalah Kewarganegaraan diunduh dari :

http://gumay.blogspot.com/2011/03/masalah-kewarganegaraan-di-indonesia.htmlpada

Sabtu, 13 April 2013 pukul 12.00 WIB

Gunadarma,2011.pengertian kewarganegaraan dan kewarganegaraan diunduh dari :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/12/pengertian-kewarganegaraan-dan-

pendidikan-kewarganegaraan-2/ pada 13 April 2013 pukul 12.00 WIB

Isomwebs.2012.makalah kewarganegaraan diunduh dari : http://www.isomwebs.com/2012/makalah-kewarganegaraan/ pada 13 April 2013pukul 12.00 WIB

Indonesia huuserrfiles,2006.undang-undang kewarrganegaraan di unduh dari : http://www.indonesia.huuserfilesUndang-Undang_No_62_Tahun_1958.pdf pada Sabtu, 13 April 2013 pukul 12.00 WIB

39

Natizen,2011.hukum kewarganegaraan di unduh dari : http://nazien46.blogspot.com/2011/10/download-artikel-lengkap-hukum.html pada Sabtu, 13 April 2013 pukul 12.00 WIB

Uns,2011.Undang-undang kewarganegaraan diunduh

dari :http://simta.uns.ac.id/cariTA.php?act=daftTA&sub=new&fr=det&idku=563 pada

Sabtu,13 April 2013 pukul 12.00 WIB

Wikipedia,2011.kewarganegaraan diunduh dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraanpada 13 April 2013 pukul 12.00 WIB

MAKALAH

UNDANG-UNDANG KEWARGANEGARAAN INDONESIA

(disusungunamemenuhisalahsatutugas Mata KuliahUmumPendidikan Kewarganegaraan)

Y.CH NanySutarini, M.sI

Disusun oleh:

Restiana Aulia Supendi (12306141003)

AisyahNindaKusumaWati (12306141011)

Anisa Dali Darto (12306141008)

Ipta Apipah (12306141015)

40

Sutris (12306141020)

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

2013

41