Post on 12-Jul-2016
description
TUGAS UJIAN
Disusun Oleh:
Ivandra Septiadi Tama Putra
04084821517036
Pembimbing :
dr. H. M. Zainie Hassan AR, SpKJ (K)
BAGIAN ILMU PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1. Kepribadian yang cenderung menyebabkan depresi
Indvidu-individu yang lebih rentan terhadap depresi yaitu mempunyai konsep diri
serta pola pikir yang negatif, pesimis, juga tipe kepribadian introvert. Kepribadian
Introvert adalah kepribadian orang yang suka memikikan tentang diri sendiri, banyak
fantasi, lekas merasakan kritik, menahan ekspresi emosinya, lekas tersinggung dalam
diskusi, suka membesarkan kesalahannya, analisa dan kritik diri sendiri menjadi buah
pikirannya.
Menurut Gordon seseorang yang menunjukan hal-hal berikut memiliki risiko terkena
depresi:
1. Mengalami kecemasan tingkat tinggi, seorang pencemas atau mudah terpengaruh.
2. Seorang pemalu atau minder.
3. Seseorang yang suka mengkritik diri sendiri atau memiliki harga diri yang rendah.
4. Seseorang yang hipersensitif.
5. Seseorang yang perfeksionis.
6. Seseorang dengan gaya memusatkan perhatian pada diri sendiri (self-focused).
7. Kepribadian Histeris
Contoh gangguan kepribadian yang cenderung menjadi depresi:
1. Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian schizoid menghindari menjalin hubungan
dan tidak menunjukkan banyak emosi.Tidak seperti avoidants, schizoids benar-
benar lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan
popularitas.Mereka cenderung mencari pekerjaan yang membutuhkan sedikit
kontak sosial.Keterampilan sosial mereka sering lemah dan mereka tidak
menunjukkan perlunya perhatian atau penerimaan. Mereka dianggap tidak
humoris dan menjaga jarak oleh orang lain dan sering disebut “penyendiri.”
2. Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan terhadap orang
lain dan kecurigaan yang terus-menerus bahwa orang di sekitar Anda memiliki
motif jahat. Orang dengan gangguan ini cenderung memiliki kepercayaan yang
berlebihan pada pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri dan biasanya
menghindari hubungan dekat. Mereka mencari maksud tersembunyi dalam
segala hal dan membaca niat bermusuhan pada tindakan orang lain. Mereka
mudah mempertanyakan kesetiaan teman dan orang yang dicintai dan sering
bersikap dingin dan menjaga jarak dengan orang lain. Mereka biasanya
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain dan cenderung menyimpan
dendam dalam waktu yang lama.
3. Dependent
Gangguan kepribadian dependent ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga.
Orang dengan gangguan ini cenderung melekat pada orang lain dan takut
kehilangan mereka. Mereka rawan melakukan aksi bunuh diri saat terancam
putus dengan orang yang digantunginya. Mereka cenderung untuk membiarkan
orang lain membuat keputusan penting bagi mereka dan sering melompat dari
suatu hubungan ke hubungan yang lain. Dependent sering berada dalam
hubungan yang kasar.Kepekaan berlebihan terhadap penolakan (dalam berbagai
hal, tidak hanya dalam masalah asmara) adalah lazim.Dependent sering merasa
tak berdaya dan tertekan.
4. Menghindar
Gangguan kepribadian avoidant ditandai oleh kecemasan sosial ekstrem. Orang
dengan gangguan ini sering merasa tidak memadai, menghindari situasi sosial,
dan mencari pekerjaan dengan sedikit kontak dengan orang lain. Avoidants takut
ditolak dan takut memperlakukan diri mereka di depan orang lain. Mereka
membesar-besarkan potensi kesulitan situasi yang baru untuk membenarkan
menghindari situasi baru tersebut. Sering kali, mereka akan menciptakan dunia
fantasi untuk menggantikan dunia nyata. Tidak seperti gangguan kepribadian
schizoid, avoidants merindukan hubungan sosial, namun mereka merasa mereka
tidak dapat memperolehnya.Mereka sering mengalami depresi dan memiliki
kepercayaan diri rendah.
5. Borderline
Gangguan kepribadian borderline ditandai oleh ketidakstabilan suasana hati dan
perasaan rendah diri.Orang dengan gangguan ini rentan terhadap perubahan
mood yang terus menerus dan kemunculan rasa marah. Sering kali, mereka akan
marah pada pada diri mereka sendiri, menyebabkan luka pada tubuh mereka
sendiri. Ancaman dan tindakan bunuh diri biasa ditemui pada penderita
borderline.Borderline berpikir dengan cara yang sangat hitam-putih dan
seringkali sarat konflik dan ketegangan dalam berhubungan.Mereka juga cepat
marah ketika harapan mereka tidak terpenuhi.
2. Hubungan gejala fisik depresi
Depresi dapat terjadi akibat dari adanya disfungsi pada area otak yang dimodulasi
oleh axis HPA. HPA axis adalah sistem neuroendokrin (syaraf-hormon) tubuh yang
melibatkan hypothalamus, kelenjar hormon pituitary, dan kelenjar adrenal (kelenjar
yang terletak melekat pada bagian atas ginjal). Sistem komunikasi kompleks ini
bertanggungjawab untuk menangani reaksi stress dengan mengatur produksi kortisol,
sejenis hormon dan merupakan mediator rangsang syaraf. HPA-axis dalam konsep
psikoneuroimmunologi menjelaskan mekanisme sebuah keyakinan dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh seseorang. HPA-axis merupakan sebuah jalur
kompleks interaksi antara tiga sistem yang terjadi dalam tubuh yang mengatur reaksi
terhadap stress dan banyak proses dalam tubuh, termasuk didalamnya proses
pencernaan, sistem ketahanan tubuh, mood dan tingkat emosi, gairah seksual,
penyimpanan energi dan penggunaannya. Keadaan stress secara psikologis akan
merangsang penurunan produksi hormon beta endorphin yang meningkatkan tingkat
ambang rangsang. Stress juga memicu ketidak teraturan produksi hormon kortisol
sehingga hipotalamus meningkatkan produksi CRH atau hormon kortikotropin yang
pada akhirnya menyebabkan kelemahan, dan penurunan daya tahan tubuh. Sinyal stres
yang dirasakan individu, dirambatkan melalui hypotalamic - pituitary - adrenocortical
axis (HPA axis). Stresor menyebabkan peningkatan corticotropin releasing factor
(CRF) hipotalamus, yang memicu aktivitas HPA aksis.HPA axis dan system saraf
simpatis, corticotrophin-releasing hormone – corticotrophin-releasing factor (CRH-
CRF) dan arginine vasopressin (AVP). Hal tersebut menyebabkan peningkatan
produksi ACTH dari kelenjar posterior dan mengaktifkan neuron andrenergik, ACTH
merangsang disekresinya kortisol dari kortek adrenal. Peningkatan sekresi kortisol
memiliki efek metabolik dengan meningkatkan glukoneogensis, meningkatkan
memobilisasi lemak dan protein, serta menurunkan sensifitas insulin, hormon
pertumbuhan dan menurunnya respon peradangan sehingga dapat menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis antara lain:
a. memobilasi energi untuk mempertahankan fungsi otot dan otak sehingga pasien
mudah lelah
b. meningkatkan responsibilitas/ketajaman/kepekaan tubuh terhadap ancaman atau
ketidaknyamanan
c. meningkatkan kerja jantung, respirasi, distribusi aliran darah, meningkatkan
subtract dan suplai energi ke otot dan otak sehingga pasien sulit tidur
d. Perubahan sistem modulasi respon imun tubuh
e. menghambat system fisiologi reproduksi dan perilaku seks
f. menurunkan nafsu makan.
3. Psikodinamika terjadinya depresi
Pemahaman psikodinamika depresi yang dijelaskan Sigmun Freud dan
dikembangkan Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik mengenai depresi.
Teori ini meliputi 4 poin penting:
1. Gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulan pertama kehidupan)
menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi
2. Depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan
3. Introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan
untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek
4. Kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa
marah diarahkan ke dalam diri sendiri
Melanie Klein memahami depresi melibatkan ekspresi agresi terhadap orang-orang
yang dicintai, seperti yang dikemukakan Freud.
Edward Bibring menganggap depresi sebagai fenomena yang terjadi ketika
seseorang menyadari ketidaksesuaian antara idelasime yang sangat tinggi dan ketidak
mampuan untuk memenuhi tujuan tersebut.
Edith Jacobson melihat keadaan depresi serupa dengan anak yang tidak berkekuatan
dan tidak berdaya yang menjadi korban penyiksaan orang tua. Anak merasakan
dirinya seperti yang diidentifikasikan sesuai dengan aspek negatif orang tua yang
menyiksa, sedangkan sifat sadis orang tua ditransformasikan sebagai superego yang
kejam.
Silvano Arieti mengamati bahwa banyak orang dengan depresi hidup untuk orang
lain bukan untuk dirinya sendiri. Dia menyebut orang yang menjadi tujuan hidup
orang yang mengalami depresi sebagai hal lain yang dominan, dapat berupa prinsip,
idealisme atau suatu institusi, serta individu lain. Depresi terjadi ketika pasien
menyadi bahwa orang atau idealisme yang menjadi tujuan hidup mereka tidak akan
pernah memberi respon sesuai dengan terpenuhinya keinginan mereka.
Heinz Kohut mempunyai konsep mengenai teori berasal dari teori psikologis diri,
bertumpu pada asumsi bahwa diri yang sedang berkembang memiliki kebutuhan
spesifik yang harus dipenuhi orang tua untuk memberikan anak rasa harga diri dan
keutuhan diri yang positif. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terdapat
kehilangan masif harga diri yang muncul sebagai depresi.
John Bowlby meyakini bahwa kelekatan dini yang rusak dan perpisahan traumatik di
masa anak-anak adalah predisposisi depresi. Kehilangan pada orang dewasa dikatakan
menghidupkan kembali kehilangan masa kanak yang traumatik sehingga
mempresipitasi episode depresif saat dewasa.
Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Sigmund Freud, dinyatakan
bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi. Dalam upaya
untuk mengerti depresi, Sigmud Freud mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan
objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi
diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya
bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan
suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa
pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan
dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung
tidak demikian.
4. Ciri kepribadian yang cenderung menjadi bipolar
Histrionic
Orang dengan gangguan kepribadian histrionik adalah pencari perhatian konstan.
Mereka perlu menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering menginterupsi orang lain
untuk mendominasi pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa yang muluk-muluk
untuk menjelaskan kejadian sehari-hari dan mencari pujian terus-menerus.Mereka
mungkin mengenakan pakaian yang provokatif atau membesar-besarkan penyakit
untuk mendapatkan perhatian.Histrionik juga cenderung membesar-besarkan
persahabatan dan hubungan, percaya bahwa semua orang mengasihi mereka.Mereka
sering manipulatif.
Narcissistic
Gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh keegoisan.Seperti gangguan histrionic,
orang dengan gangguan ini mencari perhatian dan pujian. Mereka membesar-besarkan
prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk menganggap mereka superior.
Mereka cenderung pilih-pilih teman, karena mereka percaya bahwa tidak sembarang
orang layak menjadi teman mereka.Narsisis cenderung membuat kesan pertama yang
baik, namun memiliki kesulitan menjaga hubungan jangka panjang. Mereka umumnya
tidak tertarik pada perasaan orang lain dan dapat memanfaatkan orang lain.
Antisocial
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa gangguan kepribadian antisosial mengacu
pada orang yang memiliki keterampilan sosial yang buruk.Namun, seringkali yang
terjadi adalah hal sebaliknya.Alih-alih karena kurangnya keterampilan sosial,
gangguan kepribadian antisosial ditandai oleh kurangnya hati nurani.Orang dengan
gangguan ini rentan terhadap perilaku kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka
lemah dan pantas dimanfaatkan.Antisocial cenderung untuk berbohong dan
mencuri.Sering kali, mereka ceroboh dengan uang dan mengambil tindakan tanpa
berpikir tentang konsekuensinya. Mereka sering agresif dan jauh lebih peduli dengan
kebutuhan mereka sendiri daripada kebutuhan orang lain.
5. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai
oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi),
dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan
hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe
paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual.
Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif
sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu
katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan
depresi pasca skizofrenia.
6. Mekanisme kerja anti depresan golongan SSRI
7. Mekanisme kerja benzodiazepine
8. Istilah psikiatri lupa rakaat dalam sholat
Distraktibilitas: ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan atensi kepada
stimulasi eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
Pseudodemensia:Gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik; paling sering disebabkan oleh depresi (sindroma demensia dari depresi).