Post on 05-Dec-2015
TUGAS
PENGENDALIAN BISING
REGULASI PENGATURAN TINGKAT KEBISINGAN
OLEH:
DILA YURIANTI RAHMAH
1310942003
DOSEN:
VERA SURTIA BACHTIAR, PhD
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita lebih banyak dieksploitasi dengan banyaknya suara berlebih atau
lebih dikenal dengan kebisingan. Kehidupan modern sepertinya menjadi
perjuangan untuk melawan hiruk-pikuk suara yang semakin meningkat. Saat
berada di rumah, telinga kita diisi oleh suara-suara seperti: suara binatang
peliharaan, suara AC, televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga
mendengar suara-suara lain seperti: proyek pembangunan, suara kendaraan
umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Sekitar 16,8 persen
dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996.
Terhadap pendengaran manusia bising dapat menyebabkan kenaikan batas
ambang pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya pendengaran
manusia. Penurunan daya pendengaran ini dapat terjadi sementara dan dapat
terjadi secara permanen tergantung pada lama dan sering tidaknya berada di
tempat bising tersebut. Selain itu bising ini juga dapat mengganggu percakapan
terutama untuk tempat pendidikan dan mengganggu istirahat terutama di rumah
sakit yang terletak di tepi jalan. Selanjutnya makalah ini akan membahas
mengenai beberapa regulasi yang ada di dunia Internasional dan di Indonesia
umumnya tentang Regulasi atau Pengaturan terkait dengan Tingkat Kebisingan
suatu tempat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan yaitu apa saja peraturan atau regulasi yang mengatur tingkat
kebisingan baik di dunia internasional maupun Indonesia pada umumnya?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi syarat untuk tugas mata kuliah Pengendalian Bising;
2. Mengetahui dan mempelajari berbagai macam pengaturan atau regulas
berkaitan dengan tingkat kebisingan suatu tempat.
BAB IIPEMBAHASAN
1.1 KEPMEN LH No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
KEPMEN LH No.48 tahun 1996 menyatakan kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat
kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel
disingkat dB. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tabel tingkat baku mutu kebisingan menyatakan bahwa daerah kawasan
pemukiman, ruang terbuka hijau, rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah
mempunyai baku tingkat kebisingan yang lebih rendah dari daerah kawasan
lainnya. Perdagangan, industri, rekreasi dan pelabuhan laut mempunyai baku
tingkat kebisingan lebih tinggi.
Metode pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara sederhana dengan sound level meter dan cara langsung dengan sebuah
integrating sound level meter. Metode perhitungan:
LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)
Metode Evaluasi:
Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan
yang ditetapkan dengan toleransi +3 dB(A).
1.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
Manajemen Pengendalian Bising, adalah alternatif pengendalian bising yang
paling tepat digunakan yang menghasilkan pengurangan bising pada tingkat
yang di inginkan, sesuai rujukan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011, tentang NAB/Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja),dan atau standar ;
(1) Threshold Limit Value (TLV) American Conference of Govermental
Industrial Hygienists (ACGIH 2010 - 2011),
(2) OSHA Noise standard, 29 CFR 1910,95 OSHA (Occupational Safety and
Health Administration), adalah sebuah biro/devisi/badan bagaian dari
Departemen tenaga Kerja Amerika Serikat, yang bertujuan untuk mencegah
kecelakkan kerja, penyakit, dan kematian saat kerja dengan membuat
peraturan/standard yang berkekutan untuk hukukm keselamatandan kesehatan
kerja
(3) ISO International Standards, Technical Committees ISO TC43/SC-1 Noise
(ISO/DIS 128 untuk main engine room noise level 90 dBA - TWA = 4 jam kerja).
1.3 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: KEP–51/MEN/I999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja
Menurut peraturan ini, Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB
adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Faktor fisika
adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat tisika yang dalam keputusan ini
terdiri dari iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro dan sinar ultra ungu.
Selain itu menurut peraturan ini, Kebisingan adalah semua suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau
alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Sedangkan Getaran adalah gerakan yang teratur dari
benda atau media dengan arah bolak- balik dari kedudukan
keseimbangannya. Menurut pasal 3 peraturan ini:
(1) NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA);
(2) Kebisingan yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran II.
Lampiran II:
* Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.
1.4 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : TAHUN 2007 tentang Baku Tingkat Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Berdasarkan pasal 1 PermenLH ini, bahwa:
(1) Baku Tingkat Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru adalah batas
maksimum tingkat kebisingan yang boleh dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor tipe baru;
(2) Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik yang berada pada kendaraan itu;
(3) Kendaraan Bermotor Tipe Baru adalah kendaraan bermotor yang
menggunakan mesin dan atau transmisi tipe baru yang siap diproduksi
dan akan dipasarkan, atau kendaraan bermotor yang sudah beroperasi di
jalan tetapi akan diproduksi dengan perubahan desain mesin dan atau
sistem transmisinya, atau kendaraan bermotor yang diimpor dalam
keadaan utuh (completely built-up) tetapi belum beroperasi di jalan
wilayah Republik Indonesia;
(4) Kendaraan Bermotor Tipe Baru kategori M,N,O adalah kendaraan
bermotor tipe baru yang beroda 4 (empat) atau lebih dengan penggerak
motor cetus api dan penggerak motor bakar penyala kompresi sesuai
dengan SNI 09-1825-2002;
(5) Kendaraan Bermotor Tipe Baru kategori L adalah kendaraan bermotor
tipe baru yang beroda 2 (dua) atau 3 (tiga) dengan penggerak motor
cetus api (2 langkah atau 4 langkah) sesuai dengan SNI 09-1825-2002;
(6) Uji tipe baku tingkat kebisingan adalah uji kebisingan yang wajib
dilakukan untuk kendaraan bermotor tipe baru;
Selain itu, menurut Pasal 3 Permen LH tersebbut pada ayat 1 tertera bahwa
Setiap kendaraan bermotor tipe baru wajib memenuhi baku tingkat kebisingan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I;
1.5 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara
Dalam peraturan ini, tepatnya di pasal 43 disebutkan bahwa Pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43, paling sedikit dilakukan terhadap komponen:
a. udara;
b. energi;
c. kebisingan;
d. air;
e. tanah; dan
f. air limbah dan limbah padat.
Juga menyebutkan adanya diperlukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
bandara dalam hal kebisingan yang disebabkan oleh aktivitas bandara tersebut.
1.6 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
Dalam pasal 1 Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru adalah batas
maksimum energi suara yang boleh dikeluarkan langsung dari mesin
dan/atau transmisi kendaraan bermotor tipe baru.
2. Kendaraan bermotor tipe baru adalah kendaraan bermotor yang
menggunakan mesin dan/atau transmisi tipe baru yang siap
diproduksi dan akan dipasarkan, atau kendaraan bermotor yang
sudah beroperasi di jalan tetapi akan diproduksi ulang dengan
perubahan desain mesin dan sistem transmisinya, atau kendaraan
bermotor yang diimpor tetapi belum beroperasi di jalan wilayah
Republik Indonesia.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun peraturan/ regulasi tingkat kebisingan ada beberapa, yaitu:
1.PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN
2009 tentang Ambang Batas Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN
2012 tentang Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara
3. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : TAHUN
2007 tentang Baku Tingkat Kebisingan Kendaraan Bermotor Tipe Baru
4. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR: KEP– 51/MEN/I999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
7. KEPMEN LH No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
DAFTAR PUSTAKA
http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/Permen-07-2009.pdf. Diakes pada: 15 Oktoiber 2015
http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/PP-40-2012.pdf. Diakes pada: 15 Oktoiber 2015
http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/KEPMEN-48-1996.pdf. Diakes pada: 15 Oktoiber 2015
http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/Kepmen-51-1999.pdf. Diakes pada: 15 Oktoiber 2015
http://langitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/Permen-13-2011.pdf. Diakes pada: 15 Oktoiber 2015
Kesimpulan yang dapat diambil dari KEPMEN LH No.48 tahun 1996 adalah:
1. KEPMEN LH No.48 tahun 1996 menyatakan kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
2. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan
Desibel disingkat dB.
3. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
4. Tabel tingkat baku mutu kebisingan menyatakan bahwa daerah kawasan
pemukiman, ruang terbuka hijau, rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah
mempunyai baku tingkat kebisingan yang lebih rendah dari daerah kawasan
lainnya.
5. Perdagangan, industri, rekreasi dan pelabuhan laut mempunyai baku tingkat
kebisingan lebih tinggi.
6. Metode pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
cara sederhana dengan sound level meter dan cara langsung dengan sebuah
integrating sound level meter.
7. Metode perhitungan
LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.1001L5) dB (A)
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.1001L5) dB (A)
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.1001L5) dB (A)
8. Metode Evaluasi
Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan
yang ditetapkan dengan toleransi +3 dB(A).