BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI DIRI...

118
BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI DIRI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS II B MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Dakwah Oleh: Melsani NPM. 1441040109 Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1440 H/2018 M

Transcript of BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI DIRI...

BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI

DIRI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)

KELAS II B MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Dakwah

Oleh:

Melsani

NPM. 1441040109

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1440 H/2018 M

BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI

DIRI NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)

KELAS II B MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Dakwah

Oleh:

Melsani

NPM: 1441040109

Jurusan: Bimbingan dan Konseling Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H.M. Bahri Ghazali, MA

Pembimbing II : Drs. Mansur Hidayat, M.Sos.I

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1440 H / 2018 M

ABSTRAK

BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI DIRI

NARAPIDANA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS II B

MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

MELSANI

Bimbingan Agama adalah upaya pemberian bantuan terarah, terus-menerus

dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau

fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran dan Hadis ke dalam dirinya, sehingga ia

dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Regulasi diri adalah

upaya individu untuk mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan

kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama

dalam meningkatkan regulasi diri narapidana di Rutan Kelas II B Menggala.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis

penelitian deskriptif analitik yaitu mengambil masalah atau memusatkan perhatian

kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Populasi

dalam penelitian ini adalah pegawai yang ada di Rutan Kelas II B Menggala

Kabupaten Tulang Bawang berjumlah 52 orang, seluruh narapidana yang berjumlah

489 orang, dan 5 orang pembimbing agama dari pihak luar. Jadi jumlah populasi

sebanyak 546 orang. Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu purposive

sampling, dimana peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

penentuan sampel, maka sampel dalam penelitian ini yaitu 1 orang kepala Rutan, 1

orang pembina kegiatan keagamaan Rutan, 5 orang Narapidana, dan 5 orang

pembimbing agama dari pihak luar. Teknik pengumpulan data menggunakan

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis yang penulis gunakan adalah

analisis kualitatif, dengan metode berfikir deduktif induktif.

Hasil penelitian diketahui bahwa : pelaksanaan bimbingan agama dalam

meningkatkan regulasi diri narapidana meliputi; 1) membiasakan disiplin sholat lima

waktu, 2) pengajian Rutin, materi yang digunakan meliputi; a) akidah, b) akhlak, c)

ibadah. Metode yang digunakan dalam pengajian rutin meliputi; a) ceramah, b)

lisan/praktek, c) pembiasaan, d) nasehat. 3) baca tulis Alquran. Kegiatan bimbingan

agama yang dilaksanakan Rutan Kelas II B Menggala sudah direncana untuk

menanamkan kekuatan sebagai dasar kemampuan dalam mengendalikan sikap dan

perilaku para narapidana agar tidak kembali melanggar hukum dan norma dalam

masyarakat. Kata Kunci: Bimbingan Agama, Regulasi diri Narapidana.

MOTTO

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan. (Q.S Al-Hasyr [59] : 18)

Artinya: Dan Sesungguhnya aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,

beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar. (Q.S Ta-ha [20] : 82)

PERSEMBAHAN

Subhanallah Walhamdulillah Walaillahaillallah, Allahhu Akbar. Segala puji

hanyalah milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sholawat serta salam semoga senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga, dan

para sahabat dan pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Aamiin

Karya tulis ini penulis persembahkan sebagai ungkapan terimakasih yang

mendalam kepada:

1. Ayahandaku tercinta Supardi Dan Ibunda Yurnani yang telah mengasuh,

membesarkanku, membimbing serta mendidikku dengan penuh cinta dan

kasih sayang dan karena jerih payah dan pengorbanannya serta kesabarannya,

doa-doanya, dan yang telah rela berkorban tenaga, waktu luang demi

keberhasilan penulis.

2. Kakakku tercinta Melia Sari, Hardiansyah, Meldani, Melta Sari, dan Adikku

Hendra Saputra. Kakak iparku Asan, Yunita Dewi, Patoni, Sutrisno, dan

seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi

keberhasilan penulis. Terimakasih atas doa dan dukungannya yang tak

terhitung.

3. Kepada pembimbing, Bapak Prof. Dr. H.M. Bahri Ghazali, MA dan Bapak

Drs. Mansur Hidayat, M.Sos.I selaku pembimbing yang telah menyediakan

waktu dan bimbingan dengan penuh kesabaran yang sangat berharga dalam

mengarahkan dan memotivasi penulis.

4. Sahabat-sahabat seperjuanganku khususnya angkatan 2014 jurusan BKI B,

terimakasih atas persahabatan dan kebersamaannya, terus semangat dalam

berkarya.

5. Sahabat-sahabat yang aku cintai karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Micko

Saputra, Annisa At Thahirah, Aprilia Syah Putri, Melinda Pradesta, Dewi

Sartika, Peni Sarah, Nur Aini, Anggi Fransisca yang sama-sama memberi

semangat, nasehat dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Untuk sahabat karibku Anniz Ellysha Muthia, Ana Marsalina, Letina Arni,

Zakia Nurul Jannaty yang selalu mendukung serta memberikan motivasi yang

tiada henti dari semasa SMA hingga terselasaikannya tugas akhirku.

7. Almamaterku tercinta UIN Raden Intan Lampung.

RIWAYAT HIDUP

Melsani, dilahirkan di Desa Terminal Menggala pada tanggal 23 Maret 1995.

Anak ke-5 dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Yurnani.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Gunung Sakti dan

selesai pada tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Menggala

dan selesai pada tahun 2011. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Menggala

selesai pada tahun 2014 dan mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi Fakultas

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung dimulai pada semester I

TA. 2014/2015.

Selama menjadi mahasiswa dalam berbagai kegiatan intra maupun ekstra.

penulis pernah mengikuti organisasi guna mengembangkan kemampuan dan untuk

mendapatkan pengalaman serta pengetahuan selain di bangku perkuliahan. Adapun

organisasi yang penulis ikuti yaitu Anggota UKMF PIK Sahabat 2014, Komunitas

Dakwah Cinta Buku, dan menjadi anggota kader UKMF Rabbani di Tahun 2015.

Bandar Lampung, 8 November2018

Melsani

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v

MOTTO ................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. PenegasanJudul .................................................................................... 1

B. AlasanMemilihJudul ............................................................................ 5

C. LatarBelakangMasalah ......................................................................... 6

D. RumusanMasalah ................................................................................. 12

E. TujuandanKegunaanPenelitian............................................................. 13

F. MetodePenelitian .................................................................................. 13

1. SifatPenelitian .................................................................................. 14

2. JenisPenelitian ................................................................................. 14

3. PopulasidanSampel .......................................................................... 14

G. TeknikPengumpulan Data .................................................................... 17

BAB II BIMBINGAN AGAMA DAN REGULASI DIRI

A. Bimbingan Agama................................................................................ 23

1. PengertianBimbingan Agama .......................................................... 23

2. Tujuan Bimbingan Agama .............................................................. 25

3. Landasan bimbingan agama ............................................................ 26

4. Unsur-unsur bimbingan agama ........................................................ 28

5. Syarat Pembimbing Agama ............................................................. 29

6. Fungsi Bimbingan Agama ............................................................... 30

7. Materi Bimbingan Agama ............................................................... 31

8. Metode Bimbingan Agama .............................................................. 32

B. Regulasi Diri ........................................................................................ 34

1. Pengertian Regulasi Diri .................................................................. 34

2. Proses Regulasi Diri ........................................................................ 35

3. Bentuk-bentuk Reguasi Diri ............................................................ 37

4. Aspek-aspek Regulasi Diri .............................................................. 37

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri .......................... 40

6. Regulasi Diri Dalam Tinjauan Islam ............................................... 43

BAB III RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS II B MENGGALA ........... 47

A. Gambaran Umum Rutan Kelas II B Menggala ............................... 47

1. Profil Rutan Kelas II B Menggala ................................................ 47

2. TugasPokokdanFungsiRutan ........................................................ 49

3. Visi dan Misi Rutan Kelas II B Menggala ................................... 49

4. StrukturdanOrganisasiRutan ......................................................... 50

5. Administrasi KepegawaianRutan Kelas II B Menggala ............... 52

6. PenghuniRutan .............................................................................. 53

7. PembinaanNarapidana ..................................................................... 53

B. Proses Bimbingan Agama Di Rutan Kelas II B Menggala ............. 63

1. Materi Bimbingan Agama dan Tujuan ......................................... 64

2. Metode Bimbingan Agama ........................................................... 68

3. Sarana Pendukung Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan .......... 70

4. Jadwal KegiatanBimbingan Agama di Rutan ............................... 71

5. Persiapansebelumkegiatanbimbingan agama di Rutan ................. 72

6. Data Narapidana yang aktifdan berperan dalamkegiatanBimbingan

Agama di Rutan............................................................................. 73

7. Respon NarapidanaterhadapkegiatanBimbingan Agama di Rutan 74

BAB IV BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN REGULASI

DIRI NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B MENGGALA ........................ 77

A. BentukPelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Regulasi

Diri Narapidana .................................................................................. 77

1. MembiasakanDisiplinSholat 5 Waktu .......................................... 78

2. PengajianRutin .............................................................................. 78

3. Baca Tulis Al-qur’an .................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 91

B. Saran ................................................................................................ 92

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Administrasi Kepegawaian Rutan Kelas II B Menggala ................................. 52

2. Data Penghuni Rutan Kelas II B Menggala, September 2018 ......................... 53

3. Jadwal Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan Kelas II B Menggala .............. 71

4. Data narapidana yang aktif dan berperan dalam kegiatan bimbingan agama .. 73

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Struktur Organisasi Rutan Kelas II B Menggala ......................................... 51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Surat Keputusan Judul

Lampiran 4 Surat Keterangan Perubahan Judul

Lampiran 5 Surat Izin Survey

Lampiran 6 Surat Rekomendasi Survey Kesbangpol

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Kemenhum dan HAM RI Kanwil

Lampiran 8 Daftar Hadir Munaqosyah

Lampiran 9 Kartu Konsultasi Skripsi

Lampiran 10 SK Lembaga

Lampiran 11 Struktur Organisasi Rutan

Lampiran 12 Rekapitulasi Pegawai

Lampiran 13 Foto Pelaksanaan Wawancara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Skripsi Berjudul “Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Regulasi

Diri Narapidana Di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Menggala

Kabupaten Tulang Bawang”. Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap

proposal judul skripsi ini, maka perlu memberikan penjelasan beberapa istilah

pada judul ini. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan yaitu:

Menurut Chiskolm yang dikutip dari Prayitno dan Erman Amti, bimbingan

adalah membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi

tentang dirinya sendiri.1 Sedangkan menurut Smith, menyatakan bimbingan

sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu

mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang

diperlukan dalam membuat pillihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-

interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.2

Menurut Rochman Natawidjaja yang dikutip dari Syamsu Yusuf dan A.

Juntika Nurihsan, bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada

individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat

1 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,

2013), h.94 2 Ibid

bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,

keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.3

Menurut Prayitno dan Erman Amti, bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa orang

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan

memanfaatkan kekuatan indvidu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan

berdasarkan norma-norma yang berlaku.4

Menurut Ramayulis, agama merupakan suatu aturan yang menyangkut

cara-cara bertingkah laku, berperasaan dan berkeyakinan secara khusus.5

Menurut Bahri Ghazali, agama merupakan keterkaitan antara doktrin dan

realitas sosial yang ada pada manusia baik sebagai individu maupun masyarakat,

karena agama ada sejak manusia ada artinya agama itu seumur hidup dengan usia

manusia.6

Menurut Syamsul Munir Amin, bimbingan agama merupakan proses

pemberian bantuan terarah, terus-menerus dan sistematis kepada setiap individu

agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya

3 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h.6 4 Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit. h. 99

5 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 5

6 M. Bahri Ghazali, Studi Agama-agama, (Yogyakarta: CV Amanah, 2011), h. 10

secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di

dalam Alquran dan Hadis ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan

sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadis.7

Jadi, bimbingan agama yang dimaksud penulis adalah usaha pemberian

bantuan berupa bimbingan keagamaan dalam bentuk membiasakan disiplin

sholat lima waktu, pengajian rutin, dan baca tulis Alquran oleh pembimbing

kepada narapidana dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara

optimal serta mampu mengendalikan sikap dan perilaku para narapidana agar

tidak kembali melanggar hukum dan norma dalam masyarakat.

Menurut Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears, regulasi

diri merupakan cara orang mengontrol dan mengarahkan tindakannya.8

Menurut M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, regulasi diri adalah upaya

individu untuk mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan

kemampuan metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif.9

Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995

tentang Pemasyarakatan, Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

7 Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 19

8 Shelley E. Taylor, Letitia Anne Peplau, David O. Sears, Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas,

(Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2009), h. 133 9 M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010), h. 57

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan.10

Menurut Pasal 1 ayat (6)

Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana

adalah seseorang yang di pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap. 11

Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang

atau terpidana yang sedang menjalani masa hukumannya di Lembaga

Pemasyarakatan.

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Menggala Kabupaten Tulang Bawang

yang menjadi tempat penelitian penulis adalah suatu Lembaga Pemasyarakatan

(LP) untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana di Tulang Bawang.

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Menggala Kabupaten Tulang Bawang

merupakan unit pelaksanaan teknis dibawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.12

Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Menggala Kabupaten Tulang Bawang

merupakan wadah untuk belajar kembali (resosialisasi) bagi narapidana untuk

mempersiapkan diri mereka baik secara fisik maupun mental agar dapat terjun

kembali ke masyarakat dengan baik serta dapat berperan wajar dengan

masyarakat lainnya. Selanjutnya Rumah Tahanan (Rutan) disebut Rutan.13

10

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 Ayat (7). 11

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Pasal 1 Ayat (6). 12

Sumber : Profil Rutan Kelas II B Menggala, Menggala, 2018 13

Dokumentasi, Deni, Bendahara Rutan Kelas II B Menggala, 04 september 2018

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Bimbingan Agama Dalam

Meningkatkan Regulasi Diri Narapidana Di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B

Menggala Kabupaten Tulang Bawang merupakan keseluruhan proses rangkaian

kegiatan bimbingan agama dalam bentuk membiasakan disiplin sholat lima

waktu, pengajian rutin yang dilakukan secara kelompok, dan baca tulis Alquran

dengan tujuan agar narapidana memiliki kemampuan dalam mengendalikan sikap

dan perilaku agar tidak kembali melanggar hukum dan norma dalam masyarakat.

B. Alasan Pemilihan Judul

Adapun yang menjadi alasan memilih judul ini adalah :

1. Regulasi diri narapidana merupakan bagian penting yang harus diperhatikan

dalam upaya mengurangi tindak kejahatan yang dapat merugikan berbagai

pihak. Karena pada dasarnya setiap individu yang pernah masuk ke dalam

Lembaga Permasyarakatan dengan latar belakang kasus yang berbeda akan

mengalami masa-masa sulit baik dari dalam diri maupun dari lingkungan dan

masyarakat. Untuk menghadapi berbagai kenyataan yang akan diterima bagi

seorang narapidana tidaklah mudah. Untuk itu narapidana perlu diberikan

bantuan dalam bentuk bimbingan agama agar terciptanya regulasi diri yang

baik sehingga narapidana dapat menjalankan kehidupan yang lebih baik dan

tidak mengulangi kejahatan yang sama atau dalam bentuk apapun.

2. Adanya kelebihan jumlah narapidana Rutan Kelas II B Menggala yang

melampaui jumlah yang seharusnya, yaitu dari 155 menjadi 489 Narapidana.14

3. Adanya pelaksanaan bimbingan agama di harapkan dapat membantu

meningkatkan regulasi diri narapidana di Rutan Kelas II B Menggala

Kabupaten Tulang Bawang, namun pada kenyataan yang ditemukan, masih

terdapat narapidana yang belum memiliki regulasi diri yang baik. Hal tersebut

dilihat dari adanya narapidana yang kembali melakukan kesalahan yang

sama(residivis) meski telah mengikuti bimbingan agama.15

4. Penelitan ini relevan dengan tersedianya literature, data lapangan, dan tempat

bagi peneliti dalam menunjang keberhasilan penelitian tersebut dan sesuai

dengan kajian Bimbingan dan Konseling Islam.

C. Latar Belakang Masalah

Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan

selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Di

Indonesia berdasarkan keterangan Kepala Bagian Humas Direktoral Jenderal

(Ditjen) Pemasyarakatan Ade Kusmanto bahwa setiap tahunnya jumlah tahanan

dan narapidana selalu meningkat sehingga daya tampung lapas yang ada sudah

tidak memadai. Tahun 2016 jumlah tahanan dan narapidana sebanyak 202.261.

Tahun 2017 jumlah tahanan dan narapidana sebanyak 232.080. Tahun 2018

14

Jennyza Febrianda, Registrator Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala,

Dokumentasi, 5 september 2018 15

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 4 Juni 2018

jumlah tahanan dan narapidana sebanyak 240.692. Hal ini membuktikan, bahwa

kejahatan hanya dapat dicegah dan dikurangi, tetapi sulit diberantas tuntas. Untuk

menekan tingkat kejahatan, maka salah satu cara menanggulanginya dengan cara

menerapkan hukum pidana. Dari hukum pidana ini nantinya diharapkan bahwa

hukum pidana dapat melindungi masyarakat terhadap bahaya yang ditimbulkan

oleh orang yang melakukan kejahatan.

Selama di dalam tahanan seorang narapidana seyogyanya mendapatkan

tempat dan fasilitas yang layak seperti makan, minum, tempat tinggal serta

fasilitas pembinaan atau bimbingan dan pelatihan sebagai bekal mereka untuk

kembali ke masyarakat kelak. Namun hal tersebut masih jauh dari angan-angan,

sehingga kebanyakan narapidana akan mengalami perubahan kehidupan yang

sangat drastis selama di penjara. 16

Hilangnya kebebasan, harga diri, perasaan malu, perasaan sedih, rasa

bersalah, adanya sanksi sosial dan ekonomi merupakan permasalahan yang harus

dijalani seorang narapidana.17

Permasalahan-permasalahan tersebut akan semakin memburuk dikarenakan

kehidupan dalam penjara penuh dengan tekanan psikologis, daya tampung

penjara yang tidak signifikan dengan jumlah tahanan serta ruang gerak yang

16

Gussak, D. Comparing the effectiveness of art therapy on depression and locus of control

of male and female inmates. The Arts in Psychoterapy, 36, 202 207, 2009. 17

Ibid

terbatas. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pemikiran, emosi, kontrol

diri, serta konsep diri seorang narapidana selama di dalam penjara.18

Sebagai seorang narapidana sudah barang tentu individu memiliki regulasi

diri tentang diri mereka secara keseluruhan termasuk apa yang membuat mereka

akhirnya harus mendekam dalam penjara dan apa yang harus dilakukan setelah

keluar dari penjara. Kebingungan yang dialami oleh narapidana terhadap peran

apa yang akan dimainkannya nanti setelah keluar dari penjara akan berkaitan

dengan regulasi diri narapidana tersebut.19

Memiliki regulasi diri yang positif dapat membantu narapidana dalam

beradaptasi kembali dengan kehidupan di masyarakat, sehingga narapidana dapat

kembali membentuk kehidupan baru yang lebih baik dan dapat mencegah mantan

narapidana untuk kembali terjerumus ke dalam dunia kejahatan dan

kriminalitas.20

Untuk meningkatkan regulasi diri narapidana, sangat dibutuhkan

bimbingan dari pembimbing yang dalam hal ini adalah pembimbing

kemasyarakatan. Bentuk pendekatan bimbingan yang dipandang relevan adalah

bimbingan agama.

Alquran berkali-kali merangsang manusia, khususnya orang beriman agar

banyak memikirkan dirinya, lingkungan sekitarnya, dan alam semesta. Karena

18

Alief Budiyono, Penerapan Konseling Kognitif Islami untuk Meningkatkan Regulasi Diri

Narapidana Di Lapas Kelas II A Purwokerto, (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016), h.2 19

Ibid 20

Ibid

dengan berpikir seperti itu, manusia akan mampu mengenal kebenaran (al-haq),

yang kemudian untuk diimani dan dipegang teguh dalam kehidupan. Allah

berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 19 yang berbunyi,

“Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.”

(Q.S Ar-Ra’d [13] : 19). Kemudian didalam surat Al-Baqarah ayat 2 Allah

berfirman;

“Kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa.” (Q.S Al-Baqarah [2] : 2).

Allah menamakan Alquran dengan Alkitab yang di sini berarti yang ditulis,

sebagai isyarat bahwa Alquran diperintahkan untuk ditulis. Takwa yaitu

memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-

Nya, dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Regulasi diri yang baik juga merupakan alat kontrol bagi sikap dan

perilaku seseorang. Termasuk di sini adalah para narapidana. Banyak diantara

mereka yang kehilangan regulasi dirinya manakala mereka sedang menjalani

kehidupan sebagai seorang narapidana, meskipun dulunya mereka adalah orang

yang terpandang, dihormati di masyarakat, atau bahkan seorang pemimpin.

Predikat sebagai seorang narapidana telah membuat mereka kehilangan

segalanya, mereka beranggapan bahwa keluarga dan masyarakat sudah tidak

membutuhkan kehadirannya lagi. Dengan kondisi seperti inilah tak jarang dari

mereka banyak yang mengalami prustasi berat atau bahkan sampai ada yang

ingin mengakhiri hidupnya.21

Oleh karena itu untuk membantu narapidana yang

mengalami hal tersebut sangatlah dibutuhkan pembinaan dan bimbingan bagi

mereka yang kehilangan regulasi dirinya.

Bentuk dari bimbingan yang diberikan Rutan Kelas II B Menggala

bermacam-macam, mulai dari pemberian pembinaan tentang agama,

keterampilan, sampai pada pembinaan kepribadian.22

Di Rutan Kelas II B Menggala, bimbingan agama sendiri merupakan salah

satu program utama yang memiliki peran penting yaitu diantaranya sebagai

upaya dalam pembentukan akhlak dan peningkatan keimanan bagi narapidana.23

Program bimbingan agama ini telah ada sejak awal berdirinya Rutan Kelas

II B Menggala.24

Namun pada kenyataannya, sumber daya manusia dari pihak

Rutan Kelas II B Menggala kurang memadai, yaitu hanya terdapat satu orang

pembina yang bertugas untuk memberikan bimbingan agama kepada narapidana,

dan itu pun merangkap beberapa tugas yaitu sebagai staff pelayanan tahanan dan

pembina kegiatan kemandirian narapidana.25

21

Ibid 22

Maryono, Staff Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara, Menggala, 4

Juni 2018 23

Ibid 24

Wawan Irawan, Kepala Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara, Menggala, 5 September

2018 25

Observasi, Menggala, 4 Juni 2018

Pelaksanaan kegiatan bimbingan agama sendiri tidak terlalu diminati oleh

narapidana, dikarenakan kegiatan bimbingan agama ini hanya sekedar formalitas

dan tidak bersifat wajib atau paksaan, sehingga hanya sebagian kecil dari

keseluruhan jumlah narapidana yang mengikuti kegiatan bimbingan agama yaitu

dari 489 orang narapidana, Rutan hanya menargetkan 50 orang narapidana dan

kenyataan yang ditemukan bahwa jumlah narapidana yang mengikuti kegiatan

bimbingan agama tidak selalu mencapai 50 orang, sedangkan kegiatan

bimbingan agama ini seharusnya dapat diikuti oleh seluruh narapidana yang

beragama Islam, karena kegiatan ini selain berfungsi untuk meningkatkan iman

dan takwa, bimbingan agama juga diupayakan agar mampu meningkatkan

regulasi diri narapidana.26

Disisi lain jumlah penghuni Rutan Kelas II B Menggala saat ini telah

mencapai 489 orang, sedangkan daya tampung normal untuk Rutan Kelas II B

Menggala maksimal hanya 155 orang.27

Hal ini membuktikan bahwa daya

tampung penjara tidak signifikan dengan jumlah tahanan.

Bimbingan agama di Rutan Kelas II B Menggala dikatakan memiliki

manfaat bagi beberapa narapidana. Salah satu narapidana tersebut bernama

Herman Ayogo yang sedang menjalani masa tahanan kedua kalinya di Rutan

Kelas II B Menggala. Herman mengatakan bahwa dirinya justru bersyukur bisa

kembali menjalani masa tahanan di Rutan, baginya mengikuti kegiatan

26

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 4 Juni 2018 27

Ibid

bimbingan agama merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, karena

dengan itu ia dapat terus memperbaiki diri, serta mengubah konsep dirinya yang

masih belum baik menjadi lebih baik. Namun berdasarkan wawancara penulis

dengan bapak Maryono selaku staff pelayanan tahanan sekaligus pembina

kegiatan keagamaan mengatakan bahwa Herman Ayogo sendiri masih belum

menunjukkan adanya perubahan dalam bentuk peningkatan regulasi diri, hal

tersebut dapat dilihat dari kesalahan sama yang kembali diulanginya selepas

keluar dari penjara sehingga menyebabkan ia kembali menjalani masa tahanan di

Rutan kelas II B Menggala.28

Dari pemaparan diatas, terdapat permasalahan yang penulis anggap perlu

untuk diadakan penelitian sebagai upaya pengembangan ilmu, sehingga penting

dilakukan penelitian dengan judul “Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan

Regulasi Diri Narapidana Di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Menggala

Kabupaten Tulang Bawang”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan maka rumusan

masalahnya adalah : Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan agama dalam

meningkatkan regulasi diri narapidana di Rutan Kelas II B Menggala?

28

Herman Ayogo, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam

meningkatkan regulasi diri narapidana di Rutan Kelas II B Menggala.

2. Kegunaan penelitian

1) Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam mengembangkan teori bimbingan agama khususnya dikalangan

narapidana serta menambah ilmu pengetahuan pada Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

2) Secara praktis, hasil penelitian ini berguna untuk memperbaiki proses

bimbingan agama dalam meningkatkan regulasi diri narapidana di Rutan

Kelas II B Menggala.

G. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dalam

mencapai tujuan dengan teknik dan alat tertentu. Metode penelitian adalah

mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam

penelitiannya.29

Pada bagian ini terlebih dahulu akan diterangkan tentang hal-hal

yang akan mempengaruhi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian

ini yaitu sebagai berikut :

29

Sedarmayanti, Syarifudin hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2002),

h. 4.

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analitik yaitu mengambil

masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana

adanya saat penelitian dilaksanakan. 30

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif adalah

penelitian yang data-datanya berupa kata-kata (bukan angka-angka, yang

berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen dll) atau penelitian yang di

dalamnya mengutamakan untuk pendiskripsian secara analisis sesuatu

peristiwa atau proses sebagaimana adanya dalam lingkungan yang alami

untuk memperoleh makna yang mendalam dari hakekat proses tersebut.31

c. Populasi dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah jumlah secara keseluruhan objek yang akan diteliti,

populasi juga merupakan suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek

yang merupakan perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa

makhluk hidup, benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain.32

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

narapidana yang berjumlah 489 orang dan pembina keagamaan Rutan

30

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: ALFABETA

CV, 2016), h. 7-9 31

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2013), h. 38. 32

Sumadi suryabrata, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia. 1985), h.141

Kelas II B Menggala yang terdiri dari 1 orang bekerja sama dengan

pembimbing agama dari pihak luar yang diwakili oleh satu orang dari tiap

kelompok pembimbing seperti; Jamaah Tabligh, Pondok Pesantren Al-Mun

Farizah Menggala, Pondok Pesantren Al-Hikmah Bani Urip Menggala,

Pondok Pesantren Hidayatullah Menggala dan Penyuluh Keagamaan

Kabupaten Tulang Bawang serta 51 pegawai yang ada di Rutan Kelas II B

Menggala berjumlah 546 orang.

b) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Apa yang di pelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan

dapat diberlakukan untuk populasi.33

Kemudian jenis sampel yang penulis gunakan yaitu purposive

sampling. Dalam purposive sampling “pemilihan sekelompok subjek

didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan

mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada

dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.34

Berdasarkan penjabaran diatas, maka penulis akan menjelaskan secara

rinci kriteria masing-masing sampel diatas sebagai berikut :

33

Sugiyono, Op. Cit. h. 80-81 34

Suharsimi Arikunto, Op.Cit, h 116

1. Narapidana pria dengan kriteria sebagai berikut :

1) Aktif dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama dan telah

menunjukkan adanya peningkatan regulasi diri yang cukup baik

2) Bertugas sebagai penjaga masjid dan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan bimbingan agama di masjid

3) Memiliki tugas untuk memberikan materi ceramah dan baca tulis

Alquran kepada sesama narapidana. Dalam hal ini biasanya Rutan

memilih narapidana yang memang memiliki keahlian di bidang

tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh dari kegiatan

registrasi.

2. Kepala Rutan Kelas II B Menggala Kabupaten Tulang Bawang

3. Pembina kegiatan kegamaan Rutan, bersedia secara terbuka dan

sukarela memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan data peneliti.

4. Pemateri yang berpengalaman sebagai pembimbing dalam memberikan

materi bimbingan agama bagi narapidana di Rutan.

Berdasarkan ketentuan kriteria diatas maka sampel dari penelitian

ini adalah sebanyak 12 orang, yang terdiri dari kepala Rutan 1 orang,

pembina kegiatan kegamaan Rutan 1 orang, pemateri selaku

pembimbing kegiatan bimbingan agama 5 orang, serta 5 orang

narapidana pria di Rutan.

H. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui data sesuai dengan tujuan penelitian yang obyektif,

maka penulis menggunakan teknik observasi, interview, dan dokumentasi.

1. Interview (Wawancara)

Teknik interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

interview terpimpin yaitu interview yang menggunakan pertanyaan untuk

diajukan kepada subyek penelitian namum iramanya diserahkan kepada

kebijakan pewawancara.35

Oleh karena itu, teknik interview ini peneliti

gunakan untuk mengetahui perasaan narapidana, pengalaman narapidana

selama mendapatkan bimbingan agama, apa yang menjadi ingatannya selama

berada di penjara, bagaimana motivasi dan emosi yang dikehendaki dalam

pengendalian dirinya.

2. Observasi

Teknik observasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

observasi partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan orang yang

diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.36

Teknik observasi partisipasi pasif ini penulis gunakan untuk memperoleh

data sebagai berikut:

a) Aktivitas pelaksanaan bimbingan agama dalam bentuk pengajian yang

dilakukan oleh pembimbing agama di Rutan Kelas II B Menggala.

35

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 155 36

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung, Alfabeta, 2018), h.

227

b) Media atau sarana yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan agama

oleh pembimbing agama di Rutan Kelas II B Menggala.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal variable yang

berupa catatan atau dokumen, surat kabar, majalah dan lain sebagainya”.37

Adapun dalam penelitian ini teknik dokumentasi penulis gunakan untuk

memperoleh data tentang :

1) Jumlah pegawai di Rutan Kelas II B Menggala.

2) Dokumentasi-dokumentasi dari program kerja pegawai atau kegiatan yang

dilaksanakan oleh Rutan Kelas II B Menggala.

3) Struktur organisasi atau kepengurusan Rutan Kelas II B Menggala.

4) Catatan tentang narapidana.

5) Absensi kegiatan narapidana.

4. Analisa data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif.

Menurut Suharsimi Arikunto analisa kualitatif digambarkan dengan kata-kata

atau kalimat yang dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan

dan diangkat sekedar untuk mempermudah dua penggabungan dua variabel,

selanjutnya dikualifikasikan kembali.38

37

Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung, Remaja Rosda Karya,

2000), h. 97

38

Suharsimi Arikunto, Op.cit., h. 209.

Untuk data yang telah terkumpul kemudian di analisis dengan langkah

sebagai berikut :

1. Data reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

2. Date Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya.

3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan dan verifikasi)

kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal, atau

interaktif, hipotesis atau teori.39

5. Kajian Pustaka

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan.

39 Sugiyono, Op. Cit. h. 246-253

Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian dengan judul

yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat

penelitian di tempat dan variabel terikat yang berbeda.

Penelitian mengenai regulasi diri sebelumnya sudah banyak dilakukan

oleh peneliti yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

Demikian juga dengan penelitian terkait dengan narapidana dan bimbingan

agama. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah:

1. Penelitian Hemlan Elhany, dengan judul penelitian “Pelaksanaan

Bimbingan Agama Islam Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Warga

Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Kota Metro” Penelitian ini

menjelaskan bagaimana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Kota Metro

dalam melaksanakan bimbingan agama, baik dari program, proses, hasil,

serta hambatan yang ada dalam meningkatkan ketenangan jiwa narapidana.

Berdasarkan temuan pada penelitian tersebut diperoleh data bahwa

pelaksanaan bimbingan agama di katakan berhasil memberikan

peningkatan pada ketenangan jiwa narapidana di Lapas.40

Adapun

kesamaan pada penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu bimbingan

agama Islam, sedangkan variabel terikatnya menggunakan ketenangan

jiwa.

2. Penelitian Alief Budiyono, dengan judul penelitian “Penerapan Konseling

Kognitif Islami Untuk Meningkatkan Regulasi Diri Narapidana Di Lapas

40

Hemlan Elhany, Op.Cit.,

Kelas II A Purwokerto” penelitian ini menggambarkan bagaimana

pelaksanaan kegiatan konseling di Lapas serta mendeskripsikan efektivitas

konseling kognitif Islami dalam meningkatkan regulasi diri narapidana.

Berdasarkan temuan pada penelitian ini diperoleh data bahwa pelaksanaan

konseling dengan pendekatan agama cukup efektif untuk mengungkap dan

memotivasi warga binaan untuk mengingkatkan regulasi dirinya.41

Adapun

dalam penelitian ini kesamaannya terletak pada variabel terikat yaitu

regulasi diri, sedangkan variabel bebasnya menggunakan konseling

kognitif islami.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Risa Rahayu, Yusmansyah, Diah

Utaminingsih dengan judul penelitian “Hubungan antara regulasi diri

dengan prestasi belajar siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara regulasi diri dengan prestasi belajar siswa. Berdasarkan

temuan pada penelitian ini diperoleh data bahwa ada hubungan yang

signifikan antara regulasi diri dengan prestasi belajar pada siswa kelas x

SMA Negeri 1 Seputih Raman Tahun Ajaran 2016/2017.42

4. Penelitian H Hidayat, dengan judul penelitian “Model Konseling

Kelompok untuk Meningkatkan Regulasi Diri Kaum Lansia di Panti

Jompo”. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan dan memeriksa

keefektifan model konseling kelompok untuk meningkatkan regulasi diri

kaum lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model konseling

41

Alief Budiyono, Op.Cit., 42

Risa Rahayu, Yusmansyah, Diah Utaminingsih, Hubungan antara regulasi diri dengan

prestasi belajar siswa, (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan), Universitas Lampung, 2017

kelompok yang dikembangkan efektif untuk membantu kaum lansia

meningkatkan regulasi diri mereka. Berdasarkan temuan pada penelitian ini

diperoleh data bahwa sebaiknya model konseling kelompok regulasi diri ini

digunakan oleh konselor untuk membantu kaum lansia meningkatkan

regulasi diri terutama bagi kaum lansia yang tinggal di panti jompo

kemudian dilaksanakan oleh konselor yang memiliki kompetensi diversitas

sebagai konselor konseling kelompok serta dikaji lebih lanjut melalui

penelitian yang melibatkan subyek lebih luas dengan karakteristik dan latar

lingkungan kehidupan yang beragam.43

Adapun dalam penelitian ini

kesamaannya terletak pada variabel terikat yaitu regulasi diri, sedangkan

variabel bebasnya menggunakan konseling kelompok. Subyek dalam

penelitian ini juga berbeda yaitu kaum lansia di panti jompo.

43

H Hidayat. Model Konseling kelompok untuk meningkatkan regulasi diri kaum lansia di

panti jompo. (Disertasi (tidak terbit). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II

BIMBINGAN AGAMA DAN REGULASI DIRI

A. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan

kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu

tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan

dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan

lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.44

Sedangkan “Bimbingan” menurut Prayitno dan Erma Amti adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang

atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan indvidu dan sarana yang ada dan

dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.45

Mengenai definisi bimbingan agama, ada beberapa tokoh yang

mendefinisikan tentang pengertian bimbingan agama. Salah satu tokoh yang

mendefinisikan bimbingan agama adalah Aunur Rohim Faqih. Menurutnya,

bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau

44

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling Di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 1-2 45

Prayitno, Erma Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2008), h. 99

kelompok agar hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga

dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.46

Menurut H.M Arifin, bimbingan agama dapat diartikan sebagai: “Usaha

pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriah

maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa

mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan

spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan

kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dan kekuatan

iman dan taqwa kepada Tuhannya”. 47

Menurut Samsul Munir Amin dalam buku Bimbingan dan Konseling

Islami, mengartikan bimbingan agama sebagai: “Proses pemberian bantuan

terarah, terus-menerus dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat

mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara

optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di

dalam Alquran dan Hadis ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras

dan sesuai dengan tuntunan Alquran dan Hadis.”48

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama adalah usaha

pemberian bantuan secara berkesinambungan oleh pembimbing berdasarkan

konsep Alquran dan Hadis kepada narapidana dalam mengembangkan potensi

46

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islami (Yogyakarta: UII Press, 2001), h. 4 47

M Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden

Terayon Press, 1982), h. 2 48

Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 19

yang dimilikinya secara optimal serta mampu mencapai kemandirian sehingga

mereka dapat memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan Bimbingan Agama

Tujuan bimbingan agama sebagaimana diungkapkan H.M Arifin adalah

sebagai berikut :

1. Bimbingan agama bertujuan untuk membantu si terbimbing supaya memiliki

religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam pemecahan

problema-problema.

2. Bimbingan agama membantu si terbimbing supaya dengan kesadaran serta

kemauannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya.49

Menurut M. Hamdan Bakran Adz Dzaky seperti dikutip oleh Tohirin

merinci tujuan bimbingan dan konseling Islam sebagai berikut:

1) Untuk mengahasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan

jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah),

bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan pencerahan taufik dan

hidayahNya (mardhiyah).

2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku

yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan kerja, maupun lingkungan

sosial, dan alam sekitarnya.

3) Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul

dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong

menolong dan rasa kasih sayang.

49

M.Arifin, Op cit, h. 29

4) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul

dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepadaNya, ketulusan

mematuhi segala perintahNya, serta ketabahan menerima ujianNya.

5) Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu

dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar,

dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat

memberikan kebermanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada

berbagai aspek kehidupan.50

Adapun menurut Aunur Rahim Faqih tujuan bimbingan agama Islam

sendiri dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu secara umum dan secara khusus

yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Tujuan umum membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

2. Tujuan khusus membantu individu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik, sehingga

tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.51

3. Landasan Bimbingan Agama

1) Landasan Operasional yang terdiri dari:

a. Landasan Alquran: Surat An-Nisa ayat 58, Allah berfirman yang

artinya: “Sesungguhnya Allah memerintah kamu supaya menyampaikan

amanah (tugas yang dipercayakan padamu) kepada yang berhak”. Dan

Surat Al-Maidah ayat 32, Allah berfirman yang artinya: “Dan barang

50

Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi), Edisi

Revisi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 35-36 51

Aunur RahimFaqih, Op.Cit, h. 36

siapa memelihara kehidupan manusia, maka seolah-olah dia telah

memelihara kehidupan manusia semuanya”.

b. Landasan Hadis

Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dimana Rasul bersabda:

“Barang siapa melihat kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya,

bila tidak mampu maka dengan lesannya dan bila tidak mampu juga

maka rubahlah dengan hatinya.”52

2) Landasan Filosofi Islam

a. Manusia sebagai mahluk berkecenderungan positif dan negative

Hal ini telah tergambar oleh Allah dalam Alquran surat Yusuf ayat 53,

dimana Allah berfirman yang artinya: “Dan aku tidak (menyatakan)

diriku bebas dari kematian. Karena sesungguhnya nafsu itu selalu

mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang dirahmati oleh

Tuhanku”

b. Manusia sebagai makhluk individual

Hal ini dilukiskan oleh Allah dalam firma-Nya, surat Al-Qomar ayat 49,

yang artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu itu

sesuai dengan kadarnya (karakternya sendiri)”.

52

Majelis Penulis, Syarah dan Kritik dengan metode takhrij tentang perintah mengubah

kemungkaran, (Hadis Abu Sa’id al-Khudriy), tersedia di majelispenulis.blogspot.com (6 Oktober

2018) pukul 09:37

c. Manusia sebagai makhluk sosial

Hal ini terlukis dalam hadis Rasullullah yang diriwayatkan oleh

Bukhari, dimana Nabi bersabda: “Hak orang muslim terhadap muslim

lainnya ada enam: apabila bertemu maka berucap salam, bila mendapat

undangan maka jawablah, bila diberi nasehat penuhilah, bila bersin

maka doakanlah, bila ia sakit hati maka jenguklah dan bila meninggal

maka kuburkanlah.”53

3) Landasan Ilmiah

Manusia pada dasarnya diberikan oleh Allah dengan berbagai potensi yang

harus ditumbuh kembangkan secara optimal, guna mendukung

kelangsungan hidupnya. Sedang disisi lain manusia dalam menghadapi

kehidupan ini akan dihadapkan dengan berbagai persoalan yang muncul,

yang semua itu membutuhkan kepedulian bimbingan dan konseling Islam.

4. Unsur-unsur Bimbingan Agama

1) Subyek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, atau dalam hal ini adalah orang yang

melaksanakan bimbingan agama Islam atau orang yang mempunyai

kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan

bimbingan agama Islam terhadap narapidana. Untuk menjadi seorang

konselor atau pembimbing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

53

Ibid

a. Menaruh minat mendalam terhadap orang lain dan penyebaran.

b. Peka terhadap sikap dan tindakan orang lain.

c. Memiliki kehidupan emosi yang stabil dan obyektif.

d. Memilikikemampuan dan dipercaya orang lain.

e. Menghargai fakta54

2) Obyek

Obyek yaitu yang menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapat

pembinaan), dalam hal ini yaitu para narapidana yang sekarang berada

dalam Rutan Kelas II B Menggala.

5. Syarat Pembimbing Agama

Untuk mendapatkan output yang maksimal dalam pelaksanaan

bimbingan agama Islam tentu harus didukung oleh beberapa aspek yang saling

berkaitan yaitu orang yang membimbing, materi, serta objek bimbingan yang

jelas.

Adapun petugas bimbingan agama Islam idealnya memiliki karakteristik

sebagai syarat pembimbing agama Islam. Adapun syarat-syarat pembimbing

dalam bimbingan agama Islam adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan profesional (ahli) yaitu mempunyai kemampuan keahlian atau

profesional di bidang keagamaan.

2) Sifat pribadi yang baik (akhlak mulia)

54

Singgih D Gunarsa, Konseling Dan Psikoterapi (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), h. 64

3) Kemampuan kemasyarakatan (hubungan sosial), yaitu seorang

pembimbing keagamaan harus memiliki kemampuan melakukan hubungan

sosial, ukhuwah islamiyah yang tinggi.

4) Ketaqwaan kepada Allah, yaitu syarat dari segala syarat yang harus

dimiliki oleh seorang pembimbing keagamaan, sebab ketaqwaan

merupakan sifat yang paling baik.55

6. Fungsi Bimbingan Agama

Secara garis besar fungsi bimbingan agama Islam memiliki 4 (empat)

macam, diantaranya adalah fungsi preventif, fungsi kuratif, fungsi

preservative dan fungsi developmental.

1. Fungsi Preventif

Fungsi preventif yaitu fungsi bimbingan yang membantu individu menjaga

atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2. Fungsi Kuratif atau Korektif

Fungsi kuratif atau korektif yaitu membantu individu memecahkan masalah

yang sedang dihadapi dan dialami.

3. Fungsi Preservatif

Fungsi preservatif yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi

baik (terpecahkan) itu kembali menjadi lebih baik (menimbulkan masalah

kembali).

4. Fungsi Developmental

Fungsi developmental atau pengembangan yaitu membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar

tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya

55

Ibid

menjadi sebab munculnya masalah baginya. Dalam sumber yang lain,

fungsi bimbingan agama juga memiliki fungsi advokasi yaitu:

menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap narapidana dalam

rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.56

7. Materi Bimbingan Agama

Dalam memberikan bimbingan agama ada beberapa materi yang

diberikan untuk disampaikan kepada klien atau obyek terbimbing, yang

bersumber pada agama, yang terkandung dalam Alquran dan hadis, yang

meliputi :

a. Aspek Akhlak, perbuatan suci yang terbit dari lubuk jiwa yang paling

dalam, karenanya mempunyai kekuatan yang hebat. Menurut imam Al-

Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam

jiwa dari padanya timbul perubahan yang mudah, tanpa memerlukan

pertimbangan pikiran.

b. Aspek Tauhid, yakni suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa hanya

Tuhanlah yang menciptakan, memberi hukum-hukum, mengatur dan

mendidik alam semesta ini (tauhid rububiyah).

c. Aspek Ibadah, mengandung pengertian sebagai bakti dan pengabdiannya

umat manusia kepada Allah subhanahu wata’ala karena didorong dan

dibangkitkan oleh aqidah tauhid, baik yang bersegi ubudiyah maupun yang

bersegi muamalah, adalah dikerjakan dalam rangka penyembahan kepada

Allah subhanahu wata’ala.57

56

Hallen. A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta : Quantum Teaching 2005), h. 57 57

Nasruddin Razak, Dienul Islam (Bandung: PT. Al Ma’arif, 1984), h. 39

8. Metode Bimbingan Agama

Dalam penerapannya, bimbingan memiliki beberapa metode. Metode

lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh

hasil yang memuaskan.

Pada penulisan ini metode bimbingan agama dilihat sebagai proses

komunikasi, karena di dalamnya suatu interaksi komunikasi antara

pembimbing dengan klien, dalam hal ini yaitu narapidana.

Dalam hal ini metode bimbingan dapat diklasifikasikan berdasarkan segi

komunikasi, metode tersebut terdiri dari metode komunikasi langsung yang

disingkat menjadi metode langsung dan metode komunikasi tidak langsung

atau metode tidak langsung.

1. Metode Langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana

pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan

orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci menjadi :

a. Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara

individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan

dengan menggunakan teknik :

1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung

tatap muka dengan pihak yang dibimbing.

2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan

dialog dengan terbimbing tetapi dilaksanakan di rumah terbimbing

sekaligus untuk mengamati keadaan rumah terbimbing dan

lingkungannya.

3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing melakukan

percakapan individual sekaligus mengamati kerja terbimbing dan

lingkungannya.

b. Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan terbimbing

dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik :

1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan

dengan cara mengadakan diskusi bersama kelompok terbimbing yang

mempunyai masalah yang sama.

2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara

langsung dengan mempergunakan ajang karyawisata sebagai

forumnya.

3) Sosiodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain

peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah

(psikologis).

4) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan memberikan

materi bimbingan tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah

disiapkan.

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah

metode bimbingan yang dilakukan melalui media atau komunikasi masa.

Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan

massal.

a. Metode Individual

1) Melalui surat menyurat

2) Melalui telepon.

b. Metode Kelompok

1) Melalui papan bimbingan

2) Melalui surat kabar/majalah.

3) Melalui brosur

4) Melalui radio (media audio)

5) Melalui televisi58

B. Regulasi Diri

1. Pengertian Regulasi Diri

Regulasi diri atau Pengelolaan diri merupakan aspek penting dalam

menentukan perilaku seseorang. Regulasi diri adalah upaya individu untuk

mengatur diri dalam suatu aktivitas dengan mengikutsertakan kemampuan

metakognisi, motivasi, dan perilaku aktif. 59

Menurut Bandura sebagaimana dikutip Lisya dan Subandi regulasi diri

merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku

tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang

mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti peningkatan.60

Pintrich dan Groot memberikan istilah self regulation dalam belajar

dengan istilah self regulation learning, yaitu suatu kegiatan belajar yang diatur

oleh diri sendiri, yang didalamnya individu mengaktifkan pikiran, motivasi

dan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan belajarnya.61

58

Aunur Rahim Faqih, Op cit, h. 53 59

M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010), h. 57 60

Lisya Chairan dan Subandi, Psikologi Santri Penghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 14 61

Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. Motivational and Self-Regulated Learning Components

of Classroom Academics Performance. (Journal of Educational Psychology, Vol. 82, no. 1, 33-

40,1990). hal 33

Zimmerman menyatakan bahwa regulasi diri merujuk pada pikiran,

perasaan dan tindakan yang terencana oleh diri dan terjadi secara

berkesinambungan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan pribadi.62

Regulasi diri juga dipengaruhi oleh standar moral dan sosial. Sebuah

hasil gagasan yang menjadi perilaku selalu melewati proses penilaian yang

didasari oleh dua nilai tersebut. Proses penilaian ini dapat berupa reaksi diri

evaluatif, seperti persetujuan dari diri sendiri (self approval) dan teguran pada

diri sendiri (self reprimand).63

Dari berbagai pemaparan tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa regulasi

diri didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menampilkan

serangkaian tindakan yang ditujukan untuk pencapaian target belajar dengan

mengolah strategi-strategi dalam penggunaan kognisi, perilaku, afeksi atau

emosional.

2. Proses Regulasi Diri

Proses self regulation dilakukan agar seseorang atau individu dapat

mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang

diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, social,

pengendalian emosi yang baik sehimgga membawa seseorang kepada self

regulation yang baik. Miller & Brown memformulasikan self regulation

sebanyak tujuh tahap yaitu:

62

Jeremy Liam Wijaya, Apa yang dimaksud dengan regulasi diri , (On-line) tersedia di

www.dictio.id (26 Mei 2018) Pukul 21:31 63

Lisya Chairan dan Subandi, Op.Cit.

a. Receiving atau menerima informasi yang relevan, yaitu langkah awal

individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Dengan

informasi-informasi tersebut, individu dapat mengetahui karakter yang

lebih khusus dari suatu masalah. Seperti kemungkinan adanya hubungan

dengan aspek lainnya.

b. Evaluating atau mengevaluasi. Dalam proses evaluasi diri, individu

menganalisis informasi dengan membandingkan suatu masalah yang

terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi (internal) yang

tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat itu

didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan

individu sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.

c. Triggering atau membuat suatu perubahan. Sebagai akibat dari suatu proses

perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan positif atau

negative. Individu menghindari sikap-sikap atau pemikiran-pemikiran yang

tidak sesuai dengan informasiyng didapat dengan norma-norma yang ada.

Semua reaksi yang ada pada tahap ini yaitu disebut juga kecenderungan

kea rah perubahan.

d. Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya proses evaluasi

menyebabkan reaksi-reaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses

evaluasi tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu dalam

memahami masalah. pertentangan tersebut membuat individu akhirnya

menyadari beberapa jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perbedaan

yang terjadi. Kebutuhan untuk mengurangi pertentangan dimulai dengan

mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.

e. Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-aspek

pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas

untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang mampu

mendukung efesien dan efektif.

f. Implementing atau menerapkan rencana, yaitu setelah semua perencanaan

telah teralisasi, baerikutnya adalah secepatnya megarah pada aksi-aksi atau

melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ke tujuan dan

memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan dalam proses.

g. Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.

Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat

membantu dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang

tidak direalisasikan itu sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta

apakah hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.64

64

Eneng Nurlaili Wangi, “Efektivitas thinking for a change terhadap peningkatan regulasi diri

warga binaan pemasyarakatan kasus penipuan” (Fakultas Psikologi), Universitas Islam Bandung.

Mengutip Miller W.R & Brown, J.M, Self regulation as a conceptual basis for the prevention and

treatment of addictive behaviors. In: Heather N, Miller WR, Greely J, editors, Self-Control and the

Addictive.

Berdasarkan hasil uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya

proses regulasi diri (self regulation) terdiri dari receiving atau menerima,

evaluating atau mengevaluasi, triggering atau membuat suatu perubahan,

searching atau mencari solusi, formulating atau merancang suatu rencana,

implementing atau menerapkan rencana, assessing atau mengukur efektivitas

dari rencana yang telah dibuat.

3. Bentuk-bentuk Regulasi Diri

Brown dan Ryan mengemukakan beberapa bentuk regulasi yang

berdasarkan pada teori determinasi diri yaitu:

1. Amotivation Regulation, Keadaan pada saat individu merasakan tidak

adanya hubungan antara tindakan dan hasil dari tindakan tersebut. Individu

yang berada pada kondisi ini akan bertindak tanpa intensi dan memiliki

keinginan untuk bertindak.

2. External Regulation, Ketika perilaku diregulasi oleh faktor eksternal

seperti adanya hadiah dan batasan-batasan.

3. Introjected Regulation, individu menjadikan motivasi diluar dirinya

sebagai motivasi dirinya melalui proses tekanan internal seperti rasa cemas

dan perasaan bersalah

4. Identivied Regulation, Perilaku muncul sebagai pilihan pribadi bukan untuk

kepuasan dan kesenangan tetapi untuk mencapai suatu tujuan. Individu

merasakan dirinya diarahkan dan bertujuan.

5. Intrinsically Motivated Behavior, Muncul secara sukarela tanpa ada

keterkaitan dengan faktor eksternal.65

4. Aspek-aspek Regulasi Diri

Bandura menyebutkan tiga kebutuhan internal dalam proses melakukan

regulasi diri yang terus menerus sebagai berikut:

65

Jeremy Liam Wijaya, Op.Cit.

1. Observasi Diri

Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang

kita berikan padanya belum tentu tuntas ataupun akurat. Kita harus

memberikan perhatian secara selektif terhadap beberapa aspek dari perilaku

kita dan melupakan yang lainnya dengan sepenuhnya. Apa yang kita

observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya yang sudah ada

sebelumnya. (Memonitor diri, perhatian diri)

2. Proses Penilaian

Observasi diri sendiri tidak memberikan dasar yang cukup untuk

dapat meregulasi perilaku. Proses kedua, proses penilaian, membantu kita

meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif. Kita tidak hanya

mampu utuk menyadari diri kita secara reflektif, tetapi juga menilai

seberapa berharga tindakan kita berdasarkan tujuan yang telah kita perbuat

untuk diri kita. Lebih spesifiknya lagi, proses penilaian bergantung pada

standar pribadi.

Performa rujukan, pemberian nilai pada kegiatan, dan atribusi

performa (apabila kita percaya bahwa keberhasilan yang kita capai karena

usaha kita sendiri, maka kita akan menjadi bangga dengan pencapaian kita

dan cenderung akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan kita.

Kebalikannya, apabila kita percaya bahwa kita bertanggung jawab atas

kegagalan atau performa yang tidak maksimal, maka kita akan lebih siap

bekerja kearah regulasi diri daripada apabila kita meyakini bahwa

kegagalan dan ketakutan kita diakibatkan oleh faktor-faktor diluar kendali

kita).

3. Reaksi Diri

Manusia merespon secara positif dan negative terhadap perilaku

mereka bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar

personal mereka. Manusia menciptakan insentif untuk tindakan mereka

melalui penguatan diri atau hukuman diri. Sebagai contoh, seorang murid

yang rajin yang telah menyelesaikan suatu tugas bacaan dapat memberikan

penghargaan pada dirinya sendiri dengan menonton program televise

favoritnya. (respon positif dan respon negatif).66

Menurut Zimmerman sebagaimana dikutup M. Nur Ghufron dan Rini,

regulasi diri mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu

metakognitif, motivasi, dan perilaku.67

66

Ibid 67

Fazri Anfaldi, Psikologi Area-Regulasi Diri, (On-line) tersedia di fazrianfaldi.blogspot.com

(13 September 2018) pukul 22:09

a. Metakognisi

Matlin mengatakan metakognisi adalah pemahaman dan kesadaran

tentang proses kognitif atau pikiran tentang berpikir, ia mengatakan bahwa

metakognisi merupakan suatu proses penting. Hal ini dikarenakan

pengetahuan seseorang tentang kognisinya dapat membimbing dirinya

mengatur atau menata peristiwa yang akan dihadapi dan memilih strategi

yang sesuai agar dapat meningkatkan kinerja kognitifnya ke depan.68

Flavell mengatakan bahwa metakognisi mengacu pada pengetahuan

seseorang terhadap kognisi yang dimilikinya dan pengaturan dalam kognisi

tersebut.69

Schank menambahkan bahwa pengetahuan tentang kognisi meliputi

perencanaan, pemonitoran (pemantauan), dan perbaikan dari performansi

atau perilakunya.70

Zimmerman dan Pons menambahkan bahwa poin metakognitif bagi

individu yang melakukan regulasi diri adalah individu yang merencanakan,

mengorganisasi, mengukur diri, dan mengintruksikan diri sebagai

kebutuhan selama proses perilakunya, misalnya dalam hal belajar.71

b. Motivasi

Devi dan Ryan sebagimana dikutip Ghufron mengemukakan bahwa

motivasi adalah fungsi dari kebutuhan dasar untuk mengontrol dan

berkaitan dengan kemampuan yang ada pada setiap diri individu.72

Zimmerman dan Pons menambahkan bahwa keuntungan motivasi ini

adalah individu memiliki motivasi intrinsik, otonomi, dan kepercayaan diri

tinggi terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu.73

68

Ibid 69

Ibid 70

Ibid 71

Ibid 72 Ibid

73 Ibid

c. Perilaku

Perilaku menurut Zimmerman dan Schank merupakan upaya individu

untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan maupun menciptakan

lingkungan yang mendukung aktivitasnya.74

Pada perilaku ini Zimmerman

dan Pons mengatakan bahwa individu memilih, menyusun dan

menciptakan lingkungan sosial dan fisik seimbang untuk mengoptimalkan

pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.

Ketiga aspek di atas bila digunakan individu secara tepat sesuai

kebutuhan dan kondisi akan menunjang kemampuan pengelolaan diri yang

optimal.75

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri

Menurut Zimmerman dan Pons sebagaimana dikutip Ghufron, ada tiga

faktor yang mempengaruhi regulasi diri, yaitu:

a) Individu (diri)

Faktor individu meliputi hal-hal di bawah ini:

1) Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam pengetahuan yang

dimiliki individu akan semakin membantu individu dalam meregulasi

diri.

2) Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang semakin

tinggi akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri dalam diri individu.

3) Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks tujuan yang

ingin diraih, semakin besar kemungkinan individu melakukan regulasi

diri.

b) Perilaku

74

Ibid 75

Ibid

Perilaku mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang

dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan individu dalam

mengatur dan mengorganisasi suatu aktivitas akan meningkatkan

pengelolaan atau regulation pada diri individu. Bandura menyatakan dalam

perilaku ini, ada tiga tahap yang berkaitan dengan pengelolaan diri atau

regulasi diri, diantaranya:

1) Self observation

Berkaitan dengan respons individu, yaitu tahap individu melihat

ke dalam dirinya dan perilaku (performansinya).

2) Self Judgment

Merupakan tahap individu membandingkan performansi dan

standar yang telah dilakukannya dengan standar atau tujuan yang sudah

dibuat dan ditetapkan individu. Melalui upaya membandingkan

performansi dengan standar tujuan yang telah dibuat dan ditetapkan,

individu dapat melakukan evaluasi atas performansi yang telah

dilakukan dengan mengetahui letak kelemahan atau kekurangan

performansinya.

3) Self reaction

Merupakan tahap yang mencakup proses individu dalam

menyesuaikan diri dan rencana untuk mencapai tujuan atau standar yang

telah dibuat dan ditetapkan.76

c) Lingkungan

Teori sosial kognitif mencurahkan perhatian khusus pada pengaruh

sosial dan pengalaman pada fungsi manusia. Hal ini bergantung pada

bagaimana lingkungan itu mendukung atau tidak mendukung.

76

Ibid

Sedang menurut Cobb, menyatakan bahwa self regulated learning

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi

dan tujuan.77

a. Self efficacy

Secara umum, self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang

kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu.78

Individu

yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan

kognitif dan strategi self regulated learning. Individu yang merasa

mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan

lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras. Lebih ulet dalam

menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi.

b. Motivasi

Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize),

mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat

individu bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan

menjaga mereka agar terus bergerak.79

Individu cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan

efisien dalam belajar apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi yang

berasal dari dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan lebih

memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang

baik.

77

Jeanne Ellis Ormrod, Amitya Kumara, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang Jiid 2, Jakarta: Erlangga, 2002, hlm.135

78 Ibid

79 Ibid. h.39

Motivasi ini akan lebih stabil bila dibandingkan dengan motivasi

yang berasal dari luar diri (ekstrinsik). Walaupun demikian bukan

berarti motivasi dari luar diri (ekstrinsik) tidak penting. Kedua jenis

motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar.

d. Tujuan (goal)

Merupakan penetapan tujuan apa yang hendak dicapai seseorang.

Goal merupakan kriteria yang digunakan individu untuk memonitor

kemajuan mereka dalam belajar. Goal memiliki dua fungsi dalam self

regulated learning yaitu menuntun individu untuk memonitor dan

mengatur usahanya dalam arah yang spesifik. Selain itu goal juga

merupakan kriteria bagi individu untuk mengevaluasi performansi

mereka.80

5. Regulasi Diri Dalam Tinjauan Islam

Allah berfirman dalam Alquran surat Al-Hasyr ayat 18 yang yang

menjelaskan tentang regulasi diri, sebagaimana berikut :

Ártinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

80 Ibid. h.108

Sesuai firman Allah dalam Q.S Al-Hasyr ayat 18 tersebut

menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala

tindakan selama di dunia sehingga ia akan mendapatkan keselamatan di

akhirat nanti.

Manusia sepanjang hidupnya harus introspeksi memperhatikan apa-

apa yang telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan, dengan kata lain

berarti manusia harus memiliki rencana, sehingga manusia hidupnya

terarah dan tidak terjerumus ke lubang yang sama.

Perencanaan merupakan proses untuk menentukan ke mana harus

melangkah dan mengidentifikasikan berbagai persyaratan yang dibutuhkan

dengan cara efektif dan efisien, sehingga perencanaan sesuai yang

diinginkan dalam Surat Al-Hasyr, ayat 18, mengandung enam pokok

pikiran yaitu: Pertama, perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan

masa depan yang diinginkan. Kedua, keaadaan masa depan yang

diinginkan dibandingkan dengan kenyataan sekarang, sehingga dapat

dilihat kesenjangannya. Ketiga, untuk menutup kesenjangan perlu

dilakukan usaha-usaha. Keempat, usaha untuk menutup kesenjangan

tersebut dapat dilakukan dengan berbagai ikhtiar dan alternatif. Kelima,

perlu pemilihan alternatif yang baik, dalam hal ini mencakup efektifitas

dan efisiensi. Keenam, alternatif yang sudah dipilih hendaknya diperinci

sehingga dapat menjadi petunjuk dan pedoman dalam pengambilan

keputusan maupun kebijakan.81

81

Tersedia di anung.sunan-ampel.ac.id?p=713. (26 Mei 2018) pukul 21:52

Dengan implikasi perencanaan yang benar, maka langkah awal dari

sebuah tatanan proses manajemen sudah terumus dan terarah dengan baik.

Perumusan dan arah yang benar merupakan bagian yang terbesar jaminan

tercapainya tujuan. Apabila yang diinginkan itu adalah sebuah kebaikan,

maka kebaikan itulah yang siap untuk digenggam dan dinikmati.82

Ayat ahkam surat Ar Ra’du ayat 11 juga menjelaskan mengenai

regulasi diri :

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergilliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka meroboh keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila

Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang

dapat menolaknya; dan sekali-sekali tak ada pelindung bagi mereka selain

Dia"

Dari ayat diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa individu

pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengontrol

dirinya, hal tersebut dipengaruhi oleh adanya motivasi yang paling kuat

dari diri seseorang.

82

Ibid

Motivasi sangat berpengaruh dalam gerak-gerik seseorang dalam

setiap perilaku. Peranan motivasi itu sangat besar artinya dalam bimbingan

dan mengarahkan seseorang terhadap tingkah laku keseharian, namun

terdapat motivasi tertentu yang sebenarnya timbul dalam diri manusia

karena terbukanya hati manusia terhadap hidayah Allah.

Manusia memotivasi dan mengarahkan tindakan mereka melalui

kontrol proaktif dengan membuat tujuan yang bernilai yang dapat

menciptakan suatu keadaan yang disequlibrium, dan kemudian

menggerakkan kemampuan serta usaha mereka berdasarkan estimasi yang

bersifat antisipatif mengenai apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan

tersebut.

Senada dengan firman tersebut, Allah memerintahkan kepada

manusia untuk berbuat kepada kebaikan dan berikhtiar kepada-Nya,

dengan individu mampu mengatur dan mengontrol tindakan serta usahanya

yang telah disesuaikan dengan tujuannya maka Allah akan memberikan

hasil atas apa yang telah manusia perbuat. sehingga apapun hasil yang

diberikan manusia dapat menerimanya dengan jiwa yang besar.83

83 Uun Khoriuntari, Hubungan antara regulasi diri dengan kemandirian remaja pada peserta

didik kelas XII di SMKN 1 Malang, (Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang, 2013) h. 20-23

BAB III

RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS II B MENGGALA

A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara Kelas II B Menggala

1. Profil Rutan Kelas II B Menggala

Rumah Tahanan Kelas II B Menggala merupakan salah satu Unit

Pelaksana Teknis (UPT) pada jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Lampung yang

berlokasi di Jl. Lintas Asia KM 01 Bawang Latak Kel. Menggala Tengah Kec.

Menggala Kab. Tulang Bawang Prop. Lampung, Telpon: (0726) 21176, Kode

Pos: 34612, Email: [email protected]

Rumah Tahanan Negara Kelas II B Menggala didirikan berdasarkan pada

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M.03-PR.07.03 Tahun 2007 Tanggal 23 Februari 2007 yang berdiri di

atas area lahan seluas 19028 M2.85

Luas blok hunian Rutan Kelas II B Menggala 863 M2, sedangkan

bangunan kantor yang terdiri dari 2 (dua) lantai dengan luas lantai 1392 M2,

dan lantai 2 seluas 122.88 M2.

Rutan Kelas II B Menggala mulai beroperasional sejak tanggal 4 Februari

2004. Dengan Kapasitas Blok Hunian sebanyak 155 Orang.

Rumah Tahanan Kelas II B Menggala telah dioperasionalkan pada

tanggal 10 maret 2001 sebagai cabang rutan Kotabumi di Menggala. Rutan

Kelas II B Menggala sebelumnya adalah Cabang Rutan Kotabumi yang

84

Sumber : Profil Rutan Kelas II B Menggala, Menggala, 2018

85 Deni, Bendahara Rutan Kelas II B Menggala, Dokumentasi, 04 september 2018

dioperasikan di daerah Menggala dan sekarang telah menjadi Rutan Kelas II

B Menggala.86

Cabang Rutan Kota Menggala merupakan bekas penjara pada jaman

penjajahan Belanda yang didirikan pada tahun 1912. Cabang Rutan Kota yang

beralamat di Jalan Dua Jalur Ujung Gunung Ilir, Kecamatan Ujung Gunung

Kota Menggala, Kabupaten Tulang Bawang.

Pada tahun 2000, lokasi Cabang Rutan Kota Menggala dipindahkan ke

Jalan Lintas Timur Bawang Latak, Kota Menggala, selain itu karena daya

tampung warga binaan yang lebih besar, kelas rutan juga mengalami kenaikan

sehingga nama Cabang Rutan diganti menjadi Rutan Klas II B Menggala yang

memiliki 37 kamar dengan daya tampung 155 orang warga binaan.

Pada awalnya keadaan isi Rutan Klas II B Menggala masih nihil, baru

setelah menerima narapidana pindahan dari Rutan Kelas II B Menggala

keadaan isi penghuni sebanyak 10 (sepuluh) orang, kemudian terus bertambah

hingga sekarang keadaan isi Rutan Kelas II B Menggala per 5 September

2018 adalah 489 (empat ratus delapan puluh sembilan) orang.

Rutan Kelas II B Menggala difungsikan menampung para tahanan. Semua

tahanan di seluruh wilayah Tulang Bawang nantinya ditempatkan di Rutan

Kelas II B Menggala ini. Tahanan tersebut baik yang berasal dari pihak

Kepolisian, Kejaksaan, maupun dari pihak Pengadilan dititipkan di Rutan

Kelas II B Menggala. Sehingga semua proses pemeriksaan, persidangan bagi

para tahanan juga dilakukan di Rutan Klas II B Menggala.

Jumlah pegawai di Rutan Klas II B Menggala adalah 52 orang, terdiri dari

32 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 20 orang Calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS). Pegawainya terdiri dari 4 orang pejabat struktural, 12 orang di

bagian staf dan 40 orang di regu pengamanan.

86

Ibid

Rutan Kelas II B Menggala pada khususnya bertekad untuk merubah

sistem pelayanan yang buruk menjadi lebih baik, menjadikan Rutan Kelas II B

Menggala sebagai wadah bagi para narapidana mendapatkan pelayanan

pembimbingan, pengawasan dan pengayoman masyarakatan yang mumpuni,

berkualitas dan berintegritas.87

2. Tugas Pokok Dan Fungsi Rutan Kelas II B Menggala

Tugas pokok dari Rutan Kelas II B Menggala adalah melaksanakan

pemasyarakatan terhadap narapidana/anak didik. Ada pun fungsi dari Rutan

Kelas II B Menggala adalah :

1. Melakukan pembinaan dan perawatan terhadap narapidana/anak didik.

2. Memberikan bimbingan kemandirian, mempersiapkan sarana dan

mengelola hasil kerja.

3. Melakukan bimbingan kepribadian (bimbingan soaial, sosial, kerohanian,

budi pekerti, etika, kesadaran hukum dan pengetahuan umum) terhadap

narapidana/anak didik.

4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib di Lembaga

Pemasyarakatan.

5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.88

Selanjutnya menurut Wawan Irawan selaku Kepala Rutan Kelas II B

Menggala menjelaskan bahwa fungsi dari Rutan Kelas II B Menggala meliputi

87

Aditya Prayoga, Administrasi Umum KaSubsi Pengelolaan Rutan Kelas II B Menggala,

Dokumentasi, Menggala, 4 September 2018

88 Ibid

pembinaan dan perawatan terhadap narapidana/anak didik, bimbingan

kemandirian, bimbingan kepribadian, pemeliharaan keamanan dan tata tertib

serta melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga. 89

3. Visi Dan Misi Rutan Kelas II B Menggala

Adapun yang menjadi Visi dan Misi adalah :

a. Visi Rutan Kelas II B Menggala adalah menjadi lembaga yang akuntabel,

transparan dan profesional dengan didukung oleh petugas yang memiliki

kompetensi tinggi yang mampu mewujudkan tertib pemasyarakatan.

b. Misi Rutan Kelas II B Menggala

1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

pemasyarakatan secara konsisten dengan mengedepankan

penghormatan terhadap hukum dan HAM.

2. Membangun kelembagaan yang profesional dengan berlandaskan pada

akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi pemasyarakatan.

3. Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas secara

konsisten dan berkesinambungan.

4. Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan keterlibatan

stakeholder.90

89

Wawan Irawan, Kepala Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara, Menggala 5 September

2018

4. Struktur Organisasi Rutan Kelas II B Menggala

Berdasarkan penelitian di Rutan Kelas II B Menggala menurut Wawan

Irawan selaku Kepala Rutan Kelas II B Menggala menjelaskan bahwa

merujuk pada Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.03-PR.07.03 Tahun 2004, Rutan Klas II B Menggala

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada jajaran Direktorat Jenderal

Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah

Lampung dengan struktur organisasi berikut:

Gambar 1

Struktur Organisasi Rutan Kelas II B Menggala

Sumber data Pengelola Barang Milik Negara Rutan Kelas II B Menggala, pada tanggal

: 4 September 2018

90

Deni, Dokumentasi, Op. Cit.,

KEPALA RUTAN

Kasubsi

Pengelolaan

Kasubsi

Pelayanan

Kepala

Kesatuan Pengamanan

Rutan

Regu

Pengamanan 1

1

Staff Pengelolaan Staff Pelayanan

Regu

Pengamanan 4

Regu

Pengamanan 2

Regu

Pengamanan 3

Staff TU

Berdasarkan struktur organisasi diatas, maka dapat dijelaskan, 1) Tugas

Kepala Rutan Kelas II B Menggala adalah menerapkan kebijakan dan

keputusan, menandatangani surat-surat dinas dan bertanggung jawab atas

kegiatan pembinaan dan seluruh kegiatan di Rutan Kelas II B Menggala. 2)

Tugas Kasubsi Pengelolaan adalah melakukan urusan tata usaha dan rumah

tangga Rutan Kelas II B Menggala, melakukan kegiatan-kegiatan yang

meliputi urusan kepegawaian dan urusan keuangan, dan melakukan kegiatan-

kegiatan yang meliputi urusan-urusan surat menyurat dan perlengkapan. 3)

Tugas Kasubsi Pelayanan Tahanan adalah memberikan bimbingan

pemasyarakatan kepada narapidana/anak didik, melakukan registrasi terhadap

narapidana/anak didik, pemberkasan, pengajuan remisi, dan kegiatan registrasi

lainnya, memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan dan memberikan

pelayanan kesehatan kepada narapidana dan anak didik, mengatur pembagian

tugas dan pelaksanaan kerja bagi narapidana, memberikan bimbingan kerja

dan mengolah hasil kerja narapidana, dan mempersiapkan sarana kerja bagi

narapidana/ anak didik. 4) Tugas Kepala Pengamanan Rutan (KPR) adalah

mengatur jadwal tugas, penggunaan perlengkapan dan pembagian tugas

keamanan, mengatur jadwal tugas dan penggunaan perlengkapan

pengamanan, dan menerima laporan harian dan persiapan laporan berkala di

bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.91

91

Robi Sandi Akbar, Pengelola Barang Milik Negara Rutan Kelas II B Menggala,

Dokumentasi, 5 september 2018

5. Administrasi Kepegawaian Rutan Kelas II B Menggala

Berdasarkan dokumentasi Rutan Kelas II B Menggala memiliki jumlah

pegawai sebanyak 52 orang, dengan kompetensi kelulusan S.2 sebanyak 2

orang, S.1 sebanyak 15 orang, SMA sebanyak 31 orang, SMK sebanyak 2

orang, MAN sebanyak 2 orang .

Tabel 1.

Jumlah Petugas Rutan Kelas II B Menggala berdasarkan tingkat

pendidikan No

Tingkat Pendidikan Jumlah Petugas Rutan Keterangan

1. S2 2 Aktif

2. S1 15 Aktif

3. SMA 31 Aktif

4. SMK 2 Aktif

5. MAN 2 Aktif

Jumlah 52

Sumber data Administrasi Umum KaSubsi Pengelolaan Rutan Kelas II B Menggala, pada

tanggal : 4 September 2018

6. Penghuni Rutan Kelas II B Menggala 2018

Tabel. 2

Daftar Penghuni

DAFTAR PENGHUNI

Hari/Tgl:Senin 05-9-

2018

Kewarganegaraan Jenis Kelamin Jenis Umur

Kapasitas Hunian: 155

Orang

WNI: 489 Orang Laki-laki: 469

Orang

Anak-anak: 9

Jumlah Isi: 489 Orang WNA: Orang Perempuan: 20

Orang

Dewasa: 480

Sumber data Registrator Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala, pada tanggal : 5

September 2018

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah keseluruhan

narapidana tahun 2018 di Rutan Kelas II B Menggala berjumlah : 489 orang

yang terdiri dari narapidana laki-laki berjumlah 469 orang dan narapidana

perempuan berjumlah 20 orang. Dengan jenis umur dewasa berjumlah 480

Orang dan anak-anak berjumlah 9 Orang.92

7. Pembinaan Narapidana

Pembinaan narapidana diterapkan dengan sistem pemasyarakatan.

Sistem pemasyarakatan telah dicetuskan dan diaplikasikan sejak tahun 1964,

namun pengaturan mengenai sistem tersebut secara sistematis dalam bentuk

undang-undang dan perangkat aturan pendukungnya baru dapat diwujudkan

pada tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Mengenai tujuan sistem

pemasyarakatan dalam pasal 2 undang-undang tersebut ditegaskan bahwa :

“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga

binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari

kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga

dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan

dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik

dan bertanggung jawab”.93

Seperti yang dituturkan Bapak Wawan Irawan bahwa pembinaan yang

diterapkan dalam rangka pemasyarakatan di Rutan Kelas II B Menggala

adalah Pembinaan Kepribadian dan Pembinaan Kemandirian. Pembinaan

Kepribadian meliputi: Pembinaan kesadaran beragama, Pembinaan

92

Jennyza Febrianda, Registrator Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala,

Dokumentasi, 5 september 2018

93 Wawan Irawan, Wawancara, Kepala Rutan Kelas II B Menggala, Menggala, 5 September

2018

mengintegrasikan diri dengan lingkungan, dan Pembinaan kesehatan warga

binaan pemasyarakatan. Sedangkan Pembinaan Kemandirian meliputi:

Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, Keterampilan untuk

mendukung usaha-usaha industri kecil, dan Keterampilan yang

dikembangkan sesuai dengan bakatnya masing-masing.94

Adapun pembinaan kesadaran beragama dalam bentuk bimbingan

agama merupakan usaha yang dilakukan pihak Rutan untuk meningkatkan

regulasi diri narapidana, misalnya:

1) Agama Islam

a) Sholat dzuhur dan sholat ashar berjama’ah di masjid At-Taubah.

Sholat berjamaah ini dilakukan oleh semua warga binaan

pemasyarakatan pria, petugas Rutan (sipir), serta pembina

pemasyarakatan yang berasal dari luar dan dari dalam Rutan. Sholat

berjamaah ini diimami oleh pak Maryono dan kadang kala diimami

oleh petugas Rutan yang lain maupun narapidana yang dianggap

mampu menjadi imam sholat. Setelah semuanya selesai sholat

berjamaah, kemudian dilakukan dzikir dan doa bersama.95

94

Wawan Irawan, Kepala Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara, Menggala, 5 September

2018

95 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

Sholat berjamaah dilakukan pada waktu dzuhur dan ashar saja,

karena warga binaan pemasyarakatan harus dibatasi keluar masuk

blok pada jam 09.00 sampai dengan jam 16.00.96

Untuk sholat shubuh, maghrib dan isya’ dilakukan pada masing-

masing kamar yang diimami oleh salah satu warga binaan

pemasyarakatan pria. Sedangkan untuk dzuhur dan ashar

dilaksanakan secara berjamaa’ah di masjid dengan harapan agar

terjalinnya hubungan yang baik antar narapidana dan pegawai Rutan,

yaitu dapat saling menghargai dan menumbuhkan sikap sopan santun

antar sesama narapidana maupun pegawai Rutan. Sedangkan untuk

maghrib, isya, dan shubuh dilaksanakan oleh narapidana di kamar

masing-masing.

Dengan dibiasakannya disiplin dalam melaksanakan sholat lima

waktu, narapidana diarahkan untuk senantiasa taat terhadap perintah

Allah dalam menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Selain itu narapidana diharapkan dapat meningkatkan keimanan

kepada Allah subhanahu wata’ala, sehingga narapidana dapat

menyadari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat dan

96 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 September 2018

memutuskan untuk bertaubat, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi

kesalahannya kembali.97

Sebagaimana yang disampaikan oleh Nuhin selaku narapidana

yang mengatakan bahwa dirinya merasa lebih tenang dan terarah

dalam menjalani masa hukuman di Rutan, Nuhin menyadari kesalahan

yang diperbuat dan percaya akan hikmah yang terdapat dibalik apa

yang dialaminya.98

b) Sholat Sunnah.

Sholat sunnah berjamaah yang dilaksanakan Rutan Kelas II B

Menggala seperti sholat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan sholat

ghaib. Misalnya pelaksanaan sholat ghaib dalam rangka sholat mayit

para korban dalam suatu musibah di daerah tertentu.

Dalam pelaksanaannya warga binaan pemasyarakatan terlebih

dahulu diberikan materi dan tata cara sholat. Tujuannya agar warga

binaan pemasyarakatan mengerti antara perbedaan sholat wajib dan

sholat sunnah serta antara sholat yang bersifat fardu ain maupun

yang bersifat fardu kifayah.99

97

Wawan Irawan, Kepala Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara, Menggala, 5 September

2018

98 Nuhin, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

99 Habib, Pembimbing agama Ponpes Al-Munfarizah Menggala, Wawancara, Menggala, 4

Oktober 2018

Respon narapidana terhadap kegiatan sholat sunnah tersebut

sangat baik, karna banyak diantara narapidana yang belum

mengetahui hukum melaksanakan sholat tersebut, bahkan ada yang

belum pernah melaksanakannya, yaitu seperti pelaksanaan sholat

ghaib.

c) Pengajian rutin

Pengajian rutin setiap hari senin, selasa, rabu, kamis, dan jumat

diikuti oleh semua narapidana dan tahanan pria yang beragama

Islam.

Pengajian bagi warga binaan pemasyarakatan pria ini

dilakukan rutin kecuali hari sabtu dan minggu. Adapun jadwal

pengajian sudah terstruktur dengan baik. Hari senin untuk jadwal dari

Ponpes Al Hikmah Bani Urip Menggala, hari selasa dari Jama’ah

Tabligh, hari rabu dari Tim Penyuluh Keagamaan Kabupaten Tulang

Bawang, hari kamis oleh Ponpes Al Munfarizah dan jumat oleh

Ponpes Hidayatullah Menggala.100

Dalam pelaksanaan pengajian tersebut, dilakukan dua kali

dalam sehari yaitu pagi jam 11.00 – 11.45. Dan ba’da dzuhur dari jam

14.00 – menjelang ashar jam 15.00.101

Tujuan dari kegiatan pengajian

100

Maryono, Pembina kegiatan keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Dokumentasi,

Menggala, 27 Agustus 2018

101 Sugeng, Narapidana, Wawancara, Menggala, 28 Agustus 2018

rutin ini yaitu untuk memberikan bekal berupa pengetahuan kepada

narapidana tentang berbagai macam ilmu pengetahuan keislaman

yang mengatur berbagai hal dalam kehidupan.

Pengajian rutin ini dilaksanakan dengan menggunakan metode

ceramah. Adapun materi yang disampaikan didalamnya bermacam-

macam dengan menyesuaikan kasus pidana masing-masing

narapidana.

Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu pembimbing

agama yang berasal dari Ponpes Hidayatullah Menggala, bahwa

biasanya dalam memberikan materi, pembimbing memperhatikan

terlebih dahulu kasus pidana dari masing-masing narapidana yang

ditanyakan langsung kepada pihak Rutan. Biasanya pembimbing

meminta pihak Rutan untuk mengumpulkan narapidana dengan kasus

yang sama. Namun apabila dalam kegiatan pengajian tersebut hanya

sedikit dari masing-masing kasus pidana maka diputuskan untuk

digabung dan mengikuti kegiatan pengajian rutin secara

bersamaan.102

Untuk narapidana dengan kasus pembunuhan misalnya, maka

materi yang disampaikan berupa ancaman bagi orang yang

melakukan pembunuhan serta memberitahukan tentang kejahatan

102 Budi, Pembimbing Agama Ponpes Hidayatullah Menggala, Wawancara, Menggala, 28

Agustus 2018

yang dilakukan dengan membunuh merupakan salah satu dari dosa

besar. Tentunya dengan disampaikan materi tersebut diharapkan

narapidana dapat menyesali perbuatannya lantas bersungguh-

sungguh untuk bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangi

kesalahannya kembali.103

Dari kegiatan pengajian rutin ini narapidana merasa bersyukur

dengan berbagai ilmu yang diberikan kepada mereka. Sebagaimana

yang disampaikan Herman Ayogo selaku narapidana yang

mengatakan bahwa pemahamannya tentang agama menjadi

bertambah, dan tentunya hal tersebut sangat bermanfaat dalam upaya

meningkatkan keimanan serta memberikan arahan dalam menjalani

kehidupan.104

d) Pengajian Peringatan Hari Besar Islam

Misalnya Maulid Nabi Muhammad SAW dan peringatan Nuzulul

Qur’an. Kegiatan ini dilakukan secara umum dan bersama-sama untuk

mendengarkan materi dalam bentuk ceramah dihalaman Rutan Kelas

II B Menggala. Dalam peringatan pengajian tersebut mendatangkan

ustadz dari luar Rutan Kelas II B Menggala. Kegiatan ini dilakukan

dengan tujuan agar warga binaan pemasyarakatan tidak lupa akan

103 Budi, Pembimbing Agama Ponpes Hidayatullah Menggala, Wawancara, Menggala, 28

Agustus 2018

104 Herman Ayogo, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

peringatan-peringatan hari besar Islam dan diharapkan untuk lebih

mencintai Nabi Muhammad SAW dan meneladani tingkahlaku,

perbuatan, serta tutur kata beliau.105

Dengan diadakannya kegiatan tersebut, narapidana yang

tadinya sama sekali tidak mengetahui bahkan mungkin tidak terlalu

peduli dengan peringatan hari besar Islam akhirnya turut berperan

serta dalam memperingatinya.

Sebagaimana yang disampaikan Sugeng selaku narapidana yang

mengatakan bahwa dirinya merasa senang dengan diadakannya

kegiatan tersebut, karena dirinya bisa lebih mengetahui sosok suri

tauladan umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW. Sugeng menyadari

bahwa Nabi Muhammad SAW dengan segala bentuk rasa cintanya

terhadap umat Islam telah memberikan contoh yang baik serta

memberikan petunjuk dalam melaksanakan kehidupan. Sugeng pun

menyesali mengapa dirinya dapat melakukan perbuatan kurang baik

yang sama sekali tidak bermanfaat untuk kehidupannnya.106

e) Membaca, Belajar Iqro’ dan Alquran Beserta Tajwidnya.

Dalam kegiatan ini warga binaan pemasyarakatan didampingi

oleh sesama warga binaan pemasyarakatan yang ditunjuk dari pihak

105

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

106 Sugeng, Narapidana, Wawancara, Menggala, 28 Agustus 2018

Rutan dikarenakan memiliki keahlian dibidang baca tulis Alquran.

Kegiatan ini dimulai dengan membaca Surat Yasiin kemudian setelah

selesai, dibagi kedalam beberapa kelompok antara yang sudah bisa

membaca Alquran dan masih belajar iqro’.

Para warga binaan pemasyarakatan pria yang sudah bisa

membaca Alquran diminta untuk membantu temannya yang baru

belajar iqro’.107

Tujuan dari kegiatan baca tulis Alquran ini yaitu agar

narapidana terbiasa untuk membaca Alquran, semakin sering

membaca dan mentadaburi Alquran, diharapkan narapidana dapat

memperoleh ketenangan hati dan kejernihan dalam berfikir. Sehingga

narapidana sedikit demi sedikit dapat mengatur pola hidupnya agar

bisa menjadi lebih baik lagi. Yaitu lebih memiliki arah dan tujuan

yang jelas dalam hidupnya baik ketika menjalani masa tahanan

maupun nanti ketika kembali ke tengah keluarga dan masyarakat.108

f) Hafalan Juz Amma

Hafalan Juz Amma bagi warga binaan pemasyarakatan pria

yang didampingi oleh pak Maryono dari pihak Rutan. Dalam kegiatan

ini, pak Maryono menargetkan narapidana untuk menghafal 1 ayat

107

Nuhin, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

108 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan secara fleksibel antara pukul

13.00 atau ba’da Ashar sesuai dengan kondisi narapidana.109

Kegiatan ini diawali dengan berdoa bersama kemudian

membaca Surat Al-Fatihah, Surat Al-Waqiah, Surat Al Fiil, Surat Al

Humazah, Surat Al-Ashr, Surat At-Takasur, Surat Al-Qoriah. Setelah

surat-surat tersebut dibaca warga binaan pemasyarakatan

menyetorkan hafalan masing-masing pada pak Maryono sesuai

dengan catatan hafalan warga binaan pemasyarakatan.110

Dalam kegiatan ini warga binaan pemasyarakatan mengikuti

dengan baik. Diantara warga binaan saling membantu untuk

mencocokkan hafalannya sebelum menyetorkan kepada pak

Maryono.111

Dari kegiatan ini narapidana diberikan aktifitas yang bersifat

positif. Narapidana diarahkan untuk menjalani kehidupan yang lebih

baik dari sebelumnya. Sehingga timbul rasa syukur ketika pada

akhirnya harus menjalani masa tahanan. Karna bisa saja jika mereka

tidak ditahan, mungkin mereka tidak memiliki kesempatan untuk

menghafal Alquran meski hanya sebatas juz amma.

109

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

110 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

111 Sugeng, Narapidana, Wawancara, Menggala, 28 Agustus 2018

Dengan semakin dekatnya kehidupan seorang muslim dengan

Alquran tentunya diharapkan dapat menjadi alat sebagai pengontrol

diri dalam menentukan sikap dan perilaku. Yaitu perilaku yang baik,

yang bermanfaat bagi sesama dan di ridhoi Allah subhanahu

wata’ala.

Selain menghafal, narapidana juga dianjurkan untuk memahami

makna dari masing-masing ayat pada setiap surat yang dihafal.

Sehingga dengan itu narapidana dapat lebih meningkatkan keimanan

dan lebih memiliki kontrol diri yang baik dalam menjalani

kehidupannya.112

g) Lomba-lomba Islami

Lomba-lomba Islami yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu,

misalnya menyambut bulan puasa Ramadhan atau pada kegiatan lain.

Jenis-jenis perlombaan yang diselenggarakan adalah meliputi lomba

baca tulis Alquran, lomba qiro’ah, dan lomba azan. Dalam

perlombaan tersebut Rutan Kelas II B Menggala memberikan reward

kepada warga binaan pemasyarakatan yang menang dalam lomba.

112

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

Reward tersebut berupa hadiah barang atau sertifikat yang berasal

dari dana kotak amal.113

Dari kegiatan perlombaan tersebut, dapat dilihat seberapa besar

minat narapidana untuk turut berpartisipasi dalam mengikuti

perlombaan. Semakin banyak yang berminat dan mengikuti maka

semakin terlihat bahwa kesadaran agama narapidana semakin

meningkat dan tentunya kemampuan dalam mengontrol diri

narapidana lebih baik dari sebelumnya.

2) Non Islam.

Do’a bersama dan kebaktian di pondok dalam Rutan Kelas II B

Menggala diikuti oleh semua warga binaan pemasyarakatan yang

Beragama non Islam yaitu kristen dan katolik.

B. Proses Bimbingan Agama Di Rutan Kelas II B Menggala

Proses bimbingan agama di Rutan Kelas II B Menggala dilakukan secara

terencana, terarah dan terpadu. Terencana, yaitu implementasi ajaran agama

Islam dalam kerangka bimbingan agama bagi narapidana di Rutan Kelas II B

Menggala yang antara lain meliputi kegiatan sholat dan pengajian

diselenggarakan secara terjadwal setiap hari.

Terkait dengan pelaksanaan bimbingan agama Islam di Rutan Kelas II B

Menggala yang berkapasitas 155 orang yang sekarang dihuni oleh 489

113 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 September 2018

narapidana/tahanan tersebut, dalam melakukan bimbingan terdapat beberapa

faktor pendukung, antara lain telah bekerjasama dengan beberapa pihak

diantaranya, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jamaah Tabligh, Pondok Pesantren

Hidayatullah Menggala, Pondok Pesantren Al-Mun Farizah dan Pondok

Pesantren Al-Hikmah Bani Urip Menggala serta Penyuluh Keagamaan

Kabupaten Tulang Bawang.114

Dalam hal ini peneliti hanya meneliti tentang bimbingan agama Islam di

Rutan Kelas II B Menggala untuk narapidana pria.

1. Materi Bimbingan Agama dan Tujuan

Maryono S.H selaku staff pelayanan tahanan sekaligus pembina kegiatan

keagamaan menyatakan bahwa tujuan bimbingan agama di Rutan adalah

untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga binaan, agar warga

binaan dapat instropeksi diri, juga untuk memberikan bekal dan pedoman

hidup beragama agar warga binaan dapat menyadari kesalahannya dan

memperbaiki diri untuk tidak mengulangi kesalahannya, selain itu untuk

mempersiapkan warga binaan agar dapat berinteraksi secara sehat dengan

masyarakat sehingga mereka dapat berperan kembali sebagai warga

masyarakat yang baik.115

114 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 Juni 2018

115 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 29 Agustus 2018

Berdasarkan studi dokumentasi dan dari wawancara yang di lakukan

tentang materi bimbingan agama Islam di Rutan Kelas II B Menggala untuk

warga binaan umum, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Materi akidah

Yaitu membahas tentang keesaan Allah subhanahu wata’ala.

Narapidana di ajak untuk meningkatkan keimanan dengan tujuan agar lebih

memahami bahwa semua perbuatan di dunia tidak luput dari pengawasan

Allah yang kelak akan di pertanggung jawabkan di akhirat, serta

menumbuhkan rasa syukur terhadap segala kenikmatan yang telah

diberikan Allah selama hidupnya.116

Materi akidah merupakan materi pokok yang selalu disampaikan di

setiap bimbingan agama. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustad Budi

selaku pembimbing agama asal Ponpes Hidayatullah Menggala yang

mengatakan bahwa: “salah satu bentuk materi akidah yang kami sampaikan

adalah shohihun akidah yang bertujuan untuk mengajak narapidana

kembali kepada Allah subhanahu wata’ala”.117

Begitu pula dengan apa yang disampaikan oleh ustad Zumar Riski

selaku pembimbing agama asal Ponpes Al-Hikmah Bani Urip Menggala

yang mengatakan bahwa:

116

Muhammad Shandy Setiawan, Pembimbing agama Jamaah Tabligh, Wawancara,

Menggala, 4 september 2018

117 Budi, Pembimbing agama Ponpes Hidayatullah Menggala, Wawancara, Menggala,

5oktober 2018

“materi akidah merupakan materi yang sangat sering bahkan selalu kami

sampaikan, karna dalam materi akidah tersebut banyak hal-hal penting

yang tentunya memiliki pengaruh yang besar bagi narapidana. Mengapa

saya katakan demikian, karna dalam hidup ini tidak ada yang mampu

menjamin kehidupannya biar hanya satu detik kedepan kecuali Allah

subhanahu wata’ala. Allah Maha Mengetahui dan Allah Yang Maha

Berkehendak. Allah adalah Dzat Yang Maha Adil, namun dalam setiap

keadilan yang Allah buat itu tidak lain adalah bentuk kasih sayang Allah.

Jadi materi ini tepat sekali untuk disampaikan kepada narapidana” 118

Tujuan dari materi akidah ini adalah agar narapidana menyadari

bahwa ada Dzat yang senantiasa mengawasi, Dzat yang tidak pernah tidur

dan mengetahui segala perbuatan yang telah mereka lakukan.

Sehingga dengan itu narapidana diharapkan dapat menyesali

perbuatan mereka dan tetap menaruh prasangka yang baik terhadap segala

ketetapan Allah. Dan dengan itu pula narapidana lebih memiliki arah yang

baik dalam menjalani kehidupan dan insya Allah lebih baik dalam

ketaqwaannya kepada Allah. Jika sudah begitu, maka kecil kemungkinan

mereka akan kembali mengulangi kesalahan yang sama atau dalam bentuk

apapun.

2) Materi akhlak

Yaitu materi yang disampaikan untuk membentuk akhlak yang baik

pada diri narapidana, yang tentunya bermanfaat dan tidak merugikan

sesama serta mendapatkan berkah dan ridho dari Allah subhanahu wata’ala.

Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh ustad Habib selaku

pembimbing agama asal Ponpes Al-Munfarizah yang mengatakan bahwa:

118

Zumar Riski, Pembimbing agama Ponpes Al-Hikmah Bani Urip Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 Oktober 2018

“Materi akhlak itu juga sangat penting untuk disampaikan kepada

narapidana. Karena akhlak itu cerminan dari kontrol diri seseorang dalam

melakukan kebaikan. Kenapa saya katakan demikian, karena ibadah itu

akhlak. Kalau akhlaknya jelek, ya nggak akan ada kebaikan, apalagi untuk

menunaikan ibadah. Tapi jangan juga narapidana itu terlalu di vonis

sebagai manusia bersalah. Karna pada hakikatnya hidup ini seperti roda

yang berputar. Bisa jadi mereka yang hari ini buruk justru menjadi baik

dimata Allah dengan dirinya yang akan datang.” 119

Adapun materi akhlak yang disampaikan tidak hanya bersifat

Habluminannas, tapi juga Habluminallah. Tujuannya agar seimbang antara

akhlak sesama manusia maupun akhlak kepada Allah. Dengan itu Insya

Allah narapidana bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik, yang

lebih memiliki tujuan hidup dan tidak lagi merugikan orang lain.120

3) Materi Ibadah

Yaitu materi yang disampaikan untuk mengajak para narapidana agar

dapat meningkatkan kualitas ibadah yang mungkin telah lama mereka

tinggalkan, menyadarkan narapidana bahwa ibadah merupakan suatu

kawajiban bagi setiap muslim agar dapat memperoleh ketenangan hati, dan

kejernihan dalam berfikir sehingga narapidana dapat memiliki kontrol diri

yang baik serta lebih terarah dalam menetapkan tujuan hidup.

Tujuan dari diberikannya materi ibadah adalah sebagaimana yang

disampaikan oleh ustad Iwan Setiawan selaku pembimbing agama dari tim

penyuluh Kabupaten Tulang Bawang bahwa:

“sama seperti materi akidah dan akhlak, materi ibadah juga penting untuk

membantu narapidana agar menjadi manusia yang lebih baik. Narapidana

itu kalau sudah rajin ibadah, sedikit banyaknya sudah punya konsep dan

kontrol diri yang baik. Narapidana bakal lebih tenang, mudah dalam

bersosialisasi dan takut berbuat salah. Bukan lagi takut dengan Neraka

119

Habib, Pembimbing agama Ponpes Al-Munfarijah Menggala, Wawancara, Menggala, 4

Oktober 2018

120 Habib, Pembimbing agama Ponpes Al-Munfarijah Menggala, Wawancara, Menggala, 4

Oktober 2018

melainkan lebih takut jika tidak mendapat ridho dari Allah subhanahu

wata’ala.”121

4) Materi Baca Tulis Alquran

Yaitu materi yang diberikan guna menambah pengetahuan bagi

narapidana yang sudah mampu membaca Alquran maupun mengajarkan

pada narapidana yang belum mengenal huruf Alquran.

Materi ini bertujuan untuk menumbuhkan semangat narapidana untuk

lebih giat dalam belajar agama melalui Alquran yang tidak lain adalah

pedoman bagi seorang muslim. Sehingga diharapkan dengan rajinnya

narapidana dalam mentadaburi Alquran, maka semakin baik pula regulasi

diri narapidana.122

2. Metode Bimbingan Agama

Dari observasi penulis, dalam penyampaian materi, pembimbing agama

menggunakan metode ceramah, pembiasaan, dan nasehat yang berisi materi

agama seperti akidah, akhlak dan ibadah. Sedangkan untuk materi baca tulis

Alquran menggunakan metode praktek yang di koordinir langsung oleh

narapidana yang memang memiliki keahlian dibidang baca tulis Alquran.

Hal tersebut diperkuat oleh Bapak Maryono yang mengatakan: “Dalam

pelaksanaan bimbingan agama, untuk kegiatan pengajian kami serahkan

kepada pihak luar yang telah bekerja sama dengan Rutan, biasanya metode

yang digunakan adalah metode ceramah yang berlangsung di masjid At-

Taubah, dan untuk kegiatan baca tulis Alquran kami tugaskan kepada

narapidana yang memang memiliki keahlian dibidang baca tulis Alquran,

biasanya narapidana tersebut adalah orang-orang yang tadinya sebelum

121

Iwan Setiawan, Pembimbing agama Tim Penyuluh Kabupaten Tulang Bawang,

Wawancara, Menggala, 3oktober 2018

122 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 september 2018

ditahan merupakan orang-orang yang berperan dalam kegiatan agama, seperti

ustad yang berasal dari pondok pesantren”.123

Sementara itu Bapak Muhammad Shandy Setiawan selaku pembimbing

dari Jamaah Tabligh yang aktif dalam memberikan materi di Rutan

mengatakan:

“untuk kegiatan bimbingan agama yang ada di Rutan, kami selaku jamaah

tabligh hanya memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah,

bahkan menurut kami sebenarnya itu bukanlah ceramah, karena tujuan kami

disini adalah bagaimana semua umat manusia ini bisa menjadi baik, walaupun

mereka pernah melakukan keburukan yang akhirnya menyebabkan mereka

ada disini, supaya ketika keluar dari masa tahanan mereka bisa menjadi baik,

adapun strategi yang kami gunakan adalah “Ngopi” ngobrol perkara iman,

sedangkan untuk baca tulis Al-qur’an kami tidak ikut ambil alih, karena

memang kami tidak memiliki keahlian dibidang tersebut”.124

Berkaitan dengan masalah akhlak. Ada materi yang disampaiakan

dengan metode ceramah, tapi ada juga materi yang disampaikan dengan

metode pembiasaan seperti tentang sholat.

Pada metode nasehat, peneliti memperoleh data dari pengamatan yang

penulis lakukan sewaktu observasi di Rutan Kelas II B Menggala. Saat

peneliti mengikuti pelaksanaan bimbingan agama islam di Rutan, pembimbing

keagamaan bukan hanya memberikan penjelasan-penjelasan tentang materi

tetapi juga memberikan nasehat kepada warga binaan untuk dapat menjadi

manusia yang lebih baik lagi.

123

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan di Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 5 september 2018

124 Muhammad Shandy Setiawan, Pembimbing AgamaJamaah Tabligh, Wawancara,

Menggala, 4 september 2018

Dari penelitian yang penulis lakukan tentang metode pelaksanaan

bimbingan agama Islam untuk narapidana pria di Rutan Kelas II B Menggala

diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Metode Ceramah. Metode ceramah ini digunakan pada mayoritas materi

bimbingan agama Islam di Rutan. Seperti dalam materi tauhid dan materi

akhlak.

2) Metode Praktek. Metode Praktek ini digunakan pada materi baca tulis

Alquran. Karena dalam materi baca tulis Alquran warga binaan tidak

hanya dituntut untuk mendengarkan pembimbing tetapi juga membaca

dan menirukan apa yang diucapkan pembimbing.

3) Metode Pembiasaan. Metode pembiasaan ini adalah sebuah metode yang

digunakan untuk mebiasakan warga binaan pada hal-hal baik seperti

sholat lima waktu berjamaah, membaca Alquran, dan berperilaku sopan.

4) Metode Nasehat. Metode nasehat ini digunakan pada seluruh materi.

Seperti dalam materi tauhid, materi baca tulis Alquran, materi ibadah dan

materi akhlak. Karena dalam penyampaian pokok bahasan tertentu

terdapat bagian-bagian atau waktu yang tepat untuk pembimbing

memberikan nasehat kepada warga binaan. Seperti materi tentang taubat,

makanan yang halal dan haram, tentang judi dan khamar, tentang

keutamaan sholat, dan tentang keesaan Allah.125

3. Sarana Pendukung Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan Kelas II B

Menggala

Ada beberapa sarana pendukung lain dalam bimbingan agama Islam

bagi narapidana di Rutan Kelas II B Menggala yaitu:

125

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan di Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

a. Masjid.

Dengan adanya masjid yang terletak di pinggiran blok dengan luas 52 m2,

semua penghuni Rutan Kelas II B Menggala mempunyai ruang khusus

yang dapat digunakan sebagai tempat ibadah dan untuk kegiatan lainnya.

b. Alat perlengkapan sholat

Agar proses implementasi ajaran agama Islam dapat berjalan dengan baik

adapun alat perlengkapan yang disediakan oleh Rutan Kelas II B Menggala

sebagai sarana pelengkap sholat seperti sajadah dan karpet.

c. Perlengkapan belajar mengajar

Adanya pembinaan narapidana dengan kegiatan-kegiatan keagamaan yang

dilakukan oleh Rutan Kelas II B Menggala seperti praktek dakwah, belajar

baca tulis Alquran dan sebagainya maka Rutan Kelas II B Menggala juga

menyediakan perlengkapan belajar mengajar sebagai sarana pendukung

kegiatan tersebut, yaitu dengan adanya meja kecil untuk belajar baca tulis

Alquran, papan tulis, spidol, penghapus, juz Amma, iqro dan Alquran.126

4. Jadwal Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan Kelas II B Menggala

Tabel. 3

Kegiatan bimbingan agama Islam untuk narapidana pria di Rutan

No

Kegiatan

Waktu

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jum’at

1 Sholat dhuha 09.00-

09.30

Berjamaah

berjamaah

berjamaah

berjamaah

berjamaah

2 Baca

tulis/iqro’

09.30-

11.00

Sesama

Narapidana

yang

ditunjuk

Sesama

Narapidana

yang

ditunjuk

Sesama

Narapidana

yang

ditunjuk

Sesama

Narapidana

yang

ditunjuk

Sesama

Narapidana

yang

ditunjuk

3 Pengajian 11.00-

11.45

Ponpes Al

Hikmah

Bani Urip

Jamaah

Tabligh

Tim

Penyuluh

Keagamaan

Ponpes Al

Munfarijah

Menggala

Ponpes

Hidayatulla

h Menggala

126

Observaasi, Menggala, 28 Agustus 2018

Menggala

Kabupaten

Tulang

Bawang

4 Bersuci/wudhu 11.45-

12.00

Semua

jamaah

Semua

jamaah

Semua

jamaah

Semua

jamaah

Semua

jamaah

5 Sholat dzuhur 12.00-

12.30

Berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah berjamaah

Sumber data Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala, pada tanggal : 4 September

2018

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa kegiatan bimbingan agama

untuk narapidana muslim dilaksanakan lima kali dalam seminggu yaitu dari

hari senin sampai dengan jumat. Adapun untuk aktifitas dari kegiatan

bimbingan agama sendiri relatif sama, yaitu sebelum kegiatan pengajian

dimulai diawali dengan sholat dhuha berjamaah dan belajar baca tulis

Alquran, kemudian dilanjutkan dengan pengajian/ceramah bersama

pembimbing hingga waktu dzuhur, kemudian setelah sholat dzuhur

berjama’ah, baik para narapidana dengan sesama narapidana maupun antara

narapidana dengan pembimbing melakukan kegiatan diskusi atau tanya jawab

secara berkelompok.127

Dalam pelaksanaannya pembimbing agama sendiri selalu berganti setiap

harinya sesuai dengan jadwal. Adapun untuk hari senin kegiatan bimbingan

agama diisi oleh Ponpes Al Hikmah Bani Urip Menggala, kemudian untuk

hari selasa diisi oleh Jamaah Tabligh, hari rabu diisi oleh tim penyuluh

127

Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Dokumentasi,

Menggala, 28 Agustus 2018

keagamaan Kabupaten Tulang Bawang, hari kamis diisi oleh Ponpes Al-

Munfarizah Menggala dan jumat diisi oleh Ponpes Hidayatullah Menggala.128

5. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan

Kelas II B Menggala

Persiapan dimulai dari pendataan, yaitu narapidana yang ditugaskan

sebagai penjaga masjid berkeliling ke kamar-kamar narapidana dan mendata

nama-nama narapidana yang berkenan mengikuti kegiatan bimbingan agama.

Kemudian data nama-nama narapidana tersebut yang telah ditulis dalam buku

agenda khusus yang mencatat kegiatan bimbingan agama diberikan kepada

komandan regujaga, pembina kegiatan keagamaan, staff kesatuan pengamanan

rutan, kasubsi pelayanan tahanan untuk kemudian di tanda tangani.129

Sebagaimana yang di ungkapkan bapak Maryono selaku staff pelayanan

tahanan sekaligus pembina kegiatan bimbingan agama di Rutan, bahwa;

”Biasanya kami menugaskan narapidana yang memang ditempatkan di masjid

untuk mendata nama-nama narapidana yang mau ikut kegiatan kajian agama

di masjid, namun tidak semua narapidana bisa ikut misalkan seperti

narapidana dengan indikasi kurang baik, kami dari pihak rutan tidak berani

mengeluarkan mereka dikarenakan takut narapidana tersebut kabur. Kemudian

data narapidana yang ikut kegiatan tersebut ditanda tangani oleh saya selaku

pembina kegiatan bimbingan agama, kasubsi pelayanan tahanan, komandan

regujaga, dan staff kpr, baru kemudian narapidana itu dijemput dari kamar

mereka untuk mengikuti kegiatan kajian agama di masjid”.130

6. Data Narapidana Yang Aktif Dan Berperan Dalam Kegiatan Bimbingan

Agama Di Rutan Kelas II B Menggala

128 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan Rutan Kelas II B Menggala, Dokumentasi,

Menggala, 28 Agustus 2018

129 Sugeng, Narapidana, Wawancara, Menggala, 28 Agustus 2018

130 Maryono, Pembina Kegiatan Keagamaan di Rutan Kelas II B Menggala, Wawancara,

Menggala, 28 Agustus 2018

Tabel. 4

Data Nama Narapidana No Nama Kasus Pidana Lama Masa

Hukuman

Status

1. Herman

Ayogo

Narkoba 4 tahun Suami

2. Nuhin Efendi Pembunuhan 4 tahun Suami

3. Imam Zamroni Narkoba 4 tahun 2 bulan Suami

4. Imam

Baharudin

Perlindungan Anak 5 tahun 1 bulan Suami

5. Sugeng

Widodo

Narkoba 4 tahun 3 bulan Suami

Sumber data Pelayanan Tahanan Rutan Kelas II B Menggala, pada tanggal : 28 Agustus

2018

Saya menjadikan mereka sampel dalam penelitian karena nama mereka

tercatat di dalam buku kegiatan keagamaan sebagai WBP (Warga Binaan

Pemasyarakatan) yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama di Rutan

Kelas II B Menggala. Disamping itu juga dilihat dari peran yang diberikan

Rutan kepada narapidana tersebut sebagai penjaga masjid dan bertugas

mengajari narapidana lain dalam kegiatan baca tulis Alquran.

7. Respon Narapidana Terhadap Kegiatan Bimbingan Agama Di Rutan

Bimbingan agama yang diikuti narapidana di Rutan Kelas II B

Menggala tentunya diharapkan memberikan hasil yang sesuai dengan harapan

yaitu kembali terbentuknya regulasi diri yang baik pada diri narapidana dan

dapat meningkatkan kembali untuk menjadi lebih baik lagi.

Adapun dari beberapa wawancara terhadap sampel, diperoleh

keterangan bahwa narapidana merasa hidupnya lebih terarah, lebih

mensyukuri dan menjalani masa tahanan dengan hati yang lapang, menyadari

perbuatan yang telah dilakukan dan menyesali kesalahannya.

Narapidana yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan agama cenderung

lebih tenang dalam menjalani kehidupan kesehariannya di Rutan, bersikap

lebih santun terhadap sesama narapidana maupun pegawai Rutan.131

Hal

tersebut sesuai dengan observasi yang penulis lakukan selama penelitian di

Rutan, dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan agama, narapidana terlihat

sangat disiplin baik dalam kegiatan sholat berjamaah, baca tulis Alquran,

maupun pada saat kegiatan pengajian berlangsung.132

Sebagaimana wawancara penulis dengan beberapa sampel sebagai

berikut: ”Saya sering ikut kegiatan bimbingan agama di masjid, pikir saya

daripada dikamar nggak ada kegiatan, mending disini. Satu hal yang bisa saya

ambil hikmahnya terkait kejadian ini adalah saya bisa lebih dekat lagi dengan

Allah, ilmu agama saya juga semakin bertambah”.133

Hasil wawancara disampaikan oleh Imam Zamroni selaku narapidana

dengan kasus narkoba yang tidak lain adalah orang yang sebelumnya

memiliki regulasi diri yang baik, hal ini terbukti dari kegiatan Imam Zamroni

sehari-hari yang menjalankan tugas sebagai ustad di pondok pesantren.

131

Rutan Kelas II B Menggala, Observasi, 5 September 2018

132 Observasi, Menggala, 27 Agustus 2018

133 Imam Zamroni, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

Selain Imam Zamroni ada pula Imam Baharudin yang juga sama-

sama merupakan ustad dari pondok pesantren yang kemudian harus

menjalani masa tahanan akibat kasus perlindungan anak yang dialaminya.

Imam Baharudin mengaku khilaf dan menyesali perbuatannya dan

bertekad untuk memperbaiki regulasi dirinya. Hal ini seperti yang

disampaikannya dalam wawancara sebagai berikut: “saya khilaf mba, saya

menyesali perbuatan saya, dan saya ingin memperbaiki diri saya lagi, dengan

mengikuti bimbingan agama disini, Alhamdulillah banyak hal positif yang

saya peroleh seperti terjalinnya hubungan antar sesama penghuni dengan baik,

dan dapat berbagi manfaat satu sama lain.”134

Selain Imam Zamroni dan Imam Baharudian, ada pula Herman Ayogo,

Nuhin, dan Sugeng yang ikut menyampaikan respon mereka terhadap kegiatan

bimbingan agama dalam wawancara sebagai berikut: “saya termasuk aktif

mengikuti kegiatan bimbingan agama, karena bagi saya bimbingan agama ini

penting sekali. Ini sudah kali kedua saya terkena kasus pidana, jadi kalau saya

masih tidak berubah alangkah malunya saya sama Allah, tapi disamping itu

saya bersyukur bisa ada disini lagi(terkena hukuman pidana kedua kalinya),

karena bisa jadi kalau saya tidak disini, saya tidak akan merasa bersalah atas

perbuatan saya dan parahnya lagi mungkin saya akan jauh dari jalan yang

Allah ridhoi. Jadi karena itu juga saya bertekad, bahwa ini adalah kali terakhir

saya terkena kasus pidana.”135

Demikian juga hal yang diceritakan oleh bapak Nuhin yang bertugas

sebagai penjaga masjid yang juga berperan dalam kegiatan bimbingan agama,

bapak Nuhin menceritakan: “saya senang dengan tugas yang diberikan ke saya

134

Imam Baharudin, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

135 Herman Ayogo, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

mba, banyak sekali manfaat yang sudah saya peroleh, keadaan hati saya lebih

tenang dan banyak perubahan dari diri yang bisa saya rasakan.”136

Selain itu bapak Sugeng yang juga ditugaskan sebagai penjaga masjid

menceritakan bahwa; “saya ini belum punya pendirian mba, saya ingin belajar

banyak melalui bimbingan agama disini, dan Alhamdulillah saya ditugaskan

jadi penjaga masjid, jadi saya bisa selalu ikut kegiatan bimbingan agama di

masjid”.137

Pada dasarnya yang terpenting dari regulasi diri adalah bagaimana cara

diri mengamati suatu prilaku yang kemudian dinilai baik buruknya dan

kemudian memilih untuk memperbaiki diri.

136

Nuhin, Narapidana, Wawancara, Menggala, 27 Agustus 2018

137 Sugeng, Narapidana, Wawancara, Menggala, 28 Agustus 2018

BAB IV

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM MENINGKATKAN

REGULASI DIRI NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B MENGGALA

A. Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Meningkatkan Regulasi Diri

Narapidana Di Rutan Kelas II B Menggala

Rutan Kelas II B Menggala adalah suatu lembaga yang mampu memberikan

fungsi yang cukup besar terhadap pembinaan kegiatan keagamaan dalam bentuk

bimbingan agama bagi narapidana.

Pelaksanaan bimbingan agama di Rutan Kelas II B Menggala secara umum

telah dilaksanakan oleh pengelola (pegawai) dan pembina agama yang diarahkan

pada pembentukan kepribadian dan kemandirian para narapidana agar

mempunyai regulasi diri yang baik. Pada hakekatnya bimbingan agama Islam

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan Rutan Kelas II B Menggala yaitu

membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan,

memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat hidup secara wajar sebagai warga

negara yang baik dan bertanggung jawab. Sebagaimana terdapat pada Bab III

halaman 64-65.

Peran bimbingan agama Islam dirasa sangatlah penting untuk membentuk

kepribadian, terutama bagi tahanan yang telah divonis bersalah oleh hakim dan

harus menjalani hukuman.

Bapak Wawan Irawan menyatakan bahwa di dalam Rutan Kelas II B

Menggala terdapat pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.

Sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan bab III halaman 54 bahwa dalam

pembinaan kepribadian upaya atau strategi yang di lakukan adalah menjalankan

program pembinaan agama Islam bagi narapidana/tahanan di Rutan Kelas II B

Menggala secara berkelanjutan dan terjadwal. Hal tersebut dapat dilihat dari

upaya-upaya yang dilakukan seperti:

1. Membiasakan disiplin sholat lima waktu. Sebagaimana Firman Allah dalam

surat Al-ankabut ayat 45 yang berbunyi :

Artinya : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji

dan mungkar.” Itu artinya bahwa membiasakan ibadah sholat lima waktu yang

telah diterapkan Rutan merupakan upaya untuk menanamkan kekuatan dari

dalam diri narapidana, serta memotivasi narapidana untuk melakukan

kebaikan dan mengendalikan diri dari perbuatan yang buruk. Manakala sholat

itu sudah tertanam pada diri narapidana, maka diyakini bahwa narapidana

akan memiliki regulasi diri yang baik. Sebagaimana yang terdapat dalam

pembahasan bab III halaman 56, Nuhin selaku narapidana mengatakan bahwa

ketika mereka sudah membiasakan diri untuk sholat, maka ada kekuatan

dalam diri mereka yang mendorong untuk tidak lagi melakukan perbuatan

yang tidak baik, serta adanya tekad dan keinginan yang kuat untuk

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tercela.

2. Pengajian rutin. Pengajian rutin merupakan upaya penanaman ilmu

pengetahuan oleh Rutan kepada narapidana sebagai sarana perubahan.

Sebagaimana konsep taksonomi bloom yang dicetuskan oleh Benjamin Bloom

dan kawan-kawan pada tahun 1956, bahwa perubahan itu ada pada tiga ranah

yaitu kognisi, afeksi, dan psikomotor. Perubahan kognisi yaitu dengan

memberikan pengetahuan kepada narapidana tentang kejahatan kriminal yang

mereka lakukan merupakan perbuatan dosa. Misalkan mencuri itu haram dan

merupakan perbuatan tercela dan bisa mendatangkan murka Allah serta

memperoleh siksa kelak nanti di akhirat. Sehingga melalui pengajian rutin

tersebut telah terjadi perubahan pada tingkat kognisi narapidana. Dengan

pengetahuan narapidana yang bertambah maka hal tersebut akan berpengaruh

pula pada perubahan berikutnya yaitu afeksi. Pada ranah afeksi, narapidana

diberikan perubahan berupa kemampuan untuk mengendalikan diri agar tidak

berbuat yang tidak baik dan timbul keresahan apabila kembali melakukan

perbuatan yang tidak baik. Kemudian pada ranah psikomotorik yaitu pada

akhirnya materi pengajian yang diberikan itu memberikan dasar kekuatan dan

instrumen dalam diri narapidana untuk menata perbuatan mereka. Narapidana

memiliki kemampuan untuk menilai mana yang menurut pengetahuan mereka

perbuatan yang baik maka itu yang dilakukan, dan mana yang menurut

pengetahuan mereka itu buruk, maka ditinggalkan. Sehingga dengan itu, maka

pengajian rutin yang dilaksanakan Rutan merupakan kegiatan sebagai upaya

untuk menanamkan pengetahuan dalam rangka meningkatkan regulasi diri

narapidana. Adapun materi yang diberikan berupa:

a. Akidah, Melalui pembinaan akidah ini, narapidana diajak untuk dapat

meningkatkan keimanan dan ketakwaan, karena iman dan ketakwaan

dianggap sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Materi akidah ini

jelas memiliki manfaat yang sangat besar bagi narapidana. Jika materi ini

benar-benar tersampaikan dan diterima dengan baik oleh narapidana, maka

tidak akan lagi terjadi pengulangan tindak kejahatan baik dengan jenis

kejahatan yang sama maupun berbeda. Dengan akidah yang baik,

narapidana akan selalu merasa diawasi dan disaksikan oleh Allah

subhanahu wata’ala.

b. Akhlak, Materi akhlak yang diberikan pembimbing merupakan dasar dalam

pembinaan akhlak narapidana. Pembinaan akhlak ini diterapkan dengan

menggunakan metode komunikasi dua arah yaitu tanya jawab dan diskusi

yang dilakukan oleh pembimbing. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas

pembimbing dan narapidana setelah kegiatan pengajian selesai. Nampak

pembimbing dan narapidana melanjutkan aktifitas dengan duduk dan

ngobrol bersama. Terlihat pula beberapa narapidana yang memanfaatkan

kesempatan tersebut untuk sekedar bertanya tentang hal-hal yang mereka

rasakan atau yang ingin mereka ketahui lebih dalam.

c. Ibadah, materi ibadah yang diterapkan Rutan tidak hanya disampaikan

secara verbal melalui kegiatan pengajian, tetapi juga melalui metode

pembiasaan. Narapidana diajak untuk mempraktekkan langsung

pelaksanaan ibadah wajib maupun sunnah. Adapun ibadah yang dilakukan

yaitu dalam bentuk sholat, dzikir, puasa, dll. Untuk ibadah dzikir yang

diterapkan Rutan ini berfungsi untuk memberikan ketenangan hati pada

narapidana. Dan pada ibadah puasa, berfungsi untuk membersihkan jiwa.

Sebagaimana bahwa Ruh itu dari Allah, maka ketika narapidana didekatkan

dengan Allah, narapidana tersebut akan dekat dengan Allah. Narapidana

memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi diri bahwa Allah memiliki

Asmaul husna yaitu sifat-sifat terpuji. Sehingga narapidana sebagai

manusia juga berusaha agar memiliki sifat-sifat yang baik. Dan melalui

pembinaan ibadah ini, narapidana dibentuk menjadi pribadi yang lebih

baik, yang memiliki konsep diri, dan mampu mengendalikan diri untuk

tidak melakukan perbuatan yang tidak baik.

3. Baca Tulis Alquran

Sebagai tuntunan umat Islam, Alquran sudah seharusnya dapat dipelajari

dengan baik oleh setiap muslim. Kegiatan baca tulis Alquran ini dilaksanakan

setiap hari yaitu setelah sholat dhuha dan setelah sholat dzuhur. Kegiatan ini

dipimpin oleh narapidana yang telah ditunjuk sebagai pembina baca tulis

Alquran. Narapidana yang sudah lancar membaca Alquran diminta untuk

dapat membantu sesama narapidana yang belum lancar. Metode yang

digunakan yaitu metode praktek karena dalam materi baca tulis Alquran,

narapidana tidak hanya dituntut untuk mendengarkan pembimbing tetapi juga

membaca dan menirukan apa yang diucapkan pembimbing dalam materi baca

tulis Alquran. Yang menjadi nilai tambah adalah narapidana tidak hanya

membaca dan menulis akan tetapi juga menghafalkan surat-surat pendek.

Sebagaimana terdapat pada Bab III halaman 60-61.

Kegiatan baca tulis Alquran dilaksanakan hanya sekedar untuk

membaca dan menulis Alquran. Sehingga ketika narapidana mampu dan

sudah memahami bagaimana cara membaca Alquran, maka narapidana bisa

terus membacanya. Membiasakan membaca Alquran juga merupakan salah

satu bentuk dzikir yang dapat dilakukan sebagai upaya seorang narapidana

untuk dapat terus mengingat Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat

Al-Baqarah ayat 152 yang artinya: “Berdzikirlah kepadaku, dan aku akan

selalu mengingatmu”. Orang yang berdzikir, akan selalu dekat dengan Allah.

Dan jika narapidana sudah dekat dengan Allah, maka Allah akan menjaga,

bukan hanya dari bahaya tapi juga dari perbuatan-perbuatan dosa.

Berikut ini proses persiapan sebelum pelaksanaan kegiatan bimbingan

agama di Rutan Kelas II B Menggala :

1. Narapidana yang ditugaskan pihak Rutan berkeliling ke kamar-kamar

narapidana untuk mendata nama-nama narapidana yang mau ikut kegiatan

bimbingan agama.

2. Data nama narapidana kemudian diberikan kepada pembina keagamaan,

kasubsie pelayanan tahanan, staff kpr, dan komandan regujaga untuk

ditanda tangani.

3. Narapidana yang telah menulis nama di buku kegiatan keagamaan At-

Taubah kemudian dijemput dan dikeluarkan dari kamar lalu diantarkan ke

masjid untuk mengikuti kegiatan bimbingan agama.

4. Setelah narapidana dikumpulkan dimasjid, selanjutnya para narapidana

melakukan kegiatan baca tulis Alquran sembari menunggu kedatangan

pembimbing agama. Sesuai dengan pemaparan di Bab III halaman 72-73.

Sebagaimana dalam pembahasan Bab III halaman 70-71. Bapak

Maryono menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam,

Rutan telah menyediakan masjid sebagai tempat untuk dilaksanakannya

bimbingan agama. Adapun untuk menunjang pembinaan, disediakan pula

buku-buku yang bertemakan Islami. Namun buku-buku yang disediakan

Rutan masih kurang maksimal. Hal ini terbukti dari observasi penulis, dimana

tidak disediakannya ruangan khusus perpustakaan untuk kegiatan membaca

bagi para narapidana.

Buku-buku yang tersedia juga masih belum lengkap. Hal ini disebabkan

karena kurangnya kesadaran pada diri narapidana untuk dapat disiplin dalam

pengembalian buku yang mereka pinjam. Bahkan kebanyakan buku tersebut

terbawa oleh narapidana yang telah selesai menjalani masa tahanan.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis melihat kenyataan

bahwa adanya bimbingan agama Islam berupa pengajian rutin yang

dilaksanakan pada hari senin-jumat, penulis juga mengikuti bimbingan berupa

ceramah yang di bawakan oleh bapak Shandy selaku Jamaah Tabligh dengan

tema belajar tentang iman. (Observasi, 4 september 2018)

Bimbingan agama Islam yang dilaksanakan di Rutan Kelas II B

Menggala telah berjalan dengan baik dan lancar, dengan upaya-upaya yang

penulis temukan di lapangan bahwa selain menggunakan metode ceramah,

pembimbing juga menggunakan metode pembiasaan, praktek, dan nasehat

sebagai upaya untuk memperoleh timbal balik dari narapidana. Dengan

metode tersebut, narapidana memiliki kesempatan untuk menggali lebih

dalam tentang apa yang belum mereka ketahui dan juga berkesempatan untuk

menyampaikan pemikiran mereka.

Situasi tersebut dapat dimanfaatkan pembimbing sebagai upaya untuk

memasukkan mindset kepada narapidana bahwa selama ini pemahaman atau

tindakan yang pernah mereka lakukan yang menjadi sebab mereka menjalani

masa tahanan adalah keliru. Pembimbing menyadarkan narapidana dan

mengajak mereka untuk kembali memperbaiki diri. Dan tentunya dalam

penyampaian tersebut, pembimbing memperkuat masukannya dengan

menyertakan materi berupa dalil yang dapat membuat narapidana lebih yakin

terhadap apa yang disampaikan kepada mereka.

Bimbingan agama Islam di Rutan Kelas II B Menggala dapat dikatakan

mencapai hasil yang baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan sikap

narapidana dengan sesama narapidana, maupun narapidana dengan petugas

Rutan yang sopan dan ramah. Namun untuk pelaksanaannya sendiri penulis

katakan belum mencapai hasil yang baik, hal ini terbukti dari kurangnya

antusias narapidana dalam mengikuti setiap bimbingan agama yang ada di

Rutan. Penulis sangat menyayangkan terhadap peraturan yang diterapkan

Rutan yaitu memilih untuk tidak mengeluarkan narapidana dengan indikasi

yang kurang baik untuk dapat mengikuti kegiatan bimbingan agama. Jika

alasan yang ditemukan bahwa khawatir terjadi banyak mudharat daripada

manfaat yang diperoleh, maka seharusnya kualitas pelaksanaan kegiatan

bimbingan agama ini lebih ditingkatkan lagi dengan menambah kualitas

keamanan selama kegiatan bimbingan agama berlangsung. Misalkan dengan

menyertakan beberapa petugas Rutan untuk dapat mengikuti kegiatan

bimbingan agama di masjid. Tentunya hal tersebut juga bermanfaat untuk

rutan sendiri, dimana bukan hanya narapidana, melainkan para petugas rutan

juga memperoleh manfaat berupa ilmu dari kegiatan bimbingan agama.

Penulis memahami bahwa sebagaimana yang disampaikan oleh bapak Wawan

Irawan yaitu untuk petugas rutan sendiri, sudah disediakan pembinaan yang

tentunya berbeda dengan narapidana. Akan tetapi, bagi penulis tidak ada

salahnya jika hal tersebut diterapkan. Karna pada dasarnya semua narapidana

yang menjalani hidupnya di tahanan justru membutuhkan kegiatan bermanfaat

seperti bimbingan agama. Hal yang melatar belakangi narapidana berada

didalam Rutan adalah bentuk tindakan dan perbuatan mereka yang salah. Dan

bisa saja itu disebakan oleh regulasi diri mereka yang menurun. Yaitu

kemampuan dalam mengamati, merespon, dan menilai segala perbuatan yang

belum baik dari narapidana. Oleh karena itu penulis menyarankan agar

pelaksanaan bimbingan agama ini dapat diterapkan kepada seluruh narapidana

tanpa terkecuali. Karna bimbingan agama adalah suatu kegiatan penting yang

memiliki peran yang sangat besar bagi diri narapidana. Sebagaimana yang

diharapkan oleh semua kalangan terhadap narapidana yaitu narapidan dapat

menyadari kesalahan, memperbaik diri, dan menjadi manusia yang

bermanfaat.

Menurut salah seorang narapidana bernama Herman Ayogo yang

mengatakan bahwa pembinaan agama Islam di Rutan Kelas II B Menggala

mempunyai manfaat yang besar bagi narapidana, dikarenakan di dalam Rutan

banyak waktu senggang sehingga kegiatan pembinaanlah yang menjadi

kegiatan tahanan dan narapidana sehari-hari. Dan disisi lain narapidana yang

bernama Nuhin menyayangkan pelaksanaan bimbingan agama yang tidak

bersifat wajib serta tidak adanya ketegasan terhadap narapidana yang tidak

mengikuti kegiatan bimbingan agama di masjid. (Wawancara, 27 Agustus

2018).

Dari penyampaian narapidana tersebut, penulis memiliki pendapat yang

sama sebagaimana yang telah penulis jelaskan sebelumnya. Bahwa kegiatan

bimbingan agama ini memiliki manfaat yang sangat besar dan sungguh amat

disayangkan apabila banyak dari narapidana yang hanya menghabiskan masa

tahanan mereka di dalam sel yang tidak menutup kemungkinan masih terdapat

kesempatan bagi mereka untuk melakukan tindak kejahatan. Narapidana yang

menjalani masa tahanan tentunya memiliki durasi masa tahanan yang tidak

sedikit. Kalaupun sedikit, tetap saja alasan mereka harus menjalani masa

tahanan merupakan hal yang salah dan merugikan berbagai pihak. Untuk itu

penulis kembali menyarankan untuk memberikan bimbingan agama secara

merata kepada seluruh narapidana yang ada. Berikan kesempatan itu dengan

merubah sifat pelaksanaan bimbingan agama yang tadinya hanya kepada

mereka yang berminat menjadi wajib kepada semua narapidana. Dan tentunya

dalam pelaksanaan tersebut penulis menyadari bahwa ada hal-hal yang harus

dipertimbangkan termasuk durasi tahanan dan latar belakang kasus

narapidana. Dan untuk menanggapinya, penulis menyarankan untuk

melaksanakan bimbingan agama sesuai lamanya masa tahanan yang telah

dijalani Narapidana. Seperti bagi narapidana yang baru menjalani ½ atau 1/3

dari masa tahanan, itu berarti dalam pelaksanaannya lebih harus

memperhatikan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas keamanan. Berikan

jadwal yang terstruktur agar pelaksanaan bimbingan agama dapat terlaksana

dengan baik. Misalkan untuk bimbingan agama saat ini yang berlangsung

selama lima kali dalam seminggu. Kemudian untuk pelaksanaan selanjutnya

bagi tiap-tiap narapidana dengan durasi masa tahanan dan latar belakang kasus

pidana masing-masing dilaksanakan sekali dalam seminggu. Kemudian

setelah sistem pelaksanaan itu dilangsungkan beberapa lama dan telah

menunjukkan perubahan yang baik, maka jadwal bimbingan agama ditambah

menjadi dua kali dalam seminggu, dan begitu seterusnya sampai bisa seperti

pelaksanaan bimbingan agama bagi narapidana yang saat ini telah

berlangsung.

Sesuai dengan pemaparan di Bab III halaman 64-70, bahwa pelaksanaan

bimbingan agama Islam yang dilakukan oleh Rutan Kelas II B Menggala,

adalah suatu bentuk bimbingan klasikal atau kelompok. Bimbingan agama

tersebut merupakan pembinaan untuk meningkatkan regulasi diri narapidana

dengan menggunakan beberapa metode seperti metode ceramah, pembiasaan,

dan nasehat berupa motivasi, yang dimana pembimbing berupaya aktif

memberikan bimbingan berupa materi kegamaan seperti materi tentang

akidah, akhlak dan ibadah, sehingga narapidana dapat menjalankan fungsi

sosialnya secara baik pada saat keluar dari penjara.

Dengan metode ceramah, pembiasaan, dan nasehat, kegiatan bimbingan

agama berupaya lebih mengarahkan, memberi saran dan membimbing

narapidana untuk dapat memahami dan meningkatkan regulasi diri

sehubungan dengan kasus pidananya serta dapat menentukan langkah

selanjutnya dengan sebaik mungkin. Upaya dukungan dari masyarakat dan

pembimbing agama juga Rutan perlukan untuk membantu mendukung proses

peningkatan regulasi diri narapidana.

Adapun hal yang diharapkan baik narapidana maupun pembina kegiatan

keagamaan dalam bentuk bimbingan agama di Rutan Kelas II B Menggala

yaitu diwajibkannya seluruh narapidana yang beragama Islam untuk dapat

ikut serta dalam kegiatan bimbingan agama dan diberikannya tindakan yang

tegas kepada narapidana yang tidak ikut serta dalam kegiatan bimbingan

agama.

Pada dasarnya faktor peningkatan regulasi diri narapidana adalah dari

individu atau narapidana itu sendiri. Baik dari pengetahuan narapidana, yaitu

semakin banyak dan beragam pengetahuan yang dimiliki akan semakin

membantu narapidana dalam meregulasi diri. Kemudian dari tingkat

kemampuan metakognisi maupun tujuan yang ingin dicapai narapidana.

Sebagaimana terdapat dalam pembahasan Bab II halaman 40-41.

Hal tersebut selaras dengan informasi yang penulis terima dari beberapa

narapidana yang penulis jadikan sampel, mereka merasa bahwa keberadaan

mereka di dalam Rutan tidak lain adalah ketetapan Allah yang mengarahkan

hidup mereka untuk kembali kearah lebih baik, sehingga narapidana mulai

memiliki tujuan yang ingin mereka capai selepas menjalani masa tahanan

yaitu ingin menjadi manusia yang beriman, lebih taat kepada Allah, dan

bernilai guna bagi sesama. Sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan di

Bab III halaman 74-76.

Kegiatan bimbingan agama di Rutan sudah sebagaimana manivestasi,

prinsip-prinsip, dan asas-asas dari fungsi tujuan bimbingan agama itu sendiri,

diantaranya membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah

bagi dirinya, membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi,

membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik

menjadi baik dan mengembangkannya agar lebih baik lagi, sesuai dalam

pemaparan di Bab II halaman 26.

Bimbingan agama yang diberikan kepada narapidana bertujuan untuk

memberikan religious reference (sumber pegangan keagamaan) kepada

narapidana agar bersedia mengamalkan ajaran agama, menghasilkan suatu

perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan

manfaat baik pada diri narapidana sendiri, lingkungan keluarga, maupun alam

sekitar. Menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada narapidana sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong

menolong dan rasa kasih sayang, serta menghasilkan kecerdasan spiritual pada

diri narapidana sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat

taat kepadaNya, ketulusan mematuhi segala perintahNya, serta ketabahan

menerima ujianNya. Sebagaimana yang terdapat dalam pembahasan Bab II

halaman 25-26.

Bimbingan agama bagi narapidana juga diberlakukan, mengingat hal itu

tidak kalah penting ketimbang hanya sekedar memikirkan penghukuman

kepada narapidana. Seringkali pemidanaan hukum bagi narapidana tidak bisa

menyelesaikan siklus prilaku kriminal, justru terkadang narapidana masih

dapat berpotensi melakukan tindakan kriminal.

Dengan demikian Rutan Kelas II B Menggala telah berupaya melakukan

pelayanan bimbingan agama bagi narapidana. Sebagaimana penjelasan di Bab

III halaman 54-64.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bimbingan agama Islam yang terdapat di Rutan Kelas II B Menggala

telah dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengajian rutin dengan menggunakan

beberapa metode seperti ceramah, praktek, pembiasaan, dan nasehat. Adapun

materi yang disampaikan yaitu materi akidah, akhlak, dan ibadah. Tujuan dari

diberikannya materi ini adalah untuk membentuk narapidana menjadi pribadi

yang lebih baik, memiliki konsep diri, dan mampu mengendalikan diri dari

perbuatan yang tidak baik.

Dengan demikian, kegiatan bimbingan agama di Rutan Kelas II B

Menggala telah berupaya menanamkan kekuatan sebagai dasar kemampuan

dalam mengendalikan sikap dan perilaku para narapidana agar tidak kembali

melanggar hukum dan norma dalam masyarakat, dan mampu memberi

peningkatan regulasi diri kepada narapidana yang aktif mengikuti kegiatan

bimbingan agama. Yaitu narapidana telah mampu menentukan sikap dan

perilaku. Tetapi untuk narapidana yang tidak seberapa aktif dalam mengikuti

kegiatan bimbingan agama, tidak sepenuhnya bisa seperti narapidana yang

aktif. Oleh karena itu, jika seluruh narapidana dapat aktif mengikuti kegiatan

bimbingan agama, maka akan ada hasil yang baik pada diri narapidana.

B. Saran

Berangkat dari semua pengamatan dan penelitian yang penulis lakukan,

hendaknya ada beberapa hal yang harus penulis kemukakan sebagai bentuk

saran, antara lain :

1. Bagi Rumah Tahanan Kelas II B Menggala

a. Menambah personel pembina agama islam yang berasal dari latar

belakang Konselor Islami, agar dapat memberikan perhatian khusus di

bidang keagamaan pada narapidana. Sehingga dengan hal tersebut dapat

diketahui treatment apa yang tepat untuk diberikan kepada narapidana.

b. Mewajibkan seluruh narapidana yang beragama Islam untuk mengikuti

kegiatan keagamaan serta memberikan ketegasan berupa sanksi bagi

narapidana yang tidak ikut serta dalam kegiatan bimbingan agama di

masjid.

c. Menyediakan satu ruangan khusus perpustakaan dengan buku-buku

lengkap yang berfungsi sebagai refrensi untuk narapidana belajar agama.

d. Lebih mendukung kegiatan bimbingan agama terutama dari segi

pendanaan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas keamanan jika nanti

pelaksanaan bimbingan agama telah bersifat wajib bagi seluruh

narapidana.

2. Bagi pembina agama Islam

a. Semakin memperluas penyampaian materi aspek-aspek keagamaan.

b. Menggunakan metode yang berbeda untuk mengurangi kejenuhan warga

binaan.

3. Bagi narapidana dan tahanan

a. Mengamalkan ajaran agama islam secara lebih aktif.

b. Menyesali perbuatan kriminal yang pernah dilakukan

c. Bertaubat dengan sungguh-sungguh.

d. Bertekad menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1.1 Kegiatan Wawancara dengan pembina keagamaan Rutan

Gambar 1.2 Kegiatan Wawancara dengan Kepala Rutan

Gambar 1.3 Kegiatan Wawancara dengan Jamaah tabligh

Gambar 1.3 Kegiatan bimbingan agama - pengajian rutin

Gambar 1.3 Kegiatan bimbingan agama – baca tulis Al-qur’an

Gambar 1.5 kegiatan wawancara bersama Narapidana